daftar pustaka - abstrak.uns.ac.id · kini”, dalam tradisi tulis nusantara: kumpulan makalah...
Post on 04-Nov-2019
64 Views
Preview:
TRANSCRIPT
132
DAFTAR PUSTAKA
Achadiati Ikram. 1997. Filologia Nusantara. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Agus Aris Munandar. 2015. Seminar Naskah Nusantara : Mahabharata Epos
Kepahlawanan Sepanjang Zaman. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Ani Rostiyati, dkk. 1994/1995. Fungsi Upacara Tradisional: Bagi Masyarakat
Pendukungnya dan Masa Kini. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
B. Soelarto. 1993. Garebeg di Kesultanan Yogyakarta. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Bani Sudardi. 2003. Penggarapan Naskah. Surakarta: Badan Penerbit Sastra
Indonesia.
Budiono Herusatoto. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Burhan Bungin. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Darusuprapta. 1984. Naskah-naskah Nusantara Beberapa Gagasan
Penanganannya. Yogyakarta: Javanologi.
Edi S. Ekadjati. 1992. Cara Kerja Filologi (Bahan Penataran di Universitas
Pajajaran). Bandung.
Edy Sedyawati. 1998. Naskah: artinya sebagai sasaran kajian dan sebagai
warisan budaya bangsa.
Edward Djamaris. 2002. Metode Penelitian Filologi. Jakarta : CV Manasco.
Emuch Hermansoemantri. 1986. Identifikasi Naskah. Bandung : Fakultas Sastra
Universitas Padjadjaran.
Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyayi Dalem Masyarakat Jawa.
Jakarta: Pustaka Jaya.
Hartini. 2012. Membaca Manuskrip. Surakarta: Program Buku Teks LPP UNS.
H. B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press.
Herry Lisbijanto. 2013. Sekaten. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
133
Mifedwil Jandra, dkk. 1989-1990. Perangkat / Alat-alat dan Pakaian Serta
Makna Simbolis Upacara Keagamaan di Lingkungan Keraton Yogyakarta.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nancy K Florida. 1991. Javanese Literature in Surakarta Manuscripts:
Manuscripts of the Mangkunegaran Palace. New York: South East Asia
Program, Cornel University.
Noeng Muhadjir. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Yogayakarta: Rakesarasin.
Nunik Umiyati. 2008. Tinjauan Filosofis Terhadap Makna Simbol Upacara
Gunungan Dalam Sekaten Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Skripsi. Surakarta: Jurusan Usluhuddin Prodi Aqidah Filsafat STAIN.
Paina Partana, dkk. 2011. Adiluhung Kajian Budaya Jawa (Marsudi: Makna
Simbol Keraton Surakarta). Surakarta: Cakra Books untuk Institut
Javanologi.
Panuti Sudjiman. 1995. Filologi Melayu: Kumpulan Karangan. Jakarta : PT.
Dunia Pustaka Jaya.
Poerwadarminta. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolteras’Uitgevers
Maatschappij.
Robson, S.O. 1994. Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL.
S. Nasution. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Santoso. 2010. Skripsi: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Grebeg
Maulud Di Kraton Surakarta.Salatiga : Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga.
Soeharso dan Ana Retnoningsih. 2007. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap.
Semarang: Grand Media Pustaka.
Soepanto, dkk. 1991-1992. Upacara Tradisional Sekaten Daerah Istimewa
Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Siti Baroroh Baried, dkk. 1994. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Fakultas
Sastra Universitas Gajah Mada.
Siti Chamamah Soeratno. 1997. “Naskah Lama dan Relevansinya dengan Masa
Kini”, dalam Tradisi Tulis Nusantara: Kumpulan Makalah Simposium
Tradisi Tulis Indonesia 4-6 Juni 1996. Jakarta: Masyarakat Pernaskahan
Nusantara. Halaman 7-33.
134
Sri Wulan Rujiati Mulyadi. 1994. Kodikologi Melayu di Indonesia. Depok:
Fakultas Sastra UI.
Sudarmanto. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Jawa (Jawa-Indonesia, Indonesia-
Jawa). Semarang: Widya Karya.
Sudibyo. (2007). Kembali Ke Filologi: Filologi Indonesia dan Tradisi
Orientalisme (Versi Elektronik). Jurnal Penelitian Humaniora, 19 (2),
107-118. Diperoleh pada 24 Mei 2016, dari http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-
humaniora/article/view/896.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Suwardi Endraswara. 2012a. Agama Jawa: Menyusuri Jejak Spiritualitas Jawa.
Yogyakarta: LEMBU Jawa (Lembaga Budaya Jawa).
.................................. 2012b. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Gajah Mada
University Press.
Suwito. 1992. Unsur-Unsur Agama Islam Dalam Adat Garêbêg Mulud di Karaton
Kasunanan Surakarta. Surakarta: UNS.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra : Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Tim Redaksi edisi ketiga. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Wahmuji. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.
Jakarta : Pt Gramedia Pustaka Utama.
Waldiya. 1981.Gamelan dalam Sekaten : Suatu Studi tentang Peranan Gamelan
Dalam Upacara Sekaten. Skripsi.Surakarta :UNS, Fakultas Sastra Budaya.
Pustaka Sumber:
Serat Garebeg Mulud PB VII Tulisan Tangan Koleksi Perpustakaan Reksa
Pustaka Pura Mangkunegaran Surakarta dengan Nomor Katalog H42.
135
136
Lampiran 2:
HASIL WAWANCARA
1. Bagaimana sejarah Garebeg Mulud atau sekaten ?
Untuk sejarah Garebeg Mulud atau Sekaten saya kira bisa dicari di buku
karena sudah banyak buku yang membahas tentang itu.
2. Apa perbedaan upacara Garebeg Mulud dengan Sekaten ?
Sebenarnya upacara Garebeg Mulud dan Perayaan Sekaten merupakan
upacara yang sama.
3. Mengapa Garebeg Mulud P.B. VII merupakan upacara yang paling
meriah?
Tahun Dal diyakini merupakan tahun kelahiran KN Muhammad SAW,
pastilah selama 27 tahun SISKS PBVII bertahta melewati tahun Dal
sehingga perayaan Garebeg Mulud kala itu dilakukan dengan sangat
meriah. Selain itu, Kangjeng Sinuhun Paku Buwono VII merupakan
seseorang yang pandai menghitung Pranata Mangsa. Sehingga
kemungkinan pada saat perayaan garebeg mulud dirayakan secara besar-
besaran karena hasil pertanian melimpah berkat kepandaiannya
menghitung waktu.
4. Makna gendhis kalapa dan mayang sarakit ?
Gendhis itu berarti Gula berwarna merah yang memiliki arti berani secara
simbol belambangkan laki-laki, sedangkan kalapa memiliki arti putih suci
secara simbol melambangkan wanita.
137
5. Apa makna dari penamaan Gamelan Kyai Kumba Kinumba ?
Kumba itu artinya beradu. Jadi, kumba-kinumba artinya saling beradu.
6. Bagaimana prosesi pemindahan Gunungan dari Keraton menuju Masjid
Agung ?
Gunungan Dalem akan dibawa ke Masjid Agung setelah abdi dalem
Bupati puteri menerima “dhawuh” atau perintah. Gungungan itu
dikeluarkan dari Keraton dengan diiringi para abdi dalem dengan urutan
kepangkatan yaitu: Jajar - Manteri – Panewu – Bupati Anom – Bupati
Sepuh – Para Sentana dalem yang sudah mendapatkan kedudukan dan
sesuai dengan urutan kepangkatan. Prosesi pemindahan Gunungan tersebut
melalui kori kamandhungan – bale rata – kori brajanala lor – kori renteng
– menuju Sitinggil – Pagelaran Sumewa melalui tengah-tengah alun-alun-
sebelum Ringin kurung belok kiri menuju Masjid Agung- Gunungan
diletakkan di serambi masjid.
7. Gunungan dalem ada dua yakni Gunungan lanang dengan Gunungan
wadon?
Dahulunya gunungan jumlahnya banyak dan pada setiap perayaan semua
gunungan ada. Pada masa sekarang memang gunungan Dalem hanya ada
dua yakni gunungan lanang dan gunungan wadon, karena Keraton
sekarang tidak memiliki daerah kekuasaan, sehingga tidak ada yang
menyetor bahan-bahan yang akan dijadikan gunungan pada setiap
perayaan garebeg. Jika gunungan dilengkapi jumlahnya seperti jaman
dahulu maka dana yang digunakan sangat banyak sekali dan tidak
memungkinkan.
138
Lampiran 3: Dokumen wawancara
139
Lampiran 4: Sampul depan naskah SGM
140
Lampiran 5: SGM halaman 1
141
Gambar 6: SGM halaman kosong
142
Lampiran 7: SGM halaman 2
143
Lampiran 8: SGM halaman 3
144
Lampiran 9: SGM halaman 4
145
Lampiran 10: SGM halaman 5
146
Lampiran 11: SGM halaman 6
147
Lampiran 12: SGM Halaman 7
148
Lampiran 13: SGM halaman 8
149
Lampiran 14: SGM halaman 9
150
Lampiran 15: SGM halaman 10
151
Lampiran 16: SGM halaman 11
152
Lampiran 17: SGM halaman 12
153
Lampiran 18: SGM halaman 13
154
Lampiran 19: SGM halaman 14
155
Lampiran 20: SGM halaman 15
156
Lampiran 21: SGM halaman 16
157
Lapiran 22: SGM halaman 17
158
Lampiran 23: SGM halaman 18
159
Lampiran 24: SGM halaman 19
160
Lampiran 25: SGM sampul belakang
top related