draf pkl bib lembang dika
Post on 09-Dec-2015
165 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TATA LAKSANA PENAMPUNGAN SEMEN SEGAR MENGGUNAKAN
METODE VAGINA BUATAN PADA SAPI PEJANTAN LIMOUSIN DI
BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG
( Oleh : M. Rasyid Dika Pratama )
Abstrak
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan, Jalan Kiwi Kayu Ambon No.78, Desa Kayu Ambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, yang dilaksanakan tanggal 25 Juni - 16 Juli 2015. Proses inseminasi buatan terdiri dari penampungan, pengenceran, dan penyimpanan. Proses penampungan semen segar sapi pejantan Limousin di BIB Lembang menggunakan metode vagina buatan atau Artificial Vagina (AV). Penampungan semen dilakukan dua kali dalam seminggu yaitu setiap hari Senin dan Kamis dan yang tidak bisa ditampung pada hari itu dilakukan pada hari Rabu. Semen segar yang ditampung akan berkualitas baik jika menerapkan tata laksana penampungan yang baik dan tepat. Dapat disimpulkan bahwa tata laksana penampungan semen segar menggunakan vagina buatan pada sapi pejantan Limousin di BIB Lembang terdiri dari persiapan, pelaksanaan penampungan, pembersihan alat, serta pemeriksaan dan evaluasi.
Kata kunci: Tata laksana penampungan, vagina buatan, sapi Limousin
I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Peningkatan populasi ternak termasuk sapi, memerlukan penyediaan
sumber bibit, baik sebagai ternak bibit maupun bakalan untuk penggemukan.
Untuk meningkatkan populasi ternak sapi diperlukan peningkatan efisiensi
reproduksi dan fertilitas ternak. Program inseminasi buatan (IB) merupakan suatu
cara perkawinan yang lebih efisien dan efektif dalam penggunaan semen pejantan
untuk membuahi sapi betina dalam jumlah banyak dan menyebarkan bibit unggul
dibandingkan dengan perkawinan alam. Keberhasilan IB ditentukan oleh kualitas
semen segar yang diperoleh dari pejantan sebelum diproses menjadi semen beku.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas semen segar diantaranya adalah
manajemen serta metode atau teknik yang digunakan selama proses
penampungan. Manajemen penampungan semen segar terdiri dari persiapan
penampungan, pelaksanaan penampungan, pembersihan alat, serta pemeriksaan
dan evaluasi. Untuk mendapatkan semen dengan kualitas yang baik, diperlukan
suatu manajemen yang baik dan terorganisir termasuk sumber daya manusia yang
berkompeten dan berpengalaman dalam bidang Inseminasi Buatan khususnya
pada penampungan semen.
Berbagai cara penampungan semen untuk keperluan inseminasi buatan
(IB) telah banyak dilakukan dan dikembangkan. Pada awalnya untuk
mendapatkan semen segar dilakukan dengan cara menyedot sperma dari vagina
betina segera setelah kawin alam. Namun teknik tersebut kurang efisien dan
efektif untuk mendapatkan semen dengan kualitas yang baik. Metode
penampungan lainnya yang umum dapat digunakan adalah metode pengurutan,
elektroejakulator, serta vagina buatan atau Artificial Vagina (AV). Penggunaan
alat vagina buatan dalam penampungan semen segar merupakan simulasi yang
sempurna terhadap perkawinan secara alami serta semen tertampung dengan
kualitas yang jauh lebih baik daripada metode lainnya. Sapi Limousin mengalami
pubertas pada umur 12 bulan. Sapi Limousin memiliki keunggulan pertumbuhan
yang cepat dan harga jualnya yang tinggi karena kualitas daging baik, dikenal, dan
disukai peternak. Sapi potong jantan akan mengalami perkembangan organ
reproduksinya selaras dengan pertambahan umur dan perkembangan kondisi
badan ternak selama pencapaian masa pubertas dan dewasa tubuh. Berdasarkan
uraian diatas, maka dilakukan pengamatan mengenai manajemen penampungan
semen segar menggunakan metode vagina buatan pada sapi limousin.
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya studi mendalam Praktik Kerja Lapangan ini
adalah untuk mengetahui bagaimana tata laksana penampungan semen segar
menggunakan metode vagina buatan pada sapi pejantan Limousin di Balai
Inseminasi Buatan Lembang.
1.3. Waktu dan Metode Pelaksanaan
1.3.1. Waktu
Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di Balai Inseminasi Buatan
selama 25 hari, terhitung mulai tanggal 25 Juni 2015 sampai 16 Juli 2015
bertempat di Balai Inseminasi Buatan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
1.3.2. Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan
ini adalah metode survei deskriptif dengan teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
1. Studi Lapangan
Studi lapangan yaitu mengumpulkan data hasil pengamatan langsung di
lapangan serta melakukan wawancara dengan beberapa pegawai di BIB Lembang.
2. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan data yang relevan dan teoritis melalui buku-buku yang
terdapat di perpustakaan Balai Inseminasi Buatan Lembang dan perpustakaan
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, serta jurnal-jurnal yang mendukung.
II
Hasil dan Pembahasan
2.1. Hasil Pengamatan
Sapi Limousin di BIB Lembang berjumlah 57 ekor yang 2 ekor
diantaranya adalah Black Limousin yaitu Darwin / 80975 dan Marvel / 80976.
Berdasarkan asal pejantan hamper seluruhnya berasal dari Australia (55 ekor) dan
sisanya 2 ekor berasal dari Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang yaitu Marvel /
80976 dan P. Lalawa / 811104. Secara umum pejantan Limousin di BIB Lembang
berumur 4 tahun (1 ekor), 6 tahun (25 ekor), 7 tahun (14 ekor), dan > 7 tahun (15
ekor). Penampungan semen pejantan Limousin dilaksanakan sebanyak dua kali
dalam seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis. Untuk pejantan yang tidak bisa
ditampung semennya pada hari tersebut dilaksanakan pada hari Rabu dan sangat
tergantung kepada kondisi kesehatan serta faktor lainnya seperti libido dan
kualitas semen segarnya.
2.2. Pembahasan
2.2.1. Karakteristik Sapi Limousin
Sapi Limousin adalah bangsa Bos tarus yang dikembangkan pertama kali
di Perancis. Karakteristik Sapi Limousin adalah pertambahan badan yang cepat
per harinya sekitar 1,1 kg, tinggi badan mencapai 1,5 m, tanduknya berwarna
cerah, bobot lahir tergolong kecil sampai medium (sapi betina dewasa mencapai
575 kg dan pejantan dewasa mencapai berat 1100 kg), fertilitasnya cukup tinggi,
mudah melahirkan, mampu menyusui, dan mengasuh anak dengan baik serta
pertumbuhannya cepat (Blakely dan Bade, 1991). Sapi Limousin merupakan tipe
sapi pedaging dengan perototan yang lebih baik dari Simmental, warna bulu
coklat tua kecuali disekitar ambing berwarna putih serta lutut kebawah dan sekitar
mata berwarna lebih muda. Bentuk tubuh sapi jenis ini adalah besar, panjang,
padat dan kompak. Secara genetik sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal
dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume
rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar
kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga
menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur. Sapi Limousin dapat
berproduksi secara optimal pada daerah yang beriklim temperatur dengan suhu
antara 4-150C dengan mendapat hijauan serta konsentrat yang bernilai tinggi
(Meyn, 1991). Menurut Thomas (1991), Sapi Limousin memiliki berat lahir rata-
rata 39,95 kg dengan berat sapih pada umur 205 hari yaitu 198 kg.
2.2.2. Metode Penampungan Semen
Toelihere (1993) menyatakan bahwa penampungan semen merupakan
suatu proses pengambilan semen pejantan yang sudah dewasa kelamin pada saat
ejakulasi dengan menggunakan vagina buatan, elektroejakulator dan pemijatan. Di
BIB Lembang, proses penampungan semen segar dilaksanakan dengan
menggunakan metode vagina buatan. Vagina buatan adalah suatu alat yang
digunakan untuk menampung semen dimana alat tersebut akan dikondisikan
sebagaimana vagina asli dari ternak tersebut. Penampungan semen menggunakan
vagina buatan merupakan metode yang paling efektif diterapkan pada ternak besar
(sapi, kuda, kerbau) ataupun ternak kecil (domba, kambing, dan babi) yang
normal (tidak cacat) dan libidonya bagus. Kelebihan metode penampungan
menggunakan vagina buatan ini adalah selain pelaksanaannya tidak serumit
metode pemijatan dan elektroejakulator, semen yang dihasilkannya pun memiliki
kualitas yang baik, maksimal, dan lebih bersih. Hal ini terjadi karena metode
penampungan ini merupakan modifikasi dari perkawinan alam. Sapi jantan
dibiarkan menaiki pemancing yang dapat berupa ternak betina, jantan lain, atau
panthom (patung ternak yang didesain sedemikianrupa sehingga oleh pejantan
yang akan ditampung semennya dianggap sebagai ternak betina). Ketika pejantan
tersebut sudah menaiki pemancing dan mengeluarkan penisnya, penis tersebut
arahnya dibelokkan menuju mulut vagina tiruan dan dibiarkan ejakulasi di dalam
vagina tiruan. Vagina tiruan yang digunakan dikondisikan supaya menyerupai
kondisi (terutama dalam hal temperatur dan kekenyalannya) vagina yang
sebenarnya.
2.2.3. Proses Penampungan Semen
A. Persiapan Alat dan Bahan
Sebelum penampungan dilakukan, alat dan bahan yang harus dipersiapkan
antara lain :
1. Menghidupkan water heater, agar tersedia air panas.
2. Menghidupkan incubator, apabila alat yang akan digunakan masih dalam
keadaan basah.
3. Menghidupkan lemari vagina buatan untuk tempat vagina buatan yang
tidak digunakan.
4. Mempersiapkan bahan penampungan diatas meja yaitu handuk besar, lap
tangan, vaselin, label atau nomor bull, thermometer, stick glass, plastic
sheet, tali, vagina buatan, tabung sperma, corong AV, sikat pembersih AV.
B. Persiapan Vagina Buatan / AV (Artificial Vagina)
Vagina buatan terdiri dari beberapa bagian dan perlengkapannya
dianataranya :
1. Silinder karet tebal, cirinya kenyal tetapi kaku berukuran panjang 25-40
cm dan diameternya 5-6 cm. Pada bagian tengah silinder terdapat sebuah
lubang katup seperti skrup (kran) untuk memasukkan air panas dan
diantaranya terdapat semacam pentil untuk meniupkan udara ke dalam
vagina buatan.
2. Selongsong karet tipis merupakan lapisan dalam (inner liner) dari silinder
karet tebal yang panjangnya 40-50 cm dengan diameter 5-6 cm.
3. Corong penampungan terbuat dari karet tipis yang panjangnya 9 cm
dengan diameter 7 cm pada pangkal dan pada ujung 1 cm dan pada
corong penampungan ini terdapat sebuah ventilasi (lubang) yang
fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan yang berlebih yang
ditimbulkan oleh dorongan penis saat ejakulasi.
4. Tabung penampung semen ini terbuat dari gelas, panjangnya 11 cm dan
diameternya 1 cm yang dilengkapi dengan skala.
5. Plastik atau kertas tabung digunakan sebagai pelindung tabung
penampungan semen terhadap sinar matahari dan benturan.
Cara pemasangan vagina buatan adalah :
1. Memasang corong karet pada badan dan posisi lubang udara pada corong
sejajar kran vagina buatan.
2. Mengikat dengan pita corong karet.
3. Memasang tabung semen pada ujung corong av dan ikat dengan pita.
4. Memasang pelindung tabung semen.
5. Memasang plastik pelindung tabung semen lalu menyimpan av komplit
pada lemari av.
C. Persiapan Pemancing (teaser) dan Pejantan yang Akan Ditampung
Pemancing yang digunakan adalah pejantan yang juga akan ditampung
atau pejantan yang sudah tidak berproduktif lagi ataupun juga menggunakan
boneka sapi (dummy cow). Pemancing dan pejantan yang akan ditampung harus
dalam keadaan bersih dan sudah dimandikan agar semen tidak terkontaminasi.
Pemancing dapat mempengaruhi pejantan yang akan ditampung, pemancing
pejantan yang bersifat pendiam (tidak banyak bergerak) akan mempercepat
pelaksanaan penampungan. Pejantan yang masih produktif tidak diperkenankan
untuk selalu dijadikan pemancing, karena dapat menyebabkan pejantan tersebut
tidak kuat untuk menaiki pemancingnya. Pemancing yang sudah disiapkan
dimasukkan ke dalam kandang jepit lalu menjepit leher teaser dengan besi
penjepit dan ekor teaser diikat dengan tali. Pelaksanaan penampungan
menggunakan dummy cow tidak terdapat perbedaan yang mencolok terhadap
ternak hanya saja posisi penampung atau kolektor yang berbeda, teaser dan
lingkungan yang digunakan bergantian ini ditujukan untuk dapat meninggikan
libido dari pejantan yang akan ditampung. Bulu dekat preputium harus digunting
sehingga panjangnya hanya 1,5 cm untuk menjaga kebersihan dan kelancaran
selama penampungan. Pejantan yang akan ditampung semennya, harus dalam
keadaan sehat dan layak untuk ditampung. Sebelum penampungan, daerah
preputium disemprotkan cairan khusus untuk menghilangkan kotoran dan lemak
yang akan mempengaruhi kualitas semen. Proses penampungan semen dilakukan
pada tempat khusus yang dinamakan kandang penampungan. Kandang
penampungan harus mempunyai lantai yang baik dan tidak licin agar pejantan
tidak terpeleset selama penampungan. Hal ini harus diperhatikan karena jika
terpeleset karena alas yang licin maka akan terjadi perlakuan dan ketakutan
sehingga pejantan tidak mau menaiki teaser lagi. Lantai kandang penampungan
bisa menggunakan serbuk gergaji, karet, atau bahan apapun yang sifatnya tidak
licin dan
aman bagi ternak.
D. Melakukan Teasing
Teaser pejantan dimasukkan ke dalam kandang penampungan kemudian
pejantan di dekatkan ke pemancing untuk memancing libidonya. Libido pejantan
dapat diukur dengan menentukan reaction time yaitu waktu yang diperhitungkan
sejak pejantan didekatkan pada teaser sampai pada saat kopulasi terjadi. Pejantan
yang memiliki libido sangat baik memiliki waktu reaksi kurang dari 1 menit.
Pejantan dengan libido baik mempunyai waktu reaksi 1-5 menit, libido sedang 5-
10 menit, libido rendah 10-30 menit, dan pejantan yang dianggap tidak memiliki
libido apabila waktu reaksinya lebih dari 30 menit. Selain itu, libido pejantan juga
dapat diuji dengan penilaian skor seperti dalam tabel berikut :
Sko
rKeterangan
0 Pejantan tidak mampu memperlihatkan aktivitas seksual
1Interest sexual hanya diperlihatkan sekali, misalnya mencium daerah
perineal
2 Interest sexual positif dan lebih dari sekali
3 Mengikuti betina/teaser aktif dengan interest sexual persistent
4 Sekali naik atau berusaha naik tapi tidak berkopulasi
5 Dua kali naik tapi tidak berkopulasi
6 Lebih dari dua kali naik tapi tidak berkopulasi
7 Sekali kopulasi tanpa diikuti interest berikutnya
8 Sekali kopulasi diikuti interest berikutnya
9 Dua kali kopulasi tanpa diikuti interest berikutnya
10 Dua kali kopulasi diikuti interest berikutnya
Tabel 2. Skor Uji Libido Pejantan
Sumber : Balai Inseminasi Buatan Lembang, 2012.
Teasing dilakukan bertujuan untuk meninggikan libido dari pejantan yang
akan ditampung. Sebelum melakukan penampungan pejantan diusahakan untuk
menaiki teasernya dan penisnya harus keluar. Kolektor atau petugas penampungan
memindahkan posisi penis pejantan tersebut dengan memegang pangkal
preputiumnya ditarik ke arah samping teaser. Penis jangan sampai menyentuh
bagian belakang teaser agar tidak terjadi ejakulasi diluar dan tidak melukai penis
lalu pejantan ditarik agar turun kembali. Teasing ini dilakukan sebanyak 3-4 kali
yang diselingi semacam exercise dan apabila libidonya sudah cukup tinggi maka
baru dilakukan penampungan semen.
E. Penampungan Semen
Pengecekan suhu vagina buatan dilakukan setelah pejantan tersebut naik
untuk yang ketiga kalinya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
thermometer dengan suhu antara 42-440 C (BIB, 2012). Bila suhu dibawah
optimum maka ganti dengan air yang baru. Suhu yang terlalu rendah akan
mengakibatkan pejantan tidak mau berejakulasi sedangkan suhu yang terlalu
tinggi akan mematikan spermatozoa dan menyebabkan rasa sakit pada penis
sehingga pejantan takut dan enggan untuk menggunakan vagina buatan kembali.
Kemudian selanjutnya meniupkan udara ke dalam vagina buatan sampai mulut
permukaan vagina buatan menggembung dan siap untuk digunakan. Saat pejantan
naik untuk keempat atau kelima kalinya maka segera lakukan penampungan. Cara
penampungan yang dilakukan di Balai Inseminasi Buatan Lembang sejalan
dengan (Toelihere, 1993) yang mengemukakan bahwa kolektor harus berada
dalam posisi siap menampung dengan posisi kaki kanan sejajar dengan kaki kiri
yang telah memakai sepatu khusus (collecting shoes). Saat pejantan menaiki
teaser dan penis keluar maka kolektor menangkap pangkal preputium dengan
tangan kiri lalu mengarahkannya pada mulut vagina buatan yang dipegang dengan
tangan kanan yang terletak disamping pantat teaser. Preputium merupakan lipatan
kulit disekitar ujung bebas penis (Frandson, 1992). Ternak yang memiliki ukuran
penis panjang, saat turun dari punggung teaser dapat kontak langsung dengan alas
lantai dan menjadi kotor sehingga sebelum penampungan berlangsung penis harus
terlebih dahulu dibersihkan menggunakan air atau pembersih khusus sampai benar
bersih.
Penampungan dengan menggunakan pejantan, kolektor berdiri disamping
kanan pemancing. Tangan kanan kolektor memegang vagina buatan dan tangan
kiri memegang pangkal preputium untuk mengarahkannya kira-kira 450 keatas
pada garis horizontal pemancing. Apabila kolektor berdiri disamping kiri
pemancing maka kedua tangan kolektor memegang sebaliknya. Penampungan
dilakukan apabila pejantan telah berereksi secara sempurna dan menaiki teaser.
Sedangkan penampungan menggunakan dummy cow, teasing dan penampungan
dilakukan di dalam dummy cow dan kolektor hanya mengarahkan penis masuk ke
dalam mulut vagina buatan. Pengarahan penis ke mulut vagina buatan tidak boleh
digenggam, karena dapat menyebabkan pejantan menarik kembali ke dalam
preputium, tetapi kadang-kadang dapat terjadi ejakulasi sebelum masuk ke dalam
mulut vagina buatan. Saat ujung penis menyentuh mulut vagina buatan dan
pejantan melakukan hentakan atau dorongan maka terjadilah ejakulasi. Saat
ejakulasi penjantan harus dibiarkan mendorong penisnya sendiri kedalam vagina
buatan untuk memperoleh ejakulasi yang optimal (Salisbury dan van Denmark,
1985).
Menurut Frandson (1992) ejakulasi adalah suatu gerakan refleks yang
mengosongkan epididimis, uretra, dan kelenjar-kelenjar aksesoris pada saluran
reproduksi pejantan. Pejantan harus dibiarkan mendorong penisnya ke dalam
vagina buatan, karena ejakulasi ini ditandai dengan adanya suatu dorongan tiba-
tiba ke depan dan kaki belakang terangkat seolah-olah hendak melompati
pemancing. Saat pejantan mendorong penisnya, maka kolektor tidak boleh
mendorong vagina buatan sehingga menutupi penis yang ereksi karena
kebanyakan pejantan tidak mau berejakulasi, lamanya ejakulasi pada sapi rata-rata
satu detik. Vagina buatan ditarik perlahan-lahan setelah ejakulasi dan pejantan
tersebut bergerak turun. Proses ejakulasi ini dapat terganggu oleh perlakuan yang
kasar, suhu vagina buatan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin serta
permukaan vagina buatan yang terlalu kasar sehinga semen yang dihasilkan
menjadi berkurang. Penis mempunyai persediaan darah yang besar dan
permukaan yang lunak oleh karena itu penis mudah sekali terluka dan pendarahan
bisa cepat terjadi (Hardjoprantojo, 1991). Sebaiknya setelah penampungan
dilakukan penyemprotan rivanol ke penis yang masih berada diluar untuk
menghindari infeksi penis karena terluka.
F. Hasil Penampungan
Semen adalah sekresi kelamin pejantan yang secara normal diejakulasikan
ke dalam saluran betina sewaktu kopulasi, tetapi dapat pula ditampung untuk
keperluan IB. Volume semen yang tertampung dapat langsung terbaca pada
tabung penampungan semen yang berskala. Volume dapat juga digunakan dalam
menentukan jumlah sperma per ejakulasi bila dikalikan dengan konsentrasi
(Sorensen, 1979). Setelah semen tertampung maka segera memberikan identitas
pejantan pada tabung semen dengan label yang tersedia, menutup tabung semen
dengan aluminium foil, dan mencatat waktu akhir penampungan serta
melaksanakan pencatatan hasil penampungan pada Log sheet catatan harian
penampungan semen. Penampungan semen sapi pejantan Limousin tiap individu
menghasilkan volume semen yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1
yang menunjukkan setiap pejantan dengan volume semen yang relatif banyak
maupun sedikit tidak selalu berbanding lurus dengan volume semen rata-rata yang
dihasilkan. Volume semen sapi Limousin yang dihasilkan di Balai Inseminasi
Buatan Lembang masih tergolong normal karena menurut Feradis (2010) volume
semen sapi berkisar antara 5 - 8 ml, sedangkan menurut Sorensen (1979) volume
semen dapat berbeda-beda antar individu dan bangsa ternak, namun untuk sapi
berkisar 5 - 15 ml. Perbedaan rataan volume semen segar dapat disebabkan oleh
umur pejantan, frekuensi penampungan, ukuran testis antar individu yang
berbeda, bobot badan juga memiliki pengaruh terhadap aktivitas reproduksi.
Bobot badan sapi jantan berhubungan erat dengan ukuran testis dan lingkaran
skrotum yang lebih besar akan menghasilkan spermatozoa yang lebih banyak pula
(Candra et al., 2012). Di BIB Lembang, penampungan semen sapi pejantan
Limousin dilakukan sebanyak dua kali dalam satu minggu. Munfarida (2004)
menjelaskan bahwa frekuensi ejakulasi yang terlalu sering dalam satu satuan
waktu akan menurunkan volume semen segar. Aminasari (2009) menyatakan
bahwa, koleksi semen sebaiknya tidak lebih dari dua kali dalam sehari atau
interval 4 - 7 hari pada pejantan muda dan 5 hari pada pejantan dewasa.
Syarat ternak pertama kali dikawinkan yaitu dewasa tubuh, oleh karena
itu sapi jantan pada umur 36 bulan sudah siap untuk dikawinkan dibandingkan
sapi jantan sebelum umur tersebut. Volume, konsentrasi dan jumlah spermatozoa
motil per ejakulat cenderung meningkat seiring bertambahnya umur pejantan
sampai mencapai umur 5 tahun (Mathoven et al. 1998). Pejantan yang berumur 2
sampai 7 tahun dapat menghasilkan semen terbaik dengan angka kebuntingan
yang tinggi pada betina yang dikawini jika dibandingkan dengan umur pejantan di
luar interval umur tersebut (Aminasari, 2009). Menurut Djanuar (1985), faktor
yang mempengaruhi kualitas semen terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan
faktor eksternal, faktor internal meliputi hormonal, metabolisme, keturunan, umur
dan kesehatan tiap ternak. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan, cuaca,
sarana dan prasarana, serta hewan pemancing atau teaser. Kedua faktor tersebut
sangat berpengaruh menjaga kualitas dan kuantitas dari semen segar yang
ditampung. Semen yang telah beridentitas tersebut segera dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan pemeriksaan dan selanjutnya diproses menjadi semen beku.
Setelah itu mengembalikan pejantan pemancing dan pejantan yang telah
ditampung semennya ke dalam kandangnya masing-masing. Kegiatan selanjutnya
adalah pengecekan penampungan pejantan sehingga sesuai dengan label yang
tersedia. Bila pengecekan telah selesai lalu mengembalikan seluruh peralatan
penampungan dalam keadaan bersih ke bagian AV dan membersihkan lapang
penampungan.
G. Pembersihan Peralatan Penampungan
Setelah penampungan selesai dilakukan, seluruh peralatan penampungan
dibawa kembali ke bagian penyiapan vagina buatan atau AV untuk dibersihkan
dan disterilisasi. Langkah pertama adalah membersihkan bagian dalam vagina
buatan dan corong karet dengan larutan deterjen bersuhu 370 C dan membilasnya
dengan air dingin. Selanjutnya merendam AV dan corong dalam air panas dengan
suhu sekitar 60-800 C lalu dikeringkan diatas meja porselen yang tersedia. Dan
yang terakhir adalah sterilisasi vagina buatan dan corong karet pada suhu 600 C
selama 120 menit. Kegiatan pembersihan ini dilakukan untuk menjaga peralatan
penampungan tetap bersih dan steril dan tidak mengkontaminasi semen sewaktu
dipergunakan kembali.
III
Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
1. Tata laksana penampungan semen segar di Balai Inseminasi Buatan
Lembang sudah dilaksanakan sesuai dengan standar operasional prosedur
(SOP) yang baik terdiri dari persiapan, pelaksanaan penampungan,
pembersihan alat, serta pemeriksaan dan evaluasi untuk menghasilkan
semen yang berkualitas.
5.2. Saran
1. Pembersihan preputium sebelum dan sesudah penampungan perlu
dilakukan karena dapat mempengaruhi kualitas semen segar yang
ditampung.
2. Pejantan sebaiknya minimal setiap bulan dievaluasi berdasarkan
performan produksinya. Mekanisme afkir atau culling harus cepat dan
tepat dilaksanakan agar seluruh kegiatan produksi semen dapat berjalan
lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Aminasari, P. D. 2009. Pengaruh Umur Pejantan terhadap Semen Beku Sapi Limousin. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.
Balai Inseminasi Buatan Lembang. 2012. Instruksi Kerja Produksi Semen Beku. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. Bandung.
____________________________. 2015. Log Sheet Pemeliharaan Pejantan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. Bandung.
Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan : Edisi keempat. Diterjemahkan oleh Sringandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Candra, A. D. C, M. Nur Ihsan, Nurul, I. 2012. Perbedaan Kuantitatif dan Kualitatif Semen Segar Pada Berbagai Bangsa Sapi Potong. Universitas Brawijaya. Malang.
Djanuar, R,. Haryati. C. T. R. Tagama. 1985. Dasar-Dasar Insemenasi Buatan Pada Ternak Sapi. Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.
Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi Pada Ternak. Alfabeta. Bandung.
Frandson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak : Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardjoprantojo, S. 1991. Fisiologi dan Reproduksi : Edisi kedua. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Surabaya.
Mathoven, M.M. Buhr, and J.C.M. Dekkers. 1998. Environmental, management and genetic factors affecting semen production in holstein bulls. J. Dairy Sci. 81: 3321 – 3330.
Meyn, K. 1991. The contribution of european cattle breeding to cattle production in the third world. Animal Research and Development. Vol 34. Institute for Wissen Schaftliche Zusam Menarbeit. Federal Republic of Germany.
Munfarida, Baiqotul. 2004. Hubungan Antara Libido dengan Produksi Semen Pejantan Sapi Bali dan Sapi Madura. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Peternakan Unibraw. Malang.
Salisbury, G.W.dan N.L. Van Denmark. 1985. Fisiologi Reproduksi Dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Sorensen, A. M. 1979. Animal Reproduction principles and practice. McGraw-Hill. United State of America.
Thomas, V. M. 1991. Beef Cattle Production. Wafel and Press. Montana University. USA.
Toelihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung.
Lampiran
Tabel 1. Hasil Pengamatan Penampungan Sapi Pejantan Limousin.
No.Kode
Pejantan
Nama PejantanVolume
Semen (ml)Volume Semen Rata-Rata (ml)
1. 80535 DV Anchourage - -2. 80638 Fabian 12 8,833. 80639 Bundy 9 10,974. 80640 Liben 7 7,235. 80641 Beeno 5 5,116.7.
8064280744
BeagleTan C Sixteen
75
7,046,15
8. 80745 Premier Siam 7 6,99. 80746 Tan C Twothree 4 610. 80747 Tilbuster Chris 4 5,6911. 80748 Tal C Fourthree 5 6,7112. 80750 TC Nineteen 6 5,9513. 80751 R Chief 5 6,2114. 80753 Timor Charter 9 7,2915. 80755 J Carlos 11 7,316. 80756 G C Cook 7 5,4117. 80757 Charisma 7 6,7518. 80858 Dalice 7 6,8719. 80860 L Deauville 5 5,3520. 80861 L Dane 6 6,7521. 80862 L Dubois 7 8,1322. 80863 L Dalby 5 5,7623. 80864 L De Gaulle 7 9,1724. 80865 L Dhravid 7 6,75
25. 80866 G Digger 6 6,8826. 80867 Dale 5 6,8527. 80868 Zephir Y R 6 9,0128. 80869 Raystine Y R 7 8,1529. 80870 Warrior G S 7 7,0130. 80872 G Dragon 5 5,831. 80874 G Dingdong 5 6,8532. 80975 Darwin 6 6,1033. 80976 Marvel 7 9,0534. 80977 Winton G S 6 6,2935.36.37.38.39.40.41.42.43.44.45.46.47.48.49.50.51.52.53.54.55.56.57.
80978809798098080982809838098480985809878098880989809908099180992809938099580996809978099880999809100809101809102811104
Taul MGSUpham GSFrontiereA Elvis
A EdwardR CookePW Elmo
PW EdK Creek EPW Elliot
Sandy MGSTalana JRL EugeneG Email
T EnchoreTE WestT Earle
TE GameL EgotistG Euclid
L ExampleOtway Felix
P Lalawa
-48555567977465556647712
-5,366,836,357,176,856,546,085,888,356,955,806,347,577,705,927,228,2871,656,025,917,199,62
Sumber : Log sheet Pemeliharaan Pejantan, 2015.
Keterangan : volume semen = volume penampungan minggu kedua bulan Juli 2015volume semen rata-rata = rata-rata volume penampungan semester I bulan Januari
– Juni 2015
top related