evaluasi kontribusi pembiayaan musyarakah umkm...
Post on 20-Apr-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
EVALUASI KONTRIBUSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH UMKM
PADA PENDAPATAN BPRS AL-SALAAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E)
Oleh:
TRI BUDI NURAINI
NIM. 1112046100028
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
iii
iv
v
ABSTRACT
Tri Budi Nuraini. NIM 1112046100028. Evaluation Contributions Musharaka
Financing SMEs In Revenue BPRS Al-Salaam. Islamic Banking Studies
Program, Faculty of Economics and Business, State Islamic University Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1438/2017 M.
Income is often used as a benchmark in assessing the welfare of a society
and a country's economic success. For entrepreneurs revenues must be
suppressed so the greater the profit obtained in order to develop the business and
improve the welfare of the employees. In this case the BPRS Al-Salaam had to
compete with other dominant financial institutions and has grown rapidly to
develop revenue and increase welfare of the employees. Keen competition should
be followed by measures a good strategy to survive in the business world, do not
forget to continue to evaluate that the products used in Musharaka financing
continues to grow so BPRS Al-Salaam revenue also increased. This research used
descriptive qualitative approach that organizes all the data through direct
observation and interviews with employees of BPRS Al-Salaam who concerned to
this research, then become source of primary data. Using analysis tools, namely
SWOT method in the form of tables IFAS and EFAS.From this research, the
Author get some findings, including that BPRS Al-Salaam has not maximize the
opportunities, such as lack of promotion and lack of educate the public about
Musharaka financing, however BPRS Al-Salaam also has some strength , such as
the strategic location and just only few Islamic banks has been implemented
musharaka contract, so it can be utilized to continue developing Musharaka
financing and BPRS Al-Salaam revenue could grow more rapidly. It is evident
from the data that obtained by the Author, the number of BPRS Al-Salaam
revenue from Musharaka financing in 2015 increased 11.97%, amounted to 390
million IDR, - in 2016 increased 88.03% amounted to 2,867,602,495 IDR, It
shows that the increase of BPRS Al-Salaam revenue from musharaka financing in
2015 and 2016 amounted to 3,257,602,495 IDR.
Keywords: Musyarakah, Revenue, SWOT.
vi
ABSTRAK
Tri Budi Nuraini. NIM 1112046100028. Evaluasi Kontribusi Pembiayaan
Musyarakah UMKM Pada Pendapatan BPRS Al-Salaam. Program Studi
Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438/2017 M.
Pendapatan sering dijadikan tolak ukur dalam mengukur tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat dan keberhasilan perekonomian suatu negara.
Bagi pengusaha pendapatan harus ditekan sedemikian rupa sehingga laba yang
diperoleh semakin besar guna mengembangkan usahanya dan meningkatkan
kesejahteraan karyawannya.Dalam hal ini BPRS Al-Salaam pun harus bersaing
dengan lembaga keuangan lainnya yang dominan dan telah berkembang pesat
guna mengembangkan pendapatan dan meningkatan kesejahteraan karyawannya.
Persaingan yang tajam ini harus diikuti dengan langkah-langkah strategi yang baik
untuk bisa bertahan di dunia bisnis, tak lupa pula untuk terus mengevaluasi agar
produk yang digunakan yaitu pembiayaan musyarakah terus berkembang sehingga
pendapatan BPRS Al-Salaam pun bertambah.Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif yang mengorganisir semua data melalui observasi
dan wawancara langsung dengan karyawan BPRS Al-Salaam yang bersangkutan
dengan penelitian ini yang kemudian menjadi sumber data primer.Lalu
menggunakan alat analisis yaitu metode SWOT berupa tabel IFAS dan EFAS.Dari
hasil penelitian ini, penulis mendapatkan beberapa temuan, diantaranya bahwa
BPRSAl-Salaambelum memaksimalkan peluang-peluang yang ada, seperti
kurangnya promosi dan mengedukasi masyarakat mengenai pembiayaan
musyarakah, namun BPRS Al-Salaam memiliki kekuatan yaitu dari lokasi yang
strategis dan bank syariah lain masih sedikit yang melakukan akad musyarakah,
sehingga ini bisa dimanfatkan untuk terus mengembangkan pembiayaan
musyarakah dan pendapatan BPRS Al-Salaam bisa bertambah lebih pesat.
Terbukti dari data yang di peroleh penulis jumlah pendapatan BPRS Al-Salaam
dari pembiayaan musyarakah pada tahun 2015 naik 11,97% yaitu sebesar Rp
390.000.000,- pada tahun 2016 naik 88,03% yaitu sebesar Rp 2.867.602.495,-,
Hal ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan pendapatan BPRS Al-Salaam dari
pembiayaan musyarakah pada tahun 2015 dan 2016 adalah sebesar Rp
3.257.602.495.
Kata kunci: Musyarakah, Pendapatan, SWOT.
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Tri Budi Nuraini
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Juli 1994
Alamat : Jl. Haji Ilyas RT 09/07 No. 24 Lebak Bulus
Cilandak Jakarta Selatan 12440
Email : tribnn@gmail.com
II. Riwayat Pendidikan
MIS Al-Hidayah Lebak Lestari (2000 – 2006)
MTSN 19 JAKARTA (2006 – 2009)
MAN 11 JAKARTA (2009 – 2012)
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012 – 2017)
III. Latar Belakang Keluarga
Nama Ayah : Abdul Ghofur
Nama Ibu : Muryati
Alamat Orang Tua : Jl. Haji Ilyas RT 09/07 No. 24 Lebak Bulus
Cilandak Jakarta Selatan 12440
Anak ke/ dari : ke-3 dari 3 bersaudara
IV. Pengalaman Organisasi
1. Kahfi BBC Motivator School 2012 (Angkatan 13)
viii
KATA PENGANTAR
ب ب الهلل س اب الهلل ب س ب س ب اهلل
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW serta para
sahabatnya yang telah membawa umatnya ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidk sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis hadapi. Syukur Alhamdulillah, berkat kerja keras serta doa dan dorongan
serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu
tugas akademis dalam menyelesaikan Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimaksih
kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Dr. Abdurrauf, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
4. Bapak Muh. Fudhail Rahman, Lc.,MA.,selaku dosen pembimbing
Akademik.
5. Ibu Yuke Rahmawati, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan
kepada penulis dalam proes penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah daan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu
kepada penulis.
7. Pimpinan dan seluruh staff akademik dan staff perpustakaan Utama dan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh staff BPRS Al-Salaam khususnya Bapak Muhammad Fitriyadi
selaku Kepala Cabang Cinere, Bapak Rifa’i, dan Kakak Fatasyah selaku
spv. SDM & Umum yang telah meluangkan waktu serta selalu siap
membantu penulis memperoleh data untuk kepentingan skripsi ini.
9. Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Abdul Ghofur, dan Ibunda Muryati
yang selalu mendoakan, membesarkan, membimbing dan mendukung
penulis baik moril maupun materiil tanpa pernah mengeluh dan berputus
asa tetap memberikan motivasi kepada penulis dalam kondisi senang
maupun susah.
10. Kakak-kakakku tersayang, Eko Feribady, SE, CiHC., Nurlaela, SH.,
Intan Purnamasari. SPd.i.,CHC., yang turut memberikan kontribusi, doa
dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Keponakan
x
ter-unch, Maulana Sheva Alief Habiebie, Nazzalul Baresi Qadrie
Shidqie, Odelina Milan Nazihah Adzani yang turut memberikan
semangat untuk penulis.
11. Sahabat terdekat, Devi Qothrunnida, Nur Sabila Istiana, Afwatul
Mumtazah, Suci Rahayu, Siska Fitrini, Imam Maulana Fauzi, Siti Maria
Al-Qiftya, Maidha Sari dan D’sky (Siti Maliha, Inda Lestari, Monica
Carolina, Fazriyah Arafah Ulfa) untuk dukungan serta semua kenangan
yang tidak terlupakan, semoga dimanapun kita berada, kita tidak pernah
lupa masa dimana dan bagaimana kita dipertemukan. Kalian ter-baik.
12. Sepupu ter-love Poppy Dwi Utami dan Merry Kumala Sari, yang selalu
memberikan semangat. Semoga kita selalu saling mengahangatkan.
13. Izhar Ibrahim, yang selalu mendukung dan saling support sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan, semoga kita bisa meraih kesuksesan dan
masa depan yang indah atas Ridho-Nya.
14. Sahabat seperjuangan Perbankan Syariah A 2012, Kelompok KKN The
Art 2015 atas kebersamaan dan pengalaman kita selama ini, tetep solid
dan silaturahmi jalan terus. Ditunggu kesuksesan kalian.
15. Kahfi BBC Motivator School, khususnya angkatan 13 yang selalu
memberikan motivasi dan telah mengajarkan arti kehidupan yang
sebenarnya. Kalian ter-baik.
16. Serta seluruh pihak yang telah berjasa namun belum mampu penulis
sebutkan satu persatu.
xi
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini,
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT
membalasnya dengan yang lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi setiap umat. Aamiin Yaa Rabbal A’lamiin.
Jakarta, Maret 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI .......................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv
ABSTRACT ............................................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 8
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah.................................................. 8
D. Tujuan danManfaat Penelitian .......................................................... 8
E. Sistematika Penulisan ..................................................................... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pembiayaan ..................................................................................... 12
a. Pengertian Pembiayaan ............................................................ 12
b. Tujuan Pembiayaan .................................................................. 13
c. Fungsi Pembiayaan ................................................................... 13
xiii
B. Akad Musyarakah .......................................................................... 15
a. Pengertian Musyarakah ........................................................... 15
b. Jenis-jenis Syirkah ................................................................... 19
c. Rukun dan Ketentuan syariah dalam Akad Musyarakah ........ 22
C. Sekilas tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) .............. 27
D. Bagi Hasil ....................................................................................... 29
E. Analisis SWOT ............................................................................... 33
a. Penegrtian SWOT ..................................................................... 33
b. Fungsi, Manfaat dan Tujuan Analisis SWOT .......................... 37
c. Matriks Faktor Strategi Eksternal ............................................. 39
d. Matriks Faktor Strategi Internal ............................................... 40
F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu .............................................. 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan ..................................................... 48
B. Objek dan Subjek Penelitian .......................................................... 49
C. Sumber Data ................................................................................... 49
a. Data Primer ............................................................................... 49
b. Data Sekunder .......................................................................... 49
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 50
a. Wawancara .............................................................................. 50
b. Observasi ................................................................................. 50
c. Angket ..................................................................................... 51
xiv
d. Dokumen ................................................................................. 51
e. Studi Kepustakaan ................................................................... 52
E. Populasi dan Sampel....................................................................... 52
F. Teknik Pengelolaan Data ................................................................ 52
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 53
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 55
a. Sejarah Singkat BPRS Al-Salaam ............................................ 55
b. Visi, Misis, Motto, dan Tujuan BPRS Al-Salaam .................... 56
c. Produk-produk BPRS Al-Salaam ............................................. 57
d. Struktur Organisasi ................................................................... 57
B. Prosedur Penyaluran Musyarakah Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di BPRS Al-Salaam ...................................................... 58
C. Pola Bagi Hasil Pembiayaan Musyarakah Terhadap UMKM
Binaan BPRS Al-Salaam ............................................................... 61
D. Analisis Perkembangan Pendpatan BPRS Al-Salaam ................... 63
E. Analisis SWOT Pembiayaan Musyarakah ..................................... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 79
B. Saran ............................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan BPRS di Seluruh Indonesia ............................................. 1
Tabel 1.2 Laporan keuangan Publikasi Triwulan BPRS Al-Salaam........................ 4
Tabel 2.1 Kriteria UMKM ..................................................................................... 29
Tabel 2.2 Matriks SWOT Kearns........................................................................... 36
Tabel 2.3 Matriks EFAS ........................................................................................ 40
Tabel 2.4 Matriks IFAS ......................................................................................... 42
Tabel 2.5 Tinjauan (Review) KajianTerdahulu ...................................................... 45
Tabel 4.1 Pendapatan Pembiayaan Musyarakah BPRS Al-Salaam ....................... 63
Tabel 4.2 Matriks IFAS Pembiayaan Musyarakah UMKM .................................. 66
Tabel 4.3 Matrik EFAS Pembiayaan Musyarakah UMKM ................................... 68
Tabel 4.4 Matriks Strategi SWOT ......................................................................... 70
Tabel 4.5 Perhitungan SKOR IFAS ....................................................................... 71
Tabel 4.6 Perhitungan SKOR EFAS ...................................................................... 73
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Konsep Peneletian ............................................................. 12
Gambar 2.1 Kuadran Pearce dan Robinson ........................................................... 47
Gambar 3.1 Diagram Alur Metodologi Penelitian ................................................. 54
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPRS Al-Salaam ................................................ 58
Gambar 4.2 Diagram Analisis SWOT terhadap Pembiayaan Musyarakah ........... 75
Gambar 4.3 Diagram Matriks SWOT Pembiayaan Musyarakah ........................... 76
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan syariah berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan
antara unit-unit ekonomi yang mempunyai kelebihan dana dengan unit-unit
lain yang yang mengalami kekurangan dana. Karenanya untuk menjalankan
fungsi intermediasi tersebut, lembaga perbankan syariah akan melakukan
kegiatan usaha berupa penghimpunan dana, menyalurkan dana serta
menyediakan berbagai jasa transaksi keuangan kepada masyarakat.1
Maraknya perkembangan perbankan syariah juga diakui dengan
perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya dan kegiatan
ekonomi yang diidentifikasikan sesuai dengan prinsip syariah salah satunya
yaitu BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah), yang merupakan lembaga
keuangan rakyat yang beroperasi berdasarkan sistem syariah Islam. Kegiatan
pokok BPRS diarahkan pada usaha produktif, investasi, dan UMKM.
Tabel 1.1Perkembangan BPRS di Seluruh Indonesia
(Juta Rupiah (in Million IDR)
Tahun 2015 2016
2017
(Januari)
Unit 163 unit 166 unit 166 unit
Asset Rp 7.739.270 Rp 9.157.801 Rp 9.531.993
1Burhanuddin S. AspekHukum Lembaga keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), h.57
18
Pembiayaan Rp 5.765.171 Rp 6.662.556 Rp 6.710.400
Laba Rp 137.719 Rp 159.003 Rp 22.771
Sumber :www.ojk.go.id
Berdasarkan tabel diatas bahwa perkembangan BPRS di seluruh
Indonesia terbukti dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang
sangat signifikan. Dilihat dari banyaknya unit BPRS di tahun 2015 sebanyak
163 unit, dan naik 3 unit menjadi 166 di tahun 2016. Ditinjau dari asset
BPRS, bahwa di tahun 2015 yaitu sebesar Rp 7.739.270.000.000 kemudian
naik menjadi Rp 9.157.801.000.000 di tahun 2016. Sedangkan dari segi
pembiayaan di tahun 2015 senilai Rp 5.765.171.000.000 dan naik sebesar Rp
6.662.556.000.000, dan kalau dilihat dari segi laba BPRS mendapatkan laba
sebesar Rp 137.719.000.000 di tahun 2015, dan naik kembali di tahun 2016
sebesar Rp 159.003.000.000. Melihat dari keadaan tersebut, bahwa BPRS
mampu bersaing dengan perbankan lainnya yang lebih dulu bekecimbung di
dunia perbankan. Terbukti dari peningkatan yang terus naik dari segi unit
yang bertambah, asset, pembiayaan bahkan dari segi laba.
BPRS merupakan lembaga komersial yang berfungsi sebagai mediator
antara masyarakat yang memiliki kelebihan dana dengan yang kekurangan
atau yang membutuhkan dana untuk usaha-usaha produktif melalui
pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, juga menumbuhkembangkan usaha
mikro dan usaha kecil dalam menjalankan bisnisnya. BPRS mampu
mengurangi angka pengangguran baik yang telibat sebagai karyawan BPRS
maupun UMKM.
19
Berdirinya BPRS di Indonesia selain didasari oleh tuntutan
bermuamalah secara islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian
besar umat islam di Indonesia, juga sebagai langkah aktif dalam rangka
restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai
paket kebijaksanaan keuangan, moneter, perbankan secara umum.2 BPRS
dapat menjadi mediator antara pemilik kelebihan dana dan pihak yang
memerlukan dana untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan UMKM
(Usaha Mikro Kecil Menengah) yang memberikan penyaluran dana atau
pembiayaan. Dimana pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank
yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan defisit (kekurangan dalam kas keuangan) unit.3
Sebagai lembaga intermediasi keuangan selain melakukan kegiatan
penghimpunan dana juga menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui
pembiayaan, salah satunya ialah dengan prinsip bagi hasil yaitu melalui Akad
Musyarakah. Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih
pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra usaha, membiayai
investasi usaha baru atau yang sudah berjalan.4
Melalui pembiayaan musyarakah, kebutuhan nasabah untuk mendapat
tambahan modal dapat terpenuhi setelah mendapatkan pembiayaan dari bank.
Bagi bank, pembiayaan ini memberikan manfaat berupa keuntungan bagi
2Warkum Sumitro,S.H., M.H., Asas-asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait
(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada) h. 129 3Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001) Cet. Ke-1, h.160 4Rinda Hesti K. Sistem Informasi Perbankan Syariah. (Tangerang Selatan: UIN Jakarta
Press, 2013). h.51
20
hasil, bank juga akan mendapatkan fee besad income (administrasi, komisi
asuransi dan komisi notaris).5Nadratuzzaman Hosen (2009) mengatakan, bagi
Bank Syariah, penerapan skim musyarakah mutanaqisah harus mendapatkan
keuntungan sama atau lebih besar apabila Bank menerapkan musyarakah plus
resiko yang sama atau lebih kecil.6
Dalam hal ini BPRS Al-Salaam ikut berperan untuk mendistribusikan
pembiayaan musyarakah melalui penyaluran dana berupa pembiayaan yang
diberikan kepada nasabah yang memerlukan permodalan. BPRS membantu
memberikan permodalan kepada nasabah yang memerlukan modal untuk
mengembangkan usaha yang akan dikembangkan. Lokasi yang strategis
karena berdekatan dengan Pasar Swalayan dan dikelilingi oleh Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) yang memungkinan untuk membantu
mengkembangkan usaha mereka atau masyarakat yang kekurangan modal.
Tabel 1.2 Laporan Keuangan Publikasi Triwulan
BPRS Al-Salaam Amal Salman
Per September (Ribuan Rp)
2013 2014 2015 2016 Total
Murabahah 190.419.245 149.770.940 144.877.546 159.516.475 644.584.206
Mudharabah 763.475 3.822.225 2.391.975 4.145.520 11.123.194
Musyarakah 1.000.000 - 890.000 350.000 2.240.000
Sumber:www.bprsalsalaam.co.id
5Burhanuddin S. AspekHukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu),h.68
6Nadratuzzaman Hosen “ Musyarakah Mutanaqisah”, (Al-Iqtishad: 2009) Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
21
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan pembiayaan
musyarakah di BPRS Al-Salaam di tahun 2013 yaitu sebesar Rp 1 M,
kemudian turun kembali menjadi 0 (nol) di tahun 2014, dan naik kembali di
tahun 2015 menjadi Rp 890.000.000 dan mengalami penurunan kembali
ditahun 2016 sebesar Rp 350.000.000. Melihat keadaan tersebut, bahwa ada
kurangnya optimalisasi baik dari pihak BPRS ataupun dari masyarakat yang
kurang mengetahui banyak tentang produk penyaluran pembiayaan
musyarakah ini padahal lokasi yang sudah strategis yaitu dekatnya dengan
pasar swalayan dan dikelilingi dengan UMKM (Usaha Mikro Kecil
Menengah).
UMKM sangat penting karena karekteristik-karekteristik utama mereka
yang berbeda-beda dengan Usaha Besar (UB). Usaha mikro khususnya usaha
kecil menengah memiliki peranan yang sangat penting karena mereka relatif
tahan banting mengahadapi krisis, namun usaha kecil dan menengah banyak
mempunyai kendala, seperti kekurangan modal, dan minimnya manajerial.
Salah satu langkah nyata yang harus dilakukan untuk menumbuh
kembangkan yaitu dengan cara menyediakan alternatif pembiayaan salah
satunya adalah pembiayaan musyarakah.
Badan Pusat Statistik (2003) mengidentifikasikan permasalahan umum
yang dihadapi oleh UMKM adalah (1) Kurang permodalan, (2) Kesulitan
dalam pemasaran, (3) Persaingan usaha ketat, (4) Kesulitan bahan baku, (5)
Kurang teknis produksi dan keahlian, (6) Keterampilan manajerial kurang, (7)
22
Kurang pengetahuan manajemen keuangan, dan (8) Iklim usaha yang kurang
kondusif (perijinan, aturan/perundangan).7
Dalam perekonomian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
sangat penting terutama untuk memperluas penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan distribusi pendapatan sehingga diharapkan dapat mengurangi
kemiskinan. Seperti sering dikatakan didalam literatur, satu keunggulan dari
UMKM adalah tingkat fleksibilitas yang tinggi relatif terhadap pesaingnya.
Dalam Berry dkk. (2001), kelompok usaha ini dilihat sangat penting di
industri-industri yang tidak stabil atau ekonomi-ekonomi yang menghadapi
perubahan-perubahan kondisi pasar yang cepat.8
Pendapatan sering dijadikan tolak ukur dalam mengukur tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat dan keberhasilan perekonomian suatu negara.
Bagi pengusaha pendapatan harus ditekan sedemikian rupa sehingga laba
yang diperoleh semakin besar guna mengembangkan usahanya dan
meningkatkan kesejahteraan karyawannya.Dalam hal ini BPRS Al-Salaam
pun harus bersaing dengan lembaga keuangan lainnya yang dominan dan
telah berkembang pesat guna mengembangkan pendapatan dan meningkatan
kesejahteraan karyawannya. Persaingan yang tajam ini harus diikuti dengan
langkah-langkah strategi yang baik untuk bisa bertahan di dunia bisnis.
Namun, tak lupa pula untuk terus mengevaluasi agar pembiayaan
musyarakahpun terus berkembang sehingga pendapatan BPRS Al-Salaam
bertambah.
7Sri Winarni, 2006. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Melalui Peningkatan Aksesibilitas
Kredit Perbankan. Infokop Nomor 29 Tahun XXII, 2006. 8Dr. Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesi, 2009) h. 4
23
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara
objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Hasil-
hasil evaluasi dimaksudkan untuk menjadi umpan balik untuk perencanaan
kembali. Evalusi adalah “proses bersistem dan objektif yang menganalisa
sifat dan ciri pekerjaan didalam perusahaaan atau organisasi”.9
Evaluasi
sebagai salah satu fungsi manajemen untuk mempertanyakan efektifitas
efisiensi pelaksanaan dari suatu rencana sekaligus mengukur se-objektif
mungkin hasil-hasil pelaksanaan itu dengan ukuran-ukuran yang didapat
diterima dari pihak-pihak yang mendukung maupun yang tidak mendukung
sesuatu rencana.Selain itu tujuan evaluasi juga sebagai alat untuk menilai
apakah pembiayaan tersebut memberikan kontribusi dan apakah yang telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai
evaluasi pembiayaan musyarakah UMKM dengan menuangkannya pada
skripsi yangberjudul “Evaluasi Kontribusi Pembiayaan Musyarakah
UMKM Terhadap Pendapatan BPRS Al-Salaam”
B. Identifikasi Masalah
1) Pembiayaan musyarakah di BPRS Al-Salaam mengalami peningkatan dan
penurunan yang fluktuatif.
2) Masyarakat belum memahami bagi hasil dari pembiayaan musyarakah
yang sesuai dengan porsinya.
9Firman B Aji dan Martin Sirait, PDE Perencanaan dan Evaluasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
1990), h. 30
24
3) Kurangnya pengedukasian kepada masyarakat mengenai pembiayaan
musyarakat.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih fokus dan terarah, penulis
akan membatasi masalah berkisar pada seberapa besar perubahan tingkat
pendapatan BPRS Al-Saalam melalui pembiayaan musyarakah pada UMKM.
Berdasarkan batasan masalah penelitian tersebut, maka untuk
mempermudah pembahasan, penulisan merumuskan masalahnya sebagai
berikut:
a. Bagaimana pola bagi hasil pembiayaan musyarakah terhadap UMKM
binaan BPRS Al-Salaam?
b. Bagaimana perubahan tingkat pendapatan BPRS Al-Salaam melalui
pembiayaan musyarakah UMKM?
c. Bagaimana evaluasi kontribusi pembiayaan musyarakah UMKM
terhadap pendapatan BPRS Al-Salaam?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya perumusan masalah diatas, tentunya ada tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a) Untuk menjelaskan pola bagi hasil pembiayaan musyarakah UMKM di
BPRS Al-Salaam.
25
b) Untuk menjelaskan perubahan tingkat pendapatan BPRS Al-Salaam
melalui pembiayaan musyarakah UMKM.
c) Untuk menjelaskan evaluasi kontribusi pembiayaan musyarakah
UMKM terhadap pendapatan BPRS Al-Salaam melalui analisis
SWOT.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi dan manfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi BPRS Al-Salaam, penelitian ini diharapkan menjadi masukkan
diantaranya menentukan strategi, peluang dan opportunity untuk terus
mengembangkan pembiayaan musyarakah.
2. Bagi pihak akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagi peneliti yang ingin mengkaji tentang evaluasi pembiayaan terhadap
pendapatan perbankan.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan menjadi ilmu pengetahuan
dan bermanfaat bagi masyarakat terutama kepada masyarakat yang
tertarik pada ekonomi syariah, perbankan syariah.
4. Bagi penulis, penelitian ini untuk menjelaskanperubahan tingkat
pendapatan BPRS Al-Salaam melalui pembiayaan musyarakah UMKM
dan menjelaskan mengenai evaluasi kontribusi pembiayaan musyarakah
UMKM terhadap pendapatan BPRS Al-Salaam melalui analisis SWOT.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan, skripsi ini dibagi dalam lima bab yang
26
memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab yang
mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi kesatuan
yang saling menjelaskan sebagai satu pemikiran.
BAB I: PENDAHULUAN
Merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan
pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi
global skripsi yang berisi tentang latar belakang masalah,
identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan tentang,
teori mengenai pengertian pembiayaan, musyarakah, sekilas
tentang usaha mikro kecil dan menengah, SWOT serta review
study terdahulu.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Membahas tentang jenis penelitian dan pendekatan yang akan
digunakan, sumber data, serta teknik pengumpulan data.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAAN
Membahas tentang sejarah singkat berdirinya BPRS Al-Salaam,
visi, misi, produk-produk pembiayaan serta struktur organisasi,
prosedur penyaluran pembiayaan musyarakah padaa usaha kecil
dan menengah , pola bagi hasil pembiayaan musyarakah terhadap
UMKM binaan BPRS Al-Salaam,serta perubahaan tingkat
27
pendapatan BPRS Al-Salaam melalui pembiayaan musyarakah
pada UMKM, melalui dari data-data yang diperoleh dan diteliti,
sehingga diketahui hasilnya, yang kemudian dilakukan analisis
terhadap hasil guna mendapatkan kesimpulan.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian dan saran-saran baik untuk lembaga
sehingga lembaga bisa lebih optimal dalam penyaluran.
28
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefiniskan
pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah
kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau
pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
dikerjakan oleh orang lain.10
Menuurut M. Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan
merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.11
Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan
menyatakan: “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyedian
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.”12
10
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005) h. 304 11
Muhammad Syafi’i Antonio,Bank Syariah dari Teori kePraktek, (Jakarta : Gema Insani
Press, 2001) h.160 12
UU NO. 10 Tahun 1998 TentangPerbankan, ayat 1 pasal 12.
29
Pada bank konvensional aktivitas pembiayaan lebih dikenal dengan
istilah kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan pesetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjaman
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.13
b. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesui dengan
nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh
sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri,
pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan
menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.14
c. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya.
Masyarakat merupakan individu, pengusaha, lembaga, badan usaha,dan
lain-lain yang membutuhkan dana.
Secara rinci pembiayaan memiliki fungsi antara lain :15
13
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2000), Cet, Ke-4, h. 92. 14
Yusuf, Ayus Ahmad, dan Abdul Aziz, Manajemen Operasional Bank Syariah, (Cirebon
:STAIN, 2009), h. 68 15
Drs. Ismail, MBA., Ak, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011) h. 108
30
1) Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan
jasa.
Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini
seandainya belum tersedia uangsebagai alat pembayaran, maka
pembiayaan akan membantu melancarkan lalu lintas perkaran
barang dan jasa.
2) Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuuk memanfaatkan
idle fund.
Bank dapat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan
pihak yang memerlukan dana. Pembiayaan merupakan satu cara
untuk mengatasi gap antara pihak yang memiliki dana dan pihak
yang membutuhkan dana. Bank dapat memanfaatkan dana yang
idle untuk disalurkan kepada pihak yang membutuhkan.
3) Pembiayaan sebagai alat pengendali harga
Ekspansi pembiaayan akan mendorong meningkatnya jumlah uang
yang beredar dan peningkatan peredaran uang akan mendorong
kenaikan harga. Sebaliknya pembatasan pembiayaan, akan
berpengaruh pada jumlah uang yang beredar, dan keterbatasan
uang yang beredar dimasyarkat memiliki dampak pada penurunan
harga.
4) Pembiayaan dapat mengakftikan dan meningkatan manfaat
ekonomi yang ada.
31
Pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang diberikan oleh
bank syariah memiliki dampak pada kenaikan makro-ekonomi.
Mitra (pengusaha), setelah mendapatkan pembiayaan dari bank
syariah, akan memproduksi barang, mengolah bahan baku, menjadi
barang jadi, meningkatkan volume perdagangan, dan melaksanakan
kegiataan ekonomi lainnya.
B. Akad Musyarakah
a. Pengertian Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing – masing pihak memberikan kontribusi
dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.16
Musyarakah disebut juga dengan syirkah, merupakan
aktifitasberserikat dalam melaksanakan usaha bersama antar pihak-pihak
yang terikat. Menurut Afzalur Rahman, seorang DeputySecretary General in
The Muslim School Trust, secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath
(percampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara
masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Istilah lain dari
musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan.17
Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK No. 106 mendefinisikan
musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
16
Firdaus N.H. Muhammad Dr., et, al., Konsep dan Implementasi Bank Syariah ( Jakarta:
Rendisan, 2004) Cet. Ke-1. 17
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta : Salemba Empat,
2012) h. 142
32
usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan
sedangkan kerrugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Para mitra bersama-
sama menyediakan dana untuk mendanai sebuah usaha tertentu dalam
masyarakat, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru, selanjutnya
salah satu mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah
disepakati nisbahnya secara betahap atau sekaligus kepada mitra
lain.Investasi musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara kas atau aset
nonkas.
Musyarakah merupakan akad kerja sama di antara para pemilik modal
yang mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan.
Dalam musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk
membiayai suatu usaha tertentu dan bekerja bersama mengelola usaha
tersebut. Modal yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk
kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra
lainnya.
Setiap mitra harus memberikan kontribusi dalam pekerjaan dan ia
menjadi wakil Mitra lain juga sebagai agen bagi usaha kemitraan. Sehingga
seorang mitra tidak dapat lepas tangan dari aktivitas yang dilakukan mitra
lainnya dalam menjalankan aktivitas bisnis yang normal.
Dengan bergabungnya dua orang atau lebih, hasil yang diperoleh
diharapkan jauh lebih baik dibandingkan jika dilakukan sendiri, karna
33
didukung oleh kemampuan akumulasi modal yang lebih besar, relasi bisnis
yang lebih luas, keahlian yang lebih beragam, wawasan yang lebih luas,
pengendalian yang lebih tinggi dan lain sebagainya.
Apabila usaha tersebut untung maka keuntungan akan dibagikan
kepada para mitra sesuai dengan nisbah yang telah disepakati (baik persentase
maupun periode harus secara tegas dan jelas ditentukan di dalam perjanjian),
sedangkan bila rugi akan didistribusikan pada para mitra sesuai dengan porsi
modal dari setiap mitra. Hal tersebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan
Syariah yaitu bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam suatu transaksi harus
bersama-sama menanggung (berbagi) risiko.
Pada dasarnya, atas modal yang ditanamkan tidak boleh ada jaminan
dari mitra lainnya karena bertentangan dengan prinsip untung muncul
bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi). Namun demikian, untuk mencegah
mitra melakukan kelalaian, melakukan kesalahan yang disengaja atau
melanggar perjanjian yang sudah disepakati, diperbolehkan meminta jaminan
dari mitra lain atau pihak ketiga. Tentu saja jaminan ini baru dapat dicairkan
apabila terbukti ia melakukan penyimpangan. PSAK No. 106 Pas 7
memberikan beberapa contoh kesalahan yang disengaja yaitu: (a) pelanggaran
terhadap akad; antara lain, penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya
dan pendapatan operasional; atau (b) pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah.
Dalam musyarakah, dapat ditemukan alokasi ajaran Islam tentang
taa‟wun (gotong royong), ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan. Keadilan
34
sangat terasa ketika penentuan nisbah untuk pembagian keuntungan yang bisa
saja berbeda dari porsi modal karena disesuaikan oleh faktor lain selain modal
misalnya keahlian, pengalaman, ketersediaan waktu dan sebagainya. Selain
itu keuntungan yang dibagikan kepada pemilik modal merupakan keuntungan
riil, bukan merupakan nilai nominal yang telah ditetapkan sebelumnya seperti
bunga/riba. Prinsip keadilan juga terasa ketika orang yang punya modal lebih
besar kan menanggung risiko finansial yang juga lebih besar.
Selain musyarakah, terdapat juga kontrak investasi untuk bidang
pertanian yang pada prinsipnya sama dengan prinsip syirkah. Bentuk kontrak
bagi hasil yang diterapkan pada tanaman pertanian setahun dinamakan
muzara‟ah. Bila bibitnya berasal dari pemilik tanah, maka disebut
mukhabarah. Sedangkan bentuk kontrak bagi hasil yang diterapkan pada
tanaman pertanian tahunan disebut musaqat.
Untuk menghindari persengketaan di kemudian hari, sebaiknya akad
kerja sama dibuat secara tertulis dan dihadiri oleh para saksi. Akad atau
perjanjian tersebut harus mencakup berbagai aspek antara lain terkait dengan
besaran modal dan penggunaannya (tujuan usaha musyarakah), pembagian
kerja di antara mitra, nisbah yang digunakan sebagai dasar pembagian laba
dan periode pembagiannya dan lain sebagainya. Apabila terjadi suatu hal
yang tidak diinginkan, atau terjadi persengketaan, para pihak dapat merujuk
kepada kontrak yang telah disepakati bersama.
35
Apabila terjadi sengketa dan tidak terdapat kesepakatan antara para
pihak yang bersengketa maka penyelesaiannya dilakukan berdasarkan
keputusan institusi yang berwenang, misalnya badan arbitrasi syariah.
b. Jenis-jenis Syirkah
Menurut syariat islam, syirkah atau musyarakah dibagi menjadi 2 jenis
yaitu syirkah al-milk (sharikat al-mulk) dan syirkah al-uqud(sharikat „aqad)
a) Syirkah al-milk
Syirkah al-milk dapat diartikan sebagai kepemilikan bersama anara
pihakyang berserikat dan keberadaanya muncul pada saaat dua orang
atau lebihsecara kebetulan memperoleh kepemilikan bersama atas suatu
kekayaan tanpa adaanya perjanjian kemitraan yang resmi. Syirkah al-
milk biasanya berasal dari warisan. Pendapatan atas barangini akan
dibagi hingga porsi hak atas warisan itu sampai dengan barang warisan
itu dijual syirkah al-milk muncul bukan karna adanya kontrak, tetapi
karna suka rela dan terpaksa.
b) Syirkah Al-Uqud
Syirkah Al-Uqud(contractual partnership), dapat dianggap sebagai
kemitraan yang sesungguhnya, karna pihak yang bersangkutan secara
sukarela berkeinginan untuk membuat suatu perjanjian investasi
bersama dan berbagi untung dan risiko. Dalam syirkah al-uqud dapat
dilakukan tanpa adanya perjanjian formal atau dengan perjanjian
seacara tertulis dengan diseratai para saksi.
36
Syirkah al-uqud dibagi menjadi 5 jenis:18
i. Syirkah mufawwadah
Merupakan akad kerja sama usaha antara 2 pihak atau lebih ,yang
masing-masing pihak harus menyerahkan dengan modal dengan
porsi modal yang sama dan hasil bagi atas usaha atau resiko
ditanggung bersama dengan jumlah yang sama. Dalam syirkah
mufawwadah, masing-masing mitra usaha memiliki hak dan
tanggung jawab yang sama
ii. Syirkah inan
Merupakan akad kerjasama usaha antara dua orang atau lebih yang
masing-masing mitra kerja harus menyerahkan dana untuk modal
yang porsi modalnya tidak harus sama. Pembagian hasil usaha
sesuai dengan kesepakatan, tidak sesuai dengan kontribusi dana yang
diberikan. Dalam syirkah inan, masing-masing pihak tidak harus
menyerahkan modal dalam bentuk uang tunai saja, akan tetapi dapat
dalam bentuk aset atau kombinasi antara uang tunai dan aset atau
tenaga. Masing-masing pihak yang bermitra, pada umumnya
memiliki keahlian yang berbeda-beda, sehingga pembagian hasil
keuntungan tidak harus sama atau sesuai dengan porsi dana yang
ditemaptkan, akan tetapi pembagian keuntungan harus disepakati di
awal kontrak dan ditulis dalam kontrak.
iii. Syirkah wujuh
18
Drs.Ismail,MBA., Ak, Perbankan Syariah, (Jakarata : Kencana, 2011) h.177
37
Merupakan akad kerjasama usaha antara dua orang atau lebih yang
mana masing-masing mitra kerja memiliki reputasi dan prestise
dalam bisnis. Para mitra dapat mempromosikan bisnisnya sesuai
dengan keahlian masing-masing, dan keuntungan dibagi sesuai
dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Dalam syirkah
wujuh, tidak diperlukan modal dalam bentuk uang tunai, para mitra
dapat menggunakan agunan milik masing-masing untuk digunakan
dalam membeli barang secara kredit, kemudian barang itu dijual, dan
hasil keuntungan atas penjualan barang itu di bagi sesuai porsi
agunan yang diserahkan.
iv. Syirkah a‟mal
Syirkah a‟mal disebut juga dengan syirkah abdan merupakan akad
kerjasama usaha yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih, masing-
masing mitra usaha memberikan sumbangan atas keahliannya dalam
mengolah bisnis. Dalam syirkah amal tidak perlu adanya modal
dalam bentuk uang tunai, akan tetapi modalnya ialah keahlian dan
profesionalis memasing-masing mitra kerja. Hasil usaha atas
kerjasama usaha dalam syirkah a‟mal akan dibagi sesuai nisbah bagi
hasil yang telah disepakati antara pihak yang bermitra.
v. Syirkah mudharobah
Merupakan kerja sama usaha antara dua pihak sebagai shahibulmaal
yang menyediakan dana 100% untk keperluan usaha dan pihak lain
38
tidak menyerahkan modal dan hanya sebagai pengelola atas usaha
yang dijalankan, disebut mudharib.
Terlepas dari jenisnya, akad kerja sama dibolehkan secara syariah
asalkan memenuhi rukun dan ketentuan syariahnya.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK):19
1. Musyarakah Permanen
Musyarakah Permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian
dana setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir
masa akad (PSAK No. 106 par 04). Contohnya, antara mitra A dan mitra
P yang melakukan akad musyarakah menanamkan modal yang jumlah
awal masing-masing Rp. 20.000.000, maka sampai akhir masa akad
syirkah modal mereka masing-masing tetap Rp. 20.000.000.
2. Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah
Musyarakah Menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana
salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya
sehingga bagian dananya akan menurun dan pihak akhir masa akad
mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah
tersebut. (PSAK No. 106 par 04) contohnya, antara mitra A dan mitra P
melakukan akad musyarakah Mitra P menanamkan Rp. 10.000.000 dan
mitra A menanamkan Rp. 20.000.000. Seiring berjalannya kerja sama
akad musyarakah tersebut, modal mitra P Rp. 10.000.000 tersebut akan
19
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta : Salemba Empat,
2012) h. 143
39
beralih kepada mitra A melalui pelunasan secara bertahap yang
dilakukan oleh mitra A.
c. Rukun dan ketentuan syariah dalam akad musyarakah20
Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip
kemitraan dan kerja sama antara pihak-pihak yang terkait untuk meraih
kemajuan bersama. Unsur-unsur yang harus ada dalam akad musyarakah
ada empat, yaitu:
1. Pelaku terdiri atas mitra
2. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
3. Ijab kabul/serah terima
4. Nisbah keuntungan
Ketentuan syariah:
1. Pelaku: para mitra cakap hukum dan baligh
2. Objek musyarakah
Merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukannya akad musyarakah
yaitu harus ada modal dan kerja.
a. Modal
1) Modal yang diberikan harus tunai
2) Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak,
aset perdagangan, atau aset tidak berupa seperti lisensi, hak
paten dan sebagainya.
20
Ibid,h 147
40
3) Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka
harus ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus
desepakati bersama.
4) Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak
dibolehkan pemisahan modal ari masing-masing pihak untuk
kepentingan khusus. Misalnya, yang satu khusus membiayai
pembelian bangunan, dan yang lain untuk membiayai pembelian
perlengkapan.
5) Dalam kondisi normal, setiap mitra meliki hak untuk mengelola
aset kemitraan.
6) Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah,
demikian juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari
modal musyarakah, menyumbang atau menghadiahkan uang
tersebut. Kecuali, mitra lain telah menyepakatinya.
7) Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau
menginvestasikan modal itu untuk kepentingannya sendiri.
8) Pada prinsipnya dalam musysrakah dalam musyarakah tidak
boleh ada penjaminan modal, seorrang mitra tidak bisa
menjamin modal mitra lainnya, karena musyarakah didasarkan
didasarkan pinsip al ghunmu bi al ghurni-hak untuk
mendapatkan keuntuungan berhubungan dengan risiko yang
diterima. Namun demikian, seorang mitra dapat meminta mitra
lain menyediakan jaminan dan baru dapat dicairkan apabila
41
mitra tersebut melakukan kelalaian atau kesalahan yang
disengaja.
9) Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk
membiayai proyek atau invesatasi yang dilarang oleh syariah.
b. Kerja
1) Partisipasi paramitra dalam pekerjaan merupakaan dasaar
pelaksanaan musyarakah
2) Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara mitara menyatakan
tidak ikut serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tsb.
3) Meskipun porsi kerja satu mitra dengan mitra lainnya tidak haus
sama. Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta
bagian keuntungan yang lebih besar.
4) Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya
5) Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah
6) Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah
tugas tyang ia sepakti, berhak memperkerjakan orang lain untuk
menangani pekerjaan tersebut. Jika ia sendiri yang melakukan
pekerjaan itu, ia berhak menerima upah yang sama dengan yang
dibayar untuk bekerja itu ditempat lain, karena biaya pekerjaan
tersebut merupakan tanggungan musyarakah
7) Jika seorang mitra memperkerjakan pekerja lain untuk
melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul
harus ditanggungnya sendiri.
42
3. Ijab kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha atau rela diantara
pihak–pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Nisbah
a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus
disepakati oleh para mitra di awal akad sehingga rsiko perselisihan
diantara para mitra dapat dihilangkan
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan di tentukan dasar
perhitungan keuntungan tersebut misalnya bagi hasil atau bagi laba.
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi
akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena hal ini sama dengan riba
dan dapat melanggar prinsip keadilan dan prinsip untung muncul
bersama risiko
f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati,
misalnya untuk organisasi kemanusian tertentu atau untuk cadangan
(reserve)
Apabila terjadi kerugian akan dibagi secara proporsional sesuai dengan
porsi modal dari masing-masing mitra. Dalam musyarakah yang
43
berkelanjutan (going concern) dibolehkan untuk menunda alokasi kerugian
dan dikompensasikan dengan keuntungan pada masa-masa berikutnya.
Sehingga nilai modal musyarakah adalah tetap sebesar jumlah yang
disetorkan dan selisish dari modal adalah merupakan keuntungan atau
kerugian.
C. Sekilas tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Pembahasan tentang UMKM meliputi pengelompokkan jenis usaha,
yaitu jenis Industri Skala Kecil Menengah (ISKM) dan Perdagangan Skala
Kecil dan Menengah (PSKM). Karena dengan pengelompokkannya pada
akhirnya terfokus pada permasalahan kesempatan lapangan kerja dan
diletakkan pada kemampuan pengembangan ISKM atau PSKM.21
Adapun pengertian UMKM diberbagai Negara tidak selalu sama
tergantung pada konsep yang digunakan oleh Negara tersebut. Dalam
pengertiannya mencakup sedikitnya dua aspek, yaitu aspek penyerapan
tenaga kerja dan aspek pengelompokkan ditinjau dari jumlah tenanga kerja
yang diserap dalam kelompok perusahan tersebut (Range of the member of
employes).22
Menurut Kementrian Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Menegkop dan UKM):
“Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang
mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan
21
Titik Sartika Partono dan Abd. Rachman Soejono, Ekonomi Skala kecil Menengah dan
Koperasi (Jakarta: Galia Indonesia, 2001), h. 16. 22
Ibid, h. 14.
44
paling banyak Rp 1.000.000.000. sementara itu, Usaha Menengah (UM)
merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memilik
kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000,
tidak termasuk tanah dan bangunan.”
Menurut Keputusan Menteri keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal
27 Juni 1994:
“Usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah
melakukan kegiatan atau usaha yang mempunyai penjualan/omset pertahun
setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp
600.000.000 (diluar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari: (1)
bidang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan
(pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan,
penambang, pedagang barang dan jasa)”
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Miko,
Kecil dan Mengah (UMKM):
1) Usah Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
45
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
Tabel 2.1Kriteria UMKM
Uraian
Kriteria
Asset Omset
Usaha Mikro Maks. 50 juta Maks. 300juta
Usaha Kecil >50jt-500jt >300jt-2,5 Miliar
Usaha Menengah >500jt-10 Miliar >2,5 Miliar-50
Miliar
Sumber: www.depkop.go.id
D. Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminologi asing (bahasa Inggris) dikenal dengan
profit sharing. Profit dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara
definisi profit sharing diartikan "distribusi beberapa bagian dari laba pada
pegawai dari suatu Perusahaaa".23
Menurut Antonio, bagi hasil adalah suatu
23
Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah. ( Yogyakarta, UII Press,
2001)
46
sistem pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil
usaha antara pemilik modal (shahibul mal) dan pengelola (Mudharib).24
Secara umum prinsip prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat
dilakukan dalam empat akad utama, yaitu, al Musyarokah, al Mudharabah, al
muzara‟ah, dan al musaqolah. Sungguhpun demikian prinsip yang paling
banyak dipakai adalah al musyarakah dan al mudharabah, sedangkan al
muzara’ah dan al musaqolah dipergunakan khusus untuk plantation financing
atau pembiayaan pertanian untuk beberapa Bank Islam.25
Konsep bagi hasil ini sangat berbeda sekali dengan konsep bunga yang
diterapkan oleh sistem ekonomi konvensional. Dalam ekonomi syariah,
konsep bagi hasil dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pemilik dana menanamkan dananya melalui institusi keuangan yang
bertindak sebagai pengelola dana.
b. Pengelola mengelola dana-dana tersebut dalam sistem yang dikenal
dengan sistem pool of fund (penghimpunan dana), selanjutnya pengelola
akan menginvestasikan dana-dana tersebut kedalam proyek atau usaha-
usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi semua aspek
syariah.
c. Kedua belah pihak membuat kesepakatan (akad) yang berisi ruang lingkup
kerjasama, jumlah nominal dana, nisbah, dan jangka waktu berlakunya
kesepakatan tersebut.
24
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Teori dan Praktek ( Jakarta, Gema Insani.,
2001),hal. 90
25Ibid
47
Ulama hanafiyah berpendapat bahwa nisbah bagi hasil ditentutakan pada
awal terbentuknya akad dan yang membedakan dengan bunga adalah apabila
dalam bagi hasil dari usaha dapat berubah-ubah (fluktuatif) dan dapat saja
terjadi resiko setiap saat. Sehinngga hasil persentase nisbah tersebut masih
belum bisa ditetapkan nominalnya.26
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio dan Karanen Perwataatmadja bagi
hasil adalah suatu cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan
pengelola dana. Pembagian hasil ini dapat terjadi antars bank dengan
penyimpanan dana maupun antara bank dengan nasabah penerima dana.
Sedangkan menurut Djaslim Saldin dan Abdus Salam adalah perjanjian
pembagian keuntungan dan atau kerugian dengan besar pembagian tertentu
dan sejumlah dana antara pihak pemilik dana dengan pihak yang
menggunakan dana.
Dalam aplikasinya, mekanisme penghitungan bagi hasil dapat dilakukan
dengan dua macam pendekatan, yaitu :
1) Pendekatan Profit Sharing (Bagi Laba)
Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan.
Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba.27
Profit secara istilah
adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu
perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost).
Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil
didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi
26
Kitab Fiqh Syar’i Tentang Ekonomi Syariah. 27
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002) h. 101
48
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
tersebut.28
Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalahprofit
and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara
untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah
dilakukan.
2) Pendekatan Revenue Sharing (Bagi Pendapatan).
Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang yang
diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods) dan
jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan (sales
revenue).29
Dalam arti lain revenue merupakan besaran yang mengacu pada perkalian
antara jumlah out put yang dihasilkan dari kagiatan produksi dikalikan
dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut.
Penghitungan menurut pendekatan ini adalah perhitungan laba didasarkan
pada pendapatan yang diperoleh dari pengelola dana, yaitu pendapatan
usaha sebelum dikurangi dengan biaya usaha untuk memperoleh
pendapatan tersebut.
Prinsip revenue sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Syafi'i yang
mengatakan bahwa mudharib tidak boleh menggunakan harta
mudharabah sebagai biaya baik dalam keadaan menetap maupun
bepergian (diperjalanan) karena mudharib telah mendapatkan bagian
28
Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk dan Implementasi
Operasional Bank Syari‟ah, (Jakarta : Djambatan, 2001), h. 264 29
Cristopher Pass dan Bryan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, Edisi ke-2. Jakarta:
Erlangga, 1994. h. 583
49
keuntungan maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari harta
itu yang pada akhirnya ia akan mendapat yang lebih besar dari
bagian shahibul maal. Sedangkan, untukprofit sharing diterapkan
berdasarkan pendapat dari Abu hanifah, Malik, Zaidiyah yang mengatakan
bahwa mudharibdapat membelanjakan harta mudharabah hanya bila
perdagangannya itu diperjalanan saja baik itu berupa biaya makan, minum,
pakaian dan sebagainya. Hambali mengatakan bahwa mudharib boleh
menafkahkan sebagian dari harta mudharabah baik dalam keadaan
menetap atau bepergian dengan ijin shahibul maal, tetapi besarnya nafkah
yang boleh digunakan adalah nafkah yang telah dikenal (menurut
kebiasaan) para pedagang dan tidak boros.30
E. Analisis SWOT
a. Pengertian SWOT
SWOT singkatan dari strenghts, weaknesses, opportunities, dan
threats atau dalam istilah lain dikenal dengan kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman. Kekuatan dan kelemahan merupakan analisis terhadap faktor
internal atau lingkungan organisasi, sedangkan peluang dan ancaman
merupakan faktor eksternal atau berada pada lingkungan ekstern organisasi.
Dengan SWOT dapat diketahui faktor-faktor kunci keberhasilan lembaga
atau suatu kebijakan sehingga dapat dirancang program yang relevan atau
30
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusihal.asil Usaha Bank Syariah, (Jakarta, PT.
Grasindo, 2005),hal. 118
50
dengan analisis ancaman dan peluang akan memungkinkan lembaga dapat
menciptakan kegiatan yang dapat mengantisipasi ancaman31
.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor seccara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan atau lembaga. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (stregths) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) danlam ancaman (threats). Terdapat definisi
masig-masing mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman,
sebagai berikut:32
a. Kekuatan
Kekuatan merupakan sumber daya atau kapabilitas yang dikendalikan
oleh atau tersedia bagi suatu perusahaan yang membuat perusahaan
relatif lebih unggul dibanding dengan pesaingnya dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan yang dilayaninya. Kekuatan muncul dari sumber
daya dan kompetensi yang tersedia bagi perusahaan.
b. Kelemahan
Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau
lebih sumber daya atau kapabilitas suatu perusahaan relatif terhadap
pesaingnya, yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan secara efektif.
c. Peluang
31
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 209. 32
Sedarmayanti, Manajemen Strategi, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 109-110.
51
Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam
lingkungan suatu perusahaan. Identifikasi atas segmen pasar, perubahan
dalam kondisi persaingan atau regulasi, perubahan teknologi, dan
membaiknya hubungan dengan pemmbeli/pemasok dapat menjadi
peluang bagi perusahaan.
d. Ancaman
Ancaman merupakan situasi utama ang tidak menguntungkan dalam
linkungan suatu perusahaan atu lembaga. Ancaman merupakan
penghalang utama bagi perusahaan dalam mencapai posisi saat ini atau
yang diinginkan. Masuknya pesaing bau, pertumbuhan pasar yang
lamban, meningkatnya kekuatan tawar menawar dari pembeli atau
pemasok utama, perubahan teknologi, dan direvisinya atau pembaruan
peraturan, dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan perusahaan.
Kinerja perusahaan atau organisai dapat ditentukan dengan analisis
SWOT, yang merupakan hasil perbandingan dengan faktor-faktor eksternal
(peluang dan ancaman). Faktor internal diperoleh dari data dalam
lingkungan perusahaan seperti dari laporan keuangan, kegiatan operasional,
kegiatan pemasaran dan data sttaf serta karyawan. Sedangkan faktor
eksternal diperoleh dari data lingkungan diluar perusahaan atau organisasi,
seperti analisis pasar, komunitas, pemerintah, dan analisis kelompok (unuk
kepentingan tertentu) perencanaan usaha yang bai dengan menggunakan
52
metode pengujian analisis SWOT dirangkum dalam matrik SWOT yang
dikembangkan oleh Kearns(1992).33
33
M. Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islam,
(Jakarta: Gema Insani Press), h.67
53
Tabel 2.2 Matriks SWOT Kearns
Efas
Ifas
Opportunities (O)
(Peluang)
Threats (T)
(Ancaman)
Strength (S)
(Kekkuatan)
Srategi SO
Keunggulan Komparatif
(Comparative Advantage)
Strategi WO
Mobilisasi
(Mobilization)
Weaknesses (W)
(Kelemahan)
Strategi ST
Divestasi/Investasi
(Divesment/Invesment)
Stategi WT
Kendali kerusakan
(Damage Control)
Dalam matriks tersebut, comparative advantage (keunggulan
komparatif) berarti pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga
organisassi tidak boleh membiarkan peluang tersebut hilang begitu saja,
namun sebaliknya organisaasi harus segera memperkuatnya dengan
berbagai perencanaan yang mampu mendukungnya.
Sel A, ini memberi kemungkinan bagi organisasi untuk berkembang
lebih cepat, namun harus senantiasa waspada terhadap perubahan yang tidak
menentu dalam lingkungannya. Dengan demikian yang harus dijawab
adalah “Bagaimana memanfaatkan kekuatan yang ada, untuk meningkatkan
posisi kompetitif organisasi”.
Sel B, menghadapkan organisasi pada isu strategis Mobilization, yaitu
kotak interaksi dan pertemuan antara ancaman dari luar yang diidentifikasi
dengan kekuatan organisasi. Disini organisasi harus melakukan mobilisasi
sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak
54
ancaman dari luar tersebut. Bahkan jika mungkin organisasi dapat
mengubahnya menjadi peluang.
Sel C, menampilkan isu strategis Invesment atau Divesment yang
memberikan pilihan dengan situasi yang kabur. Peluang yang tersedia
sangat meyakinkan, namun organisasi tidak memiliki kemampuan untuk
menggarapnya. Kalau dipaksakan, dapat memakan biaya yang cukup besar
akan merugikan organisasi.
Sel D, adalah kotak yang paling lemah dari semua sel karena
merupakan kotak atau titik temu dua sisi yang masing-masing lemah, dan
karennya keputusan yang salah akan membawa bencana bagi organisasi.
Strategi yang harus diambil adalah Demage Control (mengendalikan
kerugian) yang diderita sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang
diperkirakan.
b. Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Analisis SWOT
Pada analisis SWOT terdapat fungsi, manfaat, dan tujuannya bagi
perusahaan, yaitu:
a. Fungsi Analisis SWOT
Analisis SWOT berfungsi untuk menganalisis mengenai kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan yang dilakukan melalui telaah
terhadap kondisi internal perusahaan, serta analisis mengenai peluang
dan ancamn yang dihadapi perusahaan yag dilakukan melalui telaah
terhadap kondisi eksternal perusahaan. SWOT dapat digunakan untuk
mengungkap suatu penelitian mengenai capacity building suatu lembaga
55
yang terkait, pengembangan kelembagaan, pengembangan model
kebijakan mulai dari analisis formulasi, implementasi dan evalusi
kebijakan.
b. Manfaat Analisis SWOT
Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan dalam
bisnis apa perusahaan beroperasi, dan arah mana perusahaan menuju
maasa depan serta ukuran apa saja yang digunakan untuk menilai
keberhasilan manajaemen perusahaan dalam menjalankan misinya dan
mewujudkan visinya. Dari hasil analisis akan memetakan posisi
perusahaan terhadap lingkungan dan menyediakan pilihan strategi umum
yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran
perusahaan selama 3-5 tahun ke dean untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan dari stakeholder.34
c. Tujuan Analisis SWOT
Penerapan SWOT pada suatu perusahaan bertujuan unuk memberikan
suatu panduan agar perusahaan menjadi lebih fokus, sehingga dengan
penempatan analisis SWOT tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai
bandingan pikir dari berbagai sudut pandang, baik dari segi kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman yang mungkin bisa terjadi dimasa-
masa yang akan datang. Tujuan lain diperlukannya analisis SWOT
adalah dimana setiap produk yang beredar dipasaran pasti akan
mengalami pasang surut dalam penjualan atau yang dikenal dengan
34
Mirantini Tri Kuntari, “Analisis SWOT pada Produk Asuransi Mitra Mabrur Plus”,
(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2015), h.18
56
istilah daur hidup produk (life cycle product). Konsep daur hidup produk
dirujuk berdasarkan keadaan realitas yang terjadi dipasar, bahwa
konsumen memiliki tingkat kejenuhan dalam memakai suatu produk.35
c. Matrik Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matrik Faktor Strategi Eksternal, kita perlu
mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal (External Strategic
Factor Analysis Summery/EFAS).36
Cara membuat nya adalah:
a. Sususnlah kolom 1 (5 sampai 10 peluang dan ancaman)
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom , mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting)
c. Hitung rating (dalam kolam 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil
diberi rating 1). Sedangkan pemberian rating untuk faktor ancaman
adalah seebaliknya misalnya, jika nilai ancamannya lebih besar,
ratingnya adalah 1. Sebaliknya jika ancamannya sedikit, ratingnya 4.
d. Kalikan bobot pada kolam 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolam 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilali bervariasi mulai dari
4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
35
Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi, (Bandung: Alfabeta, 201), h. 343) 36
Freddy Rangkuty, Analisis SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 19
57
e. Gunakan kolam 5 untuk memberi komentar atau catatan atau faktor-
faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan nilai total ini dapat
kita gunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan
lainnya dalam kelompok industri yang sama.
Tabel 2.3 Matriks EFAS37
Faktor-faktor
Strategi Eksternal
Bobot Rating
Bobot x
Rating
Komentar
Peluang
Ancaman
Total 1,0
d. Matrik Faktor Strategi Internal
Suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary)
disususn untuk merumuskan faktor internal tersebut dalam kerangka
strength dan weekness perusahaan.38
Tahap-tahapnya adalah:
a. Tentukan dfaktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
perusahaan pada kolom
b. Beri bobot masing-masingg faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-
37
Ibid, h.19. 38
Freddy Rangkuty, Analisis SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 20
58
faktor terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0)
c. Hitung rating (dalam kolam 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor)
berdasarkan pengaruh tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan variabel yang bersifat positif (Semua variabel yang
termasuk kategori kekuatan) dimulai dari 1 sampai dengan 4 (sangat
baik) dengan membandingkannya rata-rata industri atau dengan pesaing
utama sedangkan untuk variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.
Contohnya jika kelemahan perusahaan lebih besar sekali dibandingkan
rarta-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan
perusahaan dibawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 kalikan bobot
pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor
pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0
(outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memeberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipillih dan bagaiana skor pembobotannya dihitung
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai ini dapat
digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan
lainnya dalam kelompok industri yang sama.
59
Tabel 2.4 Matriks IFAS
Faktor-faktor
Strategi Eksternal
Bobot Rating
Bobot x
Rating
Komentar
Peluang
Ancaman
Total 1,0
Melalui Kuadran Pearce dan Robinson (1988) memberikan empat
kemungkinan posisi yang di tempati oleh suatu organisaasi.39
Gambar 2.1 Kuadran Pearce dan Robinson
Kuadran III Kuadran I
(- , +) Ubah Strategi (+ , +) Progresif
Kuadran IV Kuadran II
(- , -) Strategi Bertahan ( + , - ) Diversifikasi Strategi
Kuadran I (SO):
a. Merupakan situasi yang sangat menguntungkan
39
Siti Muryasari, “Analisis SWOT Terhadap Produk Unit Link” (Studi Pada PT Asuransi
Takaful Keluarga, 2010 Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta), h.73.
Berbagi Peluang
(O)
Kekuatan Internal
(S)
Kelemahan Internal
(W)
Berbagai Ancaman
(T)
60
b. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal
c. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah prima dan
mantap sehingga pertumbuhan yang agresif.
Progresif artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, membesarkan
perumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (ST):
a. Meskipun mengahadapi berbagai macam ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal.
b. Perusahaan pada posisi seperti ini dapat menggunakan kekuatannya
untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
c. Dilakukan melalui penggunaan strategi diversifikasi produk atau pasar.
Diversifikasi artinya perusahaan dalam kondisi mantap namun
mengahadapi sejumlah tantangan berat, sehingga diperkirakan roda
organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya
bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karena itu organisaasi
disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi teknisnya.
Kuadran III (WO):
a. Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar tetapi sumber daya
lemah.
b. Karena itu dapat memamafatkan peluang tersebut secara optimal
61
c. Fokus strategi perusahaan pada posisi ini ialah meminimalkan kendala-
kendala internal perusahaan.
Ubah strategi artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi
sebelumnya, strategi lama sulit untuk dapat menangkap peluang yang
ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran IV (WT):
a. Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan
b. Perusahaan menghadapi bebagai ancaman eksternal sementara sumber
daya yang dimiliki banyak kelemahan.
c. Strategi yang diambil Defensif, Penciutan atau Likuidasi.
Strategi bertahan artinya kondisi internal organisasi yang lemah yang di
hadapkan pada situasi eksternal yang sulit, menyebabkan organisasi
berada pada pilihan dramatis. Karena itu organisasi disarankan untuk
menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar
tidak semakin terperosok. Strategi dipertahankan sambil terus berupaya
membenahi diri.
F. Tinjauan (Review) KajianTerdahulu
Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap
beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang
dibahas dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan beberapa literatur
yang membahas tentang pembiayaan musyarakah, di antaranya:
62
Tabel 2.5 Tinjauan (Review) KajianTerdahulu
No Penulis/Judul/Tahun Substansi Perbedaan
Dengan Penulis
1 Aam Mahmudah,
1110046100020,
Strategi Manajemen
Risiko Pembiayaan
Musyarakah Pada
KSU BMT UMJ.
Skripsi, Program
Studi Muamalat
(Ekonomi Islam),
Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas
Syarif hidayatullah
jakarta, 2014.
Penelitian ini membahas
tentang proses
manajemen risiko
pembiayaan musyarakah
dan strategi manajemen
risiko yang dilakukan,.
Adapun metode yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
menggunakan analisis
SWOT dengan tujuan
untuk mengetahui faktor
internal dan eksternal
yang berpengaruh
terhadap strategi
manajemen risiko.
Penelitian ini
membahas
tentang Evaluasi
kontrribusi
pembiayaan
musyarakah
Usaha Mikro
Kecil dan
Menengah pada
pendapatan
BPRS Al-
Salaam serta
menjelaskan
pola bagi hasil
pembiayaan
musyarakah
UMKM.
2 Lulu Febrianty,
208046100102,
Pembiayaan
Musyarakah dengan
pendekataan Profit &
Loss Saring pada
BMT Ta‟awun
Cipulir. Skripsi,
Program Studi
Muamalat (Ekonomi
Penelitian ini membahas
tentang pembiayaan
musyarakah dalam
pendekataan profit & loss
sharing pada BMT
Ta’awun Cipulir,
bagaimana memonitoring
dalam bagi hasil pada
pembiayaan musyarakah
di BMT tersebut serta
Penelitian ini
membahas
tentang Evaluasi
kontrribusi
pembiayaan
musyarakah
Usaha Mikro
Kecil dan
Menengah pada
pendapatan
63
Islam), Fakultas
syariah daan Hukum,
Universitas Syarif
Hidayatullah Jakarta,
2010.
mengetahui faktor
pendukung dan
penghambat dalam
menjalankan pembiayaan
musyarakaah di BMT
Ta’awun Cipulir.
BPRS Al-
Salaam serta
menjelaskan
pola bagi hasil
pembiayaan
musyarakah
UMKM.
3 Fauzan Fahrul,
Muhammad Arfan,
Barwanis. Pengaruh
Tingkat Risiko
Pembiayaan
Musyarakah dan
Pembiayaan
Murabahah terhadap
tingkat Profitabilitas
Bank Syariah (Studi
Pada Bank Aceh
Syariah Cabang
Banda Aceh). Jurnal,
Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh,
2012.
Penelitian ini menguji
tentang pengaruh tingkat
risiko pembiayaan
musyarakah dan
pembiayaan murabahah
terhadap tingkat
profitabilitas Bank Aceh
Syariah Cabang Banda
Aceh. Hasil dari
penelitian ini
menunjukkan bahwa (1)
risiko risiko pembiayaan
musyarakah dan
pembiayaan murabahah
secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh
terhadap tingkat
profitabilitas bank
syariah Banda Aceh (2)
pengujian secara parsail
menunjukkan bahwa
risiko pembiayaan
musyarakah berpengaruh
terhadap tingkat
Penelitian ini
membahas
tentang Evaluasi
kontrribusi
pembiayaan
musyarakah
Usaha Mikro
Kecil dan
Menengah pada
pendapatan
BPRS Al-
Salaam serta
menjelaskan
pola bagi hasil
pembiayaan
musyarakah
UMKM.
64
profitabilitas bank
syariah Banda Aceh (3)
secara parsial
memperlihatkan bahwa
risiko pembiayaan
murabahah berpengaruh
terhadap tingkat
profitabilitas bank
syariah banda Aceh.
4 Nadratuzzaman
Hosen, Musyarakah
Mutanaqisah. Al-
Iqtishad, Fakultas
Syariah dan Hukum,
UIN Syarif
Hidyatullah Jakarta,
2009.
Membahas tentang risiko
yang timbul dalam
Musyarakah
Mutanaqishah, simulasi
model Musyarakah
Mutanaqishah. Dalam
penelitian ini juga
membahas tentang skim
musyarakah
mutanaqishah dimana
bagi bank syariah
penerapan skim
mutanaqishah harus
mendapatkan keuntungan
sama atau lebih besar
apabila Bank
menerapkan musyarakah
plus risiko yang sama
atau lebih kecil.
Penelitian ini
membahas
tentang Evaluasi
kontrribusi
pembiayaan
musyarakah
Usaha Mikro
Kecil dan
Menengah pada
pendapatan
BPRS Al-
Salaam serta
menjelaskan
pola bagi hasil
pembiayaan
musyarakah
UMKM.
65
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan
kualitatif ini ingin melihat dan mengungkapkan suatu keadaan maupun
suatu objek dalam konteksnya, menemukan makna (meaning) atau
pemahaman yang mendalam tentang sesuatu masalah yang dihadapi, yang
tampak dalam bentuk data kualitatif, baik berupa gambar, kata maupun
kejadian serta dalam “natural setting”.40
Metode kualitatif berusaha
memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku
manusia terkadang perspektif berdasarkan peneliti sendiri. Penelitian yang
menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami objek yang
diteliti secara mendalam.41
Penelitian ini bersifat deskriptif analysis, yaitu mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang
ada, dan menggambarkannya dengan terbuka sesuai kenyataan yang
terjadi.42
Penelitian deskriptif ini dilakukan untuk memberikan gambaran
yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.43
40
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 43. 41
Imam Gunawan, Metode Penelitiaan Kualitatif Teori Dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 80 42
Suahrsimi Arikunto, Prosedur Suatu Pendekatan Praktek , (Jakarta, PT Rineka Cipta,
2002) cet. XII, edisi revisi V, h. 93 43
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Peneltian Kuantitatif, (Jakarta
Rajawali Pers, 2011), h. 42.
66
Maka penelitian ini dilakukan pada BPRS Al-Salaam untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pembiayaan Musyarakah, serta
untuk mengetahui seberapa besar dampak pembiayaan tersebut dapat
memberikan kontribusi terhadap pendapatan BPRS Al-Salaam.
B. Objek dan Subjek Penelitian
Adapun objek dan subjek penelitian yang akan diteliti oleh penulis
adalah tentang pembiayaan musyarakah UMKM di BPRS Al-Salaam
kantor pusat di Jalan Cinere Raya Blok A No. 42 Limo Depok 16514.
C. Sumber Data
a. Data primer
Yaitudata yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari
sumber pertama atau tempat objek penelitian.44
Data yang diperoleh
langsung dari beberapa pihak yang berwewenang di BPRS Al-Salaam
dalam bentuk dokumentasi atau data-data tertulis.
b. Data sekunder
Merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan
mengumpulkan yang diperoleh dari berbagai literatur dan referensi lain
seperti buku, majalah, makalah dan setiap artikel yang mengandung
informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas, dihimpun dari
berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet.45
Data
sekunder umumnya berupa bukti catatan atau laporan historis yang
44
Sofyan Siregar, Statistik Deskriftif Untuk Penelitian, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
2010), h. 128 45
http://nagabiru86.wordpress.com/2009/06/12/data-sekunder-dan-data-primer/. Diakses
pada tanggal 9 januari 2017
67
telah disusun dalam arsip yang telah dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan.46
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data
yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Penelitian
ini mengguunakan beberapa metode, yaitu:
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
cara melakukan percakapan dengan responden atau
narasumber.47
Wawancara adalah suatu kejadian atau proses interaksi
antara pewawancara dan sumber informasi atau orang yang
diwawancarai melalui omuniasi langsung. Wawancara merupakan
percakapan tatap muka antara pewawancara dengan sumber informasi,
dimana pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu objek yang
diteliti dan telah di rancang sebelumnya.48
Dalam hal ini, penulis akan
melakukan wawancara dengan kepala cabang cinere yang memang
mengerti tentang pembiayaan musyarakah UMKM BPRS Al-Salaam.
b. Observasi
Observasi yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati langsung dan mencatat secara sistematis terhadap gejala-
46
Tika, Moh Pabuan, Metologi Riset Bisnis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) 47
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Cetakan ke 11(Bandung : CV. Alfabeta, 2010)
48Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan, (Padang : Kencana Prenadamedia Group, 2013) h. 372.
68
gejala yang diselidiki.49
Dalam hal ini penulis melakukan penelitian
dengan cara mengamati langsung di BPRS Al-Salaam. Menurut
S.Nasution, observasi bisa dilaksanakan melalui dua pilihan cara, yakni
melibatkan peneliti dan tanpa melibatkan keikutsertaan peneliti.50
Dalam
hal ini, penulis akan melakukan observasi di kantor pelayaan BPRS Al-
Salaam.
c. Angket
Yaitu alat penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan
daftar pernyataan terbuka untuk memperoleh keterangan dari sejumlah
karyawan yang mengerti tentang atau di bagian pembiayaan
(musyarakah).
d. Dokumen
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesustu
yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang,
peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dengan fokus
peneliatian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam
peneliatian kualitatif. Dokumen ini dapat berbentuk teks tertulis,
artefacts, gambar, biografi, karya tulis,dan cerita.51
Dokumen dapat
dikategorikan sebagai dokumen pribadi, dokumen resmi, dan dokumen
49
Cholid dkk, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), Cet. 5, h. 70 50
Purbayu.B.S dan Muliawan.H, Statistika Deskriptif dalam Bidang Ekonomi dan Niaga
(Jakarta: Erlangga,2007), h.13 51
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan, (Padang : Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 391
69
budaya populer. Kadang-kadang dokumen ini digunakan dalam
hubungannya untuk mendukung data wawancara dan observasi.52
e. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu melakukan penelusuran kepustakaan dan
menelaahnya. Sumber data berupa buku, jurnal, majalah, koran,
internet dan lain-lain.
E. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini sebanyak cabang BPRS Al-Salaam yaitu 13
cabang, dimana populasi tersebut karyawan yang mengerti tentang atau di
bagian pembiayaan (musyarakah). Karena jumlah populasi yang sedikit
maka penulis menggunakan seluruh populasi sebagai sampel penelitian.
Oleh karena itu penelitian ini dinamakan sensus karena menggunakan
semua populasi sebagai objek peneliatan.
F. Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan data kualitatif, dimana penulis akan
mengedit data kemudian mengkategorisasikan atau mengklarifikasi data
sesuai dengan masalah atau tema yang sedang dibahas, maka langkah-
langkahnya adalah sebagi berikut:
1. Hasil identifikasi faktor-faktor SWOT akan menjadi bahan scoring,
pembobotan dan rating masing-masing faktor.
2. Menghitung total yang dipeoleh dari hasil perkalian skor dengan bobot
dan rating akan menunjukkan nilai faktor SWOT sesungguhnya.
52
Emzir, Metodologi Penelitian Kualiatif Analisi Data (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 75
70
3. Hasil perhitungan akan memberikan starategi untuk masing-masing
pendekatan dan menghasilkan strategi terbaik dari penggabungan
kedua pendekatan tersebut.
G. Teknik Analisis Data
Data atau informasi yang diperoleh dalam penulisan ini bersifat
kualitatif dengan menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif.
Pendekatan deskriptif yaitu metode untuk memberikan pemecahan
masalah dengan mengumpulkan data, mengklarifikasi, menganalisis dan
menginterprestasikannya. Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif searah
dengan rumusan masalah serta pertanyaan penelitian atau identifikasi
masalah. Hal ini disebabkan tujuan dari penelitian ini akan menjawab
pertanyaan sebelumnya yang dikemukakan oleh rumusan masalah. Hal ini
dilakukan karena bermaksud untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,
tantangan, dan ancaman dari pembiayaan musyarakah yang diperoleh dari
hasil wawancara.
Analisis disajikan dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1. Prosedur penyaluran pembiayaan musyarakah.
2. Pola Bagi Hasil Pembiayaan Musyarakah Terhadap UMKM Binaan
BPRS Al-Salaam
3. Perubahan tingkat pendapatan BPRS Al-Salaam Melalui Pembiayaan
Musyarakah UMKM.
71
4. Analisis terhadap point-point kekuatan dan kelemahan dari
pembiayaan musyarakah. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel
matrik IFAS (Internasional Strategic Factor Analysis Summary).
5. Analisis terhadap point-point peluang dan tantangan dari pembiayaan
musyarakah UMKM. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel matrik
EFAS (External Strategic Factor Anallysis Summary).
6. Evaluasi Kontribusi Pembiayaan Musyarakah UMKM terhadap
pendapatan BPRS Al-Salaam
Gambar 3.1 Digram Alur Metodologi Penelitian
Preparasi Data Awal
Pengumpulan Data Awal
(Kuesioner)
Hasil Perhitungan bobot
IFAS dan EFAS
IFAS
Identifikasi Faktor-Faktor
SWOT
Interpretasi Model
EFAS
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
a. Sejarah Singkat Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam
PT BPR Amaal Salman yang lebih dikenal dengan BPR Al-
Salaam, didirikan pada tanggal 19 oktober 1991. Pendirinya diprakarsai
oleh para alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid
Salman pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan
selama menimba ilmu diperguruan tinggi telah mendorong para alumni ini
untuk melanjukan kegiatan amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu
di Salman ITB dengan membentuk lembaga yang bergerak di bidang
sosial dengan nama Yayasan Amal Salman. Salah satu bentuk kegiatan
yang ditunjukan untuk membantu perekonomian masyarakat adalah
dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank
Perkrediatan Rakyat (BPR) dengan nama BPR Al Salaam.
Pendirian BPR Al Salaam juga dimaksudkan untuk turut serta
dalam pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah
ke bawah, dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas
keislaman.
Berbeda dari badan usaha swasta pada umumnya BPR Al-salaam
merupakan usaha yang berlandaskan kebersamaan (solidaritty corporate)
yang tetap menjunjung tingggi profesionalisme. Sejak tanggal 3 juli 2006
73
BPR Al-Salaam berubah dari bank konvensional menjadi bank
berazaskan syariah (BPRS Al-Salaam). BPRS AL-Salaam hadir untuk
memberikan pelayanan “retail banking” bagi kemajuan bersama sesuai
dengan motto “Maju Dalam Kebersamaan”.
b. Visi, Misi, Motto dan Tujuan BPRS Al-Salaam
a. Visi BPRS Al Salaam
“Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Terbaik Di Indonesia”
b. Misi BPRS Al-Salaam
“Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang menghasilkan
produk jasa perbankan terbaik bagi nasabah dan menciptakan
kondisi yang kondusif bagi pemerataan pembangunan
perekonomian sektoral dengan orientasi pengembangan usaha kecil
dan menengah menuju kesejahteraan bagi stake holder”
c. Motto BPRS Al-Salaam
“Maju Dalam Kebersamaan”
d. Tujuan BPRS Al-Salaam
1) Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan
pelayanaan kepada nasabah melalui penyediaan jasa
keuangan yang optimal dalam hal kualitas, kenyamanan,
keamanan, dan keuntungan dalam hal berinvestasi.
2) Memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi seluruh
karyawan.
3) Memberikan hasil yang terbaik bagi stake holder.
74
c. Produk-produk BPRS Al-Salaam
a. Produk Pembiayaan
1) Pembiayaan Kendaraan
Terdiri dari Kredit Motor Syariah dan Kredit Mobil Syariah
2) Pembiayaan Rumah & Ruko
(Pembiayaan Syariah KPR iB)
3) Pembiayaan Modal Kerja & Investasi Usaha
(Pembiayaan Syariah Modal Usaha (PSMU)
4) Pembiayaan Multiguna
(Pembiayaan Al-Salaam Syariah atau PAS)
5) Pembiayaan mikro
Terdiri dari Pembiayaan Sahabat Al Salaaam iB (PSA iB), dan
Pembiayaan Syariah KTR
6) Refinancing Syariah Al Salaam
b. Tabungan
1) iB Amanah
2) Tabernas Platinum
c. Deposito Syariah Rakyat (DSR)
d. Struktur Organisasi
Dewan Pengawas Syariah : (1) Mohammad Yahya
(2) Mohammad Akmasj
Pemegang Saham Pengendali : B. Munir Sjamsoeddin
Dewan Komisaris Utama : Mulya Soepardi
75
Dewan Komisaris : Sukri Yurzal Murad
Direksi : (1) Ichwanda Munir Syamsoeddin
(2) Azwar
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPRS Al-Salaam
STRUKTUR KANTOR PUSAT
STRUKTUR KANTOR CABANG UTAMA
STRUKTUR KANTOR KAS
TIDAK TERPERINCI
B. Prosedur Penyaluran Pembiayaan Musyarakah Usaha Mikro Kecil
danMenengah Di BPRS Al-Salaam
DIREKTUR
UTAMA
KEPALA
CABANG
DIREKTUR
BISNIS
DIREKTUR
OPERASIONAL
Wakil
Kepala
Cabang SPV OPS SPV CRO
Spv Sales
Pembiayaan Teller
Admin & BO
Customer
service
Collection
Reviewer Spv Sales
Pendanaan
Sales &
Marketing
Sales &
Marketing
KANTOR KAS
76
Untuk mendapatkan pembiayaan musyarakah, calon nasabah
diharuskan melalui beberapa proses yang telah ditetapkan oleh BPRS Al
Salaam. Adapun prosedur dan persyaratan pada umumnya yang di tetapkan
oleh BPRS Al Salaam secara umum tidak jauh berbeda dengan bank-bank
yang lain untuk mendapatkan pembiayaan musyarakah. Tahapan awal proses
pembiayaan musyarakah adalah:53
a. Permohonan Pembiayaan
Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis (form
permohonan ini sudah di sediakan oleh pihak bank), permohonan
pembiayaan tersebut harus memuat informasi yang lengkap meliputi:
1. Besarnya Plafond pembiayan,
2. Tenor,
3. Tujuan penggunaan dana,
4. Identitas nasabah dan pasangan,
5. Identitas Jaminan,
6. Cash flow nasabah dan pasangan,
7. berapa besar proyek/usaha yang sedang dikerjakan,
8. berapa lama pekerjaan dan berapa keuntungan dari proyek/usaha
tersebut. (ini tertuang didalam Surat Perintah Kerja).
b. Analisa Pembiayaan
Setiap permohonan pembiayaan yang telah memenuhi syarat diatas, harus
dilakukan analisis pembiayaan secara tertulis, analisis ini menggambarkan
53
Wawancara dengan bapak Fitriyadi (Kepala Cabang Cinere BPRS Al-Salaam)
77
informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon termasuk hasil
penelitian pada daftar pembiayaan di bank lain, penilaian atas kelayakan
jumlah permohonan pembiayaan dengan kegiatan usaha yang akan di
biayai, menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh
pihak-pihak yang berkepentingan denga pemohon pembiayaan, Analisa
pembiayaan harus sekurang-kurangnya mencakup analisa 5’C, trade
checking ke pemberi kerja/projek.
c. Rekomendasi persetujuan pembiayaan
Rekomendasi persetujuan pembiayaan harus disusun secara tertulis
berdasarkan hasil analisis pembiayaan yang telah dilakukan. Isi
rekomendasi pembiayaan harus sejalan dengan keimpulan analisis
pembiayan.
d. Pemberian peretujuan pembiayaan
Setiap pemberian persetujuan pembiayaan harus memperhatikan analisis
dan rekomendasi persetujuan pembiayaan, dan penetapan berapa bagi hasil
yang akan diterima bank dan nasabah.
e. Perjanjian pembiayaan
Pembiayaan yang telah disetujui dan sisepakati pemohon, pembiayaan
tersebut wajib dituangkan dalam perjanjian pembiayaan (Akad
Musyarakah), akad ini memuat jumlah pembiayaan yang diberikan, jangka
waktu, tata cara pembayaran.
f. Pencairan pembiayaan
78
Setelah akad pembiayaan musyarakah di lakukan, dan dipastikan bahwa
seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan pembiayaan telah di
selesaikan, maka dana pembiayaan dapat di cairkan.
g. Control pembiayaan setelah pencairan
Dana yang diberikan ke nasabah yang dipergunakan untuk pengerjaan
pekerjaan proyek, harus di control tahapan pengerjaan nya, jangan sampai
dana yang diberikan bukan dipergunakan untuk proyek yang dimaksud,
serta dengan mengkontrol tahapan pekerjaan pihak bank akan mengetahui
progress pekerjaan yang ada di SPK proyek tsb karena akan berkaitan
dengan pembayaran proyek dan angsuran.
C. Pola Bagi Hasil Pembiayaan Musyarakah Terhadap UMKM Binaan
BPRS Al-Salaam
Sebagaimana diketahui, prinsip bagi hasil merupakan karakteristik
umum perbankan syariah dan sebagai landasan dasar sebagai operasional
perbankan syariah secara keseluruhan. Prinsip-prinsip bagi hasil dalam
perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu salah satunya
yang termasuk ke dalamnya adalah akad muyarakah.54
Sesuai dengan hukum syariah, bahwa sistem bagi hasil pada
pembiayaan musyarakah sesuai dengan kesepakatan bersama antara nasabah
dengan pihak bank yang saling berkongsi. Sistem ini dirancang untuk
membina kebersamaan atau kemitraan dalam menanggung risiko usaha. Para
mitra saling memberikan modal baik yang berupa uang ataupun berupa aset
54
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktek,(Jakarta: Gama Insani
Press, 2001), Cet. I h. 90
79
perdagangan. Dalam pembiayaan musyarakah ini, modal diantara nasabah
dan bank tidak mesti harus sama, bisa saja mitra yang satu memberikan
modal diantara nasabah dan bank tidak mesti harus sama, bisa saja mitra yang
satu memberikan modal yang lebih besar dari pada mira-mitra yang lainnya,
dan modal dalam pembiayaan ini juga tidak mesti harus uang.
Dan begitu juga dalam hal pembagian keuntungan dan kerugian.
Keuntungan yang diperoleh dari musyarakah adalah partisipasi aktif dalam
bisnis, dan pertanggung jawaban musyarakah. Keuntungan harus
didistribusikan diantara para mitra-mitra dalam bisnis berdasarkan proporsi
yang telah ditetapkan sebelumnya oleh mereka. Bagian keuntungan masing-
masing pihak harus dinyatakan sebagai suatu proporsi atau persentase.
Namun, apabila terdapat kerugian pada musyarakah haruslah dibagi antara
kedua belah pihak yang besangkutan. Kerugian juga harus dibagi sesuai
dengan kontribusi modal masing-masing mitra.55
Pola bagi hasil atau nisbah pembiayaan musyarakah di BPRS Al-
Salaam sudah disepakati bersama dengan melihat berapa nilai usaha atau
proyek yang dijalankan usaha atau (proyek yang akan di biayai), berapa
keuntungan dari usaha atau proyek tersebut, berapa besar porsi modal bank
dan nasabah, Dimana, bank dan nasabah keduanya memiliki modal. Modal
bank dan modal nasabah digunakan oleh pengelola sebagai modal untuk
mengerjakan proyek. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari proyek
dibagikan berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama dan yang paling
55
Mervyn Lewis Dan Latifah Algaoud, Perbankan Sayriah Prinsip Praktik Dan Pospek,
(Jakrta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), Cet. I, h. 69-70
80
mudah diaplikasikan. Porsi bagi hasil pembiayaan musyarakah di BPRS Al-
Salaam ini bersifat fluktuatif, ada yang 55:45, 60:40, 30:70. Ini dikarenakan
dilihat dari besaran nasabah mempunyai modal berapa lalu BPRS Al-Salaam
bisa menghitung bagi hasil yang dipergunakan.
D. Analisis Perkembangan Pendapatan BPRS Al-Salaam
Berikut ini penulis akan menyajikan data pendapatan BPRS Al-Salaam
pembiayaan musyarakah selama dua tahun terakhir dari 2015 sampai 2016.
Tabel 4.1 Pendapatan Pembiayaan Musyarakah BPRS Al-Salaam
Periode 2015-2016
(Dalam Rupiah)
Tahun Pendapatan Nasabah Persentase
2015 390.000.000 3 11,97%
2016 2.867.602.495 5 88,03%
Jumlah 3.257.602.495 8 100%
Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan BPRS Al-Salaam
dari pembiayaan musyarakah pada tahun 2015 sebesar 11,97% yaitu Rp
390.000.000,- pada tahun 2016 sekitar 88,03% yaitu sebesar Rp
2.867.602.495,-, Hal ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan pendapatan
BPRS Al-Salaam dari pembiayaan musyarakah pada tahun 2015 dan 2016
adalah sebesar Rp 3.257.602.495.
Dari data tersebut dapat dilihat pula bahwa perubahan tingkat pendapatan
BPRS Al-Salaam melalui pembiayaan musyarakah mengalami peningkatan
81
yang sangat bagus, sehingga BPRS Al-Salaam harus mengembangkan produk
tersebut agar pendapatan BPRS menaik lebih pesat lagi.
E. Analisis SWOT Pembiayaan Musyarakah
1. Strengths (Kekuatan)
a. Memiliki lokasi yang strategis
Dalam bisnis bank, penentuan lokasi dimana bank akan beroperasi
merupakan salah satu faktor penting. Dalam persaingan yang ketat
penentuan lokasi mempunyai pengaruh cukup signifikan dalam
aktifitas menghimpun dana masyarakat serta menyalurkan pembiayaan
kembali kepada masyarakat. Lokasi strategis inilah yang
memungkinkan masyarakat luas untuk menjangkau keberadaan BPRS
Al-Salaam serta akses mudah dicapai masyarakat.
b. Bank syariah lain masih sedikit yang melakukan akad musyarakah
Sampai saat ini pesaing masih sedikit yang melakukan akad
musyarakah, sehingga menjadi kekuatan tersendiri bagi BPRS Al-
Salaam untuk terus mengembangkan pembiayaan musyarakah.
c. Beroperasi atas dasar prinsip syariah
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip syariah Islam, sama hal nya dengan BPRS Al-Salaam
yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata cara
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Alquran dan
82
Hadits sehingga menjadi kekuatan untuk terus mengembangkan
kemajuan BPRS Al-Salaam.
2. Weaknesses (Kelemahan)
a. Kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat
Ketidaktahuan masyarakat tentang sistem bagi hasil yang
ditawarkan oleh BPRS Al-Salam ini diakibatkan masih kurangya
sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Bank syariah harus
membuat strategi edukasi dan sosialisasi yang mampu mengenalkan
bank syariah kepada seluruh segmen masyarakat.
b. Produk yang belum dikenal
Secara umum, produk pembiayaan musyarakah memang belum
banyak dikenal oleh masyarakat. Masyarakat masih awam dengan
istilah-istilah yang digunakan oleh lembaga perbakan syariah. Oleh
karena itu hal ini merupakan salah satu kelemahan yang membutuhkan
strategi jitu dalam mengenal produk bank syariah.
c. Kurangnya pemasaran dan promosi
Promosi merupakan sarana yang paling ampuh unuk menarik dan
mempertahankan nasabah. Salah satu tujuan promosi bank adalah
menginformsaikan segala jenis produk yang ditawaarkan dan berusaha
menarik calon nasabah baru. Namun promosi yang dilakukan oleh
BPRS Al-Salaam belum optimal.Promosi yang dilakukan dengan
mengenalkan ke perusahaan-perusahan yang mendapatkan SPK (Surat
83
Perintah Kerja) dimana data basenya berasal dari nasabah-nasabah
lama.
d. Sumber daya manusia yang belum memadai.
Masih kurangnya sumber daya manusia yang memadai, merupakan
salah satu kelemahan dalam setiap lembaga atau perusahaan untuk
memasarkan produk termasuk pembiayaan musyarakah. Karena dari
sinilah nantinya sumber daya manusia menjelaskan mekanisme dari
pembiayaan tersebut agar nasabah bisa memahami konsep dari
pembiayaan musyarakah.
Tabel 4.2 Matriks IFAS Pembaiayan Musyarakah UMKM
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Memiliki lokasi yang strategis Kurangnya sosialisasi dan edukasi
kepada masyarakat
Bank syariah lain masih
sedikit yang melakukan akad
musyarakah
Produk yang belum dikenal
Kurangnya pemasaran dan promosi
Beroperasi atas dasar prinsip
syariah
Sumber daya manusia yang belum
memadai
3. Opportunity (Peluang)
a. Pesaing masih sedikit
84
Jarangnya bank syariah lain yang melakukan pembiayaan
musyarakah memberikan peluang yang sangat besar bagi BPRS Al-
salaam dalam mengembangkan pembiaayan musyarakah.
b. Banyaknya pusat perdagangan
Lokasi BPRS Al Salaam yang dekat dengan pusat perdagangan
sehingga memberikan peluang pasar bagi BPRS Al-Salaam untuk
mengembangkan pembiayaan musyarakah.
c. Pertumbuhan UMKM yang sangat pesat
Pertumbuhan UMKM yang sangat pesat ini menjadikan peluang
bagi BPRS Al-Salaam untuk memberikan sebagian modalnya ke
UMKM.
d. Banyak UMKM yang belum mendapatkan dana
Banyaknya UMKM yang belum mendapatkan dana atau yang
membutuhkan dana untuk mengembangkan usahanyanya menjadaikan
salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan pihak BPRS Al-Salaam.
4. Threats (Ancaman)
a. Sebagian masyarakat yang tidak tahu
Pada saat ini masih belum banyak orang yang percaya 100%
bahwa bagi hasil (profit sharing) berbeda dengan bunga yang ada di
bank umum konvensional. Dan ini juga dimanfaatkan oleh sebagian
orang yang tidak menyukai berkembangnya bank syariah untuk
membuat isu bahwa bagi hasil sebenarnya sama dengan bunga.
85
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pembiayaan musyarakah,
system dan mekanisme perbankan syariah. Hal ini akan mempengaruhi
kecepatan pengembangan BPRS Al-Salaam.
Tabel 4.3 Matrik EFAS Pembiayaan Musyarakah UMKM
Peluang (O) Ancaman (T)
Pesaing masih sedikit Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang pembiayaan
musyarakah, system dan
mekanisme perbankan syariah,
Hal ini akan mempengaruhi
kecepatan pengembangan BPRS
Al-Salaam.
Banyaknya pusat perdagangan Sebagian masyarakat yang tidak
tahu
Pertumbuhan UMKM yang
sangat pesat
Banyak UMKM yang belum
mendapatkan dana
5. Strategi SO (Kekuatan dan Peluang)
Strategi ini merupakan situasi yang paling menguntungkan.
Perusahaan atau lembaga memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat
memanfaatkan peluang sebanyak-banyaknya.
a. Melakukan sosisalisasi lebih aktif dan lebih gencar
Pihak BPRS Al-Salaam belum begitu gencar dalam
mempublikasikan adanya pembiayaan musayarakah. Sehingga masih
86
banyak masyarakat yang belum mengetahuinya. Publikasi baru
dilakukan lewat Promosi yang dilakukan dengan mengenalkan ke
perusahaan-perusahan yang mendapatkan SPK (Surat Perintah Kerja)
dimana data basenya berasal dari nasabah-nasabah lama.
b. Mengoptimalisasikan pembiayaan musyarakah
Pihak BPRS harus benar-benar fokus pada pembiayaan muyarakah.
Harus selalu mengevaluasi setiap masalah yang ada dan mencari solusi
untuk masalah tersebut sehingga pembiayaan musyarakah ini berjalan
dengan optimal.
c. Sumber Daya Manusia yang lebih profesional
Dengan memiliki sumber daya manusia yang profesional akan
sangat membantu BPRS mengembangkan produk pembiayaan
musyarakah.
6. Strategi ST (Kekuataan dan Ancaman)
a. Melakukan promosi atau sosialisasi yang lebih untuk mengenalkan
produk pembiayaan musyarakah.
b. Memberikan pengedukasian kepada masyarakat mengenai pembiayaan
musyarakah melalui seminar atau presentasi.
7. Strategi WO (Kelemahan dan Peluang)
a. Strategi menjemput bola
b. Meningkatkan pemasaran produk pembiayaan
c. Mengadakan pelatihan SDM sehingga mampu menghasilkan SDM
yang lebih berkompeten
87
8. Strategi WT (Kelemahan dan Ancaman)
a. Mengevaluasi setiap kelemahan
Evaluasi atas setiap kelemahan perlu dilakukan secara rutin agar
kelemahan-kelemahan tersebut dapat berkurang dan terselesaikan.
b. Selalu memantau kepuasan nasabah
c. Mengusahakan pengembangan dan meningkatkan kualitas serta
kuantitas SDM
d. Peningkatan promosi melalui berbagai media.
Tabel 4.4 Matriks Strategi SWOT
Strategi SO Strategi ST
Melakukan sosisalisasi lebih aktif dan
lebih gencar
Melakukan promosi yang lebih
untuk mengenalkan poduk
pembiayaan musyarakah
Mengoptimalisasikan pembiayaan
musyarakah
Memberikan pengedukasian
kepada masyarakat mengenai
pembiayaan musyarakah
melalui seminar atau presentasi
Sumber daya yang profesional
Strategi WO Strategi WT
Strategi menjemput bola Selalu memantau kepuasan
nasabah
Meningkatkan pemasaran produk Mengusahakan pengembangan
88
pembiayaan musyarakah dan meningkatkan kualitas serta
kuantitas SDM
Mengadakan pelatihan sumber daya
sehingga mampu mengahasilkan SDM
yang lebih berkompeten
Mengevaluasi setiap kelemahan
Tabel 4.5 Perhitungan SKOR IFAS
Faktor-faktor strategi
internal Bobot Rating
Bobot
x
Rating
Keterangan
Kekuatan (S)
Memiliki lokasi yang
strategis
0,2 3 0,6 Lokasi
Bank syariah lain masih
sedikit yang melakukan
akad musyarakah
0,2 4 0,8 Pesaing
Beroperasi atas dasar
prinsip syariah
0,15 3 0,45 Penerapan
prinsip
syariah
Kelemahan (W)
Kurangnya sosialisasi
dan edukasi kepada
masyarakat
0,15 3 0,45 Publikasi
89
Produk yang belum
dikenal
0,1 3 0,3 Publikasi
Kurangnya pemasaran
dan promosi
0,1 3 0,3 Publikasi
Sumber Daya Manusia
yang belum memadai
0,1 2 0,2 SDM
Total 1,0 3,1
Keterangan:
Nilai bobot diberikan pada masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai
dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting). Nilai untuk
maing0masing faktor diberikan skala mulai 4 (outstanding) sampai 1
(poor) berdasarkan pengaruh tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa faktor yang paling dominan
skor IFAS terdapat pada aspek kekuatan, yaitu memiliki lokasi yang
strategis dan sedikitnya pesaing yang melakukan pembiayaan musyarakah
dengan nilai bobot 0,2. Sedangkan jika dilihat dari segi rating, aspek yang
paling berpengaruh terhadap pembiayaan musyarakah adalah bank syariah
lain masih sedikit yang melakukan pembiayaan musyarakah. Yang artinya
adalah pesaing tersebut masih belum banyak bahkan bisa dibilang hampir
tidak ada sehingga merupakan kekuatan besar yang dimiliki oleh BPRS
Al-Salaam dalam mengembangkan pembiayaan musyarakah.
90
Tabel 4.6 Perhitungan SKOR EFAS
Faktor-faktor strategi
eksternal Bobot Rating
Bobot
x
Rating
Keterangan
Peluang (O)
Pesaing masih sedikit 0,2 4 0,8 Pesaing
Banyaknya Pusat
Perdagangan
0,15 3 0,45
Pertumbuhan UMKM
yang sangat pesat
0,15 3 0,45
Banyaknya UMKM yang
belum mendpatkan dana
0,15 2 0,3 Kekurangan
Dana
Ancaman (T)
Sebagian masyarakat yang
tidak tahu
0,15 2 0,3
kurang adanya
pemahaman masyarakat
tentang pembiayaan
musyarakah, system dan
mekanisme perbankan
syariah, Hal ini akan
mempengaruhi kecepatan
pengembangan BPRS Al-
Salaam.
0,2 3 0,6 Edukasi
91
Total 1,0 2,9
Keterangan:
Nilai bobot diberikan pada masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai
dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting). Nilai untuk masing-
masing faktor diberikan skala mulai 4 (outstanding) sampai 1 (poor)
berdasarkan pengaruh kondisi yang bersangkutan.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa faktor yang paling dominan
dalam skor EFAS adalah dari aspek peluang pesaingnya masih sedikit
dengan nilai 0,2. Dan dari aspek ancaman yaitu kurangnya pengedukasian
masyarakat tentang pembiayaan musyarakah dengan nilai bobot 0,2.
Sedangkan jika dilihat dari segi rating aspek yang paling berpengaruh
terhadap pembiayaan musyarakah adalah dari aspek peluang yaitu pesaing
yang masih sedikit dengan nilai 4. Yang artinya adalah BPRS berpeluang
untuk membuka pembiayaan syariah dicabang BPRS AL-Salaam yang
belum ada pembiayaan musyarakah.
92
Gambar 4.2 Diagram Analisis SWOT terhadap Pembiayaan Musyarakah
Kuadran III (Strategi WO): Kuadran I (Strategi SO):
1. Meningkatkan pemasaran 1. Melakukan sosialisasi lebih
produk pembiayaan musyarakah aktif dan lebih gencar
2. Strategi jemput bola 2. Mengoptimalisasikan
3. Mengadakan pelatihan SDM pembiayaan musyarakah
sehingga mampu menghasilkan 3. SDM yang lebih Profesional
SDM yang lebih berkompeten
Kuadran IV(Strategi WT): Kuadran II(Strategi ST):
1. Mengevaluasi setiap 1. Melakukan promosi
Kelemahan untuk mengenalkan
2. Selalu memantau produk pembiayaan
Kepuasan nasabah musyarakah
3. Mengusahakan 2. Memberikan
Pengembangan dan pengedukasian
Meningkatkan kualitas kepada masyarakat
serta Kuantitas SDM melalui seminar
4. Peningkatan promosi /presentasi..
Melalui berbagai media
Opportunities (Peluang):
1. Pesaing Sedikit
2. Banyaknya pusat perdagangan
3. Pertumbuhan UMKM yang sangat pesat
4. Banyak UMKM yang belum mendapatkan dana.
Weaknesses (Kelemahan):
1. Kurangnya sosialisasi dan
edukasi kemasyarakat
2. Produk yang belum dikenal
3. Kurangnya pemasaran dan
promosi
4. SDM yang belum memadai
Threats (Ancaman):
1. Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang
pembiayaan musyarakah,
dapat mempengaruhi
kecepatan
pengembangan BPRS.
2. Sebagian
masyarakatyang tidak
tahu.
Strengths (Kekuatan):
1. Memiliki lokasi yang strategis
2. Bank syariah lain masih sedikit
yang melakukkan akad
musyarakah.
3. Beroperasi atas dasar prinsipp
syariah
93
Gambar 4.3 Diagram Matriks SWOT Pembiayaan Musyarakah
EFAS
IFAS
Opportunities (Peluang)
1. Pesaing sedikit
2. Banyaknya pusat
perdagangan
3. Pertumbuhan UMKM
yang sangat pesat
4. Banyak UMKM yang
belum mendapatkan
dana
5.
Threats (Ancaman)
1. Kurangnya
pengetahuan
masyarakat tentang
pembiayaan
musyarakah dapat
mempengaruhi
kecepatan
pengembangan
BPRS.
2. Sebagian
masyarakat yang
belum tahu.
Strengths (kekuatan)
1. Memiliki lokasi yang
strategis
2. Bank syariah lain
masih sedikit yang
melakukan akad
musyarakah
3. Berperasi atas dasar
prinsip syariah
Strategi SO
1. Melakukan sosisalisasi
lebih aktif dan lebih
gencar
2. Mengoptimalisasikan
pembiayaan
musyarakah
3. SDM yang lebih
profesional
Strategi ST
1. Melakukan
promosi yang lebih
untuk mengenalkan
produk
pembiayaan
musyarakah
2. Memberikan
pengedukasian
kepada masyarakat
mengenai
pembiayaan
musyarakah
melalui seminar
atau persentasi
Weaknesses
(Kelemahan)
1. Kurangnya sosialisasi
dan edukasi
kemasyarakat
2. Produk yang belum
dikenal
3. Kurangnya pemasaran
dan promosi
4. SDM yang belum
memadai
Strategi WO
1. Meningkatkan
pemasaran produk
pembiayaan
musyarakah
2. Strategi menjemput
bola
3. Mengadakan pelatihan
SDM Sehingga mampu
menghasilkan SDM
yang lebih
berkompeten
Strategi WT
1. Mengevaluasi
setiap kelemahan
2. Selalu memantau
kepuasan nasabah
3. Mengusahakan
pengembangan dan
meningkatkan
kualitas dan
kuantitas SDM
4. Peningkatan
promosi melalui
berbagai media
94
Setelah mempertimbangkan prosedur analisis SWOT sehingga
menghasilkan analisis SWOT yang tepat untuk strategi BPRS Al-Salaam dalam
mengoptimalkan pembiayaan musyarakah kedepannya, yaitu lembaga pada posisi
yang tepat adalah keunggulan komperatif dengan mempertimbangkan analisa
sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi lebih aktif dan lebih gencar
2. Mengoptimalisasikan produk pembiayaan musyarakah UMKM
3. Strategi menjemput bola
Berdasarkan pembahasan mengenai evaluasi pembiayaan musyarakah
melalui analisia SWOT, penulis menyimpulkan bahwa secara umum evaluasi
pembiayaan musyarakah ini belum memberikan hasil yang diharapkan oleh BPRS
Al-Salaam. Hal ini dikarenakan pihak BPRS belum memaksimalkan peluang-
peluang yang ada, seperti kurangnya promosi dan mengedukasi masyarakat
mengenai pembiayaan musyarakah. Pengenalan pembiayaan musyarakah ini dapat
dilakukan melalui, sosialisasi pada nasabah yang mempunyai usaha, dan
mengedukasi pada yayasan atau badan usaha yang ada disekitar BPRS Al-Salaam.
Dari data-data evaluasi yang telah dibahas, penulis memberikan masukan
atau solusi dari kendala yang dihadapi oleh pihak bank dalam memperkenalkan
produk pembiayaan musyarakah BPRS Al Salaam, yaitu sebagai berikut:
1. Sebaiknya BPRS Al-Salaam menggunakan strategi jemput bola.
Strategi ini perlu dikembangkan dalam rangka mencari nasabah
sebanyak mungkin. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang
95
belum banyak mengenal adanya pembiayaan musyarakah di BPRS Al-
Salaam. Strategi ini dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan
posisi pasar yang ada dan menambah jumlah nasabah yang menjadi
peluang pangsa pasar yang masih luas.
2. Meningkatkan loyalitas nasabah, Peran nasabah pembiayaan
musyarakah sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendapatan BPRS
Al-Salaam. Rasionalnya tidak ada nasabah maka tidak akan ada bank.
BPRS Al-Salaam perlu meningkatkan loyalitas nasabah dengan cara
memupuk dan memelihara rasa kekeluargaan dan kepercayaan dengan
memberikan pelayanan yang prima dan fasilitas yang memuaskan.
Dengan keloyalitasan nasabah secara tidak langsung sudah ikut
mempromosikan BPRS Al-Salaam melalui mulut ke mulut atau
personal sandingdan tidak diragukan mereka yang loyal akan
mengajak orang sekitarnya untuk menggunakan jasa BPRS Al-Salaam.
Strategi ini digunakan untuk memperkecil kelemahan dengan
memanfaatkan peluang mayoritas penduduk malang adalah muslim.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan analisias
diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola bagi hasil atau nisbah pembiayaan musyarakah di BPRS Al-Salaam
sudah disepakati bersama dengan melihat berapa nilai usaha atau proyek
yang dijalankan (usaha atau proyek yang akan di biayai), berapa
keuntungan dari usaha atau proyek tersebut, berapa besar porsi modal bank
dan nasabah. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari usaha atau
proyek dibagikan berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama dan
yang paling mudah diaplikasikan. Porsi bagi hasil pembiayaan musyarakah
di BPRS Al-Salaam ini bersifat fluktuatif, ada yang 55:45, 60:40, 30:70.
Ini dikarenakan dilihat dari besaran nasabah mempunyai modal berapa lalu
BPRS Al-Salaam bisa menghitung bagi hasil yang dipergunakan.
2. Pendapatan BPRS Al-Salaam melalui pembiayaan musyarakah pada tahun
2015 sebesar 11,97% yaitu Rp 390.000.000,- pada tahun 2016 sekitar
88,03% yaitu sebesar Rp 2.867.602.495,-, Hal ini menunjukkan bahwa
adanya kenaikan pendapatan BPRS Al-Salaam dari pembiayaan
musyarakah pada tahun 2015 dan 2016 adalah sebesar Rp
3.257.602.495.Dari data tersebut dapat dilihat pula bahwa perubahan
tingkat pendapatan BPRS Al-Salaam melalui pembiayaan musyarakah
mengalami peningkatan yang sangat bagus, sehingga BPRS Al-Salaam
97
harus mengembangkan produk tersebut agar pendapatan BPRS menaik
lebih pesat lagi.
3. Berdasarkan pembahasan mengenai evaluasi pembiayaan musyarakah
melalui analisia SWOT, penulis menyimpulkan bahwa secara umum
evaluasi pembiayaan musyarakah ini belum memberikan hasil yang
diharapkan oleh BPRS Al-Salaam. Hal ini dikarenakan pihak BPRS belum
memaksimalkan peluang-peluang yang ada, seperti kurangnya promosi
dan mengedukasi masyarakat mengenai pembiayaan musyarakah.
B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan dia tas, maka saran penulis adalah:
1. Untuk mengoptimalkan pembiayaan musyarakah, pihak bank harus
melakukan sosialisasi dan pengedukasiaan lebih gencar lagi kepada
masyarakat, seperti melakukan seminar atau presentasi kepada
masyarakat mengenai tentangb adanya perbankan syariah dan produk-
produk pembiayaan (musyarakah).
2. Nasabah BPRS Al-Salaam seharusnya lebih memperhatikan dan lebih
peduli terhadap perbankan syariah dan produk–produk yang
ditawarkannya seperti pembiayaan musyarakah, karena pembiayaan
musyarakah memiliki potensi yang cukup besar untuk menambah
pendapatan nasabah dimasa yang akan datang.
3. Penelitian ini masih terbatas pada aspek pendapatan BPRS Al-Salaam
yang didapat dari pembiayaan musyarakah. Untuk peneliti selanjutnya
98
diharapkan melakukan penelitian pada aspek pendapatan nasabah
pembiayaan musyarakah di BPRS Al-Salaam.
99
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Aji, Firman B dan Sirait, Martin, PDE Perencanaan dan Evaluasi, Jakarta: Bumi
Aksara, 1990.
Arikunto, Suahrsimi. Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002. cet. XII, edisi revisi V.
Bank Indonesia, Statistik Perbankan.
B.S, Purbayu. dan Muliawan. H. Statistika Deskriptif dalam Bidang Ekonomi dan
Niaga. Jakarta: Erlangga, 2007.
Pass, Cristopher dan Lowes, Bryan, Kamus Lengkap Ekonomi, Edisi ke-2. Jakarta:
Erlangga, 1994.
Cholid dkk. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.
Dyckman, Thomas R.,Ronald E.Dukes dan Charles J.Davis, Akuntansi
Inetrmediate. (Jakarta: Erlangga, 2002) Edisi ketiga Jilid Satu.
Ismail, Ak, Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Djamil, Faturrahman. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah.
Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Hesti K. Rinda. Sistem Informasi Perbankan Syariah. Tangerang Selatan: UIN
Jakarta Press, 2013.
Emzir. Metodologi Penelitian Kualiatif Analisi Data. Jakarta: Rajawali Pers,
2010.
100
Fahmi, Irham. Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta, 2001.
Firdaus N, Muhammad, Konsep dan Implementasi Bank Syariah. Jakarta:
Rendisan, 2004.
Gunawan, Imam. Metode Penelitiaan Kualitatif Teori Dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Harahap, Sofyan Syafri. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta : Raja
Grafindo persada, 2002.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000.
Kitab Fiqh Syar’i Tentang Ekonomi Syariah.
Kuntari, Mirantini Tri. “Analisis SWOT pada Produk AsuransiMitra Mabrur
Plus”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015)
Muhammad. Manajemen pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN, 2000.
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2004.
Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah. Yogyakarta: UII
Press, 2001.
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta : Salemba
Empat, 2012.
101
Prasetyo, B. dan Jannah, L.M. Metode Peneltian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali
Pers, 2011.
Rangkut, Freddy. Analisis SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Muryasari, Siti, “Analisis SWOT Terhadap Produk Unit Link” (Studi Pada PT
Asuransi Takaful Keluarga, 2010 Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta).
Satori, Djam’an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, 2009.
Sedarmayanti. Manajemen Strategi. Bandung: Refika Aditama, 2014.
Siregar, Sofyan. Statistik Deskriftif Untuk Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2010.
S. Burhanuddin. Aspek Hukum Lembaga keuangan Syariah. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010.
Sumitro, Warkum. Asas-asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Cetakan ke 11. Bandung : CV. Alfabeta, 2010.
Titik Sartika Partono dan Abd. Rachman Soejono, Ekonomi Skala kecil Menengah
dan Koperasi. Jakarta: Galia Indonesia, 2001.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk dan Implementasi
Operasional Bank Syari‟ah. Jakarta : Djambatan, 2001.
102
Tambunan, Tulus T.H., UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.
Tika, Moh Pabuan. Metologi Riset Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusihal.asil Usaha Bank Syariah. Jakarta,
PT. Grasindo, 2005.
Winarni, Sri. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Melalui Peningkatan
Aksesibilitas Kredit Perbankan. Infokop Nomor 29 Tahun XXII,
2006.
Yusanto, M. Ismail dan Muhammad Karebet Widjajakusuma. Menggagas Bisnis
Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
Yusuf, Ayus Ahmad dan Aziz Abdul, Manajemen Operasional Bank Syariah,
Cirebon : STAIN, 2009.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.
Padang : Kencana Prenadamedia Group, 2013.
Zuhayli, Wahbab. al-Fiqh al-Islami wa Adilatuh. Beirut: Dar al-Kutub, 1989.
103
LAMPIRAN I: Hasil Wawancara
Yth.Pak Fitriyadi
Di tempat.
Berikut daftar pertanyaannya:
1. Bagaimana tahapan penyaluran atau prosedur pembiayaan musyarakah?
Sebelum saya memaparkan tahapan pembiayaan musyarakah, saya akan
menjelaskan bahwa sampai saat ini pembiayaan musyarakah yang kami
berikan sebagian besar untuk pengerjaan proyek.
a.Permohonan Pembiayaan
Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis (form
permohonan ini sudah di sediakan oleh pihak bank), permohonan
pembiayaan tersebut harus memuat informasi yang lengkap meliputi :
Besarnya Plafond pembiayan, Tenor, Tujuan penggunaan dana, Identitas
nasabah dan pasangan, Identitas Jaminan, Cash flow nasabah dan
pasangan, berapa besar proyek yang sedang dikerjakan, berapa lama
pekerjaan dan berapa keuntungan dari proyek tsb (ini tertuang didalam
Surat Perintah Kerja).
b. Analisa Pembiayaan
Setiap permohonan pembiayaan yang telah memenuhi syarat diatas, harus
dilakukan analisis pembiayaan secara tertulis, analisis ini menggambarkan
informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon termasuk hasil
penelitian pada daftar pembiayaan di bank lain, penilaian atas kelayakan
jumlah permohonan pembiayaan dengan kegiatan usaha yang akan di
biayai, menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh
pihak-pihak yang berkepentingan denga pemohon pembiayaan, Analisa
pembiayaan harus sekurang-kurangnya mencakup analisa 5’C, trade
checking ke pemberi kerja/projek.
c. Rekomendasi persetujuan pembiayaan
Rekomendasi persetujuan pembiayaan harus disusun secara tertulis
berdasarkan hasil analisis pembiayaan yang telah dilakukan. Isi
rekomendasi pembiayaan harus sejalan dengan keimpulan analisis
pembiayan.
d. Pemberian peretujuan pembiayaan
Setiap pemberian persetujuan pembiayaan harus memperhatikan analisis
dan rekomendasi persetujuan pembiayaan, dan penetapan berapa bagihasil
yang akan diterima bank dan nasabah.
e. Perjanjian pembiayaan
Pembiayaan yang telah disetujui dan sisepakati pemohon, pembiayaan
tersebut wajib dituangkan dalam perjanjian pembiayaan (Akad
Musyarakah), akad ini memuat jumlah pembiayaan yang diberikan, jangka
waktu, tata cara pembayaran.
f. Pencairan pembiayaan
104
Setelah akad pembiayaan musyarakah di lakukan, dan dipastikan bahwa
seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan pembiayaan telah di
selesaikan, maka dana pembiayaan dapat di cairkan.
g. Control pembiayaan setelah pencairan
Dana yang diberikan ke nasabah yang dipergunakan untuk pengerjaan
pekerjaan proyek, harus di control tahapan pengerjaan nya, jangan sampai
dana yang diberikan bukan dipergunakan untuk proyek yang dimaksud,
serta dengan mengkontrol tahapan pekerjaan pihak bank akan mengetahui
progress pekerjaan yang ada di SPK proyek tsb karena akan berkaitan
dengan pembayaran proyek dan angsuran.
2. Bagimana Pola Bagi hasil/nisbah Pembiayaan Musyarakah?
Pola bagi hasil/nisbah pembiayaan musyarakah sudah disepakati bersama
dengan melihat berapa nilai proyek yang dijalankan (proyek yang akan di
biayai), berapa keuntungan dari proyek tsb, berapa besar porsi modal bank
dan nasabah, Dimana, bank dan nasabah keduanya memiliki modal. Modal
bank dan modal nasabah digunakan oleh pengelola sebagai modal untuk
mengerjakan proyek. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari
proyek dibagikan berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama dan
yang paling mudah diaplikasikan.
3. Bagaimana Perubahan tingkat pendapatan BPRS Al-Salaam melalui
Pembiayaan Musyarakah UMKM?
Sudah dijelaskan bahwa pembiayaan musyarakah yang ada di alsalaam
yaitu pengerjaan proyek, sehingga Pembiayaan musyarakah UMKM yang
ada kami golongkan kedalam pengerjaan proyek dengan plafond yang
tidak begitu besar antara 50 juta s.d 1 milyar, dengan penyaluran
pembiayaan tsb tingkat pendapatan bprs alsalaam cukup signifikan
kenaikannya, dikarenakan tenor yang cepat (maksimal 12 bulan) dan
penentuan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.
4. Bagaimana strategi dalam usaha mengembangkan pembiayaan
musyarakah UMKM di BPRS Al-Salaam?
Strategi yang kami lakukan yaitu melakukan gathering dengan nasabah
baik perorangan maupun perusahaan yang sudah kami berikan pembiayaan
musyarakah serta perusahaan-perusahaan yang menjadi rekanan nasabah
tsb.
105
LAMPIRAN II: Hasil Kuesioner
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Jabatan :
Cabang :
1. Sudah berapa lama BPRS Al-Salaam meluncurkan akadpembiayaan
musyarakah di cabang ini?
Lebih dari 5 tahun
2. Apa saja syarat-syarat teknis nasabah untuk mengajukan pembiayaan
musyarakah? Secara teknis pembiayaan musyarakah lebih di tekankan kepada
pembiayaan untuk modal kerja (proyek)
3. Jenis pembiayaan musyarakah apa saja yang ada di BPRS Al-Salaam cabang
ini? Saat ini hanya pembiayaan musyarakah
4. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan BPRS Al-Salaam untuk
mengenalkan pembiayaan musyarakah ini?
Biasanya kami mengenalkan ke peusahaan2 yang mendapatkan SPK (Surat
Perintah Kerja) di mana data base nya berasal dari nasabah lama
5. Bagaimana cara BPRS Al-Salaam melakukan promosi untuk meningkatkan
nasabah pembiayaan musyarakah?
Jawaban sama dengan poin 4
6. Berapa jumlah nasabah pembiayaan musyarakah yang aktif di cabang ini?
Kurang lebih 5 nasabah
7. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan musyarakah
ini?
Salah satu faktor nya yaitu cara pembayaran angsuran sesuai termin
pembayaran yang ada di SPK antara penerima pekerjaan dan bwheer.
8. Kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan pembiayaan musyarakah dan
apa solusinya?
Pembayaran ke pihak bank terkadang agak telat (tidak sesuai dengan proyeksi
angsuran yang sudah di sepakati) ini dikarenakan pihak pemberi kerja
(bowheer) terlambat membayar ke penerima pekerjaan (nasabah), sehingga
solusi yang biasa di tawarkan ke nasabah yaitu tenor pembiayaan lebih lama
dibandingkan tenor/lamanya pekerjaan yang ada di SPK.
9. Apa yang menjadi kekuatan BPRS Al-Salaam mempertahankan pembiayaan
musyarakah ini?
Total pembiayaan di BPRS Al Salaam masih di dominasi oleh pembiayan
murabahah, sedangkan prinsip bagi hasil masih rendah, rendahnya prinsip
bagi hasil (musyarakah) jelas bukan kondisi ideal yang diinginkan, karena
sector riil dapat digerakkan melalui pembiayaan dengan prinsip bagi hasil,
106
prinsip bagi hasil ini merupakan salah satu prinsip utama dalam kegiatan
ekonomi berbasis syariah. Akad pembiayaan musyarakah digunakan oleh
bank untuk memfasilitasi pemenuhan permodalan bagi nasabah, guna
menjalankan proyek/usahanya dan pihak bank memperoleh pendapatan dalam
bentuk bagi hasil sesuai pendapatan yang dikelola oleh nasabah berdasarkan
modal yang di setor.
10. Apa peluang dan tantangan dalam memasarkan pembiayaan musyarakah ini
ditengah-tengah pesaing?
Peluang masih cukup terbuka selain bagi hasil yang cukup bersaing juga
proses dari pengajuan sampai akad yang tidak begitu lama (tetap
memperhatikan ketentuan yang berlaku), dan tantangan yang dihadapi yaitu
bagaimana memperkenalkan dan menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam
kegiatan ekonomi berbasis syariah ditengah-tengah masyarakat yang masih
minim pengetahuan terkait dengan syariah.
107
Nama : Rosidah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia :
Jabatan :
Cabang : Bandung
1. Sudah berapa lama BPRS Al-Salaam meluncurkan akad pembiayaan
musyarakah di cabang ini?
5 tahun
2. Apa saja syarat-syarat teknis nasabah untuk mengajukan pembiayaan
musyarakah?..WNI (perorangan/badanusaha), Mempunyai usaha yang sudah
telah berjalan 2 tahun,usia minimal 21tahun, ada jaminan yang layak
3. Jenis pembiayaan musyarakah apa saja yang ada di BPRS Al-Salaam cabang
ini?..Tidak ada
4. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan BPRS Al-Salaam untuk
mengenalkan pembiayaan musyarakah ini?
Sosialisai pada nasabah yang mempunyai usaha dan layak untuk
mendapatkan pembiayaan musyarakah, edukasi pada yayasan/badan usaha
yang ada di sekitar kantor Cabang,membuat surat penawaran pada
perusahaan, promosi di web Alsalaam, promosi melalui radio, sosial media
(BB, WA dsb)
5. Bagaimana cara BPRS Al-Salaam melakukan promosi untuk meningkatkan
nasabah pembiayaan musyarakah?
Sosialisasi secara intensif kepada nasabah lama maupun baru yang
mempunyai usaha , dengan cara pengiriman surat penawaran, melalui web Al
Salaam, media sosial , radio, BB, WA dsb. ..
6. Berapa jumlah nasabah pembiayaan musyarakah yang aktif di cabang ini?
Tidak ada
7. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan musyarakah
ini?
Bagi hasil, DPK, NPF, modal bank
8. Kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan pembiayaan musyarakah dan
apa solusinya?
Bagi hasil antara bank dan nasabah perlu penjelasan khusus/mendetail karena
nasabah kebanyakan untuk berbagi secara terbuka masih belum terbiasa.
9. Apa yang menjadi kekuatan BPRS Al-Salaam mempertahankan pembiayaan
musyarakah ini?
Sesuai syariah,, nisbaha bagi hasil / besaran angsuran jelas , batas waktu
pembiayaan jelas
108
10. Apa peluang dan tantangan dalam memasarkan pembiayaan musyarakah ini
ditengah-tengah pesaing?
Edukasi kepada nasabah tentang pembiayaan musyarakah lebih intensif ,
keterbukaan bagi hasil antara bank dan nasabah real, keterlibatan bank dan
nasabah dalam mengelolah usaha dituntut aktif guna mendapatkan
keberhasilan usaha..
109
Nama : ZAINAL ARIFIN
Jenis Kelamin : LAKI - LAKI
Usia : 29 TAHUN
Jabatan : SELES OFFICER YUNIOR
Cabang : KCP CILEUNGSI
1. Sudah berapa lama BPRS Al-Salaam meluncurkan akadpembiayaan
musyarakah di cabang ini?
Hampir ± 4 Tahun Lamanya
2. Apa saja syarat-syarat teknis nasabah untuk mengajukan pembiayaan
musyarakah?
Salah satunya yaitu
KTP.KK.SURAT NIKAH.PBB (kepemilikan rumah tetap).& SLIP GAJI
ATAU SKU (bagi nasabah usaha)
3. Jenis pembiayaan musyarakah apa saja yang ada di BPRS Al-Salaam cabang
ini?
Pembiayaan Syariah kendaraan Motor & Mobil.
Pembiayaan Syariah KPR.
Pembiayaan Syariah Modal Usaha
Pembiayaan Alsalaam Syariah (PAS Multi guna)
4. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan BPRS Al-Salaam untuk
mengenalkan pembiayaan musyarakah ini?
Dengan cara meyebarkan Brosur (KANVASING)
Pendekatan nasabah lama yg merekomendasikan
Teman.Saudara,Kerabat.keluarganya.
5. Bagaimana cara BPRS Al-Salaam melakukan promosi untuk meningkatkan
nasabah pembiayaan musyarakah?
Dengan cara mengkonfirmasikan pembiayaan kembali kepada nasabah lama
yang bersetatus akan lunas dan memiliki history baik.
6. Berapa jumlah nasabah pembiayaan musyarakah yang aktif di cabang ini?
Keseluruhan nasabah pembiayaan yaitu 643 nasabah diantaranya nasabah
PAS, PSKM, PSKKB, KPR.
7. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan musyarakah
ini?
Berkembangnya perbankan – perbankan lainya yang mempunyai nilai
tersendiri yaitu proses yang cepat. Selain itu adanya daya sain yang tinggi
semakin berkembang.
8. Kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan pembiayaan musyarakah dan
apa solusinya?
110
Kendala yang di hadapi saat marketing tidak mendapatkan hasil dari
kanvasing yang di sebut Nasabah. Solusinya yaitu tetap optimis dan berusaha
walaupun kenyataan tidak sesuai dengan keinginan.
9. Apa yang menjadi kekuatan BPRS Al-Salaam mempertahankan pembiayaan
musyarakah ini?
Kekuatan yang dimiliki BPRS AL-Salam ini pembiayaannya berbasis Syariah
dan tidak memiliki denda yang besar. Selain itu di pembiayaan motor
terbilang cukup unggul di bandingkan pembiayaan di tempat yang lain.
10. Apa peluang dan tantangan dalam memasarkan pembiayaan musyarakah ini
ditengah-tengah pesaing?
Pembiayaan kendaraan roda dua lebih unggul di bandingkan dengan pesaing
lainnya.
Tantangan yang harus di hadapi yaitu tidak tahunya masyarakat akan adanya
BPRS AL-Salaam. Adapun yang tau tentang BPRS Al-Salaam tidak
mengetahui produk-produk yang di miliki oleh BPRS Al_Salaam.
Masyarakat hanya paham benar dengan adanya BPRS Al-salaam di
pembiayaan pinjaman dan pembiayaan kredit motor.
111
Nama : Tamrin Jarkasih
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 34 Tahun
Jabatan : Kepala Cabang
Cabang : Tangerang
1. Sudah berapa lama BPRS Al-Salaam meluncurkan akadpembiayaan
musyarakah di cabang ini?
Di BPRS AL Salaam, akad musyarakah diluncurkan secara bersamaan dan
bisa diterapkan langsung oleh seluruh cabang yang ada. Di Kantor cabang
Tangerang belum ada penerapan akad ini. Yang sudah diterapkan adalah
akad murabahah dan mudharabah.
2. Apa saja syarat-syarat teknis nasabah untuk mengajukan pembiayaan
musyarakah?.
Karena penerapan akad musyarakah belum diterapkan di tangerang, maka
secara persyaratan teknisnya belum bisa digambarkan.
3. Jenis pembiayaan musyarakah apa saja yang ada di BPRS Al-Salaam cabang
ini?
Belum ada
4. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan BPRS Al-Salaam untuk
mengenalkan pembiayaan musyarakah ini?
Belum ada strategi khusus untuk memasarakan pembiayaan musyarakah
5. Bagaimana cara BPRS Al-Salaam melakukan promosi untuk meningkatkan
nasabah pembiayaan musyarakah?
Belum ada strategi khusus untuk memasarakan pembiayaan musyarakah
6. Berapa jumlah nasabah pembiayaan musyarakah yang aktif di cabang ini?
Belum Ada
7. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan musyarakah
ini?
Belum bisa diukur
8. Kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan pembiayaan musyarakah dan
apa solusinya?
Belum bisa diukur
9. Apa yang menjadi kekuatan BPRS Al-Salaam mempertahankan pembiayaan
musyarakah ini?
Yang menjadi kekuatan dalam mempertahankan pembiayaan musyarakah
adalah : Prinsip berbagi hasilnya (syariah) dan kecepatan proses jika
dibandingkan dengan Bank Umum
10. Apa peluang dan tantangan dalam memasarkan pembiayaan musyarakah ini
ditengah-tengah pesaing?
Peluangnya : Banyaknya jenis usaha yang bisa dibiayai dengan pembiayaan
musyarakah namun masih terbatasnya penetrasi pemasaran Al Salaam
Tantangan : Kemampuan SDM Al Salaam dalam melakukan sosialiasi
produk musyarakah, dan belum dikenalnya nama BPRS Al Salaam
112
Nama : Surya
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 28 Tahun
Jabatan : SOY
Cabang : Ciputat
1. Sudah berapa lama BPRS Al-Salaam meluncurkan akad pembiayaan
musyarakah di cabang ini?
Jawab:
2 tahun terakhir
2. Apa saja syarat-syarat teknis nasabah untuk mengajukan pembiayaan
musyarakah?
Jawab:
Mengisi formulir permohonan
Menyerahkan foto copy bukti identitas ( KTP, KK, Buku Nikah)
N P W P
Akta Pendirian Perusahaan dan Perubahannya
Izin Usaha : SIUP, TDP, SITU, SIUJK dan lainnya (jika dibutuhkan) yang
masih berlaku
Bukti Legalitas Jaminan (SHM/SHGB/BPKB/ Bilyet Deposito/dll)
Laporan Keuangan 1 tahun terakhir
Bukti Surat Perintah Kerja (SPK).
Tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia serta tidak tercatat
sebagai nasabah pembiayaan macet/bermasalah
3. Jenis pembiayaan musyarakah apa saja yang ada di BPRS Al-Salaam
cabang ini?
Jawab:
Belum ada realisa pembiayaan Musyarakah pada BPRS AlSalaam
Cabang Ciputat.
4. Bagaimana strategi promosi yang dilakukan BPRS Al-Salaam untuk
mengenalkan pembiayaan musyarakah ini?
Jawab:
113
memetakan kegiatan usaha yang cocok untuk mendapatkan dan
menggunakan produk pembiayaan musyarakah sehingga kegiatan promosi
yang akan dilakukan menjadi tepat sasaran.
5. Bagaimana cara BPRS Al-Salaam melakukan promosi untuk
meningkatkan nasabah pembiayaan musyarakah?
Jawab:
Dengan melakukan sosialisasi dan memberikan surat penawaran
kepada pelaku usaha terkait produk pembiayaan musyarakah yang ada di
BPRS AlSalaam.
6. Berapa jumlah nasabah pembiayaan musyarakah yang aktif di cabang ini?
Jawab:
Tidak Ada
7. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan
musyarakah ini?
Jawab:
Sesuai dengan prinsip syariah
Pembiayaan dapat diberikan untuk keperluan modal kerja dan atau
investasi
Mekanisme pengembalian yang fleksibel sesuai dengan realisasi usaha
Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing
Dapat digunakan untuk pembiayaan modal kerja usaha dan proyek
Jangka waktu disesuaikan dengan jadwal penyelesaian pekerjaan
8. Kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan pembiayaan musyarakah
dan apa solusinya?
Jawab:
kesulitan menarik kembali dana apabila terjadi wan prestasi
Kesulitan perhitungan keuntungan bagi hasil karena cicilan pengembalian
dana
Tidak boleh ada jaminan
9. Apa yang menjadi kekuatan BPRS Al-Salaam mempertahankan
pembiayaan musyarakah ini?
Jawab:
BPRS Al Salaam memiliki keyakinan bahwa pembiayaan musyarakah
memiliki potensi yang cukup besar untuk menambah pendapatan
perbankan di masa yang akan datang
114
10. Apa peluang dan tantangan dalam memasarkan pembiayaan musyarakah
ini ditengah-tengah pesaing?
Peluang :
Pangsa pasar yang masih sangat luas mengingat market share perbankan
syariah masih sangat kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional,
maka sangat besar peluang BPRS Al Salaam untuk menyalurkan produk.
Tantangan :
Tantangan yang dihadapi industri perbankan syariah khususnya BPRS Al
Salaam adalah dari segi pemasaran, mengingat calon nasabah lebih
tertarik kepada perbankan konvensional.
top related