daftar isi halaman sampul depan halaman ......sejak indonesia meratifikasi perjanjian wto dan...
Post on 27-Jan-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................... i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM .................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI .................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ix
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. ix
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
ABSTRACT .................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah .......................................................... 1
1.2. Rumusan masalah................................................................... 6
1.3. Ruang lingkup masalah .......................................................... 6
1.4. Orisinalitas penelitian............................................................. 7
1.5. Tujuan penelitian .................................................................... 8
1.5.1. Tujuan umum ............................................................. 8
1.5.2. Tujuan khusus ............................................................ 8
1.6. Manfaat penelitian .................................................................. 9
1.6.1. Manfaat teoritis .......................................................... 9
1.6.2. Manfaat praktis ........................................................... 9
-
2
1.7. Landasan teoritis .................................................................... 10
1.8. Metode penelitian ................................................................... 13
1.8.1. Jenis penelitian ........................................................... 14
1.8.2. Jenis pendekatan ......................................................... 14
1.8.3. Sifat penelitian ............................................................ 15
1.8.4. Sumber data ................................................................ 16
1.8.5. Teknik pengumpulan data .......................................... 18
1.8.6. Teknik pengolahan dan analisa data ........................... 20
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERLINDUNGAN
KONSUMEN, MEREK BARANG TERKENAL IMPOR DAN
BARANG TIRUAN
2.1. Perlindungan konsumen ......................................................... 21
2.1.1. Pengertian dan dasar hukum perindungan
konsumen ................................................................... 21
2.1.2. Hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha ..... 27
2.2. Merek ..................................................................................... 30
2.2.1. Pengertian dan dasar hukum pengaturan merek ......... 30
2.2.2. Unsur-unsur dan fungsi merek ................................... 32
2.2.3. Jenis-jenis merek ........................................................ 36
2.3. Barang tiruan terkenal ............................................................ 39
2.3.1. Pengertian barang tiruan terkenal ............................... 39
2.3.2. Dasar hukum barang tiruan terkenal .......................... 42
2.3.3. Pelanggaran merek terhadap barang tiruan terkenal .. 45
-
3
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN
DALAM PEMBELIAN BARANG-BARANG YANG TIDAK
MEMENUHI STANDARD QUALITY
3.1. Peredaran barang-barang merek terkenal tiruan
di Kabupaten Badung ............................................................. 49
3.2. Perlindungan hukum terhadap kerugian atas
pembelian barang merek terkenal tiruan ................................ 52
BAB IV TANGGUNGJAWAB PELAKU USAHA TERHADAP
KERUGIAN DARI PIHAK KONSUMEN
4.1. Kerugian konsumen terhadap pembelian
barang-barang merek terkenal tiruan ..................................... 56
4.2 Upaya hukum atas kerugian terhadap
pembelian barang merek terkenal tiruan ................................ 58
4.3 Tanggungjawab pelaku usaha terhadap
kerugian konsumen dalam pembelian barang-
barang merek terkenal tiruan .................................................. 59
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................ 64
5.2 Saran ....................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66
DAFTAR RESPONDEN
-
4
RINGKASAN SKRIPSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul Perlindungan Konsumen Terhadap
Beredarnya Merek Barang Impor Tiruan di Wilayah Kabupaten Badung ini
dilatarbelakangi oleh lemahnya kedudukan konsumen dalam perdagangan di
Indonesia. Pengaturan mengenai perlindungan konsumen sudah diatur dalam
Undang Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang
dimaksudkan untuk memberi perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihak
(konsumen maupun pelaku usaha). Setelah Indonesia menjadi anggota dalam
perjanjian ASEAN Economic Community (AEC) mengakibatkan arus
perdagangan internasional semakin bebas sehingga banyak merek suatu barang
terkenal menjadi tolak ukur dalam kehidupan perekonomian seseorang. Hal ini
dimanfaatkan sebagai celah oleh beberapa pelaku usaha untuk memalsukan
barang dagangannya sehingga menyebabkan konsumen tertipu dalam
membedakan barang impor tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1) Bagaimana perlindungan hukum
terhadap konsumen dalam pembelian barang-barang yang tidak memenuhi
standard quality (tiruan)? 2) Bagaimana tanggungjawab pelaku usaha terhadap
kerugian dari pihak konsumen?
Dalam penulisan skripsi ini metode yang digunakan adalah metode
penelitian hukum empiris yaitu dengan melakukan penelitian secara langsung ke
lapangan dengan mendatangi objek penelitian disertai beberapa kasus yang
pernah terjadi terhadap konsumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik wawancara untuk memperoleh informasi
terkait perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pembelian barang-barang
yang tidak memenuhi standard quality (tiruan) dan pertanggungjawaban pelaku
usaha terhadap kerugian dari pihak konsumen.
Hasil dari penelitian ini adalah perlindungan hukum terhadap konsumen
dalam pembelian barang-barang yang tidak memenuhi standard quality (tiruan)
yang terjadi di Kabupaten Badung tertera dalam Pasal 4 Undang Undang Nomor
8 Tahun 1999 dan bagi konsumen yang menderita kerugian dapat langsung
menyampaikan laporannya kepada Badan Penyelesaian Sengketa (BPSK)
Kabupaten Badung. Tanggungjawab pelaku usaha mengenai kerugian dari pihak
konsumen terdapat dalam Pasal 1367 Kitab Undang Undang Hukum Perdata,
Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 7
huruf f, Pasal 8 ayat (4), Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 60 ayat (2), Pasal
62 ayat (1) serta Undang Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek Pasal
90.
-
5
Kata Kunci : perlindungan konsumen, merek terkenal, tiruan
ABSTRACT
This writing titled Consumer Protection Against Counterfeit Imported
Product in Badung Regency is due to weak consumer position in Indonesian
market. Rules concerning consumer protection already written in Constitution
years 1999 number 8 about consumer protection, which means to give
protection and legal assurance for consumer or businessman. After Indonesia
become member in ASEAN Economic Community (AEC) agreement making
international market to be more „open‟ which cause many famous and well-
known brand become reference point in one‟s economy. Many business man has
taken to advantage this thing to make counterfeit product so consumer will
confuse the counterfeit product with the original one. Based upon above writing,
hence few problem can be questioned as follows: 1) How the law and regulation
for consumer in purchasing counterfeit product? 2) What is the businessman
responsible for the consumer‟s loss.
In this writing method which use is law research empirical method. By
doing research directly to the field with visits research objects as well as few
cases, which happened in the past to the consumer. Data collecting technique in
this essay is interview to collect information regarding law protection for
consumer in purchasing counterfeit product and responsibility of the
businessman for the consumer‟s loss.
Result of this research is law protection for consumer in purchasing
counterfeit product which happened in Badung regency, based on Article 4 on
Act 8 years 1999 and for consumer who have loss can directly send his/her
reports to Badan Penyelesaian Hukum Sengketa (BPSK) Badung. Responsibility
of the businessman about loss in consumer is written on article 1367 Kitab
Undang Undang Hukum Perdata, Act 8 years 1999 regarding consumer
protection article 7 word f, article 8 verse 4, article 19 verse 1 and verse 2,
article 60 verse 2, article 62 verse 1, as well as Act 15 years 2001 about brand
verse 90.
Keywords : consumer protection, well known mark, counterfeit
-
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Maraknya arus globalisasi yang terjadi belakangan ini, ditambah lagi
setelah Indonesia menandatangani perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) semakin membuat arus
perdagangan internasional semakin bebas. Dengan adanya Undang Undang No
15 tahun 2001 tentang Merek, serta dengan adanya Keppres No 17 tahun 1997,
Indonesia telah mengesahkan Trade Mark Law Treaty (TLT) yang merupakan
pengharmonisan prosedur administrasi dalam kaitannya dengan aplikasi nasional
dan perlindungan merek.1 Dalam hal ini diharapkan dapat menekan angka
plagiatisme terhadap merek dagang terkenal.
Awalnya untuk menjamin perlindungan hukum tehadap merek dagang
(asing) dibentuklah perjanjian TRIP‟s(Trade Relation Aspects of Intellectual
Property Rights) tahun 1883 di Paris, London, Stocholm. Kemudian barulah di
1Abdul R. Saliman, 2011, Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, h.157.
-
7
tahun 1994, Indonesia ikut serta dalam menandatangani Pembentukan World
Trade Organization (WTO) sebagai negara peserta dalam penandatanganan
persetujuan tersebut.
-
xiii
xiii
Sejak Indonesia meratifikasi Perjanjian WTO dan TRIP’s yang merupakan
lampirannya, Indonesia harus tunduk kepada aturan yang bersifat global.2
Tidak bisa dipungkiri lagi barang impor tiruan tanpa disadari, lambat laun
dianggap menjadi hal biasa yang sudah lekat dalam masyarakat Indonesia.
Ditambah lagi perkembangan ekonomi yang semakin maju dari diadakannya
hubungan antar negara menjadi semakin tidak adanya batasan antara pemilik
barang dan/jasa untuk saling mempromosikan merek barang dan/jasa tsb.
Indonesia sebagai salah satu anggota General Agreement on Tarif and Trade
(GATT) bermaksud untuk melebarkan sayap kepada peluang pasar internasional,
menyebabkan sistem perkembangan ekonomi Indonesia menjadi lebih terbuka
dan pada akhirnya berpengaruh terhadap makin berkembangnya pemanfaatan
merek barang asing yang masuk kedalam wilayah Indonesia.
Sayangnya dengan melihat potensi Indonesia sebagai target marketing pasar
lebih mengutamakan produk-produk bermerek asing (label minded), serta pola
hidup masyarakat yang mayoritas konsumtif, maka tidak sedikit pelaku usaha
yang memanfaatkan situasi ini untuk meniru barang impor terkenal yang identik
dengan harganya yang mahal, menjadi barang tiruan dengan harganya yang low
cost atau bahkan jauh dari harga yang sesungguhnya untuk mendapatkan
keuntungan pribadi. Konsumen yang keberadaannya sangat tidak terbatas dengan
strata yang sangat bervariasi menyebabkan produsen melakukan kegiatan
pemasaran dan distribusi produk barang dan/atau jasa dengan cara seefektif
2Ibid.
-
xiv
xiv
mungkin agar dapat mencapai konsumen yang sangat majemuk tersebut.3
Sehingga tidak jarang pembeli (konsumen) berasal dari banyak kalangan, mulai
dari menengah kebawah bahkan hingga kalangan sosialita.
Pelaku usaha dalam hal ini perlu mengupayakan segala cara untuk dapat
terpenuhinya tindakan yang bersifat negatif, yang merupakan suatu tindakan tidak
terpuji yang berawal pada suatu itikad buruk. Dampak buruk yang lazim terjadi,
antara lain menyangkut kualitas, atau mutu barang, informasi yang tidak jelas,
bahkan menyesatkan pemalsuan dan sebagainya.4
Padahal seperti yang diketahui, dengan semakin banyaknya beredar barang-
barang impor tiruan yang ada di pasaran nantinya akan merugikan bagi para
konsumen sendiri dikarenakan mereka tidak mendapatkan barang-barang yang
sesuai dengan keinginan mereka. Maraknya peredaran barang palsu di pasar kian
meresahkan banyak pihak, selain merugikan pemerintah (pajak), investor ataupun
pemegang merek.5 Keberadaan barang palsu juga merugikan pelaku sektor
industri termasuk para pekerja dan konsumen, sebagai pengguna meskipun
mereka secara langsung dapat membedakan merek terkenal dngan merek terkenal
palsu tetapi mereka menghiraukan demi menunjang gaya hidup, keadaan seperti
inilah yang perlu diperhatikan pemerintah agar pemegang merek barang
3Kristiyanti, Celina, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, h.5.
4Ibid, h.6.
5Ediningtyas, Sekar, 2015, Perlindungan Hukum Terhadap Pemalsuan Merek Dagang
Terkenal Asing di Indonesia Ditinjau dari Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Merek
(Studi di Pasar Johar Semarang), h.6.
-
xv
xv
terkenal/investor mendapat jaminan perlindungan hukum terhadap
berkembangnya merek barang terkenal tiruan dalam skala besar.6
Namun tidak hanya kepentingan pemilik merek impor terkenal saja yang
dirugikan, konsumen juga dirugikan karena membeli produk yang tidak sesuai
dengan ekspektasinya sebagai timbal balik dari pembayaran yang sudah
dilakukan.7 Selain itu, tidak sedikit konsumen yang menyadari bahwa merek pada
barang yang kualitasnya tidak memenuhi standard quality yang ditentukan maka
kualitas barang tersebut pun tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Memang
faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran
konsumen akan haknya masih rendah.8 Hal ini disebabkan oleh rendahnya
pendidikan konsumen.9
Hal ini kemudian didasarkan pada apakah konsumen tidak mengetahui
bahwa barang-barang tiruan yang dibelinya dipasaran tsb merupakan barang
tiruan, atau apakah konsumen sendiri sudah mengetahui dan sadar bahwa barang-
barang yang dibelinya di pasaran adalah barang tiruan dari merek barang impor
terkenal?
Jika hal tersebut tidak diketahui oleh konsumen sebelum membeli barang
tsb, maka hal itu akan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
ada. Pelaku usaha dianggap melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
sesuai dengan yang tertera dalam Pasal 7 huruf b Undang Undang No 8 Tahun
6Ibid.
7Kurnia, Titon Slamet, 2011, Perlindungan Hukum Terhadap Merek terkenal di
Indonesia Pasca Perjanjian TRIP‟s, PT. Alumni, Bandung, h.99. 8Kansil dan Christine, 2008, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta. h.212. 9Ibid.
-
xvi
xvi
1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa, “memberikan informasi
yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.” Lain
halnya jika pelaku usaha sudah memberikan informasi bahwa barang tsb
merupakan barang tiruan, namun konsumen tsb tetap membeli barang itu dengan
mengabaikan keasliannya.
Keefektifan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen menjadi suatu permasalahan yang ada di masyarakat saat ini, hal ini
ditandai dengan beberapa kasus pelanggaran barang impor tiruan yang terjadi di
wilayah Badung, dengan objek penelitian di daerah Kuta. Seperti kasus
pemalsuan barang impor kepada salah satu konsumennya atas nama merek barang
“Crocss” di World Brand Factory (atau yang lebih dikenal dengan nama WBF)
serta kasus pemalsuan charger di Global “Apple Authorised Reseller” yang
dilakukan oleh salah satu karyawannya yang tidak bertanggungjawab di salah
satu outlet yang berada di Beachwalk Kuta, Bali. Padahal seperti yang kita
ketahui, WBF dan Global kedua toko ini merupakan salah satu outlet ternama
yang identik dengan penjualan barang-barang impor. WBF menjual barang-
barang impor dengan merek terkenal seperti Volcom, RipCurl, Nike, Crocss, dan
sebagainya dengan harga berbanding jauh dibanding harga pada outlet resminya,
sedangkan Global yang merupakan store resmi dari produk Apple yang mendunia
harus tercoreng namanya dikarenakan ulah salah satu karyawannya yang menjual
charger tiruan merek Apple kepada salah satu customer. Kedua kasus tersebut
sebagaimana terkait dengan Undang Undang No 8 Tahun 1999 tentang
-
xvii
xvii
Perlindungan Konsumen, dianggap melanggar ketentuan Pasal 7 huruf b dan
Pasal 8 ayat (2).
Maka dari itu berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka diangangkatlah permasalahan tersebut dalam karya tulis yang
berjudul
“Perlindungan Konsumen Terhadap Beredarnya Merek Barang Impor
Terkenal Tiruan di Wilayah Kabupaten Badung”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pembelian
barang-barang yang tidak memenuhi standard quality?
2. Bagaimana tanggungjawab pelaku usaha terhadap kerugian dari pihak
konsumen?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Untuk memperoleh pembahasan yang tidak jauh menyimpang dari pokok
permasalahan, maka diberikan batasan-batasan mengenai ruang lingkup
pemasalahan yang akan dibahas, yaitu:
Terhadap permasalahan pertama, untuk mengetahui perlindungan hukum
terhadap pembelian barang-barang yang tidak memenuhi standard quality (tiruan)
yang beredar dipasaran dengan disadari atau tidaknya bahwa merek barang tsb
palsu dan dibeli dengan dengan/tanpa sepengetahuan konsumen itu sendiri.
Kedua, untuk mengetahui tanggungjawab pelaku usaha dalam memberikan
-
xviii
xviii
kerugian yang disebabkannya kepada konsumen dikarenakan pelaku usaha
melanggar ketentuan pada Pasal 7 huruf b Undang Undang No 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
1.4. Orisinalitas Penelitian
Penelitian ini meneliti pada permasalahan merek dagang tiruan di Bali,
dengan objek penelitian yaitu di daerah Kuta yang berada di Kabupaten Badung.
Selain itu, penelitian ini juga meneliti mengenai perlindungan hukum terhadap
konsumen dalam pembelian barang-barang yang tidak memenuhi standard
quality (tiruan), serta tanggungjawab pelaku usaha terhadap kerugian dari pihak
konsumen. Adapun penelitian yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini
adalah:
No. Judul Penelitian Penulis Permasalahan
1.
PERLINDUNGAN
HUKUM TERHADAP
PEMALSUAN
MEREK DAGANG
TERKENAL ASING
DI INDONESIA
DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG
NOMOR 15 TAHUN
2011 TENTANG
Sekar Ayu
Ediningtyas
1. Bagaimana perlindungan
hukum terhadap pemalsuan
merek dagang terkenal
asing di Indonesia yang
berada di Pasar Johar
Semarang?
2. Apa faktor penghambat
pelaksanaan perlindungan
merek terhadap pemalsuan
merek dagang terkenal
-
xix
xix
MEREK (STUDI DI
PASAR JOHAR
SEMARANG)
asing di Pasar Johar
Semarang?
1.5. Tujuan Penelitian
Setiap pembahasan pasti memiliki tujuan tertentu, baik tujuan umum
maupun tujuan khusus dalam pembuatannya. Adapun tujuan tersebut adalah:
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah
1. untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap konsumen dalam
pembelian barang-barang yang tidak memenuhi standard quality
(tiruan).
2. untuk mengetahui tanggungjawab pelaku usaha terhadap kerugian
dari pihak konsumen.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:
1. untuk memahami perlindungan hukum terhadap konsumen dalam
pembelian barang-barang yang tidak memenuhi standard quality
(tiruan).
2. untuk memahami tanggungjawab pelaku usaha terhadap kerugian
dari pihak konsumen.
-
xx
xx
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:
a. Manfaat teoritis
1. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya hukum
perlindungan konsumen serta hukum merek.
2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
referensi bagi para pihak untuk mengetahui sampai sejauh mana
perlindungan konsumen terhadap merek yang ada di Kabupaten
Badung
b. Manfaat praktis
Bahwa penulisan skripsi ini dapat dipakai sebagai pedoman untuk
menyelesaikan permasalahan yang sejenis oleh siapa saja baik praktisi,
akademisi maupun oleh pemerintah.
1.7. Landasan Teoritis
Landasan teoritis merupakan upaya untuk mengidentifikasi teori hukum,
konsep hukum, asas hukum, aturan hukum, norma hukum, dan lain – lain yang
akan dipakai sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian.
Istilah konsumen berasal dari kata “consumer” (Inggris-Amerika), atau
consument/konsument (Belanda). Secara harfiah arti kata consumer adalah (lawan
-
xxi
xxi
dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang.10
Tujuan penggunaan
barang atau jasa nanti menentukan termasuk konsumen kelompok mana
pengguna tersebut.11
Begitu pula Kamus Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti
kata consumer sebagai pemakai atau konsumen.12
Menurut Undang Undang
Perlindungan Konsumen (UUPK) Pasal 1 angka 1 perlindungan konsumen adalah
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen. Sedangkan menurut UUPK Pasal 1 angka 2,
konsumenadalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Kemudian terdapat istilah “hukum konsumen” dan “hukum perlindungan
konsumen”. Hukum sendiri berfungsi untuk memberikan pengayoman kepada
masyarakat. Maka, hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas
dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan
dan masalah penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan
konsumen merupakan keseluruhan peraturan perundang-undangan, baik undang-
undang maupun peraturan perundang-undangan lainnya serta putusan-putusan
hakim yang substansinya mengatur mengenai kepentingan konsumen.13
Perlindungan konsumen dalam era pasar global menjadi sangat penting, karena
10Kristiyanti, Celina, op.cit, h.22.
11loc.cit.
12Nasution, 2001, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media,
Jakarta, h.3.
13Samsul, Inosentius, 2014, Perlindungan Konsumen, Kemungkinan Penerapan
Tanggung Jawab Mutlak, Jakarta, Universitas Indonesia, h.34.
-
xxii
xxii
pertama konsumen disamping mempunyai hak-hak yang bersifat universal juga
mempunyai hak-hak yang bersifat sangat spesifik (baik situasi maupun kondisi).14
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang Undang Merek (UU Merek) No 15
tahun 2001, merek adalah tanda berupa gambar, susunan warna, nama, kata,
huruf-huruf, angka-angka, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda, dan digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa.
Kemudian dalam UU Merek Pasal 1 angka 2, merek dagang adalah merek yang
digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang
secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-
barang sejenis lainnya.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka dapat diketahui terdapat elemen yang
dalam hal ini dapat memberikan kemampuan perlindungan sebagai merek,
yaitu:15
1. Tanda;
2. Memiliki daya pembeda;
3. Penggunakan untuk perdagangan barang atau jasa.
Merek sangat berharga dalam HKI karena merek dikaitkan dengan kualitas
dan keinginan konsumen dalam sebuah produk atau servis.16
Dengan memakai
merek, seseorang akan tertarik atau tidak tertarik untuk mengkonsumsi sesuatu.
Sesuatu yang tidak terlihat dalam merek dapat menjadikan pemakai atau
konsumen setia dengan merek tersebut. Hal inilah yang meruapakan hak milik
14
Kristiyanti, Celina, op.cit., h.6.
15Jened, Rahmi, 2015, Hukum Merek „Trademark Law”, PT. Prenadamedia Grup,
Jakarta, h.60. 16
Astarini, Dwi, 2009, Penghapusan Merek Terdaftar, PT. Alumni, Bandung, h.32.
-
xxiii
xxiii
immaterial yang terdapat dalam merek.17
Terjadinya perbedaan kemasyhuran
suatu merek, membedakan pula tingkat derajat kemahsyuran yang dimiliki oleh
berbagai merek. Ada 3 (tiga) jenis merek yang dikenal oleh masyarakat yaitu
Merek Biasa, Merek Terkenal dan Merek Termasyhur.
Beragamnya struktur lapisan masyarakat mulai dari kalangan ekonomi
menengah kebawah hingga kalangan ekonomi menengah keatas (sosialita)
menyebabkan penggunaan merek menjadi lebih menonjol. Akan tetapi keadaan
ekonomi masyarakat Indoenesia tidak semuanya berasal dari kalangan menengah
keatas sehingga kemudian hal ini dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk
mempergunakan daya pikat dari merek itu sendiri dan kemudian memasarkannya
kepada masyarakat. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang
tidak bertanggungjawab dengan mengedarkan barang-barang merek terkenal
tiruan kepada masyarakat yang ekonominya menengah kebawah dengan harga
yang relatif terjangkau. Permasalahan terjadi ketika konsumen kemudian ditipu
dengan mengatas namakan bahwa merek terkenal tiruan yang dijual tersebut
adalah asli dan kemudian konsumen merasa dirugikan dengan perbedaan mutu
dan kualitas dari barang yang dibelinya. Pelaku usaha yang dalam hal ini telah
diatur dalam UUPK Pasal 7 huruf b dianggap telah melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada prinsipnya setiap tindakan
untuk menggunakan merek identik untuk produk identik (double identity) adalah
secara nyata merupakan tindakan pemalsuan (counterfeiting).18
Konsumen dalam
hal ini juga harus mengacu pada prinsip kehati-hatian karena menurut prinsip ini,
17
Ibid.
18Ibid.
-
xxiv
xxiv
dalam suatu hubungan jual beli baik konsumen maupun pelaku usaha harus selalu
berhati-hati (let the buyer be aware/caveat emptor).
1.8. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu pedoman untuk mempelajari dan
memahami lingkungan – lingkungan yang dihadapi, dan digunakan dalam setiap
penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah sendiri merupakan suatu proses penalaran
yang mengikuti suatu alur berpikir yang logis dan dengan menggabungkan
metode yang juga ilmiah, karena penelitian ilmiah selalu menuntut pengujian dan
pembuktian. Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan-
aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi.19
Terdapat beberapa metode penelitian yang dipergunakan, yaitu:
1.8.1 Jenis penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka penelitian yang
digunakan adalah penelitian yuridis empiris yang berarti bahwa penelitian hukum
ini akan berdasarkan pada efektivitas hukum di dalam masyarakat. Kajian empiris
adalah kajian yang memandang hukum sebagai kenyataan, mencakup kenyataan
sosial, kenyataan kultur dan lain-lain. Kajian ini bersifat deskriptif, dimana kajian
empiris mengkaji law in action. Kajian empiris dunianya adalah das sein (apa
kenyataannya).20
Pertimbangan dalam penggunaan jenis penelitian ini
dikarenakan obyek kajian yang diteliti menitik beratkan pada hal yang diamati
19Marzuki, Peter, 2011, Penelitian Hukum, Cetakan Ke-7, Kencana, Jakarta, h.35.
20Achmad Ali dan Wiwie Heryani, 2012, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum,
Prenamedia Group, Jakarta, h.2.
-
xxv
xxv
dalam kehidupan bermasyarakat, dalam hal ini berkenaan dengan pengaturan dan
implementasi serta hambatan yang dihadapi dalam perlindungan konsumen
terhadap merek di Kabupaten Badung.
1.8.2 Jenis pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus
(case approach), fakta (the fact approach) dan pendekatan perundang-undangan
(the statue approach). Pendekatan fakta (the fact approach) dilakukan dengan
melihat keadaan nyata di wilayah penelitian.21
Pendekatan berdasarkan fakta atau
kenyataan dalam hal ini berdasarkan pada hal-hal yang terjadi dalam masyarakat
terkait dengan beredarnya barang tiruan yang meresahkan konsumen di
Kabupaten Badung. Pendekatan perundang-undangan (the statute approach)
adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan
regulasi yang bersangkut paut sesuai hukum yang ditangani.22
Sedangkan dalam
pendekatan kasus (case approach) kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum
ditelaah dan dipelajari untuk memperoleh suatu gambaran terhadap dampak
dimensi penormaan dalam suatu aturan hukum dalam praktik hukum, serta
menggunakan hasil analisisnya untuk bahan masukan dalam eksplanasi hukum.23
1.8.3 Sifat penelitian
21Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2009, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum
Universitas Udayana, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h.60. 22
Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum Edisi I Cetakan V, Kencana, Jakarta,
h.93. 23
Ibrahim, Johni, 2007, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif Cetakan III,
Bayumedia Publishing, Malang, h.321.
-
xxvi
xxvi
Skripsi ini menggunakan penelitian hukum empiris. Dalam suatu penilitian
empiris, terdapat pembedaan menurut sifat penelitiannya, yakni:24
a) Penelitian eksploratif (penjajakan atau penjelajahan)
Penelitian ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai suatu
gejala tertentu atau untuk mendapatkan ide-ide baru mengenai suatu gejala itu.
Penelitian eksploratif umumnya dilakukan terhadap pengetahuan yang masih
baru, belum banyak informasi mengenai masalah diteliti atau bahkan belum ada
sama sekali. Penelitian eksploratif dianggap remeh oleh sebagian orang, karena
tidak mempunyai nilai ilmiah. Penelitian jenis ini misalnya penelitian identifikasi
hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis.
b) Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan
penyebaran suatu gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini, berawal dari
hipotesis, tetapi dapat juga tidak bertolak dari hipotesis, dapat membentuk teori-
teori baru atau memperkuat materi yang sudah ada dan dapat menggunakan data
kualitatif atau kuantitatif.
c) Penelitian eksplanatif (menerangkan)
Penelitian eksplanatif bertujuan menguji hipotesis-hipotesis tentang ada
tidaknya hubungan sebab akibat antara berbagai variabel yang diteliti. Dengan
demikian, penelitian eksplanatif baru dapat dilakukan, apabila informasi-
informasi tentang masalah yang diteliti sudah cukup banyak, artinya telah ada
24
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja
Grafindo, Jakarta, h.25-28.
-
xxvii
xxvii
beberapa teori tertentu dan telah ada berbagai penelitian empiris yang menguji
berbagai hipotesis tertentu.
Sehingga dalam penelitian ini yang dipergunakan adalah sifat penelitian
deskriptif.
1.8.4 Sumber Data
Pada penelitian ini digunakan data yang bersumber dari:
1) Data primer
Data primer yakni data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai
sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan atau field research,
dilakukan baik melalui wawancara atau interview.25
Dalam penelitian ini data
dilapangan diperoleh dari hasil wawancara dan/atau survei langsung kepada
korban (dalam hal ini merupakan konsumen) yang berada di wilayah Badung
serta Dinas Perdagangan Kabupaten Badung selaku narasumber pengganti
pelaku usaha dan hasilnya bersumber dari respon maupun informasi langsung
dari pihak-pihak dalam permasalahan yang menjadi objek penelitian ini.
2) Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan
(Library research). Library research digunakan untuk menggali data melalui
buku-buku yang terkait dengan masalah hukum perlindungan konsumen dan
hukum merek, Undang-Undang maupun data-data lainnya. Data sekunder ini
berdasarkan kekuatan mengikat dari isinya dapat dibagi menjadi 3 (tiga),
yaitu:
25Waluyo, Bambang, 1996, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, h.6.
-
xxviii
xxviii
a) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai otoritas
(autoritatif).26
Dalam penelitian ini terdiri dari;
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
- Undang-Undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999
- Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001
b) Bahan hukum sekunder, yaitu semua publikasi tentang hukum yang
merupakan dokumen yang tidak resmi. Publikasi tersebut terdiri atas
buku-buku hukum, terdiri dari;
- Pendapat pakar hukum, yang berkaitan dengan hukum perlindungan
konsumen
- Buku-buku hukum yang berkaitan dengan perlindungan konsumen
terhadap hukum merek
- Jurnal hukum yang berkaitan dengan perlindungan konsumen
terhadap hukum merek
c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk,
penunjang ataupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder, contohnya: kamus, ensiklopedi, indeks kumulatif dan
seterusnya.27
1.8.5 Teknik pengumpulan data
Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal tiga jenis
pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau
26
Ali, Zainuddin, 2011, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.47.
27Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 2006, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h.13.
-
xxix
xxix
observasi, wawancara atau interview.28
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini melalui wawancara atau interview yaitu situasi peran
antarpribadi bertatap muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-
jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang responden.
Berdasarkan bahan hukum/data diatas, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan terdiri dari:
1. Teknik wawancara/lapangan
Dalam data primer teknik yang digunakan adalah teknik mencari
informasi langsung dengan cara melakukan wawancara terhadap pihak-pihak
yang terkait agar mendapatkan jawaban yang relevan dengan masalah yang
diteliti dengan cara pengumpulan data dengan proses komunikasi dan
interaksi.29
Mengumpulkan data primer dalam hal ini dilakukan wawancara
kepada informan yaitu kepada korban yang membeli merek barang terkenal
impor palsu di PT Global Teleshop Cabang Beachwalk dan World Brand
Factory Kuta serta wawancara dengan Dinas Perdagangan Kabupaten Badung
untuk mendapat informasi secara mendetail tentang pelanggaran merek.
Selanjutnya akan dilakukan pengklasifikasian bahan hukum yang relevan dan
penguraian secara sistematis.
2. Teknik kepustakaan
28
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h.82.
29Bagong Suryanto Dan Sutinah, 2010, Metode Penelitian Sosial – Berbagai Alternatif
Pendekatan, Kencana, Jakarta, h.70.
-
xxx
xxx
Teknik studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam
melakukan penelitian ini yaitu dengan cara mengumpulkan data berdasarkan
berbagai bentuk tulisan, dilakukan dengan cara mencari, membaca,
mempelajari dan memahami, data-data sekunder yang berhubungan dengan
hukum sesuai dengan permasalahan yang dikaji yang berupa buku-buku,
majalah, literatur, dokumen, peraturan yang ada relevansinya dengan masalah
yang diteliti.
1.8.6 Teknik pengolahan dan analisis data
Setelah data terkumpul, baik data lapangan (data primer) maupun kepustakaan
(data sekunder), akan diolah secara kualitatif yang dimana teknik ini digunakan
dengan cara memilih data dengan kualitasnya untuk dapat menjawab
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Setelah melalui proses
pengolahan data, kemudian data tersebut dianalisa dan disajikan secara deskritif
analisis, yakni suatu cara analisa data yang dilakukan dengan menyusun secara
top related