gambaran asuhan keperawatan pada pasien asma … mitra... · 2018. 9. 18. · kendari tahun 2018...
Post on 01-Dec-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA
BRONCHIAL DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI DI RUANG LAIKA WARAKA
RSUD BAHTERAMAS KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH :
ANUR MITRA
P00320015054
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
ii
HALAMAN PENGESAHAN
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA
BRONCHIAL DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI DI RUANG LAIKA WARAKA
RSUDBAHTERAMAS KENDARI
Disusun dan diajukan oleh :
ANUR MITRA
NIM.P00320015054
Telah di Pertahankan pada Seminar Proposal di Depan TIM Penguji
Pada Hari/Tanggal : Selasa, 14 Agustus 2018
Dan telah dinyatakan memenuhi syarat
Tim Penguji :
1. Asminarsih Zainal Prio, M.Kep., Sp.Kom (..............................)
2. Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns., M.Sc (..............................)
3. Nurfantri, S.Kep., Ns., M.Sc (..............................)
4. Dewi Sartiya Rini, M.Kep., Sp.KMB (..............................)
5. Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep (..............................)
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes
NIP. 19700330 1995031001
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Anur Mitra
NIM : P00320015054
Institusi Pendidikan : Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan
Judul KTI :GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN ASMA BRONCHIAL DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG LAIKA
WARAKA RSUD BAHTERAMAS KENDARI
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 10 Agustus 2018
Yang Membuat Pernyataan,
ANUR MITRA
iv
RIWAYAT HIDUP
22
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Anur Mitra
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Matapila, 01 Mei 1997
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Suku/ Kebangsaan : Tolaki/Indonesia
6. Alamat : Desa Matapila, Kec. Lasolo, Kab. Konawe
utara
7. No Telp/HP : 082347456731
II. PENDIDIKAN
1. SDN Andeo, Tamat Tahun 2009
2. SMPN 1 Lasolo, Tamat Tahun 2012
3. SMK Kesehatan Nusantara, Tamat Tahun 2015
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Tahun 2015-2018
v
MOTTO
Memulai dengan penuh keyakinan
Menjalankan dengan penuh keikhlasan
Menyelesaikan dengan penuh kebahagian
“Tuntutlah Ilmu! Sesungguhnya menuntut ilmu adalah
pendekatan diri kepada ALLAH SWT dan mengajarkannya
kepada orang lain yang belum mengetahuinya adalah sedekah”
(H.R Ar. Rabbi)
Karya ini kupersembahkan untuk Ayah, Ibu, saudara – saudaraku
tercinta serta teristimewah dihatiku juga keluarga besarku.
Terimalah tetesan keringat dan titisan ilmu meski terangkai sederhana
namun bukti baktiku bagi Agama, Almamater, dan Bangsaku.
vi
ABSTRAK
Anur Mitra Nim : P00320015054 “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Asma Bronchial Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang
Laika Waraka RSUD Bahteramas Kendari”. Dibimbing oleh Ibu Dewi
Sartiya Rini, M.Kep., Sp.KMB dan Ibu Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep,
(xiii +66 halaman+4 tabel+11 lampiran). Asma merupakan penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsang dan
manisfestasi adanya penyempitan jalan napas yang kuat dan derajatnya dapat
berubah-ubah secara spontan, karena penumpukan secret mengakibatkan
penyempitan jalan napas dan bisa terjadi obstruksi jalan napas, jika tidak segera
ditangani pasien akan mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi dan bisa
berakibat gagal napas bahkan sampai mengalami kematian. Tujuan Penulisan
Karya Tulis Ilmiah adalah Melakukan asuhan keperawatan pada pasien asma
bronchial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasidengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang utuh dan komprehensif di RSUD
Bahteramas Kendari.Desain penelitian yaitu studi kasus dalam bentuk deskriptif.
Waktu penelitian tanggal 25 s/d 29 Juli 2018 di Ruangan Laika Waraka Rumah
Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Fokus studi pada klien yang
mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi. Instrumen yang digunakan adalah
format pengkajian sampai evaluasi keperawatan. Cara pengumpulan data dimulai
dari wawancara, pengukuran, observasi dan studi dokumentasi. Analisa yang
dilakukan meliputi menganalisis semua tahapan proses keperawatan medikal
bedah dibandingkan dengan teori. Hasil penelitian pada pengkajian didapatkan
klien mengalami sesak nafas disertai batuk berdahak. Diagnosa keperawatan yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret.
Rencana tindakan keperawatan, antara lain pantau status oksigenasi klien,
auskultasi daerah bronkus, berikan posisi semi fowler, anjurkan klien untuk
memberikan minum air putih hangat, ajarkan keluarga untuk fisioterapi dada,
kolaborasi dengan dokter pemberian terapi obat dan nebulizer. Implementasi
dilakukan selama 5 hari dengan mengikuti rencana tindakan. Kemudian tahap
evaluasi ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien Asma Bronchial
dapat teratasi. Diharapkan petugas kesehatan dapat menerapkan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami Asma Bronchial dengan lebih
optimal agar dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
Kata Kunci : Asma Bronchial, Kebutuhan Oksigenasi, Asuhan
Keperawatan
Daftar Pustaka : 18 (2008-2018)
vii
KATA PENGANTAR
Pujisyukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan
karunia-nya, sehinggasaya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronchial Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Laika Waraka RSUD Bahteramas
Kendari”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini saya mengucap kan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Kendari yang telah
memberikan izin penelitian di Ruang Laika Waraka.
3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
4. Ibu Dewi Sartiya Rini, M.Kep., Sp.KMB dan Ibu Rusna Tahir, S.Kep., Ns.,
M.Kep, selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing
saya dengan sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Asminarsih Zainal Prio, M.Kep., Sp.Kom, Bapak Muhaimin Saranani
S.Kep, Ns., MSc, dan Ibu Nurfantri, S.Kep, Ns., MSc, selaku dosen penguji I,
penguji II, dan penguji III yang telah membimbing saya dan memberikan
viii
masukan-masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berjalan dengan
sebaik-baiknya.
6. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat kepeda penulis selama kuliah.
7. Kedua orang tuaku Mutaruddin dan Fatimah, yang selalu menjadi inspirasi
dan memberikan bimbingan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Kepada teman terdekatku, Muhammad Yusuf dan Muhammad Resky Ashara
yang selalu memberikan semangat dengan tulus dan ikhlas dan masih
menemani baik senang maupun susah sehingga saya dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
9. Rekan-rekan mahasiswa “Angkatan 2015” Politeknik Kesehatan Kendari
khusunya Perawat Muda III B, terima kasih atas kebersamaan dan jalinan
persahabatan yang tercipta selama penulis menuntut ilmu di Poltekkes
Kemenkes Kendari
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik
yang telah disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini kiranya mendapat balasan dari Allah SWT, Amin.
Kendari, 10 Agustus 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................iii
KEASLIAN PENELITIAN .............................................................................iv
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................v
MOTTO ...........................................................................................................vi
ABSTRAK ........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................5
C. Tujuan Studi Kasus ................................................................................5
D. Manfaat Studi Kasus ..............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Asma Bronchial .......................................................................7
B. Tinjauan Kebutuhan Oksigenasi Pada Asma Bronchial ...........................12
C. Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Oksigenasi
Pasien Asma Bronchial ..........................................................................20
D. Kerangka Konsep Studi Kasus ................................................................35
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Desain Studi Kasus.................................................................................36
B. Subyek Studi Kasus ...............................................................................36
C. Fokus Studi ............................................................................................37
D. Definisi Operasional ...............................................................................37
E. Instrument Studi Kasus ...........................................................................48
F. Metode Pengumpulan Data .....................................................................49
G. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus ..............................................................41
x
H. Analisis Data Dan Penyajian Data ..........................................................41
I. Etika Studi Kasus ...................................................................................41
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ..................................................................................44
1. Pengkajian ........................................................................................44
2. Analisa Data ....................................................................................53
3. Diagnosa Keperawatan .....................................................................54
4. Tujuan dan Keriteria Hasil ................................................................54
5. Intervensi Keperawatan ....................................................................54
6. Implementasi Keperawatan ...............................................................55
7. Evaluasi Keprerawatan .....................................................................55
B. Pembahasan Kasus .................................................................................59
1. Pengkajian ........................................................................................59
2. Diagnosa Keperawatan .....................................................................60
3. Intervensi dan Implementasi Keperawatan ........................................61
4. Evaluasi Keperawatan ......................................................................
.........................................................................................................62
5. Keterbatasan Studi Kasus .................................................................
.........................................................................................................64
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................65
B. Saran ......................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perencanaan Keperawatan ................................................................. 30
4.1 Analisa Data ...................................................................................... 53
4.2 Intervensi Keperawatan ..................................................................... 54
4.3 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ........................................... 55
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Pathways Asma Bronchial ........................................................... 10
2.2 Alur Kerangka Konsep ................................................................ 35
4.1 Genogram 3 generasi ................................................................... 46
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Format Pengkajian Data Keperawatan
Lampiran 2 Standar Operasional Prosedur (SOP) Fisioterapi Dada
Lampiran 3 Lembar Informed Consent
Lampiran 4 Lembar Konsul Hasil
Lampiran 5 Surat Keterangan Bebas Administrasi
Lampiran 6 Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Balitbang
Lampiran 8 Surat Keterangan Selesai Meneliti
Lampiran 9 Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah suatu penyakit dengan adanya penyempitan jalan napas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun
sebagai hasil pengobatan (Sari, 2013). Data laporan dari Global Intitatif for
Asthma (GINA) pada tahun 2012 menyatakan bahwa perkiraan jumlah
penderita asma seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah
kematian yang terus meningkat hingga 180.000 orang per tahun. Data Word
Health Organization (WHO) tahun 2017 juga menunjukan data yang serupa
bahwa prevalensi asma terus meningkat dalam tiga puluh tahun terakhir
terutama di negara maju. Pada tahun 2012, sebanyak 300 jiwa penduduk di
dunia menderita penyakit asma dari berbagai golongan umur dan ras. Pada
tahun 2013 meningkat menjadi 367 jiwa dan tahun 2014 prevalensi asma
meningkat menjadi 428 jiwa. Prevalensi asma telah meningkat di semua
negara, dan diperkirakan
250.000 orang meninggal karena asma setiap tahunnya. Sedangkan
tahun 2015 prevalensi asma meningkat menjadi 500 jiwa.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2014 menyatakan bahwa
pada tahun 2007 sampai dengan 2013 prevalensi nasional kejadian asma
sebesar 4,5%. Lima provinsi dari 18 provinsi yang memiliki prevalensi di atas
prevalensi angka nasional yaitu Sulawesi Tengah (7,8%),Nusa Tenggara
Timur (7,4%), DI Yogyakarta (6,9%), Sulawesi Selatan (6,7%), dan
Kalimantan Selatan (6,4%). Sedangkan 5 provinsi yang prevalensi kejadian
2
asma dibawah prevalensi nasional antara lain. Sumatra Utara (2,4%), Jambi
(2,4%), Riau (1,9%), Bengkulu (1,9%), dan Lampung (1,5%). Daerah
Sulawesi Tenggara memiliki prevalensi kejadian asma sebesar 5,5% dari
seluruh total penduduk. Hal ini menunjukan bahwa Sulawesi tenggara
merupakan salah satu provinsi yang memiliki penderita asma diatas prevalensi
nasional yaitu 4,5%.
Laporan dinas kesehatan provinsi Sulawesi Tenggara menyatakan
bahwa tahun 2015 jumlah penderita asma sebanyak 1040 penderita, tahun
2016 meningkat menjadi 1389 penderita. Asma menjadi urutan kelima dari
penyakit yang menyumbang kematian karena prevalensinya mencapai 17,4%
setiap tahunya (Dinkes Provinsi Sultra, 2018). Data RSUD Bahteramas Kota
Kendari tahun 2018 diketahui bahwa jumlah penderita penyakit asma bronkial
khususnya pasien rawat inap sebanyak 191 kasus pada tahun 2015, sedangkan
pada tahun 2016 berjumlah 107 kasus, dan tahun 2017 berjumlah 152 kasus
(Rekam Medik RSUD Bahteramas,2018).
Asma merupakan penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea
dan bronkus terhadap berbagai rangsang dan manisfestasi adanya penyempitan
jalan napas yang kuat dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan,
karena penumpukan secret mengakibatkan penyempitan jalan napas dan bisa
terjadi obstruksi jalan napas, jika tidak segera ditangani pasien akan
kekurangan oksigen dan bisa berakibat gagal napas bahkan sampai mengalami
kematian (Muttaqin, 2012).
Gejala orang yang terkena asma sangat khas, yang terdiri atas:
wheezing, hipersekresi, dan bronkospasme. Tiga gejala tersebut mungkin
3
dapat dijumpai pada seorang penderita asma, tetapi gejala wheezing
merupakan gejala pasti seseorang terkena asma. Asma yang berat selalu
disertai dengan hipoksia, meskipun sianosis baru terjadi pada tahap akhir dan
merupakan tanda bahaya. Hipoksia yang hebat jika tidak segera ditangani dan
tidak langsung diberikan oksigen pada penderita asma dapat menyebabkan
kematian (Muttaqin, 2012).
Oksigen merupakan suatu komponen yang sangat penting di dalam
memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal. ATP adalah
sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. ATP
memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan keperluan
berbagai aktifitas sebagai fungsi tubuh. Oksigen adalah suatu komponen gas
dan unsur vital dalam proses metabolisme. Oksigen yang memegang peranan
penting dalam semua proses tubuh secara fungsional, tidak adanya oksigen
akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau
bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen
merupakan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Alimul, 2011).
Penambahan oksigen kedalam tubuh dapat dilakukan secara alami
dengan bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas
antara individu dengan lingkungannya. Pada saat bernapas, tubuh menghirup
udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan menghembuskan udara
untuk mengeluarkan karbondioksida ke lingkungan. Oksigen yang dihirup
akan diangkut melalui pembuluh darah ke sel-sel tubuh. Didalam sel-sel tubuh
oksigen akan dibakar untuk mendapatkan energi. Salah satu hasil pembakaran
tersebut adalah karbondioksida. Karbondioksida akan diangkut melalui
4
pembuluh darah ke paru-paru kemudin dikeluarkan dari tubuh (Lyndon,
2013).
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari kebutuhan
fisiologis menurut hierarki Maslow. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen
pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigenasi melalui
saluran pernapasan serta memperbaiki dan memulihkan organ pernapasan agar
dapat berfungsi normal kembali. Perawat mempunyai peranan penting dalam
melaksanakan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien yang mengalami
gangguan sistem pernapasan. Pemenuhan kebutuhaan oksigenasi adalah
intervensi mandiri seorang perawat, beberapa cara memenuhi kebutuhan
oksigenasi pada pasienantara lain posisi yang baik, latihan napas dalam dan
batuk efektif, suctioning, humidifikasi, postural drainage, terapi oksigen, dan
kolaborasi pemberian obat bronchodilator (Maryam dkk, 2013).
Tindakan Keperawatan diatas harus dilakukan evaluasi sejauh mana
kemajuan yang ditujukkan oleh pasien setelah diberikan intervensi
keperawatan di sesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah di
tetapkan
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melihat Gambaran
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronchial Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi di Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Kendari.
B. Rumusan Masalah
5
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronchial Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Rumah Sakit Umum Daerah
Bahteramas Kendari”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pasien asma bronchial dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasidengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang utuh dan komprehensif di Rumah Sakit Umum Daerah
Bahteramas Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien asma bronchial dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien asma
bronchial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien asma
bronchial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien asma
bronchial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
e. Mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan
pada pasien asma bronchial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi
D. Manfaat Studi Kasus
1. Manfaat keilmuan
6
a. Bagi penulis
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta dapat
menerapkan standar asuhan keperawatan untuk pengembangan praktik
keperawatan.
b. Manfaat untuk institusi pendidikan
Salah satu referensi bagi mahasiswa keperawatan dalam membuat
asuhan keperawatan pada pasien asma bronchial.
c. Manfaat untuk rumah sakit
Meningkatkan kualitas dalam melaksanakan asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan oksigenasi khususnya pada pasien asma
bronchial.
2. Manfaat aplikatif
a. Manfaat untuk klien
Mendapatkan pelayanan keperawatan yang tepat dan optimal
berdasarkan kebutuhan klien.
b. Manfaat untuk keluarga klien
Mengetahui kebutuhan dasar klien dan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien, sehingga pengetahuan klien dan keluarga
bertambah.
BAB II
7
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Asma Bronchial
1. Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit pernapasan obstruktif yang
ditandai oleh spasme akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan
obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus (Sari, 2013). Asma
merupakan bentuk inflamasi kronis yang terjadi pada saluran jalan napas
dengan memperlihatkan berbagai inflamasi sel dengan gejala
hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkatan, obstruksi jalan napas,
dan gejala pernapasan yang lain (mengi dan sesak) (Arief Manjoer, dkk.
2001 dalam Riyadi 2011).
2. Penyebab
Penyebab asma bronchial terdiri dari dua yaitu : (Sari, 2013).
a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik/asma alergi)
1) Reaksi antigen-antibodi
2) Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
b. Faktor Intrisik (asma non imunologi/asma non alergi).
1) Infeksi : parainflueza virus, pneumonia, mycoplasma.
2) Fisik : cuaca dingin, perubahan temperature.
3) Iritan : kimia
4) Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
5) Emosional : takut, cemas dan tegang
8
6) Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita asma bronchial adalah :
(Corwin, 2009).
a. Batuk, terutama dimalam hari.
b. Pernapasan yang dangkal dan cepat.
c. Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya mengi
terdengar hanya saat ekspirasi, kecuali kondisi pasien
parah.Peningkatan usaha bernapas, ditandai dengan retraksi dada,
disertai perburukan kondisi, napas cuping hidung.
d. Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat
udara yang cukup.
4. Komplikasi
Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus
berkepanjangan yang mengancam jiwa yang tidak dapat dipulihkan
dengan pengobatan dapat terjadi pada beberapa individu. Pada kasus ini,
kerja pernapasan sangat meningkat. Apabila kerja pernapasan meningkat,
kebutuhan oksigen juga meningkat. Karena individu yang mengalami
serangan asma tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen normalnya,
individu semakin tidak sanggup memenuhi kebutuhan oksigen yang sangat
tinggi yang dibutuhkan untuk berinspirasi dan berekspirasi melawan
spasme bronkiolus, pembengkakan bronkiolus, dan mukus yang kental.
Situasi ini dapat menyebabkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan
9
untuk melakukan ventilasi. Apabila individu kelelahan, dapat terjadi
asidosis respiratorik, gagal napas, dan kematian(Corwin, 2009).
5. Patofisiologi
Serangan awal asma dapat terjadi pada masa kanak-kanak atau
dewasa, episode asma akut, yang disebut sebagai serangan asma dapat
dicetuskan oleh stress, olahraga berat, infeksi, atau pemajanan terhadap
allergen atau iritan lain seperti debu dan sebagainya. Banyak klien asma
dalam keluarganya mempunyai riwayat alergi. Dispnea adalah gejala
utama asma, tetapi gejala lain seperti hiperventilasi, sakit kepala, kebas,
dan mual juga dapat terjadi. Serangan asmatik terjadi akibat beberapa
perubahan fisiologi termasuk perubahan dalam respons imunologi,
resistensi jalan udara yang meningkat, komplians paru yang meningkat,
fungsi mukosilaris yang mengalami kerusakan, dan pertukaran oksigen-
karbon dioksida yang berubah (Mansjoer, 2013).
10
6. Pathways
Permeabilitas
kapiler
meningkat
Mengelurkan
mediator :
histamine platelet,
bradikinin dll
Edema
mukosa,sekresi
produktif, kontruksi
otot polos meningkat
Antigen yang terikat
IGE pada
permukaan sel mast
atau basofil
Spasme otot polos sekresi
kelenjar bronkus
meningkat
Penyempitan/ obstruksi
proksimal & bronkus pada
tahap ekspirasi & inspirasi
Mukus berlebih, Batuk,
Wheezing
Ketidak efektifan
bersihan jalan napas
Peningkatan kerja otot pernapasan
Nafsu makan ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
Faktor pencetus
1. Alergen
2. Strees
3. cuaca
Tekanan
partial O2
dialveoli
Penyempitan jalan nafas
Hiperkapnea
Suplai O2 Keotak
Gangguan
pertukaran gas
Gelisa - Ansietas Konsetrasi O2 dalam
darah menurun
Koma Hipoksemia
Asidosis respiratorik
Suplai darah & O2
Kejantung berkurang
Kebutuhan O2 meningkat Sesak
Retensi O2
Asidosis repiratorik
Suplai O2
Kejaringan
Perfusi jaringan perifer Penurunan cardiac ouput
Penurunan curah
jantung Tekanan darah menurun
Kelemahan dan keletihan
Intoleransi dan aktivitas
Ketidakefektifan pola napas
( Sumber : Nurarif dan Kusum, 2015).
10
11
7. Pengobatan
Pengobatan penyakit asma bronchial dapat dilakukan dengan terapi
nonfarmakologi seperti : (Muttaqin, 2008).
a. Penyuluhan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-
faktor pencetus, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi
pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus.Klien perlu dibantu mengidentifikasi
pencetus serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara
menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk intake cairan
yang cukup bagi klien.
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi
dada (Muttaqin, 2008).
Sedangkan pengobatan farmokologi dapat menggunakan :
(Muttaqin, 2008).
a. Agonis beta: metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya aerosol,
bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
b. Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari. Golongan
metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
c. Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan
respons yang baik,harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam
12
bentuk aerosol dengan dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian steroid
dalam jangka yang lama mempunyai efek samping, maka klien yang
mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan
obat pencegah asma khususnya untuk anak-anak. Dosis Iprutropioum
Bromide diberikan 1-2 kapsul 4 x sehari.
8. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan
bronkospasme.
b. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan dan
deformitas dinding dada.
c. Gangguan pertukaran gas b.d retensi karbondioksida.
d. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontakbilitas dan volume
sekuncup jantung.
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.
B. Tinjauan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Asma Bronchial
1. Pengetian Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh,mempertahankan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup, dan dan aktifitas berbagai
organ atau sel (Alimul, 2011).
13
2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam kebutuhan Oksigenasi
a. Saluran pernapasan bagian atas
Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring,
menghangatkan dan melembabkan udara yang terhirup. Saluran
pernapasan ini terdiri dari (Alimul, 2011).
1) Hidung. Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang
hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang
kasardan bermuara kerongga hidung dan rongga hidung yang
dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah.
Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk
melalui hidung oleh bulu yang ada dalam (bagian rongga hidung),
kemudian dihangatkan serta dilembabkan.
2) Faring. Faring merupakan organ yang memiliki otot, memanjang
dari dasar tengkorak sampai esophagus yang terletak dibelakang
nasofaring (dibelakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan
di belakang laring (laringo faring).
3) Laring (Tenggorokan), laring merupakan saluran pernapasan
setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat
bersama ligament dan membran, terdiri atas dua leminayang
bersambung digaris tengah.
4) Epiglotis. Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas
membantu menutup laring pada saat proses menelan.
14
b. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara
dan memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas: (Alimul, 2011).
1) Trakea. Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki
panjang kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring
sampai ketinggian sampai vertebra torakalis kelima.
2) Bronkus. Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan
dari trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri.
Bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang
memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus
kiri lebih panjang daripada bagian kanan yang berjalan dari lobus
atas dan bawah.
3) Bronkiolus. Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah
bronkus.
3. Proses Oksigenasi
Proses pemenuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu
ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas (Alimul, 2011).
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses
ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan
tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka
tekanan udara semakin tinggi; adanya kemampuan torak dan paru
pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis;
15
adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh
sistem saraf otonom (terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi, kerja saraf
para simpatis dapat menyebabkan kontraksi sehingga vasokontriksi
atau proses penyempitan dapat terjadi, refleks batukdan muntah; dan
adanya peran mukus siliaris sebagai barrier tau penangkal benda asing
yang mengandung interveron dan dapat mengikat virus.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli
dengan kapiler paru dan CO2 dikapiler dengan alveoli. Proses
pertukaran ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan
paru, tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial (keduanya dapat memengaruhi proses difusi
apabia terjadi proses penebalan), perbedaan tekanan dan kosentrasi O2
(hal ini sebagaimana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena
tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam
daerah vena pulmonalis masuk dalam darah secara difusi), CO2 dalam
arteri pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli, dan afinitas gas
c. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler
kejaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh kekapiler, pada proses
transportasi, O2 akan berikatan dengan HB akan membentuk
oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan CO2
16
akan berikatan dengan HB membentuk karbominohemoglobin (30%),
larut dalam plasma (5%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapafaktor,yaitu
curah jantung (cardiac output), kondisi pembuluh darah, latihan
(exercise), perbandingan sel darh dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta eritrosit dan kadar HB.
4. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigenasi tubuh adalah
(Alimul, 2011).
a. Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari daraf otonomik
dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini
dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi
rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransimpatis (untuk
simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada
bronkodilatasi dan untuk para simpatis mengeluarkan astilkolin yang
berpengaruh pada bronkhokontriksi) karena pada saluran pernapasan
terdapat reseptor adrenergik dan reseptor kolinegrik.
b. Hormon dan Obat
Obat yang tergolong parasimpatis, seperti sulfan atropine dan
ekstrak belladonna, dapat melebarkan saluran napas, sedangkan obat
yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta 2), seperti obat
yang tergolong penyakit beta nonselektif, dapat mempersempit saluran
napas (bronkhokontriksi).
17
c. Alergi Pada Saluran Napas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu
yang terdapat dalam hawa pernapasan, bulu binatang , serbuk benang
sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain.
d. Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah
kebutuhan oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang
seiring usia perkembangan.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi,
seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut
memengaruhi kondisi adaptasi.
f. Perilaku
Faktor perilaku yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi
adalah perilaku dalam mengonsumsi makanan (status nutrisi).
5. Masalah Kebutuhan Oksigenasi
Masalah untuk gangguan pemenuhan kebutuhan yang sering terjadi
adalah: (Alimul, 2011).
a. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercapainya pemenuhan
kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau
peningkatan oksigen dalam tingkat sel, ditandai dengan adanya warna
kebiruan pada kulit (sianosis) secara umum. Terjadinya hipoksia
disebabkan oleh menurunya kadar HB, menurunnya difusi O2 dari
18
alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau ventilasi
yang dapat menurunkan kosentrasi oksigen.
b. Perubahan Pola Pernapasan
1) Tachypnea, merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi lebih
dari 24 kali permenit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan
atelektasis atau terjadinya emboli.
2) Bradypnea, merupakan pola pernapasan yang lambat dankurang
dari 10 per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadan
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai narkotik atau
sedatif.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi
peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih
cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan
denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunya
kosentrasi CO2, dan lain-lain. Kusmaul, merupakan pola
pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang
dalam keadaan asidosis metabolik.
4) Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan
karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi
alveolar seta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai
dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi,
atau ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat
atelektasis, lumpuhnya otot-otot pernapasan, depresi pusat
19
pernapasan, peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan
jaringan paru dan thoraks.
5) Dispnea, merupakan perasan sesak dan berat saat pernapasan. Hal
ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah, kerja
berat/ berlebihan, dan pengaruh psikis.
6) Orthopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi
duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang
yang mengalami kongestis paru.
7) Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya
mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
8) Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan yang ditandai
dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari
keadaan normal, sering ditemukan pada keadaan atelektasis.
9) Biot, merupakan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes,
tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada
radang selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat, trauma
kepala, dan lain-lain.
10) Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada kasus spasme trakea atau obstruksi laring.
c. Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi jalan napas (bersihan jalan napas) merupakan kondisi
pernapasan yang tidak normal akibat ketidak mampuan batuk secara
efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan
akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi, dan batuk tidak
20
efektif karena penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident
(CVA), efek pengobatan sedatif.
d. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas, baik
oksigen maupun karbondioksida antara alveoli paru dan sistem
vaskuler, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi
akibat penyakitsistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit
radang pada paru.
C. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Oksigenasi Pasien Asma
Bronchial
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan
oksigen meliputi: ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan
(gangguan hidung dan tenggorokan), seperti epistaksia (kondisi akibat
luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,
ganguan pada sistem peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal
(kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza),
dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap
pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis
media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga
sekitar 38,5 derajat Celsius, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga
21
muntah-muntah (pada anak-anak), faring berwarna merah, dan adanya
edema (Alimul, 2011).
b. Pola batuk dan produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai
apakah batuk termasuk batuk kering, keras dan kuat dengan suara
mendesing, berat dan berubah-ubah sepertikondisi pasien yang
mengalami penyakit kanker. Juga melakukan pengkajian apakah
pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan
produktif serta saat dimana pasien (apakah berdebu, penuh asap, dan
adany kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan.
Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna,
kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum yang
dikeluarkan oleh pasien (Alimul, 2011).
c. Sakit dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui
bagian yang sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit,
perubahan nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau
tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa
sakit (Alimul, 2011).
d. Pengkajian fisik
1) Inspeksi
Pengkajian ini meliputi: pertama, penentuan tipe jalan
napas, seperti menilai apakah napas spontan melalui hidung, mulut,
oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal atau
22
tracheostomy, kemudian menentukan status kondisi seperti
kebersihan, atau tidaknya sekret, perdarahan, bengkak, atau
obstruksi mekanik; kedua, penghitungan frekuensi pernapasan
dalam waktu satu menit ( umumnya, wanita bernapas sedikit lebih
cepat). Apabila kurang dari 10 kali per menit pada orang dewasa,
kurang dari 20 kali per menit pada anak-anak, atau kurang dari 30
kali per menit pada bayi, maka disebut sebagai bradipnea atau
pernapasan lambat. Gejala ini juga dapat dijumpai pada keracunan
obat golongan barbiturate, uremia, koma diabetes, miksedema, dan
proses desak ruang intrakranium. Bila lebih dari 20 kali per menit
pada orang dewasa kurang dari 30 kali per menit pada anak-anak,
atau kurang dari 50 kali per menit pada bayi, maka disebut sebagai
takhipnea atau pernapasan cepat; ketiga pemeriksaan sifat
pernapasan yaitu torakal, abdominal, atau kombinasi keduanya
(pernapasan torakal atau dada adalah mengembang dan
mengempisnya rongga toraks sesuai dengan irama inspirasi dan
ekspirasi. Pernapasan abdominal atau perut adalah seiramanya
inspirasi dengan mengembangnya perut dan ekspirasi dan
mengempisnya perut diagfragma, sedangkan pada anak adalah
abdominal atau torakoabdobminal, karena otot intercostal masih
lemah, untuk kemudian berkembang. Pada wanita, pernapasan
yang umum adalah pernapasan torakal); keempat pengkajian, irama
pernapasan, yaitu dengan menelah masa-masa inspirasi dan
ekspirasi (pada orang dewasa yang sehat, irama pernapasannya
23
teratur dan menjadi cepat jika terjadi pengeluaran tenaga dalam
keadaan terangsang atau emosi. Kemudian, yang perlu diperhatikan
pada irama pernapasan adalah perbandingan antara inspirasi dan
ekspirasi. Pada keadaan normal, ekspirasi lebih lama dari pada
inspirasi, yaitu 2:1. Ekspirasi yang lebih pendek dari inspirasi
terjadi pada orang yang mengalami sesak napas. Dalam keadaan
normal, perbandingan antara frekuensi pernapasan dengan
frekuensi nadi adalah 1:1, sedangkan pada keracunan obat
golongan barbiturate perbandingannya menjadi 1:6. Penyimpangan
irama pernapasan, seperti pernapasan kusmaul, dijumpai pada
keracunan alkohol obat bius, koma diabetes, uremia, dan proses
desak instrakranium. Pernapasan biot ditemukan pada pasien
kerusakan otak. Pernapasan cheyne stokes dapat ditemui pada
pasien keracunan obat bius, penyakit jantung, penyakit paru,
penyakit ginjal kronis, dan pendarahan pada susunan saraf pusat);
kelima pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan (pada
pernapasan yang dangkal, dinding toraks tampak hampir tidak
bergerak. Gejala ini timbul jika terdapat empisema atau jika
pergerakandinding toraks menimbulkan rasa sakit dan juga jika
pada rongga toraks terjadi proses desak ruang, seperti penimbunan
cairan dalam rongga pleura dan pericardium serta konsolidasi yang
dangkal dan lambat (Alimul, 2011).
24
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendekteksi kelainan,
seperti nyeri tekan yang dapat timbul akibat luka, peradang
setempat, metastase tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan
benjolan pada dada. Palpasi dilakukan untuk menentukan besar,
konsistensi, suhu, apakah dapat atau tidak digerakkan dari
dasarnya, melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks pada
saat inspirasi dan ekspirasi terjadi. Cara ini juga dapat dilakukan
dari belakang, jika pada puncak paru terdapat fibrosis,proses
tuberkulosis, atau suatu tumor, maka tidak akan ditemukan
pengembangan bagian atas pada toraks, kelainan pada paru, seperti
getaran suara atau fremitus vocal, dapat dideteksi bila terdapat
getaran sewaktu pemeriksa meletakkan tangannya pada dada
pasien ketika ia berbicara (Alimul, 2011).
3) Perkusi
Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau
tidaknya suara perkusi paru. Suara perkusi normal adalah suara
perkusi sonor, yang bunyinya seperti kata dug-dug. Suara perkusi
lain yang dianggap tidak normal adalah redup, seperti pada
infiltrate, konsolidasi, dan efusi pleura, seperti suara yang
terdengar bila kata memperkusi paha kita, terdapat pada rongga
pleura yang terisi oleh cairan nanah, tumor pada permukaan paru,
atau fibrosis paru dengan penebalan pleura (Alimul, 2011).
25
4) Auskultulasi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara
napas,diantaranya suara napas dasar dan suara napas tambahan.
Suara napas dasar adalah suara napas pada orang dengan paru yang
sehat, seperti: pertama, suara vesikuler, ketika suara inspirasi lebih
keras dan lebih tinggi nadanya. Bunyi napas vesikuler yang disertai
ekspirasi memanjang pada emfisema. Suara vesikuler dapat
didengar pada sebagian paru; kedua, suara bronchial, yaitu suara
yang bisa kita dengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi, bunyinya
bisa sama tau lebih panjang, antara inspirasi dan ekspirasi
terdengar jarak pause ( jeda) yang jelas. Suara bronchial terdengar
dibagian trakea dekat bronkus, dalam keadaan tidak normal bisa
terdengar seluruh daerah paru; ketiga, bronkokasvular, yaitu suara
yang terdengar antara vesikuler dan bronchial, ketika ekspirasi
menjadi lebih panjang, hingga sampai menyamai inspirasi. Suara
ini lebih jelas terdengar pada manibrium sterni. Pada keadan tidak
normal juga terdengar pada daerah lain dari paru (Alimul, 2011).
Suara napas tambahan, yaitu suara yang terdengar pada
dinding toraks berasal dari kelainan dalam paru, termasuk bronkus,
alveoli, dan pleura. Suara napas tambahan seperti suara ronkhi,
yaitu suara yang terjadi dalam bronchi karena penyempitan lumen
bronkus. Suara mengi (wheezing), yaitu ronkhi kering yang tinggi,
terputus nadanya,dan panjang, terjadi pada asma. Suara ronkhi
basah, yaitu suara berisik yang terputus akibat aliran udara yang
26
melewati cairan (ronkhi basah, halus, sedang atau kasar tergantung
pada besarnya bronkus yang terkena dan umumnya terdengar pada
inspirasi). Sedangkan suara krepitasi adalah seperti suara hujan
rintik-rintik yang berasal dari bronkus, alveoli, atau kavitasi yang
mengandung cairan. Suara dan telunjuk dekat telinga. Krepitasi
halus menandakan adanya eksudat dalam alveoli yang membuat
alveoli saling berlekatan, misalnya pada stadium dini pneumonia.
Krepitasi kasar, terdengar seperti suara yang timbul bila kita
meniup dalam air. Suara ini terdengar selama inspirasi dan
ekspirasi. gejala ini dijumpai pada bronchitis (Alimul, 2011).
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan Nanda 2015-2017 diagnosa keperawatan dapat
ditegakkan pada pasien asma bronchial adalah sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
1) Batasan Karakteristik
- Batuk
- Suara napas tambahan
- Perubahan frekuensi napas
- Sianosis
- Perubahan irama napas
- Kesulitan berbicara/mengeluarkan suara
- Penurunan bunyi napas
- Sputum dalam jumlah yang berlebihan
- Batuk yang tidak efektif
27
2) Faktor Yang Berhubungan
(a) Lingkungan
- Perokok pasif
- Menghisap asap rokok
- Merokok
(b) Obstruksi jalan napas
- Spasme jalan napas
- Mokus dalam jumlah yang berlebihan
- Eksudat dan alveoli
- Materi asing dalam jalan napas
- Adanya jalan napas
- Sekresi yang tertahan/sisa sekresi
- Sekresi dalam bronkhi
(c) Fisiologis
- Jalan napas alergik
- Asma
- Penyakit paru obstruksi kronis
- Hyperplasia dinding bronchial
- Infeksi
- Disfungsi neuromuscular
b. Ketidakefektifan Pola Napas
1) Batasan Karakterisltik
- Bradipnea
- Dispnea
28
- Fase ekspirasi memanjang
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Penggunaan posisi tiga-titik
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Penurunan kapasitas vital
- Penurunan tekanan ekspirasi
- Penurunan tekanan inspirasi
- Penurunan ventilasi semenit
- Pernapasan cuping hidung
- Perubahan ekskursi dada
- Pola napas abnormal (misalnya, irama,frekuensi,kedalaman)
2) Faktor Yang Berhubungan
- Ansietas
- Cedera medula spinalis
- Deformitas dinding dada
- Deformitas tulang
- Disfungsi neuromuscular
- Gangguan musculoskeletal
- Gangguan neurologis (misalnya,elektroensefalogram
[EEG]positif, trauma kepala,gangguan kejang)
- Hiperventilasi
- Imaturitas neurologis
- Keletihan
- Keletihan otot pernapasan
29
- Nyeri
- Obesitas
- Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
- Sindrom hipoventilasi
- Penyakit infeksi pada paru
- Depresi pusat pernapasan
- Lemah otot pernapasan
- Turunnya ekspansi paru
- Obstruksi trakea
c. Gangguan Pertukaran Gas
1) Batasan Karakteristik
- Diaforesis
- Dispnea
- Gangguan penglihatan
- Gas darah arteri abnormal
- Gelisah
- Hiperkapnia
- Hipoksemia
- Hipoksia
- Iritablitas
- Konfusi
- Napas cuping hidung
- Penurunan karbon dioksida
- Ph arteri abnormal
30
- Pola pernapasan abnormal(misalnya, kecepatan, irama,
kedalaman)
- Sakit kepala saat bangun
- Somnolen
- Takikardia
- Warna kulit abnormal (misalnya, pucat, kehitaman)
2) Faktor Yang Berhubungan
- Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
- Perubahan membran alveolar-kapiler
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil (NOC)
Intervensi(NIC)
1 Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
NOC Label :
- Respiratory status :
Ventilation
- Respiratory status :
Airway patency
Kriteria hasil :
- Frekuensi pernapasan
dalam batas normal
(16-20 x/menit)
- Irama pernapasan
normal
NIC Label :
Airway
Management
- Pantau status
oksigenasi
- Auskultasi bunyi
napas dan catat
area yang
ventilasinya
menurun atau
adanya suara
tambahan
- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
31
ventilasi
- Lakukan
fisioterapi dada
sebagaimana
mestinya
- Kelola
pemberian
oksigen
- Kolaborasi
pemberian
broncodilator
sesuai indikasi
2 Ketidakefektifan
pola napas
- Respiratory status :
Ventilation
- Respiratory status :
Airway patency
- Vital sign status
Kriteria Hasil :
- Mendemostrasikan
batuk efektif dan suara
napas yang bersih, tidak
ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernapas
dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
- Menunjukan jalan napas
yang paten (klien tidak
Airway
Management
- Buka jalan
napas, gunakan
chinlift atau jaw
thrust bila perlu
- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan napas
buatan
Oxigen Therapy
32
merasa tercekik, irama
napas, frekuensi
pernapasan dalam
rentang normal, tidak
ada suara napas
abnormal)
- Tanda-tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernapasan)
- Bersihkan mulut,
hidung dan
secret trakea
pertahankan
jalan napas yang
paten
- Atur peralatan
oksigenasi
Vital Sign
Monitoring
- Monitor TD,
nadi, suhu dan
RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
- Monitor v5 saat
pasien berbaring,
duduk, atau
berdiri
3 Gangguan
pertukaran gas
- Respiratory Status :
Gasexchange
- Respiratory Status :
ventilation
- Vital SignStatus
Kriteria Hasil :
- Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang
adekuat
Airway
Management
- Buka jalan
napas, gunakan
teknik chinlift
atau jaw thrust
bila perlu
- Posisikan pasien
untuk
33
- Memelihara
kebersihan paru paru
dan bebas dari tanda
tanda distress
pernapasan
- Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara napas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum,mampu,berna
pas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
- Tanda tanda vital
dalam rentang normal
memaksimalkan
ventilasi
- Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan napas
buatan
Respiratory
Monitoring
- Monitor rata-
rata, kedalaman,
irama dan usaha
respirasi
- Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan,
retraksi otot
supraclavicular
dan intercostals
- Monitor suara
napas, seperti
dengkur
34
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan berdasarkan aplikasi Nanda Nic Noc :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas. Memfasilitasi kepatenan jalan
napas, mengeluarkan sekret dari jalan napas dengan memasukkan sebuah
kateter penghisap kedalam jalan napas oral dan trakea pasien, mencegah
atau memunimalkan faktor resiko pada pasien yang beresiko mengalami
aspirasi, mengidentifikasi, menangani dan mencegah reaksi inflamasi /
kontriksi didalam jalan napas.
b. Ketidakefektifan pola napas. Memfasilitasi kepatenan jalan napas,
meningkatkan ventilasi dari perfusi jaringan yang adekuat untuk individu
yang mengalamireaksi alergi berat (antigen-antibodi), meningkatkan pola
pernapasan spontan yang optimal sehingga memaksimalkan pertukaran
oksigen dan karbondioksida di dalam paru
c. Gangguan pertukaran gas. Kaji tingkat pernapasan, kedalaman dan usaha
termasuk penggunaan otot aksesoris, kaji paru-paru untuk area ventilasi
yang menurun dan auskultasi adanya suara, pantau perilaku pasien dan
status mental untuk mengatasi kegelisahan.
35
D. Kerangka Konsep Studi Kasus
Berdasarkan landasan teori yang di uraikan pada tinjauan kepustakaan,
pada kerangka kerja dalam penelitian studi kasus ini adalah sebagai berikut.
Gambar 2.2 Alur Kerangka Konsep
Pengkajian keperawatan
Diagnosa keperawatan
Perencanaan keperawatan
Implementasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
Asuhan keperawatan
pada pasien asma
bronchial dalam
pemenuhan
kebutuhan oksigenasi
36
BAB III
METODE STUDI KASUS
A. Desain Studi Kasus
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun studi kasus
ini adalah observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian
deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada
masa kini. Desain penelitian yg digunakan studi kasus adalah rancangan
penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif
misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi (Nursalam,
2013).
B. Subyek Studi Kasus
Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti
atau subyek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto,
2013). Subyek penelitian pada studi kasus ini adalah 1 (satu) orang pasien
dengan diagnosa medis Asma Bronchial Di Rumah Sakit Umum Daerah
Bahteramas Kendari dengan kriteria sebagai berikut:
1. Usia antara 20-45 tahun
2. Responden yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi dan dirawat inap di RSUD Bahteramas Kendari
3. Bersedia menjadi responden
37
C. Fokus Studi
Fokus studi pada proposal ini adalah untuk mengetahui gambaran
asuhan keperawatan pasien Asma Bronchial dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi di RSUD Bahteramas Kendari.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah
yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Notoatmodjo,
2012).
1. Asma Bronchial adalah gangguan pada sistem pernapasan di mana bagian-
bagian yang memungkinkan udara masuk ke dalam dan keluar mengalami
penyempitan di paru yang terjadi secara periodik dan menyebabkan gejala
batuk, mengi, dan sesak napas.
2. Asuhan keperawatan adalah merupakan suatu tindakan NIC dan NOC
kegiatan atau proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara
langsung kepada klien(pasien) untuk memenuhi kebutuhan objektif klien,
sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, dan asuhan
keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan.
3. Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan
yang terdiri dari beberapa tahapan diantaranya pengumpulan data,
pengelompokan data dan menganalisis data.
4. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat, jelas dan
pasti tentang status atau masalah kesehatan pasien yang perlu
ditanggulangi.
38
5. Perencanaan adalah pengembangan dari pencatatan rencana keperawatan
dan menentukan pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah
atau mengurangi masalah klien.
6. Implementasi adalah perwujudan atau pelaksanaan perencanaan
keperawatan oleh perawat terhadap klien.
7. Evaluasi adalah langkah terakhir dari proses keperawatan yang merupakan
pengukuran keberhasilan dari seluruh tindakan keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan klien.
8. Fisioterapi dada adalah kumpulan teknik terapi atau tindakan pengeluaran
sekret yang dapat digunakan, baik secara mandiri maupun kombinasi agar
tidak terjadi penumpukan sekret yang mengakibatkan tersumbatnya jalan
napas dan komplikasi penyakit lain sehingga menurunkan fungsi ventilasi
paru-paru
E. Instrument Studi Kasus
Peneliti melakukan pemilihan sampel penelitian berdasakan pasien
yang dirawat pada waktu jadwal penelitian dengan karakteristik
responden yaitu, dikhususkan pada pasien dewasa yang terdiagnosa medis
Asma Bronchial dengan tidak mempersyaratkan jenis kelamin, pekerjaan
dan sosial ekonomi. Dan peneliti menggunakan instrument observasi
sebagai instrument penelitian ini.
39
F. Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan
pengkajian terhadap responden. Sedangkan data sekunder yang berhubungan
dengan penelitian ini diperoleh dari status pasien dan rekam medik RSUD
Bahteramas Kendari.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subyek
atau obyek penelitian oleh perorangan maupun organisasi. Data primer
dapat diperoleh dari :
a. Wawancara
Yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
dimana penelitian mendapatkan keterangan atau penelitian secara lisan
dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo,
2012). Pada kasus ini wawancara dilakukan pada pasien dan keluarga
pasien.
b. Observasi
Adalah suatu prosedur yang terencana antara lain meliputi:
melihat, mencatat jumlah data, syarat aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2012).
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan
fisik pasien secara sistematis dengan cara:
40
1) Inspeksi
Suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematis
dengan menggunakan indra penglihatan, pandangan dan
penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi
dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki.
2) Palpasi
Adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat
teraba dengan menggunakan bagian tangan yang berbeda untuk
mendeteksi jaringan, bentuk tubuh, persepsi getaran atau
pergerakan dan konsistensi. Palpasi ini digunakan untuk
memeriksa daerah thoraks dan abdomen.
3) Perkusi
Adalah mengetuk permukaan tubuh dengan jari untuk
menghasilkan getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh.
4) Auskultasi
Adalah mendengarkan bunyi yang terbentuk dalam organ
tubuh untuk mendeteksi perbedaan dari normal(Notoatmodjo,
2012).
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari status pasien dengan cara
a. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada obyek penelitian, namun melalui dokumen.
b. Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari ilmu
41
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Peneliti memanfaatkan
teori-teori yang sudah ada di buku atau hasil penelitian lain untuk
kepentingan penelitian
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Laika Waraka RSUD
Bahteramas Kendari.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan setelah ujian proposal dan disetujui
untuk diteliti pada tanggal 25 sampai 29 juli 2018
H. Analisis Data dan Penyajian Data
Analisa data dilakukan secara diskriptif menggunakan prinsip-
prinsip manajemen asuhan keperawatan. Proses analisa data dimulai
dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu
wawancara, pengamatan/observasi, dan rekam medik. Sedangkan penyajian
data dalam bentuk asuhan keperawatan yang menggunakan 5 langkah SOAP.
I. Etika Studi Kasus
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan
izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini pihak Rumah Sakit Umum
Daerah Bahteramas Kendari. Setelah mendapat persetujuan, barulah dilakukan
penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :
42
1. Informed Concent (surat persetujuan)
Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti memperkenalkan
diri, memberikan penjelasan tentang judul studi kasus. Deskripsi tentang
tujuan pencatatan, menjelaskan hak dan kewajiban responden. Setelah
dilakukan penjelasan pada responden peneliti melakukan persetujuan
sesuai dengan responden tentang dilakukannya studi kasus
2. Anominity (tanpa nama)
Peneliti melindungi hak-hak dan privasi responden, nama tidak
digunakan serta menjaga kerahasiaan responden, peneliti hanya
menggunakan inisial sebagai identitas.
3. Confidentiality (kerahassiaan)
Semua informasi yang diberikan responden kepada peneliti akan
tetap dirahasiakan.
4. Bebas dari penderitaan (penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan
penderitaan pada responden)
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada responden khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
5. Bebas dari eksploitasi (partisipasi responden dalam penelitian tidak akan
digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan dalam bentuk apapun)
Partisipasi responden dalam penelitian, harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan. Responden harus di yakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak
akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan responden dalam
bentuk apapun.
43
6. Resiko (peneliti telah mempertimbangkan resiko dan keuntungan setiap
tindakan yang dilakukan kepada responden)
Peneliti harus berhati-hati mempertimbangkan resiko dan
keuntungan yang berakibat kepada responden pada setiap tindakan.
7. Right to selt determination (responden penelitian tidak boleh dipaksa
untuk menjadi responden tanpa ada sanksi apapun)
Responden harus diperlakukan secara manusiawi. Responden
mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi responden
ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun atau akan berakibat terhadap
kesembuhannya, jika mereka seorang klien.
8. Right to full disclosure (responden memiliki hak untuk mendapatkan
jaminan dari perlakuan yang diberikan)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci dan
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
9. Right in fair treatment ( responden harus diperlakukan secara adil
sebelum, selama, dan setelah penelitian dilaksanakan tanpa ada
diskriminasi walau klien drop out dari penelitian)
Responden harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama,
dan setelah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi
apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
10. Right to privacy (hak untuk dijaga kerahasiannya)
Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama dan
rahasia (Nursalam, 2013)
44
45
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny.S
usia 54 Tahun dengan diagnosa medis Asma Bronkhial di ruangan Laika
Waraka Rumah Sakit Umum Daerah Bahterahmas Provinsi Sulawesi
Tenggara dimulai sejak tanggal 25 Juli 2018 sampai tanggal 29 Juli 2018.
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan secara bertahap diawali dengan
pengkajian, perumusan masalah keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi yang disebut sebagai proses keperawatan, selanjutnya dijabarkan
sebagaimana uraian-uraian tersebut dibawah ini:
A. Hasil Studi Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa.Wonua Sangia
Suku/ Bangsa : Tolaki/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk : 25 Juli 2018
Tanggal Pengkajian : 25 Juli 2018
No. Registrasi : 534671
46
Diagnosa medis : Asma Bronchial
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.N
Usia : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa, Wonua Sangia
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
c. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Ny.S mengatakan merasakan sesak nafas disertai
batuk berdahak.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang : Ny.S masuk RSUD Bahterahmas
Provinsi Sulawesi Tenggara Pada tanggal 25 Juli 2018 sekitar jam
18.50 WITA. Sebelum di bawa ke RSUD Bahterahmas Provinsi
Sulawesi Tenggara, Ny.S sejak 3 hari yang lalu mengeluh sesak
nafas disertai batuk berdahak, kemudian Ny.S memeriksakan
kedokter terdekat, lalu dokter menyarankan agar dibawa ke RSUD
Bahterahmas Provinsi Sulawesi Tenggara. Saat dikaji perawat IGD
Tekanan Darah Ny. S 130/80 mmHg, Pernafasan 28 x/menit, Nadi
90 x/menit, Suhu 36,5 °C.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu : Ny.S mengatakan sudah 1 tahun
menderita penyakit asma bronkhial. Apabila penyakitnya kambuh
Ny.S selalu memeriksakan sakitnya ke dokter terdekat. Faktor
47
pencetus penyakitnya kambuh dikarenakan oleh faktor cuaca
dingin, debu, bulu hewan, serta asap.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga (penyakit yang serupa, penyakit
keturunan, dll) Ny.S mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit asma bronchial, dan penyakit keturunan seperti
DM, dan penyakit menular seperti. TBC, hepatitis.
Genogram :
Keterangan :
= Laki - Laki
= Perempuan
= Laki – Laki meningggal
= Perempuan meninggal
= Garis Perkawian
= Garis Keturunan
= Tinggal Serumah
= Klien
Gambar 4.1 Genogram 3 generasi
54
48
d. Pola Kesehatan Fungsional
1. Pola persepsi kesehatan dan manajemen Ny.S tahu tentang
penyakit yang diderita, Ny.S menceritakan keluhan yang muncul
kepada keluarga. Jika sakit Ny.S langsung memeriksakan kedokter
terdekat.
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit Ny.S mengatakan makan 3x sehari, habis 1 piring
dengan menu makan nasi, sayur-mayur, dan lauk-pauk. Dalam 1
hari Ny.S minum 8 gelas ukuran sedang. Selama sakit Ny.S
mengatakan makan 3x sehari, habis 1 piring dengan menu yang
diberikan dari rumah sakit yaitu nasi, sayur mayur,dan lauk-pauk.
Dalam 1 hari Ny.S minum 8 gelas ukuran sedang, hanya saja jika
mau makan dan minum Ny.S dibantu oleh keluarganya.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit Ny.S BAB kurang lebih sehari 1x dengan
konsistensi sedikit lembek dan BAK kurang lebih 4 kali sehari
dengan warna jernih dan berbau khas. Selama sakit Ny.S BAB
sehari 1x, dengan konsistensi sedikit lembek.BAK seperti biasa 4
kali sehari, dalam satu kali BAK Ny.S mengeluarkan urin sampai
400 cc. Dalam satu hari ada 1600 cc.
4. Pola persepsi dan daya ingat yang kuat
49
Sebelum sakit Ny.S mengatakan didalam persepsi dan daya ingat
tidak ada masalah. Penglihatan baik, pengecapan dan sensori Ny.S
baik. Ny.S dapat membedakan manis, asam, pahit, dan lain-lain..
5. Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur dan istirahatSebelum sakit Ny.S mengatakan tidur
selama 7 jam, dari jam 21.30 WITA sampai jam 04.30 WITA dan
tidur siang selama 1 jam dari jam 14.00 WITA sampai jam 15.00
WITA Selama sakit Ny.S mengatakantidur terasa cukup yaitu
selama 7 jam, dari jam 21.30 WITA sampaijam 04.30 WITA dan
tidur siang selama 1 jam dari jam 14.30 WITA sampai jam 15.30
WITA
6. Pola konsep pribadi dan persepsi pribadi
Sebelum sakit Ny.S mengatakan percaya pada dirinya sendiri
bahwa apa yang selama ini dia lakukan, itu semua semata-mata
hanya ingin membahagiakan suami dan 4 orang anaknya. Selama
sakit Ny.S mengatakan bahwa penyakit yang diderita itu adalah
cobaan dari Allah SWT.
7. Pola peranan dan berhubungan
Ny.S mengatakan hubungan Ny.S dengan orang lain dan keluarga
sangatlah baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya suadara dan
keluarga yang menjenguknya selama dia di rumah sakit.
8. Pola seksual dan reproduksi
50
Ny.S mengatakan merasa senang menjadi seorang Ibu rumah
tangga, dan mempunyai 4 orang anak.
9. Pola mengatasi stress
Ny.S mengatakan dalam mengatasi masalah Ny.S selalu terbuka,
ketika sedang ada masalah Ny.S selalu menceritakan keluh-kesah
yang dialami pada keluarganya.
10. Pola etika dan kepercayaan Ny.S beragama islam, Ny.S selalu
shalat lima waktu. Selama sakit. Ny.S mengatakan hanya dapat
shalat diatas tempat tidur dan berdo’a untuk kesembuhannya.
e. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda-Tanda Vital :
1. Tekanan Darah : 130/80 mmHg,
2. Pernapasan : 28x/menit
3. Nadi : 90x/menit,
4. Suhu : 36,5 °C
c. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : Mesochepal, tidak ada jejas, rambut hitam, bersih.
2. Wajah : Bentuk oval, tidak ada luka, tidak berjerawat.
3. Mata : Penglihatan normal, konjungtiva tidak anemis, sklera
ikterik, pupil isokor.
4. Hidung : Penciuman normal, tidak ada polip.
5. Telinga : Telinga simetris, tidak ada serumen, pendengaran
baik.
51
6. Mulut : Mulut bersih, tidak ada karies gigi dan gigi palsu,tidak
ada stomatitis, membran mukosa bibir lembab.
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
8. Jantung
a. Inspeksi = Dada simetris
b. Palpasi = Ictus cordis teraba
c. Perkusi = Normal
d. Auskultasi = Terdengar bunyi S1 dan S2
9. Paru
a. Inspeksi = Pengembangan dada kanan dan kiri simetris
b. Palpasi = Vocal fremintus kanan dan kiri sama
c. Perkusi = Bunyi paru sonor
d. Auskultasi = Terdengar suara tambahan Ronkhi karena
terdapat adanya sekret pada bronkus
10. Abdomen
a. Inspeksi = Tidak ada jejas
b. Auskultasi = Terdengar bising usus 10x/menit
c. Palpasi = Tidak ada massa dan nyeri tekan
d. Perkusi = Tympani
11. Ekstremitas :
Pada ekstremitas atas terpasang IV line RL di tangan sebelah
kanan 20 tetes/menit, turgor kulit baik, dan tidak ada jejas,
tidak ada oedema. Ekstremitas bawah tidak ada oedema, turgor
52
kulit baik, tidak adanya jejas di kaki. Kekuatan ekstremitas atas
dan bawah sedikit melemah
Kekuatan otot :
4 4
4 4
Keterangan:
Skala 0 = Otot tak mampu bergerak\
Skala 1= Terdapat sedikit kontraksi 7otot namun tidak
didapatkan gerakan.
Skala 2 = Dapat menggerakkan otot sesuai perintah tapi jika
disuruh ditahan sedikit saja sudah tidak mampu bergerak.
Skala 3 = Dapat menggerakan otot dengan tahanan minimal.
Skala 4 = Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang
ringan.
Skala 5 = Bebas bergerak.
f. Terapi Medik
1) IVFD : RL 20 tpm
2) Oksigen : 3 Liter / Menit
3) Inhalasi : Combivent/ 8 jam
4) Inj Ranitidin 1 Amp /12 jam /iv
5) Inj Dexamethasone 1 Amp /12 jam /iv
6) Inj Mp 1 Amp /12 jam /iv
7) Aminophilin 1 amp /12jam /iv
53
8) Ulsidex 3x1 tablet
9) Ambroxol 3x1 tablet
10) Codein 3x1 tablet
11) Glimepiride 1x1 tablet
g. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Laboratorium
a. Glukosa Sewaktu : 185 rujukan (70 – 180 mg/dl)
b. Ureum : 34 rujukan (P: 15-40 mg/dl)
c. Creatinine : 0,9 rujukan (P: 0,5 – 1,0 mg/dl)
d. SGOT/AST : 36 rujukan (<31 U/L)
SGPT/AST : 34 rujukan (<31 U/L)
e. WBC : 14,98 + (10^3/uL) rujukan (4,00 - 10,00)
54
2. Analisa Data
Tabel 4.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS (Data Subyektif) :
Ny.S mengatakan sesak napas
disertai batuk
DO (Data Obyektif) :
a. Ny.S terlihat batuk dan
sesak napas
b. Bunyi nafas ronkhi
c. Irama napas tidak teratur
d. Terpasang oksigen 3 liter
permenit
e. Pernapasan : 28 x /menit
Faktor pencetus
(Alergen,Stres,Cuaca)
Antigen yang terikat
IGE pada permukaan
sel mast atau basofil
Mengelurkan mediator
: histamine platelet,
bradikinin dll
Permeabilitas kapiler
meningkat
Edema
mukosa,sekresi
produktif, kontruksi
otot polos meningkat
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Napas
55
Spasme otot polos
sekresi kelenjar
bronkus meningkat
Penyempitan/
obstruksi proksimal &
bronkus pada tahap
ekspirasi & inspirasi
Mukus berlebih, batuk,
ronchi
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
3. Diagnosa Keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan adalah ketidakefektifan bersihan
jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret di bronkus. Data yang
menunjang dengan diagnosa tersebut adalah data subyektif : Ny.S
mengatakan sesak napas disertai batuk. Data obyektif, Ny.S terlihat
batuk dan sesak napas, terpasang oksigen 3 liter permenit, terdapat
suara nafas tambahan ronkhi, irama napas tidak teratur (cepat dan
dangkal) dan frekuensi pernapasan 28 kali permenit.
4. Intervensi Keperawatan
Nama pasien : Ny.S
Umur : 54 Tahun
No. RM : 534671
Tabel. 4.3 Intervensi Keperawatan
56
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan &
Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
Keperawatan
(NIC)
Rasional
1 Ketidakefekti
fan bersihan
jalan napas
berhubungan
dengan
akumulasi
sekret di
bronkus
NOC Label :
Respiratory
staus : Airway
Patency
Kepatenan
jalan napas
dengan
Kriteria hasil : 1. Frekuensi
pernapasan
dalam batas
normal (16-
20 x/Menit) 2. Irama
Pernapasan
normal
NIC Label : Airway
Management
1. Pantau status
oksigenasi 2. Auskultasi
bunyi napas
dan catat area
yang
ventilasinya menurun
atau adanya
suara
tambahan 3. Posisikan
pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
4. Lakukan
fisioterapi
dada sebagaimana
mestinya
5. Kelola pemberian
oksigen
6. Kolaborasi pemberian
broncodilator
sesuai
indikasi
1. Untuk mengetahui
status oksigenasi
klien 2. Adanya bunyi ronkhi
menandakan terdapat
penumpukan sekret atau sekret
berlebihan dijalan
napas 3. Posisi
memaksimalkan
ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernapasan
4. Fisioterapi dada/
back message dapat membantu
mengencerkan sekret
yang ada dijalan
nafas. 5. Meringankan kerja
paru untuk
memenuhi kebutuhan oksigen serta
memenuhi kebutuhan
oksigen dalam tubuh. 6. Broncodilator
meningkatkan ukuran
lumen percabangan
trakeobronkial sehingga
menurunkan tahanan
terhadap aliran udara.
5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Nama pasien : Ny.S
Umur : 54 Tahun
No. RM : 534671
Tabel. 4.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
57
No. Dx
Hari
Tanggal/
Pukul
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
1 Rabu, 25
Juli 2018 08.00
08:30
09:15
10:00
11.30
12:15
1. Memantau status oksigenasi
Hasil : klien sesak napas, frekuensi napas 28 kali
permenit, irama napas tidak
teratur, cepat dan dangkal
2. Auskultasi bunyi napas dan
catat area yang ventilasinya
menurun atau adanya suara tambahan
Hasil : terdapat suara napas
ronchi
3. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Hasil : klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi semi
fowler yang di berikan
4. Lakukan fisioterapi dada
sebagaimana mestinya
Hasil : pasien mengerti cara
yang sudah dijelaskan, tapi dahak tidak keluar
5. Kelola Pemberian oksigen hasil : klien terpasang oksigen
3 liter permenit
6. Kolaborasi pemberian
broncodilator sesuai indikasi
Hasil : klien diberikan
Nebulizer Combivent 2.5 ml, klien nampak rileks.
Pukul 14:20
Subyektif : Klien mengatakan sesak
napas disertai batuk
Obyektif : Keadaan Umum Lemah
Terdapat suara napas
tambahan di Ronkhi di area bronkus
Klien terpasang oksigen 3
L/menit Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 140/80
mmHg
Nadi : 92 kali permenit Suhu : 37°C
Frekuensi napas : 26 kali
permenit Irama napas tidak teratur,
cepat dan dangkal
Assesment : Masalah belum teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan
Kamis 26
Juli 2018
08.00
08:30
1. Memantau status oksigenasi
Hasil : klien sesak napas,
frekuensi napas 26 kali permenit, irama napas tidak
teratur, cepat dan dangkal
2. Auskultasi bunyi napas dan
catat area yang ventilasinya
menurun atau adanya suara tambahan
Hasil : terdapat suara napas
ronchi
Subyektif :
Klien mengatakan masih
sesak napas
Obyektif :
Keadaan Umum : Lemah Terdapat suara napas
tambahan di Ronkhi di
area bronkus Dahak sudah keluar
dengan konsistensi kental,
warna kekuningan
58
09:00
09.30
10.00
3. Lakukan fisioterapi dada
sebagaimana mestinya Hasil : pasien mengerti cara
yang sudah dijelaskan, dahak
keluar dengan konsistensi kental, warna kekuningan
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Hasil : klien nampak rileks
5. Kolaborasi pemberian
broncodilator sesuai indikasi
Hasil : klien diberikan Nebulizer Combivent 2.5 ml,
klien nampak rileks.
Klien terpasang oksigen 3
L/menit
Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah : 130/80
mmHg
Nadi : 88 kali permenit Suhu : 36.7°C
Frekuensi napas : 24 kali
permenit Irama napas tidak teratur,
cepat dan dangkal
Assesment :
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
Jumat, 27 Juli 2018
08:00
08:30
09:00
09.30
10.00
1. Memantau status oksigenasi Hasil : klien sesak napas,
frekuensi napas 24 kali
permenit, irama napas tidak teratur, cepat dan dangkal
2. Auskultasi bunyi napas dan
catat area yang ventilasinya menurun atau adanya suara
tambahan
Hasil : terdapat suara napas ronkhi
3. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
Hasil : pasien mengerti cara
yang sudah dijelaskan, dahak
keluar dengan konsistensi kental, warna kekuningan
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Hasil : klien nampak rileks
5. Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi
Hasil : klien diberikan
Nebulizer Combivent 2.5 ml, klien nampak rileks.
Pukul 14:20
Subyektif :
Klien mengatakan masih
sesak napas
Obyektif :
Keadaan Umum : Lemah
Terdapat suara napas tambahan di Ronkhi di
area bronkus.
Dahak sudah keluar dengan konsistensi kental,
warna kekuningan
Klien terpasang oksigen 3 L/menit
Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80
mmHg Nadi : 84 kali permenit
Suhu : 36.5 °C
Frekuensi napas : 24 kali permenit
Irama napas tidak teratur,
cepat dan dangkal
Assesment :
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
59
Sabtu, 28
Juli 2018
08:00
09:35
10.00
10:45
1. Memantau Status Oksigenasi
Hasil : klien mengatakan
sesak napas, frekuensi napas 22 kali permenit, irama napas
teratur,
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Hasil : klien nampak rileks
3. Auskultasi bunyi napas dan
catat area yang ventilasinya
menurun atau adanya suara tambahan
Hasil : tidak terdapat suara
napas tambahan
4. Kolaborasi pemberian
broncodilator sesuai indikasi Hasil : klien diberikan
Nebulizer Combivent 2.5 ml,
klien nampak rileks.
Pukul 14:20
Subyektif :
Klien mengatakan sesak napas berkurang
Obyektif : Keadaan Umum : Lemah
Klien nampak rileks
Tidak teradapat suara napas tambahan di area
bronkus
Klien terpasang oksigen 3
L/menit Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80
mmHg Nadi : 80 kali permenit
Suhu : 36.5 °C
Frekuensi napas : 20 kali
permenit Irama napas teratur
Assesment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan
Minggu, 29 Juli
2018
08:00
09:30
10:45
11.20
1. Memantau status oksigenasi Hasil : klien mengatakan tidak
sesak dan batuk berkurang,
frekuensi napas 20 kali permenit, irama napas teratur.
2. Auskultasi bunyi napas dan
catat area yang ventilasinya menurun atau adanya suara
tambahan
Hasil : tidak terdapat suara napas tambahan
3. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi Hasil : klien nampak rileks
4. Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi
Hasil : klien diberika
Nebulizer Combivent 2.5 ml, klien nampak rileks.
Pukul 14.20
Subyektif :
Klien mengatakan tidak
sesak napas
Obyektif :
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Klien nampak rileks
Tidak terdapat suara napas tambahan di area bronkus
Klien tidak terpasang
oksigen
Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80
mmHg
Nadi : 76 kali permenit Suhu : 36 °C
Frekuensi napas : 18 kali
permenit Irama napas teratur
60
Assesment :
Masalah teratasi
Planning :
Intervensi dihentikan
B. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang studi kasus
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada Ny.S pada tanggal 25-29 Juli
2018 di ruang Laika Waraka Rumah Sakit Umum Daerah Bahterahmas
Provinsi Sulawesi Tenggara. Prinsip dari pembahasan ini dengan
memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
61
kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
(Budiono, 2016)
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa riwayat kesehatan
klien, keluhan utama yang dirasakan oleh klien adalah sesak napas
disertai batuk berdahak. Ny.S sejak 3 hari yang lalu mengeluh sesak
nafas disertai batuk berdahak, kemudian Ny.S memeriksakan kedokter
terdekat, lalu dokter menyarankan agar dibawa ke RSUD Bahterahmas
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Dari pemeriksaan fisik diatas, dapat dilihat bahwa tanda gejala
pada Ny.S sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa gambaran
secara umum pada pasien Asma Bronkhial adalah sesak, dan batuk
berdahak. Selain itu penyakit Asma bisa disebabkan oleh berbagai
macam faktor pencetus alergen, stres, cuaca (Hetzner, 2009).
Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan
pengukuran lainnya. Pemeriksaan serta pemeriksaan semua bagian
tubuh. Pemeriksaan fisik menggunakan teknik inspeksi, palpasi,
perkusi, dana auskultasi (Potter dan Perry, 2005).
Hasil pengkajian fisik pada klien didapatkan Pemeriksaan dada:
inspeksi paru pengembangan dada kanan-kiri simetris, palpasi vocal
fremitus kanan kiri sama, saat di perkusi bunyi paru sonor dan saat di
auskultasi terdengar suara nafas tambahan ronkhi. Pada pemeriksaan
hidung, simetris, tidak ada polip, terdapat sekret, tidak ada epistaksis.
Tanda-tanda vital tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90 kali per menit,
62
suhu 36.50C, respirasi 28 kali per menit irama napas tidak teratur, cepat
dangkal. Pemerikasaan darah didapatkan GDS 185 mg/dl, Ureum 34
mg/dl, Creatinine 0,9 mg/dl, SGOT/AST36U/L, SGPT/AST34U/L, WBC :
14,98 + (10^3/uL
Sekret yang terakumulasi akan mengakibatkan sumbatan pada
saluran nafas, sehingga oksigen yang masuk ke saluran pernapasan
menjadi berkurang. Tubuh mengkompensasinya dengan cara
meningkatkan usaha napas, hal ini ditandai dengan perubahan
frekuensi dan irama napas. Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala yang
terjadi pada klien. Klien mengeluh sesak napas, terdapat suara
tambahan (ronchi), perubahan frekuensi 28 kali permenit, irama napas
tidak teratur, cepat dan dangkal.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau
kerentanan respon dari seorang individu , keluarga, kelompok atau
komunitas (Herdman, 2015)
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan akumulasi sekret. Hal ini ditandai dengan
terdapat suara napas tambahan (ronchi), perubahan pada frekuensi dan
irama pernapasan.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan
dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan
63
untuk mempertahankan bersihan jalan napas. Batasan karakteristik dari
ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah batuk yang tidak efektif,
penurunan bunyi napas, suara napas tambahan (ronchi, rales, crakles
wheezing), sputum dalam jumlah berlebih, sianosis, kesulitan
verbalisasi, mata terbuka lebar, perubahan frekuensi napas, perubahan
irama napas, sianosis (Nanda, 2015).
3. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis
rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006).
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan maka
penulis menyusun intervensi yang telah disesuaikan dengan Nursing
Intervention Classification (NIC), pantau status oksigenasi klien,
rasional : Untuk mengetahui status oksigenasi klien, auskultasi bunyi
napas dan catat area yang ventilasinya menurun atau adanya suara
tambahan, rasional : Adanya bunyi ronkhi menandakan terdapat
penumpukan sekret atau sekret berlebihan dijalan napas, Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi, rasional : Posisi
memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan,
lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya, rasional : Fisioterapi
dada/back massage dapat membantu mengencerkan secret, kelola
pemberian oksigen, rasional : Meringankan kerja paru untuk memenuhi
kebutuhan oksigen serta memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh,
kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi, rasional :
64
Broncodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial
sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara (Wilkinson,
2006).
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang Anda buat pada tahap perencanaan (Budiono, 2016)
Dalam tahap evaluasi penulis menggunakan metode
SOAPS:Subyektif data, O: Obyektif data, A: Analisis atau Assesment
dan P: Planning setelah melakukan implementasi selama 5 hari dari
tanggal 25 Juli 2018 sampai dengan 29 Juli 2018 di Ruang Laika
Waraka Rumah Sakit Umum Daerah Bahterahmas Provinsi Sulawesi
Tenggara, tindakan pada Ny.S, dapat dilakukan penulis sesuai rencana
tindakan keperawatan yang ada. Saat melakukan tindakan keperawatan
penulis tidak mengalami kesulitan karena pasien kooperatif.
Evaluasi pada tanggal 25 Juli 2018 ketidakefektifan bersihan jalan
napas belum teratasi, yang ditandai dengan subyektif: Klien
mengatakan sesak napas disertai batuk, data Obyektif : Keadaan Umum
Lemah, Terdapat suara napas tambahan (ronchi) di area bronkus, Klien
terpasang oksigen 3 liter permenit, Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah :
140/80 mmHg, Nadi : 92 kali permenit, Suhu : 37 °C, Frekuensi napas : 26
kali permenit, Irama napas tidak teratur, cepat dan dangkal, Assesment :
Masalah belum teratasi, Planning: Intervensi dilanjutkan
65
Evaluasi pada tanggal 26 Juli 2018 ketidakefektifan bersihan jalan
napas belum teratasi yang ditandai dengan Subyektif : Klien mengatakan
masih sesak napas , Obyektif : Keadaan Umum : Lemah, Terdapat suara
napas tambahan (ronchi) di area bronkus, Dahak sudah keluar dengan
konsistensi kental, warna kekuningan, Klien terpasang oksigen 3 liter
permenit, Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah : 130/80 mmHg, Nadi : 88
kali permenit, Suhu : 36.7 °C, Frekuensi napas : 24 kali permenit, irama
napas tidak teratur, cepat dan dangkal, Assesment : Masalah belum
teratasi, Planning : Intervensi dilanjutkan
Evaluasi pada tanggal 27 Juli 2018 ketidakefektifan bersihan jalan
napas belum teratasi, yang ditandai dengan Subyektif : Klien
mengatakan masih sesak napas, Obyektif : Keadaan Umum : Lemah,
Terdapat suara napas tambahan (ronchi) di area bronkus, Dahak sudah
keluar dengan konsistensi kental, warna kekuningan, Klien terpasang
oksigen 3 liter permenit, Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80
mmHg, Nadi : 84 kali permenit, Suhu : 36.5 °C, Frekuensi napas : 24 kali
permenit, irama napas tidak teratur, cepat dan dangkal, Assesment :
Masalah belum teratasi, Planning : Intervensi dilanjutkan
Evaluasi pada tanggal 28 Juli 2018 masalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas teratasi sebagian, yang ditandai dengan, Subyektif
: Klien mengatakan sesak napas berkurang, Obyektif : Keadaan Umum :
Lemah, Klien nampak rileks, Tidak teradapat suara napas tambahan di
area bronkus, Klien terpasang oksigen 3 liter permenit, Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi : 80 kali permenit, Suhu : 36.5 °C,
66
Frekuensi napas : 20 kali permenit, Irama, napas teratur, Assesment :
Masalah teratasi, Planning : Intervensi dilanjutkan
Evaluasi pada tanggal 29 Juli 2018 masalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas teratasi yang ditandai dengan, Subyektif : Klien
mengatakan tidak sesak napas, Obyektif : Keadaan Umum : baik,
Kesadaran : Composmentis, Klien nampak rileks, tidak terdapat suara
napas tambahan di area bronkus, Klien tidak terpasang oksigen, Tanda-
tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi : 76 kali permenit,
Suhu : 36 °C, Frekuensi napas : 18 kali permenit, Irama napas teratur,
Assesment : Masalah teratasi, Planning : Intervensi dihentikan
5. Keterbatasan Studi Kasus
Dalam proses implementasi selama 5 hari, pasien hanya mau
dilakukan intervensi pada pagi dan siang hari sehingga pemantauan
kondisi pasien tidak dapat dilakukan selama 24 jam
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada tanggal 25 Juli
sampai dengan tanggal 29 Juli 2018 maka dapat disimpulkan :
1. Dari hasil pengkajian pada Ny.S di ketahui Ny,S mengeluh sesak napas
disertai batuk berdahak, frekuensi pernapasan 28 kali per menit, irama
napas tidak teratur cepat dan dangkal, terdapat suara napas tambahan
Ronkhi.
2. Diagnosa keperawatan utama pada Ny.S adalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret
3. Perencanaan keperawatan pada Ny.S berdasarkan Nursing Intervention
Classification (NIC) yaitu manajemen jalan napas dengan kriteria hasil
berdasarkan Nursing Outcome Classification (NOC) yaitu kepatenan
jalan napas
4. Hasil evaluasi pada Ny.S setelah dilakukan implementasi selama 5 hari
menunjukan adanya perbaikan kepatenan jalan napas di tandai dengan
frekuensi pernapasan 18 kali permenit, irama napas teratur dan klien
mampu mengeluarkan sputum secara efektif.
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan di atas, penulis memberi saran sebagai
berikut:
1. Bagi Rumah Sakit
68
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien lebih optimal
dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang
merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan keterampilannya dalam melalui praktek klinik dan
pembuatan laporan.
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
lebih efektif, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada
klien secara optimal.
69
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Depkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Kemntrian Kesehatan
Gina (2012). Pocked Guide For Asthma Management And Prenvension. Dimuat
dalam www.ginaasthma.org
H, A. Aziz, Alimul (2011). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Lyndon, (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara
Maryam, Siti., Pudjiati., Gustina dan Raenah, Een. (2013). Kebutuhan Dasar
Manusia Dan Berpikir Kritis Dalam Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media
Listianingsih, Anis. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi Pada ny. L di Ruang Dahlia RSUD dr. Soedirman Kebumen.
KTI. Sekolah tinggi ilmu kesehatan muhammadiyah gombong program
studi D-III keperawatan.
Nanda (Nic-Noc). (2015). Panduan Asuhan Keperawatan Profesional, Jakarta :
EGC
Mansjoer. (2013). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: FKUI
Maryam, R.Siti, dkk. (2013). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Berpikir Kritis
Dalam Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Muttaqin, Arif, (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT.
Rhineka Cipta Jakarta
70
Profil RSUD Bahteramas (2018). Laporan Tahun. Kendari: rekam Medik RSUD
Bahteramas.
Riyadi, Sujono. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sari, kartika, wijayanti. (2013). Standar asuhan keperawatan. Jakarta: CV. Trans
Info Media
71
Lampiran 1
FORMAT PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN
Tanggal Pengkajian :
No. Register :
Diagnosa Media :
I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur / Tanggal Lahir :
4. Status Perkawinan :
5. Agama :
6. Suku Bangsa :
7. Pendidikan :
8. Pekerjaan :
9. Pendapatan :
10. Alamat :
B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap :
2. Jenis Kelamin :
3. Pekerjaan :
4. Hubungan dengan klien :
5. Alamat :
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Keluhan Utama :
B. Riwayat Keluhan Utama
1. Penyebab / faktor pencetus :
72
2. Sifat keluhan :
3. Lokasi dan penyebarannya :
4. Skala keluhan :
5. Mulai dan lamanya keluhan :
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Apakah menderita penyakit yang sama :
B. Bila pernah dirawat di RS, sakit apa :
C. Pernah mengalami pembedahan :
D. Riwayat alergi :
E. Kebiasaan / ketergantungan terhadap zat :
1. Meroko (berapa batang sehari) :
2. Minum alkohol :
3. Minum kopi :
4. Minum obat-obatan :
IV. RIWAYAT KELUARGA / GENOGRAM (DIAGRAM 3 GENERASI)
A. Buat genogram 3 generasi :
B. Riwayat kesehatan anggota keluarga :
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – Tanda Vital
1. Tekanan darah :
2. Pernafasan :
3. Nadi :
4. Suhu badan :
B. Kepala
1. Bentuk kepala :
2. Keadaan rambut :
3. Keadaan kulit kepala :
4. Nyeri kepala / pusing :
5. Komentar :
73
C. Penglihatan / Mata
1. Ketajaman penglihatan / visus :
2. Peradangan :
3. Sclera :
4. Pupil :
5. Gerak bola mata :
6. Kongjungtiva :
7. Lapang pandang :
8. Refleks kornea :
9. Rasa nyeri :
10. Pemakaian alat bantu :
11. Komentar :
D. Pendengaran / Telinga
1. Struktur :
2. Nyeri :
3. Cairan :
4. Tanda peradangan :
5. Fungsi pendengaran :
E. Hidung / Penciuman
1. Struktur :
2. Polip :
3. Sinus :
4. Perdarahan :
5. Peradangan :
6. Fungsi penciuman :
7. Komentar :
F. Mulut
1. Keadaan gigi :
2. Problem menelan :
3. Bicara :
4. Rongga mulut :
74
5. Fungsi mengunyah :
6. Fugsi pengecap :
7. Komentar :
G. Leher
1. Vena jugularis :
2. Arteri karotis :
3. Pembesaran tyroid :
4. Pembesaran limfe :
5. Komentar :
H. Pernafasan
1. Bentuk dada :
2. Pergerakan / pengembangan thoraks :
3. Batuk :
4. Sputum :
5. Vocal fremitus :
6. Resonansi :
7. Bunyi nafas :
8. Bunyi nafas tambahan :
9. Komentar :
I. Jantung
1. Ukuran jantung :
2. Denyut jantung :
3. Nyeri dada :
4. Palpitasi :
5. Bunyi jantung :
6. Komentar :
J. Abdomen
1. Warna kulit :
2. Bayangan peristaltik :
3. Keadaan permukaan abdomen :
4. Gerak abdomen :
5. Pembesaran abdomen :
75
6. Keadaan perkusi abdomen :
7. Nyeri tekan :
8. Peristaltik :
9. Komentar :
K. Perkemihan
1. Edema kelopak mata :
2. Nyeri pinggang / punggung :
3. Keadaan kandung kemih :
4. Bau mulut amoniak :
5. Komentar :
L. Reproduksi
1. Siklus menstruasi :
2. Keadaan organ kelamin luar :
3. Pembesaran prostat :
4. Kehamilan :
5. Perdarahan :
6. Komentar :
M. Status neurologis
1. Tingkat keasadaran :
2. Koordinasi :
3. Memori :
4. Orientasi :
5. Kelumpuhan :
6. Gangguan sensasi :
7. Kejang-kejang :
N. Muskeloskeletal
1. Kekuatan otot :
2. Tonus otot :
3. Kekakuan sendi :
4. Trauma :
5. Nyeri :
6. Pola aktivitas :
76
7. Komentar :
O. Kulit
1. Tekstur / integritas :
2. Turgor :
3. Warna :
4. Kelembapan :
5. Lesi :
6. Komentar :
P. Kelamin
1. Penonjolan :
2. Pembesaran kelenjar tyroid :
3. Aktivitas :
4. Perubahan suara :
5. Tremor :
6. Pigmentasi kulit :
7. Komentar :
VI. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI
A. Nutrisi
1. Frekuensi makan sehari :
2. Waktu-waktu makan :
3. Porsi makan yang disediakan :
4. Makanan pantang / yang tidak disukai :
5. Makanan yang disukai :
6. Perubahan selama sakit :
B. Minum / Cairan
1. Frekuensi minum sehari :
2. Jumlah minum yang di konsumsi setiap hari :
3. Jenis minuman yang tidak disukai :
4. Jenis minuman yang disukai :
5. Perubahan selama sakit :
77
C. Eliminasi BAK dan BAB
1. Buang Air Kecil (BAK)
a. Kebiasaan :
b. Frekuensi berkemih sehari :
c. Warna :
d. Kesulitan berkemih :
e. Perubahan setelah sakit :
2. Buang Air Besar (BAB)
a. Kebiasaan :
b. Frekuensi BAB setiap hari :
c. Warna :
d. Perubahan selama sakit :
D. Istirahat dan Tidur
1. Tidur malam jam :
2. Tidur siang jam :
3. Apakah mudah terbangun :
4. Apa yang menolong untuk tidur nyenyak :
5. Perubahan selama sakit :
VII. KEADAAN PSIKOSOSIAL KLIEN
A. Bagaimana klien terhadap penyakitnya :
B. Harapkan klien terhadap keadaan kesehatannya :
C. Pola interaksi dengan orang terdekat :
D. Sejauh mana keterlibatan-keterlibatan orang terdekat bila klien
menghadapi masalah :
E. Pola pemecahan klien yang digunakan bila mempunyai masalah :
F. Bagaimana hubungan klien dengan tenaga kesehatan / keperawatan
selama dirawat :
G. Organisasi kemasyarakatan yang di ikuti :
78
VIII. KEADAAN SPIRITUAL
A. Keadaan mejalankan ibadah :
B. Status rumah :
C. Kebersihan rumah :
IX. KEADAAN SOSIAL / LINGKUNGAN PERUMAHAN KLIEN
A. Keadaan rumah dan lingkungannya :
B. Status rumah :
C. Kebersihan rumah :
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium :
B. Studi diagnostic :
XI. TINDAKAN MEDIK / PENGOBATAN
Kendari, ......................................
79
ANALISA DATA
No. Symptom Etiologi Problem
1.
2.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Rasional
1.
2.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No
Hari/Tanggal
& Jam
Implementasi Evaluasi Paraf
1.
80
2.
81
Lampiran 2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
FISIOTERAPI DADA
A. Pengertian : Tindakan ini untuk melepaskan secret dari saluran napas bagian
bawah.
B. Tujuan :
1. Membebaskan jalan napas dari akumulasi secret
2. Mengurangi sesak napas akibat akumulasi secret
C. Peralatan:
1. Kertas tissue
2. Bengkok
3. Perlak/alas
4. Sputum pot berisi desinfektan
5. Air minum hangat dan obat ekspektoran
D. Prosedur pelaksanaan:
1. Tahap Pre Interaksi
a. Siapkan alat-alat dan dekatkan kepasien
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam serta dan senyum kepada klien (BHSP)
b. Memjelaskan kegiatan dan tujuan yang akan dilakukan
c. Menjelaskan waktu yang akan dibutuhkan
d. Menjelaskan kerahasiaan bila perlu pasang sampiran
82
e. Atur posisi pasien sesuai indikasi
d. Tahap kerja
Perkusi
a. Pilih area yang akan dilakukan perkusi
b. Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian
untuk mengurangi ketidaknyamanan
c. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk
meningkatkan relaksasi.
d. Jari dan ibu jari pemeriksa berhimpitan dan fleksi membentuk
mangkuk
e. Secara bergantianlakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
secara cepat untuk menepuk dada
f. Perkusi dilakukan pada setiap segmen paru selama 1-2 menit
a) Koste paling bawah sampai bahu pada bagian belakang
b) Koste paling bawah sampai koste atas bagian depan
Vibrasi
a. Pilih area yang akan dilakukan vibrasi
b. Tutup area yang akan dilakukan vibrasi dengan handuk atau
pakaian yang mengurangi ketidaknyamanan
c. Letakkan tangan dengan posisi telapak tangan mengahap kebawah
di area dada yang akan di drainase, satu tangan di atas tangan yang
lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara lain
tangan bisa diletakkan berseblahan.
83
d. Anjurkan pasien menarik napas dalam dan mengeluarkan secara
lambat lewat mulut
e. Selama masa ekspirasi tegangkan seluruh otot tangan dan lengan,
dan gunakan hampir semua tumit tangan, getarkan tangan,
gerakkan kearah bawah. Hentikan getaran ketika klien inspirasi
f. Vibrasi dilakukan selama 5 kaliekspirasi pada segmen paru yang
terserang
g. Setelah setiap kali vibrasi, anjurkan klien untuk batuk dan
keluarkan secret ke dalam sputum pot.
Drainase postural
a. Pilih area tersumbat yang akan di drainase berdasarkan pengkajian
segmen paru, data klinis dan gambaran foto thoraks.
b. Baringkan pasien dalam posisi untuk mendrainase area yang
tersumbat. Bantu pasien memilih posisi sesuai kebutuhan. Ajarkan
klien memposisikan postur, lengan, serta kaki secara tepat.
c. Meminta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit.
d. Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini
e. Lakukan perkusi dan vibrasi diatas area yang di drainase
f. Setelah drainase pada posisi pertama minta klien duduk dan batuk.
Tamping sekresi tang dikeluarkan dalam sputum pot jika klien
tidak dapat batuk harus dilkukan pengisapan
g. Minta klien istrahat sebentar
h. Anjurkan klien untuk minum sedikit air
84
i. Ulangi langkah 5-10 sampai semua area yang tersumbat yang di
pilih telah terdrainase. Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60 menit.
e. Tahap terminasi
a. Pasien dirapikan dan alat-alat dirapikan
b. Cuci tangan
c. Perhatikan keadaan umum pasien
d. Dokumentasi tindakan.
85
86
87
88
89
90
Lampiran 9
1.Melakukan pengkajian data pada pasien
2. Observasi pada pasien
top related