diagnosis tb pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis
Post on 10-Dec-2015
31 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
CASE REPORT TB PARU
Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis, baik overdiagnosis
maupun underdiagnosis. Pada anak, batuk bukan merupakan gejala utama.
Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya M. tuberculosis pada pemeriksaan
sputum atau bilasan lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura, atau pada biopsi jaringan.
Kesulitan menegakkan diagnosis pasti pada anak disebabkan oleh 2 hal, yaitu sedikitnya
jumlah kuman (paucibacillary) dan sulitnya pengambilan spesimen sputum.
Pertimbangkan Tuberkulosis pada anak jika:
Anamnesis:
Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh.
Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.
Pemeriksaan fisis
Pembesaran kelenjar limfe leher, aksila, inguinal.
Pembengkakan progresif atau deformitas tulang, sendi, lutut, falang.
Uji tuberkulin. Biasanya positif pada anak dengan TB paru, tetapi bisa negatif pada anak
dengan TB milier atau yang juga menderita HIV/AIDS, gizi buruk atau baru menderita
campak.
Pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran berat menurut
panjang/tinggi badan.
Gejala klinis spesifik terkait organ Gejala klinis pada organ yang terkena TB, tergantung jenis
organ yang terkena, misalnya kelenjar limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang, dan kulit,
adalah sebagai berikut:
1. Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli): Pembesaran KGB
multipel (>1 KGB), diameter ≥1 cm, konsistensi kenyal, tidak nyeri, dan kadang saling
melekat atau konfluens.
2. Tuberkulosis otak dan selaput otak:
• Meningitis TB: Gejala-gejala meningitis dengan seringkali disertai gejala akibat
keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.
• Tuberkuloma otak: Gejala-gejala adanya lesi desak ruang.
3. Tuberkulosis sistem skeletal:
• Tulang belakang (spondilitis): Penonjolan tulang belakang (gibbus).
• Tulang panggul (koksitis): Pincang, gangguan berjalan, atau tanda peradangan di daerah
panggul.
• Tulang lutut (gonitis): Pincang dan/atau bengkak pada lutut tanpa sebab yang jelas. • Tulang
kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis).
4. Skrofuloderma: Ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit antar tepi ulkus (skin
bridge).
5. Tuberkulosis mata:
• Konjungtivitis fliktenularis (conjunctivitis phlyctenularis).
• Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi).
6. Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB ginjal dicurigai bila
ditemukan gejala gangguan pada organ-organ tersebut tanpa sebab yang jelas dan disertai
kecurigaan adanya infeksi TB.
Untuk memudahkan penegakan diagnosis TB anak, IDAI merekomendasikan diagnosis TB
anak dengan menggunakan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda
klinis yang dijumpai, seperti terlihat pada tabel 13.
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan
pembobotan dengan sistem skoring. Pasien dengan jumlah skor ≥ 6 (sama atau lebih dari 6),
harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat pengobatan dengan obat anti
tuberkulosis (OAT). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan ke arah TB kuat
maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan
lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi,
CT-Scan dan lain-lainnya (yang mungkin tidak dapat dilakukan di rumah sakit ini).
Tabel 13. Sistem skoring gejala dan pemeriksaan penunjang TB anak
Perlu perhatian khusus jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini:
Tanda bahaya:
o Kejang, kaku kuduk
o Penurunan kesadaran
o Kegawatan lain, misalnya sesak napas
Foto dada menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura.
Gibus, koksitis
Efusi pleura adalah penumpukan abnormal cairan dalam rongga pleura. Salah satu etiologi
yang perlu dipikirkan bila menjumpai kasus efusi pleura di Indonesia adalah TB. Efusi pleura
TB bisa ditemukan dalam 2 bentuk, yaitu (1) cairan serosa, bentuk ini yang paling banyak
dijumpai ; (2) empiema TB, yang merupakan efusi pleura TB primer yang gagal mengalami
resolusi dan berlanjut ke proses supuratif kronik. Gejala dan tanda awal meliputi demam akut
yang disertai batuk nonproduktif (94%), nyeri dada (78%), biasanya unilateral (95%). Pasien
juga sering datang dalam keadaan sesak nafas yang hebat. Pemeriksaan foto toraks dijumpai
kelainan parenkim paru. Efusi pleura hampir selalu terjadi di sisi yang sama dengan kelainan
parenkim parunya. Untuk diagnosis definitif dan terapi, pasien ini harus segera dirujuk.
Penunjang diagnostik yang dilakukan di fasilitas rujukan adalah analisis cairan pleura,
jaringan pleura dan biakan TB dari cairan pleura. Drainase cairan pleura dapat dilakukan jika
cairan sangat banyak. Penebalan pleura sebagai sisa penyakit dapat terjadi pada 50% kasus.
Alur tatalaksana pasien TB anak dapat dilihat pada skema di bawah ini.
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah
pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang.
Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan.
Panduan obat TB pada anak
Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama) dan sisanya
sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat pada
fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase
lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada
tahap intensif maupun tahap lanjutan.
Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan dalam bentuk
paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket OAT anak
berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z);
sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid (H).
Dosis
INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari
Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari
Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2 000 mg/hari
Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 250 mg/hari
Streptomisin: 15–40 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 000 mg/hari
Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang relatif lama dengan
jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap =
KDT (Fixed Dose Combination = FDC). Tablet KDT untuk anak tersedia dalam 2 macam
tablet, yaitu:
Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H (Isoniazid) dan Z
(Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.
Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan H (Isoniazid) yang
digunakan pada tahap lanjutan.
Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak dan komposisi
dari tablet KDT tersebut.
Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi tablet RHZ adalah R = 75
mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH adalah R = 75 mg dan H = 50 mg,
Tabel 14. Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak
BERAT BADAN (KG)2 BULAN TIAP HARI
RHZ (75/50/150)
4 BULAN TIAP HARI
RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
Keterangan:
Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
Anak dengan BB ≥ 33 kg , disesuaikan dengan dosis dewasa
Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau digerus
sesaat sebelum diminum.
Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak. Dosisnya
seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 15a. Dosis OAT Kombipak-fase-awal/intensif pada anak
JENIS OBAT BB<10 KGBB 10-20 KG
(KOMBIPAK)BB 20-32 KG
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg
Tabel 15b. Dosis OAT Kombipak-fase-lanjutan pada anak
JENIS OBAT BB<10 KGBB 10-20 KG
(KOMBIPAK)BB 20-32 KG
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis
TB, TB sendi dan tulang, dan lain-lain:
Pada tahap intensif diberikan minimal 4 macam obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid,
Etambutol atau Streptomisin).
Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan.
Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endobronkial,
meningitis TB dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1–2
mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2–4 minggu
dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu 2–6 minggu. Tujuan
pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan
jaringan.
Perhatian: Hindarkan pemakaian streptomisin pada anak bila memungkinkan, karena
penyuntikan terasa sakit, dapat terjadi kerusakan permanen syaraf pendengaran, dan terdapat
risiko penularan HIV akibat perlakuan yang tidak benar terhadap alat suntikan.
Tindak lanjut
Setelah diberi OAT selama 2 bulan, respons pengobatan pasien harus dievaluasi. Respons
pengobatan dikatakan baik apabila gejala klinis berkurang, nafsu makan meningkat, berat
badan meningkat, demam menghilang, dan batuk berkurang. Apabila respons pengobatan
baik maka pemberian OAT dilanjutkan sampai dengan 6 bulan. Sedangkan apabila respons
pengobatan kurang atau tidak baik maka pengobatan TB tetap dilanjutkan sambil mencari
penyebabnya. Sistem skoring hanya digunakan untuk diagnosis, bukan untuk menilai
hasil pengobatan.
Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) untuk anak
Bila anak balita sehat, yang tinggal serumah dengan pasien TB paru BTA positif,
mendapatkan skor < 5 pada evaluasi dengan sistem skoring, maka kepada anak balita tersebut
diberikan isoniazid dengan dosis 5–10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut
belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan
pencegahan selesai.
Tindakan kesehatan masyarakat
Laporkan setiap kasus ke Dinas Kesehatan setempat. Pastikan bahwa dilakukan pemantauan
pengobatan. Periksa semua anggota keluarga serumah (bila mungkin mungkin juga kontak di
sekolah) untuk mendeteksi kemungkinan TB dan upayakan pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pocket Book of Hospital Care for Children, Guidelines for the Management of Common
Illnesses with Limited Resources, 2005 © World Health Organization 2005 h:113-9
2. Petunjuk klinis manajemen TB anak, Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Petunjuk Teknis Manajemen TB
Anak.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013
LAPORAN KASUS
1 Identitas Pasien
Nama : L. A. R
Tanggal Lahir: 2 September 2007
Umur : 7 tahun 10 bulan
No MR :00.06.84.54
Jenis Kelamin: Perempuan
Suku: Jawa
Bangsa : Indonesia
Agama: Islam
Alamat : Jl. Otista Raya RT05/RW07 Bidara Cina Jakarta Timur
MRS: 27 Juli 2015 (Pkl. 11.30 WIB di IGD Anak)
Tanggal pemeriksaan: 28 Juli 2015 (Pkl. 10.00 WIB, di Bangsal Anggrek RS UKI)
ANAMNESIS(Alloanamnesis)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada kiri sejak ± 1 hari SMRS. Nyeri
mendadak dan terus menerus. Baru pertama kali dirasakan pasien. Hanya terasa di dada
kanan dan nyeri seperti ngilu. Selain itu pasien juga mengeluh muntah-muntah. Muntah di
dahului dengan mual, tidak mau makan. Tiap makan, pasien muntah. Muntah berisi air,
berwarna merah kehitaman Pasien sebelumnya batuk” berdahak ± 3 bulan SMRS. Selain itu
pasien mengeluh Sesak (+), demam (+) dan BAB cair . Demam dirasakan ± 3 hari SMRS
sudah diberi obat penurun panas tetapi tidak ada perbaikan. Demam muncul mendadak dan
tinggi. BAB cair ± 1 hari SMRS, > 4x, konsistensi cair, ampas (-), bau asam, Dirumah pasien
tinggal bersama orang tua. Dalam 1 bulan ini pasien merasa badannya semakin kurus.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kejang demam pada usia 2 tahun.
Riwayat Pengobatan
Sedang dalam pengobatan paru ± 3 minggu dengan Rifampisin, Isoniazid dan
Pirazinamid dari RS harun.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit Tuberkulosa di dalam keluarga disangkal
Riwayat Pekerjaan, sosial, ekonomi, kejiwaan, dan kebiasaan
Riwayat imunisasi lengkap menurut Depkes.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Selama kehamilan ibu pasien memeriksa kehamilan sebanyak 1 kali sebulan dan pada
sebulan terakhir dilakukan pemeriksaan sebanyak 1 kali seminggu
Selama kehamilan ibu pasien tinggal di rumah dengan daerah tempat tinggal berada di
kawasan padat penduduk
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien lahir di tolong oleh Dokter di Rumah sakit pada tanggal 2 September 2007,
secara Sectio Caesarea e.c Panggul sempit. Cukup bulan(37minggu) dan berat
lahirnya 2900gr
Ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan selama kehamilan.
Riwayat Alergi dan Riwayat Sosial
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi
Pasian adalah anak pertama, tinggal bersama ayah dan ibu. Pasien bertempat tinggal
di tempat yang padat penduduk.
Didaerah tempat tinggal pasien ada tetangga yang sedang menjalani pengobatan paru.
Pemeriksaan Fisik (28/7/2015)
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Panjang Badan: 130 cm
Kesadaran: kompos mentis
Berat Badan : 26 kg
Nadi : 120 x/ menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 36 x/ menit, reguler.
Suhu Aksila : 39,0 C
Pemeriksaan Fisik
Status General (28 Juli 2015)
Kepala : Normocephali, Lingkar Kepala 50 cm
Leher: Kelenjar getah bening teraba membesar sebesar kacang tanah pada regio sub
mandibula.
Mata :konjungtiva pucat ( -/- ), ikterus ( -/- ), refleks pupil ( +/+ ) isokor,
Hidung: liang lapang/lapang, sekret(-)
Mulut: faring: hiperemis(+), Lidah : kering (+)
Dada: diameter laterolateral > anteroposterior
Pemeriksaan Fisik
Thorax (Jantung):
-Inspeksi: iktus kordis terlihat pada midclavicula sinistra ICS 5
-Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V Midclavicula sinistra
-Perkusi :
batas jantung kanan: garis parasternal sinistra ICS 4;
batas jantung kiri: garis Midclavicula sinistra ICS 4
-Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur(-),
gallop(-)
Pemeriksaan Fisik
Paru-paru:
-Inspeksi: pergerakan dinding simetris, retraksi sela iga (-), normochest
-Palpasi: vocal fremitus menghilang pada paru kiri pasien
-Perkusi: sonor, dull pada paru kiri
-Auskultasi : bising nafas dasar vesikuler , Ronki -/+, wheezing -/-
Abdomen:
-Inspeksi : perut tampak datar
-Auskultasi : Bising usus (+), 4x/menit
-Palpasi : Supel,hepar teraba membesar 2 jari di bawah arkus kosta
-Perkusi : Timpani
Ekstremitas : akral hangat ( + ), capillary refil time <2”, normotonus
Status Antropometri
BB : 26kg
PB :130cm
BB Ideal : 130-100 = 30 kg
IMT = BB/ TB2 = 26/ 1,69m2 = 17,1 (Gizi kurang)
Diagnosa Kerja
Efusi pleura e.c TB paru
Pemeriksaan Laboratorium(28/7/2015)
Foto Thoraks
Penatalaksanaan
Medikamentosa:
-Diet: lunak
-IVFD: NS 16 tetes/menit (makro)
→30tetes/menit(mikro)
-Mm/:
-Ceftriaxone 2x 1gr (IV)
-Ambroxol 14,5 mg
-Salbutamol 1,45 mg
-Sanmol drip 3x300mg
-INH 1x 300mg
-Rifampicin 1x400 mg
-Pirazinamid 2x 375mg
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa:
EDUKASI
Pemeriksaan Fisik (29/7/2015)
S/ Nyeri dada (+), Sesak (+), Demam (+)
O/
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: kompos mentis
Berat Badan : 26 kg
Nadi : 120 x/ menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 36 x/ menit, reguler.
Suhu Aksila : 38 C
Status General (29 Juli 2015)
Kepala : Normocephali, Lingkar Kepala 50 cm
Leher: Kelenjar getah bening teraba membesar sebesar kacang tanah pada regio sub
mandibula.
Mata :konjungtiva pucat ( -/- ), ikterus ( -/- ), refleks pupil ( +/+ ) isokor,
Hidung: liang lapang/lapang, sekret(-)
Mulut: faring: hiperemis(+), Lidah : kering (-)
Dada: diameter laterolateral > anteroposterior
Pemeriksaan Fisik
Thorax (Jantung):
-Inspeksi: iktus kordis terlihat pada midclavicula sinistra
ICS 5
-Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V Midclavicula sinistra
-Perkusi :
batas jantung kanan: garis parasternal sinistra ICS 4;
batas jantung kiri: garis Midclavicula sinistra ICS 4
-Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur(-),
gallop(-)
Pemeriksaan Fisik
Paru-paru:
-Inspeksi: pergerakan dinding simetris, retraksi sela iga (-), normochest
-Palpasi: vocal fremitus menghilang pada paru kiri pasien
-Perkusi: sonor, dull pada paru kiri
-Auskultasi : bising nafas dasar vesikuler , Ronki -/+, wheezing -/-
Abdomen:
-Inspeksi : perut tampak datar
-Auskultasi : Bising usus (+), 4x/menit
-Palpasi : Supel,hepar teraba membesar 2 jari di bawah arkus kosta
-Perkusi : Timpani
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas : akral hangat ( + ), capillary refil time <2”, normotonus
A/ TB paru dalam pengobatan dengan efusi pleura sinistra
P/ Terapi lanjut
◦ Prednison 3x 10 mg
◦ Antasida syr 3x 1cth
Pemeriksaan Fisik (30/7/2015)
S/ Nyeri dada (-)Demam (+), Batuk (+) nafsu makan (-)
O/
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: kompos mentis
Berat Badan : 26 kg
Nadi : 120 x/ menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 36 x/ menit, reguler.
Suhu Aksila : 38 C
Status General (30 Juli 2015)
Kepala : Normocephali, Lingkar Kepala 50 cm
Leher: Kelenjar getah bening teraba membesar sebesar kacang tanah pada regio sub
mandibula.
Mata :konjungtiva pucat ( -/- ), ikterus ( -/- ), refleks pupil ( +/+ ) isokor,
Hidung: liang lapang/lapang, sekret(-)
Mulut: faring: hiperemis(+), Lidah : kering (-)
Dada: diameter laterolateral > anteroposterior
Pemeriksaan Fisik
Thorax (Jantung):
-Inspeksi: iktus kordis terlihat pada midclavicula sinistra
ICS 5
-Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V Midclavicula sinistra
-Perkusi :
batas jantung kanan: garis parasternal sinistra ICS 4;
batas jantung kiri: garis Midclavicula sinistra ICS 4
-Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur(-),
gallop(-)
Pemeriksaan Fisik
Paru-paru:
-Inspeksi: pergerakan dinding simetris, retraksi sela iga (-), normochest
-Palpasi: vocal fremitus menurun pada paru kiri pasien
-Perkusi: sonor, dull pada basal paru kiri
-Auskultasi : bising nafas dasar vesikuler , Ronki -/+, wheezing -/-
Abdomen:
-Inspeksi : perut tampak datar
-Auskultasi : Bising usus (+), 4x/menit
-Palpasi : Supel,hepar teraba membesar 2 jari di bawah arkus kosta
-Perkusi : Timpani
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas : akral hangat ( + ), capillary refil time <2”, normotonus
A/ TB paru dalam pengobatan dengan efusi pleura sinistra
P/ Terapi lanjut
◦ Prednison 3x 10 mg
◦ Antasida syr 3x 1cth
Pemeriksaan Fisik (31/7/2015)
S/ Nyeri dada (+), Sesak (+), Demam (+)
O/
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: kompos mentis
Berat Badan : 26 kg
TD : 100/60
Nadi : 120 x/ menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 36 x/ menit, reguler.
Suhu Aksila : 38 C
Pemeriksaan Fisik
Status General (31 Juli 2015)
Kepala : Normocephali, Lingkar Kepala 50 cm
Leher: Kelenjar getah bening teraba membesar sebesar kacang tanah pada regio sub
mandibula.
Mata :konjungtiva pucat ( -/- ), ikterus ( -/- ), refleks pupil ( +/+ ) isokor,
Hidung: liang lapang/lapang, sekret(-)
Mulut: faring: hiperemis(+), Lidah : kering (-)
Dada: diameter laterolateral > anteroposterior
Pemeriksaan Fisik
Thorax (Jantung):
-Inspeksi: iktus kordis terlihat pada midclavicula sinistra
ICS 5
-Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V Midclavicula sinistra
-Perkusi :
batas jantung kanan: garis parasternal sinistra ICS 4;
batas jantung kiri: garis Midclavicula sinistra ICS 4
-Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur(-),
gallop(-)
Pemeriksaan Fisik
Paru-paru:
-Inspeksi: pergerakan dinding simetris, retraksi sela iga (-), normochest
-Palpasi: vocal fremitus menghilang pada paru kiri pasien
-Perkusi: sonor, pekak pada paru kiri
-Auskultasi : bising nafas dasar vesikuler , Ronki -/+, wheezing -/-
Abdomen:
-Inspeksi : perut tampak datar
-Auskultasi : Bising usus (+), 4x/menit
-Palpasi : Supel,hepar teraba membesar 2 jari di bawah arkus kosta
-Perkusi : Timpani
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas : akral hangat ( + ), capillary refil time <2”, normotonus
A/ TB paru dalam pengobatan dengan efusi pleura sinistra
P/ Terapi lanjut
◦ Ranitidin 2x 30 mg (IV)
Pemeriksaan Fisik (1/8/2015)
S/ Batuk (+), Sesak (+), Demam (+)
O/
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: kompos mentis
Berat Badan : 26 kg
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 120 x/ menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 36 x/ menit, reguler.
Suhu Aksila : 38 C
Status General (1 Agustus 2015)
Kepala : Normocephali, Lingkar Kepala 50 cm
Leher: Kelenjar getah bening teraba membesar sebesar kacang tanah pada regio sub
mandibula.
Mata :konjungtiva pucat ( -/- ), ikterus ( -/- ), refleks pupil ( +/+ ) isokor,
Hidung: liang lapang/lapang, sekret(-)
Mulut: faring: hiperemis(+), Lidah : kering (-)
Dada: diameter laterolateral > anteroposterior
Pemeriksaan Fisik
Thorax (Jantung):
-Inspeksi: iktus kordis terlihat pada midclavicula sinistra
ICS 5
-Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V Midclavicula sinistra
-Perkusi :
batas jantung kanan: garis parasternal sinistra ICS 4;
batas jantung kiri: garis Midclavicula sinistra ICS 4
-Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur(-),
gallop(-)
Pemeriksaan Fisik
Paru-paru:
-Inspeksi: pergerakan dinding simetris, retraksi sela iga (-), normochest
-Palpasi: vocal fremitus menghilang pada paru kiri pasien
-Perkusi: sonor, pekak pada paru kiri
-Auskultasi : bising nafas dasar vesikuler , Ronki -/+, wheezing -/-
Abdomen:
-Inspeksi : perut tampak datar
-Auskultasi : Bising usus (+), 4x/menit
-Palpasi : Supel,hepar teraba membesar 2 jari di bawah arkus kosta
-Perkusi : Timpani
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas : akral hangat ( + ), capillary refil time <2”, normotonus
A/ TB paru dalam pengobatan dengan efusi pleura sinistra
P/ Terapi lanjut
◦ Periksa Hb, Ht, Trombosit & Leukosit ulang
◦ Periksa SGOT + SGPT
Pemeriksaan Fisik (2/8/2015)
S/ Sesak (+), Batuk (+) Mual(+)
O/
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: kompos mentis
Berat Badan : 26 kg
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 120 x/ menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 36 x/ menit, reguler.
Suhu Aksila : 38 C
Status General (2 Agustus 2015)
Kepala : Normocephali, Lingkar Kepala 50 cm
Leher: Kelenjar getah bening teraba membesar sebesar kacang tanah pada regio sub
mandibula.
Mata :konjungtiva pucat ( -/- ), ikterus ( -/- ), refleks pupil ( +/+ ) isokor,
Hidung: liang lapang/lapang, sekret(-)
Mulut: faring: hiperemis(+), Lidah : kering (-)
Dada: diameter laterolateral > anteroposterior
Pemeriksaan Fisik
Thorax (Jantung):
-Inspeksi: iktus kordis terlihat pada midclavicula sinistra
ICS 5
-Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V Midclavicula sinistra
-Perkusi :
batas jantung kanan: garis parasternal sinistra ICS 4;
batas jantung kiri: garis Midclavicula sinistra ICS 4
-Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur(-),
gallop(-)
Paru-paru:
-Inspeksi: pergerakan dinding simetris, retraksi sela iga (-), normochest
-Palpasi: vocal fremitus menghilang pada paru kiri pasien
-Perkusi: sonor, pekak pada paru kiri
-Auskultasi : bising nafas dasar vesikuler , Ronki -/+, wheezing -/-
Abdomen:
-Inspeksi : perut tampak datar
-Auskultasi : Bising usus (+), 4x/menit
-Palpasi : Supel,hepar teraba membesar 2 jari di bawah arkus kosta
-Perkusi : Timpani
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas : akral hangat ( + ), capillary refil time <2”, normotonus
A/ TB paru dalam pengobatan dengan efusi pleura sinistra
P/ Terapi lanjut
◦ Periksa Hb, Ht, Trombosit & Leukosit ulang
◦ Periksa SGOT + SGPT
Pemeriksaan Fisik (3/8/2015)
S/ Nyeri dada (+), Sesak (+), Demam (+)
O/
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: kompos mentis
Berat Badan : 26 kg
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 120 x/ menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 36 x/ menit, reguler.
Suhu Aksila : 38 C
Status General (3 Agustus 2015)
Kepala : Normocephali, Lingkar Kepala 50 cm
Leher: Kelenjar getah bening teraba membesar sebesar kacang tanah pada regio sub
mandibula.
Mata :konjungtiva pucat ( -/- ), ikterus ( -/- ), refleks pupil ( +/+ ) isokor,
Hidung: liang lapang/lapang, sekret(-)
Mulut: faring: hiperemis(+), Lidah : kering (-)
Dada: diameter laterolateral > anteroposterior
Pemeriksaan Fisik
Thorax (Jantung):
-Inspeksi: iktus kordis terlihat pada midclavicula sinistra
ICS 5
-Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V Midclavicula sinistra
-Perkusi :
batas jantung kanan: garis parasternal sinistra ICS 4;
batas jantung kiri: garis Midclavicula sinistra ICS 4
-Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur(-),
gallop(-)
Pemeriksaan Fisik
Paru-paru:
-Inspeksi: pergerakan dinding simetris, retraksi sela iga (-), normochest
-Palpasi: vocal fremitus menghilang pada paru kiri pasien
-Perkusi: sonor, pekak pada paru kiri
-Auskultasi : bising nafas dasar vesikuler , Ronki -/+, wheezing -/-
Abdomen:
-Inspeksi : perut tampak datar
-Auskultasi : Bising usus (+), 4x/menit
-Palpasi : Supel,hepar teraba membesar 2 jari di bawah arkus kosta
-Perkusi : Timpani
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas : akral hangat ( + ), capillary refil time <2”, normotonus
HASIL PEMERIKSAAN LAB (2 Agustus 2015)
HB :10,9
ERITROSIT :12,1
Trombosit :660
Leukosit :33,5
SGOT :222
SGPT :259
A/ TB paru dalam pengobatan dengan efusi pleura sinistra
◦ DRUG INDUCE HEPATITIS
P/Mm/:
-Ceftriaxone 2x 1gr (IV)
-Ambroxol 14,5 mg
-Salbutamol 1,45 mg
-Sanmol drip 3x300mg
-INH 1x 150mg
-Rifampicin 1x300 mg
-Pirazinamid 2x 225mg
-Prednison 3x 10mg
-Ranitidin 2x 30mg
Boleh pulang, Kontrol Ke poli tanggal 10 Agustus 2015
Kesimpulan
Pasien mengalami komplikasi dari penyakit Tuberkulosis
Pasien juga mengalami komplikasi dari pengobatan TB yang di terima pasien
Perlunya pemeriksaan lab untuk melihat efek samping obat
Pengobatan OAT dosis diturunkan karena sudah mulai terjadi gangguan pada Organ
Hepar
top related