faktor kemampuan membaca kritis pada siswa … · menjadi salah satu cara untuk melatih kemampuan...
Post on 22-Mar-2019
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
FAKTOR KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS
PADA SISWA KELAS XI MIA 2 DI SMA NEGERI 1 KASIHAN,
BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Setia Ratna Dewi
121224080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
FAKTOR KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS
PADA SISWA KELAS XI MIA 2 DI SMA NEGERI 1 KASIHAN,
BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Setia Ratna Dewi
121224080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Allah SWT yang selalu memberikan nikmat hidup, kesehatan, kemudahan,
kelancaran segala urusan dan hidupku
Untuk kedua orang tuaku, Dwi Kusbiantoro, S.E. dan Ela Sulastri
Adikku tercinta Lintang Elohim Sabatiantoro
Keluarga besar Hj. M. Ohan Sukandar dan Hj. Upit Puspagati
Keluarga besar Bpk. Sukardi, S.Pd. dan Sri Kustiyah
Sahabat-sahabatku dan teman seperjuangan PBSI 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
“Tak harus menjadi yang terbaik untuk mendapatkan sesuatu, namun tetaplah
melakukan yang terbaik untuk mencapainya.”
(Setia Ratna Dewi)
“Banyak orang yang bersimpati dihadapanmu bukan semata-mata
memperlihatkan seberapa baik dan berharganya dirimu, tapi banyaknya orang
yang bersimpati dihadapanmu menunjukkan seberapa banyaknya orang yang
ingin melihatmu terjatuh.”
(Setia Ratna Dewi)
“Ada saja orang yang selalu mendukung, namun tetap lebih banyak orang yang
menggunjing. Bersyukurlah dengan apa pun itu, karena banyaknya orang yang
menggunjing menunjukkan seberapa besar kesuksesanmu.”
(Setia Ratna Dewi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Dewi, Setia Ratna. 2016. Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI
MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran
2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Membaca adalah salah satu keterampilan yang penting bagi siswa. Membaca
menjadi salah satu cara untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini
mengangkat masalah mengenai kemampuan membaca kritis pada siswa dan faktor
kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan,
Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui kemampuan membaca kritis siswa serta menentukan faktor kemampuan
membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik tes, observasi,
kuesioner, dan wawancara. Instrumen tes digunakan untuk melihat kemampuan
membaca kritis siswa. Instrumen observasi, kuesioner, dan wawancara dilakukan
untuk melihat faktor kemampuan membaca kritis siswa. Hasil data yang diperoleh
selanjutnya dideskripsikan. Sumber data pada penelitian ini ialah siswa kelas XI MIA
2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan membaca kritis, diperoleh bahwa
skor rata-rata siswa ialah 14,58 dengan kategori kurang. Berdasarkan hasil observasi,
diperoleh informasi bahwa siswa tidak memiliki motivasi dan minat membaca.
Berdasarkan hasil kuesioner, siswa memiliki skor tinggi pada faktor internal
khususnya minat baca, pengetahuan/pengalaman, dan kompetensi kebahasaan.
Berdasarkan hasil wawancara, faktor kemampuan membaca kritis siswa ialah
kebiasaan, motivasi, minat, dan keadaan pembaca (kesehatan fisik dan psikologis).
Jadi, berdasarkan hasil analisis observasi, kuesioner, dan wawancara diperoleh
bahwa faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri
1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ialah kebiasaan, motivasi,
minat baca, pengetahuan/pengalaman, kompetensi kebahasaan, dan keadaan pembaca
(kesehatan fisik dan psikologis).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Dewi, Setia Ratna. Factors of Critical Reading Skill on Students Class XI MIA 2 in
SMA Negeri 1 Kasihn, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016.
Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Reading is one of important skills for students. Reading is one way to train
students‘ ability to think critically. This research examined the students‘ critical
reading skill and the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in
SMA Negeri 1 Kasihan,bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. This
research was aimed to discover the students‘ critical reading skill and to determine
the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1
Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016.
This research was a descriptive research that applied quantitative-qualitative
approach. The research data were collected by conducting tests, observation,
questionnaires, and interviews. Tests were used to see the students‘ critical reading
skill. Observation, questionnaires, and interviews were conducted to see the students‘
critical reading skill factors. The data collected then were described. The data sources
for this research were students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul,
Yogyakarta Academic Years of 2015/2016.
Based on the results of the analysis on critical reading skill test, the students‘
average score was 14.58, in the category insufficient. Based on the result of
observation, it was found out that students did not have motivation and interest in
reading. Based on the result of the questionnaires, students had the highest score in
internal factors especially reading interest, knowledge/experiences, and linguistic
competence. Based on the result of interviews, the students‘ critical reading skill
factors were habits, motivation, interest, and readers‘ conditions (physical and
psychological health). Thus, based on the results of the analysis on observation,
questionnaires, and interviews, it was found out that the factors of critical reading
skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Academic Years of 2015/2016 were habits, motivation, reading interest,
knowledge/experiences, linguistic competence, and readers‘ conditions (Physical and
psychological health).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Faktor Kemampuan
Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016‖. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya
bantuan, dukungan, bimbingan, doa, nasehat, dan kerjasama dari banyak pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
2. P. Kuswandono, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. Selaku dosen pembimbing yang baik dalam
membimbing, sabar, teliti, dan selalu memberikan arahan pada penulis agar
dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
6. Seluruh dosen PBSI yang sudah membimbing saya sebagai mahasiswa agar
memiliki integritas yang kuat sebagai seorang guru maupun pribadi, serta
memberikan ilmu yang berguna bagi penulis agar dapat menyelesaikan
skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi PBSI yang
dengan sabar memberikan pelayanan administratif pada saya untuk dapat
menyelesaikan berbagai urusan administratif.
8. Ign. Raharjono, S.Pd. selaku guru bahasa Indonesia yang berkenan
memberikan waktu mengajarnya kepada saya untuk digunakan dalam
mengambil data.
9. Seluruh siswa kelas XI MIA 2 yang bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
10. Kedua orangtua saya, Dwi Kusbiantoro, S.E. dan Ela Sulastri yang selalu
memberikan saya motivasi, dukungan, dan doa agar saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar.
11. Adikku Lintang Elohim Sabatiantoro yang memberikan dukungan agar dapat
menyelesaikan skripsi ini.
12. Keluarga besar Hj. M. Ohan Sukandar dan Hj. Upit Puspagati yang sudah
mendukung.
13. Keluarga besar Bpk. Sukardi, S.Pd. dan Sri Kustiyah yang sudah mendukung,
membantu dan juga mengarahkan untuk dapat menyelesaikan skripsi.
14. Rugi Astutik, S.Pd. kakak tingkat yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan moril agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
15. Sahabat seperjuangan saya, Nadya Bela P.J.S, Alfiyatun Nasiroh, Eva Tri
Rusdyaningtyas, Dania Yosepha Tamara, dan semua teman baik saya di PBSI
2012 dan teman kakak angkatan maupun teman di luar prodi PBSI yang
memberikan motivasi, dukungan, dan arahan yang membuat penulis merasa
berharga mengenal mereka semua.
16. Desti, Linda, Evi, Mustika, Restri, dan Mely selaku sahabat dari SMP dan
SMA yang selalu memberikan motivasi dan dukungan agar saya dapat
menyelesaikan sripsi ini.
17. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang sudah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas seluruh
bantuan, dukungan, dan arahan yang sudah diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Saya menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam
menulis skripsi ini. Namun, saya berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat.
Setia Ratna Dewi
121224080
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ iv
MOTO ............................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Pembatasan Masalah .................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................. 7
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................................. 7
2.2 Kajian Teoretis ............................................................................................. 9
2.2.1 Membaca Kritis ......................................................................................... 9
2.2.1.1 Pengertian Membaca Kritis .................................................................... 9
2.2.1.2 Tujuan Membaca Kritis ......................................................................... 13
2.2.2 Faktor Penentu Kemampuan Membaca .................................................... 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 27
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................. 27
3.2 Sumber Data dan Data ................................................................................. 28
3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 28
3.4 Instrumen ..................................................................................................... 29
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................... 32
3.5.1 Observasi ................................................................................................... 32
3.5.2 Kuesioner .................................................................................................. 32
3.5.3 Tes ............................................................................................................. 34
3.5.4 Wawancara ................................................................................................ 36
3.6 Jadwal dan Kegiatan Penelitian ................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 38
4.1 Analisis Data ................................................................................................ 38
4.1.1 Kemampuan Membaca Kritis ................................................................... 38
4.1.1.1 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengingat dan
Mengenali Bacaan ................................................................................ 45
4.1.1.2 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menginterpretasi
Suatu Bacaan ........................................................................................ 46
4.1.1.3 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengaplikasikan
Konsep-Konsep ke dalam Bacaan ........................................................ 48
4.1.1.4 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menganalisis Suatu
Bacaan .................................................................................................. 49
4.1.1.5 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Membuat Simpulan ..... 50
4.1.1.6 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menilai Suatu Bacaan .. 51
4.1.1.7 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Merespons Isi Bacaan .. 52
4.1.2 Faktor Kemampuan Membaca Kritis ........................................................ 53
4.1.2.1 Observasi ................................................................................................ 53
4.1.2.2 Kuesioner ............................................................................................... 56
4.1.2.2.1 Perhitungan Kuesioner Minat Baca Siswa Faktor Internal ................. 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.1.2.2.1.1 Motivasi ........................................................................................... 59
4.1.2.2.1.2 Minat ................................................................................................ 60
4.1.2.2.1.3 Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri: Stabilitas
Emosi, Percaya Diri, dan Kemampuan Beradaptasi dalam
Kelompok ......................................................................................... 61
4.1.2.2.1.4 Pengetahuan/Pengalaman ................................................................ 64
4.1.2.2.1.5 Kebermanfaatan ............................................................................... 65
4.1.2.2.1.6 Fisiologis .......................................................................................... 67
4.1.2.2.1.7 Inteligensi ......................................................................................... 69
4.1.2.2.1.8 Kompetensi Kebahasaan .................................................................. 70
4.1.2.2.1.9 Kebiasaan Membaca ........................................................................ 72
4.1.2.2.1.10 Kemampuan Menyesuaikan Strategi Membaca dengan Kondisi
Baca ............................................................................................... 73
4.1.2.2.2 Faktor Eksternal .................................................................................. 75
4.1.2.2.2.1 Suasana Lingkungan: Pencahayaan Ruangan yang Kurang
Memadai .......................................................................................... 75
4.1.2.2.2.2 Faktor Lingkungan: Latar Belakang Sosial Ekonomi ...................... 77
4.1.2.2.2.3 Berkaitan dengan Teks: Bahasa, Pilihan Kata, Setting/Tata Tulis,
Keterbacaan, dan Isi Bacaan ............................................................ 79
4.1.2.2.2.4 Jadwal Baca ..................................................................................... 81
4.1.2.3 Wawancara ............................................................................................. 83
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 97
4.2.1 Kemampuan Membaca Kritis ................................................................... 97
4.2.2 Faktor Kemampuan Membaca Kritis ........................................................ 98
BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 104
5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian ........................................................................ 104
5.2 Saran-Saran .................................................................................................. 105
DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
LAMPIRAN ...................................................................................................... 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 29
Tabel 3.2 Kriteria Skor ...................................................................................... 33
Tabel 3.3 Kriteria Acuan Ketuntasan Siswa ...................................................... 35
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Skor Tes Kemampuan Membaca Kritis ............... 39
Tabel 4.2 Hasil Analisis Indeks Tingkat Kesulitan Soal Layak ........................ 42
Tabel 4.3 Hasil Analisis Indeks Tingkat Kesulitan Soal Tidak Layak .............. 42
Tabel 4.4 Hasil Skor Siswa pada Tes Kemampuan Membaca Kritis ................ 43
Tabel 4.5 Hasil Ketuntasan Siswa pada Tes Kemampuan Membaca Kritis ...... 44
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengingat
dan Mengenali Bacaan ...................................................................... 45
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis
Menginterpretasi suatu bacaan .......................................................... 47
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis
Mengaplikasikan Konsep-Konsep ke dalam Bacaan ........................ 48
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menganalisis
Suatu Bacaan ..................................................................................... 49
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Membuat
Simpulan ............................................................................................ 51
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menilai
Suatu Bacaan ..................................................................................... 52
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Motivasi ............................................................................................. 59
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Minat .... 60
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri ...................... 62
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Pengetahuan/Pengalaman .................................................................. 64
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kebermanfaatan ................................................................................. 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Fisiologis ........................................................................................... 67
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Inteligensi .......................................................................................... 69
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kompetensi Kebahasaan ................................................................... 71
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kebiasaan Membaca .......................................................................... 72
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kemampuan Menyesuaikan Strategi Baca ........................................ 74
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal
Suasana Lingkungan .......................................................................... 76
Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Faktor
Lingkungan ........................................................................................ 77
Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal
Berkaitan dengan Teks ...................................................................... 79
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal
Jadwal Baca ....................................................................................... 81
Tabel 4.26 Hasil Analisis Kuesioner Faktor Eksternal dan Internal .................. 82
Tabel 4.27 Hasil Wawancara Siswa ................................................................... 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penilaian Observasi ....................................................... 112
Lampiran 2 Kisi-Kisi Kuesioner Faktor Kemampuan Membaca Kritis ............ 114
Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Membaca Kritis ........................................................ 115
Lampiran 4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ...................................................... 116
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Tes Membaca Kritis Menggunakan ITK .......... 117
Lampiran 6 Instrumen Penilaian Observasi ....................................................... 118
Lampiran 7 Perhitungan Skala Likert Kuesioner ............................................... 120
Lampiran 8 Permohonan Izin Penelitian ............................................................
Lampiran 9 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten
Bantul ................................................................................................ 122
Lampiran 10 Penyataan Menyerahkan Hasil Penelitian .................................... 123
Lampiran 11 Surat Keterangan Izin Penelitian dari SMA Negeri 1 Kasihan,
Bantul, Yogyakarta ............................................................................ 124
Lampiran 12 Kuesioner ...................................................................................... 126
Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Kritis ................................................ 129
Lampiran 14 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Kritis ...................... 144
Lampiran 15 Hasil Kuesioner ............................................................................ 145
Lampiran 16 Hasil Tes kemampuan Membaca Kritis ....................................... 147
Lampiran 17 Daftar Hadir Siswa ....................................................................... 160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang sering dianggap sebagai
pelajaran mudah. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki dasar-dasar keterampilan yang
harus dinilai, yaitu keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan.
Keempat keterampilan tersebut wajib dimiliki oleh setiap peserta didik.
Permasalahannya ialah, banyak di antaranya yang memiliki kelemahan dalam hal
membaca.
Membaca adalah salah satu kegiatan yang pasti akan dilakukan di setiap
pertemuan pelajaran bahasa Indonesia. Namun, tidak semua kegiatan membaca di
sekolah dapat diikuti dengan baik oleh siswa. Pada tahun 2006 berdasarkan data
Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan
kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Lalu, pada tahun
2009 berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerjasama Ekonomi
(OECD), budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52
negara di kawasan Asia Timur. Selanjutnya, tahun 2011 berdasarkan survei United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) rendahnya
minat baca ini, dibuktikan dengan indeks membaca masyarakat Indonesia hanya
0,001 (dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca
tinggi). Survey selanjutnya, pada tahun 2012 Indonesia menempati posisi 124 dari
187 negara dunia dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), khususnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk, termasuk kebutuhan pendidikan, kesehatan
dan ‗melek huruf‘. Indonesia sebagai negara berpenduduk 165,7 juta jiwa lebih,
hanya memiliki jumlah terbitan buku sebanyak 50 juta per tahun. Itu artinya, rata-rata
satu buku di Indonesia dibaca oleh lima orang (Mardiah,
bpsdmkp.kkp.go.id/apps/perpustakaan/, 1/03/16).
Sejalan dengan penjelasan di atas, data yang didapat oleh PIRLS (Progress in
International Reading Literacy Study) pada tahun 2006 yang menguji kemampuan
membaca siswa Indonesia pada kelas empat sekolah dasar menunjukkan bahwa
Indonesia hanya mampu menduduki posisi 41 dari 45 di antara negara-negara peserta
lainnya. Indonesia didapati memiliki skor rata-rata 405 (skor rata-rata
internasional=500, dengan standar deviasi=100) dikutip dari Swediati, Nonny dan
Untorodewo, Felicia N (2009: 2).
Sesuai dengan penjelasan di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa
budaya baca memang belum menjadi budaya bangsa indonesia. Jadi, tidak
mengherankan bila Indonesia kurang memiliki sumber daya manusia yang baik
karena rendahnya minat baca. Minat baca juga dapat menentukan kualitas sumber
daya manusia. Bukti penelitian di atas dapat menjadi acuan bagi kita, bahwa memang
saat ini kualitas membaca siswa masih sangat kurang.
Kemampuan membaca juga dapat dilatih dengan kebiasaan membaca. Siswa
yang kurang gemar membaca kemungkinan tidak akan terlalu kesulitan dalam
memahami suatu bacaan pada saat menemukan kosakata yang belum pernah ia baca
ataupun ia dengar sebelumnya. Weiss (1990: 28) mengatakan bahwa kosakata tertulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
biasanya lebih banyak daripada kosakata lisan, dan penulis kerap memamerkan
kosakata mereka. Pembaca yang biasa-biasa saja biasanya bukan tandingan untuk ahli
kata-kata yang kerap berpendidikan lebih baik, dan mereka tidak selalu mengerti apa
yang mereka baca.
Selain pelajaran bahasa Indonesia yang memiliki kegiatan membaca, pelajaran
lain pun memiliki kegiatan membaca yang cukup banyak, contohnya pelajaran
Sejarah. Berdasarkan artikel berjudul ―Kualitas Penyajian Buku Teks Pelajaran
Sejarah SMA 1975-2008‖ dalam Jurnal Pendidikan, disebutkan bahwa sebuah buku
teks pelajaran harus mengajak siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa
dalam berpikir kritis (Purwanta, 2012: 215). Penjelasan tersebut menegaskan bahwa
pembaca tetap harus memiliki kemampuan berpikir kritis dalam membaca. Membaca
kritis menurut Soedarso (2000: 72) ialah pembaca mengahargai pendapat penulis,
mengevaluasi tekniknya, pertimbangannya, dan menguji alasannya dengan alasan
yang logis, dengan interpretasi yang berdasar. Untuk itu, kemampuan membaca kritis
perlu ditingkatkan salah satunya agar kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat
meningkat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Solang (2008: 37) dalam artikel
yang berjudul ―Latihan Keterampilan Intelektual dan Kemampuan Pemecahan
Masalah Secara Kreatif‖ disebutkan bahwa keterampilan berpikir yang dibingkai teori
inteligensi triarthic berupa latihan keterampilan berpikir analistik, sintetik, dan
praktikal, dapat dirajutkan ke dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dalam konten
membaca. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa secara produktif dapat digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
memecahkan permasalahan yang terkandung dalam bacaan, yang memicu keberanian
siswa mengungkapkan gagasannya yang bersifat orisinal, baru, dan berguna baik bagi
dirinya maupun orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan membaca
seseorang dapat mengembangkan keterampilan berpikirnya untuk memecahkan
masalah dan mengungkapkan gagasanya. Dengan kata lain seseorang juga dapat
mengungkapkan pemikiran kritisnya dari membaca.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti memutuskan untuk meneliti faktor
kemampuan membaca kritis siswa yang dilihat dari pengamatan selama kegiatan
belajar mengajar, kuesioner, serta wawancara. Sebelum itu, peneliti akan terlebih
dahulu meneliti kemampuan membaca kritis siswa. Peneliti merasa bahwa siswa
perlu memiliki pengalaman membaca yang lebih karena akan menghadapi Ujian
Nasional lebih kurang satu tahun lagi, maka siswa perlu melatih kemampuan
membaca sekaligus berpikir kritisnya agar siswa lebih kritis dan mudah
mengungkapkan gagasan yang ada dipikirannya. Untuk itu, peneliti menentukan
judul penelitian ini adalah ―Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI
MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016‖.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, rumusan masalah yang
diangkat ialah:
1. Bagaimanakah kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2
di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kemampuan membaca kritis
pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, maka pembatasan masalah ini ialah:
1. Melihat sejauh mana kemampuan membaca kritis siswa.
2. Melihat faktor yang memengaruhi kemampuan membaca kritis siswa.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian ini ialah:
1. Mengetahui kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di
SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Mengetahui faktor yang memengaruhi kemampuan membaca kritis pada
siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Tahun Ajaran 2015/2016.
1.5 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan paparan di atas, untuk itu manfaat penelitian ini antara lain:
a. Guru: Dapat mengetahui faktor kemampuan membaca kritis. Guru dapat
mencari alternatif lain agar proses membaca kritis dapat terlaksana dengan
baik. Guru dapat mengembangkan proses pembelajaran dengan
mengedepankan kemampuan membaca kritis siswa.
b. Siswa: Dapat mengembangkan kemampuan membaca kritis agar materi
pembelajaran dapat diserap dengan mudah. Siswa dapat dengan mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
memahami suatu bacaan bila menguasai keterampilan membaca, khususnya
membaca kritis.
c. Peneliti lain: Meneliti kembali faktor apa saja yang memengaruhi kemampuan
membaca kritis dan mengembangkannya. Peneliti berharap agar peneliti lain
dapat mengembangkan materi pembelajaran agar kemampuan membaca kritis
pada siswa dapat meningkat, serta terus mengembangkan budaya baca yang
sudah ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan saya teliti ialah skripsi
dari Mahasiswa PBSI angkatan 2010 dengan nama Maulida Reswari, skripsi dari Ni
Komang Ayu Rustari, dan juga skripsi dari Mahasiwa PBSI angakatan 2011 dengan
nama Rugi Astutik.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Maulida Reswari berjudul
―Kemampuan Membaca Kritis Siswa SMA N 1 Sentolo Kelas X Melalui Pendekatan
Scientific (Ilmiah) Tahun Ajaran 2014/2015‖. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen kuasi.
Populasinya ialah seluruh siswa kelas X SMA N 1 Sentolo, dengan sampel yaitu
kelas X MIA 1. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa kemampuan membaca siswa
SMA N 1 Sentolo meningkat setelah dilakukan treatment yang berbeda dari biasanya.
Pendekatan scientific dapat dijadikan alternatif pembelajaran agar pembelajaran dapat
berjalan dengan lebih baik.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Ayu Rustari berjudul
―Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelompok Ilmiah Remaja
SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar Melalui Penyusunan Peta Konsep‖. Penelitian
ini merupakan penelitian praeksperimental design, karena dalam penelitian ini tidak
terdapat variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Ada satu kelompok
yang diberi treatment dan kelompok lain yang diobservasi. Populasinya ialah seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
siswa Lab SMA SLUA Saraswati 1 Denpasar, dengan sampel yang diambil
menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu sampel yang dipilih diberi
pertimbangan terlebih dahulu. Penelitian ini menjelaskan bahwa kegiatan menyusun
peta konsep melalui buku lanskap meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa
SMA (SLUA), dengan terdapat perbedaan kinerja kelompok dalam menyusun peta
antara kelompok satu dan kelompok lain.
Penelitian yang ketiga, yaitu skripsi dari Rugi Astutik yang berjudul ―Strategi
Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Bedasarkan Faktor Membaca dan Hasil
Tes Kemampuan Membaca Kritis pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta‖.
Penelitian ini menitikberatkan pada kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor
membaca dan tes kemampuan membaca. Penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik
kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitiannya, kemampuan membaca kritis mahasiswa
PBSI Universitas Sanata Dharma termasuk kategori kurang, karena hanya terdapat 11
mahasiswa yang menjawab benar antara 22-29 soal. Mahasiswa yang menjawab soal
benar antara 22-29 soal, termasuk dalam kategori cukup. Mahasiswa hanya memiliki
dua aspek kemampuan membaca kritis, yaitu kemampuan menerapkan konsep-
konsep dan membuat kesimpulan. Terdapat lima aspek kemampuan membaca
mahasiswa yang belum dapat dicapai yaitu kemampuan mengenali dan mengingat,
memahami isi bacaan, menganalisis, menilai, dan memproduski. Kategori kurang
tersebut diketahui karena mahasiswa belum memiliki kebiasaan membaca, kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kesehatan yang tidak baik mempersulit mahasiswa dalam membaca, mahasiswa
hanya membaca jenis bacaan tertentu, mahasiswa tidak menyiapkan waktu yang tepat
untuk membaca, mahasiswa sangat kesulitan mengahadapi faktor teks, pengaruh
budaya lisan, dan media elektronik khususnya televisi tinggi.
Dilihat dari penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa (a) kemampuan
membaca pelajar masih rendah, (b) pendekatan pembelajaran dapat menjadi alternatif
untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis, (c) penggunaan media dapat
meningkatkan kemampuan membaca kritis, serta (d) kebiasaan membaca belum
tumbuh sempurna dalam diri pelajar.
Melalui penelitian yang sudah dijabarkan di atas, dan juga beberapa simpulan
yang sudah dibuat, penelitian ini merupakan penelitian baru, yaitu penelitian yang
menitikberatkan pada faktor kemampuan membaca kritis siswa. Penelitian yang akan
dilaksanakan di SMA N 1 Kasihan ini akan menggunakan teknik pengumpulan data
observasi, kuesioner, tes, dan wawancara. Tes digunakan untuk melihat kemampuan
membaca kritis siswa, sedangkan observasi, kuesioner dan wawancara digunakan
untuk menentukan faktor kemampuan membaca kritis siswa.
2.2 Kajian Teoretis
2.2.1 Membaca Kritis
2.2.1.1 Pengertian Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana,
penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari
kesalahan (Albert (et al) 1916b: 1 dalam Tarigan, 2008: 92). Sementara itu, Soedarso
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
(2000: 71-72) mengemukakan bahwa membaca kritis adalah cara membaca dengan
melihat motif penulis dan menilainya. Kegiatan membaca kritis memerlukan tiga
aspek, (1) cepat, (2) akurat, dan (3) kritis. Aspek cepat ialah kecepatan dalam
membaca sebuah bacaan. Aspek akurat ialah pembaca mampu menelaah suatu bacaan
berdasarkan tingkat ketidakrelevansian dengan ketidakbenaran. Aspek kritis ialah
pembaca mampu menerima pikiran penulis dari tulisan, kelogisan, kebenaran, atau
menurut realitas, dan menolak yang tidak berdasar dan tidak benar.
Dilihat dari pendapat kedua ahli di atas, kegiatan membaca kritis dapat
dilakukan pada saat pembaca mulai dapat membahas permasalahan bersama penulis
melalui tulisannya. Membaca kritis berarti pembaca mampu menganalisis dan menilai
bacaan tersebut. Kemampuan membaca kritis dapat dilihat dari hasil analisis dan
penilaiannya terhadap suatu bacaan. Membaca kritis berarti membaca dengan
menganalisis tulisan penulis, lalu mengkritisi menilai baik-buruknya suatu bacaan.
Pembaca mengahargai pendapat penulis, mengevaluasi tekniknya, pertimbangannya,
dan menguji alasannya dengan alasan yang logis, dengan interpretasi yang berdasar
(Soedarso, 2000: 72). Untuk itu, pembaca perlu mempunyai latar belakang yang luas
dan pengetahuan yang mendalam.
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan guna memberikan
respons atas ide-ide yang dituangkan pengarang dalam teks yang ditulisnya.
Berdasarkan pengertian ini, metode membaca kritis adalah serangkaian upaya yang
dilakukan pembaca guna mampu memahami makna tersurat dan makna tersirat yang
terkandung dalam sebuah bacaan. Selanjutnya, pembaca mampu memberikan respons
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dan mengevaluasi tulisan yang disusun penulis dalam teksnya. Dengan demikian,
tujuan metode ini adalah untuk membekali siswa kemampuan (1) memahami makna
yang terkandung dalam bacaan, (2) merespons secara aktif isi bacaan, dan (3)
mengevaluasi isi bacaan (Abidin, 2012: 101-102).
Dilihat dari penjelasan di atas, membaca kritis diharapkan dapat membuat
siswa memahami bacaan. Memahami bacaan yaitu dengan memberikan tanggapan
dari ide-ide yang dituangkan oleh pengarang. Ide-ide yang dituliskan tergantung
dengan jenis bacaan yang ditulis. Jenis bacaan yang ringan akan lebih memudahkan
pembaca dalam memahami bacaan, sedangkan dalam bacaan yang sedikit berat akan
menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan cara menginterpretasi bacaan
yang ada.
Selanjutnya ialah merespons isi bacaan. Pembaca diharapkan dapat
menanggapi bacaan yang ada. Tanggapan dapat berupa kritik, saran, maupun
pengoreksian dari kesalahan suatu bacaan. Selanjutnya ialah mengevaluasi isi bacaan,
mengevaluasi isi bacaan adalah tindak lanjut dari respons pembaca. Evaluasi yang
dimaksud dapat berupa penilaian bacaan secara keseluruhan. Penilaian ini juga harus
dibarengi dengan argumen yang membangun agar penialaian yang dilakukan dapat
terbilang baik.
Untuk mampu mengkritisi bacaan seorang pembaca harus terlebih dahulu
memahami bacaan tersebut (Abidin, 2012: 102). Memiliki kemampuan membaca
kritis merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar pembaca mampu
dikatakan sebagai pembaca yang efektif. Membaca kritis tidak sebatas membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
makna-makna yang terkandung dalam baris-baris bacaan, tetapi membaca untuk
menghasilkan sebuah keputusan dan penilaian atas fakta-fakta yang tersaji dalam
bacaan. Membaca kritis mempersyaratkan kemampuan membaca untuk menghasilkan
ide-ide baru, mengembangkan wawasan baru, dan menggunakan pendekatan yang
lebih segar dan asli dalam menganalisis ide yang ditawarkan penulis.
Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan secara rasional,
kritis, mendalam, disertai keterlibatan pikiran untuk menganalisis bacaan. Di sini,
pembaca akan mencamkan lebih dalam materi yang dibacanya. Seorang pembaca
kritis menggunakan empat cara secara aktif. Keempat hal itu meliputi bertanya
(seolah-olah berdialog dengan teks bacaan), menyimpulkan, menghubungkan satu
keterampilan dengan keterampilan lain, serta menilai ide-ide dalam bacaan (Winarno,
2012: 84). Berarti, pembaca harus mampu berpikir sejalan dengan tulisan pengarang,
menyimpulkan bacaan, memberikan opini pada suatu bacaan, dan menilai isi bacaan.
Dilihat dari beberapa pendapat membaca kritis, pembaca harus mampu
menilai, memilah, dan membentuk opini sendiri atas apa yang sudah dibacanya.
Pembentukan dasar membaca kritis ialah menilai dan memilah. Ketelitian dapat
terlihat dari evaluasi pembaca terhadap suatu tulisan. Dapat disimpulkan bahwa
kegiatan membaca yang dapat disebut membaca kritis ialah kegiatan membaca yang
menitikberatkan pada (1) kecepatan, (2) keakuratan, (3) kekritisan, dengan tujuan
untuk dapat (1) memahami makna yang terkandung dalam bacaan, (2) merespons
secara aktif isi bacaan, dan (3) mengevaluasi isi bacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.2.1.2 Tujuan Membaca Kritis
Membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam di bawah permukaan,
upaya untuk menemukan bukan hanya keseluruhan kebenaran mengenai apa saja
yang dikatakan, tetapi juga (dan inilah yang telah penting pada masa-masa
selanjutnya) menemukan alasan-alasan mengapa sang penulis mengatakan apa yang
dikatakannya (Tarigan: 2008: 92).
Pada umumnya, membaca kritis menuntut pembaca agar dapat melakukan
kegiatan seperti yang dijelaskan di bawah ini. Berikut tujuan membaca kritis menurut
Tarigan (2008: 93-119):
1) Memahami maksud penulis;
Kebanyakan tulisan memenuhi satu (atau lebih) dari keempat tujuan
umum wacana (discourse) yaitu: memberitahu (to inform), meyakinkan (to
convince), mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade), atau menghibur
(to entertain). Jadi, dalam satu bacaan pasti memiliki minimal satu tujuan.
Pembaca dapat menerka tujuan yang ada dalam bacaan sesuai dengan tujuan
yang dituliskan sebelumnya (Tarigan, 2008: 93).
2) Memanfaatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis;
Kemampuan membaca dan berpikir kritis juga menuntut agar kita sadar
akan sikap-sikap serta prasangka-prasangka kita sendiri, dan unsur-unsur lain
dalam latar belakang pribadi kita yang mungkin memengaruhi kegiatan
membaca dan berpikir kita. Misalnya, kalau ayah kita adalah pedangan, atau
buruh, mungkin saja mempunyai sikap-sikap tertentu terhadap organisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
buruh atau serikat pekerja yang akan mencegah pembicaraan kita mengenai
pemogokan yang mengancam dengan suatu cara yang objektif (Tarigan, 2008:
94-95).
3) Memahami organisasi dasar tulisan;
Penyajian seorang penulis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan,
isi, dan kesimpulan. Pada bagian pendahuluan biasanya penulis menulis satu
atau lebih paragraf untuk memperkenalkan subjeknya beserta pendekatan
khusus terhadap tema. Pada bagian isi, penulis biasanya membagi dua, tiga,
atau empat bagian utamanya untuk mengutarakan kasus yang diangkat secara
gamblang. Terakhir yaitu bagian kesimpulan, penulis biasanya menegaskan
kembali bahasan apa saja yang sudah dibahas di bagian isi dengan menuliskan
penutup dan kesimpulan (Tarigan, 2008: 96-97).
4) Dapat menilai penyajian penulis/pengarang;
Pembaca yang kritis harus dapat mendeteksi informasi, logika, bahasa,
kualifikasi, dan sumber informasi yang dipergunakan oleh pengarang yang
ada dalam tulisan. 1) Apakah informasi yang disajikan memiliki keterangan
sumber yang jelas atau tidak? Apakah informasinya sesuai dengan judul atau
tidak? 2) Dari segi logika, apakah penulis gagal membedakan fakta dengan
pendapat? Apakah terdapat analisis dalam argumen-argumennya? 3) Dilihat
dari segi bahasa, apakah penulis menyajikan emosi atau perasaannya di dalam
tulisan? Apakah pilihan-pilihan katanya mencerminkan prasangka-prasangka?
4) Dari segi kualifikasi dilihat dari penulis itu sendiri, siapakah dia? Apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
perannya hingga mampu membahas topik yang ditulisnya? 5) Sumber
informasi yang dipakai penulis diambil dari mana? Buku, majalah atau
internet? Pertanyaan yang patut ditanyakan ialah apakah sumber tersebut
dapat dipercaya atau tidak? (Tarigan, 2008: 98-101).
5) Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari;
Pembaca yang sudah berpengalaman akan tahu pada bagian manakah ia
harus membaca pelan dan membaca cepat. Terdapat tiga penerapan prinsip
dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam media cetak atau koran: 1)
Penyensoran tersembunyi, biasanya tidak semua koran menampilkan
informasi sesuai dengan topik-topik yang terdapat dalam kolom. 2) Pilihan
bahasa, mungkinkah koran-koran yang ada menggunakan kata-kata objektif
atau kata-kata hasil keputusan editorial. 3) Posisi, posisi dan panjangnya suatu
artikel dapat mecerminkan skema nilai pada editor (redaktur), apakah mereka
yang akan memberikan informasi yang benar atau menggunakan berita untuk
kepentingan pribadi (Tarigan, 2008: 104-105).
6) Meningkatkan minat baca, kemampuan baca, dan berpikir kritis;
Meningkatkan minat baca, hanya membutuhkan dua usaha: 1)
Menyediakan waktu untuk membaca, setiap orang dapat menyisihkan
beberapa waktunya untuk membaca agar mendapatkan informasi baru. 2)
Memilih bacaan yang baik, bacaan yang baik ialah bacaan yang sesuai dengan
psikologis pembaca dan juga kebutuhan pembaca. Misalnya, untuk
kesenangan, karena motivasi, dan lain-lain (Tarigan, 2008: 105-108).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
7) Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan;
Prinsip pemilihan bacaan ialah: 1) Buku-buku yang pantas dibaca,
buku yang pantas dibaca ialah buku yang dapat memberikan informasi baru,
sedangkan buku yang tidak dapat memberikan informasi baru ialah bacaan
yang tidak pantas dibaca. 2) Norma-norma kritis, norma-norma kritik yang
dimaksud ialah standar-standar tertentu yang dapat mengukur kebaikan-
kebaikan suatu buku, film, dan lain-lain. Norma-norma yang harus
dipertimbangkan ialah i) Norma-norma estetik, memberikan pengetahuan
apakah buku yang dibaca memiliki kualitas yang membuatnya menjadi karya
seni yang bermanfaat serta dapat menarik perhatian dan hati sanubari kita. ii)
Norma-norma sastra, memberikan pengetahuan bahwa kualitas dan
karakteristik menunutut kebutuhan manusia terhadap keindahan. iii) Norma-
norma moral, memberikan manusia pengetahuan tentang tata krama di
keluarga maupun sekitar (Tarigan, 2008: 108-116).
8) Membaca majalah atau publikasi-publikasi periodik yang serius.
Membaca majalah atau publikasi priodik yang serius dapat
mengembangkan kemampuan membaca kritis kita setelah keluar dari bangku
sekolah. 1) Tingkat-tingkat tuntutan/daya pikat, biasanya bacaan majalah atau
publikasi periodik menerbitkan bacaan sesuai dengan tujuan, menghibur,
memberi informasi, dan lain sebagainya. Banyak juga bagian dari majalah
yang tidak dapat dibaca satu per satu menuntut pembaca agar membaca secara
sekilas namun harus dapat menilai isi bacaan dan membuat opini sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
terhadap suatu bacaan tersebut. 2) Analisis komparatif terhadap dua artikel,
membandingkan dua artikel memiliki kelebihan tersendiri, kita dapat lebih
mudah menilai tulisan manakah yang dirasa mengada-ada dan tulisan
manakah yang ditulis sesuai dengan fakta. Analisis itu dapat dilihat dari
pemikiran pembaca setelah mengikuti alur berpikir penulis masing-masing
tulisan (Tarigan, 2008: 116-119).
2.2.2 Faktor Penentu Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca dapat ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
ini dapat menjadi kelebihan maupun hambatan, tergantung individu masing-masing.
Berikut adalah faktor penentu kemampuan membaca menurut Tampubolon (1987:
242-244 ):
a. Kompetensi Kebahasaan
Penguasaan bahasa secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosa
kata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan
pengelompokan kata. Afiksasi dalam bahasa Indonesia memegang peranan
yang sangat penting, oleh karena itu bagian tata bahasa ini perlu dikuasai
benar-benar.
b. Kemampuan Mata
Keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang
efisien. Gerakan-gerakan yang dimaksud ialah sakade, fiksasi, lompatan
kembali, jangkauan penglihatan, dan jangkauan pemahaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. Penentuan Informasi Fokus:
Menentukan lebih dahulu informasi yang diperlukan sebelum mulai
membaca pada umumnya dapat meningkatkan efisiensi membaca.
1) Informasi fokus dalam kalimat ialah proposisi dan kata-kata kunci.
2) Dalam paragraf, informasi fokus ialah pikiran pokok yang terkandung
dalam kalimat topik dan (bila perlu) pikiran jabaran yang terkandung
dalam kalimat-kalimat jabaran. Informasi fokus terkandung dalam
kalimat-kalimat jabaran. Informasi fokus dapat juga merupakan pengertian
keseluruhan paragraf, yaitu jalinan hubungan pikiran pokok dan pikiran-
pikiran jabaran.
3) Dalam artikel, informasi fokus ialah pikiran pokok dan pikiran-pikiran
jabaran (bila perlu). Pikiran pokok dapat diduga berdasarkan isi judul dan
paragraf atau paragraf-paragraf pendahuluan. Informasi fokus dapat juga
merupakan pengertian keseluruhan artikel, yaitu, jaringan hubungan antara
pikiran-pikiran keseluruhan paragraf.
4) Dalam surat kabar, informasi fokus adalah fakta (siapa, apa, di mana,
apabila, dan mengapa) dan opini. Fakta-fakta pada umumnya terdapat
dalam paragraf atau paragraf-paragraf pendahuluan berita. Opini terdapat
dalam tajuk rencana, pojok, komentar, dan karikatur yang ditulis atau
dibuat oleh redaksi, serta dalam tulisan-tulisan (karangan-karangan) orang
lain yang dimuat dalam surat kabar bersangkutan. Isi iklan juga menjadi
informasi fokus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
5) Informasi fokus dalam buku ialah pikiran pokok dan pikiran-pikiran
jabaran (bila perlu). Pikiran pokok dapat diduga berdasarkan judul, daftar
isi, dan isi pendahuluan. Informasi fokus dapat juga merupakan pengertian
keseluruhan isi buku, yaitu, jaringan hubungan antara pengertian-
pengertian semua bab dan bagian-bagiannya.
6) Infomasi fokus juga dapat berupa informasi tertentu yang bersifat khusus
dan umum yang dapat ditemukan dalam bagian tertentu dari suatu bacaan,
tanpa membaca bagian-bagian lain. Pengertian suatu istilah, misalnya,
adalah informasi khusus yang dapat ditemukan dalam bagian tertentu dari
suatu buku, dengan melihat indeks buku terlebih dahulu. Informasi umum
tentang berita-berita surat kabar dapat ditemukan dengan hanya membaca-
layap judul-judul berita utama.
7) Jika bacaan diikuti oleh pertanyaan-pertanyaan, maka pertanyaan-
pertanyaan itu dapat juga merupakan informasi fokus. Oleh sebab itu,
sebelum mulai membaca, sebaiknya pertanyaan-pertanyaan itu dibaca
lebih dahulu dan sedapat mungkin diingat, sehingga pikiran dapat
ditujukan pada penemuan jawaban pertanyaan-pertanyaan itu.
8) Khusus dalam hal membaca teks ujian dan pertanyaan-pertanyaan, dapat
juga dilakukan sebagai berikut: pertanyaan-pertama (sebagai infomasi
fokus) dibaca dulu, kemudian teksnya dibaca sampai jawaban pertanyaan
itu ditemukan. Demikianlah dilakukan dengan setiap pertanyaan lainnya.
Cara ini dilakukan, karena jumlah pertanyaan ujian biasanya banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
sehingga tak mungkin diingat. Di samping itu, ujian bukan lagi merupakan
latihan kemampuan membaca yang jumlah kata dan waktu membaca harus
dihitung.
d. Teknik-teknik dan Metode-metode Membaca:
Cara-cara membaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan
informasi fokus yang diperlukan. Teknik-teknik yang umum ialah: baca-pilih,
baca-lompat, baca-layap, dan baca-tatap. Di samping itu, dalam membaca
untuk studi, ada dua metode yang biasanya dipergunakan, yaitu, CATU (Cari,
Tulis kembali, Uji) dan SURTABAKU (Survei, Tanya, Baca, Katakan,
Ulang).
e. Fleksibilitas Membaca
Kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi-baca.
Strategi membaca ialah teknik dan metode membaca, kecepatan membaca dan
gaya membaca (santai, serius, dengan konsentrasi, dan lain-lain). Kondisi
baca ialah tujuan membaca informasi fokus, dan materi bacaan dalam arti
keterbacaan.
f. Kebiasaan Membaca
Minat (keinginan, kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca
yang baik dan efisien, yang telah berkembang dan membudaya secara
maksimal dalam diri seseorang.
Jika faktor-faktor di atas telah dipahami dan dikuasai (dalam arti teoretis dan
praktis) oleh seseorang, maka biasanya dia akan memiliki kemampuan membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
yang maksimal. Dengan demikian, dapat juga dikatakan bahwa tujuan pelajaran
membaca lanjut (dalam hal ini yang dimaksud ialah di lembaga-lembaga pendidikan
formal) ialah membina dan mengembangkan penguasaan atas keenam faktor tersebut
oleh setiap siswa atau mahasiswa hingga taraf semaksimal mungkin. Selain di
pendidikan formal, setiap orang dapat juga membina dan mengembangkan faktor-
faktor tersebut dalam dirinya sendiri, setelah memahami informasi-informasi yang
ada, asal ada kemauan dan disiplin diri.
Oleh karena itu, membaca ialah kegiatan yang sangat penting bagi
pengembangan kognitif manusia. Membaca membantu otak bekerja dengan sempurna,
otak yang difungsikan untuk dapat berpikir dan menyerap informasi akan bekerja
secara aktif. Tekad adalah salah satu penentu kemampuan membaca kritis.
Pendidikan tinggi saja belum dapat menentukan apakah seseorang itu memiliki
keterampilan membaca kritis.
Berbeda halnya dengan Tampubolon, Lamb dan Arnold (1976) (dalam Rahim
2007: 16) membagi faktor yang memengaruhi kemampuan membaca dalam beberapa
faktor, yaitu fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis.
a. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologi mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis,
dan jenis kelamin. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat
penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Anak yang
memiliki gangguan berbicara dan pendengaran akan sulit terdeteksi. Namun,
anak yang memiliki gangguan penglihatan dapat terlihat pada saat ia sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
menggosok-gosok matanya, menggososk mata ialah salah satu indikasi bahwa
anak terganggu dalam hal membaca, misalnya buram, remang-remang, dan
lain sebagainya.
b. Faktor Intelektual
Menurut Wechster (Harris dan Sipay, 1980, dalam Rahim, 2007: 17)
mengemukakan bahwa inteligensi ialah kemampuan global individu untuk
bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif
terhadap lingkungan. Walaupun inteligensi berpengaruh, namun banyak ahli
berpendapat bahwa inteligensi tidak sepenuhnya memengaruhi kemampuan
membaca. Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru juga
ikut memengaruhi kemampuan membaca anak.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan mencakup (1) Latar belakang dan pengalaman
siswa di rumah, dan (2) Sosial ekonomi keluarga siswa.
(1) Latar Belakang dan Pengalaman Siswa di Rumah
Rubin (1993, dalam Rahim, 2007: 18) mengemukakan bahwa orangtua
yang hangat, berdemokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada
kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk
berpikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orangtua
yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik
untuk belajar di sekolah. Selanjutnya dijelaskan bahwa, orangtua yang
mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan sekolah di mana anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar,
khususnya belajar membaca. Jadi, kemampuan membaca juga dipengaruhi
oleh lingkungan di sekitar rumah.
(2) Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan
faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa peneliti
memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa memengaruhi
kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa
semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Selanjutnya dijelaskan bahwa,
anak-anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan
membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang
beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi (Craley &
Mountain, 1995 dalam Rahim, 2007: 19).
d. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang memengaruhi kemampuan membaca ialah (1)
motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.
(1) Motivasi
Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Crawley dan
Mountain (1995 dalam Rahim, 2007: 20) mengemukakan bahwa motivasi
ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu
kegiatan. Motivasi belajar memengaruhi minat dan hasil belajar siswa.
Selain itu, Rubin (1993 dalam Rahim, 2007: 20) mengemukakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
salah satu fakor yang sangat penting bagi kesuksesan belajar ialah
motivasi, keinginan, dorongan, dan minat yang terus-menerus untuk
mengerjakan suatu pekerjaan. Oleh karena itu, guru dapat berperan aktif
dalam memotivasi siswa agar siswa lebih giat dalam membaca.
(2) Minat
Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang
untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan
diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan
kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Frymeir (Crawley dan
Mountain, 1995 dalam Rahim, 2007: 28) mengidentifikasi tujuh faktor
yang memengaruhi perkembangan minat anak. Faktor-faktor itu ialah: a)
pengalaman sebelumnya, b) konsepsinya tentang diri, c) nilai-nilai, d)
mata pelajaran yang bermakna, e) tingkat keterlibatan tekanan, dan f)
kekompleksitasan materi pelajaran.
(3) Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri
Ada tiga aspek kematangan emosi dan sosial, yaitu (1) stabilitas emosi,
(2) kepercayaan diri, dan (3) kemampuan berpartisipasi dalam kelompok.
Anak-anak biasanya selalu mudah marah, mudah emosi, dan kurang dapat
mengontrol diri. Anak-anak yang dapat mengontrol emosinya akan lebih
mudah memusatkan perhatiannya pada teks bacaan. Percaya diri juga
patut dibina, agar siswa mampu bekerja secara mandiri dalam
menjalankan tugas membacanya tanpa bergantung pada orang dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Kemampuan berpartisipasi dalam kelompok ialah gabungan dari
pengontrolan emosi dan percaya diri anak. Anak yang dapat mengontrol
emosi dan memiliki rasa percaya diri yang cukup akan lebih mudah untuk
bergabung dalam kelompok.
Sejalan dengan Tampubolon, Lamb dan Arnold, Pujiono (2008: 4) juga
membagi faktor kemampuan membaca menjadi dua faktor, yaitu internal dan
eksternal. Faktor internal berkaitan dengan motivasi, pengetahuan/pengalaman,
ketertarikan, kebermanfaatan, dan kesehatan. Untuk faktor eksternal yaitu terkait
dengan lingkungan, seperti suasana, cahaya, suara, waktu, dan ruangan. Selain itu,
ada juga faktor eskternal yang berkaitan dengan teks yaitu pada bahasa, pilihan kata,
setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi bacaan.
Berdasarkan penjelasan dari Tampubolon, Lamb dan Arnold, serta Pujiono,
disimpulkan bahwa faktor penentu kemampuan membaca dapat mencakup:
a. Faktor internal
1) Kompetensi kebahasaan.
2) Kemampuan mata.
3) Penentuan informasi fokus.
4) Fleksibelitas membaca.
5) Kebiasaan membaca.
6) Fisiologis.
7) Inteligensi atau intelektual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
8) Psikologis: motivasi, minat, dan kematangan sosio dan emosi serta
penyesuaian diri.
9) Pengetahuan/pengalaman.
10) Kebermanfaatan.
b. Faktor eksternal
1) Teknik-teknik dan metode-metode membaca.
2) Faktor Lingkungan: latar belakang dan pengalaman siswa di rumah dan
Faktor sosial ekonomi.
3) Berkaitan dengan teks: bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis,
keterbatasan, dan isi bacaan.
4) Waktu baca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif-kualitatif. Metode
kuantitatif ialah metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah
ilmiah yaitu konkret/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis (Sugiyono,
2012: 7). Metode kualitatif disebut metode interpretative karena data hasil penelitian
lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan
(Sugiyono, 2012: 7-8). Deskriptif ialah melakukan analisis hanya sampai pada taraf
deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat
lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. (Azwar, 2012: 5-6).
Metode kuantitatif disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-
angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2012: 7). Creswell (1998 dalam
Noor, 2011:34) menyatakan penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks,
meneliti kata-kata, laporan terisi dari pandangan responden, dan melakukan studi
pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat deskriptif
dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Jadi, kuantitatif-
kualitatif ialah metode penelitian yang menggabungkan antara analisis data berupa
statistik dengan analisis data berupa simpulan akhir dari fenomena yang diamati.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu
kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilah-milah atau mencari faktor-faktor atau
variabel tertentu (Zulganef, 2008: 11). Jenis deskriptif ialah teknik analisa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
memberikan informasi hanya mengenai data yang diamati dan tidak bertujuan
menguji hipotesis serta menarik kesimpulan yang digeneralisasikan terhadap populasi.
Tujuan analisa deskriptif hanya menyajikan dan menganalisa data agar bermakna dan
komunikatif (Purwanto, 2007: 94).
Jadi, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif-kualitatif untuk
menentukan faktor kemampuan membaca kritis pada kelas XI MIA 2 di SMA Negeri
1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dengan menggunakan
statistik dan interpretasi sebagai analisis datanya. Selain itu, peneliti juga
menggunakan deskripsi untuk menganalisis data dengan kata-kata agar lebih mudah
dipahami.
3.2 Sumber Data dan Data
Populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Prastowo, 2014: 44-45). Lalu, luas
sampel yang ada pada penelitian ini ialah sama dengan populasi dari data. Sumber
data penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Sekolah yang beralamat di Jl. Bugisan Selatan,
Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ini menjadi sumber data penelitian ini,
khususnya kelas XI MIA 2.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Koentjaraningrat (1990, dalam Zulganef, 2008: 159) data adalah
catatan-catatan fakta-fakta yang didapatkan dari hasil wawancara, pengamatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
catatan mengenai perhitungan-perhitungan jumlah dan frekuensi-frekuensi kegiatan
sosial, catatan mengenai pengukuran-pengukuran bidang, volume, dan intensitas
benda dan aktivitas kebudayaan, catatan-catatan kutipan dari bahan dokumen, dan
surat kabar. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan
pengamatan atau observasi, membagikan kuesioner, memberikan tes, dan wawancara.
Pengumpulan data ini berguna untuk melihat kemampuan membaca kritis dan faktor
kemampuan membaca kritis siswa. Berikut ialah tabel metode pengumpulan data.
Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data
No. Metode Pengumpulan
Data
Data yang Akan Dikumpulkan
1. Observasi Proses pembelajaran yang memengaruhi
kemampuan membaca kritis, serta melihat
faktor kemampuan membaca kritis.
2. Kuesioner Faktor eksternal dan faktor internal yang
memengaruhi kemampuan membaca kritis.
3. Tes Kemampuan membaca kritis siswa.
4. Wawancara Kegiatan siswa dalam membaca untuk
melihat faktor kemampuan membaca kritis
siswa.
3.4 Instrumen
Jenis dan banyaknya instrumen yang disusun disesuaikan dengan keperluan
pengumpulan data (Arikunto, 1988: 47). Instrumen penelitian ini berupa tes dan
nontes. Instrumen tes digunakan untuk menentukan kemampuan membaca kritis
siswa, sedangkan nontes berupa observasi, kuesioner, dan wawancara untuk
mengetahui faktor kemampuan membaca siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
1. Pengamatan (observasi) merupakan cara untuk mendapatkan informasi
dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro,
2013: 93). Observasi atau pengamatan yang dilakukan ialah mengamati
sejauh mana kemampuan membaca kritis siswa selama proses
pembelajaran. Selain kegiatan dalam membaca kritis, peneliti juga
mengobservasi bagaimana kegiatan pramembaca yang dilakukan oleh
guru, apakah mampu membangkitkan keingintahuan siswa dalam aspek
membaca atau tidak. Adapun kisi-kisi observasi dapat dilihat pada
Lampiran 1.
2. Kuesioner (Questionnaire) atau angket, merupakan serangkaian (daftar)
pernyataan tertulis yang ditujukan kepada peserta didik (dalam penelitian:
responden) mengenai masalah-masalah tertentu, yang bertujuan untuk
mendapatkan tanggapan dari peserta didik (responden) tersebut
(Nurgiyantoro, 2013: 91). Kuesioner atau angket yang diberikan akan
menentukan faktor kemampuan membaca siswa. Kuesioner berupa
beberapa pernyataan menyangkut kegiatan membaca dan kemampuan
membaca siswa. Pernyataan diisi sesuai dengan perintah dalam kuesioner
yang dibagikan. Adapun kisi-kisi kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2.
3. Tes merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk
mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk menjawab
pertanyaan ―seberapa baik (tinggi) kinerja seseorang‖ yang jawabannya
berupa angka (Gronlund, 1985: 5 dalam Nurgiyantoro, 2013: 105). Tes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
yang diberikan pada siswa ialah berupa tes membaca, yaitu membaca
kritis. Tes ini menggunakan uji coba terpakai, artinya responden uji coba
termasuk dalam uji coba sesungguhnya. Siswa diminta untuk menjawab
pertanyaan yang sudah disediakan dengan sebaik-baiknya. Tes ini akan
menentukan kemampuan membaca kritis pada siswa. Adapun kisi-kisi tes
dapat dilihat pada Lampiran 3.
4. Wawancara (interview, interviu) merupakan suatu cara yang dipergunakan
untuk mendapatkan informasi dari responden (peserta didik, orang yang
diwawancarai) dengan melakukan tanya jawab sepihak (Nurgiyantoro,
2013: 97). Tipe wawancara yang dipakai ialah wawancara bebas terpimpin.
Artinya, responden diberi kebebasan menjawab sesuai dengan
pendapatnya, namun responden tetap menjawab sesuai dengan pertanyaan
yang sudah disediakan. Wawancara yang dilakukan untuk menentukan
faktor kemampuan membaca kritis siswa. Pertanyaan yang akan
ditanyakan sesuai dengan instrumen pertanyaan yang sudah disediakan.
Pertanyaan yang disediakan oleh peneliti sebagai bahan acuan dan sumber
dapat bercerita tentang pengalamannya dalam membaca dengan tetap pada
jalur pertanyaan yang sudah dibuat peneliti. Adapun kisi-kisi wawancara
dapat dilihat pada Lampiran 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini yaitu
dengan mendeskripsikan observasi yang dilakukan, menghitung jumlah kuesioner
berdasarkan skala Likert, hasil tes kemampuan membaca kritis dihitung
menggunakan ITK (Indeks Tingkat Kesulitan) soal, dan hasil wawancara
menggunakan deskriptif.
3.5.1 Observasi
Teknik analisis data observasi ini termasuk observasi terstruktur. Dalam
pengamatan berstruktur, kegiatan pengamatan, telah diatur dan dibatasi dengan
kerangkan kerja tertentu yang telah disusun secara sistematis. Isi, maksud, atau hal
apa saja yang diamati telah ditetapkan dan dibatasi (Nurgiyantoro, 2013: 93).
Komponen yang dinilai nanti akan diberi tanda (√) pada bagian ―Tampak‖ atau
―Tidak Tampak‖. Observasi dilakukan untuk melihat kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru maupun siswa.
3.5.2 Kuesioner
Teknik analisis data kuesioner ini dilakukan dengan cara menjumlahkan tanda
(√) pada setiap butir pernyataan kuesioner. Setiap aspek pedoman kuesioner berisi
pernyataan yang merujuk pada kegiatan membaca dan aspek membaca lainnya.
Jumlah butir penyataan pada kuesioner ini sebanyak 30 butir. Kuesioner akan
dihitung dengan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
(Riduwan, 2013: 15). Kuesioner yang dibagikan menggunakan kuesioner lima pilihan,
1, 2, 3, 4, 5.
Sangat Setuju (SS) = 5
Setuju (S) = 4
Netral (N) = 3
Tidak Setuju (TS) = 2
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
Penghitungan skor, dihitung seperti berikut.
Total responden yang menjawab X Skor butir pernyataan
Jumlah skor ideal = jumlah responden X 5 (skor) = 30 X 5 = 150 (SS)
Jumlah skor rendah= jumlah responden X 1 (skor) = 30 X 1 = 30 (STS)
Melalui persentase, skor dapat dilihat seperti ini.
20% 40% 60% 80% 100%
Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat
Selain itu, ditentukan juga kriteria skor pada skala Likert.
Tabel 3.2 Kriteria Skor
Kriteria interpretasi skor
Angka 0%-20% = Sangat Lemah
Angka 20%-40% = Lemah
Angka 40%-60% = Cukup
Angka 60%-80% = Kuat
Angka 80%-100% = Sangat Kuat
Penentuan persentase skor per butir soal, yaitu:
Jumlah skor/skor ideal X 100% = Persentase skor per butir soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3.5.3 Tes
Teknik analisis data tes dilakukan dengan menggunakan Indeks Tingkat
Kesulitan soal. Tingkat kesulitan (item difficulty) adalah pernyataan tentang seberapa
mudah atau sulit butir soal bagi peserta didik yang dikenai pengukuran (Oller, 1979:
246 dalam Nurgiantoro, 2013: 194). Butir soal yang baik adalah yang tingkat
kesulitannya cukupan, tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Butir soal yang
terlalu mudah atau sulit sama tidak baiknya karena keduanya tidak dapat
mencerminkan capaian hasil pembelajaran yang dilakukan karena baik siswa
kelompok tinggi maupun rendah sama-sama berhasil atau gagal.
Oller (1979: 247 dalam Nurgiantoro, 2013: 195) mengemukakan bahwa
semua butir soal dinyatakan layak jika indeks tingkat kesulitannya berkisar antara
0,15 sampai dengan 0,85. Indeks yang di luar itu berarti butir soal terlalu mudah atau
sulit, maka ia perlu direvisi atau diganti. Maksudnya di sini, apabila ITK < 0,15 maka
berarti soal tersebut terlalu sulit sedangkan apabila ITK > 0,85 berarti soal sangat
mudah. Oleh karena itu, perlu direvisi atau diganti. Namun, rentangan interval
tersebut masih terlalu luas, lagi pula indeks 0,15 dan 0,85 juga masih terlihat ekstrem
sulit dan mudah. Maka, ITK yang dapat ditoleransi adalah yang berkisar antara
0,20—0,80 (Nurgiantoro, 2009). ITK 0,00—0,19 adalah butir soal yang berkategori:
sulit dan 0,81—1,00 berpredikat: mudah.
Untuk memudahkan menghitung ITK, peneliti menggunakan rumus yang
diambil dari Nurgiantoro (2013: 1995). Rumus yang digunakan ialah menjumlahkan
jawaban benar kemudian dibagi jumlah peserta tes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
ITK
Keterangan:
ITK = Indeks Tingkat Kesulitan
FK = Total jawaban benar
N = Jumlah peserta tes
Selain itu, untuk melihat hasil rata-rata tes membaca siswa dapat dilihat
menggunakan rumus yang diambil dari Nurgiantoro (2013: 219).
X =
Keterangan:
X = Rata-rata hitung (Mean)
= Total nilai peserta tes
N = Jumlah peserta tes
Untuk mengetahui penentuan kriteria acuan, peneliti menggunakan skala
empat (1-4 atau D-A) milik Nurgiyantoro (2009: 252-253).
Tabel 3.3 Kriteria Acuan Ketuntasan Siswa
Interval
Persentase
Tingkat
Penguasaan
Nilai Ubahan
Skala Empat
Nilai Banyaknya
Siswa (%)
Keterangan
1 – 4 D – A
86 – 100 4 A 27 – 30 Baik sekali dalam membaca kritis
76 – 85 3 B 23 – 26 Baik dalam membaca kritis
56 – 75 2 C 17 – 22 Cukup dalam membaca kritis
10 – 55 1 D 1 – 16 Kurang dalam membaca kritis
Selain menjumlahkan hasil kemampuan membaca kritis siswa, peneliti juga
menghitung kemampuan siswa dalam menjawab soal di setiap aspek pertanyaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Berikut adalah rumus untuk menghitung kemampuan siswa dalam menjawab
pertanyaan di setiap aspek kemampuan membaca kritis.
Jumlah jawaban benar/(Jumlah siswa X Jumlah soal) X 100%
3.5.4 Wawancara
Teknik analisis data wawancara yang akan dilakukan ialah dengan menggali
informasi yang belum ada dalam kuesioner. Wawancara dilakukan dengan
wawancara bebas terpimpin, dalam wawancara bebas terpimpin, di pihak lain,
responden diberi kebebasan untuk menjawab berbagai pertanyaan sesuai dengan
pendapatnya dengan dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
pewawancara, dan keadaan itu ada kemiripan dengan pengisian angket terbuka
(Nurgiyantoro, 2013: 96). Peneliti akan mewawancarai siswa dengan pertanyaan yang
sudah disiapkan peneliti, namun siswa juga dapat menceritakan apapun yang dirasa
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
Wawancara yang dilakukan pun tidak hanya digunakan untuk menggali
informasi di luar kuesioner yang diberikan, namun juga melihat sejauh mana
kemampuan kebahasaan siswa. Siswa yang mengaku sering membaca akan terlihat
pada saat ia berbicara karena kosakata yang dimilikinya akan lebih beragam. Siswa
yang diwawancarai ialah beberapa siswa yang memiliki nilai tinggi dalam tes
kemampuan membaca dan satu siswa yang memiliki nilai tertinggi dalam kuesioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3.6 Jadwal dan Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 - 20 Januari 2016.
Pada tanggal 13 Januari 2016 peneliti mengobservasi kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia dan juga peserta didik di Kelas XI MIA 2.
Selanjutnya, pada tanggal 16 Januari 2016 siswa diberi kuesioner dan tes kemampuan
membaca, lalu pada tanggal 20 Januari 2016 beberapa siswa yang nilainya berada
pada kelompok atas diwawancarai serta siswa yang memiliki nilai tertinggi dalam
pengisian kuesioner akan diambil sebagai sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini diambil di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Subjek
penelitian ini ialah seluruh siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Siswa kelas XI MIA 2 berjumlah 32 siswa,
namun pada saat peneliti mengambil data untuk tes dan kuesioner hanya terdapat 26
siswa yang hadir, dan enam siswa yang lain tidak hadir karena sakit dan ada yang
mengundurkan diri. Penelitian dimulai dari pengambilan data melalui observasi
belajar mengajar yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016, lalu dilanjutkan
dengan pengisian kuesioner dan tes kemampuan membaca pada tanggal 16 Agustus
2016, dan yang terakhir adalah wawancara pada tanggal 20 Januari 2016 dengan
beberapa siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam tes kemampuan membaca kritis
dan dengan siswa yang memperoleh hasil kuesioner tertinggi.
4.1 Analisis Data
4.1.1 Kemampuan Membaca Kritis
Tes kemampuan membaca kritis dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2016
pukul 08.55-10.15 WIB. Pada pengambilan data untuk tes kemampuan membaca
kritis hanya terdapat 26 siswa dari 32 siswa yang ada. Siswa yang tidak hadir
memiliki keterangan sakit dan ada siswa yang mengundurkan diri.
Terdapat beberapa indikator dalam tes kemampuan membaca kritis. Aspek
pencapaian yang terdapat pada tes kemampuan membaca kritis diadaptasi dari buku
Nurhadi (2008: 145-179), serta simpulan dari peneliti sendiri. Aspek yang dimaksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
ialah (1) kemampuan mengingat dan mengenai bacaan, (2) kemampuan
menginterpretasi suatu bacaan, (3) kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ke
dalam bacaan, (4) kemampuan menganalisis suatu bacaan, (5) kemampuan membuat
simpulan, (6) menilai suatu bacaan, dan (7) kemampuan merespons isi bacaan.
Terdapat 30 soal dalam tes ini, tes ini berupa pilihan ganda dengan diberi skor (1) bila
menjawab soal dengan dan benar dan skor (0) bila menjawab soal dengan salah.
Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil bahwa terdapat siswa yang memiliki
nilai tinggi dalam kuesioner, namun memiliki nilai yang rendah dalam tes
kemampuan membaca kritis. Hal ini tentunya tidak selaras dengan hasil yang didapat
dari kedua instrumen. Untuk mengetahui lebih lanjut hasil tes kemampuan membaca
kritis, berikut adalah hasil penghitungan skor 26 siswa.
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Skor Tes Kemampuan Membaca Kritis
No. Aspek Indikator Jumlah
Soal
Nomor
Soal
Jawaban
Benar
Jawaban
Salah
1. Kemampuan
mengingat dan
mengenali
bacaan
1. Kemampuan
mengidentifikasi
isi suatu bacaan.
2. Kemampuan
mengenali opini
dan fakta suatu
bacaan.
3. Kemampuan
mengingat isi
suatu bacaan
1
2
2
4
1,3
2,13
16
13,15
19,0
10
13,11
7,26
2. Kemampuan
menginterpretas
i suatu bacaan
4. Kemampuan
menafsirkan isi
suatu bacaan.
5. Kemampuan
menjelaskan
suatu bacaan.
6. Kemampuan
1
1
1
14
17
15
0
13
11
26
13
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
memahami isi di
antara dua
bacaan.
7. Kemampuan
merangkum
suatu bacaan.
1
30
23
3
3. Kemampuan
mengaplikasika
n konsep-
konsep ke
dalam bacaan
8. Kemampuan
mengikuti
petunjuk bacaan.
9. Kemampuan
menentukan
gagasan utama
sesuai dengan
situasi tertentu
2
2
12,16
7,29
24,18
5,0
2,8
21,26
4. Kemampuan
menganalisis
suatu bacaan
10. Kemampuan
menyelidiki
kelogisan suatu
bacaan.
11. Kemampuan
menentukan
fakta dan opini
suatu tulisan.
12. Kemampuan
menyelidiki
pesan suatu
bacaan.
13. Kemampuan
mengenali detail
penting suatu
bacaan.
1
2
1
2
18
6,24
9
5,25
22
6,24
26
9,6
4
20,2
0
17,20
5. Kemampuan
membuat
simpulan
14. Kemampuan
membuat
simpulan suatu
bacaan.
2
11, 21 14,3 12,23
6. Menilai suatu
bacaan
15. Kemampuan
mendeteksi
kesalahan suatu
bacaan.
16. Kemampuan
memilih bacaan
yang baik dan
tidak baik.
2
1
10,20
19
9,3
4
17,23
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
17. Kemampuan
memperkirakan
kebenaran suatu
bacaan.
2
27,28 3,24 2
7. Kemampuan
merespons isi
bacaan
18. Kemampuan
membuat opini
terhadap suatu
bacaan.
19. Kemampuan
mengonstruksi
suatu bacaan.
3
1
8,22,23
26
23,24,23
3
3,2,3
23
Setelah menghitung jumlah skor jawaban benar dan jawaban salah siswa,
peneliti menghitung Indeks Tingkat Kesulitan (ITK) per butir soal. Untuk
memudahkan menghitung ITK, peneliti menggunakan rumus yang diambil dari
Nurgiantoro (2013: 195). Rumus yang digunakan ialah menjumlahkan jawaban benar
kemudian dibagi jumlah peserta tes.
ITK
Keterangan:
ITK = Indeks Tingkat Kesulitan
FK = Total jawaban benar
N = Jumlah peserta tes
Oller (1979: 247 dalam Nurgiantoro, 2013: 195) mengemukakan bahwa
semua butir soal dinyatakan layak jika indeks tingkat kesulitannya berkisar antara
0,15 sampai dengan 0,85. Indeks yang di luar itu berarti butir soal terlalu mudah atau
sulit, maka ia perlu direvisi atau diganti. Namun, rentangan interval tersebut masih
terlalu luas, lagi pula indeks 0,15 dan 0,85 juga masih terlihat ekstrem sulit dan
mudah. Maka, ITK yang dapat ditoleransi adalah yang berkisar antara 0,20—0,80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
(Nurgiantoro, 2009). ITK 0,20—0,40 adalah butir soal yang berkategori: sulit, 0,41—
0,60 berpredikat: sedang, dan 0,61—0,80 berpredikat: mudah. Hasil penghitungan
ITK per butir soal dapat dilihat pada Lampiran 5. Namun, secara garis besar, hasil
perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan soal dapat dilihat di bawah ini, berikut adalah
hasil Indeks Tingkat Kesulitan soal yang layak.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Indeks Tingkat Kesulitas Soal Layak
SOAL LAYAK
KATEGORI MUDAH SEDANG SULIT
NO. 16 1,2,3,4,11,15,17 5,6,10,25
Selain menghasilkan Indeks Tingkat Kesulitan soal yang layak, Indeks
Tingkat Kesulitan soal pun ditujukan untuk melihat soal yang tidak layak. Berikut
adalah hasil Indeks Tingkat Kesulitan soal pada soal tidak layak.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Indeks Tingkat Kesulitan Soal Tidak Layak
SOAL TIDAK LAYAK
KATEGORI TERLALU MUDAH TERLALU SULIT
NO. 7,8,9,12,18,22,23,24,28,30 13,14,19,20,21,26,27,29
Di antara 30 soal terdapat 12 soal dengan predikat soal layak dan 18 soal
dengan predikat tidak layak. Soal yang layak ialah soal dengan kategori mudah,
sedang dan sulit, dengan ITK 0,20—0,40 adalah butir soal yang berkategori: sulit,
0,41—0,60 berpredikat: sedang, dan 0,61—0,80 berpredikat: mudah. Untuk
mengetahui pencapaian skor siswa, berikut ini adalah hasil skor yang dicapai siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel 4.4 Hasil Skor Siswa pada Tes Kemampuan Membaca Kritis
NO. NAMA SISWA SKOR NILAI KATEGORI
1. BAGAS WICAKSONO 16 5,33 KURANG
2. EVA ELMIYAH 15 5 KURANG
3. ABDURROHIM ALIM 15 5 KURANG
4. NADIA NUR AZMI 14 4,66 KURANG
5. CINDY CHRISTELLA CAESARIA 14 4,66 KURANG
6. ARLINA SAKASMARA 14 4,66 KURANG
7. ADE YUDA H 14 4,66 KURANG
8. AMILA NAZLA R 14 4,66 KURANG
9. LINA MAHMUDAH 14 4,66 KURANG
10. HANI ZULFIHAR 14 4,66 KURANG
11. NADHIFA SUSPITANINGTYAS 14 4,66 KURANG
12. NABELLA DIAH P 14 4,66 KURANG
13. DAVID ARTATAMA P 11 3,66 KURANG
14. M. GANDHI 12 4 KURANG
15. INGGRID ANINDHITA K. P. 12 4 KURANG
16. MUH. DAMARIO WIJAYA 12 4 KURANG
17. MUHAMMAD DAHSYAT 12 4 KURANG
18. M. D. MAULANA HAFIDZ 13 4,33 KURANG
19. ELSINA RAHMAWATI 13 4,33 KURANG
20. DIMAS AGISTYATAMA 17 5,66 CUKUP
21. FAISAL SASTRIAWAN 17 5,66 CUKUP
22. AMELYA C. 17 5,66 CUKUP
23. DEVITA VERAWATI 17 5,66 CUKUP
24. DEWI ADILA 18 6 CUKUP
25. FAHMI REZA P. 18 6 CUKUP
26 GUPITA CANDRA KURNIAWAN 18 6 CUKUP
Setelah mengetahui jumlah skor dan nilai yang didapat oleh siswa, peneliti
membuat persentase hasil pencapaian nilai. Untuk mengetahui penentuan kriteria
acuan, peneliti menggunakan skala empat (1-4 atau D-A) milik Nurgiyantoro (2009:
252-253). Berikut adalah persentase hasil ketuntasan siswa dalam tes kemampuan
membaca kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 4.5 Hasil Ketuntasan Siswa pada Tes Kemampuan Membaca Kritis
Interval
Persentase
Tingkat
Penguasaan
Nilai Ubahan
Skala Empat
Nilai Banyaknya
Siswa (%)
Keterangan
1 – 4 D – A
86 – 100 4 A 27 – 30 0 Siswa
(0%)
Baik sekali dalam
membaca kritis
76 – 85 3 B 23 – 26 0 Siswa
(0%)
Baik dalam membaca
kritis
56 – 75 2 C 17 – 22 7 Siswa
(26,92%)
Cukup dalam
membaca kritis
10 – 55 1 D 1 – 16 19 Siswa
(73,07%)
Kurang dalam
membaca kritis
Selain itu, untuk melihat hasil rata-rata tes membaca siswa dapat dilihat
menggunakan rumus yang diambil dari Nurgiantoro (2013: 219).
X= = = 14,58 Keterangan:
X = Rata-rata hitung (Mean)
= Total nilai peserta tes
N = Jumlah peserta tes
Jika dilihat melalui hasil rata-rata skor siswa, hasil skor rata-rata siswa ialah
sebesar 14,58 dan masih berada dalam kategori kurang dalam membaca kritis.
Selanjutnya, peneliti menghitung kemampuan tes membaca kritis dengan rumus:
Jumlah jawaban benar/(Jumlah siswa X Jumlah soal) X 100%
Berikut adalah penghitungan nilai berdasarkan aspek kemampuan membaca
kritis. Soal yang akan dianalisis ialah sebanyak 12 soal yaitu soal yang berada dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kategori soal layak. Soal yang tidak layak tidak dimasukkan dalam perhitungan tes
kemampuan membaca kritis.
4.1.1.1 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengingat dan Mengenali
Bacaan
Mengingat dan mengenali menjadi salah satu aspek dari tes kemampuan
membaca kritis. Pada aspek mengingat dan mengenali, terdapat tiga indikator, yaitu
(1) mengidentifikasi isi, (2) kemampuan mengenali opini dan fakta, serta (3)
mengingat isi bacaan. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil bahwa siswa sudah
mampu dalam mengingat dan mengenali bacaan. Berikut adalah hasil perhitungan tes
kemampuan membaca kritis pada aspek mengingat dan mengenali.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengingat
dan Mengenali Bacaan
No. Aspek Indikator Jumlah
Soal
Nomor
Soal
Jawaban
Benar
Jawaban
Salah
1. Kemampuan
mengingat
dan
mengenali
bacaan
1. Kemampuan
mengidentifi
kasi isi suatu
bacaan.
2. Kemampuan
mengenali
opini dan
fakta suatu
bacaan.
3. Kemampuan
mengingat
isi suatu
bacaan
1
2
1
4
1,3
2
16
13,15
19
10
13,11
7
Jumlah 4 4 63 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Berdasarkan hasil analisis, pada aspek pertama terdapat 63 siswa (60,58%)
menjawab benar dan 41 siswa (39,42%) menjawab salah. Pada indikator pertama
yaitu ―Kemampuan mengidentifikasi isi suatu bacaan‖, terdapat 16 siswa (61,54%)
menjawab benar dan 10 siswa (38,46%) menjawab salah. Artinya, siswa sudah dapat
menunjukkan bahwa mereka mampu mengidentifikasi isi bacaan.
Indikator kedua yaitu ―Kemampuan mengenali opini dan fakta suatu bacaan‖,
terdapat dua soal, soal pertama pada indikator kedua menunjukkan bahwa 13 siswa
mampu menjawab benar dan 13 siswa menjawab salah. Pada soal kedua indikator
kedua terdapat 15 siswa menjawab benar dan 11 siswa menjawab salah. Jadi, pada
indikator kedua terdapat 28 siswa (53,85%) menjawab benar dan 24 siswa (46,15%)
menjawab salah. Artinya, siswa sudah mampu mengenali opini dan fakta yang
terdapat dalam suatu bacaan.
Selanjutnya, pada indikator ketiga yaitu ―Kemampuan mengingat isi suatu
bacaan‖. Berdasarkan data, pada indikator ketiga terdapat 19 siswa (73,07%)
menjawab benar dan 7 siswa (26,93%) menjawab salah. Artinya, siswa sudah bisa
mengingat isi suatu bacaan. Bila dihitung secara keseluruhan, maka 63 siswa (60,58%)
menjawab benar dan 41 siswa (39,42%) menjawab salah. Jadi, pada aspek ini siswa
sudah mampu mengingat dan mengenali bacaan.
4.1.1.2 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menginterpretasi Suatu
Bacaan
Menginterpretasi menjadi salah satu aspek dalam kemampuan membaca. Pada
aspek menginterpretasi bacaan terdapat dua indikator yang harus dicapai, yaitu (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kemampuan menjelaskan dan (2) kemampuan memahami isi. Hasil yang didapat,
menunjukkan bahwa siswa belum mampu dalam menginterpretasi. Berikut adalah
hasil perhitungan tes kemampuan membaca kritis pada aspek menginterpretasi suatu
bacaan.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis
Menginterpretasi Suatu Bacaan
No. Aspek Indikator Jumlah
Soal
Nomor
Soal
Jawaban
Benar
Jawaban
Salah
2. Kemampuan
menginterpre
tasi suatu
bacaan
1. Kemampuan
menjelaskan
suatu
bacaan.
2. Kemampuan
memahami
isi di antara
dua bacaan.
1
1
17
15
13
11
13
15
Jumlah 2 2 24 28
Selanjutnya, ialah aspek ―Kemampuan menginterpretasi suatu bacaan‖. Pada
aspek ini terdapat 24 siswa (46,15%) menjawab benar dan 28 siswa (53,85%)
menjawab salah. Indikator pertama yaitu ―Kemampuan menjelaskan suatu bacaan‖,
setengah dari responden yaitu 13 siswa (50,00%) menjawab benar dan 13 siswa
(50,00%) menjawab salah. Artinya, sebagian siswa mampu menjelaskan suatu bacaan
dan sebagian lagi tidak mampu menjelaskan suatu bacaan.
Pada indikator kedua yaitu ―Kemampuan memahami isi di antara dua bacaan‖,
terdapat 11 siswa (42,31%) mampu menjawab benar dan 15 siswa (57,69%)
menjawab salah. Artinya, hanya sebagian kecil siswa yang mampu memahami isi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
antara dua bacaan. Bila dihitung secara keseluruhan, pada aspek kedua ini terdapat 24
siswa (46,15%) menjawab benar dan 28 siswa (53,85%) menjawab salah. Artinya,
siswa kurang mampu menginterpretasi suatu bacaan.
4.1.1.3 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengaplikasikan Konsep-
Konsep ke dalam Bacaan
Mengaplikasikan konsep-konsep termasuk aspek yang dinilai dalam tes
kemampuan membaca kritis. Pada aspek mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam
bacaan terdapat satu indikator, yaitu ―Kemampuan Mengikuti Petunjuk‖. Pada aspek
ini, diperoleh hasil bahwa siswa sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep.
Berikut adalah hasil perhitungan tes kemampuan membaca kritis pada aspek
mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan.
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis
Mengaplikasikan Konsep-Konsep ke dalam Bacaan
No. Aspek Indikator Jumlah
Soal
Nomor
Soal
Jawaban
Benar
Jawaban
Salah
3. Kemampuan
mengaplikasi
kan konsep-
konsep ke
dalam
bacaan
1. Kemampuan
mengikuti
petunjuk
bacaan.
1
16
18
8
Jumlah 1 1 18 8
Pada aspek ini hanya satu indikator yang mampu diterapkan siswa, yaitu
―Kemampuan mengikuti petunjuk bacaan‖, terdapat 18 siswa (69,23%) mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
menjawab benar dan 8 siswa (30,77%) menjawab salah. Artinya, pada aspek ini siswa
sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan.
4.1.1.4 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menganalisis Suatu Bacaan
Menganalisis ialah termasuk ke dalam aspek yang dinilai pada tes
kemampuan membaca kritis. Aspek menganalisis pada tes kemampuan membaca
kritis ini terdapat dua indikator, yaitu (1) menentukan fakta dan opini dan (2)
mengenali detail penting suatu bacaan. Pada aspek ini, diperoleh hasil bahwa siswa
belum mampu menganalisis suatu bacaan. Berikut adalah hasil perhitungan tes
kemampuan membaca kritis menganalisis suatu bacaan.
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menganalisis
Suatu Bacaan
No. Aspek Indikator Jumlah
Soal
Nomor
Soal
Jawaban
Benar
Jawaban
Salah
4. Kemampuan
menganalisis
suatu bacaan
1. Kemampuan
menentukan
fakta dan
opini suatu
tulisan.
2. Kemampuan
mengenali
detail
penting
suatu
bacaan.
1
2
6
5,25
6
9,6
20
17,20
Jumlah 3 3 21 37
Selanjutnya ialah aspek keempat yaitu ―Kemampuan menganalisis suatu
bacaan‖. Terdapat 21 siswa (26,92%) menjawab benar dan 57 siswa (73,08%)
menjawab salah. Indikator yang termasuk pada kategori layak pada aspek ini yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
―Kemampuan menentukan fakta dan opini suatu tulisan‖. Pada indikator pertama
menunjukkan bahwa terdapat 6 siswa (23,08%) mampu menjawab benar dan 20
siswa (76,92%) menjawab salah. Jadi, siswa masih belum mampu menentukan fakta
dan opini suatu tulisan.
Indikator kedua yaitu ―Kemampuan mengenali detail penting suatu bacaan‖.
Pada indikator ini terdapat dua soal, pada soal pertama terdapat 9 siswa menjawab
benar dan 17 siswa menjawab salah. Lalu, pada soal kedua terdapat 6 siswa
menjawab benar dan 20 siswa menjawab salah. Hasilnya, pada indikator ini terdapat
15 siswa (28,85%) menjawab benar dan 37 siswa (71,15%) menjawab salah. Jadi,
siswa masih belum mampu mengenali detail penting suatu bacaan. Bila dihitung
secara keseluruhan, pada aspek ini terdapat 21 siswa (26,92%) mampu menjawab
benar dan 57 siswa (73,08%) menjawab salah, maka siswa belum mampu
menganalisis suatu bacaan.
4.1.1.5 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Membuat Simpulan
Membuat simpulan menjadi salah satu aspek yang dinilai dalam tes
kemampuan membaca kritis. Pada aspek ini terdapat satu indikator, yaitu ―Membuat
simpulan suatu bacaan‖. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa siswa sudah mampu
dalam membuat simpulan suatu bacaan. Berikut adalah perhitungan tes kemampuan
membaca kritis membuat simpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Membuat
Simpulan
No. Aspek Indikator Jumlah
Soal
Nomor
Soal
Jawaban
Benar
Jawaban
Salah
5. Kemampuan
membuat
simpulan
1. Kemampuan
membuat
simpulan
suatu
bacaan.
1
11 14 12
Jumlah 1 1 14 12
Aspek kelima yaitu ―Kemampuan membuat simpulan‖. Indikator pada aspek
ini ialah ―Kemampuan membuat simpulan suatu bacaan‖. Pada indikator ini,
diketahui bahwa ada 14 siswa (53,85%) yang mampu menjawab benar dan 12 siswa
(46,15%) menjawab salah. Jadi, pada aspek ini siswa sudah mampu membuat
simpulan dari suatu bacaan.
4.1.1.6 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menilai Suatu Bacaan
Menilai suatu bacaan termasuk ke dalam salah satu aspek yang dinilai dalam
tes kemampuan membaca kritis. Pada aspek menilai suatu bacaan pada tes
kemampuan membaca kritis ini terdapat satu indikator, yaitu ―Mendeteksi Kesalahan
Suatu Bacaan‖. Berdasarkan hasil yang diperoleh, siswa masih belum mampu menilai
suatu bacaan. Berikut adalah perhitungan tes kemampuan membaca kritis menilai
suatu bacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menilai Suatu
Bacaan
No. Aspek Indikator Jumlah
Soal
Nomor
Soal
Jawaban
Benar
Jawaban
Salah
6. Menilai
suatu
bacaan
1. Kemampuan
mendeteksi
kesalahan suatu
bacaan.
1
10
9
17
Jumlah 1 1 9 17
Aspek keenam ialah ―Menilai suatu bacaan‖. Indikator yang dinyatakan layak
ialah ―Kemampuan mendeteksi kesalahan suatu bacaan‖. Pada hasil perhitungan soal
terdapat 9 siswa (34,62%) menjawab benar dan 17 siswa (65,38%) menjawab salah.
Artinya, pada aspek ini siswa belum mampu menilai suatu bacaan dengan baik.
4.1.1.7 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Merespons Isi Bacaan
Pada aspek ini semua indikator dan soal dinyatakan tidak layak dan gugur.
Terdapat dua indikator pada aspek ini, indikator pertama terdapat tiga pertanyaan dan
indikator kedua terdapat satu pertanyaan. Indikator pertama berbunyi ―Kemampuan
membuat opini terhadap suatu bacaan‖, dan indikator kedua ialah ―Kemampuan
mengonstruksi suatu bacaan‖. Soal dinyatakan tidak layak karena terlalu mudah dan
terlalu sulit. Maka, aspek ini pun dianggap gugur dan tidak dihitung. Jadi, siswa
belum mampu merespons isi bacaan.
Dapat disimpulkan bahwa dalam tes kemampuan membaca kritis, siswa
berada pada level kurang dengan skor rata-rata sebesar 14,58. Setelah peneliti
menghitung diperoleh bahwa dari tujuh aspek yang tercakup dalam tes kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
membaca kritis, siswa masih belum mampu menginterpretasi suatu bacaan,
menganalisis suatu bacaan, menilai suatu bacaan, dan merespons isi bacaan. Dari
tujuh aspek yang ada, siswa hanya mampu dalam tiga aspek, yaitu aspek mengingat
dan mengenali bacaan, mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan, dan
membuat simpulan.
4.1.2 Faktor Kemampuan Membaca Kritis
4.1.2.1 Observasi
Penelitian ini menggunakan observasi kelas untuk melihat kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam mencari faktor kemampuan
membaca kritis. Terdapat 11 aspek untuk guru dan 11 aspek untuk siswa. Aspek ini
berisi tentang bagaimana kegiatan belajar mengajar khususnya pada kegiatan
membaca dimulai, dari pembuka, inti, dan penutup. Aspek untuk guru yaitu meliputi
(1) pembuka: memilih bacaan sesuai dengan psikologi pelajar, materi bacaan sesuai
dengan realitas kehidupan, memeriksa kesiapan belajar siswa, dan memeriksa
kesiapan media yang akan dipakai, (2) inti: melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, melibatkan siswa dalam pemanfaatan
media untuk menunjang keterampilan membaca, menuntun siswa dalam mengkritisi
suatu bacaan, dan memberikan masukan dalam kritisan siswa, (3) penutup: menyusun
kesimpulan berdasarkan pemikiran kritis siswa dan melakukan refleksi pembelajaran
dari bacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Aspek penilaian untuk siswa meliputi (1) pembuka: siap mengikuti
pembelajaran, memperhatikan guru saat menjelaskan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan, antusias saat diberi tugas membaca, (2) inti: bertanya sesuai dengan
tugas yang diberikan, memahami bacaan yang diberikan saat ditanyai, terlibat dalam
kegiatan membaca yang difasilitasi menggunakan media oleh guru, menunjukkan
sikap rasa ingin tahu pada bacaan yang diberikan, merespons pertanyaan guru,
mengemukakan pendapat kritisnya terhadap bacaan yang diberikan, (3) penutup
membuat simpulan akhir dari bacaan yang ada dan membuat refleksi pembelajaran
dari bacaan yang diberikan guru.
Pada saat peneliti sedang mengobservasi pembelajaran, ternyata bertepatan
dengan adanya Try Out yang diadakan sekolah pada pukul 12.15 WIB. Jadi,
pembelajaran yang seharusnya dilakukan selama 90 menit, hanya berlangsung 60
menit dengan pembagian waktu 30 menit/jam pelajaran. Pada tanggal 13 Januari
2016 peneliti mengobservasi kelas XI MIA 2 pada pukul 07.15 WIB – 08.15 WIB.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, peneliti melihat bahwa beberapa
aspek tidak terpenuhi.
Observasi pertama yang dilakukan pada guru yaitu bagian pembuka. Pada
aspek ini terdapat empat aspek, di antara empat aspek ini guru masih tidak terlihat
memeriksa kesiapan belajar siswa dan juga media yang akan dipakai. Guru tidak
melihat kesiapan belajar murid dengan langsung mengajar, padahal masih ada siswa
yang belum masuk kelas dan masih ada siswa yang ribut. Guru pun tidak menyiapkan
media pembelajaran dengan baik, untuk memudahkan proses penyerapan materi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
siswa. Namun, pada bagian pembuka ini, guru sudah menyesuaikan materi bacaan
dengan psikologis siswa serta menyesuaikan dengan realita hidup yang ada.
Observasi selanjutnya mengamati inti pembelajaran. Pada inti pembelajaran
ini terdapat lima aspek yang menjadi acuan. Di antara lima aspek yang menjadi
penialaian, guru hanya kurang pada pelibatan siswa dalam penggunaan media.
Keempat aspek yang lain, yaitu melaksanakan sesuai kompetensi, pembelajaran
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, lalu menuntun siswa
dalam mengkritisi suatu bacaan, dan memberikan masukan dalam kritisan siswa
sudah cukup terlihat.
Selanjutnya bagian penutup. Pada bagian ini terdapat dua aspek, yaitu
menyusun simpulan berdasarkan pemikiran kritis siswa serta melakukan refleksi
pembelajaraan berdasarkan bacaan yang ada masih belum terlihat. Guru tidak terlihat
memenuhi penialaian pada kedua aspek tersebut. Jadi, pada bagian ini aspek yang
dinilai tidak tampak semua.
Selain mengobservasi guru, peneliti juga mengobservasi siswa yang
mengikuti pembelajaran. Berdasarkan observasi, pada bagian pembuka tidak ada satu
pun aspek yang memiliki sisi baik. Pada bagian pembuka, terdapat tiga aspek, yaitu
siswa siap mengikuti pembelajaran, memperhatikan guru saat menjelaskan, dan
antusias saat diberi tugas. Berdasarkan pengamatan peneliti, tidak ada satu pun yang
tampak pada ketiga aspek tersebut. Artinya, siswa masih belum siap, tidak
memperhatikan guru, dan tidak antusias saat diberi tugas. Sikap yang ditunjukkan
termasuk ke dalam sikap negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Selanjutnya bagian inti. Pada bagian ini terdapat enam aspek yang dinilai.
Pada bagian ini terdapat beberapa aspek yang sudah mulai terlihat, yaitu siswa sudah
terlihat memahami bacaan saat diberikan pertanyaan, merespons pertanyaan guru, dan
mengemukakan pendapat kritisnya terhadap bacaan yang diberikan. Namun, masih
terdapat aspek yang belum terlihat, yaitu bertanya sesuai dengan tugas yang diberikan,
terlibat dalam kegiatan membaca yang difasilitasi menggunakan media, dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu pada bacaan yang diberikan.
Bagian terakhir yaitu bagian penutup. Pada bagian ini terdapat dua aspek,
yaitu membuat simpulan akhir dari bacaan dan membuat refleksi pembelajaran dari
bacaan yang diberikan. Berdasarkan observasi, kedua aspek tersebut masih belum
tampak. Untuk melihat hasil yang didapat peneliti, pembaca dapat melihat Lampiran
6.
Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa siswa kurang memiliki motivasi dan minat baca. Pembelajaran terlihat kurang
menarik bagi siswa. Motivasi tidak ditimbulkan dalam pembelajaran membaca dan
siswa yang membaca hanya beberapa siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa
memiliki minat baca yang kurang karena motivasi yang ada pun kurang.
4.1.2.2 Kuesioner
Kuesioner yang diberikan pada siswa berisi pernyataan mengenai kegiatan
membaca sebanyak 30 pernyataan, kuesioner yang diberikan ialah berisi aspek dari
faktor internal dan eksternal. Pengambilan data kuesioner dilakukan pada tanggal 16
Januari 2016 pukul 08.45-08.55 WIB. Terdapat 26 siswa yang menjadi reponden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dalam pengisian kuesioner ini, siswa yang lainnya berhalangan hadir karena sakit dan
ada yang mengundurkan diri. Terdapat sikap negatif dan positif yang akan dilihat
dalam sebuah pernyataan di setiap aspek. Bila pernyataan tersebut berupa pernyataan
yang positif maka rentang skor empat atau setuju dan lima atau sangat setuju
merupakan sikap positif, namun bila pernyataannya berupa pernyataan negatif maka
rentang skornya antara satu atau sangat tidak setuju dan dua tidak setuju merupakan
sikap positif.
Untuk faktor internal dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu (1) motivasi, (2)
minat, (3) kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri: Stabilitas emosi,
percaya diri, dan kemampuan beradaptasi dalam kelompok, (4)
pengetahuan/pengalaman, (5) kebermanfaatan, (6) fisiologis, (7) inteligensi, (8)
kompetensi kebahasaan, (9) kebiasaan membaca, dan (10) kemampuan menyesuaikan
strategi membaca dengan kondisi-baca. Lalu, untuk faktor eksternal dibagi menjadi
beberapa aspek, yaitu (1) suasana lingkungan: pencahayaan, ruangan yang kurang
memadai, (2) faktor lingkungan: latar belakang sosial ekonomi, (3) berkaitan dengan
teks: bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi bacaan, dan (4)
jadwal baca.
Penghitungan untuk menentukan hasil kuesioner membaca siswa
menggunakan rumus yang diambil dari Riduwan (2013: 14-15), yaitu skala Likert.
Hasil skor keseluruhan/jumlah skor ideal X 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Cara menghitung jumlah skor ideal adalah dengan mengalikan jumlah skor
tertinggi dengan jumlah responden. Jumlah skor rendah ialah jumlah skor terendah
dikalikan jumlah responden. Kriteria interpretasi skornya ialah:
Jumlah skor ideal = 5 X 26 = 130
Jumlah skor rendah = 1 X 26 = 26
Untuk melihat hasil perhitungan kuesioner menggunakan skala Likert, dapat
dilihat pada Lampiran 7.
Kriteria interpretasi skor
Angka 0%-20% = Sangat Lemah
Angka 20%-40% = Lemah
Angka 40%-60% = Cukup
Angka 60%-80% = Kuat
Angka 80%-100% = Sangat Kuat
4.1.2.2.1 Perhitungan Kuesioner Minat Baca Siswa Faktor Internal
Kuesioner minat baca siswa pada faktor internal memiliki beberapa aspek,
yaitu (1) motivasi, (2) minat, (3) kematangan sosio dan emosi, (4)
pengetahuan/pengalaman, (5) kebermanfaatan, (6) fisiologis, (7) inteligensi, (8)
kompetensi kebahasaan, (9) kebiasaan membaca, dan (10) kemampuan menyesuaikan
strategi membaca. Untuk dapat menentukan faktor kemampuan membaca kritis
berdasarkan faktor internal, maka peneliti harus menganalisis terlebih dahulu data
yang sudah didapat. Peneliti menganalisis hasil kuesioner berdasarkan pada skala
Likert. Untuk melihat perhitungan menggunakan skala Likert dapat dilihat pada hasil
di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
4.1.2.2.1.1 Motivasi
Motivasi adalah aspek pertama pada kuesioner faktor internal. Aspek ini
memiliki dua pernyataan, yaitu (1) Jika diberi tugas membaca saya selalu
mengerjakannya tepat waktu dan (2) Walau mata saya lelah, saya tetap melanjutkan
membaca. Berikut adalah hasil perhitungan minat baca faktor internal motivasi untuk
melihat pengaruh motivasi terhadap kemampuan membaca kritis.
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Motivasi
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Jika diberi tugas membaca saya
selalu mengerjakannya tepat waktu
0 3 15 6 2
2. Walau mata saya lelah, saya tetap
melanjutkan membaca
7 10 9 0 0
Jumlah skor No. 1 ialah 85/130 = 65,38%
Kuesioner yang diajukan berdasarkan faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yang pertama ialah motivasi. Faktor motivasi terdiri dari dua pernyataan yang
akan menunjukkan bagaimana sikap siswa. Pernyataan pertama ialah ―Jika diberi
tugas membaca saya selalu mengerjakannya tepat waktu‖ dan yang kedua ialah
―Walau mata saya lelah, saya tetap melanjutkan membaca‖.
Penyataan pertama yang diajukan ialah ―Jika diberi tugas membaca saya
selalu mengerjakannya tepat waktu‖, terdapat 2 orang siswa yang memilih sangat
setuju, dan yang memilih setuju ada 6 siswa. Jadi, siswa yang memiliki sikap positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
terdapat 8 siswa (30,77%). Lalu, terdapat 3 siswa (11,54%) memilih tidak setuju dan
berada dalam kategori negatif. Selain itu, terdapat 15 siswa (57,69%) lebih memilih
netral.
Jumlah skor No. 2 ialah 54/130 = 41,54%
Pernyataan kedua yang diajukan ialah ―Walau mata saya lelah, saya tetap
melanjutkan membaca‖. Tidak ada satu pun siswa yang memilih sangat setuju
maupun setuju (0%) dan berada pada posisi negatif. Lalu, terdapat 10 siswa yang
memilih tidak setuju dan 7 siswa memilih sangat tidak setuju. Jadi, 17 siswa (65,38%)
berada pada posisi positif, sedangkan 9 siswa (34,61%) lainnya memilih netral.
4.1.2.2.1.2 Minat
Aspek selanjutnya ialah minat. Pada aspek ini terdapat dua pernyataan, yaitu
(1) Saya senang membaca dan (2) Jika ada buku bacaan yang saya suka, saya selalu
mencoba membacanya. Untuk melihat seberapa jauh minat siswa pada membaca,
berikut adalah hasil perhitungan kuesioner faktor internal minat.
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Minat
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Saya senang membaca 0 1 7 14 4
2. Jika ada buku bacaan yang saya suka,
saya selalu mencoba membacanya
0 0 1 10 15
Jumlah skor No.1 ialah 99/130 X 100% = 76,15%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Pernyataan pertama yang diajukan berdasarkan faktor minat ialah ―Saya
senang membaca‖, pada pernyataan ini ada 4 siswa yang memilih sangat setuju dan
14 siswa memilih setuju. Artinya, terdapat 18 siswa (69,23%) memiliki sikap positif
dalam hal membaca. Berarti siswa tersebut memiliki minat yang tinggi terhadap
membaca. Namun, terdapat 1 siswa (3,85%) memilih tidak setuju, artinya siswa
tersebut memiliki sikap negatif karena tidak menyukai membaca. Sisanya terdapat 7
siswa (26,92%) yang memilih netral.
Jumlah skor No.1 ialah 118/130 X 100% = 90, 77%
Pernyataan yang kedua ialah ―Jika ada buku bacaan yang saya suka, saya
selalu mencoba membacanya‖. Pada pernyataan ini terdapat 15 siswa memilih sangat
setuju dan 10 siswa memilih setuju. Artinya, sebagian besar siswa yaitu 25 siswa
(96,15%) memiliki sikap positif terhadap buku bacaan yang mereka suka. Mereka
akan membaca buku bacaan yang mereka suka. Namun, masih terdapat 1 siswa
(3,85%) yang memiliki sikap netral. Artinya, ia belum bisa menentukan keinginannya
untuk membaca buku yang ia suka atau tidak.
4.1.2.2.1.3 Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri: Stabilitas Emosi,
Percaya Diri, dan Kemampuan Beradaptasi dalam Kelompok
Kematangan sosio dan emosi dapat mempengaruhi kemampuan membaca
siswa. Pada aspek ini terdapat tiga pernyataan yang dapat menunjukkan bahwa
kematangan sosio dan emosi menentukan kemampuan membaca kritis. Pernyataan
yang ada pada aspek ini ialah (1) Membaca membuat saya memiliki pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
yang lebih dan membuat saya percaya diri, (2) Dari buku yang saya baca, saya jadi
bisa mengendalikan diri saya atas apa yang terjadi dalam hidup saya, dan (3) Saya
merefleksikan suatu bacaan dan membuat saya dapat menyesuaikan diri dalam
pergaulan. Berikut hasil perhitungan kuesioner faktor internal kematangan sosio dan
emosi.
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Membaca membuat saya memiliki
pemahaman yang lebih dan membuat
saya percaya diri
0 0 3 15 8
2. Dari buku yang saya baca, saya jadi
bisa mengendalikan diri saya atas apa
yang terjadi dalam hidup saya
0 0 14 11 1
3. Saya merefleksikan suatu bacaan dan
membuat saya dapat menyesuaikan
diri dalam pergaulan
0 1 8 14 3
Jumlah skor No.1 ialah 115/130 X 100% = 88,46%
Pernyataan pertama yang diajukan peneliti ialah ―Membaca membuat saya
memiliki pemahaman yang lebih dan membuat saya percaya diri‖. Pada pernyataan
ini terdapat 8 siswa yang memilih sangat setuju dan 15 siswa memilih setuju. Artinya,
23 siswa (88,46%) memiliki sikap positif terhadap kemampuan membacanya,
membuat mereka memiliki pemahaman yang lebih dan membuat percaya diri. Namun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
masih terdapat 3 siswa (11,54%) yang memilih netral, masih belum memiliki rasa
percaya diri atas apa yang mereka baca.
Jumlah skor No.2 ialah 91/130 X 100% = 70.00%
Pernyataan kedua yaitu ―Dari buku yang saya baca, saya jadi bisa
mengendalikan diri saya atas apa yang terjadi dalam hidup saya‖. Terdapat 1 siswa
yang memilih sangat setuju dan 11 siswa yang memilih setuju. Artinya, 12 siswa
(46,15%) memiliki sikap positif dan menganggap mereka dapat mengendalikan diri
mereka dan mengambil manfaat dari membaca buku. Namun, 14 siswa (53,85)
lainnya memilih netral dan belum bisa menentukan apakah buku yang dibaca bisa
mengendalikan diri mereka atau tidak.
Jumlah skor No.3 ialah 97/130 X 100% = 74,61%
Pernyataan ketiga ialah ―Saya merefleksikan suatu bacaan dan membuat saya
dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan‖. Terdapat 3 siswa yang memilih sangat
setuju dan 14 siswa memilih setuju. Artinya, 17 siswa (65,38%) mampu
memperlihatkan sikap positif yang diambil dari buku bacaan. Namun, terdapat 1
siswa (3,85) yang memilih tidak setuju. Artinya, siswa tersebut masih belum mampu
mengambil manfaat bacaan yang dibaca. Selanjutnya, terdapat 8 siswa (30,77%) yang
masih menunjukkan sikap netral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
4.1.2.2.1.4 Pengetahuan/Pengalaman
Aspek pengetahuan/pengalaman menjadi salah satu aspek pada faktor internal.
Aspek ini memiliki dua pernyataan, yaitu (1) Membaca membuat saya mengetahui
informasi baru dan (2) Membaca membuat saya lebih pintar. Berdasarkan hasil yang
didapat, aspek ini termasuk pada aspek yang mempengaruhi kemampuan membaca
kritis. Untuk mengetahui perhitungannya, silakan lihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Pengetahuan/Pengalaman
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Membaca membuat saya
mengetahui informasi baru
0 2 0 10 14
2. Membaca membuat saya lebih pintar 0 0 2 15 9
Jumlah skor No.1 ialah 114/130 X 100% = 87,77%
Pernyataan pertama mengenai pengetahuan/pengalaman ialah ―Membaca
membuat saya mengetahui informasi baru‖. Berdasarkan data, terdapat 14 siswa yang
memilih sangat setuju dan 10 siswa memilih setuju. Artinya, 24 siswa (92,30%)
memiliki sikap positif terhadap bacaan yang dibacanya. Mereka sudah mampu
mengadopsi informasi baru dan membandingkan dengan informasi lamanya. Namun,
masih terdapat 2 siswa (7,70) yang memilih tidak setuju dan termasuk pada sikap
negatif. Artinya, siswa tersebut belum mampu membandingkan pengetahuan lamanya
dengan pengetahuan barunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Jumlah skor No.2 ialah 111/130 X 100% = 85,38%
Pernyataan kedua ialah ―Membaca membuat saya lebih pintar‖. Terdapat 9
siswa yang memilih sangat setuju dan 15 siswa memilih setuju atas pernyataan
tersebut. Artinya, terdapat 24 siswa (92,30%) memiliki sikap positif dan menganggap
membaca membuatnya memiliki pengetahuan yang lebih dibanding yang lain.
Namun, masih terdapat 2 siswa (7,70%) yang memilih netral dan belum memiliki
kesadaran bahwa membaca membuatnya memiliki pengetahuan yang lebih.
4.1.2.2.1.5 Kebermanfaatan
Aspek selanjutnya ialah kebermanfaatan. Aspek ini memiliki tiga pernyataan,
yaitu (1) Saya merasakan manfaat dari membaca, (2) Terkadang saya membuktikan
kebenaran atas apa yang saya baca, dan (3) Membaca pelajaran yang akan saya
pelajari di sekolah membuat saya lebih mengetahui apa yang akan dipelajari guru
keesokan hari. Untuk melihat lebih lanjut pengaruh aspek kebermanfaatan pada
kemampuan membaca kritis, berikut adalah hasil perhitungan kuesioner faktor
internal kebermanfaatan.
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kebermanfaatan
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Saya merasakan manfaat dari
membaca
0 0 3 12 11
2. Terkadang saya membuktikan
kebenaran atas apa yang saya baca
0 1 8 14 3
3. Membaca pelajaran yang akan saya 1 1 8 12 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
pelajari di sekolah membuat saya
lebih mengetahui apa yang akan
dipelajari guru keesokan hari
Jumlah skor No.1 ialah 112/130 X 100% = 86,15%
Pernyataan yang terdapat pada aspek kebermanfaatan ada tiga, yang pertama
ialah ―Saya merasakan manfaat dari membaca‖. Berdasarkan data, terdapat 11 siswa
memilih sangat setuju dan 12 siswa memilih setuju. Artinya, terdapat 23 siswa
(88,46%) memiliki sikap postif dan merasakan manfaat membaca itu sangat penting.
Namun, masih ada 3 siswa (11,54%) yang memilih netral dan belum merasakan
manfaat membaca.
Jumlah skor No.2 ialah 67/130 X 100% = 51,54%
Pernyataan kedua ialah ―Terkadang saya membuktikan kebenaran atas apa
yang saya baca‖. Terdapat 3 siswa yang memilih sangat setuju dan 14 siswa memilih
setuju. Artinya, terdapat 17 siswa (65,38%) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
melalui membaca dan membuktikan kebenarannya, sikap positif sudah terlihat atas
apa yang mereka pilih. Selain itu, terdapat 1 siswa (3,85%) yang memilih tidak setuju
dan belum membuktikan kebenaran atas apa yang ia baca. Lalu, terdapat 8 siswa
(30,77%) yang lebih memilih netral.
Jumlah skor No.3 ialah 95/130 X 100% = 70,07%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Pernyataan ketiga ialah ―Membaca pelajaran yang akan saya pelajari di
sekolah membuat saya lebih mengetahui apa yang akan dipelajari guru keesokan
hari‖. Berdasarkan data, terdapat 4 siswa yang memilih sangat setuju dan 12 siswa
memilih setuju. Artinya, 16 siswa (61,54%) menunjukkan sikap postif dengan
membaca pelajaran yang akan dipelajari esok hari. Namun, masih ada 1 siswa yang
memilih tidak setuju dan 1 siswa yang memilih sangat tidak setuju. Artinya, 2 siswa
(7,69%) tersebut memiliki sikap negatif terhadap manfaat membaca pelajaran
sebelum materi tersebut diberikan oleh guru. Selain itu, masih ada 8 siswa (30,77%)
yang memilih netral.
4.1.2.2.1.6 Fisiologis
Faktror internal fisiologis menjadi salah satu faktor kemampuan membaca
kritis. Aspek ini memiliki dua pernyataan, yaitu (1) Saya malas membaca bila sedang
sakit dan (2) Saat mata terasa lelah saya berhenti membaca sejenak. Pada aspek ini
siswa memiliki skor yang cukup tinggi. Untuk mengetahui perhitungannya, silakan
lihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Fisiologis
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Saya malas membaca bila sedang sakit 1 1 7 10 7
2. Saat mata terasa lelah saya berhenti
membaca sejenak
0 1 3 14 8
Jumlah skor No.1 ialah 99/130 X 100% = 76,15%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Pernyataan pertama mengenai aspek fisiologi ialah ―Saya malas membaca bila
sedang sakit‖. Terdapat 7 siswa memilih sangat setuju dan 10 siswa memilih setuju.
Artinya, ada 17 siswa (65,39%) yang memiliki sikap positif, mereka mengutamakan
kesehatan terlehih dahulu, apabila mereka sehat kembali mereka bisa melanjutkan
kegiatan membacanya. Selain itu, terdapat 1 siswa memilih tidak setuju dan 1 siswa
memilih sangat tidak setuju. Artinya, 2 siswa (7,69%) memiliki motivasi yang tinggi,
namun menunjukkan sikap negatif karena tidak mementingkan kesehatan diri sendiri.
Ada juga siswa yang memilih netral sebanyak 7 siswa (26,92%).
Jumlah skor No.2 ialah 106/130 X 100% = 81,54%
Pernyatan kedua berkaitan dengan aspek fisiologis ialah ―Saat mata terasa
lelah saya berhenti membaca sejenak‖. Berdasarkan data, terdapat 8 siswa yang
memilih sangat setuju dan 14 siswa yang memilih setuju. Artinya, 22 siswa (84,61%)
sudah mampu menunjukkan sikap positifnya dengan mementingkan kesehatan mata
terlebih dahulu. Memang ada baiknya bila mata lelah maka harus diistirahatkan
terlebih dahulu agar mata segar kembali. Namun, masih ada juga siswa yang memilih
tidak setuju sebanyak 1 siswa (3,85%). Artinya, dia masih belum bisa menentukan
perawatan bagi kesehatan matanya sendiri dan masih menunjukkan sikap negatif
karena mengabaikan kesehatan mata. Selain itu, terdapat siswa yang menunjukkan
sikap netral sebanyak 3 siswa (11,54%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
4.1.2.2.1.7 Inteligensi
Aspek selanjutnya dari faktor internal ialah inteligensi. Aspek ini memiliki
dua pernyataan, yaitu (1) Membaca membuat saya mengetahui banyak hal dibanding
teman yang lain dan (2) Saya dapat mengambil pesan dari bacaan yang saya baca dan
merefleksikannya pada diri saya. Berdasarkan hasil yang didapat, inteligensi
termasuk dalam kategori kuat. Berikut adalah hasil perhitungan kuesioner faktor
internal inteligensi.
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Inteligensi
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Membaca membuat saya
mengetahui banyak hal dibanding
teman yang lain
0 0 9 13 4
2. Saya dapat mengambil pesan dari
bacaan yang saya baca dan
merefleksikannya pada diri saya
0 1 9 12 4
Jumlah skor No.1 ialah 99/130 X 100% = 76,15%
Pernyataan pertama yang berkaitan dengan aspek inteligensi ialah ―Membaca
membuat saya mengetahui banyak hal dibanding teman yang lain‖. Berdasarkan hasil,
terdapat 4 siswa yang memilih sangat setuju dan 13 siswa yang memilih setuju.
Artinya, sebanyak 17 siswa (65,38%) menunjukkan sikap positif, karena dengan
membaca ia bisa memiliki pengetahuan yang lebih. Selain itu, 9 siswa (34,62%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
memilih netral karena tidak menyadari kegunaan membaca untuk pengetahuannya
selama ini.
Jumlah skor No.2 ialah 97/130 X 100% = 74,61%
Pernyataan kedua berkaitan dengan inteligensi ialah ―Saya dapat mengambil
pesan dari bacaan yang saya baca dan merefleksikannya pada diri saya‖. Menurut
data yang didapat, sebanyak 4 siswa memilih sangat setuju dan 12 siswa memilih
setuju. Artinya, sebanyak 16 siswa (61,53%) memunjukkan sikap positif dan sudah
dapat mengambil pesan atas apa yang dibacanya dan direfleksikannya pada
kehidupan sehari-hari. Namun, masih ada 1 siswa (3,85%) yang memilih tidak setuju
atas pernyataan tersebut. Artinya, siswa itu masih belum bisa mengambil pesan atas
apa yang dibacanya dan menunjukkan sikap negatif. Selanjutnya, masih terdapat 9
siswa (34,62%) yang menunjukkan sikap netral.
4.1.2.2.1.8 Kompetensi Kebahasaan
Kompetensi kebahasaan memiliki nilai yang cukup tinggi berdasarkan hasil
yang sudah dianalisis. Kompetensi kebahasaan memiliki dua pernyataan, yaitu (1)
Membaca membuat saya memiliki kosakata yang lebih baik dan (2) Saya belajar
kata-kata baru dari membaca. Berikut adalah hasil perhitungan kuesioner faktor
internal kompetensi kebahasaan setelah dianalisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kompetensi Kebahasaan
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Membaca membuat saya memiliki
kosakata yang lebih baik
0 0 4 14 8
2. Saya belajar kata-kata baru dari
membaca
0 1 1 15 9
Jumlah skor No.1 ialah 108/130 X 100% = 83,07%
Pernyataan pertama berdasarkan aspek kompetensi kebahasaan ialah
―Membaca membuat saya memiliki kosakata yang lebih baik‖. Berdasarkan data,
siswa yang memilih sangat setuju terdapat 8 siswa dan yang memilih setuju terdapat
14 siswa. Artinya, terdapat 22 siswa (84,61%) memiliki sikap positif dan
menganggap bahwa membaca dapat membuatnya memiliki kosakata yang lebih baik
dari sebelumnya. Selain itu, ada 4 siswa (15,39%) yang memilih netral karena
mereka belum dapat menentukan sikapnya.
Jumlah skor No.2 ialah 110/130 X 100% = 84,61%
Pernyataan kedua ialah ―Saya belajar kata-kata baru dari membaca‖. Terdapat
9 siswa memilih sangat setuju dan 15 siswa memilih setuju. Artinya, terdapat 24
siswa (92,30%) menyatakan bahwa membaca dapat membuatnya memiliki kata-kata
baru dan menunjukkan sikap positif. Namun, masih terdapat 1 siswa (3,85%) yang
memilih tidak setuju dalam hal ini. Artinya, siswa tersebut masih menunjukkan sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
negatif dan belum bisa mengambil manfaat membaca berdasarkan kompetensi
kebahasaannya. Selain itu, terdapat 1 siswa (3,85%) yang masih menunjukkan sikap
netral.
4.1.2.2.1.9 Kebiasaan Membaca
Aspek selanjutnya ialah kebiasaan membaca. Aspek kebiasaan membaca
memiliki dua pernyataan, yaitu (1) Saya dibiasakan membaca oleh keluarga sejak
kecil dan (2) Saya biasa membaca bacaan melalui internet, bukan buku. Untuk
melihat hasil perhitungan kuesioner faktor internal kebiasaan membaca, silakan lihat
tabel di bawah ini.
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kebiasaan Membaca
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Saya dibiasakan membaca oleh
keluarga sejak kecil
1 3 11 8 3
2. Saya biasa membaca bacaan melalui
internet, bukan buku
0 1 12 11 2
Jumlah skor No.1 ialah 87/130 X 100% = 66,92%
Berdasarkan aspek kebiasaan membaca, peneliti memberikan pernyataan
pertama yaitu ―Saya dibiasakan membaca oleh keluarga sejak kecil‖. Berdasarkan
data, terdapat 3 siswa yang memilih sangat setuju dan 8 siswa memilih setuju.
Artinya, sebanyak 11 siswa (42,31%) dibiasakan membaca sedari dini oleh
keluarganya dan hal tersebut termasuk ke dalam hal positif. Namun, terdapat juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
siswa yang memilih tidak setuju sebanyak 3 siswa dan sangat tidak setuju sebanyak 1
siswa. Artinya, 4 siswa (15,38%) tidak dibiasakan membaca sejak dini oleh keluarga
mereka dan hal tersebut termasuk ke dalam hal negatif. Selain itu, terdapat 11 siswa
(42,31%) yang menunjukkan sikap netral.
Jumlah skor No.2 ialah 92/130 X 100% = 70,77%
Pernyataan kedua berdasarkan aspek kebiasaan membaca, yaitu ―Saya biasa
membaca bacaan melalui internet, bukan buku‖. Berdasarkan data, terdapat 2 siswa
yang memilih sangat setuju dan 11 siswa memilih setuju. Artinya, sebanyak 13 siswa
(50,00%) biasa membaca melalui internet. Hal tersebut dapat dikategorikan sebagai
sikap negatif. Selain itu, hanya ada 1 siswa (3,85%) yang memilih tidak setuju.
Artinya, ia biasa membaca melalui buku dan hal tersebut merupakan hal positif. Lalu
sisanya, sebanyak 12 siswa (46,15%) memilih netral, mereka mungkin saja biasa
membaca melalui buku maupun internet.
4.1.2.2.1.10 Kemampuan Menyesuaikan Strategi Membaca dengan Konsisi Baca
Aspek terakhir pada faktor internal ialah kemampuan menyesuaikan strategi.
Pada aspek ini terdapat dua pernyataan, yaitu (1) Saya sudah tahu letak informasi
bacaan sesuai dengan jenis bacaan dan (2) Saya tidak membaca keseluruhan isi
bacaan, saya hanya menentukan satu titik permasalahan pada isi bacaan. Untuk
mengetahui bagaimana hasil perhitungannya, silakan lihat tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kemampuan Menyesuaikan Strategi Baca
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Saya sudah tahu letak informasi
bacaan sesuai dengan jenis bacaan
0 2 13 11 0
2. Saya tidak membaca keseluruhan isi
bacaan, saya hanya menentukan satu
titik permasalahan pada isi bacaan
0 8 11 6 1
Jumlah skor No.1 ialah 87/130 X 100% = 66,92%
Berdasarkan aspek kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan
konsisi baca, terdapat dua pernyataan, pernyataan pertama ialah ―Saya sudah tahu
letak informasi bacaan sesuai dengan jenis bacaan‖. Terdapat 11 siswa (42,31%)
memilih setuju. Artinya, siswa tersebut memiliki sikap positif karena sudah mampu
mengetahui letak informasi bacaan, kemampuan tersebut dapat dikembangkan karena
kebiasaan membaca. Selain itu, terdapat 2 siswa (7,69%) yang memilih tidak setuju.
Artinya, siswa tersebut masih belum mampu menentukan informasi bacaan sesuai
jenis bacaan, hal tersebut bisa saja dikarenakan oleh jarangnya membaca dan hal itu
termasuk dalam kategori negatif. Lalu, terdapat 13 siswa (50,00%) masih memilih
netral.
Jumlah skor No.2 ialah 78/130 X 100% = 60,00%
Pernyataan kedua yang diajukan ialah ―Saya tidak membaca keseluruhan isi
bacaan, saya hanya menentukan satu titik permasalahan pada isi bacaan‖.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Berdasarkan data, terdapat 1 siswa memilih sangat setuju dan 6 siswa memilih setuju.
Artinya, sebanyak 7 siswa (26,92%) sudah dapat menentukan bagian-bagian yang
harus dibaca agar ia hanya membaca pada titik permasalahan saja namun tetap dapat
mengambil keseluruhan informasi, dan hal tersebut termasuk dalam sikap positif.
Selain itu, terdapat 8 siswa (30,77%) yang memilih tidak setuju. Artinya, siswa
tersebut masih belum bisa menentukan titik permasalahan dan harus membaca
keseluruhan isi, hal tersebut termasuk dalam hal negatif. Lalu, sebagian besar yaitu 11
siswa (42,31%) memilih netral.
4.1.2.2.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal dalam kuesioner minat baca terdapat empat aspek, yaitu (1)
suasana lingkungan, (2) faktor lingkungan: latar belakang sosial ekonomi, (3)
berkaitan dengan teks, dan (4) jadwal baca. Di bawah ini terdapat hasil perhitungan
pada setiap aspek kuesioner minat baca faktor eksternal.
4.1.2.2.2.1 Suasana Lingkungan: Pencahayaan Ruangan yang Kurang Memadai
Suasana lingkungan khusunya cahaya menjadi kendala bagi kemampuan
membaca kritis. Pada aspek ini terdapat dua pernyataan, yaitu (1) Saya membaca
hanya pada siang hari karena pencahayaannya yang bagus dan (2) Walaupun sudah
ada lampu yang menerangi, saya tetap kesulitan membaca karena kurang cahaya.
Berdasarkan data yang sudah diolah, aspek ini kurang memengaruhi kemampuan
membaca kritis. Untuk mengetahui bagaimana perhitungannya, silakan lihat tabel di
bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal
Suasana Lingkungan
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Saya membaca hanya pada siang hari
karena pencahayaannya yang bagus
1 12 13 0 0
2. Walaupun sudah ada lampu yang
menerangi, saya tetap kesulitan
membaca karena kurang cahaya
3 18 4 1 0
Jumlah skor No.1 ialah 64/130 X 100% = 49,23%
Setelah mengetahui hasil kuesioner berdasarkan faktor internal, maka saat ini
peneliti akan membahas hasil kuesioner faktor eksternal. Aspek dalam faktor
eksternal yang pertama ialah aspek suasana lingkungan: pencahayaan ruangan yang
kurang memadai. Terdapat dua pernyataan dalam aspek tersebut, pernyataan pertama
ialah ―Saya membaca hanya pada siang hari karena pencahayaannya yang bagus‖.
Berdasarkan hasil yang didapat, tak ada satu pun siswa yang memilih sangat setuju
maupun setuju, hanya ada 12 siswa yang memilih tidak setuju dan 1 siswa yang
memilih sangat tidak setuju. Artinya, sebanyak 13 siswa (50%) tidak keberatan
membaca pada malam hari karena membaca dapat dibantu menggunakan lampu, hal
ini dapat dikatakan sebagai hal yang positif. Namun, sebagian dari keseluruhan siswa,
yaitu 13 siswa (50%) menyatakan netral. Artinya, mereka tidak dapat menentukan
pilihannya.
Jumlah skor No.2 ialah 55/130 X 100% = 42,30%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Pertanyaan kedua untuk aspek yang pertama pada faktor eksternal ialah
―Walaupun sudah ada lampu yang menerangi, saya tetap kesulitan membaca karena
kurang cahaya‖. Berdasarkan data, siswa yang memilih setuju terdapat 1 siswa
(3,85%). Artinya, siswa tersebut bisa saja memiliki penglihatan yang kurang baik,
sekaligus mengingkari pernyataan aspek ini pada nomor satu, hal ini termasuk
kategori yang kurang baik. Namun, terdapat 18 siswa yang memilih tidak setuju dan
3 siswa memilih sangat tidak setuju. Artinya, terdapat 21 siswa (80,77%) tetap dapat
membaca pada malam hari dan merasa tidak begitu terganggu. Selain itu, masih
terdapat siswa yang memilih netral yaitu terdapat 4 siswa (15,38%).
4.1.2.2.2.2 Faktor Lingkungan: Latar Belakang Sosial Ekonomi
Faktor lingkungan menjadi aspek kedua pada faktor eksternal. Pada aspek ini
terdapat dua pernyataan, yaitu (1) Orang tua memberi saya uang untuk membeli buku
walau saya tidak meminta dan (2) Saya menyisihkan uang jajan saya untuk membeli
buku bacaan yang saya sukai. Berikut adalah hasil perhitungan kuesioner faktor
eksteral pada faktor lingkungan.
Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal
Faktor Lingkungan
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Orang tua memberi saya uang untuk
membeli buku walau saya tidak
meminta
0 5 12 5 4
2. Saya menyisihkan uang jajan saya
untuk membeli buku bacaan yang
saya sukai
2 13 8 2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Jumlah skor No.1 ialah 86/130 X 100% = 66,15%
Pernyataan pada aspek faktor lingkungan: latar belakang sosial ekonomi
terdapat dua, yang pertama ialah ―Orang tua memberi saya uang untuk membeli buku
walau saya tidak meminta‖. Terdapat 4 siswa memilih sangat setuju dan 5 siswa
memilih setuju dengan pernyataan ini. Artinya, sebanyak 9 siswa (34,62%)
menunjukkan sikap positif dari kedua orangtuanya. Orangtua siswa mengetahui
bahwa membaca buku sangatlah penting untuk pemahaman siswa di luar maupun
dalam sekolah. Sebanyak 5 siswa (19,23%) menjawab tidak setuju. Artinya, orangtua
mereka belum menunjukkan sikap positifnya demi menunjang pengetahuan sang anak.
Sisanya, sebanyak 12 siswa (46,15%) memilih netral.
Jumlah skor No.2 ialah 65/130 X 100% = 50,00%
Pernyataan kedua yaitu ―Saya menyisihkan uang jajan saya untuk membeli
buku bacaan yang saya sukai‖. Pernyataan ini dipilih sangat setuju oleh 1 siswa dan
dipilih setuju oleh 2 siswa. Artinya, 3 siswa (11,54%) sudah menunjukkan sikap
positifnya untuk membaca buku bacaan yang ia anggap menarik. Selain itu, masih
juga terdapat sikap negatif dari sebagian besar siswa, yaitu sebanyak 13 siswa
memilih tidak setuju dan 2 siswa memilih sangat tidak setuju. Artinya, 15 siswa
(57,69%) belum menunjukkan sikap positifnya untuk membeli buku bacaan yang ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
anggap sukai. Selain itu, masih ada 8 siswa (30,77%) yang memilih netral dalam
menentukan pilihannya.
4.1.2.2.2.3 Berkaitan dengan Teks: Bahasa, Pilihan Kata, Setting/Tata Tulis,
Keterbacaan, dan Isi Bacaan.
Teks menjadi aspek selanjutnya. Pada aspek ini terdapat tiga pernyataan, yaitu
(1) Kosakata yang sulit membuat saya malas membaca, (2) Tidak semua jenis bacaan
saya baca, karena tulisannya yang tidak saya mengerti, dan (3) Tulisan yang kurang
baik peletakkannya membuat saya bingung pada saat membaca. Aspek ini memiliki
nilai yang cukup baik, untuk lebih lanjutnya silakan lihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal
Berkaitan dengan Teks
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Kosakata yang sulit membuat saya
malas membaca
0 6 9 8 3
2. Tidak semua jenis bacaan saya
baca, karena tulisannya yang tidak
saya mengerti
0 0 8 13 5
3. Tulisan yang kurang baik
peletakkannya membuat saya
bingung pada saat membaca
0 0 4 12 10
Jumlah skor No.1 ialah 86/130 X 100% = 66,15%
Pada aspek yang berkaitan dengan teks: bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis,
keterbacaan, dan isi bacaan, terdapat tiga pernyataan. Pernyataan pertama ialah
―Kosakata yang sulit membuat saya malas membaca‖. Berdasarkan data, terdapat 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
siswa memilih sangat setuju dan 8 siswa memilih setuju. Artinya, terdapat 11 siswa
(42,31%) memiliki sikap negatif, karena tidak mau mencari tahu makna mengenai
kosakata yang sulit tersebut. Namun, masih ada 6 siswa (23,08%) yang memilih tidak
setuju. Artinya, mereka memiliki sikap positif dengan mau mencari makna mengenai
kosakata yang sulit tersebut. Lalu, masih ada 9 siswa (34,61%) yang memilih netral
pada pernyataan ini.
Jumlah skor No.2 ialah 101/130 X 100% = 77,70%
Pada pernyataan kedua ―Tidak semua jenis bacaan saya baca, karena
tulisannya yang tidak saya mengerti‖. Terdapat 5 siswa memilih sangat setuju dan 13
siswa memilih setuju. Artinya, sebanyak 18 siswa (69,23%) menunjukkan sikap
kurang positif, karena tidak mau membaca berbagai jenis bacaan karena tulisannya
yang kurang dimengerti. Sisanya, terdapat 8 siswa (30,77%) memilih netral. Artinya,
tidak ada siswa yang memiliki sikap positif karena tidak mau membaca berbagai jenis
bacaan karena tulisannya kurang dimengerti.
Jumlah skor No.3 ialah 110/130 X 100% = 84,61%
Pernyataan ketiga pada aspek ini ialah ―Tulisan yang kurang baik
peletakkannya membuat saya bingung pada saat membaca‖. Untuk pernyataan ini,
terdapat 10 siswa memilih sangat setuju dan 12 siswa memilih setuju. Artinya,
sebanyak 22 siswa (84,62%) tidak menyukai bacaan yang peletakkannya kurang baik
atau tidak teratur. Ini menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap positif karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
peletakkan tulisan juga termasuk ke dalam bagian keefektifan saat membaca. Namun,
masih terdapat 4 siswa (15,38%) yang memilih netral.
4.1.2.2.2.4 Jadwal Baca
Jadwal baca menjadi aspek terkahir pada kuesioner minat baca faktor
eksternal. Pada aspek ini terdapat satu pernyataan yaitu ―Saya selalu menyempatkan
diri membaca walaupun hanya memiliki waktu sedikit‖. Berdasarkan hasil yang
didapat, aspek ini memiliki skor yang cukup baik. Berikut hasil perhitungan
kuesioner faktor eksternal jadwal baca.
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal
Jadwal Baca
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(S)
5
(SS)
1. Saya selalu menyempatkan diri
membaca walaupun hanya
memiliki waktu sedikit
1 4 6 11 4
Jumlah skor No.1 ialah 91/130 X 100% = 70,00%
Aspek terakhir yang berkaitan dengan faktor eksternal ialah jadwal baca.
Pernyataan mengenai jadwal baca hanya terdapat satu pernyataan yaitu ―Saya selalu
menyempatkan diri membaca walaupun hanya memiliki waktu sedikit‖. Pada
pernyataan ini, terdapat 4 siswa memilih sangat setuju dan 11 siswa memilih setuju.
Artinya, terdapat 15 siswa (57,69%) memiliki sikap positif dalam mengatur pola
membacanya. Mereka meluangkan waktunya untuk membaca di sela-sela
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
kesibukannya sebagai siswa. Lalu, ada juga siswa yang memilih tidak setuju yaitu 4
siswa dan sangat tidak setuju sebanyak 1 siswa. Artinya, terdapat 5 siswa (19,23%)
yang memiliki sikap negatif. Mereka tidak mau menyempatkan dirinya untuk
membaca walau hanya sedikit saja. Sisanya, terdapat 6 siswa (23,07%) yang memilih
netral.
Setelah mengetahui jumlah skor per pernyataan, maka kita lihat analisis faktor
internal dan eksternal berikut ini:
Tabel 4.26 Hasil Analisis Kuesioner Faktor Eksternal dan Internal
No. Aspek Jumlah
Pernyataan
Hasil Persentase
(Jumlah Skor
dibagi Jumlah
Pernyataan)
Kategori
Faktor Internal
1. Motivasi 2 53,46% Cukup
2. Minat 2 83,46% Sangat
Kuat
3. Kematangan sosio dan
emosi serta penyesuaian
diri: Stabilitas emosi,
percaya diri, dan
kemampuan beradaptasi
dalam kelompok
3 77,69% Kuat
4. Pengetahuan/pengalaman 2 86,57% Sangat
Kuat
5. Kebermanfaatan 3 69,25% Kuat
6. Fisiologis 2 78,84% Kuat
7. Inteligensi 2 75,38% Kuat
8. Kompetensi kebahasaan 2 83,84% Sangat
Kuat
9. Kebiasaan membaca 2 68,84% Kuat
10. Kemampuan
menyesuaikan strategi
membaca dengan kondisi
baca
2 63,46%
Kuat
Faktor eksternal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
1. Suasana lingkungan:
pencahayaan, ruangan
yang kurang memadai
2 45,76% Cukup
2. Faktor lingkungan: latar
belakang sosial ekonomi
2 58,07% Cukup
3. Berkaitan dengan teks:
bahasa, pilihan kata,
setting/tata tulis,
keterbacaan, dan isi
bacaan.
3 76,15% Kuat
4. Jadwal baca 1 70,00 Kuat
Jadi, jumlah persentase faktor internal dalam memengaruhi kemampuan
membaca siswa kritis siswa ialah sebesar 74,10% (Kuat) dan faktor eksternal dalam
memengaruhi kemampuan membaca kritis siswa ialah sebesar 62,49% (Kuat). Faktor
internal lebih banyak memengaruhi kemampuan membaca kritis siswa dibandingkan
dengan faktor eksternal. Faktor internal yang sangat memengaruhi kemampuan
membaca kritis ialah minat, pengetahuan/pengalaman, dan kompetensi kebahasaan.
4.1.2.3 Wawancara
Wawancara yang digunakan oleh peneliti ialah wawancara bebas terpimpin,
artinya responden diberi kebebasan menjawab sesuai dengan pendapatnya, namun
responden tetap menjawab sesuai dengan pertanyaan yang sudah disediakan. Dalam
wawancara ini, peneliti mewawancarai siswa yang termasuk dalam kategori
kelompok tinggi sebanyak lima orang dan satu orang yang memiliki nilai kuesioner
paling tinggi.
Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 07.15-08.45.
Pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti dapat dilihat pada Lampiran 4. Namun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
secara garis besar peneliti menanyakan mengenai jenis bacaan, kebiasaan membaca,
dan pengalaman membaca siswa. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dengan
siswa.
Tabel 4.27 Hasil Wawancara Siswa
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah
Anda suka
membaca?
Apakah
menurut
Anda
membaca itu
penting?
Amel: Aku suka baca novel. Aku tidak begitu suka baca
koran dan buku pelajaran. Membaca penting tapi malas.
Baca novel saja informasinya banyak, jadi tahu harus
bagaimana menghadapi masalah, dan kalau koran malas
buka halaman berikutnya karena terlalu besar dan tidak
efisien.
Gupita: Saya suka baca, tetapi tergantung bacaan, bila
bacaannya menambah referensi, saya suka. Membaca itu
penting. Kalau tidak membaca, tidak tahu apa-apa dan kalau
mau berbicara dengan teman juga kan harus ada referensi
bacaan.
Dewi: Sebenarnya suka, hanya saja tergantung mood, bagus
atau tidak. Kalau materi atau tema menarik aku suka, tetapi
kalau buku pelajaran tidak terlalu suka karena materinya
kurang menarik. Membaca itu penting untuk menambah
informasi.
Elsina: Suka, tetapi tidak suka buku pelajaran. Lebih suka
novel daripada buku pelajaran. Membaca penting sekali,
kalau tidak membaca buku, tidak mendapat ilmu tambahan.
Faisal: Suka. Membaca itu penting. Dari kecil saya
dibiasakan suka baca.
Fahmi: Saya suka baca, menambah informasi dan ilmu,
wawasan juga jadi luas. Menurut saya membaca penting dan
ada hiburan juga.
2. Apakah
Anda tertarik
pada suatu
jenis bacaan
tertentu?
Amel: Semua novel suka, komik suka. Lebih suka membaca
buku fiksi, lebih menarik, seperti sedang nonton film. Lebih
suka baca novelnya daripada nonton filmnya. Lebih asli
cerita yang dibuku daripada yang di film. Lebih suka baca
dibuku daripada di internet. Beda rasanya, beda sensasinya.
Gupita: Lebih suka nonfiksi daripada fiksi. Kalau nonfiksi
itu lebih ke lingkungan dan di sekitar dan lebih banyak
manfaatnya. Saya suka bacaan politik dan ilmu pengetahuan
umum, namun lebih menjurus ke sosial dan statistik. Kalau
novel kurang suka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Dewi: Tidak memilih satu jenis bacaan, semua bacaan suka
asalkan materi atau isinya menarik. Tergantung isi dan tema.
Lalu, apakah inti ceritanya bisa membuat motivasi untuk
saya atau tidak.
Elsina: Tertarik pada novel, khususnya yang bertema heorik
dan penyelamatan. Sebenarnya, pertamanya aku lihat film,
terus akhirnya aku coba baca novelnya yang bertema heorik,
akhirnya sampai sekarang suka.
Faisal: Saya suka bacaan dengan tema otomotif dan
kedokteran. Lebih suka membaca artikel karena banyak tema
yang sesuai dengan kesukaan, namun terkadang membaca
novel juga asalkan dengan tema yang disukai. Berita juga
suka up-date di internet, buku, maupun TV, tapi sesuai
dengan tema yang disukai.
Fahmi: Saya suka novel dan ilmu pengetahuan. Untuk jenis
bacaan sebenarnya tidak dibatasi, hanya saja tema dan materi
kalau bisa yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
3. Apa yang
menjadi
motivasi
Anda dalam
membaca?
Amel: Asik aja. Lebih suka cari informasi dari novel.
Motivasi datang dari teman dan bapak. Diberitahu bapak,
selalu diberi saran oleh bapak dan melihat teman yang gemar
membaca novel jadi aku mengikuti dia. Memuaskan diri
saja.
Gupita: Mendapatkan informasi tambahan. Sudah dibiasakan
dari kecil, jadi sudah terbiasa. Ingin seperti orang lain yang
mendapatkan informasi dari buku bacaan.
Dewi: Karena suka membeli buku. Jadi, harus dibaca. Kalau
bukunya menarik saya baca lagi.
Elsina: Motivasi saya membaca novel karena di akhir cerita
selalu ada motivasi untuk pembaca. Lalu juga orang tua
selalu menyuruh membaca, seperti dibelikan kamus
grammar untuk bahasa Inggris dan lainnya.
Faisal: Dari kecil selalu dibelikan buku oleh Eyang, dengan
iming-iming dibelikan makanan enak kalau sudah selesai
membaca buku yang dibelikan. Sekarang jadi terbiasa
membaca, jadi suka membeli buku sendiri. Berasal dari buku
bacaan yang saya baca, saya sekarang bisa menulis artikel
yang dipublikasikan melalui sebuah blog.
Fahmi: Membaca agar lebih baik daripada teman dalam hal
pelajaran. Lalu juga selalu diingatkan untuk membaca oleh
Papa. Selagi kecil selalu diberikan buku oleh Eyang, namun
sekarang oleh Papa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
4. Apakah
Anda
meluangkan
waktu untuk
membaca?
Kapan itu
dilakukan?
Amel: Iya, saat main HP. Kalau di rumah sepi tidak ada
kerjaan, membaca buku. Lalu sebelum tidur, agar cepat
ngantuk.
Gupita: Pada saat mau tidur dan di pagi hari. Kalau pagi hari,
biasanya di kamar mandi sambil mencari berita terbaru
menggunakan bantuan internet dan tergantung bacaan sesuai
minat. Untuk malam hari, biasanya menggunakan buku,
bahan bacaan yang dibaca biasanya berkaitan dengan
lingkungan sosial.
Dewi: Tidak terlalu sering meluangkan waktu untuk
membaca. Kalau ada berita terbaru, maka baru membaca,
dan kalau ada waktu luang baru membaca.
Elsina: Pada saat istirahat di sekolah, kalau tidak ingin jajan
maka membaca novel. Selain itu, kalau sudah mengerjakan
tugas maka suka membaca, baca buku apa saja yang ada di
meja belajar.
Faisal: Tidak menentu, tergantung waktu luang. Kalau sudah
ada waktu luang, nanti akan membaca materi yang saya
inginkan.
Fahmi: Biasanya saya membaca buku pada saat malam
setelah belajar.
5. Apakah
tulisan yang
kurang
dimengerti
membuat
Anda enggan
membaca?
Kenapa?
Amel: Kalau terlalu rumit, saya tinggalkan saja. Tapi kalau
tema atau materinya saya suka, saya akan cari.
Gupita: Kalau materi atau judul yang dibaca menarik, tulisan
yang kurang dimengerti akan dicari sampai tertemu. Pada
saat menemukan bagian yang sulit dimengerti tersebut, maka
pengetahuan akan lebih berkembang.
Dewi: Tidak akan dicari, malas. Kalau tidak mengerti yang
sudah tinggalkan saja. Namun, kalau ada kata yang jarang
didengar karena penasaran baru dicari, tergantung ada waktu
luang untuk mencari atau tidak.
Elsina: Semakin tidak mengerti maka akan semakin dicari.
Penasaran yang tinggi membuat saya ingin memecahkan rasa
penasaran itu sendiri.
Faisal: Akan terus mencari. Biasanya mencari tahu ke teman
atau internet karena penasaran dan rasa ingin tahu tinggi.
Fahmi: Terkadang ditinggalkan, karena bahasa terbelit-belit.
Apalagi novel yang bertema detektif atau petualangan yang
bahasanya berbelit-belit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
6. Apakah
keluarga
memberi
dana khusus
untuk
membeli
buku
bacaan?
Amel: Bapak yang biasa memberi uang. Semua kegiatan
membaca bapak yang mendukung dan menyuruh, jadi
kadang bapak yang langsung memberi uang untuk mebeli
buku.
Gupita: Kalau meminta buku pasti selalu diberi. Namun,
dahulu sewaktu masih di Sekolah Dasar, selalu dibelikan
buku tanpa diminta.
Dewi: Biasanya meminta untuk dibelikan, namun terkadang
juga membeli sendiri. Kalau dibelikan buku harus dibaca
sampai habis.
Elsina: Tanpa diminta langsung diberi uang untuk memberi
buku. Terkadang juga minta dan langsung diberi. Setelah itu
ada tuntutan untuk dibaca. Saya sudah biasa membaca
karena dari SD sering ke Perpustakaan sekolah, jadi karena
sudah tahu kebiasaan saya, orang tua terkadang sudah
menyiapkan buku untuk saya baca.
Faisal: Terkadang langsung diberi tanpa diminta, terkadang
juga saya yang meminta.
Fahmi: Biasanya saya yang meminta, baru nanti diberi.
7. Apakah
menurut
Anda
kegiatan
membaca
memberi
manfaat
tertentu?
Amel: Memberi manfaat sekali. Kalau kita ada masalah lalu
dalam buku atau novel yang kita baca ada permasalahan
yang hampir serupa, biasanya saya menyelesaikannya sesuai
dengan buku bacaan.
Gupita: Sangat memberi manfaat. Contohnya, pada saat
menghadiri forum-forum, pasti butuh referensi untuk
informasi yang dibutuhkan. Saya ingin lebih pandai dari
sebelumnya, maka buku pelajaran pun pasti dibaca
khususnya PKN, Ekonomi, Matematika, dan Olahraga atau
sesuai materi yang disukai.
Dewi: Menambah informasi. Kalau diberi pilihan lebih
memilih buku pelajaran dan sosial, ada ilmu baru yang bisa
diterapkan di lingkungan sekitar. Kalau hanya novel tentang
percintaan, nanti manfaatnya hanya itu-itu saja.
Elsina: Ada, karena kalau membaca dapat pengetahuan,
dapat wawasan yang lebih luas, dan dapat informasi baru.
Selain itu juga bila ada masalah bisa tahu bagaimana cara
menyelesaikannya melalui bacaan yang sudah dibaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Faisal: Membaca memberi manfaat yang banyak. Dengan
membaca saya dapat menghasilkan uang. Setelah saya
membaca artikel tentang mesin baru, saya salurkan itu
melalui blog yang memuat tulisan saya. Kalau apa yang saya
tulis belum banyak diketahui orang lain, nanti bisa diundang
ke sebuh acara otomotif untuk menjelaskan tentang mesin
baru tersebut. Lalu, saya dan tim saya mendapat upah dari
foto mesin.
Fahmi: Menambah informasi dan menghilangkan kejenuhan.
8. Dalam
keadaan
seperti apa
Anda bisa
membaca
dengan baik?
Amel: Sepi. Sendiri sambil mendengarkan musik. Pokoknya
kalau saya belajar, membaca harus sambil mendengarkan
musik. Kalau tidak, akan sulit memahami.
Gupita: Dalam keadaan mau tidur, lalu internet dimatikan.
Asal tidak ada yang mengganggu atau memanggil nama,
maka kegiatan membaca bisa dilakukan di mana pun dan
dalam keadaan apa pun.
Dewi: Dalam keadaan tidak sakit. Kalau sakit, maka susah
untuk masuk ke dalam inti cerita yang dibaca. Lalu juga
dalam keadaan terang.
Elsina: Tergantung mood. Kalau ada waktu luang dan dalam
keadaan senang. Kalau sedang ada pikiran maka membaca
menjadi tidak tenang dan tidak dapat memahami isi, maka
harus dalam keadaan tanpa beban agar bisa memahami isi.
Faisal: Dalam keadaan tidak terlalu sepi dan ramai, yang
penting dalam keadaan ‗saya ingin membaca‘.
Fahmi: Lebih suka membaca di tempat yang enak, tidak
panas dan cahaya yang cukup. Sepi dan ramai tidak jadi
masalah.
Wawancara yang dilakukan pada enam siswa ini sangat membantu peneliti
untuk mencari faktor kemampuan membaca kritis siswa. Menurut data yang didapat,
semua siswa yang diwawancarai suka membaca dengan gayanya masing-masing.
Materi yang dibaca pun beragam, ada yang menyukai novel seperti Amel, Elsina, dan
Fahmi. Ada juga siswa yang lebih menyukai ilmu sosial, pelajaran, dan ilmu praktis
lainnya seperti Gupita, Dewi, dan Faisal. Menurut Amel, membaca novel lebih seru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dan mengasikkan dibandingkan menonton film yang berasal dari novel yang sama.
Hal ini senada dengan Elsina yang ternyata menyukai novel karena melihat salah satu
film yang diadaptasi dari sebuah novel, akhirnya ia tertarik untuk membaca novel
tersebut dan sampai sekarang ketertarikan membaca novel dengan jenis tertentu
masih tertanam.
Siswa yang memiliki perbedaan dalam menyukai jenis bacaan ini ternyata
sebagian besar memiliki pengalaman membaca sedari dini. Siswa bernama Gupita
mengaku selalu dibelikan buku sewaktu sekolah dasar tanpa diminta, lalu Elsina
mengatakan sering pergi ke Perpustakaan untuk membaca sewaktu sekolah dasar,
serta Faisal dan Fahmi yang diperkenalkan membaca oleh Eyangnya. Sama halnya
dengan cerita siswa tadi, Adler dan Doren (2007: 61) mengatakan bahwa untuk
membentuk kebiasaan, tidak ada cara lain kecuali dengan berbuat. Itulah maksud
uangkapan ‗Alah bisa karena biasa‘. Lalu, siswa bernama Amel mengaku selalu
diberi motivasi membaca oleh sang Bapak agar dapat mengetahui informasi lebih
banyak lagi dari membaca dan siswa bernama Dewi yang walaupun tidak mengaku
diberi motivasi membaca oleh keluarga, namun dari cerita yang ia ceritakan
keluarganya sangat mendukung kesukaannya dalam membaca dengan cara
membelikan buku bacaan namun dengan catatatan harus dibaca hingga akhir.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa memang keenam siswa ini
memiliki pengalaman membaca sedari dini dengan cerita yang berbeda-beda.
Motivasi dalam membaca yang dilakukan oleh siswa pun berbeda-beda. Siswa
bernama Amel mengatakan bahwa motivasi membacanya tumbuh karena selalu diberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
dorongan oleh orangtua dan juga sering melihat temannya membaca novel, sehingga
membuatnya tergiur untuk ikut membaca. Selain itu, Gupita mengatakan bahwa
motivasinya ialah untuk mendapat informasi tambahan dari apa yang sudah ia dapat.
Selain itu, ia juga ingin seperti orang lain yang mendapatkan informasi dari buku
bacaan. Berbanding terbalik dengan dua temannya, Dewi mengatakan karena ia suka
membeli buku, jadi motivasi membaca timbul dengan sendirinya. Ada tuntutan
bahwa buku yang sudah dibeli harus dibaca hingga habis.
Berbeda dengan pendapat teman-temannya, Elsina mengatakan bahwa
motivasinya membaca buku khususnya novel ialah karena di akhir cerita selalu ada
motivasi untuk pembaca. Jadi, Elsina selalu menantikan saat ia membaca tulisan
motivasi yang ada dalam buku bacaannya. Siswa yang bernama Faisal mengatakan
bahwa dari kecil sudah dibiasakan membaca oleh Eyangnya dengan diiming-imingi
dibelikan makanan enak bila sudah selesai membaca. Kebiasaan itu akhirnya
berkembang menjadi kelebihan lain, yaitu menulis. Bacaan yang sudah ia baca, ia
tuliskan kembali ke dalam tulisan yang lebih sederhana dan dipublikasikan melalui
sebuah blog. Berbeda dengan yang lainnya, siswa yang bernama Fahmi mengatakan
bahwa membaca dapat membuatnya lebih baik daripada teman-temannya dalam hal
pelajaran. Jadi, Fahmi memiliki motivasi yang lebih dalam hal akademik.
Selain itu, terdapat sebuah keselarasan atas apa yang dilakukan oleh Faisal
dengan penjelasan Tarigan (2008: 1). Tarigan mengatakan bahwa dalam memperoleh
katerampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur:
mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari
sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya
merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal (Tarigan, 2008: 1). Artinya,
empat keterampilan tersebut ialah satu. Melalui sebuah gambar, Tarigan menjelaskan
bahwa keterampilan berbahasa memiliki hubungan satu sama lain. Gambar tersebut
menjelaskan bahwa komunikasi tatap muka dilakukan dengan cara menyimak dan
kemudian dilanjutkan dengan berbicara. Selanjutnya, komunikasi tidak tatap muka
dilakukan dengan membaca dan dilanjutkan dengan menulis (Tarigan, 2008: 2).
Artinya, menulis ialah kemampuan berbahasa tertinggi di antara kemampuan lainnya,
namun kemampuan tersebut tak akan bisa terlaksana bila kemampuan menyimak,
berbicara dan membaca masih kurang.
Selanjutnya percakapan beralih pada jadwal baca yang biasa diterapkan oleh
siswa. Siswa bernama Amel mengatakan bahwa biasa membaca saat sedang bermain
handphone dan sebelum tidur agar cepat mengantuk. Selain Amel, Gupita juga
menceritakan kegiatan membacanya. Selaras dengan Amel, Gupita bercerita bila ia
membaca pada saat akan tidur dan di pagi hari. Pada pagi hari ia akan membaca
dengan bantuan internet untuk melihat kabar berita terbaru, sedangkan pada saat
malam membaca menggunakan buku cetak.
Berbanding terbalik dengan Amel dan Gupita yang menyempatkan diri
membaca secara rutin, Dewi mengaku tidak begitu sering meluangkan waktu untuk
membaca. Ia bercerita, bila ada berita terbaru maka ia akan membaca pada saat ada
waktu luang. Selaras dengan Dewi, Faisal juga bercerita ia akan membaca buku bila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
memiliki waktu luang. Berbanding terbalik dengan Dewi dan Faisal, Elsina
mengatakan bahwa ia akan membaca buku novel pada saat istirahat, kalau tidak ingin
jajan di Kantin. Selain itu, pada malam hari setelah belajar ia akan membaca buku
apa saja yang ada di meja belajarnya. Selaras dengan Elsina, Fahmi pun menyatakan
ia akan membaca buku setelah belajar pada malam hari. Jadi, sebagian besar siswa
memang memiliki jadwal baca sendiri tergantung kebiasaannya dan sesuai dengan
waktu luang yang ada.
Pertanyaan akhirnya beralih pada pemahaman kebahasaan siswa, mengenai
tulisan yang kurang dimengerti, apakah membuat enggan membaca atau tidak? Dan
mengapa? Pertanyaan yang saya tanyakan ternyata dijawab beragam oleh para siswa.
Amel yang memiliki jadwal baca sebelum tidur mengatakan kalau bacaan terlalu
rumit maka ia akan tinggalkan, namun bila materi atau tema yang ia sukai maka ia
akan mencari tahu. Jadi, dapat dilihat bila ada kosakata yang sulit, Amel akan
mencari tahu maknanya, apabila materi atau tema bacaannya ia sukai. Pernyataan
Amel ini selaras dengan Dewi, Dewi mengatakan malas untuk mencari. Namun, bila
ada kata yang jarang ia dengar maka ia akan cari, tetapi tergantung adanya waktu
luang atau tidak. Pernyataan Amel dan Dewi selaras dengan pernyataan Fahmi yang
mengatakan bahwa ia terkadang meninggalkan kosakata yang ia tidak tahu, karena
bahasanya yang berbelit-belit.
Pernyataan tiga siswa ini berbanding terbalik dengan Gupita, Elsina, dan
Faisal. Mereka bertiga mengatakan bila ada kosakata yang sulit maka mereka akan
terus mencari sampai tertemu. Gupita mengatakan akan terus mencari selagi materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
atau judulnya menarik, karena menurutnya menemukan bagian bacaan yang sulit
dimengerti akan menambah pengetahuannya. Lalu, Elsina mengatakan akan terus
mencari karena penasaran, dan ingin memecahkan rasa penasaran itu sendiri. Selaras
dengan Elsina, Faisal mengatakan bahwa ia akan terus mencari tahu, karena
penasaran yang tinggi. Ia akan mencari tahu pada teman ataupun mencari di internet.
Pertanyaan selanjutnya yang saya ajukan mengenai dukungan keluarga dalam
memberikan dana khusus untuk membeli buku. Siswa yang peneliti wawancarai
mengatakan bahwa keluarga mereka khususnya orangtua memberikan uang langsung
untuk membeli buku, namun ada juga yang meminta terlebih dahulu setelah itu baru
diberi uang. Seperti halnya Amel, dia mengatakan bahwa seluruh kegiatan
membacanya didukung oleh sang Bapak. Jadi, terkadang sang Bapak langsung
memberi uang untuk membeli buku. Sejalan dengan Amel, Elsina juga mengatakan
bahwa ia biasa langsung diberi uang tanpa diminta. Namun, Elsina mengatakan
terkadang ia juga meminta terlebih dahulu. Sejalan dengan Amel dan Elsina, Faisal
juga mengatakan bahwa ia juga terkadang langsung diberi uang untuk membeli buku
tanpa diminta. Namun, terkadang juga ia yang meminta.
Selain itu, Gupita, Dewi, dan Fahmi juga mengatakan bahwa mereka biasa
meminta uang terlebih dahulu. Berbeda dari teman yang lain, Gupita yang
mengatakan bahwa biasa meminta uang terlebih dulu untuk membeli buku ternyata
selalu dibelikan buku sewaktu masih SD tanpa ia minta. Lalu, Dewi mengatakan
biasanya juga ia membeli sendiri buku yang ia inginkan, dengan kata lain menabung.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa memang orangtua biasa memberi uang terlebih dahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
tanpa diminta, namun adakalanya siswa juga meminta uang untuk membeli buku
yang diinginkannya. Dorongan orangtua ternyata mampu membina minat membaca
siswa, menurut Wiryodijoyo (1989: 194) sikap orangtua yang terbuka dan dekat
dengan anak-anak berpengaruh besar terhadap pembinaan motivasi membaca pada
mereka. Orangtua yang demikian suka menceritakan pengalamannya kepada anak-
anaknya, menunjukkan kepada mereka bahan-bahan bacaan yang berguna yang
pernah dibacanya. Selain itu, siswa juga masih bisa membeli sendiri buku yang
diinginkannya.
Pertanyaan yang peneliti ajukan selanjutnya ialah mengenai pendapat mereka
mengenai manfaat membaca. Sebagian besar siswa mengatakan bahwa membaca
menambah informasi, menambah wawasan, dan menambah pengetahuan. Selain itu,
terdapat juga pendapat lain dari beberapa siswa, Amel mengatakan bahwa ia dapat
menyelesaikan permasalahannya dengan meniru penyelesaian yang terdapat pada
novel yang ia baca. Sejalan dengan pendapat Amel, Elsina juga mengatakan hal yang
serupa.
Berbanding terbalik dengan kedua temannya, Gupita dan Dewi memiliki
pendapat lain. Menurut Gupita manfaat membaca ialah agar pada saat menghadiri
sebuah forum ia akan lebih mengetahui materi apa yang sedang dibicarakan.
Membaca membuatnya mengetahui informasi lebih mengenai materi yang
dibicarakan dalam forum. Selain itu, ia juga berharap dapat lebih pandai dengan
membaca. Selain itu, Dewi mengatakan bahwa ia gemar membaca karena ia dapat
mengambil ilmu baru untuk diterapkan di lingkungan sekitar, di mana ia tinggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Selain itu, siswa bernama Fahmi mengatakan bahwa membaca membuatnya
menghilangkan kejenuhan.
Berbeda halnya dengan semua temannya, Faisal mengatakan bahwa membaca
memberinya manfaat tersendiri. Manfaat yang didapatnya ialah mendapat uang jajan
tambahan dari kegiatannya membaca. Uang yang Faisal dapat berasal dari
kegemarannya dalam membaca. Faisal biasa membaca sebuah artikel mengenai
mesin baru, setelah itu ia akan menuliskannya kembali menggunakan bahasanya
sendiri. Setelah itu, ia akan mempublikasikan tulisannya dalam sebuah blog khusus
pecinta otomotif. Setelah itu, bila tulisannya menarik, maka ia dan timnya mendapat
kesempatan untuk diundang dalam sebuah acara otomitif untuk menjelaskan
mengenai mesin baru tersebut. Sejalan dengan cerita Faisal, Tarigan (1983: 99)
mengatakan bahwa betapa eratnya hubungan antara membaca dan menulis. Kian
banyak bahan yang kita baca maka kian banyak pula informasi yang kita peroleh, dan
kian banyak hal-hal yang dapat kita sampaikan, kita ekspresikan kepada orang lain,
baik secara lisan maupun secara tulisan; dengan perkataan lain, dengan cara banyak
membaca maka daya ekspresi kita, baik secara lisan maupun secara tulisan semakin
meningkat.
Pertanyaan terakhir dalam sesi wawancara ialah mengenai situasi di mana
siswa biasa membaca. Menurut Amel, ia bisa membaca dalam keadaan sepi dengan
diiringi musik. Kebiasaan tersebut membuat ia sulit memahami suatu bacaan bila
tidak diiringi dengan mendengarkan musik. Berbeda halnya dengan Amel, Gupita
mengatakan bahwa ia bisa membaca dengan tenang bila ia membaca pada saat akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
tidur dan jaringan internet yang ada dimatikan. Selain itu, asal tidak ada yang
memanggil dan mengganggunya, maka ia bisa membaca dalam keadaan apa pun dan
di mana pun. Faisal dan Fahmi memiliki pendapat yang hampir serupa. Faisal
mengatakan ia bisa membaca dalam keadaan tidak terlalu sepi dan tidak terlalu ramai,
yang penting dalam keadaan ‗saya ingin membaca‘. Pendapat Fahmi pun tak jauh
berbeda dengan Faisal, ia mengatakan sepi dan ramai tak jadi masalah, asalkan di
tempat yang enak, tidak panas dan memiliki cahaya yang cukup.
Berbeda halnya dengan keempat temannya, Dewi lebih memerhatikan
kesehatannya, ia mengatakan bahwa ia membaca dalam keadaan tidak sakit, maka ia
akan lebih mudah masuk ke dalam inti cerita. Artinya, ia lebih memikirkan kesehatan
fisiknya dahulu dalam membaca. Sama halnya dengan Dewi, Elsina pun lebih
memilih membaca dalam keadaan memiliki waktu luang dan dalam keadaan senang.
Pada saat hati senang dan tanpa beban, ia dapat lebih memahami isi bacaan,
menurutnya. Artinya, kedua siswa ini lebih mendahulukan kesehatan fisik dan jiwa
agar lebih bisa menguasai isi bacaan. Perbedaan kebiasaan keadaan dalam membaca
tidak memengaruhi kemampuan membaca, yang ada hanya kebiasaan tersebut akan
terus menjadi tolak ukur kenyamanan membaca siswa.
Selain itu, peneliti juga mendapat perbedaan kebahasaan pada para siswa.
Siswa yang menyukai fiksi dan nonfiksi memiliki perbedaan dalam perbendaharaan
kata, aturan kalimat, gestur tubuh saat berbicara, dan cara berkomunikasi.
Berdasarkan hasil wawancara yang didapat, faktor kemampuan membaca kritis ialah
kebiasaan, motivasi, minat, dan keadaan pembaca (kesehatan fisik dan psikologis).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
4.2 Pembahasan
Penelitian berjudul ―Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas
XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016‖
ini bertujuan untuk mencari faktor penentu kemampuan membaca kritis. Sebelum itu,
peneliti meneliti sejauh mana kemampuan membaca kritis siswa dengan memberikan
tes kemampuan membaca kritis. Lalu, untuk mencari faktor kemampuan membaca
kritis, peneliti meneliti berdasarkan observasi, kuesioner, dan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapat hasil sebagai berikut.
4.2.1 Kemampuan Membaca Kritis
Tes kemampuan membaca kritis yang diberikan oleh peneliti digunakan untuk
melihat kemampuan membaca kritis siswa. Tes ini dilakukan pada 26 siswa dengan
30 soal, namun hanya 12 soal yang dinyatakan layak. Di dalam tes ini terdapat
beberapa aspek penilaian, yaitu mengingat dan mengenai, menginterpretasi bacaan,
mengaplikasikan konsep-konsep, menganalisis suatu bacaan, membuat kesimpulan,
menilai suatu bacaan, dan merespons isi bacaan.
Berdasarkan hasil yang telah dianalisis, skor rata-rata siswa ialah 14,58 dan
termasuk dalam kategori kurang. Siswa sudah mampu dalam tiga aspek dari total
tujuh aspek yang ada. Siswa sudah mampu mengingat dan mengenali bacaan,
mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan, dan membuat simpulan. Dalam
empat aspek lainnya siswa terlihat masih belum menguasai, yaitu aspek
menginterpretasi suatu bacaan, menganalisis suatu bacaan, menilai suatu bacaan, dan
merespons isi bacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Hasil yang didapat pada tes kemampuan membaca kritis tidak sejalan dengan
hasil kuseioner. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa persentase yang didapat
termasuk dalam kategori kuat, namun dalam tes kemampuan membaca masih
termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dikarenakan faktor negatif yang
memengaruhi kemampuan membaca kritis masih kuat. Membaca kritis adalah
membaca untuk memahami isi bacaan secara rasional, kritis, mendalam, disertai
keterlibatan pikiran untuk menganalisis bacaan. Di sini pembaca akan mencamkan
lebih dalam materi yang dibacanya. Seorang pembaca kritis menggunakan empat cara
secara aktif. Keempat hal itu meliputi bertanya (seolah-olah berdialog dengan teks
bacaan), menyimpulkan, menghubungkan satu keterampilan dengan keterampilan lain,
serta menilai ide-ide dalam bacaan (Winarno, 2012: 84).
Jadi, skor rata-rata siswa pada kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan,
Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ialah 14,58 dan termasuk dalam
kategori kurang. Para siswa hanya mampu memenuhi tiga aspek dari tujuh aspek
yang ada, yaitu mengingat dan mengenali bacaan, mengaplikasikan konsep-konsep ke
dalam bacaan, dan membuat simpulan.
4.2.2 Faktor Kemampuan Membaca Kritis
Faktor kemampuan membaca kritis diteliti berdasarkan observasi, kuesioner
dan wawancara. Pada observasi, peneliti memiliki 11 aspek untuk penilaian guru dan
murid. Aspek ini digunakan untuk melihat bagaimana kegiatan belajar mengajar pada
saat kegiatan membaca. Aspek yang terdiri dari pembuka, inti, dan penutup ini
memperlihatkan bagaimana kegiatan belajar mengajar pada kegiatan membaca di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran
2015/2016.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 siswa
masih terlihat belum memiliki motivasi dan minat membaca. Siswa masih
membutuhkan motivasi belajar, motivasi yang dapat dibangun oleh guru maupun
murid itu sendiri. Siswa sudah jenuh dengan suasana kelas yang konvensional,
sehingga siswa butuh sesuatu untuk meningkatkan keinginan belajar, khusunya
membaca. Jadi, berdasarkan hasil observasi, motivasi dan minat baca siswa masih
kurang dan memengaruhi kemampuan membaca kritis.
Selanjutnya, kuesioner dibagikan pada tanggal 16 Januari 2016 berisi faktor
yang memengaruhi kemampuan membaca kritis. Kuesioner yang dibagikan memiliki
30 pernyataan yang terdiri dari 14 aspek. Aspek terdiri dari faktor internal dan
eksternal. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa faktor internal memiliki
nilai yang lebih dibandingkan dengan faktor eksternal. Skor kuesioner yang didapat
pada faktor internal ialah 74,10% sedangkan faktor eksternal ialah 62,49%, dan
keduanya termasuk dalam kategori kuat dengan pernyataan positif dan negatif.
Berdasarkan hasil dari 26 siswa, motivasi siswa dalam membaca memiliki
skor yang tinggi. Siswa juga memiliki skor yang tinggi dalam aspek minat.
Kematangan sosio dan emosi siswa juga tinggi dalam membaca. Berdasarkan hasil,
aspek pengalaman/pengetahuan juga termasuk faktor yang memengaruhi kemampuan
membaca kritis. Selain itu, siswa juga dapat mengambil kebermanfaatan dalam
membaca dengan cukup baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Aspek fisiologis juga menentukan kemampuan membaca kritis yang cukup
tinggi. Dilihat dari hasil perhitungan, membaca juga dapat memengaruhi inteligensi
siswa. Lalu, Aspek kompetensi kebahasaan memiliki posisi yang tinggi dalam
memengaruhi kemampuan membaca kritis. Selain itu, persentase kebiasaan membaca
siswa pun termasuk yang cukup tinggi dalam kemampuan membaca kritis. Aspek
terakhir dalam faktor internal ialah strategi membaca dan kondisi baca, skor yang
didapat menunjukkan siswa sudah memiliki strategi dan kondisi baca yang cukup
baik.
Selain faktor internal, peneliti juga melihat faktor kemampuan membaca kritis
melalui faktor eksternal. Berdasarkan faktor eksternal, terdapat beberapa aspek yang
memengaruhi kemampuan membaca kritis. Aspek yang pertama ialah aspek suasana
lingkungan pencahayaan, siswa memiliki skor yang cukup pada aspek ini. Selain itu,
terdapat faktor lingkungan latar belakang ekonomi, pada aspek ini sosial ekonomi
siswa terbilang cukup. Selain dari lingkungan, teks juga memengaruhi kemampuan
membaca siswa. Aspek terakhir dari faktor eksternal ialah jadwal baca, hasil yang
didapat menunjukkan cukup banyak siswa yang meluangkan waktunya untuk
membaca.
Berdasarkan penjelasan yang sudah disampaikan, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa faktor internal memiliki lebih banyak pengaruh daripada faktor
eksternal. Pengaruh tersebut tergantung berdasarkan sikap negatif atau positif pada
pernyataan yang ada. Namun, minat, pengetahuan/pengalaman, dan kompetensi
kebahasaan sangat kuat memengaruhi kemampuan membaca kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Selanjutnya, wawancara yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016
dilakukan untuk mengetahui faktor kemampuan membaca kritis lebih dalam.
Wawancara ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara lebih mendalam.
Pertanyaan yang ada berkaitan dengan kebiasaan, buku yang disukai, motivasi,
jadwal baca, dana khusus yang disediakan, tata letak tulisan, dan manfaat membaca
menurut siswa.
Sebenarnya, berdasarkan data yang diambil terdapat siswa yang memiliki
perbedaan nilai antara kuesioner dengan tes kemampuan membaca. Siswa tersebut
memiliki nilai kuesioner tertinggi namun memiliki nilai tes kemampuan membaca
kritis yang rendah. Lalu, peneliti menggunakan wawancara untuk menemukan
jawaban mengapa terdapat perbedaan yang mencolok tersebut. Elsina memiliki nilai
tertinggi dalam kuesioner, namun memiliki nilai rendah dalam tes kemampuan
membaca kritis. Peneliti mencari faktor apa yang memengaruhi kemampuan
membacanya. Setelah dilihat, akhirnya peneliti menemukan satu faktor, yaitu faktor
keadaan membaca. Elsina sempat menyatakan ―Kalau sedang ada pikiran maka
membaca menjadi tidak tenang dan tidak dapat memahami isi, maka harus dalam
keadaan tanpa beban agar bisa memahami isi‖. Pernyataan ini adalah pernyataan yang
berbeda di antara teman-teman yang lain dalam pertanyaan yang sama. Pernyataan
tersebut menjadi jawaban mengapa Elsina memiliki nilai kuesioner tertinggi, namun
memiliki nilai tes kemampuan membaca kritis yang rendah. Berarti dapat
disimpulkan bahwa salah satu faktor kemampuan membaca kritis juga dipengaruhi
oleh keadaan pembaca, baik itu kesehatan fisik maupun psikologisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa faktor kemampuan membaca
kritis ialah kebiasaan, motivasi, minat baca, dan keadaan pembaca (kesehatan fisik
dan psikologis). Hal ini sejalan dengan perhitungan kuesioner, faktor internal
khususnya minat, pengetahuan/pengalaman, dan kompetensi kebahasaan ialah yang
paling kuat. Selain itu, menurut Noer (2012: 51) motivasi membaca dapat
ditingkatkan dengan Anda harus menemukan jawaban mengapa Anda perlu membaca
buku tersebut. Contohnya jika buku tersebut ialah text book perkuliahan yang tebal
dan membosankan, coba bayangkan apa yang menarik dari judulnya, topik-topik
yang dibahas di dalamnya, dan apa yang bisa Anda aplikasikan jika menguasai buku
tersebut. Jika disimpulkan, motivasi yang ditimbulkan akan menghasilkan minat
untuk membaca buku yang ada.
Pada wawancara yang peneliti lakukan, peneliti juga melihat kebahasaan
siswa yang menyukai fiksi dan nonfiksi memiliki perbedaan. Pada siswa yang
memiliki minat pada buku fiksi terlihat lebih leluasa dan lebih santai daripada siswa
yang menyukai bacaan nonfiksi. Siswa yang menyukai nonfiksi memiliki pemikiran
yang lebih matang dan terlihat berpikir dengan sesekali mengertnyitkan dahi bila
akan menjawab pertanyaan. Mereka juga memiliki tata aturan kalimat yang lebih baik
daripada yang menyukai fiksi. Untuk gestur tubuh sendiri, siswa yang menyukai fiksi
terlihat lebih santai dan menceritakan sedikit pengalamannya pada saat menjawab
pertanyaan daripada siswa yang menyukai nonfiksi yang terlihat lebih kaku dan tidak
banyak meceritakan pengalamannya dalam hal membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Berdasarkan analisis observasi, hasil kuesioner, dan wawancara diperoleh
hasil bahwa faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA
Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ialah kebiasaan,
motivasi, minat baca, pengetahuan/pengalaman, kompetensi kebahasaan, dan keadaan
pembaca (kesehatan fisik dan psikologis).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
Pertama, hasil tes kemampuan membaca kritis siswa kelas XI MIA 2 di SMA
Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 termasuk dalam
kategori kurang. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, skor rata-rata siswa
adalah 14,58. Di antara 26 siswa yang mengikuti tes, terdapat 7 siswa yang mendapat
nilai cukup dalam membaca kritis, sisanya 19 siswa mendapat nilai kurang dalam
membaca kritis. Dalam perhitungan terdapat tiga aspek yang dapat tercapai yaitu
mengingat dan mengenali bacaan, mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan,
dan membuat simpulan. Siswa masih lemah dalam empat aspek yang lain, yaitu
menginterpretasi suatu bacaan, menganalisis suatu bacaan, menilai suatu bacaan, dan
merespons isi bacaan.
Kedua, faktor kemampuan membaca kritis diambil berdasarkan observasi,
kuesioner, dan wawancara. Berdasarkan hasil observasi, siswa terlihat tidak memiliki
motivasi dan minat baca. Berdasarkan perhitungan kuesioner yang dibagikan pada
siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran
2015/2016 faktor internal dan eksternal masuk dalam kategori kuat, yaitu 74,10%
untuk faktor internal dan 62,49% untuk faktor eksternal. Namun, peneliti melihat
bahwa aspek yang sangat kuat seperti minat, pengetahuan/pengalaman, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
kompetensi kebahasaan ialah yang paling memengaruhi kemampuan membaca kritis.
Selain itu, dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa faktor kemampuan membaca
kritis meliputi kebiasaan, motivasi, minat baca, dan keadaan pembaca (kesehatan dan
psikologis). Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang paling kuat dalam
memengaruhi kemampuan membaca kritis, ialah kebiasaan, motivasi, minat baca,
pengetahuan/pengalaman, kompetensi kebahasaan, dan keadaan pembaca (kesehatan
fisik dan psikologis).
5.2. Saran-Saran
Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan, dan kesimpulan, peneliti ingin
memberikan sedikit masukan atau perbaikan atas apa yang sudah ada.
a. Bagi Guru Bahasa Indonesia
Guru seharusnya lebih memperhatikan kebutuhan belajar siswa. Siswa
belajar di kelas bukan hanya diam dan mendengarkan apa yang
dibicarakan guru, namun juga dilatih untuk mengasah kemampuan
berpikirnya. Membaca seharusnya menjadi salah satu alternatif agar siswa
mampu membuka wawasan dan pemikiran kritisnya atas apa yang terjadi
di kehidupan sekitar. Hasil yang didapat terlihat kurang baik, siswa masih
banyak yang tidak memerdulikan guru saat mengajar, tidak merasa tertarik
atas apa yang diajarkan, siswa seakan memiliki dunianya sendiri di dalam
kelas. Guru harus lebih tegas untuk membuat siswa jera.
Guru seharusnya sudah mulai memikirkan inovasi terbaru untuk
membuat siswa merasa tertarik belajar, khususnya pada saat kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
membaca. Kegiatan membaca dapat dilakukan dengan menggunakan
media atau permainan kecil untuk membuat siswa tertarik dan
menimbulkan motivasi. Materi yang diberikan juga harus sesuai dengan
minat siswa, atau suatu hal yang terlihat menarik bagi para remaja.
Guru seharusnya lebih banyak memberikan tugas membaca dengan
memberikan motivasi tertentu, misalnya mendapatkan nilai tambahan atau
semacamnya. Otomatis hal tersebut menjadi motivasi tertentu bagi siswa
dan sedikit demi sedikit dapat menimbulkan minat baca. Hal yang tak
kalah penting juga ialah memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengemukakan pendapatnya untuk mengetahui pemikiran kritis mereka.
Menulis dapat menjadi alternatif lain untuk mengemukakan pendapatnya
selain mengeluarkan pendapat dengan lisan. Tugas menulis juga menjadi
salah satu kegiatan kreatif untuk melihat sejauh mana kemampuan
membaca siswa.
b. Bagi Siswa
Siswa yang baik seharusnya dapat menunjukkan hormat pada guru
dengan mendengarkan dan memperhatikan guru pada saat mengajar,
bukan malah sibuk dengan dunianya sendiri. Sebagai siswa seharusnya
memiliki rasa tanggung jawab untuk mengerjakan tugas yang diberikan
guru. Kegiatan membaca yang diberikan guru memiliki banyak manfaat,
siswa seharusnya sadar akan hal tersebut. Membaca dapat membuatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih. Selain itu, membaca
juga dapat melatih kita untuk berpikir kritis.
c. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian yang masih
tergolong kurang sempurna ini. Selanjutnya, penelitia lain juga diharapkan
dapat mengembangkan pembelajaran membaca, khususnya membaca
kritis dengan melihat faktor-faktor pendukung yang ada. Diharapkan
peneliti lain dapat mencari faktor-faktor membaca kritis yang lain dan
dapat mengembangkannya agar siswa Indonesia memiliki daya baca yang
tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
DAFTAR RUJUKAN
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: Refika Aditama.
Adler, Mortimer J. dan Doren, Charles Van. 2007. How to Read Book Cara Jitu
Mencapai Puncak Tujuan Membaca. Jakarta: IPublishing.
Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:
Remaja Rosakarya.
Arikunto, Suharsimi. 1988. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Kemdikbud.
. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta.
Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis
Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis
pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015.
https://repository.usd.ac.id/344/2/111224032_full.pdf. Skripsi. Yogyakarta:
PBSI, FKIP, USD. (Diakses 20 September 2015).
Azwar, Saifuddin. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hernowo. 2009. Mengikat Makna Update: Membaca dan Menulis yang
Memberdayakan. Bandung: Kaifa.
Mardiah. 2014. “Menumbuhkan Minat Baca”. Integrated BPSDMKP Library
Management System. http://bpsdmkp.kkp.go.id/apps/perpustakaan/?q=
node/23. (Diakses 1 Maret 2016).
Mulyatiningsih, Endang. 2014. Metode Penelitian Terapan. Bandung: Alfabeta.
Noer, Muhammad. 2012. Speed Reading for Beginners Panduan Membaca Lebih
Cepat, Lebih Cerdas, dan dengan Pemahaman yang Lebih Baik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Pujiono, Setyawan. 2008. Metode K-W-L dalam Pembelajaran Membaca Kritis.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/2.%20PPM%20Makalah%20PPM
%20%20wates%20K-W-L.pdf. Yogyakarta: UNY. (Diakses 29 Oktober 2015).
Purwanta, Hieronymus. 2012. ―Kualitas Penyajian Buku Teks Pelajaran Sejarah
SMA 1975-2008”. Jurnal Pendidikan, Volume 15, No.2, Hal. 195-217.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Sanata Dharma.
Purwanto, Agus, dan Sulistyastuti, Dyah Ratih. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif
untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: Gava
Media.
Rahmi, Putri. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Reswari, Maulida. 2015. Kemampuan Membaca Kritis Siswa SMA N Sentolo Kelas X
Melalui Pendekatan Scientific (Ilmiah) Tahun Ajaran 2014/2015.
https://repository.usd.ac.id/128/2/101224034_full.pdf. Skripi. Yogyakarta:
PBSI, JPBS, FKIP, USD. (Diakses 5 Oktober 2015).
Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Jawa Barat: IKAPI.
Rustari Dewi, Ni Komang Ayu. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca
Kritis Siswa Kelompok Ilmiah Remaja Siswa SMA (SLUA) Saraswati 1
Denpasar Melalui Penyusunan Peta Konsep. http://unmas-library.ac.id/wp-
content/uploads/2014/11/NI-KOMANG-AYU-RUSTARI-DEWI.pdf. Skripsi,
Denpasar: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar. (Diakses 5 Oktober 2015).
Siswanto, Victoranus Aries. 2012. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soedarso. 2000. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta:
Gramedia.
Solang, Deetje Josephine. 2008. ―Latihan Keterampilan Intelektual dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Secara Kreatif”. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 15,
Nomor 2, Hlm. 35-42. Manado: Universitas Negeri Manado.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Swediati, Nonny dan Untorodewo, Felicia N. 2009. Prestasi Membaca Siswa
Indonesia dalam Studi PRILS 2006. http://litbang.kemdikbud.go.id/data/
puspendik/HASIL%20RISET/PIRLS/LAPORAN%20PIRLS%202006%20-
%20Prestasi%20Membaca%20Siswa%20Indonesia%20dalam%20Studi%20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PIRLS%202006.pdf. Jakarta: Pusat Penelitian Pendidikan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional. (Diakses 1 Maret 2016).
Tampubolon. 1987. Kemapuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
. 1983. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.
Weiss, Donald H. 1990. Meningkatkan Kemampuan Membaca. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Winarno. 2012. Speed Reading: Jurus Membaca Cepat, Tepat, dan Akurat. [s.l]:
Platinum.
Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. FKIP
Universitas Bengkulu: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 1
INSTRUMEN PENILAIAN OBSERVASI
Nama guru :
Bidang studi :
Kelas :
Tanggal :
Sekolah Tempat Penilaian :
TUJUAN
Untuk memperoleh data tentang proses belajar mengajar dalam kegiatan membaca
guna mencari kelemahan dan kelebihan dalam melihat faktor kemampuan membaca
kritis.
PETUNJUK:
1. Amati aktivitas guru di kelas dalam melaksanakan interaksi belajar-mengajar
pada kegiatan membaca!
2. Berikan skor (√) pada setiap butir komponen yang sudah disediakan.
3. Tuliskan komponen yang dirasa penting dalam pembelajaran namun tidak
tercantumkan di dalam kolom.
No Komponen yang Dinilai Tampak Tidak
Tampak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
(GURU)
Pembuka
Memilih bacaan sesuai dengan psikologis pelajar
Materi bacaan sesuai dengan realitas kehidupan
Memeriksa kesiapan belajar siswa
Memeriksa kesiapan media yang akan dipakai
Inti
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan siswa
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media untuk
menunjang keterampilan membaca
Menuntun siswa dalam mengkritisi suatu bacaan
Memberikan masukan dalam kritisan siswa
Penutup
Menyusun simpulan berdasarkan pemikiran kritis
Melakukan refleksi pembelajaran dari bacaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
(SISWA)
Pembuka
Siap mengikuti pembelajaran
Memperhatikan guru saat menjelaskan kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan
Antusias saat diberi tugas membaca
Inti
Bertanya sesuai dengan tugas yang diberikan
Memahami bacaan yang diberikan saat ditanyai
Terlibat dalam kegiatan membaca yang difasilitasi
menggunakan media oleh guru
Menunjukkan sikap rasa ingin tahu pada bacaan yang
diberikan
Merespons pertanyaan guru
Mengemukakan pendapat kritisnya terhadap bacaan
yang diberikan
Penutup
Membuat simpulan akhir dari bacaan yang ada
Membuat refleksi pembelajaran dari bacaan yang
diberikan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 2
KISI-KISI KUESIONER FAKTOR KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS
No. Aspek Jumlah Nomor
Soal
Faktor Internal
1. Motivasi 2 3,26
2. Minat 2 1,4
3. Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri:
Stabilitas emosi, percaya diri, dan kemampuan
beradaptasi dalam kelompok
3 11,27,30
4. Pengetahuan/pengalaman 2 6,9
5. Kebermanfaatan 3 10,18,19
6. Fisiologis 2 8,25
7. Inteligensi 2 24,29
8. Kompetensi kebahasaan 2 16,17
9. Kebiasaan membaca 2 15,23
10. Kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan
kondisi-baca
2 7,22
Faktor eksternal
1. Suasana lingkungan: pencahayaan, ruangan yang kurang
memadai
2 14,28
2. Faktor lingkungan: latar belakang sosial ekonomi 2 13,21
3. Berkaitan dengan teks: bahasa, pilihan kata, setting/tata
tulis, keterbacaan, dan isi bacaan.
3 5,12,20
4. Jadwal baca 1 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 3
KISI-KISI TES MEMBACA KRITIS
No. Aspek Indikator Jumlah
Soal
Nomor
Soal
1. Kemampuan
mengingat dan
mengenali
bacaan
1. Kemampuan mengidentifikasi isi suatu
bacaan.
2. Kemampuan mengenali opini dan fakta
suatu bacaan.
3. Kemampuan mengingat isi suatu bacaan
1
2
2
4
1,3
2,13
2. Kemampuan
menginterpreta
si suatu bacaan
4. Kemampuan menafsirkan isi suatu
bacaan.
5. Kemampuan menjelaskan suatu bacaan.
6. Kemampuan memahami isi di antara dua
bacaan.
7. Kemampuan merangkum suatu bacaan.
1
1
1
1
14
17
15
30
3. Kemampuan
mengaplikasik
an konsep-
konsep ke
dalam bacaan
8. Kemampuan mengikuti petunjuk bacaan.
9. Kemampuan menentukan gagasan utama
sesuai dengan situasi tertentu
2
2
12,16
7,29
4. Kemampuan
menganalisis
suatu bacaan
10. Kemampuan menyelidiki kelogisan suatu
bacaan.
11. Kemampuan menentukan fakta dan opini
suatu tulisan.
12. Kemampuan menyelidiki pesan suatu
bacaan.
13. Kemampuan mengenali detail penting
suatu bacaan.
1
2
1
2
18
6,24
9
5,25
5. Kemampuan
membuat
simpulan
14. Kemampuan membuat simpulan suatu
bacaan.
2
11, 21
6. Menilai suatu
bacaan
15. Kemampuan mendeteksi kesalahan suatu
bacaan.
16. Kemampuan memilih bacaan yang baik
dan tidak baik.
17. Kemampuan memperkirakan kebenaran
suatu bacaan.
2
1
2
10,20
19
27,28
7. Kemampuan
merespons isi
18. Kemampuan membuat opini terhadap
suatu bacaan.
3
8,22,23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
bacaan 19. Kemampuan mengonstruksi suatu
bacaan.
1 26
Lampiran 4
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah Anda suka membaca? Apakah menurut
Anda membaca itu penting?
2. Apakah Anda tertarik pada suatu jenis bacaan
tertentu?
3. Apa yang menjadi motivasi Anda dalam membaca?
4. Apakah Anda meluangkan waktu untuk membaca?
Kapan itu dilakukan?
5. Apakah tulisan yang kurang dimengerti membuat
Anda enggan membaca? Kenapa?
6. Apakah keluarga memberi dana khusus untuk
membeli buku bacaan?
7. Apakah menurut Anda kegiatan membaca memberi
manfaat tertentu?
8. Dalam keadaan seperti apa Anda bisa membaca
dengan baik?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Lampiran 5
Berikut adalah rumus untuk mencari Indeks Tingkat Kesulitan (ITK) soal. Total skor
benar dibagi jumlah peserta tes, sebanyak 26 orang.
ITK
Keterangan:
ITK = Indeks Tingkat Kesulitan
FK = Total jawaban benar
N = Jumlah peserta tes
NO.
SOAL
FK N ITK KETERANGAN KATEGORI ASPEK
1. 13 26 0,5 LAYAK SEDANG 1
2. 19 26 0,73 LAYAK SEDANG 1
3. 15 26 0,57 LAYAK SEDANG 1
4. 16 26 0,61 LAYAK SEDANG 1
5. 9 26 0,34 LAYAK SULIT 4
6. 6 26 0,23 LAYAK SULIT 4
7. 5 26 0,19 TIDAK LAYAK TERLALU MUDAH 3
8. 23 26 0,88 TIDAK LAYAK TERLALU MUDAH 7
9. 26 26 1 TIDAK LAYAK TERLALU MUDAH 4
10. 9 26 0,34 LAYAK SULIT 6
11. 14 26 0,42 LAYAK SEDANG 5
12. 24 26 0,92 TIDAK LAYAK TERLALU MUDAH 3
13. 0 26 0 TIDAK LAYAK TERLALU SULIT 1
14. 0 26 0 TIDAK LAYAK TERLALU SULIT 2
15. 11 26 0,42 LAYAK SEDANG 2
16. 18 26 0,69 LAYAK MUDAH 3
17. 13 26 0,5 LAYAK SEDANG 2
18. 22 26 0,84 TIDAK LAYAK TERLALU MUDAH 4
19. 4 26 0,15 TIDAK LAYAK TERLALU SULIT 6
20 3 26 0,11 TIDAK LAYAK TERLALU SULIT 6
21. 3 26 0,11 TIDAK LAYAK TERLALU SULIT 5
22. 24 26 0,92 TIDAK LAYAK TERLALU MUDAH 7
23. 23 26 0,88 TIDAK LAYAK TERLALU MUDAH 7
24. 24 26 0,92 TIDAK LAYAK TERLALU MUDAH 4
25. 6 26 0,23 LAYAK SULIT 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
26. 3 26 0,11 TIDAK LAYAK TERLALU SULIT 7
27. 3 26 0,11 TIDAK LAYAK TERLALU SULIT 6
28. 24 26 0,92 TIDAK LAYAK TERLALU MUDAH 6
29. 0 26 0 TIDAK LAYAK TERLALU SULIT 3
30. 23 26 0,88 TIDAK LAYAK TERLALU MUDAH 2
Lampiran 6
INSTRUMEN PENILAIAN OBSERVASI
Nama guru : Ign. Isharjono, S.Pd
Bidang studi : Bahasa Indonesia
Kelas : XI MIA 2
Tanggal : 13 Januari 2016
Sekolah Tempat Penilaian : SMA Negeri 1 Kasihan
TUJUAN
Untuk memperoleh data tentang proses belajar mengajar dalam kegiatan
membaca guna mencari kelemahan dan kelebihan dalam melihat faktor
kemampuan membaca kritis.
PETUNJUK:
1. Amati aktivitas guru di kelas dalam melaksanakan interaksi belajar-mengajar
pada kegiatan membaca!
2. Berikan skor (√) pada setiap butir komponen yang sudah disediakan.
3. Tuliskan komponen yang dirasa penting dalam pembelajaran namun tidak
tercantumkan di dalam kolom.
No Komponen yang Dinilai Tampak Tidak
Tampak
1.
2.
3.
4.
(GURU)
Pembuka
Memilih bacaan sesuai dengan psikologis pelajar
Materi bacaan sesuai dengan realitas kehidupan
Memeriksa kesiapan belajar siswa
Memeriksa kesiapan media yang akan dipakai
Inti
√
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan siswa
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media untuk
menunjang keterampilan membaca
Menuntun siswa dalam mengkritisi suatu bacaan
Memberikan masukan dalam kritisan siswa
Penutup
Menyusun simpulan berdasarkan pemikiran kritis
Melakukan refleksi pembelajaran dari bacaan
√
√
√
√
√
√
√
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
(SISWA)
Pembuka
Siap mengikuti pembelajaran
Memperhatikan guru saat menjelaskan kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan
Antusias saat diberi tugas membaca
Inti
Bertanya sesuai dengan tugas yang diberikan
Memahami bacaan yang diberikan saat ditanyai
Terlibat dalam kegiatan membaca yang difasilitasi
menggunakan media oleh guru
Menunjukkan sikap rasa ingin tahu pada bacaan yang
diberikan
Merespons pertanyaan guru
Mengemukakan pendapat kritisnya terhadap bacaan
yang diberikan
Penutup
Membuat simpulan akhir dari bacaan yang ada
Membuat refleksi pembelajaran dari bacaan yang
diberikan guru
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Lampiran 7
Hasil Perhitungan Skala Likert
No Rentang Skor Juml
ah
Skala Likert Jumlah
Skor
Skor
Ideal
Skor
Rendah 1
STS
2
TS
3
N
4
S
5
SS
1
STS
2
TS
3
N
4
S
5
SS
1. 0 1 7 14 4 26 0 2 21 56 20 99 130 26
2. 1 4 6 11 4 26 1 8 18 44 20 91 130 26
3. 0 3 15 6 2 26 0 6 45 24 10 85 130 26
4. 0 0 1 10 15 26 0 0 3 40 75 118 130 26
5. 0 6 9 8 3 26 0 12 27 32 15 86 130 26
6. 0 2 0 10 14 26 0 4 0 40 70 114 130 26
7. 0 2 13 11 0 26 0 4 39 44 0 87 130 26
8. 1 1 7 10 7 26 1 2 21 40 35 99 130 26
9. 0 0 2 15 9 26 0 0 6 60 45 111 130 26
10. 0 0 3 12 11 26 0 0 9 48 55 112 130 26
11. 0 0 3 15 8 26 0 0 15 60 40 115 130 26
12. 0 0 8 13 5 26 0 0 24 52 25 101 130 26
13. 0 5 12 5 4 26 0 10 36 20 20 86 130 26
14. 1 12 13 0 0 26 1 24 39 0 0 64 130 26
15. 1 3 11 8 3 26 1 6 33 32 15 87 130 26
16. 0 0 4 14 8 26 0 0 12 56 40 108 130 26
17. 0 1 1 15 9 26 0 2 3 60 45 110 130 26
18. 0 1 8 14 3 26 0 2 24 56 15 67 130 26
19. 1 1 8 12 4 26 1 2 24 48 20 95 130 26
20. 0 0 4 12 10 26 0 0 12 48 50 110 130 26
21. 2 13 8 2 1 26 2 26 24 8 5 65 130 26
22. 0 8 11 6 1 26 0 16 33 24 5 78 130 26
23. 0 1 12 11 2 26 0 2 36 44 10 92 130 26
24. 0 0 9 13 4 26 0 0 27 52 20 99 130 26
25. 0 1 3 14 8 26 0 1 9 56 40 106 130 26
26. 7 10 9 0 0 26 7 20 27 0 0 54 130 26
27. 0 0 14 11 1 26 0 0 42 44 5 91 130 26
28. 3 18 4 1 0 26 3 36 12 4 0 55 130 26
29. 0 1 9 12 4 26 0 2 27 48 20 97 130 26
30. 0 1 8 14 3 26 0 2 24 56 15 97 130 26
2771 3900 780
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lampiran 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Lampiran 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Lampiran 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Lampiran 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lampiran 12
KUESIONER
Nama Siswa :
Kelas/ No. Urut :
Sekolah :
PETUNJUK:
1. Di bawah ini terdapat kuesioner faktor membaca kritis.
2. Berikan tanda (√) pada setiap pada rentangan skor 5 = SANGAT SETUJU
(SS), 4 = SETUJU (S), 3 = NETRAL (N), 2 = TIDAK SETUJU (TS), dan 1 =
SANGAT TIDAK SETUJU (STS), sesuai dengan pendapat Anda.
3. Jawaban ditulis di lembar kuesioner, setelah selesai dikumpulkan kembali
pada petugas!
No. Pernyataan Rentang Skor
1
(STS)
2
(TS)
3
(N)
4
(SS)
5
(STS)
1. Saya senang membaca
2. Saya selalu menyempatkan diri membaca
walaupun hanya memiliki waktu sedikit
3. Jika diberi tugas membaca saya selalu
mengerjakannya tepat waktu
4. Jika ada buku bacaan yang saya suka, saya
selalu mencoba membacanya
5. Kosakata yang sulit membuat saya malas
membaca
6. Membaca membuat saya mengetahui
informasi baru
7. Saya sudah tahu letak informasi bacaan
sesuai dengan jenis bacaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
8. Saya malas membaca bila sedang sakit
9. Membaca membuat saya lebih pintar
10. Saya merasakan manfaat dari membaca
11. Membaca membuat saya memiliki
pemahaman yang lebih dan membuat saya
percaya diri
12. Tidak semua jenis bacaan saya baca, karena
tulisannya yang tidak saya mengerti
13. Orang tua memberi saya uang untuk
membeli buku walau saya tidak meminta
14. Saya membaca hanya pada siang hari
karena pencahayaannya yang bagus
15. Saya dibiasakan membaca oleh keluarga
sejak kecil
16. Membaca membuat saya memiliki kosakata
yang lebih baik
17. Saya belajar kata-kata baru dari membaca
18. Terkadang saya membuktikan kebenaran
atas apa yang saya baca
19. Membaca pelajaran yang akan saya pelajari
di sekolah membuat saya lebih mengetahui
apa yang akan dipelajari guru keesokan
hari.
20. Tulisan yang kurang baik peletakkannya
membuat saya bingung pada saat membaca
21. Saya menyisihkan uang jajan saya untuk
membeli buku bacaan yang saya sukai
22. Saya tidak membaca keseluruhan isi
bacaan, saya hanya menentukan satu titik
permasalahan pada isi bacaan
23. Saya biasa membaca bacaan melalui
internet, bukan buku
24. Membaca membuat saya mengetahui
banyak hal dibanding teman yang lain
25. Saat mata terasa lelah saya berhenti
membaca sejenak
26. Walau mata saya lelah, saya tetap
melanjutkan membaca
27. Dari buku yang saya baca, saya jadi bisa
mengendalikan diri saya atas apa yang
terjadi dalam hidup saya
28. Walaupun sudah ada lampu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
menerangi, saya tetap kesulitan membaca
karena kurang cahaya
29. Saya dapat mengambil pesan dari bacaan
yang saya baca dan merefleksikannya pada
diri saya
30. Saya merefleksikan suatu bacaan dan
membuat saya dapat menyesuaikan diri
dalam pergaulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Lampiran 13
TES KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS
Nama Siswa :
Kelas/ No. Urut :
Sekolah :
PETUNJUK:
1. Bacalah bacaan di bawah ini dengan baik!
2. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang
Anda anggap benar.
Teks untuk soal 1-3
Grace Natalie, mantan pembaca berita yang kini banting setir ke dunia politik
dengan menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), bertutur tentang
kekagumannya pada sosok Kartini. Menurutnya, Kartini adalah sosok yang tekun
mencatat serta berani menuliskan hal-hal yang mengekang hak perempuan.
Raden Ajeng Kartini (21 April 1879-17 September 1904), putri dari pasangan
RM Sosroningrat, Bupati Jepara, dengan Ngasirah, putri pemuka Islam di Teluk
Awur. Sedari remaja Kartini getol membaca, salah satunya koran De Locomotief
terbitan Semarang. Kartini wafat pada usia muda, 25 tahun. Setelah ia meninggal,
surat-surat yang dikirimnya ke kawan-kawan perempuannya di Eropa dibukukan di
bawah judul Door Duisternis tot Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang. (Historia, No
24. Th II. 2015: 95)
1. Berdasarkan cerita di atas, kalimat di bawah ini yang termasuk fakta ialah….
A. Buku Door Duisternis tot Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang bukan
dibukukan oleh Kartini.
B. Salah satu koran yang dibaca Kartini sepertinya De Locomotief terbitan
Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
C. Kartini kira-kira meninggal pada usia 25 tahun, karena lahir 21 April 1879
dan wafat 17 September 1904.
D. Kartini adalah sosok yang tekun mencatat serta berani menuliskan hal-hal
yang mengekang hak perempuan, menurut Grace Natalie.
E. Grace Natalie diduga memiliki kekaguman yang tinggi pada Kartini.
2. Topik pada bacaan di atas ialah….
A. Grace Natalie adalah mantan pembaca berita.
B. Sejarah singkat Raden Ajeng Kartini.
C. Kekaguman Grace Natalie pada Kartini.
D. Sosok perempuan tangguh Indonesia.
E. Ciri-ciri wanita tangguh ada di Kartini.
3. Berdasarkan cerita di atas, kalimat di bawah ini yang termasuk opini,
kecuali….
A. Grace Natalie mengemukakan pemikirannya mengenai Kartini.
B. Sosok Kartini seperti tak habis ditelan waktu.
C. Cerita di atas sebenarnya menjelaskan Kartini meninggal di usia muda.
D. Dengar-dengar koran De Locomotief terbitan Semarang masih terbit
sampai saat ini.
E. Buku berjudul Door Duisternis tot Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang
dibukukan oleh Kartini.
Teks untuk soal 4-9
Sejak terjadi serangan teror di Paris, Perancis, 13 November malam,
wajah Eropa berubah. Keamanan ditingkatkan di mana-mana.
Personel militer mulai berjaga di tempat yang dianggap strategis, termasuk di
perbatasan. Bahkan, perpindahan orang di Eropa, terutama di antara 26 negara yang
tergabung dalam zona Schengen, yang semula cenderung sangat bebas, kini mulai ada
pemikiran untuk mengurangi kebebasan itu. Para menteri negara anggota Uni Eropa
mengadakan pertemuan darurat, Jumat lalu, untuk membahas tentang pengetatan
pemeriksaan di perbatasan sebagai langkah pencegahan darurat. Menteri Dalam
Negeri Perancis Bernhard Cazeneuve mengatakan, Paris tidak menerima peringatakan
dari negara anggota Uni Eropa (terutama Belgia) bahwa Abdelhamid Abaaoud berada
di wilayah Eropa.
Padahal, Abaaoud, dalang dari serangan terror di Paris, termasuk dalam daftar
pencarian orang internasional yang dikeluarkan oleh Belgia. Dia mendapat hukuman
20 tahun penjara atas tuduhan perekrutan militant untuk dikirim ke Suriah, Juli lalu.
Kita mendukung penuh keinginan negara-negara Uni Eropa untuk mengetatkan
pemeriksaan di perbatasan sebagai langkah pencegahan darurat karena tiap-tiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
negara berkewajiban untuk menjaga keamanan dan keselamatan rakyat serta negara
masing-masing.
Kita juga mendukung keinginan untuk meningkatkan kerja sama intelijen dan
keamanan serta tukar-menukar informasi strategis di antara negara-negara Eropa dan
non-Eropa. Tujuannya agar sistem deteksi dini dapat dikembangkan. Oleh karena dari
pemeriksaan yang dilakukan setelah serangan terror Paris terjadi, diketahui bahwa
intelijen Maroko telah mendeteksi kehadiran Abaaoud di Paris.
Namun, kita tidak mengingkan langkah-langkah pencegahan darurat itu
digunakan untuk menghalangi masuknya para migran atau pengungsi dari Suriah dan
Irak, atau negara Timur Tengah lain, ke Eropa. Sebelum serangan teror Paris terjadi
pun sesungguhnya sudah ada beberapa negara Eropa menunjukkan keengganannya
dalam menerima migran dari Suriah dan Irak. Dikhawatirkan, ucapan Perdana
Menteri Perancis Manuel Valls bahwa beberapa pembunuh dalam serangan teror
Paris telah memandaatkan krisis migran untuk menyelinap ke Eropa akan
memperbesar keengganan negara-negara itu.
Kita berharap negara-negara Eropa memisahkan secara tegas dan jelas antara
migran dan pelaku terorisme oleh karena keduanya sangat berbeda. Jangan sampai
para imigran yang mengharapkan kehidupan yang lebih baik di Eropa tidak dapat
mewujudkan keinginannya hanya karena kehawatiran Eropa terhadap terorisme.
(Kompas, Selasa, 24 November 2015: 6)
4. Ide pokok dalam paragraf satu adalah….
A. Paris tidak menerima peringatakan dari negara anggota Uni Eropa
(terutama Belgia) bahwa Abdelhamid Abaaoud berada di wilayah Eropa.
B. Pertemuan darurat para menteri negara anggota Uni Eropa.
C. Pertemuan darurat membahas mengenai pengetatan pemeriksaan di
perbatasan.
D. Personel militer mulai berjaga di perbatasan.
E. Perpindahan orang di Eropa mulai diperketat.
5. ―Kita‖ dalam bacaan di atas ialah….
A. Eropa.
B. Perancis.
C. Penulis.
D. Pembaca.
E. Perdana Menteri Perancis.
6. Paragraf yang memulai adanya opini ialah paragraf….
A. Paragraf 1
B. Paragraf 2
C. Paragraf 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
D. Paragraf 4
E. Paragraf 5
7. Topik yang diangkat dalam bacaan di atas ialah….
A. Teror melanda Perancis.
B. Pertemuan perdana menteri di Eropa.
C. Pertolongan bagi pengungsi Suriah dan Irak di Perancis.
D. Memisahkan antara imigran dan pelaku terorisme.
E. Peningkatan keamanan di Paris.
8. Menurut Anda, bagaimana sikap Perancis atas terjadinya teror yang sudah
terjadi….
A. Kurang memikirkan keamanan dan keselamatan pengungsi Suriah dan
Irak, sehingga teror bisa terjadi.
B. Sudah baik, mau menampung pengungsi. Namun, masih banyak yang
harus dipertimbangkan kembali bila ingin mengambil resiko seperti ini.
C. Sudah baik, mampu menampung pengungsi. Salahkan Belgia yang tidak
memberi tahu bahwa pelaku teror sedang berada di Perancis.
D. Sudah cukup, mau menampung pengungsi, dan memperketat keamanan
agar teror tidak lagi menyerang.
E. Tidak baik, seharusnya Perancis memikirkan keselamatan warganya
terlebih dahulu, jangan menolong imigran Suriah dan Irak.
9. Pesan yang dapat kita ambil dari kejadian di Paris ialah….
A. Bila ingin menolong, lihat-lihat dulu apakah ada musuhnya atau tidak.
B. Bila ingin menolong, baiknya jangan pandang bulu walaupun ia
menyusahkan.
C. Bila ingin menolong, baiknya memikirkan dulu baik dan buruknya.
D. Bila ingin menolong, jangan tanggung-tangguh apalagi untuk misi
kemanusiaan.
E. Bila ingin menolong, perhatikan kemungkinan apa yang akan terjadi
secara keseluruhan, agar segala kemungkinan bisa diantisipasi.
10. Sebuah kalimat harus memiliki struktur, minimal SPO (Subjek, Predikat,
Objek) + K (Keterangan (bila ada)). Maka, kalimat ―Dari sinilah dia
mendengar gagasan Babbage mengenai sebuah mesin baru, Analytical
Engine.‖, memiliki struktur….
A. S, P, O.
B. S, P, O, K.
C. S, P, P, O, K,
D. K, S, P, O, K.
E. K, S, P, O.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Teks untuk soal 10-13
Cybersavvy atau tingkat kecerdasan dunia maya adalah pengetahuan yang
dimiliki seseorang tentang dunia maya secara umum alias tidak sebatas pada
pengoperasian saja.
Saat kebutuhan internet makin menggila seperti saat ini, cyber savviness juga
kian menjadi kebutuhan. Dengan memahami cyber savviness, diharapkan masyarakat
bisa mengaplikasikan cara berinternet dengan lebih baik dan aman tanpa perlu
menjadi expert di bidang teknologi internet. Sebuah laporan survei yang dilakukan
ESET Asia Pasifik mengenai cyber savviness terhadap pengguna internet
memunculkan fakta yang mengejutkan. Survei yang melibatkan sekitar 1.800
responden di enam negara Asia ini (India, Malaysia, Singapura, Hongkong, Thailand
dan Indonesia), dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat cyber savviness
masyarakat di setiap negara.
Pada dasarnya pengetahuan yang dimiliki seseorang terkait erat dengan
kemampuan menguasai informasi. Demikian juga dalam hal cyber savviness.
Kemampuan cyber savviness seseorang berkolerasi secara positif dengan tingkat
keamanan dirinya sendiri di dunia maya. Untuk memiliki knowledge tentang cyber
savviness khususnya yang terkait dengan keamanan cyber, masyarakat umumnya
memperoleh informasi dengan berbagai cara. Pada survei ESET terungkat sebanyak
32% responden tidak memiliki pendidikan formal di bidang teknologi. Sementara
sebanyak 31% mempelajari keamanan cyber dengan cara belajar sendiri, dengan cara
browsing, dan membaca sumber dari online. Lalu, sebanyak tiga belas persen di
antaranya memperoleh informasi dari orang-orang sekitar seperti dari keluarga, atau
dari teman atau kolega.
Survei tersebut juga mengungkapp secara umum, pengguna internet masing
mengadopsi pemahaman yang keliru terkait dengan keamanan perangkat. Sebanyak
lima puluh persen responden beranggapan akan lebih aman berinternet jika
menggunakan perangkat bergerak seperti smartphone atau tablet. Sementara
sebanyak lima puluh persen lainnya berpendapat bahwa berinternet menggunakan PC
dan laptop justru lebih rentan. Faktanya, risiko keamanan mengancam semua sistem,
tidak terkecuali smartphone dan tablet. Contohnya risiko keamanan yang menyebar
lewat media sosial, aplikasi, dan software gratis. Semua banyak diakses dan diunduh
oleh masyarakat dengan menggunakan perangkat mobile.
Jumlah pengguna internet yang besar di antara enam negara tersebut tidak
dibarengi dengan tingkat pemahaman cyber security yang memadai. Hasil survei
menunjukkan adanya perbedaan tingkat pemahaman cyber security di setiap negara.
Skor secara umum untuk setiap negara pada peringkat atas diduduki oleh Malaysia
sebagai dengan tingkat cyber savviness tertinggi dengan skor 29,9% disusul
Singapura (27,2%), India (27,3%), Thailand (26,7%), Hongkong (25,6%), dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Indonesia (25,1%). Data tersebut menunjukkan Indonesia yang berada di posisi
terbawah di antara enam negara. Indonesia juga berada di posisi kedua terbawah
dalam hal cyber knowledge, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara kedua
yang paling suka mengambil resiko online, setelah India. Netizen di Indonesia juga
tergolong paling tidak khawatir dengan risiko online. Temuan tersebut menjadi
menarik ketika dibandingkan dengan skor cyber security knowledge Indonesia yang
rendah.
Namun, di sisi penerapan langkah keamanan cyber, Indonesia berada pada
posisi yang tinggi, yaitu kedua setelah India. Boleh dikatakan Indonesia termasuk
negara yang paling proaktif dalam hal keamanan baik untuk perangkat yang
digunakan, maupun mengamankan aktivitas online-nya. Pada aspek tersebut, langkah
pengamanan proaktif yang dilakukan mulai dari mengganti password secara berkala,
menggunakan back up data hingga meng-install software keamanan versi terbaru.
Yudhi Kukuh (Techincal Consultant, PT. Prosperita-ESET Indonesia)
menjelaskan bahwa pada umumnya masyarakat Indonesia mengadopsi knowledge
tentang cyber security secara parsial dan hanya bergantung pada software keamanan
cyber. Padahal kemanan cyber tidak hanya tentang software keamanan saja, tapi juga
soal perilaku, disiplin dalam meng-update informasi, kewaspadaan, bahkan social
engineering. ―Pada akhirnya pemahaman tentang cyber savviness juga ikut
menentukan tingkat keamanan seseorang di dunia maya,‖ pungkas Yudhi.
(Infokomputer, November 2015: 26)
11. Dari bacaan di atas, dapat disimpulkan bahwa….
A. Cyber savviness terendah diduduki oleh Indonesia dan cyber knowledge
terendah juga oleh Indonesia.
B. Cyber savviness tertinggi kedua diduduki oleh Singapura dan terendah
oleh Indonesia.
C. Cyber savviness terendah diduduki oleh Indonesia dan cyber knowledge
tertinggi oleh Malaysia.
D. Cyber savviness tertinggi ketiga diduduki oleh India dan cyber knowledge
terendah oleh Indonesia.
E. Cyber savviness tertinggi diduduki oleh Malaysia dan terendah oleh India.
12. Bila diurutkan, negara-negara berikut yang sudah menduduki peringkatnya
dengan benar ialah….
A. Cyber savviness tertinggi kedua ialah Singapura, sedangkan cyber
knowledge tertinggi ialah Indonesia.
B. Cyber savviness terendah ialah Indonesia, sedangkan cyber knowledge
tertinggi Indonesia.
C. Cyber savviness tertinggi ketiga ialah India, sedangkan cyber knowledge
tertinggi ialah India.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
D. Cyber savviness terendah kedua ialah Hongkong, sedangkan cyber
knowledge tertinggi ialah Indonesia.
E. Cyber savviness terendah ialah Indonesia, sedangkan cyber knowledge
terendah ialah India
13. Dalam hal keamanan cyber negara berikut yang sudah menduduki
peringkatnya dengan benar ialah….
A. Posisi kedua ialah Hongkong.
B. Posisi pertama ialah Malaysia.
C. Posisi kedua ialah Thailand.
D. Posisi ketiga ialah Malaysia.
E. Posisi keenam ialah Indonesia.
14. Topik bacaan di atas ialah mengenai….
A. Posisi Indonesia dalam kecerdasan dunia maya.
B. Posisi negara di Asia dalam kecerdasan dunia maya.
C. Posisi enam negara dalam kecerdasan dunia maya.
D. Posisi negara-negara di Asia dalam berbagai aspek kecerdasan di dunia
maya.
E. Posisi negara-negara di Asia dalam aspek kecerdasan dunia maya.
Teks untuk soal 15
Bacaan I
Pemimpin Reaksi Kompas
Budiman Tanuredjo mengungkapkan,
Tambora Menyapa Dunia adalah
bagian dari cita-cita Kompas untuk
mengenalkan Tanah Air.
―Letusan Tambora 200 tahun
lalu mengguncang dunia dan
menginspirasi novel Frankenstein,
serta lahirnya sepeda. Kini, setelah 200
tahun letusannya, Tambora benar-
benar menyapa dunia melalui
keindahan dan keramahannya,‖ kata
Budiman.
Gema Tambora Menyapa
Dunia dikemas Kompas dalam
berbagai flatform media, media cetak,
online, termasuk juga media sosial
seperti Twitter, Facebook, dan
Instagram. Selain Tambora Bike,
Kompas juga menyelenggarakan lari
ultramaraton sejauh 320 kilometer dari
Pototano menuju Doro Ncanga.
―Jika semua peserta lolos, ini
adalah perhelatan lari marathon
terpanjang di Indonesia. Pada 16 April,
Bentara Budaya Jakarta juga
menyelenggarakn pameran foto
tentang Tambora,‖ ujar Budiman
(IKA/REK/RUL) Sumber: Kompas,
Kamis, 9 April 2015: 22
Bacaan II
Dua warga menunggu giliran
operasi katarak secara gratis di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten
Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
(NTB), Rabu (8/4). Operasi katarak
gratis ini adalah sumbangan pembaca
harian Kompas bekerja sama dengan
Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan
Yayasan Mata Hati melalui Yayasan
Dana Kemanusiaan Kompas. Dalam
kegiatan ini, sebanyak 120 warga
mendapat pelayanan kesehatan operasi
katarak gratis. Kegiatan operasi
katarak gratis merupakan rangkaian
kegiatan memperingati 200 tahun
letusan Gunung Tambora.
15. Perbedaan yang terdapat pada kedua bacaan di atas ialah….
A. Bacaan I menceritakan mengenai sejarah letusan Gunung Tambora dan
bacaan II menceritakan mengenai operasi katarak di daerah Gunung
Tambora.
B. Bacaan I menceritakan mengenai bagaimana Tambora menyapa dunia dan
bacaan II menceritakan mengenai kegiatan memperingati letusan Gunung
Tambora.
C. Bacaan I menceritakan mengenai acara yang dilakukan untuk
memperingati letusan Gunung Tambora dan bacaan II menceritakan
mengenai kegiatan operasi katarak untuk memperingati letusan 200 tahun
Gunung Tambora.
D. Bacaan I menceritakan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
memperingati letusan Gunung Tambora dan bacaan II menceritakan
mengenai kegiatan amal yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan
memperingati letusan 200 tahun Gunung Tambora.
E. Bacaan I menceritakan mengenai cita-cita Kompas dan bacaan II
menceritakan mengenai kegiatan untuk memperingati letusan 200 tahun
Gunung Tambora.
16. Ilham Gunawan adalah seorang penulis yang lahir pada tanggal 2 Agustus
1990. Ia sudah menulis sedikitnya 8 buku, mulai dari novel, kumpulan puisi,
kumpulan cerpen, dan biografi. Novel berjudul ―Kasihku‖ yang terbit tahun
2010 ialah novel pertamanya dan juga mengantarkannya menjadi novelis
muda paling berbakat. Buku terbitan Gumilang tersebut menyabet
penghargaan sebagai novel paling laris selama beberapa bulan di awal
terbitannya. Gumilang, penerbit asal Siring ialah penerbit lama yang sudah
sering bekerja sama dengan beberapa penulis terkenal.
Jika daftar pustaka ditulis dengan format (Nama pengarang dibalik (dengan
tanda koma (,) dipakai untuk pemisah pada bagian nama yang dibalik). Tahun
terbit. Judul buku (ditulis miring). Kota terbit: Penerbit.). Maka, penulisan
daftar pustaka yang benar ialah….
A. Ilham, Gunawan. 1990. Kasihku. Gumilang: Siring.
B. Gunawan, Ilham. 2010. Kasihku. Gumilang: Siring.
C. Gunawan, Ilham. 2010. Kasihku. Siring: Gumilang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
D. Gunawan, Ilham. 1990. Kasihku. Siring: Gumilang.
E. Ilham, Gunawan. 2010. Kasihku. Siring: Gumilang.
Teks untuk soal 17-18
Sepeda motor bermula dari mimpi dua bersaudara Heinrich dan Wilhelm
Hildebrand, teknisi mesin uap. Mereka lalu bekerjasama dengan Alois Wolfmuller,
sebagai produsen, untuk memproduksi sepeda motor 1893. Nama mereka kemudian
diabadikan sebagai nama pabrik sepeda motor Hildenbrand und Wolfmuller. Pada
tahun itu pula sepeda motor masuk ke Hindia Belanda (kini Indonesia). Pemesannya
adalah John C Potter, seorang masinis kereta api berkebangsaan Inggris yang bekerja
di pabrik gula Umbul, Probolinggo, Jawa Timur. Dia memesannya langsung dari
pabriknya, Hildenbrand und Wolfmuller, di Muenchen, Jerman.
Sepeda motor John C Potter belum menggunakan rantai, porseneling, magnet,
aki, koil, dan kabel listrik. Mesinnya dua silinder horizontal dan dua tabung yang
dipanaskan. Bahan bakarnya bensin, lebih tepatnya naphta, dan butuh sekitar 20
menit untuk memanaskannya agar bisa berjalan dan stabil. Toh, ketika tiba di Jawa,
orang dibuat heran dan takjub. Apalagi ketika ia melesat di jalanan. Orang pun
menamakannya ―kereta setan‖. (Historia, No 25. Th III. 2015: 86)
17. Informasi yang terdapat dalam bacaan di atas ialah….
A. Sepeda motor pertama di dunia.
B. Sepeda motor di Indonesia.
C. Sejarah sepeda motor.
D. Sepeda motor pertama di Indonesia.
E. Sejarah pemilik sepeda motor pertama di Indonesia.
18. Pada paragraf kedua, kalimat yang menggunakan kalimat tidak baku ialah….
A. Kalimat 1.
B. Kalimat 2.
C. Kalimat 3.
D. Kalimat 4.
E. Kalimat 5.
Teks untuk soal 19-20
Bacaan I
Agustus Ada Byron, kelahirann
London, Inggris, pada 10 Desember
1815. Dia putri penyair terkenal, Lord
Byron. Tak lama setelah lahir,
orangtuanya bercerai. Ibunya, Anne
Isabelle Milbanke, membesarkannya
untuk menjadi matematikawan dan
ilmuwan. Di usia 17 tahun, Ada
berkenalan lalu berkorespondensi
dengan Charles Babbage,
matematikawan asal Inggris. Dari
sinilah dia mendengar gagasan
Babbage mengenai sebuah mesin baru,
Analytical Engine.
Babbage mempresentasikan
gagasannya pada sebuah seminar di
Turin, Italia, pada musim gugur 1841.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Seorang insinyur muda Italia menulis
ceramah Babbage dalam bahasa
Perancis dan diterbitkan di
Bibliotheque universelle de Geneve.
Artikel itu diterjemahkan Ada dengan
menambahkan beberapa cacatan, yang
kemudian diterbitkan dalam Ilmiah
Memoirs. Karyanya kini dianggap
sebagai ―program komputer‖ pertama
di dunia dan juga alogaritma pertama
yang dikodekan untuk diproses mesin.
Ia berperan penting dalam
perkembangan awal komputer. Sebuah
bahasa perangkat lunak yang
dikembangkan Departemen Pertahanan
AS diberi nama ―Ada‖ untuk
menghormatinya pada 1979. (Historia,
No 25. Th III. 2015: 86).
Bacaan II
Film Awaara, rilis tahun 1951,
dengan Raj Kapoor sebagai produser,
sutradara, dan pemeran utamanya.
Komposisi musik digarap tim Shankar
Jaikishan. Sountrack-nya dianggap
inovatif dan penggambaran lagunya
luar biasa, sehingga disebut-sebut
sebagai mahakarya di era keemasan
film India. Selain di dalam negeri, film
ini meraih sukses di Timur Tengah,
Afrika, bekas Uni-soviet, dan Asia
Timur, bahkan menjadi box-office di
Afro-Asia dan Timur Tengah. Para
pemain dan lagu-lagunya jadi populer.
Menurut Sangita Gopal dan Sujata
Moortu dalam ―Travels of Hindi Song
and Dance‖, pengantar dalam buku
Global Bollywood yang mereka
sunting, Awaara memang bukan satu-
satunya film India yang beredar di luar
negeri tapi ia adalah yang pertama
meraih popularitas berkat lagu-lagunya.
Sukses Awaara diikuti oleh film Aan
(1952), Mother India (1957), dan
beberapa film yang belakangan tayang.
(Historia, No 25. Th III. 2015: 87).
19. Persamaan yang ada dalam bacan di atas ialah….
A. Memberi pengetahuan.
B. Memiliki struktur penulisan yang sama.
C. Memberikan tambahan informasi.
D. Memberikan informasi.
E. Memberikan informasi lengkap.
20. Sebuah kalimat harus memiliki struktur, minimal SPO (Subjek, Predikat,
Objek) + K (Keterangan (bila ada)). Di antara dua bacaan di atas, kalimat
yang menyalahi aturan ialah….
A. Ibunya, Anne Isabelle Milbanke, membesarkannya untuk menjadi
matematikawan dan ilmuwan.
B. Dari sinilah dia mendengar gagasan Babbage mengenai sebuah mesin baru,
Analytical Engine.
C. Artikel itu diterjemahkan Ada dengan menambahkan beberapa cacatan,
yang kemudian diterbitkan dalam Ilmiah Memoirs.
D. Komposisi musik digarap tim Shankar Jaikishan.
E. Menurut Sangita Gopal dan Sujata Moortu dalam ―Travels of Hindi Song
and Dance‖, pengantar dalam buku Global Bollywood yang mereka
sunting, Awaara memang bukan satu-satunya film India yang beredar di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
luar negeri tapi ia adalah yang pertama meraih popularitas berkat lagu-
lagunya.
Teks untuk soal 21-23
Bacaan I
Jakarta (ANTARA News) - Kopi Vietnam menjadi ramai diperbincangkan
akhir-akhir ini karena kasus kematian Wayan Mirna Salimin alias Mirna (27) usai
meminum kopi Es Vietnamens di salah satu restauran di Jakarta Pusat. Pakar kopi
Adi W Taroepratjeka mengatakan bahwa kadar kafein pada kopi Vietnam yang pada
dasarnya berjenis Robusta adalah lebih tinggi dibanding Arabika. "Kadar kafein
Robusta lebih tinggi dari Arabika, tapi paling dampaknya deg-deg-an atau mual
karena tubuh mencoba memberi tahu asupan kafein sudah berlebih," kata dia kepada
ANTARA News, Minggu.
"Masalahnya Robusta manis dan dingin, orang kadang minumnya
kebanyakan," sambung dia. Sementara itu, saat dihubungi ANTARA News, Spesialis
Jantung RS Bunda, Dr. Dicky Armein Hanafy, mengatakan bahwa kafein sendiri
merupakan sebuah stimulan. "Beda-beda orang yang merasakannya, tergantung pada
kepekaan setiap individu," ujar dia. Lebih lanjut, melalui pesan singkat, Spesialis
Jantung Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dr. Siska S. Danny, SpJP,
menyebutkan bahwa kopi dapat menginduksi gangguan irama jantung, namun hal
tersebut jarang sekali ditemui. "Pada kasus yang sangat jarang, kopi mungkin
menginduksi gangguan irama jantung atau aritmia, namun umumnya aritmia ringan
dan tidak menyebabkan kematian," ungkap dia. Seperti layaknya kopi, Kopi Vietnam
dapat dinikmati baik panas maupun dingin. Kalori pada kopi pun tergantung pada
cara penikmat kopi menegak kopi mereka. "Kadang dengan tambahan gula dan
mentega seperti di Aceh atau Singapura, diseduh dengan alat Vietnam drip di atas es.
Bisa pakai susu kental manis atau air gula," kata Adi. "Beda jumlah kalori karena
susu kental manisnya banyak sekali. Tapi kalau dibandingkan sama kopi Sanger-nya
Aceh sih sebelas dua belas," tambah dia. (Diakses pada Senin, 11 Januari 2016).
Bacaan II
Jakarta (ANTARA News) - Para perempuan yang sedang hamil dan suka
mengonsumsi kopi tak perlu khawatir kalau kebiasannya ini bisa menganggu
kecerdasan dan perilaku janin, menurut studi dalam American Journal of
Epidemiology. Para peneliti dari Institut Penelitian Nationwide Children's Hospital di
Ohio, menganalisa data dari 2917 ibu hamil yang tergabung dalam Collaborative
Perinatal Project (CPP) sejak1959 hingga 1974 (periode di mana sedikit orang
khawatir tentang efek kafein). Secara khusus mereka meneliti lebih jauh mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
metabolit kafein, yakni paraxanthine. Mereka berharap, dengan menganalisa penanda
kafein ini, penelitian serupa kelak bisa dilakukan kembali.
Setelah membandingkan, tingkat paraxanthine di 20 dan 26 minggu
kehamilan dengan IQ dan perilaku anak di usia 4 dan 7 tahun, peneliti tidak
menemukan pola yang konsisten antara asupan kafein selama hamil dengan IQ serta
perilaku anak di kehidupannya. Hanya saja, anak-anak ini sekitar 11 persen
mengalami obesitas di usia 4 dan 7 tahun. Namun, peneliti tidak menemukan kondisi
ini dengan asupan kafein yang ibu mereka konsumsi selama hamil. "Kami
mempertimbangkan hasil kami meyakinkan bagi ibu hamil yang mengkonsumsi
kafein dalam jumlah moderat atau setara dengan satu atau dua cangkir kopi sehari,"
kata salah satu peneliti, Sara A Keim, seperti dilansir Medical Daily. (Diakses pada
Senin, 11 Januari 2016).
21. Simpulan dari kedua bacaan di atas ialah…
A. Kadar kafein yang berlebih akan memiliki dampak pada tubuh tergantung
pada pemakaian dan kondisi tubuh, begitu juga bagi ibu hamil dan janin.
B. Kafein sangat berbahaya bagi kesehatan terutama berpengaruh sekali pada
anak-anak.
C. Kafein yang berlebihan akan sangat berbahaya bagi tubuh khusunya pada
ibu hamil yang nantinya akan berdampak pada janin yang dikandungnya.
D. Kopi robusta yang memiliki kadar kaefin lebih tinggi dibanding kopi
arabika menyebabkan reaksi pada tubuh berlebih, namun untuk ibu hamil
tidak apa-apa karena tidak akan mengganggu kesehatan janin.
E. Kadar kafein yang sangat tinggi akan memengaruhi kesehatan tubuh,
begitu juga kalori yang ada pada kopi, namun tidak memiliki dampak apa-
apa pada ibu hamil.
22. Prediksi Anda setelah membaca Bacaan I ialah….
A. Harusnya tidak usah meminum kopi kalau tidak mau memiliki gangguan
kesehatan dan kolestrol tinggi yang bersumber dari banyaknya kalori yang
diminum.
B. Kalau hanya meminum kopi, seharusnya tidak sampai terjadi kematian.
Kalau pun korban sampai meninggal, itu sudah takdir.
C. Kafein yang tinggi seharusnya tidak membuat seseorang meninggal,
namun bila memang ada yang meninggal berarti kondisi tubuh tidak kuat
menerima kafein yang ada dalam kopi.
D. Kopi robusta yang memiliki kafein tinggi tidak kuat dicerna dalam tubuh
seorang wanita. Jadi, kalau ada wanita yang ingin minum kopi jangan
minum kopi robusta.
E. Deg-deg-an dan mual adalah efek dari tubuh karena terdapat kafein
dengan jumlah tinggi yang mengalir, tetapi kalau sampai meninggal
berarti efek dari tubuh terlalu berlebihan.
23. Prediksi Anda setelah membaca Bacaan II ialah….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
A. Setelah ada berita di atas, ibu hamil tidak usah takut lagi karena dapat
mengonsumsi kopi sepuasnya.
B. Kalau ibu hamil tidak apa-apa bila mengonsumsi kopi, maka efeknya
nanti akan berdampak pada sang anak.
C. Ibu hamil yang sudah biasa meminum kopi mungkin memiliki efek seperti
deg-deg-an dan mual, namun bagi anak tidak .
D. Mungkin memang tidak ada efek tertentu bagi ibu hamil, namun bagi anak
pasti ada efek tertentu.
E. Ibu hamil bisa saja dibolehkan meminum kopi, dan sang anak tidak
memiliki gangguan pada kecerdasan dan perilakunya, namun bisa saja
sang anak memiliki gangguan pada hal lain seperti obesitas.
Teks untuk soal 24-25
Marie Thomas, kelahiran Likupang, Manado, tahun 1896. Dia lulusan
Sekolah Dokter Bumiputera (STOVIA) di Batavia.
Stovia mulanya hanya menerima murid laki-laki. Menurut Liesbeth Hessleink,
sejarawan Belanda, dalam ―Marie Thomas (1896-1966), de eerste vrouwelijke arts in
Nederlands-Indie‖, dimuat Javapost.nl, 6 September 2012, diterimanya perempuan
tak lepas dari pengaruh Aletta Jacobs, dokter perempuan pertama di Belanda. Ketika
melakukan tur keliling dunia, pada 18 April 1912 dia singgah di Batavia dan bertemu
dengan Gubernur Jenderal AWF Idenburg. Pada pertemuan itu ia menyampaikan
keinginannya agar peremuan bumiputera memperoleh kesempatan mengikuti
pendidikan kedokteran. Harapan Arletta Jacobs berbuah hasil.
Dengan beasiswa dari Studiefonds voor Opleiding van Vrouwelijke
Inlandsche Artsen (SOVIA), yayasan dana pendidikan dokter perempuan, Marie
Thomas mendaftarkan diri dan masuk STOVIA tahun 1912. Lulus tahun 1922, dia
mengabdikan berkerja di Centraal Burger Ziekenhuis (CBZ, kini Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo) di Batavia. Marie Thomas kemudian jadi spesialis Indonesia
pertama dalam bidang ginekologi dan kebidanan. (Historia, No 25. Th III. 2015: 87)
24. Opini yang ada pada paragraf dua terdapat pada ….
A. Kalimat 1.
B. Kalimat 2.
C. Kalimat 3.
D. Kalimat 4.
E. Kalimat 5.
25. Inti bacaan di atas ialah ….
A. Dokter perempuan pertama di Indonesia.
B. Dokter pertama di Indonesia.
C. Sekolah di Indonesia.
D. Sejarah kedoteran di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
E. Sejarah dokter perempuan Belanda.
Teks untuk soal 26-30
Jangan Lupa Ancaman Bencana
(1) Kita nulis ini karena di Maluku ada aktivitas tektonik, yang besar
kemungkinan bisa diikuti aktivitas vulkanik. Kita juga membaca, ada
serangkaian gempa bumi melanda kawasan Sangihe, Sulawesi Utara, juga
Kepualaun Maluku, dan Maluku Utara. Peristiwa alam ini dipengaruhi
pergerakan Lempeng Pasifik dan Lempeng Mikro Filipina.
(2) Hal ini kita garis bawahi karena memang bayangan tentang gempa dan
tsunami, khususnya semenjak gempa dan tsunami besar di Aceh pada
2004, penduduk Indonesia semakin menyadari, sekaligus juga trauma,
bahwa setiap saat bencana alam besar bisa terjadi. Kita sadar benar bahwa
kita hidup di kawasan Cincin Api.
(3) Ketika gempa terjadi, penduduk berlarian mencari tempat aman di tempat
tinggi karena khawatir ada tsunami. Kita hargai bantuan TNI dan Polri
juga pemerintah daerah yang membangun posko pengungsian. Satu hal
yang perlu diingat, perlunya mitigasi, upaya menimbulkan dampak
bencana. Hal ini hanya mungkin jika kita cukup banyak melakukan
simulasi menghadapi bencana, mengadakan latihan yang memadai,
bagaimana penduduk harus bertindak jika ada sirine tanda bahaya.
(4) Musim hujan sudah di depan mata, mari kita siapkan diri agar tidak
kedodoran saat hujan lebat datang menerus. Mumpung masih ada waktu,
ingkatkan masyarakat, periksa energi, dan giatkan pemantauan. (Kompas,
Selasa 24 November 2015: 6)
(5) Kita berharap Badan Nasional Penanggulangan Bencana menggiatkan
upaya penyadaran warga, lebih-lebih di daerah yang kita kenali rawan
bencana. Untuk gempa bumi, kita sebatas bisa mengantisipasi, membuat
bangunan tahan gempa, dan membenahi tata ruang. Untung gunung api,
banjir, dan tanah longsor, kita bisa berbuat lebih baik.
(6) Ingar-bingar politik menjadi berita utama media dan melenakan
pembacanya. Namun, ada masalah yang butuh perhatian para elite dan
pemerintahan.
(7) Jangan sampai kekisruhan politik membuat kita lupa membenahi ekonomi
yang goyah dan mempersiapkan diri menghadapi musim hujan yang
berpotensi mendatangkan banjir dan tanah longsor.
(8) Kita tahu dari ilmu geologi, ada tiga lempeng besar yang bergerak ke atah
yang membuat ketiganya bertumbukan: Lempeng Indo-Australia ke utara,
Pasifik ke Barat, dan Eurasia ke Selatan. Mereka bergerak karena
ketiganya mengapung di atas flauda di bagian dalam Bumi. Setiap saat,
mereka mencari keseimbangan baru dan keseimbangan baru akan tercapai
setelah dorong-dorongan antara ketiganya melepas energi
mahadahsyatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
(9) Meski skalanya tidak besar dan tidak menimbulkan korban jiwa, kita
diingatkan bahwa kawasan ini punya riwayat gempa diikuti tsunami
sehingga perlu diwaspadai.
26. Susunlah paragraf di atas sesuai dengan tema….
A. 6, 7, 1, 9, 2, 8, 3, 5, 4.
B. 6, 7, 1, 2, 3, 5, 4, 8, 9.
C. 6, 7, 1, 9, 2, 3, 8, 5, 4.
D. 6, 7, 1, 3, 4, 5, 2, 9, 8.
E. 6, 7, 1, 4, 3, 2, 5, 8, 9.
27. Apa yang ingin diungkapkan oleh penulis dalam tulisan di atas….
A. Sikap kita terhadap bencana.
B. Jangan mengenyampingkan bencana di atas kepentingan politik.
C. Jangan melupakan bencana yang terjadi di Indonesia.
D. Harapan penulis pada pemerintah.
E. Penanggulangan bencana masih kurang.
28. Penyebabkan penulis menuangkan gagasannya ialah….
A. Perihatin atas penangan bencana di Indonesia.
B. Meminta belas kasihan.
C. Meminta bantuan pemerintah.
D. Perihatin atas sikap pembaca.
E. Menceritakan kembali bencana yang sudah terjadi.
29. Gagasan utama paragraf nomor delapan ialah…
A. Keadaan lempeng di Indonesia.
B. Keadaan geografis Indonesia.
C. Pergerakan lempeng di Indonesia.
D. Cara kerja lempeng di Indonesia.
E. Keadaan lempeng-lempeng.
30. Simpulan dari bacaan di atas ialah….
A. Pemerintah dapat memperhatikan korban bencana alam bukan hanya
politik saja.
B. Bencana alam yang terus melanda Indonesia perlu ditanggulangi.
C. Bencana alam di Indonesia perlu diwaspadai.
D. Penanggulangan bencana alam yang dilakukan sudah baik.
E. Pemerintah perlu mencoba cara menanggulangi bencana alam.
--------------------SELAMAT MENGERJAKAN--------------------
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Lampiran 14
Kunci Jawaban Pertanyaan Tes Membaca Kritis
1. A
2. C
3. A
4. C
5. C
6. B
7. A
8. D
9. E
10. E
11. B
12. E
13. D
14. A
15. D
16. C
17. D
18. D
19. D
20. B
21. A
22. C
23. E
24. B
25. A
26. A
27. E
28. A
29. B
30. C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Lampiran 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Lampiran 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Lampiran 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related