d3 jurusan teknik sipil bab ii -...
Post on 06-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel.
Jalan tol adalah suatu jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas
ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain. Untuk
menikmatinya, para pengguna jalan tol harus membayar sesuai tarif yang berlaku.
Penetapan tarif didasarkan pada golongan kendaraan. Bangunan atau fasilitas di
mana tol dikumpulkan dapat disebut pintu tol, rumah tol, plaza tol atau di
Indonesia lebih dikenal sebagai gerbang tol (Wikipedia;2012)
Untuk membangun jalan tol yang dapat memberikan kenyamanan dan
keamanan dibutuhkan standar pekerjaan konstruksi, berikut adalah tahapan �
tahapan pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement) :
2.1.1 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Perkerasan kaku pada umumnya terbuat dari beton semen. Perkerasan beton
semen dibedakan ke dalam 4 jenis :
- Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan
- Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan
- Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan
- Perkerasan beton semen pra-tegang
Perkerasan beton adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen yang
bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan
tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 2
lapis permukaan beraspal. Struktur perkerasan beton secara tipikal sebagaimana
terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Tipikal struktur perkerasan beton semen
Sumber : Pd T-14-2003
Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh
dari pelat beton. Daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat
mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan dan perubahan
kadar air selama masa pelayanan. Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton
semen adalah bukan merupakan bagian utama yang memikul beban, tetapi
merupakan bagian yang berfungsi sebagai berikut :
- Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.
- Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi
pelat.
- Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.
- Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.
Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan
beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada
lapisan-lapisan di bawahnya.
Bila diperlukan tingkat kenyaman yang tinggi, permukaan perkerasan beton
semen dapat dilapisi dengan lapis campuran beraspal setebal 5 cm.
2.1.2 Pekerjaan Tanah
Pekerjaan ini dibagi ke dalam beberapa jenis :
a. Penggalian
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 3
b. Pembentukan Timbunan dan Daerah Urugan
c. Timbunan
d. Material Sisa
Setelah seluruh lokasi dilakukan pengukuran ulang, pembersihan dari benda-
benda, tanaman yang berbeda di area pekerjaan, maka pada tanah badan jalan
dilakukan penggalian atau pengupasan sesuai elevasi yang direncanakan.
Selanjutnya dilakukan pemadatan dengan alat mekanik sampai dengan
kepadatan yang ditentukan. Bilamana kepadatan tanah telah tercapai, kondisi
tersebut harus tetap dijaga jangan sampai berubah oleh faktor-faktor alam (hujan,
beban-beban mekanik, dll).
2.1.3 Tanah Dasar (Sub Grade)
Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu sesuai
dengan SNI 03- 1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-
1989, masing-masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan
jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka
harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete)
setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5 %
Pekerjaan ini terdiri dari perataan dan pemadatan tanah hingga mencapai
kepadatan minimum 100% menurut AASHTO T-99, sehingga pekerjaan
penyiapan tanah dasar beresiko tinggi terhadap pengaruh kadar air tanah.
Pelaksanaan pemadatan tanah dilakukan dengan menggunakan Vibro Roller,
dimana untuk pengendalian mutu pekerjaan maka dilakukan pula uji coba
pemadatan di lapangan terlebih dahulu, agar dicapai kepadatan yang disyaratkan.
2.1.4 Pondasi Bawah
Bahan pondasi bawah dapat berupa : - Bahan berbutir. - Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete) - Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete).
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 4
Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm diluar tepi perkerasan
beton semen. Untuk tanah ekspansif perlu pertimbangan khusus perihal jenis dan
penentuan lebar lapisan pondasi dengan memperhitungkan tegangan
pengembangan yang mungkin timbul. Pemasangan lapis pondasi dengan lebar
sampai ke tepi luar lebar jalan merupakan salah satu cara untuk mereduksi prilaku
tanah ekspansif.
Tebal lapisan pondasi minimum 10 cm yang paling sedikit mempunyai mutu
sesuai dengan SNI No. 03-6388-2000 dan AASHTO M-155 serta SNI 03-1743-
1989. Bila direncanakan perkerasan beton semen bersambung tanpa ruji, pondasi
bawah harus menggunakan campuran beton kurus (CBK). Tebal lapis pondasi
bawah minimum yang disarankan dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan CBR tanah
dasar efektif didapat dari Gambar 3.3.
Gambar 2.2 Tebal pondasi bawah minimum untuk perkerasan beton semen
Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 2.3 CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah
Sumber : Pd T-14-2003
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 5
2.1.5 Pondasi bawah dengan campuran beton kurus (Wet Lean Concrete)
Campuran Beton Kurus (CBK) harus mempunyai kuat tekan beton
karakteristik pada umur 28 hari minimum 5 MPa (50 kg/cm2) tanpa menggunakan
abu terbang, atau 7 MPa (70 kg/cm2) bila menggunakan abu terbang, dengan tebal
minimum 10 cm.
Wet Lean Concrete merupakan bagian non struktural dalam perencanaan
rigid pavement. Lean Concrete berfungsi sebagai lantai kerja agar concrete slab
tidak secara langsung menempel pada tanah dasar sehingga air semen pada
concrete slab tidak berkurang yang dapat mengakibatkan kerusakan pada concrete
slab.
2.1.6 Perawatan (Curing)
Reaksi kimiawi antara semen dan air membutuhkan waktu. Fungsi semen
sebagai perekat mulai berkembang pada saat umur beton masih muda, makanya
untuk pekerjaan beton baik konvensional maupun precast perlu dilakukan
perawatan beton. Tujuan perawatan beton yaitu :
1. Mencegah kehilangan moisture pada beton (tidak kurang dari 80%)
2. Mempertahankan suhu yang baik selama durasi waktu tertentu (diatas
suhu beku dan dibawah 50 derajat Celcius)
Pengaruh temperatur terhadap beton :
1. Semakin tinggi suhu, semakin cepat terjadinya reaksi hidrasi.
2. Suhu ideal adalah suhu ruang.
3. Bila beton membeku selama 24 jam pertama, maka beton tersebut
tidak akan pernah mencapai kembali sifat awalnya.
4. Suhu perawatan diatas 50 derajat C dapat merusak beton karena
semen mengeras terlalu cepat.
5. Perawatan yang dipercepat dapat menghasilkan beton yang lebih kuat
namun memiliki durabilitas yang rendah.
Jenis-jenis perawatan beton antara lain :
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 6
I. Penyemprotan (Fogging)
� Metoda yang baik untuk kondisi dengan suhu diatas suhu beku dan
kelembaban rendah
� Kekurangannya yaitu biaya dan dapat menyebabkan erosi pada
permukaan beton yang baru mengeras
II. Penggenangan atau Perendaman
� Ideal untuk mencegah hilangnya moisture
� Mempertahankan suhu yang seragam
� Kekurangannya yaitu membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan perlu
pengawasan dan tidak praktis untuk proyek yang besar
III. Lembaran Plastik (Sesuai ASTM C171)
� Lapisan Polyethylene dengan ketebalan 4 mm
� Kelebihannya yaitu ringan, efektif sebagai penghalang hilangnya
moisture, dan mudah diterapkan
� Kekurangannya yaitu dapat menyebabkan discoloration
permukaan, lebih terlihat bila lapisan plastik bergelombang,
dan diperlukan penambahan air secara periodik
IV. Penutup Basah (Sesuai ASTM C171)
� Menggunakan bahan yang dapat mempertahankan moisture, seperti
burlap (karung goni) yang dibasahin
� Kelebihannya yaitu tidak terjadi discoloration dan tahan terhadap api
� Kekurangannya yaitu memerlukan penambahan air secara periodik dan
diperlukan lapisan plastik penutup burlap untuk mengurangi kebutuhan
penambahan air
V. Curing Compound (Sesuai ASTM C 309)
� Membentuk lapisan tipis pada permukaan untuk menghalangi
penguapan
� Efisiensinya di tes dengan ASTM C 156
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 7
2.1.7 Lalu lintas
Penentuan beban lalu-lintas rencana untuk perkerasan beton semen,
dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai
dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Lalu-lintas
harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu-lintas dan konfigurasi
sumbu, menggunakan data terakhir atau data 2 tahun terakhir.
Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah
yang mempunyai berat total minimum 5 ton. Konfigurasi sumbu untuk
perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu sebagai berikut :
- Sumbu tunggal roda tunggal (STRT).
- Sumbu tunggal roda ganda (STRG).
- Sumbu tandem roda ganda (STdRG).
- Sumbu tridem roda ganda (STrRG).
2.1.8 Lajur rencana dan Koefisien Distribusi
Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya
yang menampung lalu-lintas kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak memiliki
tanda batas lajur, maka jumlah lajur dan koefsien distribusi (C) kendaraan niaga
dapat ditentukan dari lebar perkerasan sesuai Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan keofisien distribusi ( C ) kendaraan niaga pada lajur rencana
Sumber : Pd T-14-2003
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 8
2.1.9 Umur Rencana
Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi
fungsional jalan, pola lalu-lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan,
yang dapat ditentukan antara lain dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate
of Return, kombinasi dari metode tersebut atau cara lain yang tidak terlepas dari
pola pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan beton semen dapat
direncanakan dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 40 tahun.
2.1.10 Pertumbuhan Lalu-lintas
kapasitas jalan dicapai dengan faktor pertumbuhan lalu-lintas yang dapat
ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :
� ��� � ��
��� �
�
Dengan pengertian :
R : Faktor pertumbuhan lalu lintas
i : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %.
UR : Umur rencana (tahun)
Faktor pertumbuhan lalu-lintas ( R ) dapat juga ditentukan berdasarkan Tabel 2.2
Tabel 2.2. Faktor pertumbuhan lalu-lintas ( R )
Sumber : Pd T-14-2003
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 9
2.1.11 Lalu-lintas Rencana
Lalu-lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada
lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban
pada setiap jenis sumbu kendaraan. Beban pada suatu jenis sumbu secara tipikal
dikelompokkan dalam interval 10 kN (1 ton) bila diambil dari survai beban.
Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan rumus
berikut :
JSKN = JSKNH x 365 x R x C
Dengan pengertian :
JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana .
JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan
dibuka.
R : Faktor pertumbuhan komulatif yang besarnya tergantung dari
pertumbuhan lalu lintas tahunan dan umur rencana.
C : Koefisien distribusi kendaraan
2.1.12 Faktor Keamanan Beban
Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor
keamanan beban (FKB). Faktor keamanan beban ini digunakan berkaitan adanya
berbagai tingkat realibilitas perencanaan seperti telihat pada Tabel 2.3
Tabel 2.3. Faktor keamanan beban (FKB)
Sumber : Pd T-14-2003
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 10
2.2 Arus Lalu Lintas
Arus lalu lintas adalah Jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik
pada jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kend/jam (Qkend), smp/jam
(Qsmp) atau LHRT ( Lalu-lintas Harian Rata-Rata Tahunan).
2.3 Regresi Linier
Analisis Regresi Linier adalah metoda statistik yang dapat digunakan untuk
mempelajari hubungan antarsifat permasalahan yang sedang diselidiki. Model
analisis regresi linier dapat memodelkan hubungan antara dua peubah atau lebih.
(Ofyar Z. Tamin)
Pertumbuhan lalu lintas dianggap sebanding dengan pertumbuhan kendaraan,
artinya peramalan volum lalu lintas dapat diperkirakan dengan pertumbuhan
kendaraan. Peramalan pertumbuhan regional mengenai transportasi pada masa
yang akan datang sangat dibutuhkan.
Penggunaan metode regresi digunakan, karena menghasilkan garis
penyimpangan yang dapat ditekan sekecil mungkin sesuai dengan data yang
dimiliki.
2.3.1 Korelasi Linier Sederhana (R2 )
Residu merupakan ukuran untuk mengetahui apakah garis regresi sampel
sesuai dengan data. Residu yang besar berarti garis regresi kurang sesuai, jika
residu kecil berarti garis regresi sangat sesuai dengan data. Jika semua data
observasi terletak pada garis regresi, kita akan memperoleh garis regresi yang
sesuai sempurna, namun jarang terjadi. Koefisien determinasi r2 (untuk regresi
dua variabel) adalah suatu ukuran kesesuaian garis regresi sampel terhadap data.
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 11
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa r2 tak pernah negatif dan besarnya
antara 0 dan 1. Jika semua titik terletak pada garis regresi sampel maka r2 = 1
dalam hal ini dikatakan sesuai sempurna (perfect fit).
2.4 Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan
yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua-
lajur dua-arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah),
tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan kapasitas
ditentukan per lajur. Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp).
Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut :
C = C0 x FCw x FCsp
dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
Kapasitas dasar untuk jalan bebas hambatan didapat dengan menggunakan tabel
2.4
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 12
Tabel 2.4 : Kapasitas Dasar
Tipe jalan bebas hambatan /
tipe alinyemen
Kapasitas dasar
(smp/jam/lajur)
Empat dan enam lajur terbagi
Datar 2300
Bukit 2250
Gunung 2150
������ � ���� ���
Faktor penyesuaian lebar jalan bebas hambatan didapat dengan menggunakan
tabel 2.5 faktor penyesuaian lebar jalan.
Tabel 2.5 : Faktor Penyesuaian Lebar Jalan
Tipe jalan bebas hambatan Lebar efektif jalur lalu-lintas
Wc (m) FCw
empat lajur terbagi per lajur
enam jalur terbagi 3,25 0,96
3,50 1,00
3,75 1,03
dua lajur tak terbagi total kedua arah
6,5 0,96
7 1,00
7,5 1,04
������ � ���� ���
Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi) jalan
bebas hambatan didapat dengan menggunakan tabel 2.6 dibawah ini:
Tabel 2.6: Faktor Penyesuaian Pemisah Arah
Pemisahan arah SP %-% 50 � 50 55 � 45 60 - 40 65 � 35 70 - 30
FCsp Jalan bebas
hambatan tak terbagi 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
������ � ���� ���
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 13
2.5 Ekivalensi Mobil Penumpang (Emp)
Ekivalensi kendaraan penumpang (emp) untuk Kendaraan Menengah Berat
(MHV), Bus Besar (LB), Truk Besar (LT) (termasuk Truk kombinasi) diberikan
dalam Tabel 2.7. Untuk Kendaraan Ringan (LV) emp selalu 1,0.
Tabel 2.7 : Ekivalensi Mobil Penumpang
Tipe
alinyemen
Arus kend/jam Emp
MW terbagi per arah
kend/jam MHV LB LT
Datar
0 1,2 1,2 1,6
1900 1,4 1,4 2,0
3400 1,6 1,7 2,5
� ���� 1,3 1,5 2,0
Bukit
0 1,8 1,6 4,8
1450 2,0 2,0 4,6
2600 2,2 2,3 4,3
� ���� 1,8 1,9 3,5
Gunung
0 3,2 2,2 5,5
1150 2,9 2,6 5,1
2150 2,6 2,9 4,8
� ���� 2,0 2,4 3,8
������ � ��� !"#
2.6 Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas,
digunakan sebagai faktor kunci dalam penentuan tingkat kinerja suatu simpang.
Ini adalah ukuran yang banyak digunakan untuk menunjukkan apakah suatu
segmen jalan bebas hambatan akan mempunyai masalah kapasitas atau tidak.
DS = Q/C
Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas yang
dinyatakan dalam satuan yang sama smp/jam.
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 14
2.7 Arus Kas (Cash flow)
Cash flow merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai
akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah arus kas yang terdiri dari
arus masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa
saldonya setiap periode. (Suad Husnan dan Suwarsono;1994)
Hal utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam mengatur
arus kas adalah memahami dengan jelas fungsi dana/uang yang kita investasikan.
Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu :
� Pertama, fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan dapat dicairkan dalam waktu relatif singkat tanpa
ada pengurangan investasi awal.
� Kedua, fungsi anti inflasi, dana yang disimpan guna menghindari resiko
penurunan pada daya beli di masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif
cepat.
� Ketiga, pertumbuhan modal (capital growth), dana yang diperuntukkan untuk
penambahan atau perkembangan kekayaan dengan jangka waktu relatif
panjang.
Arus kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat di bagi menjadi tiga
kelompok yaitu:
� Arus kas awal (Initial Cash Flow) merupakan arus kas yang berkaitan dengan
pengeluaran untuk kegiatan investasi misalnya; pembelian tanah, gedung,
biaya pendahuluan dsb. arus kas awal dapat dikatakan arus kas keluar (cash
out flow)
� Arus kas operasional (Operational Cash Flow) merupakan arus kas yang
berkaitan dengan operasional proyek seperti; penjualan, biaya umum, dan
administrasi. Oleh sebab itu arus kas operasional merupakan arus kas masuk
(cash in flow) dan arus kas keluar (cash out flow).
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 15
� Arus kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan arus kas yang berkaitan
dengan nilai sisa proyek (nilai residu) seperti sisa modal kerja, nilai sisa
proyek yaitu penjualan peralatan proyek.
Adapun kegunaan dalam menyusun estimasi cash flow dalam perusahaan
sangat berguna bagi beberapa pihak terutama manajemen. Diantaranya:
1) Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang berhubungan dengan
rencana keuangan perusahaan dan transaksi yang menyebabkan perubahan
kas.
2) Sebagai dasar untuk menaksir kebutuhan dana untuk masa yang akan datang
dan memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit.
3) Membantu manajer untuk mengambil keputusan kebijakan finansial.
4) Untuk kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kredit
yang diberikan kepadanya.
Ada empat langkah dalam penyusunan cash flow, yaitu :
1) Menentukan minimum kas.
2) Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran.
3) Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk
menutupi defisit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.
4) Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya
transaksi finansial dan budget kas yang final.
Cash flow memuat tiga bagian utama, yang terdiri dari:
1) Cash in flow, pada bagian ini mengidentifikasi sumber-sumber dana yang
akan diterima, jumlah dananya dan waktu dalam periode tersebut, yang akan
dihasilkan berupa penjualan tunai, penjualan kredit yang akan menjadi
piutang, hasil penjualan aktivasi tetap dan penerimaan lainnya. Perincian kas
ini terdiri dari dua sifat, yaitu kontinyu dan intermitan.
2) Cash out flow, pada bagian ini berhubungan dengan pengidentifikasian semua
kas yang sudah diantisipasi, antara lain pembelian barang dagang baku,
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 16
pembayaran hutang, upah, administrasi, dan pengeluaran lainnya. Cash out
flow juga punya dua sifat yang sama yaitu kontinyu dan intermitan
3) Financing (pendanaan), pada bagian ini menunjukan besarnya net cash flow
dan besarnya kebutuhan dana jika terjadi defisit.
2.8 Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain,
inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
(Wikipedia;2012)
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat
harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan
inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap
terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
2.9 Discounted Cash Flow (DCF)
Analisis Discounted Cash Flow (DCF) merupakan suatu teknik pembuatan
model keuangan yang didasarkan pada asumsi prospek arus kas suatu properti
atau usaha. Sebagai metode yang dapat diterima dalam pendekatan pendapatan,
analisis DCF melibatkan proyeksi arus kas untuk suatu periode baik untuk menilai
properti operasional, properti dalam pengembangan atau bisnis.
Proyeksi arus kas tersebut memerlukan diskonto pasar yang berlaku saat ini
untuk mendapatkan indikasi nilai kini dari arus kas dalam kaitannya dengan
properti atau bisnis. Dalam hal penilaian properti operasional, arus kas secara
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 17
berkala pada umumnya diestimasikan sebagai pendapatan kotor dikurangi
kekosongan dan piutang tak tertagih, serta biaya operasional. Pendapatan
operasional bersih dalam suatu periode bersama dengan estimasi nilai akhir
(terminal value/exit value) pada akhir periode proyeksi, kemudian didiskonto.
Dalam hal penilaian properti dalam pengembangan, estimasi modal, biaya
pengembangan dan pendapatan penjualan diestimasikan untuk mencapai sejumlah
pendapatan bersih yang kemudian didiskonto selama periode pengembangan dan
periode pemasaran.
Dalam hal penilaian bisnis, estimasi arus kas dalam suatu periode dan nilai
dari bisnis pada akhir periode proyeksi didiskontokan. Aplikasi analisis DCF yang
paling sering digunakan adalah Nilai Kini (Present Value), Nilai Kini Bersih (Net
Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return) dari
arus kas.
2.10 Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai sekarang bersih adalah analisis manfaat
finansial yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dan
mengukur keuntungan yang akan didapat dilihat dari nilai sekarang (present
value) arus kas bersih yang akan diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari
jumlah investasi yang dikeluarkan. Arus kas bersih adalah laba bersih usaha
ditambah penyusutan, sedang jumlah investasi adalah jumlah total dana yang
dikeluarkan untuk membiayai pengadaan seluruh alat-alat produksi yang
dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha.
Untuk menghitung NPV dari suatu usaha diperlukan data seperti:
a. jumlah investasi yang dikeluarkan,
b. arus kas bersih per tahun sesuai dengan umur ekonomis dari alat-alat
produksi yang digunakan untuk menjalankan usaha yang bersangkutan.
Berdasarkan kedua data tersebut, NVP dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 18
��� � ��� � ���� � ���
�
��
Dimana : n = masa konsesi t = tahun ke B = pemasukan C = pengeluaran r = discount rate !"##$ %&''&()*&+ ,-./-012/23 45#nsep Net Present Value merupakan
metode evaluasi investasi yang menghitung nilai bersih saat ini dari uang masuk
dan keluar dengan tingkat diskonto atau tingkat imbal hasil yang disyaratkan.
607-83289 :20; ,29$ <-</=0:29 09>29 ,-.89" 8223 909 :20; /#8939?@.
!-120;$20 <-0=.=3 A2<,20; B92:203# %CDD&(CCE+ <-0;232$20 4Net present
value adalah selisih antara Present Value dari keseluruhan pendapatan yang
didiskontokan atas dasar biaya modal tertentu dengan Present Value pengeluaran
<#12>@F Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Net Present Value
adalah Sebuah metode evaluasi Investasi dengan mengukur selisih antara Present
Value dari pendapatan dan nilai investasi awal. Kriteria penilaian adalah, jika
NPV > 0 maka usaha yang direncanakan atau yang diusulan layak untuk
dilaksanakan dan jika NPV < 0 maka usaha yang direncanakan atau diusulkan
tidak layak.
2.11 Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit cost ratio (B/C) adalah perbandingan antara present value benefit
dibagi dengan present value cost dan merupakan suatu analisa pemilihan proyek
yang biasa dilakukan karena mudah, yaitu perbandingan antara benefit dengan
cost. Metoda ini membandingkan total manfaat terhadap total biaya yang telah
didiskonto ke tahun dasar dengan memakai nilai suku bunga diskonto (discount
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 19
rate) selama tahun rencana. Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan.
Analisis BCR masih dapat diterapkan ketika suatu proyek telah diputuskan untuk
dilakukan,sehingga manfaat yang kedua dari dilakukannya analisis BCR adalah
dapat mengontrol perkembangan dari proyek yang bersangkutan pada tahun-tahun
ke depan.Manfaat ketiga dari penerapan BCR adalah BCR dapat digunakan untuk
evaluasi suatu proyek yang telah selesai dikerjakan. Tujuan dilakukannya evaluasi
ini adalah untuk mengetahui kinerja suatu proyek dan hasil analisis yang telah
dilakukan dapat digunakan untuk perbaikan program yang selanjutnya.
(Petty;1996)
Salah satu bidang penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah
dalam bidang investasi. Sesuai dengan dengan makna tekstualnya yaitu benefit
cost (manfaat-biaya) maka analisis ini mempunyai penekanan dalam perhitungan
tingkat keuntungan/kerugian suatu program atau suatu rencana dengan
mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan dicapai.
��� �
���
����������
� �
����������
Dimana : n = masa konsesi t = tahun ke B = pemasukan C = pengeluaran r = discount rate
Jika nilai B/C ratio < 1 maka proyek itu tidak ekonomis, dan jika > 1 berarti
proyek itu feasible. Kalau B/C ratio = 1 dikatakan proyek itu marginal (tidak rugi
dan tidak untung).
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 20
2.12 Internal Rate of Return (IRR)
Teknik perhitungan dengan IRR banyak digunakan dalam suatu analisis
investasi, namun relatif sulit untuk ditentukan karena untuk mendapatkan nilai
yang akan dihitung diperlukan suatu interpolasi atau dengan trial and error
hingga pada akhirnya diperoleh tingkat bunga yang akan menyebabkan NPV sama
dengan nol. IRR dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan
menyamakan present value cash inflow dengan jumlah initial investment dari
proyek yang sedang dinilai.(whipple;1995)
Dengan kata lain, IRR adalah tingkat bunga yang akan menyebabkan NPV
sama dengan nol, karena present value cash inflow pada tingkat bunga tersebut
akan sama dengan initial investment.
Suatu usulan proyek investasi akan diterima jika IRR > discount rate dan
akan ditolak jika IRR < discount rate. Perhitungan IRR untuk pola cash flow yang
bersifat seragam (anuitas), relatif berbeda dengan yang berpola tidak seragam.
Menurut Arifin dan Fauzi (1999:13) langkah-langkah menghitung IRR adalah
sebagai berikut:
� Hitung besarnya Payback Period untuk proyek yang sedang dievaluasi.
� Untuk mendapatkan nilai IRR yang sesungguhnya dapat ditempuh dengan
menggunakan trial and error.
2.13 Diskonto (Discount Rate)
Discount Rate adalah salah satu parameter ekonomi yang menyatakan laju
bunga yang dialami akibat pinjaman modal yang diinvestasikan. Parameter ini
menggambarkan nilai uang menurut waktu yang digunakan untuk
mengkonversikan keuntungan dan biaya yang terjadi dalam waktu yang berbeda.
Untuk maksud evaluasi ekonomi dari suatu proyek yang ditawarkan, parameter ini
perlu dianalisis agar diperoleh acuan umum atas beberapa proyek yang ditawarkan
dalam nilai dan waktu yang berbeda. (Smith Gerald W;1975)
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 21
Discount rate biasanya menggambarkan oportunity cost dari modal yang
diinvestasikan, dan dapat diatur nilainya oleh kebijakan-kebijakan pemerintah.
Diperlukannya analisis discount rate disebabkan beberapa faktor dan kondisi yang
dialami dalam suatu penanaman investasi. Penanaman investasi dalam skala besar
biasanya melibatkan modal yang bersumber dari berbagai pihak serta adanya
aturan-aturan atau kebijakan finansial yang harus dipenuhi, seperti bunga
pinjaman bank, pembayaran berbagai bentuk fee, seperti bank provision,
commitment fee, pajak, dsb.
2.14 Periode pengembalian (Payback Period)
Periode pengembalian merupakan metode penilaian investasi yang
menunjukkan berapa lama investasi dapat tertutup kembali dari aliran kas
bersihnya. Jadi menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk memperoleh
kembali investasi yang telah dikeluarkan. Untuk mencari lamanya periode
pengembalian digunakan rumus :
� Jika arus kas per tahunnya sama
���������� ����
���� ���� � �� ��
� Jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
� � !� " #
$ " #� � �� ��
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup
investasi mula-mula
a = Jumlah investasi mula-mula
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke % n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Metode ini sangat sederhana dan tidak perlu perhitungan yang rumit. Namun
demikian memiliki kebaikan dan kelemahan diantaranya:
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 22
Kelebihan :
1) Mudah dimengerti,
2) Menyesuaikan terhadap ketidakpastian aliran kas selanjutnya,
3) Bias terhadap likuidasi.
Kekurangan :
1) Tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang, karena rupiah yang
diterima tahun pertama dinilai sama dengan rupiah pada tahun kelima.
2) Tidak memperhatikan aliran kas bersih setelah periode pengembalian.
3) Membutuhkan suatu titik pemisah antara sebelum tingkat pengembalian
dan sesudah tingkat pengembalian, Oleh sebab itu perlu dikombinasikan
dengan metode penilaian yang lain.
2.15 Analisa Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah penelaahan kembali untuk melihat pengaruh-
pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger, 1986).
Analisis ini bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil proyek,
jika suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan manfaat dan
biaya (Kadariah, 1978).
Menurut Zulkarnaen (1984) perubahan-perubahan pada proyek yang dapat
terjadi antara lain :
(1) terdapatnya cost over run seperti kenaikan biaya konstruksi,
(2) perubahan dalam harga hasil produksi,
(3) mundurnya waktu implementasi,
(4) kesalahan dalam memperkirakan produksi.
Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis switching value (nilai
pengganti). Dalam analisis switching value akan dicoba melihat kondisi kelayakan
yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat.
Pada analisis ini dicari berapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat
yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan atau masih mendapatkan
D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL
DICKY M. FADLI, MUH. ��� ����� ������� ���������� ��� ��� ����� 23
keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan
nol, Net B/C sama dengan satu dan nilai IRR sama dengan tingkat diskonto yang
digunakan. Analisa sensitivitas dilakukan dengan mengubah nilai suatu parameter
pada suatu saat untuk selanjutnya dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap
akseptabilitas suatu alternatif investasi. Parameter-parameter yang biasanya
berubah dan perubahannya dapat mempengaruhi keputusan adalah biaya investasi,
aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga, tingkat pajak, dan sebagainya. (I.Nyoman
Pujawan). Untuk menguji sensitivitas proyek terhadap perubahan asumsi
pendapatan dan biaya operasional digunakan beberapa skenario, antara lain :
a) Pendapatan dan pengeluaran tetap
b) Pendapatan turun 5% dan pengeluaran tetap
c) Pendapatan turun 10% dan pengeluaran tetap
d) Pendapatan tetap dan pengeluaran naik 5%
e) Pendapatan tetap dan pengeluaran naik 10%
f) Pendapatan turun 5% dan pengeluaran naik 5%
g) Pendapatan turun 10% dan pengeluaran naik 10%
top related