geokimia petroleum 2012
Post on 11-Aug-2015
100 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Geokimia Petroleum 2012 HariUtama 09
1. Batuan induk adlh btn sedimen berbutir halus (umumnya serpih &
batugamping) yg menghasilkan minyak & gas bumi, berwarna gelap, kaya
material organic dengan kadar tertentu oleh panas dan lamanya pemanasan
akan matang secara thermal menghasilkan minyak bumi, di endapkan dgn
energi rendah.
Nilai TOC 0,5-1% ( sedang) ; 1-2% (baik) ; > 2% (sangat baik)
Shale dan Coal memiliki kandungan organik yang tinggi dan menjadi hal yang
menarik secara ekonomi. Sebaliknya, source rock HC mengeluarkan hanya
sedikit minyak dan gas bumi per unit volume batuan yang terakumulasi dalam
batuan reservoar. Pengawetan material organik tersebut merupakan suatu
fungsi kandungan oksigen, tingkat sedimentasi, dan intensitas kehidupan
bentonik. Menurunnya tingkat oksigenasi dan aktifitas bentonik menyebabkan
meningkatnya tingkat fermentasi metana oleh bakteri. Akibatnya ada banyak
atau sedikit material organik yang tersimpan di dalam sedimen.
BERDASARKAN KUALITASNYA BATUAN INDUK DIBAGI 3 (WAPLES ‘85) :
1. Batuan induk efektif adlh batuan induk yg tlh membentuk & mengeluarkan
hidrokarbon
2. Batuan induk possible adlh btn sedimen yg belum pernah di evaluasi potensinya,
ttp mempunyai kemungkinan membentuk & mengeluarkan hidrokarbon.
3. Batuan induk potential adlh btn sedimen belum matang, ttp mempunyai
kemampuan membentuk & mengeluarkan hidrokarbon jika kematangannya
bertambah tinggi.
Batugamping mengandung < material organik dr pd serpih, ttp mengandung
proporsi hidrokarbon yg lebih tinggi. (Gehman ‘62 & Bissada ‘86)
Syarat-syarat yang mempengaruhi lingkungan pengendapan pembentukan Source
rock
a. Lingkungan oksik : Zona dengan kandungan oksigen relative tinggi ( > 0,2 ml/l) ,
prosesnya terjadi secara aerobic
b. Lingkungan anoksic : Zona dengan kandngan oksigen relative kecil ( <0,2 ml/l) ,
Proses anaerobik
analisis total organic carbon (TOC) : analisis dimana kadar bahan organik dalam
source rock itu harus memenuhi angka 1% buat shale, atau 0,5% buat batuan yang
originnya gamping
analisis vitrinit reflectance (Ro) : analisis pantulan vitrinit ini intinya adalah
untuk menunjukkan kematangan minyak dilihat dari kandungan vitrinitnya, kalo
sudah >4,0 Excellent 2,0 – 4,0 Very good 1,0 – 2,0 Good 0,5 – 1,0 Fair 0,0 – 0,5 Poor
TOC in Shales (wt%) Petroleum Potensial > 6 Very Good 2 - 6 Fair < 2 Poor (S1+S2)
(mg/g) Generation Potential
matang, vitrinit akan berkilau (vitrinit : jenis alga-algaan, merupakan elemen perairan tawar, umumnya danau)
analisis tentang suhu, kedalaman, dan tekanan yang berkaitan dengan proses
thermogenesis yang menyatakan suatu minyak akan mencapai kematangan pada
suhu dan kedalaman berdasarkan gradien geotermal tertentu.
2. Parameter geokimia yang menunjukkan potensi generasi hidrokarbon
a. Karbon organik total (TOC) digunakan Leco Carbon Analyzer Klasifikasi
(Peters & Cassa ‘94)
Analisis ini cukup murah, sederhana , dan cepat. Biasa memerlukan 1 gr batuan ttp
jk sampel bnyk material oraganik jmlah yg lbh kecil dr 1 gr ckup.
Teknik dengan leco carbon analyzer ini dengan membakar sampel bubuk, bebas
mineral karbonat pada T tinggi dengan batuan oksigen.
Kekurngan : scr tidk sdr kta mencampur material kaya yg seringkali jmlhnya
relative sdikit dengan material yg tdk mngndung material organic yg jmlhnya ckup
banyak.
b. Potential Yield (S1+S2) Mrpkan hasil dr proses pirolisis :
S1 = total hidrokarbon bebas (gas & minyak) di dalam sampel (dalam milligram
hidrokarbon per gram batuan). Jika S1 > 1 mg/g, kemungkinan mengindikasikan oil
show. S1 secara normal meningkat paralel terhadap kedalaman. Kontaminasi
sampel dengan fluida drilling dan lumpur dapat memberikan nilai yang tidak normal
terhadap nilai S1.
S2 = total hidrokarbon yang dihasilkan melalui cracking termal material organik
yang tidak menguap. S2 merupakan indikasi kuantitas hidrokarbon batuan yang
memiliki potensial menghasilkan hidrokarbon melalui penguburan dan pematangan.
Parameter ini secara normal menurun dengan kedalaman penguburan > 1 km.
3. Parameter geokimia yang menunjukkan type hidrokarbon dan kematangan
termal
ANALISIS TIPE MATERIAL ORGANIK
• Alat yg digunakan adlh Rock Eval pirolisis
• Selama pemanasan, 2 jenis hidrokarbon dikeluarkan dari batuan.
• Hidrokarbon yg I keluar 250º C, mrpkan hidrokarbon yg sudah ada di dlm batuan,
digambarkan dlm bentuk S1
• Pd temperatur 350º C, jenis hidrokarbon yg ke II mulai muncul, & mencapai
maksimum pd T 420 - 460º C. Hidrokarbon ini disebut S2. T maksimum pd saat S2,
disebut Tmaks
• CO2 juga dikeluarkan dr kerogen, & ditangkap oleh detektor ke II, & direkam sbg
S3.
• Indeks Hidrogen (HI) adalah S2 / TOC
• Indeks Oksigen (OI) adalah S3 / TOC
MATERIAL ORGANIK
• Material organik yg terdpt didlm batuan mengandung 90 % kerogen dan 10%
bitumen
• Kerogen adalah komplek molekul organik yg mengalami polimerisasi tinggi,
terdapat di batuan sedimen, terdiri dari partikel yg berbeda-beda yg disebut
maseral, yg tdk larut dlm pelarut organik biasa. Tidak larutnya kerogen krn
molekulnya berukuran besar.
• Sedangkan material organik yg larut disebut bitumen atau extractable organic
matter (EOM).
ANALISIS KEMATANGAN MATERIAL ORGANIK
a. PEMANTULAN VITRINIT (RO)
Kerogen yg tlh matang akan membawa perubahan pd vitrinit & hal ini akan diiringi
dgn kemampuan partikel tsb untuk memantulkan caha- ya yg jatuh padanya.
Tingkat kematangan yg teramati dr nilai pemantulan vitrinit akan bertambah scr
teratur dgn bertambahnya kedlman.
DATA KEMATANGAN (PETERS & CASSA, ‘94)
b. Tmaks, & Production Index
Pd t 350º C, jenis hidrokarbon yg ke 2 mulai muncul, & mencapai maksimum ketika T 420 dan 460º C. Hidrokarbon S2. T maksimum pd saat S2, disebut Tmaks
C. METODA LOPATIN
Pengukuran kematangan hanya mengungkapkan tingkat kematangan pada masa
kini, kita belum mengetahui kapan minyak terbentuk, pd temperatur atau pd
kedalaman berapa, N.V. Lopatin seorang akhli geokimia Rusia, adlh orang pertama
yg meneliti ttg cara perhitungan kematangan material organik dgn
mempertimbangkan faktor waktu & temperatur.
KORELASI HARGA TTI & HARGA PEMANTULAN VITRINIT (WAPLES ‘80) :
D. SPORA COLOUR INDEX (SCI)
Menggunakan fosil dari spora dan tepung sari
Diamati tingkat warnanya dgn skala warna melalui mikroskop, kemudian
membandingkan tingkat warna contoh spora atau tepung sari dgn warna standar
tertentu
Klasifikasi SCI (Hasedock ‘77)
Comparison of Several Commonly Used Maturity Techniques & Their Correlation to Oil & Gas
Generation Limits
top related