hak cipta © 2016 pada yayasan bpps disklaimer: buku ini … · 2016. 9. 14. · buddha di...
Post on 19-Feb-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
1
Hak Cipta © 2016 pada Yayasan BPPS Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang disusun tim guru pelajaran Sejarah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku siswa dengan penyesuaian kurikulum. Buku ini merupakan arsip yang senantiasa diperbaiki dan direvisi. Masukan dari berbagai pihak diperlukan untuk penyesuaian buku ini. CV Cerdas Inti Media. Sejarah Indonesia Edisi Revisi Surabaya : Yayasan Pendidikan BPPS, 2016. Penulis : Mukhamad Yunus Priambodo Penyelia Penerbitan : Perbukuan, litbang, Yayasan BPPS Penerbit : CV Cerdas Inti Media Cetakan Ke-2, 2016 Disusun dengan huruf Calibri, 14 pt
-
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, taufik
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan buku kerja siswa mata pelajaran
Sejarah Indonesia dengan baik. Penulisan buku siswa ini disusun sebagai
pegangan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah
dengan adanya penyesuaian kurikulum, tidak menutup kemungkinan penulisan
buku ini akan berkembang menjadi tulisan yang lebih sempurna kelak di
kemudian hari.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa keberhasilan penulisan buku siswa ini
tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak. Atas keberhasilan penulisan ini,
penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
Penulis menyadari bahwa penulisan buku siswa ini masih jauh dari kata
sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat menjadi perbaikan
bagi buku siswa yang ditulis dan diri penulis kedepannya. Semoga buku ini dapat
memberi manfaat bagi penulis serta pembaca, dan dapat berguna bagi dunia
pendidikan Indonesia.
Surabaya, Januari 2016
Penulis
-
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................... iii BAB I: PERKEMBANGAN HINDU BUDHA DI INDONESIA
A. Teori Tentang Masuk Dan
Berkembangnya Kebudayaan Hindu
Buddha Di Indonesia .................................... 2
B. Hasil Budaya Hindu Budha Di Indonesia ....... 6
Evaluasi ......................................................... 14
BAB II: KEHIDUPAN KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
A. Kehidupan Negara-Negara Kerajaan Hindu
Buddha di Indonesia .................................... 17
Evaluasi ......................................................... 45
BAB III: PERKEMBANGAN ISLAM NUSANTARA
A. Nusantara Sebelum Kedatangan Islam ........ 48
B. Kehidupan Kerajaan-Kerajaan Islam
di Indonesia ................................................. 56
Evaluasi ......................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 78
-
4
BAB I
PERKEMBANGAN HINDU BUDHA DI INDONESIA
Gambar 1.1 Agama Hindu dan Agama Budha
“Untuk memahami bagaimana prosesmasuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia, kitaperlu mengkaji pendapat yang dikemukakan
oleh para ahli. Pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut merupakan sebuah hipotesis (dugaan sementara) yang masih memerlukan pembuktian yang akurat”
-
5
A. Teori Tentang Masuk Dan Berkembangnya Kebudayaan Hindu- Buddha Di Indonesia
Gambar 1.2 Illustrasi pedagang Hindu Budha Gambar 1.3 N.J Krom
Hipotesis Waisya
Hipotesis ini di kemukakan oleh NJ. Krom, India dan Indonesia
dihubungkan dengan hubungan dagang, orang-orang India datang ke Indonesia
untuk berdagang. Perdagangan menggunakan kapal layar yang bergantung pada
kekuatan angin. Dalam ilmu geografi disebut dengan angin muson barat dan
muson timur. Angin tersebut bertipu setiap sekitar 6 bulan sekali. Ketika mereka
menetap di kepulauan Indonesia mereka dimungkinkan menikah dengan
penduduk lokal. Dari sinilah pengaruh Indianisasi dalam bentuk budaya Hindu
Budha terlaksana.
-
6
Gambar 1.4 Skema angin muson barat dan muson timur
Hipotesis Ksatria
Gambar 1.5 Panglima Perang Gambar 1.6 C.C Berg
C.C. Berg berpendapat golongan yang menyebarkan kebudayaan Hindu-
Buddha di Indonesia adalah para ksatria atau pimpinan perang yang berasal dari
golongan Ksatria. Para Ksatria ini ada terdapat konflik dalam perebutan
hegemoni di Indonesia. Mereka memberikan bantuan untuk setiap suku di
Indonesia yang berselisih dan dari bantuan tersebut menyebabkan salah satu
pihak memenangkan perselisihan. Dimungkinkan juga dari hasil kemenangan
tersebut para ksatria dinikahkan dengan putri mahkota ketua suku tersebut. Dari
-
7
saluran pernikahan tersebut memberikan jalan ksatria untuk menyebarkan
pengaruh Hindu-Budha.
Hipotesis Brahmana
Gambar 1.7 Illustrasi Brahmana Gambar 1.8 J.C Van Leur
Pendapat ini disampaikan oleh J.C Van Leur menyatakan bahwa budaya
India yang menyebar ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana atau
pemuka agama Hindu. Hal ini dapat dilihat dari sisa-sisa peninggalan kerajaan-
kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, ditemukan pada prasasti-
prasasti yang berbahasa Sansekerta berhuruf Pallawa. Untuk bahasa sansekerta
dan huruf pallawa hanya dikuasai oleh golongan Brahmana.
-
8
Hipotesis Arus Balik
Gambar 1.9 Teori Arus Balik Gambar 1.10 F.D.K Bosch
Hipotesis Arus Balik dikemukakan oleh F.D.K Bosch. Teori ini
berpendapat bahwa yang pertama kali datang ke Indonesia adalah kaum yang
mempunyai semangat untuk menyebarkan Hindu-Buddha, yaitu para intelektual
yang ikut menumpang kapal-kapal dagang. Sesampai di Indonesia, mere
ka memulai mengajarkan ajarannya. Karena pengaruh dari tokoh intelektual itu
menarik hati para kepala suku pribumi di Indonesia, akhirnya mereka
berkeinginan mengirim warganya untuk belajar di India. Perkembangan
selanjutnya para utusan kepala suku tersebut berangka ke India dan belajar
tentang Hindu Budha di negeri tersebut. Ketika mereka kembali ke Indonesia,
mereka mulai menyebarkan agama Hindu Budha kepada masyarakat Indonesia.
Hal ini dikuatkan dengan bukti prasasti Nalanda yang berisi Raja Balaputradewa
(raja kerajaan Sriwijaya) meminta kepada raja di India untuk mendirikan wihara
di Nalanda untuk tempat belajar para utusan kerajaan. Setelah utusan kembali
-
9
ke Sriwijaya, mereka selanjutnya menyebarkan pengaruh Hindu-Buddha di
Indonesia.
B. Hasil Budaya Hindu Budha Di Indonesia
Peninggalan yang berwujud material hasil Hindu-Budha yaitu Candi. Jawa
Tengah dan Yogyakarta banyak ditemukan candi, ada yang bercorak Hindu
maupun Buddha
Candi Borobudur
Gambar 1.11 Candi Borobudur peninggalan Dinasti Syailendra
Hasil budaya Hindu Budha ini terletak di desa Budur Kabupaten Magelang
Jawa Tengah. Didirikan oleh dinasti Syailendra pada masa Mataram Lama. Candi
ini bercorak Budha dilihat dari bentuknya yang terdapat stupa di puncak candi.
Bentuk candi Borobudur merupakan akulturasi budaya antara budaya asli
Indonesia dan Hindu Budha berupa punden berundak-undak pada masa
megalithikum dengan budaya India. Ajaran Buddha yang ada di candi ini yaitu
Budha Mahayana dengan Dasya-bodhisatwa-bhumi, artinya tempat mencapai
-
10
kebuddhaan melalui sepuluh tingkat bodhisatwa. Borobudur terdiri atas sepuluh
tingkat yang terbagi dalam tiga bagian yaitu kamadhatu (merupakan tingkatan
paling rendah atau disebut kaki candi, pada tingkatan manusia masih
terpengaruh oleh keduniawian), Rupadhatu (merupakan bagian lorong-lorong
dengan dinding-dinding yang penuh dengan hiasan dan relief, pada tingkat ini
manusia masih terikat pada bentuk keduniawian, tetapi telah insyaf untuk
mencari kebenaran), A-rupadhatu (bagian ini terdiri atas lantai yang bulat, di sini
terdapat 72 stupa dan stupa induk dipuncaknya yang sekaligus merupakan
mahkota candi Borobudur. Hal ini menggambarkan manusia telah dapat
membebaskan diri sama sekali dari nafsu keduniawian dan hanya satu keinginan,
yaitu mencapai moksa.
Gambar 1.12 Bagian dari Candi Borobudur
Candi Mendut dan Pawon
-
11
Gambar 1.13 Candi Mendut dan Pawon
Kedua candi ini bercorak Buddha dan berdiri disekitar candi Borobudur.
Ketiga candi ini terletak pada satu garis lurus, hal ini sengaja dilakukan
berdasarkan ajaran Buddha Mahayana. Menurut ajaran agama Buddha
Mahayana, untuk mencapai tujuan terakhir (moksa), yaitu mencapai kedudukan
sebagai Buddha harus melalui jalan secara bertahap.
Candi Prambanan
Gambar 1.14 Candi Prambanan
-
12
Dikenal dengan nama Candi Rorojonggrang, candi ini bercorak Hindu dan
terletak di desa Prambanan. Relief bercerita tentang kisah Rama disadur dari
kitab Ramayana.
Candi Dieng
Terletak di Pegunungan Dieng yang letaknya sekitar Wonosobo. Candi-candi ini
bercorak Hindu. Penamaan candi mengambil nama-nama dari pewayangan yaitu
Candi Gatotkaca, Candi Bima, Candi Semar, Candi Arjuna, Candi Puntadewa,
Candi Srikandi, dan Candi Subadra.
Gambar 1.15 Kompleks Candi Dieng
Selain di Jawa Tengah dan Yogyakarta, di Jawa Timur juga terdapat peninggalan
Candi-candi.
Candi Jago
-
13
Disebut dengan Jajaghu terletak di Kabupaten Malang Jawa Timur. Candi ini
bersifat sinkretisme antara siwa-budha. Candi ini dibangun pada pemerintahan
Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari.
Candi Kidal
Adalah bangunan suci untuk pemakaman raja Anusapati dari kerajaan
Singhasari.
Candi Panataran
Candi Panataran terletak sekitar kota Blitar. Candi Penataran merupakan candi
yang bersistem kompleks dan berbentuk seperti pelataran yang luas dan
bertujuan untuk pemujaan terhadap gunung pada era kejayaan Majapahit saat
diperintah oleh Raja Hayam Wuruk.
Candi Jajawa
Nama lain yaitu candi Jawi merupakan makam dari raja Kertanegara dari
kerajaan Singhasari.
Candi Singhasari
Candi Singhasari yang terletak dikota Malang. Candi ini merupakan tempat
pendarmaan raja Kertanegara sebagai raja yang beragama Shiwa-Budha.
-
14
Dalam bidang tulisan sastra dan bahasa. Seni sastra berkembang pada
masa kejayaan kerajaan Kadiri. Karya yang dihasilkan yaitu Kitab Arjunawiwaha,
karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa pemerintahan Raja Airlangga. Kitab
Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan
Kediri. Kitab Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan
Kediri. Kitab Arjuna Wijaya dan Sutasoma, digubah oleh Mpu Tantular disusun
pada masa kerajaan Majapahit. Negarakertagama, digubah oleh Mpu Prapanca
disusun pada zaman kerajaan Majapahit. Kitab Wretta Sancaya dan Lubdhaka,
karya Mpu Tanakung yang disusun pada zaman kerajaan Majapahit.
Pada zaman Hindu Budha di Indonesia juga ditemukan hasil karya bidang
seni tari. Dibuktikan dari gambaran relief yang ada di dinding candi, contohnya
ada pada dinding candi borobudur dan prambanan. Jenis tarian seperti tarian
perang, tuwung, bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng). Tari-tarian tersebut
tampaknya diiringi dengan gamelan yang terlihat dari tarian tersebut diiringi
dengan alat gamelan yang sederhana seperti gambang , saron, gendang, kecer,
kecapi, seruling dan gong.
Seni ukir sudah dikenal pada masa Hindu Budha di Indonesia. Seni ukir
menghasilkan relief pada candi yang kemudian menghasilkan seni pahat batu.
Cerita yang diambil dari kisah epos, wayang, dan kisah moksa dalam budaya
India. Pilihan relief pertama digunakan pada candi Prambanan dengan
mengambil cerita Ramayana. Kisah relief lain juga ditemukan dalam candi
penataran dengan cerita kisah mahabarata. Kisah mahabarata juga dibadikan
dalam bentuk relief di candi Tigawangi dan Sukuh.
Seni memahat Arca, perwujudan, patung. Hasil budaya ini merupakan
hasil akulturasi budaya pemujaan arwah leluhur pada masa megalithikum
-
15
dengan budaya agama Hindu-Buddha dalam bentuk dewa-dewi. Dari hasil
kebudayaan ini akhirnya membuat para raja yang pernah berkuasa dijadikan
arca perwujudan. Dalam sistem Kultus Dewa Raja disebutkan bahwa raja
dianggap sebagai titisan dewa yang mempunyai kuasa. Seni arca yang ada di
Indonesia merupakan penggabungan antara budaya India dengan budaya asli
pra aksara Indonesia. Beberapa tokoh kerajaan yang diwujudkan ke dalam arca
seperti Arca Ken Dedes, Arca Kertanegara (Joko Dolog), Arca Airlangga, Arca
Raden Wijaya, Arca Hayam Wuruk dan sebagainya.
Seni pertunjukan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat
Indonesia terutama seni pertunjukan wayang. Wayang dikenal sejak masa pra
aksara di Indonesia. Seni wayang yang terdapat di Indonesia bergenre wayang
kulit, wayang orang, wayang golek. Pada masa dahulu dengan sekarang terdapat
pergeseran dalam pertunjukannya. Kalau pada zaman dahulu pertunjukan
wayang ditampilkan secara siluet hitam di kain putih. Jadi dalang memainkan
wayang dibelakang layar dan ditonton dari arah sebaliknya. Sedangkan pada
masa sekarang, pertunjukannya sudah dilihat searah dengan bisa melihat
pemain yaitu dalang beserta wayang dengan jelas tanpa siluet.
Pertunjukan wayang dikaitkan dengan proses magis pemanggilan arwah roh
nenek moyang. Lakon wayang yang ditampilkan bisa memakai lakon-lakon kisah
kepahlawanan atau Epos seperti Ramayana, Bharatayudha, Bubuksa dan gagang
aking.
-
16
Gambar 1.16 Searah jarum jam Candi Jawi, Candi Singhasari, Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasari, Candi Penataran
-
17
Evaluasi Pilihlah jawaban yang menurut anda paling benar dengan memberi tanda silang (x) !
01. Terdapatnya candi-candi di Indonesia merupakan akulturasi kebudayaan antara India dan Indonesia. Hal itu menunjukkan …. a. Telah terjalin hubungan antara Indonesia dan India di bidang budaya b. Telah terjadi penjiplakan hasil kebudayaan bangsa India c. Bangsa Indonesia banyak yang datang ke India untuk belajar agama d. Kebudayaan India telah dipindahkan ke Indonesia e. Terjadinya hubungan antara India dan Indonesia karena India
memindahkan hasil budayanya ke Indonesia 02. Ciri khas bangunan asli Indonesia yang telah dipengaruhi Hindu Budha adalah
…. a. Bentuk punden berundak b. Pemahatan relief c. Cerita dalam relief d. Bentuk puncak candi e. Perwujudan arca
03. Ngaben adalah upacara …. a. Penyembahan dewa b. Pembakaran mayat c. Pindah rumah d. Penanaman padi e. Kelahiran bayi
04. Pengaruh Hindu-Budha dalam bidang kebudayaan adalah …. a. Banyak dibangun candi, baik motif Hindu maupun Budha b. Bangsa Indonesia mulai mengenal system tulisan c. Banyak dihasilkan seni patung d. Bangsa Indonesia mengenal perhitungan tahun saka e. Semua jawaban benar
05. Salah satu dasar terjalinya hubungan Indonesia – India adalah melalui perdagangan yang sudah terjadi sejak …. a. Berdirinya Kerajaan Kutai b. Berdirinya Kerajaan Sriwijaya c. Berdirinya Kerajaan Melayu d. Zaman pertama Tarik Masehi
-
18
e. Masuknya pengaruh Cina ke Indonesia 06. Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia berasal dari Negara ….
a. India b. Cina c. Jepang d. Thailand e. Arab
07. Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha, maka system pemerintahan di Indonesia adalah …. a. System pemerintahan kerajaan b. Sistem pemerintahan demokratisan c. System pemerintahan otoriter d. System pemerintahan kepala suku e. Semua jawaban salah
08. Sikap bangsa Indonesia terhadap hadirnya kebudayaan dari luar adalah …. a. Pasif selektif b. Pasif agresif c. Agresif selektif d. Aktif selektif e. Diterima semuanya
09. Pengaruh budaya India yang tidak selaras dengan kehidupan sosial budaya asli Indonesia adalah …. a. Berkembangnya bahasa dan tulisan Pallawa b. Dilaksanakan asas primus interpares c. Berkembangnya seni bangunan suci d. Ditetapkannya peraturan system kasta e. Berlangsungnya system pemerintahan keragaman
10. Pengaruh Hindu Budha di Indonesia dibawa dan disebarkan oleh para pedagang India. Teori ini dikenal dengan teori …. a. Brahmana b. Ksatria c. Waisya d. Sudra e. Paria
-
19
Essay 01. Mengapa tradisi Hindu Budha tidak merata berkembang di wilayah-wilayah
Kepulauan Indonesia ! 02. Wilayah Kerajaan Sriwijaya yang membentang dari Sumatra bagian barat
sepanjang pantai timur Sumatera dan seluruh Semenanjung Malaysia. Bagaimana cara Sriwijaya memanfaatkan posisi strategis wilayahnya untuk keuntungan mereka ?
03. Apa perbedaan antara agama Hindu India dan agama Hindu Bali ? 04. Bagaimana pendapat anda terhadap tindakan Raden Wijaya yang menyerang
tentara Cina, padahal tentara Cina sudah membantunya menyerang Jayakatwang di Kediri ? Ungkapkan pendapat Anda berdasarkan tinjauan moral dan strategi perang?
05. Tunjukkan pada peta daerah-daerah yang menjadi jalur lalu lintas barang ke pelabuhan-pelabuhan Kerajaan Pajajaran!
-
20
BAB II
KEHIDUPAN KERAJAAN-KERAJAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA
“Lahirnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha merupakan salah satu
perubahan yang penting dengan masuknya pengaruh tradisi Hindu-Buddha di
Indonesia”
A. Kehidupan Negara-negara Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Kerajaan Kutai
Gambar 2.1 Letak Kerajaan Kutai Gambar 2.2 Prasasti Yupa
Letak geografis kerajaan Kutai yaitu berada di Kalimantan Timur.
Kerajaan ini dapat diketahui dari tujuh buah prasasti (Yupa) yang ditemukan di
sekitar Muarakaman, tepi Sungai Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur. Ditulis
-
21
dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Kerajaan ini mendapat pengaruh
dari India. Dilihat dari ilmu epigrafi yang konsen kepada bentuk huruf,
kerajaan ini ada sejak sekitar abad ke 5. Kehidupan politik Kutai diperintah
oleh tiga raja yang ternama yaitu Kudungga, Asmawarman, dan Mulawarman.
Kehidupan ekonomi Kehidupan ekonomi di kerajaan Kutai tergambar
didalam prasasti yang menggambarkan keadaan yang makmur dengan
komoditas utama yaitu hasil alam. minyak, lampu dan malai bunga
merupakan benda yang disedekahkan kepada pada Brahmana. Trdapat juga
peristiwa pemberian oleh Raja Mulawarman dengan bersedekah 20.000 ekor
sapi kepada para Brahmana.
Kehidupan sosial-budaya dapat ditemukan dari penamaan raja. Raja
Kudungga merupakan nama yang masih bersifat Indonesia atau masih bersifat
lokal dan belum terdapat campuran pengaruh dari India. Dari Kudungga lahir
anak yang bernama Asmawarman dan Mulawarman dengan ada tambahan
kata –man yang lebih diindikasikan berasal dari India. Namun untuk Kudungga
masih bersifat lokal tapi untuk Asmawarman dan Mulawarman sudah
mendapat pengaruh dari budaya India.
-
22
Gambar 2.3 Huruf Pallawa
Kerajaan Tarumanegara
Gambar 2.4 Letak geografis Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara terletak di provinsi Jawa Barat. Dalam catatan
disebutkan India Jawadwipa. Kalau dalam catatan Cina sudah disebutkan She-
po (Jawa). Kehidupan politik kerajaan Tarumanegara diperintah oleh raja
yang bernama Purnawarman. Berdiri dan berkembang pada sekitar abad ke 5
Masehi. Dalam kehidupan religi raja memeluk agama Hindu dan menyembah
Dewa Wisnu. Sumber sejarah yang ditemukan yaitu dari prasasti dan berita
luar negeri (china dan india). Ada tujuh prasasti yang ditemukan bercerita
tentang eksistensi kerajaan Tarumanegara berhuruf Pallawa dan Bahasa
Sansekerta. Kerajaan ini bercorak agama Hindu.
Kehidupan politik dapat dilihat dari prasasti diantaranya: Prasasti Ciaruteun,
Prasasti Pasir Jambu (Koleangkak), Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Pasir Awi dan
-
23
Prasasti Muara Cianten, Prasati Tugu, Prasasti Cidanghiang atau Prasasti
Lebak.
Kehidupan ekonomi masyarakat Tarumanegara dapat diidentifikasi dari
prasasti Tugu diketahui mata pencaharian penduduknya, yaitu pertanian dan
perdagangan. Berdasarkan berita dari Fa-Hien yang ditulis pada abad ke 5,
mata pencaharian masyarakat Tarumanegara yaitu peternakan, pertanian,
perdagangan, perburuan binatang , jual beli cula badak, kulit penyu dan
perak. Prasasti Tugu menjelaskan bahwa sungai candrabhaga telah digali
untuk aliran air ke laut. Selain instruksi pembuatan tempat aliran sungai, Raja
Purnawarman memberi nama saluran Gomati yang dikerjakan dalam jangka
waktu 21 hari, galian yang dihasilkan yaitu 6.122 tumbak. Setelah selesai
pekerjaan penggalian, raja mempersembahkan sapi berjumlah 1000 ekor.
Penggalian sungai Chandrabhaga sepanjang 12 km yang berlangsung selama
21 hari itu untuk kebutuhan irigasi, pertanian, pencegah banjir, dan sebagai
sarana transportasi dari pesisir pantai ke pedalaman.
Kehidupan sosial-budaya masyarakat Tarumanegara terdiri atas
golongan istana dan masyarakat biasa. Yang termasuk dalam golongan istana,
yaitu para Brahmana, raja dan keluarganya, ksatria (prajurit), dan para
pegawai kerajaan. Yang termasuk ke dalam golongan rakyat biasa, yaitu para
pedagang, petani, dan peternak. Hubungan raja dan takyat berjalan harmonis
dengan bukti perhatian penuh raja terhadap roda perekonomian rakyatnya.
Kepercayaan Berdasarkan sumber prasasti yang ada, kepercayaan
Hindu- Buddha menjadi pedoman beragama. Keadaan agama Hindu sangat
harmonis dengan ditandai dengan harmonisnya hubungan raja dengan para
-
24
brahmana. Selain agama Hindu, masyarakat juga ada yang memeluk agama
Budha.
Gambar 2.5 dari kiri kekanan: Prasasti Kebon kopi, Pasir jambu, Tugu, Pasir jambu, Lebak, Ciaruteun
-
25
Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya merupakan kerajaan yang terletak di Pulau Sumatera
merupakan salah satu kerajaan terbesar di Nusantara. Pusat kerajaan yaitu
berada di Kota Palembang sekarang dan berdiri kemudian berkembang sekitar
abad ke 7 Masehi. Sumber sejarah yang menggambarkan kehidupan kerajaan
yaitu Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 683 masehi, Talang Tuwo
berangka tahun 684 m, Telaga Batu berangka tahun 683, Kota Kapur berangka
tahun 686, Karang Berahi berangka tahun 686, Palas Pasemah dan
Amoghapasa berangka tahun 1286. Terdapat juga prasasti yang menyebutkan
nama Sriwijaya di luar negeri yaitu prasasti Ligor dan Nalanda.
Gambar 2.6 Letak geografis Kerajaan Sriwijaya
-
26
Berita dari dalam negeri dan luar seperti Kitab Pararaton, catatan
perjalanan I-Tsing penjelajah China, Kronik dinasti Tang, Dinasti Sung, dan
Dinasti Ming. Raja pertama yang memerintah kerajaan Sriwijaya yaitu
Dapunta Hyang. Sejak pertengahan abad ke-9, Sriwijaya diperintah oleh
Dinasti Syailendra.
Kehidupan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mampu mengembangkan diri
sebagai negara maritim dan menjadi daerah transit lalu lintas pelayaran
perdagangan internasional selama berabad-abad dengan menguasai Selat
yang strategis seperti Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Pemasukan bea
cukai menjadi komoditas utama kerajaan Maritim. Barang yang
diperdagangkan yaitu kapur barus, cendana, gading gajah, buah-buahan,
kapas, cula badak, dan wangi-wangian.
Kehidupan sosial-budaya digambarkan dengan posisi bahwa Sriwijaya
merupakan kerajaan yang mempunyai semangat belajar tentang Hindu-
Budha. Sumber tentang keadaan sosial-budaya dari I-Tsing yang pada tahun
671 singgah di Sriwijaya untuk belajar. Dinegeri itu dikatakan I-Tsing sebagai
negeri yang dikelilingi Benteng dengan banyaknya pelajar agama Budha. Para
pendeta Cina yang hendak belajar agama ke India dianjurkan untuk belajar
terlebih dahulu di Sriwijaya. Guru agama Budha yang terkenal dari Sriwijaya
bernama Sakyakirti. Sriwijaya menjadi pusat kegiatan agama Budha di Asia
Tenggara. Kehidupan religi digambarkan dengan adanya pluralisme dengan
adanya agama Budha berdampingan dengan agama Hindu.
-
27
-
28
Gambar 2.7 dari kiri ke kanan: Prasasti Kedukan Bukit, Candi Muara Takus, Prasasti Palas Pasemah, Talang Tuo, Kota Kapur, Telaga Batu
Kerajaan Mataram Kuno (Jawa Tengah)
Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan yang bercorak Hindu
Budha yang berkembang di daerah Jawa Tengah dan sekitar Yogyakarta
sekarang.
Kehidupan politik kerajaan Mataram diperintah oleh dua dinasti yaitu
Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama
-
29
Buddha. Adapun silsilah raja-raja yang pernah memerintah di Mataram yaitu
sebagai berikut. 1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya 2. Sri Maharaja Rakai
Panangkaran 3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan 4. Sri Maharaja Rakai
Warak 5. Sri Maharaja Rakai Garung 6. Sri Maharaja Rakai Pikatan 7. Sri
Maharaja Rakai Kayuwangi 8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang 9. Sri
Maharaja Rakai Dyah Balitung. Sejak tahun 778 Masehi, Kerajaan Mataram
dikuasai sepenuhnya oleh Dinasti Syailendra. Jawa tengah bagian selatan
menjadi bagian dari dinasti Syailendra, Sedangkan Jawa Tengah bagian utara
menjadi bagian dari dinasti sanjaya. Puncak kejayaan Dinasti Sanjaya terjadi
pada masa pemerintahan Raja Dyah Balitung dengan bukti pendirian candi
Prambanan atau Roro Jonggrang.
Gambar 2.8 Letak geografis Kerajaan Mataram Kuno Jawa Tengah
Kehidupan ekonomi Mataram yang berada didalam pedalaman Jawa
menyebabkan roda ekonomi kerajaan agak kurang lancar. Letak kerajaan yang
di pedalaman membuat penduduknya bermata pencaharian petani dan
mengandalkan sektor agraris daripada perdagangan. Tanah-tanah yang
-
30
dijadikan tempat bertanam padi dibebaskanoleh raja untuk penduduk
setempat sehingga mampu menjamin kelancaran ekonomi.
Sosial budaya kerajaan Mataram tidaklah terlalu terpaku seperti yang
terjadi di India yang tegas dan tidak pandang bulu, contohnya Brahmana bisa
menjadi seorang pejabat yang termasuk kasta ksatria, sebaliknya pejabat yang
termasuk ksatria bisa menjadi pemuka agama Hindu-Budha. Sistem kosmologi
yang dipercaya masyarakat Jawa menempatkan raja sebagai penguasa tertinggi
dan titisan dewa di dunia.
Gambar 2.9 Candi Prambanan dan Borobudur peninggalan dinasti Sanjaya dan Syailendra
Kerajaan Mataram Kuno (Jawa Timur)
Gambar 2.10 Prasasti Anjukladang
-
31
Kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur merupakan lanjutan dari kerajaan
Mataram Kuno di Jawa Tengah yang dipindahkan karena berbagai macam faktor
seperti letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar, kedua, krisis politik
yang terjadi tahun 927-929 M. Ketiga, faktor ekonomi di Jawa Tengah daerahnya
kurang subur serta juga berbeda denga Jawa Timur yang terdapat banyak sungai
dan daerah strategis lain
Didirikan oleh Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino
memindahkan pusat kerajaan ke Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana. Mpu
Sindok memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M. Sumber yang
menjelaskan kerajaan Mataram Kuno Isyanawangsa seperti prasasti Pucangan,
prasasti Anjukladang, Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti
Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti
Gandhakuti
Kehidupan politik Mpu Sindok digantikan oleh Raja Sri Isana Tunggawijaya
yang memerintah sebagai Ratu. Ia menikah dengan Raja Sri Lokapala dan
dikaruniai seorang putra yang bernama Sri Makutawang Swardhana. Mataram
Jawa Timur pernah menyerang Sriwijaya untuk melawan monopoli perdagangan.
Pada tahun 1016 Raja Dharmawangsa diserang oleh kerajaan wurawari atas
pengaruh dari kerajaan Sriwijaya. Pada tahun itu juga, Raja Dharmawangsa
mengalami kekalahan dari raja dibawahnya. Peristiwa penyerangan itu dilakukan
ketika melaksanakan upacara perkawinan antara putrinya dengan Airlangga.
Airlangga berhasil melarikan diri. Tahun 1019 Airlangga oleh para pendeta
dinobatkan sebagai Raja melanjutkan pemerintahan Dharmawangsa dan
melakukan pemulihan hubungan dengan Sriwijaya. Pada tahun 1037 Airlangga
berhasil mempersatukan daerah kekuasaan Dharmawangsa dan memindahkan
-
32
pusat pemerintahan dari Daha ke Kahuripan. Pada tahun 1042, Airlangga
mengundurkan diri dari takhta kerajaan, lalu hidup sebagai petapa dengan nama
Resi Gentayu (Djatinindra). Menjelang akhir pemerintahannya Airlangga
menyerahkan kekuasaannya kepada putrinya Sangrama Wijaya Tunggadewi.
Namun, putrinya itu menolak dan memilih untuk menjadi seorang petapa
dengan nama Ratu Giriputri. Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk
membagi dua kerajaan. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya perang
saudara di antara kedua putranya yang lahir dari selirnya. Kerajaan itu adalah:
Kerajaan Janggala di sebelah timur diberikan kepada putra sulungnya yang
bernama Garasakan (Jayengrana), dengan ibu kota di Kahuripan (Jiwana)
meliputi daerah sekitar Surabaya sampai Pasuruan, dan Kerajaan Panjalu (Kediri)
di sebelah barat diberikan kepada putra bungsunya yang bernama Samarawijaya
(Jayawarsa), dengan ibu kota di Kediri (Daha), meliputi daerah sekitar Kediri dan
Madiun.
-
33
Gambar 2.11 Arca Airlangga dan Garudeya
Daha akhirnya menjadi kerajaan yang lebih terdengar gaungnya dengan raja-raja
yang memerintah antara lain: Jayawarsa, Jayabaya, Sarwewara, Gandara,
Kameswara, dan Kertajaya.
Kehidupan ekonomi dilaksanakan dengan membangun bendungan dan
memberikan hadiah-hadiah tanah untuk bangunan suci. Begitu pula pada masa
pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh.
Bidang sastra, tersusun kitab Arjuna Wiwaha. Hasil perekonomian kerajaan yaitu
beras, emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang.
Mpu Sindok mengizinkan penyusunan kitab Sanghyang Kamahayamikan (Kitab
Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri beragama Hindu. Pada kronik-
kronik Cina tercatat beberapa hal penting tentang Kediri yaitu: 1) Rakyat Kediri
pada umumnya telah memiliki tempat tinggal yang baik, layak huni dan tertata
dengan rapi, serta rakyat telah mampu untuk berpakaian dengan baik. 2)
Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu denda dan hukuman mati bagi
perampok. 3) Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup dengan
memuja para dewa.
Kerajaan Singhasari
Gambar 2.12 Letak Kerajaan Singasari (Malang-Batu-Lawang)
-
34
Kehidupan politik kerajaan Singhasari diperintah oleh raja-raja disebutkan
bahwa Ken Angrok mendirikan kerajaan Singhasari pada tahun 1222 M (abad ke-
13 M) dengan pusat pemerintahannya di sekitar Kota Malang (Jawa Timur).
Kisah dalam kitab Pararaton yang menyebutkan tentang kisah raja-raja
Singhasari dikisahkan Ken Angrok adalah anak Dewa Brahma. Berkat pendeta
Lohgawe, Ken Angrok bekerja pada akuwu (bupati) Tumapel (Malang) yang
bernama Tunggul Ametung. Ada perkiraan bahwa Tunggul Ametung dan Ken
Angrok memiliki hubungan darah, seperti yang tertera dalam pararaton bahwa
sumber siapakah orang yang menghamili Ken Endok masih misterius.
Gambar 2.13 Arca Ken Dedes dan Illustrasi Ken Angrok
Ken Angrok pernah suatu saat melihat bagian tubuh Ken Dedes yang
mengeluarkan sinar yang menurut ramalan sinar tersebut akan melahirkan raja-
-
35
raja Jawa. Dari petunjuk tersebut akhirnya Ken Angrok memutuskan untuk
membunuh Tunggul Ametung dengan keris buatan Mpu gandring. Terdapat
cerita bahwa ketika Ken Angrok hendak mengambil keris pesanannya, tetapi
belum diselesaikan namun Ken Angrok bersikeras untuk mengambil keris
pesanan tesebut. Karena tidak sabar, maka keris tersebut di tancapkan pada
Mpu Gandring hingga meninggal. Namun sebelum meninggal, Mpu Gandring
memberi kutukan pada Ken Angrok bahwa tujuh turunan dari Ken Angrok akan
mati dengan keris yang sama. Akhirnya Mpu gandring meninggal dengan sebait
kalimat kutukan yang kelak akan menimpa Ken Angrok dan keturunannya.
Tumapel semakin besar dengan penaklukan kerajaan kediri pimpinan Kertajaya.
Setelah berhasil menggulingkan Kertajaya, Tumapel diganti menjadi Singhasari
dengan tambahan wilayah dari bekas kerajaan Kediri. Ken Angrok memerintah
lima tahun (1222-1227). Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Angrok
mempunyai empat orang anak yaitu: Mahisa Wongateleng, Panji Saprang, Agni
Bhaya, dan Dewi Rimba.
-
36
G
Gambar 2.14 Arca Kerajaan Singasari: Prajnaparamitha, Anusapati, Kertanegara, Tohjaya, Adityawarman, dan kitab Pararaton
Kemudian dari perkawinannya dengan istri yang lain, yaitu Ken Umang, Ken
Angrok mempunyai anak bernama Panji Tohjaya. Pada tahun 1227 M, Ken
Angrok dibunuh oleh seseorang atas perintah Anusapati merupakan anak tiri
Ken Angrok hasil pekawinan Ken Dedes dan Tunggul Ametung. Sumpah Mpu
Gandring mulai menampakkan kenyataanya pada peristiwa pembunuhan ini.
Anusapati menjadi raja Singhasari (1227-1248). Anusapati mendapat dukungan
dari Mahisa Wongateleng anak Ken Angrok dan Ken Dedes. Tohjaya sebagai
anak Ken Angrok dari Ken Umang ingin membalas kematian ayahnya. Anusapati
dibunuh oleh Tohjaya. Dengan terbunuhnya Anusapati, Panji Tohjaya naik takhta
menjadi Raja Singhasari. Kemudian Ranggawuni serta Mahisa Campaka (anak
Mahisa Wongateleng) mengadakan pemberontakan. Dengan jatuhnya Tohjaya,
maka Kerajaan Kediri yang dulunya merupakan bawahan Singhasari berhasil
disatukan oleh Ranggawuni.
Ranggawuni menguasai kerajaan Singhasari tahun 1248-1268. Dalam
pemerintahannya ia dibantu oleh Mahisa Campaka yang berkedudukan sebagai
perdana menteri dengan gelar Narasingamurti. Pada tahun 1268 M, Raja
-
37
Ranggawuni meninggal. Estafet pemerintahan berganti kepada Raja
Kertanegara. Kertanegara menjadi raja di Kerajaan Singhasari tahun 1268-1292.
Raja Kertanegara merupakan raja yang sangat berkeinginan mempersatukan
Nusantara dibawah kerajaan Singhasari. Pada tahun 1275 M Raja Kertanegara
mengirimkan tentaranya ke Melayu dengan nama Ekspedisi Pamalayu. Perluasan
wilayah ini bertujuan untuk menguasai tanah Melayu/Sumatera/Swarnabhumi
untuk dijadikan basis pertahanan menangkal serangan Raja Kubilai Khan dari
Mongol. Tahun 1280 dan 1281, Kubhilai Khan mengirim utusan ke Singhasari
meminta Singhasari mengakui kedaulatan Kerajaan Mongol. Raja Kertanegara
menolak utusan tersebut dengan mencabil wajah dari Mengci utusan dari
Mongol.
Tindakan Kertanegara memicu kemarahan Raja Kubilai khan dengan
mengutus tentara yang lebih besar untuk mengalahkan Singhasari. Namun
keinginan Kubhilai Khan menyerang Kerajaan Singhasari tidak terjadi, karena
pasukan Kubhilai Khan baru tiba di Singhasari pada tahun 1293 M, sementara
Raja Kertanegara telah meninggal pada tahun 1292 M akibat serangan dari
Jayakatwang (keturunan raja Kediri). Kerajaan gelang-gelang yang dipimpin
Jayakatwang merupakan kerajaan kecil yang menjadi vassal (wilayah bawahan)
Singhasari. Namun, karena pasuka Singhasari yang difokuskan untuk Ekspedisi
Pamalayu dan strategi Jayakatwang memancing para pimpinan tentara
Singhasari keluar dari kraton, maka dengan mudah Raja Kertanegara dibunuh di
kratonnya. Pasukan Jayakatwang berhasil masuk ke keraton dan membunuh
Raja Kertanegara serta para pembesar keraton. Dengan meninggalnya Raja
Kertanegara, berakhirlah Kerajaan Singhasari.
-
38
Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara dan keempat
istrinya serta beberapa pengikutnya menyelamatkan diri menuju ke Madura.
Mereka diterima oleh Bupati Sumenep, Arya Wiraraja.
Kehidupan ekonomi kerajaan Singhasari bertumpu pada pertanian
karena letak yang berada pada pinggiran sungai Bengawan Solo sekarang.
Masyarakat bertumpu pada perekonomian pelayaran sungai dan memanfaatkan
suburnya bumi Jawa untuk dijadikan lahan pertanian, maka sektor pertanian pun
menjadi bagian dari aspek perekonomian yang maju di Singhasari beserta hasil
buminya.
Kehidupan sosial-budaya Raja Singhasari cukup memperhatikan
kehidupan sosial masyarakatnya. Bukti yang bisa dilihat yaitu ketika para
Brahmana berseteru dengan raja Kertajaya dan meminta perlindungan dari Ken
Angrok.
Kerajaan Majapahit
Gambar 2.15 Peta kekuasaan Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Patih Gajah mada
-
39
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah ada di Kepulauan
Nusantara atau Indonesia pada zaman Hindu Budha. Disebut sebagai kerajaan
nasional dan embrio wilayah Indonesia kelak. Bukti yang mencerminkan yaitu
dapat dilihat dari bukti otentik kerajaan yang tertera didalam Sumpah Palapa
yang pernah diucapkan oleh Gajah Mada, mahapatih kerajaan yang sangat
termasyur.
Kehidupan politik kerajaan Majapahit sangat berhubungan dengan
hancurnya kerajaan Singhasari oleh serangan Jayakatwang dari kerajaan Gelang-
gelang. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan
menantu dari Kertanegara yang ketika peristiwa penyerangan Singhasari berhasil
melarikan diri sampai ke Madura dan diterima oleh Bupati Madura Arya
Wiraraja.
Atas pertolongan dari Arya Wiraraja Raden Wijaya akhirnya mendapat
ampun dari Jayakatwang dengan menghadap langsung ke Jayakatwang pasca
kekalahan Singhasari dari Gelang-Gelang. Atas bantuan dari Arya Wiraraja
akhirnya Raden Wijaya mendapat ampunan dan mendapatkan sebidang tang
yang disebut dengan Tanah Trik atau tanah Tarik di bagian Mojokerto Jawa
Timur Sekarang.
-
40
Gambar 2.16 Arca perwujudan Raja Raden Wijaya
Dibalik sikap Raden Wijaya yang meminta ampun kepada Jayakatwang,
Raden Wijaya juga menyiapkan pembalasan atas kematian ayah Mertuanya
yaitu Kertanegara. Kesempatan membalas pemberontakan Jayakatwang
didukung dengan mendaratnya pasukan Mongol Jawa untuk membalas
perlakuan Kertanegara kepada utusan yang tempo dulu dirusak bagian wajahnya
oleh Kertanegara. Raden Wijaya bersekongkol dengan pasukan Tar-tar/pasukan
Mongol untuk balik menyerang Jayakatwang dikarenakan orang yang mereka
cari sudah meninggal yaitu Kertanegara. Penyerangan Raden Wijaya beserta
pasukan Tar-tar membuahkan hasil dengan kekalahan Jayakatwang.
Tidak berhenti sampai itu, setelah kekalahan Jayakatwang, Raden Wijaya
melakukan serangan balik terhadap pasukan Tar-Tar. Raden Wijaya berhasil
mengusir pasukan Tar-Tar dengan bantuan para Ksatria Majapahit yang gagah
berani dan siap bertarung habis-habisan. Setelah berhasil menumpas para
musuh dan penghalang politknya, tahun 1293 M Raden Wijaya diangkat menjadi
raja pertama Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Istri dari
-
41
Raden Wijaya yaitu: Tribuana Tunggadewi, dengan dikaruniai putra yang
bernama Jayanegara, Dewi Gayatri mempunyai dua orang putri, yaitu
Tribuanatunggadewi dan Rajadewi Maharajasa.
Pembagian kekuasaan telah dilaksanakan sebaik-baiknya oleh Raden
Wijaya dengan pembagian wilayah-wilayah di Nusantara. Tetapi terdapat orang-
orang yang masih belum puas dengan wilayah yang dibagi. Akhirnya timbullah
pemberontakan yang menjadi duri dalam daging pada pemerintahan Majapahit.
Tahun 1309 M, Raden Wijaya meninggal dunia dan didarmakan di
Antahpura, dekat Blitar. Raja pengganti yaitu Jayanegara dengan gelar Sri
Jayanegara. Pada masa pemerintahannya, Jayanegara dirongrong oleh
banyaknya pemberontakan dari dalam petinggi kerajaan sendiri.
Pemberontakan-pemberontakan tersebut dari dari Ranggalawe (1309), Lembu
Sora (1311), Juru Demung dan Gajah Biru (1314), Nambi (1316), dan Kuti (1320).
Dari beberapa pemberontakan yang ada, pemberontakan dari Ra’ Kuti
adalah pemberontakan paling berbahaya karena Kuti berhasil menduduki ibu
kota Majapahit yang membuat raja Jayanegara menyelamatkan diri ke daerah
Badandea/Desa Bedander. Ditengah pemberontakan Ra’ Kuti kepada Raja
Jayanegara, muncullah seorang ksatria yang sangat gagah perkasa dengan
pasukan yang ia bawahi yaitu pasukan Bhayangkari dengan berhasil
mengamankan keluarga raja. Pemberontakan berhasil dipadamkan dan setelah
itu, pemimpin dari pasukan bhayangkari ini diangkat menjadi Patih di Kahuripan
pada tahun 1321 M dan Patih di Daha (Kediri). Patih yang sangat terkenal ini
bernama Gajah Mada.
-
42
Gambar 2.17 Arca Tribhuana Tungga Dewi
Tahun 1328, Jayanegara meninggal dunia dengan cara dibunuh oleh
Tabib Israna Ratanca, ia didharmakan di dalam pura di Sila Petak dan Bubat. Raja
Jayanegara tidak dikaruniai seorang putra, dan penggantinya yaitu Tribhuana
Tungga Dewi yang merupakan adik kandung dari Jayanegara. Dinobatkan
sebagai raja Majapahit dengan gelar Tribhuanatunggadewi Jaya Wisnu
Wardhani. Pemerintahan Tribhuana di ganggu oleh pemberontakan Sadeng dan
Keta pada tahun 1331. Dan tokoh yang berperan penting dalam penumpasan
pemberontakan ini yaitu Gajah Mada. Akhirnya, Tribhuana mengangkat Gajah
Mada menjadi mahapatih kerajaan. Pengangkatan Gajah Mada dibarengi dengan
pengucapan Sumpah Amukti Pallapa yang berisi tidak akan Amukti Palapa
sebelum ia dapat menundukkan Nusantara dengan diskripsi wilayah yang
menjadi target taklukan yaitu Gurun, Seran, Panjungpura, Haru, Pahang, Dompo,
Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik.
-
43
Gambar 2.18 Arca Gajah Mada dan Hayam Wuruk
Langkah penaklukan wilayah Nusantara dimulai Gajah Mada dengan
menaklukkan Bali tahun 1334, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku,
Sumatra, dan beberapa daerah di Semenanjung Malaka. Berdasarkan kitab
Negara Kertagama, luas wilayah Majapahit hampir sama dengan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia pada masa sekarang dan bahkan luas wilayah
Majapahit sampai dengan Malaysia dan Singapura sekarang.
Pada tahun 1350, Tribhuana Tungga Dewi mengundurkan diri dari
pemerintahan dan gantikan oleh putranya yang bernama Hayam Wuruk. Tahun
1350 M, putra mahkota Tribhuana yang bernama Hayam Wuruk dinobatkan
menjadi raja Majapahit dengan gelar Sri Rajasanagara dengan didampingi oleh
Mahapatih Gajah Mada. Kerajaan Majapahit mencapai puncak pada masa dwi
tunggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Cita-cita Gajah Mada terlaksana dengan
dikuasasinya wilayah Nusantara. Tahun 1357 terjadi peristiwa di Bubat, yaitu
pertikaian antara kerajaan Pajajaran dengan Majapahit. Peristiwa Bubat diawali
dengan keinginan Raja Hayam Wuruk memperistri Dyah Pitaloka, putri dari
-
44
kerajaan Pajajaran. Pada saat perjalanan Dyah Pitaloka dan Ayahnya yaitu Raja
pajajaran datang di istana Majapahit, mereka menyempatkan diri untuk singgah
di daerah yang bernama Bubat. Ditempat itu terjadi peperangan antara tentara
kerajaan Pajajaran dengan tentara Kerajaan Majapahit. Hal ini dikarenakan
adanya sikap Gajah Mada yang bersikeras untuk Raja Pajajaran menyerahkan
putri mahkota kepada Raja Hayam Wuruk.
Tahun 1364 M, sang patih terkemuka dari Majapahit meninggal dunia
dan moksa disekitar air terjun Madakaripura. Tahun 1389 giliran Raja Hayam
Wuruk meninggal dunia. Faktor inilah yang kelak menimbulkan adanya perang
saudara (paregrek) dalam kerajaan Majapahit. Raja berikutnya yang memerintah
Majapahit yaitu Wikramawardhana. Merupakan menantu dari Hayam Wuruk
yang menikah dengan putrinya yang bernama Kusumawardhani.
Gambar 2.19 Air terjun Madakaripura
Tahun 1401 timbul persengketaan perebutan wilayah Majapahit antara
Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi. Bhre Wirabhumi adalah anak
Hayam Wuruk dari istri selirnya. Akhirnya dimulailah perselisihan antara
keluarga Majapahit ini dalam bentuk perang paregrek. Perang sengketa wilayah
-
45
dimenangkan oleh Wikramawardhana. Tahun 1429 M, Wikramawardhana
meninggal dunia. Selanjutnya raja-raja yang memerintah Majapahit setelah
Wikramawardhana adalah: Suhita (1429 M 1447 M), putri Wikramawardhana;
Kertawijaya (1448 M 1451 M), adik Suhita; Sri Rajasawardhana (1451 M 1453
M); Girindrawardhana (1456 M 1466 M), anak dari Kertawijaya; Sri
Singhawikramawardhana (1466 M 1474 M); Girindrawardhana Dyah
Ranawijaya.
Runtuhnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1400 Saka taua dalam kalender
Masehi (1478 M). Peristiwa ini dijelaskan dalam keterangan Sirna Ilang
Kertaning Bhumi. Seranngan dari kerajaan bercorak Islam yaitu Demak juga
mencadi pemicu adanya kekalahan ini.
Gambar 2.20 Suhita salah seorang Raja Majapahit ketika perang Paregrek
Ekonomi Majapahit berkembang dengan pola pertanian dan
perdagangan. Pulau Jawa sudah terkenal yang padat penduduknya, tanahnya
-
46
subur, iklim tropis, matahari bersinar sepanjang tahun, dan banyak
menghasilkan padi, lada, garam, kain, dan burung kakatua yang semuanya
merupakan barang ekspor. Raja Majapahit berusaha membuat sistem perairan
dan tadah air hujan waktu itu dengan bendungan kolam segaran yang ada
disekitar Trowulan, serta di sekitar Candi Tikus.
Gambar 2.21 Letak geografis Situs Majapahit di Trowulan
Hasil pembangunan bidang sosial budaya yaitu adanya candi, antara lain
Candi Tikus, Wringin Lawang, Bajang Ratu, Penataran, Tegawangi, Candi Sumber
Jati, dan bangunan lainnya di daerah Trowulan (Mojokerto) yang menjadi pusat
pemerintahan Majapahit. Hasil karya sastra seperti naskah Negarakertagama
dikarang Mpu Prapanca, Sutasoma digubah oleh Mpu Tantular, Arjuna Wijaya,
dan sebagainya. Teks Bhinneka Tunggal Ika yang digunakan sebagai semboyan
Negara Republik Indonesia berasal dari Kitab Sutasoma karya yang digubah oleh
Mpu Tantular.
-
47
Gambar 2.21 Kumpulan peninggalan Majapahit dari mulai Candi Bentar Wringin Lawang, Kitab Sutasoma, Kolam Segaran, Kosa Kata Bhinneka Tunggal ika, Kitab Negarakertagama, Candi Bajang Ratu, Candi Tikus
-
48
Evaluasi Pilihlah jawaban yang menurut anda paling benar dengan memberi tanda silang (x) !
01. Kerajaan Kutai diyakini sebagai kerajaan Hindu tertua di Indonesia, karena …. a. Banyak ditemukan candi-candi bercorak Hindu b. Prasasti peninggalan kerajaan Kutai berangka tahun 645 m c. Sampai sekarang penganut agama Hindu banyak terdapat di Kutai d. Ditemukan yupa yang menyebutkan suatu tempat suci dengan kata
Vaprakecvara e. Kekuasaan Kerajaan Kutai meliputi wilayah India
02. Sumber peninggalan sejarah utama kerajaan Kutai adalah …. a. Candi b. Kuil c. Yupa d. Flakes e. Menhir
03. Di bawah ini adalah prasasti yang dibuat oleh Kerajaan Tarumanegara, kecuali …. a. Kota Kapur b. Jambu c. Muara Cianten d. Tugu e. Kebon Kopi
04. Raja Kerajaan Tarumanegara adalah …. a. Aswawarman b. Adityawarman c. Mulawarman d. Mahawarman e. Purnawarman
05. Perpindahan pusat Kerajaan Mataram ke Jawa Timur pada abad ke -10 disebabkan oleh …. a. Menghindari musuh b. Kehendak masyarakat c. Meletusnya Gunung Merapi d. Mencari daerah yang subur e. Mencari perlindungan
-
49
06. Pendiri Dinasti di Kerajaan Mataram, Jawa Tengah, adalah …. a. Empu Sindok b. Sanjaya c. Syailendra d. Dyah Balitung e. Panangkaran
07. Kerajaan Kediri mengalami kemunduran pada tahun 1222 karena diserang oleh …. a. Ken Arok b. Pasukan Mongol c. Tunggul Ametung d. Anusapati e. Kertanegara
08. Kerajaan Dharmawangsa hancur dalam peristiwa Pralaya, yaitu serangan yang dilakukan oleh kerajaan …. a. Wurawari b. Singasari c. Kediri d. Sriwijaya e. Mataram
09. Politik Kertanegara untuk menyatukan Nusantara ditandai dengan ….. a. Sumpah Pemuda b. Ekspedisi Pamalayu c. Bersahabat dengan Cina d. Mengikat raja bawahan e. Perkawinan politik
10. Asal usul Ken Arok tidak jelas. Kitab yang menyebutkan bahwa Ken Arok keturunan Dewa Brahma dari seorang wanita desa Pangkur adalah …. a. Pararaton b. Sutasoma c. Kunjarakarna d. Negarakertagama e. Kutaramanawa
Essay 11. Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada dalam tahun 1331
bertujuan untuk ….
-
50
12. Factor penyebab renggangnya hubungan antara Hayam Wuruk dan Gajah Mada diakibatkan oleh ….
13. Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih di Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan....
14. Factor intern yang menyebabkan keruntuhan Majapahit adalah …. 15. Setelah kalahnya Singasari, Raden Wijaya meminta Suaka politik ke ….
-
51
BAB III
PERKEMBANGAN ISLAM NUSANTARA
Gambar 3.1 Illustrasi pedagang Islam di Nusantara
“Pengaruh budaya Islam di Nusantara terjadi karena adanya pertemuan budaya Nusantara dengan budaya daerah pembawa budaya dan agama Islam. Hubungan budaya ini akibat dari pertemuan orang-orang pembawa agama islam yang menetap di Kepulauan Nusantara”.
A. Nusantara Sebelum Kedatangan Islam
Letak Indonesia yang sangat strategis jika ditinjau dari keberadaan
kepulauan yang dihubungkan oleh Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Hubungan dagang yang semakin intensif mengakibatkan terjadinya akulturasi
dan asimilasi budaya antara Hindu-Budha dan Islam.
Kondisi yang mendukung islamisasi yang pertama yaitu Kondisi sosial budaya.
Sistem pelayaran menggunakan alat bantu berupa kapal layar yang berlayar
-
52
dengan bantuan arah angin (Muson Barat dan Muson Timur). Angin muson inilah
5yang menyebabkan adanya pedagang-pedagang di pesisir pantai kepulauan
Indonesia. Para pedagang tersebut berkomunikasi tidak hanya tentang barang
dagangan, namun juga budaya masing-masing wilayah.
Gambar 3.2 Angin Muson Barat dan Muson Timur
Struktur masyarakat Hindu Budha yang bersifat hierarkis (dari bawah
keatas membuat para pemeluknya terbagi menjadi beberapa bagian
golongan/kasta (Brahmana, Sudra, Waisya, Ksatria). Komunikasi antar kasta
dibatasi. Sebagai contoh seorang kasta Ksatria tidak bisa menikah dengan
seseorang yang berasal dari Kasta Waisya.
Kondisi politik dan ekonomi kerajaan Hindu Budha Pada abad ke-7 sampai
dengan abad ke-12 mengalami masa keemasan. Sebagian besar masyarakat
Sriwijaya hidup dari bidang Maritim.
Islamisasi di Indonesia diawali sejak abad ke 7. Seorang ilmuwan Belanda
yang bernama Mouquette menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar
abad ke-13-14 Masehi. Penentuan waktu itu berdasarkan tulisan pada batu
nisan yang ditemukan di Pasai.
-
53
Tempat asal para pembawa Islam di Indonesia Ada beberapa pendapat
mengenai tempat asal para pembawa Islam ke Indonesia. Snouck Hurgronje
berpendapat bahwa para penyebar Islam di Gujarat pada abad ke-13 telah lebih
awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia daripada dengan orang
Arab.
Para penyebar Islam di Indonesia Faktor yang paling penting dalam
melaksanakan Islamisasi di Indonesia adalah melalui perdagangan, seperti
dikemukakan oleh Wolters bahwa Indonesia merupakan tempat yang sangat
strategis sebagai tempat persinggahan dari bangsa-bangsa sebelah barat seperti
Persia, Arab, dan India yang hendak menuju ke timur, yaitu ke Indonesia, Cina,
dan Jepang.
Gambar 3.3 Sketsa Wali Sanga
-
54
Islamisasi di Jawa dilakukan oleh sekelompok mubalig Islam yang dikenal
dengan sebutan walisongo. Wali arti harfiahnya adalah orang yang dekat dengan
Allah, sedangkan songo menunjukkan jumlah yaitu sembilan. Jadi walisongo
artinya sembilan orang wali. Walisongo sangat dihormati serta dimuliakan oleh
orang-orang, terutama di pulau Jawa, bahkan para walisongo itu diberi gelar
Sunan atau Susuhunan artinya yang dijunjung tinggi atau gelar yang tinggi dan
mulia. Mereka menggunakan pendekatan kebudayaan untuk memperkenalkan
Islam kepada masyarakat. Para wali itu, antara lain sebagai berikut:
Maulana Malik Ibrahim Maulana Malik Ibrahim atau Makdum Ibrahim,
sering pula disebut Maulana Maghribi, dan ada juga orang menyebutnya dengan
sebutan Kakek Bantal. Maulana Malik Ibrahim adalah orang pertama
menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak,
ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku).
Dari beberapa sumber, ada yang menyebutkan ia berasal dari Persia, ada juga
yang menyebutkan dari Turki, Arab, dan riwayat lain menyebutkan ia berasal
dari Gujarat. Tetapi pendapat yang lebih kuat ia berasal dari tanah Arab,
tepatnya Maroko. Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa
(Kamboja). Ia menikahi putri Campa dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Raden
Rahmat (Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Dalam proses
dakwahnya kepada masyarakat, ia melakukannya dengan penuh hati-hati,
bijaksana, dan mengadakan pendekatan personal pada masyarakat Jawa.
Kepercayaan sebelumnya yang dipegang oleh masyarakat tidak ditentang begitu
saja. Ia memperkenalkan budi pekerti yang diajarkan Islam dengan tutur kata
yang sopan, lemah lembut sehingga banyak penduduk Jawa yang tertarik
-
55
memeluk agama Islam. Maulana Malik Ibrahim wafat pada tanggal 12 Rabiul
Awal 822 Hijriah atau 9 April 1419 M dan dimakamkan di Gresik.
Sunan Ampel Sunan Ampel nama aslinya Raden Rahmat, seorang
kemenakan dari Raja Majapahit Kertawijaya. Beberapa versi menyatakan bahwa
Sunan Ampel masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama adiknya, Sayid
Ali Murtadha. Tetapi sebelum sampai ke Jawa, ia singgah dahulu di Palembang,
kemudian berlabuh di daerah Gresik, dilanjutkan ke Majapahit untuk menemui
bibinya yang bernama Dwarawati, seorang putri Campa yang dipersunting Raja
Majapahit yang bergelar Prabu Sri Kertawijaya. Pada tahun 1450, Raden Rahmat
menikah dengan Nyi Ageng Manila, putri Bupati Tuban yang sudah memeluk
agama Islam. Selanjutnya Raden Rahmat menetap di daerah Ampeldenta
pemberian dari Raja Majapahit. Di sana Raden Rahmat mendirikan masjid dan
membuka pondok pesantren, sehingga ia dikenal dengan Sunan Ampel. Ajaran
Sunan Ampel yang terkenal adalah falsafah Mo Limo, Mo artinya ora gelem
(tidak mau) dan Limo artinya perkara lima. Jadi maksud Mo Limo ialah tidak mau
melakukan perkara lima yang terlarang, yaitu : 1) Emoh main (tidak mau judi) 2)
Emoh ngumbih (tidak mau minum-minuman yang memabukkan) 3) Emoh madat
(tidak mau minum atau menghisap candu atau ganja) 4) Emoh maling (tidak mau
mencuri) 5) Emoh madon (tidak mau berzina)
Keberhasilan yang menjadi prestasi Sunan Ampel yaitu melahirkan tokoh
wali lainnya seperti Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Derajat dan Sunan Bonang.
Keberhasilan dalam bidang politik yaitu dengan ikut menjadi pembentuk
Kerajaan Demak. Pada tahun 900 Hijriyah (1494 M), Sunan Ampel wafat.
Jenazahnya dimakamkan di Ampeldenta, Surabaya.
-
56
Sunan Bonang Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim lahir pada tahun
1450 M. Ia adalah anak Sunan Ampel dari istrinya yaitu Nyi Ageng Manila, putri
seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya
di Ampeldenta. Sunan Bonang mempunyai tempat kegiatan dakwahnya yaitu di
daerah Bonang, dekat Tuban. Di sana ia mendirikan pesantren yang sekarang
dikenal dengan sebutan Watu Layar. Untuk melaksanakan dakwah kepada
masyarakat, ia menggunakan kesenian rakyat dengan tabuhan diiringi dengan
lagu-lagu bernafaskan islam. Ajaran Islam disampaikan secara populer melalui
media kesenian. Pada tahun 1525 M, Sunan Bonang wafat dan dimakamkan di
daerah Tuban.
Sunan Derajat Sunan Derajat mempunyai nama sebenarnya yaitu Masih
Munat, putra dari Sunan Ampel, saudara dari Sunan Bonang. Kegiatan
dakwahnya dengan cara langsung dan langsung pada inti akidahnya dan tidak
banyak mendekati budaya lokal. Ia menciptakan lagu gending pangkur yang
sangat populer tersebut. Ia dikenal sebagai seorang yang bersahaja yang suka
menolong sesama. Dialah wali yang memelopori penyantunan anak-anak yatim,
fakir miskin, dan orang sakit. Sunan Derajat wafat pada pertengahan abad ke-15
dan dimakamkan di Sedayu, Gresik (Jawa Timur).
-
57
Gambar 3.4 Makam Sunan Giri yang merupakan perpaduan budaya antara Budaya Indonesia asli (pra aksara), Hindu, dan Islam
Sunan Giri atau Raden Paku. Area dakwah Sunan Giri yaitu dengan
bantuan masyarakat Gresik, dengan mendirikan mendirikan pesantren di daerah
Giri. Pesantren dijadikan sebagai tempat pengembangan masyarakat. Murid
yang belajar berasal dari Madura, Kalimantan, Makassar, Lombok, dan seluruh
Jawa. Sunan Giri dibiarkan berdakwah karena Kerajaan Majapahit merasa
khawatir terhadap peluang Sunan Giri memberontak. Sunan Giri dikenal karena
pengetahuannya yang luas dalam ilmu fiqih. Hasil karya Sunan Giri yaitu Gending
Pucung yang bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam. Sunan Giri
wafat pada tahun 1600 M dan dimakamkan di atas Bukit Giri, dekat Gresik.
Sunan Kalijaga atau Raden Jaka Said. Ia berasal dari Tumenggung
Wilwatikta dari Tuban. Sejak kecil, dalam diri Raden Jaka Said sudah tampak jiwa
luhur yang ditandai dengan sikap welas asih kepada semua orang. Ia menjadi
murid Sunan Bonang. Berbeda dengan para wali lain, Sunan Kalijaga menjadi
mubalig keliling dan tidak mempunyai pusat dakwah yang tetap. Dalam
melaksanakan dakwahnya, Sunan Kalijaga menggunakan kesenian wayang kulit
-
58
yang sangat digemari masyarakat sejak aman Hindu. Kisah Mahabharata yang
melandasi cerita wayang disesuaikan agar tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Penggunaan wayang sebagai alat dakwah ini ternyata memberi
kemudahan dalam meluaskan penyebaran Islam ke masyarakat. Sunan Kalijaga
sebagai Mubalig yang ahli seni, ahli filsafat, dan kebudayaan memiliki beberapa
karya seni hasil ciptaannya antara lain orang pertama yang merancang baju
takwa, menciptakan lagu Dandang Gula dan Semarangan, menciptakan seni ukir
bermotif dedaunan, menciptakan bedug di masjid, memprakarsai Gerebeg
Maulud, menciptakan Gong Sekaten, dan membuat kreasi baru wayang menjadi
karikatur, digambar dan diukir pada kulit binatang. Pada pertengahan abad ke-
15, Sunan Kalijaga wafat dan di makamkan di daerah Kadilangu, dekat Demak.
Sunan Kudus merupakan Sunan yang berasal dari Panglima perang
pasukan Demak. Beliau berjasa dalam pengembangan studi keagamaan yang
diberi nama Kudus. Cara dakwahnya meniru Sunan Kalijaga dengan mentoleransi
budaya setempat masyarakat. Pendekatan yang dilaksanakan yaitu dengan men-
stelir atau membiaskan gambar-gambar hewan dan tumbuhan lambang agama
hindu dengan relief dan kaligrafi yang bernafaskan islam. Terkenal sebagai
pujangga yang mengarang cerita pendek bernapaskan Islam. Peninggalan yang
terkenal adalah Masjid Kudus. Menaranya berbentuk candi, dan sering disebut
Masjid Menara. Pada mihrab masjid ini tercantum tahun peresmian masjid, yaitu
956 Hijriah (1549 M). Dalam bidang kesenian ia dikenal sebagai pencipta
Gending Asmarandana. Pada tahun 1550, Sunan Kudus wafat dan dimakamkan
di daerah Kudus, Jawa Tengah.
Sunan Muria Sunan Muria atau Raden Umar Said, adalah putra Sunan
Kalijaga dari istrinya yang bernama Dewi Sorah. Sunan Muria berdakwah dengan
-
59
cara mencari tempat yang jauh dari keramaian. Ia banyak bergaul dengan rakyat
jelata. Sambil bercocok tanam, berladang, dan berdagang, ia mengajarkan
agama Islam. Selain itu, Sunan Muria berdakwah dengan menggunakan media
kesenian rakyat yaitu berupa gamelan. Ia menciptakan gending sinom dan
kinanti. Beliau wafat pada tahun 1560 M dan dimakamkan di atas Gunung
Muria.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah dikenal dengan nama Sunan
Gunung Jati karena pusat kegiatan dakwahnya berada di daerah Gunung Jati,
Cirebon, Jawa Barat. Pada tahun 1570 M, Sunan Gunung Jati wafat dan
dimakamkan di Gunung Jati, Cirebon.
B. Kehidupan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan Samudra Pasai
Merupakan kerajaan islam pertama yang ada di Nusantara. Menurut
sumber sejarah, raja pertama yang memerintah yaitu Sultan Malik Al Saleh
tahun 1290-1297. Terletak di Lhok Seumawe sekarang (pantai timur Aceh).
Tahun 1297 M, Sultan Malik Al-Saleh wafat, dan digantikan oleh putranya yaitu
Sultan Malik al-Tahir dan memerintah tahun 1297- 1326. Setelah Sultan Malik al-
Tahir wafat pada tahun 1326, kerajaan Samudera Pasai diperintah oleh putranya
yaitu Sultan Malik al-Zahir.
-
60
Gambar 3.5 Pemandangan Kota Lhokseumawe tempat berdirinya Kerajaan Samudra Pasai
Tahun 1348, Sultan Malik al-Zahir wafat, kemudian takhta kerajaan
dipimpin oleh Zainal Abidin. Pada masa Zainal Abidin, kerajaan Samudra Pasai
dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Dan setelah Majapahit runtuh, akhirnya
Samudra Pasai menjadi negeri yang berdiri sendiri. Setelah Zainal Abidin wafat,
kerajaan ini tidak terdengar lagi eksistensinya. Perdagangan menjadi andalan
pendapatan kerajaan. Letak Pasai yang berada dekat dengan selat Malaka
membuat kerajaan ini menjadi makmur.
Samudera Pasai menjadi pusat studi agama Islam di kawasan sekitar
Sumatra dan Malaka. Didalam kerajaan Samudra Pasai terdapat golongan
masyarakat yaitu Ulama, Keluarga raja, Pedagang, dan rakyat. Hukum Islam
berlaku di kerajaan ini dan dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat.
Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka kini merupakan wilayah Negara Malaysia. Kerajaan Malak
memiliki peran dalam sejarah kerajaan Islam di Indonesia. Letak kerajaan yang
berada ditepi selat Malak membuat kerajaan ini ramai dikunjungi para
-
61
pedagang. Cikal bakal kerajaan ini terdapat berbagai macam versi dan konon
didirikan oleh putra mahkota bernama parameswara yang berasal dari Kota
Palembang sekarang. Nama raja akhirnya diganti menjadi nama yang
bernafaskan Islam menjadi Muhammad Syah (1400-1414) karena adanya proses
islamisasi.
Gambar 3.6 Nisan Malik As Saleh
Raja yang memerintah yaitu Sultan Iskandar Syah (1414-1424), Sultan Muzaffar
Syah (1424-1444), Sultan Mansur Syah (1444-1477), dan Sultan Mahmud Syah
(1477-1511). Kerajaan Malaka mengandalkan bidang perdagangan sebagai sendi
kehidupan mereka. Raja dan Patih berperan penting dalam proses perdagangan.
Cukai masuk kapal dibedakan berdasarkan tempat asal kapal tersebut. Kerajaan
Malaka sudah tidak terdengar lagi bersamaan dengan dikuasainya Malaka oleh
pelaut asal Portugis tahun 1511.
Kerajaan Aceh Kerajaan Aceh berdiri dan muncul sebagai kekuatan baru di Selat
Malaka, pada abad ke-16 setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.
-
62
Kerajaan Aceh
Gambar 3.7 Masjid Baiturrahman peninggalan Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh merupakan kerajaan yang sangat menentang kebijakan
Portugis di Selat Malaka. Kerajaan Aceh berdiri atas inisiatif Sultan Ali
Munghayat Syah. Ia menjabat sebagai raja pertama tahun 1514 – 1528. Ibukota
Kerajaan Aceh berada di Kutaraja. Kerajaan Aceh berhasil menguasai Daerah
sekitar Sumatera Utara sekarang seperti Pasai, Deli, dan Aru. Penguasaan daerah
itu untuk mendukung adanya penguasaan hasil bumi seperti Lada. Raja
pengganti dari Sultan Ali Munghayat Syah yaitu Sultan Iskandar Muda
memerintah tahun 1607-1636. Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan dan
menguasai Semenanjung Malaya dan sebagian Sumatra, kecuali Palembang dan
Lampung yang dipengaruhi Banten. Sebagian Selat Malaka dapat dipengaruhi
meskipun bersaing dengan Portugis. Aceh menjadi daerah transit kapal layar dari
luar negeri. Hasil warisan budaya yang sampai sekarang bisa dilihat yaitu Masjid
Baiturrahman. Daerah Aceh menjadi daerah yang mengandalkan pertanian dan
-
63
perdagangan dengan penarikan cukai masuk kapal. Menurut Hikayat Aceh,
Kerajaan Aceh telah mengadakan perjanjian politik dan dagang dengan Kamboja,
Gambar 3.8 Hikayat Aceh
Champa, Chiangmai, Lamer, Pashula, dan Cina. Sepeninggal Raja Sultan
Iskandar Muda tahun 1636 kerajaan Aceh mengalami kemunduran. Raja terakhir
yaitu Sultan Iskandar Thani memerintah tahun 1637-1641. Sultan Iskandar Muda
kurang cakap sehingga kurang bisa menguasai istana. Faktor dari luar yaitu
pertikaian antara golongan Teuku dan golongan Tengku. Teuku adalah golongan
bangsawan, sedangkan Tengku adalah pemuka agama. Kerajaan ini akhirnya
ditaklukan oleh Belanda dalam Perang Aceh.
-
64
Gambar 3.9 Wilayah Kekuasaan Kerajaan Aceh
Kerajaan Demak
Gambar 3.10 Wilayah Kerajaan Demak
Kerajaan Demak disebut sebagai kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa.
Berdiri sekitar abad ke-15 M didirikan oleh Raden Patah, yang merupakan putra
dari Raja terakhir Majapahit Kertawijaya yang menikah dengan Putri dari
Kerajaan Champa. Demak terletak di Provinsi Jawa Tengah sekarang. Demak
-
65
merupakan kerajaan vassal/kerajaan bawahan Majapahit. Majapahit yang
runtuh karena adanya perang saudara tahun 1478 membuat Demak menyatakan
sebagai kerajaan yang merdeka dari majapahit.
Gambar 3.11 Masjid Agung Demak
Pada Masjid Demak menyatakan tahun 1403 Saka (1481 Masehi) sebagai
berdirinya Kerajaan Demak. Raja pertama yang memerintah yaitu Raden Patah
tahun 1481-1518. Perluasan kerajaan sampai ke Kalimantan Selatan,
Palembang, dan Jambi. Putra dari Raden Patah yaitu Pati Unus tahun 1512 dan
1513 bergerak keutara menyerang Portugis untuk menguasai Malaka.
Keberanian menyerang ke Malaka membuat Adipati Unus diberi gelar Pangeran
Sabrang Lor (Pangeran yang pernah menyeberang ke utara). Demak menjadi
pusat penyebaran agama islam dengan bantuan Wali Songo. Wali Songo yang
berasal dari Demak yaitu Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan
Sunan Muria. Masjid Demak merupakan masjid yang berdiri atas jasa Raden
Patah dan Sunan Kalijaga. Kehidupan sosial diatur dengan hukum Islam.
Perekonomian Demak berpijak pada Agraris dan maritim. Merebut Selat Malaka
-
66
dari Portugis merupakan langkah mewujudkan penguasaan bidang Maritim,
meskipun mengalami kegagalan.
Raden Patah wafat tahun 1518 M, pemerintahan dilanjutkan oleh Adipati
Unus pada tahun 1518-1521. Raja berikutnya yaitu adiknya yang bernama Sultan
Trenggana (1521- 1546). Sultan Trenggana berebut kekuasaan dengan Pangeran
Sekar Sedo Lepen. Melalui saluran perkawinan, Sultan trenggana menikahkan
para anak yang perempuan dengan Pangeran Hadiri dari Kalinyamat (Jepara) dan
Pangeran Adiwijaya dari Pajang. Perluasan yang dilaksanakan yaitu dengan
menaklukkan Daha (Kediri), Madiun, dan Pasuruan. Wilayah Kerajaan Demak
sangat luas meliputi Banten, Jayakarta, Cirebon (Jawa Barat), Jawa Tengah, dan
sebagian Jawa Timur. Sultan Trenggana wafat tahun 1546 dan Demak mulai
mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Sunan Prawoto
(putra Sultan Trenggana) dengan Aria Panangsang (keturunan Sekar Sedo Lepen
(adik Sultan Trenggana)). Dalam perebutan kekuasaan itu, Aria Panangsang
membunuh Pangeran Prawoto dan putranya, Pangeran Hadiri. Ratu Kalinyamat
dan Aria Pangiri memohon bantuan kepada Adiwijaya di Pajang. Dalam
pertempuran itu, Adiwijaya berhasil membunuh Aria Panangsang. Setelah itu,
Adiwijaya memindahkan ibu kota Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1568.
Peristiwa ini menjadi akhir dari Kerajaan Demak.
Kerajaan Pajang
Didirikan oleh Sultan Adiwijaya tahun 1568. Kerajaan ini melakukan ekspansi ke
Jawa Timur dengan menaklukan penguasa lokal dengan dibantu oleh Ki Ageng
Pamanahan dan Ki Ageng Panjawi. Ki Ageng pamanahan berperan penting dalam
menaklukan Aria Panangsang dan diberi kekuasaan di Mataram, sedangkan Ki
-
67
Ageng Panjawi diberi daerah di Pati. Sepeninggal Ki Ageng Pamanahan (1584),
putranya yang bernama Panembahan Senopati Ing Alaga (Sutawijaya),
menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Adipati Mataram dan sekaligus
diangkat sebagai panglima tentara Pajang.
Sultan Adiwijaya meninggal tahun 1582, takhta Pajang direbut Aria Pangiri
(menantu Adiwijaya). Putra Adiwijaya yaitu Pangeran Banowo meminta bantuan
kepada Adipati Mataram, Panembahan Senopati, untuk merebut takhta
kerajaan. Aria Pangiri kalah dan melarikan diri ke Banten, sementara Pangeran
Banowo menyerahkan takhta kerajaan kepada Panembahan Senopati. Kerajaan
Pajang merupakan cikal bakal kerajaan Mataram.
Kerajaan Mataram
Didirikan oleh Sutawijaya dan berkuasa tahun 1584-1601 berpusat di
Yogyakarta. Cita-citanya yaitu menaklukan Tanah Jawa menjadi daerah
kekuasaannya. Demak, Madiun, Kediri, Ponorogo, Tuban, dan Pasuruan
merupakan daerah yang menjadi target penyerangan Mataram. Sutawijaya
meninggal tahun 1601, dan dimakamkan di Kota Gede. Tahta kerajaan jatuh
kepada putranya bernama Mas Jolang terkenal dengan nama Panembahan Seda
Ing Krapyak memerintah dari tahun 1601-1613. Pada tahun 1602, terjadi
pemberontakan Pangeran Puger yang merupakan sepupu raja dari Demak.
Pemberontakan berhasil namun pada tahun 1605 berhasil direbut kembali oleh
Sultan Krapyak.
-
68
3.12 Letak Kerajaan Mataram
Dibidang ekonomi, pangeran Krapyak bersekutu dengan VOC tahun 1613
yang dipimpin oleh Pieter Both. Krapyak berpendapat bahwa VOC dan Mataram
sama-sama memusuhi Surabaya jadi bisa dijadikan teman persekutuan. Setelah
Sultan Krapyak meninggal, takhta kerajaan diserahkan kepada anaknya yang
bernama Raden Rangsang yang terkenal dengan gelar Sultan Agung (1613-1645).
Merupakan raja terbesar kerajaan Mataram. Sultan Agung dapat menguasai
daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Madura. Surabaya berhasil ditaklukan
pada tahun 1625. Daerah Jawa Barat tidak dapat dikuasai secara penuh karena
Kerajaan Banten sukar untuk dikalahkan.
Selain memperkuat bidang politik, Mataram juga memperhatikan sektor
agraris hasil bumi yang berupa beras (padi). Di bidang kebudayaan Sultan Agung
berhasil membuat Kalender Jawa, yang merupakan perpaduan tahun Saka
dengan tahun Hijriyah. Dalam bidang seni sastra, Sultan Agung mengarang kitab
sastra gending yang berupa kitab filsafat. Tradisi sekaten dan shadatain
diciptakan oelh Sultan Agung. Sistem feodalisme di Mataram dibedakan atas
Raja dan yang dikuasai dan pemilik tanah/tuan tanah dengan penggarap tanah.
-
69
Gambar 3.13 Sultan Agung
Sultan Agung membangun Keraton Mataram di Karta dan Sitinggil pada
tahun 1614 dan 1625 yang dilengkapi dengan alun-alun, tembok keliling,
pepohonan, masjid besar, dan kolam. Sultan Agung. Sultan Agung tidak
menyukai adanya VOC di Batavia (Jakarta). Sultan Agung akhirnya memiliki
ambisi untuk mengusir VOC dari tanah Batavia. Penyerbuan pertama tahun 1628
dengan tidak membawa hasil kemenangan. Tahun 1629, kembali menyerang
VOC dan kembali gagal karena kapal-kapal VOC berhasil menghancurkan
lumbung makanan persediaan perang pasukan Sultan Agung.
Tahun 1645, Sultan Agung meninggal dan dimakamkan di situs
pemakaman Imogiri. Amangkurat I melanjutkan kepemimpinan tahun 1647-
1677. Pengaruh Belanda mulai bisa masuk istana mataram pada masa Raja
Amangkurat I. Akhirnya, dengan politik adu domba, Belanda berhasil memecah
keraton Mataram dan menguasai Pulau Jawa. Konflik Mataram diakhiri dengan
perjanjian Giyanti tahun 1755 yang membagi kerajaan Mataram menjadi dua
wilayah kerajaan, yaitu: 1) Daerah kesultanan Yogyakarta dengan nama
Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin oleh Mangkubumi sebagai rajanya dengan
-
70
gelar Sultan Hamengkubuwono I. 2) Daerah Kasunanan Surakarta, dipimpin oleh
Susuhunan Pakubuwono. Hingga sekarang, wilayah monarki ini akhirnya menjadi
empat bagian yaitu Kerajaan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Pakualaman, dan
Mangkunegaran.
Gambar 3.14 Teks perjanjian Giyanti dan wilayah Mataram setelah Perjanjian Giyanti
Kerajaan Banten
Raja pertama yaitu Sultan Hasanuddin memerintah tahun 1522-1570.
Merupakan putra dari Fatahillah, seorang panglima perang Demak yang
termasyur. Pada waktu Demak masih berjaya, Banten merupakan bagian dari
kekuasaan Demak. Namun setelah Demak runtuh, Banten menjadi daerah yang
merdeka. Pada masa pemerintahan Hasanuddin, Banten menjadi pusat
perekonomian dengan memanfaatkan Selat Sunda sebagai daerah transit.
Komoditas yang diperjualbelikan yaitu Lada.
Raja berikutya yaitu Maulana Yusuf (1570-1580), anak dari Hasanuddin.
Tahun 1579 Banten berhasil menguasai Kerajaan Pajajaran yang beragama
Hindu. Para pengikut Pajajaran yang tidak mau mengikuti Banten lari ke daerah
Banten Selatan dan menjadi Suku Badui sekarang. Maulana Yusuf kemudian
digantikan oleh Maulana Muhammad (1580-1596). Usaha yang dilakukan yaitu
-
71
untuk menaklukkan Palembang. Dalam upaya penaklukan, Maulana Muhammad
tewas dandigantikan oleh putra mahkotanya yaitu Pangeran Ratu naik takhta.
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa putra Pangeran Ratu
yang bernama Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Sultan Ageng Tirtayasa
merupakan Raja yang sangat membenci VOC dengan perlwanan-perlawanan
yang dilakukan. Penggantinya yaitu Sultan Haji lebih bersifat kooperatif dengan
VOC dan hal ini menjadi akhir dari Kerajaan Banten.
Kerajaan Cirebon
Gambar 3.15 Masjid Cirebon peninggalan Kerajaan Cirebon
Pendiri kerajaan Cirebon yaitu Sunan Gunung Jati walisongo penyebar
agama Islam di Jawa Barat. Raja yang terkenal yaitu Fatahillah, Kesultanan
Cirebon berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama
Islam di Jawa Barat. Jasa Sunan Gunung Jati yaitu mengembangkan Islam ke
Majalengka, Kuningan, Kawali, Banten, dan daerah lainnya di Jawa Barat. Tahun
-
72
1570, Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan di Gunung Jati Cirebon Jawa
Barat.
Gambar 3.16 Letak Kerajaan Banten
Kerajaan Makasar (Goa dan Tallo)
Gambar 3.17 Benteng Sombaopu, benteng Kerajaan Gowa
Letak Makassar yang menjadi pengubung antara Jawa dan Maluku
membuat kerajaan ini menjadi kerajaan yang mengandalkan sektor maritim.
Budaya Islam yang sangat kental membuat kerajaan ini berakar kuat agama
islam. Budaya masyarakat Sulawesi Selatan yaitu merantau dan mengarungi
-
73
samudra yang luas. Perahu terkenal yang menjadi warisan budaya Kerajaan
Makassar yaitu perahu pinishi. Islam masuk di Makassar melalui pulau Ternate
yang ada di Kepulauan Maluku. Raja yang terkenal dari Makassar yaitu Sultan
Hasanuddin (1654-1660). Makassar menjadi pusat perdagangan hasil bumi
berupa rempah-rempah di Indonesia Timur. Masuknya pengaruh Belanda dalam
Kerajaan Bone membuat Sultan Hasanuddin harus berseteru dengan Aru Palaka
dari Bone.
Gambar 3.18 Sultan Hassanuddin
Meletuslah perang Makassar pada tahun 1660-1669. Perlawanan Kerajaan
Gowa karena monopoli perdagangan rempah di daerah Indonesia Timur. Julukan
Ayam Jantan dari Timur diberikan oleh Belanda karena keberanian dalam
mengusir VOC dari tanah Makassar. Akhir dari peperangan ini adalah Makassar
harus menyetujui Perjanjian Bongaya (1667) yang isinya sesuai dengan keinginan
Belanda, yaitu: 1) Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di
Makassar; 2) Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar; 3) Makassar
harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar Makassar; 4) Aru
Palaka diakui sebagai Raja Bone. Benteng Sombaopu yang menjadi benteng
-
74
Kerajaan Makassar masih dijadikan tempat perlawanan dengan pengganti
Hassanuddin yaitu Mapasomba.
Kerajaan Banjar
Gambar 3.19 Letak Kerajaan Banjar
Di Kalimantan terdapat Kerajaan Islam yang cukup terkenal yaitu Kerajaan
Banjar. Awalnya kerajaan ini belum bercorak Islam dan diperintah oleh tujuh
raja. Raja-raja tersebut seperti Pangeran Surianata (1438-1460) dan raja terakhir
ialah Pangeran Tumenggung (1588-1595). Pemerintahan Pangeran Tumenggung
ditandai dengan tidak kondusifnya bidang politik.
Pada akhir masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (1650) dimulailah
Kesultanan banjar, dengan pusat pemerintahan di Muara Tambangan, dekat
Martapura. Sultan Tamjidillah (1745-1778) kemudian memindahkan pusat
pemerintahan ke Martapura tahun 1766. Masa pemerintahan Sultan Sulaiman
(1808-1825) pusat pemerintahan dipindahkan ke Karang Intan, dan pada
pemerintahan Sultan Adam al-Wasi’ Billah (1825-1857) dipindahkan kembali ke
Martapura. Islam menjadi nafas dari Kerajaan Banjar dengan adanya usaha
Sultan Tahlillullah (memerintah 1700-1745) untuk mengembangkan dakwah
-
75
Islam di sana. Sultan terakhir yaitu Sultan Tamjidillah yang menjadi protes dari
rakyat karena dekat dengan Belanda.
Gambar 3.19 Pangeran Antasari Penerus silsilah Kerajaan Banjar
Kerajaan Ternate dan Tidore.
Gambar 3.20 Rempah-Rempah
Maluku terkenal sebagai sebutan “Mutiara Dari Timur” karena daerah ini
penghasil rempah-rempah terbaik di bumi nusantara. Ulama dan penyebar islam
mulai menanamkan pengaruh di Kepulauan ini pada abad ke 15. Akhirnya
muncul empat buah kerajaan yang bernama Maluku Kie Raha (Maluku Empat
Raja) yaitu Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Tidore yang
-
76
dipimpin oleh Sultan Mansur, Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan
Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko.
Kerajaan Ternate dan Tidore berkembang menjadi kerajaan yang
memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Ternate dan Tidore
adalah penghasil rempah-rempah terbaik seperti lada, pala, dan cengkeh.
Wilayah maluku timur dan papu menjadi kekuasaan Tidore, sedangkan sebagian
besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores
dan Mindanao, dikuasai oleh Ternate. Raja terkenal Ternate yaitu Sultan
Baabullah, Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku.
Persaingan dagang tersebut mengakibatkan timbulnya dua persekutuan
dagang, yaitu: a. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate
meliputi Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan
Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas
ke Filipina. Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore
meliputi Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman
keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku.
-
77
Gambar 3.20 Peta Uli Lima dan Ili Siwa
-
78
Evaluasi Pilihlah jawaban yang menurut anda paling benar dengan memberi tanda
silang (x) !
01. Factor pendorong semakin cepatnya agama Islam menyebar di Indonesia abad ke-13-16 adalah sebagai berikut, kecuali …. a. Relatif tidak mendapat tantangan dari penguasa-penguasa Hindu Budha b. Ajarannya dianggap lebih demokratis dibanding dengan kebudayaan
Hindu Budha c. Berkembangnya perdagangan antarpulau di kawasan Nusantara d. Pendekatan budaya yang dilakukan oleh para wali dalam penyebarannya e. Masuk dan berkembangnya Islam bersamaan dengan masuknya tradisi
Hindu-Budha 02. Berikut factor yang mempengaruhi berkembangnya pelabuhan Malaka
sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam, yaitu …. a. Letaknya di jalur perdagangan internasional b. Tidak terdapat pelabuhan-pelabuhan lain di kawasan sekitarnya c. Letaknya di jalur darat (Jalan Sutra) perdagangan internasional d. Kesultanan Aceh dan Samudra Pasai ditaklukkannya tahun 1511 e. Merupakan pusat pendidikan Islam di Asia Tenggara
03. Berikut bukan termasuk kesultanan-kesultanan Islam di Indonesia yang kegiatan ekonominya ditekankan pada sektor perdagangan, yaitu …. a. Demak b. Aceh c. Banten d. Mataram e. Malaka
04. Wujud hasil akulturasi dalam bentuk fisik pada bangunan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan Indonesia dapat dilihat pada …. a. Bangunan masjid b. Keraton c. Makam d. Istana e. Jalan raya
05. Kesultanan Islam di Jawa yang banyak melahirkan wali penyebar agama Islam, yaitu …. a. Banten
-
79
b. Cirebon c. Mataram d. Demak e. Pajang
06. Berikut bukan termasuk kerajaan yang terdapat di Sulawesi Selatan, yaitu …. a. Banjar b. Bone c. Goa d. Tallo e. Sopeng
07. Factor yang bukan menjadi penyebab Banten berkembang sebagai pusat perdagangan di Nusantara, yaitu …. a. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada 1511 b. Tidak memiliki hambatan geografis c. Secara budaya menjadi pusat pertemuan berbagai perdagangan
Nusantara dan mancanegara d. Tidak terdapat perebutan tahta kerajaan oleh elit politik Banten e. Terbuka terhadap budaya lain
08. Berikut bukan factor yang menyebabkan Mataram menjadi kerajaan yang bersifat agraris, yaitu …. a. Tidak memiliki wilayah pantai untuk perdagangan b. Pusat ibu kota berada di pedalaman c. Keberhasilan VOC dalam menjadikan kerajaan ini bersifat agraris d. Sebagian besar penduduknya adalah petani e. Memiliki armada yang kuat
09. Kerajaan Makassar mencapai kejayaan pada masa pemerintahan …. a. Sultan Alaudin b. Sultan Hasanuddin c. Sultan Agung d. Sultan Ageng e. Aru Palaka
10. Hasil interaksi budaya islam dengan budaya Indonesia yang mendapat pengaruh Hindu Budha adalah dalam bidang arsitektur berikut, kecuali …. a. Bangunan masjid b. Bangunan keraton c. Bangunan makam d. Bangunan jalan raya
-
80
e. Bangunan gerbang istana
Essay
01. Kapan dan bagaimana proses awal penyebaran Islam di kepulauan Indonesia?
02. Sebagian besar penduduk pesisir telah memeluk agama Islam dan telah ada kerajaan Islam pertama, Samudra Pasai di Sumatera. Jelaskan mengapa sebagian dari masyarakat Indonesia pertama yang memeluk Islam bertempat tinggal di kawasan pantai dan bekerja sebagai pedagang ?
03. Tunjukkan dalam Peta letak Tumasik. Berdasarkan letak itu kemukakan pendapat Anda ditinjau dari aspek ekonomis!
04. Masjid Agung Demak. Tunjukkan apakah ada pengaruh Hindu Budha dalam bentuk bangunannya !
05. Cari dari berbagai sumber profil Hasanudin!
-
81
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Ari Listiyani. 2009. Sejarah Untuk SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan
Imtam Rus Ernawati. 2009. Sejarah Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Tarunasena. 2009. Sejarah SMA/MA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tim Guru Mata Pelajaran Sekolah Galuh Handayani. 2014. Sejarah. Surabaya: CV
Cerdas Inti Media
Triyono Suwito. 2009. Sejarah SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan
Gambar: Google.com Search
top related