formulasi sediaan obat kumur mengandung ekstrak buah …
Post on 07-Nov-2021
34 Views
Preview:
TRANSCRIPT
28
Universitas Indonesia
Formulasi Sediaan Obat Kumur Mengandung Ekstrak Buah Kepel (Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.F.&Th) Terstandar
Muhammad Al-Furqon Setyo Utomo, Sutriyo, Abdul Mun’im
1. Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, 16424, Indonesia 2. Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, 16424, Indonesia 3. Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: muhammadalfurqon@gmail.com
Abstrak
Halitosis adalah masalah yang membuat tidak nyaman. Stelechocarpus burahol (kepel) dapat menghilangkan halitosis karena mengandung flavonoid sebagai agen pengadsorbsi. Untuk meningkatkan potensinya dilakukan ekstraksi. Ekstrak distandardisasi. Standardiasi yang dilakukan antara lain parameter spesifik kadar total flavonoid 0,30 %, kadar total fenol 7,85 g GAE/100 g, kadar logam berat 0 ppm, dan kadar sisa pelarut 0 ppm, sedangkan parameter non spesifik kadar abu 94,95 %, kadar abu tidak larut asam 0,97 %, kadar air 28,36 %, uji kelarutan ekstrak 1:10. Ekstrak dibuat sediaan obat kumur. Sediaan obat kumur ini mengandung ekstrak buah kepel, isomaltulosa, mentol, asam malat, natrium benzoat, sorbitol, dan etanol. Formulasi I, II, dan III secara berturut-turut memiliki pemanis isomaltulosa 4 %, 8 %, dan 12 %, dari ketiga formulasi tersebut diuji untuk menentukan formulasi yang paling disukai dan stabil. Formula II mendapatkan nilai rata-rata tertinggi pada parameter warna dan aroma, serta peringkat kedua pada parameter rasa, pada pengujian fisik obat kumur, formulasi I berbau mentol; jernih; warna incosete 0605 orange; pH 5,35; dan bobot jenis 1,0349; formula II berbau mentol; jernih; warna incosete 0605 orange; pH 5,36; dan bobot jenis 1,1234; formula III berbau mentol; jernih; warna incosete 0605 orange; pH 5,37; dan bobot jenis 0,9953.
Formulations Mouthwash Containing Kepel Fruit Extract (Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.F. & Th) Standardized
Abstract
Halitosis is a problem that can make people uncomfortable. Stelechocarpus burahol (Kepel) empirically proven eliminate halitosis, because contains flavonoid as an adsorbent agent. To improve the potency, kepel fruit is extracted. Standardized extract. Standardization is carried out include specific parameters such as levels of total flavonoids 0.30%, total phenol content 7.85gGAE/100g, heavy metal content 0ppm, levels of residual solvent 0ppm, non-specific parameters form of ash content 94.95%, acid insoluble ash content 0.97%, water content 28.36%, solubility test extract 1:10. Extracts made into a mouthwash preparations. This mouthwash contains fruit extracts kepel, isomalt, menthol, malic acid, sodium benzoate, sorbitol and ethanol. Formulations I, II, III consecutive had a sweetener isomalt 4%, 8%, and 12%, all formulations were tested to determine the most preferred formulation and stable. Formulation II get the highest average score on parameters of color and aroma, and was ranked second in taste parameters, formulation I have a menthol smell, transparant, 0605 incosete orange color, pH 5.35, and specific gravity of 1.0349, formulation II has the smell of menthol, transparant, 0605 incosete orange color, pH 5.36, and specific gravity of 1.1234, formulation III has a menthol odor, transparent, 0605 incosete orange color, pH 5.37, and specific gravity of 0.9953.
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
Keywords: Kepel fruit, Mouthwash, Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.F.&Th.
Pendahuluan
Suatu obat kumur yang aman adalah obat kumur yang tidak toksik jika tertelan,
namun tetap efektif dalam menghilangkan bau mulut. Selain itu obat kumur
tersebut juga tetap memberikan sensasi yang menyegarkan di dalam mulut. Oleh
sebab itu diperlukan bahan yang aman sebagai bahan dasar pembuatan obat
kumur. Salah satu bahan yang dapat dijadikan bahan baku obat kumur adalah
buah kepel. Secara tradisional buah kepel telah digunakan sebagai bahan parfum.
Mengkonsumsi buah kepel dapat mengakibatkan bau keringat menjadi wangi, bau
nafas menjadi harum, serta mengharumkan bau air seni (Verheij dan Coronell,
1997). Ekstrak buah kepel memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Ekstrak etanol
buah kepel tidak menimbulkan efek toksik pada tikus jantan dan betina serta
memiliki potensi toksisitas hampir tidak beracun dengan LD50 > 5000 mg / kg
berat badan (Purwantiningsih dan Nurlaila, 2011). Sediaan obat kumur ini
memakai dasar bahan alami yang aman, sehingga produk ini dapat menjadi solusi
obat kumur yang aman, nyaman, dan berkhasiat.
Daging buah kepel secara ilmiah terbukti sebagai deodoran oral karena memiliki
potensi aktivitas farmakologi sebagai adsorben aroma feses (Darusman, 2012).
Ekstrak buah kepel memiliki aktivitas deodoran cukup tinggi karena memiliki
tanin dan flavonoid. Flavonoid adalah senyawa turunan flavon yang terbagi
menjadi beberapa bagian antara lain antosianidin, proantosianidin, flavonol,
glikoflavon, flavanon, dan isoflavon. Ekstrak buah kepel mengandung senyawa
flavonoid yaitu proantosianidin yang memiliki aktivitas farmakologis yang
potensial sebagai adsorben bau.
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
Tinjauan Teoritis
Penapisan fitokimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara kualitatif dengan
tujuan untuk rnengetahui golongan-golongan senyawa yang terdapat dalam suatu
tanaman. Pemeriksaan diarahkan pada senyawa metabolit sekunder yang
mempunyai khasiat bagi kesehatan seperti alkaloid, antrakuinon, flavonoid,
glikosida, kuinon, saponin, tanin, serta terpen.
Ekstraksi merupakan kegiatan menarik kandungan kimia yang terdapat dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut
berbentuk cairan (Departemen Kesehatan RI, 2000). Pelarut tidak boleh bereaksi
dengan senyawa yang akan diekstraksi atau senyawa lain yang terdapat di dalam
tanaman, harga larutan tersebut murah, dan tidak berbahaya untuk manusia dan
lingkungan sekitarnya, selain itu larutan tersebut juga harus mudah menguap
secara sempurna. (Samuelsson, 1999). Ekstraksi dapat dilakuan dengan cara
dingin (maserasi dan perkolasi) atau cara panas (refluks, soxhlet, digesti, infus,
dekokta).
Evaluasi sediaan yang dilakuakan antara lain organoleptis, uji pH, penetapan
bobot jenis, uji kejernihan cairan, uji kesukaan, dan uji stabilitas fisik sediaan.
Metode Penelitian
Buah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kepel (Stelechocarpus burahol)
yang diperoleh dari Magelang, Jawa tengah, Indonesia. Bagian dari tanaman ini
yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daging buah dari tanaman
tersebut.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain AlCl3, asam asetat
anhidrat, asam borat, asam oksalat, aseton, etanol, eter, FeCl3, H2SO4, HCl,
kloroform, magnesium, metanol, seng, timbal asetat (Merck, Jerman), kuersetin
(HWI Analytik, Jerman), mentol, isomaltulosa, sorbitol, asam malat, natrium
benzoat, ethanol, aquadest. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
pH meter (Eutech Instrument pH 510, Jerman), Kromatografi Gas (Shimadzu
model GC-17A, Jepang), Oven (Inventum, India), Spektrofotometri Serapan
Atom (Shimadzu, Jepang), Spektrofotometer UV-1800 (Shimadzu, Jepang), dan
alat-alat gelas.
Pada identifikasi tanin, ekstrak dilarutkan didalam 15 mL aquadest panas,
selanjutnya larutan didihkan selama 5 menit. Kemudian filtrat disaring, filtrat
dibagi tiga, 1 mL filtrat digunakan sebagai lautan uji. Selanjutnya tiap bagian
filtrat diperlakukan masing-masing sebagai berikut:
1. Larutan uji ditambahkan FeCl3 1% beberapa tetes, hasil positif ditandai
dengan terbentuknya warna biru hitam atau biru kehijauan.
2. Larutan uji ditambahkan gelatin 10% beberapa tetes, hasil positif ditandai
dengan terbentuknya endapan.
3. Larutan uji ditambahkan dengan larutan gelatin 1% yang mengandung 10%
NaCl, hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan (Departemen
Kesehatan RI, 1989).
Pada identifikasi flavonoid dilakukan prosedur sebagai berikut
1. 5 mL ekstrak etanol ditambahkan HCl dan 0,5 g magnesium, hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah atau pink yang akan hilang
dalam waktu 3 menit.
2. Ekstrak dilarutkan dalam 5 mL etil asetat kemudian ditunggu hingga dingin
dan disaring. Filtrat dibagi menjadi 3 bagian, tiap bagian diambil 1 mL filtrat
dan digunakan sebagai larutan uji. Kemudian tiap-tiap bagian dilakukan
prosedur sebagai berikut:
a. Larutan uji ditambahkan 1 mL etanol 95 %, kemudian ditambahkan 0,1 g
serbuk seng, dan 2 mL HCl 2 N, selanjutnya larutan didiamkan selama 1
menit, kemudian ditambahkan 10 tetes HCl pekat, hasil positif (glikosida-
3-flavonol) ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah intensif.
b. Larutan uji ditambahkan 1 mL etanol 95 %, kemudian ditambahkan 0,1 g
serbuk magnesium dan 10 tetes HCl pekat, hasil positif flavonoid
ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah ungu, sedangkan hasil
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
positif flavon, kalkon, dan auron ditunjukkan dengan terbentuknya warna
kuning jingga.
c. Larutan uji ditambahkan 2 mL aseton, kemudian ditambahkan sedikit demi
sedikit serbuk asam borat dan asam oksalat, dipanaskan secara hati-hati
pada penangas air, pemanasan berlebihan dihindari, campur sisa yang
diperoleh dengan 10 mL eter, hasil positif flavonoid ditunjukkan dengan
flouresensi kuning pada sinar UV 366 nm (Departemen Kesehatan RI,
1989).
Pada identifikasi alkaloid dilakukan prosedur sebagai berikut:
Ekstrak dilarutkan dengan 10 mL campuran aquadest dan HCl 2 N (9:1).
Kemudian dipanaskan selama 2 menit, dan disaring. Selanjutnya filtrat dibagi dua,
diambil 1 mL filtrat yang digunakan sebagai larutan percobaan. Kemudian tiap
bagian filtrat dilakukan prosedur berikut ini:
1. Larutan percobaan dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah
dengan 2 tetes pereaksi bouchardat, hasil positif ditandai dengan terbentuknya
endapan coklat sampai hitam.
2. Larutan percobaan dimasukan ke dalam tabung reaksi lain kemudian
ditambahkan 2 tetes pereaksi dragendorf, hasil positif ditandai dengan
terbentuknya endapan jingga coklat (Departemen Kesehatan RI, 1989).
Pada identifikasi sterol – terpen dilakukan prosedur sebagai berikut
1. Ekstrak kental dilarutkan dalam 5 mL eter, kemudian diuapkan di dalam
cawan penguap, ke dalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat,
kemudian 1 tetes asam sulfat pekat, akan terbentuk warna merah hijau atau
violet biru.
2. 4 mg ekstrak ditambah 0,5 mL asam asetat anhidrat dan 0,5 mL kloroform,
kemudian ditambahkan asam sulfat pekat perlahan-lahan. Warna merah ungu
menunjukan adanya terpenoid, warna hijau kebiruan menunjukan adanya
steroid.
3. 10 mL ekstrak diuapkan, residu dilarutkan dalam 0,5 mL asam asetat anhidrat
panas kemudian filtrat ditambah 0,5 mL kloroform, ditambahkan pereaksi
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
liebermann burchardt, terbentuk cincin biru hijau (Departemen Kesehatan RI,
1989).
Pada identifikasi saponin, ekstrak kental dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 10 mL air suling panas, selanjutnya larutan dinginkan,
kemudian tabung reaksi dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang mantap tidak kurang dari 5 menit
setinggi 1 sampai 10 cm dan saat ditambahkan 1 tetes HCl 2 N, buih tidak hilang.
1 mL ekstrak ditambah air kemudian dikocok kuat, diamati terjadinya buih yang
stabil selama 20 menit (Departemen Kesehatan RI, 1989).
Pada identifikasi glikosida ekstrak sebanyak 5 g dilarutkan dalam 2 mL asam
asetat glasial, selanjutnya ditambahkan dengan 3 tetes FeCl3 dan asam sulfat
pekat, hasil positif yang menunjukan keberadaan golongan glikosida ditandai
dengan terbentuknya warna merah kecoklatan.
Pada penetapan kadar total flavonoid, dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dan
uji larutan baku kuersetin dengan cara dibuat larutan kuersetin dalam etanol
dengan konsentrasi 6, 8, 10, 12, dan 14 ppm. Sejumlah 0,5 mL dari masing-
masing larutan, dicampur dengan 1,5 mL etanol 95%, 0,1 mL alumunium klorida
10%, 0,1 mL natrium asetat 1M dan 2,8 mL aquadest. Diinkubasikan pada suhu
kamar selama 30 menit. Diukur serapannya dengan spektrofotometer uv-vis pada
panjang gelombang maksimum yaitu 415 nm. Selanjutnya dibuat dan uji larutan
sampel. Sejumlah 0,5 mL ekstrak etanol buah kepel diperlakukan sama seperti
pada pembuatan kurva kalibrasi. Kemudian dihitung kadar flavonoidnya.
Pada penetapan total kadar fenol, pertama-tama dilakukan penetapan waktu
optimum asam galat dengan cara larutan induk asam galat dibuat dengan
konsentrassi 1000 ppm. Dari larutan induk diambil 5,0 mL dengan menggunakan
pipet volume, kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 10,0 mL. Akan diperoleh
konsentrasi asam galat 500 ppm, kemudian dipipet 0,2 mL larutan tersebut ke
dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan dengan 5,8 mL aquadest dan 1,0 mL
pereaksi folin-ciocalteu, selanjutnya dikocok hingga homogen selama 1 menit
dengan menggunakan vortex dan didiamkan selama 8 menit. Kemudian
ditambahkan 5,8 mL Na2CO3 7,5 % b/v, dikocok hingga homogen. Pengukuran
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
dilakukan dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 600-800 nm
setiap 15 menit hingga 120 menit untuk penentuan waktu optimum. Selanjutnya
dilakukan pengukuran sampel dengan cara larutan ekstrak optimum kepel,
sebanyak 0,3 g ekstrak di tambahkan dengan etanol sebanyak 10,0 mL. Dipipet
0,2 mL larutan tersebut ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan dengan 5,8 mL
aquadest dan 1,0 mL pereaksi Folin-Ciocalteu, dikocok hingga homogen selama 1
menit dengan menggunakan vortex dan didiamkan selama 8 menit. Kemudian
ditambahkan 5,8 mL Na2CO3 7,5% b/v. Pengukuran dilakukan dengan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 695,9 nm dan waktu optimum
untuk pengukuran dari asam galat. Hasil ini dinyatakan sebagai berat setara
dengan asam galat tiap berat ekstrak.
Pada penetapan kadar abu total, krusibel dimasukan bersih kosong ke dalam oven
pada suhu ± 600°C selama ± 3 jam. Kemudian krusible dikeluarkan, krusible
diamkan di dalam desikator selama ± 1 jam. Selanjutnya krusibel ditimbang
sampai diperoleh bobot tetap. Lalu ekstrak kental buah kepel ditimbang sebanyak
± 2 g di dalam krusibel. Kemudian ekstrak dimasukan ke dalam oven dengan suhu
± 600°C selama ± 3 jam. Selanjutnya krusibel dikeluarkan, krusible diamkan di
dalam desikator selama ± 1 jam. Dan krusibel yang sudah di oven ditimbang
sampai diperoleh bobot tetap.
Pada penetapan kadar abu tidak larut asam, hasil penetapan kadar abu ekstrak
buah kepel ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 25 mL. Kemudian dipanaskan
selama 10 menit sampai mendidih. Selanjutnya cairan disaring dengan kertas
saring whatman di beaker glass. Lalu krusibel kosong yang masih memiliki sisa
ekstrak ditambahkan air panas, dan disaring kembali dengan kertas whatman yang
sudah digunakan sebelumnya di dalam beaker glass. Kertas whatman dimasukan
ke dalam krusible, kemudian di masukan ke dalam oven selama ± 2 jam dengan
suhu ± 600° C. Krusible didiamkan di dalam desikator selama ± 1 jam.
Selanjutnya krusibel ditimbang sampai didapat bobot tetap.
Pada penetapan kadar air, krusibel bersih dan kosong dimasukan ke dalam oven
pada suhu ± 105°C selama ± 3 jam. Krusible didiamkan di dalam desikator selama
± 1 jam. Kemudian krusibel ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Selanjutnya
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
ditimbang ekstrak kental buah kepel sebanyak ± 2 g di dalam krusibel dan
dimasukan ke dalam oven dengan suhu ± 105°C selama ± 3 jam. Lalu krusible
didiamkan di dalam desikator selama ± 1 jam. Selanjutnya krusibel yang sudah di
oven ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.
Pada pengukuran kadar logam berat, pertama kali dilakukan digest dingin dengan
cara ditimbang ekstrak buah kepel sebanyak 1 g kemudian dimasukan ke dalam
labu erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan 10 mL HNO3 P melalui dinding
tabung. Kemudian diletakkan corong di atas labu erlenmeyer, dan diamkan selama
24 jam. Setelah itu dilakukan digest panas keesokan harinya. Larutan yang didapat
dari digest dingin dipanaskan diatas pemanas pada lemari asam secara bertahap
mulai dari suhu 10°C sampai dengan suhu 60°C. Setelah muncul asap coklat,
ditambahkan 3 tetes HClO4 P melalui dinding tabung. Setelah terbentuk asap
putih, labu erlenmeyer diangkat dari pemanas, kemudian larutan disaring dengan
kertas whatman 41 di dalalm labu ukur 50 mL. Setelah itu tambahkan Aqua DM
sampai batas dan dikocok. Kemudian dilakukan pembuatan larutan baku logam
dan kurva kalibrasinya. Logam Pb ditimbang sebanyak 100 mg dan dilarutkan
dengan aquadest di dalam labu ukur 100 mL, sehingga dihasilkan larutan induk
sebanyak 1000 ppm. Kemudian dibuat larutan dengan konsentrasi 0,5; 2; 4; 5; dan
8 ppm. Setelah itu dilakukan pemeriksaan terhadap kadar logam dari ektrak buah
kepel dengan menggunakan alat spektro fotometri serapan atom.
Pada uji kelarutan ekstrak, beaker glass ditara di atas timbangan analitik.
Kemudian 5 g ekstrak kental buah kepel ditimbang di dalam beaker glass tersebut
dan ditambahkan 20 mL aquadest. Stirrer orbital dipasang, dan dihubungkan ke
sumber listrik. Beaker glass diletakkan pada stirrer orbital. Stirer orbital
dinyalakan dengan kecepatan sedang. Selanjutnya diambahkan 10 mL aquadest
secara perlahan-lahan. Kemudian ditunggu sampai ekstrak jenuh dan tidak dapat
larut lagi. Jika ekstrak belum terlarut sempurna 10 mL aquadest ditambahkan
secara bertahap, sampai ekstrak terlarut sempurna, hasilnya dicatat.
Pada penelitian ini akan dibuat tiga formulasi sediaan obat kumur dari ekstrak
etanol buah kepel. Yang membedakan antara formulasi yang satu dengan
formulasi yang lain adalah pada pemanis dan mentol yang digunakan. Pada
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
formulasi pertama digunakan isolamalt sebagai pemanis dengan konsentrasi 4%
dan mentol sebanyak 0,02%; sedangkan untuk formulasi kedua digunakan
isomaltulosa sebagai pemanis dengan konsentrasi 8% dan mentol sebanyak
0,012%; dan pada formulasi ketiga digunakan isomaltulosa sebagai pemanis
dengan konsentrasi 12% tanpa memakai mentol.
1. Bahan dan alat yang dibutuhkan disiapkan dan dibuat larutan-larutan berikut:
a. Larutan 1
Natrium benzoat, asam malat, dan isomaltulosa dimasukkan ke dalam
beaker gelas dan dilarutkan dengan 100 mL aquadest. Sorbitol
ditambahkan ke dalam beker gelas dan diaduk dengan pengaduk orbital.
b. Larutan 2
Ekstrak buah kepel dilarutkan dengan 50 mL aquadest pada beaker glass
yang terpisah. Larutan disaring sebanyak dua kali sampai didapat larutan
jernih.
c. Larutan 3
Mentol dilarutkan dengan etanol pada beaker glass.
2. Larutan 2 dimasukan ke dalam larutan 1 dan diaduk secara perlahan-lahan
sampai homogen.
3. Larutan 3 ditambahkan dan diaduk hingga homogen.
4. Aquadest ditambahkan hingga volume 250 mL kemudian diaduk hingga
homogen.
Larutan dipindahkan ke dalam wadah dan ditutup.
Tabel 1. Formulasi Obat kumur Ekstrak Buah Kepel
Nama bahan Fungsi Formula
I II III
Ekstrak kental etanol buah kepel (g) Zat aktif 8 8 8
Mentol (g) Perasa 0,05 0,03 -
Asam Malat (g) Anti oksidan 0,1 0,1 0,1
Natrium Benzoat (g) Pengawet 1 1 1
Sorbitol (mL) Humektan 7 7 7
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
Etanol (mL) Pelarut 1 1 -
Isomalt (g) Pemanis 10 20 30
Aquadest (mL) Pelarut Add 250
Volume Sediaan 250 250 250
Pengamatan Organoleptis dilakukan dengan Mengamati penampilan, warna, dan
bau dari sediaan yang dibuat secara organoleptis (menggunakan panca indera). Uji
pH dilakukan dengan cara menguji setiap formula dengan alat pH meter untuk
mengetahui pH dari settiap formula yang telah dibuat. Uji bobot jenis dilakukan
dengan prosedur sebgai berikut. Piknometer bersih dan kering dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru didihkan, pada suhu 25˚C.
Suhu zat uji diatur hingga lebih kurang 20˚C, kemudian dimasukkan ke dalam
piknometer. Selanjutnya suhu piknometer yang sudah diisi diatur hingga suhu
25˚C, kelebihan zat uji dibuang kemudian piknometer ditimbang. Bobot
piknometer yang telah diisi dikurangkan dengan bobot piknometer kosong. Bobot
jenis suatu zat adalah hasil membagi bobot zat dengan bobot air, dalam
piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada
suhu 25˚C (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Uji Kejernihan Larutan dilakukan dengan cara larutan dimasukan ke dalam wadah
dengan latar belakang kertas putih.
Uji stabilitas fisik sediaan dilakukan dengan cara:
1. Uji Stabilitas Fisik Pada Suhu Rendah
Sampel disimpan pada suhu rendah (4°±2°C). Setiap 2 pekan diamati
perubahan bau, warna, dan pH. Pengujian dilakukan selama 8 pekan.
2. Uji Stabilitas Fisik Pada Suhu Kamar
Sampel disimpan pada suhu ruang (28°±2°C). Setiap 2 pekan diamati
perubahan bau, warna, dan pH. Pengujian dilakukan selama 8 pekan.
3. Uji Stabilitas Fisik Pada Suhu Tinggi
Sampel disimpan pada suhu tinggi (40°±2°C). Setiap 2 pekan diamati
perubahan bau, warna, dan pH. Pengujian dilakukan selama 8 pekan.
Uji kesukaan dilakukan di laboratorium dengan mencoba formulasi tersebut.
Selanjutnya dilakukan uji dengan menyebarkan kuisioner kepada 30 orang panelis
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
yang mencoba sediaan ini. Panelis yang berprtisipasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa farmasi Universitas Indonesia angkatan 2011. Sejumlah panelis
diminta pendapatnya untuk menilai formula yang telah dibuat. Hasilnya dicatat
dan dilakukan pengolahan data berdasarkan kuisioner yang telah di buat.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada pengujian tanin, pada filtrat pertama, dengan penambahan FeCl3 1%,
terbentuk warna biru hitam. Sedangkan pada filtrat kedua, pada penambahan
Gelatin 10%, terbentuk endapan. Pada filtrat ketiga, penambahan Gelatin 1% yang
mengandung 10% NaCl, terbentuk endapan. Dari tiga kali pengujian tersebut
dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah kepel mengandung senyawa tanin.
Identifikasi flavonoid pada ekstrak buah kepel dilakukan dengan 2 cara. Pada cara
pertama dengan menambahkan HCl dan Magnesium, terbentuk warna merah.
Sedangkan pada cara kedua, pada larutan uji terbentuk warna merah intensif yang
menandakan bahwa senyawa flavonoid terdapat pada ekstrak buah kepel. Hasil
reaksi yang dilakukan untuk melakukan pengujian terpen adalah terbentuknya
warna merah kehijauan. Hasil ini menandakan bahwa ekstrak buah kepel
mengandung senyawa terpen. Pengujian senyawa alkaloid dari ekstrak buah kepel
menunjukan bahwa pada filtrat yang pertama, terbentuk endapan coklat,
sedangkan pada filtrat yang kedua, terbentuk endapan jingga coklat. Dari kedua
percobaan di atas menandakan bahwa ekstrak buah kepel mengandung alkaloid.
Dari ekstrak buah kepel terdapat senyawa glikosida karena terbentuk warna merah
kecoklatan pada hasil reaksi.
Tabel 2. Hasil Penapisan Fitokimia
Kandungan Kimia Hasil
Tanin +
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
Flavonoid +
Terpen +
Alkaloid +
Glikosida +
Dari penetapan kadar total flavonoid didapat bahwa kadar total flavonoid dalam
ekstrak buah kepel adalah sebesar 0,30 %. Kadar total fenol yang terdapat dalam
ekstrak buah kepel adalah sebesar 7,85 g GAE/100 g. Dari data ini dapat diambil
kesimpulan bahwa kadar fenol dalam ekstrak buah kepel lebih besar dibandingkan
dengan kadar flavonoidnya.
Hasil pengukuran kadar logam berat menggunakan alat Spektrofotometri Serapan
Atom, didapatkan hasil kandungan logam Pb dan Cd pada ekstrak buah kepel
bernilai negatif 0 ppm. Batas maksimum yang dipersyaratkan untuk logam Pb ≤
10,0 ppm dan untuk logam Cd ≤ 0,3 ppm, sehingga pada ekstrak buah kepel
masuk ke dalam persyaratan batas maksimum logam berat.
Hasil pengukuran kadar sisa pelarut yaitu etanol dalam ekstrak adalah 0 ppm.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada sisa pelarut etanol dalam ekstrak. Tidak
adanya sisa pelarut di dalam ekstrak membuktikan bahwa proses pembuatan
ekstrak buah kepel ini telah berjalan sempurna.
Hasil perhitungan kadar abu, didapatkan kadar abu sebesar 94,91%; 95,02%; dan
94,92%. Jika dirata-ratakan, kadar abu dalam ekstrak buah kepel adalah sebesar
94,95%. Dari hasil perhitungan, didapatkan kadar abu tidak larut asam adalah
0,76%; 1,32%; dan 0,82%. Jika dirata-ratakan, kadar abu tidak larut asam dalam
ekstrak buah kepel adalah sebesar 0,97%. Kadar abu yang tinggi menandakan
bahwa ekstrak buah kepel memiliki kandungan mineral yang tinggi.
Hasil perhitungan kadar air, didapatkan kadar air dalam ekstrak buah kepel adalah
30,45%; 22,95%; dan 31,67%. Sehingga jika dirata-ratakan, kadar air dalam
ekstrak buah kepel adalah 28,36%. Ekstrak buah kepel larut dalam air dengan
perbandingan 1:10, selain itu ekstrak ini juga larut dalam alkohol 10% dengan
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
perbandingan 1:5. Dengan demikian ekstrak dapat digunakan dengan pelarut air
untuk dibuat formulasi obat kumur.
Tabel 3. Hasil Standarisasi Ekstrak
Parameter Hasil
Spesifik
Penetapan Kadar Total Flavonoid (%) 0,30
Penetapan Kadar Total Fenol (g GAE/100 g) 7,85
Pengukuran Kadar Logam Berat (ppm) 0
Pengukuran Kadar Sisa Pelarut (ppm) 0
Non Spesifik
Rasa Manis-Sepat
Warna Coklat
Aroma Kepel
Penetapan Kadar Abu (%) 94,95
Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam (%) 0,97
Penetapan Kadar Air 28,36
Uji Kelarutan Ekstrak 1:10
Pada uji organoleptis formula 1 didapatkan sediaan yang jernih berbau mentol dan
Incoset 0605 Orange. Untuk formula II, didapatkan hasil warna Incoset 0605
Orange, berbau mentol, dan jernih, sedangkan untuk formula III memiliki warna
Incoset 0605 Orange, berbau buah kepel, dan jernih.
Pada pengukuran pH, diketahui pH pada formula I adalah 5,35; pH pada formula
II adalah 5,36, dan pH pada formula 3 adalah 5,37. pH pada sediaan masih dalam
rentang pH obat kumur yang tersedia di pasaran yakni antara pH 4 sampai 7.
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Dari hasil
perhitungan diperoleh bobot jenis sediaan untuk formula I adalah 1,03 g/ml; untuk
formula II adalah 1,12 g/ml; dan untuk formula III adalah 0,99 g/ml.
Kesetabilan sediaan sangat penting untuk sebuah sediaan. Sediaan yang baik
adalah sediaan yang memiliki kesetabilan yang terjaga dari waktu ke waktu.
Pengamatan dilakukan selama 8 pekan terhadap bau, warna, kejernihan, dan pH
dari tiap formula. Pada awal pembuatan, warna obat kumur adalah Incoset 0605
Orange. Setelah 2 pekan penyimpanan mulailah terjadi perbedaan pada formula I
dan formula III. Pada formula I warna berubah menjadi Incoset 045 Yellow
sedangkan pada formula III terjadi perubahan warna menjadi Incoset 075 Orange.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa selama 8 pekan tidak terjadi perubahan
warna dan bau pada sediaan. Selama penyimpanan selama 8 minggu, sediaan obat
kumur mengalami perubahan pH namun perubahan yang terjadi tidak signifikan.
Formula I mengalami penurunan pH paling besar dibandingkan dengan formula II
dan formula III. Perubahan pH yang terjadi masih perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk menentukan penyebabnya. Tidak terjadinya perubahan warna dan bau
pada sediaan dapat mengindikasikan sediaan yang dibuat stabil, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sediaan obat kumur ini stabil.
Tabel 4. Hasil Evaluasi Sediaan Obat Kumur Ekstrak Buah Kepel
Parameter Formula
I II III
Kejernihan Jernih Jernih Jernih
Bau Mentol Mentol Bau Kepel
Warna Incoset 0605 Orange Incoset 0605 Orange Incoset 0605 Orange
pH 5,35 5,36 5,37
Bobot Jenis (g/ml) 1,0349 1,1234 0,9953
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
Hasil uji pada panelis terhadap formula I, formula II, dan formula III menunjukan hasil
sebagai berikut:
Tabel 5. Nilai rata-rata hasil uji kesukaan
Formula Parameter
Warna Rasa Aroma
I 3,73 3,53 3,53
II 3,83 3,50 3,90
III 3,57 2,70 2,83
Gambar 1. Grafik nilai rata-rata hasil uji kesukaan
Pada pengujian uji kesukaan, berdasarkan parameter warna, formula II mendapatkan nilai
rata-rata tertinggi yaitu 3,83, sedangkan untuk parameter rasa, formula I mendapatkan nilai
rata-rata tertinggi yaitu 3,53, dan untuk parameter formula II mendapat nilai tertinggi yaitu
3,90. Dari data diatas dapat ambil kesimpulan bahwa formula II lebih disukai, meskipun pada
0
20
40
60
80
100
120
Warna Rasa Aroma
Nila
i Rat
a-ra
ta
Parameter
I
II
III
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
parameter rasa formula II mendapat peringkat kedua, namun selisih nilai rata-rata dengan
formula I hanya 0,03. Formula I, II, dan III memiliki perbedaan dari jumlah pemanis
isomaltulosa yang digunakan. Jumlah pemanis yang digunakan dalam formula I adalah 4 %.
Formula I adalah formula yang menggunakan pemanis isomaltulosa yang paling sedikit
diantara formula yang lain, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pemanis
isomaltulosa yang tidak banyak dalam obat kumur akan menjadikan sediaan yang dibuat lebih
disukai dari obat kumur yang menggunakan pemanis isomaltulosa lebih banyak.
Kesimpulan
Parameter spesifik penetapan kadar total flavonoid adalah 0,30 %, penetapan kadar total fenol
adalah 7,85 g GAE/100 g, pengukuran kadar logam berat adalah 0 ppm, dan pengukuran
kadar sisa pelarut adalah 0 ppm. Parameter non spesifik berupa penetapan kadar abu adalah
94,95 %, penetapan kadar abu tidak larut asam adalah 0,97 %, penetapan kadar air adalah
28,36 %, uji kelarutan ekstrak 1:10, dan pengujian secara organoleptis memiliki warna
cokelat, rasa manis dan agak sepat, serta memiliki aroma kepel. Formula yang paling disukai
berdasarkan parameter warna, rasa, dan aroma adalah formula II, yang mendapatkan nilai
rata-rata tertinggi pada parameter warna dan aroma, serta mendapat peringkat kedua pada
parameter rasa.
Hasil pengujian fisik obat kumur pada formula I memiliki bau mentol; jernih; warna incosete
0605 orange; pH 5,35; dan bobot jenis 1,0349. Formula II memiliki bau mentol; jernih; warna
incosete 0605 orange; pH 5,36; dan bobot jenis 1,1234. Formula III memiliki bau mentol;
jernih; warna incosete 0605 orange; pH 5,37; dan bobot jenis 0,9953.
Saran
Uji kesetabilan dalam penelitian ini masih perlu diperbaiki lagi dalam penelitian
selanjutnya.
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
Daftar Referensi
Darusman, H. S., Rahminiwat, M., Sadiah, S., Batubara, I., Darusman, L. K., & Mitsunaga, T.
(2012). Indonesian Kepel Fruit (Stelechocarpus burahol) as Oral Deodorant. Research Journal
of Medicinal Plant, 6(2), 180–188. doi:10.3923/rjmp.2012.180.188.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 3-11.
Departemen Kesehatan RI. (1989). Meteria Medika. Jakarta : Direktorat Jendral Badan
Pengawasan Obat dan Makanan.
Purwantiningsih, & Nurlaila. (2011). One-day Oral Treatment Effect of the Ethanol Extraxt of
Kepel [Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.F. & Th.] Leaves on the Body Weight and Organ
of Sprague-Dawley Rats. IJPI ’ s Journal of Pharmacology and Toxicology, 1, 16–23.
Samuelsson, G. (1999). Drugs of origin natural: A text book of pharmacognosy. Sweden:
Swedish Pharmaceutical Press,46-49.
Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel. (1997). Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2. Buah
Buahan yang Dapat Dimakan. Bogor. Prosea.
Formulasi Sediaan..., Muhammad Al Furqon Setyo Utomo, FF UI, 2014
top related