done 2. rpp model pbl
Post on 25-Jul-2015
1.740 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED LEARNING
OLEH:ANDI CITRA PRATIWI (091404170)
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2012
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA NEGERI I BENTENGMata Pelajaran : BiologiKelas/ Semester : X (Sepuluh)/ 1Pertemuan : 2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menitStandar Kompetensi: 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem,
perubahan materi dan energi, serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan
Kompetensi Dasar : 4.2 Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/ pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
A. Kognitif
1. Produk
a. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan
b. Menganalisis keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
2. Proses
a. Mengenali faktor-faktor yang dapat meyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan
b. Memaparkan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
B. Afektif
1. Karakter
a. Rasa ingin tahu
b. Empati
c. sopan
2. Proses
a. Bertanya
b. Menyumbangkan pendapat tentang permasalahan lingkungan yang ada
c. Mengemukakan pendapat dengan santun
II. Tujuan Pembelajaran
A. Kognitif
1. Produk
a. Secara mandiri, siswa dapat menjelaskan pengertian
perusakan/pencemaran lingkungan
b. Secara mandiri, siswa dapat mengemukakan keterkaitan antara kegiatan
manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan.
2. Proses
a. Secara mandiri, siswa dapat mencari tahu definisi
pengrusakan/pencemaran lingkungan
b. Secara mandiri, siswa dapat menemukan keterkaitan antara kegiatan
manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan.
B. Afektif
1. Karakter
Siswa terlibat secara aktif pada proses belajar mengajar, dengan
menunjukkan kemajuan dalam rasa ingin tahu, sikap mandiri dalam
mengkaji masalah yang muncul, dan saling menghargai pendapat ketika
berdiskusi dengan teman sekelasnya.
2. Keterampilan Sosial
Siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, dengan paling
tidak menunjukkan kemajuan dalam keterampilan sosial bertanya,
menyumbang idea tau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, dan
komunikatif.
III. Materi Ajar
Pengertian Pencemaran Lingkungan
Jenis-Jenis Pencemaran Lingkungan
Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
IV. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
V. Metode Pembelajaran
Metode Diskusi
Metode Pemecahan Masalah
VI. Langkah-Langkah Pembelajaran
Jenis Kegiatan Alokasi waktu
Kegiatan Awal (15 menit)
Guru membuka kelas dengan mengucapkan
salam, dan mempersilahkan siswa untuk membaca
doa belajar sesuai agama dan kepercayaannya
masing-masing.
Apersepsi: Guru melakukan tanya jawab tentang
tugas yang telah dikerjakan pertemuan lalu.
a. Apakah dampak yang ditimbulkan oleh
aktivitas pengeboman ikan pada kawasan
terumbu karang?
b. Apakah tindakan yang dapat anda lakukan
untuk menanggulangi masalah tersebut?
Fase 1 (Orientasi siswa terhadap masalah)
Guru memperlihatkan gambar suatu ekosistem
yang telah rusak/tercemar akibat aktivitas
manusia. Guru memperlihatkan 4 macam gambar
2 menit
5 menit
8 menit
kerusakan ekosistem karang, yakni: kerusakan
akibat penggunaan bom ikan; pukat harimau;
bubu; dan cianida. Lalu guru memotivasi siswa
dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mereka memahami pemecahan masalah
lingkungan tersebut.
Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai di papan tulis, untuk memusatkan
perhatian siswa terhadap materi yang akan
dipelajari
Guru menyampaikan cakupan materi dan uraian
kegiatan yang akan dilakukan. Materi yang akan
dibahas pada pertemuan kali ini adalah
keseimbangan ekosistem, termasuk berbagai
pencemaran yang dapat mengganggu
keseimbangan lingkungan. Kegiatan yang akan
dilakukan oleh siswa yaitu penjelasan, tanya
jawab, diskusi kelompok, presentasi hasil diskusi,
dan penugasan.
Kegiatan Inti (60 menit)
Fase 2 (Mengorganisasi siswa untuk belajar)
Guru membagi siswa dalam 4 kelompok, dan
masing-masing kelompok diberikan satu gambar
sebagai bukti terjadinya perusakan/pencemaran
lingkungan disekitar mereka. Masing-masing
kelompok diarahkan untuk saling bekerja sama
dan bertukar pendapat dalam menganalisis faktor
10 menit
penyebab terjadinya tindakan perusakan
lingkungan serta akibat yang ditimbulkan dari
perusakan tersebut. Adapun keempat gambar
tersebut adalah:
1. Gambar pengeboman ikan
2. Gambar penggunaan cianida
3. Gambar penggunaan pukat harimau
4. Gambar penggunaan bubu
Fase 3 (Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok)
Guru membantu siswa dalam pengumpulan
informasi yang diperlukan dalam memecahkan
masalah yang mereka hadapi. Siswa juga
diajarkan etika penelitian yang benar. Guru
mendorong pertukaran ide antar-siswa secara
bebas dalam tahap penyelidikan dalam rangka
pembelajaran berbasis masalah. Selama dalam
tahap penyelidikan, guru memberikan bantuan
yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas
siswa
Siswa menyusun hasil penyelidikan dan hasil
diskusi dengan teman sekelompoknya dalam
bentuk laporan.
20 menit
Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
Masing-masing perwakilan kelompok diberi
kesempatan untuk mempresentasikan laporan
hasil penyelidikan kelompok mereka. Siswa lain
diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang
kurang mereka pahami pada kelompok yang
sedang memaparkan hasil kerjanya.
Guru memberi penguatan kepada siswa yang
bertanya dan memberi jawaban.
30 menit
Kegiatan penutup (15 menit)
Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah)
Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
Guru menutup kelas
8 menit
2 menit
VII. Alat/ Bahan/ Sumber Buku Kerja Biologi Buku Biologi SMA kelas X, Powerpoint Media Visual (Gambar)
VIII. Penilaian Keaktifan siswa Laporan Hasil Diskusi
Benteng, 1 April 2012 Mengetahui
Kepala Sekolah SMA 1 Benteng Guru Bidang Studi
Alim Sukarno, S.Pd Andi Citra Pratiwi
LP 3 FORMAT PENGAMATAN PERILAKU BERKARAKTER
Petunjuk:Untuk setiap perilaku berkarakter, siswa diberi nilai dengan skala berikut ini:
1. A= Sangat Baik2. B=Memuaskan3. C=Menunjukkan Kemajuan4. D=Memerlukan Perbaikan
No Nama Siswa PERILAKU BERKARAKTERMandiri Sopan Empati Rasa Ingin Tahu
123456789
1011121314151617181920212223242526
LEMBAR KERJA SISWA
Gambar disamping menunjukkan pihak tidak bertanggung jawab yang sedang melakukan pengeboman untuk menangkap ikan-ikan karang! Kemukakan pendapat anda tentang tindaka tersebut dengan menjawab pertanyaan di bawah ini!
1. Faktor penyebab timbulnya tindsksn tersebut adalah...
2. Akibat dari tindakan pengrusakan lingkungan tersebut terhadap keseimbangan ekosistem karang adalah... (Jelaskan dampak yang dapat timbul pada berbagai aspek kehidupan!)
3. Langkah penanggulangan yang dapat dilakukan adalah ...
Nama:
Nis:
Class:
Nama:
Nis:
Class:
LEMBAR KERJA SISWA
Gambar disamping menunjukkan pihak tidak bertanggung jawab yang sedang manggunakan bubu untuk menangkap ikan-ikan karang! Kemukakan pendapat anda tentang tindaka tersebut dengan menjawab pertanyaan di bawah ini!
1. Faktor penyebab timbulnya tindakan tersebut adalah...
2. Akibat dari tindakan pengrusakan lingkungan tersebut terhadap keseimbangan ekosistem karang adalah... (Jelaskan dampak yang dapat timbul pada berbagai aspek kehidupan!)
3. Langkah penanggulangan yang dapat dilakukan adalah ...
Nama:
Nis:
Class:
Nama:
Nis:
Class:
LEMBAR KERJA SISWA
Gambar disamping menunjukkan pihak tidak bertanggung jawab yang sedang manggunakan Cianida untuk menangkap ikan-ikan karang! Kemukakan pendapat anda tentang tindaka tersebut dengan menjawab pertanyaan di bawah ini!
1. Faktor penyebab timbulnya tindakan tersebut diatas adalah...
2. Akibat dari tindakan pengrusakan lingkungan tersebut terhadap keseimbangan ekosistem karang adalah... (Jelaskan dampak yang dapat timbul pada berbagai aspek kehidupan!)
3. Langkah penanggulangan yang dapat dilakukan adalah ...
Nama:
Nis:
Class:
Nama:
Nis:
Class:
Lembar Kerja Siswa
Gambar disamping menunjukkan pihak tidak bertanggung jawab yang sedang manggunakan pukat harimau untuk menangkap ikan-ikan karang! Kemukakan pendapat anda tentang tindaka tersebut dengan menjawab pertanyaan di bawah ini!
1. Faktor penyebab timbulnya tindakan tersebut adalah...
2. Akibat dari tindakan pengrusakan lingkungan tersebut terhadap keseimbangan ekosistem karang adalah... (Jelaskan dampak yang dapat timbul pada berbagai aspek kehidupan!)
3. Langkah penanggulangan yang dapat dilakukan adalah ...
Nama:
Nis:
Class:
Nama:
Nis:
Class:
MATERI AJAR
EKOSISTEM
A. Keseimbangan Ekosistem
Suatu ekosistem terdiri atas komponen biotik dan abiotik. Jika komponen biotik
berada dalam komposisi yang proporsional antara tingkat trofik dengan komponen
abiotik yang mendukung kehidupan komponen biotik, maka ekosistem tersebut
dikatakan berada dalam keseimbangan (stabil).
Keseimbangan ekosistem tidak statis, artinya dapat terjadi penurunan dan
kenaikan jumlah komponen biotik ataupun jumlah intensitas komponen abiotik.
Perubahan komponen biotik dan abiotik dalam batas-batas tertentu tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan. Namun, keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak jika
terjadi perubahan yang melebihi daya dukung dan daya lenting lingkungan. Daya
dukung adalah kemampuan lingkungan mendukung kehidupan berbagai mahluk hidup
di dalamnya. Daya lenting lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk pulih
kembali pada keadaan seimbang jika terjadi perubahan atau gangguan.
B. Faktor-Faktor Pengganggu Keseimbangan Lingkungan
Keseimbangan lingkungan terganggu jika terjadi pencemaran. Pencemaran
adalah perubahan yang tidak diinginkan pada lingkungan yang meliputi udara, daratan,
dan air, baik secara fisik, kimia, ataupun biologi. Mahluk hidup, zat, energi, atau
komponen penyebab pencemaran disebut polutan.
Berdasarkan macamnya, pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi,
pencemaran tanah, pencemaran air, dan pencemaran udara.
a) Pencemaran Tanah
Tanah merupakan sumber daya alam (SDA) yang mendukung pertumbuhan
tanaman. Ketersediaan zat organik, anorganik, serta mikroorganisme akan
menentukan kesuburan tanah. Tanah dapat tercemar dan kehilangan kesuburannya
oleh bahan-bahan pencemar (polutan), seperti insektisida, fungisida, herbisida,
penggunaan pupuk yang berlebihan, dan limbah industri. Pencemaran tanah juga
dapat disebabkan oleh limbah yang tidak dapat menjadi tanah secara singkat, seperti
plastik, kaca, dan styrofoam.
b) Pencemaran air
Pencemaran air, menurut Fardiaz (1992) adalah penyimpangan sifat-sifat dari
keadaan normal. Dalam keadaan normal sebenarnya air telah mengandung bahan-
bahan terlarut, seperti O2, CO2, N2, debu dan partikel-partikel lain. Untuk
menentukan apakah air itu tercemar, dapat diketahui dengan suatu pengujian.
Parameter-parameter pengujian dapat berupa parameter fisik, misalnya suhu,
perubahan warna, bau, kekeruhan, dan parameter kimia serta biologi (misalnya
kandungan oksigen terlarut BOD/COD = Biochemical Oxygen Demand dan
Chemical Oxygen Demand, pH, kandungan minyak, kandungan logam berat, dan
jumlah organisme patogen).
c) Pencemaran udara
Adanya zat pencemar ke udara menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara
dari keadaan normal dan berpengaruh jelek terhadap semua makhluk hidup. Pada
dasarnya ada 2 macam pencemaran udara, yaitu sebagai berikut. (1) Berasal dari
alam, antara lain debu yang terdapat di udara akibat tiupan angin yang kadang-
kadang mengandung bakteri, virus, dan jamur penyebab penyakit.
C. Aktivitas Manusia yang Mengganggu Keseimbangan Ekosistem
a. Hasil pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara),
misalnya gas CO, CO2, NO2.
b. Bahan-bahan buangan dari kegiatan berbagai pabrik industri; partikel
Pb, asbes, Al, Zn, Cu, dan lain-lain.
c. Zat radioaktif yang berasal dari kebocoran reaktor atom.
Aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab seringkali merusak ekosistem
terumbu karang, sehingga pada akhirnya keseimbangan ekosistem di kawasan terumbu
karang menjadi terganggu. Sekelompok masyarakat yang berpendidikan dan bermodal
kuat namun tidak bertanggung jawab menggunakan bahan-bahan cyanida dan bom
serta didukung dengan kapal dan peralatan selam untuk mengeksploitasi sumberdaya
ikan karang serta berkompetisi dengan masyarakat nelayan tradisional.
Ekosistem terumbu karang mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar
sehingga mendorong masyarakat melakukan over exploitation dengan tidak
mengindahkan kaidah-kaidah konservasi. Karena adanya asumsi bahwa sumberdaya
yang berada di ekosistem terumbu karang adalah milik bersama (common property),
sehingga bila mereka tidak memanfaatkannya pada saat ini, maka akan dimanfaatkan
orang lain (tragedy of common). Untuk mengeksploitasi sumberdaya hayati tersebut,
sebagian besar dari mereka menggunakan racun cyanida, bahan peledak, muro ami,
dan bubu yang semuanya itu merusak ekosistem terumbu karang. Para pengguna racun
Cyanida umumnya bermaksud menangkap ikan karang untuk dipasarkan dalam
keadaan hidup di negara tertentu, sehingga mereka membentuk jaringan penangkap
dan pemasaran secara internasional. Sedang ikan-ikan yang dibom biasanya mati dan
mengalami kehancuran sehingga perlu dipasarkan dalam skala propinsi, regional atau
nasional.
Aktivitas wisata bahari seperti penyelam juga memberikan kontribusi terhadap
laju kerusakan akibat jangkar perahu atau terinjak penyelam pemula. Intensifikasi
pertanian di DAS Hulu, akan meningkatkan laju erosi tanah dan sedimentasi kelaut.
Jika tidak ada ekosistem mangrove yang efektif menyerap sedimen tanah, maka proses
sedimentasi ini akan menutupi permukaan karang sehingga karangnya mati. Kegiatan
pembangunan dipesisir sekitar ekosistem terumbu karang juga menimbulkan dampak
negatif yang mengganggu kelestariannya, seperti kegiatan reklamasi di Teluk Manado
dan Teluk Lampung, serta daerah-daerah lainnya.
Beberapa aktivitas manusia yang dapat merusak terumbu karang:
1. Membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut
2. Membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu
sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang
3. Pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula
limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut.
4. Pengunaan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut
dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang
ke laut juga.
5. Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu
karang yang berada di bawahnya.
6. Penambangan
7. Pembangunan pemukiman
8. Reklamasi pantai
Faktor yang dapat merusak terumbu karang diantaranya adalah:
1. Pengendapan kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat
mengakibatkan pengikisan tanah (erosi) yang akan terbawa kelaut dan menutupi
karang sehingga karang tidak dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh
sedimen.
2. Aliran air tawar
Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar tersebut
dapat berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang
tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang.
3. Berbagai jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah
pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan perminyakan.
4. Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara.
Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global, yang
dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut sehingga karang menjadi memutih
(bleaching) seiring dengan perginya zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika
terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati.
5. Uji coba senjata militer
Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan reaktor
nuklir menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat bertahan
hingga ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan dan
perubahan genetis (mutasi) biota laut.
6. Cara tangkap yang merusak
Kasus kerusakan terumbu karang akibat dari penangkapan ikan dengan
menggunakan alat dan bahan yang merusak banyak terjadi di hampir periaran
Indonesia. Kegiatan tersebut antara lain : penangkapan ikan dengan menggunakan
bahan peledak, muroami, pukat harimau, bubu, jangkar, tokang dan aktivitas
penancangan tiang budidaya rumput laut.
7. Penambangan dan pengambilan karang
Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan
bangunan. Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter persegi
terumbu dan mengubah terumbu menjadi gurun pasir bawah air.
8. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu
karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan
rantainya yang sangat merusak koloni karang.
Kegiatan manusia secara langsung dapat menyebabkan bencana kematian di terumbu
melalui penggalian dan pencemaran (Nybakken 1988). Berdasarkan analisis Burke,
dkk. (2002) 25% kerusakan terumbu karang diakibatkan oleh pembangunan pesisir, 7%
diakibatkan oleh pencemaran, 21% diakibatkan oleh sedimentasi, 64% akibat
penangkapan yang berlebihan, 54% akibat penangkapan ikan dengan melakukan
pengrusakan, 18% diakibatkan oleh pemutihan terumbu karang.
Penyakit yang biasanya menyerang karang disebut sebagai White band disease dan
Blank band disease atau penyakit gelang putih, ditandai dengan memutihnya sebagian
koloni terumbu. Hal ini disebabkan oleh serangan bakteri. Penyakit yang disebabkan
oleh bakteri dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak normal seperti pencemaran dan
kenaikan suhu air laut (Akmal 2002).
Beban nutrient yang berlebihan menyebabkan berkembangnya alga secara berlebihan
(eutrofikasi) sehingga dapat menutupi dan membunuh organisme coral atau timbulnya
blooming dari fitoplakton (Dahuri, dkk 2004) Akmal (2002) mengungkapkan
hubungan antara pemanasan global, penipisan ozon dan terumbu karang
mengakibatkan tingkat karbondioksida meningkat secara kimiawi akan menghambat
pertumbuhan bunga karang oleh polip-polip. Perubahan suhu menimbulkan pemutihan
karang pada musim panas.
Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang di Kawasan Taman Nasional
Takabonerate
1. Pengeboman Ikan
Penggunaan bahan peledak dalam usaha penangkapan ikan ini banyak dilakukan oleh
masyarakat. Hal ini dilakukan karena kegiatan ini dianggap oleh sebagian masyarakaat
sangat efektif dan tidak tergantung pada musim. Salah satu alasan masyarakat
melakukan kegiatan tersebut adalah karena kegiatan tersebut dapat dilakukan setiap
saat dengan mudahnya dan hasil yang diperoleh relatif besar. Selain itu, waktu yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan ini relatif lebih singkat dibandingkan dengan
kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan peralatan lainnya seperti jaring,
pancing dan sebagainya. Pada umumnya kegiatan pengeboman dilakukan di tempat-
tempat yang ikannya relatif banyak, seperti di taket-taket (patch reef) yaitu suatu
tempat dimana terdapat banyak terumbu karang. Ledakan yang ditimbulkan oleh
pengeboman inilah yang menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem terumbu
karang.
2. Penggunaan Bubu
Kasus pemasangan bubu banyak terjadi Kawasan Indonesai bagian Timur terutama di
P. Ambon dan Pulau-pulau sekitarnya. Di daerah tersebut bubu yang terbuat dari
Bambu, biasanya dipasang di tubir pada tempat-tempat yang diduga sebagai jalur lalu
lintasnya ikan. Pada alat tangkap bubu diikatkan seutas tali ke darat, kemudian bubu
ditarik ke darat pada saat tertentu (2-3 hari setelah dipasang). Peristiwa rusaknya
ekosistem terumbu karang pada aktivitas ini adalah pada saat penarikan bubu ke darat.
Pada saat penarikan tersebut biasanya turut tersarut pula karang-karang hidup. Adapula
bubu yang dipasang, dimana pada bagian atasnya ditutupi oleh patahan karang hidup
(Acropora table), sehingga bubu tidak tampak. Jika ada banyak bubu semacam ini
dipasang, maka dapat dibayangkan betapa besar kerusakan yang diderita karang hidup
3. Penggunaan Pukat Harimau
Penangkapan ikan dengan menggunakan pukat harimau biasanya dilakukan di perairan
kawasan Barat Indonesia. Penggunaan pukat harimau ini juga terjadi di kawasan
terumbu karang Takabonerate oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab. Penggunaan
pukat harimau merupakan suatu teknik penangkapan ikan yang dilakukan secara
berkelompok (melibatkan 30-35 orang) dengan menggunakan jaring khusus yang
berukuran sangat besar, biasanya menggunakan perahu sebanyak tiga buah.
Menurut Bjordal (2002) saat ini telah banyak paparan terumbu karang dunia yang telah
dirusak memerlukan lebih dari seratus tahun untuk dapat memulihkannya.
4. Jangkar Kapal
Pancing merupakan salah satu alat yang banyak digunakan oleh para nelayan
tradisional untuk menangkap ikan karang. Peralatan pancing sendiri tidak merusak
karang tetapi benturan jangkar perahu yang digunakan pada saat memancing yang
merusak karang. Untuk dapat meningkatkan keramahan alat pancing yang
dioperasikan di perairan terumbu karang, modifikasi yang dilakukan bukan pada
alatnya tetapi metode penangkapan yang digunakan. Di daerah-daerah konservasi
terumbu karang misalnya di Taka Bonerate, Kabupaten Selayar telah dilakukan
pemasangan jangkar permanen dibeberapa tempat untuk dapat digunakan oleh para
nelayan pemancing menambatkan perahunya saat melakukan operasi penangkapan
sehingga para nelayan tidak lagi membuang jangkar di sembarang tempat yang dapat
mengakibatkan kehancuran karang.
5. Penggunaan Cianida
Para pengguna racun Cyanida umumnya bermaksud menangkap ikan karang untuk
dipasarkan dalam keadaan hidup di negara tertentu, sehingga mereka membentuk
jaringan penangkap dan pemasaran secara internasional. Penggunaan cyanida pada
ekosistem terumbu karang dapat menyebabkan terjadinya keputihan karang hingga
akhirnya karang-karang tersebut mati.
6. Penggunaan muro ami (Samba)
Dari sekian banyak alat penangkap ikan, muro ami atau di Selayar dikenal dengan
nama ”samba’” yang secara fisik hampir tidak bersentuhan dengan terumbu karang,
tetapi pada pengoperasiannya, tongkat-tongkat para nelayan yang digunakan untuk
menggiring ikan karang menuju alat ini ternyata dapat menghancurkan terumbu karang
terutama karang bercabang sehingga alat ini dikategorikan sebagai alat yang tidak
ramah lingkungan.
top related