financial performance perusahaan manufaktur …/pengaruh...financial performance perusahaan...
Post on 19-Mar-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH INSTITUTIONAL OWNERSHIP, BOARD INDEPENDENCE
DAN AUDIT COMMITTEE MEETING FREQUENCY TERHADAP
FINANCIAL PERFORMANCE PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
Oleh:
DENNY ANDIKA RAHMAN
NIM. F0306089
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN MOTTO
“Hai sekalian orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah
bersama orang-orang yang sabar.”
(QS. Al. Baqarah : 153)
"Allah Tidak Melihat Bentuk, Rupa, Dan Harta Kalian, Tapi
Dia Melihat Hati Dan Amal Kalian"
(Nabi Muhammad SAW)
"Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang kita miliki,
tetapi selalu menyesali apa yang belum kita capai"
(schopenhauer)
“Banyak kegagalan dalam hidup ini, dikarenakan orang-orang
tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan
keberhasilan saat mereka menyerah”
(Thomas Alva Edison)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Aku persembahkan karya kecilku ini untuk:
Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang sangat berharga
Papa almarhum & Mama yang paling aku cintai di dunia ini
terima kasih doa, bimbingan, dan kasih sayangnya kepada saya
karena telah memberi semangat di saat sedang terpuruk dan
memberi dukungan untuk kembali bangkit
Almamaterku yang selalu membuatku tersenyum dalam keadaan
apa pun dan di mana pun
Terima kasih semuanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul PENGARUH INSTITUTIONAL
OWNERSHIP, BOARD INDEPENDENCE DAN AUDIT COMMITTEE
MEETING FREQUENCY TERHADAP FINANCIAL PERFORMANCE
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA.
Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan
dan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs. Agus Budiatmanto, M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing yang
telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
dalam penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Bapak Drs. Wartono, M.Si, Ak dan Ibu Christyaningsih Budiwati, SE, M.Si,
Ak selaku tim penguji skripsi.
5. Papa alm. dan Mama tercinta, terima kasih buat doa dan kepercayaan yang
telah diberikan, Denny akan berusaha melakukan yang terbaik untuk
membahagiakan kalian..
6. Eyang kakung dan Eyang putri tercinta terima kasih karena selalu
mendoakan Denny dan mengingatkan sholat sehingga bisa jadi manusia yang
soleh dan bertakwa kepada Allah SWT..
7. Kakakku tercinta, mbak Dhina dan Mas Imam terima kasih karena selalu
mengajak jalan-jalan, nonton bioskop, karaokean buat refreshing biar ga
jenuh..
8. Mas Iyok yang selama ini telah membantu menjalani kuliah hingga akhirnya
bisa selesai sampai akhir..
9. Kokok dan Adhi sahabatku sejak kecil, yang telah membantu segalanya
sehingga aku bisa selesai kuliah sampai saat ini..
10. Rofi Farih sahabatku yang sudah sukses di ibukota, terima kasih buat
bantuannya selama ini, tanpa ada kamu, mungkin aku ga akan bisa seperti
ini..
11. Mbak Nieldya kakakku yang tersayang yang lagi merantau di negeri orang,
makasih banget buat segala sesuatu yang mbak berikan ke adekmu ini,
semoga sukses selalu..
12. Temen-temen kontrakan Hanung, Kris, Tony, Budi, Eko, Darwin yang selama
hampir 4 tahun ini kita bersama, aku ga akan melupakan kalian semua..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
13. Teman-teman kelompok aneh Agung, Tita, Famera, Wida, Adit, Danik, Ian
terima kasih buat kebersamaan kita terutama belajar kelompok selama ini..
14. Teman-teman dekatku lainnya, Supri, Mora, Barjos ,Satria, Loggar dan masih
banyak lagi terima kasih karena kalian sudah membantuku selama ini..
15. Pak Timin yang selama ini telah membantu begitu banyak dalam mengatasi
urusan kampus yang begitu ribetnya...
16. Pak Man dan Pak Pur yang selama kurang lebih 4 tahun ini telah menjaga
keamanan motor saya dan selalu mendoakan yang terbaik buat saya..
17. Teman-teman Accounting Society ’06 yang tak pernah bisa kulupakan, tetap
semangat dan jangan lupakan slogan kita semua “Who is the Best?”
18. Sobat-sobat ku yang selalu bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan
memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.
19. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, 16 September 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ........................................................................................................ i
PERSETUJUAN ......................................................................................... ii
PENGESAHAN .......................................................................................... iii
MOTTO ....................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori ................................................................................ 11
1. Agency Theory ........................................................................... 11
2. Good Corporate Governance .................................................... 13
3. Kinerja Keuangan........................................................................ 22
B. Review Penelitian dan Pengembangan Hipotesis ............................. 25
1. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan.. 25
2. Pengaruh Board Independence (Dewan Komisaris Independen)
terhadap Kinerja Keuangan ........................................................ 27
3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit terhadap Kinerja
Keuangan .................................................................................... 30
4. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................... 33
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .............................................................................. 36
B. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 36
C. Data dan Metode Pengumpulan Data ............................................... 37
D. Definisi dan Pengukuran Variabel .................................................... 38
E. Metode Analisis Data ......................................................................... 39
1. Pengujian Asumsi Klasik .............................................................. 39
a) Pengujian Normalitas ........................................................ 39
b) Pengujian Multikolinearitas .............................................. 40
c) Pengujian Autokorelasi ..................................................... 41
d) Pengujian Heteroskedastisitas ........................................... 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 42
a) Pengujian signifikansi-F..................................................... 43
b) Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji
signifikansi-t) ................................................................... 44
c) Pengujian Ketepatan Perkiraan (Uji R2) ........................... 44
IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data ..................................................................... 46
B. Statistik Deskriptif ............................................................................... 47
C. Pengujian Asusmsi Klasik ................................................................... 48
1) Uji Normalitas ................................................................................. 49
2) Uji Multikolinearitas …………………………………………...... 49
3) Uji Autokorelasi …………………………………………………. 50
4) Uji Heteroskedastisitas …………………………………………… 51
D. Pengujian Hipotesis ............................................................................. 52
1) Analisis Regresi Ganda .................................................................. 52
2) Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Signifikansi F) ................. 54
3) Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Signifikansi-t ) ...... 54
4) Pengujian Ketepatan Perkiraan (R2) .............................................. 55
E. Pembahasan ......................................................................................... 56
V. PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................. 60
B. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 61
C. Saran .................................................................................................... 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 63
LAMPIRAN ..................................................................................................... 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Pengambilan Sampel ..................................................................... 46
Tabel IV.2 Hasil Statistik Deskriptif ............................................................... 47
Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas Data ............................................................. 49
Tabel IV.4 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................ 50
Tabel IV.5 Hasil Uji Run Test ......................................................................... 51
Tabel IV.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 52
Tabel IV.7 Hasil Analisis Regresi Ganda ........................................................ 52
Tabel IV.8 Hasil Uji Signifikansi-F ................................................................ 54
Tabel IV.9 Hasil Uji Signifikansi-t ................................................................. 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Pikir Penelitian ........................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Daftar Nama Sampel Perusahaan ............................................... 69
Lampiran II Data Penelitian .......................................................................... 71
Lampiran III Hasil Uji Analisis ..................................................................... 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur kepemilikan pada suatu perusahaan mencerminkan distribusi
kekuasaan dan pengaruh di antara pemegang saham atas kegiatan operasional
perusahaan. Pada umunya karakteristik struktur kepemilikan dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu: kepemilikan terkonsentrasi, dan kepemilikan
menyebar. Karakteristik kepemilikan menyebar banyak ditemukan pada
perusahaan-perusahaan di negara Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang. Pada
tipe kepemilikan menyebar masalah yang timbul adalah perbedaan
kepentingan antara manajemen dan pemegang saham (Jensen dan Meckling,
1976). Tipe kepemilikan terkonsentrasi banyak ditemukan di sebagian besar
negara di Asia, khususnya negara berkembang termasuk Indonesia. Pada tipe
ini masalah yang sering timbul adalah konflik kepentingan antara pemegang
saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas (Fan dan Wong, 2002).
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan
melalui kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Namun pihak
manajemen atau manajer perusahaan sering mempunyai tujuan lain yang
bertentangan dengan tujuan utama tersebut sehingga timbul konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Konflik tersebut dapat
diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut, namun dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
munculnya mekanisme pengawasan akan menimbulkan biaya yang disebut
sebagai agency cost.
Teori keagenan menyebabkan bahwa agency cost yaitu jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk kepentingan struktural, akademisi dan pelaksanan
kontrak (baik formal maupun non formal), ditambah residual loss (Jensen dan
Meckling, 1976). Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan
manajemen dan kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan, hal
tersebut disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi manajer
tersebut, karena pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh manajemen
akan menambah biaya perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan
perusahaan dan penurunan dividen yang akan diterima.
Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa agency problems
disebabkan oleh adanya sistem pengambilan keputusan yang terpisah antara
manajemen dan pihak pengawas. Fuerst dan Sok-Hyon (2000) menyatakan
bahwa berbagai penelitian, diantaranya penelitian Jensen dan Meckling
(1976) serta Shleifer dan Vishny (1997), menunjukkan bahwa pemisahan
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan membawa kepada kondisi dimana
manajer akan menghambur-hamburkan kekayaan pemilik perusahaan.
Pemisahan fungsi antara pemilik dan manajemen ini memiliki dampak negatif
yang lain yaitu keleluasaan manajemen perusahaan untuk mengoptimalkan
laba, hal ini akan mengarah pada proses mengutamakan kepentingan
manajemen sendiri dengan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perusahaan. Adanya konflik keagenan dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan.
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu
tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang
diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana
formal yang dituangkan dalam anggaran (IAI, 1999).
Laporan keuangan merupakan dasar untuk penilaian kinerja
perusahaan. Laporan keuangan adalah sebuah produk informasi yang
dihasilkan yang sangat penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaan
sehingga dalam penyusunannya tidak bisa terlepas dari proses
penyusunannya. Oleh karena itu, setiap kebijakan dan keputusan yang
diambil dalam proses penyusunan laporan keuangan akan sangat
mempengaruhi dalam penilaian kinerja perusahaan.
Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik
kepentingan tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme
monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai
kepentingan tersebut. Pertama, dengan memperbesar kepemilikan saham
perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1976), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat
disejajarkan dengan kepentingan manajer.
Kedua adalah dengan kepemilikan saham oleh investor institusional.
Moh’d et al. (1998) dalam Pratana dan Mas’ud (2003) menyatakan bahwa
investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan
kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba
menjadi berkurang. Ketiga, melalui peran monitoring oleh dewan komisaris
(board of directors) serta memaksimalkan fungsi komite audit yang ada
dalam perusahaan. Dechow et al. (1996) dan Beasly (1996) menemukan
hubungan yang signifikan antara peran dewan komisaris dengan pelaporan
keuangan. Selain itu juga ditemukan bahwa ukuran dan independensi dewan
komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses
pelaporan keuangan.
Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol
eksternal terhadap perusahaan. Pozen (1994) mengungkapkan beberapa
metode yang digunakan oleh pemilik institusional dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan manajerial. Adanya kepemilikan oleh investor
institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal
terhadap kinerja manajemen perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan
meningkat.
Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti perusahaan
efek, perusahaan asuransi, perbankan, perusahaan investasi, dana pensiun,
dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham
mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang dapat digunakan
untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Selain
itu, struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada
kinerja keuangan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu
mengoptimalkan kinerja perusahaan.
Bhattacharya dan Graham (2007) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
melalui mekanisme pengawasan atas operasional perusahaan. Ming et al.
(2008) menyimpulkan bahwa kepemilikan insider dan institusional pada
perusahaan Malaysia tidak mempengaruhi pendapatan saham dan pembagian
dividen. Bukti ini bertentangan dengan seluruh temuan empiris sebelumnya
pada perusahaan-perusahaan AS. Maka dapat disimpulkan bahwa struktur
kepemilikan tidak mempengaruhi kinerja perusahaan di Malaysia dan bahwa
masalah pokok agen tidak dapat dipecahkan melalui peningkatan kepemilikan
saham insider sebagaimana yang diusulkan oleh Jensen dan Meckling (1976).
Sementara itu, Filatotchev et al. (2005) memperoleh bukti penelitian
bahwa anggota dewan komisaris independen berpengaruh pada kinerja
perusahaan di Taiwan. Anggota dewan komisaris independen sebagai pihak
yang netral dalam kepentingan kepemilikan perusahaan dapat melakukan
pengawasan atas operasional perusahaan dengan baik hingga berpengaruh
pada kinerja perusahaan. Sharma et al. (2009) melakukan penelitian terkait
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
keberadaan komite audit dalam mekanisme good corporate governance
dengan hasil bahwa frekuensi rapat yang dilakukan oleh komite audit
berhubungan dengan besarnya ukuran atau jumlah anggota komite audit dan
kinerja perusahaan. Adanya frekuensi rapat komite audit lebih banyak
mengindikasikan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh komite audit
berjalan dengan efektif dalam arti bahwa tiap terjadi permasalahan dalam
perusahaan dapat langsung dibahas dalam rapat komite audit sehingga dapat
lebih cepat ditemukan penyelesaian sehingga tidak menurunkan kinerja
perusahaan. Raghunandan dan Rama (2007) menguji ukuran komite audit dan
frekuensi rapat komite audit terkait proses monitoring dan kinerja perusahaan
dengan hasil bahwa ukuran dan frekuensi rapat komite audit mempunyai
pengaruh terhadap tingkat kinerja perusahaan. Hasil yang sama diperoleh
Carcello dan Neal (2003) bahwa frekuensi rapat komite audit menghasilkan
satu proses monitoring yang efektif terhadap kegiatan operasional perusahaan
sehingga memungkinkan perusahaan untuk mencapai tingkat kinerja yang
lebih baik.
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Bhattacharya dan
Graham (2007) dengan perbedaan pada variabel independen yang digunakan.
Bhattacharya dan Graham (2007) menggunakan variabel institutional
ownership. Sementara itu penelitian ini menambahkan variabel independen
berupa dewan komisaris independen dan frekuensi rapat komite audit
sebagaimana digunakan dalam penelitian Filatotchev et al. (2005) dan
Sharma (2009). Selain variabel penelitian, perbedaan dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
adalah sampel penelitian yang mana Bhattacharya dan Graham (2007)
menggunakan sampel perusahaan di Finlandia, sementara itu penelitian ini
menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Bhattacharya dan Graham (2007) menggunakan sampel berbagai sektor
industri perusahaan di Finlandia, sementara itu penelitian ini menggunakan
satu industri yaitu manufaktur dengan alasan untuk menghindari pengaruh
perbedaan karakteristik industri pada hasil penelitian. Industri manufaktur
dipilih karena industri manufaktur merupakan industri terbesar di Bursa Efek
Indonesia sehingga memungkinkan untuk dapat diperoleh jumlah sampel
yang representatif dan hasil penelitian yang baik dalam aspek statistiknya.
Atas dasar paparan di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian terkait pengaruh struktur kepemilikan institusional, anggota dewan
komisaris independen dan frekuensi rapat komite audit terhadap kinerja
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam sebuah penelitian
dengan judul “PENGARUH INSTITUTIONAL OWNERSHIP, BOARD
INDEPENDENCE DAN AUDIT COMMITTEE MEETING
FREQUENCY TERHADAP FINANCIAL PERFORMANCE
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA”.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Apakah struktur kepemilikan institusional (institutional ownership)
berpengaruh terhadap financial performance perusahaan manufaktur
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah anggota dewan komisaris independen (board independence)
berpengaruh terhadap financial performance perusahaan manufaktur
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah frekuensi rapat komite audit (audit committee meeting frequency)
berpengaruh terhadap financial performance perusahaan manufaktur
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat dinyatakan
seperti berikut ini.
1. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh struktur kepemilikan
institusional (institutional ownership) terhadap financial performance
perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh anggota dewan
komisaris independen (board independence) terhadap financial
performance perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh frekuensi rapat komite
audit (audit committee meeting frequency) terhadap financial performance
perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak
seperti berikut:
1. Bagi investor
Hasil penelitian dapat digunakan oleh investor dalam pengambilan
keputusan investasinya terutama terkait dengan informasi pengaruh
institutional ownership, board independence dan audit committee meeting
frequency terhadap financial performance perusahaan, dengan demikian
keputusan investasi yang diambil dapat lebih akurat dan memungkinkan
investor untuk mengoptimalkan keuntungannya.
2. Bagi manajemen
Hasil penelitian dapat digunakan oleh manajemen perusahaan dalam
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi financial
performance perusahaan khususnya institutional ownership, board
independence dan audit committee meeting frequency agar keputusan yang
diambil oleh manajemen perusahaan dapat meningkatkan nilai bagi
perusahaan.
3. Bagi penelitian berikutnya
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan
penelitian-penelitian berikutnya terutama penelitian terkait faktor-faktor
yang mempengaruhi financial performance perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
E. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam bab-bab berikutnya dipaparkan dengan sistematika
sebagai berikut ini.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka yang
memberi penjelasan mengenai laporan keuangan, analisis laporan
keuangan, analisis rasio keuangan, serta review penelitian
terdahulu yang mendukung penelitian, dilanjutkan kerangka
pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III: METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan ruang lingkup penelitian,
populasi dan pemilihan sampel, pengumpulan data dan
pengukuran variabel, dan prosedur analisis yang terdiri atas
analisis regresi berganda.
BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisis data penelitian,
pengujian hipotesis, dan interpretasi data.
BAB V: PENUTUP
Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian,
keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Agency Theory
Untuk memahami masalah kepemilikan perusahaan (ownership) maka
harus didasari oleh teori keagenan (agency theory). Teori ini membahas
tentang adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal).
Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan
agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu
biaya keagenan (agency cost). Selain itu manajemen memiliki informasi yang
lebih banyak daripada pemilik tentang keadaan perusahaan. Situasi ini
menimbulkan peluang bagi manajemen untuk berbuat curang.
Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh
kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua
kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak
berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang
dikehendaki (Irfan, 2002).
Agency problem secara garis besar dapat terjadi ketika manajer
membuat sebuah keputusan yang tidak konsisten dengan tujuan umum dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sebuah perusahaan yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Hal
ini dikarenakan manajer ingin mementingkan dirinya sendiri. Eisenhardt
(1989) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan
tentang teori agensi yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri
sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai
persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu
menghindari risiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia
tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak
berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya
(Wibisono, 2004).
Agency cost merupakan pengeluaran waktu dan uang yang dilakukan
oleh perusahaan untuk mengurangi agency problem (Gallagher, 2000).
Menurut Jensen dan Meckling (1967), agency cost merupakan penjumlahan:
(1) pengeluaran monitoring oleh principal, (2) pengeluaran “bonding” oleh
agen, dan (3) kerugian residual. Semakin besar perusahaan, semakin besar
pula agency cost-nya karena meningkatnya kebutuhan monitoring dalam
perusahaan besar. Namun, agency cost dapat dikurangi dengan meningkatkan
level kepemilikan manajemen supaya mengurangi biaya monitoring. Agency
cost yang lebih rendah diasosiasikan dengan nilai perusahaan yang semakin
tinggi.
Alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu melalui mekanisme
pengendalian internal dan mekanisme pengendalian eksternal atau
pengendalian pasar. Mekanisme pengendalian internal didesain untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
menyamakan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Menurut
Jensen dan Meckling (1976) ada beberapa cara yang dilakukan untuk
mengurangi agency cost yaitu pertama dengan meningkatkan kepemilikan
saham perusahaan oleh manajemen karena dengan hal itu manajer merasakan
langsung manfaat dari keputusan yang diambil. Kedua dengan meningkatkan
divident pay-out ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free
cash flow. Ketiga dengan meningkatkan pendanaan dengan hutang, keempat
melalui institusional investor sebagai monitoring agents.
2. Good Corporate Governance (GCG)
Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara
kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan
istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara
pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam
memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau
diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak
mendatangkan return. Corporate governance diperlukan untuk mengurangi
permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer.
Good corporate governance (GCG) menurut Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi
pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik
terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di
suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam
peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate
Governance, menggunakan pengertian dari Cadbury Committee dalam
mendefinisikan Corporate Governance, yaitu:
“seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.”
Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat
memberikan beberapa manfaat berikut ini (FCGI, 2001):
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga
dapat lebih meningkatkan corporate value.
c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang
dikemukakan oleh FCGI adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1) Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi
seluruh pemegang saham. Keadilan yang diartikan sebagai perlakuan yang
sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham
minoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan kesalahan
perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
2) Disclosure/Transparency (Keterbukaan/Transparansi)
Transparansi adalah adanya pengungkapan yang akurat dan tepat pada
waktunya serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan,
kepemilikan, serta pemegang kepentingan. Untuk menjaga obyektivitas
dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang
material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan
lainnya.
3) Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan
yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi,
dan pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen
bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya. Perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk
itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
4) Responsibility (Responsibilitas)
Responsibility (responsibilitas) adalah adanya tanggung jawab pengurus
dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban
kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan
dengan kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan konsekuensi logis
dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggungjawab sosial,
menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi profesional
dan menjunjung etika dan memelihara bisnis yang sehat.
Mekanisme di dalam good corporate governance diantaranya yaitu
struktur kepemilikan, komite audit dan juga dewan komisaris (Bernhart dan
Rosenstein, 1998).
a. Struktur kepemilikan
Adanya agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan.
Struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai
tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan
oleh adanya kontrol yang mereka miliki. Istilah stuktur kepemilikan
digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting di
dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang dan equity
tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh manager dan institutional
(Jensen dan Meckling, 1976).
Struktur kepemilikan merupakan komposisi modal antara utang dan
ekuitas termasuk juga proporsi antara kepemilikan saham inside shareholders
dan outside shareholders. Semakin terkonsentrasinya kepemilikan, principal
mempunyai insentif untuk memonitor agar agen mereka bertindak selaras
dengan kepentingan pemilik. (Bathala et al. 1994). Jensen dan Meckling
(1976), menyatakan bahwa agency problem akan terjadi bila proporsi
kepemilikan manajer kurang dari 100% sehingga manajer cenderung
bertindak berdasar maksimalisasi nilai dari pengambilan keputusan
pendanaan dan menyatakan bahwa kondisi tersebut merupakan konsekuensi
dari pemisahan kepemilikan.
Menurut Kiryanto dan Suprianto (2006), adanya pemisahan
kepemilikan dan pengendalian perusahaan ini akan menyebabkan timbulnya
asymmetric information. Ada dua jenis asymmetric information, yaitu:
adverse selection dan moral hazard. Adverse selection adalah suatu tipe
informasi asimetri (asymmetric information), satu orang atau lebih pelaku-
pelaku transaksi bisnis atau transaksi-transaksi yang potensial mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
informasi lebih atas yang lain. Ketimpangan pengetahuan informasi
perusahaan ini dapat menimbulkan masalah dalam transaksi pasar modal
karena investor tidak mempunyai informasi yang cukup dalam pengambilan
keputusan investasinya. Sedangkan moral hazard adalah suatu tipe informasi
asimetri (asymmetric information), satu orang atau lebih pelaku-pelaku bisnis
atau transaksi-transaksi potensial dapat mengamati kegiatan-kegiatan mereka
secara penuh dibandingkan dengan pihak lain. Masalah moral hazard ini
terjadi karena pihak-pihak di luar perusahaan (investor) mendelegasikan
tugas dan kewenangannya kepada manajer, tetapi investor tidak dapat
sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut.
Struktur kepemilikan yang ada di perusahaan akan sangat berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan karena menunjukkan sebuah komposisi
yang berisi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan.
Kesimpulannya adalah bahwa perusahaan yang melakukan pemisahan antara
pemilik dan manajer lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung memiliki
performansi perusahaan yang lebih jelek.
b. Komite audit
Definisi Komite Audit berdasarkan Keputusan Direksi PT Bursa Efek
Indonesia Nomor: Kep-339/BEI/07-2001 yang dikeluarkan pada 20 Juli 2001,
tentang Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A: Tentang Ketentuan Umum
Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa adalah komite yang dibentuk oleh
dewan komisaris Perusahaan Tercatat yang anggotanya diangkat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
diberhentikan oleh dewan komisaris Perusahaan Tercatat melakukan
pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi
direksi dalam pengelolaan Perusahaan Tercatat. Keanggotaan komite audit
sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota, seorang diantaranya
merupakan komisaris independen Perusahaan Tercatat yang sekaligus
merangkap sebagai ketua komite audit, sedangkan anggota lainnya
merupakan pihak ekstern yang independen di mana sekurang-kurangnya satu
diantaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan atau keuangan.
Seperti diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan
yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit
antara lain seperti berikut ini.
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan
lainnya.
2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal.
4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan
dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.
5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan emiten.
6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Menurut FCGI dalam Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit
dalam Pelaksanaan Corporate Governance, disebutkan bahwa secara umum
tanggung jawab komite audit meliputi 3 (tiga) bidang berikut ini.
1. Laporan Keuangan
Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan
keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang
sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, dan rencana jangka
panjang.
2. Corporate Governance
Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perusahaan
sudah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku,
melaksanakan usahanya dengan beretika, dan melaksanakan pengawasan
terhadap benturan kepentingan yang ada di dalam perusahaan.
3. Pengawasan Perusahaan
Komite audit bertanggung jawab untuk melaksanakan pengawasan
terhadap perusahaan termasuk di dalamnya pemahaman tentang masalah
serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian
intern serta memonitor proses pengawasan yang dilaksanakan oleh auditor
intern.
c. Dewan komisaris
Menurut FCGI (2003), terdapat dua sistem yang berkaitan dengan bentuk
dewan dalam perusahaan, yaitu one tier system (sistem satu tingkat) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
two tiers system (sistem dua tingkat). Sistem satu tingkat hanya
mempunyai satu dewan direksi dalam perusahaan, biasanya kombinasi
antara manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif) dan direktur
independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu, dan diangkat karena
kebijakan, pengalaman dan relasinya. Ini dapat ditemukan di Negara
Amerika Serikat dan Inggris.
Sistem dua tingkat mempunyai dua badan terpisah, yaitu dewan
pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan direksi).
Tugas dewan direksi yaitu mengelola dan mewakili perusahaan dan juga
memberikan informasi di bawah pengarahan dan pengawasan dewan
komisaris. Anggota dewan direksi diangkat dan setiap waktu dapat diganti
oleh anggota dewan komisaris. Tugas utama dewan komisaris yaitu
bertanggung jawab untuk mengawasi tugas-tugas manajemen, tetapi tidak
boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh
mewakili perusahaan dalam transaki-transaki dengan pihak ketiga.
Anggota dewan komisaris diangkat melalui Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Ini dapat ditemukan di negara-negara seperti Indonesia,
Belanda, Denmark, Jerman dan Jepang.
Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi
dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris
lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis
maupun kekeluargaan. Di sini yang dimaksud afiliasi yaitu seperti berikut
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat
kedua, baik secara horisontal maupun vertikal.
2. Hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris dari
pihak tersebut.
3. Hubungan antara 2 (dua) perusahaan dimana terdapat satu atau lebih
anggota direksi atau dewan komisaris yang sama.
4. Hubungan antara perusahaan dan pihak, baik langsung maupun tidak
langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut.
5. Hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik
langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama.
6. Hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
Independensi Dewan Komisaris diwakili dengan adanya Komisaris
Independen dalam dewan komisaris perusahaan. Bursa Efek Jakarta
mengeluarkan SE-005/BEJ/09-2001 yang mensyaratkan bagi perusahaan
yang tercatat di BEJ menunjuk komisaris independen minimal 30% dari
seluruh dewan komisaris.
3. Kinerja Keuangan (Financial Performance)
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi untuk
mengetahui kinerja suatu perusahaan. Informasi seperti itu diberikan melalui
pihak manajemen perusahaan untuk memberikan suatu gambaran kinerja
perusahaan kepada stakeholder. Putro (2007) menyatakan bahwa salah satu
faktor penting yang mempengaruhi pengaharapan investor adalah kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
keuangan. Pada dasarnya pengukuran kinerja merupakan perilaku manusia
dalam melaksanakan peran yang telah diberikan kepadanya untuk mencapai
suatu goal congruence. Pengukuran kinerja dalam suatu perusahaan pada
akhirnya tidak terlepas dari keterkaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan
yaitu meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Dewi (2004) untuk melakukan penilaian kinerja keuangan
dalam suatu perusahaan dapat dilihat melalui 2 (dua) sudut pandang yang
berbeda, yaitu:
a. Sudut pandang financial
Menurut sudut pandang ini, pengukuran kinerja meliputi aspek-
aspek financial perusahaan seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas.
b. Sudut pandang non financial
Menurut sudut pandang ini, pengukuran kinerja dari aspek-aspek non
financial perusahaan seperti kepuasan pelanggan, inovasi produk, dan
pengembangan peusahaan.
Menurut Pradhono et al. (2004), pengukuran kinerja perusahaan
dapat terbagi menjadi tiga pokok utama, yaitu:
a. Pengukuran laba: Earning Per Share (EPS), Return on Asset (ROA),
Return on Net Asset (RONA), Return on Capital Employment (ROCE),
Return on Equity (ROE).
b. Pengkuran Cash Flow: free cash flow, Cash Flow Return on Gross
Investment (CFROI), Total Shareholder Return (TSR) dan Total Business
Return (TBR).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Pengukuran Nilai: Economic Value Added (EVA), Market Value Added
(MVA), Cash Value Added (CVA) dan Shareholder Value (SHV).
Pengukuran kinerja keuangan ini penting karena dengan kinerja ini
para manajer mendapatkan informasi yang akan digunakan dalam
menentukan ukuran keuangan perusahaan untuk pengambilan keputusan.
Ngui et. al (2007) menyatakan kinerja perusahaan merupakan faktor yang
penting dalam dunia pasar modal. Apabila kinerja perusahaan meningkat,
pasar akan merespon dengan meningkatnya nilai perusahaan yaitu
meningkatnya harga saham perusahaan. Harga saham yang meningkat
memunculkan potensi meningkatnya capital gain yang diperoleh pemegang
saham. Dengan kinerja yang meningkat, diharapkan harga saham perusahaan
meningkat, sehingga pemegang saham dapat memperoleh keuntungan melalui
capital gain. Mekanisme corporate governance yang baik diharapkan
menjadikan aktivitas perusahaan berjalan lebih baik, sehingga kinerja
perusahaan menjadi meningkat.
Penelitian ini menggunakan ukuran kinerja keuangan berupa return on
equity dengan alasan bahwa rasio ini menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menyediakan pengembalian keuangan pada penyedia dana
internal yang dalam hal ini adalah investor saham. Oleh karena itu, ROE
mampu menggambarkan tingkat pengembalian secara keuangan bagi
pemegang saham (investor) yang selaras dengan variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu institutional ownership.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
B. Review Penelitian dan Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan
Kepemilikan institusional dapat diartikan sebagai proporsi saham
yang beredar yang dimiliki oleh institusi lain di luar perusahaan, seperti bank,
perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun dan lain-lain pada
akhir tahun yang diukur dalam prosentase (Wahidawati, 2001). Siregar dan
Utama (2005) dalam penelitiannya mendefinisikan kepemilikan institusional
sebagai kepemilikan saham oleh institusi keuangan seperti perusahaan
asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Berbeda dengan
blockholder yang dalam kepemilikan hanya pada seorang ataupun sebuah
keluarga, kepemilikan institusional lebih mengacu pada institusi yang dapat
berupa asuransi, bank ataupun institusi lainnya.
Peningkatan kepemilikan institusional dapat menyebabkan kinerja
manajer diawasi secara optimal dan terhindar dari perilaku opportunistic.
Kepemilikan institusional juga dianggap lebih dapat dengan tepat
memperkirakan keuntungan di masa mendatang daripada kepemilikan non
institusional (Jiambalvo, Rajgopal, dan Venkatachalam, 2002). Institusi
biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki sumber
daya yang lebih besar bila dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Jika
investor institusional tidak puas dengan kinerja manajemen, maka mereka
dapat menjual sahamnya (Murni dan Andriana, 2007).
Kouki dan Guizani (2009) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional yang besar merupakan cara untuk monitoring agent. Peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kepemilikan institusional dapat mengurangi agency cost atas debt dan insider
ownership karena semakin besar kepemilikan institusional maka akan dapat
mengurangi terjadinya konflik antara kreditur dan manajer, dan akhirnya dapat
menekan biaya keagenan. Waddock dan Graves (1994) menemukan hubungan
yang positif dan signifikan antara jumlah institusi yang memiliki saham dan
kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Hal tersebut dikuatkan oleh
penelitian Mahoney dan Robert (2003) yang menemukan hubungan positif dan
signifikan antara kinerja sosial perusahaan dan jumlah kepemilikan
institusional.
Kircmaier dan Grant (2006) melakukan penelitian tentang struktur
kepemilikan perusahaan dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan blockholder akan
berpengaruh terhadap tata kelola perusahaan yang akan mempengaruhi kinerja
perusahaan. Para pelaku pasar akan merespon peningkatan kinerja tersebut
melalui harga saham yang meningkat. Hasilnya menunjukkan bahwa struktur
kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap kinerja dan nilai perusahaan.
Ujiyantho dan Pramuka (2007) melakukan penelitian tentang
mekanisme corporte governance, manajemen keuangan dan nilai perusahaan.
Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta 2002-2004. Hasil dari penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen
dan jumlah dewan komisaris secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris independen berpengaruh
positif signifikan terhadap manajemen laba, jumlah dewan komisaris tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Manajemen laba
(discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
keuangan (cash flow return on assets).
Uraian di atas mendasari perumusan hipotesis pertama dalam
penelitian ini, seperti berikut:
H1: Terdapat pengaruh struktur kepemilikan institusional (institutional
ownership) terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
2. Pengaruh Board Independence (Dewan Komisaris Independen)
terhadap Kinerja Keuangan
Menurut FCGI (2003), dewan komisaris merupakan inti dari
corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Aktifnya peranan dewan komisaris
dalam praktek sangat tergantung pada lingkungan yang diciptakan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Di Indonesia sering terjadi anggota dewan
komisaris tidak menjalankan peran pengawasannya terhadap dewan direksi.
Dewan komisaris dianggap tidak memiliki manfaat. Hal ini dapat dilihat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
fakta bahwa banyak anggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan
tidak dapat menunjukkan independensinya sehingga gagal untuk mewakili
kepentingan stakeholder lainnya.
Komisaris independen merupakan salah satu bagian inti dari
perusahaan dalam mengawasi pengurusan perseroan yang dilakukan oleh
direksi dan memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan operasional
perusahaan (Kusuma dan Susanto, 2004). Penelitian oleh Ngui, et al. (2007)
menyatakan bahwa komisaris independen menjembatani kepentingan
manajemen dan kepentingan pemegang saham. Komisaris independen
menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja
manajemen perusahaan dan akan berusaha untuk memastikan bahwa
manajemen akan melakukan pengelolaan perusahaan yang bertujuan
memaksimalkan return bagi pemegang saham.
Dewan komisaris independen merupakan alat pemonitoran yang
efektif. Bukti empiris mengenai jumlah komisaris independen yang efektif
masih belum konsisten. Song dan Windram (2000) memberikan bukti empiris
bahwa jumlah komisaris independen yang lebih kecil meningkatkan kualitas
pelaporan keuangan dan menurunkan probabilitas kesalahan dalam pelaporan
keuangan. Yermack (1996) mendukung jumlah komisaris yang lebih sedikit,
karena penilaian perusahaan yang lebih baik terkait dengan jumlah komisaris
yang lebih sedikit. Shivdasani (1993) beragumen bahwa semakin besar jumlah
dewan komisaris independen merefleksikan reputasi yang semakin baik
sebagai pemonitor. Dengan proporsi anggota independen yang besar dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
struktur dewan komisaris, akan memberikan efek pengawasan yang lebih baik
dan dapat membatasi peluang-peluang kecurangan pihak manajerial (Fama dan
Jensen, 1983). Hal ini berarti dewan komisaris independen mendapat respon
positif dari para investor, namun jumlah komisaris yang efektif masih menjadi
perdebatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Susanto (2004) tentang
efektivitas mekanisme bonding yang merupakan kasus pada perusahaan-
perusahaan yang dikontrol komisaris independen mendapatkan hasil bahwa
peran komisaris independen tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
mekanisme bonding dividen dan utang dalam mengurangi masalah agensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Harford et. al (2008) menemukan bahwa peran
komisaris independen secara positif berpengaruh terhadap tingkat leverage
(utang) perusahaan. Di mana dewan yang lebih kuat dan independen akan
mendesak perusahaan untuk mempunyai atau melakukan pendanaan melalui
utang yang lebih besar dan dalam bentuk utang jangka pendek yang besar pula.
Paparan di atas menjadi dasar pengembangan hipotesis kedua dalam
penelitian, yaitu seperti berikut ini:
H2: Terdapat pengaruh anggota dewan komisaris independen (board
independence) terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk menguji pengaruh
komite audit terhadap kinerja keuangan. Klein (2002) menyatakan bahwa
komite audit secara internal diharapkan akan mampu meningkatkan efektivitas
operasional perusahaan. Komite audit diharapkan mampu mengurangi praktik
manipulasi laba dalam perusahaan yang dapat merugikan pemegang saham.
Komite audit bertugas mengamati seluruh proses keuangan dalam perusahaan,
hal tersebut dapat dilihat pada pertemuan rutin komite audit dengan auditor
independen dan manajer keuangan perusahaan, proses audit dan pengendalian
akuntansi secara internal.
Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan bahwa komite audit adalah
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas
pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting
bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam
sistem perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung
antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam
menangani masalah pengendalian.
Penelitian DeFond dan Jiambalvo (1991); McMulen (1996); Beasly
dan Salterio (2001); Mc Mullen dan Raghunandan (1996) mendukung
keberadaan komite audit yang dapat meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan. Hal ini menandakan bahwa investor telah melihat nilai lebih pada
perusahaan yang memiliki komite audit independen. Sementara itu, penelitian
yang dilakukan oleh Beasley (1996); Kalbers (1992) dan juga Menon dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
William (1994), menunjukkan tidak adanya perbedaan antara perusahaan yang
memiliki komite audit independen dengan yang tidak. Hasil penelitian ini
menandakan ketidakpercayaan investor terhadap kemampuan komite audit
dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Komite audit yang aktif akan meningkatkan peran mereka untuk
mengejar tujuan dari perusahaan. Maka komite audit akan melakukan
pertemuan tiap tahunnya. Frekuensi rapat komite audit akan menunjukkan
apakah komite itu aktif atau tidak. Meskipun kehadiran direktur non eksekutif
dihubungkan dengan efektivitas komite audit, itu tidak menjamin. Menon dan
Williams (1994) menunjukkan bahwa komite audit independen tidak menjamin
efektivitas kecuali komite ini aktif. Selain itu, Kalbers dan Forgarty (1993)
mendukung argumen ini dan menunjukkan efektivitas komite audit itu hanya
akan terwujud jika anggota berkomitmen untuk mengejar peran dan tugas
mereka. Persyaratan pencatatan di BMB (2001), BRC (1999) dan Treadway
Commission (1987) mengusulkan bahwa komite audit harus bertemu
setidaknya empat kali setahun.
Jumlah pertemuan merupakan upaya yang dilakukan oleh komite audit
untuk memastikan kinerja perusahaan dan pelaporan keuangan yang baik.
Komite audit yang aktif adalah komite yang melakukan review laporan
keuangan dan transaksi untuk memastikan bahwa kontrol internal di dalam
perusahaan telah dilakukan dengan tepat dan sesuai.
Sharma et al. (2009) melakukan penelitian terkait keberadaan komite
audit dalam mekanisme good corporate governance dengan hasil bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
frekuensi rapat yang dilakukan oleh komite audit berhubungan dengan
besarnya ukuran atau jumlah anggota komite audit dan kinerja perusahaan.
Adanya frekuensi rapat komite audit lebih banyak mengindikasikan bahwa
pengawasan yang dilakukan oleh komite audit berjalan dengan efektif dalam
arti bahwa tiap terjadi permasalahan dalam perusahaan dapat langsung dibahas
dalam rapat komite audit sehingga dapat lebih cepat ditemukan penyelesaian
sehingga tidak menurunkan kinerja perusahaan. Raghunandan dan Rama
(2007) menguji ukuran komite audit dan frekuensi rapat komite audit terkait
proses monitoring dan kinerja perusahaan dengan hasil bahwa ukuran dan
frekuensi komite audit mempunyai pengaruh terhadap tingkat kinerja
perusahaan. Hasil yang sama diperoleh Carcello dan Neal (2003) bahwa
frekuensi rapat komite audit menghasilkan satu proses monitoring yang efektif
terhadap kegiatan operasional perusahaan sehingga memungkinkan perusahaan
untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih baik.
Ngui et al. (2007) menyatakan bahwa keberadaan komite audit dapat
berfungsi mengurangi potensi kecurangan yang ada dalam perusahaan. Proses
audit akan membuat manajemen lebih berhati-hati dalam membuat laporannya.
Peran monitoring secara keseluruhan dari komite audit akan membuat
manajemen bekerja lebih baik lagi. Dengan pengelolaan perusahaan yang baik,
diharapkan kinerja perusahaan juga dapat meningkat.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini didasarkan pada paparan di atas,
adapun hipotesis yang dimaksud seperti berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
H3: Terdapat pengaruh frekuensi rapat komite audit (audit committee meeting
frequency) terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
4. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan gambar
II.1 seperti berikut ini.
Variabel independen variabel dependen
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh institutional ownership,
board independence, dan audit committee meeting frequency sebagai terhadap
financial performance perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek
indonesia. Institutional ownership, board independence, dan audit committee
merupakan mekanisme dalam tata kelola perusahaan yang baik (good
H3
Institutional Ownership
Board independence
Audit Committee Meeting
Frequency
Financial Performance
H1
H2
Firm size
Variabel kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
corporate governance) yang menitik beratkan pada proses pengawasan
operasional perusahaan dan meminimalisasi konflik keagenan (agency
conflict) di antara manajemen dan prinsipal perusahaan. Dengan problem
agensi yang dapat diminimalisasi tersebut diharapkan kegiatan operasional
perusahaan dapat berjalan lancar dan meningkatkan kinerja perusahaan.
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan perusahaan oleh
institusi atau lembaga tertentu. Kepemilikan ini mempunyai karakteristik
yang kuat untuk melakukan pengawasan pada perusahaan mengingat institusi
mempunyai sumberdaya dan sumberdana yang lebih kuat dibanding
kepemilikan perorangan sehingga dengan pengawasan yang lebih kuat
tersebut dapat berpengaruh pada peningkatan kinerja perusahaan. Dewan
komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang berasal dari
baik pihak eksternal perusahaan yang lebih dapat bersifat netral tidak
memihak manajemen maupun prinsipal sehingga pengawasan yang dilakukan
dapat lebih baik dan mempengaruhi pencapaian kinerja perusahaan yang lebih
baik. Komite audit merupakan lembaga yang dibentuk untuk melakukan
pengawasan dan memastikan kegiatan yang dilakukan perusahaan dapat
mencapai kinerjanya. Dalam melakukan pengawasan kegiatan operasional
ditandai dengan adanya rapat anggota komite audit. Rapat komite audit
dilakukan guna merespon permasalahan yang terjadi dan frekeuensi rapat
komite audit mengindikasikan aktivitas yang dilakukan oleh komite audit
dalam melakukan pengawasan perusahaan sehingga dapat berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel
kontrol. Ukuran perusahaan biasanya dinyatakan dengan jumlah aset,
pendapatan atau kewajiban perusahaan. Perusahaan yang mempunyai ukuran
besar diindikasikan mempunyai sumberdaya yang besar dan akses untuk
memperoleh sumberdaya yang luas sehingga mempunyai keleluasaan yang
cukup untuk melakukan proses operasional dan pada akhirnya mampu
menghasilkan kinerja perusahaan yang baik atau tinggi. Dalam penelitian ini
ukuran perusahaan dinyatakan dengan logaritma natural dari total aset
perusahaan. Alasan penggunaan logaritma natural untuk total aset adalah
bahwa untuk menghindari jumlah angka variabel yang berbeda secara
ekstrem karena untuk ukuran menggunakan jumlah absolut rupiah sementara
variabel lain menggunakan rasio.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang
tujuan untuk mengetahui institutional ownership, board independence dan
audit committee meeting frequency terhadap financial performance pada
perusahaan manufaktur yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Menurut sekaran (2000), pengujian hipotesis harus dapat
menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antar
kelompok atau interdependenesi dua variabel atau lebih.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi merupakan kelompok orang, kejadian atau peristiwa yang
menjadi perhatian para peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2003). Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) per tanggal 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2008.
b. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian atau anggota dari populasi (Sekaran, 2003).
Sampel merupakan beberapa anggota yang diambil dari populasi. Sampel
yang diteliti pada tahun 2007-2008 harus menyediakan data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dibutuhkan dalam penghitungan, pengukuran dan penilaian variabel.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling. Metode pengambilan anggota sampel ini
menggunakan dasar beberapa kriteria sebagai berikut ini.
1) Perusahaan manufaktur yang telah go public dan terdaftar di Bursa
Efek Indonesia per 1 Januari 2007 sampai dengan per 31 Desember 2008.
2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan untuk
periode tahun 2007 dan 2008 yang tersedia pada www.idx.co.id
ataupun website perusahaan.
3) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan yang
mencantumkan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
3. Data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi yang
diperoleh dari pihak lain (Sekaran, 2003). Alasan menggunakan data
sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mudah untuk diperoleh dan
memiliki waktu yang lebih luas. Data dalam penelitian ini diperoleh dari data
publikasi laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel yaitu seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun data berikut
terdiri dari data berikut ini.
a. Data perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2007 dan 2008.
b. Laporan tahunan perusahaan pada tahun 2007 dan 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
4. Definisi dan Pengukuran Variabel
a. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan
perusahaan (financial performance) yang diproksikan dengan return on
equity (ROE). ROE merupakan kemampuan perusahaan dengan dalam
memperoleh laba atas jumlah ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. ROE
dalam penelitian ini diformulakan dengan rumus seperti berikut ini.
ROE =
b. Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari:
1) Institutional Ownership
Institutional ownership merupakan jumlah kepentingan atas saham
perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham institusi. Variabel ini
diukur dengan persentase kepemilikan saham institusi. Variabel ini
diukur dengan formula seperti berikut ini.
2) Board independence
Board independence merupakan anggota dewan komisaris yang
berasal dari pihak luar atau independen. Variabel ini diukur dengan
formula seperti berikut ini.
Board independence =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3) Audit Committee Meeting Frequency
Audit Committee Meeting Frequency merupakan jumlah rapat komite
audit dalam satu periode. Variabel ini diukur dengan jumlah frekuensi
rapat komite audit dalam satu periode akuntansi.
c. Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan yang
ditentukan dengan nilai logaritma natural atas total aset perusahaan.
Ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel kontrol didasarkan pada
alasan bahwa perusahaan yang besar mempunyai sumber daya dan
sumber dana yang lebih besar serta akses yang lebih leluasa di dalam
perolehan dana. Dengan hal tersebut memungkinkan perusahaan besar
untuk menciptakan operasional yang dan mecapai kinerja keuangan yang
lebih baik dibanding dengan perusahaan kecil yang relatif terbatas baik
dari segi sumber daya, sumber dana maupun akses perolehan dana.
5. Metode Analisis Data
1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut ini.
a. Pengujian Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi dengan membagi model regresi, variabel pengganggu atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Untuk menguji
normalitas, peneliti akan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Jika
nilai ρ value > 0.05 maka data tersebut berdistribusi normal, jika ρ
value < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan asumsi central limit theorem yang
menyatakan bahwa untuk sampel besar (n > 30) akan mendekati suatu
distribusi normal (Gujarati, 2003).
b. Pengujian Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen)
(Ghozali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara independen. Jika variabel independen saling korelasi,
maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam model, peneliti akan melihat Tolerence dan
Variance Infaltion Factors (VIF) dengan alat bantu program Statistical
Product and Service Solution (SPSS).
Tolerence mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Jadi nilai
Tolerence yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF
= 1/Tolerence). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerence < 0.10 atau sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dengan nilai VIF > 10. Bila ternyata dalam model terdapat
multikolinieritas, peneliti akan mengatasi hal tersebut dengan
transformasi variabel. Transformasi variabel merupakan salah satu cara
mengurangi hubungan linier di antara variabel independen.
Transformasi dapat dilakukan dalam bentuk logaritma natural dan
bentuk first difference atau delta (Ghozali, 2005).
c. Pengujian Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sam lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut
waktu (time series) karena “gangguan” pada individu atau kelompok
yang sama pada periode berikutnya. Pada data cross section (silang
waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan
pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok yang
berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi (Ghozali, 2005). Untuk menguji ada tidaknya masalah
autokorelasi, penelitian ini menggunakan alat statistik berupa run test
dengan kriteria pengujian didasarkan pada nilai asymp sig. Apabila
nilai asymp sig > 5% maka dapat dinyatakan tidak terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
autokorelasi dan sebaliknya jika lebih kecil 5%, maka terdapat
autokorelasi dalam model regresi yang digunakan.
d. Pengujian Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung
siatuasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, atau besar) (Ghozali, 2005).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model,
peneliti akan menggunakan uji Glejser dengan bantuan program SPSS.
Apabila koefisien parameter beta > 0.05 maka tidak ada masalah
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Jika ternyata dalam model terdapat
heteroskedastisitas, maka cara memperbaiki dapat dilakukan dengan:
a) Melakukan transformasi dalam bentuk model regresi dengan
membagi model regresi dengan salah satu variabel
independen yang digunakan dalam model tersebut.
b) Melakukan transformasi logaritma.
2. Pengujian Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Sesuai dengan kerangka pemikiran dan pengajuan hipotesis di atas
maka hipotesis akan diuji dengan persamaan regresi seperti berikut ini.
Keterangan:
FP = Financial performance
β0, = Konstanta
β1... β4 = Koefisien regresi
INSTT = Institutional ownership
BOARD = Dewan komisaris independen
FREQ = Frekuensi rapat komite audit
LN_SIZE = Ukuran perusahaan
εi = Error term
a) Pengujian signifikansi-F
Untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen,
maka peneliti menggunakan uji pengaruh simultan dengan alat
bantu program SPSS versi 16.0. Kriteria pengujiannya adalah
seperti berikut ini.
(1) H0 diterima dan Ha ditolak, apabila nilai signifikansi lebih
dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara
FP = β0 + β1 INSTT + β2 BOARD + β3 FREQ + β4 LN_SIZE + ε1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
atau dapat dikatakan bahwa model regresi tidak signifikan.
(2) H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu apabila bila nilai
signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model
regresi signifikan.
b) Pengujian Parameter Individual (Uji signifikansi-t)
Uji signifikansi-t digunakan untuk mengetahui apakah
variabel bebas secara parsial mempengaruhi variabel terikat dengan
asumsi variabel independen lainnya konstan. Kriteria pengujiannya
adalah seperti berikut ini.
a) H0 diterima dan Ha ditolak yaitu apabila bila nilai
signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
b) H0 ditolak dan Ha diterima yaitu apabila nilai signifikansi
kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen
secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.
c) Pengujian Ketepatan Perkiraan (Uji R2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pengujian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat
ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk
(R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati
1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
independen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua
variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted
R2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris pengaruh
institutional ownership (INSTT), board independence (BOARD), audit
committee meeting frequency (FREQ) terhadap financial performance (FP).
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Indonesia
Capital Market Directory (ICMD) dan laporan keuangan perusahaan yang
diakses melalui www.idx.co.id. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya, diperoleh sampel penelitian dengan rincian.
Tabel IV.1 Hasil Pengambilan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI per 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2008. 298
2. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan menerbitkan laporan tahunan tetapi laporan tahunan tidak tersedia baik pada www.idx.co.id maupun website perusahaan. 127
3. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan menerbitkan laporan tahunan dengan informasi dan data tidak lengkap, seperti frekwensi rapat komite audit 103
jumlah sampel penelitian. 68
Sumber : Indonesia Capital Market Directory (ICMD)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 68 perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI per 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2008.
Atas jumlah tersebut, tidak ada perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
tahunan dan juga tidak terdaftar laporan perusahaan manufaktur yang tidak
secara lengkap mencantumkan informasi dan data yang diperlukan dalam
penelitian. Perusahaan yang dijadikan sampel sebanyak 68, adapun daftar
perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat pada lampiran. Langkah
selanjutnya adalah pengumpulan data dari perusahaan yang dijadikan sampel
penelitian. Data digunakan untuk menganalisis pengaruh institutional
ownership (INSTT), board independence (BOARD), audit committee
meeting frequency (FREQ) terhadap financial performance (FP). Analisis
dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0.
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk melihat distribusi data yang
digunakan sebagai sampel. Statitistik deskriptif menggambarkan distribusi
data yang terdiri dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan nilai
standar deviasi atas data variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Berikut merupakan statistik deskriptif untuk masing-masing variabel dalam
penelitian ini.
Tabel IV.2 Hasil Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
INSTT 68 0,13 0,98 0,7077 0,18896
BOARD 68 0,25 0,50 0,3850 0,06930
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
FP 68 -0,87 0,78 0,1734 0,20832
FREQ 68 2,00 36,00 8,1618 5,14741
LN_SIZE 68 8,93 18,21 14,6306 1,50672
Valid N (listwise) 68
Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel di atas menunjukkan untuk perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI memiliki rata-rata nilai INSTT sebesar 0,7077, nilai
minimum sebesar 0,13 (13%) oleh PT. Metrodata Electronics Tbk. dan nilai
maksimum sebesar 0,98 atau sebesar 98% yang dimiliki oleh PT. Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk. Rata-rata nilai BOARD sebesar 0,3850, nilai
minimum sebesar 0,25 (25%) oleh PT. Lautan Luas Surabaya Tbk. dan nilai
maksimum sebesar 0,50 atau sebesar 50% yang dimiliki oleh PT. Unilever
Indonesia Tbk. Rata-rata nilai FP sebesar 0,1734, nilai minimum sebesar -
0,87 (-87%) oleh PT. Myoh Technology Tbk. dan nilai maksimum sebesar
0,78 yang dimiliki oleh PT.Unilever Indonesia Tbk. Rata-rata nilai FREQ
sebesar 8,1618, nilai minimum sebesar 2,00 oleh PT. Myoh Technology Tbk.,
PT. Kalbe Farma Tbk. dan PT. Merck Tbk. dan nilai maksimum sebesar
36,00 yang dimiliki PT. Semen Gresik Tbk. Rata-rata nilai LN_SIZE sebesar
14,6306, nilai minimum sebesar 8,93 oleh PT. Myoh Technology Tbk. dan
nilai maksimum sebesar 18,21 yang dimiliki oleh PT. Astra Graphia Tbk.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear
untuk menguji pengaruh institusional ownership (INSTT), board
independence (BOARD), audit committee meeting frequency (FREQ)
terhadap financial performance (FP). Namun sebelumnya dilakukan uji
asumsi klasik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
C. Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk estimasi
dengan signifikan dan representatif jika model regresi tersebut tidak
menyimpang dari asumsi dasar klasik regresi berupa: normalitas,
autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov terhadap residual regresi yang dilakukan dengan
program SPSS 16.0. hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran. Secara
ringkas hasil ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas Data
Unstandardized Residual
N 68
Normal Parametersa Mean 0,0000000
Std. Deviation 15,12257335
Most Extreme Differences Absolute 0,110
Positive 0,110
Negative -0,082
Kolmogorov-Smirnov Z 0,910
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,379
a. Test distribution is Normal.
Sumber: hasil pengolahan data
Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov dengan residual dapat
diketahui p-value lebih besar dari 5% (p > α), maka dapat dinyatakan
bahwa seluruh data memiliki sebaran data normal.
2. Uji Multikolinearitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui korelasi antar
variabel independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak
terdapat korelasi antara variabel independen atau korelasinya rendah.
Keberadaan multikolinearitas diketahui dengan Varians Inflating Factor
(VIF) dan Tolerance. Berikut disajikan hasil uji multikolinearitas.
Tabel IV.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
INSTT 0,848 1,179 Tidak terdapat multikolinearitas BOARD 0,953 1,049 Tidak terdapat multikolinearitas FREQ 0,809 1,235 Tidak terdapat multikolinearitas
LN_SIZE 0,967 1,034 Tidak terdapat multikolinearitas Sumber: hasil pengolahan data
Hasil pengujian multikolinearitas menunjukkan bahwa semua
variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 (10%), tidak
ada korelasi antar variabel bebas yang nilainya lebih dari 90%. Hasil
penghitungan juga menunjukkan bahwa semua variabel bebas memiliki
VIF kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan.
3. Uji Autokorelasi
Pada penelitian ini menggunakan alat uji runs test. Dari
pengujiaan ini dapat dilihat apakah terjadi autokorelasi atau tidak
didasarkan pada nilai asymp. sig dalam uji run test. Apabila asymp. Sig.
Lebih besar dari 5%, maka tidak terjadi gejala autokorelasi dan sebaliknya
jika asymp. Sig. Lebih kecil 5% maka terjadi gejala aoutokorelasi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini disajikan
hasil uji runs test untuk mengindikasikan asumsi autokorelasi dalam
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel IV.5 Hasil Uji Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -0,77451
Cases < Test Value 34
Cases >= Test Value 34
Total Cases 68
Number of Runs 33
Z -0,489
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,625
a. Median Sumber: hasil pengolahan data
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection
seperti yang digunakan dalam penelitian ini mengandung situasi
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dalam penelitian ini dengan menggunakan kriteria,
jika nilai probabilitas value lebih besar dari 5%, maka dapat dinyatakan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya jika nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
probabilitas lebih kecil dari 5%, maka dapat dinyatakan terdapat gejala
heteroskedastisitas dalam model penelitian.
Tabel IV.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig Kriteria Simpulan INSTT 0,441 Sig>0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas
BOARD 0,907 Sig>0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas FREQ 0,051 Sig>0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas
LN_SIZE 0,085 Sig>0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber: hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai sig untuk seluruh
variabel independen dalam penelitian adalah di atas 0,05. Hasil uji
tersebut mengindikasikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi yang digunakan dalam penelitian.
D. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Regresi Ganda
Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi ganda untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Berikut disajikan hasil uji regresi berganda.
Tabel IV.7 Hasil Analisis Regresi Ganda
Koefisien thitung Sign Konstanta -0,711 -3,181 0,002*
INSTT 0,323 2,940 0,005* BOARD 0,670 2,373 0,021*
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
FREQ 0,12 2,885 0,005*
LN_SIZE 0,56 4,332 0,000*
R2 0,470 Adjusted R2 0,436
Fhitung 13,958 0,000*
Sumber : Hasil Pangolahan Data *signifikan pada tingkat keyakinan (α) 5%
Hasil analisis regresi di atas dapat digunakan dalam menyusun
persamaan sebagai berikut ini.
FP = -0,711 + 0,323 (INSTT) + 0,670 (BOARD) + 0,12 (FREQ) + 0,56
(LN_SIZE) + 0,15643
Nilai koefisien institutional ownership (INSTT) adalah 0,323
dengan tanda koefisien positif. Nilai p-value untuk variabel ini adalah
sebesar 0,005 yang lebih kecil dari tingkat keyakinan dalam penelitian 5%.
Atas hasil ini dapat dinyatakan bahwa variabel institutional ownership
berpengaruh terhadap FP perusahaan sehingga hipotesis pertama dalam
penelitian didukung oleh data penelitian. Nilai koefisien board
independence (BOARD) adalah 0,670 dengan tanda koefisien positif. Nilai
p-value untuk variabel ini adalah sebesar 0,021 yang lebih kecil dari
tingkat keyakinan dalam penelitian 5%. Atas hasil ini dapat dinyatakan
bahwa variabel board independence berpengaruh terhadap FP, sehingga
dapat dinyatakan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian didukung oleh
data penelitian.
Nilai koefisien audit committee meeting frequency (FREQ)
adalah 0,12 dengan tanda koefisien positif. Nilai p-value untuk variabel ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
adalah sebesar 0,005 yang lebih kecil dari tingkat keyakinan dalam
penelitian 5%. Atas hasil ini dapat dinyatakan bahwa variabel audit
committee meeting frequency berpengaruh terhadap FP dan oleh karenanya
dapat dinyatakan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini didukung
oleh data penelitian.
2. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Signifikansi F)
Pengujian ini bertujuan mengetahui apakah model regresi yang
digunakan dalam penelitian layak untuk digunakan sebagai model
pengujian data dan hipotesis yang diajukan. Kriteria yang digunakan
dalam pengujian ini adalah, apabila sig lebih kecil dari 0,05, maka dapat
dinyatakan bahwa model penelitian layak untuk digunakan sebagai model
pengujian dalam penelitian, sebaliknya, apabila sig lebih besar dari 0,05,
maka model tidak layak untuk digunakan sebagai model pengujian dalam
penelitian. Berikut disajikan hasil uji signifikansi F dalam penelitian ini.
Tabel IV.8 Hasil Uji signifikansi- F
F-hitung Sig. Kriteria
Pengujian Keterangan
13,958 0,000 P < 0,05 Signifikan Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil uji signifikansi-F (ANOVA) menunjukkan hasil sig 0,000
yang lebih kecil dari 0,05. Hasil ini dapat jelaskan bahwa model regresi
yang digunakan dalam penelitian ini layak untuk menjadi model pengujian
data dan hipotesis.
3. Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Signifikansi-t)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
secara individual mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel
independen lainnya konstan.
Tabel IV.9 Hasil Uji Signifikansi-t
Variabel T Sig. α kriteria Keterangan INSTT 2,940 0,005* 0,05 P<0,05 Ha1: didukung data
BOARD 2,373 0,021* 0,05 P<0,05 Ha2: didukung data FREQ 2,885 0,005* 0,05 P<0,05 Ha3: didukung data
LN_SIZE 4,332 0,000* 0,05 P<0,05 Ha4: didukung data Sumber : Hasil Pengolahan Data
Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel INSTT mempunyai
p-value 0,005 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 0,05
sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini
didukung oleh data penelitian. Variabel BOARD mempunyai p-value
0,021 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 0,05 sehingga
dapat dinyatakan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini didukung
oleh data penelitian. Sementara itu, variabel FREQ mempunyai p-value
0,005 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 0,05 sehingga
dapat dinyatakan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini didukung
oleh data penelitian. Sementara variabel LN_SIZE mempunyai p-value
0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 0,05 sehingga
dapat dinyatakan bahwa ukuran perusahaan dalam penelitian ini didukung
oleh data penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4. Pengujian Ketepatan Perkiraan (R2)
Pengujian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan
regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2) yang
nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Jika dalam
suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik
menggunakan nilai adjusted R2.
Hasil pengujian mengindikasikan bahwa nilai Adjusted R2 sebesar
0,436 yang menunjukkan bahwa 43,6% variasi dari FP yang dapat
dijelaskan oleh institutional ownership (INSTT), board independence
(BOARD), audit committee meeting frequency (FREQ), firm size (FP).
Sementara itu, variabilitas DER sebesar 56,4% jelaskan dengan variabel
lain di luar model penelitian.
E. PEMBAHASAN
Analisis data penelitian yang telah dilakukan dan dipaparkan seperti
tersaji di atas menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan yaitu
institutional ownership (INSTT), board independence (BOARD), audit
committee meeting frequency (FREQ) berpengaruh terhadap financial
performance (FP) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tanda koefisien regresi untuk variabel institutional ownwership
adalah positif sebesar 0,323 yang mengindikasikan bahwa peningkatan
kepemilikan institusional dapat menyebabkan peningkatan kinerja perusahaan
sebagai akibat adanya pengawasan manajer yang optimal dan terhindar dari
perilaku opportunistic. Kepemilikan institusional juga dianggap lebih dapat
dengan tepat memperkirakan keuntungan di masa mendatang daripada
kepemilikan non institusional (Jiambalvo et al., 2002). Institusi biasanya
dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki sumber daya yang
lebih besar bila dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Dengan
pengawasan dari institusi yang optimal tersebut dapat menjadikan kinerja
operasional perusahaan baik sehingga akan terjadi peningkatan kinerja
keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Bhattacharya dan Graham (2007) yang menyatakan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil ini
membuktikan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima.
Tanda koefisien regresi untuk variabel board independence adalah
positif adalah sebesar 0,670. Tanda koefisien ini mengindikasikan bahwa
dewan komisaris independen merupakan alat pemonitoran yang efektif
sehingga dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Shivdasani
(1993) beragumen bahwa semakin besar jumlah dewan komisaris independen
merefleksikan reputasi yang semakin baik sebagai pemonitor. Dengan
proporsi anggota independen yang besar dalam struktur dewan komisaris,
akan memberikan efek pengawasan yang lebih baik dan dapat membatasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
peluang-peluang kecurangan pihak manajerial sehingga meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan seperti profitabilitas (Fama dan Jensen, 1983). Hasil
penelitian ini konsisten dengan bukti empiris yang diperoleh Filatotchev et al.
(2005) yang menyatakan bahwa keberadaan anggota komisaris independen
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil ini membuktikan
bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima.
Tanda koefisien regresi untuk variabel audit committee meeting
frequency adalah positif yaitu sebesar 0,12 yang mengindikasikan bahwa
frekuensi rapat yang dilakukan oleh komite audit berhubungan dengan
besarnya ukuran atau jumlah anggota komite audit dan kinerja perusahaan.
Adanya frekuensi rapat komite audit lebih banyak mengindikasikan bahwa
pengawasan yang dilakukan oleh komite audit berjalan dengan efektif dalam
arti bahwa tiap terjadi permasalahan dalam perusahaan dapat langsung
dibahas dalam rapat komite audit sehingga dapat lebih cepat ditemukan
penyelesaian sehingga tidak menurunkan kinerja perusahaan. Hasil ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Raghunandan dan Rama
(2007) bahwa ukuran dan frekuensi komite audit mempunyai pengaruh
terhadap tingkat kinerja perusahaan. Hasil yang sama diperoleh Carcello dan
Neal (2003) bahwa frekuensi rapat komite audit menghasilkan satu proses
monitoring yang efektif terhadap kegiatan operasional perusahaan sehingga
memungkinkan perusahaan untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih baik.
Hasil ini membuktikan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tanda koefisien regresi untuk variabel ukuran perusahaan (firm size)
adalah positif sebesar 0,56 yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi atau
besar ukuran perusahaan semakin besar kemungkinan untuk mempunyai
kinerja keuangan yang tinggi. Perusahaan besar mempunyai sumberdaya yang
besar, akses bisnis yang luas sehingga memungkinkan perusahaan untuk
melakukan proses bisnis lebih lancar dan mencapai kinerja keuangan yang
tinggi (Ahmad et al., 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Hasil analisis data yang telah dilakukan mendasari pengambilan
kesimpulan yang dapat dinyatakan seperti berikut ini.
1. Variabel institutional ownership berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan, hasil ini mengindikasikan bahwa semakin besar
presentase kepemilikan saham institusi semakin besar pula
kemungkinan perusahaan untuk mencapai kinerja keuangannya. Hasil
ini membuktikan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini
diterima atau didukung.
2. Variabel board independence berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan, hasil ini mengindikasikan bahwa dewan
komisaris independen merupakan alat pemonitoran yang efektif
sehingga dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hasil ini
membuktikan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima
atau didukung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3. Variabel audit committee meeting frequency berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan, hasil ini mengindikasikan
bahwa semakin tinggi frekwensi rapat semakin besar kemungkinan
untuk mencapai kinerja keuangan yang baik. Hasil ini membuktikan
bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima atau didukung.
4. Variabel kontrol firm size berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan, hasil ini mengindikasikan bahwa perusahaan
dengan ukuran besar mempunyai kemungkinan untuk mencapai
kinerja keuangan yang baik oleh karena perusahaan besar lebih
mempunyai sumber daya dan akses perolehan sumber daya sehingga
dapat menjamin kelancaran proses operasional perusahaan.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan beberapa keterbatasan yang dapat
dinyatakan seperti berikut ini.
1. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yang terdiri dari
institutional ownership, board independence, audit committee
meeting frequency dan satu variabel kontrol berupa firm size.
2. Penelitian ini menggunakan periode penelitian dua tahun sehingga
data dan observasi yang digunakan dalam penelitian ini terbatas
sejumlah 68 observasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
3. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur
yang membatasi hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi pada
sektor industri lain.
4. Nilai adjusted R2 dalam penelitian ini sebesar 43,6% sehingga
mengindikasikan adanya kemungkinan untuk penambahan variabel
lain yang diduga berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
C. Saran
Atas dasar keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis dapat
mengajukan rekomendasi yang dapat dinyatkan seperti berikut ini.
1. Penelitian berikutnya dapat menambah jumlah variabel independen
dalam penelitan seperti kepemilikan manajerial dan kepemilikan
keluarga untuk proksi sturktur kepemilikan, latar belakang pendidikan
komite audit (expert), sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang
lebih mendalam.
2. Penelitian berikutnya dapat memperpanjang periode penelitian
sehingga dapat diperoleh jumlah sampel yang lebih banyak dan hasil
penelitian yang lebih baik secara statistik.
3. Penelitian berikutnya dapat menambahkan sektor industri lain dalam
penelitian sehingga hasil penelitian dapat diperbandingkan antar
sektor industri dan dapat lebih bermanfaat bagi pemakai laporan
keuangan perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
4. Penelitian berikutnya dapat menggunakan variabel kontrol lain seperti
jenis industri, status perusahaan PMA atau PMDM dan lain-lain.
top related