gilingan skala kecil
Post on 14-Dec-2015
76 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL
(Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam
Provinsi Sumatera Barat)
RICARDO ARFIN SAPUTRA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha
Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang
Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Ricardo Arfin Saputra
NIM H34114054
1 Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelit ian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada
perjanjian kerja sama terkait
ABSTRAK
RICARDO ARFIN SAPUTRA. Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil
(Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat). Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA
Analisis kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam merupakan dasar untuk
menilai apakah kegiatan investasi yang dilakukan layak untuk dijalankan, memberikan
gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat diterima dari bisnis penggilingan yang dilakukan. Analisis aspek non finansial usaha
penggilingan padi RMU Bonjo Alam menunjukan bahwa usaha penggilingan layak untuk dijalankan untuk aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan aspek sosial lingkungan karena sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Analisis aspek finansial usaha penggilingan padi
RMU Bonjo Alam menunjukan bahwa usaha penggilingan padi layak untuk dijalankan. Nilai NPV usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebesar Rp942 882 122, nilai Net B/C yang
dihasilkan yaitu 1.84, nilai IRR sebesar 20.99 persen, nilai Payback Period (PP) 3 tahun 0.95 bulan. Semua nilai indikator kelayakan finansial penggilingan padi RMU Bonjo Alam tersebut memenuhi standar kelayakan usaha. Berdasarkan analisis switching value ditemukan
bahwa besarnya toleransi maksimal terhadap komponen oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah peningkatan total biaya variabel sebesar 431.1873848 persen, penurunan jumlah
produksi sebesar 42.09836603 persen, dan penurunan harga jual output sebesar 42.09836605 persen.
Kata kunci: analisis kelayakan usaha, npv, net b/c, irr, pp, analisis switching value
ABSTRACT
RICARDO ARFIN SAPUTRA. Analysis on Business Feasibility of Small-Scaled Rice Milling
(Case study of Bonjo Alam RMU at Tilatang Kamang District, Agam Regency, West Sumatra Province). Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA
The analysis on the business feasibility of Bonjo Alam RMU is the basis for assessing whether the investment activities undertaken are feasible, for providing an overview of
business prospects, and for identifying the level of benefits that can be received from the rice milling business conducted. Analysis on non-financial aspects of the milling business of Bonjo Alam RMU shows that the milling business is feasible in regards to market, technical,
management, legal, and environment social aspects because it has already met the criteria of feasibility. Analysis on the financial aspects of rice milling business of Bonjo Alam RMU
shows that the business is feasible to run. The values of NPV, IRR, Net B/C, and Payback Period (PP) of 3 years of rice milling business of Bonjo Alam RMU are Rp942 882 122, 20.99 percent, 1.84, and 0.95 months respectively. These indicator values of financial
feasibility of the business have met the business feasibility standards. Based on analysis switching value found that the magnitude of tolerance maximum against component by the
rice milling business of Bonjo Alam RMU is an increase total cost variable of 431.1873848 percent, decrease the amount of production of 42.09836603 percent, and a decrease in selling price of 42.09836605 percent of output.
Keywords: business feasibility analysis, NPV, Net B/C, IRR, PP, switching value analysis
i
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam
Provinsi Sumatera Barat)
RICARDO ARFIN SAPUTRA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
vii
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU
Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam
Provinsi Sumatera Barat)
Nama : Ricardo Arfin Saputra
NIM : H34114054
Disetujui oleh
Dr Ir Wahyu Budi Priatna ,MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi , MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Mas Koki di Kelompok Budidaya Tugu Mina Asri, Kabupaten Tulungagung.
Nama : Rendra Eka Ardhya NIM : H34070140
Disetujui oleh
~;
Dr Ir RatnaWinandi, MS Pembimbing Skripsi
Diketahui oleh
Tanggal Lulus: ( ,.16 nCT 2013 '
v
ix
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat)
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Ir Burhanuddin, MM yang telah banyak memberi saran. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Zulfa Arasj selaku pemilik dari Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam beserta karyawan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2014
Ricardo Arfin Saputra
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii PENDAHULUAN 1
Latar belakang 1
Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
Analisis Kelayakan Usaha 6 KERANGKA PEMIKIRAN 9
Kerangka Pemikiran Teoritis 9 Alat Pengolahan Padi 9 Penggilingan Padi 10
Studi Kelayakan Bisnis 12 Aspek – Aspek Studi Kelayakan 12
Konsep Nilai Waktu Uang (Time value of money) 13 Kriteria Kelayakan Investasi 14 Analisis Sensitifitas 14
Kerangka Operasional 14 METODE PENELITIAN 17
Lokasi dan Waktu penelitian 17 Jenis dan Sumber Data 17 Metode Pengumpulan Data 17
Metode Pengolahan Data 18 Aspek Non Finansial 18
Analisis Aspek Teknis 18 Analisis Aspek Pasar 18 Analisis Aspek Manajemen dan Hukum 19
Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan 19 Analisis Aspek Finansial 21
Asumsi Dasar 23 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24
Latar Belakang Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam 24
HASIL DAN PEMBAHASAN 28 Analisis Aspek Non Finansial 28
Aspek Pasar 28 Aspek Teknis 31 Aspek Manajemen Dan Hukum 42
Aspek Sosial Dan Lingkungan 45 Analisis Aspek Finansial 47
KESIMPULAN DAN SARAN 58 Kesimpulan 58 Saran 60
DAFTAR PUSTAKA 60 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang
tahun 2002-2012 1 2 Persentase biaya sewa yang diterapkan atas jasa penggilingan
yang dilakukan RMU Bonjo Alam 5 3 Segmentasi pasar komoditi pertanian Kecamatan Tilatang Kamang tahun 2012 5 4 Kriteria aspek kelayakan non finansial penggilingan padi RMU Bonjo Alam 20
5 Tingkat Pendidikan Karyawan Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam 27 7 Biaya Investasi Usaha Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam 48
8 Umur ekonomis dari investasi yang ditanamkan dalam usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam 49
9 Biaya reiventasi yang dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam 50
10 Penyusutan dari barang investasi penggilingan padi RMU Bonjo Alam pertahun 51 11 Biaya variabel yang dikeluarkan penggilingan padi RMU Bonjo Alam 52
12 Biaya tetap penggilingan padi RMU Bonjo Alam 54 13 Penerimaan penggilingan padi RMU Bonjo Alam 55 14 Nilai sisa barang investasi penggilingan padi RMU Bonjo Alam pertahun 56
15 Hasil perhitungan Kriteria Investasi Usaha Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam 57 16 Analisis switching value penggilingan padi RMU Bonjo Alam 58
DAFTAR GAMBAR
1 Proses produksi penggilingan padi RMU Bonjo Alam 4
2 Kerangka pemikiran operasional 16 3 Bapak Ir.Zulfa Arasj 25 4 Lokasi RMU Bonjo Alam 25
5 Mesin Penggilingan 26 6 Lantai jemur penggilingan padi RMU Bonjo Alam 26
7 Pembeli yang mengambil dedak di penggilingan 29 8 Alur pemasaran penggilingan padi RMU Bonjo Alam 30 9 Pembeli beras yang datang lansung ke penggilingan 31
10 Lokasi penggilingan dekat dengan akses transportasi 32 11 Perumahan masyarakat disekitar penggilingan 33
12 Sumber listrik dan air 34 13 Bak penampungan air aerator mesin 34 14 Husker, Polisher dan Motor Penggerak 35
15 Layout bangunan penggilingan padi RMU Bonjo Alam 38 16 Aktifitas penjemuran gabah 38
17 Penyimpanan Gabah Kering Giling (GKG) 39 18 Area penampungan gabah dan Corong Husker 39 19 Proses penyosohan dan penampungan beras hasil penyosohan 40
20 Proses pengipasan 40 21 Proses penimbangan dan penjahitan karung 41
22 Penyimpanan beras dan beras yang sudah diberi tanda 41 23 Surat TDP dan SIUP 44 24 Surat Ijin Gangguan (HO) dan Surat Keterangan Tempat Usaha (SKTU) 45
25 Penyaring pada knalpot mesin penggilngan 46 26 Sekam dan dedak yang dijual kepada konsumen 46
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rincian biaya variabel penggilingan padi RMU Bonjo Alam 64
2 Rincian pendapatan penggilingan padi RMU Bonjo Alam 64 3 Laporan Chasflow penggilingan padi RMU Bonjo Alam 65
4 Laporan laba rugi penggilingan padi RMU Bonjo Alam 68 5 Laporan Chasflow kenaikan total biaya variabel sebesar 431.1873848 persen
pada analisis switching value 69
6 Laporan laba rugi kenaikan total biaya variabel sebesar 431.1873848 persen pada analisis switching value 72
7 Laporan Chasflow penurunan jumlah produksi penggilingan sebesar 42.09836603 persen pada analisis switching value 73
8 Laporan laba rugi penurunan jumlah produksi penggilingan
sebesar 42.09836603 persen pada analisis switching value 76 9 Laporan Chasflow penurunan harga jual Output penggilingan
sebesar 42.09836605 persen pada analisis swicthing value 77 10 Laporan laba rugi penurunan harga jual Output penggilingan
sebesar 42.09836605 persen pada analisis switching value 80
PENDAHULUAN
Latar belakang
Padi merupakan bahan baku dari beras, dimana beras merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting baik ditinjau secara fisiologis, psikologis, sosial, maupun antropologis bagi kehidupan manusia. Berdasarkan masyarakat Indonesia, beras
menjadi komoditas yang sangat penting tidak saja dilihat dari sisi produsen tetapi juga dilihat dari sisi konsumen.
Tabel 1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang
tahun 2002-2012
Kelompok
barang
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Maret Sept Maret Sept - Padi-padian 8.54 11.37
10.15
9.57
8.86
8.89
7.48
8.37
9.14
7.9
- Umbi-umbian
0.58
0.59
0.56
0.53
0.51
0.49
0.51
0.48
0.44
0.42
- Ikan 4.66
4.72
3.91
3.96
4.29
4.34
4.27
4.12
4.20
4.08
- Daging 2.44
1.85
1.95
1.84
1.89
2.10
1.85
2.19
2.06
2.26
- Telur dan susu
3.12
2.96
2.97
3.12
3.27
3.20
2.88
2.86
3.00
2.74
- Sayur-
sayuran
4.05
4.42
3.87
4.02
3.91
3.84
4.31
3.72
3.78
3.62
- Kacang-kacangan
1.70
1.63
1.47
1.55
1.57
1.49
1.26
1.31
1.33
1.32
- Buah-buahan
2.16
2.10
2.56
2.27
2.05
2.49
2.15
2.06
2.44
2.28
- Minyak dan
lemak
1.93
1.97
1.69
2.16
1.96
1.92
1.91
1.79
1.95
1.79
- Bahan minuman
2.23
2.50
2.21
2.13
2.02
2.26
1.80
1.93
1.73
1.68
- Bumbu-bumbuan
1.33
1.37
1.10
1.12
1.08
1.09
1.06
1.02
1.02
0.96
- Konsumsi
lainnya
1.34
1.27
1.34
1.39
1.33
1.29
1.07
1.07
1.1
1.01
- Makanan jadi
11.44*)
10.29*)
10.48*)
11.44*)
12.63*)
12.79*)
13.73*)
11.83*)
12.72*)
11.65*)
- Minuman beralkohol
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Tembakau
dan sirih
6.18
5.97
4.97
5.08
5.26
5.25
5.16
5.73
6.16
6
Jumlah makanan
51.37
53.01
49.24
50.17
50.62
51.43
49.45
48.46
52.08
47.71
Catatan : *) Termasuk minuman beralkohol, Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012
Dari perkembangan tiap tahunnya, konsumsi masyarakat terhadap tanaman padi
dibandingkan makanan pokok yang lain masih menempati peringkat tertinggi dan besarnya konsumsi masyarakat indonesia terhadap padi selalu meningkat tiap tahunnya.
2
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, dimana persentase pengeluaran rata-rata per kapita
dari tahun 2002 - 2012 untuk tanaman padi masih tinggi. Usaha penggilingan padi merupakan suatu mata rantai usaha pengolahan gabah
menjadi beras dan piranti suplai beras dalam sistem perekonomian masyarakat Indonesia. Usaha penggilingan padi di indonesia memberikan kontribusi dalam penyediaan beras nasional baik dari segi kuantitas maupun kualitas dimana peranannya
sebagai pusat pertemuan antara produksi, pengolahan dan pemasaran bagi padi di indonesia. Keberadaan usaha penggilingan padi sangat memberikan dampak positif
bagi lingkungan sekitarnya tidak hanya membantu para petani dalam mengolah gabah yang mereka hasilkan menjadi beras tetapi juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitar mereka. Berdasarkan data Perpadi (2008) disebutkan bahwa total
penggilingan padi di Indonesia adalah 110 452 unit terdiri dari: PPB 4 950 unit, PPS 15 102 unit, PPK 90 400. Dari 90 400 unit PPK hanya 40 persen yang berfungsi dengan
baik sepanjang tahun (10 bulan), 50 persen beroperasi hanya pada saat panen penyebabnya karena kekurangan modal untuk membeli bahan baku, sedangkan 10 persen (9 040 unit) perlu segera direvitalisasi agar dapat berfungsi kembali dengan baik.
Produktifitas penggilingan padi di indonesia akan sangat mempengaruhi tingkat perberasan nasional dan mendukung swasembada dan ketahanan pangan nasional
sehingga harus dibina dan dikembangkan.
Provinsi Sumatera Barat memiliki perkembangan produksi padi yang cukup baik untuk perkembangan penggilingan padi. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar
menyebutkan bahwa pada tahun 2012 produksi padi di Sumbar sebesar 2 368 390 ton gabah kering atau meningkat 3.89 persen dibanding tahun 2011 yang mencapai 2 279
602 ton gabah kering. Peningkatan produksi padi disebabkan bertambahnya luas panen sebanyak 14 713 ha, yaitu dari 461 709 ha tahun 2011 menjadi 476 422 ha tahun 2012 dan meningkatnya hasil per hektare. Peningkatan luas panen terjadi karena adanya
perbaikan jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT) dan Jaringan Irigasi Desa (Jides), yaitu pada tahun 2011 seluas 10 660 ha dan pada tahun 2012 seluas 9 000 ha, sehingga
ketersediaan irigasi yang cukup dan petani dapat segera tanam setelah panen2. Peningkatan gabah kering tersebut akan memunculkan peluang bagi usaha – usaha penggilingan padi untuk meningkatkan produktifitas beras yang dihasilkan dari hasil
panen padi tersebut. Berdasarkan Harian Berita Sore Padang Harian Pagi Padang Ekspres edisi 25
April 2013 disebutkan bahwa 12 dari 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat tercatat sebagai daerah surplus beras dan secara provinsi, maka daerah ini mengalami surplus mencapai 363 359 ton beras. Total produksi beras Sumbar mencapai 1 059 514 ton dari
hasil produksi padi sebanyak 1 889 481 ton, sedangkan kebutuhan beras provinsi ini hanya 658 466 ton sehingga terjadi surplus 363 359 ton beras. Kabupaten Agam
merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota yang mengalami surplus beras diikuti oleh Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, 50 Kota, Tanah Datar, Padang Pariaman, Solok, Solok Selatan, Sijunjung, Pesisir Selatan, Kota Solok dan Payakumbuh. Kabupaten
Agam memiliki tingkat surplus 64 945 ton dari total produksi beras 130 928 ton3. Peningkatan tingkat surplus tersebut tidak terlepas dari peranan usaha penggilingan padi
2 http://www.padangekspres.co.id/Harian Pag i Padang Ekspres/Berita. Produksi Padi dan Jagung
Meningkat [Diakses 22 Juli 2013 ] 3 http://www.harianberitasore.com/12 dari 19 Kabupaten Kota di Sumbar Surplus Beras
[Diakses 22 Juli 2013 ]
3
yang melakukan pengolahan gabah yang dihasilkan oleh petani menjadi beras yang siap
untuk dikonsumsi oleh konsumen. Kabupaten Agam yang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Barat
memiliki 16 kecamatan yang memiliki jumlah unit penggilingan padi yang beraneka ragam. Kecamatan Tilatang Kamang merupakan salah satu dari 16 kecamatan tersebut. Untuk Kecamatan Tilatang Kamang sendiri memiliki jumlah usaha penggilingan padi
sebanyak 44 buah. Usaha penggilingan padi tersebut terdiri dari usaha penggilingan padi skala kecil yang memberikan kontribusi dalam peningkatan p roduktifitas beras
yang ada di Kecamatan Tilatang Kamang. Penggunaan mesin penggiling padi umumnya sudah memasyarakat, sebagai sarana dalam proses penggilingan padi. Penggilingan padi sebagian besar diusahakan oleh pengusaha swasta yang dalam hal ini adalah pengusaha-
pengusaha kecil. Walaupun sudah banyak usaha penggilingan padi, namun kelayakannya belum begitu optimal. Keadaan ini memerlukan suatu analisis dan
evaluasi sehingga usaha penggilingan tersebut layak beroperasi secara optimal. Salah satu usaha penggilingan padi dengan skala kecil di Kecamatan Tilatang Kamang adalah usaha penggilingan padi (RMU) Bonjo Alam.
Perumusan Masalah
Kecamatan Tilatang Kamang memiliki dua bentuk usaha penggilingan yang diterapkan oleh pengusaha pada usaha penggilingan yang mereka jalankan. Ada
penggilingan padi yang lansung melakukan pembelian gabah terhadap petani sekaligus melakukan penggilingan dan penjualan terhadap gabah tersebut sehingga hasil beras dan
sampingan penggilingan secara keseluruhan menjadi kepemilikan penggilingan. Ada penggilingan padi yang memberikan layanan penyewaan penggilingan padi untuk masyarakat dan pengumpul yang akan mengolah gabah mereka, dimana sistem
pembayaran sewanya adalah dari hasil potongan beberapa persen dari hasil penggilingan. RMU Bonjo Alam merupakan penggilingan padi yang menerapkan
sistem sewa bagi usaha penggilingan yang mereka jalankan. RMU Bonjo Alam merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di
Jorong Patangahan Kenagarian Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten
Agam. RMU Bonjo Alam merupakan usaha penggilingan padi yang dimiliki oleh Bapak Ir. Zulfa Arasj. Bapak Zulfa melakukan investasi usaha penggilingan padi sejak
tahun 2007 dengan melakukan pembangunan area penjemuran padi, gedung untuk usaha penggilingan padi dan unit mesin penggilingan padi dimana untuk lahan bangunan penggilingan padi merupakan milik Bapak Zulfa sendiri. Bapak Zulfa pada
tahun 2007 melakukan pembangunan pada area tanah seluas 4000 m2 serta pembelian mesin-mesin penggilingan. 900 m2 digunakan untuk bangunan mesin, 2700 m2 untuk
area penjemuran dan 400 m2 digunakan untuk bagunan lain ( mushola, kantor, gudang dan rumah pegawai). Jumlah investasi yang dihabiskan lebih kurang adalah 1.1 miliar rupiah. Kegiatan operasi mulai dilakukan awal tahun 2008 setelah semua pembangunan
dan mesin penggilingan bisa dioperasikan. RMU Bonjo Alam menggunakan konfigurasi mesin penggilingan yang terdiri dari
2 unit mesin penggilingan yaitu Husker – Polisher dengan menggunakan mesin penggerak untuk menggerakkan motor tersebut. Husker merupakan alat pengolah padi yang digunakan untuk mengupas kulit luar (sekam) gabah menjadi beras sedangkan
penyosoh beras pecah kulit (Polisher) merupakan alat yang berfungsi untuk menyosoh beras pecah kulit menjadi beras putih. RMU Bonjo Alam mengoperasikan 2 jenis mesin
4
penggilingan padi ini untuk mengolah gabah kering giling (GKG) menjadi beras. Pada
penggilingan RMU Bonjo Alam, proses produksi usaha dimulai dengan melakukan penjemuran gabah hasil panen sampai kering dibawah terik matahari. Penjemuran
dilakukan selama 1.5 hari ketika musim panas. Gabah yang sudah kering didiamkan selama satu malam untuk mencegah beras yang dihasilkan patah setelah proses penggilingan, setelah itu baru dilanjutkan ke proses penggilingan. RMU Bonjo Alam
melakukan pemprosesan beras secara kontinyu, bahan berupa gabah dimasukan ke dalam mesin pemecah gabah (Husker) yang menghasilkan output berupa dedak kasar
dan beras pecah kulit. Beras pecah kulit kemudian dibawa oleh elevator ke penyosoh beras pecah kulit (Polisher) dimana menghasilkan output berupa beras putih dan dedak halus. Beras yang dihasilkan lansung dimasukan kedalam karung beras tergantung
permintaan dari pelanggan. Uraian proses produksi RMU Bonjo Alam dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1 Proses produksi penggilingan padi RMU Bonjo Alam
RMU Bonjo Alam dalam proses produksinya bertindak sebagai fasilitator bagi
pengumpul dan masyarakat untuk mengolah gabah mereka menjadi beras. RMU Bonjo Alam memberikan fasilitas bagi pengumpul untuk menyimpan gabah yang dibeli dari hasil panen petani, dan juga memberikan fasilitas untuk penjemuran gabah itu sendiri
bagi pengumpul secara gratis tampa dipungut bayaran. Untuk pendapatan bagi RMU Bonjo Alam sendiri didapatkan dari hasil penggilingan beras yang dilakukan oleh
masyarakat dan pengumpul yang menyimpan gabah mereka di RMU Bonjo Alam. Dimana sistem pembayarannya adalah beberapa persen dari beras hasil penggilingan gabah oleh para pengumpul dan masyarakat menjadi milik penggilingan dengan hasil
sampingan dari penggilingan tersebut berupa dedak halus menjadi hak atas usaha penggilingan.
Gabah Gabah Kering
Giling
Beras pecah
kulit
Dedak kasar
Penyimpanan
selama 1 malam Husher
Penjemuran
Polisher
Dedak halus
Beras putih
5
Untuk penggunaan persentase sewa atas jasa penggilingan yang dilakukan oleh
RMU Bonjo Alam adalah sebagai berikut :
Tabel 2 Persentase biaya sewa yang diterapkan atas jasa penggilingan yang dilakukan RMU Bonjo Alam
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Beras 5 % 5 % 5 % 5 % 2 % 2 %
Dedak 50% 50 % 50 % 50 % 100% 100 %
Berdasarkan data UPTBP4K2P Kecamatan Tilatang Kamang pada tahun 2012, produksi beras Kecamatan Tilatang Kamang memiliki tingkat pasar dengan kondisi 95
persen diakses oleh masyarakat lokal dan sisanya baru dipasarkan ke luar daerah sebesar lima persen, ini membuktikan bahwa untuk komoditas beras masyarakat tilatang kamang adalah masyarakat yang konsumtif terhadap beras. Ini dapat kita lihat pada
tabel berikut :
Tabel 3 Segmentasi pasar komoditi pertanian Kecamatan Tilatang Kamang tahun 2012
Komoditi Produksi (ton/butir)
Persentase pasar (%) Keterangan
Local Luar daerah Swalayan
Beras 33 264 95 5 - Jagung 1 432 100 - - Pakan ternak
ayam
Ubi kayu 5 916 55 45 - Usaha kerupuk sanjai
Ubi jalar 4 662.88 40 60 - Ke batam via Baso
Sayuran 324 70 30 -
Buah-buahan 216 60 40 - Kelapa 865 100 - -
Kakao 22.5 - 100 - Daging 2 171 10 90 - Telur 50 726 20 80 - Pasar bukittinggi
Ikan 12.5 100 - - Sumber : UPTBP4K2P Kecamatan tilatang kamang 2013
Melihat kondisi tersebut dimana tingkat permintaan konsumen lokal terhadap beras
meningkat dan juga untuk mengatasi banyaknya pesaing yang bermunculan maka untuk
menarik agar masyarakat dan pengumpul menggunakan jasa penggilingan mereka maka pada tanggal 9 Desember 2012 RMU Bonjo Alam melakukan penurunan sewa atas jasa
penggilingan yang mereka berikan dari lima persen menjadi dua persen dari beras yang dihasilkan dengan persentase dedak yang didapatkan penggilingan menjadi 100 persen berdasarkan persetujuan dari masyarakat dan pengumpul. Namun, RMU Bonjo Alam
masih belum mengetahui apakah dengan sistem sewa yang diterapkan terhadap masyarakat dan pengumpul sebagai langkah untuk memenuhi permintaan pasar dan
tingkat persaingan bisnis, layak untuk dijalankan dan dapat memberikan keuntungan yang maksimal bagi penggilingan. Untuk mengetahui hal tersebut maka dibutuhkan suatu analisis kelayakan usaha untuk melihat apakah dengan sistem operasional yang
sudah ditetapkan oleh RMU Bonjo Alam sudah memenuhi kelayakan usaha.
6
Berdasarkan uraian di atas, adapun permasalahan yang dibahas di dalam penelitian
ini yaitu : 1. Bagaimana kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam ditinjau dari
aspek non finansial ? 2. Bagaimanakah kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam ditinjau dari
aspek finansial ?
3. Berapakah nilai switching value kelayakan investasi yang masih dapat ditoleransi oleh penggilingan RMU Bonjo Alam ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari adanya penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam ditinjau dari aspek
non finansial. 2. Menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam ditinjau dari aspek
finansial.
3. Menganalisis besarnya nilai switching value kelayakan investasi yang masih dapat ditoleransi oleh penggilingan RMU Bonjo Alam ?
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak :
1. Bagi penulis, penelitian ini memberikan kesempatan lagi untuk belajar dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam menerapkan ilmu-ilmu yang sudah diperoleh
selama masa perkuliahan.
2. Bagi RMU sebagai referensi bisnis dan pertimbangan untuk bahan evaluasi bagi kelansungan usaha.
3. Bagi pihak lain hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan
rujukan bagi pembaca dalam melakukan penelitian lebih lanjut
Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini ruang lingkup penelitian akan difokuskan pada penggilingan RMU Bonjo Alam yang merupakan usaha penggilingan padi skala kecil yang mengoperasikan 2
jenis mesin penggilingan yaitu Husker – Polisher yang berada di Jorong Patangahan Kenagarian Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Profinsi Sumatera
Barat.
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Kelayakan Usaha
Arimanto (2008) melakukan penelitian mengenai analisis biaya dan kelayakan usaha penggilingan padi di kelompok tani Suka Tani, Desa Situ Ilir, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian tersebut bertujuan untuk mempelajari proses produksi beras pada penggilingan padi kecil (PPK) dan menganalisis biaya dan kelayakan usaha penggilingan padi sehingga usaha tersebut dapat berjalan pada jalur
7
yang tepat agar tidak mengalami kerugian. Selain itu penelitiannya juga bertujuan untuk
melihat pengaruh dari perubahan - perubahan yang mungkin terjadi melalui metode analisis sensitivitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
analisis titik impas. Berdasarkan hasil penelitiannya, diketahui bahwa pengusahaan penggilingan padi yang diteliti layak untuk dikembangkan dengan nilai kriteria investasi seperti NPV sebesar Rp39 782 468, nilai IRR sebesar 43.78 persen dan B/C Ratio
sebesar 2.57. Kelayakan penggilingan tersebut dikarenakan jumlah giling setiap tahunnya selalu tinggi. Adapun dalam perhitungan dengan analisis sensitivitas diketahui
bahwa tiga variabel yang memiliki pengaruh cukup besar antara lain kenaikan harga bahan baku solar, kenaikan upah pekerja dan penurunan jumlah giling tahunan rata-rata.
Novianti (2010) melakukan analisis kelayakan investasi pada kondisi risiko pada Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Berbeda dengan Arimanto (2008) yang hanya meneliti pembiayaan dan aspek finans ial dari usaha penggilingan padi, Novianti (2010)
melakukan kajian dari dua aspek yaitu aspek non finansial dan aspek finans ial. Untuk
Aspek finansial, Novianti (2010) menggunakan kriteria investasi yang sama yaitu NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), IRR (Internal Rate Return) dan ditambah
kriteria lain yaitu PP (Payback Period). Berdasarkan hasil analisis aspek non finansial, yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen dan hukum serta aspek sosial dan
lingkungan menunjukan kelayakan. Pada aspek pasar, penggilingan padi Sinar Ginanjar berpeluang untuk memasarkan output penggilingan ke berbagai pasar selain kepada
masyarakat sekitar. Berdasarkan aspek teknis, usaha penggilingan padi sinar ginanjar sudah memenuhi syarat untuk menjadikan penggilingan padinya sesuai dengan pengelolaan yang benar, namun terkadang ada beberapa persyaratan untuk menjaga
kualitas beras tidak dilakukan seperti dalam penyimpanan beras. Pada aspek manajemen, struktur organisasi yang digunakan masih sangat sederhana, namun proses
produksi tetap dijalankan dengan baik. Selain itu, dari aspek hukum usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sudah melengkapi berkas-berkas perijinan usahanya, sehingga sejauh ini tidak ada hambatan dalam aspek hukum. Aspek sosial lingkungan dari usaha
penggilingan padi Sinar Ginanjar, dalam mengelola limbah yaitu sekam sudah baik, yaitu dengan mempergunakannya sendiri untuk pembuatan abu gosok dan sebagian
untuk masyarakat sekitarnya. Sedangkan untuk aspek finansial didapatkan bahwa hasil analisis finansial Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan.
Berdasarkan kriteria investasi, nilai NPV pada kondisi tanpa risiko menghasilkan nilai sebesar Rp322 915 059, Nilai IRR yang diperoleh sebesar 28 persen, nilai Net B/C yang
dihasilkan sebesar 1.83, dan waktu pengembalian untuk investasi yang dilakukan adalah 4 tahun 0.9 bulan karena mengikuti asumsi dalam satu bulan hanya ada 8.8 bulan. Waktu
pengembalian tersebut lebih sedikit dari umur usaha penggilingan padi sinar ginanjar,
sehingga berdasarkan penilaian usaha ini layak dijalankan karena mengikuti standar kelayakan usaha. Untuk kondisi risiko juga menghasilkan hasil yang sama yaitu memenuhi
standar kelayakan usaha.
Prawirakusuma (2011) melakukan analisis kelayakan usaha rose la organik pada wahana farm di Darmaga Bogor. Penelitian ini juga menganalisis dari dua aspek kelayakan usaha yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Untuk Aspek finansial,
Prawirakusuma (2011) juga menggunakan kriteria investasi yang sama dengan Novianti (2010) dan Arimanto (2008) yaitu NPV (Net Present Value), Net B/C (Net
Benefit/Cost), IRR (Internal Rate Return) dan PP (Payback Period). Untuk aspek non finansial sendiri didapatkan bahwa untuk aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial memenuhi standar kelayakan. Ini disebabkan oleh daya dukung yang
dihasilkan oleh wahana farm pada setiap aspeknya. Daya dukung aspek pasar terlihat
8
dari kemampuan pasar untuk menyerap produk rosela organik yang habis terjual di
pasar. Daya dukung aspek teknis terlihat dari adanya ketersediaan sarana produksi, ketersediaan tenaga kerja dan layout lahan yang dinilai layak. Daya dukung aspek
manajemen mempunyai tanggung jawab masing - masing, sehingga proyek berjalan dengan lancar. Daya dukung aspek sosial dalam proyek ini mempuyai nilai positif. Untuk lingkup nasional secara tidak langsung telah mendukung program pemerintah,
yang merencanakan Go Organic 2010. Sedangkan untuk lingkup daerah, adanya proyek ini akan menghasilkan pembukaan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
Penelitian yang dilakukan untuk kelayakan aspek finansial didasarkan pada nilai kriteria kelayakan yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Berdasarkan hasil analisis finansial usaha rosela organik di Wahana Farm dengan penilaian parameter kelayakan
pada tingkat suku bunga 7.75 persen, diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp1 469 772 29, Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1.17, Internal Rate of Return
(IRR) sebesar 13.72 persen dan payback period sebesar 1.93. Hasil ini menunjukkan pengusahaan rosela organik layak jika dilihat dari nilai besaran NPV dan Net B/C, IRR dan payback period. Untuk hasil analisis switching value menunjukkan bahwa
pengusahaan rosela organik tetap layak untuk dilaksanakan sampai terjadi penurunan harga jual rosela organik sebesar dua persen, kenaikan biaya tetap transportasi sebesar
14 persen dan kenaikan biaya variabel pestisida organik sebesar 82 persen. Suryani (2011) melakukan analisis kelayakan usaha mie mentah jagung Bapak
Sukimin di Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini juga menganalisis dari dua aspek kelayakan usaha yaitu aspek non finansial dan aspek
finansial. Untuk Aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang sama dengan Novianti (2010), Arimanto (2008) dan Prawirakusuma (2011). Usaha pembuatan mi mentah jika dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, dan aspek sosial dan lingkungan
layak untuk diusahakan. Namun dari aspek manajemen, usaha pembuatan mi mentah belum layak karena belum memiliki pembukuan dan pencatatan yang belum jelas atas
segala transaksi bisnis yang dilakukan. Selain itu dari aspek hukum, usaha ini belum memiliki perizinan dari pihak manapun sehingga dinilai belum layak karena tidak memiliki kekuatan secara hukum. Analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha
pembuatan mi mentah terigu layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp525 134 282, IRR sebesar 39.06 persen, net B/C sebesar 2.76 dan payback
period selama 4 tahun 4 bulan. Sedangkan untuk usaha pembuatan mi mentah jagung 30
persen juga layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp 508 680 026, IRR sebesar 32 persen, net B/C sebesar 2.40 dan payback period selama 3 tahun 7
bulan. Usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen juga layak untuk dilaksanakan. Hal
ini ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp 1,011,003,777, IRR sebesar 38 persen , net B/C sebesar 3.96 dan payback period selama 3 tahun 11 bulan . Untuk analisis switching value
pada ketiga usaha menunjukkan bahwa perubahan yang diakibatkan penurunan penjualan
berpengaruh paling besar terhadap kelayakan usaha dibandingkan dengan perubahan lainnya. Perubahan penurunan penjualan pada ketiga usaha berkisar antara 16 – 24 persen.
Perubahan ini lebih kecil dibandingkan perubahan peningkatan harga bahan baku tepung yang berkisar antara 27 – 60 persen.
Alwiyah (2011) melakukan analisis kelayakan usaha budidaya belimbing de wa pada kondisi risiko di Kota Depok. Penelitian ini juga menganalisis dari dua aspek
kelayakan usaha yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Untuk Aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang sama dengan Novianti (2010), Arimanto (2008),
Prawirakusuma (2011) dan Suryani (2011). Berdasarkan hasil analisis aspek - aspek nonfinansial menunjukkan bahwa usaha budidaya belimbing dewa dengan
9
pengembangan melalui SOP di Kota Depok layak untuk dijalankan. Pada aspek pasar,
peluang petani yang memberlakukan SOP untuk memasarkan outputnya masih terbuka, hal ini dikarenakan semakin tingginya jumlah permintaan belimbing. Berdasarkan aspek
teknis, usaha budidaya belimbing dewa dengan pengembangan melalui SOP dapat meningkatkan jumlah produksi petani. Pada aspek manajemen dan hukum, struktur organisasi masih sangat sederhana , namun proses produksi masih dapat dijalankan
dengan baik. Usaha budidaya belimbing dewa di Kota Depok tergabung dalam kelompok tani - kelompok tani yang ada. Aspek sosial – ekonomi - budaya dari usaha
budidaya belimbing dewa memberikan dampak positif dimana usaha ini menguntungkan bagi masyarakat sekitar. Pada aspek lingkungan, usaha budidaya ini juga menunjukkan kelayakan karena dengan adanya usaha budidaya belimbing dewa
dapat mengurangi pemanasan global dan sebagai penghijauan serta resapan air. Berdasarkan penelitian yang dilakukan juga didapatkan bahwa usaha budidaya
belimbing dewa dengan pengembangan melalui SOP di Kota Depok secara finansial layak untuk dijalankan. Hal ini sesuai dengan kriteria kelayakan investasi NPV ≥ 0, IRR ≥ Discount Rate (6.75%) dan Net B/C ≥ 1. Berdasarkan kriteria investasi pada kondisi
normal, nilai NPV menunjukkan Rp694 054 839 45 yang berarti usaha ini memberikan manfaat bersih sebesar Rp694 054 839 45 selama umur usaha. Sementara nilai IRR
23.97 persen yang menunjukkan besarnya pengembalian dari penanaman modal untuk investasi sebesar 23.97 persen dari modal yang diinvestasikan. Net B/C sebesar 2.91 dimana setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan akan memberikan manfaat sebesar
2.91 satuan. Waktu pengembalian selama enam tahun sembilan bulan. Dampak adanya risiko volume produksi dan risiko harga output pada usaha budidaya belimbing dewa
dengan pengembangan SOP di Kota Depok terhadap kelayakan usaha yaitu pada setiap kondisi, usaha tetap layak untuk dijalankan secara finansial. Hal ini dilihat dari kriteria investasi dari masig-masing skenario risiko. Sementara itu, tingkat risiko tertinggi
terdapat pada risiko produksi dengan nilai koefisien variasi sebesar 0.571 sementara risiko harga memiliki nilai koefisien variasi yang lebih kecil yakni 0.279.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan dari teori – teori yang
dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Mulai dari teori tentang penggilingan padi mencakup tentang jenis alat pengolahan padi, jenis penggilingan padi berdasarkan teknologi dan hasil
sampingan yang dihasilkan oleh proses penggilingan padi tersebut hingga teori mengenai konsep kelayakan usaha. Meliputi pengertian kelayakan usaha dari beberapa
ahli kelayakan usaha dan aspek – aspek dari kelayakan usaha meliputi aspek non finansial dan aspek finansial dimana suatu bisnis dikatakan layak j ika kedua aspek tersebut memenuhi kriteria layak oleh bisnis yang bersangkutan.
Alat Pengolahan Padi
Menurut Novianti (2010) umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih
10
gabah, mesin penyosoh beras, dan mesin pencacah kulit gabah. Berbagai macam alat
pengolahan padi tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Perontok Padi (Thresher )
Merupakan alat yang digunakan untuk merontokkan butiran padi dari tangkainya dan juga dapat digunakan untuk merontokkan kedelai maupun jagung. Berdasarkan penggeraknya thresher dibedakan atas :
a. Pedal Thresher, jika digerakkan oleh tenaga manusia b. Power Thresher, jika digerakkan oleh tenaga mekanik (motor)
2. Pembersih Gabah (Paddy Cleaner) Merupakan alat untuk memisahkan gabah dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan seperti potongan jerami, kerikil, dan benda-benda asing lainnya.
3. Pengering Padi (Dryer) Merupakan alat yang dapat menurunkan kadar air gabah atau biji-bijian lainnya
dengan menggunakan udara yang dipanaskan. 4. Pemisah kulit (Husker)
Merupakan alat pengolah padi yang digunakan untuk mengupas kulit luar (sekam)
gabah menjadi beras. 5. Penyosoh Beras Pecah Kulit (Polisher)
Alat yang berfungsi untuk menyosoh beras pecah kulit menjadi beras putih.
Penggilingan Padi
Penggilingan padi merupakan salah satu tahapan pasca panen padi yang terdiri
dari rangkaian beberapa proses untuk mengolah gabah menjadi beras siap dikonsumsi. Proses pengolahan inilah yang telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Diawali dengan menggunakan penggilingan padi manual, yaitu proses menumbuk padi
dengan menggunakan alu dan lesung hingga menggunakan mesin dengan teknologi yang canggih. Peralatan ini terdiri dari berbagai rangkaian yang disebut dengan sistem
penggilingan padi. Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian mesin yang berfungsi untuk melakukan proses giling gabah, yaitu dari bentuk gabah kering giling sampai menjadi beras siap dikonsumsi. Di Indonesia, sistem ini biasa disebut pabrik
penggilingan padi. Umumnya sistem ini terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu husker, separator, dan polisher. Bagian lainnya hanya merupakan pendukung agar dapat
memperoleh hasil akhir yang lebih baik. Dari sejarahnya, sistem penggilingan padi pertama kali diproduksi di benua Eropa dengan mekanisme kerja sangat sederhana yang dinamakan mesin tipe Engelberg. Tipe yang muncul berikutnya adalah tipe buatan
Jepang. Tipe ini memiliki rancangan lebih sederhana dan setiap mesin saling terintegrasi satu sama lain. Pada awalnya Jepang hanya memproduksi untuk kebutuhan dalam
negeri sendiri. Namun, karena tipe mesinnya relatif sederhana dan murah, penggilingan padi buatan Jepang banyak digemari di negara-negara penghasil padi, termasuk Indonesia (Patiwiri, 2008).
Menurut Novianti (2010) konfigurasi atau susunan mesin pada Penggilingan Padi Kecil (PPK) umumnya terdiri dari husker dan polisher saja. Sedangkan pada
Penggilingan Padi Menengah (PPM) atau Penggilingan Padi besar (PPB) mempunyai konfigurasi mesin yang lebih lengkap. PPK memiliki ciri konfigurasi sederhana yaitu terdiri dari Husker-Polisher (H-P). PPM memiliki konfigurasi Cleaner- Husker-
Separator-Polisher (C-H-S-P) dan PPB memiliki konfigurasi lengkap Dryer – Cleaner – Husker – Separator – Polisher – Grader (D-C-H-S-P-G). Berdasarkan data Persatuan
11
Penggilingan Padi (PERPADI) pada tahun 2009 bahwa kinerja rendemen masing
masing penggilingan adalah sebagai berikut (a) PPK memiliki kinerja rendemen rata rata sebesar 55.71 persen dengan kualitas beras kepala 74.25 persen dan broken 14.99
persen. (b) PPM memiliki kinerja rendemen 59.69 persen, dengn kualitas Beras Kepala 75.73 persen dan broken 12.52 persen. (c) PPB memiliki kinerja rendemen sebesar 61.48 persen dengan kualitas beras kepala 82.45 persen dan broken 11.97 persen.
Berdasarkan tingkat teknologi, penggilingan padi dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu penggilingan padi sederhana, kecil, besar, pengolahan padi terpadu, dan
country elevator (Patiwiri, 2008) 1. Penggilingan padi sederhana (PPS)
Penggilingan padi sederhana (PPS) merupakan unit peralatan teknik yang berfungsi
sebagai mesin pengolah gabah menjadi beras. Dikatakan sederhana karena teknologi yang digunakan sudah dikenal sejak mulai adanya mesin penggilingan padi
sederhana sampai saat ini secara turun-temurun tanpa mengalami perubahan berarti. Beberapa mesin PPS antara lain mesin tipe Engelberg dan kombinasi dari beberapa mesin khususnya husker, separator, dan polisher.
2. Penggilingan Padi Kecil (PPK) Penggilingan padi kecil (PPK) merupakan gabungan dari beberapa mesin menjadi
satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras dengan kapasitas lebih kecil dari 2 ton per jam gabah kering giling. Sistem PPK ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tipe sederhana dan tipe lengkap.
3. Penggilingan Padi Besar (PPB) Penggilingan padi besar (PPB) atau biasa disebut dengan rice miller plant merupakan
gabungan dari beberapa mesin yang juga berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras dengan kapasitas lebih dari 2 ton gabah kering giling per jamnya.
4. Pengolahan Padi Terpadu (PPT)
Pengolahan padi terpadu merupakan gabungan unit proses pembersihan awal, pengeringan, penyimpanan, penggilingan, pengepakan yang satu sama lain
dihubungkan dengan elevator, dengan kapasitas besar Sistem PPT tergolong sangat komplek dan masing-masing pabrikan memiliki ciri khas tersendiri.
5. Country Elevator (CE)
Country elevator merupakan penggilingan padi terpadu yang berlokasi di tengah sentra produksi padi dan terintegrasi dengan areal persawahan berskala besar,
sehingga hasil panen padi langsung dibawa ke tempat pengolahan tersebut. Menurut Widowati (2001), dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling,
diperoleh hasil samping berupa sekam (15-20 persen), dedak atau bekatul (8-12 persen)
dan menir (± 5 persen). Pemanfaatan hasil samping tersebut masih terbatas, bahkan kadang-kadang menjadi limbah dan mencemari lingkungan terutama di sentra produksi
padi pada saat musim penghujan. Secara umum hasil sampingan dari proses penggilingan padi yaitu : 1. Sekam adalah hasil sampingan penggilingan padi tertinggi sehingga memerlukan
ruang yang luas untuk penampungan. Merupakan hasil pertama dari proses penggilingan atau beras pecah kulit.
2. Dedak adalah hasil penyosohan pertama dengan ukuran relatif kasar dan kadang - kadang masih tercampur dengan potongan sekam.
3. Bekatul adalah hasil penyosohan kedua dengan ukuran lebih halus dan sering
digunakan untuk bahan pakan. 4. Menir adalah patahan beras berukuran kurang dari 1/3 bagian dari beras utuh.
12
Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelahaan atau analisis tentang apakah suatu
kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang bisnis. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis
menuntut adanya penilaian, sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila bisnis dilakukan. Studi kelayakan bisnis merupakan
dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat diterima dari
suatu bisnis sehingga hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi (Nurmalina et al, 2010). Suliyanto (2010) juga menyatakan bahwa studi kelayakan
bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua
pihak dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan.
Aspek – Aspek Studi Kelayakan
Menurut (Nurmalina et al, 2010) secara umum aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis adalah sebagai berikut : 1. Aspek Pasar
Aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam studi kelayakan bisnis. Besar permintaan produk serta kecendrungan perkembangan permintaan selama masa kehidupan bisnis yang akan datang perlu diperkirakan dengan cermat.
Tampa perkiraan jumlah permintaan produk yang teliti, dikemudian hari bisnis dapat terancam karena adanya kekurangan atau kelebihan permintaan. Baik
kekurangan maupun kelebihan permintaan akan menyebabkan kegiatan bisnis tidak dapat beroperasi secara efisien. Aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan
yang bisa dicapai perusahaan. 2. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi
termasuk biaya eksploitasi. Beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapatkan jawaban dari aspek teknis ini adalah :
a. Lokasi bisnis, yakni dimana suatu bisnis akan dilaksanakan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik.
b. Seberapa besar skala operasi / luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu
tingkatan skala ekonomis. c. Kriteria pemilihan mesin dan eguipment utama serta alat pembantu mesin dan
eguipment. d. Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang dipilih,termasuk
juga layout bangunan dan fasilitas lain.
13
e. Apakah jenis teknologi yang diusulkan cukup tepat, termasuk didalamnya
pertimbangan variabel sosial yaitu kemampuan atau penerimaan masyrakat terhadap teknologi yang digunakan.
3. Aspek Manajemen Dan Hukum Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembanguna bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang
dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadual penyelesaiaan bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan
bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi , hal yang dipelajari ada lah bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja
yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti. Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan
(dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, setifikat dan izin. Aspek hukum dari suatu kegiatan
bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan mempelancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain.
4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya Dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar
bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyrakat
keseluruhan. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat disekitar lokasi bisnis.Sedangkan dari aspek
ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyrakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktifitas ekonomi. Aspek lingkungan bagaimana pengaruh bisnis
tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak.
5. Aspek Finansial Aspek finansial berhubungan dengan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu bisnis yang diusulkan terhadap para anggota yang tergabung didalam suatu bisnis. Aspek
ini membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu bisnis. Kemudian dibuat suatu aliran kas, selanjutnya dinilai kelayakan investasi tersebut berdasarkan
kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak untuk dijalankan dilihat dari aspek keuangan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi pada
umumnya dapat dilakukan melalui pendekatan Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).
Konsep Nilai Waktu Uang (Time value of money)
Biaya dan manfaat biasanya bukan hanya jumlahnya yang berbeda tetapi waktu dibayarkan dan diterima yang berbeda tetapi waktu dibayarkan dan diterima yang
berbeda selama umur bisnis. Sejumlah uang baik yang kita keluarkan dalam bentuk biaya bisnis atau yang akan kita peroleh sebagai manfaat bisnis, mempunyai nilai yang berbeda bila dikeluarkan atau diterima dalam waktu yang berbeda. Biaya - biaya bisnis
banyak dikeluarkan pada waktu awal bisnis sedangkan manfaat baru akan diterima kemudian. Arus biaya dan manfaat yang terjadi pada waktu yang tidak sama dapat
14
dibandingkan sehingga perlu memperhatikan mengenai perbedaan nilai uang karena
adanya pengaruh waktu. (Nurmalina et al,2010)
Kriteria Kelayakan Investasi
Studi kelayakan bisnis pada dasarnya bertujuan untuk menentukan kelayakan
bisnis berdasarkan kriteria investasi. Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah nilai bersih kini atau Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), rasio manfaat
biaya yaitu Gross Benefit Cost rasio (Gross B/C) dan Net Benefit per Cost (Net B/C), profitability ratio (PV/K) dan jangka waktu pengembalian modal investasi atau Pay Back Period. Untuk menetukan layak tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan
metode yang umum dipakai yaitu metoda Discounted Cash Flow, dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discout factor (DF).
Kriteria investasi kelayakan bisnis diatas dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan. Selain itu, setiap kriteria kelayakan dapat dipakai untuk menentukan urutan-urutan berbagai alternative
bisnis dari investasi yang sama. (Nurmalina et al,2010)
Analisis Switching Value
Analisis switching value (nilai pengganti) merupakan suatu variasi pada analisis
sensitivitas. Perbedaan yang mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa dilakukan dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah
diketahui secara empirik. Sedangkan pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari hingga perubahan maksimum yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Hal ini menunjukan bahwa perubahan tersebut tidak boleh melebihi
nilai pengganti tersebut. Bila melebihi nilai pengganti (switching value) tersebut, maka bisnis tidak layak atau NPV<0. (Nurmalina et al,2010)
Kerangka Operasional
RMU Bonjo Alam merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di Jorong Patangahan Kenagarian Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten
Agam. RMU Bonjo alam merupakan usaha penggilingan padi yang dimiliki oleh Bapak Ir. Zulfa Arasj. Dalam proses produksinya RMU Bonjo Alam bertindak sebagai fasilitator bagi pengumpul dan masyarakat untuk mengolah gabah mereka menjadi
beras. RMU Bonjo Alam memberikan fasilitas bagi pengumpul untuk menyimpan gabah yang dibeli dari hasil panen petani, dan juga memberikan fasilitas untuk
penjemuran gabah itu sendiri bagi pengumpul secara gratis tampa dipungut bayaran. Untuk pendapatan bagi RMU Bonjo Alam sendiri didapatkan dari hasil penggilingan beras yang dilakukan oleh masyarakat dan pengumpul yang menyimpan gabah mereka
di RMU Bonjo Alam. Dimana sistem pembayarannya adalah untuk satu ton beras yang dihasilkan dari penggilingan gabah oleh para pengumpul maka RMU mendapatkan 20
kilogram beras. Sehingga dari satu ton beras tersebut para pengumpul mendapatkan 80 kilogram beras dan RMU 20 kilogram beras atau lebih kurang dua persen dari beras yang dihasilan. Hasil sampingan dari penggilingan tersebut berupa dedak halus menjadi
hak penuh usaha penggilingan. Sehingga pendapatan total RMU didapatkan hanya dari penjulan beras dari hasil penggilingan oleh para pengumpul dan masyarakat dan
15
penjualan dedak hasil sampingan kegiatan penggilingan. RMU Bonjo Alam masih
belum mengetahui apakah dengan sistem sewa yang diterapkan terhadap masyarakat dan pengumpul sebagai langkah untuk memenuhi permintaan pasar dan tingkat
persaingan bisnis, layak untuk dijalankan dan dapat memberikan keuntungan yang maksimal bagi penggilingan. Untuk mengetahui hal tersebut maka dibutuhkan suatu analisis kelayakan usaha untuk melihat apakah dengan sistem operasional yang sudah
ditetapkan oleh RMU Bonjo Alam sudah memenuhi kelayakan usaha. Selain kajian yang akan dilakukan terhadap kelayakan usaha maka akan dilakukan analisis
switching value untuk mengetahui sejauh mana perubahan - perubahan pada komponen inflow dan outflow yang masih dapat ditoleransi oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam agar usaha penggilingan masih tetap layak. Komponen yang digunakan adalah penurunan pada harga output, kenaikan total biaya variabel dan penurunan jumlah produksi. Setelah diketahui hasil dari analisis tersebut, maka akan diketahui nilai maksimum perubahan yang masih dapat ditoleransi oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam agar bisnis masih tetap layak. Selain itu, diperlukan rekomendasi untuk penilaian kelayakan usaha di RMU Bonjo Alam guna tercapainya suatu usaha yang berkesinambungan. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.
16
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
RMU Bonjo Alam bertindak sebagai fasilitator bagi masyarakat dan pengumpul
untuk mengolah gabah menjadi beras
Aspek Finansial: NPV (Net Present Value) IRR (Internal Rate of Return) Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio) PBP (Payback Period)
Analisis kelayakan usaha
RMU Bonjo Alam
Analisis swicthing value terhadap
komponen biaya variabel dan
produksi
Tidak Layak
Pengembangan usaha penggilingan
dengan sistem manajemen usaha
yang dilaksanakan
Perubahan manajemen biaya
dengan reorientasi alokasi
sumber daya
Layak
Adanya peluang pasar dan meningkatnya
persaingan usaha penggilingan padi tahun
2012 di Kecamatan Tilatang Kamang
Sistem pembayaran berdasarkan hasil beras yang digiling
dengan persentase beras yang diterima penggilingan
adalah dua persen dengan hasil sampingan menjadi hak
penuh penggilingan.
Aspek Non Finansial:
Aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen,
aspek sosial dan
lingkungan, aspek hukum
17
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di RMU Bonjo Alam yang merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di Jorong Patangahan Kenagarian Koto Tangah Kecamatan
Tilatang Kamang Kabupaten Agam, Profinsi Sumatera Barat. RMU Bonjo Alam merupakan usaha penggilingan padi yang dimiliki oleh Bapak Ir. Zulfa Arasj. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara (purposive) dengan pertimbangan bahwa RMU Bonjo Alam merupakan salah satu usaha penggilingan di Kecamatan Tilatang Kamang yang menyediakan pelayanan berupa jasa penggilingan padi kepada masyarakat dengan
pembayaran berdasarkan hasil beras yang digiling. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Oktober – November 2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer berupa informasi tentang penggilingan padi yang diperoleh dari pengamatan langsung, wawancara langsung secara terpadu dengan pemilik penggilingan yang menggunakan kuesioner, buruh penggilingan, dan pihak-pihak yang
terkait. Data primer yang diambil antara lain data jumlah rata-rata gabah yang digiling perhari dan jam kerja per hari, biaya operasional penggilingan seperti pemakaian bahan
bakar per hari, listrik, upah buruh dan sebagainya, data biaya jasa giling per kilogram, fasilitas yang tersedia dan digunakan di penggilingan padi yang diperoleh melalui metode wawancara.
Data sekunder merupakan data yang diolah lebih lanjut yang diperoleh dari instansi- instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian Pangan
dan Kehutanan Kabupaten Agam, Departemen Pertanian, internet, literatur yang relevan seperti jurnal, buku teks, majalah, surat kabar dan sebagainya serta penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan bahan rujukan yang berhubungan dengan penelitian ini.
Data sekunder yang diambil antara lain harga gabah dan beras tingkat petani, penggilingan dan pasar, kondisi wilayah Kabupaten Agam, harga mesin-mesin
penggilingan padi dan sebagainya.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan wawancara langsung, wawancara mendalam dan obesrvasi. Teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk mengumpulkan data primer. Sedangkan untuk data sekunder, teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan browsing internet. Pengambilan data dengan metode pengamatan langsung dilokasi penelitian, yakni
dengan wawancara dan pengamatan langsung dengan berbagai pihak yang terkait disekitar lokasi penelitian dan juga pihak atau instansi terkait dengan penelitian mengenai kelayakan investasi penggilingan padi ini. Selain itu, data juga dikumpulkan
18
melalui penelusuran pustaka ataupun literatur di perpustakaan IPB, instansi terkait dan
media cetak maupun internet.
Metode Pengolahan Data
Data dan informasi yang sudah diperoleh akan diolah dengan bantuan komputer melalui program Excel Windows XP dan kalkulator. Setelah itu dikelompokan dan
disajikan dalam bentuk table (tabulasi) kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif untuk mempermudah proses analisis data. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengusahaan penggilingan padi secara
deskriptif atau dengan cara diinterpretasikan dari tiap-tiap aspek dalam studi kelayakan usaha ini yang tergabung dalam aspek non finansial. Aspek non finansial tersebut antara
lain aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek hukum. Analisis secara kuantitatif dilakukan terhadap aspek finansial pengusahaan penggilingan padi, dengan membandingkan biaya dan manfaat yang diperoleh dimasa sekarang
dengan masa mendatang melalui tingkat diskonto tertentu. Aspek finansial yang dianalisis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit
per Cost (Net B/C) dan Payback Period serta analisis switching value.
Aspek Non Finansial
Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hokum, aspek social, ekonomi, budaya dan aspek lingkungan. Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu studi kelayakan sangat tergantung kepada karakteristik dari masing - masing bisnis. Masing – masing aspek ini tidak berdiri sendiri tapi saling
berkaitan. Bila suatu bisnis salah satu aspeknya kurang memenuhi kriteria kelayakan perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan.
1. Analisis Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang menganalisis kesiapan dengan proses
teknis dan ketersediaan teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. Hal yang
perlu dianalisis pada aspek teknis adalah pemilihan lokasi pabrik, penentuan skala produksi, pemilihan mesin dan peralatan, penentuan layout pabrik dan bangunan,
pemilihan teknologi (Suliyanto, 2010). Apabila penggilingan padi RMU Bonjo Alam sudah melakukan kegiatan produksi sesuai kriteria pengelolaan penggilingan padi yang baik seperti, jarak antara lokasi penggilingan dengan bahan baku dan pasar relatif
terjangkau, terdapat akses yang mudah dari dan menuju lokasi penggilingan, tata letak mesin sudah efektif, serta proses kegiatan penggilingan yang baik, maka usaha
penggilingan padi RMU Bonjo Alam pasa aspek teknologi layak untuk dijalankan. 2. Analisis Aspek Pasar
Aspek pasar menganalisis potensi pasar, integritas persaingan, market share
yang dapat dicapai, serta menganalisis strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market share yang diharapkan. Suatu ide bisnis dikatakan layak berdasarkan
aspek pasar dan pemasaran jika ide bisnis tersebut dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh calon konsumen) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan (Suliyanto, 2010). Dalam aspek pasar ini banyak hal
yang akan dikaji, antara lain berkaitan dengan adanya permintaan, baik secara
19
meyeluruh maupun secara terperinci seperti menurut jenis konsumen, daerah dan
proyeksi permintaan. Selain itu adanya penawaran juga mempengaruhi aspek pasar, yaitu penawaran terhadap input dan output yang dibutuhkan dalam sebuah usaha, baik
waktu membangun proyek maupun pada waktu usaha sudah berproduksi, dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh usaha yang diteliti in. Dalam penelitian ini, aspek penawaran dan permintaan mencakup kebutuhan bahan baku
penggilingan seperti gabah, alat mesin penggilingan padi sampai distribusi dan pemasaran hasil yaitu pemasaran hasil penggilingan padi. Apabila semua aspek terseb ut
dapat dipenuhi oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam , maka usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam pada aspek pasar layak untuk dijalankan. 3. Analisis Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting untuk kelayakan suatu proyek investasi. Karena walaupun suatu proyek investasi telah dinyatakan layak untuk
diusahakan tanpa dukungan dengan manajemen yang baik, maka bukan tidak mungkin proyek tersebut tidak akan berjalan dengan lancar bahkan mengalami kegagalan. Aspek manajemen yang akan dikaji dalam penelitian ini menyangkut sumberdaya manusia
(SDM) yang digunakan dalam kegiatan pengusahaan kegiatan pengilingan padi, serta fungsi- fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan yang diterapkan dalam proses operasional maupun non operasional. Dalam hal ini termasuk bahan kajian adalah mengenai pembagian kerja di pengusahaan penggilingan padi. Apabila penggilingan padi RMU Bonjo Alam dapat melakukan
pengelolaan dan pembagian kerja pada kegiatan usahanya maka usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam pada aspek manajemen layak untuk dijalankan. Tujuan dari
analisis aspek hukum ini adalah meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Aspek hukum ini berkaitan dengan prosedur yang berkaitan dengan izin- izin usaha atau berbagai persyaratan yang harus terlebih dahulu
terpenuhi. Aspek hukum ini meliputi badan hukum pengusahaan penggilingan padi, izin- izin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan
usaha penggilingan padi. RMU Bonjo Alam memenuhi kelayakan secara aspek hukum jika pesyaratan tersebut dimiliki secara keseluruhan yang mampu menguatkan posisi usaha penggilingan secara hukum.
4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktivitas sehingga menimbulkan
dampak bagi lingkungan di sekitar lokasi bisnis. Perubahan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi dalam masyarakat dapat menimbulkan gesekan antara masyarakat disekitar dengan pelaku bisnis, maupun di antara anggota masyarakatnya sendiri.
Masyarakat yang akan memperoleh dampak positif akan mendukung keberadaan bisnis yang akan dilaksanakan. Sebaliknya masyarakat yang merasa dampak negatif dari
keberadaan bisnis lebih besar dari dampak positifnya akan meno lak keberadaan bisnis tersebut (Suliyanto, 2010). Pada aspek ini, analisis akan dilakukan untuk menilai apakah pengusahaan penggilingan padi memiliki dampak positif atau negatif setelah dan
sebelum adanya investasi. Dampak positif dan negatif ini akan dirasakan oleh berbagai pihak, baik pengusaha sendiri maupun masyarakat luas termasuk pemerintaan. Apabila
dalam pengelolaannya penggilingan padi RMU Bonjo Alam mampu memberikan dampak sosial yang positif bagi masyarakat sekitar dan mampu mengelola limbah kegiatan produksinya dengan baik sehingga tidak merugikan masyarakat sekitar, maka
penggilingan padi RMU Bonjo Alam layak untuk dijalankan pada aspek sosial lingkungan. (Nurmalina et al,2010)
20
Rincian kriteria aspek non finansial pada penggilingan padi RMU Bonjo Alam
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 Kriteria aspek kelayakan non finansial penggilingan padi RMU Bonjo Alam
No Kriteria Aspek Kelayakan
1 Aspek Pasar
Pasar Potensial
Pangsa pasar
Permintaan dan penawaran
Harga beras
Harga sampingan beras
Saluran distribusi pemasaran
Strategi perusahaan /promosi
Rencana / proyek penjulan
2 Aspek Teknis
Lokasi penggilingan
Fasilitas transportasi
Ketersediaan gabah (ada biaya angkutan atau tidak)
Luas lahan usaha
Tenaga listrik
Tenaga air
Skala produksi
Kapasitas penampungan gabah
Jumlah mesin yang digunakan
Kriteria mesin yang digunakan
Proses produksi penggilingan
Layout penggilingan dan fasilitas lainnya
3 Aspek Manajemen dan Hukum
Pengawasan
Manajemen dalam operasi
Bentuk badan usaha (SIUP)
Jenis-jenis pekerjaan (Job Description)
Syarat yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan tersebut
4 Aspek Sosial dan Lingkungan
Dampak usaha penggilingan padi
Dampak usaha terhadap masyarakat
Dampak usaha terhadap lingkungan
21
Analisis Aspek Finansial
Aspek ini menganalisis besarnya biaya investasi dan modal kerja serta tingkat pengembalian investasi dari bisnis yang akan dijalankan. Bisnis yang berorientasi
keuntungan akan memutuskan untuk menjalankan sebuah bisnis jika menguntungkan secara financial, sedangkan bisnis yang tidak berorientasi keuntungan memerlukan aspek ini untuk melihat apakah ide bisnis yang akan dijalankan dapat terus berjalan
dalam upaya untuk menjalankan misi sosilanya dengan pendapatan yang diterimanya (Suliyanto, 2010). Secara keseluruhan penilaian dalam aspek finansial ini meliputi
sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur proyek, proyeksi neraca dan laporan laba
rugi untuk beberapa periode ke depan, kriteria penilaian investasi dan rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan.
Setiap kriteria investasi menggunakan present value yang telah didiskonto dari arus-arus benefit dan biaya selama umur proyek. Aspek finansial yang dianalisis adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net
B/C) dan Payback Period serta analisis switching value. 1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima selama umur bisnis pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk menghasilkan alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana bisnis ini
memberikan NPV biaya yang sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun (Umar, 2001). Metode penghitungan Net Present Value (NPV) untuk
RMU Bonjo Alam adalah dengan cara menghitung selisih antara Present Value dari nilai investasi sekarang RMU Bonjo Alam dari penerimaan – penerimaan kas bersih RMU Bonjo Alam dimasa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang
tersebut perlu ditentukan terlebuh dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Jika NPV > 0 maka investasi tersebut dapat diterima, sedangkan jika NPV < 0 maka
investasi ditolak. Menurut Nurmalina et al (2010) secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana : Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis (t = 0,1,2,3) i = Tingkat DR (%)
2. Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Umar (2001) Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mencari
tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa akan datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal.
22
Suliyanto (2010) mengatakan bahwa metode IRR pada dasarnya merupakan metode
untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek. Pada
RMU Bonjo Alam, investasi dikatakan layak jika IRR RMU Bonjo Alam lebih besar dari tingkat diskonto, sedangkan jika IRR RMU Bonjo Alam lebih kecil dari tingkat diskonto maka usaha penggilingan RMU Bonjo Alam tidak layak dilaksanakan.
Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh RMU Bonjo Alam untuk sumberdaya yang digunakan. Investasi RMU Bonjo Alam
dinyatakan layak jika IRR RMU Bonjo Alam lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku. Menurut Nurmalina et al (2010) rumus IRR sebagai berikut:
Dimana : i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif
3. Net Benefit per Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit per Cost Ratio (Net B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negative. Net B/C menggambarkan
manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Pada RMU Bonjo Alam dikatakan usaha penggilingan layak bila Net B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih
kecil dari satu. (Nurmalina et al, 2010). Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
NET B / C =
Dimana : Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t i = Discount rate (%)
t = Tahun
4. Payback Period
Payback Period merupakan metode untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya
23
termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Metode payback period ini merupakan
metode pelengkap penilaian investasi. Permasalahan dari penggunaan metodi payback ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang
disyaratkan, untuk digunakan sebagai pembanding (Nurmalina et al , 2010). Pada RMU Bonjo Alam , jika semakin cepat waktu yang dibutuhkan oleh RMU Bonjo Alam dalam mengembalikan investasi yang ditanamkan ditandai dengan nilai
payback period yang kecil maka usaha RMU Bonjo Alam layak untuk dilaksanakan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Dimana : I = besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
6. Analisis switching value Analisis switching value digunakan untuk mengetahui perubahan variabel-variabel yang bisa ditolerir agar usaha penggilingan RMU Bonjo Alam tetap layak untuk
dijalankan. Selain itu, analisis switching value dapat membantu penggilingan RMU Bonjo Alam untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang bisa terjadi di masa
mendatang. Variabel-variabel yang digunakan dalam switching value adalah komponen biaya tetap, biaya variabel dan penurunan harga jual beras. Hasil yang diperoleh dari analisis switching value yaitu :
Jumlah NPV = 0, Net B/C = 1, dan
IRR sama dengan tingkat suku bunga.
Asumsi Dasar
Analisis kelayakan Usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam Kenagarian
Koto Tangah, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam menggunakan asumsi sebagai berikut: 1. Penggilingan padi yang dianalisis adalah penggilingan padi berskala kecil yang
menggunakan konfigurasi mesin penggilingan Husker - Polisher. 2. Penggilingan RMU Bonjo Alam berproduksi setiap hari kerja mulai dari senin
sampai minggu.
3. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha penggilingan padi adalah modal sendiri. 4. Umur proyek analisis kelayakan usaha penggilingan padi ini didasarkan pada umur
teknis aset terpenting pada penggilingan padi yaitu mesin penggilingan padi. Umur proyek dari analisis kelayakan usaha penggilingan padi ini untuk mesin penggilingan adalah 10 tahun.
5. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah rata-rata tingkat suku bunga deposito Bank tanggal 20 September 2013 yaitu 6 persen per 12 bulan tahun 2013 dan
diasumsikan konstan, dengan alasan pemilihan tingkat suku bunga deposito tersebut dikarenakan penggunaan modal sendiri dalam investasi usaha yang dilakukan.
6. Penerimaan untuk hasil sampingan beras (dedak halus dan kasar) dianggap tetap
setiap tahunnya.
24
7. Penerimaan hasil jasa giling mengikuti produksi beras Penggilingan Padi RMU
Bonjo Alam. 8. Penerimaan untuk jasa sewa berupa beras dianggap tetap setiap tahunnya.
9. Produksi penggilingan RMU Bonjo Alam tetap setiap tahunnya. 10. Harga beras yang digunakan adalah harga yang berlaku di pasar yaitu harga
beras pada bulan November 2013.
11. Jenis beras yang dihasilkan adalah beras kuriak kusuik yang menjadi komoditi spesifik tilatang kamang.
10 Beras yang dihasilkan diasumsikan sudah berupa beras kepala yang utuh. 11 Nilai sisa yang diperoleh dari nilai sisa brang-barang yang sifatnya investasi dan
masih bernilai serta berada di akhir tahun proyek, seperti bangunan dan mesin-mesin
peralatan pendukung kegiatan lainnya. Perhitungan nilai sisa peralatan d itetapkan sebesar lima persen.
12 Biaya yang digunakan untuk kegiatan pengusahaan penggilingan padi adalah biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 dan terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang sudah
habis umur ekonomisnya. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan usaha. Biaya operasional Penggilingan RMU Bonjo Alam dibagi menjadi
dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 13 Biaya variabel di Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam diasumsikan terus meningkat
setiap tahunnya sebesar 1 persen.
14 Pajak Pendapatan yang digunakan sesuai dengan Tarif dan PTKP yang dikeluarkan oleh Direktorat Pajak tentang penghasilan sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yaitu:
- Pasal 17 ayat 1 b : Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 % (dua puluh delapan persen) untuk tahun 2010.
- Pasal 17 ayat 2 a : Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 % (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun 2010.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Latar Belakang Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam
RMU Bonjo Alam merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di
Jorong Patangahan Kenagarian Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam. RMU Bonjo alam merupakan usaha penggilingan padi yang dimiliki oleh Bapak Ir. Zulfa Arasj. Bapak Zulfa melakukan investasi usaha penggilingan padi sejak tahun
2007 dengan melakukan pembangunan area penjemuran padi, gedung untuk usaha penggilingan padi dan unit mesin penggilingan padi dimana untuk lahan bangunan
penggilingan padi merupakan milik Bapak Zulfa sendiri. Bapak Zulfa pada tahun 2007 melakukan pembangunan pada area tanah seluas 4000 m2 serta pembelian mesin-mesin penggilingan. 900 m2 digunakan untuk bangunan mesin, 2700 m2 untuk area
penjemuran dan 400 m2 digunakan untuk bagunan lain ( mushola, kantor, ruang radio, gudang dan rumah pegawai).
25
Gambar 3 Bapak Ir.Zulfa Arasj
Jumlah investasi yang dihabiskan adalah lebih kurang 1.1 miliar rupiah. Kegiatan operasi mulai dilakukan awal tahun 2008 setelah semua pembanguan dan
mesin penggilingan bisa dioperasikan.. Adapun maksud dan tujuan didirikannya
penggilingan padi RMU Bonjo Alam diantaranya untuk mendapatkan keuntungan dengan usaha penjualan baik berupa beras, dedak, sekam dan jasa penggilingan padi untuk masyarakat sekitar. Selain itu maksud lain pendirian penggilingan padi RMU
Bonjo Alam adalah untuk memudahkan akses para pemilik gabah atau petani dan pengumpul untuk melakukan penggilingan, karena jarak penggilingan padi RMU Bonjo
Alam dekat dengan jalan.
Gambar 4 Lokasi RMU Bonjo Alam
RMU Bonjo Alam menggunakan konfigurasi mesin penggilingan yang terdiri dari 2 unit mesin penggilingan yaitu Husker – Polisher dengan mesin penggerak untuk menggerakan mesin tersebut. Husher merupakan alat pengolah padi yang digunakan
untuk mengupas kulit luar (sekam) gabah menjadi beras sedangkan penyosoh beras pecah kulit (Polisher) merupakan alat yang berfungsi untuk menyosoh beras pecah kulit
menjadi beras putih. Jenis mesin Husher yang digunakan adalah Yanmar keluaran jepang dan untuk mesin Polisher adalah Ichi keluaran China. Sedangkan jenis mesin penggerak yang digunakan adalah mesin mobil yang direnovasi untuk jadi mesin
26
penggerak. RMU Bonjo Alam mengoperasikan 2 jenis mesin penggilingan padi ini
untuk mengolah gabah kering giling (GKG) menjadi beras.
Gambar 5 Mesin Penggilingan
Lantai jemur milik Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam mampu menampung 119 – 120 ton Gabah Kering Panen (GKP) untuk dijemur. Sedangkan untuk gudang
sendiri mampu menampung Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) sebesar 90 - 100 ton.
Gambar 6 Lantai jemur penggilingan padi RMU Bonjo Alam
Bapak Zulfa Aras SE sebagai pemilik RMU Bonjo Alam menggunakan 3 orang
karyawan dalam kegiatan usahanya. Masing – masing karyawan bertanggung jawab
sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing. Pada penggilingan padi RMU Bonjo Alam setiap karyawan memiliki tugas harian masing- masing sesuai dengan jabatan
yang dimiliki. Untuk koordinator memiliki tanggung jawab dalam mengatur manajemen dan siklus kegiatan produksi di penggilingan dimana jatuh bangunnya usaha
27
penggilingan tergantung dari bagus tidaknya manajemen yang diterapkan oleh
koordinator. Operator bertanggung jawab dalam mempertahankan dan menjaga agar performa mesin penggilingan tetap baik dan terjaga dan berjalan sempurna ketika mesin
tersebut digunakan dan juga menjaga kebersihan dari mesin dan lingkungan penggilingan. Sedangkan untuk pembantu operator membantu operator dalam melaksanakan tugasnya ketika kegiatan penggilingan dilakukan dan juga membantu
dalam menjaga kebersihan dari lingkungan penggilingan. Kegiatan penggilingan dilakukan setiap hari kerja dengan waktu kerja yang dimiliki oleh tenaga kerja yang
berada di penggilingan RMU Bonjo Alam adalah dari pukul 08.00 – 16.30 WIB dengan satu jam waktu istirahat dari pukul 12.00 – 13.00 WIB. Adapun lulusan – lulusan tenaga kerja dan pemilik penggilingan RMU Bonjo Alam adalah sebagai berikut (Tabel 5).
Tabel 5 Tingkat Pendidikan Karyawan Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Jabatan
1 Sarjana 1 Pemilik 2 SMA 1 Koordinator
3 SD 2 Operator dan pembantu operator
Penggilingan RMU Bonjo Alam tidak menerapkan hari libur kepada karyawan
kecuali hari raya atau meminta cuti. Gaji koordinator adalah Rp1 500 000 perbulan sedangkan untuk operator adalah Rp1 100 000 perbulan dan pembantu operator Rp 800
000 perbulan.
Jalinan Kerjasama Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam
Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam menjalankan usahanya dengan
menerapkan sistem sewa pada usaha yang dijalankan dimana pendapatan usaha didapatkan dari upah sewa yang mereka dapatkan dari beras yang hasil penggilingan dan hasil sampingan penggilingan sehingga ketersedian gabah yang digiling sebagai
bahan baku kegiatan penggilingan tergantung dari banyaknya masyarakat dan pengumpul yang menggunakan jasa penggilingan padi RMU Bonjo Alam untuk
mengolah gabah mereka. Untuk menjaga ketersedian gabah tersebut, penggilingan padi RMU Bonjo Alam mempunyai pengumpul tetap yang selalu menjadikan RMU Bonjo Alam sebagai tempat mereka mengolah gabah yang mereka beli dari petani. Jumlah
pengumpul tersebut sebanyak 6 orang yang berasal dari masyarakat di Jorong Patangahan dan dari Jorong – jorong lain yang lebih percaya menggunkan jasa
penggilingan RMU Bonjo Alam dibandingkan penggilingan yang lain yang ada dijorong mereka. Sehingga dengan adanya 6 orang pengumpul ini, penggilingan padi RMU Bonjo Alam selalu mempunyai ketersedian gabah untuk digiling karena untuk
menarik pengumpul tersebut menggunakan jasa penggilingan, RMU Bonjo Alam menyediakan area gudang untuk pengumpul menyimpan gabah mereka, area mesin
untuk menyimpan beras hasil penggilingan gabah mereka dan area penjemuran yang luas untuk menjemur gabah mereka dan layanan berupa terpal dan plastik untuk menutupi jemuran ketika hujan sebelum siap untuk diolah menjadi beras. Semua
layanan tersebut diberikan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam secara gratis.
28
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Aspek Non Finansial
A. Aspek Pasar
Analisis aspek pasar memegang peranan yang sangat penting sebelum memulai
bisnis karena sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari penjualan yang dihasilkan. Analisis aspek pasar meliputi permintaan, penawaran, dan strategi
pemasaran. 1. Permintaan dan Penawaran
Penggilingan padi RMU Bonjo Alam merupakan jenis penggilingan yang
memberikan output tidak hanya beras dan hasil sampingannya dan juga memberikan pelayanan jasa kepada konsumennya. Untuk layanan jasa sendiri, konsumen utama
penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah pengumpul padi yang sudah menjadi pelanggan tetap penggilingan padi dan juga masyarakat. Untuk masyarakat sendiri hanya melakukan penggilingan dalam jumlah kecil karena hanya digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari sedangkan para pengumpul melakukan jumlah penggilingan yang jauh lebih banyak karena menjual beras tidak hanya di masyarakat sekitar tetapi juga
luar daerah. Jumlah mereka sebanyak 6 orang yang berasal dari Jorong Patangahan dan juga dari luar jorong yang lebih memilih menggunakan jasa penggilingan RMU Bonjo Alam karena pelayanan dan juga jasa yang diberikan dan juga kualitas beras yang
dihasilkan tentunya. Untuk beras sendiri yang merupakan beras hasil dari sewa penggilingan yang diberikan kepada konsumen dijual kepada masyarakat sekitar dan
menjadi konsumen utama dari penjualan beras RMU Bonjo Alam. Permintaan beras dari masyarakat dilingkungan penggilingan RMU Bonjo Alam perharinya rata-rata 50 kilogram yang sebagian besar menjadi konsumsi rumah tangga. Untuk beras para
pengumpul yang ada di penggilingan selain kepada masyarakat sekitar juga dipasarkan keluar kota seperti Batam, Padang, Pekan Baru, Duri dimana beras tersebut dijual
kepada pedagang beras eceran dan pedagang nasi baik rumah makan ataupun restoran padang yang ada di kota tersebut. Namun hasil penjualan dari beras pengumpul dinikmati pengumpul secara menyeluruh. RMU Bonjo Alam tidak menerima hasil
penjualan dan sebatas hanya sebagai tempat menampung beras hasil penggilingan para pengumpul.
Penggilingan padi RMU Bonjo Alam hanya mempuyai satu pasar utama beras mereka yaitu masyarakat sekitar penggilingan. Masyarakat yang lebih menggunakan beras untuk kebutuhan sehari – hari mereka. Penawaran yang diberikan oleh
penggilingan RMU Bonjo Alam rata – rata 30 - 50 kilogram perharinya untuk sekali transaksi. Untuk satu bulan rata-rata penjualan beras yang dilakukan oleh penggilingan
RMU Bonjo Alam adalah 900 – 1 500 kilogram beras. Saat ini untuk penggilingan padi RMU Bonjo Alam hanya memiliki pangsa pasar sebesar 0.023 persen untuk Kecamatan Tilatang Kamang. Hal ini dikarenakan penggilingan padi RMU Bonjo Alam merupakan
penggilingan padi skala kecil yang ruang lingkup pemasaran hanya di lokasi penggilingan padi saja yaitu jorong patangahan. Saat ini di Jorong Patangahan memiliki
2 unit penggilingan padi yang merupakan unit penggilingan padi skala kecil dan satu unit penggilingan padi keliling yang berkeliling ke rumah penduduk untuk menjajalkan jasa mereka. Namun dari kedua unit penggilingan padi tersebut hanya RMU Bonjo
29
Alam yang masih aktif dan kontiniu melakukan kegiatan penggilingan sehingga karena
hal ini membuat penggilingan padi RMU Bonjo Alam mampu menyerap pasar di jorong patangahan sebesar 70 persen dan 30 persen lagi diambil oleh unit penggilingan
keliling. Penggilingan padi RMU Bonjo Alam mampu menyerap pangsa pasar sebesar itu karena masyarakat masih jauh lebih memilih menggunakan jasa penggilingan RMU Bonjo Alam dari pada unit penggilingan padi berjalan karena kulitas beras yang
dihasilkan penggilingan padi RMU Bonjo Alam jauh lebih baik dan bagus. Untuk beras hasil penggilingan unit penggilingan keliling masih kotor dan bahkan bercampur
dengan dedak dan sekam sehingga butuh proses panjang untuk membersihkannya. Sedangkan untuk penggilingan padi RMU Bonjo Alam sudah menjadi beras putih yang bagus dan kulitas baik. Harga yang diberlakukan oleh penggilingan padi RMU Bonjo
Alam mengikuti harga beras kuriak kusuik yang beredar di masyarakat dimana untuk November 2013 harga beras kuriak kusuik adalah Rp9 500 per kilogram.
Untuk produk sampingan seperti dedak dan sekam menjadi hak penuh penggilingan padi sedangkan menir menjadi hak pengumpul atau masyarakat yang menggunakan jasa penggilingan. Sehingga selain dari beras hasil sewa penggilingan,
pendapatan utama penggilingan padi RMU Bonjo Alam berasal dari penjua lan dedak dan sekam karena 100 persen hasil sampingan berupa dedak dan sekam menjadi hak
penuh penggilingan. Untuk penjualan dedak dan sekam penggilingan padi RMU Bonjo Alam sudah mempunyai pelanggan sendiri. Untuk penjualan dedak dijual ke masyarakat sekitar dan peternak ayam petelur dari Kota Payakumbuh. Sedangkan untuk sekam
dijual ke pengrajin batu bata dari Jorong ganting dan kota Bukittinggi. Pembeli hasil sampingan penggilingan berupa dedak dan sekam lansung datang ke penggilingan padi
RMU Bonjo Alam menggunakan kendaraan mereka masing-masing. Untuk penjualan dedak diberikan 2 alternatif harga. Untuk masyarakat sekitar diberikan harga dedak sebesar 800 per kilogram dan tetap setiap tahunnya sebagai bentuk kompensasi dari
penggilingan untuk masyarakat sekitar. Untuk masyarakat luar seperti peternak ayam kota Payakumbuh menggunakan harga yang beredar di pasaran.
Gambar 7 Pembeli yang mengambil dedak di penggilingan
Untuk bulan November 2013 harga dedak yang diberikan sebesar Rp1 700 per
kilogram. Untuk sekam sendiri dijual bukan dalam kilogram namun dalam satuan satu mobil pick up ¾. Untuk satu mobilnya diberikan harga Rp150 000 per mobil. Penjualan rata-rata untuk dedak yang dilakukan oleh RMU Bonjo Alam untuk masyarakat luar
adalah 12 ton per bulan dan untuk masyarakat adalah 900 kilogram per bulan untuk
30
sekam rata – rata 3 mobil per bulannya. Namun, untuk sekam sendiri tidak dimasukan
kedalam operasional penggilingan. Jika penjualan sekam dilakukan maka keuntungan yang didapatkan dibagikan kesemua karyawan secara merata sebagai bentuk santunan
kepada karyawan. Proses pemasaran produk hasil penggilingan RMU Bonjo Alam dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 8 Alur pemasaran penggilingan padi RMU Bonjo Alam
2. Strategi pemasaran Penggilingan padi RMU Bonjo Alam tidak menggunakan strategi pemasaran
khusus untuk usaha yang dilakukan. Karena unit penggilingan padi RMU Bonjo Alam menerapkan sistem sewa untuk usahanya sehingga banyaknya pengumpul dan masyrakat yang menggunakan jasa mereka akan sangat mempengaruhi keberlansungan
usaha mereka. Semakin banyak pengumpul yang menggunakan jasa mereka maka akan semakin banyak pendapatan sewa yang mereka dapatkan dari potongan beras dan
jumlah hasil sampingan penggilingan yang mereka dapatkan berupa dedak dan sekam. Sehingga untuk menarik konsumen menggunakan jasa mereka maka penggilingan padi RMU Bonjo Alam menerapkan beberapa hal sebagai bentuk strategi mereka menarik
konsumen : a. Memberikan area penjemuran yang luas kepada konsumen pengguna jasa
penggilingan tampa adanya pungutan biaya. Boleh digunakan oleh konsumen secara gratis
b. Jika selama penjemuran terjadi hujan maka penggilingan padi RMU Bonjo Alam
memberikan bantuan berupa pemberian terpal dan plastik penutup untuk menutupi gabah dari air hujan yang turun. Bantuan tersebut diberikan secara gratis.
c. Memberikan area gudang sebagai tempat penyimpanan Gabah hasil panen petani untuk disimpan sebelum dijemur secara gratis.
d. Memberikan area penyimpanan gabah kering giling yang siap untuk di panen dan
beras hasil penggilingan di area dekat mesin penggilingan yang dibagi sesuai dengan jumlah pengumpul dan masyrakat yang menggunakan jasa penggilingan.
Penggilingan padi
RMU Bonjo
Alam
Beras
Sekam
Dedak
Masyarakat
Pengrajin
batu bata
Masyarakat
Peternak ayam
petelur kota
payakumbuh
Jorong
ganting
Kota
Bukittingi
gi
31
Penyimpanan yang dilakukan oleh pengumpul dan masyrakat diberikan secara
gratis. Dengan menerapkan sistem tersebut diharapkan masyarakat dan pengumpul lebih
tertarik menggunakan jasa penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Untuk penjualan beras dan hasil sampingan berupa dedak dan sekam tidak dilakukan strategi pemasaran khusus. Para pembeli datang sendiri ke penggilingan padi RMU Bonjo Alam dengan
sendirinya karena imformasi dari pengumpul dan juga masyarakat yang pernah menggunakan jasa penggilingan di RMU Bonjo Alam.
Gambar 9 Pembeli beras yang datang lansung ke penggilingan
Berdarkan uraian hasil analisis aspek pasar, pada aspek ini penggilingan padi
RMU Bonjo Alam layak untuk dijalankan. Walaupun penjualan beras yang dilakukan oleh penggilingan sangat sedikit karena hanya didapatkan dari hasil sewa penggilingan sebesar dua persen dari total beras yang dihasilkan namun penggilingan padi RMU
Bonjo Alam memiliki jumlah dedak dan sekam yang melimpah dari hasil penggilingan padi para pengumpul. Hal ini disebapkan dari semua penggilingan yang dilakukan oleh
pengumpul, hasil sampingan berupa dedak dan sekam dikuasai 100 persen oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Selain itu untuk dedak dan sekam sendiri selain kepada masyarakat, penggilingan padi RMU Bonjo Alam memiliki langganan sendiri
sehingga mereka tidak kesulitan dalam memasarkan dedak dan sekam yang mereka punya.
B. Aspek Teknis
Aspek teknis yang akan dikaji berkaitan dengan sumberdaya produksi yang
digunakan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam untuk menghasilkan beras dan hasil sampingannya. Pada penelitian ini, aspek teknis yang akan dianalisis meliputi
lokasi usaha perusahaan, sumberdaya produksi, luas produksi dan tata letak (layout). 1. Lokasi usaha
Penggilingan padi RMU Bonjo Alam berada di jorong patangahan kecamatan
tilatang kamang kabupaten agam. Penggilingan padi RMU Bonjo Alam memiliki berbagai alas an untuk mendirikan usaha dilokasi tersebut diantaranya :
a. Lokasi Penggilingan padi RMU Bonjo Alam Lokasi penggilingan padi RMU Bonjo Alam akan sangat mepengaruhi jumlah
output yang akan dihasilkan. Apabila lingkungan sekitar penggilingan maupun iklimnya
sesuai maka produksi beras dan hasil sampingannya akan lebih maksimal. Saat ini di
32
kecamatan tilatang kamang terdapat area sawah yang cukup besar yaitu 2 499 ha.
Sehingga dengan adanya area sawah yang cukup besar tersebut membuka peluang usaha penggilingan untuk meningkatkan produksi dan produktifitasnya. Penggilingan padi
RMU Bonjo Alam berada tidak jauh dari area persawahan atau tanam padi yaitu kurang lebih 100 m dari lokasi penggilingan. Hal tersebut didukung oleh iklim kecamatan tilatang kamang yang merupakan dataran rendah dengan curah hujan yang cukup tinggi
yaitu 174.58 ml pada tahun 2012. Keberadaan area sawah di sekitar kecamatan tilatang kamang khususnya Jorng patangahan didukung oleh aliran irigasi dari sungai batang
agam yang jaraknya relative dekat. Sehingga dengan kemudahan input tersebut lokasi penggilingan padi RMU Bonjo Alam dapat berkembang dengan baik. b. Akses menuju lokasi
Penggilingan padi RMU Bonjo Alam berada di jalan labuah ampek suku, kecamatan tilatang kamang kabupaten agam yang merupakan akses menuju pusat
kecamatan tilatang kamang, kota bukittinggi dan juga penghubung antara jorong patangahan dengan jorong yang lain.
Gambar 10 Lokasi penggilingan dekat dengan akses transportasi
Salah satu factor yang mempengaruhi pemilihan lokasi penggilingan padi RMU
Bonjo Alam adalah karena kemudahan lokasi penggilingan dijangkau oleh sarana
transportasi dan juga dekat dengan area persawahan sehingga jarak tempuh pengangkutan gabah petani tidak terlalu jauh. Sehingga memudahkan para pengumpul
dan masyrakat mengantarkan gabah mereka ke penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Lokasi penggilingan padi RMU Bonjo Alam yang dekat dengan jalan raya juga memudahkan para pengumpul dan masyrakat untuk pengangkutan hasil giling mereka
ke tempat mereka memasarkan hasil gilingan mereka. c. Letak pasar yang dituju
Pasar dari beras hasil penarikan biaya sewa yang diberikan kepada pengumpul atau masyrakat yang menggunakan jasa penggilingan adalah masyarakat sekitar penggilingan. Penggilingan padi RMU Bonjo alam hanya menjual beras mereka kepada
masyrakat sekitar penggilingan karena jumlahnya yang sedikit sehingga beras yang didapatkan hanya digunakan untuk memenuhi tingkat permintaan masyarakat sekitar.
Dimana masyarakat lansung datang ke penggilingan untuk membeli beras dengan
33
menggunakan alat transportasi mereka sendiri karena penggilingan tidak menyediakan
alat transportasi untuk pengangkutan beras.
Gambar 11 Perumahan masyarakat disekitar penggilingan
Sedangkan untuk pasar dari dedak dan sekam yang merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan yang mereka dapatkan dijual kemasyarakat, unit usaha
pengrajin batu merah yang berada di jorong ganting dan kota bukittingi dan peternak ayam petelur yang berada di kota payakumbuh. Dimana para pembeli lansung datang untuk mengambil Dedak dan Sekam tersebut menggunakan alat transportasi mereka
sendiri. d. Letak sumber bahan baku
Sumber bahan baku utama penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah padi yang diolah menjadi beras dan hasil sampingannya. Namun untuk ketersedian bahan baku tidak menjadi tanggung jawab penggilingan karena mereka hanya menyediakan
jasa sewa sehingga untuk bahan baku gabah disediakan oleh pengumpul atau masyrakat yang akan menggunakan jasa penggilingan. Penggilingan padi RMU Bonjo Alam hanya
menyediakan tempat bagi para pengumpul dan masyarakat untuk menyimpan gabah mereka, menjemur gabah mereka hingga gabah tersebut siap untuk digiling. Setelah dilakukan penggilingan baru penggilingan padi RMU Bonjo Alam mendapatkan beras
dan hasil sampingan berupa dedak dan sekam dari biaya sewa yang didapatkan. Untuk gabah sendiri, para pengumpul dan masyarakat tidak mengalami kesulitan
dalam mendapatkannya. Karena di kecamatan tilatang kamang , petani di setiap Jorong menggunakan pola tanam dengan melihat jadwal tanam disetiap jorong yang ada untuk menanam padi mereka sehingga untuk satu bulan selalu ada suplay gabah karena jika
satu jorong belum ada panen padi dapat dilihat di jorong yang lain. Untuk bahan baku pendukung lainnya seperti karung, benang, karung plastik, terpal, terpal plastik dan
perlengkapan dalam penggilingan lain mudah untuk didapatkan. Bahan – bahan tersebut di beli di toko – toko yang menjual aneka saprodi dan kebutuhan penggilingan padi di Kota Bukittinggi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari penggilingan padi RMU Bonjo
Alam. Namun untuk perlengkapan onderdil mesin penggilingan, penggilingan padi RMU Bonjo Alam mempunyai langganan sendiri yaitu toko onderdil mesin
penggilingan yang ada di Kota Payakumbuh.
34
e. Sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam , dimiliki dan digunakan untuk mendukung kelancaran usaha penggilingan
padi yang dijalankan. Adapun sarana dan prasarana tersebut antara lain : i. Tenaga listrik dan air
Tenaga listrik menggunakan listrik dari PLN dengan daya 900 KWH yang
digunakan untuk penerangan mesin penggilingan baik siang atau malam hari. Dan juga untuk sumber energy untuk ruang karyawan, pompa air dan mesin jahit
karung. Sumber air berasal dari sumur bor yang berada dibelakang penggilingan.
Gambar 12 Sumber listrik dan air
Dimana untuk menggunakan air disumur tersebut digunakan pompa air merek Shimizu yang dialirkan ke bak penampungan air aerator mesin, bak mandi dan kran – kran air yang ada disekitar penggilingan. Sehingga untuk kebutuhan a ir
dapat terpenuhi dengan baik.
Gambar 13 Bak penampungan air aerator mesin
ii. Mesin penggilingan Mesin penggilingan yang ada terdiri dari mesin Husker, mesin Polisher dan
mesin penggerak. Mesin tersebut tergabung dalam satu satuan sistem yang mengolah gabah menjadi beras sebagai output utama.
35
Gambar 14 Husker, Polisher dan Motor Penggerak
Motor penggerak untuk menggerakkan mesin penggilingan p;adi menggunakan bahan bakar solar. Harga solar untuk Oktober 2013 adalah Rp5 500 per liter. Jenis pelumas yang digunakan pada kedua motor penggerak adalah sama yaitu
Meditran SC dari Pertamina. Pelumas digunakan sekali 2 bulan untuk mesin penggilingan. Untuk perawatan mesin dilakukan dalam waktu yang berbeda.
Untuk mesin penggerak motor dan mesin penggilingan dilakukan perawatan satu kali setahun. Besarnya biaya yang dikeluarkan berbeda-beda tergantung permasalahan yang terjadi di mesin-mesin tersebut.
iii. Transportasi Transportasi yang dibutuhkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah
hanya untuk membeli perlengkapan input penggilingan dan mesin penggilingan. Dimana untuk membeli input tersebut penggilingan padi RMU Bonjo Alam menggunakan sepeda motor pegawai karena penggilingan padi RMU Bonjo Alam
tidak mempunyai alat trasportasi sendiri. Sedangkan untuk transportasi gabah yang merupakan bahan baku utama penggilingan disediakan oleh pengumpul dan
masyarakat yang menggunkan jasa penggilingan RMU Bonjo Alam. Biaya transportasi bagi karyawan yang membeli perlengkapan input penggilingan sebagai biaya untuk membeli bahan bakar motor yaitu Rp10 000.
iv. Tenaga kerja Tenaga kerja penggilingan padi RMU Bonjo Alam terdiri dari 3 orang. Satu orang
sebagai koordinator dan 2 orang sebagai operator. Satu orang yang bertindak sebagai koordinator berasal dari masyarakat sekitar penggilingan yaitu warga asli Jorong Patangahan. Koordinator dipilih dari masyarakat sekitar karena
kepercayaan dan dedikasi yang ditampilkan di masyarakat sehingga menarik minat pemilik untuk merekrut menjadi Koordinator usaha. Sedangkan untuk
operator didatangkan oleh pemilik dari luar daerah yaitu Riau dan Palupuh. Operator direkrut dari luar daerah karena sudah berpengalaman sebelumnya di bagian operasi dan teknisi mesin penggilingan di daerah mereka. Upah tenaga
kerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Untuk Koordinator adalah Rp1 500 000 per bulan, operator Rp1 100 000 per bulan dan pembantu operator
Rp800 000 per bulan. v. Tata letak (Layuot) Bangunan
Bangunan tempat penggilingan padi RMU Bonjo Alam terletak tidak jauh dari
rumah pemilik penggilingan yaitu Bapak Ir. Zulfa Arasj yaitu kurang lebih 300 m.
36
Pemilihan lokasi penggilingan dikarenakan lahan yang dimiliki penggilingan
adalah lahan sendiri dan terletak di samping jalan raya pedesaan yang banyak dilalui oleh kendaraan dan orang. Layout bangunan penggilingan padi RMU
Bonjo Alam memiliki luas lahan sebesar 4000 m2 dengan luas lahan jemur 2700 m2, luas bangunan mesin 900 m2 dan 400 m2 untuk fasilitas lain (mushola, kamar mandi, kantor, rumah pegawai, gudang, ruang radio, ruang penyimpanan sekam
dan dedak). Bangunan mesin tempat melakukan penggilingan dan penyimpanan Gabah Kering Giling (GKG) beserta beras hasil penggilingan dijadikan satu
ruangan. Untuk kantor, rumah pegawai, gudang, ruang penyimpanan sekam dan dedak berada dalam ruang terpisah namun tetap dalam satu atap dengan ruangan utama yaitu ruangan mesin. Untuk mushola dan kamar mandi berada dalam satu
atap yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan ruangan mesin ,untuk ruangan radio berada di sebelah mushola dan mempunyai bagian ruangan sendiri yang terpisah
dari ruangan mesin dan mushola. Rincian ruangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Uraian Gambar luar Gambar dalem
Lahan jemur
Bangunan mesin
Mushola
Kamar mandi
37
Kantor
Rumah
pegawai
Gudang
Ruang Radio
Ruang penyimpanan sekam
38
Ruang penyimpanan dedak
Gambar 15 Layout bangunan penggilingan padi RMU Bonjo Alam
2. Alur kegiatan penggilingan padi
Tahapan proses penggilingan padi yang ada di penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah persiapan bahan baku, proses pemecahan kulit, proses penyosohan beras,
proses pengemasan, proses penyimpanan, dan pembayaran sewa penggilingan. Adapun rincian prosesnya adalah sebagai berikut : a. Persiapan bahan baku
Sebelum dilakukan proses penggilingan, gabah kering panen (GKP) dijemur dibawah terik matahari selama 1-2 hari hingga gabah mencapai kadai air 14
persen, setelah itu baru besoknya dilakukan penggilingan. Dimana gabah yang sudah kering didiamkan satu malam terlebih dahulu agar beras yang dihasilkan tidak patah ketika digiling. Gabah yang digiling adalah gabah dari masyarakat dan
pengumpul yang menggunakan jasa penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebagai tempat pengolahan gabah mereka.
Gambar 16 Aktifitas penjemuran gabah
Gabah yang sudah kering dimasukan ke dalam karung goni ukuran besar dengan berat satu karung goni adalah lebih kurang 78 kg /karung. Kemudian gabah yang
siap untuk digiling disimpan di area dekat mesin penggilingan untuk memudahkan pada saat proses penggilingan.
39
Gambar 17 Penyimpanan Gabah Kering Giling (GKG)
b. Proses penggilingan Kegiatan penggilingan dimulai dengan memanaskan mesin terlebih dahulu sebelum digunakan lebih kurang selama 15 menit agar semua perlengkapan mesin
siap untuk digunakan. Setelah itu baru dilakukan penggilingan : i. Proses pemecahan kulit
Gabah kering giling yang siap untuk digiling diletakkan dan dimasukan kedalam area penampungan gabah yang berbentuk segiempat dan corong dibawahnya untuk tempat masuk gabah ke elevator. Setelah gabah dimasukan
ke dalam tempat penampungan gabah, secara otomatis gabah tersebut dibawa dengan elevator ke bagian atas corong Husker yang bewarna merah.
Gambar 18 Area penampungan gabah dan Corong Husker
Setelah masuk kedalam corong, Husker akan mengolah gabah tersebut
menjadi beras pecah kulit. Dimana hasil sampingan dari olahan Husker berupa sekam lansung disalurkan ke area penampungan sekam di belakang ruang mesin. Untuk gabah yang kosong / tidak punya isi akan jatuh kembali
ke area penampungan gabah untuk diolah kembali agar mendapatkan hasil yang benar-benar beras pecah kulit. Sisanya menjadi sekam yang dibawa
dengan corong ke belakang area mesin.
40
ii. Proses penyosohan beras
Beras pecah kulit hasil dari olahan Husker lansung masuk ke mesin penyosohan beras (Polisher) secara lansung. Polisher akan mengolah beras
pecah kulit tersebut menjadi beras putih. Beras hasil penyosohan lansung ditampung dibagian keluaran beras menggunakan alat penampung dari kaleng biskuit beras.
Gambar 19 Proses penyosohan dan penampungan beras hasil penyosohan
Namun sebelum dimasukan ke dalam karung untuk dikemas, beras dimasukan dulu ke kipas padi untuk membuang sisa dedak yang masih
menempel diberas.
Gambar 20 Proses pengipasan
Beras yang sudah dilakukan pengipasan lansung dimasukan ke dalam karung untuk pengemasan. Hasil sampingan dari Polisher yang berupa dedak halus, lansung dibawa menuju tempat penampungan dedak halus yang berada
dibelakang ruang mesin. iii. Proses pengemasan
Beras yang sudah selesai dilakukan pengipasan lansung dimasukan ke dalam karung beras yang sudah dilapisi karung plastik sebelumnya. Tujuan penggunaan karung plastik didalamnya adalah untuk mencegah beras
kemasukan air ketika masyarakat atau pengumpul mengirim beras mereka ke luar daerah. Beras yang kemasukan air akan mengurangi kualitas beras yang
41
dikirim atau dijual oleh pengumpul atau masyarakat. Beras yang sudah
didalam karung ditimbang sesuai dengan permintaan pengumpul atau masyarakat yang menggunakan jasa penggilingan. Ukuran berat yang biasa
digunakan perkarungnya adalah 10 kilogram, 25 kilogram, 30 kilogram, dan 50 kilogram. Setelah mencapai berat yang ditentukan, setelah itu karung dijahit menggunakan mesin jahit karung dengan merek Newlong keluaran
jepang untuk menjaga agar karung lebih kokoh dalam menyimpan beras.
Gambar 21 Proses penimbangan dan penjahitan karung
iv. Proses penyimpanan Beras yang sudah dikemas lansung disimpan di area penyimpanan beras yang
berada disebelah kiri mesin penggilingan. Dimana tempat penyimpanan sudah ditata sedemikian rupa untuk masing-masing pengumpul yang menyimpan beras mereka di penggilingan. Setelah beras ditata dengan baik,
kemudian beras ditandai dengan spidol hitam dengan catatan yang ditandai berupa berat beras perkarung dan nama pengumpul atau masyarakat yang
mempunyai beras tersebut.
Gambar 22 Penyimpanan beras dan beras yang sudah diberi tanda
c. Pembayaran sewa penggilingan Setelah semua Gabah Kering Giling (GKG) diolah dan digiling menjadi beras, baru setelah itu dikalkulasikan berapa pendapatan sewa yang didapatkan dari total
42
semua beras yang dihasilkan. Dimana total beras yang dihasilkan dipotong
sebesar dua persen untuk penggilingan padi sebagai biaya sewa. Untuk hasil sampingan berupa sekam dan dedak menjadi hak penggilingan dan menir dari
beras yang dihasilkan menjadi milik pengumpul atau masyarakat yang menggunakan jasa penggilingan.
d. Transportasi
Untuk penjualan beras karena penggilingan padi RMU Bonjo Alam hanya menjual ke masyarakat jorong patangahan, sehingga mereka tidak menggunakan
alat transportasi karena masyrakat lansung datang ke penggilingan. Untuk penjualan beras pengumpul yang disimpan dipenggilingan menjadi tanggung jawab pengumpul baik transportasi maupun penjualannya. Untuk sekam dan
dedak sendiri yang menjadi sumber pendapatan kedua dari penggilingan dijual kepada konsumen dimana konsumen lansung datang sendiri ke penggilingan
untuk mengambilnya menggunakan alat transportasi mereka masing-masing. e. Waktu proses penggilingan padi
Proses penggilingan dilakukan dimulai antara jam 08.00 – 09.00 WIB tergantung
kesiapan dari pengumpul atau masyarakat. Jika pengumpul atau masyarakat sudah lebih siap, jam 08.00 WIB proses penggilingan sudah bisa dilakukan. Proses
penggilingan dimulai jam 08.00 WIB sampai jam 12.00 WIB. Setelah itu istirahat sampai jam 1 siang. Proses penggilingan dilanjutkan kembali hingga jam 16.00 WIB tergantung jumlah gabah yang digiling oleh pengumpul. Aktifitas
penggilingan setiap hari kerja mulai hari senin sampai hari minggu tampa adanya hari libur. Bahkan ketika bulan Ramadan, aktifitas kerja juga dilakukan oleh
penggilingan padi RMU Bonjo Alam dimalam hari terkait permintaan konsumen akan beras sebelum hari raya. Berdasarkan hasil analisis teknis, dapat dikatakan bahwa secara teknis usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam layak untuk
dilaksanakan. Karena penggilingan padi RMU Bonjo Alam sudah memenuhi syarat untuk menjadikan penggilingan padinya sesuai dengan pengelolaan yang
benar. Tidak terdapat kendala yang dapat menghambat kegiatan penggilingan padi RMU Bonjo Alam.
C. Aspek Manajemen Dan Hukum
Aspek manajemen dan hukum merupakan aspek yang cukup penting dianalisis
dalam kelayakan suatu usaha. Karena hal ini berkaitan dengan keberlansungan suatu usaha baik saat ini ataupun dimasa mendatang. Aspek manajemen dan hukum terkait dengan system organisasi dan manajerial penggilingan padi RMU Bonjo Alam, terkait
dengan badan hokum dan perizinan yang dimiliki oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam.
1. Aspek Manajemen Manajemen RMU Bonjo Alam masih sederhana dengan aktifitas kerja yang
dilakukan dan pembagian kerja yang masih sedikit. Penggilingan padi RMU Bonjo
Alam tidak memiliki struktur organisasi yang baku dan jelas. Penggilingan padi RMU Bonjo Alam terdiri dari pemilik, koordinator, operator dan pembantu operator. Untuk
koordinator diambil dari warga asli Jorong Patangahan sedangkan untuk operator dan pembantunya diambil dari masyarakat luar. Walaupun penggilingan padi RMU Bonjo Alam belum memiliki struktur organisasi namun sudah memiliki pembagian kerja yang
jelas untuk masing- masing jabatan. Untuk koordinator memiliki tanggung jawab dalam
43
mengatur manajemen dan siklus kegiatan produksi di penggilingan dimana jatuh
bangunnya usaha penggilingan tergantung dari bagus tidaknya manajemen yang diterapkan oleh koordinator. Operator bertanggung jawab dalam mempertahankan dan
menjaga agar performa mesin penggilingan tetap baik dan terjaga dan berjalan sempurna ketika mesin tersebut digunakan dan juga menjaga kebersihan dari mesin dan lingkungan penggilingan. Sedangkan untuk pembantu operator membantu operator
dalam melaksanakan tugasnya ketika kegiatan penggilingan dilakukan dan juga membantu dalam menjaga kebersihan dari lingkungan penggilingan. Secara umum
aktifitas yang dilakukan oleh karyawan di penggilingan padi RMU Bonjo Alam hanya kegiatan penggilingan, perawatan mesin penggilingan, kebersihan tempat penggilingan, dan kegiatan transaksi jual beli baik beras maupun hasil sampingan penggilingan berupa
dedak dan sekam. Untuk aktifitas penjemuran sendiri berada di luar tanggung jawab penggilingan karena aktifitas penjemuran sudah memiliki pekerja sendiri dari setiap
pengumpul dan masyarakat yang menggunakan jasa penggilingan padi RMU Bonjo Alam.
Proses perekrutan karyawan pada tahap awal diambil dari masyarakat sekitar
tampa adanya kriteria khusus dalam perekrutan. Poin utama yang dilihat adalah etos kerja dan tanggung jawab dalam menjalankan amanah yang diberikan. Namun karena
tingkat etos kerja yang tidak maksimal membuat penggilingan padi RMU Bonjo Alam mengambil pekerja untuk operator dari luar daerah yang memiliki kualitas yang lebih baik dan pengalaman dalam pekerjaan penggilingan padi. Untuk koordinator sendiri
diambil dari warga asli Jorong Patangahan yang dipercaya oleh pemilik dan juga masyarakat dalam hal kepemimpinan dan kemampuan manajerialnya. Koordinator
bertindak sebagai pimpinan operasional yang bertanggung jawab atas pengelolaan produksi seperti perolehan input penggilingan dan juga kegiatan pengelolaan keuangan. Koordinator juga melakukan koordinasi dengan para pengumpul dan masyarakat yang
menggunakan jasa penggilingan, evaluasi serta pengawasan terhadap kegiatan yang berlansung di penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Kegiatan operasional hanya
dilakukan oleh koordinator dan operator saja. Pemilik penggilingan padi RMU Bonjo Alam tidak ada campur tangan dalam aktifitas penggilingan. Pemilik hanya bertindak sebagai pembuat keputusan dalam membuat kebijakan penggilingan padi dan penerima
hak penuh atas hasil dan pendapatan dari aktifitas penggilingan padi di RMU Bonjo Alam.
Penggilingan padi RMU Bonjo Alam memiliki fasilitas berupa mushola, air minum untuk yang melakukan penjemuran di lantai jemur, kamar mandi dan wc serta alat pemadam api (racun api) sebagai alat pencegahan jika terjadi kebakaran. Rata – rata
jam tenaga kerja penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah tujuh sampai delapan jam perhari yang dimulai pada pukuk 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Tenaga
kerja tidak memiliki hari libur karena aktifitas penggilingan dilakukan setiap hari kerja namun pada hari raya besar seperti idul adha dan idul fitri semua tenaga kerja diliburkan. Besarnya upah ditentukan oleh pembuat kebijakan yaitu pemilik
penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Pemberian upah diberikan setiap awal bulan dengan besarnya upah sesuai dengan jenis pekerjaan dan tanggung jawab masing-
masing. Selain upah, karyawan juga mendapatkan tambahan tunjangan dari penjualan sekam yang dilakukan oleh penggilingan. Hasil penjualan sekam dilakukan pembagian secara merata kepada semua karyawan. Fasilitas yang diberikan oleh penggilingan padi
RMU Bonjo Alam untuk tenaga kerja adalah berupa rumah tenaga kerja dengan listrik
44
dan air yang pembayaran listriknya menjadi tanggung jawab penggilingan dan juga baju
karyawan untuk dipakai dalam aktifitas kerja di penggilingan.
2. Aspek Hukum Penggilingan padi RMU Bonjo Alam merupakan usaha perseorangan yang
terdaftar melalui surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sebagai perusahaan
perseorangan yang dikeluarkan oleh Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam berdasarkan Undang – Undang No 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan
dengan Nomor : 137/TDP – PO/TK/XI – 2008 yang diperbaharui setiap lima tahun sekali. Penggilingan padi RMU Bonjo Alam juga telah mendapatkan ijin oleh pemerintah Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam melalui Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) Nomor : 03 – 08 /130/SIUP – PO/TK/XI – 2008) dimana dengan ijin ini penggilingan padi RMU Bonjo Alam dapat melakukan usaha perdagangan di
wilayah Indonesia selama penggilingan masih menjalankan usahanya dan wajib didaftar ulang setiap 5 (lima tahun) sekali.
Gambar 23 Surat TDP dan SIUP
Penggilingan padi RMU Bonjo Alam juga memiliki ijin melakukan usaha penggilingan di Jorong Patangahan melalui surat Keterangan Tempat Usaha (SKTU)
No 10 / SKTU / TK – 2012 kepada Ir. Zulfa Arasj untuk usaha Rice Milling Unit (RMU) di Jorong Patangahan Nagari Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang. Surat Keterangan Tempat Usaha ini berlaku selama 5 tahun dan setelah itu harus dilakukan
pembaharuan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penggilingan padi RMU Bonjo Alam juga memiliki Surat Izin Gangguan (HO) yang diterbitkan oleh Bupati Kabupaten
Agam No 08 / IG / TK – 2012. Surat ijin gangguan ini juga berlaku selama 5 tahun dan setelah itu harus dilakukan pembaruan kembali. Untuk status hukum tanah milik penggilingan padi RMU Bonjo Alam masih merupakan tanah Hak Milik yaitu milik
pemilik dari Penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Hal tersebut didukung oleh adanya sertifikat tanah oleh pemilik penggilingan padi RMU Bonjo Alam.
45
Gambar 24 Surat Ijin Gangguan (HO) dan Surat Keterangan Tempat Usaha (SKTU)
Aspek manajemen dan hukum penggilingan padi RMU Bonjo Alam layak untuk
dijalankan. Karena Penggilingan padi RMU Bonjo Alam dalam melakukan manajemen
usahanya cukup baik, walaupun tidak memiliki struktur organisasi yang baku layaknya usaha besar namun sudah memberikan pengelolaan dan pembagian kerja yang jelas
untuk setiap tenaga kerjanya. Dari sisi hukum, penggilingan padi RMU Bonjo Alam sudah memenuhi persyaratan sebagai sebuah usaha kecil yang diperkuat dengan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat
Keterangan Tempat Usaha (SKTU) dan Surat Ijin Gangguan (HO).
D. Aspek Sosial Dan Lingkungan
Munculnya Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam di Jorong Patangahan telah
memberikan berbagai dampak baik sosial, ekonomi dan lingkungan. Adanya usaha penggilingan di Jorong Patangahan membuat kegiatan perekonomian masyarakat jadi
berkembang karena masyarakat tidak perlu lagi jauh – jauh dalam membeli beras dan melakukan penggilingan padi ke jorong lain karena di tempat mereka sudah ada jasa penggilingan padi. Melalui kedekatan sosial pemilik penggilingan dengan masyarakat
sekitar, penggilingan padi RMU Bonjo Alam membantu dalam aktifiats penyerapan tenaga kerja. Walaupun perekrutan ini dilakukan hanya di awal usaha sedangkan setelah
itu tenaga kerja diambil dari luar daerah karena aktifitas etos kerja yang kurang memuaskan. Namun masyarakat mendapat tambahan kerja dari aktifitas penjemuran gabah di area penjemuran padi oleh para pengumpul yang menggunakan jasa
penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Para pengumpul mengambil tenaga kerja penjemur dari masyarakat sekitar yang lokasinya dekat dengan penggilingan dan mudah
untuk didapatkan. Penggilingan padi RMU Bonjo Alam untuk meningkatkan hubungan social dengan masyarakat sekitar menerapkan kebijakan harga yang berbeda untuk pembelian dedak oleh masyarakat. Untuk harga dedak bagi masyarakat, penggilingan
padi RMU Bonjo Alam menetapkan harga yang lebih murah yaitu Rp800 per kilogram sedangkan bagi masyarakat luar harga dedak adalah Rp1 700 per kilogram ( Harga
bulan November 2013) disesuaikan dengan harga pasar. Namun jika masyarakat melakukan pembelian diatas 20 kilogram maka harga yang berlaku disesuaikan dengan harga pasar.
46
Usaha penggilingan padi juga memberikan dampak yang positif bagi lingkungan
penggilingan sekitarnya. Dampak positifnya adalah membantu petani dan masyarakat sekitarnya dalam akses pengelolaan hasil panen padi dan memudahkan akses untuk
masyarakat akan kebutuhan pokok mereka yaitu beras. Aktifitas penggilingan padi RMU Bonjo Alam juga tidak menimbulkan dampak negatif ke lingkungan sekitar. Untuk bunyi dari mesin penggilingan tidak mengganggu masyarakat sekitar karena
sudah diberi peredam suara dibagian pembuangannya sehingga tidak terdengar keluar, hanya di ruang mesin penggilingan saja. Bahkan masyarakat yang melakukan
penjemuran gabah di area penjemuran tidak mendengar dari luar suara mesin penggilingan. Hanya mereka yang berada dekat dengan pintu ruang penggilingan saja yang mendengarkan. Ruangan mesin penggilingan juga dibatasi oleh area penjemuran
yang luas disekitarnya sehingga membuat suara bising mesin penggilingan tidak terdengar oleh masyarakat. Untuk mesin penggilingan sendiri dip ilih oleh pemilik yang
tidak memiliki suara yang keras sehingga tidak menimbulkan suara bising ketika proses penggilingan dilakukan.
Gambar 25 Penyaring pada knalpot mesin penggilngan
Usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam juga tidak menghasilkan limbah
dari aktifitas penggilingan yang dilakukan. Hasil sampingan dari penggilingan padi
berupa dedak dan sekam yang menjadi hak penuh penggilingan dari biaya sewa yang diberikan kepada pengguna jasa penggilingan dilakukan penjualan sehingga tidak
menimbukan limbah yang merugikan karena semua hasil sampingan dijual kepada konsumen.
Gambar 26 Sekam dan dedak yang dijual kepada konsumen
47
Berdasarkan hasil analisis aspek sosial dan lingkungan , penggilingan padi RMU
Bonjo Alam layak untuk dijalankan. Hal tersebut dikarenakan penggilingan padi RMU Bonjo Alam mampu mengelola hasil sampingan dan suara dari mesin penggilingan.
Selain itu, kelayakan penggilingan padi RMU Bonjo Alam untuk dijalankan dilihat dari mamfaat positif berupa penyerapan tenaga kerja masyarakat sekitar dan mempermudah akses perolehan makanan pokok seperti beras.
Analisis Aspek Finansial
Analisis aspek financial pada usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha ini, sehingga hasilnya dapat direkomendasikan untuk dilakukan suatu investasi dan pengembangan skala usaha.
1. Arus Biaya (Outflow) Komponen biaya yang dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam
mencakup biaya investasi dan biaya reinvestasi serta biaya operasional yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Adapun penjelasan masing-masing biaya tersebut sebagai berikut :
a. Biaya investasi dan biaya reinvestasi Biaya investasi dikeluarkan pada saat usaha akan menjalankan usahanya, dengan
tujuan memperoleh keuntungan dalam periode mendatang yakni selama umur usaha atau selama usaha dijalankan. Rincian biaya yang dikeluarkan oleh penggilingan pad i RMU Bonjo Alam dapat dilihat pada tabel tujuh. Besarnya biaya investasi yang
dikeluarkan adalah Rp1 120 250 500 yang terdiri dari biaya pembelian mesin penggilingan, pembangunan bangunan, lantai jemuran, pagar bangunan, peralatan dan
perlengkapan untuk penggilingan seperti alat tamping beras, kipas beras, sapu jemuran, pendorong jemuran, terpal, plastik, serok, gerobak, mesin gerinda sampai pompa air dan alat pemadam kebakaran. Seluruh biaya investasi ini dikeluarkan secara tunai. Biaya
investasi dikeluarkan awal pendirian usaha, namun biaya tersebut setiap tahunnya mengalami penyusutan dengan proporsi yang berbeda.
Penyusutan barang investasi dipengaruhi oleh umur teknis masing-masing barang yang diinvestasikan. Umur teknis setiap barang yang diinvestasikan ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan barang, yakni masih layak untuk digunakan dan masih
memiliki fungsi yang baik dalam penggunaanya sehingga dapat mendukung jalannya usaha. Umur teknis dari mesin penggilingan, gedung dan lantai jemuran ditentukan
selama 10 tahun, hal ini dilihat dan diperhitungkan berdasarkan kelayakannya. Karena setelah 10 tahun fungsi dari mesin dan gedung sudah tidak optimal lagi untuk digunakan. Hal tersebut dikarenakan pada baik pada gedung ataupun mesin
penggilingan banyak mengalami kerusakan, seperti atap yang sudah berlubang, mesin penggilingan yang sering tidak optimal dalam operasionalnya dan harus sering
dilakukan perawatan. Umur teknis dari gedung, lantai jemur dan mesin penggilingan ditentukan sebagai umur usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam, hal tersebut dikarenakan selain gedung dan mesin penggilingan merupakan salah satu asset yang
memiliki umur teknis paling panjang, gedung, lantai jemur dan mesin penggilingan juga merupakan salah satu komponen yang terpenting dalam pelaksanaan usaha.
48
Tabel 7 Biaya Investasi Usaha Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam
Investasi Satuan
Jumlah Harga Jumlah
Per satuan Per satuan Biaya
Rp Rp
Mesin penggilingan a.Pemecah kulit Unit 1 34 000 000 34 000 000
b.Penyosoh beras Unit 1 28 000 000 28 000 000 c.Motor penggerak Unit 1 42 000 000 42 000 000
Bangunan gedung Unit 650 000 000 650 000 000 Lantai jemuran 160 000 000 160 000 000 Pagar 190 000 000 190 000 000
Timbangan duduk Unit 1 480 000 480 000 Meja tulis Unit 1 300 000 300 000
Lemari Unit 1 500 000 500 000 Kursi Unit 5 150 000 750 000 Alat pemadam
kebakaran (2.5 kilogram)
Unit 1 300 000 300 000
Mesin jahit goni Unit 1 850 000 850 000 Perlengkapan lainnya a.Alat tampun beras Unit 4 15 000 60 000
b.Kipas beras Unit 1 1 800 000 1 800 000 c.Sapu jemuran Unit 8 50 000 400 000
d.Pendorong jemuran Unit 8 50 000 400 000 e.Terpal Ball 1 900 000 900 000 f.Plastik Ball 1 525 000 525 000
g. Serok Unit 5 100 000 500 000 h.Gerobak Unit 3 950 000 2 850 000
i.Mesin gerinda Unit 1 535 000 535 000 j.Pompa air Unit 1 5 100 000 5 100 000
Total 1 120 250 000
Sementara itu, untuk pagar, timbangan duduk, meja tulis, lemari, kursi, alat pemadan kebakaran serta mesin jahit goni, masing-masing memiliki umur teknis 1 tahun sampai 10 tahun. Setelah melewati batas umur teknis, barang investasi tersebut
sudah tidak layak untuk digunakan dan dapat menghambat jalannya usaha. Pagar memiliki umur teknis 10 tahun, timbangan memiliki umur teknis 5 tahun, akan tetapi
karena sering dilakukan pembaharuan atau kir ukuran timbangan, setelah melewati umur teknis barang investasi tersebut masih layak digunakan. Hal tersebut juga terjadi untuk barang investasi yang lain yaitu alat pemadam kebakaran, alat pemadam
kebakaran memiliki umur teknis 10 tahun karena selama usaha berjalan, alat pemadam kebakaran tidak pernah digunakan dan hanya sebatas pengisian selama setahun sekali.
Hal tersebut mengakibatkan alat pemadam kebakaran memiliki umur teknis yang cukup lama.
49
Tabel 8 Umur ekonomis dari investasi yang ditanamkan dalam usaha penggilingan padi
RMU Bonjo Alam
Investasi
Umur
Ekonomis
(tahun)
Mesin penggilingan
a.Pemecah kulit 10 b.Penyosoh beras 10
c.Motor penggerak 10 Bangunan gedung 10 Lantai jemuran 10
Pagar 10 Timbangan duduk 5
Meja tulis 10 Lemari 10 Kursi 10
Alat pemadam kebakaran (2.5 kilogram) 10 Mesin jahit goni 2
Perlengkapan lainnya a.Alat tampung beras 1 b.Kipas beras 10
c.Sapu jemuran 1 d.Pendorong jemuran 1
e.Terpal 1 f.Plastik 1 g. Serok 10
h.Gerobak 10 I Mesin gerinda 10
j.Pompa air 10
Perlengkapan lainnya yaitu mesin jahit goni memiliki umur teknis selama 2
tahun, hal ini disebabkan karena jenis mesin jahit yang kualitasnya sangat rendah
sehingga setelah 2 tahun fungsinya sudah tidak optimal lagi sehingga untuk tetap mempertahankan proses operasional berjalan maksimal maka penggilingan padi RMU
Bonjo Alam melakukan penggantian mesin jahit dengan mesin jahit baru. Untuk kipas beras memiliki umur teknis selama 10 tahun karena kipas beras yang biasanya digunakan untuk mengipas gabah di sawah untuk membuang patahan batang padi dan
padi yang kosong dari gabah yang dihasilkan, namun penggilingan padi RMU Bonjo Alam menggunakan kipas tersebut hanya untuk mengipas beras dan digunakan hanya
pada saat aktifitas penggilingan dilakukan sehingga kipas padi tersebut mampu bertahan selama 10 tahun. Untuk serok dan gerobak memiliki umur teknis selama 10 tahun karena terbuat dari bahan yang tahan lama yaitu besi sehingga mampu digunakan lebih
lama dan memiliki tingkat operasional yang lebih lama. Mesin gerinda memiliki umur teknis selama 10 tahun karena mesin gerinda
hanya digunakan pada saat melakukan pemotongan terhadap bahan – bahan keras yang digunakan untuk operasional penggilingan dan tidak digunakan setiap hari sehingga mampu bertahan lebih lama. Sedangkan untuk pompa air dilakukan pembelian dengan
50
kualitas mesin yang lebih bagus dengan harga yang lebih mahal sehingga mampu
melakukan kegiatan operasionalnya untuk mengisi bak penampungan air aerator mesin penggilingan dan kebutuhan air disekitar penggilingan dengan lebih lama hingga 10
tahun. Barang investasi lainnnya seperti alat tamping beras, sapu jemuran padi, pendorong jemuran, terpal dan plastik memiliki umur teknis yang relative pendek yaitu satu tahun. Hal tersebut dikarenakan barang-barang investasi tersebut sering digunakan
pada saat proses penggilingan dan proses penjemuran di area penjemuran penggilingan. Sehingga perlu dilakukan suatu reinvestasi terhadap barang – barang tersebut.
Untuk melakukan pergantian terhadap barang – barang investasi yang sudah habis umur teknisnya, penggilingan padi RMU Bonjo Alam mengeluarkan biaya yaitu biaya reinvestasi (Tabel 9). Biaya reivestasi dikeluarkan tepat setelah secara teknis
barang investasi tersebut tidak layak atau tidak optimal untuk digunakan. Untuk alat tampung beras, sapu jemuran padi, pendorong jemuran, terpal dan plastik dilakukan
reinvestasi mulai dari tahun 1 hingga tahun ke 10 dikarenakan semua barang tersebut memiliki umur teknis 1 tahun sehingga setiap tahun harus dilakukan reinvestasi. Untuk mesin jahit goni, biaya reinvestasinya dikeluarkan pada tahun 2, tahun ke 4, tahun ke 6,
tahun ke 8 dan tahun ke 10. Tabel 9 menunjukan bahwa untuk biaya reinvestasi lebih besar terjadi pada tahun ke 2, tahun ke 4, tahun ke 6, tahun ke 8 dan tahun ke 10 karena
terjadi pembayaran reinvestasi yang bersamaan antara mesin jahit goni dan perlengkapan penggilingan.
Tabel 9 Biaya reiventasi yang dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam
Barang
Investasi
2 5 6 7 8 9 10
Mesin jahit
goni
850 000 850 000 850 000 850 000
Perlengkapan
lainnya
a.Alat
tamping
beras
60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
b.Sapu
jemuran padi
400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000
c.Pendorong
jemuran
400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000 400 000
d.Terpal 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000 900 000
e.Plastik 525 000 525 000 525 000 525 000 525 000 525 000 525 000
Total 3 135 000 2 285 000 3 135 000 2 285 000 3 135 000 2 285 000 3 135 000
Barang – barang investasi tersebut mengalami penyusutan setiap tahunnya. Nilai
penyusutan ditentukan dengan metode garis lurus yaitu harga beli asset dikurangi
dengan nilai sisa dan dibagi dengan umur teknis, nilai sisa ditentukan sebesar lima persen. Penyusutan dari setiap barang investasi memiliki nilai yang berbeda (Tabel 10).
Hal tersebut dipengaruhi oleh nilai beli awal barang investasi, umur teknis dan nilai sisa dari barang tersebut. Nilai penyusutan dimasukan ke dalam hitungan laba rugi sedangkan nilai sisa dari barang – barang investasi tersebut dimasukan sebagai
tambahan di akhir tahun umur usaha.
51
Tabel 10 Penyusutan dari barang investasi penggilingan padi RMU Bonjo Alam
pertahun
Investasi
Nilai Penyusutan
Pertahun
Rp
Mesin penggilingan
a.Pemecah kulit 3 230 000 b.Penyosoh beras 2 660 000
c.Motor penggerak 3 990 000 Bangunan gedung 48 750 000 Lantai jemuran 13 600 000
Pagar 16 150 000 Timbangan duduk 91 200
Meja tulis 28 500 Lemari 47 500 Kursi 71 250
Alat pemadam kebakaran (2.5 kilogram) 28 500 Mesin jahit goni 403 750
Perlengkapan lainnya a.Alat tampun beras 57 000 b.Kipas beras 171 000
c.Sapu jemuran 400 000 d.Pendorong jemuran 400 000
e.Terpal 900 000 f.Plastik 525 000 g. Serok 47 500
h.Gerobak 270 750 i.Mesin gerinda 50 825
j.Pompa air 484 500
Total 91 872 775
Total nilai penyusutan barang – barang investasi tersebut mencapai Rp91 872
775 pertahun. Mesin penggilingan seperti pemecah kulir, penyosoh beras dan motor penggerak memiliki nilai penyusutan yang besar yaitu Rp3 230 000, Rp2 660 000 dan Rp3 990 000. Bangunan gedung, lantai jemuran dan pagar memiliki nilai penyusutan
paling besar yaitu Rp48 750 000, Rp13 600 000 dan Rp16 150 000. Barang – barang investasi yang meiliki umur teknis diatas 5 tahun maka akan memiliki nilai penyusutan
yang cukup besar dan memiliki nilai sisa di akhir umur ekonomis cukup besar. Sedangkan barang investasi yang memiliki umur teknis 5 tahun dan dibawahnya maka akan mempunyai nilai penyusutan dan nilai sisa yang relative kecil bahkan tidak
mempunyai nilai sisa lagi.
b. Biaya operasional Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan
kegiatan operasional penggilingan padi RMU Bonjo Alam, biaya operasional terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya ini berkaitan dengan jalannya proses produksi, yaitu jumlah input yang digunakan serta output yang dihasilkan.
52
i. Biaya Variabel
Biaya variabel yang dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam antara lain biaya peralatan pendukung penggilingan padi yaitu karung goni, benang,
bahan bakar mesin, pelumas, karung goni dan biaya kuli angkut untuk pengambilan dedak di penggilingan. Untuk bahan baku utama penggilingan yaitu gabah tidak dilakukan pembelian oleh penggilingan karena bahan baku utama tersebut disediakan
oleh pengumpul dan masyarakat yang menggunakan jasa penggilingan. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan selama umur usaha tidak selalu sama setiap tahunnya, hal
tersebut dikarenakan selama umur usaha untuk bahan peralatan pendukung penggilingan dan bahan bakar akan mengalami kenaikan mengikuti harga yang berkembang dipasaran. Biaya variabel mulai dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU
Bonjo Alam sejak tahun pertama setelah pembangunan investasi di tahun 0 dilakukan. Untuk tahun pertama, kegiatan penggilingan sudah berjalan secara maksimal karena
sejak tahun pertama penggilingan padi RMU Bonjo Alam sudah membeli semua kebutuhan penggilingan secara maksimal dan mendapatkan para pengumpul dan masyarakat yang ada dilingkungan penggilingan dan luar penggilingan.
Tabel 11 Biaya variabel yang dikeluarkan penggilingan padi RMU Bonjo Alam
Biaya variable
1 4 6 8 9 10
Karung goni 535 800 552 035 563 131 574 450 580 195 585 997
Benang 450 000 463 635 472 955 482 461 487 286 492 158
Bahan bakar
mesin 23 100 000 23 799 953 24 278 332 24 766 327 25 013 990 25 264 130
Pelumas 1 656 000 1 706 178 1 740 473 1 775 456 1 79 .211 1 811 143
Kuli angkut
untuk dedak 12 600 000 12 981 793 13 242 727 13 508 905 13 643 994 13 780 434
Karung
plastic 535 800 552 035 563 131 574 450 580 195 585 997
Total Biaya
Variabel 38 877 600 40 055 630
40 860 748
41 682 049
42.098.870
42.519.859
Pada tahun pertama besarnya biaya variabel yang dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah Rp38 877 600. Pada tahun kedua sampai tahun ke 10, biaya variabel mengalami kenaikan yaitu sebesar satu persen. Kenaikan biaya variabel
tersebut disebabkan oleh adanya fluktuasi harga bahan pendukung penggilingan dan bahan bakar serta pelumas. Kenaikan tersebut juga disebabkan adanya inflasi setiap
tahunnya yang mempengaruhi harga – harga dipasaran. Namun kenaikan biaya variabel di penggilingan padi RMU Bonjo Alam diasumsikan terus meningkat setiap tahunnya sebesar satu persen. Jumlah biaya variabel yang dikeluarkan penggilingan padi RMU
Bonjo Alam tidak sama untuk setiap tahunnya. Dimulai dengan tahun ke 2 sampai dengan tahun ke 15 biaya variabel diasumsikan naik sebesar persen. Setiap tahunnya
penggilingan padi RMU Bonjo Alam mengeluarkan biaya variabel untuk pengeluaran yang sama yaitu biaya peralatan pendukung yaitu karung goni, benang, bahan bakar mesin, pelumas, kuli angkut untuk dedak dan pembelian karung plastik. Biaya peralatan
53
pendukung seperti karung dan benang. Karung yang digunakan oleh penggilingan padi
RMU Bonjo Alam ada 2 jenis yaitu karung goni dan karung plastik. Karung goni dilapisi dengan karung plastik didalamnya sebelum dimasukan beras hasil penggilingan
dengan harga karung goni dan plastik adalah sama yaitu Rp950 per karung ukuran 30 kilogram. Kebutuhan karung untuk satu bulan produksi dengan rata – rata beras yang didapatkan sebagai biaya sewa dari penggilingan yang dilakukan adalah 47 karung goni
dan plastik untuk 1408 kilogram beras sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembelian karung goni dan plastik pertahunnya adalah Rp535 800.
Kebutuhan benang sebagai bahan baku utama mesin jahit goni dilakukan pembelian oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebesar satu lusin benang. Dimana benang satu lusin mampu bertahan selama dua bulan dengan harga satu lusin benang
adalah Rp75 000 sehingga untuk satu tahun penggilingan padi RMU Bonjo Alam melakukan pembelian sebanyak enam kali dengan total biaya yaitu Rp450 000. Biaya
bahan bakar mesin penggilingan padi RMU Bonjo Alam perbulannya adalah 350 liter dimana setelah bahan bakar habis baru dilakukan pembelian kembali dengan harga bahan bakar adalah Rp5 500 sehingga untuk satu tahun biaya yang dikeluarkan oleh
penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah Rp23 100 000. Untuk pelumas dilakukan pembelian oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebanyak 12 liter setiap dua bulan
sekali.Pelumas digunakan untuk melumasi mesin penggilingan yaitu Husker, Polisher dan motor penggerak dengan harga perliternya adalah Rp23 000. Sehingga untuk satu tahun biaya yang dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah Rp 1
656 000. Biaya kuli angkut diberikan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam utuk
mengambil dedak dan memasukannya kedalam karung serta mengangkatnya ke atas mobil konsumen yang melakukan pembelian terhadap dedak tersebut. Biaya kuli angkut ditetapkan berdasarkan berat dedak yang dibeli oleh konsumen dengan bia ya per
kilogram dedak adalah Rp50. Sehingga dengan total penjualan dedak perbulan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebanyak 21 ton maka biaya yang dikeluarkan oleh
penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah Rp12 600 000 pertahunnya.
ii. Biaya Tetap
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam anatar lain biaya perawatan, biaya listrik, biaya telepon, biaya pajak, isi ulang alat pemadam
kebakaran, kir timbangan, dan biaya upah tenaga kerja. Penggilingan padi RMU Bonjo Alam melakukan perawatan terhadap mesin penggilingan setahun sekali dengan biaya perawatan untuk mesin penggilingan yaitu Rp350 000 sedangkan untuk motor penggerak
sebesar Rp300 000. Untuk biaya listrik, penggilingan padi RMU Bonjo Alam mengeluarkan biaya sebesar Rp125 000 perbulan sehingga untuk satu tahun besarnya
biaya untuk listrik adalah Rp1 500 000. Listrik digunakan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam untuk penerangan, pompa air dan mesin jahit. Telepon digunakan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebagai sarana penunjang untuk berkomonikasi
dengan pelanggan dan toko penjual alat-alat penggilingan. Biaya yang dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam yaitu Rp36 600 perbulannya. Sehingga biaya yang
dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam untuk satu tahun adalah Rp439 200. Untuk Pajak Bumi dan Bangunan, penggilingan padi RMU Bonjo Alam mengeluarkan biaya sebesar Rp76 928. Tanah yang digunakan untuk usaha penggilingan
padi adalah tanah milik sendiri sehingga dalam perhitungan tidak diperhitungkan sebagai sewa.
54
Tabel 12 Biaya tetap penggilingan padi RMU Bonjo Alam
Biaya tetap Pengeluaran pertahun Biaya perawatan a.Service mesin 350 000 b.Husher 350 000 c.Polisher 350 000 d.Motor penggerak 300 000 Biaya listrik 1 500 000 Biaya telepon 439 200 PBB 76 928 Isi ulang alat pemadam kebakaran 60 000 Kir timbangan 200 000 Upah tenaga kerja a.Koordinator (1.500.000) 18 000 000 b.Operator (1.100.000) 13 200 000 c.Pembantu Operator (800.000) 9 600 000 Total Biaya tetap 44 426 128
Biaya tetap lain yang dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam
adalah biaya isi ulang pemadam kebakaran yaitu sebesar Rp60 000 pertahun. Alat pemadam kebakaran tersebut belum pernah digunakan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam karena belum pernah terjadi kejadian kebakaran namun pengisian alat
pemadam kebakaran ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi jika suatu saat dibutuhkan, alat pemadam kebakaran tersebut dalam kondisi bagus dan maksimal. Biaya tetap lain yang harus dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah kir timbangan
yaitu timbangan duduk sebesar Rp200 000 pertahunnya. Tujuan dari kir timbangan adalah untuk menjaga agar timbangan yang digunakan benar dalam ukurannya sehingga
tidak menimbulkan kesalahan pada saat penambangan dan tidak menimbulkan kerugian. Biaya tetap lain yang dikeluarkan adalah gaji karyawan dimana penggilingan padi RMU Bonjo Alam memiliki 3 orang karyawan yang mempunyai jabatan yang berbeda yaitu
Koordinator, Operator dan Pembantu Operator dengan nilai gaji yang berbeda pula. Untuk Koordinator memiliki gaji sebesar Rp1 500 000 perbulannya sehingga untuk satu
tahun sebesar Rp18 000 000. Operator memiliki gaji sebesar Rp1 100 000 perbulannya sehingga untuk satu tahun sebesar Rp13 200 000. Untuk pembantu operator memiliki gaji sebesar Rp800 000 perbulan sehingga untuk satu tahun sebesar Rp9 600 000.
2. Arus manfaat
Manfaat yang diterima dari usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam merupakan pemasukan atau penerimaan bagi pemilik penggilingan. Manfaat yaitu segala hal yang mendorong tercapainya suatu keuntungan. Manfaat yang diterima oleh
penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah berasal dari jasa sewa penggilingan yang ditawarkan berupa biaya sewa dalam bentuk beras, dan penjualan dedak yang
didapatkann secara menyeluruh oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam atas jasa sewa yang diberikan. Hasil sampingan lain dari penggilingan yaitu menir dan sekam tidak dimasukan ke dalam manfaat penggilingan. Untuk sekam dilakukan penjualan
oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam namun hasil penjualan dibagi rata untuk semua karyawan sehingga tidak dimasukan ke operasional penggilingan. Untuk menir
yang dihasilkan tidak menjadi hak penggilingan namun menjadi hak pengguna jasa
55
penggilingan baik pengumpul atau masyarakat. Nilai sisa dari barang investasi yang
ditanamkan juga dijadikan sebagai manfaat bagi penggilingan di akhir umur usaha. Manfaat dari usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam didapatkan pada tahun
pertama usaha dijalankan. Asumsi untuk penerimaan jasa penggilingan dan hasil sampingan dianggap tetap
setiap tahunnya. Dalam satu bulan penggilingan padi RMU Bonjo Alam mampu
menggiling padi rata – rata 22 kali dengan rendamen sebesar 60 persen dengan rata –rata Gabah Kerig Giling (GKG) 5 330 kilogram dihasilkan beras dalam satu kali
penggilingan rata – rata 3 200 kilogram. Sehingga untuk penerimaan hasil jasa penggilingan berupa biaya sewa dari beras yang dihasilkan dari proses penggilingan tersebut sebesar dua persen dengan hasil sampingan berupa dedak dan sekam
keseluruhan menjadi hak penggilingan adalah 64 kilogram untuk sekali penggilingan sehingga untuk satu bulan jumlah beras atas jasa penggilingan yang diberikan adalah
1408 kilogram per bulannya. Harga beras adalah Rp9 500 per kilogram sehingga pendapatan penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah Rp160 512 000 per tahun. Sedangkan untuk penerimaan lain yaitu dari penjualan dedak. Penggilingan padi RMU
Bonjo Alam melakukan penjualan dedak ke masyarakat sekitar dan masyarakat luar berupa peternak ayam petelur dengan jumlah penjualan ke peternak ayam petelur lebih
tinggi jumlahnya karena mereka membeli dalam skala besar dibandingkan masyarakat yang hanya membeli dalam skala kecil.
Harga yang diterapkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam juga berbeda.
Untuk masyarakat, penggilingan padi RMU Bonjo Alam menerapakan harga Rp800 per kilogram namun maksimal hanya boleh membeli 20 kilogram sebagai bentuk sosial
kepada masyarakat sedangkan untuk masyrakat luar dan peternak diberikan harga pasaran dimana untuk bulan November 2013 harga dedak adalah Rp1700 per kilogram. Penjualan dedak ke masyarakat rata – rata perbulannya adalah 900 kilogram dengan
harga Rp800 per kilogram sehingga pendapatan RMU Bonjo Alam pertahunnya adalah Rp8 640 000 sedangkan untuk penjualan ke masyarakat luar rata – rata perbulannya
adalah 12 000 kilogram dengan harga Rp1 700 per kilogram sehingga pendapatan RMU Bonjo Alam per tahunnya adalah Rp244 800 000. Sehingga total pedapatan yang didapatkan oleh RMU Bonjo Alam dari penjualan beras dan dedak pertahunnya adalah
Rp413 952 000.
Tabel 13 Penerimaan penggilingan padi RMU Bonjo Alam
No Pemasukan
penggilingan
Satuan Jumlah
persatuan
Harga(Rp) Pendapatan
perbulan(Rp)
Pendapatan
pertahun(Rp)
1 Beras hasil sewa penggilingan
Kg 1 408 9 500 13 376 000 160 512 000
2 Penjualan dedak a.luar Kg 12 000 1 700 20 400 000
244 800 000
b.masyarakat Kg 900 800 720 000
8 640 000
Total 413 952 000 3 Nilai sisa Tahun ke 10 220 646 250
56
Untuk perimaan terakir oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah nilai
sisa dari barang – barang investasi. Penerimaan untuk nilai sisa ini diperoleh pada tahun terakir umur usaha yaitu tahun ke 10 sebesar Rp220 646 250. Nilai sisa diperoleh dari
barang investasi yang masih memiliki nilai di akhir tahun umur usaha. Besarnya total nilai sisa yang diperoleh pada ahir tahun umur usaha adalah Rp220 646 250. Semua barang investasi memiliki nilai di akhir tahun umur usaha, hal tersebut dikarenakan
untuk barang – barang investasi yang nilanya kecil dilakukan pembelian dalam jumlah yang banyak sehingga memiliki nilai di akhir umur ekonomisnya. .
Tabel 14 Nilai sisa barang investasi penggilingan padi RMU Bonjo Alam pertahun .
Investasi
Nilai sisa
di akhir umur
Ekonomis (Rp)
Mesin penggilingan a.Pemecah kulit 1 700 000 b.Penyosoh beras 1 400 000
c.Motor penggerak 2 100 000 Bangunan gedung 162 500 000
Lantai jemuran 24 000 000 Pagar 28 500 000 Timbangan duduk 24 000
Meja tulis 15 000 Lemari 25 000
Kursi 37 500 Alat pemadam kebakaran (2.5 kilogram) 15 000 Mesin jahit goni 42 500
Perlengkapan lainnya a.Alat tampung beras 3 000
b.Kipas beras 90 000 c.Sapu jemuran d.Pendorong jemuran
e.Terpal f.Plastik
g. Serok 25 000 h.Gerobak 142 500 I Mesin gerinda 26 750
j.Pompa air 255 000
Total 220 646 250
3. Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam Kelayakan investasi penggilingan padi RMU Bonjo Alam dilhat dari empat criteria
yaitu Net Present Value (NPV) , Net Benefit Cost Rasio (Net B/C) , Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Pada kriteria penilaian investasi apabila nilai NPV > 0, IRR > diskont rate (6 %), Net B/C >1 serta PP < umur usaha penggilingan
padi RMU Bonjo Alam maka usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam layak untuk
57
dijalankan. Berdasarkan perhitungan criteria investasi yang dilakukan dengan umur
usaha 10 tahun didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 15).
Tabel 15 Hasil perhitungan Kriteria Investasi Usaha Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam
Indikator Nilai
NPV 942.882.122
Net B/C 1.84
IRR 20.99 %
PP 3.95
Nilai NPV usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebesar Rp942 882 122 yang menunjukan bahwa manfaat bersih atau keuntungan yang diperoleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam selama 10 tahun dengan tingkat diskonto 6 persen sebesar
Rp942 882 122. Nilai tersebut lebih besar daripada nol atau bernilai positif sehingga berdasarkan kriteria NPV, usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam layak untuk
dijalankan. Sementara itu nilai Net B/C yang dihasilkan yaitu 1.84 menunjukan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan untuk usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam akan memberikan keuntungan sebesar 1.84 satuan. Berdasarkan kriteria penilaian
investasi apabila Net B/C lebih dari satu maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Sementara itu nilai IRR usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebesar 20.99
persen. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari investasi yang ditanamkan pada usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebesar 20.99 persen. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat diskonto yang ditentukan yaitu sebesar 6 persen.
Sehingga berdasarkan kriteria penilaian investasi untuk IRR, usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam layak untuk dijalankan hingga tingkat IRR sebesar 20.99 persen.
Nilai Payback Period dari usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah 3 tahun 0.95 bulan. Nilai ini menunjukan bahwa seluruh biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam akan dapat dikembalikan pada tahun ke 3.
Karena nilai Paybak Period dari usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam lebih kecil dari umur usaha sehingga usaha ini layak untuk dilaksanakan.
4. Analisis swithing value penggilingan padi RMU Bonjo Alam
Analisis switching value yang dilakukan adalah dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Parameter yang digunakan yaitu kenaikan total biaya variabel, penurunan jumlah produksi penggilingan padi RMU Bonjo
Alam dan penurunan harga jual output penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Analisis switching value digunakan untuk mengetahui tingkat kenaikan total biaya variabel,
penurunan jumlah produksi penggilingan padi RMU Bonjo Alam dan penurunan haga jual output penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Sehingga keuntungan dari hasil NPV
yang sama dengan nol. Kemudian bisa juga menggunakan parameter Net B/C yang mempunyai nilai sama dengan satu dan nilai IRR yang besarnya sama dengan nilai Discount Rate. Hasil analisis switching value bisa dilihat pada Tabel 16.
58
Tabel 16 Analisis swithing value penggilingan padi RMU Bonjo Alam
Kriteria Kenaikan total biaya
variabel sebesar
431.1873848 %
Penurunan jumlah
produksi sebesar
42.09836603 %
Penurunan Harga
Jual Output sebesar
42.09836605 %
NPV (0) (0) (0)
Net B/C 1 1 1
IRR 6 % 6 % 6 %
Tabel 16 memperlihatkan adanya kenaikan total biaya variabel sebesar
431.1873848 persen, penurunan jumlah produksi sebesar 42.09836603 persen dan penurunan harga jual output sebesar 42.09836605 persen. Persentase perubahan
terhadap parameter tersebut merupakan persentase maksimal yang dapat ditolerir oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Apabila persentase kenaikan total biaya variabel, penurunan jumlah produksi dan penurunan harga jual output lebih besar dari persentase
yang ditolerir, maka kegiatan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam tidak layak untuk dijalankan. Sehingga ketika perubahan komponen tersebut mulai mendekati
perubahan nilai tersebut yang merupakan nilai persentase maksimal yang dapat ditolerir oleh penggilingan maka pemilik harus mulai melakukan kebijakan dan strategi untuk menghadapi hal tersebut sehingga nilai kelayakan usaha tetap dipertahankan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Usaha penggilingan padi RMU bonjo Alam berdasarkan hasil analisis non financial layak untuk dijalankan untuk aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, dan aspek social dan lingkungan. Untuk aspek pasar walaupun penjualan beras yang dilakukan
oleh penggilingan sangat sedikit namun penggilingan padi RMU Bonjo Alam memiliki jumlah dedak dan sekam yang melimpah dari hasil penggilingan padi para
pengumpul. Selain itu untuk dedak dan sekam sendiri selain kepada masyarakat, penggilingan padi RMU Bonjo Alam memiliki langganan sendiri sehingga mereka tidak kesulitan dalam memasarkan dedak dan sekam yang mereka punya. Untuk
aspek teknis penggilingan padi RMU Bonjo Alam sudah memenuhi syarat untuk menjadikan penggilingan padinya sesuai dengan pengelolaan yang benar. Tidak
terdapat kendala yang dapat menghambat kegiatan penggilingan padi RMU Bonjo Alam. Untuk aspek manajemen dan hukum penggilingan padi RMU Bonjo Alam dalam melakukan manajemen usahanya cukup baik, walaupun tidak memiliki
struktur organisasi yang baku layaknya usaha besar namun sudah memberikan pengelolaan dan pembagian kerja yang jelas untuk setiap tenaga kerjanya. Dari sisi
59
hukum, penggilingan padi RMU Bonjo Alam sudah memenuhi persyaratan sebagai
sebuah usaha kecil yang diperkuat dengan Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Keterangan Tempat Usaha (SKTU) dan
Surat Ijin Gangguan (HO). Aspek sosial lingkungan penggilingan padi RMU Bonjo Alam mampu mengelola hasil sampingan dan suara dari mesin penggilingan. Selain itu, kelayakan penggilingan padi RMU Bonjo Alam untuk dijalankan dilihat dari
mamfaat positif berupa penyerapan tenaga kerja masyarakat sekitar dan mempermudah akses perolehan makanan pokok seperti beras.
2. Usaha Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam berdasarkan hasil analisis finansial layak untuk dijalankan. Nilai NPV usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebesar Rp942 882 122 yang menunjukan bahwa manfaat bersih atau keuntungan yang
diperoleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam selama 10 tahun dengan tingkat diskonto 6 persen sebesar Rp942 882 122. Nilai tersebut lebih besar daripada nol
atau bernilai positif sehingga berdasarkan kriteria NPV, usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam layak untuk dijalankan. Sementara itu nilai Net B/C yang dihasilkan yaitu 1.84 menunjukan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan
untuk usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam akan memberikan keuntungan sebesar 1.84 satuan. Berdasarkan kriteria penilaian investasi apabila Net B/C lebih
dari satu maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Sementara itu nilai IRR usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebesar 20.99 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari investasi yang ditanamkan pada usaha
penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebesar 20.99 persen. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat diskonto yang ditentukan yaitu sebesar enam persen. Sehingga
berdasarkan kriteria penilaian investasi untuk IRR, usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam layak untuk dijalankan hingga tingkat IRR sebesar 20.99 persen. Nilai Payback Period dari usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam adalah 3 tahun 0.95
bulan. Nilai ini menunjukan bahwa seluruh biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam akan dapat dikembalikan pada tahun ke
3. Karena nilai Paybak Period dari usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam lebih kecil dari umur usaha sehingga usaha ini layak untuk dilaksanakan.
3. Analisis switching value yang dilakukan dengan menghitung perubahan maksimum
yang boleh terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter yaitu kenaikan total biaya variabel, penurunan jumlah produksi penggilingan padi RMU Bonjo Alam dan
penurunan harga jual output penggilingan padi RMU Bonjo Alam didapatkan bahwa besarnya kenaikan total biaya variabel sebesar 431.1873848 persen, penurunan jumlah produksi sebesar 42.09836603 persen dan penurunan harga jual output
sebesar 42.09836605 persen. Persentase perubahan terhadap parameter tersebut merupakan persentase maksimal yang dapat ditolerir oleh penggilingan padi RMU
Bonjo Alam. Apabila persentase kenaikan total biaya variabel, penurunan jumlah produksi dan penurunan harga jual output lebih besar dari persentase yang ditolerir, maka kegiatan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam tidak layak untuk
dijalankan.
60
Saran
1. Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam sebaiknya melakukan perawatan dan service mesin penggilingan sesuai dengan standarisasi kinerja mesin beroperasi. Sehingga
setiap performa mesin penggilingan dan juga motor penggerak lebih bagus dan maksimal. Hal ini mampu meningkatkan produktifitas dari beras dan dedak yang dihasilkan.
2. Melakukan penambahan jumlah pengumpul tetap untuk penggilingan yang awalnya cuma 6 orang pengumpul tetap menjadi lebih banyak, sehingga jumlah rata – rata
beras dan dedak yang didapatkan oleh penggilingan sebagai bentuk biaya sewa penggilingan menjadi lebih besar dari sebelumnya.
3. Melakukan perombakan menajemen dimana pemilik mengganti sistem menajemen
dari sistem sewa menjadi usaha penggilingan sendiri dimana pemilik melakukan pembelian gabah sendiri dari masyarakat sehingga bisa mendapatkan beras dan
hasil sampingan beras secara maksimal. Sistem ini bisa memungkinkan pemilik menjual beras keluar kota bahkan provinsi dengan merek dagang usaha penggilingan yang dimiliki oleh pemilik sehingga hasil yang didapatkan lebih
maksimal. Namun untuk perombakan manajemen ini diperlukan penelitian lebih lanjut karena jika mengganti manajemen penggilingan maka pemilik harus mencari
pasar potensial dan beberapa penambahan investasi dan tenaga kerja untuk melakukan hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alwiyah. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Belimbing Dewa Pada Kondisi Risiko Di Kota Depok. (Skripsi) Bogor (ID) : Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Arimanto, Ambi Yoan. 2008. Analisis Biaya dan Kelayakan Usaha Penggilingan Padi di Kelompok Tani Suka Tani, desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. BPS. 2012. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Pada Tahun 2004-2012* (Miliar Rupiah). BPS. Jakarta.
BPS. 2012. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Tahun 2004-2012. BPS. Jakarta.
(BPS). 2012. Sumbar (ID). Produksi padi di Sumatera Barat. Husein, Umar. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Novianti, Eka. 2010 : Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi
Risiko (Studi Kasus di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. (skripsi) Bogor (ID) : Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID) :
Departemen Agribisnis FEM – IPB.
Patiwiri, Abdul Waries. Edisi 13, 26 November 2008. Sistem Penggilingan Padi. Majalah Padi. Kolom Opini.
Prawirakusuma, Yogaswara. 2011. Analisis Kelayakan usaha Rosela Organik (Studi Kasus di “Wahana Farm” Darmaga Bogor). (Skripsi) Bogor (ID) : Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta (ID) : Penerbit ANDI.
61
Suryani, Mega Ari. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Mie Mentah Jagung (Studi Kasus:
Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin di Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor, Jawa Barat). (Skripsi) Bogor (ID) : Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rahmat, Ridwan. 2010. Stabilisasi Beras Pecah Kulit Melaui Penerapan Teknologi
Penyimpanan Hermetik. Pangan Media komunikasi dan informasi.
UPT BP4K2P. Kecamatan Tilatang Kamang (ID). 2013. Segmen Pasar Komoditi Pertanian 2012.
Widowati, Sri. 2001. Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi dalam Menunjang Sistem Agroindustri di Pedesaan. Buletin Agrobio, Volume 4 : 33 - 38.
.
62
63
LAMPIRAN
64
Lampiran 1 Rincian biaya variabel penggilingan padi RMU Bonjo Alam
Biaya
variable Uraian Jumlah
Biaya
persatuan
Biaya per bulan Total
Karung goni
1408 kg beras dengan karung
jenis karung 30 kg 47 950
44 650
535 800
Benang
2 bulan dibutuhkan 1 lusin
benang
1 lusin /
2 bulan 75 000
75 000 /2
bulan
450 000
Bahan bakar mesin
350 liter untuk satu bulan 350 5 500 1 925 000 23 100 000
Pelumas
Kebutuhan adalah12 liter untuk
2 bulan
12 liter
/2 bulan
23 000 276 000 1 656 000
Kuli angkut untuk dedak
Biaya angkut dedak Rp 50 / kg
dedak dengan besarnya dedak
dijual perbulan adalah 21 ton
21 ton 50 1 050 000 12 600 000
Karung
plastic
1408 kg beras dengan karung
jenis karung 30 kg 47 950
44 650
535 800
Total Biaya
Variabel 38 877 600
Lampiran 2 Rincian pendapatan penggilingan padi RMU Bonjo Alam
No Pemasukan penggilingan Satuan Jumlah
/sekali
giling
Jumlah
/bulan/22
kali
Jumlah
/tahun
1 Banyaknya gabah yang digiling
Kg 5 330 117 260 1 407 120
2 Banyaknya beras yang dihasilkan
Kg 3 200 70 400 844 800
3 Beras hasil sewa yang didapatkan
Dengan jasa sewa 2 %
Kg 64 1 408 16 896
65
Lampiran 3 Laporan Chasflow penggilingan padi RMU Bonjo Alam
Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penerimaan penggilingan padi RMU 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000
nilai sisa 220.646.250
total inflow 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 634.598.250
B.Outflow
Biaya investasi
mesin penggilingan
a.Pemecah kulit 34.000.000
b.Penyosoh beras 28.000.000
c.Motor penggerak 42.000.000
bangunan gedung 650.000.000
lantai jemuran 160.000.000
Pagar 190.000.000
timbangan duduk 480.000
meja tulis 300.000
Lemari 500.000
Kursi 750.000
alat pemadam kebakaran 300.000
mesin jahit goni 850.000 850.000 850.000 850.000 850.000 850.000
Perlengkapan lainnya
alat tampung beras 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
kipas beras 1.800.000
sapu jemuran 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
pendorong jemuran 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
66
Terpal 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000
Plastic 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000
Serok 500.000
Gerobak 2.850.000
mesin gerinda 535.000
Pompa air 5.100.000
total biaya investasi 1.120.250.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000
biaya variabel
karung goni 535.800 541.158 546.570 552.035 557.556 563.131 568.762 574.450 580.195 585.997
Benang 450.000 454.500 459.045 463.635 468.272 472.955 477.684 482.461 487.286 492.158
bahan bakar mesin 23.100.000 23.331.000 23.564.310 23.799.953 24.037.953 24.278.332 24.521.115 24.766.327 25.013.990 25.264.130
Pelumas 1.656.000 1.672.560 1.689.286 1.706.178 1.723.240 1.740.473 1.757.877 1.775.456 1.793.211 1.811.143
kuli angkut dedak 12.600.000 12.726.000 12.853.260 12.981.793 13.111.611 13.242.727 13.375.154 13.508.905 13.643.994 13.780.434
karung plastic 535.800 541.158 546.570 552.035 557.556 563.131 568.762 574.450 580.195 585.997
Total biaya variabel 38.877.600 39.266.376 39.659.040 40.055.630 40.456.186 40.860.748 41.269.356 41.682.049 42.098.870 42.519.859
Biaya tetap
biaya perawatan
a.servis mesin 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
b.husker 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
c.polisher 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
d.motor penggerak 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
biaya listrik 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
biaya telepon 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200
PBB 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928
isi ulang alat pemadam kebakaran 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
kir timbangan 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
gaji pegawai
a.koordinator 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
67
b.operator 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000
c.pembantu operator 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
Total biaya tetap 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128
Total biaya operasional 83.303.728 83.692.504 84.085.168 84.481.758 84.882.314 85.286.876 85.695.484 86.108.177 86.524.998 86.945.987
Total Otflow 1.120.250.000 85.588.728 86.827.504 86.370.168 87.616.758 87.167.314 88.421.876 87.980.484 89.243.177 88.809.998 90.080.987
Pajak 56.020.879 55.928.603 55.835.405 55.741.274 55.646.202 55.550.179 55.453.196 55.355.243 55.256.311
Bunga 14.326.530 14.303.203 14.279.643 14.255.848 14.231.815 14.207.541 14.183.024 14.158.263 14.133.254 14.107.994
Net benefit -1.120.250.000 314.036.742 256.800.413 257.373.585 256.243.989 256.811.597 255.676.381 256.238.313 255.097.364 255.653.505 475.152.958
diskon faktor (6%) 1,000 0,943 0,890 0,840 0,792 0,747 0,705 0,665 0,627 0,592 0,558
Present value pertahun -1.120.250.000 296.261.078 228.551.454 216.095.825 202.969.240 191.904.565 180.241.760 170.413.113 160.051.242 151.320.917 265.322.930
Present value (-) -1.120.250.000
Present value (+) 2.063.132.122
NPV 942.882.122
Net B/C 1,84
IRR 20.99%
PP 3,95
68
Lampiran 4 Laporan laba rugi penggilingan padi RMU Bonjo Alam
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 penerimaan total 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000
2 Pengeluaran
biaya variabel 38.877.600 39.266.376 39.659.040 40.055.630 40.456.186 40.860.748 41.269.356 41.682.049 42.098.870 42.519.859
biaya tetap 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128
Penyusutan 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775
total pengeluaran 175.176.503 175.565.279 175.957.943 176.354.533 176.755.089 177.159.651 177.568.259 177.980.952 178.397.773 178.818.762
3 Laba bersih sebelum bunga dan pajak 238.775.497 238.386.721 237.994.057 237.597.467 237.196.911 236.792.349 236.383.741 235.971.048 235.554.227 235.133.238
4 bunga (6 %) 14.326.530 14.303.203 14.279.643 14.255.848 14.231.815 14.207.541 14.183.024 14.158.263 14.133.254 14.107.994
5 laba bersih sebelum pajak 224.448.967 224.083.518 223.714.414 223.341.619 222.965.096 222.584.808 222.200.717 221.812.785 221.420.974 221.025.244
6 pajak (25%) 56.020.879 55.928.603 55.835.405 55.741.274 55.646.202 55.550.179 55.453.196 55.355.243 55.256.311
7 Laba bersih 224.448.967 168.062.638 167.785.810 167.506.214 167.223.822 166.938.606 166.650.538 166.359.589 166.065.730 165.768.933
69
Lampiran 5 Laporan Chasflow kenaikan total biaya variabel sebesar 431,1873848 persen pada analisis swithing value
Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penerimaan penggilingan padi RMU 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000
nilai sisa 220.646.250
total inflow 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 634.598.250
B.Outflow
Biaya investasi
mesin penggilingan
a.Pemecah kulit 34.000.000
b.Penyosoh beras 28.000.000
c.Motor penggerak 42.000.000
bangunan gedung 650.000.000
lantai jemuran 160.000.000
Pagar 190.000.000
timbangan duduk 480.000
meja tulis 300.000
Lemari 500.000
Kursi 750.000
alat pemadam kebakaran 300.000
mesin jahit goni 850.000 850.000 850.000 850.000 850.000 850.000
Perlengkapan lainnya
alat tampung beras 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
kipas beras 1.800.000
sapu jemuran 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
pendorong jemuran 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
70
Terpal 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000
Plastik 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000
Serok 500.000
Gerobak 2.850.000
mesin gerinda 535.000
Pompa air 5.100.000
total biaya investasi 1.120.250.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000
biaya variabel
karung goni 2.846.102 2.874.563 2.903.309 2.932.342 2.961.665 2.991.282 3.021.195 3.051.407 3.081.921 3.112.740
Benang 2.390.343 2.414.247 2.438.389 2.462.773 2.487.401 2.512.275 2.537.398 2.562.771 2.588.399 2.614.283
bahan bakar mesin 122.704.286 123.931.329 125.170.642 126.422.348 127.686.572 128.963.438 130.253.072 131.555.603 132.871.159 134.199.870
Pelumas 8.796.463 8.884.428 8.973.272 9.063.005 9.153.635 9.245.171 9.337.623 9.430.999 9.525.309 9.620.562
kuli angkut dedak 66.929.610 67.598.907 68.274.896 68.957.645 69.647.221 70.343.693 71.047.130 71.757.601 72.475.178 73.199.929
karung plastik 2.846.102 2.874.563 2.903.309 2.932.342 2.961.665 2.991.282 3.021.195 3.051.407 3.081.921 3.112.740
Total biaya variabel 206.512.907 208.578.036 210.663.816 212.770.454 214.898.159 217.047.140 219.217.612 221.409.788 223.623.886 225.860.125
Biaya tetap
biaya perawatan
a.servis mesin 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
b.husker 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
c.polisher 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
d.motor penggerak 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
biaya listrik 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
biaya telepon 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200
PBB 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928
isi ulang alat pemadam kebakaran 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
kir timbangan 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
gaji pegawai
a.koordinator 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
71
b.operator 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000
c.pembantu operator 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
Total biaya tetap 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128
Total biaya operasional 250.939.035 253.004.164 255.089.944 257.196.582 259.324.287 261.473.268 263.643.740 265.835.916 268.050.014 270.286.253
Total Otflow 1.120.250.000 253.224.035 256.139.164 257.374.944 260.331.582 261.609.287 264.608.268 265.928.740 268.970.916 270.335.014 273.421.253
Pajak 16.232.639 15.742.481 15.247.421 14.747.410 14.242.400 13.732.339 13.217.178 12.696.865 12.171.348
Bunga 4.268.411 4.144.504 4.019.357 3.892.959 3.765.296 3.636.357 3.506.129 3.374.599 3.241.753 3.107.578
Net benefit -1.120.250.000 156.459.554 137.435.693 136.815.218 134.480.038 133.830.006 131.464.974 130.784.792 128.389.308 127.678.369 345.898.070
diskon faktor (6%) 1,000 0,943 0,890 0,840 0,792 0,747 0,705 0,665 0,627 0,592 0,558
Present value pertahun -1.120.250.000 147.603.353 122.317.278 114.872.695 106.520.786 100.005.566 92.677.619 86.979.356 80.553.040 75.572.630 193.147.676
Present value (-) -1.120.250.000
Present value (+) 1.120.250.000
NPV 0
Net B/C 1,00
IRR 6,00%
PP 7,17
72
Lampiran 6 Laporan laba rugi kenaikan total biaya variabel sebesar 431,1873848 persen pada analisis swithing value
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 penerimaan total 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000 413.952.000
2 Pengeluaran
biaya variabel 206.512.907 208.578.036 210.663.816 212.770.454 214.898.159 217.047.140 219.217.612 221.409.788 223.623.886 225.860.125
biaya tetap 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128
Penyusutan 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775
total pengeluaran 342.811.810 344.876.939 346.962.719 349.069.357 351.197.062 353.346.043 355.516.515 357.708.691 359.922.789 362.159.028
3 Laba bersih sebelum bunga dan pajak 71.140.190 69.075.061 66.989.281 64.882.643 62.754.938 60.605.957 58.435.485 56.243.309 54.029.211 51.792.972
4 bunga (6 %) 4.268.411 4.144.504 4.019.357 3.892.959 3.765.296 3.636.357 3.506.129 3.374.599 3.241.753 3.107.578
5 laba bersih sebelum pajak 66.871.779 64.930.558 62.969.924 60.989.684 58.989.642 56.969.599 54.929.356 52.868.711 50.787.459 48.685.394
6 pajak (25%) 16.232.639 15.742.481 15.247.421 14.747.410 14.242.400 13.732.339 13.217.178 12.696.865 12.171.348
7 Laba bersih 66.871.779 48.697.918 47.227.443 45.742.263 44.242.231 42.727.199 41.197.017 39.651.533 38.090.594 36.514.045
73
Lampiran 7 Laporan Chasflow penurunan jumlah produksi penggilingan sebesar 42,09836603 persen pada analisis swithing value
Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penerimaan penggilingan padi RMU 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972
nilai sisa 220.646.250
total inflow 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 460.331.222
B.Outflow
Biaya investasi
mesin penggilingan
a.Pemecah kulit 34.000.000
b.Penyosoh beras 28.000.000
c.Motor penggerak 42.000.000
bangunan gedung 650.000.000
lantai jemuran 160.000.000
Pagar 190.000.000
timbangan duduk 480.000
meja tulis 300.000
Lemari 500.000
Kursi 750.000
alat pemadam kebakaran 300.000
mesin jahit goni 850.000 850.000 850.000 850.000 850.000 850.000
Perlengkapan lainnya
alat tampung beras 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
kipas beras 1.800.000
sapu jemuran 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
pendorong jemuran 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
74
Terpal 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000
Plastic 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000
Serok 500.000
Gerobak 2.850.000
mesin gerinda 535.000
Pompa air 5.100.000
total biaya investasi 1.120.250.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000
biaya variabel
karung goni 535.800 541.158 546.570 552.035 557.556 563.131 568.762 574.450 580.195 585.997
Benang 450.000 454.500 459.045 463.635 468.272 472.955 477.684 482.461 487.286 492.158
bahan bakar mesin 23.100.000 23.331.000 23.564.310 23.799.953 24.037.953 24.278.332 24.521.115 24.766.327 25.013.990 25.264.130
Pelumas 1.656.000 1.672.560 1.689.286 1.706.178 1.723.240 1.740.473 1.757.877 1.775.456 1.793.211 1.811.143
kuli angkut dedak 12.600.000 12.726.000 12.853.260 12.981.793 13.111.611 13.242.727 13.375.154 13.508.905 13.643.994 13.780.434
karung plastic 535.800 541.158 546.570 552.035 557.556 563.131 568.762 574.450 580.195 585.997
Total biaya variabel 38.877.600 39.266.376 39.659.040 40.055.630 40.456.186 40.860.748 41.269.356 41.682.049 42.098.870 42.519.859
Biaya tetap
biaya perawatan
a.servis mesin 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
b.husker 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
c.polisher 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
d.motor penggerak 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
biaya listrik 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
biaya telepon 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200
PBB 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928
isi ulang alat pemadam kebakaran 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
kir timbangan 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
gaji pegawai
a.koordinator 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
75
b.operator 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000
c.pembantu operator 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
Total biaya tetap 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128
Total biaya operasional 83.303.728 83.692.504 84.085.168 84.481.758 84.882.314 85.286.876 85.695.484 86.108.177 86.524.998 86.945.987
Total Otflow 1.120.250.000 85.588.728 86.827.504 86.370.168 87.616.758 87.167.314 88.421.876 87.980.484 89.243.177 88.809.998 90.080.987
Pajak 15.068.128 14.975.852 14.882.653 14.788.522 14.693.450 14.597.428 14.500.445 14.402.492 14.303.559
Bunga 3.870.508 3.847.182 3.823.622 3.799.826 3.775.793 3.751.519 3.727.003 3.702.241 3.677.232 3.651.973
Net benefit -1.120.250.000 150.225.736 133.942.158 134.515.330 133.385.734 133.953.342 132.818.126 133.380.058 132.239.109 132.795.250 352.294.703
diskon faktor (6%) 1,000 0,943 0,890 0,840 0,792 0,747 0,705 0,665 0,627 0,592 0,558
Present value pertahun -1.120.250.000 141.722.392 119.208.044 112.941.665 105.653.995 100.097.730 93.631.538 88.705.356 82.968.453 78.601.305 196.719.522
Present value (-) -1.120.250.000
Present value (+) 1.120.250.000
NPV 0
Net B/C 1,00
IRR 6,00%
PP 7,14
76
Lampiran 8 Laporan laba rugi penurunan jumlah produksi penggilingan sebesar 42,09836603 persen pada analisis swithing value
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 penerimaan total 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972
2 Pengeluaran
biaya variabel 38.877.600 39.266.376 39.659.040 40.055.630 40.456.186 40.860.748 41.269.356 41.682.049 42.098.870 42.519.859
biaya tetap 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128
Penyusutan 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775
total pengeluaran 175.176.503 175.565.279 175.957.943 176.354.533 176.755.089 177.159.651 177.568.259 177.980.952 178.397.773 178.818.762
3 Laba bersih sebelum bunga dan pajak 64.508.469 64.119.693 63.727.029 63.330.439 62.929.882 62.525.320 62.116.713 61.704.019 61.287.199 60.866.210
4 bunga (6 %) 3.870.508 3.847.182 3.823.622 3.799.826 3.775.793 3.751.519 3.727.003 3.702.241 3.677.232 3.651.973
5 laba bersih sebelum pajak 60.637.961 60.272.511 59.903.407 59.530.612 59.154.089 58.773.801 58.389.710 58.001.778 57.609.967 57.214.238
6 pajak (25%) 15.068.128 14.975.852 14.882.653 14.788.522 14.693.450 14.597.428 14.500.445 14.402.492 14.303.559
7 Laba bersih 60.637.961 45.204.383 44.927.555 44.647.959 44.365.567 44.080.351 43.792.283 43.501.334 43.207.475 42.910.678
77
Lampiran 9 Laporan Chasflow penurunan harga jual Output penggilingan sebesar 42,09836605 persen pada analisis swithing value
Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penerimaan penggilingan padi RMU 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972
nilai sisa 220.646.250
total inflow 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 460.331.222
B.Outflow
Biaya investasi
mesin penggilingan
a.Pemecah kulit 34.000.000
b.Penyosoh beras 28.000.000
c.Motor penggerak 42.000.000
bangunan gedung 650.000.000
lantai jemuran 160.000.000
Pagar 190.000.000
timbangan duduk 480.000
meja tulis 300.000
Lemari 500.000
Kursi 750.000
alat pemadam kebakaran 300.000
mesin jahit goni 850.000 850.000 850.000 850.000 850.000 850.000
Perlengkapan lainnya
alat tampung beras 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
kipas beras 1.800.000
sapu jemuran 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
pendorong jemuran 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
78
Terpal 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000
Plastic 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000
Serok 500.000
Gerobak 2.850.000
mesin gerinda 535.000
Pompa air 5.100.000
total biaya investasi 1.120.250.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000 2.285.000 3.135.000
biaya variabel
karung goni 535.800 541.158 546.570 552.035 557.556 563.131 568.762 574.450 580.195 585.997
Benang 450.000 454.500 459.045 463.635 468.272 472.955 477.684 482.461 487.286 492.158
bahan bakar mesin 23.100.000 23.331.000 23.564.310 23.799.953 24.037.953 24.278.332 24.521.115 24.766.327 25.013.990 25.264.130
Pelumas 1.656.000 1.672.560 1.689.286 1.706.178 1.723.240 1.740.473 1.757.877 1.775.456 1.793.211 1.811.143
kuli angkut dedak 12.600.000 12.726.000 12.853.260 12.981.793 13.111.611 13.242.727 13.375.154 13.508.905 13.643.994 13.780.434
karung plastic 535.800 541.158 546.570 552.035 557.556 563.131 568.762 574.450 580.195 585.997
Total biaya variabel 38.877.600 39.266.376 39.659.040 40.055.630 40.456.186 40.860.748 41.269.356 41.682.049 42.098.870 42.519.859
Biaya tetap
biaya perawatan
a.servis mesin 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
b.husker 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
c.polisher 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
d.motor penggerak 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
biaya listrik 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
biaya telepon 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200 439.200
PBB 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928 76.928
isi ulang alat pemadam kebakaran 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
kir timbangan 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
gaji pegawai
a.koordinator 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
79
b.operator 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000 13.200.000
c.pembantu operator 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000
Total biaya tetap 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128
Total biaya operasional 83.303.728 83.692.504 84.085.168 84.481.758 84.882.314 85.286.876 85.695.484 86.108.177 86.524.998 86.945.987
Total Otflow 1.120.250.000 85.588.728 86.827.504 86.370.168 87.616.758 87.167.314 88.421.876 87.980.484 89.243.177 88.809.998 90.080.987
Pajak 15.068.128 14.975.852 14.882.653 14.788.522 14.693.450 14.597.428 14.500.445 14.402.492 14.303.559
Bunga 3.870.508 3.847.182 3.823.622 3.799.826 3.775.793 3.751.519 3.727.003 3.702.241 3.677.232 3.651.973
Net benefit -1.120.250.000 150.225.736 133.942.158 134.515.330 133.385.734 133.953.342 132.818.126 133.380.058 132.239.109 132.795.250 352.294.703
diskon faktor (6%) 1,000 0,943 0,890 0,840 0,792 0,747 0,705 0,665 0,627 0,592 0,558
Present value pertahun -1.120.250.000 141.722.392 119.208.044 112.941.665 105.653.995 100.097.730 93.631.538 88.705.356 82.968.453 78.601.305 196.719.522
Present value (-) -1.120.250.000
Present value (+) 1.120.250.000
NPV 0
Net B/C 1,00
IRR 6,00%
PP 7,14
80
Lampiran 10 Laporan laba rugi penurunan harga jual Output penggilingan sebesar 42,09836605 persen pada analisis swithing value
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 penerimaan total 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972 239.684.972
2 Pengeluaran
biaya variabel 38.877.600 39.266.376 39.659.040 40.055.630 40.456.186 40.860.748 41.269.356 41.682.049 42.098.870 42.519.859
biaya tetap 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128 44.426.128
Penyusutan 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775 91.872.775
total pengeluaran 175.176.503 175.565.279 175.957.943 176.354.533 176.755.089 177.159.651 177.568.259 177.980.952 178.397.773 178.818.762
3 Laba bersih sebelum bunga dan pajak 64.508.469 64.119.693 63.727.029 63.330.439 62.929.882 62.525.320 62.116.713 61.704.019 61.287.199 60.866.210
4 bunga (6 %) 3.870.508 3.847.182 3.823.622 3.799.826 3.775.793 3.751.519 3.727.003 3.702.241 3.677.232 3.651.973
5 laba bersih sebelum pajak 60.637.961 60.272.511 59.903.407 59.530.612 59.154.089 58.773.801 58.389.710 58.001.778 57.609.967 57.214.238
6 pajak (25%) 15.068.128 14.975.852 14.882.653 14.788.522 14.693.450 14.597.428 14.500.445 14.402.492 14.303.559
7 Laba bersih 60.637.961 45.204.383 44.927.555 44.647.959 44.365.567 44.080.351 43.792.283 43.501.334 43.207.475 42.910.678
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 27 November 1990. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Jonni dan ibu Nelmayetti. Pendidikan yang ditempuh oleh penulis di mulai dari TK. Kartini Palembayan pada tahun 1995. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang SDN 04 VII Nagari
Selatan pada tahun 2002. Setelah itu melanjutkan ke SMPN 1 Tilatang Kamang pada tahun 2005. Dari Sekolah Menengah Atas, penulis melanjutkan ke SMAN 1
Tilatang Kamang dan penulis lulus dari sma ini pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan Diploma 3 di Program Keahlian Teknologi Produksi dan Menajemen Perikanan Budidaya,
Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur mahasiswa undangan (PMDK). Pada tahun 2011 penulis diterima pada program sarjana
penyelenggaraan khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
top related