gaya komunikasi kepemimpinan perempuan betawi … · 9. kak shandy, ibu sysi, ibu poppy, dan ka...
Post on 14-Oct-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
GAYA KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN BETAWI
(STUDI PADA GAYA KOMUNIKASI SYLVIANA MURNI SEBAGAI
WALI KOTA JAKARTA PUSAT)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjanah Sosial (S. Sos)
Disusun Oleh :
Aida Nuraida
NIM: 1113051000018
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
i
ABSTRAK
Aida Nuraida
Gaya Komunikasi Kepemimpinan Perempuan Betawi (Studi Pada Gaya
Komunikasi Sylviana Murni Sebagai Wali Kota Jakarta Pusat)
Gaya komunikasi merupakan cara seseorang berkomunikasi sebagai upaya
untuk merefleksikan identitas pribadinya. Hal ini penting dipahami oleh seorang
pemimpin agar bisa membangun organisasi dengan baik dan nyaman, serta dapat
bersosialisasi dengan baik kepada seluruh khalayak. Salah satu pemimpin dalam
ranah pemerintahan dari kalangan perempuan Betawi di Jakarta adalah Sylviana
Murni. Diantara faktor kesuksesan Sylviana dalam ranah pemerintahan karena
kecakapan gaya komunikasi Sylviana Murni, terlebih pada gaya komunikasi yang
melekat pada karakter Betawinya.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Bagaimana implementasi gaya komunikasi Ibu Sylviana Murni
sebagai seorang pemimpin dari kalangan perempuan Betawi? Dan apa saja fungsi
gaya komunikasi yang diterapkan Sylviana Murni sebagai seorang pemimpin?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari pendekatan enam
gaya komunikasi yang dikemukakan oleh Moss Dalam buku human
communication, Stewart L. Tubbs dan Sylvia. Diantaranya adalah gaya
komunikasi Controlling style, Equalitarian style, Structuring style, Dynamic style,
Relinquishing style, dan Withdrawal style. Kemudian dikaitkan dengan fungsi
gaya komunikasi dalam kepemimpinan, diantaranya fungsi informatif, regulatif,
persuasif dan integratif. Dengan menggunakan pendekatan teori ini, penulis
menganalisa apa yang menjadi gaya komunikasi Sylviana Murni sebagai seorang
pemimpin perempuan dari kalangan Betawi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik yang
digunakan peneliti adalah kunjungan, observasi, dokumentasi, dan wawancara
kepada Ibu Sylviana Murni, dan beberapa orang terdekat dari Ibu Sylviana Murni
mengenai gaya komunikasi Sylviana Murni dengan mengikuti pedoman
wawancara agar terarah.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa hanya ada empat gaya
komunikasi yang dipakai oleh Sylviana Murni. Yakni gaya komunikasi
equalitarian style, structuring style, dynamic style, dan relinquishing style, dengan
beberapa bukti perkataan-perkataan yang dilontarkan Sylviana Murni dalam
beberapa moment/acara. Serta diikuti dengan macam-macam fungsi dari gaya
komunikasi Sylviana Murni dalam kepemimpinan, yakni fungsi informatif,
regulatif, persuasif, dan integratif dengan bukti perkataan yang diucapkan dari
masing-masing gaya komunikasi yang dipakai Sylviana Murni.
Kata Kunci : Gaya Komunikasi, Fungsi Gaya Komunikasi, Pemimpin, Perempuan
Betawi dan Organisasi.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrabbil a’lamiin, puji dan syukur senantiasa tercurahkan
kehadirat Allah swt atas limpahan anugerah dan nikmat yang tak terbatas kepada
penulis, sehingga penulis dapat memulai dan menyelesaikan penelitian ini dengan
lancar dan mudah. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan ke haribaan
junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabat beliau hingga akhir zaman.
Alhamdulillahirabbil a’almiin, atas limpahan nikmat Ilmu dari-Nya, penulis
dapat meyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana dan merupakan kewajiban akademis di Universitas UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Skripsi ini ditulis dengan berbagai macam kesulitan, hambatan, dan
rintangan yang terkadang membuat penulis merasa bingung, bosan, dan
kewalahan. Namun berkat orang-orang terkasihlah skripsi ini dapat terselesaikan.
Terimakasih untuk doa, bantuan baik secara moril maupun materil, motivasi,
bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagai pihak yaitu:
1. Prof. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islm Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beseserta pembantu dekan dan jajarannya.
iii
3. Drs. Masran MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan
Fita Fathurokhmah, SS, M. SI selaku sekertaris Jurusan yang telah
membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Burhanuddin M. A selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing, mengarahkan,
memotivasi dan membagi ilmu kepada penulis. Semoga Allah swt
senantiasa memberikan keberkahan dan kebaikan kepada beliau.
5. Bintan Humeira, M. Si dan Kalsum Minangsih, MA selaku dosen penguji I
dan dosen penguji II yang telah membimbing masa revisi skripsi dengan
sangat baik dan terarah.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mengajar dan membagi ilmunya kepada penulis, semoga berkah dan dapat
menjadi ilmu yang bermanfaat.
7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang
membantu penulis dalam pencarian bahan untuk skripsi ini.
8. Ibu Sylviana Murni yang sudah bersedia menjadi narasumber penelitian
ini dan sudah meluangkan waktu kepada penulis untuk diwawancarai di
tengah kesibukannya.
9. Kak Shandy, Ibu Sysi, Ibu Poppy, dan ka Syntia yang telah meluangkan
waktunya untuk diwawancarai oleh penulis sebagai narasumber tambahan
dalam penelitian ini.
10. Abang Bachtiar dari sanggar si Pitung Rawa Belong, Babeh Ridwan Saidi
(sejarahwan), dan Abang Rahmad (Jurnalist Betawi) yang telah
meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu kepada penulis mengenai
iv
karakteristik perempuan Betawi, sejarah Betawi dan profil-profil wanita
Betawi.
11. Papah dan mama tercinta, papah (alm) Endang Purnama dan mama
Ummah yang dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus dan
ikhlas mengasuh mendidik serta senantiasa mendoakan penulis, sehingga
bisa mengenyam pendidikan formal tingkat perguruan tinggi hingga
selesai.
12. Abang dan adik tercinta, abang Irvan Fauzi dan adik Maya Nur Khalizah
yang senantiasa memotivasi penulis untuk tetap semangat dalam
menggapai cita-cita.
13. Sulton Mu’minah yang selalu menemani penulis, membantu penulis baik
secara moril maupun materil, yang senantiasa mendoakan penulis dan
memotivasi penulis hingga skripsi ini bisa terselesaikan.
14. Kak Luthfiana Jaleswati yang telah banyak membantu dalam proses
pencetakan skrisi.
15. Sahabat terbaik, sahabat seperjuangan yang ikut andil dalam memberikan
bantuan dan dorongan motivasi. KPI A tercinta angkatan 2013 dan KPI B,
KPI C, KPI D, dan KPI E. Khususunya kepada Antik Bintari, Nurratika
Puri, Musfiah Saidah, Halida S.Q, Chika Cyntia, Chairunnisa, Santika,
Belda, Rafa, Taufik, dan kak Sinta teman seperjuangan sidang skripsi
sampai proses pencetakan skripsi selesai, serta teman-teman lain yang
penulis tidak sebutkan satu persatu akan tetapi penulis tidak akan pernah
lupakan.
v
16. Keluarga terbaik Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi Pengurus Pusat
maupun Wilayah Tangerang Selatan, abang Asnawi, abang Hilman, abang
Helmi, abang Hisyam, bang Farhan, bang Yazid, Dudu, ka Abu, ka
Nurhilaliyah, ka Nia, Ijal, ka Maya Safira, ka Awal, Rika, Devi dan ciwi-
ciwi tim tari FKMB Tangsel Azki, Putri (Pute), Syifa, Indah, Ole, Rahma,
Hikmah, dan teman-teman FKMB seperjuangan yang tidak disebutkan
satu persatu namun penulis tidak akan pernah melupakan perjuangan yang
telah dilalui bersama.
17. Para dosen pembimbing dan penasihat di FKMB, Prof Murodi, Bapak
Edwin, Prof Sihabuddin, Ibu Nurlena, Ibu Mastanah,
18. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Pengurus Wilayah II, Erik, Endah, Ihat, Anis dan
Lia.
19. Sahabat dari SMP, Nurul Aini, Ulin Nuha, Nur Aisyah, Maryatul, Fitriah,
Ratih, dan Mega yang tidak pernah berhenti menghibur penulis hingga
penulis tidak merasa jenuh dan selalu semangat. Teman seperkumpulan
SMP Ade, Firman, Emang, Aufar, Hanifah, Dayat,
20. Teman-teman keluarga Al-Falah angkatan 39 Hindsight yang tidak
disebutkan satu persatu yang telah banyak memotivasi penulis hingga bisa
mendapatkan gelar Sarjana.
21. Ibu dr. Anna UZN Sp.PD yang telah banyak membantu baik secara moril
maupun dan telah membimbing penulis hingga penulis bisa mendapatkan
gelar sarjana, dan juga kepada teman-teman anbim dan mentor Beasiswa
ORBIT Korsat Kebon Jeruk Jakarta, ka Anwar, Filza, ka Faisal, ka
vi
Syamsul, Nisa, ka Maimun, ka Rena, ka Evi yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu namun penulis sangat mengucapkan rasa syukur
telah memberikan banyak motivasi kepada penulis.
22. Ka Ati rekan kerja di laboratorium Annur sebagai analis kesehatan yang
telah banyak mengerti aktivitas penulis sehingga selalu memahami
kedatangan penulis yang terkadang penulis datang tidak tepat waktu dalam
bekerja namun beliau sangat memahaminya.
23. Keluarga besar KKN Semesta. Semoga tali persaudaraan kita tidak akan
pernah putus.
24. Dan berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
membanu kelancaran penulisan skripsi ini.
Begitu besar ucapan terimakasih yang penulis sampaikan untuk merek
tersayang, baik yang selalu disamping penulis maupun pelukan dari doa yang
dikirimkan. Semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang telah
diberikan, Aamiin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari
kekurangan. Karena itu kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini
dapat memberikan kontribusi positif, memperluas wawasan keilmuan serta
menambah Khazanah perpustakaan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 25 Agustus 2017 M
3 Dzulhijjah 1438 H
Aida Nuraida
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
E. Metodologi Penelitian ...................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 12
BAB II KERANGKA TEORI .................................................................... 13
A. Pengertian Komunikasi .................................................................... 13
B. Gaya Komunikasi ........................................................................... 14
C. Manfaat komunikasi bagi organisasi .............................................. 22
D. Fungsi Gaya Komunikasi dalam Kepemimpinan ........................... 23
E. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan ...................................... 26
F. Kedudukan Perempuan dalam Ranah Kepemimpinan ....................... 28
BAB III BIOGRAFI SYLVIANA MURNI ............................................. 32
A. Latar Belakang Keluarga ............................................................... 32
B. Perjalanan Karir ............................................................................ 34
C. Riwayat Pekerjaan / Jabatan ......................................................... 37
viii
D. Riwayat Pendidikan ......................................................................... 38
E. Kepengurusan / Keanggotaan dalam Organisasi Profesi .................. 38
F. Penghargaan / Grants ........................................................................ 39
G. Daftar Publikasi Artikel / Jurnal ..................................................... 40
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA .................................. ......... 42
A. Gaya Komunikasi Equalitarian Sylviana Murni ............................... 42
B. Gaya Komunikasi Structuring Sylviana Murni ................................ 51
C. Gaya Komunikasi Dynamic Sylviana Murni .................................... 52
D. Gaya Komunikasi Relinquishing Sylviana Murni ............................ 59
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 62
A. Kesimpulan ....................................................................................... 62
B. Saran-saran ...................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 66
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi
seseorang dalam hidup bermasyarakat. Sebab tanpa komunikasi tidak
mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia
tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. Pentingnya komunikasi
bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri. Komunikasi ada di mana-mana.
Pada dasarnya komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan. Bahkan
sebuah penelitian mengungkapkan 70% waktu bangun manusia dipergunakan
untuk berkomunikasi, baik komunikasi secara verbal, maupun non verbal.
Kata-kata yang terucap saat berkomunikasi mempunyai makna tertentu.
Bahkan nada suara dan bahasa tubuh yang selalu menyertai setiap kata yang
diucapkan tetap mempunyai makna.
Demikian pula kata-kata yang dituliskan. Manusia mengucapkan dan
menulis kata-kata untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang
memotivasi, menyatakan belas kasihan, menyatakan kemarahan, menyatakan
pesan agar suatu perintah cepat dikerjakan. Semua kombinasi dapat dikatakan
sebagai “gaya komunikasi”, gaya yang berperan untuk menentukan batas-
batas tentang kenyataan dunia yang sedang dihadapi, tentang relasi dengan
sesama, tentang hubungan dengan suatu konsep tertentu.
Keterampilan berkomunikasi melalui “gaya komunikasi”
mengisyaratkan kesadaran diri pada level yang tinggi. Setiap orang
mempunyai gaya komunikasi yang bersifat personal. Untuk memahami gaya
2
komunikasi maka seseorang harus menciptakan dan mempertahankan gaya
komunikasi personal sebagai ciri khas pribadinya. Gaya komunikasi juga
sangat diperlukan dalam sebuah organisasi.
Upaya untuk mengetahui perilaku orang-orang dalam suatu organisasi
ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan,
diperlukan pemahaman style atau gaya seseorang ketika ia berkomunikasi
yang disebut Gaya komunikasi (communication style). Masing-masing gaya
komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk
mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu
pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung
pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
Gaya komunikasi sangat penting diperhatikan dalam sebuah organisasi,
terlebih lagi bagi seorang pemimpin. Pemimpin dalam sebuah organisasi
harus sangat memperhatikan gaya komunikasi yang dimiliki diri sendiri dan
gaya komunikasi yang anggota lain miliki. Seorang pemimpin harus memiliki
beberapa kelebihan dibanding dengan anggota biasa lainnya. Sebab karena
kelebihan-kelebihan tersebut seorang pemimpin bisa berwibawa dan dipatuhi
oleh bawahannya.
Terutama sekali ialah kelebihan di bidang moral dan akhlak, semangat
juang, ketajaman intelegensi, kepekaan terhadap lingkungan, dan ketekunan-
keuletan. Paling penting lainnya adalah memiliki integritas kepribadian
tinggi, sehingga dia menjadi dewasa-matang, bertanggung jawab dan susila.
Semua itu dapat dilihat dari cara bagaimana seorang pemimpin
berkomunikasi kepada anggotanya. Baik dalam hal memberikan intruksi,
3
menyelesaikan konflik, ataupun membuat sebuah keputusan dan kebijakan-
kebijakan dalam organisasi.
Menjadi seorang pemimpin memang tidak mudah. Pemimpin harus
mampu beradaptasi dan menyeimbangkan karakteristik dari anggota-
anggotanya tanpa menghilangkan sikap kewibawaan sebagai seorang
pemimpin. Terlebih lagi bagi seorang pemimpin dari kalangan perempuan
yang membawahkan banyak anggota laki-laki ataupun anggota perempuan.
Masih banyak anggapan negatif terhadap kepemimpinan seorang perempuan.
Masih ada beberapa orang yang berpendapat bahwa perempuan adalah
makhluk yang lemah, yang hanya bekerja dalam lingkup domestik saja.
Sehingga perempuan dianggap tidak pantas untuk memimpin sebuah
kelompok tertentu.
Padahal dalam mengarungi era globalisasi, perempuan sangat dituntut
untuk beradaptasi agar tidak terlindas roda angkuh sang waktu. Hal tersebut
dimaksudkan agar perempuan tidak selalu terbelenggu dalam rutinitas rumah
tangga saja, sehingga perempuan mampu memberdayakan kemampuan dan
potensi dirinya, mewujudkan kebutuhan akan prestasi serta
mengaktualisasikan motivasi intelektualnya. Pada tataran normatif pun, Islam
memandang kesetaraan hak bagi perempuan dan laki-laki, terutama hak untuk
meningkatkan kualitas dirinya melalui peningkatan ilmu dan taqwa.
Hal ini diperkuat dengan salah satu firman Allah SWT dalam QS. Al-
Hujrat ayat 13 yang berbunyi:
4
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.
Dan diperkuat dengan pendapat Dr. Muhammad Sayid Thanthawi,
Syaikh Al-Azhar dan Mufti Besar Mesir, menyatakan bahwa kepemimpinan
wanita dalam posisi jabatan apapun tidak bertentangan dengan syariah. Baik
sebagai kepala negara (al-wilayah al-udzma) maupun posisi jabatan di
bawahnya. Dalam fatwanya yang dikutip majalah Ad-Din wal Hayat, Tantawi
menegaskan:
“(Wanita yang menduduki posisi jabatan kepala negara tidaklah
bertentangan dengan syariah karena Al-Qur’an memuji wanita yang
menempati posisi ini dalam sejumlah ayat tentang Ratu Balqis dari Saba. Dan
bahwasanya apabila hal itu bertentangan dengan syariah, maka niscaya Al-
Quran akan menjelaskan hal tersebut dalam kisah ini”.
Adapun tentang sabda Nabi bahwa “Suatu kaum tidak akan berjaya
apabila diperintah oleh wanita” Tantawi berkata: bahwa hadits ini khusus
untuk peristiwa tertentu yakni kerajaan Farsi dan Nabi tidak menyebutnya
secara umum. Oleh karena itu, maka wanita boleh menduduki jabatan sebagai
kepala negara, hakim, menteri, duta besar, dan menjadi anggota lembaga
legislatif. Hanya saja perempuan tidak boleh menduduki jabatan Syaikh Al-
5
Azhar karena jabatan ini khusus bagi laki-laki saja karena ia berkewajiban
menjadi imam shalat yang secara syariah tidak boleh bagi wanita).1
Dari sini bisa disimpulkan bahwa perempuan bisa menempatkan profesi
dalam posisi apapun (terkecuali imam sholat), selama tidak bertentangan
dengan syariah Islam. Namun tingkat keberhasilan perempuan dalam ranah
politik masih bisa terhitung dengan jari. Terutama perempuan Betawi yang
notabennya berdomisili di Jakarta. Perempuan Betawi harus mampu bertahan
hidup di tanah kelahirannya sendiri, dimana tanah kelahiran suku Betawi
(Jakarta) kini sudah berubah menjadi kota metropolitan.
Maka, bagaimanapun perempuan Betawi dituntut untuk bisa
menyesuaikan diri dengan kehidupan modern di ibu kota. Demi
perkembangan dan kemajuan perempuan Betawi, maka perempuan Betawi
harus bisa menyeimbangkan gaya berkomunikasi zaman dengan pendatang
dan etnis lainnya tetapi dengan tidak menghilangkan identitas yang
dimilikinya. Sehingga perempuan Betawi mampu bertahan hidup di Jakarta
(tanah kelahiranan sendiri) sebagai tuan rumah yang maju, berhasil, dan
terpandang dengan memperhatikan gaya berkomunikasi.
Salah satu perempuan Betawi yang berhasil menjadi seorang pemimpin
dalam ranah perpolitikan dan pemerintahan adalah Prof. Dr. Hj. Sylviana
Murni, S.H., M.Si. Sylviana Murni adalah seorang birokrat yang lama
berkarier di lingkungan pemerintahan DKI Jakarta. Sylviana menjabat
sebagai Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta
pada tahun 2015 sampai 2016 dan juga pernah menjadi Wali Kota Jakara
1 http://www.fatihsyuhud.net/pemimpin-wanita-dalam-islam/#easy-footnote-bottom-26,
diakses pada hari Kamis, 2 Februari 2017, pukul 13.30.
6
Pusat periode 2008-2010. Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan ini
memperoleh gelar Professor dari Universitas Muhammadiyah Prof Dr
Hamka.
Wanita asli Betawi ini juga merupakan peraih gelar None Jakarta tahun
1981. Ibu Sylviana Murni ini adalah salah satu perempuan Betawi yang
berhasil dan ikut serta dalam memajukan identitas Betawi. Yaitu dengan
mengikuti beberapa organisasi Betawi, diantaranya pernah menjadi Ketua II
Bidang Hubungan Kerja sama Antar Lembaga Bamus Betawi 2001-2005.
Sekretaris Umum Persatuan Wanita Betawi (PWB) (1988-1993) dan
Sekretaris Bamus Betawi 1988-2001.
Dari sini penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang bagaimana
Sylviana Murni dapat menerapkan gaya komunikasi yang baik sebagai
seorang pemimpin dari kalangan perempuan Betawi sehingga Sylviana Murni
bisa berhasil menduduki jabatannya di ranah pemerintahan. Maka, penulis
merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai gaya komunikasi
kepemimpinan perempuan Betawi dengan mengambil judul “Gaya
Komunikasi Kepemimpinan Perempuan Betawi: Studi Pada Gaya
Komunikasi Sylviana Murni Sebagai Walikota Jakarta Pusat”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas maka peneliti
membuat batasan masalah. Masalah ini hanya memfokuskan pada Gaya
Komunikasi Kepemimpinan Perempuan Betawi, dimana saya mengambil
7
sosok perempuan Betawi dalam penelitian ini adalah sosok Sylviana
Murni.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk
menentukan:
1. Bagaimana implementasi gaya komunikasi Sylviana Murni sebagai
seorang pemimpin dari kalangan perempuan Betawi?
2. Apa saja fungsi gaya komunikasi Sylviana Murni yang diterapkan
dalam menjadi seorang pemimpin?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi gaya komunikasi Sylviana Murni
sebagai seorang pemimpin dari kalangan perempuan Betawi.
2. Untuk mengetahui fungsi gaya komunikasi Sylviana Murni yang
diterapkan dalam menjadi seorang pemimpin.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dirasa dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya wahana
ilmu pengetahuan khususnya bagi pelajar dan mahasiswa yang
menggeluti bidang gaya komunikasi dalam hal memajukan gender
perempuan Betawi sebagai seorang pemimpin.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi akademisi,
praktisi, dan kepada pembaca pada umumnya, serta dapat memberikan
8
manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Dan khususnya dapat
digunakan bahan kajian yang bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswa
UIN Jakarta, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
E. Metodelogi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan metodelogi
penelitian deskriptif, yaitu dengan pendekatan kualitatif, yaitu penulis
memberikan gambaran terhadap subyek dan obyek penelitian serta
mengelola dan menganalisa secara kualitatif. Dan bentuk penelitian ini
adalah penelitian field reserach atau lapangan, dimana pada penelitian ini
peneliti melakukan observasi langsung guna mendapatkan data-data yang
dibutuhkan. Lexy J. Moleong dalam bukunya metodelogi penelitian
kulitatif yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor metodelogi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.2
2. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Sylviana Murni sebagai seorang
perempuan dari kalangan Betawi yang sudah banyak berkontribusi dalam
hal memajukan perempuan Betawi dan sudah berhasil masuk ke ranah
pemerintahan. Sedangkan yang menjadi obyek penelitian ini adalah gaya
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perempuan dari kalangan
2 Lexy J, Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosada Karya,
2000) h.4.
9
Betawi yang menjunjung tinggi identitas perepuan Betawi dimata
masyarakat.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Kav. Marinir Biy & Moon Blok AA2 No.1-2 Pondok
Kelapa, Duren Sawit Jakarta Timur.
Waktu : Februari - Juli 2017
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung untuk memperoleh data
yang diperlukan.3 Observasi dilakukan penulis untuk mendapatkan
data mengenai Gaya Komunikasi Perempuan Betawi (studi pada
Sylviana Murni).
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang
langsung tentang jenis data.4 Wawancara dilakukan kepada Sylviana
Murni dan beberapa orang-orang terdekatnya.
c. Dokumentasi
Yaitu data diperoleh dari dokumen-dokumen berupa catatan
profil mengenai Syviana Murni, artikel, web, majalah, dan buletin
akan digunakan untuk melengkapi data-data yang telah terkumpul.
5. Teknis Analisis Data
Dalam analisis data, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif
bertujuan mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan
3 Surahmad Winarno. Dasar-dasar teknik penelitian. (Bandung: CV Tarsita, 1989)
h.162. 4 Hadi Sutrisno, Metodologi Research. (Yogyakarta: Andi offset, 1989) h.49.
10
gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah atau memberikan kondisi
dan praktek-praktek yang berlaku membuat perbandingan atau evaluasi,
menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan
rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Analisis data
dalam penelitian berarti proses mengolah data hasil penelitian dengan
cara membaca ulang seluruh data yang terkumpul selama penelitian
disertai dengan pembuatan ringkasan dan klasifikasi.5
5 J.R Raco, Metode penelitian kualitatif jenis, karakteristik, dan keunggulannya ( Jakarta,
PT. Garasindo, 2010) h.76.
11
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian untuk menyusun menjadi suatu karya
ilmiah, penulis meneliti terlebih dahulu skripsi dan tesis penelitian
sebelumnya. Beberapa judul skripsi dan tesis tersebut adalah:
1. Tesis yang berjudul Gaya Komunikasi dan Kepemimpinan dalam
menangani krisis organisasi (studi pada kepemimpinan badan
pemeriksa keuangan Repubik Indonesia periode 2004-2009 dan 2009-
2014) Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik Jurusan Pascasarjana Ilmu
Komunikasi Universitas Indonesia 2015. Pada penelitian ini sama-sama
membahas mengenai gaya komunikasi seseorang yang notabennya
pernah menjadi seorang pemimpin dalam ranah politik dan
pemerintahan, namun yang membedakan adalah penulis lebih
memfokuskan mengenai gaya komunikasi perempuan betawi.
2. Skripsi yang berjudul Tutty Alawiyah sebagai ulama perempuan
Betawi, yang ditulis oleh Anna Aynushshaalihah Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Jurusan Sastra Arab Universitas Indonesia tahun
2013. Pada penelitian ini terdapat kesamaan subyek penelitian yakni
sama-sama membahas mengenai sosok perempuan Betawi dan peran
perempuan terhadap budaya patriarki. Namun, berbeda pada obyek
peneitiannya.
12
G. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara global tentang penulisan ini, maka sistematika
penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
Penulis memulai dengan Bab 1 yaitu berisi pendahuluan yang
mencangkup dari latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
Selanjutnya, di Bab II berisi mengenai kerangka teori penelitian yang
membahas pengertian komunikasi, macam-macam gaya komunikasi, manfaat
komunikasi bagi organisasi, fungsi gaya komunikasi dalam kepemimpinan,
pemimpin dan kepemimpinan dan kedudukan perempuan dalam ranah
kepemimpinan.
Sebagai gambaran umum skripsi, di Bab III ini membahas mengenai
profile dari Sylviana Murni, latar belakang Sylviana Murni, jejak karir, karya-
karya dan pengalaman-pengalaman partisipasi Sylviana Murni dalam
kegiatan Betawi.
Pada Bab IV ini akan dibahas secara mendalam dan terperinci dari hasil
temuan dan analisis penelitian mengenai Gaya Komunikasi Perempuan
Betawi, studi pada gaya komunikasi Sylviana Murni, yang akan dihubungkan
dengan argumentasi serta teori yang terdapat dalam bab II.
Diakhiri dengan Bab V yang memaparkan dan memuat kesimpulan
penelitian dan sekaligus untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam
perumusan masalah, serta menyampaikan saran-saran dan lampiran-lampiran
yang terkait dengan penelitian.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Komunikasi
Banyak orang bercerita mengenai komunikasi. Apakah sebenarnya
komunikasi itu? Para ahli komunikasi memberikan batasan-batasan
pengertian dan definisi komunikasi antara lain:
a. Seiler (1988) memberikan definisi komunikasi yang lebih bersifat
universal. Dia mengatakan komunikasi adalah proses dengan mana
simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.1
b. Laswell, 1960, mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya
merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”,
dengan “saluran apa”, “kepada siapa”, dan dengan akibat atau hasil
apa” (who says what in which channel to whom with what effect?)2
c. William F. Glueck, dalam bukunya yang berjudul: manajemen,
menyatakan bahwa komunikasi dapat dibagi dalam dua bagian utama,
yakni:
1. Interpersonal communications, komunikasi antar pribadi yaitu
proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara
dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia.
2. Organizational communication, yaitu di mana pembicara secara
sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian
1 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) h. 4.
2 Roudhonah, Ilmu Komunikasi ( Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013) h. 19.
14
kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi-
pribadi dan lembaga-lembaga di luar yang ada hubungan.
Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila sekiranya timbul saling
pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan si penerima
informasi dapat memahami. Hal ini tidak berarti bahwa kedua belah pihak
harus menyetujui sesuatu gagasan tersebut. Yang penting adalah kedua belah
pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam hal seperti inilah baru
dapat dikatakan bahwa komunikasi telah berhasil baik (komunikatif).3
B. Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi dipandang sebagai meta-message yang
mengkonteksualisasikan bagaimana pesan-pesan verbal diakui dan
diinterpretasi (communication style can aso be viewed as meta-message as
contextualizes how verbal message should be acknowledged and interpreted).
Definisi ini menjelaskan mengapa seseorang berkomunikasi, tidak lain
berkomunikasi sebagai upaya untuk merefleksikan identitas pribadinya yang
dapat mempengaruhi persepsi orang lain terhadap identitas ini.
Gaya komunikasi dapat dipandang sebagai campuran unsur-unsur
komunikasi lisan dan ilustratif. Pesan-pesan verbal individu yang digunakan
untuk berkomunikasi diungkapkan dalam kata-kata tertentu yang mencirikan
3 A.W Widjaja, Komunikasi:komunikasi dan hubungan masyarakat (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008) h.6-9.
15
gaya komunikasi. Ini termaksud nada, volume atas semua pesan yang
diucapkan.
Barnlund memberikan interpretasi lain mengenai apa yang termasuk
dalam gaya komunikasi pribadi anda “gaya komunikasi berarti topik yang
lebih suka dibahas orang, bentuk interaksi yang mereka sukai – ritual,
jawaban yang tepat, membuka masalah pribadi – dan dalamnya keterlibatan
yang mereka butuhkan. Hal ini termasuk hal-hal yang dipercaya oleh
komunikan – vokal, verbal, dan fisik – untuk mengungkapkan informasi dan
sejauh mana hal tersebut menyatakan arti yaitu fakta dan isi emosional suatu
pesan.4
Untuk mengetahui perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika
mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan, diperlukan
pemahaman style atau gaya seseorang ketika ia berkomunikasi. Gaya
komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku
antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi
tertentu (a specialized set of interpersonal behaviors that are used in a given
situation). Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku
komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu
dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang
digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari
penerima (receiver).
Komunikasi dalam kepemimpinan sendiri terdapat banyak jenis gaya
yang dapat diterapkan. Biasanya gaya komunikasi kepemimpinan dipengaruhi
4 Larry A. Samovar, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel, Komunikasi Lintas Budaya,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2010) h. 465.
16
oleh keperibadian personal dari pemimpin dan gaya kepemimpinannya dalam
menjalankan organisasi. Gaya seorang pemimpin ini biasanya didasarkan
oleh beberapa pola dasar yakni mementingkan hubungan kerja sama,
mementingkan pelaksanaan pekerjaan dan mementingkan hasil dari
pekerjaan.
Dalam buku human communication, Stewart L. Tubbs dan Sylvia .
Moss mengungkapkan ada enam gaya komunikasi, yaitu:5
1. Controlling style
Gaya komunikasi mengendalikan (dalam bahasa Inggris: The
Controlling Style) ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud
untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan
tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya
komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-
way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication
ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan
dibandingkan upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan.
Mereka tidak mempunyai ketertarikan dan perhatian pada umpan
balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk
kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak
khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha
5 Sasa Djuasa Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka: 2003) h. 415.
17
menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain
mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan berasal dari komunikator satu arah ini, tidak
berusaha “menjual” gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih
pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The
controlling style of communication ini sering dipakai untuk
mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif,
dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demikian, gaya
komunikasi yang bersifat mengendalikan diri ini, tidak jarang bernada
negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respon atau
tanggapan yang negatif pula.
2. Equalitarian style
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan
secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi the equalitarian
style dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana
yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,
memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan
pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya
landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini
ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara
lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two way
communication).6
6 Sasa Djuasa Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka: 2003), h. 415.
18
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang
bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap
kepedulian yang tinggi serta kemampun membina hubungan yang baik
dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup
hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak
komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara
empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil
keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya
komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi
informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini memanfaatkan pesan-
pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah
yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerja serta struktur
organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada
keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi
informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur
yang berlaku dalam organisasi tersebut.
4. Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan
agresif karena pengirim pesan (sender) memahami bahwa lingkungan
pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented).7 The
dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru
7 Sasa Djuasa Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka: 2003), h. 416.
19
kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga. Tujuan
utama gaya komunikasi ini adalah menstimulasi atau merangsang
pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik.
Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan
bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup
untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. Relinquishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk
menerima saran, pendapat atau gagasan orang lain dari pada keinginan
untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender)
mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim
pesan (sender) sedang bekerja sama dengan orang-orang yang
berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti, serta bersedia untuk
bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.
6. Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah
melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari
orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan
orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar
pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut8. Dalam deskripsi
8 Sasa Djuasa Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka: 2003) h. 417.
20
yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “saya tidak ingin
dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia
mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga
mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi
dengan orang lain . oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam
konteks komunikasi organisasi.
Tabel 1.1
Gaya Komunikasi Menurut Moss
No Gaya Komunikator Maksud Tujuan
1. Controlling Memberi perintah,
butuh perhatian
orang lain
Mempersuasi
orang lain
Menggunakan
kekuasaan dan
wewenang
2. Equalitarian Akrab, hangat Menstimulasi
orang lain
Menekankan
pengertian
bersama
3. Structuring Objektif, tidak
memihak
Mensistemasi
lingkungan,
memantapkan
struktur
Menegaskan
ukuran,
prosedur, aturan
yang dipakai
4. Dynamic Mengendalikan,
agresif
Menumbuhkan
sikap untuk
bertindak
Ringkas dan
singkat
21
No Gaya Komunikator Maksud Tujuan
5. Relinquishing Bersedia menerima
gagasan orang lain
Mengalihkan
tanggung
jawab kepada
orang lain
Mendukung
pandangan
orang lain
6. Withdrawal Independen/berdiri
sendiri
Menghindari
komunikasi
Mengalihkan
persoalan
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the
equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal.
Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan
relinguishing dapat digunakan secara trategis untuk menghasilkan efek yang
bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir, yaitu:
controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi
berlangsungnya interaksi yang bermanfaat.
Cara atau gaya berkomunikasi seseorang adakalanya menjadi lebih
penting dari konten komunikasi tersebut. Hal yang sering terjadi dalam suatu
organisasi, banyak orang memahami konten dengan baik, tetapi pesan
komunikasinya tidak sampai atau tidak diterima dengan baik. Hal tersebut
terjadi karena ketidakmampuan menyampaikan pesan tersebut. Dalam hal
gaya komunikasi menjadi penting untuk diterapkan dan setiap orang memiliki
gaya komunikasi masing-masing. Tidak ada gaya khusus mengenai gaya
komunikasi mana yang lebih baik pada saat menangani krisis, karena setiap
22
pemimpin dapat menggunakan gaya komunikasi yang berbeda-beda
tergantung pada konteks dan tujuannya.9
Gaya komunikasi dapat ditinjau dari segi linguistik dan paralinguistik,
yakni karakteristik verbal yang menyertai pesan verbalnya: kecepatan
berbicara, intonasi, nada suara, kelancaran, dan sebagainya. Paralinguistik
sebenarnya merupakan salah satu aspek komunikasi nonverbal, meskipun
terkait juga dengan komunikasi verbal. Akan tetapi aspek ini penting kita
perhatikan agar komunikasi efektif. Kesalahan tekanan pada satu kata atau
suku kata dapat menimbulkan kesalah pahaman.10
C. Manfaat komunikasi Bagi Organisasi
Dalam sebuah organisasi, sangat penting untuk menjalin komunikasi
yang baik. Karena komunikasi akan sangat bermanfaat bagi berlangsungnya
sebuah komunikasi. Diantara manfaat tersebut adalah komunikasi dapat
menghubungkan semua unsur yang melakukan interelasi pada semua lapisan,
sehingga menimbulkan rasa kesetiakawanan, dan loyalitas antar sesama.
Kemudian manfaat lainnya adalah komunikasi dapat bermanfaat untuk
semua jajaran pimpinan agar dapat langsung mengetahui keadaan bidang-
bidang yang dibawahi, sehingga berlangsung pengendalian operasional yang
efisien. Komunikasi juga bermanfaat untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab semua anggota, dan melibatkan mereka pada kepentingan organisasi.
Munculah kemudian rasa keterlibatan atau sense of envolvement dan rasa ikut
9 Rikha Handayani, Tesis berjudul Gaya Komunikasi dan Kepemimpinan Dalam
Menangani Krisis Organisasi (Studi Pada Kepemimpinan BPK RI Periode 2004-2009 dan 2009-
2014), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok 2015. 10
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintasbudaya (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005) h. 154
23
memiliki, serta sense of belonging atau rasa “menjadi bagian” dari satu
kelompok. Manfaat lainnya adalah komunikasi dapat memunculkan saling
pengertian dan saling menghargai tugas masing-masing, sehingga
meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan esprit de corps (semangat
korps).
D. Fungsi Gaya Komunikasi dalam Kepemimpinan
Dalam sebuah organisasi, pemimpin adalah sebagai
komunikator. Pemimpin yang efektif pada umumnya memiliki kemampuan
komunikasi yang efektif, sehingga sedikit banyak akan mampu merangsang
partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dia juga harus piawai dalam
melakukan komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Oleh
karena itu, gaya komunikasi dari seorang pemimpin perlu diperhatiakan
dalam penerapan di ruang lingkup komunikasi organisasi.
Gaya komunikasi oleh seorang pemimpin bisa menjadi acuan dan tolak
ukur penilaian bagi pemimpin dalam menjalankan organisasinya. Secara
umum, komunikasi yang diterapkan oleh seorang pemimpin memiliki
beberapa fungsi seperti fungsi informatif, fungsi regulatif, fungsi persuasif
dan fungsi integratif. Berikut adalah manfaat dari mempelajari komunikasi
dalam kepeminpinan.11
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan
informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota
11
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group),
2006, h. 274.
24
dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti, informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh
semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu
organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan
informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan
(bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan
sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada
dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu
mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua
informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai
kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga
dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada
lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya.
b. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
25
kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan
tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak
akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya
kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
mempersuasi bawahannya dari pada memberi perintah. Sebab pekerjaan
yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Fungsi
integratif bertujuan untuk menyatukan semua elemen berada di
organisasi. Harapannya, dengan adanya fungsi integratif ini akan dapat
saling memahmi antara satu dengan yang lainnya. Terlebih akan adanya
ikatan batin yang kuat di antara sesama anggota demi terwujudnya tujuan
bersama. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus
dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan
oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan
antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun
kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan
26
keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.12
E. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
Kepemimpinan muncul bersama-sama adanya peradaban manusia;
yaitu sejak zaman nabi-nabi dan nenek moyang manusia yang berkumpul
bersama, lalu bekerja bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi
hidupnya menantang kebuasan binatang dan alam sekitarnya. Sejak itulah
tejadi kerjasama antara manusia dan ada unsur kepeminpinan. Pada saat itu
pribadi yang ditunjuk sebagai pemimpin ialah orang-orang yang paling kuat,
paling cerdas, dan paling berani. Dengan ringkas dapat dinyatakan, pemimpin
dan kepemimpinan itu dimanapun dan kapanpun juga selalu diperlukan,
khususnya pada zaman modern sekarang dan di massa mendatang.
Perkataan pemimpin/leader mempunyai macam-macam pengertian.
Definisi mengenai pemimpin banyak sekali; yaitu kebanyakan pribadi yang
meminati masalah pemimpin tersebut. Karena itu kepemimpinan merupakan
dampak interaktif dari faktor individu/pribadi dengan faktor situasi. Beberapa
definisi dapat disebutkan di bawah ini:
Pemimpin adalah seorang peribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang
lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi
pencapaian satu atau beberapa tujuan. Jadi pemimpin itu ialah seorang yang
memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang
12
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali
Pers) 1993, h. 81
27
dibawa sejak lahir), dan merupakan kebutuhan dari satu situasi zaman,
sehingga dia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan
membimbing bawahan. Dia juga mendapatkan pengakuan serta dukungan
dari bawahannya, dan mampu menggerakan bawahannya, dan mampu
menggerakan bawahan ke arah tujuan tertentu.
Henry Pratt Fairchild13
menyatakan: Pemimpin dalam pengertian luas
ialah seorang yang memimpin, dengan jalan mempraksarai tingkah laku
sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir, atau mengontrol
usaha/upaya orang lain, atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi. Dalam
pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing
memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan
akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.
John Gage Alle14
menyatakan: leader ... a guide: a conductor, a
commander” (pemimpin itu ialah pemandu, penunjuk, penuntun, komandan).
Pemimpin ialah kepala aktual dari organisasi partai di kota, dusun atau
subdivisi/bagian-bagian lainnya. Sekalipun dia itu secara nominal (pada
namanya) saja dipilih secara langsung atau tidak langsung oleh pemilih-
pemilih pemberi suara partai, secara aktual dia itu sering dipilih oleh klik
kecil atau oleh supervisor langsung dari partai. Perbedaan antara boss dan
pemimpin, sebagian besar tergantung pada metode pemilihan dan tokoh
pemimpinnya yang melaksanakan kekuasaan.15
13
Henry Pratt Fairchild, dictionary of sociology and related science, littlefield Adam &
co, Paterson, New Jersey, 1960, hal. 174. 14
John Gage Alle, Webster’s New Standar Dictionary, Mc. Laoughlin Brothers Inc., New
York, 1969, hal. 214. 15
Karini Kartono, pemimpin dan kepemimpinan: apakah pemimpin abnormal itu?, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 41.
28
Dari beberapa definisi yang dikemukakan itu dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan
atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang
dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengaruh pada pencapaian
saran-saran tertentu.
Pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan
anggota biasa lainnya. Sebab karena kelebihan-kelebihan tersebut dia bisa
berwibawa dan dipatuhi oleh bawahannya. Terutama sekali ialah kelebihan di
bidang moral dan akhlak, semangat juang, ketajaman intelegensi, kepekaan
terhadap lingkungan, dan ketekunan-keuletan. Paling penting lainnya adalah
memiliki integritas kepribadian tinggi, sehingga dia menjadi dewasa-matang,
bertanggung jawab dan susila.
F. Kedudukan Perempuan Dalam Ranah Kepemimpinan
Pemimpin dalam kelompok manapun selalu diharapkan memiliki
kelebihan dari orang-orang yang dipimpinnya. Kelebihan dimaksud antara
lain bertanggung jawab, amanah dan dapat dipercaya, berhati tulus dan
berakhlak terpuji, memiliki kemampuan intelektual, kemauan yang keras,
keberanian dan rela berkorban. Fungsi penting yang harus diperankan oleh
seorang pemimpin adalah menetapkan struktur, keadaan, ideologi, pola, dan
kegiatan kelompoknya.16
Dalam konteks islam, secara normatif perempuan sangat dimungkinkan
untuk tampil menjadi pemimpin dalam komunitas masyarakat agama, yang
16
Ralph M. Stogdill, Handbook of Leadership, Survey of Theory and Research, The Free
press, New York, 1974, hal. 26.
29
bukan hanya terdiri dari kaum perempuan, melainkan juga kaum laki-laki.
Terdapat sejumlah alasan yang memungkinkan perempuan untuk
mengembangkan potensi dan jati dirinya.17
1. Dari perspektif penciptaan, Islam mengajarkan bahwa asal penciptaan laki-
laki dan perempuan adalah sama, yakni dari tanah (saripati tanah)
sehingga sangat tidak beralasan memandang perempuan lebih rendah dari
pada laki-laki. Pernyataan ini misalnya terdapat dalam QS. Al-Mukminun:
12-16, Al-Haj: 5, dan Shad: 71.
2. Dari perspektif amal perbuatan keduanya dijanjikan akan mendapat pahala
apabila mengerjakan perbuatan yang makruf dan diancam dengan siksaan
apabila berbuat yang mungkar. Perhatikan penjelasan ayat-ayat berikut:
QS. Annisa: 24, An-Nahl: 97, Al-Maidah: 38, Annur: 2, Al-Ahzab: 35-36,
Al-An’am: 6:94, Al-Jatsiyah: 45:21-22, Yunus: 10:44, Al-Baqarah: 2:48,
Ali Imran: 3:195.
3. Dari perspektif kepemimpinan, islam secara tegas memberikan peluang
kepada keduanya untuk tampil menjadi pemimpin (QS. At-Taubah: 71.
Akan tetapi dalam realitas kehidupan nyata tidak mudah bagi
perempuan untuk meraih dan mewujudkan peluang dirinya menjadi
pemimpin. Suatu keanehan yang tidak mudah dipahami, khususnya
dikalangan Islam. Di satu pihak mereka memiliki Kitab Suci Al-Qur’an yang
berisi petunjuk tegas akan nilai-nilai kesetaraan laki-laki dan perempuan.
Akantetapi dilain pihak ditemukan begitu banyak hambatan terhadap
munculnya pemimpin perempuan dalam semua bidang kehidupan. Menurut
17
Umamatul Khaeriyah, Kepemimpinan Ulama Perempuan Dalam Tradisi Pendidikan
Pesantren, Tesis, Jakarta, 2001. h. 56.
30
Fakih (1999: 15), marginalisasi kaum perempuan tidak saja terjadi di tempat
pekerjaan, tetapi juga terjadi dalam rumah tangga, masyarakat atau kultur dan
bahkan negara.
Marginalisasi terhadap perempuan sudah terjadi sejak di rumah tangga
dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga yang laki-laki dan
perempuan. Marginalisasi juga diperkuat oleh adat maupun tafsir keagamaan.
Misalnya, banyak diantara suku di Indonesia yang tidak memberi hak kepada
kaum perempuan untuk mendapatkan waris sama sekali. Sebagian tafsir
keagamaan memberi hak waris setengah dari hak waris laki-laki terhadap
kaum perempuan.
Dari pernyataan tersebut, maka timbulah beberapa opini dan keyakinan
yang mengatakan bahwa jumlah perempuan sebagai pemimpin, khususnya
Islam, sangat terbatas, itupun biasanya hanya dijumpai dalam komunitas atau
institusi yang anggota-anggotanya adalah perempuan. Faktanya, dari berbagai
penelitian terhadap pengalaman perempuan menjadi pemimpin, terbukti
bahwa perempuan mampu meniti karir ke jenjang yang lebih tinggi.
Bahkan sampai menjadi pemimpin puncak dalam suatu negara.
Walaupun tetap tidak dapat dipungkiri bahwa kepemimpinan perempuan
dalam komunitas, khususnya Islam, masih berkutat di lingkungan perempuan.
Keberhasilan perempuan itu sangat ditunjang oleh adanya inisiatif, motivasi,
kerja keras, kemampuan intelektualitas, dan prestasi yang kesemuanya tidak
lain merupakan elemen penting profesionalisme.
Selain itu, pendidikan juga memberikan sumbangan yang besar bagi
peningkatan daya saing, produktivitas, dan profesionalisme mereka.
31
Kesimpulannya, ada dua kata kunci yang harus dikuasai kaum perempuan
sebelum jadi pemimpin, yaitu menjadi profesional dan berkualitas. Dengan
demikian tidak berlebihan jika disimpulkan bahwa sebagai sesama manusia,
perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan dalam seluruh aspek kehidupan,
mereka memiliki peluang dan tantangan yang sama, pengalaman yang sama,
kemajuan dan kompetisi yang sama.
Kalau dalam realitasnya kondisi kesetaraan itu masih sulit diwujudkan,
hal itu semata-mata hanyalah lantaran tataran demokrasi dan penerapan hak
asasi manusia masih sangat lemah. Oleh karena itu, dua landasan berpijak ini:
prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia perlu diimplementasikan
sesegera mungkin dan tentu saja dengan sebaik mungkin dalam seluruh aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara.18
18
Siti Musdah Mulia, Menuju Kemandirian Politik Perempuan (upaya mengakhiri
depolitisasi perempuan di Indonesia), Kibar Press, Yogyakarta, 2007, hal. 161.
32
BAB III
BIOGRAFI SYLVIANA MURNI
A. Latar Belakang Keluarga
Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni SH, M. Si. lahir pada 11 Oktober 1958 di
Jakarta merupakan perempuan Betawi pertama yang mendapat kepercayaan
menjabat sebagai Walikota Administrasi Jakarta Pusat. Sylvi dikaruniai putra
dan putri: Shandy Aditya, BIB. MPBS yang sekarang berprofesi sebagai
dosen Universitas Negeri Jakarta sekaligus seorang pengusaha dan putrinya
yakni Monica Andalusia, S. Ked. Yang sekarang berprofesi sebagai dokter.
Dari putra pertamanya yang menikah dengan Elina Rahmita Sofian, S. Hum,
Grad. Dip., Sylvi telah dikaruniai tiga orang cucu bernama Cherry Zaelandia
Aditya yang lahir di New Zealand pada tanggal 22 Juli 2008, Tsar
Wiranagara Aditya yang lahir di Jakarta tanggal 11 Juli 2011 dan Victoria
Annabelle Aditya. Sedangkan dari putrinya yang menikah dengan dr. Agatha
Pradana, Sylvi telah dikaruniai seorang cucu bernama Hastabrata Alaric
Pradana.
Sylvi merupakan anak ketiga dari sepuluh bersaudara, Sylvi lahir di
Jakarta pada 11 Oktober 1958, ayahnya (alm), Kol. (Purn) H. Dani
Moerdjani. ibunya (almh) bernama Hj. Ni’mah. Keduanya Betawi tulen. Ibu
dari dua orang anak dan nenek dari dua orang cucu ini, adalah istri dari
seorang pria bernama H. Gde Sardjana, Dipl. Ing. S. E, M.M. Mereka
menikah 28 tahun yang lalu yakni pada tahun 1983, dua tahun setelah Sylvi
33
dinobatkan sebagai None Jakarta 1981. Ia menjadi None Jakarta 1981 dengan
pasangan Abang Jakarta yang juga asli Betawi yakni H. Abdullah Rully.
Sylvi Merupakan puteri ketiga dari sepuluh bersaudara. Sylvi
merupakan seratus persen Betawi. H. Dani Moerdjani, sang ayah berasal dari
Rawa Bunga, Jakarta Timur. sedangkan Hj. Ni’mah, sang ibu, berasal dari
Cikini, Jakarta Pusat. Sylvi dididik dalam disiplin militer yang cukup ketat.
Maklum, ayahnya, seorang perwira TNI dengan pangkat (sebelum
meninggal) Kolonel. Dari sang ayah inilah sebenarnya Sylvi belajar tentang
disiplin dan manajemen waktu. Ketika menjabat sebagai walikota Jakarta
Pusat, Sylvi mengembangkan manajemen waktu itu dengan memperkenalkan
konsep “bekerja tanpa mengenal ruang dan waktu”.
Konsep ini menjadi lebih efektif seiring dengan perkembangan
teknologi komunikasi. Sylvi tidak hanya piawai dalam memanfaatkan
berbagai perangkat teknologi komunikasi, tetapi juga sangat lincah bergerak
di lapangan. Banyak camat dan lurah terkaget-kaget ketika mengetahui Sylvi
sudah berada di kantor mereka. Tanpa pemberitahuan, tanpa protokol.
Bahkan pernah di suatu subuh, selesai sholat, Sylvi berada di Galur bersama
Monik (Monica Andalusia, kini dokter), puterinya yang kemudian disusul
Gde Sardjana, sang suami. Mereka bertiga naik sepeda, dari menteng.
ternyata, tujuan utama Sylvi ke Galur hanya ingin memperkenalkan
lingkungan pemukiman padat penduduk kepada monik. Sylvi ingin Monik
memberi perhatian terhadap masalah-masalah kesehatan lingkungan. “dia
(Monik) kan calon (ketika itu) dokter” ujarnya meski keberadaannya di Galur
merupakan kunjungan informal, para Camat dan belasan Lurah yang
34
mengetahui Sylvi ada di Galur, berdatangan. Sylvi kemudian mengajak para
camat dan lurah masuk gang ke luar gang di kelurahan Galur. “anggap saja
olahraga pagi”, ujarnya. Sylvi ingin para lurah mencontoh Galur dalam
masalah penghijauan lingkungan pemukiman.
Sylvi rajin berkeliling dari kelurahan ke kelurahan. Bahkan tidak jarang
pula di pagi hari dia muncul bersama Hj. Tatiek Fauzi Bowo meyusuri taman.
Di suatu hari, Sylvi dan Tatiek muncul di kelurahan Cideng. “bu Sylvi ngajak
saya memetik sayur,” kata Tatiek. Ternyata disamping kantor lurah memang
terdapat kebun sayur. Ada bayam, ada sawi, cabe, terong. Sylvi memang
menganjurkan para Lurah untuk memanfaatkan setiap jengkal lahan agar
ditanami sayur. Gerakan Sylvi masuk kampung ke luar kampung itu
berdampak positif pada masalah kebersihan. Sylvi bicara langsung pada
warga “tolong ya jaga kebersihan. Jangan membuang sampah ke kali atau ke
jalan.”ujarnya, Sylvi tidak memerintah, tetapi meminta tolong. Hasilnya,
Sylvi sukses menempatkan Jakarta Pusat pada peringkat pertama nasional
dalam lomba adipura.
B. Perjalanan Karir
Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni SH, M. Si, merupakan perempuan Betawi
pertama yang mendapat kepercayaan menjabat sebagai Walikota Administrasi
Jakarta Pusat. Pengangkatan Sylvi sebagai walikota tidak ada hubungannya
dengan masalah politik atau etnis. Misalnya karena dia anak Betawi atau
karena dia cantik dan pernah terpilih sebagai None Jakarta. Tapi semata-mata
karena kinerjanya memang bagus baik ketika dipercaya menjabat sebagai
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil maupun sebagai Kepala Dinas
35
Pendidikan Dasar DKI Jakarta. Ibu dari dua orang anak dan nenek dari dua
orang cucu ini, juga pernah duduk sebagai Anggota DPRD DKI Jakarta.
Begitu pula dengan latar belakang pendidikannya, tak ada yang perlu
diragukan. Sylvi mengawali karirnya sebagai pegawai negeri pada tahun
1985. Meski tak terdengar suara-suara yang meragukan kemampuan Sylvi,
gubernur Fauzi Bowo tetap merasa perlu menegaskan sikap hati-hati
pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebelum megambil keputusan menetapkan
Sylvi sebagai Walikota. Kehati-hatian itu antara lain pengangkatannya
dilakukan melalui proses uji kelayakan oleh DPRD setelah melalui proses
internal yang dilakukan oleh BAPERJAKAT atau Badan Pertimbangan
Jabatan dan Kepangkatan. Hal ini tercermin dengan jelas melalui kata
sambutan Fauzi Bowo sesaat setelah melantik Sylvi pada 1 April 2008.
“pengangkatan dan pelantikan saudari Sylviana Murni, dilakukan dengan
hati-hati, setelah melalui observasi mendalam terhadap rekam jejak disertai
pertimbangan-pertimbangan objektif.
Proses tersebut meyakinkan saya jika saudari Sylvi memiliki kapasitas
untuk mengemban amanah kepercayaan sebagai walikota Jakarta Pusat.” Kata
gubernur Fauzi Bowo ketika itu. Sutiyoso, gubernur yang digantikan Fauzi,
menyebut Sylvi sebgai kader terbaik di antara ratusan atau bahkan ribuan
PNS yang bekerja di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. “Dia
(Sylvi) perempuan yang cerdas sekaligus kader terbaik. Dia pantas jadi
Walikota”, komentar Sutiyoso sesaat setelah menyaksikan pelantikan Sylvi.
Sylvi juga adalah PNS Pemprov DKI Jakarta yang pernah duduk
sebagai anggota DPRD DKI Jakarta dan yang pertama bergelar guru besar
36
Manajemen Pendidikan dari UHAMKA. Mengamati karir birokrasinya, sejak
15 Oktober 2010 sampai sekarang beliau menjabat sebagai Asisten
Pemerintahan DKI Jakarta, sebelumnya beliau adalah Walikota Administrasi
Jakarta Pusat (01-04-2008 sampai 15-10-2010). Tahun 2004 – 2008 sebagai
Kepala Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta, Kepala Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta (2001 sampai 2004),
kepala Biro Bina Sosial Propinsi DKI Jakarta (1999 sampai 2001).
Anggota DPRD DKI Jakarta Periode 1997 – 1999, Kepala Bagian
Kebudayaan Biro Bintal Propinsi DKI Jakarta (1995 – 1997), Kepala Subag
Seni Budaya Biro Bintal Propinsi DKI Jakarta (1991 – 1995), Kepala Subag
Pendidikan Luar Sekolah Biro Bintal DKI Jakarta (1989 – 1991), Staff
BP7/Penatar P4 Kemudian pindah ke Biro Bintal DKI Jakarta. Sylvi sampai
dengan saat ini, sebagai guru besar, masih mengajar di berbagai Universitas
sebagai dosen tetap atau dosen tamu antara lain universitas As-Syafi’iyah
Jakarta, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Borobudur Jakarta,
Universitas Athtahiriyyah juga menjadi dosen tamu pada Universitas
Indonesia dan IPDN.
Dari banyak prestasi yang diukirnya selama menjabat sebagai Walikota
Jakarta Pusat, Pelayanan Terpadu Malam Hari merupakan pelayanan yang
mendapat respon luar biasa dari masyarakat. Konsep ini dikembangkan Sylvi
dari ide Gubernur Fauzi Bowo yang meminta para Walikota melakukan
pelayanan langsung di tengah pemukiman masyarakat, “saya banyak
mengunjungi berbagai negara. Tetapi baru di Indonesia (Jakarta) ini saya
melihat ada pelayanan malam hari dengan jenis layanan begitu (23 jenis)
37
banyak”, komentar Kolonel Thay Boon Kai dari Singapura yang melihat
langsung pelayanan malam di Kelurahan Kwitang pada 27 Januari 2009.1
C. Riwayat Pekerjaan / Jabatan
a. Staf / Penatar di BP-7 DKI Jakarta tahun1985 – 1987
b. Staf Biro Bintal DKI Jakarta tahun 1987 – 1989
c. Kasubag Pendidikan Luar Sekolah Biro Bintal DKI Jakarta tahun 1989 –
1991
d. Kasubag Seni Budaya Biro Bintal Prov. DKI Jakarta tahun 1991 –
1995
e. Kabag Kebudayaan Biro Bintal Prov. DKI Jakarta tahun 1995 – 1997
f. Anggota DPRD DKI Jakarta tahun 1997-1999
g. Kepala Biro Bina Sosial Prov. DKI Jakarta tahun 1999 – 2001
h. Kepala Dinas Kependudukan & Catatan Sipil DKI Jakarta tahun 2001-
2004
i. Kepala Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta tahun 2004 –
2008
j. Walikota Administrasi Jakarta Pusat tahun 2008 – 2010
k. Asisten Pemerintahan Sekda Provinsi DKI Jakarta tahun 2010 – 2013
l. Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta
tahun 2013 – 2016
m. Dosen Pascasarjana di Universitas Negeri Jakarta tahun 2010 – saat ini
n. Dosen Tamu di UHAMKA, UI, Univ. Borobudur, Univ. Atthahiriyyah,
Univ. AsSyafi’iyyah, STPDN
1 Sylviana Murni, Database Orang Betawi, Dinas Komunikasi, Informatika dan
Kehumasan emerintah Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 2012, cet-1, h. 1079.
38
D. Riwayat Pendidikan
a. SD Baluel Jakarta Tahun 1965 – 1970
b. SMP Negeri XLIV Jakarta Tahun 1970 – 1973
c. SMA Negeri XII Jakarta Tahun 1973 – 1976
d. S1 Universitas Jayabaya Tahun 1977 – 1983
e. S2 Universitas Indonesia Tahun 1996 – 1999
f. S3 Universitas Negeri Jakarta Tahun 2003 – 2005
E. Kepengurusan / Keanggotaan dalam Organisasi Profesi
a. VDG Lions Club Indonesia Distrik 307 A1 tahun 2016 – saat ini
b. Ketua Daerah IIIA Lions Club Indonesia Distrik 307 A1 tahun 2015 –
2016
c. Ketua Kwarda Pramuka Provinsi DKI Jakarta tahun 2013 – 2018
d. Ketua Pengurus Daerah Squash Provinsi DKI Jakarta tahun 2013 – 2018
e. Presiden Lions Club Jakarta Pusat Monas Millenium tahun 2012 – 2014
f. Ketua Hubungan Pemerintahan Lions Club Internasional Multi Distrik 307
tahun 2015
g. Ketua Komite Alert Lion Club Internasional Distrik 307 A1 tahun 2014 –
2015
h. Wakil Ketua Umum I MPP Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) tahun 2012 –
2016
i. Anggota Pengurus Badan Pembina Harian UHAMKA tahun 2014 – 2018
j. Ketua Dewan Pembina Lembaga Kebudayaan Betawi tahun 2012 – 2017
k. Ketua I Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) tahun 2012 –
saat ini
39
l. Anggota Dewan Penasehat Persatuan Wanita Betawi (PWB) tahun 2010 –
2015
m. Anggota ISMAPI tahun 2009 – saat ini
n. Anggota Dewan Penasehat Bamus Betawi tahun 2008 – 2013
o. Anggota Dewan Penasehat Depidar VIII Sentral Organisasi Karyawan
Swadiri Indonesia (SOKSI) Metropolitan DKI Jakarta tahun 2007 – 2012
p. Wakil Ketua I Bid. Perkotaan & Lingkungan APEKSI tahun 2008 - 2011
q. Wakil Ketua II Pengurus Daerah PMI Prov. DKI Jakarta tahun 2007 –
2012
F. Penghargaan / Grants
a. None Jakarta Tingkat Kodya Jakarta Timur 1981
b. None Jakarta Tingkat Propinsi DKI Jakarta 1981
c. Masa Kerja 15 Tahun dari Gubernur DKI Jakarta 1999
d. Satyalancana Karya Satya 10 tahun, dari Presiden Republik Indonesia
2004
e. Wisudawan Terbaik dengan Predikat Cum Laude pada Strata III
Manajemen Pendidikan Univ. Negeri Jakarta TA 2004/2005 dari UNJ
2005
f. Lulusan Terbaik Pada Program Akta Mengajar V dari UNJ 2007
g. Penghargaan sebagai Walikota Wanita I di DKI Jakarta dari MURI 2008
h. Salah Satu dari 100 Wanita Indonesia Terinspiratif 2009 oleh Majalah
Kartini 21 April 2009
i. Penghargaan Walikota Pemrakarsa Pembersihan Halte-halte di Jakarta
Pusat dari MURI 2009
40
j. Penghargaan Ibu Kasur Award 2009 atas jasa Perhatian & Kepeduliannya
kepada Anak-anak Indonesia dari Yayasan Pena Indonesia & Mensos RI
2009
k. 5 besar terbaik pada pendidikan Lemhannas RI PPRA XLIV 2010
l. Penerima "Indonesia Digital Women Award 2013" kategori Indi
Womenprofesional (PT Telkom Indonesia) 2013
m. Penghargaan Bintang Legiun Veteran RI 2013
G. Daftar Publikasi Artikel/Jurnal
a. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan; “Pengaruh Karakteristik Sekolah,
Partisipasi Masyarakat, Iklim Sekolah dan Kemampuan Manajemen,
terhadap Keefektifan Sekolah pada SMP Negeri di DKI Jakarta”,
Balitbang Depdiknas, Jakarta, Maret 2006 Tahun ke 12, No. 059 ISSN
0215-2673
b. Jurnal Ekonomi; Pelaksanaan Pajak dan Bangunan di Provinsi DKI
Jakarta, Univ. Borobudur Jakarta, Juli 2007 Vol. XXIV ISSN 1411-3953
Terakreditasi No. 39/Dikti/ Kep/2004 Hal. 22-36
c. Jurnal Ilmiah Hukum CONSTITUTUM; “Aspek Hukum Kejahatan
Terhadap Anak”, Univ. Borobudur Jakarta, Juni 2007 Vol. 7 No. 2, Juni
2007 ISSN 1412-1786 Hal. 99-106
d. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan; Pengaruh Iklim Organisasi,
Pengetahuan Manajemen Terhadap Kinerja Kepala Sekolah, Balitbang
Depdiknas, Jakarta, Mei 2009 Vol. 15, No. 3 ISSN 0215-2673
e. Hukum Administrasi Negara (Suatu Pengantar), Bahan Ajar pada FH
Univ. Borobudur Jakarta, 2006
41
f. Hak Atas Kekayaan Intelektual, ISBN 978-979.3059.37.2, Cintya Press
Jakarta, 2007.
g. Filsafat Hukum & Etika (Suatu Pengantar) ISBN 978-979-3059-36-5,
Cintya Press Jakarta, 2007.
h. Managemen Efektivitas Sekolah, ISBN 978-979-3059-38-9, Cintya Press
Jakarta, 2007
i. Pendidikan Berbasis Masyarakat (Suatu Pengantar), Bahan Ajar pada
Univ. Negeri Jakarta, 2007
j. Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan
Daya Saing Perusahaan, Performance Appraisal Edisi Kedua, ISBN 979-
3654-54-6, Rajawali Press Jakarta, 2008.
k. Education Management; Analisis Teori dan Praktik, Rajawali Pers,
Jakarta, 2009
l. Nuju Bulanin ala Betawi, Ageng Pro, 2011
m. Pernak-Pernik Abang None Jakarta, Ageng Pro, 2011
n. Kuliner Khas Betawi, Ageng Pro, 2012
o. Data Base Orang Betawi, Ageng Pro, 2012
p. Data Base Orang Betawi Edisi Revisi, Kominfomas DKI, 2013
42
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Gaya Komunikasi Equalitarian Sylviana Murni
Gaya komunikasi Sylviana Murni yang mencerminkan gaya
komunikasi equalitarian adalah dari cara bagaimana Sylviana
mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai
dan informal dengan menyelipkan dialek Betawi ketika ia mengajak dan
menyeru dengan maksud mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Sylviana biasanya menggunakan dialek Betawi dalam kesehariannya dan
dalam sebuah pertemuan, baik dalam lingkup kecil maupun besar.
Penggunaan dialek Betawi umumnya selalu menggunakan akhiran “e” pada
tiap akhir kata.
Seperti kalimat ajakan yang dilontarkan Sylviana Murni ketika
berbicara di acara Betawi. Sylviana mengucapkan kalimat “nyok, kite jaga
budaye leluhur kite, Betawi”. Dalam kalimat ini, yang dikatakan Equalitarian
adalah karena Sylviana sering menggunakan kalimat informal1 melalui dialek
Betawi. Seperti Kata Nyok yang bermakna ayo, kata kite yang bermakna kita
dan kata budaye yang bermakna budaya. Kalimat informal umumnya
menggunakan bahasa yang tidak baku, kalimatnya tidak lengkap dan
menggunakan kata keseharian.
Kalimat “nyok, kite jaga budaye leluhur kite, Betawi”, ditujukan
Sylviana sebagai gagasan untuk disampaikan kepada orang lain agar
1 Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online dalam link
https://kbbi.web.id/informal pada Rabu, 20 September 2017, pukul 13.45 WIB
43
mencapai pengertian bersama bahwa orang Betawi harus bisa melestarikan
kebudayaannya. Dimana cara penyampaian Sylviana dengan bahasa yang
informal seperti menggunakan dialek Betawi diatas. Sylviana sering kali
mengajak masyarakat untuk bisa melestarikan Budaya Betawi. Tidak hanya
itu, dalam acara-acara tertentu, Sylviana pun terkadang melafalkan logat
Betawi ketika sedang berbicara di depan umum. Seperti melafalkan huruf “e”
dalam beberapa kata yang Sylviana lontarkan, contohnya “siape, ape kabar,
mau begimane, kudu, kite, dan lain-lain”.
Gaya komunikasi equalitarian Sylviana Murni yang bersifat informal
bukan hanya melalui dialek Betawi. Sylviana juga kerap kali menggunakan
pantun dalam penyampaian komunikasinya. Pantun adalah bentuk puisi lama
melayu Indonesia yang terdiri dari empat larik, berirama silang (a-b-a-b),
irama yang indah, dan memiliki makna yang penting. Pantun merupakan
karya yang dapat menghibur sekaligus menegur2. Umumnya pantun
digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran, karena ungkapan
tersebut disusun dengan kata-kata hingga sedemikian rupa sehingga sangat
menarik untuk didengar atau dibaca. Sebagai bagian dari masyarakat melayu,
masyarakat Betawi juga mengenal bentuk-bentuk pantun.
Ciri khas pantun Betawi adalah dari persajakannya. Kalau pola
persajakan bunyi akhir pantun dari daerah-daerah Melayu lain selalu berpola
a-b-a-b, maka pola persajakan pantun Betawi ada yang berpola a-b-a-b dan
ada yang berpola a-a-a-a. Tetapi baris pertama dan baris kedua dari pantun itu
tetap berupa sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat berupa isi pantun.
2 Hasil wawancara dengan budayawan, abang Bachtiar dari sanggar si Pitung daerah Rawa
Belong, Jakarta Barat pada hari Kamis, 29 Desember 2016, pukul 20:11 WIB.
44
Dalam masyarakat Betawi pantun memiliki banyak fungsi, diantaranya
sebagai sarana pendidikan agama, pendidikan akhlak dan budi pekerti, sarana
hiburan, sarana menyindir, mengejek, atau bercanda, dan sebagai sarana
permainan tebak-tebakan.3 Sementara itu Sylviana Murni termasuk salah satu
perempuan Betawi yang masih memakai seni tersebut dalam beberapa
pertemuan, sebagai ciri khas dari dirinya sebagai seorang perempuan Betawi.
Gaya komunikasi Equalitarian Sylviana yang terbilang santai dan
informal juga terlihat dari segi berpantun Sylviana Murni. Sylviana sengaja
membiasakan berpantun agar audiens atau pendengar tidak merasa tegang,
dan Sylviana mampu membuat suasana dingin, sekaligus membuat pendengar
terhibur. Seperti pantun yang Sylviana pernah lontarkan ketika hendak
menyampaian visi misi sebagai pemilihan calon wakil gubernur Jakarta di
balai kartini, jakarta selatan, pada minggu 27 November 2016). Pantun
tersebut sebagai berikut:
“Eh ujan gerimis aje, ikan bawal diasinin. Nyok pilih nomer satu aje,
yang laen kaga dipikirin"
Pantun diatas diketahui merupakan salah satu lagu yang dinyanyikan
oleh almarhum Benyamin Sueb, yakni salah satu aktor Betawi yang sangat
terkenal pada era 1980-an, yang kemudian dijadikan bahan pantun oleh
Sylviana. Pantun ini bersajak a-b-a-b yang bertujuan mengajak (persuasif).
Terlihat jelas dalam kalimat “Nyok pilih nomer satu aje, yang laen kaga
dipikirin”.
3 Abdul Chaer, Folklore Betawi: Kebudayaan & Kehidupan Orang Betawi (Jakarta, Masup
Jakarta 2012) h. 84
45
Konteks ini menunjukan gaya komunikasi equalitarian Sylviana Murni
yang bersifat informal dengan menggunakan bahasa informal (tidak resmi)4
pula. Hal ini bertujuan agar suasana pembicaraan yang sedang berlangsung
tidak kaku dan tidak menegangkan ketika sedang menyampaikan gagasan
sehingga muncul kesepakatan bersama. Pantun senada juga dilantunkan
ketika masa kampanye pemilihan calon Wakil Gubernur Jakarta di gang
Arab, pasar Minggu, pada Minggu 22 Januari 2017) pantunnya berbunyi:
“Indung-indung kepala lindung, hujan di Bogor di sini mendung, pilih
satu jangan bingung, coblos aje yang berkerudung”.
Seperti persajakan pantun Betawi yang dijelaskan sebelumnya, pantun
ini mempunyai persajakan a-a-a-a. Pantun diatas asalnya juga merupakan
sebuah nyanyian seperti pantun sebelumnya. Pantun ini biasa di nyanyikan
oleh seorang ibu untuk membuat anaknya tertidur. Namun disini Sylviana
memanfaatkan nyanyian tersebut sebagai bahan kampanye pada pemilihan
Gubernur DKI Jakarta 2017. Ini dilakukan agar para masyarakat dapat
menghafal ciri khas dari Sylviana Murni sebagai bakal calon wakil gubernur
DKI Jakarta 2017 melalui berpantun. Bentuk pantun ini dibuatnya untuk
mempengaruhi orang-orang sekaligus mengajak masyarakat agar beramai-
ramai memilih Sylviana menjadi wakil Gubernur DKI Jakarta. Terlihat dalam
kalimat “pilih satu jangan bingung, coblos aje yang berkerudung”.
4 Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online dalam link
https://kbbi.web.id/informal pada Rabu, 20 September 2017, pukul 13.45 WIB
46
Pantun lainnya juga diucapkan dalam acara orasi ilmiah Wali Kota
Jakarta Pusat di kampus Muhammadiyah, Kebayoran Baru)5. Saat itu ia
diberikan kesempatan untuk menjadi narasumber dalam acara tersebut.
Kemudian dalam sambutannya ia melontarkan pantun:
“Dari rumpin menangkap ikan, berangkat dari tepi dermaga. Bila
pemimpin peduli pendidikan, jalan terbuka menuju surga”.
Dalam kalimat “Bila pemimpin peduli pendidikan, jalan terbuka
menuju surge” Sylviana menyampaikan gagasannya dengan maksud
mengajak dan menyeru agar masyarakat memilih pemimpin yang peduli
dengan pendidikan, sehingga masyarakat akan mencapai kesepakatan
bersama untuk memilih pemimpin seperti itu. Hal ini menandakan bahwa
Sylviana merupakan sosok perempuan yang berbicara santai dan informal
dengan menggunakan pantun Betawinya.
Semua gaya komunikasi equalitarian Sylviana yang diuraikan dalam
bentuk pantun-pantun diatas akan sangat berfungsi dalam menjalankan
kepemimpinannya. Jika dikaitkan dengan fungsi komunikasi dalam
kepemimpinan, maka penyampaian komunikasi dalam bentuk pantun tersebut
masuk ke dalam fungsi persuasif. Dimana dalam hal ini Sylviana mengatur
organisasinya dengan mempersuasi atau mengajak anggota masyarakat untuk
bisa memilih Sylviana dalam pemilihan bakal calon wakil Gubernur DKI
Jakarta. Terlihat bahwa Sylviana lebih kepada mempersuasi / mengajak dari
pada memberi perintah yang memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
5 Dikutip dari https://jakarta45.wordpress.com/2009/09/07/tokoh-sylviana-murni-
walikota-pertama-bergelar-guru-besar/ pada Jumat, 22 September 2017, link dipublish pada Jumat,
04 September 2009, 10 WIB.
47
Hal lain yang berkaitan dengan gaya komunikasi equalitarian Sylviana
Murni yaitu gaya komunikasinya yang bersifat two way communication atau
disebut juga dengan komunikasi dua arah. Hal ini tampak pada saat rapat
berlangsung. Menurut pengakuan staf Sylviana yakni Sysi, Sylviana Murni
kerap kali terpaksa menerima telepon masuk yang dianggap sangat penting
oleh Sylviana, namun Sylviana tetap meminta izin kepada forum untuk
menerima telepon masuk tanpa memandang jabatan yang ada pada diri
Sylviana Murni. Cara permohonan izin Sylviana yang pernah diucapkannya
seperti berikut:
“maaf ya bapak ibu, ada yang menelfon saya, saya mohon izin mau
terima telepon dari kantor terlebih dulu beberapa menit, bagaimana bapak
ibu?”
kemudian para peserta rapat merespon dengan menjawab “silahkan ibu
Sylvi”. setelah diperbolehkan, barulah Sylviana menjawab panggilan tersebut.
Sifat komunikasi dua arah Sylviana ditunjukan pada kalimat “saya mohon
izin mau terima telepon” kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan
“bagaimana bapak ibu?”. Hal ini menandakan bahwa Sylviana murni
mengirimkan pesan yang kemudian mendapatkan respon balik (feedback) dari
peserta rapat. Ini bertujuan memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam
komunikasi diantara Sylviana Murni dengan para peserta rapat, yang
selanjutnya sangat menolong dalam mengembangkan relasi yang memuaskan
bagi kedua belah pihak serta kerjasama yang efektif 6
Tidak hanya itu, dari sini dapat terlihat juga bahwa Sylviana tidak
seenaknya meninggalkan forum untuk menerima telepon masuk, walaupun
Sylviana menduduki jabatan tertinggi di dalam lembaga tersebut, akan tetapi
6 Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologis, (Kanisius, 1995) h. 39
48
Sylviana tetap mengedepankan keputusan bersama (para peserta rapat),
apakah boleh menerima telepon tersebut atau tidak. Hal ini berkaitan dengan
tujuan dari gaya komunikasi equalitarian, dimana semua orang mempunyai
kesempatan yang sama karena adanya landasan kesamaan.7 Kalimat diatas
menunjukan sikap hormat Sylviana kepada siapapun yang diajak bicara
karena dalam prinsip Sylviana Murni, ketika sedang bermusyawarah, hal
kecil sekalipun akan menjadi kesepakatan bersama.
Gaya komunikasi equalitarian Sylviana Murni juga terlihat dari segi
komunikasinya kepada anggota secara pribadi. Sylviana bukan hanya
memberikan perintah atau arahan disaat jam kerja, tetapi Sylviana juga kerap
kali memberikan perhatian dengan memotivasi anggotanya / stafnya secara
pribadi guna menjalin hubungan yang baik antara ketua dengan anggota.
Biasanya Sylviana melihat psikologis stafnya terlebih dahulu sebelum
memberikan motivasi atau arahan kepada stafnya. Sysi salah satu staf
Sylviana berkata bahwa Sylviana pernah berkata kepada Sysi sebagai berikut:
“Kamu kenapa sisy? Wah pasti ada urusan rumah tangga nih.
Namanya kan kalau sudah berumah tangga pasti ada yang berbeda cara
fokusnya. Jadi Kerja kita memang harus professional. Si, kamu harus fokus,
walaupun ada urusan rumah tangga berat, jadi seorang istri atau perempuan
kalau mau maju ke depan, memang harus dengan ridho suami, suami harus
ikhlas”
Dalam kalimat tersebut, Sylviana memberikan gagasannya sekaligus
memotivasi stafnya untuk bisa fokus dan bekerja secara profesional. Ini
terbukti dalam kalimat “Jadi Kerja kita memang harus professional. Si, kamu
harus fokus”. Di sini Sylviana memberikan penegasan sekaligus
7 Sasa Djuasa Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka: 2003), h. 416.
49
mengemukakan pendapatnya bahwa dalam bekerja, seseorang haruslah
profesional. Tidak membawa permasalahan pribadi ke dalam pekerjaan. Akan
tetapi cara penyampaian Sylviana terkesan santai dan relax. Tidak dalam
keadaan emosional. Hal ini terbukti dalam kalimat “Kamu kenapa sisy? Wah
pasti ada urusan rumah tangga nih”.
Dalam kalimat tersebut Sylviana berusaha untuk membawa
pembicaraan kepada keadaan yang santai dengan bertanya sekaligus
memberikan perhatian terhadap keadaan stafnya. Ini termasuk ke dalam gaya
komunikasi equalitarian dengan menggunakan kalimat santai dan suasana
santai yang bertujuan membina hubungan yang baik antara Sylviana dengan
anggotanya.
Gaya komunikasi equalitarian seperti di atas masuk ke dalam fungsi
komunikasi dalam kepemimpinan. Dapat dikatakan, contoh di atas adalah
fungsi integratif. Karena dalam gaya komunikasi tersebut terlihat bahwa
Sylviana berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Saluran yang
dimaksud disini adalah kesempatan untuk bisa berkomunikasi secara pribadi
atau empat mata (hanya berdua dengan stafnya), dengan memberikan
masukan dan arahan. Hal ini dilakukan agar dapat saling memahmi antara
satu dengan yang lainnya. Terlebih akan adanya ikatan batin yang kuat di
antara Sylviana Murni dengan stafnya demi terwujudnya tujuan bersama.
Selain contoh di atas, gaya komunikasi equalitarian Sylviana lainnya
juga terlihat ketika Sylviana hendak memohon izin kepada atasannya. Tujuan
dari equalitarian ini salah satunya adalah keefektifan komunikasi dalam
50
memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi memilih sebuah
keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Hal ini ditandai
ketika Sylviana (masih menjabat sebagai deputi I) memohon izin kepada
Gubernur Jakarta, Basuki Cahya Purnama (atasannya) untuk bisa mengikuti
pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017, dimana Sylviana akan menjadi
pesaing atasannya sendiri di pemilihan nanti. Ia mengatakan:
“Pak Ahok, saya dilamar oleh mas Agus Harimurti Yudhoyono, saya
mohon izin. Saya mohon maaf lahir batin kalau selama saya bertugas saya
ada salah, tapi percaya pak, saya siap membantu pemprov DKI. Saya kapan
saja siap membantu”.
Dari sini terlihat, walaupun dalam pemilihan Gubernur nanti Sylviana
akan menjadi kompetitor dari atasannya sendiri, namun Sylviana masih
menjaga komunikasi yang efektif antara Sylviana dengan atasannya. Ini
dilakukan karena Sylviana menganggap dirinya masih menjadi bagian dari
staf Gubernur. Gaya komunikasi equalitarian ini menandakan adanya tindak
berbagi informasi guna membina hubungan yang baik dalam lingkup kerja.
Ini juga berkaitan dengan fungsi komunikasi. Kejadian di atas masuk ke
dalam fungsi informasi dalam kepemimpinan. Sebagai bagian dari sub
koordinator kepemimpinan, Sylviana tidak hanya berbagi informasi kepada
para anggotanya saja. Tetapi Sylviana juga harus memberikan informasi
kepada atasannya.
Walaupun status Sylviana pada saat itu adalah sebagai deputi gubernur,
tetapi Sylviana berani mengakui bahwa Sylviana juga akan turut serta dan
berpartisipasi dalam ajang pemilihan gubernur DKI Jakarta. Dimana Sylviana
yang akan menjadi lawan main atasannya sendiri. Ini menunjukan bahwa
51
Sylviana berani memberikan informasi kepada Gubernur DKI Jakarta sebagai
bentuk tanggung jawabnya yang pada saat itu masih sebagai deputi gubernur.
Ini bertujuan agar hubungan pekerjaan Sylviana dengan atasannya dapat
berjalan dengan baik.
B. Gaya Komunikasi Structuring Sylviana Murni
Gaya komunikasi structuring Sylviana terlihat ketika Sylviana Murni
memaparkan tugas yang harus dijalankan oleh seorang lurah dengan maksud
berbagi informasi mengenai apa tugas yang seharusnya dilakukan oleh
seorang lurah. Sylviana mengatakan:
“Lurah mesti mampu menyusun prioritas penyelesaian masalahnya dan
mampu mengajak serta melibatkan seluruh komponen masyarakat. Ia mesti
mampu memimpin dan menggerakan perangkat kelurahan yang disediakan
secara efektif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat segingga lurah
transparan dan akuntabel dalam pelaksanaan anggaran”8.
Dalam kalimat “Lurah mesti mampu menyusun prioritas penyelesaian
masalahnya dan mampu mengajak serta melibatkan seluruh komponen
masyarakat”, menandakan bahwa Sylviana ingin mempengaruhi lurah
dengan memberikan perhatian kepada pemantapan perintah yang ia arahkan.
Kemudian dilanjutkan dengan kalimat “Ia mesti mampu memimpin dan
menggerakan perangkat kelurahan yang disediakan secara efektif dan
responsif terhadap kebutuhan masyarakat”. Hal ini menandakan bahwa
Sylviana menginformasikan aturan dan tugas yang harus dilakukan oleh
seorang lurah sesuai dengan gaya komunikasi structuring Sylviana Murni.
8 Dikutip dari https://jakarta45.wordpress.com/2009/09/07/tokoh-sylviana-murni-
walikota-pertama-bergelar-guru-besar/ pada Jumat, 22 September 2017, link dipublish pada Jumat,
04 September 2009, 10 WIB.
52
Gaya komunikasi structuring ini masuk ke dalam fungsi informasi dan
fungsi regulasi dalam kepemimpinan. Dikatakan sebagai fungsi informasi
karena dalam kalimat “Ia mesti mampu memimpin dan menggerakan
perangkat kelurahan yang disediakan secara efektif dan responsif terhadap
kebutuhan masyarakat segingga lurah transparan dan akuntabel dalam
pelaksanaan anggaran” menunjukan bahwa Sylviana berusaha untuk
menginformasikan apa saja tugas yang harus dilakukan oleh seorang lurah.
Serta memberikan banyak manfaat dari informasi tersebut agar semua jajaran
pimpinan dapat langsung mengetahui keadaan bidang-bidang yang dibawahi,
sehingga berlangsung pengendalian operasional yang efisien.
Kemudian dikatakan terdapat fungsi regulasi dalam kalimat di atas
terlihat jelas dari pesan yang disampaikan dan siapa yang menyampaikan
pesan tersebut. Pesan disampaikan oleh Sylviana Murni sebagai walikota
Jakarta Pusat. Walikota berkedudukan sebagai atasan lurah. Sehingga
Sylviana Murni mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau
perintah, agar perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
Pesan yang disampaikan pun berisikan informasi-informasi mengenai tugas
yang seharusnya dilaksanakan oleh seorang lurah. Sehingga akan membentuk
regulasi (peraturan) masing-masing job desk (penugasan) tiap anggota.
C. Gaya Komunikasi Dynamic Sylviana Murni
Gaya komunikasi dynamic Sylviana terlihat pada saat Sylviana masih
menjabat sebagai Walikota Jakarta Selatan. Dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti, Sylviana mengatakan ada dari rekan stafnya yang kurang
53
disiplin, karena staf tersebut tidak datang tepat waktu. Disini Sylviana
mengatakan sekaligus menegaskan kepada stafnya agar selalu disiplin waktu
dan tidak mengulangi kesalahannya lagi, seperti kalimat berikut:
“eh anda ini mesti dsipilin ya! kita harus budayakan tepat waktu, karena
setiap waktu itu berharga, kita harus mengisi kegiatan dengan hal positif!”.
Hal ini bertujuan agar menstimulasi karyawan untuk bekerja lebih baik.
Namun tak jarang pula Sylviana menegur stafnya dengan bahasa daerahnya,
yakni bahasa Betawi, seperti kalimat:
“walaupun kinerja lu bagus, tapi lu kudu paham bahwa lu mesti
disiplin, lu jangan seenaknya...”.
Yang menunjukan Sylviana menggunakan bahasa daerahnya adalah
dari kata kudu yang dalam bahasa Indonesia bermakna harus, dan terlihat pula
dari kata “lu” yang dalam bahasa Indonesia bermakna kamu atau anda.
Walaupun dalam bahasa Indonesia kata “lu” mempunyai bentuk sifat yang
agak kasar, akan tetapi kata “lu” bersifat biasa saja dalam bahasa Betawi.
kalimat-kalimat seperti itulah yang biasa dilontarkan Sylviana ketika hendak
menegur stafnya. Karena menurut Sylviana ini bertujuan agar para stafnya
mengetahui bahwa Sylviana merupakan pribadi yang tegas dengan warna
Betawi-nya.
Kalimat “eh anda ini mesti dsipilin ya!” dan kalimat “lu jangan
seenaknya” menunjukan sikap agresif Sylviana. Agresif disini bermakna
cenderung (ingin) menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal atau situasi
yang mengecewakan, menghalangi, atau menghambat.9 Karena ketika staf
atau anggotanya datang terlambat, ini akan berdampak pada penghambatan
9 Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online dalam link
https://kbbi.web.id/agresif pada Rabu, 20 September 2017, pukul 16.20 WIB
54
kinerja organisasi tersebut. Sikap agresif Sylviana bermaksud menstimulasi
atau merangsang karyawannya untuk bekerja lebih cepat dan lebih baik.10
Dapat dikatakan bahwa Sylviana Murni marah dalam lingkup dimana
Sylviana memang harus marah. Dari sinilah sudah jelas terlihat bahwa
Sylviana merupakan perempuan yang profesional dalam hal pekerjaan, tidak
memandang siapapun dalam hal kedisiplinan. Sylviana juga tidak pernah
membedakan antara pimpinan dengan karyawan, atau antara ketua dengan
anggota. Akan tetapi menurut Sylviana, ketika sudah masuk dalam koridor
pekerjaan atau organisasi, tentu saja Sylviana akan bersikap tegas.
Sylviana mengungkapkan tidak ada kompromi dalam hal kedisiplinan.
Itu sebabnya Sylviana Murni bisa bertahan sampai tiga puluh tahun dalam
ranah pemerintahan. Bahkan sampai Sylviana berkali-kali naik pangkat
dengan cepat, hingga kepada pangkat istimewa. Dan dari 11 jabatan yang
Sylviana dapatkan, 10 diantaranya menunjukkan bahwa Sylviana Murni
adalah perempuan pertama yang berada dalam posisi jabatan tersebut.
Dalam gaya komunikasi dynamic disini terdapat fungsi komunikasi
dalam kepemimpinan, yakni masuk ke dalam fungsi regulasi. Hal ini nampak
dari perkataan Sylviana Murni “eh anda ini mesti dsipilin ya!” Sylviana
memberikan aturan-aturan sekaligus penegasan kepada stafnya atau
anggotanya bahwa setiap anggotanya harus disiplin, terutama disiplin waktu.
Hal ini berorientasi kepada hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh staf
Sylviana adalah disiplin waktu, dan hal yang tidak seharusnya dilakukan
adalah terlambat.
10
Sasa Djuasa Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka: 2003), h. 14
55
Dipertegas kembali dalam kalimat “walaupun kinerja lu bagus, tapi lu
kudu paham bahwa lu mesti disiplin, lu jangan seenaknya”. Ini membuktikan
bahwa tidak ada pilih kasih diantara Sylviana dengan stafnya. Walaupun staf
Sylviana bagus dalam hal kinerja, mempunyai pendidikan tinggi, atau
walaupun staf Sylviana merupakan teman dekat Sylviana Murni, namun
kedisiplinan merupakan nomer satu dalam organisasinya.
Inilah yang kemudian membentuk regulasi terhadap apa yang
seharusnya dilakukan stafnya dan apa yang tidak seharusnya dilakukan oleh
staf Sylviana Murni. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab semua anggota, dan melibatkan mereka pada kepentingan organisasi.
Munculah kemudian rasa keterlibatan atau sense of envolvement dan rasa ikut
memiliki, serta sense of belonging atau rasa “menjadi bagian” dari satu
kelompok.
Gaya komunikasi dynamic Sylviana Murni yang bersifat agresif
ditunjukan juga ketika Sylviana berbicara dalam program tamu khusus TV
One edisi Rabu, 26 Oktober 2016.11
Ia berkata:
“kalau saya ke masyarakat, udah deh kagak usah pake pencitraan,
cukup dengerin! Dengerin apa sih kebutuhan atau needsnya masyarakat?
Kemudian baru kita bahas. Dan kita juga mesti berada di tengah-tengah
masyarakat. Jangan Cuma berada di singgasana jabatan. Turun! liat
lapangan! kemudian kerja lagi di administratif. Karena keinginan saya yang
paling besar adalah tetap menjadi pelayan masyarakat. Saya ingin ketika
dipanggil Yang Maha Kuasa, saya tetap sebagai pelayan masyarakat yang
tetap peduli, tetap aware bekerja dengan hati. Karena ketika Tuhan
memberikan saya satu amanah, saya fikir, inilah satu kesempatan saya untuk
makin bermanfaat untuk lebih banyak orang”.
11
Dikutip dari program Tamu Khusus TV One dalam link https://youtu.be/jqEugPoi88c
pada Jumat, 22 September 2017, pukul 10.00 WIB.
56
Disini Sylviana mengungkapkan keagresifan dirinya yang bersifat ingin
maju dan menyerang dalam suatu kegiatan sosial yang positif. Ini terbukti
dalam Kalimat “Karena keinginan saya yang paling besar adalah tetap
menjadi pelayan masyarakat”. Kemudian ditegaskan kembali pada kalimat
“Saya ingin ketika dipanggil Yang Maha Kuasa, saya tetap sebagai pelayan
masyarakat”. Ini menunjukan bahwa Sylviana sangat agresif untuk bisa
menjadi pelayan masyarakat yang bermanfaat bagi orang banyak.
Kemudian Sylviana menjelaskan langkah-langkahnya sebagai
pemimpin, ditunjukan dalam kalimat “udah deh kagak usah pake pencitraan,
cukup dengerin! Dengerin apa sih kebutuhan atau needsnya masyarakat?
Kemudian baru kita bahas. Dan kita juga mesti berada di tengah-tengah
masyarakat. Jangan Cuma berada di singgasana jabatan. Turun! liat
lapangan! kemudian kerja lagi di administrative”. inilah yang menunjukan
sikap agresif Sylviana untuk bisa menjadi pelayan masyarakat yang
berorientasi pada tindakan.
Gaya komunikasi dynamic Sylviana Murni di atas masuk ke dalam
fungsi informasi dan regulasi dalam kepeimpinan. Sebab, dalam kalimat di
atas Sylviana menginformasikan langkah-langkah kerja dirinya sebagai
pelayan masyarakat. Terlihat dalam kutipan di atas langkah-langkah tersebut
diantaranya: “kalau saya ke masyarakat, udah deh kagak usah pake
pencitraan, cukup dengerin! Dengerin apa sih kebutuhan atau needsnya
masyarakat? Kemudian baru kita bahas. Dan kita juga mesti berada di
tengah-tengah masyarakat. Jangan Cuma berada di singgasana jabatan.
Turun! liat lapangan! kemudian kerja lagi di administrative”.
57
Gaya komunikasi dinamik ini berfungsi untuk menginformasikan
bahwa Sylviana dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti dalam
menghadapi konflik yang sedang terjadi.
Disini juga terlihat bagaimana Sylviana menunjukan fungsi regulasi
dari kalimat di atas. Nampak pada kalimat “kita juga mesti berada di tengah-
tengah masyarakat. Jangan Cuma berada di singgasana jabatan. Turun! liat
lapangan! kemudian kerja lagi di administrative”. Artinya Sylviana yang
membuat kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan
tidak boleh untuk dilaksanakan terhadap kinerja Sylviana sendri
Gaya komunikasi dynamic Sylviana dengan sikap agresifnya juga
ditunjukan ketika Ibu Sylviana menyampaikan orasinya dalam acara
pengukuhan Sylviana Murni sebagai guru besar pada Kamis, 3 September
2009 di kampus Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan. Sylviana Murni berkata:
“saya ingin menata kembali sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan
penyelenggaraan negara, memperbaiki sistem pengawasan dan mempercepat
penerapan e-government pada setiap instansi pelayanan publik merupakan
prasyarat percepatan terwujudnya clean and good governance. Saya ingin
menjadi pemimpin yang tetap bisa beraktivitas tanpa dibatasi ruang dan
waktu”12
Dalam kalimat ini Sylviana mengungkapkan cara agresif yang bersifat
maju dan menyerang dalam melakukan tugas sebagai staf pemerintah Jakarta.
Terlihat dalam kalimat “saya ingin menata kembali sistem kelembagaan dan
ketatalaksanaan penyelenggaraan Negara” dan dalam kalimat “Saya ingin
menjadi pemimpin yang tetap bisa beraktivitas tanpa dibatasi ruang dan
12
Dikutip dari https://jakarta45.wordpress.com/2009/09/07/tokoh-sylviana-murni-
walikota-pertama-bergelar-guru-besar/ pada Jumat, 22 September 2017, link dipublish pada Jumat,
04 September 2009, 10 WIB.
58
waktu”. ini berarti bahwa Sylviana sangat ingin menjadi pemimpin yang
bersih dan baik untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat
tanpa batasan.
Disini juga terdapat fungsi informasi dalam gaya dinamik ini. Karena
dalam kalimat ini Sylviana berusaha untuk memberikan informasi mengenai
tahap-tahap tugas yang akan Sylviana laksanakan sebagai pemimpin yang
baik. Seperti menata sistem kelembagaan, memperbaiki sistem pengawasan
dan mempercepat penerapan e-government pada setiap instansi pelayanan
publik. Fungsi informasi akan sangat bermanfaat untuk pengendalian
pekerjaan operasional yang efisien.
Hal senada pun disampaikan Sylviana pada program lain. Sikap agresif
Sylviana ditunjukan juga ketika Sylviana berbicara dalam program kabar
tokoh TV One yang dipublikasikan pada 9 November 2016. 13
perkataan
tersebut sebagai berikut:
“Obsesi saya adalah menjadi pelayan masyarakat dari dulu. 31 tahun
saya sebagai pegawai negeri sipil, sebagai pelayan masyarakat. Ini karunia
luar biasa, artinya ketika saya mendapat anugerah yang luar biasa dari
Allah SWT. 31 kali kalau dalam surah Arrahman, ada 31 kali ayat yang
diulang-ulang. Ini sama ya dengan karir saya 31 tahun. Itu adalah fabi ayyi
aala irabbikumaa tukadziban, nikmat Allah mana lagikah yang masih
engkau dustakan? Artinya saya diperingati oleh Allah begitu banyak
anugerah yang kau terima dariKu. Karena itu tidak ada kata lain kecuali
saya ingin mewaqafkan diri saya untuk melayani masyarakat Jakarta.
Semuanya innamal a’malu binniyat, apa yang paling-paling pas dan pantas
untuk aku niatkan. Khoirunnas anfaahum linnas manusia yang paling baik
adalah yang bermanfaat untuk orang lain, kalau kamu punya target tertentu,
artinya kamu harus berfikir bahwa kamu itu harus bermanfaat untuk lebih
banyak lagi manfaat dan lebih banyak lagi orang yang kamu beri manfaat.
13
Dikutip dari program Kabar Tokoh TV One dalam link https://youtu.be/BYzBayOpTlg
pada Senin, 25 September 2017, pukul 12.00 WIB.
59
Dalam kalimat “Obsesi saya adalah menjadi pelayan masyarakat dari
dulu” terbukti bahwa Sylviana mempunyai kemauan yang keras untuk
mengabdi kepada negaranya dengan menjadi seorang pelayan masyarakat.
Sylviana menekankan kembali keagresifan dirinya itu berlandaskan pada ayat
Al-Qur’an dan Hadits dalam kalimat “saya ingin mewaqafkan diri saya untuk
melayai masyarakat Jakarta. Semuanya innamal a’malu binniyat, apa yang
paling-paling pas dan pantas untuk aku niatkan. Khoirunnas anfaahum
linnas manusia yang paling baik adalah yang bermanfaat untuk orang lain”.
Semua kalimat-kalimat diatas yang diucapkan oleh Sylviana Murni
sangat membuktikan bahwa Sylviana mempunyai kemauan yang sangat keras
untuk bisa menjadi pelayan masyarakat. Keagresifan dirinya tersebut
diungkapkan pula dengan cara bagaimana langkah-langkah agar Sylviana bisa
mendapatkan kemauannya tersebut. Karena Sylviana mengetahui bahwa
lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented)
Sehingga orang-orang akan mengetahui dan percaya Sylviana Murni
menjalankan pekerjaannya dengan sangat baik.
D. Gaya Komunikasi Relinquishing Sylviana Murni
Gaya komunikasi relinquishing Sylviana Murni ditandai dengan
kesediaan Sylviana Murni untuk menerima saran, pendapat atau gagasan
orang lain dari pada keinginan untuk memberi perintah, meskipun Sylviana
Murni mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Sikap ini ditunjukkan ketika sedang rapat di organisasi Persatuan Wanita
Betawi (PWB). Diceritakan langsung oleh Ibu Poppy, ketua umum PWB. Ibu
60
Poppy mengemukakan bahwa Sylviana sering kali bersedia untuk menerima
menerima saran, pendapat atau gagasan orang lain daripada keinginan untuk
memberi perintah. Seperti hasil wawancara peneliti, Ibu Poppy
mengungkapkan bahwa Sylviana kerap kali berkata sebagai berikut:
“Ibu-ibu, bagaimana kalau untuk ide saya begini ...(menjabarkan ide-
ide Ibu Sylviana), setuju tidak? Kalau sudah sepakat nanti dibikin point-point
nya”.
Dalam kalimat “setuju tidak?” menandakan adanya pertanyaan yang
mengarah kepada kesediaan Sylviana memberikan kesempatan anggota lain
untuk mengungkapkan gagasan masing-masing, dari pada memaksakan
keinginan Sylviana untuk memberi perintah. Meskipun Sylviana mempunyai
hak untuk memberi perintah dan mengontrol anggota lain. Hal ini
menandakan bahwa Sylviana tidak seenaknya mengambil keputusan sendiri
melainkan mengandalkan keputusan bersama.
Dalam kalimat diatas juga terdapat fungsi gaya komunikasi dalam
menjalankan kepemimpinan. Ini masuk ke dalam fungsi integratif. Integratif
bersifat integrasi, yakni pembaruan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau
bulat.14
Maksudnya adalah komunikasi yang berlangsung dengan suatu
kegiatan untuk menyatukan semua elemen yang berada di dalam organisasi.
Dalam kalimat “Ibu-ibu, bagaimana kalau untuk ide saya begini
...(menjabarkan ide-ide Ibu Sylviana), setuju tidak? Nanti dibikin point-point
nya”. Dapat diartikan bahwa Sylviana meminta pendapat atau gagasan dari
anggotanya dengan menyatukan gagasan Sylviana dengan gagasan peserta
lain. Sehingga fungsi integratif melalui gaya komunikasi relinquishing ini
14
Dikutip pada link https://kbbi.web.id/integrasi pada hari Jumat 6 Oktober 2017 pukul
10.00 WIB.
61
akan dapat saling memahami maksud antara Sylviana dengan anggota-
anggota lainnya.
Menurut Ibu Poppy, Sylviana adalah seorang perempuan Betawi yang
apresiatif dalam organisasi. Sylviana Murni selalu memberikan arahan kepada
pengurus PWB baik yang berusia muda maupun yang berusia tua tetapi
dengan seizin pengurus sesepuh (pengurus yang usianya lebih tua) PWB juga.
Sylviana tidak pernah memberikan instruksi atau perintah kepada anggota
PWB yang usianya lebih tua darinya, namun Sylviana lebih kepada
musyawarah bersama.
Cara Sylviana membangun gagasan adalah dengan menanyakan kepada
anggota organisasi terlebih kepada anggota yang berusia tua mengenai apa
yang anggotanya tersebut inginkan terhadap organisasi PWB, setelah itu
Sylviana realisasikan keinginan tersebut dengan mengatur dan mencocokan
keadaan yang ada bersama para anggota yang berusia muda. Sehingga
komunikasi yang terjalin antara Sylviana dengan pengurus/anggota PWB,
baik yang muda maupun yang tua, dapat berjalan dengan baik dan hangat.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis dan pembahasan pada bab-bab terdahulu,
dibawah ini beberapa kesimpulan yang diperoleh oleh peneliti:
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, maka
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa dari 6 gaya komunikasi yang sudah
diungkapkan oleh Moss dalam bukunya Stewart L. Tubbs dan Sylvia, hanya 4
gaya komunikasi yang diterapkan oleh Sylviana Murni. Diantaranya yang pertama,
adalah gaya komunikasi equalitarian yang ditandai dengan kalimat-kalimat
informal, seperti memakai dialeg Betawi dan pantun Betawi pada saat
berbicara didepan umum ataupun dalam organisasi.
Gaya komunikasi equalitarian Sylviana Murni berkaitan dengan fungsi
komunikasi persuasif dalam kepemimpinan. Gaya komunikasi Sylviana
Murni yang berfungsi persuasif terlihat karena Sylviana lebih kepada
mempersuasi / mengajak dari pada memberi perintah yang memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya.
Gaya komunikasi equalitarian Sylviana juga ditandai pula dengan cara
komunikasi dua arah Sylviana Murni (two way communication) baik kepada
bawahan maupun ke atasan. Dimana hal ini berfungsi sebagai fungsi
integratif. Karena dalam gaya komunikasi tersebut menunjukan adanya usaha
Sylviana Murni untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan
dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
63
Kemudian yang kedua, adalah gaya komunikasi structuring Sylviana
yang ditandai dengan memantapkan perintah kepada seseorang dengan tujuan
berbagi informasi demi sebuah tujuan organisasi. Seperti ketika Sylviana
Murni melakukan perintah kepada beberapa lurah untuk bisa bekerja lebih
baik lagi. Gaya structuring dalam kepemimpinan ini masuk ke dalam fungsi
informasi dan fungsi regulatif.
Hal ini dilihat dari pesan yang disampaikan dan siapa yang
menyampaikan pesan tersebut. Pesan disampaikan oleh Sylviana Murni
sebagai walikota Jakarta Pusat. Walikota berkedudukan sebagai atasan lurah.
Sehingga Sylviana Murni mempunyai kewenangan untuk memberikan
instruksi atau perintah, agar perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. Pesan yang disampaikan pun berisikan informasi-informasi
mengenai tugas yang seharusnya dilaksanakan oleh seorang lurah. Sehingga
akan membentuk regulasi (peraturan) masing-masing job desk (penugasan)
tiap anggota.
Kemudian yang ketiga, adalah gaya komunikasi dynamic, yang ditandai
dengan sikap agresif Sylviana Murni. Seperti ketika Sylviana memarahi
staffnya tanpa pandang bulu karena tidak disiplin dalam bekerja. Gaya
komunikasi dynamic Sylviana Murni ini berfungsi sebagai fungsi regulasi
dalam kepemimpinan. Dimana sikap tegas dan agresif Sylviana dalam bekerja
akan membentuk regulasi terhadap apa yang seharusnya dilakukan stafnya
dan apa yang tidak seharusnya dilakukan oleh staf Sylviana Murni. Hal ini
bermanfaat untuk meningkatkan rasa tanggung jawab semua anggota, dan
melibatkan mereka pada kepentingan organisasi.
64
Kemudian gaya komunikasi Sylviana Murni yang terakhir adalah gaya
komunikasi relenqueshing. Gaya Komunikasi ini ditunjukkan ketika sedang
rapat di organisasi Persatuan Wanita Betawi (PWB). Sylviana sering kali
bersedia untuk menerima saran, pendapat atau gagasan orang lain dari pada
keinginan untuk memberikan perintah. Gaya komunikasi ini berfungsi
sebagai fungsi integratif.
Sylviana dapat menyatukan gagasan Sylviana dengan gagasan peserta
lain. Dimana semua gagasan atau pendapat akan membentuk pembaharuan
ide hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat dengan menyatukan semua
elemen yang berada di dalam organisasi. Sehingga fungsi integratif melalui
gaya komunikasi relinquishing ini akan dapat saling memahami maksud
antara Sylviana dengan anggota-anggota lainnya. Semua gaya yang di
terapkan mempunyai ciri khas tersendri dari Sylviana Murni sesuai dengan
sifat dan karakteristik yang ada pada seorang perempuan Betawi.
B. Saran-saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti memberikan
saran berkenaan dengan penelitian yang telah dilakukan, yaitu:
Dalam sebuah organisasi, pemimpin adalah sebagai
komunikator. Sehingga sudah seharusnya seorang pemimpin
memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, sehingga sedikit banyak
akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya.
Pemimpin juga harus piawai dalam melakukan komunikasi baik komunikasi
verbal maupun non verbal. Oleh karena itu, gaya komunikasi dari seorang
pemimpin perlu diperhatiakan dalam penerapan di ruang lingkup komunikasi
65
organisasi. Gaya komunikasi seorang pemimpin bisa menjadi acuan dan tolak
ukur penilaian bagi pemimpin dalam menjalankan organisasinya. Seperti
gaya komunikasi yang diterapkan oleh Sylviana Murni.
Walaupun Sylviana Murni adalah seorang pemimpin dari kalangan
perempuan, akan tetapi Sylviana Murni dapat menyeimbangkan gaya
komunikasi yang dilakukan terhadap para karyawan dan stafnya untuk bisa
membentuk sebuah organisasi atau lembaga yang harmonis, bekerja sama
dengan baik, dan mampu menjalankan visi misi dengan kompak. Maka dari
itu, sudah seharusnya para pemimpin-pemimpin lainnya juga patut untuk
menerapkan gaya komunikasi yang baik dan benar agar organisasi berjalan
baik sebagaimana mestinya, dan fungsi sebuah kepemimpinan dapat
diterapkan dengan benar.
66
DAFTAR PUSTAKA
Alle John Gage, Webster’s New Standar Dictionary, Mc. Laoughlin
Brothers Inc., New York, 1969.
Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta, Kencana Prenada Media
Group 2006).
Chaer Abdul, Folklore Betawi: Kebudayaan & Kehidupan Orang Betawi
(Jakarta, Masup Jakarta 2012).
Fairchild Henry Pratt, dictionary of sociology and related science,
littlefield Adam & co, Paterson, New Jersey, 1960.
Handayani Rikha, Tesis berjudul Gaya Komunikasi dan Kepemimpinan
Dalam Menangani Krisis Organisasi (Studi Pada Kepemimpinan BPK RI Periode
2004-2009 dan 2009-2014), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia, Depok 2015.
Kartono Karini, pemimpin dan kepemimpinan: apakah pemimpin
abnormal itu?, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
Khaeriyah Umamatul, Kepemimpinan Ulama Perempuan Dalam Tradisi
Pendidikan Pesantren, Tesis, Jakarta, 2001.
Moleong, Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosada Karya, 2000).
Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005).
Mulia Siti Musdah, Menuju Kemandirian Politik Perempuan (upaya
mengakhiri depolitisasi perempuan di Indonesia), Kibar Press, Yogyakarta, 2007.
67
Mulyana Deddy, Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintasbudaya
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005).
Murni Sylviana, Database Orang Betawi, Dinas Komunikasi, Informatika
dan Kehumasan emerintah Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 2012.
Raco J.R, Metode penelitian kualitatif jenis, karakteristik, dan
keunggulannya (Jakarta, PT. Garasindo, 2010).
Roudhonah, Ilmu Komunikasi ( Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013)
Samovar, Porter, Edwin, McDaniel, Komunikasi Lintas Budaya, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010).
Sendjaja Sasa Djuasa, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka:
2003).
Stogdill Ralph M, Handbook of Leadership, Survey of Theory and
Research, The Free press, New York, 1974.
Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologis, (Kanisius,
1995).
Sutrisno Hadi, Metodologi Research. (Yogyakarta: Andi offset, 1989).
Thoha Miftah, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya,
(Jakarta: Rajawali Pers 1993)
Widjaja A.W, Komunikasi:komunikasi dan hubungan masyarakat
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008)
Winarno Surahma, Dasar-dasar teknik penelitian. (Bandung: CV Tarsita,
1989).
68
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online dalam link
https://kbbi.web.id/informal pada Rabu, 20 September 2017, pukul 13.45 WIB
Dikutip dari https://jakarta45.wordpress.com/2009/09/07/tokoh-sylviana-
murni-walikota-pertama-bergelar-guru-besar/ pada Jumat, 22 September 2017,
link dipublish pada Jumat, 04 September 2009, 10 WIB.
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online dalam link
https://kbbi.web.id/agresif pada Rabu, 20 September 2017, pukul 16.20 WIB
Dikutip dari program Tamu Khusus TV One dalam link
https://youtu.be/jqEugPoi88c pada Jumat, 22 September 2017, pukul 10.00 WIB.
Dikutip pada link https://kbbi.web.id/integrasi pada hari Jumat 6 Oktober
2017 pukul 10.00 WIB.
Dikutip pada link http://www.fatihsyuhud.net/pemimpin-wanita-dalam-
islam/#easy-footnote-bottom-26 diakses pada hari Kamis, 2 Februari 2017, pukul
13.30
Hasil wawancara dengan budayawan, abang Bachtiar dari sanggar si
Pitung daerah Rawa Belong, Jakarta Barat pada hari Kamis, 29 Desember 2016,
pukul 20:11 WIB.
HASIL WAWANCARA DENGAN IBU SYLVIANA MURNI
Hari, tanggal : Senin, 10 April 2017
Alamat : Kavling Marinir BillyMoon Blok AA2 No. 1-2 Pondok Kelapa,
Duren Sawit, Jakarta Timur
Waktu : pukul 10.00 – 12.00 WIB
Skrip Perkenalan dengan Ibu Sylviana Murni
Saya orang betawi asli, bapak saya dari Jatinegara, ibu saya dari Cikini.
Saya 12 bersaudara, keguguran 2 jadi tinggal 10, perempuan 9 dan satu laki-laki.
Saya pernah buat buku tentang database orang Betawi, sudah masuk sampai revisi
kedua bersama teman-teman, pernak-pernik abang dan none jakarta, karena saya
pernah meraih abang none jakarta timur tahun 1981 dan tingkat DKI juga meraih
none tahun 1981, dan pada saat itu juga kebetulan abang dan none dua-duanya
adalah orang Betawi. Pasangan saya adalah H. Abdullah Rully, selain itu saya
juga membuat buku nujuh bulanin ala Betawi dan kuliner Betawi. Sebenarnya
saya mempunyai niat beberapa buku lagi selain di samping buku ilmiah yang saya
keluarkan ada sekitar 14 – 16 buku, tapi kalau yang Betawi sekitar itu, tapi
insyaAllah saya akan terus melakukan upaya-upaya penggalian tentang budaya
Betawi.
Apa saja usaha Ibu Sylviana dalam berpartisipasi di dunia Kebetawian?
Jawab:
Saat saya mahasiswa saya menjadi anggota keluarga mahasiswa Betawi
sebagai ketua bidang ekstern atau wakil ketua umum keluarga mahasiswa betawi.
Bahkan saat saya menikah saya juga berusaha untuk bagaimana, ketika kita
melihat Condet, Condet bisa dibilang sewaktu tahun 1970-an pak Ali Sadiqin
membuatnya menjadi cagar budaya, tapi sekarang ternyata sudah menyimpang
jauh ke tujuan awal, sudah banyak gedung-gedung permanen yang modern dan
sebagainya. Kemudian kita bersama dengan tokoh Betawi pada saat itu ada IDM
Agus Bisri, ibu sun’an andris, ada ibu cucu sulaeha nasidin. Kita berempat
mencari sebuah lahan yang bisa menjadi sebuah perkampungan budaya Betawi.
Maka Alhamdulillah yang sekarang sudah jadi dan dalam lagi proses
finalisasi, yaitu perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Saya mencari
bagaimana betul-betul Betawi ini punya ruang kehidupan, bagaimana ada
masyarakatnya, ada budaya nya, dan segala macam, dan alhamdulillah homestay-
nya (kampung tetap), sudah ada budaya Betawinya, sudah ada yang modernnya,
sudah ada yang namanya amfi teaternya, di Setu Babakan dan terus menerus saya
kebetulan sebagai ketua kuartir daerah gerakan pramuka DKI Jakarta selalu
menghimbau para pramuka ini untuk mengenal lebih jauh tentang budaya Betawi
yang menjadi akar budaya Ibu Kota Jakarta, saya sering ajak seperti ikut jambore
nasional kemarin, jambore daerah, mudah-mudahan ini sebagai sebuah
pengembangan budaya Betawi.
Saya membentuk Organisasi Persatuan Wanita Betawi (PWB) itu memang
lahir dan saya yang membidangi sendiri, saya buat anggaran dasar, angaran rumah
tangga, kemudian saya mengumpulkan beberapa teman dan akhirnya sampai saya
membentuk organisasi wanita Betawi. Saya pernah menjadi Sekertaris Jendralnya
PWB selama 10 tahun 2 periode, tapi saya tidak pernah menjadi ketua umum
karena saya masih menjadi pejabat di pemerintah daerah, saya rasa tidak bisa jika
menjadi ketua umum, tapi kalau untuk sekertaris jendral saya siap.
Ketika Saya menjadi asisten pemerintahan sampai saya deputi gubernur
saya selalu mencoba menggali di pemprov DKI, saya 31 tahun di pemprov DKI
contohnya adalah ketika pada jaman pak jokowi ingin menggunakan pakaian
Betawi, saya menghimbau menghimpun para ahli, kemudian kita me-launching
(meresmikan), bahwa ini loh pak pakaian yang bisa dipakai sekitar 80.000an PNS.
Satu hari diantara 5 hari kerja memakai baju budaya Betawi. Jadi kita pakai baju
kerancang Betawi dengan nuansa Betawi kemudian yang laki-laki memakai baju
koko kemudian kain biasa hitam dan pakai peci, sehingga betul-betul warna di
pemprov DKI ini menjadi warna Betawi yang memang based (dasar) dari budaya
Betawi di DKI Jakarta
Saya juga selalu berusaha memembuat kegiatan-kegiatan yang bernuansa
Betawi termaksud saya ikut mendorong bagaiamana kalau orang mau membikin
IMB itu harus ada persyaratan bahwa ada ornamen kah, atau ada sisi-sisi yang
jelas-jelas bernuansa Betawi pada saat orang ingin mengajukan IMB. Kemudian
setiap kegiatan saya selalu berkolaborasi, misalnya dulu ada kegiatan namanya
saur kesange, itu adalah sehari sebelum hari raya nyepi. Itu saya buat karna saya
walikota jakarta pusat pada tahun 2008, saya bikin kegiatan sehari sebelum nyepi
jadi untuk menghilangkan bala lah (kepercayaan orang bali itu).
Kemudian saya membuat tapi saya kolaborasikan dengan budaya Betawi
ada nuansa bali tapi disana ada ondel-ondel kemudian ada samrah, ada segala
macem. Jadi selalu dimanapun saya berada saya membawa budaya Betawi bahwa
ini adalah basic culture dari masyarakat Jakarta bagaimanapun dia harus hidup
dan berkembang. Saya sedih ya kalau melihat ada ondel-ondel yang dijalan-jalan
trus minta uang itu sedih, seandainya sanggar-sanggar hidup, sanggar-sanggar
sebenarnya sudah banyak sekali tetapi kenapa ko Pemprov DKI tidak
memanfaatkan sanggar-sanggar ini dengan sangat serius. Saya berfikir kalau saya
menang dalam pilkada kemarin itu akan menjadi program saya, bahwa sanggar-
sanggar di kelurahan-kelurahan harus hidup sehingga mereka tidak perlu lagi
mengamen tapi sudah ada dalam RT dan RW.
Saya juga termaksud yang senang sekali ada nya bahasa Betawi menajadi
bahasa gaulnya orang Jakarta, karena dulu saya masuk tim berbahasa Indonesia
yang baik dan benar. Tetapi saya fikir ini bahasa Betawi juga bagian dari bahasa
gaul artinya kontribusi masyarakat Betawi terhadap dunia pergaulan itu sangat
bagus dan signifikan. Saya menjadi juri abang none hampir setiap tahun. Baik di
wilayah maupun di DKI, kemudian setiap event-event apapun yang di pemprov
dki saya minta supaya kuliner nya ada nuansa Betawinya kemudian tari-tarian
selamat datang nya ada nuansa Betawi.
Jadi saya selalu memasukkan unsur Betawi, kenapa? Bukan karena saya
orang betawi bukan pula keran saya deputi gubernur bidang budaya dan
pariwisata tapi memang sudah seharusnya orang mengangkat bahwa budaya
Betawi ini menjadi dasar budaya ibu kota negara, jadi orang gak lupa bahwa
Jakarta ini punya asli budayanya, apa? Betawi. Itu yang saya ingatkan dimanapun
saya berada, Sampai hari ini saya masih tetap diminta untuk mengembangkan
budaya Betawi, termasuk juga kumpulan-kumpulan organisasi Betawi, termasuk
juga saya mengisi persatuan perkampungan budaya Betawi, itu saya masih isi
dengan pemikiran dan ide-ide bagaimana mengembangkan budaya Betawi.
Seperti apa sih gaya komunikasi ibu sylvi ketika ibu berkomunikasi kepada
orang banyak?
Jawab:
Yang pasti saya akan melihat audiensnya, siapa yang hadir? Kalau saya
sedang paparan di kota tua pasti saya pakai bahasa inggris, misalnya ketika saya
diundang ke Amsterdam untuk menyampaikan bagaimana heritage (warisan) kota
jakartasaya pasti pakai bahasa inggris, kemudian ketika saya sering menjadi
komunikator di berbagai negara dalam rangka menstriming gender saya pasti
pakai bahasa inggris, tapi ketika saya dalam ranah komunitas intelektual seperti
dikampus atau semacamnya, pasti saya memakai bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Kalau dalam pergaulan saya pasti memakai bahasa Indonesia tapi mesti
saya sisipkan bahasa Betawi, jadi memang dari dulu orangtua saya mengajarkan
bahwa gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar tetapi tidak boleh
melupakan bahasa ibu (daerah :Betawi).
Ada yang selalu diajarkan oleh bapak saya, yaitu dulu di koran Postkota
ada cerita pendek, cerita bersambung, namanya cerbung itu pakai bahasa Betawi,
judulnya Jampang , kemudian ada Si Pitung. Nah itu tiap papa pulang kerja itu
selalu saya disuruh membaca. Jadi sekarang saya tahu istilah-istilah yang gaul
seperti “mak dirodok lu” nah itu kan bahasa-bahasa gaul yang jarang muncul yang
gak bagus artinya, minus. tapi saya tahu oh ini artinya ini atau itu. Sampai saya
sendiri juga kadang-kadang gak bisa ngomong yang terlalu Betawi, seperti
orangtua yang lagi ngomelin anaknya ngomong “mao mampus lu!” nah itu yang
diajarkan papa saya agar tidak boleh seperti itu. Karena setiap omongan itu adalah
doa. Saya tuker jadi Seperti “kamu bandel banget sih”, saya tuker jadi bahasa
yang normatif tetapi saya berusaha untuk mengambil bahasa yang positifnya
kemudian juga yang penting saya tidak menggunakan bahasa Betawi yang sering
digunakan bersifat minus.
Kalau untuk komunikasi Ibu Sylvi ke organisasi? Bagaimana cara ibu
menjaga keharmonisasian antar anggota? Atau mengkonstruksikan
perintah?
Jawab:
Seperti gini waktu saya di walikota “eh anda ini harus dsipilin ya!” karena
kita harus tepat waktu kita harus mengisi kegiatan yang positif “tapi lu mesti
ngerti ya, bahwa..”, kadang-kadang kalau ada penekanan saya juga menggunakan
bahasa Betawi karna bahasa Betawi kan sekarang menjadi bahasa gaul. “tapi lu
harus ngerti bahwa lu mesti disiplin, lu jangan seenaknya”, nah itu kalimat-
kalimat seperti itu biasa saya keluarkan. Jadi orang tau bahwa saya pribadi adalah
orang Betawi. Ya sama lah kalau kita ke Jawa Barat seperti: “sampurah sun,
lampes”, nah saya juga mengerti cara-cara seperti itu. Saya juga menggunakan
salam “assalamualaikum” orang Betawi punya, tapi dalam bahasa-bahasa tertentu
saya juga menggunakan hal-hal yang memang sering kali atau kerap dilakukan
oleh orang Betawi.
Bagaimana cara ibu menerima masukan dari orang lain?
Jawab:
Saya kalau marah, pasti marah betul. Kan jabatan saya sudah paling tinggi,
yaitu 4E, nah sehingga ketika saya memasuki pensiun juga saya sudah selesai
urusan saya. Kemudian pangkat juga saya sudah paling tinggi, pendidikan juga
sudah professor, saya meninggalkan dunia birokrasi tuh sudah selesai urusannya.
Memang saat itu saya sudah di kampus, dari tahun 1990 an juga saya sudah di
kampus. Sudah menjadi manggala. Kan saya sangat tegas, maksudnya adalah
ketika ada orang yang terlambat datang, saya bisa sangat tegas mengatakan
“keluar kamu!”, kemudian dia keluar. Tetapi setelah itu saya panggil dia saya
kasih pengertian ke dia kalau saya tidak tegas dengan anda orang lain pasti sudah
tidak menghargai saya. Saya harus memperlakukan ini walaupun anda sahabat
saya, setelah itu makan bareng.
Nah makanya itu setelah itu tidak marah lagi. Saya hanya marah dalam
lingkup dimana saya memang harus marah. Nah kalau dari segi bergaul saya tidak
pernah membedakan, oh saya pimpinan, atau apa, termaksud dengan anak-anak
organisasi. Tetapi ketika sudah masuk dalam koridor yang seharusnya saya tegas
ya saya tegas, itu saya tidak kompromi kalau soal itu. Itu sebabnya saya bertahan
sampai tiga puluh tahun, sampai saya naik pangkat cepat, saya tiga kali naik
pangkat istimewa. Dan dari 11 jabatan saya, 10 diantaranya adalah saya
perempuan pertama di jabatan itu. Jadi saya bersyukur karna saya pegang
komitmen. Motto dalam hidup saya itu, be smart, work hard, with hard. Kerja
keraslah dengan cerdas tetapi dengan hati.
Nah kalau pakai otak kiri aja itung-itungan plus minus tapi kita juga pakai
hati. Otak kanan kita juga harus jalani, based on 2R: regulasi (kalau kamu ingin
semangat di dunia) dan religioun (kalau kamu mau semangat di akhirat). Nah
seperti inilah yang menurut saya ini penting sekali. Supaya kita hidup tidak hanya
untuk dunia tetapi juga bekal untuk akhirat.
Bagaimana cara ibu terbuka dengan orang lain dan berpenampilan di depan
orang banyak?
Jawab:
Yang pasti dulu saya tidak berjilbab, kemudian sejak saya nyampang
dengan perjalanan hidup saya, saya baru berjilbab sekitar tahun 2012 jadi asisten
pemerintahan. Saya pulang haji yang kedua, ketika saya menjadi khafilah haji, di
Pemda DKI, kemudian saya akhirnya pulang pakai jilbab. Dulu waktu saya haji
tahun 1994 saya sudah pakai tapi saya hanya pakai separuh, jadi kelihatan jambul,
saya sepertinya dulu belum siap tapi sepanjang perjalanan. Tapi saya bersyukur
anak saya dia sudah master, dan dia hidup di luar negeri tujuh tahun sambil dosen
tetapi dia juga tukang roti, dia juga agen tunggal long board dari cikago dia juga
punya barbershop (salon), dia memang mandiri anak saya yang pertama.
Anak saya yang kedua dokter spesialis, kami membuatkannya kos kosan,
mulai dia dari SMA sudah kita kasih dia untuk ngolah. Sampai dia dokter dia
tidak pernah minta uang dengan saya kecuali dari mengelola itu,karena kita ingin
dia mandiri dan ingin dia tidak berfikir minta uang dengan orangtuanya, sama
anak saya dua-duanya saya perlakukan hal yang sama. Bapak ibu saya
mengajarkan bagaimana saya hidup itu harus berada di dunia modern, bahkan
saya harus one step (satu langkah) dari dunia yang saya alami.
Seperti dulu, mungkin dulu orang susah dansa tapi saya diajari dansa sama
papa saya tapi yang namanya saya ngaji itu hampir mau kawin besok saya masih
madrasah. Tapi saya diajari dansa diajari kuis diajari main ke night club, melihat
bagaimana kehidupan malam, jadi anak saya pun saya perlakukan yang sama
sehingga ketika dia berada di luar negeri dia gak minum, dia masih puasa senin-
kamis, kemudian dia tidak free-sex, seperti itu. Jadi memang saya ajari betul
bahwa peganganmu dimana pun kamu berada hanya agama. Kamu tidak bisa
hanya bergantung kepada ibu bapakmu, karena ibu bapakmu tidak ada, tidak
nempel terus dengan kamu. Semua akan kembali kepada Allah. Malaikat kiri
kanan, Rokib Atid akan melihatmu. Sini saya ajarkan sebagaimana orangtua saya
mengajarkan saya. Sehingga biar tidak ada papah atau mamah saya tetap ada rasa
takut. Itu yang diajarkan. Dan saya kalau dibilang modern saya tahu lagu merried,
lagu poco-poco, apa aja tarian hampir bisa.
Saya bisa ikuti irama-irama itu atau gaya anak-anak , tapi saya juga bisa
ngaji saya bisa ceramah, saya bisa fiqih, tauhid, tajwid, karena memang papa saya
mengajarkan saya bahwa saya bisa hidup dimanapun saya berada dan saya bisa
diterima di semua pihak termasuk juga papah pernah mengajarkan begini, kalau
kamu nih, misalnya kamu ahli hukum, tapi kalau kamu hanya tahu hukum tetapi
tidak mengerti nuklir, walaupun sedikit, kamu tidak ngerti IT walaupun sedikit,
kamu akan ditinggal oleh mereka. Ketika ada kelompok nuklir kamu gak tau,
ketika ada anak IT kamu gak ngerti, untuk hukum kamu memang dominan, tetapi
kamu tidak tahu semua (generalist). Nah itu yang saya tanamkan. Caranya
bagaimana? Baca. Makanya anak saya sampai cucu saya. Saya punya cucu 4, dari
anak saya yang pertama 3 dari yang kedua satu.
Saya katakan bahwa dalam bergaul harus bisa diterima oleh semua pihak.
Kita harus sering membaca. Anak saya gadget semua sampai cucu sayapun
demikian, tetapi ada waktunya. Anak saya yang pertama sangat disiplin mengatur
waktu. Dia bisa mengulik di youtube. Umur 2 tahun dia sudah bisa berenang di 2
meter, yang perempuan. Jadi memang semua harus serba bisa. Karna kita kan
dibutuhkan dimana saja harus serba bisa.
Saya dengan anak dan cucu saya, sangat dekat sekali tetapi saya jug bisa
sangat tegas. Dan saya bisa menghukum kalau memang dia salah. Tetapi saya
juga bisa minta maaf. Saya memang dididik untuk open mind (terbuka). Karna
dari kecil kita punya meja demokrasi. Karna saya 10 bersaudara, saya punya kursi
12 (dengan orangtua), kemudian kita dialog disana. Jadi ketika makan itulah
saatnya kita berdialog. Saya bisa debat papa saya dengan cara yang santun dan
beretika, seperti halnya point of order, interruption, itu semua saya lakukan sama
di meja demokrasi kami.
Seperti halnya ketika saya mau kemping, tetapi dia bilang tidak boleh
kemping ya menunggu lagi kemping berikutnya. Saya selalu mencari bahan debat
saya, apa itu kemping, apa manfaatnya, supaya saya bisa berdebat, sampai papa
mengatakan iya, dan boleh pergi kesana, karena saya bisa meyakinkan. Kamu bisa
orangtua percaya. Itu yang ditanamkan peradaban budaya kita, budaya demokrasi
dari kecil. Makanya saya berani menyampaikan itu. Ketika saya memasuki
pilkada pun saya berani menyampaikan ke pak Ahok, “pak Ahok, saya dilamar
oleh mas Agus Harimurti Yudhoyono, saya mohon izin.”, kemudian pak Ahok
berkata, “iya saya juga pengen ngelamar bu sylvi, tapi kan saya tergantung dengan
partai.” Saya berani mengemukakan itu. “saya mohon maaf lahir batin kalau
selama saya bertugas saya ada salah, tapi percaya pak, saya siap membantu
pemprov DKI. Saya kapan saja siap membantu.”,
Bagaimana gaya berbusana Ibu Sylvi di depan umum yang menunjukan
Betawi?
Jawab:
Ada event-event (acara) yang harus menampilkan budaya Betawi, saya
pasti tampilkan budaya Betawi. saya pakai baju perancang yang benar-benar
Betawi, dan saya punya beberapa pasang. Tetapi ketika saya harus bergaul, vice
district governmance di lions club international. Yang orang lain mengatakan
lions club ini yahudi, segala macem, tapi saya masuk, saya ingin mewarnai . saya
tidak terganggu tuh aqidah saya, saya tidak melihat ada tangan-tangan yahudi di
sana, saya tetap berorganisasi dengan baik dan segala macam.
Nah ketika saya disana saya tunjukan bahwa saya tetap menutup aurat,
saya tetap menunjukkan bagaimana santunnya orang Betawi dan Islam, bergaul,
merangkul semua, open mind, kalau mereka punya pikiran yang baik kenapa kita
tidak terima. Jadi kalau saya harus pakai baju Nusantara, pilihan saya pasti baju
Betawi. Tidak pilih yang lain, dan tidak semua event. Saya tahu harus bagaimana,
karena saya punya segmen masyarakat yang saya gauli itu berbeda-beda sekali.
Beragam betul. Saya masih bisa pakai jins, saya masih bisa pakai segala macem,
tetapi tetap dalam proses yang tertutup.
Bagaimana cara mengangkat perpektif perempuan betawi?
Jawab:
Tunjukan dalam diri kita sendiri, saya orang Betawi loh, saya tidak takut
untuk mengatakan bahwa saya orang asli Betawi. Dan juga saya suka berpantun,
seperti “cikini si gondangdia, aku begini karena dia”, saya juga ajak anak-anak,
saya ajari anak-anak bagaimana cara berpakaian Betawi. Selain itu, dimanapun
saya selalu katakana “I’m Betawian”, kita tunjukan bahwa kita orang Betawi dan
baik, sehingga orang tau, oh orang betawi lucu ya, humoris ya, orang Betawi tuh
gaul ya. Kalau orang Betawi itu nyablak, kerjaannya maki-maki orang, lah itu kan
merusak, nah saya ingin menunjukan bahwa saya tuh orang Betawi yang bisa jadi
contoh untuk orang lain.
Kan saya dari SMP sudah di organisasi, sudah di karangtaruna, dari kecil
memang saya kerja di luar terus, tetapi saya tunjukan, bahwa saya pulang-balik
saya bisa professor ko, semuanya sejalan berbarengan, artinya saya sebagai ibu
rumah tangga, sebagai istri, sebagai ibunya anak-anak, tetapi di sisi lain saya
adalah wanita karir, saya juga organisatoris, saya juga dosen, semuanya
berbarengan berjalan. Nah kalau kita gak ada management waktu yang baik saya
gak mungkin seperti sekarang, dan yang paling penting adalah the dream team
(tim mimpi/impian). Siapa? Keluarga terdekat kita. Suami dan anak-anak. (arrijalu
qawwamuna alannisa) saya yakin betul kalau saya tidak diridhoi oleh suami saya,
ketika saya sudah menikah, saya akan gagal.
Karena itu saya selalu minta maaf, pulang dari manapun saya minta maaf
lahir batin. Karena saya gak tahu mungkin dalam pergaulan, dalam omongan,
dalam sikap saya gak menyediakan dia minum pagi, itu mungkin kekurangan
saya, tetapi saya minta maaf. Sehingga ini berjalan harmonis sampai sekarang
saya sudah 34 tahun menikah, saya sering mengatakan “I love you papah” kalau
malam sebelum tidur. Karena apa, cinta itu harus dipupuk, gak boleh malu
walaupun sudah 34 tahun menikah. Seperti ketika lagi telfon “ya sayang, ada apa
papah?”, itu harus karena dari sini anak saya juga mencontoh. Saya bilang ketika
kita keluar rumah jangan pernah ribut, kalau ribut, masuk dulu rumah setelah itu
selesaikan dengan baik baru keluar. Kita tidak tahu umur.
Ketika saya keluar saya mati atau ketika papa keluar papa mati, sempet
gak kita minta maaf? Ini yang akan membuat komitmen-komitmen baru dalam
hidup kita. Kadang-kadang kita berkomitmen A, besok masih ada A+, kita terus
memperbarui komitmen kita. Saya dari dulu tidak pernah minta uang dengan
suami saya, walaupun saya pencari uang, tapi saya yakin bahwa uang saya adalah
rejeki dari anak, suami dan sebagainya. sehingga kalau saya dapat uang saya
lepas, karena saya tidak bisa megang uang. Seperti “pap, tadi mamih dapet uang
ini.”, “uang apa?” itu selalu di flter sama dia. Dan sampai sekarang saya tidak
pernah buka-buka kantong suami saya.
Karena tadi itu (arrijalu qawwamuna alannisa), dia imam, dia decition
maker (pembuat kebijakan), walaupun saya yang melakukan. Walaupun saya yang
mencari uang. Just one policy in your family, hanya ada satu polisi dalam
keluarga. Kalau saya mengatakan kepada anak saya tidak boleh berenang, suami
saya pun demikian, kalau suami saya bilang tidak boleh pergi, saya pun demikian,
tetapi saya kemas dengan bahasa yang baik, santun dan lembut walaupun suami
saya lebih marah. Jadi kita benar-benar the dream team dalam keluarga kita.
Karena itu ketika anak saya menikah, saya katakan begini “kalau kamu
belum siap, dan mama sama papa Cuma berdua, saya ingin kamu tinggal disini.
Saya tidak pernah ribut dengan menantu saya, karena saya hargai komitmennya.
Kalaupun saya salah, saya minta maaf duluan. Saya berani mengatakan maaf,
kalau orang kan biasanya tidak, karena gengsi atau semacamnya, dan hampir tiap
malam saya mengiucapkan maaf kepada suami paling tidak seminggu sekali. Dan
pulang pergi saya cium tangan serta berdoa, anak saya, cucu saya (robbana
zolamna min anfusina qurrotan a’yun …), itu rutin, dan anak saya di doktrin
dengan papahnya, harus rajin belajar, harus banyak teman, tidak takut salah, harus
berani, itu doktrin dari anak saya kepada cucu saya.
Jadi semua ketika cium tangan, harus banyak belajar, harus banyak teman
tidak boleh takut salah, harus berani. Karena semua terdoktrin, maka semua anak
dan cucu saya tidak ada yang tidak ngaji. Shandi, anak saya 10 tahun sudah
khatam qur’annya, nah sekarang cucu saya juga begitu. Tiap hari rutin, dan papah
nya control, bapaknya sangat tegas sekali dan juga berkomitmen, karena mbak-
mbaknya juga jujur.
Menurut ibu, apa yang menjadi capital budaya dalam diri ibu yang
dipandang bagus oleh orang-orang?
Jawab:
Open mind dan egaliter. Orang Betawi tuh sangat open mind, menerima
masukan-masukan dan egaliter, sama, kita tidak punya jenjang/greduasi, tetapi
kita hormat karena basis kita agama, itu yang diakui leh banyak orang.
Menurut ibu, apa yang menjadi capital simbolik dalam diri ibu yang
dipandang bagus oleh orang-orang?
Jawab:
Semuanya saya gunakan. Ketika saya jadi pejabat saya gunakan Betawi
saya untuk nempel, ketika saya menjadi di luar pemerintah daerah saya
menempelkan pada diri saya bahwa saya bisa jadi policy maker loh dalam pejabat.
Karena saya bisa mendapatkan regulasi-regulasi yang bisa menguntungkan orang
Betawi dalam menggunakan budayanya. Jadi saya timbal balik, saling
menguntngkan. Ketika saya marah saya menggunakan bahasa yang sama, baik
dalam hak pekerjaan, organisasi maupun keluarga.
Bagaimana langkah komunikasi Ibu sylvi ketika ibu menghadapi konflik?
Jawab:
Kadang-kadang cooling down itu penting, jadi diam itu emas. Jadi kadang-
kadang kita diam. Seperti saya di bully di media social saya diam, sampai
kemudian saya diperiksa di balreskrim baru saya tunjukan ini loh ini loh. Saat
mereka cooling down tetapi mereka masih membully lagi, ya depend on you. Jadi
kadang-kadang mendiamkan persoalan itu penting, untuk men-cooling down kan
permasalahan, nah setelah itu baru kita jawab pada saat yang tepat. Tidak harus
diselesaikan saat itu juga. Nah kalau kita sedang di bully dalam satu hal, karena
factor kepentingan seseorang. Seperti saya digosipkan korupsi kasus
pembangunan masjid, padahal jelas-jelas saya sedang dilemhanas selama
Sembilan bulan, itu adalah karena kepentingan pilkada saja.
Jadi ngapain saya komen. Tidak usah komen, tetapi ketika saya di periksa
di balreskrim, saya buktikan semuanya dengan bukti dan fakta yanga ada. Orang
juga akan tahu akan kemana arahnya. Jadi semuanya harus dihadapi dengan
tenang, dan yang paling penting adalah dialoglah dengan Tuhan dimalam-malam
2/3 malam. Saya sering melakukan itu. Dan jangan ceritakan hal itu apalagi yang
menyangkut aib kepada orang lain. Saya saja dengan suami saya belum tentu terus
terang, karena saya tahu suami saya juga punya persoalan. Tapi kita the dream
team, harus saling membantu. Saya fikir, saya tepat gak kalau saya ngomong
sekarang.
Saya lebih banyak nangis sama Tuhan, saya minta sama Allah saja. Di 2/3
malam mu adalah hari-hari yang tepat kamu berdialog kepada Sang Kholik. Dan
dari SMP saya melakukan itu. Bukan dari sekarang. Saya puasa senen-kamis dari
sekarang, kecuali jika ada halangan atau hal penting. Bukan baru sekarang. Tidur
saya paling lama 4 jam, hampir setiap hari sampai umur saya menjelang 60.
Ketika saya kalah dari pilkada, oke saya move on. Suami saya hebat,
“mam kita beli camezone (kamera) mahal untuk belajar foto di darwis”. Jadi kan
saya move on. Jadi gak ada fikiran kalah sedih atau kecewa. Gak, ternyata ketika
saya pergi ke kampung battam, tidore, jambi, saya masih di cintai orang, “bu
Sylvi, saya foto dong!”, padahal saya gak melakukan apa-apa. Saya juga gak
membully orang ko. Termasuk lawan politik saya gak pernah saya bully.
Saya memang sebelumnya sudah istikhoroh. Saya setiap mengambil
langkah, selalu istikhoroh. Saya selalu berdoa, karena ada dalam Qur’an surah
almukminun ayat 2: tempat penuh berkah. Jangan milih-milih. Biarlah Allah yang
memberikan berkahnya dimana, dan saya rasa tempat saya sat ini yang paling
berkah.
Dengan adanya konflik itu mendewasakan kita, membuat kita mempunyai
ragam pemikiran. Makanya don’t judge the book by the cover. Orang
kelihatannya pinter, kaya, intelek, tetapi penipu. Orang kelihatannya miskin, tetapi
dia orang yang paling jujur dan kaya, paling tidak kaya hati.
Apa konflik akan berdampak pada keluarga ibu?
Jawab:
Tidak juga, karena saya yang paling cepat minta maaf. Saya sudah punya
feeling orang yang suka dengan saya atau tidak. Karena syaa pelihara, orang yang
sering tahajud maka hati, evaluasi analisis akan tajam. Pernakah gak kita nemuin
orang, perlu gak jawaban ini perlu gak ini itu? Dalam arti menguntungkan gak
buat dia bukan buat saya. Saya kalau bertemu orang selalu saya berfikir, manfaat
dia gaul sama aku apa ya? Jadi saya ingin selalu memberi manfaat. Saya akan
member kontribusi apa. Sehingga saya tidak kecewa. Jadi jika saya lihat, ada
orang yang benci dengan saya, saya datengin, saya ajak ngomong terus, Saya
angkat dia dulu, supaya dia bisa ikut saya ke atas.
Jadi dia tahu bagaimana diri kita walaupun dia sudah jahat dengan kita,
dan dia pasti kerjanya akan sungkan sumbelan, karena dia akan menyesal
sehingga dia akan bekerja keras. “saya kan ketua timses bu Sylvi, kalau saya
gagal salah gue”, dan strategi itu minimal (min haistu la yahtasib) karena rejeki
Allah datang tidak terduga-duga.
Bagaimana pandangan ibu terhadap perempuan yang patriarkis?
Jawab:
Yang dikatakan patriarkis apa sih? Bapaknya lebih dominan, laki-laki
lebih dominan, paternalistic. Bukan matrial hard. Menurut saya memang orangtua
dan suami saya juga sudah partial hard. Tapi saya gaul juga dengan orang Padang,
yang mengandung sisi matrial hard, temen-temen saya di organisasi kebanyakan
orang Padang. Gak masalah buat saya, jadi saya mepelajari dulu. Memang yang
paling penting kita harus tahu diri kita, SWOT (strange, weakness, opportunity,
treat) kita. Harus tahu dulu potensi kita yang paling positif apa sih? Potensi kita
yang negative apa? Optimis potensi, minimize weakness kita. Ketika kita gaul
sama orang kita tahu nih, nih orang kayanya weakness nya ini nih, bisa punya
feeling kan?
Kalau gitu kita jangan mencecer weakness nya dia. Justru kita melihat
potensinya dia yang kita angkat. Sehingga dia selalu punya semangat. Eh bu Sylvi
selalu melihat positif gue ya. Jangan melihat yang minimize terus tapi sewaktu-
waktu perlu kita informasikan bahwa anda ini begini loh, dia akan pahamkan kita
setiap gaul adalah ingin meningkatkan dia. Saya ingin bergaul dengan orang kan
(khoirunnas anfaul linnas), saya ingin punya manfaat untuk orang lain. Jadi kalau
kita gaul sama orang jangan pakai ah kita tahu jeleknya dia, gak mau kasih tau ah,
gak enak. Enggak. Tetapi dengan cara yang lebih santun, kita tahu kejelekannya
dia, kelemahnnya dia, pasti dia akan memperbaiki diri. Apalagi yang sifatnya aib,
ngomongnya berdua, jangan malah diumbar-umbar di media social.
Bagaimana dengan perempuan yang mempunyai bakat tapi belum bergerak
bebas keluar, hanya bisa selalu di sumur, dapur, kasur?
Jawab:
Jangan kita menjudge pilihan. Life is choice. Ketika ada pilihan saya
hanya bekerja di domestic saja, di ruang privacy saya, harus dihargai itu, emang
kalau jaga anak dirumah tidak berpahala? emang dia tidak menciptakan generasi
penerus yang luar biasa? Emang kalau dia gak bikin kantor dirumahnya itu bukan
suatu kontribusi? Itu choice, pilihannya, hargai. Emang orang kalau sukses harus
kerja di luar rumah. Gak lah. Kita bisa ko kerja di luar rumah gini, tetep ngasuh
anak, bisa ko tetep ngejahit dan sebagainya.
Jadi saya katakan jangan menjudge seseorang yang bekerja di dalam
rumah. Dia kerja di ruang privasinya. Dari pada datang ke kantor cuma buat
ngobrol, lebih baik mereka melayani suami di rumah, anak dan lain-lain. Kecuali
jika kita bekerja di luar rumah yang memang punya banyak manfaat untuk banyak
orang. Karena kita kan pengen punya manfaat untuk banyak orang. Kalau
dirumah kan paling ada suami, anak, tetapi kalau saya di luar rumah kan
masyarakat. Nah tapi jangan melupakan kodrat dia sebagai perempuan.
Bagaimanapun kita juga punya tanggung jawab.
Banyak perempuan Betawi yang punya bakat tapi tidak bisa beregark bebas
seperti Ibu Sylvi, bagaimana menurut ibu?
Jawab:
Itu salah satunya saya membentuk Persatuan Wanita Betawi. Saya bilang
begini, perempuan Betawi itu memang harus pintar ngaji, mengolah rumah
tangga, tapi gaul juga perlu. Kalau gak mau keluar rumah gak apa-apa, kita bisa
bikin acara di rumah dia, artinya kita yang maranin. Kita harus hargai pilihan dia,
gak perlu kita paksa dia harus keluar rumah. Dia bukan berarti tidak beruntung loh
kalau dia tidak bekerja di luar rumah. Kalau dia tidak seperti saya yang bisa
kemana-mana.
Saya hampir keliling dunia tidak bayar loh. Sudah 5 benua saya kunjungi.
Amerika, Eropa, Asia, Arab, Rusia, saya kunjungi gratis. Karena saya punya
semangat dan saya tahu saya berjuang untuk itu, dan memang hidup saya selalu
berjuang, saya diciptakan oleh Allah gak yang nerima langsung enak. Jadi saya
ngomong sendiri turun sendri, dan saya bersyukur. Jadi jangan pernah berkata
bahwa perempuan Betawi yang dirumah itu kurang kemajuannya, dia justru
melahirkan kader-kader penerus. Dia justru melahirkan para generasi yang luar
biasa untuk masa depan.
Coba kalau saya tidak menemukan suami saya yang sekarang. Disaat saya
sedang keluar dia yang merawat, bisa berbagi. Saya tidak pernah dibangun tengah
malam untuk anak saya, kecuali jika ingin menyusui. Yang ganti popok suami
saya. Masak saja lebih jago dia dari pada saya. Tapi pidato lebih jago saya
daripada dia. Tapi sekarang dia sering pidato diluar jadi lama-lama bisa jagoan dia
daripada saya. Tapi kita harus saling mendukung. Kadang-kadang saya suka
membantu membuatkan pidato dia. Karena memang bidang saya. Saya di suruh
ngomong apa saja bisa, karena saya generalist dan terlatih. Dan memang itu
talenta saya, jadi harus saling menghargai.
Saya tidak akan membeli sesuatu tanpa izin dari suami saya. Begitu pula
dengan suami saya. Kita jujur apaadanya, jika menolak sesuatu dengan alasan
yang jelas dan rasional. Dan saya tidak pernah menyesali hidup dan keputusan
saya. Suami saya bukan termaksud laki-laki yang mengengkang. Bahkan saya
katakan, S1, S2, dan S3 saya itu suami saya yang punya andil yang sangat besar.
Saya tidak bisa melihat potensi diri saya yang selalu ingin belajar tetapi suami
saya melihat itu. Dia ngepush (mendorong) terus dan tidak pernah berhenti,
bahkan dia menargetkan, mamah umur 50 tahun harus professor. Dan saya jalani
dengan ikhlas dan saya nikmati sekali.
Apa yang patut dibanggakan oleh orang Betawi?
Jawab:
Rasa tawadhu terhadap suami dan orangtua. Itu perempuan Betawi banget.
Takut dengan suami dan orangtua. Dan dia gak mau nerima tamu kalau suaminya
gak ada. Itu agama banget, itu yang saya banggakan dari orang Betawi. Banyak
malunya. Seperti halnya masalah uang, dia malu. Ada orang kan yang serakah,
uang kita adalah uang kita uang suami adalah uang kita. Saya tidak pernah seperti
itu. Memang benar sih, tapi jangan lupa loh, kalau gak ada suami kita, kan belum
tentu kita sampai sekarang punya jabatan dan semacamnya.
Selain itu hal yang dibanggakan dalam bentuk fisik yaitu baju Betawi juga
cantik, ornament-ornamen Betawi sangat mudah, komunikatif, dan humoris.
Keindahan di Betawi ada. Seperti ujung tombak, abang none itu kan kelihatan
santun tapi cantik, tampan dan beretika.
Bagaimana pandangan ibu terhadap perempuan Betawi saat ini yang merasa
dirinya terlalu terpinggirkan?
Jawab:
Saya seratus persen gak yakin dan tidak terlalu setuju bahwa perempuan
Betawi termarginalisasikan, sekarang banyak ko politisi-politisi orang Betawi. Di
Partai P3 ada kak Lena, ibu Siti Nurbaya, hanya saja orang tidak tahu. Cuma
karena mereka tidak mengekspos diri untuk pluralisnya, dan untuk kebaikannya
juga. Tapi menurut saya tidak semuanya terpinggirkan. Walaupun memang pasti
masih ada yang seperti itu (terpinggirkan) di daerah tertentu. Lalu bagamana sih
caranya? nah makanya mulai dari kita. Kalau bukan kita siapa lagi yang mau
majuin. Apalagi mahasiswa, membuat kegiatan di tempat komunitas-komunitas
Betawi yang terpinggirkan. Kumpul, diolah potensinya, baik dalam segi kuliner
ataupun kerajinan. Saya pernah datang ke Condet, jangan kita bawa potensi kita
kesana kemudian kita diterima, “aduh kayanya gue gak bisa dah”, maka mereka
akan merasa makin miskin, makin termarginalkan, makin gak punya apa-apa.
Tapi kalau “eh anda ini loh, bisa bikin emping dan sebagainya” itu kan potensi
dia.
Ketika dia bangga dengan potensinya kita masukin pelan-pelan dengan
potensi luar kita. Gadget, berfikiran lebih luas, mau sekolah lagi. Jadi jangan
pernah memasuki ranah seseorang kalau kita juga gak mendalami ranah itu
sendiri. Angkat dulu dianya, baru kita masuk, jadi seakan-akan dia merasa kita
membantu dia, padahal enggak. Justru dia yang membantu kita tapi kita juga
membantu dia dengan cara seperti itu. Ada sebuah kebanggaan, bagaimana dia
bisa bangga dengan dirinya sendiri. Membangkitkan inner capital dari seseorang
itu.
Apa saran Ibu Sylvi untuk perempuan Betawi agar bisa lebih maju dengan
mengangkat identitas Betawi?
Jawab:
Bagi mereka yang sudah maju, mereka harusnya tidak boleh malu
mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Betawi. Karena dia bisa menjadi
contoh dan teladan buat semua. Dan bagi mereka yang belum maju, ayo open
mind, ayo egaliternya dikemukakan, ayo kita yang udah maju ajak yang belum
maju. Yang belum maju, mau untuk maju kemudian kita angkat. Musti ada take
and give dalam kita menuntut orang untuk baik, ada take and give nya. Itu harus
dikemukakan dan disampaikan apalagi sebagai mahasiswa, tunjukan lah identitas
betawi dan tunjukan juga bahwa kita juga tidak kampungan. Seperti berpakaian.
Jangan menunjukan kesan norak. Boleh norak tapi norak dengan ke sesuaian.
Sesuai dengan baju warna Betawi yang bentrok warnanya tapi cantik dan pas. Jadi
tunjukan bahwa kita juga punya intelektual, kita juga punya suatu yang
dibanggakan. Jangan berhenti sama diri sendiri tapi terus. Dan harus ada
kepedulian serta empati dalam diri kita.
Apa saran ibu dalam berkomunikasi di depan umum dengan menjunjung
identitas Betawi?
Jawab:
Orang Betawi dikenal dengan pantunnya, di pembuka kata dan di akhir
bisa disisipkan pantun. Kemudian bisa diselipkan satu kata dengan anekdot dari
tokoh Betawi dengan bahasa Betawi pada saat kita pidato. Jangan malu. Seperti
contohnya “kalau kata ridwan saidi nih, lu jangan kacang lupa ama kulitnya
dong”. Kata-kata itu kan perlu kita sipir, Itu kan yang biasa diungkapkan oleh
orang Betawi. Terus bisa juga dengan menyanyi lagu Betawi walaupun satu bait
atau dua bait, agar orang tahu, oh iya bu Sylvi professor tapi tahu ya akar
budayanya. Gak meninggalkan akar budayanya.
Nama : Ibu Poppy, Ibu Maharani, dan Ibu Cucu
Status : Dewan Pertimbangan Organisasi Persatuan Wanita Betawi
Tanggal : 10 Mei 2017, di kediaman Ibu Poppy
1. Seperti apa gaya komunikasi Ibu Sylvi di PWB?
Ibu Sylviana adalah seorang wanita Betawi muda yang aktif. Dia pernah
mengikuti ajang abang none Jakarta pula. Waktu dia jadi Sekertaris Umum PWB
menggantikan ibu Hj Ida Nurul, dia masih menjabat sebagai PNS di DKI Jakarta.
Nah kebetulan, karena dia anak muda, jadi dia bisa ngikutin kemauan orang-orang
tua, sopan, ape kemauan kite die turutin, tapi diarahkan menurut mekanisme
jaman sekarang. Pada saat itu, yang peduli sama PWB masih dikit, nah salah satu
pemudi yang peduli ya Ibu Sylvi dan kebetulan orangnye mao bergaul ame
orangtua. Dia yang mengarahkan kite bikin ADART (Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga) PWB.
Die selalu ngehormatin kite, dan selalu nyediain waktu buat kite walaupun die
sebagai kepala dinas pendidikan. Jadi die selalu siap bantu kite, dan setiap ada
acara organisasi beliau selalu ikut serta dalam membantu memberikan pemikiran-
pemikiran ke kite tapi dengan seizin kite juga, karena kite terlalu sibuk dengan
macam-macam urusan, misalkan ada masalah, beliau yang selalu meluruskan.
Kami pribadi melihat beliau sosok yang apresiatif terhadap organisasi PWB, PWB
merasa cinta dengan dia, terlebih saat itu beliau lebih muda. Pada saat berdirinya
PWB, beberapa tokoh pemuda-pemudi Betawi termasuk Ibu Sylvi, Ibu Rosyana,
dan beberapa mahasiswa Betawilah yang mencetuskan Perkumpulan Wanita
Betawi.
Ibu Sylvi yang mengatur keseluruhannya, tetapi terlebih dahulu bertanya apa
nih kemauan para orangtua, kita tinggal bilang ke dia, kita mau nya ini, itu, nanti
dia yang ngatur. Komunikasi dia dengan orangtua cukup bagus karena memang
kita mendapatkan pendidikan Betawi gak ada anak muda yang songong songong
dengan orangtua. Termasuk Ibu Sylvi. Cara bicra Ibu Sylvi sopan sekali, karena
itu memang adat Betawi. Hampir semua yang muda ke yang tua pasti santun.
2. Bagaimana cara komunikasi Ibu Sylvi dalam memberikan instruksi kepada
anggota PWB?
Beliau tidak pernah memberi instruksi kepada yang lebih tua, pada saat
pembagian organisasi. Tapi lebih tepatnya beliau nanya, apa kemauan orangtua,
kemudian kita sampaikan, baru beliau tulis baru dirundingkan kembali. Dalam hal
organisasi kan hubungannya bukan birokasi, tetapi persaudaraan. Jadi tidak ada
istilah bawahan atau atasan pada saat itu. Kami sungguh mengagumi beliau,
karena ternyata ada wanita betawi seperti beliau. Pada saat dibentuknya PWB, Ibu
Sylvi satu perjuangan dengan bu Rose.
3. Bagaimana sosok Ibu Sylvi dalam menyelesaikan suatu konflik?
Alhamdulillah konflik PWB tidak ada yang menonjol. Biasanya bisa
diselesaikan secara kekeluargaan. Lagi pula kalau ada konflik itu tidak sampai
terdengar ke bu Sylvi. Jadi bu Sylvi tidak tahu ada konflik di PWB, karena
memang tidak ada sampai besar konfliknya. Dan tidak sampai melanggar
ADART. Kalau sampai seperti itu baru kita rundingkan dengan bu Sylvi.
Biasanya dirundingkan dengan cara kekeluargaan.
4. Apa sisi Betawi yang terlihat dalam diri beliau?
Karena dia orangnya agamis, apa yang disampaikannya di muka umum, dia
selalu sampaikan apa yang ada menurut hadits, dan qur’an. Pada saat solat tepat
waktu, dan cinta budaya Betawi sehingga dia selalu ingin melestarikannya.
5. Apa saja sifat kebetawian yang ada pada diri Ibu Sylviana?
Santun sama orangtua, anak laki dan perempuan betawi diajarkan wajib
santun kepada siapapun. Punya etika, memang culture betawi seperti itu. Santun
terhadap orangtua, kalau dari rumah kita sudah belajar santun, keluar dengan
teman atau atasan, tentu tidak terlepas dari sikap santunnya.
6. Bagaimana cara Ibu Sylvi dalam mengangkat perpektif Betawi?
Dalam kegiatan di luar kegiatan kantor dinas, dia selalu mengenakan pakaian
Betawi, kebaya. Karena dia adalah none jakarta, dan ikut mengajak untuk
memakai batik Betawi baik di kantor atau di kalangan teman-temannya
7. Seperti apa cara Ibu Sylvi dalam memotivasikan anggotanya di PWB, baik
kepada yang muda atau yang tua?
Saya kira caranya cukup bijak, seperti “ibu-ibu, bagaimana kalau untuk ide
saya begini-begini, setuju tidak? Nanti dibikin point-point nya”. Dengan
mengajak berbuat hal positf dan tidak ada pilih kasih. Beliau memang mendapat
pendidikan dari ibu bapaknya cerdas, ibu Ani Kemal bercerita bahwa dulu ia ikut
partai sendiri belajar politik dari ayahnya Ibu Sylvi, karena ayah beliau pertama
kali langsung jadi ketua partai.
8. Apa pesan yang ingin disampaikan dari PWB untuk perempuan Betawi di
luar?
Kemukakan jati diri sendiri. Apakah ayah atau ibu kita Betawi? Kemukakan
bahwa kita ada kebetawiannya, baik dari ayah atau ibu. Jangan maalu untuk jadi
perempuan Betawi. Bukan salah ya anak Betawi kegiatannya sembahyang dan
mengaji. Mungkin masyarakat Betawi itu boleh dibilang tidak gigih. Karena untuk
mencapai sesuatu kita tidak pernah susah banget. Karena segala sesuatu, dari lahir
sudah ada, mau apa aja disini sudah lebih dulu ada. Jadi sulit juga memotivasi
seperti orang seberang. Karena sudah serba ada di Jakarta, karena ini ibu kota. Itu
mungkin kelebihan dan kekurangannya. Kita tetap kalau orangtua kita
menganjurkan sekolah setinggi-tingginya hanya untuk yang berpolitik, kita masih
belum melangkah jauh, hanya yang ingin saja. Tetapi kita dukung.
Untuk perempuan Betawi asli mah orangnya santun dan malu, walaupun
orangnya blak-blakan. Artinya masih terkontrol bicaranya. Kalau yang segi
bicaranya sudah agak kasar biasanya itu sudah Betawi campuran. Karena kan
memang budaya dari sana nya seperti itu. Walaupun menurut kita nyablak, tetapi
menurut mereka biasa. Dan memang mereka mendidik anak-anak mereka
dialeknya seperti itu. Rata rata yang Betawi asli dari Jakarta, sedangkan yang
nyablak di luar jakarta.
Yang membedakan perempuan Betawi dengan perempuan dari daerah lain
adalah santunnya. Kalau kita bahasa pun berbeda, antara kita dengan orangtua,
teman, anak. Kaya mantu dengan mertua berbeda. Kaya kita kalu dipanggil
orangtua, pasti jawabannye “labaik”. Tapi kalau dipanggil dengan teman sejawat
jawabannya “ada apa de?” nyebutnya juga beda. Mertua ke menantu nyebutnye
“nona mantu”, dari mantu ke mertua nyebutnye “babe mantu” itu santunnya
Betawi. Mungkin ada perbedaan antara suami dan istrinya tetapi tetap dengan
melihat statusnya apa. Dia suami atau istri.
Seperti kalau suami mau jalan kerja, tetep kita anter dia sampe depan,
nyuci mobil kite temenin di depan, tetapi ikhlas bukan karena ingin di puji. Suami
marah-marah juga kita diem saja, nanti kalau udah selesai baru kite jelaskan. Dan
kite rumah tangga gak keluar. Gak kite buka aib suami atau rumah tangga.
Apapun kejelekannya, tetapi yang kite kasih tau ye Cuma kebaikannya. Dan satu
keistimewaan Betawi, ratu tidak boleh meninggalkan istana tanpa seizin suami.
Mengetahui
Hj. Poppy Petra Lumbun
Ketua Umum PWB
Nama : Sysi
Status : Staf Ibu Sylviana Murni di Kwarda Jakarta
Tanggal : 27 April 2017 di Kwarda Jakarta (Menteng)
1. Seperti apa gaya komunikasi Ibu Sylvi ketika sedang menjalankan
tugasnya?
Ibu Sylvi merupakan sosok pemimpin sekaligus sosok ibu yang cerdas,
bertanggung jawab, pemimpin yang berinisiatif dan memberikan sebuah wawasan
dan ide-ide yang segar, di pramuka itu beliau luar biasa dan banyak banget
pendapat-pendapat beliau dalam hal kegiatan dan inovasi terbaru, kalau dalam
pramuka ada pembentukan karakter, bagaimana sih cara membentuk dan
menyikapinya, bahan-bahannya apa saja, beliaulah yang memberikan dan
menemukan inovasi tersebut. Contohnya, sebelumnya ada acara KMD (Khusus
Mahir Dasar sebagai pembina pramuka) biasanya acaranya itu di indoor (dalam
ruangan), dan outdoornya untuk simulasi kegiatan. Kalau seperti itu kan kita
berfikir membutuhkan sebuah ruagan yang luas kalau untuk outdoor, karena
disana pesertanya untuk menjadi seorang pembina, dan bagaimana sih cara
kegiatan itu bisa menyegarkan, gak hanya metode ceramah, atau itu-itu aja, kalau
pramuka harus keren, gembira dan asik. Beliau meminta tempatnya di Setu
Babakan dulu, nah banyak yang berfikir setu babakan kan Cuma tempat wisata,
Cuma ada danau dan sempit ruangannya, dan indoor juga susah ruangannya, dan
outdoor pun juga perlu tempat luas seperti bumi perkemahan, seperti kegiatan
untuk camping dan semacamnya, nah dari situ imbul pertanyaan “emang bisa?”.
Nah disitu bu Sylvi mengangkat inovasi tersebut. Akhirnya beliau meminta untuk
ditempatkan acara tersebut di Setu Babakan. Nah dari situ Setu Babakan disulap
abis-abisan. Dari situ orang yang menyinyir dan ragu dengan Setu Babakan yang
dinilai sempit dan susah untuk camping dan upacara, Ibu Sylvi bertindak, karena
Ibu Sylvi mempunyai SKTD dukungan dan bawahan yang solid dan punya
hubungan baik, alhamdulillah terbantu, sehingga tempatnya diperbaiki, tanahnya
diratakan dan dibuat serapih mungkin, sehingga orang-orang tidak menyangka
bahwa Setu Babakan bisa juga digunakan untuk kemah, dan bukan hanya sekedar
kemah. Dari situlah salah satu inovasi yang Ibu Sylvi berikan. Khusus Mahir
Dasarnya tidak hanya diberikan materi tetapi juga kita dapat semua lokal
wisatanya, membantu prodak produk dari budaya Betawi dengan cara membeli
salah satu kuliner atau khas Betawi yang ada di sekitar Setu Babakan. Pada saat
itu peserta ada 450 pembina dan alhamdulillah semua lancar. Kan biasanya orang
berfikir kalau outdoor harus di lapangan yang luas bisa di ragunan atau cibubur,
tapi disini kita tidak pernah berfikir bahwa ternyata tempatnya juga ada di Setu
Babakan dengan menyulap tempat tersebut menjadi lebih rapih. Beliau minta
tolong kepada bina raga, dan lain-lain. Dari situ orang-orang memandang bahwa
Ibu Sylvi sangat bagus, yang tadinya orang ragu dan menyinyir tempat tersebut
seakan menilai tidka mungkin, tetapi kini Ibu Sylvi sangat hebat dan cerdas.
2. Bagaimana Ibu Sylvi berkomunikasi ke anggotanya dan ke masyarakat
luar? Bagaimana gaya komunikasinya?
Ibu Sylvi orangnya sangat santun dan humoris juga. Apalagi dengan gaya
bahasa Betawinya beliau, tetapi walaupun humoris, beliau tetap tidak
menyimpang tetapi lebih tepatnya mendidik dan kita merasa tehibur. Ada saja
kelucuan beliau untuk berbicara. Saya selalu seneng kalau beliau ngomong kok
kita kaya semangat lagi. Ada motivasi dalam hal tutur kata resebut. Sangat
menghidupkan suasana.
3. Bagaimana cara komunikasi Ibu Sylvi dalam menyelesaikan konflik dalam
organisasi?
Beliau orangnya pintar dalam membawa suasana, cerdas, bekerja keras,
bertanggung jawab, kalau menyelesaikan sesuatu di bicarakan secara diplomasi.
Beliau itu segala sesuatu selalu bernegosiasi dan dirundingkan. Ketika ada
masalah ditanya sampai kepada anggota/stafnya yang paling bawah. Jadi beliau
akan mencari info, seperti tabayyun dalam agama. Jadi, kalau ada iformasi yang
kurang enak di beliau, beliau akan mencari info dan tidak langsung percarya, jadi
dia akan menanyakan ke sumber-sumber yang mana.
4. Bagaimana cara komunikasi Ibu Sylvi dalam memerintahkan anggotanya?
Tegas dan dia selalu memberikan waktu. Jadi jangka panjangnya harus sekian
ya selesai. Kita bekerja harus cerdas, selalu motto ibu seperti itu, jadi bisa
menempatkan suasana.
5. Apa ciri khas dari Ibu Sylvi sebagai perempuan Betawi ketika memberikan
instruksi?
Seperti kalimat, “Siy, minta tolong ya” atau “harus selesai segera, pokoknya
jangan belok loh” . itu ciri khas Ibu Sylvi, memberi istruksi dengan gaya humoris.
Seperti ketika beliau sedang ada acara, dan memperkenalkan stafnya, seperti “ini
staf saya sisy, tapi dia sudah punya anak dua loh, awas ya jangan deket-deket”
jadi gaya komunikasi beliau humoris, agak ceplas-ceplos tapi unik. Pokoknya
bikin orang tertawa. Ada saatnya beliau tegas juga.
6. Ketika Ibu Sylvi sedang memimpin jalannya rapat, adakah dari gaya
komunikasinya yang menunjukkan bahwa ibu mengangkat perempuan
Betawi?
Beliau selalu membicarakan motto beliau untuk bekerja kita harus cerdas dan
menjalankan dengan hati. Jadi kalau sudah menjalankan dengan hati, insyaAllah
beban yang ada akan terasa ringan. Kan yang mengucapkan Ibu Sylvi sendiri
sebagai sosok perempuan, kalau perempuan kan kalau bekerja, apalagi yang sudah
berumah tangga akan terbagi-bagi. Tapi beliau mengerjakan dengan ikhlas dan
beban berat akan terasa ringan. Kita positifnya ke situ terus.
7. Apakah Ibu Sylvi termasuk orang yang tidak mengekang anggotanya?
Ibu biasanya sesuai job desk, jadi kalau mau mempekerjakan, tidak diluar dari
takaran dari pekerjaan tersebut. Jadi beliau selalu bisa memilah.
8. Adakah dari gaya komunikasi Ibu Sylvi dalam mengangkat identitas
perempuan Betawi?
Biasanya, sih ada, tapi kalau face to face, beliau akan lebih cenderung
membaca psikologis kita. Misalkan jika saya sudah mulai tidak fokus, pasti beliau
menyangka. “Wah pasti ada urusan rumah tangga nih. Namanya kan kalau sudah
berumah tangga pasti ada yang berbeda cara fokusnya. Jadi Kerja kita memang
harus profesional, tapi beliau selalu mengingatkan “Si, kamu fokus walaupun ada
urusan rumah tangga berat, jadi seorang istri atau perempuan kalau mau maju ke
depan, suami harus ikhlas” akhirnya beliau menceritakan tentang keluarga beliau,
yang pada intinya adalah suami harus ikhlas, karena segala sesuatu istri harus
dengan ridho suami. Istri bisa maju ke depan karena dukungan suami. Jadi saya
selalu menganggap, bisa romantis dan menjalankan hubungan rumah tangga yang
baik padahal beliau kan orangnya sibuk. Jadi saya ada motiasi tersebut. Karena
tidak semua perempuan bisa profesional dalam bekerja, apalagi sudah mempunyai
anak, jadi agak sulit dalam membatasi waktu. Beliau selalu menasihati seperti itu
ketika sedang face to face atau solat berjamaah. Jadi itu yang mengangkat beliau.
Beliau bukan hanya sebagai seorang pemimpin tetapi juga sebagai ibu kita sendiri.
9. Apa ciri khas dari bu sylvi sendiri yang menunjukan beliau Betawi
banget?
Dari humoris beliau ketika sedang bercanda atau ngebanyol. Dan dari cara
berbicara beliau yang nyablak tapi masih positif dari cara bicaranya. Dan juga
cara jalan beliau. Kalau orang Jawa kan cara jalannya agak kemayu, kalau beliau
sigap, tegas dan kalau bahasa Betawi bilang “gladak-gluduk” gitu ya, tapi beliau
terarah. Terlihat kalau beliau orang Betawi tulen. Dan kalau dari penampilan
beliau selalu rapih. Dan sering memakai baju Betawi.
10. Dalam pekerjaan, apakah beliau membawa masalah rumah?
Tidak pernah, karena beliau selalu profesional, kecuali saat face to face atau
diluar pekerjaan. Mungkin ada sedikit tukar fikiran. Jadi disitu selalu ada motivasi
dari beliau, bahwa kita sebagai perempuan juga bisa mengatasi semuanya. Beliau
kalau di rumah pakaiannya santai saja, berbeda dengan di publik figure. Kalau di
luar pekerjaan, beliau memang rada santai, dan lebih humoris. Bahasanya pun
lebih santai. Cuma beliau tidak seperti ibu-ibu pada umumnya yang suka
bergosip. Beliau lebih tabayyun, jadi ketika beliau memang mendengar berita
tentang anggotanya, beliau akan terlebih dahulu mencari informasi dari sumber
lain. Dalam berkomunikasi beliau menggunkan tubuh dan ekspresi saat berbicara,
tetapi bukan berarti beliau lebih sering menggunakan bahasa verbal. Beliau juga
sangat seimbang dalam bekerja, talk more, do more! Berbicara banyak, bekerja
pun banyak. Makanya luar biasa ada orang Betawi yang seperti beliau.
11. Apa saran untuk perempuan Indonesia agar tidak dikatakan terbelakang?
Seperti yang dikatakan bu sylvi, kita harus ikhlas dan tegas, memang kita
senang dikatakan cantik, tapi apabila kita memiliki berbagai prestasi itu jauh lebih
menyenangkan, kalau kita dibilang “cantik”, sesungguhnya hidup itu keras, kalau
hanya memiliki wajah cantik, tetapi tidak ada modal atau prestasi akan sulit. Jadi
kita harus banyak potensi untuk menggali sendiri.
Mengetahui
Desy Dwi Sugianti, S. Pd
Staf TU Kwarda DKI Jakarta
Bersama Ibu Sylviana Murni di kantor Kwarda DKI Jakarta
Bersama Ibu Sylviana Murni Bersama kak Shandy (anak pertama)
Ibu Sylviana Murni
Bersama para anggota Persatuan Wanita Betawi
Bersama Ibu Poppy Dewan Bersama Ibu Sysi staff Ibu Sylviana
Pertimbangan Persatuan Wanita Betawi Murni di Kwarda DKI Jakarta
Bersama ka Syntia asisten pribadi Bersama Babeh Ridwan Saidi
Ibu Sylviana Murni Sejarahwan Betawi
Bersama Abang Rachmad, Jurnalist Betawi
Bersama Abang Bachtiar Budayawan Betawi
top related