data hazard haryo.doc
Post on 11-Jan-2016
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAGEMENT DISASTER PLAN
GEMPA BUMI KABUPATEN BANTUL
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
dalam menempuh Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat
DISUSUN OLEH :
Haryo Ganeca W, S.Ked.
030.09.108
PEMBIMBING :
Dr. Gita Tarigan, MPH
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE JULI-SEPTEMBER 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
A. PENDAHULUAN
Proses mitigasi adalah beberapa tindakan yang seharusnya diambil sebelum
terjadinya suatu bencana yang mana hal itu terkait dengan tindakan secara strukttural
dan non sturltural. serta dalam rangka pengurangan resiko bencanan yang terintegrasi
dengan menggunakan system pengembangan yang berkelanjutan/sustainable
development. Tujuan dari mitigasi bencana gempabumi ini adalah untuk
mengembangkan strategi mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan
manusia dan alam sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan
ekonomi dan biaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang
dihasilkan oleh bahaya gempabumi.
Mengingat secara geologis di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dibatasi
oleh duampotensi besar bencana yakni Gunung Merapi dimsebelah Utara dan Zona
Subduksi di sebelah selatan maka tindakan mitigasi yang terintegrasi perlu dilakukan.
Selain itu, pemahaman akan karakteristik sumber bencana juga sangat penting
dilakukan dalam, rangka untuk mengestimasi potensi bencana yang mungkin
ditimbulkan serta untuk mengurangi dampak bencana terhadap kehidupan
disekitarnya dan fasilitas publik yang ada disekitar lokasi tersebut. Resiko yang
ditimbulkan oleh bencana gempabumi terhadap kehidupan manusia termasuk, jumlah
korban meninggal, cedera/menderita dan kerusakan ekonomi dapat dikurangi dengan
perencanaan wilayah yang baik mencakup desain konstruktsi sipil, progam pelatihan
mitigasi sebelum gempa itu sendiri terjadi. Penyediaan media informasi dan
komunikasi yang kritis dan up to date untuk meningkatkan response terhadap
bencana ketika terjadi.
B. GEOGRAFI
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia yaitu
lempeng Eurasia, Lempeng Samudera Hindia-Benua Australia dan Lempeng
Samudera Pasifik. Lempeng Samudera Hindia – Benua Australia bergerak relatif
kearah Utara relative terhadap Lempeng Eurasia (7,0 cm/th), Lempeng Pasifik
serta Lempeng Philipina di bagian Timur bergerak ke barat keduanya menumpu di
bawah pinggiran Lempeng Asia Tenggara (10 cm/th), sebagai bagian dari Lempeng
Eurasia. Pergerakan lempeng besar dalam bentuk penumpuan dan papas an
menimbulkan beberapa zona subduksi dan patah permukaan. Selain itu pergerakan ini
akan membebaskan sejumlah energi yang telah terkumpul sekian lama secara tiba-
tiba, di mana proses pelepasan tersebut menimbulkan getaran gempa dengan nilai
yang beragam
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis terletak pada 7°33’-
8°15’ LS dan 110°5’-110°50’ BT. Provinsi ini seluas 3.185,81 km2 atau 0,17% dari
luas wilayahIndonesia. Secara geologis Yogyakarta terletak pada cekungan yang
sudah terisi oleh material vulkanik gunung api. Disebelah utara dibatasi oleh Gunung
Merapi yang kadang kala menunjukkan aktivitas sebagai akibat dari munculnya
magma melalui lubang kepundan,sedangkan dibagian Selatan dibatasi dengan
aktivitas zona subduksi yang hingga saat ini juga menunjukkan aktivitasnya ditandai
dengan gempa-gempa mikro di sekitar zona tersebut.
Kabupaten Bantul mempunyai luas wilayah sekitar 50.685 Ha dengan batas
wilayah sebelah utara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, sebelah timur
Kabupaten Gunung Kidul, sebelah selatan Samudera Indonesia, dan sebelah barat
Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten Bantul secara administrasi terdiri dari 17
kecamatan, wilayah terkecil adalah Kecamatan Srandakan seluas 1.832 Ha (3,61%
dari luas Kabupaten Bantul), sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Dlingo
seluas 5,587 Ha (11,02% dari luas Kabupaten Bantul). Distribusi luas wilayah dari
tiap kecamatan seperti pada Tabel 2.1 dibawah ini.
Kabupaten Bantul terbagi dalam 17 kecamatan dan terdiri dari 75 desa. Kecamatan
Srandakan mempunyai jumlah desa yang paling sedikit (2 desa), sedangkan
Kecamatan Imogiri dan Banguntapan mempunyai jumlah desa terbanyak (8 desa).
C. PENDUDUK
Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Bantul dipengaruhi oleh
pertumbuhan alami (lahir dan mati), penduduk datang dan peduduk keluar (migrasi).
Rata-rata pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Bantul sebesar 2.53%
pertahun, untuk kurun waktu yang sama, kecamatan yang mempunyai rata-rata
tingkat pertambahan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Banguntapan yaitu 2,40%
per tahun.
Kabupaten Bantul yang meliputi luas 50.685 Ha, sampai dengan tahun 2008,
memiliki kepadatan penduduk rata-rata sebesar 18 jiwa/ha yang artinya setiap hektar
rata-rata dihuni 18 jiwa. Kepadatan tertinggi dimiliki Kecamatan Banguntapan yaitu
sebesar 34 jiwa/ha, sedangkan kepadatan terendah dimiliki Kecamatan Kretek,
Pundong sebesar 1 jiwa/ha. Dengan demikian, secara keseluruhan kepadatan
penduduk di wilayah ini dapat dikatakan masih cukup tinggi. Berdasar komposisi
jumlah penduduk menurut jenis kelamin ternyata di Kabupaten Bantul jumlah
perempuan lebih banyak daripada laki-laki.
D. ANALISIS KOMPONEN BENCANA KECAMATAN
Hazard
Gempa Yogyakarta 2006 terjadi pada 27 Mei 2006, pukul 05.54.01 WIB,
dengan magnitudo sekitar 6,4 Mw pada kedalaman sekitar 17,1 km di bawah
permukaan laut. Gempa tersebut mengguncang kawasan Bantul, Yogyakarta, Sleman,
dan Klaten selama lebih kurang 60 detik, dan diikuti dengan sekitar 750 gempa
susulan, yang magnitudo terbesarnya mencapai 5,2 Mw. Pusat gempa utama dan
susulannya berlokasi antara Yogyakarta, Bantul, dan Gunung Kidul. Berdasarkan
hasil estimasi, lokasi sesar penyebab gempa utama Yogyakarta 2006 ini terletak
sekitar 5 - 10 km sebelah timur Sesar Opak yang digambarkan sepanjang Sungai
Opak. Lokasi diperkirakan di perbukitan Baturagung sekitar Kecamatan Dlingo.
Sesar Opak yang digambarkan sepanjang Sungai Opak memanjang dari
kawasan pantai Parangtritis sampai ke Prambanan di sebelah timur kota Yogyakarta.
Pada gempa ini belum banyak diketahui tentang kontribusi pergerakan Sesar
Dengkeng yang terletak di ujung timur laut Sesar Opak berlanjut ke arah timur di
wilayah Klaten. Pergerakan sesar-sesar tersebut dipengaruhi oleh subduksi Lempeng
Australia ke bawah Lempeng Eurasia di bawah Pulau Jawa. Sesar Opak merupakan
satu diantara tiga sesar di selatan Jawa yang sudah diidentifikasi berhubungan dengan
zone subsduksi selain Sesar Cimandiri dan Sesar Grindulu.
VULNERABILITY
o Kerentanan Dari Aspek Lingkungan
Daerah pemukiman yang berada pada lempengan gempa, sehingga
rawan sekali terjadinya kerusakan.
o Kerentanan dari Aspek Sosial
1. Tingkat kepadatan penduduk
Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin rentan
terhadap bencana gempa bumi. Kabupaten Bantul yang meliputi luas
50.685 Ha, sampai dengan tahun 2008, memiliki kepadatan penduduk
rata-rata sebesar 18 jiwa/ha yang artinya setiap hektar rata-rata dihuni
18 jiwa. Dengan demikian, secara keseluruhan kepadatan penduduk di
wilayah ini dapat dikatakan masih cukup tinggi.
2. Tingkat laju pertumbuhan penduduk
Semakin tinggi tingkat laju pertumbuhan penduduk, maka semakin
rentan terhadap bencana gempa bumi. Rata-rata pertambahan jumlah
penduduk di Kabupaten Bantul sebesar 2.53% pertahun, untuk kurun
waktu yang sama, kecamatan yang mempunyai rata-rata tingkat
pertambahan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Banguntapan yaitu
2,40% per tahun.
3. Persentase jumlah lansia dan balita
Semakin banyak jumlah penduduk usia tua dan balita, maka semakin
rentan terhadap bencana banjir.
4. Kurangnya pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana, rendahnya
pendidikan, corak budaya individualisme, tingkat kesehatan
masyarakat yang rendah akan mempertinggi tingkat kerentanan.
Kerentanan dari Aspek Ekonomi
Semakin banyak rumah tangga miskin, maka semakin rentan terhadap
bencana banjir.
CAPACITY
o Kapasitas Fisik
a) Jarak menuju tempat pengungsian
Jarak penduduk untuk mencapai tempat pengungsian ketika terjadi bencana.
b) Fasilitas kesehatan
Jumlah fasilitas kesehatan di suatu wilayah.
Kapasitas Sosial
a) Keberadaan organisasi
Tingkat keberadaan organisasi kemasyarakatan yang berhubungan dengan
penanggulangan bencana di masyarakat.
b) Kekerabatan penduduk dalam upaya penanggulangan bencana
Tingkat kekerabatan penduduk dalam masyarakat sebagai upaya
penanggulangan bencana.
Kapasitas Sumber Daya Masyarakat
a) Keterlibatan masyarakat dalam sosialisasi kebencanaan
Tingkat keterlibatan masyarakat didalam diskusi/sosialisasi kebencanaan.
b) Keterlibatan masyarakat dalam pelatihan persiapan sebelum terjadi bencana.
Intensitas warga dalam mengikuti pelatihan persiapan bencana.
Kapasitas Ekonomi
a) Rata-rata pendapatan masyarakat dalam waktu satu bulan
Tingkat pendapatan masyarakat dalam satu bulan.
b) Kepemilikan asuransi jiwa
Tingkat kepemilikan asuransi jiwa.
E. MANAJEMEN PENANGANAN BENCANA
Healthcare Disaster Plan
Penanggulangan kesehatan bencana di Puskesmas pada bencana gempa bumi:
- Memastikan puskesmas aman sebagai sentra pelayanan kesehatan pasca
bencana
- Menentukan tempat yang aman untuk pengungsian, misalnya balai desa,
sekolah, masjid
- Menunjuk command leader di puskesmas yaitu salah satu dokter puskesmas
- Membuat jalur dan lokasi evakuasi bencana
- Mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat medis penunjang
- Meminta bantuan dinas kesehatan setempat bila ada obat-obatan atau alat
penunjang yang kurang
- Meminta bantuan dari mantri-mantri desa dan bidan-bidan desa untuk
membantu puskesmas
- Bekerjasama dengan Tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
mahasiswa kedokteran, tim medis, warga, maupun relawan untuk
mengevakuasi korban-korban bencana
- Menentukan triase, memilah-milah korban berdasarkan tingkat keparahan atau
kegawatdaruratannya
- Membagi ruangan/tempat khusus di puskesmas untuk pasien berdasarkan
triase tersebut
- Membuat traffic flow dari pintu masuk puskesmas ke ruang-ruang yang sudah
ditentukan sesuai dengan keadaan korban, sampai pintu keluar yang berbeda
dengan pintu masuk awal
- Membuat papan informasi di depan puskesmas berisi tentang data korban
yang berada di puskesmas sebagai sumber informasi untuk
keluarga/masyarakat.
Pre Bencana
o Dengar dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut perkiraan terkini
cuaca setempat.
o Waspadalah terhadap perubahan cuaca
o Waspadalah terhadap tanda tanda bahaya sebagai berikut :
Langit gelap pertanda hujan akan datang
Reruntuhan batu (rock fall) dan tanah (debris) pada jalan.
Retakan baru pada lereng,jalan atau dinding penahan tanah.
Material berupa tanah, batuan, pohon berjatuhan dari lereng..
Bersiap mengevakuasi atau memindahkan penduduk setelah gempa berhenti ke
tempat yang lebih aman
o Pada saat ini kita sebagai tenaga kesehatan bisa berkoordinasi dengan petugas
masyarakat seperti ketua camat atau kelurahan serta jajaran dibawahnya
(RT/RW) untuk memberikan pengumuman terhadap masyarakat mengenai
resiko yang akan terjadi, pada ilustrasi kasus ini adalah gempa bumi.
o Memastikan kepada pihak berwenang untuk menentukan dimana tempat
penampungan sementara untuk para masyarakat yang terancam bencana
gempa bumi ( Sekolah, Balai desa atau tempat peribadatan).
o Segera menghubungi puskesmas yang ada di desa setempat (Puskesmas
Kebun Sokolos) memiliki 1 orang dokter umum dan 3 perawat , 2 petugas
apotik memastikan peralatan dan obat-obatan dapat dipergunakan) dalam
peristiwa tanah gempa lebih disiapkan alat-alat Hecting, Bidai maupun obat-
obatan seperti analgetik.
Saat Bencana
Bila dalam keadaan gempa segeralah tetap berada ditempat cari tempat
perlindungan (seperti di bawah meja, di bawah kusen pintu kayu)sampai
gempa berhenti.
Saat sedang berlangsung gempa, jangan langsung berlari. Lebih baik diam dan
melindungi kepala, leher, dan tulang belakang. Jangan berdiam didekat kaca,
jendela, atau di bawah lampu.
Setelah gempa berhenti diperbolehkan mencari tempat perlindungan yang
sudah ditentukan.
Post Bencana
o Hindari daerah gempa, karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi
gempa susulan dan mungkin saja gempa akan terjadi di daerah gempa
tersebut.
o Periksa korban luka dan korban yang terjebak gempa tanpa langsung
memasuki daerah gempa.
o Bantu arahkan SAR ke lokasi gempa.
o Laporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang
berwenang.
o Periksa keadaan pondasi rumah dan tanah di sekitar lokasi gempa.
o Rehabilitasi: membuat tempat pengungsian sementara selama rumah
penduduk belum aman dari tanah gempa.
o Rekonstruksi : pembangunan kembali bangunan atau infrastruktur yang rusak
akibat tanah gempa.
F. HEALTHCARE DISASTER PLAN
Penanggulangan kesehatan bencana di Puskesmas pada tanah gempa:
- Memastikan puskesmas aman sebagai sentra pelayanan kesehatan pasca
bencana
- Menentukan tempat yang aman untuk pengungsian, misalnya balai desa,
sekolah, masjid ( tempat ibadah ).
- Menunjuk command leader di puskesmas yaitu salah satu dokter puskesmas.
- Membuat jalur dan lokasi evakuasi bencana.
- Mengumpulkan obat - obatan dan alat-alat medis penunjang.
- Meminta bantuan dinas kesehatan setempat bila ada obat - obatan atau alat
penunjang yang kurang.
- Mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat medis penunjang serta bahan
sandang dan pangan bagi warga pengungsian.
- Meminta bantuan dari mantri - mantri desa dan bidan - bidan desa untuk
membantu puskesmas ataupun tempat pengungsian.
- Bekerjasama dengan Tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
mahasiswa kedokteran, tim medis, warga, maupun relawan untuk
mengevakuasi korban - korban bencana.
- Menentukan triase, memilah - milah korban berdasarkan tingkat keparahan
atau kegawatdaruratannya.
- Membagi ruangan/tempat khusus di puskesmas untuk pasien berdasarkan
triase tersebut
- Membuat traffic flow dari pintu masuk puskesmas ke ruang - ruang yang
sudah ditentukan sesuai dengan keadaan korban, sampai pintu keluar yang
berbeda dengan pintu masuk awal.
- Membangun WC umum bagi warga pengungsian dilengkapi dengan air bersih
guna mencegah terjadinya penyakit yang dapat terjadi di tempat pengungsian.
- Membuat papan informasi di depan puskesmas berisi tentang data korban
yang berada di puskesmas sebagai sumber informasi untuk keluarga /
masyarakat.
- Membuat daftar RS yang dekat dengan lokasi bencana untuk merujuk pasien
yang tidak dapat ditangani di puskesmas.
Pengendalian penyakit pasca bencana
Biasanya dalam menangani kasus tanah gempa didapati korban yang cedera
mulai dari patah tulang, luka robek atau bisa juga terdapat penyakit lain seperti
gangguan saluran pernapasan (akibat tinggal di posko bencana) dan bahkan
beberapa bisa memiliki masalah psikis akibat harta bendanya yang rata dengan
tanah. Perlu ditinjau aspek-aspek berikut yang bisa dilakukan tenaga medis dalam
menangani kasus-kasus pasca bencana.
- Konseling kejiwaan bisa dilakukan untuk anak-anak dan orang tua, dilakukan
oleh tenaga medis atau berkomunikasi dengan psikolog yang bisa didatangkan
dengan bekerjasama dengan BNPB.
- Perawatan korban patah tulang dengan merujuk ke RS terdekat ( RSUD ) dan
melakukan pendataan serta mengurus rujukan.
- Pengobatan ISPA di pengungsian dengan sistematis dan memberikan masker
kepada penderita.
- Perawatan Vulnus Laceratum setelah dilakukan penjahitan kita pantau jahitan
dan jaga kebersihan bekas luka serta aff hecting.
top related