perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penerapan metode ......penerapan metode stad untuk...
Post on 09-Apr-2019
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN METODE STAD UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN
PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA
KELAS V SD N 02 JATEN KARANGANYAR
TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh
FAJAR YUDI PRASETYO
NIM. K7107032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN METODE STAD UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN
PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA
KELAS V SD N 02 JATEN KARANGANYAR
TAHUN 2011
Oleh
FAJAR YUDI PRASETYO
NIM. K7107032
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul PENERAPAN METODE STAD UNTUK PENINGKATAN
KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V
SD N 02 JATEN KARANGANYAR TAHUN 2011
NAMA : FAJAR YUDI PRASETYO
NIM : K7107032
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Jumat
Tanggal : 20 Mei 2011
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd
Anggota I : Drs. Suharno, M.Pd
Anggota II : Drs. Djaelani, M.Pd
………………….
………………….
………………….
………………….
Disahkan oleh
Fakultas dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Fajar Yudi Prasetyo. PENERAPAN METODE STAD UNTUK PENINGKATAN
KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V
SD N 02 JATEN KARANGANYAR TAHUN 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika melalui metode STAD (Student Teams Achievement Division) di kelas V SD
Negeri 02 Jaten Karanganyar tahun 2011.
Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menggunakan tiga siklus. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD
Negeri 02 Jaten tahun 2011 yang berjumlah 47 siswa. Dalam pengumpulan data, metode
yang digunakan adalah tes, dokumentasi dan observasi.
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa metode STAD dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Hal ini terbukti pada hasil
kuis siklus I, siklus II dan siklus III sebagai berikut :
Pada siklus I dari 47 siswa sebanyak 30 siswa atau 63,83% mencapai nilai KKM, Pada siklus
II dari 47 siswa sebanyak 35 siswa atau 74,47% mencapai nilai KKM, Pada siklus III dari 47
siswa sebanyak 42 siswa atau 89,36% mencapai KKM.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode
STAD dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika di kelas V SD
Negeri 02 Jaten Karanganyar tahun 2011.
Kata kunci : metode stad, soal cerita matematika, siswa kelas V sd
ABSTRACT
Fajar Yudi Prasetyo. THE APPLICATION OF STAD METHOD T0 IMPROVE THE
SOLVING ABILITY A MATHEMATICS WORD PROBLEM FOR THE FIFTH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
GRADE OF SDN 02 JATEN KARANGANYAR IN 2011 YEAR. Script, Surakarta:
Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.
The research aims are to improve in solving mathematical word problems through
STAD (Student Teams Achievement Division) method in the fifth grade Jaten 02 Elementary
School Karanganyar in 2011.
The method that being used in the form of research is Classroom Action Research
with three cycles. The sample of this study are all students of class V Jaten 02 Elementary
School in 2011 which contain 47 students. The method that being used in data collection are
test, documentation and observation.
From research has been done, it is known that the STAD method can improve in
solving mathematical word problems. This is evident in the first cycle, second cycle and third
cycle quiz results as :
In first cycle from 47 students, as much as 30 students or 63,83% achieve KKM value. In
second cycle from 47 students, as much as 35 students or 74,47% achieve KKM value. In
first cycle from 47 students, as much as 42 students or 89,36% achieve KKM value. Based on
these results we can conclude that by applying the STAD methods can improve performance
in solving mathematical word problems in class V Elementary School 02 Jaten Karanganyar
in 2011.
Key word : stad method, mathematics word problem, fifth grade of sd
MOTTO
Dan sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.
( Q.S. Al-insyirah:6)
Penghargaan tertinggi untuk kerja keras seseorang bukanlah apa yang ia hasilkan tetapi
bagaimana ia berkembang karenanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
(M.Furqon Hidayatullah)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kusuntingkan skripsi ini untuk:
- Bapak Supadi – Ibu Sri Rahayu, ayah dan ibunda tercinta yang senantiasa
meluangkan waktu untuk berkeluh kesah dalam perjalanan hidupku.
- Nurul Endah Pratiwi, adikku yang selalu kutunggu canda dan tawanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
- Nanik Wilia Kusuma, seseorang yang ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk
menemani diriku disaat senang atau pun susah, disaat cukup atau pun kekurangan.
- Teman-teman S1 PGSD angkatan 2007, terima kasih atas do’a-do’a kalian selama ini.
- Keluarga kampus PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, almamaterku
tercinta tempat kutimba ilmu untuk menjadi pengabdi bangsa Indonesia.
KATA PENGANTAR
Puji sukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberi
kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna
memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
2. Drs. Indianto, M. Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan
persetujuan skripsi;
3. Drs Kartono, M. Pd., Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah
memberikan izin skripsi;
4. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd., Sekretaris Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan izin skripsi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Drs. Suharno, M. Pd., pembimbing I dan Drs. Djaelani, M. Pd., pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat selesai dengan lancar;
6. Dra. Endang Sri Markamah, M. Hum., Pembimbing Akademik, yang telah memberikan
arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar;
7. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis;
8. Rekan-rekan angkatan 2007 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang mmbantu
dan memberikan warna selama menjadi mahasiswa dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepala Sekolah Dasar Negeri 02 Jaten Karanganyar yang telah memberikan ijin
penelitian.
10. Guru Kelas V SD Negeri 02 Jaten Karanganyar yang telah membantu penelitian.
11. Siswa-siswa Kelas V SD Negeri 02 Jaten Karanganyar.
12. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 7
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 7
1. Hakikat Metode STAD ......................................................... 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
a. Pengertian Metode Pembelajaran ................................... 7
b. Pengertian Metode STAD .............................................. 8
1) Komponen Metode STAD ...................................... 9
2) Langkah-langkah Penerapan Metode STAD..... ...... 11
3) Penilaian dalam Metode STAD ............................... 12
4) Kelebihan dan Kelemahan Metode STAD ............. 12
2. Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika ............. 13
a. Pengertian Matematika .................................................. 13
b. Soal Cerita Matematika ................................................. 16
c. Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika ...... 18
d. Jenis Soal Matematika Menurut Polya .......................... 19
B. Hasil Penelitian Relevan ............................................................ 21
C. Kerangka Berfikir ...................................................................... 22
D. Hipotesis .................................................................................... 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 25
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 25
1. Tempat Penelitian ................................................................. 25
2. Waktu Penelitian ................................................................... 25
B. Subyek Penelitian ...................................................................... 26
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................. 26
1. Bentuk Penelitian ................................................................ 26
2. Strategi Penelitian ............................................................... 26
D. Sumber Data .............................................................................. 28
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 28
F. Validitas Data ............................................................................ 30
G. Analisis Data .............................................................................. 30
H. Indikator Kinerja ........................................................................ 32
I. Prosedur Penelitian Tindakan .................................................... 32
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 39
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ....................................................... 39
1. Tinjauan Historis SD Negeri 02 Jaten .................................. 39
2. Letak Geografis SD Negeri 02 Jaten .................................... 39
3. Keadaan Personil SD Negeri 02 Jaten .................................. 39
4. Keadaan Siswa SD Negeri 02 Jaten ...................................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ............................................ 40
1. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................ 40
2. Deskripsi Siklus I .................................................................. 44
a. Tindakan Siklus I ............................................................. 44
b. Hasil Tindakan Siklus I .................................................... 51
3. Deskripsi Siklus II ................................................................. 57
a. Tindakan Siklus II ............................................................ 57
b. Hasil Tindakan Siklus II ................................................... 63
4. Deskripsi Siklus III ............................................................... 69
a. Tindakan Siklus III ........................................................... 69
b. Hasil Tindakan Siklus III ................................................. 74
C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ................................ 79
1. Perkembangan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika
................................................................................................ 80
2. Perkembangan Kegiatan Siswa ............................................. 83
3. Perkembangan Kegiatan Guru ............................................... 84
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................................ 86
A. Simpulan .................................................................................... 86
B. Implikasi .................................................................................... 87
C. Saran .......................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Kriteria Poin Kemajuan ........................................................................... 11
2. Kriteria Penghargaan ............................................................................... 12
3. Jadwal Penelitian ..................................................................................... 25
4. Data Nilai Prasiklus ................................................................................. 41
5. Frekuensi Data Nilai Tes Awal ................................................................ 42
6. Hasil Tes Awal ......................................................................................... 43
7. Pembagian Tim Siswa ............................................................................. 49
8. Nilai Pertemuan pertama Siklus 1 ........................................................... 51
9. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Pertama Siklus I ................................... 52
10. Hasil Pertemuan Pertama Siklus I ........................................................... 53
11. Nilai Pertemuan kedua Siklus 1 ............................................................... 53
12. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Kedua Siklus I ..................................... 54
13. Hasil Pertemuan Kedua Siklus I .............................................................. 55
14. Skor Kemajuan Kelompok Siklus I ......................................................... 56
15. Nilai Pertemuan pertama Siklus II ........................................................... 63
16. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Pertama Siklus II ................................. 64
17. Hasil Pertemuan Pertama Siklus II .......................................................... 65
18. Nilai Pertemuan kedua Siklus II .............................................................. 65
19. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Kedua Siklus II .................................... 66
20. Hasil Pertemuan Kedua Siklus II ............................................................. 67
21. Skor Kemajuan Kelompok Siklus II ........................................................ 68
22. Nilai Pertemuan pertama Siklus III ......................................................... 75
23. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Pertama Siklus III ................................ 75
24. Hasil Pertemuan Pertama Siklus III ......................................................... 76
25. Nilai pertemuan kedua Siklus III ............................................................. 77
26. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Kedua Siklus III ................................... 77
27. Hasil Pertemuan Kedua Siklus III ........................................................... 78
28. Skor Kemajuan Kelompok Siklus III........................................................ 79
29. Perbandingan Persentase Siswa Belajar Tuntas........................................ 81
30. Keaktifan Siswa ....................................................................................... 83
31. Kegiatan Guru .......................................................................................... 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Kerangka Berfikir .................................................................................... 23
2. Tahap-tahap dalam PTK .......................................................................... 27
3. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ........................................................ 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
4. Grafik Nilai Awal Siswa Sebelum Tindakan ........................................... 43
5. Grafik Nilai Pertemuan Pertama Siklus I ................................................ 52
6. Grafik Nilai Pertemuan Kedua Siklus I ................................................... 55
7. Grafik Perbandingan Keadaan Awal dan Siklus I ................................... 56
8. Grafik Nilai Pertemuan Pertama Siklus II ............................................... 64
9. Grafik Nilai Pertemuan Kedua Siklus II .................................................. 66
10. Grafik Perbandingan Keadaan Awal, Siklus I dan Siklus II .................... 68
11. Grafik Nilai Pertemuan Pertama Siklus III .............................................. 76
12. Grafik Nilai Pertemuan Kedua Siklus III ................................................ 78
13. Grafik Perbandingan Prosentase Siswa Belajar Tuntas ........................... 81
14. Grafik Keaktifan Siswa ............................................................................ 84
15. Grafik Kegiatan Guru .............................................................................. 85
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar nilai tes soal cerita prasiklus ...................................... 91
Lampiran 2 Silabus siklus I ...................................................................... 92
Lampiran 3 RPP siklus I ........................................................................... 93
Lampiran 4 Lembar pengamatan kegiatan siswa siklus I ......................... 111
Lampiran 5 Lembar pengamatan kegiatan guru siklus I .......................... 115
Lampiran 6 Daftar nilai tes soal cerita siklus I pertemuan 1 .................... 121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 7 Daftar nilai tes soal cerita siklus I pertemuan 2 .................... 122
Lampiran 8 Silabus siklus II ..................................................................... 123
Lampiran 9 RPP siklus II ......................................................................... 124
Lampiran 10 Lembar pengamatan kegiatan siswa siklus II ....................... 142
Lampiran 11 Lembar pengamatan kegiatan guru siklus II ......................... 146
Lampiran 12 Daftar nilai tes soal cerita siklus II pertemuan 1 ................... 152
Lampiran 13 Daftar nilai tes soal cerita siklus II pertemuan 2 ................... 153
Lampiran 14 Silabus siklus III ................................................................... 154
Lampiran 15 RPP siklus III ........................................................................ 155
Lampiran 16 Lembar pengamatan kegiatan siswa siklus III ...................... 173
Lampiran 17 Lembar pengamatan kegiatan guru siklus III ........................ 177
Lampiran 18 Daftar nilai tes soal cerita siklus III pertemuan 1 ................. 183
Lampiran 19 Daftar nilai tes soal cerita siklus III pertemuan 2 ................. 184
Lampiran 20 Perbandingan Keadaan awal, Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3
................................................................................................ 185
Lampiran 21 Lembar rangkuman tim ......................................................... 186
Lampiran 22 Daftar keaktifan siswa dalam pembelajaran soal cerita matematika
dengan metode STAD ........................................................... 193
Lampiran 23 Dokumentasi ......................................................................... 194
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang sangat
penting dan menentukan. Selain itu pendidikan di Sekolah Dasar sangat
diperlukan sebagai konsep dasar untuk jenjang pendidikan selanjutnya.
Diibaratkan sebuah bangunan, pendidikan di Sekolah Dasar merupakan
pondasinya. Bangunan akan tetap kokoh apabila mempunyai pondasi yang kokoh.
Begitu mendasarnya pendidikan di Sekolah Dasar, maka perlu direncanakan dan
dilaksanakan dengan cermat agar kualitas pendidikan semakin baik, artinya bahwa
harus sejak dini disiapkan sumber daya manusia yang tangguh.
Sasaran utama pendidikan di Sekolah Dasar adalah memberikan bekal
secara maksimal tiga kemampuan dasar yaitu meliputi kemampuan baca, tulis dan
hitung. Apabila tiga kemampuan dasar di Sekolah Dasar lemah maka akan
berdampak negatif bagi pemahaman materi pelajaran yang lain.
Menurut Sugiyanto (2009 : 12) proses pembelajaran di kelas sebagai
bagian integral dari kehidupan masyarakat. Pendidikan di era global harus dapat
memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan
intelektual, sosial dan personal bagi setiap peserta didik. Pembelajaran di kelas
atau pun di luar kelas harus mampu menumbuhkembangkan berbagai kompetensi
peserta didik. Hal inilah yang akan mendukung terciptanya keterampilan
intelektual, sosial dan personal yang didasarkan pada logika, inspirasi, kreatifitas,
moral, dan budi pekerti secara komprehensif antara guru dan siswa.
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar biasanya diukur dengan
keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai materi yang diberikan.
Semakin banyak siswa yang dapat mencapai tingkat pemahaman dan penguasaan
materi maka akan semakin tinggi keberhasilan dari proses belajar mengajar
tersebut. Menurut Nasution (2005 : 36) tujuan proses kegiatan belajar mengajar
secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai sepenuhnya oleh
murid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang
paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena
merupakan sarana untuk berlatih berpikir disamping untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa, membaca dan menulis
kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin.
Pada dasarnya pembelajaran matematika di SD sampai di SMA adalah
untuk mempersiapkan siswa menempuh pendidikan lebih lanjut. Disamping itu
juga agar dapat menggunakan matematika secara tepat dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan kata lain, belajar menyelesaikan soal matematika bentuk cerita dapat
mempersiapkan peserta didik menggunakan matematika dalam kehidupan nyata,
selain itu memungkinkan penghindaran matematika tersebut sebagai suatu mata
pelajaran yang kering dan terisolir dari kehidupan sehari-hari.
Menyelesaikan soal cerita matematika bagi siswa tidaklah semudah
menyelesaikan soal-soal bentuk persamaan matematika. Siswa yang mampu
menyelesaikan soal-soal bentuk persamaan matematika belum tentu dapat dengan
mudah menyelesaikan soal-soal matematika dalam bentuk cerita, misalnya “ 3/4 +
1/4 =. . . “. Dalam soal persamaan tersebut siswa dapat dengan mudah
menyelesaikannya karena tinggal menjumlahkan. Berbeda dengan soal cerita
matematika membutuhkan pemahaman, misalnya “Mula-mula pak Amir membeli
2/5 kuintal pupuk. Karena masih kurang, ia membeli lagi
1/5 kuintal. Berapa
kuintal jumlah pupuk yang dibeli pak Amir?”. Dalam menyelesaikan soal cerita
tersebut siswa belum tentu tahu harus diapakan angka-angka yang ada di dalam
soal karena belum ada tanda operasi hitung.
Penyelesaian soal cerita matematika memerlukan berbagai keterampilan
dan pemahaman yang tidak hanya membutuhkan kemampuan operasional tetapi
juga pemahaman mengenai soal atau masalah yang ditanyakan. Menurut Gatot
Muhsetyo (2008 : 1.13) seseorang mampu menyelesaikan soal cerita jika
memahami susunan dan makna kalimat yang digunakan, memilih algoritma atau
prosedur yang sesuai, dan menggunakan algoritma atau prosedur yang benar.
Menurut pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti di SDN 02 Jaten
pada saat melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) pada semester VII,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
siswa kelas V pada semester 1 belum bisa menyelesaikan soal cerita dengan
jawaban yang tepat dan cepat. Siswa masih bingung dan membutuhkan waktu
yang lama dalam menyelesaikan soal cerita. Misalnya, saat siswa diberi
pertanyaan oleh guru ”Mula-mula ibu membeli 3/4 kg minyak goreng. Karena
masih kurang, ia membeli lagi 1/2 kg. Berapa kg minyak goreng yang dibeli
ibu?...”, siswa memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan soal cerita
tersebut. Setelah melakukan pengamatan tersebut, peneliti mengajukan pertanyaan
kepada guru kelas V SD Negeri 02 Jaten mengenai metode pembelajaran soal
cerita.
Hasilnya berdasarkan informasi guru SDN 02 Jaten Karanganyar, Dalam
pembelajaran materi soal cerita guru cenderung menggunakan metode
konvensional, guru hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa secara satu arah,
siswa belajar hanya dengan mendengarkan dan mencatat materi pelajaran, siswa
tidak memahami konsep karena siswa hanya menghafal sehingga tidak ada
kebermaknaan dalam mempelajari materi tersebut yang sebenarnya banyak
aplikasinya dalam kehidupan sehari–hari. Seringkali siswa mncoba untuk
menyelesaikan kesulitan ini sendiri tanpa mengkomunikasikannya dengan siswa
lain atau guru, sehingga guru tidak tahu materi mana yang sudah dan materi mana
yang belum dapat dipahami siswa. Selain itu guru dan siswa lain juga tidak dapat
membetulkan apabila terjadi kekeliruan atau miskonsepsi tentang materi yang
baru saja disampaikan. Oleh karena itu diperlukan suatu inovasi pembelajaran
yang dapat mengakomodir kebutuhan siswa tersebut, salah satunya dengan
penerapan metode pembelajaran yang tepat.
Berangkat dari kesulitan siswa dalam materi soal cerita matematika, maka
perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran baru yang lebih menekankan
pada kegiatan belajar siswa aktif berinteraksi dan bekerja sama dengan siswa lain
selama pengajaran Matematika. Sebagai salah satu alternatif adalah metode
pembelajaran kooperatif. Menurut Agus Suprijono (2009 : 54) metode
pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Mengingat bahwa kemampuan belajar setiap siswa tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sama, sehingga dengan interaksi antar siswa diharapkan dapat mempererat
hubungan pribadi yang positif antar siswa dan meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
Djam’an Satori (2007 : 2.47) menyatakan bahwa mengenal dan sanggup
menggunakan metode pembelajaran adalah kemampuan dasar guru yang paling
utama dalam meraih sukses di sekolah. Ada beberapa metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran matematika. Menurut Gatot Muhsetyo (2008 :
1.26) metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika yang
konstruktif dan dianggap sesuai pada saat ini salah satunya adalah metode STAD.
Pembelajaran berdasarkan teori kebersamaan adalah pembelajaran
kooperatif STAD (Student Teams Achievement Divisions) (Slavin, 1995). Dalam
metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) didasarkan pada
kebersamaan melalui proses gotong royong yang membantu siswa untuk
memahami materi pelajaran. Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD
meliputi presentasi kelas, kerja tim, kuis skor perbaikan individual dan
penghargaan tim.
Nasution (2005:36) menyatakan murid sering lebih paham akan apa yang
disampaikan temannya daripada oleh guru. Metode Student Team Achievement
Division (STAD) sangat cocok untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar
soal cerita matematika sebab siswa dapat saling bertukar pikiran dan saling
bekerja sama dengan sesama timnya untuk memahami materi sehingga semua
anggota tim mampu menguasai materi yang diberikan oleh guru dan bisa
mengerjakan kuis. Hal ini sesuai dengan apa yang diharapkan dalam metode
STAD.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Metode STAD Untuk Peningkatan Kemampuan
Penyelesaian Soal Cerita Matematika Siswa Kelas V SD N 02 Jaten Karanganyar
Tahun 2011”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Dari soal-soal matematika yang diberikan pada siswa yang diambil dari data
ulangan harian sebagian besar kesalahan pada soal cerita matematika.
2. Banyak siswa yang dapat menyelesaikan soal-soal bentuk persamaan
matematika tetapi sulit dalam menyelesaikan soal-soal bentuk cerita.
3. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran selama ini masih
konvensional.
4. Biasanya guru jarang mengajak siswa untuk berdiskusi atau belajar secara
kelompok.
5. Guru kurang menggunakan media yang mendukung pembelajaran soal cerita
matematika.
C. Pembatasan Masalah
Dengan adanya permasalahan yang cukup banyak, maka penelitian ini
perlu dibatasi pada hal berikut:
Upaya untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika
dengan menggunakan metode STAD (Student Teams Achievement Devision) di
kelas V SD.
D. Perumusan Masalah
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa pada intinya
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dari berbagai permasalahan yang
ada di lapangan. Dengan demikian permasalahan pada penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penerapan metode STAD (Student Teams
Achievement Devision) dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian soal cerita
matematika siswa kelas V SD N 02 Jaten Karanganyar tahun 2011 ?”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diungkapkan di atas, maka penelitian
ini bertujuan “Untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian soal cerita
matematika melalui metode STAD (Student Teams Achievement Devision) pada
siswa kelas V SD Negeri 02 Jaten Karanganyar tahun 2011“
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, di
antaranya yaitu :
1. Manfaat Praktis
a. Untuk Siswa
Siswa dapat saling berinteraksi dan bekerja sama, selain itu juga dapat
meningkatkan keterampilannya dalam menyelesaikan soal cerita
matematika.
b. Untuk Guru
Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru Sekolah Dasar, khususnya
guru kelas V dalam memperoleh metode yang tepat dalam pembelajaran
matematika kelas V.
c. Untuk Sekolah
Dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika di kelas V SD Negeri 02 Jaten Karanganyar.
d. Untuk Umum / Masyarakat
Dapat memberikan inspirasi bagi guru atau peneliti yang lain dalam
melakukan penelitian khususnya yang berhubungan dengan pembelajaran
matematika.
2. Manfaat Teoritis
a. Dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dengan pokok
permasalahan yang hampir sama dengan penelitian ini.
b. Menambah jumlah referensi yang berkaitan dengan metode STAD (Student
Teams Achievement Devision).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Metode STAD (Student Team Achievement Division)
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut Hamruni (2009:6) metode secara harfiah berarti cara. Dalam
pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur
yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan
pelajaran pada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Sulchan Yasyin (1995 : 154) metode diartikan cara yang
tersusun dan teratur, untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu
pengetahuan. Dalam http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/metode-
penilitian.html diakses Rabu 12 Januari 2011 jam 11.15, metode adalah suatu
kerangka kerja untuk melakukan tindakan, atau suatu kerangka berfikir
menyusun gagasan, yang beraturan, terarah dan terkonteks, yang relevan
dengan maksud dan tujuan. Secara ringkas, metode adalah suatu cara untuk
melakukan suatu tindakan.
Agar siswa dapat mencapai tujuan belajar secara efektif dan efisien,
guru harus memiliki metode tertentu. Salah satu langkahnya adalah penguasaan
terhadap metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan pengetahuan
tentang cara mengajar yang digunakan oleh guru.
Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Metode
pembelajaran juga merupakan cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran
(Nana Sudjana, 2005 : 76). Setiap metode pembelajaran memiliki karakteristik
masing-masing dalam membentuk pengalaman belajar siswa, tetapi satu
dengan yang lainnya saling menunjang. Semakin tepat metode pembelajaran
yang digunakan maka semakin efektif pula pencapaian tujuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah cara sistematis yang digunakan guru untuk
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar materi
pelajaran dapat dipahami dengan baik.
Mata pelajaran matematika secara umum dipersepsi sebagai sesuatu
yang membosankan, bahkan menakutkan bagi siswa-siswa. Dengan demikian,
diperlukan rangsangan dan perhatian lebih pada upaya-upaya kreatif dan
inovatif yang dilakukan oleh guru-guru yang mengajar mata pelajaran
matematika.
b. Pengertian Metode Student Teams Achievement Division (STAD)
Secara harfiah metode pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD) adalah pembagian pencapaian tim siswa. Metode
pembelajaran STAD adalah salah satu metode pembelajaran yang
dikemukakan oleh Slavin. Metode pembelajaran ini merupakan teori belajar
kontruktivisme yang berdasarkan pada teori pembelajaran kognitif, dimana
para guru berfungsi sebagai fasilisator. Guru cukup menciptakan kondisi
lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa. Menurut teori ini siswa akan
lebih mudah menemukan pengertian akan konsep-konsep yang sulit jika
mereka dapat membicarakan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan
temannya.
Menurut Isjoni (2009:74) STAD adalah tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal.
Dalam metode STAD para siswa di dalam kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota
kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras,
etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
Menurut Slavin (2008: 11) mengatakan bahwa :
Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat
orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar
belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
tim mereka untuk memastikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai
pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi
secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk
saling bantu.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan metode STAD
adalah teori belajar kontruktivisme yang berdasarkan pada teori pembelajaran
kognitif dimana guru berfungsi sebagai fasilisator dan terjadi interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
1) Komponen Metode Student Team Achievement Division (STAD)
Berdasarkan pengertian STAD di atas dapat diidentifikasikan
komponen-kompeonen dalam STAD. Menurut Slavin (2008: 143-146)
"STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu: presentasi kelas, tim, kuis,
skor kemajuan individual, dan rekognisi tim". Komponen-komponen
tersebut dalam pelaksanaan metode pembelajaran STAD tidak dapat
dipisah-pisahkan. Komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Presentasi kelas
Materi dalam tipe STAD adalah pengenalan awal dalam presentasi
kelas. Dalam presentasi kelas ini, guru mengajarkan materi secara
langsung dalam pertemuan kelas. Presentasi kelas dalam tipe STAD
berbeda dengan presentasi kelas yang dilakukan guru pada umumnya.
Hal ini disebabkan karena presentasi kelas dalam tipe STAD hanya
dilakukan pada hal-hal pokok saja. Dengan cara ini siswa dituntut
untuk sungguh-sungguh dalam memperhatikan materi yang diberikan
oleh guru dalam presentasi kelas karena akan membantu mereka
dalam mengerjakan kuis dan menentuan skor dari pengerjaan kuis
yang nantinya akan mempengaruhi skor kelompok mereka.
(b) Tim
Kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda atau heterogen baik dalam penguasaan materi, jenis
kelamin maupun keturunan. Fungsi utama dari kelompok adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
memastikan bahwa semua anggota kelompok dapat belajar dan juga
untuk mempersiapkan anggota kelompok dalam memghadapi tes.
Setelah guru mempresentasikan materi, kelompok segera mempelajari
lembar kerja atau tugas yang diberikan oleh guru. Bila terdapat
kesulitan maka anggota kelompok secara bersama mendiskusikan
kesulitan tersebut, membandingkan jawaban-jawaban dari masing-
masing anggota dan membetulkan kesalahan-kesalahan konsep dari
anggota kelompok. Kelompok merupakan hal yang sangat penting
dalam tipe STAD. Pada setiap pendapat, tekanan diberikan pada
anggota kelompok yang terbaik dan anggota kelompok yang terbaik
tersebut harus membantu anggota kelompok lain dalam penguasaan
materi.
(c) Kuis
Setelah kurang lebih 1-2 pertemuan dari presentasi guru dan 1-2 kali
kelompok melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi tes
individu. Siswa tidak boleh saling membantu selama tes. Jadi setiap
siswa bertanggung jawab secara individu dalam menguasai materi
pembelajaran yang telah diberikan. Hasil selanjutnya diberi skor.
(d) Skor kemajuan individual
Maksud dari skor kemajuan individual adalah memberikan nilai pada
setiap siswa yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan
mengerjakan lebih baik dari pada materi yang telah lampau.
Keadaannya mungkin siswa mengalami peningkatan skor atau bahkan
menurun. Kemudian guru menghitung besarnya skor perkembangan
yaitu dengan membandingkan skor tes materi yang lalu dengan skor
yang baru.
(e) Rekognisi tim
Setelah melakukan kuis, perhitungan skor perkembangan individu dan
skor kelompok dilakukan. Skor individu setiap anggota kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
memberikan sumbangan pada skor kelompok berdasarkan skor pada
kuis sebelumnya dengan skor kuis terakhir.
2) Langkah-langkah Penerapan Metode STAD
Menurut Sugiyanto (2009:44) langkah-langkah dalam penerapan
metode STAD sebagai berikut :
(a) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau
tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim
memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik,
maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
(b) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian
saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab
atau diskusi antar sesama anggota tim.
(c) Secara individual atau tim, guru mengevaluasi untuk mengetahui
penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
(d) Tiap siswa dalam tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap
bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih
prestasi tinggi atau meraih skor sempurna diberi penghargaan. Para
siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat
dimana skor kuis mereka melampaui skor awal mereka. Adapun
kriteria poin kemajuan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Kriteria Poin Kemajuan
Skor Kuis Poin Kemajuan
Nilai Sempurna 30
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20
10 sampai 1 poin di bawah skor awal 10
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
(e) Ada tiga macam tingkatan penghargaan diberikan, ketiganya
didasarkan pada rata-rata skor tim. Adapun tingkatan penghargaan
dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Tabel 2. Kriteria Penghargaan
Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan
15-19 TIM BAIK
20-24 TIM SANGAT BAIK
25-30 TIM SUPER
3) Penilaian/Skoring dalam Metode STAD
Menurut Muhamad Nur (2005:23), penilaian/scoring pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD meliputi 3 hal yaitu :
1) Skor Dasar
Skor dasar adalah skor yang diperoleh dari rata-rata siswa pada kuis
sebelumnya atau dapat juga diperoleh dari nilai final siswa dari tahun
yang lalu.
2) Skor perkembangan
Skor perkembangan adalah skor perbandingan antara skor dasar
dengan skor kuis. Skor ini diperoleh berdasarkan seberapa besar skor
kuis siswa melampaui skor dasar mereka.
3) Skor Kelompok
Skor kelompok adalah jumlah dari skor perkembangan semua anggota
kelompok dibagi jumlah anggota kelompok. Laporan nilai akhir dalam
metode STAD didasarkan pada skor kuis sebenarnya, bukan
didasarkan pada skor perkembangan atau skor kelompok.
4) Kelebihan dan Kelemahan Metode STAD
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa metode STAD mempunyai
kelebihan antara lain:
(a) Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami materi
pelajaran yang disampaikan.
(b) Siswa secara kooperatif dapat menyelesaikan pokok-pokok materi yang
dipelajari.
(c) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan adanya kerjasama
semua unsur dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
(d) Siswa akan dapat meningkatkan kemampuannya dalam hal berdiskusi
dan menyelesaikan tugas.
Selain terdapat kelebihan, dalam metode STAD juga terdapat adanya
kelemahan antara lain:
(a) Apabila ada siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya,
maka siswa tersebut kurang bisa bekerja sama dalam memahami
materi dan kurang bisa mengerjakan kuis.
(b) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam
kelompok belajar.
(c) Apabila ada anggota kelompok yang malas, maka usaha kelompok
dalam memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan
tidak berjalan sebagaimana mestinya.
2. Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika
a. Pengertian Matematika
1) Pengertian Matematika Secara Umum
Matematika berasal dari bahasa Yunani kuno manthanein atau
mathema yang artinya pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang
lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi "pengkajian
matematika", bahkan demikian juga pada zaman kuno. Kata sifatnya adalah
mathēmatikós yang berarti matematis.
(http://id. wikipedia.org/wiki/Matematika ).
Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu
pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika
adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai
akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep
dalam matematika bersifat konsisten. Menurut Kline dalam Mulyono
Abdurrahman (1999:252) menyebutkan “Matematika merupakan bahasa
simbol dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif tetapi
tidak melupakan cara bernalar induktif”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Johnson dan Myklebus di dalam mulyono Abdurrahman (1999 :
252) mengemukakan bahwa “Matematika adalah bahasa simbolis yang
fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif
dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan
berpikir”.
Demikian pula Leaner di dalam Mulyono Abdurrahman (1999 :
252) mengemukakan bahwa “Matematika di samping sebagai bahasa
simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan
kuantitas”.
Sedangkan menurut Paling di dalam Mulyono Abdurrahman (1999
: 252) mengemukakan bahwa :
Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban tehadap
masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran dan
menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling
penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam
melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari siswa sejak SD
sampai SLTA bahkan di peguruan tinggi. Menurut Cornelius seperti dikutip
Mulyono A. (1996:38) mengemukakan 5 alasan penting belajar Matematika
karena Matematika merupakan sarana untuk : (1) berfikir logis, (2)
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) mengenal pola-pola
hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) mengembangkan kreativitas, (5)
meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Taylor dan Francis Group dalam International Journal of Education in
Science and Technology: Mathematics is pervanding every study and
technique in our modern world. Bringing ever more sharpy into focus
the responsibilities laid upon those whose task it is to teach it. Most
prominent among these is the difficulty of presenting an
interdisciplinary approach so that one professional group may benefit
from the experience of others. Matematika mencakup setiap pelajaran
dan teknik di dunia modern ini. Matematika memfokuskan pada
teknik pengerjaan tugas-tugasnya. Hal yang sangat mencolok yaitu
mengenai kesulitan dalam mengaplikasi model pembelajaran
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan), oleh karena itu
para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp/Journal+International+of+Mathematica
l+Education+in+Sciense+and+Technology).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia, serta
berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2) Matematika Sekolah
Disiplin-disiplin utama di dalam matematika pertama muncul
karena kebutuhan akan perhitungan di dalam perdagangan, untuk
memahami hubungan antar bilangan, untuk mengukur tanah, dan untuk
meramal peristiwa astronomi. Empat kebutuhan ini secara kasar dapat
dikaitkan dengan pembagian-pembagian kasar matematika ke dalam
pengkajian besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika disebutkan bahwa “Pembagian
matematika yakni aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Matematika
sekolah (School Mathematic) adalah unsur atau bagian dari Matematika
yang dipilih berdasarkan dan berorientasi kepada kepentingan kependidikan
dan pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sini Matematika
sebagai bidang studi pendidikan yang diajarkan di sekolah dari jenjang
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah
Menengah (SMU/SMK).
Ruang lingkup materi atau bahan kajian Matematika untuk Sekolah
Dasar berbeda dengan di tingkat SLTP atau SMU/SMK. Sesuai dengan
tahap perkembangan intelektual siswa Sekolah Dasar yang berada pada
tahap operasi konkret, maka cakupan materinya lebih sedikit dan bersifat
dasar. Kemampuan mereka yang cenderung rendah dibanding siswa pada
jenjang sekolah di atasnya, sehingga kemampuan bernalarnya relatif lebih
rendah. Oleh karena itu pada jenjang Sekolah Dasar penggunaan pola pikir
induktif dalam pengajaran suatu topik sering dilakukan, sebaliknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
penggunaan pola pikir deduktif jarang dilakukan. Bidang studi matematika
yang diajarkan di Sekolah Dasar mencakup tiga cabang yaitu aritmatika,
aljabar dan geometri. Aritmatika adalah salah satu cabang matematika selain
aljabar dan geometri. Menurut Dali S. Naga yang dikutip oleh Mulyono
Abdurrahman (1999 : 253) “Aritmatika atau berhitung adalah cabang
matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata
dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan,
pengurangan, pekalian dan pembagian”.
Dalam perkembangan aritmatika selanjutnya, penggunaan bilangan
sering diganti dengan abjad. Penggunaan abjad dalam aritmatika inilah yang
kemudian disebut aljabar. Aljabar ternyata tidak hanya menggunakan abjad
sebagai lambang bilangan yang diketahui atau yang belum diketahui tetapi
juga menggunakan lambang-lambang lain seperti titik (.), lebih besar (>),
lebih kecil (<) dan sebagainya. Geometri adalah cabang matematika yang
berkenaan dengan titik dan garis, tetapi ada juga yang mengatakan geometri
adalah studi tentang ruang dan berbagai bentuk dalam ruang.
Di dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 253), Cockroft
mengemukakan Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (a) selalu
digunakan dalam segala kehidupan; (b) semua bidang studi memerlukan
ketrampilan matematika yang sesuai; (c) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas; (d) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (e) meningkatkan kemampuan berpikir logis,
ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (f) memberikan kepuasan terhadap
usaha memecahkan masalah yang menantang.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pelajaran Matematika sudah diajarkan sejak Sekolah Dasar, hanya saja
materi yang diajarkan masih sederhana, disesuaikan dengan tingkat
perkembangan intelektual peserta didik.
b. Soal Cerita Matematika
Abidin (1989: 10) mengemukakan bahwa soal cerita adalah soal yang
disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
merupakan masalah kehidupan sehari–hari atau masalah lainnya. Bobot
masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita
tersebut. Makin besar bobot masalah yang diungkapkan, memungkinkan
panjang cerita yang disajikan. (http://id.shvoong.com/writing-and-
speaking/presenting/2063170-soal-cerita-matematika/#ixzz1NFur1cDQ)
Pengertian soal cerita dalam mata pelajaran matematika adalah soal
yang disajikan dalam bentuk uraian atau cerita baik secara lisan maupun tulisan
(Solichan, 2000). Soal cerita wujudnya berupa kalimat verbal sehari-hari yang
makna dari konsep dan ungkapannya dapat dinyatakan dalam simbiol dan
relasi matematika. Memahami makna konsep dan ungkapan dalam soal cerita
serta mengubahnya dalam simbol dan relasi matematika sehingga menjadi
model matematika bukanlah hal yang mudah bagi sebagian siswa.
(http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/konsep-soal-cerita-pecahan.html)
Hiebert dkk dalam John A Van De Walle (2008 : 38) mengemukakan
bahwa “ soal didefinisikan sebagai tugas atau kegiatan dimana siswa belum
mempunyai aturan atau metode penyelesaian dan juga siswa belum melihat
bahwa ada metode penyelesaian khusus yang benar ”. Soal untuk belajar
matematika juga memiliki ciri-ciri tertentu.
Menurut John a Van De Walle (2008 : 38) ciri-ciri soal untuk belajar
matematika adalah soal harus disesuaikan dengan kondisi siswa, soal harus
dikaitkan dengan matematika yang akan dipelajari siswa, jawaban dan metode
penyelesaian soal memerlukan justifikasi dan penjelasan.
Soal cerita merupakan salah satu bentuk dari soal tes uraian dimana
tes uraian ini akan berfungsi untuk mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa.
Karena dalam soal tes cerita, siswa dituntut kemampuannya untuk
mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus dilakukan,
sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator ketidakmampuan atau
kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan seperangkat soal tes cerita.
Soal cerita (word story problems ) biasanya merupakan soal terapan dari suatu
pokok bahasan yang dihubungkan dengan masalah sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Soal cerita yang erat kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-hari
itu penting sekali diberikan dalam pembelajaran matematika karena pada
umumnya soal cerita dapat digunakan untuk melatih siswa berpikir secara
deduktif, membiasakan siswa untuk melihat hubungan kehidupan sehari-hari
dengan pengetahuan matematika yang telah diperoleh di sekolah, dan
memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep matematika tertentu.
Maksudnya dalam menyelesaikan soal cerita siswa mengingat kembali konsep-
konsep yang telah dipelajari sehingga pemahaman terhadap konsep-konsep
tersebut semakin kuat.
Menurut Fosnot dan Dolk dalam John A Van De Walle (2008:153)
menyatakan bahwa “Soal cerita, disisi lain, jauh lebih erat kaitannya dengan
kehidupan anak-anak dibandingkan dengan metematika sekolah. Soal cerita
dirancang untuk mengantisipasi dan mengembangkan pemodelan matematika
anak-anak di dunia nyata”. Soal-soal cerita bisa diturunkan dari pengalaman di
kelas, wisata lapangan, diskusi pada saat pelajaran atau dari literatur anak-
anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa soal cerita
matematika adalah tugas atau kegiatan siswa dalam pelajaran matematika yang
disajikan dalam bentuk uraian atau cerita baik secara lisan maupun tulisan yang
erat kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-hari, di mana soal tersebut
dapat digunakan untuk membiasakan siswa melihat hubungan kehidupan
sehari-hari dengan pengetahuan matematika yang telah diperoleh di sekolah,
dan memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep matematika tertentu.
c. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
Kemampuan berasal dari kata mampu yang memperoleh awalan ke-
dan akhiran –an yang berarti sanggup. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kemampuan diartikan kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu.
Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat
dilakukan seseorang. Kemampuan adalah sifat yang dibawa sejak
lahir/dipelajari yang memungkinkan seseorang menyelesaikan tugasnya.
Kemampuan menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan tugas/pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kemampuan kemampuan adalah kapasitas
seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika adalah
kemampuan atau kecakapan dalam menyelesaikan tugas atau soal dalam
pelajaran matematika yang erat kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-
hari, di mana soal tersebut disajikan dalam bentuk cerita.
d. Jenis Soal Matematika Menurut Polya
Dari segi pedagogik, soal adalah suatu alat atau perantara untuk
menuju satu atau beberapa sasaran. Salah satu sasaran adalah agar siswa
mampu menerapkan ide-ide matematis dalam situasi-situasi yang belum pernah
dialaminya. Sedangkan sasaran lain adalah agar siswa melihat atau mengerti
kepentingan dan kegunaan konsep-konsep maupun teknik-teknik yang sudah
diperlajarinya. Dalam hal ini, yang lebih penting bukannya mengingat jawaban
soal tersebut, melainkan mengingat bahwa soal semacam itu penting dan dapat
diselesaikan dengan bermacam-macam teknik.
Dalam http://blog.unsri.ac.id/Devi09Math/matematika-sekolah/mengajar-
melalui-penyelesaian-soal/mrdetail/14875/. Diakses Rabu 12 Januari 2011 jam
11.30, Polya mengklasifikasikan soal-soal menurut pertimbangan pedagogik
sebagai berikut:
1) One rule under your face, yaitu jenis soal yang dapat diselesaikan dengan
menerapkan secara mekanis rumus yang baru saja diberikan.
2) Application with some choice, yaitu jenis soal yang dapat diselesaikan
dengan menerapkan suatu rumus atau prosedur yang telah diberikan
sebelumnya dimana siswa perlu menggunakan pertimbangan dalam
menyelesaikannya.
3) Choice of combination, yaitu jenis soal yang menuntut siswa untuk
mengkombinasikan beberapa rumus atau contoh yang sudah diberikan.
4) Approaching research level, yaitu jenis soal yang tidak saja menuntut
mengkombinasikan beberapa rumus atau contoh, tetapi juga memuat banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kemungkinan pembahasan dan menuntut penalaran bertaraf tinggi.
Pembuatan soal-soal perlu mempertimbangan klasifikasi tersebut di atas
agar siswa bisa berkembang kemampuannya dalam menyelesaikan soal.
Menurut George Polya (1962:119) dalam http://www.google.co.id/#hl
=id&source=hp&biw=922&bih=366&q=jenis+soal+matematika+menurut+
polya&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=4ba4fd3435162061. Diakses
Kamis 30 Des 2010 jam 09.20.
ada dua jenis masalah dalam matematika adalah sebagai berikut:
1) Masalah untuk menemukan (problem to find)
Dalam hal ini dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkret termasuk soal-
soal teka-teki. Bagian utama masalah ini adalah apa yang dicari?
Bagaimana dapat data diketahui ? Bagaimana syaratnya? ketiga bagian
utama ini merupakan landasan untuk dapat menyelesaikan masalah jenis ini.
2) Masalah membuktikan
Jenis masalah ini pada dasarnya untuk menunjukkan kebenaran suatu
pernyataan. Bagian utama dari jenis masalah hipotesis dan konklusi dari
suatu teorema. George Polya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menunjukkan kepada guru bagaimana cara memberikan bantuan dan
petunjuk khusus, sehingga siswa terbimbing untuk mengetahui tentang
pemecahan masalah matematika. George Polya (Devina-Kaufmann,1983:2)
menyarankan empat langkah rencana yang terurut untuk menyelesaikan
masalah. Empat langkah tersebut adalah memahami masalah, menyusun
rencana untuk menyelesaikan masalah, pelaksanaan rencana untuk
menyelesaikan masalah, dan memeriksa masalah.
Keempat langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut:
(a) Memahami masalah
Dalam langkah ini yang harus dilakukan adalah membaca soal dengan
seksama sehingga benar-benar dimengerti arti dari semua kata dalam
soal. Buat tanda khusus untuk beberapa istilah yang digunakan kalimat
dalam soal. Tentukan apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(b) Menyusun rencana
Langkah kedua ini merupakan kunci dari empat langkah ini. Dalam
menyusun rencana penyelesaian banyak strategi dan teknik yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah.
(c) Pelaksanaan rencana
Jika dalam langkah kedua telah berhasil dirinci dengan lengkap, maka
dalam pelaksanaan rencana penyusunan soalnya menjadi bentuk yang
sederhana dan melakukan perhitungan yang diperlukan. Perancangan
yang mantap membuat pelaksanaan rencana lebih baik.
(d) Memeriksa kembali
Langkah keempat ini penting, walaupun sering dilupakan dalam
menyelesaikan masalah.
B. Hasil Penilitian yang Relevan
1. Penelitian oleh Hema Susilawati (2006) dengan judul “ Efektivitas Metode
Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Terhadap
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Geografi Pokok Bahasan Lingkungan
Hidup Di Kelas X SMA MTA Surakarta Tahun Ajaran 2005/2006”. Pada
halaman 138 menyimpulkan hasil perhitungan statistik dengan uji-t pihak
kanan membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif STAD
diperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengajaran
ceramah pada pokok bahasan lingkungan hidup. Hal ini membuktikan
penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif STAD lebih efektif daripada
pendekatan pembelajaran ceramah. Hasil belajar ini dapat dilihat dari rata-rata
tes siswa yang diberi pengajaran kooperatif STAD adalah 7,686 dengan gain
score = 1,806 sedangkan rata-rata tes siswa yang diberi pengajaran ceramah
adalah 6,625 dengan gain score = 1,084.
2. Penelitian oleh Darmawan Satyananda (2007) dalam http://lemlit.um.ac .id/wp-
dengan judul “Pengembangan Materi Program Instruksional Sebagai suatu
Perangkat Pembelajaran Kooperatif dalam Upaya Meningkatkan Penguasaan
Konsep Matematika pada Perkuliahan MAU4O9 Teori Bilangan” (Jurnal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Ilmiah Nasional), menyimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif
STAD pada teori bilangan cukup efektif membantu mahasiswa dalam
mnguasai konsep matematika. Hal ini terbukti pada hasil kuis siklus I 58,62%
mahasiswa mendapat skor dibawah 60 dan hanya 41,38% mahasiswa yang
mendapat skor di atas 65, kemudian pada siklus II menjadi 78,58% mahasiswa
yang mendapat skor di atas 65. Sedangkan pada hasil tugas kelompok pada
siklus I ada 96,55% mahasiswa yang mendapat nilai di atas 65 dan siklus II
menjadi 100% mahasiswa yang mendapat nilai di atas 65.
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran matematika khususnya pada soal cerita kurang mendapat
perhatiaan dan minat siswa sehingga dalam pembelajarannya siswa kurang
termotivasi untuk mengikuti pelajaran, siswa kurang memperhatikan penjelasan
dan tugas dari guru, siswa masih banyak yang takut untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru. Selain itu pembelajaran keterampilan menyimak cerita yang
dilakukan oleh guru masih dilakukan secara konvensional, guru lebih banyak
menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi pelajaran, kegiatan
pembelajaran kurang aktif, guru tidak menyiapkan media yang bervarisi dalam
menjelaskan materi pelajaran serta guru kurang banyak memberikan contoh-
contoh soal. Hal ini menyebabkan kemampuan penyelesaian soal cerita
matematika siswa rendah.
Oleh karena itu peneliti berinisiatif untuk menggunakan metode yang
sesuai dengan pembelajaran soal cerita matematika dan dapat menarik minat serta
perhatian siswa. Peneliti menggunakan metode Student Teams Achievement
Divisions (STAD) . Dalam metode STAD siswa bekerja sama dalam belajar dan
bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan. Metode ini menekankan
pada tujuan dan keberhasilan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua
anggota kelompok mempelajari apa yang diajarkan. Dalam penerapannya, peneliti
akan melakukan dengan siklus I, siklus II dan siklus III yang masing-masing
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pada
siklus pertama menggunakan metode STAD pada penyelesaian soal cerita operasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
penjumlahan bilangan pecahan, dengan indikator pencapaian 80% siswa mencapai
nilai KKM. Sedangkan bila pada siklus pertama belum mencapai indikator
pencapaian maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Dengan penerapan metode STAD dalam pembelajaran soal cerita
matematika diharapkan pada kondisi akhir dapat meningkatkan kemampuan
penyelesaian soal cerita matematika siswa kelas V SD Negeri 02 Jaten
Karanganyar.
Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Guru menggunakan
pembelajaran
konvensional
Kemampuan
menyelesaikan soal
cerita matematika
masih rendah
Tindakan
Guru
menggunakan
metode STAD
pada
penyelesaian
soal cerita
matematika
Siklus I, Pembelajaran soal
cerita matematika
penjumlahan pecahan
Siklus II, Pembelajaran
soal cerita matematika
pengurangan pecahan
Kondisi Akhir
Melalui metode STAD
diduga dapat
meningkatkan
kemampuan penyelesaian
soal cerita matematika
Siklus III, Pembelajaran
soal cerita matematika
penjumlahan dan
pengurangan pecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di
atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : “Penerapan metode
STAD dapat meningkatkan kemampuan penyelesaikan soal cerita matematika
kelas V SD N 02 Jaten Karanganyar tahun 2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 02 Jaten
tahun 2011. SD Negeri 02 Jaten merupakan salah satu sekolah negeri yang berada
di lingkup wilayah Karanganyar. Alasan penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri
02 Jaten yaitu karena permasalahan yang muncul dan SD Negeri 02 Jaten
merupakan tempat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) peneliti, sehingga
memudahkan pelaksanaan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran
2010/2011 dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2011. Sebelum
diadakan penelitian perlu ada persiapan antara lain pembuatan proposal dan
perijinan, hal ini dilaksanakan pada bulan Januari dan Februari. Adapun rincian
waktu kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3. Jadwal Penelitian Penerapan metode STAD di Kelas V SDN 02 Jaten
Karanganyar Tahun 2011
No Kegiatan
Bulan
Jan 2011 Feb
2011
Mar
2011
April
2011
Mei
2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan dan
pengajuan proposal X X X X
2. Mengurus izin penelitian X X
3. Persiapan Penelitian X
4. Pelaksanaan Siklus I X X
5. Pelaksanaan Siklus II X X
6. Pelaksanaan Siklus III X X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
7 Penyusunan laporan
hingga penjilidan skripsi X X X X X
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Jaten
Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 semester II sebanyak 47 siswa. Siswa
kelas V sebagai subjek yang akan diamati kegiatan pembelajarannya dan dikenai
tindakan. Selain siswa, guru juga menjadi subjek penelitian berkaitan dengan
kegiatan guru saat mengajar.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yang
menekankan pada masalah perbaikan proses di kelas, maka jenis penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas. Sarwiji Suwandi (2009:15) mengemukakan
bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengadakan perbaikan atau
peningkatan mutu praktik pembelajaran di kelas. Dengan menggunakan bentuk
Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan akan mendapat informasi yang
sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas
secara professional.
2. Strategi Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menggunakan pendekatan jenis ini karena data yang akan diperoleh atau
dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan. Alasan
mengadakan penelitian tindakan kelas adalah, karena PTK mengkaji masalah
pendidikan yang berkaitan dengan pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan
oleh guru. Selain itu PTK dapat memecahkan masalah pembelajaran yang
dihadapi guru kelas.
Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Wardhani
(2007 : 2.3) menyatakan bahwa PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
berdaur atau siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan, melakukan
tindakan, mengamati dan melakukan refleksi seperti pada gambar 2 di bawah ini :
Gambar 2. Tahap-tahap dalam PTK
Adapun rancangan penelitian yang digambarkan dalam tahap-tahap PTK
adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Kegiatan ini meliputi :
1) Membuat perencanaan pengajaraan
2) Membuat lembar observasi
3) Membuat alat evaluasi
4) Pembuatan instrument pembelajaran
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.
c. Observasi dan Evaluasi
Dalam tahap ini dilaksanakan observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi dan evaluasi yang telah
dipersiapkan. Observasi dilakukan baik kepada siswa maupun guru dalam
pembelajaran.
Merencanakan
Refleksi
Mengamati dan
Mengevaluasi
Melakukan
Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d. Refleksi
Dalam tahap ini data-data yang diperoleh melalui observasi dan evaluasi
dikumpulkan dan dianalisis, guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah
membawa perubahan dan apa atau di mana perubahan terjadi.
D. Sumber Data
Jenis data yang digunakan ada tiga yaitu data yang berhubungan dengan
proses, dampak tindakan yang dilakukan dan data yang digunakan sebagai dasar
menilai keberhasilan tindakan yang akan dilakukan. Data yang berhubungan
dengan proses berupa data tentang peningkatan kemampuan penyelesaikan soal
cerita matematika melalui metode STAD.
Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu : sumber
data primer dan sekunder. Menurut Slamet.St.Y dan Suwarto (2007 : 38) “sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
Dalam penelitian ini sumber data primer yang dapat dimanfaatkan antara lain :
1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri siswa kelas V serta wali kelas V
SD Negeri 02 Jaten.
2. Data nilai akademik mata pelajaran matematika kelas V SD Negeri 02 Jaten,
baik nilai ulangan harian atau nilai Ulangan Akhir Semester.
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran matematika kelas V SD Negeri 02
Jaten.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam
penelitian diperlukan alat atau metode untuk mendapatkan data yang tepat dan
obyektif. Penetapan metode pengumpulan data di samping berdasarkan tujuan
penelitian yang akan dicapai juga berdasarkan kebutuhan sumber data. Metode
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :
1. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 29) menjelaskan teknik tes adalah
suatu alat pengumpul informasi yang berupa serentetan pertanyaan atau latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes
digunakan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah dilakukan
terhadap tingkat penguasaan konsep pada materi soal cerita tentang operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan.
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
yang dicapai siswa setelah kegiatan pembelajaran tindakan. Tes yang diberikan
dalam penelitian ini dilakukan tiap pertemuan kepada siswa kelas V SD Negeri
02 Jaten Karanganyar, yakni tes tertulis (soal-soal cerita matematika pada
materi pecahan).
2. Dokumen
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa data-
data tertulis, yaitu hasil ulangan harian. Kegiatan ini selain untuk mencatat
semua dokumen dan arsip, juga untuk mendapatkan gambaran secara lengkap
tentang dokumen tersebut. Slamet.St.Y. dan Suwarto (2007 : 52) menyatakan
bahwa dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dokumen yang dikumpulkan juga
berupa dokumen foto. Dokumentasi foto merupakan instrumen yang cukup
penting, yaitu sebagai bukti kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian.
Melalui dokumen foto ini akan memperkuat data yang diperoleh.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengoptimalkan
kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian,perilaku tak sadar,
kebiasaan , dan sebagainya (Slamet.St.Y. dan Suwarto. 2007 : 44). Observasi
yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah observasi langsung dan partisipasi
agar hasilnya seobyektif mungkin. Observasi langsung terhadap obyek yang
diteliti, sedangkan observasi partisipatif yaitu pengamatan yang dilakukan
dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi obyek yang
diteliti.
Observasi dilakukan pada siswa dan guru kelas V SD Negeri 02 Jaten
Karanganyar setiap pertemuan untuk mengetahui situasi dan perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dalam proses belajar mengajar mata pelajaran matematika dengan metode
STAD (Student Teams Achievement Division). Dalam penelitian ini yang
dijadikan data observasi adalah keaktifan siswa selama pembelajaran dan
kegiatan guru saat melaksanakan pembelajaran. Observer dalam penelitian ini
adalah wali kelas V SDN 02 Jaten Karanganyar.
F. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Validitas dapat
diketahui dengan menggunakan triangulasi data. Menurut Sarwiji Suwandi
(2009:60), Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembandingan data itu. Adapun teknik yang digunakan dalam memeriksa
validitas data dalam penelitian ini adalah dengan triangulasi sumber data dan
triangulasi teknik metode. Trianggulasi data atau sumber yaitu dengan
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
telah diperoleh melalui berbagai sumber yang berbeda yaitu: (1) Pengamatan
(observasi) dari proses pembelajaran STAD; (2) Silabus dan RPP; (3) Tes soal
cerita; (4) Foto kegiatan belajar menggunakan metode STAD. Triangulasi teknik
yaitu dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Data yang diperoleh dari hasil observasi dicek dengan hasil
tes, dan foto.
G. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis kulitatif dengan model interaktif Miles & Huberman. Menurut Sugiyono
(2003:91) model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok, yaitu
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Aktivitasnya
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu
proses siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
1. Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan,
menyederhanakan dan mengabstraksi data kasar yang ada dalam fieldnote.
Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Data reduksi
adalah suatu bntuk analisis ang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa
sehingga kesimpulan akhir dilakukan. Proses ini berakhir sampai laporan akhir
penelitian selesai ditulis.
2. Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan
penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian data, maka akan
dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu
pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut, dalam hal
ini penyajian data meliputi berbagai jenis matriks, gambar, jaringan kerja dan
tabel.
3. Penarikan kesimpulan, apabila dalam tahapan ini ditemukan data yan akurat,
maka peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang. Peneliti
dalam hal ni bersifat terbuka dan skeptis, namun demikian akan meningkat
secara eksplisit dan memiliki landasan yang kuat. Kesimpulan akhir tidak akan
terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis kualitatif dengan model interaktif
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka
dapat dikumpulkan.
2. Mengembangkan dalam bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan
matrik yang berguna untuk penelitian lanjut.
3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kelas.
4. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam persiapan
analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka
perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
5. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi
susunan laporan.
6. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
7. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran
dalam laporan akhir penelitian.
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Dalam penelitian ini
yang menjadi indikator kinerja adalah: apabila 80% dari jumlah siswa kelas V
mencapai nilai KKM, sedangkan nilai KKM untuk mata pelajaran matematika
adalah 65,00.
I. Prosedur Penelitian Tindakan
Prosedur penelitian tindakan merupakan gambaran secara lengkap
mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Penerapan
metode STAD diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian soal
cerita matematika siswa kelas V SDN 02 Jaten. Adapun pelaksanaannya telah
direncanakan sebanyak tiga siklus dan masing-masing siklus meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Menurut Suharsimi Arikunto dkk. (2008:16), Model penelitian tindakan
kelas digambarkan pada gambar 3 di bawah ini :
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 3. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Masalah
Rencana I
Refleksi I
Rencana II
Refleksi II
dan seterusnya
Tindakan I
Observasi dan
Evaluasi I
Tindakan II
Observasi dan
Evaluasi II
Rencana III Tindakan III
Refleksi III Observasi dan
Evaluasi III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa prosedur rencana tindakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Siklus I
a. Rencana Tindakan
Pada tahap ini menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sesuai jadwal pelajaran dan menyiapkan materi soal cerita pecahan untuk
siklus I. Selain itu, peneliti juga menentukan media apa yang digunakan
dalam menerapkan metode STAD ini. Materi yang digunakan adalah
mengenai soal cerita matematika pada penjumlahan pecahan. Media yang
digunakan adalah gambar. Dan pada siklus ini, dilakukan sebanyak dua
kali pertemuan.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan 1
Pada awal pembelajaran, siswa mengawali dengan berdoa dan
absensi kelas serta mengawali dengan bernyanyi agar siswa menjadi
semangat.. Setelah itu, guru memberikan materi pembelajaran
tentang soal cerita matematika penjumlahan pecahan dua variabel.
Guru membentuk kelompok menerapkan pembelajaran dengan
metode STAD. Guru mendekati peserta didik jika terlihat kesulitan
dalam berdiskusi kelompok, kemudian guru membantu memecahkan
masalah yang dihadapi peserta didik. Pada akhir pembelajaran,
dilaksanakan evaluasi agar guru dapat mengetahui seberapa jauh
siswa dapat menyelesaikan soal cerita matematika.
2) Pertemuan 2
Pada Pertemuan 2, Materi yang digunakan adalah penjumlahan
pecahan tiga variabel. Guru membentuk kelompok menerapkan
pembelajaran dengan metode STAD. Guru mendekati peserta didik
jika terlihat kesulitan dalam berdiskusi kelompok, kemudian guru
membantu memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik. Pada
akhir pembelajaran, dilaksanakan evaluasi agar guru dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
mengetahui seberapa jauh siswa dapat menyelesaikan soal cerita
matematika.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan terhadap pelaksanaan dan
hasil pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Sedangkan evaluasi
merupakan penilaian terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.
Observasi dilaksanakan sebelum tindakan dimulai dan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Observer mencatat dan menilai kegiatan guru dan
siswa kelas V SDN 02 Jaten Karanganyar dalam pembelajaran dengan
metode STAD. Yang menjadi observer dalam kegiatan pembelajaran
dengan metode STAD ini adalah wali kelas V.
d. Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi didiskusikan antara guru dan
peneliti kemudian dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil
refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk memperkuat hasil refleksi
kegiatan yang telah dilakukan digunakan data yang berasal dari data
observasi. Kelemahan yang timbul pada siklus I adalah kegiatan
pembelajaran matematika dengan metode STAD kurang menyenangkan
dan guru belum menciptakan kondisi kelas yang kondusif secara optimal.
Maka dari itu, kelemahan tersebut akan disempurnakan pada siklus II.
Selain itu, Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan
digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus II.
2. Siklus II
a. Rencana Tindakan
Dalam siklus ini masih menggunakan pembelajaran kooperatif tetapi
dengan materi pelajaran yang lain yaitu penyelesaian soal cerita tentang
operasi hitung pengurangan bilangan pecahan. Program kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam tindakan II dilaksanakan bulan Februari. Pada
tahap ini menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
menyiapkan materi serta evaluasi yang berupa soal-soal cerita untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
siklus II berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Setelah itu, peneliti
mempersiapkan media terkait dengan materi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan 1
Pada awal pembelajaran, siswa mengawali dengan berdoa dan
absensi kelas serta mengawali dengan bernyanyi agar siswa menjadi
semangat.. Setelah itu, guru memberikan materi pembelajaran
tentang soal cerita matematika pengurangan pecahan dua variabel.
Guru membentuk kelompok menerapkan pembelajaran dengan
metode STAD. Guru mendekati peserta didik jika terlihat kesulitan
dalam berdiskusi kelompok, kemudian guru membantu memecahkan
masalah yang dihadapi peserta didik. Pada akhir pembelajaran,
dilaksanakan evaluasi agar guru dapat mengetahui seberapa jauh
siswa dapat menyelesaikan soal cerita matematika.
2) Pertemuan 2
Pada Pertemuan 2, Materi yang digunakan adalah pengurangan
pecahan tiga variabel. Guru membentuk kelompok menerapkan
pembelajaran dengan metode STAD. Guru mendekati peserta didik
jika terlihat kesulitan dalam berdiskusi kelompok, kemudian guru
membantu memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik. Pada
akhir pembelajaran, dilaksanakan evaluasi agar guru dapat
mengetahui seberapa jauh siswa dapat menyelesaikan soal cerita
matematika.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan terhadap pelaksanaan dan
hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus II.
Evaluasi merupakan penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan.
Observasi dilaksanakan sebelum tindakan dimulai dan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Observer mencatat dan menilai kegiatan guru dan
siswa dalam pembelajaran matematika dengan metode STAD. Yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
menjadi observer dalam kegiatan pembelajaran dengan metode STAD
adalah wali kelas V SDN 02 Jaten Karanganyar.
d. Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi didiskusikan antara guru dan
peneliti kemudian dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil
refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk memperkuat hasil refleksi
kegiatan yang telah dilakukan digunakan data yang berasal dari data
observasi. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan
digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus III.
3. Siklus III
a. Rencana Tindakan
Dalam siklus ini masih menggunakan pembelajaran kooperatif tetapi
dengan materi pelajaran yang lain yaitu penyelesaian soal cerita tentang
operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan bilangan
pecahan. Program kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tindakan III
dilaksanakan bulan Maret. Pada tahap ini menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menyiapkan materi serta evaluasi
yang berupa soal-soal cerita untuk siklus III berdasarkan hasil refleksi
pada siklus II. Setelah itu, peneliti mempersiapkan media terkait dengan
materi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan 1
Pada awal pembelajaran, siswa mengawali dengan berdoa dan
absensi kelas serta mengawali dengan bernyanyi agar siswa menjadi
semangat.. Setelah itu, guru memberikan materi pembelajaran
tentang soal cerita matematika penjumlahan dan pengurangan
pecahan. Guru membentuk kelompok menerapkan pembelajaran
dengan metode STAD. Guru mendekati peserta didik jika terlihat
kesulitan dalam berdiskusi kelompok, kemudian guru membantu
memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik. Pada akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pembelajaran, dilaksanakan evaluasi agar guru dapat mengetahui
seberapa jauh siswa dapat menyelesaikan soal cerita matematika.
2) Pertemuan 2
Pada Pertemuan 2, Materi yang digunakan adalah penjumlahan dan
pengurangan pecahan. Guru membentuk kelompok menerapkan
pembelajaran dengan metode STAD. Guru mendekati peserta didik
jika terlihat kesulitan dalam berdiskusi kelompok, kemudian guru
membantu memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik. Pada
akhir pembelajaran, dilaksanakan evaluasi agar guru dapat
mengetahui seberapa jauh siswa dapat menyelesaikan soal cerita
matematika.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan terhadap pelaksanaan dan
hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus III.
Evaluasi merupakan penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan.
Observasi dilaksanakan sebelum tindakan dimulai dan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Observer mencatat dan menilai kegiatan guru dan
siswa dalam pembelajaran matematika dengan metode STAD. Yang
menjadi observer dalam kegiatan pembelajaran dengan metode STAD
adalah wali kelas V SDN 02 Jaten Karanganyar.
d. Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis,
sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk
memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan digunakan data
yang berasal dari data observasi. Melalui hasil data dapat ditarik sebuah
kesimpulan mengenai penerapan metode STAD dalam pembelajaran soal
cerita matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Tinjauan Historis SD Negeri 02 Jaten
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Jaten
Karanganyar. SD Negeri 02 Jaten berdiri pada tahun 1962. Ketika berdiri
memiliki Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101031311002 . Saat ini SD Negeri 02
Jaten merupakan salah satu Sekolah Dasar di Gugus Gajah Mada yang ada di
wilayah Kabupaten Karanganyar.
2. Letak Geografis SD Negeri 02 Jaten
Secara geogarafis Sekolah Negeri 02 Jaten berada di wilayah Kabupaten
Karanganyar, tepatnya terletak di desa Jaten. Letak SD Negeri 02 Jaten sangat
strategis karena terletak di pinggir jalan raya Solo-Tawangmangu dan dekat
dengan kompleks perumahan Josroyo Karanganyar. Di sebelah utara, timur dan
barat berbatasan dengan rumah penduduk, sedangkan di sebelah selatan sekolahan
berbatasan dengan jalan raya Solo-Tawangmangu.
Sekolah Dasar Negeri 02 Jaten memiliki 8 ruang kelas yaitu kelas IA,
kelas IB, kelas II, kelas III, kelas IV, kelas V, dan kelas VI A serta kelas VIB.
Bangunan lain diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang
komputer, 1 ruang agama, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 kantin, tempat
parkir, kamar mandi guru dan siswa. SD Negeri 02 Jaten juga memiliki halaman
yang bergabung dengan SD Negeri 01 Jaten yang biasa digunakan untuk tempat
upacara, olahraga dan bermain siswa.
3. Keadaan Personil SD Negeri 02 Jaten
Data personil ketenagaan SD Negeri 02 Jaten pada tahun pelajaran
2010/2011 terdiri dari satu Kepala Sekolah, 8 guru kelas, 1 guru agama Islam, 1
guru agama Kristen, 1 guru penjaskes, 1 guru bahasa Inggris, 1 petugas
perpustakaan, 1 penjaga sekolah dan 1 guru tamu. Demi kelancaran program-
program sekolah dan semakin meningkatnya mutu pendidikan di Sekolah Dasar
Negeri 02 Jaten Karanganyar, maka segenap komponen pengelola sekolah, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kepala sekolah, komite sekolah, guru maupun karyawan senantiasa melaksanakan
tugas sesuai dengan tanggungjawab masing-masing sesuai dengan yang tertuang
dalam program kerja yang telah direncanakan pada setiap awal tahun pelajaran.
Mekanisme kerja segenap komponen pengelola Sekolah Dasar Negeri 02 Jaten
tersebut berada dibawah koordinasi dan pengawasan kepala sekolah.
4. Keadaan Siswa SD Negeri 02 Jaten
Pada tahun pelajaran 2010/2011, jumlah keseluruhan siswa SD Negeri 02
Jaten Karanganyar adalah tiga ratus delapan siswa yang terbagi delapan kelas.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut : kelas IA sebanyak tiga puluh dua
siswa, kelas IB sebanyak tiga puluh tiga, kelas II sebanyak empat puluh sembilan
siswa, kelas III sebanyak empat puluh delapan siswa, kelas IV sebanyak empat
puluh empat siswa, kelas V sebanyak empat puluh tujuh siswa, kelas VIA
sebanyak tiga puluh lima siswa, dan kelas VIB sebanyak dua puluh lima siswa.
Siswa SD Negeri 02 Jaten yang berjumlah tiga ratus delapan siswa sebagian besar
memeluk agama Islam. Latar belakang pekerjaan orang tua siswa sebagian besar
adalah swasta, karena sebagian besar daerah desa Jaten adalah perindustrian.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu melakukan
kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di
lapangan. Proses ini dilakukan melalui observasi dan tes awal pelajaran
matematika pokok bahasan bilangan pecahan di kelas V SD Negeri 02 Jaten
Karanganyar, dengan hasil awal antara lain: guru lebih banyak menggunakan
metode ceramah dalam menjelaskan materi pelajaran, kegiatan pembelajaran
kurang aktif, guru tidak menyiapkan media yang bervarisi dalam menjelaskan
materi pelajaran, guru kurang banyak memberikan contoh-contoh soal.
Sedangkan permasalahan yang ditemui pada diri siswa yaitu: siswa
kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran, siswa kurang memperhatikan
penjelasan dan tugas dari guru, siswa masih banyak yang takut untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan dari guru. Dari hasil evaluasi awal sebelum diterapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pembelajaran dengan metode STAD pada pelajaran matematika materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan menunjukan pemahaman konsep
siswa masih rendah, terutama pada pemahaman soal-soal berbentuk cerita. Hal ini
terbukti dari empat puluh tujuh siswa hanya 46,81% atau dua puluh dua siswa
yang mendapatkan nilai diatas batas KKM ( nilai 65 ), sedangkan sisanya ada
53,19% atau ada dua puluh lima siswa yang nilainya di bawah KKM.
Fakta hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar siswa
mendapatkan nilai rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita matematika masih kurang, maka perlu
ditingkatkan. Hasil nilai dari tindakan prasiklus penyelesaian soal cerita
matematika pada materi pecahan berdasarkan lampiran 1 dapat dilihat pada tabel 4
dibawah ini :
Tabel 4. Data Nilai Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika Pada
Materi Pecahan Tindakan Prasiklus di Kelas V SDN 02 Jaten Tahun
2011
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
1 70 T 17 70 T 33 50 TT
2 55 TT 18 60 TT 34 65 T
3 50 TT 19 50 TT 35 70 T
4 60 TT 20 60 TT 36 80 T
5 65 T 21 20 TT 37 60 TT
6 40 TT 22 65 T 38 70 T
7 65 T 23 70 T 39 65 T
8 50 TT 24 65 T 40 60 TT
9 70 T 25 70 T 41 70 T
10 60 TT 26 65 T 42 55 TT
11 60 TT 27 20 TT 43 35 TT
12 50 TT 28 70 T 44 75 T
13 65 T 29 60 TT 45 45 TT
14 65 T 30 30 TT 46 70 T
15 40 TT 31 65 T 47 55 TT
16 60 TT 32 30 TT
Jumlah Nilai 2975
Nilai Rata-Rata 63,29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Berdasarkan data nilai pada tabel 4 yang diperoleh pada tes awal dapat dibuat
tabel frekuensi seperti tabel 5 dibawah ini :
Tabel 5. Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan di kelas V SDN 02
Jaten tahun 2011
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Prosentase
1 11– 20 2 15,5 31 4,26%
2 21 – 30 2 25,5 51 4,26%
3 31 – 40 3 35,5 106,5 6,38%
4 41 – 50 6 45,5 273 12,77%
5 51 – 60 12 55,5 666 25,53%
6 61 – 70 20 65,5 1310 42,55%
7 71 – 80 2 75,5 151 4,26%
Nilai rata-rata kelas 55,07
Ketuntasan klasikal (22:47) x 100% = 46,81%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Berdasarkan tabel 5 tentang frekuensi nilai awal siswa dalam menyelesaikan soal
soal cerita matematika dapat digambarkan pada gambar 4 di bawah ini:
Gambar 4. Grafik Nilai Awal Siswa Sebelum Tindakan di kelas V SDN 02
Jaten tahun 2011
Berdasarkan data hasil tes awal pada lampiran 1 dapat disimpulkan hasil tes awal
seperti pada tabel 6 dibawah ini :
Tabel 6. Hasil Tes Awal di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 20
Nilai Tertinggi 80
Rata-Rata Nilai 55,07
Siswa Belajar Tuntas 46,81%
Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa, diperoleh nilai rata-rata
kemampuan awal siswa kelas V dalam menyelesaikan soal cerita matematika
yaitu 55,07. Dari hasil rata-rata nilai siswa tersebut ternyata masih di bawah nilai
rata-rata yang diinginkan dari pihak guru, sekolah dan peneliti yaitu 65. Besarnya
prosentase siswa tuntas belajar yaitu 46,81%, sedangkan ketuntasan siswa
diharapkan mencapai lebih dari 80%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka
penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika, khususnya pada materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Deskripsi Siklus I
a. Tindakan Siklus I
Deskripsi data tindakan siklus I terdiri dari paparan data perencanaan,
data tindakan, data observasi dan data refleksi.
1) Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai awal untuk melakukan
tindakan pada kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah persiapan
peneliti dalam tahap perencanaan antara lain adalah membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran.
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode
STAD, peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang kemudian
didiskusikan dengan guru kelas V. Selain itu perlu disiapkan media dan soal
berbentuk cerita yang akan digunakan dalam pembelajaran penjumlahan
pecahan. Pelaksanaan tindakan siklus I disepakati untuk dilaksanakan
menjadi dua kali pertemuan yang masing-masing pertemuan alokasi
waktunya 3x 35 menit yaitu pada hari Kamis tanggal 17 Februari 2011 dan
hari Sabtu tanggal 19 Februari 2011.
Peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
materi penjumlahan pecahan terutama dalam menyelesaikan soal cerita
matematika dengan menggunakan metode STAD.
Standar Kompetensi : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan-
bilangan pecahan .
Indikator :
Aspek kognitif :
a) Menyelesaikan penjumlahan pecahan dua variable dalam bentuk soal
cerita.
b) Menyelesaikan penjumlahan pecahan tiga variable dalam bentuk soal
cerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Aspek psikomotor :
c) Mampu menerapkan metode STAD dalam menyelesaikan penjumlahan
pecahan.
Aspek afektif :
d) Saling bekerja sama dengan teman kelompok dan membantu dalam
hitung penjumlahan pecahan.
2) Pelaksanaan Tindakan
Dalam siklus I ini dibagi menjadi dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama membahas tentang penjumlahan pecahan dua variabel yang
diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal cerita. Pertemuan kedua
membahas tentang penjumlahan pecahan tiga variabel yang diterapkan
dalam menyelesaikan soal-soal cerita.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode STAD, adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Pertemuan Pertama
Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian apersepsi. Apersepsi yang
dilakukan adalah siswa diajak pada satu hal yang sering dihadapi siswa
dalam kehidupan sehari-hari tentang pecahan.
Kegiatan intinya adalah melaksanakan pembelajaran mengenai
penjumlahan pecahan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
yang diterapkan dalam soal-soal cerita. Adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
(1) Guru mempresentasikan atau menjelaskan secara singkat tentang
penjumlahan pecahan dan cara menyelesaikan masalah penjumlahan
pecahan dalam kehidupan sehari-hari (soal cerita) dan menjelaskan
cara penilaian tim dalam kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
(2) Siswa dibagi menjadi kelompok dengan anggota tiap kelompok lima
siswa.
(3) Masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk dikerjakan
/diselesaikan secara berkelompok atau berdiskusi.
(4) Siswa dengan dibimbing guru melakukan diskusi.
(5) Guru memotivasi dan mengajak siswa untuk membantu teman
sekelompoknya yang belum paham cara menyelesaikanya agar bisa,
karena keberhasilan timnya nanti tergantung dari masing-masing
individu.
(6) Setelah diskusi selesai perwakilan dari masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kelompoknya.
(7) Siswa bersama guru mengulang kembali cara menyelesaikan
penjumlahan pecahan yang diterapkan dalam masalah kehidupan
sehari-hari (soal cerita).
Kegiatan penutup adalah melaksanakan kuis atau evaluasi secara
individu dan hasilnya digunakan untuk perolehan nilai kelompok. Setelah
kuis selesai dan diperoleh hasil nilai kelompok maka guru memberikan
penghargaan pada kelompok yang mendapat nilai terbanyak I, II dan III.
b) Pertemuan kedua
Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa , menyampaikan
tujuan pembelajaran kemudian apersepsi. Apersepsi yang dilakukan adalah
siswa diajak pada satu hal yang sering dihadapi siswa dalam kehidupan
sehari-hari tentang pecahan serta mengulang kembali materi penjumlahan
pecahan dua variabel.
Kegiatan intinya adalah melaksanakan pembelajaran mengenai
penjumlahan pecahan tiga variabel dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari yang diterapkan dalam soal-soal cerita. Adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
(1) Guru mempresentasikan atau menjelaskan secara singkat tentang
penjumlahan pecahan dan cara menyelesaikan masalah penjumlahan
pecahan dalam kehidupan sehari-hari (soal cerita) dan menjelaskan cara
penilaian tim dalam kelompok.
(2) Siswa dibagi menjadi kelompok dengan anggota tiap kelompok lima
siswa.
(3) Masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk dikerjakan
/diselesaikan secara berkelompok atau berdiskusi.
(4) Siswa dengan dibimbing guru melakukan diskusi.
(5) Guru memotivasi dan mengajak siswa untuk membantu teman
sekelompoknya yang belum paham cara menyelesaikanya agar bisa,
karena keberhasilan timnya nanti tergantung dari masing-masing
individu.
(6) Setelah diskusi selesai perwakilan dari masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kelompoknya.
(7) Siswa bersama guru mengulang kembali cara menyelesaikan
penjumlahan pecahan yang diterapkan dalam masalah kehidupan
sehari-hari (soal cerita).
Kegiatan penutup adalah melaksanakan kuis atau evaluasi secara
individu dan hasilnya digunakan untuk perolehan nilai kelompok. Setelah
kuis selesai dan diperoleh hasil nilai kelompok maka guru memberikan
penghargaan pada kelompok yang mendapat nilai terbanyak dan kelompok
yang memiliki skor kemajuan tertinggi. Hasil dari pertemuan kedua ini
dipakai sebagai nilai siklus I.
3) Observasi
Dalam tahap observasi guru kelas melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan
kemampuan penyelesaian soal cerita dengan menerapkan metode STAD,
yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar
observasi/pengamatan dan dokumentasi berupa foto dan rekaman. Dalam
tahap ini yang menjadi observer adalah wali kelas V SDN 02 Jaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Karanganyar. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai
kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
Selain itu observasi juga dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa selama
mengikuti pembelajaran dengan menerapkan metode STAD untuk dapat
meningkatkan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada siswa
kelas V SDN 02 Jaten Karanganyar.
Dari data-data hasil observasi siklus I, diperoleh hasil sebagai
berikut:
a) Kegiatan Siswa ( Lampiran 4 )
(1) Kedisiplinan siswa memperoleh skor dua, (2) kesiapan siswa
menerima pelajaran memperoleh skor tiga, (3) keaktifan siswa
memperoleh skor tiga, (4) kemampuan siswa melakukan diskusi
memperoleh skor dua, (5) kemampuan siswa menjawab pertanyaan
dalam diskusi memperoleh skor dua, (6) keadaan siswa dengan
lingkungan belajar memperoleh skor tiga, (7) kemampuan siswa
mengerjakan tes individu memperoleh skor tiga, (8) skor kegiatan siswa
pada siklus I adalah delapan belas (baik).
b) Kegiatan Guru ( Lampiran 5 )
(1) Persiapan memulai kegiatan pembelajaran memperoleh skor tiga,
(2) pengelolaan kelas memperoleh skor tiga, (3) pengelolaan waktu
dalam proses pembelajaran memperoleh skor tiga, (4) kegiatan
apersepsi memperoleh skor tiga, (5) kegiatan penyampaian materi
melalui penerapan metode STAD memperoleh skor empat, (6) kegiatan
tanya jawab memperoleh skor tiga, (7) diskusi dan penjelasan konsep
memperoleh skor tiga, (8) perhatian guru terhadap siswa memperoleh
skor tiga, (9) pengembangan aplikasi memperoleh skor sangat tiga, (10)
kemampuan menutup pelajaran memperoleh skor tiga, (11) skor
kegiatan guru pada siklus I adalah tiga puluh satu (sangat baik).
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan menggunakan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
STAD pada siklus I dapat ditarik simpulan keaktifan siswa walaupun baik
tetapi belum maksimal, dan hasil yang diharapkan belum dapat dicapai
dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi pembagian siswa dalam kelompok
sudah cukup heterogen, siswa dikelompokan berdasarkan kemampuan awal.
Pembagian kelompok dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini :
Tabel 7. Pembagian Tim Siswa dalam penerapan metode STAD di kelas V
SDN 02 Jaten tahun 2011
No Keterangan Nama Siswa Nama Tim
1
Kelas Atas
Robiatul Adawiyah A
2 Aditya Febriyanto B
3 Arimbi Nierma C
4 Rufaidah Fajriati A D
5 Dwi Saputri E
6 Risna Anggreni F
7 Adita Leila Tama G
8 Ardian Syah Yudistira H
9 Novia Jaya Pradana I
10 Ibnu Edi Ashari J
11
Kelas Sedang
Tasya Putri K J
12 Aprillia Cindy P I
13 Desinta Bunga W H
14 Adevia Nugroho G
15 Yusnita Handayani F
16 Yuli Anung Anindita E
17 Meyda Rupawaningsih D
18 Rani Dwi Kasturi C
19 Maulina Tiara Dewi B
20 Essly Imandika K.P A
21 Robi Damarjati A
22 Sofia Nur Indah Prana B
23 Puri Anggriyani C
24 Ana Mardiana D
25 Rahardian Digdo D E
26 Alfrida Dyah Pangesti F
27 Nonne Rosalia Sarjoko G
28 Rega Kusnaedi H
29 Milinea Suci R I
30 Gebby Ardi Pratiwi J
31 Amelia Risky R J
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
32 Vivi Yuasnita R I
33 Nur Isnaini C H
34 Much. Ikhsan Triyono G
35 Davit Adetyas F
36 Auriel Wening S.A E
37 Taufik Nur Hidayah D
38 Dwiky Irsyad Fadillah C
39 Tiara Nur Fitri B
40 Haris Yusuf Aditia A
41
Kelas Bawah
Jundi Al Faris A
42 Ronaldo Febri Lailatin B
43 Fatma Ayub Khotimah C
44 Edy Sugiarto D
45 Teguh Widodo E
46 Wahyu Bangkit Safei F
47 Wisnu Cahyo Mukti G
4) Analisis dan Refleksi
Dari hasil penelitian siklus I kemudian dilakukan analisis dan
refleksi hasil pembelajaran. Dari hasil observasi kegiatan siswa dalam
mengikuti pembelajaran sudah baik selama pembelajaran berlangsung,
untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran. Pada siklus I didapatkan
ketuntasan hasil belajar siswa hanya 63,83%, sehingga masih belum
mencapai target penelitian 80%. Dengan belum tercapainya target
ketuntasan minimal maka penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b. Hasil Tindakan Siklus I
1) Pertemuan Pertama
Dari penelitian yang dilakukan pada siklus I pertemuan pertama,
berdasarkan lampiran 6 diperoleh data nilai pada tabel 8 dibawah ini :
Tabel 8. Nilai Pertemuan pertama Siklus 1 dalam penerapan metode STAD
di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
1 70 T 17 75 T 33 60 TT
2 65 T 18 60 TT 34 65 T
3 60 TT 19 60 TT 35 75 T
4 65 T 20 70 T 36 85 T
5 70 T 21 35 TT 37 60 TT
6 50 TT 22 65 T 38 75 T
7 70 T 23 70 T 39 65 T
8 60 TT 24 65 T 40 60 TT
9 75 T 25 75 T 41 70 T
10 65 T 26 65 T 42 60 TT
11 60 TT 27 40 TT 43 40 TT
12 60 TT 28 70 T 44 75 T
13 70 T 29 65 TT 45 60 TT
14 70 T 30 45 TT 46 80 T
15 40 TT 31 65 T 47 60 TT
16 60 TT 32 50 TT
Jumlah Nilai 2975
Nilai Rata-Rata 63,29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Dari data nilai pada tabel 8 diatas maka dapat dibuat tabel frekuensi
seperti tabel 9 dibawah ini :
Tabel 9. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Pertama Siklus I dalam penerapan
metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi Prosentase
1 31 – 40 4 35,5 142 8,51%
2 41 – 50 3 45,5 136,5 6,38%
3 51 – 60 13 55,5 721,5 27,66%
4 61 – 70 19 65,5 1244,5 40,43%
5 71 – 80 7 75,5 528,5 14,89%
6 81 − 90 1 85,5 85,5 2,13%
Nilai rata-rata kelas 60,82
Ketuntasan klasikal (27:47) x 100% = 57,45%
Berdasarkan tabel 9 di atas maka nilai pertemuan pertama siklus I dapat
digambarkan seperti pada gambar 5 dibawah ini :
Gambar 5. Grafik Nilai Pertemuan Pertama Siklus I dalam penerapan
metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Berdasarkan data hasil pertemuan pertama siklus I pada lampiran 6, maka
dapat dibuat data seperti tabel 10 dibawah ini :
Tabel 10. Hasil Pertemuan Pertama Siklus I dalam penerapan metode
STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 35
Nilai Tertinggi 85
Rata-Rata Nilai 60,82
Siswa Belajar Tuntas 57,45%
2) Pertemuan Kedua
Dari penelitian yang dilakukan pada siklus I pertemuan kedua, berdasarkan
lampiran 7 diperoleh data nilai pada tabel 11 dibawah ini :
Tabel 11. Nilai Pertemuan kedua Siklus 1 dalam penerapan metode STAD
di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
1 70 T 17 70 T 33 60 TT
2 60 TT 18 65 T 34 70 T
3 65 T 19 55 TT 35 70 T
4 65 T 20 70 T 36 85 T
5 70 T 21 30 TT 37 65 T
6 55 TT 22 65 T 38 70 T
7 60 TT 23 80 T 39 70 T
8 60 TT 24 70 T 40 65 T
9 75 T 25 70 T 41 65 T
10 60 TT 26 65 T 42 60 TT
11 70 T 27 30 TT 43 50 TT
12 60 TT 28 70 T 44 70 T
13 65 T 29 70 T 45 60 TT
14 70 T 30 50 TT 46 75 T
15 50 TT 31 70 T 47 55 TT
16 65 T 32 60 TT
Jumlah Nilai 3000
Nilai Rata-Rata 63,83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dari data nilai pada tabel 11 diatas maka dapat dibuat tabel frekuensi seperti
tabel 12 dibawah ini :
Tabel 12. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Kedua Siklus I dalam
penerapan metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi Prosentase
1 21 – 30 2 25,5 51 4,26%
2 31 – 40 0 35,5 0 0%
3 41 – 50 3 45,5 136,5 6,38%
4 51 – 60 12 55,5 666 25,53%
5 61 – 70 26 65,5 1703 55,32%
6 71 – 80 3 75,5 226,5 6,38%
7 81 − 90 1 85,5 85,5 2,13%
Nilai rata-rata kelas 61,03
Ketuntasan klasikal (30:47) x 100% = 63,83%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan tabel 12 di atas maka nilai pertemuan kedua siklus I dalam
menyelesaikan soal-soal cerita matematika dapat digambarkan pada gambar
6 di bawah ini :
Gambar 6. Grafik Nilai Pertemuan Kedua Siklus I dalam penerapan
metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Berdasarkan data hasil pertemuan kedua siklus I pada lampiran 7, maka
dapat dibuat data seperti tabel 13 dibawah ini :
Tabel 13. Hasil Pertemuan Kedua Siklus I dalam penerapan metode STAD
di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 30
Nilai Tertinggi 85
Rata-Rata Nilai 61,03
Siswa Belajar Tuntas 63,83%
Dari hasil evaluasi siklus I yang dilakukan pada pertemuan pertama
sampai pertemuan kedua maka dapat ditarik satu kesimpulan, pada siklus I
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika terutama
tentang penjumlahan pecahan masih belum sesuai dengan yang diharapan.
Dari penelitian siklus I diperoleh data rata-rata kelas 61,03, ketuntasan
klasikal yang diperoleh adalah 63,83% atau 30 siswa mencapai batas nilai
KKM, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 36,17% atau 17 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan hasil di atas maka penelitian ini harus dilanjutkan ke
siklus berikutnya yaitu siklus II, karena ketuntasan klasikal siklus I belum
mencapai ketuntasan klasikal minimal. Jika dibandingkan siklus I dengan
kondisi awal sebelum tindakan sudah mengalami peningkatan. Berdasarkan
lampiran 20 perbandingan siklus I dan kondisi awal dapat dilihat pada
gambar 7 dibawah ini :
Gambar 7. Grafik Perbandingan Keadaan Awal dan Siklus I dalam
penerapan metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Berdasarkan data pada kondisi awal sebelum tindakan dan siklus I
maka dapat diperoleh juga data penilaian tim yang diambil dari nilai
individu anggota tim / kelompok. Berdasarkan nilai dari masing-masing tim
/ kelompok pada lampiran 21 dapat dilihat pada tabel 14 dibawah ini :
Tabel 14. Skor Kemajuan Kelompok Siklus I dalam penerapan metode
STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Nama Tim Total Skor
Tim
Rata-rata
Tim
Skor
psikomotor
Skor
akhir
Penghargaan
Hitam 90 18 68,33 43,165 Tim 9
Cokelat 110 22 73,33 47,665 Tim 3
Merah 110 22 71,67 46,835 Tim 5
Orange 120 24 78,33 51,165 Tim 1
Kuning 100 20 70 45 Tim 6
Hijau 90 18 71,67 44,835 Tim 7
Biru 90 18 78,33 48,165 Tim 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Ungu 80 20 66,67 43,335 Tim 8
Abu-abu 80 20 65 42.5 Tim 10
Putih 90 22.5 71,67 47,085 Tim 4
Berdasarkan tabel 10 diatas, skor kemajuan kelompok yang paling
tinggi yaitu kelompok Orange. Tertinggi kedua yaitu kelompok Biru,
tertinggi ketiga kelompok Cokelat, tertinggi keempat kelompok Putih,
tertinggi kelima kelompok Merah, tertinggi keenam kelompok Kuning,
tertinggi ketujuh kelompok Hijau, tertinggi kedelapan kelompok Ungu,
tertinggi kesembilan kelompok Hitam, dan tertingi terakhir diduduki oleh
kelompok Abu-abu.
3. Deskripsi Siklus II
a. Tindakan Siklus II
Deskripsi data tindakan siklus II terdiri dari paparan data perencanaan,
data tindakan, data observasi dan data refleksi.
1) Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai awal untuk melakukan
tindakan pada kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah persiapan
peneliti dalam tahap perencanaan antara lain adalah membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan metode STAD, peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
yang kemudian didiskusikan dengan guru kelas V yang akan melaksanakan
pembelajaran.
Selain itu perlu disiapkan media dan soal berbentuk cerita yang
akan digunakan oleh guru kelas V dalam pembelajaran pengurangan
pecahan. Pelaksanaan tindakan siklus II disepakati untuk dilaksanakan
menjadi dua kali pertemuan yang masing-masing pertemuan alokasi
waktunya 3 x 35 menit yaitu pada hari Selasa tanggal 22 Februari 2011 dan
hari Kamis tanggal 24 Februari 2011.
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
SD kelas V, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
materi pengurangan pecahan terutama dalam menyelesaikan soal cerita
matematika dengan menggunakan metode STAD.
Standar Kompetensi : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan-
bilangan pecahan
Indikator :
Aspek kognitif :
a) Menyelesaikan pengurangan pecahan dua variable dalam bentuk soal
cerita.
b) Menyelesaikan pengurangan pecahan tiga variable dalam bentuk soal
cerita.
Aspek psikomotor :
c) Mampu menerapkan metode STAD dalam menyelesaikan pengurangan
pecahan.
Aspek afektif :
d) Saling bekerja sama dengan teman kelompok dan membantu dalam
hitung pengurangan pecahan.
2) Pelaksanaan Tindakan
Dalam siklus II ini dibagi menjadi dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama membahas tentang pengurangan pecahan dua variabel dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang diterapkan dalam
menyelesaikan soal-soal cerita. Pertemuan kedua membahas tentang
pengurangan pecahan tiga variabel dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari yang diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal cerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode STAD, adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Pertemuan Pertama
Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian apersepsi. Apersepsi yang
dilakukan adalah siswa diajak pada satu hal yang sering dihadapi siswa
dalam kehidupan sehari-hari tentang pecahan.
Sedangkan kegiatan intinya adalah melaksanakan pembelajaran
mengenai pengurangan pecahan dua variabel dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari yang diterapkan dalam soal-soal cerita. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
(1) Guru mempresentasikan atau menjelaskan secara singkat tentang
pengurangan pecahan dua variabel dan cara menyelesaikan masalah
pengurangan pecahan dalam kehidupan sehari-hari (soal cerita) dan
menjelaskan cara penilaian tim dalam kelompok.
(2) Siswa dibagi menjadi kelompok dengan anggota tiap kelompok lima
siswa.
(3) Masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk dikerjakan
/diselesaikan secara berkelompok atau berdiskusi, soal yang
dikerjakan tiap kelompok tidak sama.
(4) Siswa dengan dibimbing guru melakukan diskusi.
(5) Guru memotivasi dan mengajak siswa untuk membantu teman
sekelompoknya yang belum paham cara menyelesaikanya agar bisa,
karena keberhasilan timnya nanti tergantung dari masing-masing
individu.
(6) Setelah diskusi selesai perwakilan dari masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
(7) Siswa bersama guru mengulang kembali cara menyelesaikan
pengurangan pecahan yang diterapkan dalam masalah kehidupan
sehari-hari (soal cerita).
Kegiatan penutup adalah melaksanakan kuis atau evaluasi secara
individu dan hasilnya digunakan untuk perolehan nilai kelompok. Setelah
kuis selesai dan diperoleh hasil nilai kelompok maka guru memberikan
penghargaan pada kelompok yang mendapat nilai terbanyak I, II dan III.
b) Pertemuan kedua
Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian apersepsi. Apersepsi yang
dilakukan adalah siswa diajak pada satu hal yang sering dihadapi siswa
dalam kehidupan sehari-hari tentang pecahan serta mengulang kembali
materi pengurangan pecahan dua variabel.
Sedangkan kegiatan intinya adalah melaksanakan pembelajaran
mengenai pengurangan pecahan tiga variabel dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari yang diterapkan dalam soal-soal cerita. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
(1) Guru mempresentasikan atau menjelaskan secara singkat tentang
pengurangan pecahan dua variabel dan cara menyelesaikan masalah
pengurangan pecahan dalam kehidupan sehari-hari (soal cerita) dan
menjelaskan cara penilaian tim dalam kelompok.
(2) Siswa dibagi menjadi kelompok dengan anggota tiap kelompok lima
siswa.
(3) Masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk dikerjakan
/diselesaikan secara berkelompok atau berdiskusi, soal tiap
kelompok berbeda.
(4) Siswa dengan dibimbing guru melakukan diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
(5) Guru memotivasi dan mengajak siswa untuk membantu teman
sekelompoknya yang belum paham cara menyelesaikanya agar bisa,
karena keberhasilan timnya nanti tergantung dari masing-masing
individu.
(6) Setelah diskusi selesai perwakilan dari masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kelompoknya.
(7) Siswa bersama guru mengulang kembali cara menyelesaikan
pengurangan pecahan yang diterapkan dalam masalah kehidupan
sehari-hari (soal cerita).
Kegiatan penutup adalah melaksanakan kuis atau evaluasi secara
individu dan hasilnya digunakan untuk perolehan nilai kelompok. Setelah
kuis selesai dan diperoleh hasil nilai kelompok maka guru memberikan
penghargaan pada kelompok yang mendapat nilai terbanyak serta
memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor
kemajuan tetinggi. Hasil dari pertemuan kedua ini digunakan sebagai nilai
siklus II.
3) Observasi
Dalam tahap observasi guru kelas melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan
kemampuan penyelesaian soal cerita dengan menerapkan metode STAD,
yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar
observasi/pengamatan dan dokumentasi berupa foto dan rekaman. Dalam
tahap ini yang menjadi observer adalah wali kelas V SDN 02 Jaten
Karanganyar. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai
kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
Selain itu observasi juga dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa selama
mengikuti pembelajaran dengan menerapkan metode STAD untuk dapat
meningkatkan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada siswa
kelas V SDN 02 Jaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dari data-data hasil observasi siklus II, diperoleh hasil sebagai
berikut:
a) Kegiatan Siswa ( Lampiran 10 )
(1) Kedisiplinan siswa memperoleh skor tiga, (2) kesiapan siswa
menerima pelajaran memperoleh skor tiga, (3) keaktifan siswa
memperoleh skor tiga, (4) kemampuan siswa melakukan diskusi
memperoleh skor tiga, (5) kemampuan siswa menjawab pertanyaan
dalam diskusi memperoleh skor dua, (6) keadaan siswa dengan
lingkungan belajar memperoleh skor tiga, (7) kemampuan siswa
mengerjakan tes individu memperoleh skor tiga, (8) skor kegiatan siswa
pada siklus II adalah dua puluh (baik).
b) Kegiatan Guru ( Lampiran 11 )
(1) Persiapan memulai kegiatan pembelajaran memperoleh skor tiga,
(2) pengelolaan kelas memperoleh skor empat, (3) pengelolaan waktu
dalam proses pembelajaran memperoleh skor tiga, (4) kegiatan
apersepsi memperoleh skor tiga, (5) kegiatan penyampaian materi
melalui penerapan metode STAD memperoleh skor empat, (6) kegiatan
tanya jawab memperoleh skor empat, (7) diskusi dan penjelasan konsep
memperoleh skor tiga, (8) perhatian guru terhadap siswa memperoleh
skor tiga, (9) pengembangan aplikasi memperoleh skor sangat tiga, (10)
kemampuan menutup pelajaran memperoleh skor tiga, (11) skor
kegiatan guru pada siklus II adalah tiga puluh tiga (sangat baik).
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan menggunakan metode
STAD pada siklus II dapat ditarik simpulan keaktifan siswa sudah baik
tetapi belum maksimal dalam hal menjawab pertanyaan ketika diskusi
kelompok.
4) Analisis dan Refleksi
Dari hasil penelitian siklus II kemudian dilakukan analisis dan
refleksi hasil pembelajaran. Dari hasil observasi kegiatan siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
mengikuti pembelajaran sudah baik selama pembelajaran berlangsung,
untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran 10. Pada siklus II
didapatkan ketuntasan hasil belajar siswa hanya 74,47%, sehingga masih
belum mencapai target penelitian 80%. Dengan belum tercapainya target
ketuntasan minimal maka penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus III.
b. Hasil Tindakan Siklus II
1) Pertemuan Pertama
Dari penelitian yang dilakukan pada siklus II pertemuan pertama,
berdasarkan lampiran 12 diperoleh data nilai pada tabel 15 dibawah ini :
Tabel 15. Nilai Pertemuan pertama Siklus II dalam penerapan metode
STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
1 75 T 17 70 T 33 55 TT
2 60 TT 18 60 TT 34 70 T
3 70 T 19 60 TT 35 80 T
4 65 T 20 80 T 36 85 T
5 75 T 21 40 TT 37 75 T
6 50 TT 22 65 T 38 80 T
7 75 T 23 80 T 39 70 T
8 55 TT 24 75 T 40 50 TT
9 85 T 25 75 T 41 75 T
10 70 T 26 70 T 42 70 T
11 75 T 27 30 TT 43 50 TT
12 60 TT 28 80 T 44 75 T
13 65 T 29 75 T 45 65 T
14 75 T 30 50 TT 46 80 T
15 60 TT 31 75 T 47 55 TT
16 70 T 32 60 TT
Jumlah Nilai 3180
Nilai Rata-Rata 67,66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Dari data nilai pada tabel 15 diatas maka dapat dibuat tabel frekuensi seperti
tabel 16 dibawah ini.
Tabel 16. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Pertama Siklus II dalam
penerapan metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Prosentase
1 31 – 40 1 35,5 35,5 2,13%
2 41 – 50 5 45,5 227,5 10,64%
3 51 – 60 9 55,5 499,5 19,15%
4 61 – 70 12 65,5 786 25,53%
5 71 – 80 18 75,5 1359 38,30%
6 81 − 90 2 85,5 171 4,26%
Nilai rata-rata kelas 65,5
Ketuntasan klasikal (32:47) x 100% = 68,09%
Berdasarkan tabel 16 tentang frekuensi nilai pertemuan pertama siklus II
dalam menyelesaikan soal-soal cerita matematika dapat digambarkan seperti
pada gambar 8 dibawah ini :
Gambar 8. Grafik Nilai Pertemuan Pertama Siklus II dalam penerapan
metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Berdasarkan data nilai pertemuan pertama siklus II pada lampiran 12, maka
dapat dibuat tabel seperti pada tabel 17 dibawah ini :
Tabel 17. Hasil Pertemuan Pertama Siklus II dalam penerapan metode
STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 40
Nilai Tertinggi 85
Rata-Rata Nilai 65,5
Siswa Belajar Tuntas 68,09%
2) Pertemuan Kedua
Dari penelitian yang dilakukan pada siklus II pertemuan kedua, berdasarkan
lampiran 13 diperoleh data nilai pada tabel 18 dibawah ini :
Tabel 18. Nilai Pertemuan kedua Siklus II dalam penerapan metode STAD
di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
1 75 T 17 75 T 33 60 TT
2 70 T 18 60 TT 34 70 T
3 75 T 19 65 T 35 80 T
4 70 T 20 75 T 36 90 T
5 70 T 21 60 TT 37 70 T
6 60 TT 22 70 T 38 80 T
7 70 T 23 80 T 39 65 T
8 60 TT 24 85 T 40 60 TT
9 80 T 25 80 T 41 80 T
10 70 T 26 70 T 42 75 T
11 80 T 27 55 TT 43 60 TT
12 65 T 28 70 T 44 80 T
13 70 T 29 75 T 45 70 T
14 80 T 30 60 TT 46 85 T
15 55 TT 31 75 T 47 60 TT
16 70 T 32 55 TT
Jumlah Nilai 3315
Nilai Rata-Rata 70,53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Dari data nilai pada tabel 18 diatas maka dapat dibuat tabel frekuensi seperti
tabel 19 dibawah ini.
Tabel 19. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Kedua Siklus II dalam
penerapan metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Prosentase
1 51 – 60 12 55,5 666 25,53%
2 61 – 70 16 65,5 1048 34,04%
3 71 – 80 16 75,5 1208 34,04%
4 81 − 90 3 85,5 256,5 6,38%
Nilai rata-rata kelas 67,63
Ketuntasan klasikal (35:47) x 100% = 74,47%
Berdasarkan tabel 19 tentang frekuensi nilai pertemuan kedua siklus II
dalam menyelesaikan soal-soal cerita matematika dapat digambarkan pada
gambar 9 dibawah ini :
Gambar 9. Grafik Nilai Pertemuan Kedua Siklus II dalam penerapan
metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berdasarkan data lampiran 13, maka dapat dibuat tabel seperti tabel 20
dibawah ini :
Tabel 20. Hasil Pertemuan Kedua Siklus II dalam penerapan metode
STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 55
Nilai Tertinggi 90
Rata-Rata Nilai 67,63
Siswa Belajar Tuntas 74,47%
Dari hasil evaluasi siklus II yang dilakukan pada pertemuan
pertama sampai pertemuan kedua maka dapat ditarik satu kesimpulan, pada
siklus II kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika
terutama tentang penjumlahan pecahan masih belum sesuai dengan yang
diharapan. Dari penelitian siklus II diperoleh data rata-rata kelas 67,63,
ketuntasan klasikal yang diperoleh adalah 74,47% atau 35 siswa mencapai
batas nilai KKM, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 25,53% atau
12 siswa.
Berdasarkan hasil di atas maka penelitian ini harus dilanjutkan ke
siklus berikutnya yaitu siklus III, karena ketuntasan klasikal siklus II belum
mencapai ketuntasan klasikal minimal. Jika dibandingkan siklus II dengan
kondisi awal dan Siklus I sudah mengalami peningkatan. Berdasarkan
lampiran 20 perbandingan siklus II dengan kondisi awal dan siklus I dapat
dilihat pada gambar 10 dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Gambar 10. Grafik Perbandingan Keadaan Awal, Siklus I dan Siklus II
dalam penerapan metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten
tahun 2011
Berdasarkan data pada kondisi awal sebelum tindakan, siklus I dan
siklus II maka dapat diperoleh juga data penilaian tim yang diambil dari
nilai individu anggota tim / kelompok. Berdasarkan nilai dari masing-
masing tim / kelompok pada lampiran 21 dapat dilihat pada tabel 21
dibawah ini :
Tabel 21. Skor Kemajuan Kelompok Siklus II dalam penerapan metode
STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Nama
Tim
Total Skor
Tim
Rata-rata
Tim
Skor
Psikomotor
Skor akhir
Penghargaan
Hitam 110 22 76,67 49,335 Tim 6
Cokelat 120 24 78,33 51,165 Tim 4
Merah 110 22 76,67 49,335 Tim 7
Orange 120 24 81,67 52,835 Tim 2
Kuning 120 24 76,67 50,335 Tim 5
Hijau 130 26 81,67 53,835 Tim 1
Biru 110 22 81,67 51,835 Tim 3
Ungu 70 17.5 80 48,75 Tim 8
Abu-abu 90 22.5 71,67 47,085 Tim 10
putih 90 22.5 75 48,75 Tim 9
Berdasarkan tabel 21, skor kemajuan kelompok yang paling tinggi
yaitu kelompok Hijau. Tertinggi kedua yaitu kelompok Orange, tertinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
ketiga kelompok Biru, tertinggi keempat kelompok Cokelat, tertinggi
kelima kelompok Kuning, tertinggi keenam kelompok Hitam, tertinggi
ketujuh kelompok Merah, tertinggi kedelapan kelompok Ungu, tertinggi
kesembilan kelompok Putih, dan tertingi terakhir diduduki oleh kelompok
Abu-abu.
4. Deskripsi Siklus III
a. Tindakan Siklus III
Deskripsi data tindakan siklus III terdiri dari paparan data perencanaan,
data tindakan, data observasi dan data refleksi.
1) Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai awal untuk melakukan
tindakan pada kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah persiapan
peneliti dalam tahap perencanaan antara lain adalah membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan metode STAD, peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
yang kemudian didiskusikan dengan guru kelas V yang akan melaksanakan
pembelajaran. Selain itu perlu disiapkan media dan soal berbentuk cerita
yang akan digunakan oleh guru kelas V dalam pembelajaran penjumlahan
pecahan.
Pelaksanaan tindakan siklus III disepakati untuk dilaksanakan
menjadi dua kali pertemuan yang masing-masing pertemuan alokasi
waktunya 3 x 35 menit yaitu pada hari Selasa tanggal 1 Maret 2011 dan hari
Kamis tanggal 3 Maret 2011.
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
SD kelas V, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
materi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan terutama
dalam menyelesaikan soal cerita matematika dengan menggunakan metode
STAD.
Standar Kompetensi : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan-
bilangan pecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Indikator :
Aspek kognitif :
a) Menyelesaikan hitung campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan
dalam bentuk soal cerita.
Aspek psikomotor :
b) Mampu menerapkan metode STAD dalam menyelesaikan soal
campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Aspek afektif :
c) Saling bekerja sama dengan teman kelompok dan membantu dalam
hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan.
2) Pelaksanaan Tindakan
Dalam siklus III ini dibagi menjadi dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama membahas tentang hitung campuran penjumlahan dan pengurangan
pecahan yang diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal cerita. Pertemuan
kedua masih sama yaitu membahas tentang hitung campuran penjumlahan
dan pengurangan pecahan yang diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal
cerita.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode STAD, adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Pertemuan Pertama
Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian apersepsi. Apersepsi yang
dilakukan adalah siswa diajak pada satu hal yang sering dihadapi siswa
dalam kehidupan sehari-hari tentang pecahan.
Sedangkan kegiatan intinya adalah melaksanakan pembelajaran
mengenai hitung campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang diterapkan dalam soal-
soal cerita. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
(1) Guru mempresentasikan atau menjelaskan secara singkat tentang
hitung campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan serta cara
menyelesaikan masalah penjumlahan dan pengurangan pecahan
dalam kehidupan sehari-hari (soal cerita) dan menjelaskan cara
penilaian tim dalam kelompok.
(2) Siswa dibagi menjadi kelompok dengan anggota tiap kelompok lima
siswa.
(3) Masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk dikerjakan
/diselesaikan secara berkelompok atau berdiskusi, soal yang
dikerjakan tiap kelompok tidak sama.
(4) Siswa dengan dibimbing guru melakukan diskusi.
(5) Guru memotivasi dan mengajak siswa untuk membantu teman
sekelompoknya yang belum paham cara menyelesaikanya agar bisa,
karena keberhasilan timnya nanti tergantung dari masing-masing
individu.
(6) Setelah diskusi selesai perwakilan dari masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kelompoknya.
(7) Siswa bersama guru mengulang kembali cara menyelesaikan hitung
campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan yang diterapkan
dalam masalah kehidupan sehari-hari (soal cerita).
Kegiatan penutup adalah melaksanakan kuis atau evaluasi secara
individu dan hasilnya digunakan untuk perolehan nilai kelompok. Setelah
kuis selesai dan diperoleh hasil nilai kelompok maka guru memberikan
penghargaan pada kelompok yang mendapat nilai terbanyak I, II dan III.
b) Pertemuan kedua
Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa ,
menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian apersepsi. Apersepsi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
dilakukan adalah siswa diajak pada satu hal yang sering dihadapi siswa
dalam kehidupan sehari-hari tentang pecahan serta mengulang kembali
materi pada pertemuan sebelumnya.
Sedangkan kegiatan intinya adalah melaksanakan pembelajaran
mengenai hitung campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang diterapkan dalam soal-
soal cerita. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
(1) Guru mempresentasikan atau menjelaskan secara singkat tentang
hitung campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan serta cara
menyelesaikan masalah penjumlahan dan pengurangan pecahan
dalam kehidupan sehari-hari (soal cerita) dan menjelaskan cara
penilaian tim dalam kelompok.
(2) Siswa dibagi menjadi kelompok dengan anggota tiap kelompok lima
siswa.
(3) Masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk dikerjakan
/diselesaikan secara berkelompok atau berdiskusi, soal tiap
kelompok berbeda.
(4) Siswa dengan dibimbing guru melakukan diskusi.
(5) Guru memotivasi dan mengajak siswa untuk membantu teman
sekelompoknya yang belum paham cara menyelesaikanya agar bisa,
karena keberhasilan timnya nanti tergantung dari masing-masing
individu.
(6) Setelah diskusi selesai perwakilan dari masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kelompoknya.
(7) Siswa bersama guru mengulang kembali cara menyelesaikan hitung
campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan yang diterapkan
dalam masalah kehidupan sehari-hari (soal cerita).
Kegiatan penutup adalah melaksanakan kuis atau evaluasi secara
individu dan hasilnya digunakan untuk perolehan nilai kelompok. Setelah
kuis selesai dan diperoleh hasil nilai kelompok maka guru memberikan
penghargaan pada kelompok yang mendapat nilai terbanyak serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor
kemajuan tetinggi. Hasil dari pertemuan kedua ini digunakan sebagai
nilai siklus III.
3) Observasi
Dalam tahap observasi guru kelas melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan
kemampuan penyelesaian soal cerita dengan menerapkan metode STAD,
yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar
observasi/pengamatan dan dokumentasi berupa foto dan rekaman. Dalam
tahap ini yang menjadi observer adalah wali kelas V SDN 02 Jaten
Karanganyar. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai
kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
Selain itu observasi juga dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa selama
mengikuti pembelajaran dengan menerapkan metode STAD untuk dapat
meningkatkan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada siswa
kelas V SDN 02 Jaten Karanganyar.
Dari data-data hasil observasi siklus III, diperoleh hasil sebagai
berikut:
a) Kegiatan Siswa ( Lampiran 16 )
(1) Kedisiplinan siswa memperoleh skor tiga, (2) kesiapan siswa
menerima pelajaran memperoleh skor empat, (3) keaktifan siswa
memperoleh skor tiga, (4) kemampuan siswa melakukan diskusi
memperoleh skor empat, (5) kemampuan siswa menjawab pertanyaan
dalam diskusi memperoleh skor tiga, (6) keadaan siswa dengan
lingkungan belajar memperoleh skor tiga, (7) kemampuan siswa
mengerjakan tes individu memperoleh skor empat, (8) skor kegiatan
siswa pada siklus III adalah dua puluh empat (sangat baik).
b) Kegiatan Guru ( Lampiran 17 )
(1) Persiapan memulai kegiatan pembelajaran memperoleh skor
empat, (2) pengelolaan kelas memperoleh skor empat, (3) pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
waktu dalam proses pembelajaran memperoleh skor tiga, (4) kegiatan
apersepsi memperoleh skor tiga, (5) kegiatan penyampaian materi
melalui penerapan metode STAD memperoleh skor empat, (6) kegiatan
tanya jawab memperoleh skor empat, (7) diskusi dan penjelasan konsep
memperoleh skor tiga, (8) perhatian guru terhadap siswa memperoleh
skor tiga, (9) pengembangan aplikasi memperoleh skor sangat tiga, (10)
kemampuan menutup pelajaran memperoleh skor empat, (11) skor
kegiatan guru pada siklus III adalah tiga puluh lima (sangat baik).
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan menggunakan metode
STAD pada siklus III dapat ditarik simpulan keaktifan siswa sudah baik,
dan hasil yang diharapkan juga dapat dicapai dengan baik.
4) Analisis dan Refleksi
Dari hasil penelitian siklus III kemudian dilakukan analisis dan
refleksi hasil pembelajaran. Dari hasil observasi keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran sudah sangat bagus, hal ini menunjukkan keaktifan
siswa meningkat dibandingkan pada siklus II. Pada siklus III didapatkan
ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 89,36% dan meningkat
dibandingkan ketuntasan pada siklus II. Dengan tercapainya target
ketuntasan minimal (80%) maka penelitian dapat dihentikan.
b. Hasil Tindakan Siklus III
1) Pertemuan Pertama
Dari penelitian yang dilakukan pada siklus III pertemuan pertama,
berdasarkan lampiran 18 diperoleh data nilai pada tabel 22 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 22. Nilai Pertemuan pertama Siklus III dalam penerapan metode
STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
1 80 T 17 80 T 33 75 T
2 75 T 18 55 TT 34 80 T
3 70 T 19 75 T 35 80 T
4 60 TT 20 80 T 36 85 T
5 80 T 21 50 TT 37 75 T
6 70 T 22 75 T 38 85 T
7 75 T 23 80 T 39 80 T
8 60 TT 24 90 T 40 70 T
9 80 T 25 70 T 41 85 T
10 75 T 26 75 T 42 75 T
11 75 T 27 50 TT 43 60 TT
12 60 TT 28 75 T 44 75 T
13 75 T 29 75 T 45 75 T
14 80 T 30 55 TT 46 85 T
15 60 TT 31 70 T 47 60 TT
16 75 T 32 60 TT
Jumlah Nilai 3410
Nilai Rata-Rata 72,55
Dari data nilai pada tabel 22 diatas maka dapat dibuat tabel frekuensi seperti
tabel 23 dibawah ini.
Tabel 23. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Pertama Siklus III dalam
penerapan metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Prosentase
1 41 – 50 2 45,5 91 4,26%
2 51 – 60 9 55,5 499,5 19,15%
3 61 – 70 5 65,5 327,5 10,64%
4 71 – 80 26 75,5 1963 55,32%
5 81 − 90 5 85,5 427,5 10,64%
Nilai rata-rata kelas 70,39
Ketuntasan klasikal (36:47) x 100% = 76,60%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Berdasarkan tabel 23 tentang frekuensi nilai pertemuan pertama siklus III
dalam menyelesaikan soal-soal cerita matematika dapat digambarkan seperti
pada gambar 11 dibawah ini :
Gambar 11. Grafik Nilai Pertemuan Pertama Siklus III dalam penerapan
metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Berdasarkan data nilai pertemuan pertama siklus III pada lampiran 18, maka
dapat dibuat tabel seperti pada tabel 24 dibawah ini :
Tabel 24. Hasil Pertemuan Pertama Siklus III dalam penerapan metode
STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 90
Rata-Rata Nilai 70,39
Siswa Belajar Tuntas 76,60%
2) Pertemuan kedua
Dari penelitian yang dilakukan pada siklus III pertemuan kedua,
berdasarkan lampiran 19 diperoleh data nilai pada tabel 25 dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 25. Nilai pertemuan kedua Siklus III dalam penerapan metode
STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
1 80 T 17 85 T 33 80 T
2 70 T 18 60 TT 34 85 T
3 75 T 19 75 T 35 90 T
4 75 T 20 85 T 36 90 T
5 80 T 21 55 TT 37 80 T
6 70 T 22 75 T 38 80 T
7 75 T 23 90 T 39 75 T
8 50 TT 24 90 T 40 75 T
9 90 T 25 85 T 41 90 T
10 75 T 26 80 T 42 80 T
11 80 T 27 55 TT 43 75 T
12 60 TT 28 85 T 44 85 T
13 80 T 29 80 T 45 70 T
14 90 T 30 65 T 46 90 T
15 65 T 31 80 T 47 75 T
16 80 T 32 75 T
Jumlah Nilai 3635
Nilai Rata-Rata 77,34
Dari data nilai pada tabel 25 diatas maka dapat dibuat tabel frekuensi seperti
tabel 26 dibawah ini.
Tabel 26. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Kedua Siklus III dalam
penerapan metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Prosentase
1 41 – 50 1 45,5 91 2,13%
2 51 – 60 4 55,5 222 8,51%
3 61 – 70 5 65,5 327,5 10,64%
4 71 – 80 23 75,5 1736,5 48,94%
5 81 − 90 14 85,5 1197 29,79%
Nilai rata-rata kelas 76,04
Ketuntasan klasikal (42:47) x 100% = 89,36%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Berdasarkan tabel 26 tentang frekuensi nilai pertemuan kedua siklus III
dalam menyelesaikan soal-soal cerita matematika dapat digambarkan pada
gambar 12 dibawah ini :
Gambar 12. Grafik Nilai Pertemuan Kedua Siklus III dalam penerapan
metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Berdasarkan data lampiran 19, maka dapat dibuat tabel seperti tabel 27
dibawah ini :
Tabel 27. Hasil Pertemuan Kedua Siklus III dalam penerapan metode
STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 90
Rata-Rata Nilai 76,04
Siswa Belajar Tuntas 89,36%
Dari hasil evaluasi siklus III yang dilakukan pada pertemuan
pertama sampai pertemuan kedua maka dapat ditarik satu kesimpulan, pada
siklus III kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika
terutama tentang hitung campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan
sudah sesuai dengan yang diharapan dalam penelitian ini. Dari penelitian
siklus III nilai rata-rata kelas 76,04 dan data ketuntasan klasikal yang
diperoleh adalah 89,36% atau 42 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas
sebanyak 10,64% atau 5 siswa. Berdasarkan hasil di atas ketuntasan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
siswa sudah mencapai target ketuntasan minimal yang diharapkan dalam
penelitian ini yaitu 80%, maka penelitian ini dapat dihentikan.
Berdasarkan data pada kondisi awal sebelum tindakan, siklus I,
siklus II dan siklus III maka dapat diperoleh juga data penilaian tim yang
diambil dari nilai individu anggota tim / kelompok. Berdasarkan nilai dari
masing-masing tim / kelompok pada lampiran 21 dapat dilihat pada tabel 28
dibawah ini :
Tabel 28. Skor Kemajuan Kelompok Siklus III dalam penerapan metode
STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Nama
Tim
Total Skor
Tim
Rata-rata
Tim
Skor
psikomotor
Skor akhir
Penghargaan
Hitam 120 24 80 52 Tim 6
Cokelat 120 24 83,33 53,665 Tim 4
Merah 130 26 85 42 Tim 10
Orange 140 28 86,67 57,333 Tim 1
Kuning 140 28 83,33 55,665 Tim 2
Hijau 110 22 75 48,5 Tim 9
Biru 100 20 83,33 51,665 Tim 7
Ungu 100 25 76,67 50,835 Tim 8
Abu-abu 110 27.5 78,33 52,915 Tim 5
putih 120 30 80 55 Tim 3
Berdasarkan tabel 29 skor kemajuan kelompok yang paling tinggi
yaitu kelompok Orange. Tertinggi kedua yaitu kelompok Kuning, tertinggi
ketiga kelompok Putih, tertinggi keempat kelompok Cokelat, tertinggi
kelima kelompok Abu-abu, tertinggi keenam kelompok Hitam, tertinggi
ketujuh kelompok Biru, tertinggi kedelapan kelompok Ungu, tertinggi
kesembilan kelompok Hijau, dan tertingi terakhir diduduki oleh kelompok
Merah.
C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada siklus I, siklus
II dan siklus III dapat dinyatakan bahwa pembelajaran matematika
menggunakan metode STAD dapat meningkatkan kemampuan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa kelas V SDN 02 Jaten dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran.
1. Perkembangan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika
Metode Student Team Achievement Division (STAD) yang
diterapkan dalam kelas V SD Negeri 02 Jaten mampu menjadikan siswa
lebih mudah memahami materi yang disajikan oleh guru. Dalam metode
ini siswa diharuskan untuk bertukar pikiran dengan timnya, bekerja sama
dan saling membantu dengan timnya agar semua anggota timnya
memahami materi yang diajarkan dan dapat mengerjakan kuis yang
diselenggarakan oleh guru. Dengan metode ini siswa menjadi lebih aktif
dalam kegiatan belajar mengajar. Berbeda dengan metode sebelumnya
dimana guru menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Siswa
hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat materi dan mengerjakan
tugas jika diberi oleh guru.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terlihat bahwa jumlah
siswa yang mencapai nilai KKM sebelum penerapan metode Students
Teams-Achievements Divisions (STAD) hanya 46,81% dari 47 siswa,
jumlah itu masih jauh dari target siswa yang tuntas KKM yaitu 80%.
Masih rendahnya ketuntasan siswa disebabkan siswa kurang memahami
sepenuhnya materi yang diberikan oleh guru dan siswa kurang antusias
dalam kegiatan belajar mengajar.
Metode Student Team Achievement Division (STAD) yang
disajikan dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus I jumlah siswa yang mencapai
nilai KKM adalah 63,83% dari 47 siswa, terjadi peningkatan jumlah siswa
yang mencapai KKM dari sebelum adanya penerapan metode Student
Team Achievement Division (STAD) yaitu sebesar 17,02%. Ini
menunjukkan bahwa siswa lebih memahami materi pelajaran saat guru
menggunakan metode Student Team Achievement Division (STAD).
Pada siklus II jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM
sebanyak 74,47% dari 47 siswa. Setelah melaksanakan siklus II terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
peningkatan dari siklus I ke siklus II jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan nilai KKM sebesar 10,64%. Dalam siklus II siswa mulai
terbiasa dan mengerti dengan metode Student Team Achievement Division
(STAD) yang diterapkan oleh guru. Sehingga jumlah siswa yang mencapai
nilai KKM dalam siklus II lebih banyak dari pada siklus I.
Pada siklus III jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai
KKM sebanyak 89,36% dari 47 siswa. Setelah melaksanakan siklus III
terjadi peningkatan dari siklus II ke siklus III jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan nilai KKM sebesar 14,89%. Dalam siklus III siswa sudah
memahami metode Student Team Achievement Division (STAD) yang
diterapkan oleh guru. Sehingga jumlah siswa yang mencapai nilai KKM
dalam siklus III lebih banyak dari pada siklus II.
Tabel 29. Perbandingan Persentase Siswa Belajar Tuntas dalam penerapan
metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Keterangan Persentase Siswa Belajar Tuntas
Kondisi awal 46,81%
Siklus I 63,83%
Siklus II 74,4%
Siklus III 89,36%
Berdasarkan tabel 29, maka dapat digambarkan perbandingan dengan
keadaan awal, siklus I,siklus II dan siklus III pada gambar 13 di bawah ini :
Gambar 13. Grafik Perbandingan Prosentase Siswa Belajar Tuntas dalam
penerapan metode STAD di kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa metode
Student Team Achievement Division (STAD) sangat cocok untuk
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar soal cerita matematika sebab
siswa dapat saling bertukar pikiran dan saling bekerja sama dengan sesama
timnya untuk memahami materi sehingga semua anggota tim mampu
menguasai materi yang diberikan oleh guru dan bisa mengerjakan kuis
(lihat bab II halaman 16 tentang kelebihan metode STAD).
Metode pembelajaran Student Team Achievement Division
(STAD) memiliki dampak positif terhadap kegiatan belajar-mengajar soal
cerita matematika. Hal ini terbukti bahwa adanya peningkatan jumlah
siswa yang mencapai nilai KKM.
Adapun temuan yang muncul selama kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan dengan metode Student Team Achievement Division
(STAD) antara lain:
a. Sebelum diterapkannya metode Student Team Achievement Division
(STAD) kegiatan belajar mengajar di kelas didominasi dengan kegiatan
mendengarkan, memperhatikan penjelasan guru, mencatat materi yang
penting dan melaksanakan tugas.
b. Setelah melaksanakan metode Student Team Achievements Division
(STAD) antusias siswa dalam mengikuti pelajaran terus mengalami
peningkatan.
c. Penerapan metode Students Team Achievement Division (STAD) meiliki
kefleksiblelan karena dalam penyajian materi guru dapat menggunakan
berbagai variasi seperti adanya diskusi yang dilakukan siswa,
keleluasaan siswa dalam belajar sehingga siswa dapat bertanya dengan
bebas kepada guru dan teman sehingga siswa tidak merasa bosan dalam
KBM.
d. Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode Student Team
Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pencapaian belajar siswa dengan rata-rata diatas tujuh menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
secara umum siswa telah memahami materi yang disajikan dengan baik
melalui KBM dengan menggunakan metode Student Team Achievement
Division (STAD).
2. Perkembangan Kegiatan Siswa
Dari observasi selama pembelajaran matematika dengan metode
STAD berlangsung, diperoleh data keaktifan siswa mengalami
peningkatan. Keaktifan siswa terus meningkat dari tiap siklus ini terbukti
dengan semakin banyak siswa yang mulai berani bertanya kepada guru
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung maupun selama diskusi
yang dilakukan bersama timnya.
Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran dengan metode STAD
keaktifan siswa semula mendapat nilai 18. Setelah dilakukan tindak lanjut
kembali dalam siklus II, keaktifan siswa mendapat nilai 20. Dan pada
siklus III keaktifan siswa mendapat nilai 24. Atau dengan kata lain
keaktifan siswa meningkat dari siklus 1 sampai siklus 3. Berdasarkan
lampiran 4, 10 dan 16 dapat dibuat tabel perbandingan keaktifan siswa
pada tabel 30 dibawah ini :
Tabel 30. Keaktifan Siswa dalam penerapan metode STAD di kelas V
SDN 02 Jaten tahun 2011
No Kategori Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 Sangat baik - - 12
2 Baik 12 18 12
3 Kurang 6 2 -
4 Sangat Kurang - - -
Jumlah 18 20 24
Berdasarkan tabel 30 di atas dapat digambarkan peningkatan keaktifan
siswa dalam pembelajaran pada gambar 14 dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Gambar 14. Grafik Keaktifan Siswa dalam penerapan metode STAD di
kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
3. Perkembangan Kegiatan Guru
Dari observasi selama pembelajaran matematika dengan metode
STAD berlangsung, diperoleh data kegiatan guru mengalami peningkatan.
Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran dengan metode STAD kegiatan
guru semula mendapat nilai 31. Setelah dilakukan tindak lanjut kembali
dalam siklus II, kegiatan guru mendapat nilai 33. Dan pada siklus III
kegiatan guru mendapat nilai 35. Atau dengan kata lain kegiatan guru
meningkat dari siklus 1 sampai siklus 3. Berdasarkan lampiran 5, 11 dan
17 dapat dibuat tabel perbandingan kegiatan guru pada tabel 31 dibawah
ini :
Tabel 31. Kegiatan guru dalam penerapan metode STAD di kelas V SDN
02 Jaten tahun 2011
No Kategori Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 Sangat baik 4 12 20
2 Baik 27 21 15
3 Kurang - - -
4 Sangat Kurang - - -
Jumlah 31 33 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Berdasarkan tabel 31 di atas dapat digambarkan peningkatan kegiatan guru
dalam pembelajaran pada gambar 15 dibawah ini :
Gambar 15. Grafik Kegiatan Guru dalam penerapan metode STAD di
kelas V SDN 02 Jaten tahun 2011
Dari analisis data dan observasi selama pembelajaran matematika,
secara umum menunjukan perubahan yang signifikan. Guru telah berhasil
menerapkan pembelajaran dengan metode STAD untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam tiga siklus dapat dibuat kesimpulan, bahwa kemampuan menyelesaikan
soal cerita matematika dapat ditingkatkan melalui metode STAD pada siswa kelas
V SD Negeri 02 Jaten, Karanganyar tahun 2011.
Hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan peningkatan kemampuan
dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Pada kondisi awal sebelum tindakan
jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebelum penerapan metode Students
Teams-Achievements Divisions (STAD) hanya 46,81% dari 47 siswa, jumlah itu
masih jauh dari target siswa yang tuntas KKM yaitu 80%. Masih rendahnya
ketuntasan siswa disebabkan siswa kurang memahami sepenuhnya materi yang
diberikan oleh guru dan siswa kurang antusias dalam kegiatan belajar mengajar.
Metode Student Team Achievement Division (STAD) yang disajikan
dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
terbukti pada siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai KKM adalah 63,83% dari
47 siswa, terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM dari sebelum
adanya penerapan metode Student Team Achievement Division (STAD) yaitu
sebesar 17,02%. Ini menunjukkan bahwa siswa lebih memahami materi pelajaran
saat guru menggunakan metode Student Team Achievement Division (STAD).
Pada siklus II jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM
sebanyak 74,47% dari 47 siswa. Setelah melaksanakan siklus II terjadi
peningkatan dari siklus I ke siklus II jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
nilai KKM sebesar 10,64%. Dalam siklus II siswa mulai terbiasa dan mengerti
dengan metode Student Team Achievement Division (STAD) yang diterapkan oleh
guru. Sehingga jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dalam siklus II lebih
banyak dari pada siklus I.
Pada siklus III jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM
sebanyak 89,36% dari 47 siswa. Setelah melaksanakan siklus III terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
peningkatan dari siklus II ke siklus III jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
nilai KKM sebesar 14,89%. Dalam siklus III siswa sudah memahami metode
Student Team Achievement Division (STAD) yang diterapkan oleh guru. Sehingga
jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dalam siklus III lebih banyak dari pada
siklus II.
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa metode Student Team
Achievement Division (STAD) sangat cocok untuk diterapkan dalam kegiatan
belajar mengajar soal cerita matematika sebab siswa dapat saling bertukar pikiran
dan saling bekerja sama dengan sesama timnya untuk memahami materi sehingga
semua anggota tim mampu menguasai materi yang diberikan oleh guru dan bisa
mengerjakan kuis.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan metode STAD hendaknya digunakan dan dibiasakan oleh guru
dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika pada siswa SD kelas V.
2. Metode STAD dapat digunakan sebagai acuan dalam memilih metode untuk
pembelajaran matematika terutama meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika.
3. Dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian lain yang hampir sama
pokok permasalahannya dengan penelitian ini.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam
rangka ikut menyumbangkan pemikiran dalam meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita matematika, maka dapat disampaikan saran-saran
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
1. Bagi Siswa
a) Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran.
b) Selalu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
c) Dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika
siswa hendaknya lebih berusaha dan mau berinteraksi dengan temannya.
2. Bagi Guru
a) Dalam pembelajaran hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi salah satunya adalah metode STAD.
b) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan sesuai
dengan pembelajaran.
c) Lebih mempersiapkan perencanaan pembelajaran sebelum pembelajaran
dimulai.
d) Menggunakan metode STAD dalam meningkatan kemampuan
menyelesaiakan soal cerita matematika.
3. Bagi Sekolah
a) Menyediakan fasilitas yang mendukung untuk pembelajaran terutama dalam
pembelajaran matematika.
b) Perlu menggiatkan adanya kelompok belajar baik di dalam kelas maupun di
luar kelas.
c) Ikut mendorong siswa untuk berinteraksi dengan temannya dalam meningkatkan
kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika.
top related