evaluasi ketepatan terapi hipertensi pada ...eprints.ums.ac.id/55873/11/naskah publikasi...
Post on 23-Oct-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr.
SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI
TAHUN 2015
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi
Fakultas Farmasi
Oleh:
ALIFTA NINDA SAFITRI
K100120170
PROGAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2017
-
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr.
SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TAHUN 2015
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
ALIFTA NINDA SAFITRI
K100120170
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Zakky Cholisoh,M.Clin.Pharm,Ph.D.,Apt
NIK.
i i
-
iii
HALAMAN PENGESAHAN
EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN
SUMARSO WONOGIRI TAHUN 2015
OLEH
ALIFTA NINDA SAFITRI
K100120170
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari ……., ………. 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Hidayah Karuniawati, M. Sc., Apt (……..……..)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dra. Nurul Mutmainah, M. Si., Apt. (……………)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Zakky Cholisoh, M. Clin. Pharm. Ph.D., Apt. (…………….)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Azis Saifudin, Ph.D., Apt.
NIK. 956
ii
ii
-
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untu k memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang
lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya
pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 01 Agustus 2017
Penulis
ALIFTA NINDA SAFITRI
K100120170
iii
-
1
EVALUASI KETEPATAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN
SUMARSO WONOGIRI TAHUN 2015
Abstrak
Hipertensi bisa menjadi penyebab atau konsekuensi gagal ginjal kronik dan merupakan
faktor risiko untuk perkembangan kerusakan ginjal yang lebih cepat. Penurunan tekanan
darah adalah cara yang efisien untuk mencegah atau memperlambat perkembangan
kerusakan ini. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kejadian ketepatan
pemilihan obat anti hipertensi meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat
dosis pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan di RSUD Dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015. Pengambilan data menggunakan metode
retrospektif dengan melihat data rekam medik pasien. Sampel pasien diambil dengan
metode purposive sampling. Data dianalisis secara deskriptif non-eksperimental dengan
mengevaluasi ketepatan pengobatan anti hipertensi meliputi tepat indikasi, tepat pasien,
tepat obat dan tepat dosis yang kemudian disesuaikan dengan referensi yang diacu
guideline Joint National Comittee (JNC) VIII 2014, British National Formulary (BNF),
Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2013, The Journal Drug Dosing
and Renal Failure 2000 dan disajikan dengan persentase. Dari 50 subjek penelitian
diperoleh hasil penggunaan obat anti hipertensi yaitu obat tunggal yang digunakan
adalah furosemid 14%, amlodipin 2%, serta obat kombinasi yang paling banyak
digunakan adalah furosemid + amlodipin 20% dan furosemid + amlodipin + irbesartan
14%. Hasil evaluasi ketepatan penggunaan obat anti hipertensi pada pasien gagal ginjal
kronik dengan hipertensi yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat,
58% tepat dosis dan 54% tepat dosis saat hemodialisa.
Kata kunci : Anti hipertensi, Gagal Ginjal Kronik, RSUD Dr.Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri
Abstrak
Hypertension can be the cause or consequence of chronic renal failure and is a risk
factor for the development of faster renal impairment. A drop in blood pressure is an
efficient way to prevent or slow the progression of this damage. The purpose of this
study to evaluate the accuracy of selection of anti-hypertensive drugs include precise,
precise, precise and appropriate doses of patients with chronic renal failure who
underwent treatment at Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri in 2015. Retrieval of
data using retrospective method by looking at patient medical record data. The patient
sample was taken by purposive sampling method. The data were analyzed descriptively
non-experimental by evaluating the accuracy of anti hypertension treatment including
precise, precise patient, precise and exact dosage which was then adjusted with
reference to guideline Joint National Comittee (JNC) VIII 2014, British National
Formulary (BNF), Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2013, The
Journal of Drug Dosing and Renal Failure 2000 and presented with a percentage. Of
the 50 research subjects obtained the results of the use of anti-hypertensive drugs ie single drug used is furosemide 14%, amlodipin 2%, and the most widely used
combination drug is furosemid + amlodipin 20% and furosemid + amlodipin +
irbesartan 14%. The results of the evaluation of the accuracy of the use of anti-
hypertensive drugs in patients chronic renal failure with hypertensive are 100% precise
indication, 100% precise patient, 86% precise medication, 58% precise dose and 54%
precise dose at hemodialysis.
Key Words: Anti hypertension, Chronic Kidney Failure, RSUD Dr.Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri
-
2
1. PENDAHULUAN
National Kidney Foundation menyebutkan tekanan darah tinggi adalah penyebab utama
gagal ginjal kronik. Seiring waktu tekanan darah tinggi bisa merusak unit penyaringan kecil di
ginjal akibatnya ginjal bisa berhenti mengeluarkan limbah dan cairan ekstra dari darah. Cairan
tambahan di pembuluh darah dapat terbentuk dan menaikkan tekanan darah lebih tinggi lagi. Di
sisi lain hipertensi bisa menjadi komplikasi gagal ginjal kronik. Ginjal yang telah terganggu
fungsinya kurang mampu membantu mengatur tekanan darah akibatnya tekanan darah meningkat
(NKF, 2010). Pengurangan tekanan darah adalah cara yang efisien untuk memperbaiki atau
memperlambat perkembangan kerusakan ginjal (Depkes RI, 2006). Joint National Committee
VIII (2014) merekomendasikan menurunkan tekanan darah sampai 140/90 mmHg atau kurang
pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal kronik. Pencapaian tujuan ini perlu dilakukan
secara agresif dengan rejimen anti hipertensi multidrug, jika diperlukan. Selain melindungi ginjal
dengan mengurangi tekanan darah, obat anti hipertensi juga dapat memiliki efek langsung pada
mekanisme kerusakan intrarenal, seperti peningkatan tekanan glomerulus dan proteinuria. Obat
anti hipertensi yang memiliki efek langsung pada mekanisme intrarenal dapat menyebabkan efek
nefroprotektif tambahan akibat pengurangan tekanan darah arterial. Sedangkan efek penurunan
tekanan darah umum terjadi pada semua obat anti hipertensi, efek intrarenal berbeda antara kelas
dan antara obat individual dalam kelas tertentu (Wenzel, 2005).
Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan diagnosa dokter di Indonesia sebesar 0,2%.
Gagal ginjal kronik juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada
kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), umur 45-55 tahun (0,4%), umur 55-75 tahun (0,5%) dan
umur > 75 tahun (0,6%). Dari hasil wawancara dengan bagian rekam medik RSUD Dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015, jumlah penderita hipertensi yang tercatat pada periode
tahun 2014 di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebanyak 2046 kasus. Tingginya
kasus tersebut, penulis memandang perlu untuk dilakukan penelitian mengenai evaluasi
ketepatan terapi hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan di RSUD
Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015. Dalam penelitian ini peran seorang
farmasis adalah dapat menilai dan mengevaluasi ketepatan terapi hipertensi khususnya dalam
menilai rasionalitas penggunaan obat hipertensi guna mencegah terjadinya medication error pada
pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik yang menjalani perawatan di RSUD Dr.Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri.
-
3
2. METODE
2.1Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskripstif non-eksperimental, dengan pengumpulan data
yang bersumber dari rekam medik di rumah sakit, dengan populasi pasien gagal ginjal kronik
hipertensi selama tahun 2015 secara retrospektif.
2.2 Definisi Operasional Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel operasional, sebagai berikut :
1) Tepat indikasi yaitu penilaian obat yang didasarkan pada indikasi adanya suatu gejala
atau diagnosa penyakit yang akurat.
2) Tepat pasien yaitu pemilihan obat yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan
patologi pasien dengan melihat ada tidaknya kontraindikasi.
3) Tepat obat yaitu drug of choise atau obat pilihan utama yang sesuai dengan guideline.
4) Tepat dosis yaitu dosis (besaran dosis, frekuensi dan rute pemberian obat).
2.3 Alat dan Bahan
Alat: guideline Joint National Comittee (JNC) VIII 2014, British National Formulary (BNF 57),
Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2013, The Journal Drug Dosing and
Renal Failure 2000.
Bahan: data rekam medik pasien lengkap yang menderita gagal ginjal kronik dengan hipertensi
di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
2.4 Populasi dan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik dengan hipertensi di RSUD
Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri selama tahun 2015 yang diambil dengan metode
purposive sampling yaitu menentukan sampel berdasarkan:
2.4.1 Kriteria inklusi
1) Pasien terdiagnosa gagal ginjal kronik dengan hipertensi.
2) Menjalani rawat inap di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri selama
tahun 2015.
3) Pasien yang menjalani rawat inap lebih dari 1 kali dalam setahun, dipilih data rekam
medik pasien satu waktu saja yang terbaru dan memiliki catatan rekam medik
terlengkap.
4) Data rekam medik pasien lengkap:
(1) Identitas: nama, umur, jenis kelamin, Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB),
diagnosis akhir dengan komplikasi penyakit lain (jika ada).
-
4
(2) Data penggunaan obat anti hipertensi: nama obat serta kekuatan obat, tanggal
penggunaan obat, dosis, rute pemberian, frekuensi.
(3) Data obat lain yang diterima pasien, tanggal hemodialisa.
(4) Pemeriksaan Tekanan Darah (TD) dan tanggal pemeriksaan.
(5) Data laboratorium: Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin, SGOT, SGPT dan
tanggal analisis.
2.4.2 Kriteria eksklusi
1) Pasien meninggal dunia
2.5 Jalannya Penelitian
2.5.1 Perizinan Penelitian
Penelitian dimulai dengan pengajuan surat izin penelitian dari Fakultas Farmasi UMS
yang ditujukan kepada pimpinan RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dengan
menyertakan proposal penelitian.
2.5.2 Observasi
Setelah mendapat izin penelitian di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri,
dilakukan observasi ke bagian rekam medis untuk mengetahui jumlah pasien yang didiagnosa
penyakit gagal ginjal kronik dengan hipertensi dan menjalani perawatan tahun 2015.
2.5.3 Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan melihat catatan rekam medis pasien selama tahun
2015 terhadap semua kasus hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronik, dengan atau tanpa
penyakit penyerta. Data yang diambil dari catatan rekam medis adalah karakteristik pasien
dan tata laksana pengobatan hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronik yang diterima
pasien selama dirawat. Karakteristik pasien meliputi jenis kelamin, umur, berat badan pasien,
tinggi badan pasien. Tata laksana pengobatan pasien meliputi gejala yang dialami, diagnosis,
data laboratorium (serum kreatinin, BUN, SGOT, SGPT), data penggunaan obat yang
diberikan selama proses perawatan.
2.6 Analisis Data
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untuk mengevaluasi
kejadian ketepatan pemilihan obat anti hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015. Evaluasi ketepatan pemilihan obat dari data
yang didapat dibandingkan dengan standar yang digunakan, yaitu:
a. Tepat indikasi dan tepat obat berdasarkan guideline Joint National Comittee (JNC) VIII
2014.
-
5
b. Tepat pasien berdasarkan guideline British National Formulary (BNF 57) dan Kidney
Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2013.
c. Tepat dosis berdasarkan guideline The Journal Drug Dosing and Renal Failure 2000.
Kemudian dihitung persentase.
1. Persen tepat indikasi diperoleh dari:
% tepat indikasi =
× 100%, tepat indikasi dilihat dari data
diagnosis pasien.
2. Persen tepat pasien diperoleh dari:
% tepat pasien =
× 100%, tepat pasien dilihat dari kondisi
klinis pasien dan obat tidak kontraindikasi.
3. Persen tepat obat diperoleh dari:
% tepat obat =
× 100%, tepat obat dilihat dari obat pilihan
utama (drug of choice).
4. Persen tepat dosis diperoleh dari:
% tepat dosis =
× 100%, tepat dosis dilihat dari besarnya
takaran dosis, frekuensi, dan rute pemberian.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Evaluasi Tepat Indikasi
Pada penelitian ini evaluasi ketepatan indikasi dilihat dari pemberian obat anti hipertensi yang
sesuai pada indikasi adanya suatu gejala atau diagnosis penyakit yaitu diagnosis gagal ginjal
kronik dengan hipertensi. Berdasarkan pengamatan, sebesar 100% penggunaan anti hipertensi
yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronik dengan hipertensi yang dirawat di RSUD Dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri selama tahun 2015 dikatakan tepat indikasi.
4.2 Evaluasi Tepat Pasien
Obat dikatakan tepat pasien apabila obat yang digunakan sesuai dengan kondisi fisiologi dan
patologi pasien dengan melihat ada tidaknya kontraindikasi (Depkes RI, 2006). Pada
penelitian ini evaluasi tepat pasien dinilai dari pemilihan anti hipertensi yang diberikan sesuai
dengan kondisi pasien. Berdasarkan data yang diperoleh, ketepatan pasien terhadap obat anti
hipertensi pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik di RSUD Dr. Soediran Mangun
Sumarso tahun 2015 yaitu 100 %.
-
6
4.3 Evaluasi Tepat Obat
Tepat obat merupakan pemilihan obat yang sesuai dengan drug of choice nya atau obat pilihan
utama yang sesuai dengan guideline.
Tabel 1. Distribusi Tidak Tepat Obat pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hipertensi di RSUD Dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015
No
Kasus
Tekanan
Darah
(mmHg)
Obat Anti hipertensi
Persentase (%) N= 50
Tepat Obat Tidak Tepat
Obat
1 127/86 Amlodipin (CCB) √
2 172/106 Furosemid (Loop Diuretic) √
3 142/69 Furosemid (Loop Diuretic) + Clonidin
(Centrally- acting Agents) + Nifedipin (CCB)
√
4 170/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan (ARB)
+ Amlodipin (CCB)
√
5 178/105 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril (ACEI)
+ Amlodipin (CCB)
√
6 180/100 Furosemid (Loop Diuretic) √
7 164/108 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)
√
8 190/133 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril
(ACEI) + Amlodipin (CCB)
√
9 176/104 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan
(ARB) + Nifedipin (CCB)
√
10 170/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB)
√
11 140/70 Furosemid (Loop Diuretic) √
12 177/111 Furosemid (Loop Diuretic) +
Irbesartan (ARB) + Amlodipin (CCB
Imidapril (ACEI) + Clonidin (Centrally-
acting Agents)
√
13 170/116 Furosemid (Loop Diuretic) √
14 174/96 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan
(ARB) + Amlodipin (CCB)
√
15 160/100 Captopril (ACEI) + Amlodipin (CCB) √
16 143/92 Irbesartan (ARB) + Amlodipin (CCB) √
17 165/101 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB)
√
18 140/96 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)
√
19 160/100 Amlodipin (CCB) + Clonidin (Centrally-
acting Agents)
√
20 151/81 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)
√
21 150/80 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan
(ARB) + Amlodipin (CCB)
√
22 154/114 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB)
√
23 174/80 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril
(ACEI) + Amlodipin (CCB)
24 230/120 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril
(ACEI) Valsartan (ARB)
√
25 150/100 Furosemid (Loop Diuretic) √
26 170/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan
(ARB) + Amlodipin (CCB)
√
27 160/90 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB)
√
-
7
28 165/99 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB)
√
29 166/73 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)
√
30 170/85 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan
(ARB)
√
31 160/83 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril
(ACEI) Irbesartan (ARB)
√
32 170/100 Furosemid (Loop Diuretic) √
33 170/105 Furosemid (Loop Diuretic) + Nifedipin (CCB) √
34 174/112 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril
(ACEI) Irbesartan (ARB) + Amlodipin (CCB)
√
35 170/99 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan
(ARB) + Amlodipin (CCB)
√
36 140/70 Furosemid (Loop Diuretic) √
37 151/108 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB)
√
38 177/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB)
√
39 170/120 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan
(ARB) + Amlodipin (CCB)
√
40 166/89 Furosemid (Loop Diuretic) + Nifedipin (CCB) √
41 140/74 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB)
√
42 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril
(ACEI)
Spironolactone (Diuretic)
√
43 130/90 Furosemid (Loop Diuretic) + Nifedipin (CCB) √
44 150/90 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB)
√
45 160/110 Furosemid (Loop Diuretic) + Captopril
(ACEI) Amlodipin (CCB)
√
46 210/100 Furosemid (Loop Diuretic) + Amlodipin
(CCB) + Clonidin (Centrally- acting Agents)
√
47 164/110 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan
(ARB) + Amlodipin (CCB)
√
48 163/84 Furosemid (Loop Diuretic) + Captopril
(ACEI) Amlodipin (CCB)
√
49 170/120 Furosemid (Loop Diuretic) + Imidapril
(ACEI) Irbesartan (ARB) + Amlodipin (CCB)
√
50 180/170 Furosemid (Loop Diuretic) + Irbesartan
(ARB)
√
Total 43 (86%) 7 (14%)
Berdasarkan JNC VIII target tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik adalah < 140/90
mmHg. Pasien gagal ginjal kronik dengan atau tanpa komplikasi dapat diberikan obat
golongan ACEI atau ARB pada lini pertama atau sebagai kombinasi dengan anti hipertensi
kelas lain. Pemberian terapi farmakologi dengan obat tunggal ataupun kombinasi dapat
diberikan pada pasien hipertensi stage 1 (SBP 140-159 atau DBP 90-99 mmHg). Sebagian
besar digunakan obat golongan thiazide jenis diuretik, CCB, ACEI, atau ARB atau dapat
kombinasikan. Pasien dengan hipertensi stage 2 (SBP > 160 atau DBP > 100 mmHg)
dianjurkan menggunakan 2 bahkan 3 kombinasi obat dari golongan thiazide jenis diuretik dan
ACEI, atau ARB, atau CCB. Apabila 2 kombinasi belum bisa mencapai tekanan darah yang
diinginkan maka disarankan titrasi 3 kombinasi hingga dosis maksimum (James et al., 2014).
-
8
Berdasarkan tabel 12, tepat obat yang diperoleh sebesar 86% dan tidak tepat obat sebesar
14%. Pada kasus 2, 6, 13, 32 menunjukkan tekanan darah pasien > 160/100 mmHg dan hanya
diberikan obat tunggal yaitu furosemid. Pasien seharusnya memerlukan 2 sampai 3 kombinasi
anti hipertensi untuk mencapai tekanan darah yaitu
-
9
No.
kasus
Pengobatan yang
diterima
CrCl
(mL/mnt)
Dosis yang
diterima
Dosis dan aturan pakai
(Drug Dossing and Renal
Failure)
Dosis
Persentase %
N = 50
1 x 1
hari 1 x 1 hari
Besar
an
Frek Rute Tepat
Dosis
Tidak
Tepat
Dosis
Irbesartan (PO) Imidapril (PO)
150101010 mg
150 mg 10 mg
150-300mg -
150-300 mg -
13 Furosemid (IV) 6,33 20 mg 60 mg 40-80 mg 80-160 mg × × √ √
14 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)
2,03 40 mg 10 mg 150 mg
80 mg 10 mg 150 mg
40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg
80-160 mg 2,5-10 mg
150-300 mg
√ √ √ √
15 Kaptopril (PO) Amlodipin (PO)
13,18 25 mg 10 mg
50 mg 10 mg
25-100 mg 2,5-10 mg
75-300 mg 2,5-10 mg
√ √ √ √
16 Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)
12,16 10 mg 150 mg
10 mg 150 mg
2,5-10 mg 150-300mg
2,5-10 mg 150-300 mg
√ √ √ √
17 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)
8,01 20 mg 10 mg
40 mg 10 mg
40-80 mg 2,5-10 mg
80-160 mg 2,5-10 mg
× √ √ √
18 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)
9,20 20 mg 10 mg
0,075mg
40 mg 10 mg
0,15 mg
40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg
80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg
× √ √ √
19 Amlodipin (PO) Clonidin (PO)
9,20 10 mg 0,15mg
10 mg 0,45 mg
2,5-10 mg 0,1-0,6 mg
2,5-10 mg 0,2-1,2 mg
√ √ √ √
20 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)
3,20 40 mg 10 mg 0,15mg
120 mg 10 mg 0,3 mg
40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg
80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg
√ √ √ √
21 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)
3,87 20 mg 10 mg 150 mg
40 mg 10 mg 150 mg
40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg
80-160 mg 2,5-10 mg
150-300 mg
× √ √ √
22 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)
9,09 60 mg 10 mg
120 mg 10 mg
40-80 mg 2,5-10 mg
80-160 mg 2,5-10 mg
√ √ √ √
23 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Imidapril (PO)
8,07 40 mg 10 mg 10 mg
120 mg 10 mg 10 mg
40-80 mg 2,5-10 mg
-
80-160 mg 2,5-10 mg
-
√ √ √ √
24 Furosemid (IV) Valsartan (PO) Imidapril (PO)
5,02 40 mg 80 mg 10 mg
120 mg 80 mg 10 mg
40-80 mg 80-320 mg
-
80-160 mg 80-320 mg
-
√ √ √ √
25 Furosemid (IV) 14,00 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √
26 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)
7,18 20 mg 10 mg 150 mg
40 mg 10 mg 150 mg
40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg
80-160 mg 2,5-10 mg
150-300 mg
× √ √ √
27 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)
5,30 20 mg 10 mg
20 mg 10 mg
40-80 mg 2,5-10 mg
80-160 mg 2,5-10 mg
× × √ √
28 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)
11,58 20 mg 10 mg
40 mg 10 mg
40-80 mg 2,5-10 mg
80-160 mg 2,5-10 mg
× √ √ √
29 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)
8,89 20 mg 10 mg
0,15 mg
40 mg 10 mg 0,3 mg
40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg
80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg
× √ √ √
30 Furosemid (IV) Irbesartan (PO)
10,79 40 mg 150mg
80 mg 150 mg
40-80 mg 150-300mg
80-160 mg 150-300 mg
√ √ √ √
31 Furosemid (IV) Irbesartan (PO) Imidapril (PO)
13,48 40 mg 150 mg 10 mg
120 mg 150 mg 10 mg
40-80 mg 150-300 mg
-
80-160 mg 150-300 mg
-
√ √ √ √
32 Furosemid (IV) 4,86 40 mg 120 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √
33 Furosemid (IV) Nifedipin (PO)
4,54 40 mg 30 mg
120 mg 30 mg
40-80 mg 10-30 mg
80-160 mg 10-30 mg
√ √ √ √
34 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO) Imidapril (PO)
4,47 40 mg 10 mg 150 mg 10 mg
120 mg 10 mg 150 mg 10 mg
40-80 mg 2,5-10 mg
150-300 mg -
80-160 mg 2,5-10 mg
150-300 mg -
√ √ √ √
35 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)
4,72 20 mg 10 mg 150 mg
40 mg 10 mg 150 mg
40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg
80-160 mg 2,5-10 mg
150-300 mg
× √ √ √
36 Furosemid (IV) 10,12 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √
37 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)
20,6 40 mg 5 mg
120 mg 5 mg
40-80 mg 2,5-10 mg
80-160 mg 2,5-10 mg
√ √ √ √
38 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)
10,06 40 mg 5 mg
120 mg 5 mg
40-80 mg 2,5-10 mg
80-160 mg 2,5-10 mg
√ √ √ √
39 Furosemid (IV) 14,6 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg √ √ √ √
-
10
No.
kasus
Pengobatan yang
diterima
CrCl
(mL/mnt)
Dosis yang
diterima
Dosis dan aturan pakai
(Drug Dossing and Renal
Failure)
Dosis
Persentase %
N = 50
1 x 1
hari 1 x 1 hari
Besar
an
Frek Rute Tepat
Dosis
Tidak
Tepat
Dosis
Amlodipin (PO) 5 mg 5 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg
40 Furosemid (IV) Nifedipin (PO)
3,39 40 mg 30 mg
80 mg 30 mg
40-80 mg 10-30 mg
80-160 mg 10-30 mg
√ √ √ √
41 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)
5,45 20 mg 5 mg
40 mg 5 mg
40-80 mg 2,5-10 mg
80-160 mg 2,5-10 mg
× √ √ √
42 Furosemid (IV) Imidapril (PO) Spironolactone(PO)
4,18 20 mg 10 mg 100 mg
60 mg 10 mg 100 mg
40-80 mg -
50-100 mg
80-160 mg -
50-100 mg
√ √ √ √
43 Furosemid (IV) Nifedipin (PO)
5,04 20 mg 30 mg
60 mg 30 mg
40-80 mg 10-30 mg
80-160 mg 10-30 mg
× × √ √
44 Furosemid (IV) Amlodipin (PO)
7,36 40 mg 5 mg
80 mg 5 mg
40-80 mg 2,5-10 mg
80-160 mg 2,5-10 mg
√ √ √ √
45 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Kaptopril (PO)
16,9 20 mg 10 mg 25 mg
60 mg 10 mg 75 mg
40-80 mg 2,5-10 mg 25-100 mg
80-160 mg 2,5-10 mg 75-300 mg
× × √ √
46 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Clonidin (PO)
24,8 40 mg 10 mg
0,15 mg
120 mg 10 mg 0,3 mg
40-80 mg 2,5-10 mg 0,1-0,6 mg
80-160 mg 2,5-10 mg 0,2-1,2 mg
√ √ √ √
47 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO)
4,68 20 mg 10 mg 150 mg
60 mg 10 mg 150 mg
40-80 mg 2,5-10 mg 150-300mg
80-160 mg 2,5-10 mg
150-300 mg
× × √ √
48 Furosemid (IV) Kaptopril (PO) Amlodipin (PO)
10,46 20 mg 25 mg 10 mg
20 mg 50 mg 10 mg
40-80 mg 25-100 mg 2,5-10 mg
80-160 mg 75-300 mg 2,5-10 mg
× × √ √
49 Furosemid (IV) Amlodipin (PO) Irbesartan (PO) Imidapril (PO)
8,81 40 mg 10 mg 150 mg 10 mg
80 mg 10 mg 150 mg 10 mg
40-80 mg 2,5-10 mg
150-300 mg -
80-160 mg 2,5-10 mg
150-300 mg -
√ √ √ √
50 Furosemid (IV) Irbesartan (PO)
9,23 20 mg 150mg
60 mg 150 mg
40-80 mg 150-300mg
80-160 mg 150-300 mg
× × √ √
Total 29 (58%)
21 (42%)
Tabel 3. Distribusi Tepat Dosis pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hipertensi Saat Menjalani
Hemodialisa di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015
No.
kasus
Pengobatan yang
diterima
CrCl
(mL/mnt)
Dosis yang diterima Dosis dan aturan pakai (Drug
Dossing and Renal Failure)
Jam pemberiaan obat
Persentase (%)
N = 50
Tepat
Dosis
Tidak
Tepat Dosis
1 x 1 hari 1 x 1 hari
1 Amlodipin (PO) 4,39 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
2 Furosemid (IV) 6,12 20 mg 40 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √
3 Nifedipin (PO) 6,39 30 mg 30 mg 10-30 mg 10-30mg Pukul 06.00 WIB √
4 Furosemid (IV)
Irbesartan (PO)
2,92 20 mg
150 mg
40 mg
150 mg
40-80 mg
150-300mg
80-160 mg
150-300 mg
Pukul 09.00 WIB
09.00 WIB √
5 Amlodipin (PO) 17,8 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
6 Furosemid (IV) 6,02 40 mg 120 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √
7 Amlodipin (PO) 4,63 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
8 Amlodipin (PO)
2,43 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
9 Irbesartan (PO) 8,22 150 mg 150 mg 150-300 mg 150-300 mg Pukul 06.00 WIB √
-
11
No.
kasus
Pengobatan yang
diterima
CrCl
(mL/mnt)
Dosis yang diterima Dosis dan aturan pakai (Drug
Dossing and Renal Failure)
Jam pemberiaan obat
Persentase (%)
N = 50
Tepat
Dosis
Tidak
Tepat
Dosis 1 x 1 hari 1 x 1 hari
10 Amlodipin (PO)
3,77 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
11 Furosemid (IV) 7,45 20 mg 20 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 12.00 WIB √
12 Furosemid (IV)
Irbesartan (PO)
9,23 40 mg
150 mg
120 mg
150 mg
40-80 mg
150-300mg
80-160 mg
150-300 mg
Pukul 09.00 WIB √
13 Furosemid (IV) 6, 33 20 mg 60 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √
14 Furosemid (IV)
Irbesartan (PO)
9,23 40 mg
150 mg
80 mg
150 mg
40-80 mg
150-300mg
80-160 mg
150-300 mg
Pukul 09.00 WIB
09.00 WIB √
15 Kaptopril (PO)
Amlodipin (PO
13,18 25 mg
10 mg
50 mg
10 mg
25–30%
setelah
Hemodialisa
2,5-10 mg
25–30%
setelah
Hemodialisa
2,5-10 mg
Pukul 06.00 WIB √
16 Amlodipin (PO)
Irbesartan (PO)
12,1 10 mg
150 mg
10 mg
150 mg
2,5-10 mg
150-300mg
2,5-10 mg
150-300 mg
Pukul 12.00 WIB √
17 Amlodipin (PO)
8,01 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
18 Amlodipin (PO)
9,20 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
19 Amlodipin (PO)
3,75 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 14.00 WIB √
20 Amlodipin (PO)
3,20 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
21 Furosemid (IV)
Irbesartan (PO)
3,87 20 mg
150 mg
40 mg
150 mg
40-80 mg
150-300mg
80-160 mg
150-300 mg
Pukul 09.00 WIB
√
22 Amlodipin (PO)
9,09 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
23 Amlodipin (PO)
8,07 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
24 Furosemid (IV)
Valsartan (PO)
3,87 20 mg
80 mg
40 mg
80 mg
40-80 mg
80-320 mg
80-160 mg
80-320 mg
Pukul 09.00 WIB
√
25 Furosemid (IV) 14,0 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √
26 Furosemid (IV)
Irbesartan (PO)
7,18 40 mg
150 mg
80 mg
150 mg
40-80 mg
150-300mg
80-160 mg
150-300 mg
Pukul 09.00 WIB
√
27 Amlodipin (PO)
75 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
28 Amlodipin (PO)
11,58 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 14.00 WIB √
29 Amlodipin (PO)
8,89 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
30 Furosemid (IV)
Irbesartan (PO)
10,7 40 mg
150 mg
80 mg
150 mg
40-80 mg
150-300mg
80-160 mg
150-300 mg
Pukul 09.00 WIB
√
31 Furosemid (IV)
Irbesartan (PO)
13,48 20 mg
150 mg
40 mg
150 mg
40-80 mg
150-300mg
80-160 mg
150-300 mg
Pukul 17.00 WIB √
32 Furosemid (IV) 4,68 40 mg 120 mg 40-80 mg 800-160 mg Pukul 09.00 WIB √
33 Nifedipin (PO) 4,54 30 mg 30 mg 10-30 mg 10-30mg Pukul 06.00 WIB √
34 Amlodipin (PO)
Irbesartan (PO)
4,47 10 mg
150 mg
10 mg
150 mg
2,5-10 mg
150-300mg
2,5-10 mg
150-300 mg
Pukul 09.00 WIB √
35 Furosemid (IV)
Irbesartan (PO)
4,72 20 mg
150 mg
40 mg
150 mg
40-80 mg
150-300mg
80-160 mg
150-300 mg
Pukul 12.00 WIB
√
-
12
No.
kasus
Pengobatan yang
diterima
CrCl
(mL/mnt)
Dosis yang diterima Dosis dan aturan pakai (Drug
Dossing and Renal Failure)
Jam pemberiaan obat
Persentase (%)
N = 50
Tepat
Dosis
Tidak
Tepat
Dosis 1 x 1 hari 1 x 1 hari
36 Furosemid (IV) 10,12 20 mg 40 mg 40-80 mg 80-160 mg
Pukul 09.00 WIB √
37 Amlodipin (PO)
20,62 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 14.00 WIB √
38 Amlodipin (PO)
10,06 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
39 Furosemid (IV)
Irbesartan (PO)
14,6 40 mg
150 mg
80 mg
150 mg
40-80 mg
150-300mg
80-160 mg
150-300 mg
Pukul 09.00 WIB
√
40 Nifedipin (PO) 3,39 30 mg 30 mg 10-30 mg 10-30mg Pukul 06.00 WIB √
41 Amlodipin (PO)
5,45 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
42 Furosemid (IV) 4,18 40 mg 80 mg 40-80 mg 80-160 mg Pukul 09.00 WIB √
43 Nifedipin (PO) 5,04 30 mg 30 mg 10-30 mg 10-30mg Pukul 06.00 WIB √
44 Amlodipin (PO)
7,36 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 12.00 WIB √
45 Kaptopril (PO)
Amlodipin (PO
16,9 25 mg
10 mg
75 mg
10 mg
25–30% setelah
Hemodialisa
2,5-10 mg
25–30% setelah
Hemodialisa
2,5-10 mg
Pukul 06.00 WIB √
46 Amlodipin (PO)
24,8 10 mg 10 mg 2,5-10 mg 2,5-10 mg Pukul 06.00 WIB √
47 Furosemid (IV) Irbesartan (PO)
4,68 20 mg 150 mg
60 mg 150 mg
40-80 mg 150-300mg
80-160 mg 150-300 mg
Pukul 09.00 WIB
√
48 Kaptopril (PO)
Amlodipin (PO
16,9 25 mg
10 mg
50 mg
10 mg
25–30% setelah
Hemodialisa
2,5-10 mg
25–30% setelah
Hemodialisa
2,5-10 mg
Pukul 06.00 WIB √
49 Amlodipin (PO)
Irbesartan (PO)
8,81 10 mg
150 mg
10 mg
150 mg
2,5-10 mg
150-300mg
2,5-10 mg
150-300 mg
Pukul 06.00 WIB √ √
50 Furosemid (IV)
Irbesartan (PO)
9,23 20 mg
150mg
60 mg
150 mg
40-80 mg
150-300mg
80-160 mg
150-300 mg
Pukul 09.00 WIB
Total 27
(54%)
23
(46%)
Berdasarkan tabel 13 dan 14, diperoleh hasil 58% ketepatan dosis pada pasien gagal ginjal
kronik hipertensi saat tidak menjalani hemodialisa dan pasien yang menjalani hemodialisa
diperoleh tepat dosis yaitu sebesar 54%. Pada tabel 13 menunjukkan kasus yang didapat
sebanyak 21 kasus menerima terapi furosemid dengan besaran dosis yang kurang dari dosis
yang tercantum dalam drug dosing renal failure. Dosis yang kurang menyebabkan obat berada
dalam rentang subterapetik sehingga obat tidak mampu menghasilkan efek terapi yang
diinginkan (DeBellis et al., 2000). Pasien hipertensi yang menjalani hemodialisis memerlukan
perhatian pada manajemen status cairan/volume ekstra vaskuler dan penyesuaian terapi anti
hipertensi (National Kidney Foundation, 2015). Penyesuaian terapi diperlukan karena adanya
jenis obat anti hipertensi yang terdialisis serta adanya abnormalitas respon tubuh terhadap
-
13
hemodialisis (Chazot and Jean, 2010). Kadar obat yang terdialisis mengakibatkan penurunan
efektifitas obat atau under dose sehingga pasien membutuhkan adanya supplemental dose dari
obat yang digunakan setelah dialisis untuk mempertahankan konsentrasi obat di dalam darah
(Quan and Aweeka, 2009). Pada tabel 14 ketidaktepatan dosis yang didapat dikarenakan pada
obat furosemid tidak adanya dosis yang efektif yang dapat digunakan saat pasien sedang
menjalani hemodialisa. Pada pasien gagal ginjal yang telah menjalani hemodialisa secara rutin
dosis captopril yang semestinya adalah 20-30% dari dosis normal dan obat diberikan setelah
hemodialisa, namun pada kasus captopril diberikan 2 kali sehari 25 mg (DeBellis et al., 2000).
Selain masalah efektifitas obat saat hemodialisis, efek samping dari hemodialisis yang umum
dialami pasien antara lain hipotensi (Daugirdas et al., 2007). Keadaan tersebut perlu
diantisipasi, dikendalikan serta diatasi agar kualitas hidup pasien tetap optimal dan kondisi
yang lebih buruk tidak terjadi. Sebagai seorang farmasis mengidentifikasi, mencegah dan
menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan adalah peran
penting guna mencegah terjadinya medication error masalah terkait obat dari setiap terapi
yang dipertimbangkan serta diberikan kepada pasien (Depkes RI, 2006). Farmasis dapat
memberikan saran tentang pemilihan obat yang sesuai, penggantian atau obat alternatif,
perubahan dosis, regimen obat yang sesuai. Farmasis juga dapat berinteraksi dengan profesi
kesehatan lainnya terutama dokter. Farmasis juga dapat membantu pasien bagaimana
melakukan perubahan atau modifikasi gaya hidupnya dengan mendiskusikan mengenai
olahraga, menurunkan berat badan, dan berhenti merokok agar pasien mencapai tujuan
terapinya (Depkes RI, 2006).
4. PENUTUP
Evaluasi ketepatan terapi anti hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2015, menarik kesimpulan sebagai berikut:
Dari 50 subjek penelitian diperoleh hasil penggunaan obat anti hipertensi yaitu obat tunggal yang
digunakan adalah furosemid 14%, amlodipin 2%, serta obat kombinasi yang paling banyak
digunakan adalah furosemid + amlodipin 20% dan furosemid + amlodipin + irbesartan 14%.
Hasil evaluasi ketepatan penggunaan obat anti hipertensi pada pasien hipertensi dengan gagal
ginjal kronik yaitu 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 86% tepat obat, 58% tepat dosis dan
54% tepat dosis saat hemodialisa
.
-
14
DAFTAR PUSTAKA
BNF, 2007. British National Formulary 57th ed., Lamberth High Street, London: BMJ Group
and RPS Publishing.
DeBellis, R.J., Brian S. Smith.,Pauline A. Cawley.,Gail M. Burniske, 2000. Drug dosing in
critically ill patients with renal failure: A pharmacokinetic approach. Journal of Intensive
Care Medicine, 15(6), pp.273–313.
Depkes RI, 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Jakarta: Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan.
Dipiro, J.T., Robert L. Talbert., Gary C. Yee., Gary R.Matzke.,Barbara G. Wellz.,L. Michael
Possey, 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed., United States of
America: The McGraw-Hill Companies, Inc.pp.765
Ghods, A.A., Mohammad R.A., Fatemeh Asghari.,Raheb Ghorbani., Nahid H.M, 2016. Journal
of Renal Injury Prevention Incidence and severity of nausea and vomiting in a group of
maintenance hemodialysis patients. J Renal Inj Prev. J Renal Inj Prev, 66(11), pp.49–5549.
James, P.A., Suzzane O., Barry L.C., William C.C., Cheryl D.H., Joel Handler., Daniel T.L,
2014. JNC 8 Hypertension Guideline Algorithm. evidence-based guidline for the
management of high blood pressure in adults, 311(5), pp.507–20.
Koda-Kimble, M.A., Lloyd Y.Y., Brian K.A., Robin L.C., B.Joseph G.,Wayne A.K., Bradley
R.W, 2009. Chronic Kidney Disease. In M. A. Koda-Kimble et al., eds. Applied
Therapeutics. USA: Lippincott Williams & Wilkins, pp. 33–1.
NKF, 2010. High Blood Pressure and Chronic Kidney Disease. , pp.1–24.
Oh, S.W. & Han, S.Y., 2015. Loop Diuretics in Clinical Practice. Electrolyte & blood pressure :
E & BP, 13(1), pp.17–21. Perry, A.G., Potter, P.A. & Ostendorf, W., 2006. Clinical Nursing
Skills and Techniques. In St.Louis Missouri: Mosby Inc.
Riskesdas, 2013. Penyakit Tidak Menular ( PTM ). Available at: www.litbang.depkes.go.id
[Accessed June 4, 2016].
Rosei, E.A. & Salvetti, M., 2007. European Society of Hypertension Scientific Newsletter :
Update on Hypertension Management. Treatment Of Hypertensive Urgencies And
Emergencies Enrico, (3), pp.16–17.
Tessy, A., 2009. Hipertensi pada Penyakit Ginjal. In A. W. Sudoyo et al., eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing, p. 1086.
Vasavada, N., Saha, C. & Agarwal, R., 2003. A double-blind randomized crossover trial of two
loop diuretics in chronic kidney disease. Kidney International, 64(2), pp.632–640.
-
15
Wenzel, R.R., 2005. Renal protection in hypertensive patients: selection of antihypertensive
therapy. Drugs, 65 Suppl 2(February 2005), pp.29–39.
top related