citra tokoh utama dalam novel pinesthi karya r. ngt
Post on 25-Oct-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
CITRA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PINESTHI KARYA R. NGT. SUISDIYATI SARMO
Aminuddin Latief, Nanny Sri Lestari
1. Javanese Literature, Faculty of Humanities, Indonesia University, Depok, 15713, Indonesia
2. Javanese Literature, Faculty of Humanities, Indonesia University, Depok, 15713, Indonesia
E-mail: aminuddinlatief@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini berjudul Citra Tokoh Utama dalam Novel Pinesthi karya R. Ngt. Suisdiyati Sarmo yang membahas tokoh utama cerita dan menganalisis struktur cerita rekaan dalam novel Pinesthi karya R. Ngt. Suisdiyati Sarmo. Novel Jawa ini diterbitkan oleh Azzagrafika pada tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana struktur cerita Pinesthi yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar, dan tema serta untuk mengetahui citra tokoh utama yang terdapat di dalam novel Pinesthi karya R. Ngt. Suisdiyati Sarmo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Buku yang menjadi acuan dalam menganalisis struktur cerita ini adalah buku Memahami Cerita Rekaan karangan Panuti Sudjiman. Hasil penelitian ditemukan bahwa tokoh utama, yaitu Tanti Anggraeni berperan sebagai wanita Jawa yang modern yang mempunyai karakter-karekter yang sesuai dengan wanita modern yang dikemukakan oleh Prapti Rahayu dalam bukunya Wanita dalam Sastra Jawa Modern 1945-1965.
Kata Kunci: citra, wanita, unsur-unsur cerita rekaan
Abstrack
The Chapter of this research is The Image of the main character in the Novel Pinesthi created by R. Ngt. Suisdiyati Sarmo. This research describes the image of the main character and to analyze the narrative structure in the novel of Pinesthi created by R. Ngt. Suisdiyati Sarmo. This Novel is published on 2013 by Azzagrafika.This research purpose to knows how the narrative structure of Pinesthi is that include the plots, characterizations, backgrounds, and themes to find out the image of the main character in the novel of Pinesthi created by R.Ngt. Suisdiyati Sarmo. The research used analysis-description. To analyze this research, I used the book of ‘Memahami Cerita Rekaan’ which created by Panuti Sudjiman. The result of this research is, that the main character of this novel was Tanti Anggraeni who acted as modern Javanese woman who have characters that correspond to the modern Javanese woman, raised by Prapti Rahayu in the book of ‘Wanita dalam Sastra Jawa Modern 1945-1965’. Keyword: Image, Woman, Structure of narrative.
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
2
A. Pendahuluan
Dalam khazanah kesusastraan, karya sastra memiliki genre atau jenis-jenis karya
sastra. Saini KM dan Jakob sumardjo (1991:17) menjelaskan bahwa jenis-jenis karya sastra
terbagi menjadi 2, yaitu karya sastra imajinatif dan non imajinatif. Sastra imajinatif adalah
karya sastra yang bercirikan khayali, menggunakan bahasa yang konotatif, dan memenuhi
syarat-syarat estetika seni, sedangkan sastra non imajinatif adalah karya sastra yang bercirikan
banyak unsur faktualnya daripada khayalinya, menggunakan bahasa yang cenderung
denotatif, dan memenuhi syarat-syarat estetika seni. Di antara jenis-jenis yang masuk dalam
sastra imajinatif adalah puisi, karya-karya prosa dan puisi.
Menurut Luxemburg (1989: 119) dalam buku Pengantar Ilmu Sastra menjelaskan
bahwa prosa naratif adalah “semua teks yang tidak bersifat dialog yang isinya merupakan
suatu kisah sejarah, sebuah deretan peristiwa”. Dalam sebuah teks naratif ada 3 (tiga) aspek
yang harus diperhatikan. Pertama, situasi bahasa yang tidak homogen, dengan adanya penutur
primer dan sekunder yang merupakan ciri khas dari jenis ini. Kedua, bagaimana cerita dalam
teks tersebut disajikan melalui sudut pandang pengarang. Ketiga, bagaimana hubungan
antarpelaku dalam deretan peristiwa itu, yaitu para pelaku dan antarpelaku dengan peristiwa-
peristiwa yang menyangkut mereka.
Dalam penelitian ini, penulis membahas salah satu karya sastra berjenis prosa naratif,
yaitu novel. Untuk memahami definisi novel, penulis mengutip beberapa pengertian, di
antaranya pada tulisan Jakob Sumardjo, dan Saini K.M. yang berjudul Apresiasi
Kesusastraan, menurut Saini (1991:29), novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran
yang luas. Di dalam novel itu sendiri dalam arti luas mengandung cerita dengan plot (alur)
yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam,
dan setting cerita yang beragam pula.
Dalam penelitian ini penulis memilih sebuah teks prosa naratif bergenre novel dengan
menggunakan bahasa Jawa sebagai bahan/objek penelitian. Novel yang dimaksud adalah
novel yang berjudul Pinesthi karya R. Ngt. Suisdiyati Sarmo yang diterbitkan oleh
Azzagrafika pada tahun 2013 di Depok, Sleman, Yogyakarta dengan No. ISBN 978-602-183-
021-5.
Kata Pinesthi ini mempunyai arti lêlakon kang wis ditêmtokake (ing kêrsaning Allah)
(Poerwadarminta,1939:1521). Koentjaraningrat (dalam Franz Magnis Suseno (1984: 135-
136)) menjelaskan bahwa salah satu unsur dalam pandangan dunia Jawa yang sangat berarti
adalah kepercayaan atau kesadaraan akan takdir. Kesadaran akan takdir mengandung
1 Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
3
penjelasan bahwa hidup manusia sejak semula dari segi titik tolak, kemungkinan-
kemungkinan perealisasian diri dan pengakhirannya sudah ditetapkan dan tidak ada yang bisa
mengelakkan ketetapan itu. Kelahiran, hidup, mati, nasib buruk dan kedudukan sosial
mempunyai tempat yang spesifik yang sudah ditakdirkan bagi manusia dan daripadanya ia tak
bisa mengelaknya.
Dalam novel ini terdapat penceritaan mengenai kisah cinta anak remaja dan percaya akan
takdir sebagaimana ciri dari masyarakat Jawa yang dapat diteliti sehingga menambah
khazanah dalam penelitian sastra Jawa modern. Struktur dalam novel ini dapat memberi data
yang cukup bahkan lebih untuk penelitian novel ini.
B. Tinjauan Teoritis
Buku Memahami Cerita Rekaan menyajikan cara menganalisis sebuah struktur karya
sastra dalam sebuah cerita rekaan dengan melibatkan unsur-unsur pembangun teks sastra,
yaitu tokoh, alur, latar, dan tema. Penjelasan yang mudah untuk dipahami dan diserap
menjadikan penulis menggunakan buku Memahami Cerita Rekaan yang ditulis oleh Panuti
Sudjiman untuk menganalisis cerita rekaan. Selain itu, Panuti Sudjiman juga memberikan
penjelasan dan pengertian mengenai unsur-unsur cerita rekaan yang mencakup tokoh, alur,
latar, dan tema yang cukup lengkap.
Alur merupakan salah satu bagian yang penting dari unsur cerita rekaan. Pengaluran
adalah pengaturan urutan penampilan peristiwa untuk memenuhi beberapa tuntutan. Tokoh
dalam cerita rekaan adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan di
dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi ada juga
yang berwujud binatang atau benda yang diinsankan (Panuti Sudjiman, 1992:16). Latar
merupakan segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan
suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra (Sudjiman, 1992: 44). Tema dalam
cerita rekaan adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra.
Gagasan, ide, atau pikiran utama tersebut biasanya didukung oleh pelukisan latar, lakuan
tokoh atau di dalam penokohan.
C. Metode penelitian
Menurut M.H. Abrams (dalam Teeuw,1991:59), ada 4 (empat) pendekatan yang dapat
dilakukan dalam mengkaji/menganalisis karya sastra, yaitu 1) pendekatan ekspresif, yaitu
peranan penulis karya sastra sebagai penciptanya, 2) pendekatan pragmatik, yaitu peranan
pembaca sebagai penyambut dan penghayat, 3) pendekatan mimetik, yaitu aspek referensial
acuan karya sastra kaitannya dengan dunia nyata, 4) pendekatan obyektif, yaitu karya sastra
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
4
sebagai struktur yang otonom dengan koherensi intern.
Salah satu pendekatan yang penulis acu dalam menganalisis karya sastra novel
Pinesthi ini adalah pendekatan obyektif. Melalui objektif diharapkan dapat dilihat struktur
cerita yang ada dalam novel Pinesthi. Struktur yang dimaksud adalah unsur-unsur seperti
tokoh, alur, dan latar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis.
Nyoman Kutha (2014:53) dalam buku yang berjudul Teori, Metode, dan Teknik Penelitian
Sastra menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan data yang
ada dalam karya sastra, sedangkan analisis adalah metode yang menguraikan atau membahas
data yang ada dalam karya sastra tersebut. Dalam tahap ini, setelah penulis mendeskripsikan
dan menjabarkan data yang ada dalam karya sastra ber-genre novel yang berjudul Pinesthi ini,
barulah novel Pinesthi karangan R.Ngt. Suisdiyati Sarmo ini dianalisis.
D. Pembahasan
Dalam menganalisis unsur-unsur karya sastra, dijelaskan bahwa alur, tokoh
penokohan, latar dan tema merupakan unsur-unsur yang penting dalam membangun sebuah
cerita rekaan. Dalam penelitian ini penulis ingin memaparkan hasil penelitian dari novel
Pinesthi karya R. Ngt. Suisdiyati Sarmo yang menjelaskan citra tokoh utama dalam novel
tersebut dilihat dari unsur alur, tokoh penokohan, latar, dan tema.
1. Alur
Dalam menganalisis cerita rekaan, Sudjiman (1992: 29) menjelaskan bahwa alur
adalah peristiwa yang diurutkan untuk membangun tulang punggung cerita. Untuk mencapai
suatu kesatuan yang utuh, dibutuhkan urutan peristiwa yang menjelaskan peristiwa-peristiwa
yang terdapat di dalam cerita rekaan dari mulai paparan hingga selesaian. Struktur umum alur
dalam cerita rekaan terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu awal, tengah, dan akhir. Situasi awal terdiri
dari paparan (exposition), rangsangan (inciting moment), dan Gawatan (rising action). Situasi
tengah terdiri dari tikaian (conflict), rumitan (complication), dan klimaks. Situasi akhir terdiri
dari leraian (falling action), dan selesaian (denoument) (Sudjiman, 1992: 30).
Paparan pada novel Pinesthi dimulai dengan gambaran tentang aktivitas tokoh Tanti
yang belajar di sekolah. Di Sekolah, para murid, termasuk Tanti, diperintahkan oleh guru-
guru untuk membuat kelompok untuk mempersiapkan ujian sekolah yang sebentar lagi akan
datang. Tanti masuk ke kelompok Triompirat, yang terdari dari Kusna Atmaja, Tanti
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
5
Anggraeni, dan Hartono. Hubungan mereka baik-baik saja, Khususnya Kusna dan Tanti yang
sering berinteraksi / bermain satu dengan lainnya.
Rangsangan pada novel Pinesthi terjadi ketika tokoh Tanti dikabari oleh Ibu Hadi
Supadmo. Tokoh Tanti dideskripsikan bahwa selama berada di sekolah, ia tidak belajar dan
hanya bermain saja. Hal ini membuat tokoh Tanti menjadi terkejut, dan berusaha untuk
mengklarifikasi aduan yang tidak benar tersebut kepada tokoh Bu Hadi. Adapun dalang dari
tokoh yang memfitnah Tanti dan mengadukannya kepada orang tuanya adalah Marya. Marya
dideskripsikan menjadi teman sekolah Tanti dan Pak Kus yang cemburu ketika Tanti dan Pak
Kus terlihat selalu berpergian bersama-sama. Peristiwa-peristiwa lain yang menjelaskan
hubungan dekat antara Tanti dengan Pak Kus adalah peristiwa ketika Tanti dilindungi oleh
Pak Kus dari hujan yang turun deras pada waktu mereka pulang dari sekolah. Badan Tanti
menempel dengan badan Pak Kus sehingga Tanti merasa hangat dan sedikit hilang rasa
dinginnya. Disanalah tokoh Tanti merasa bahwa ia sedang jatuh cinta dengan seorang laki-
laki untuk yang pertama kalinya.
Selanjutnya tahapan dari pengaluran tahap awal adalah gawatan. Gawatan di dalam
Pinesthi terjadi ketika Tanti dan Pak Kus saling mempunyai rasa suka di dalam hati masing-
masing, tetapi ada seorang tokoh yang tidak merestui dan menyetujui hubungan pertemanan
mereka berdua. Tokoh terebut adalah Pak Hadi, tokoh yang berperan sebagai ayahnya Tanti.
Pak Hadi menginginkan Tanti agar menikah dengan calon yang sudah Pak Hadi tentukan
untuk dipasangkan dengan Tanti. Calon menantu yang dimaksud adalah teman kantornya. Ia
anak kota yang sudah lulus SMA, anak dari priyayi kaya yang juga pengusaha, dan sudah
bekerja.
Pada tahap kedua pengaluran cerita rekaan adalah terdiri dari tikaian, rumitan, dan
klimaks. Peristiwa tikaian ini terjadi antara Tanti dengan dirinya sendiri yang menjadikan ia
akhirnya jatuh sakit hingga masuk rumah sakit. hal ini terjadi karena Tanti tidak kuat
memikirkan perjodohan yang dilakukan oleh bapaknya. Tanti mengalami dilema, di satu sisi
ia ingin menghormati bapaknya, tetapi di sisi lain ia juga tidak mau dijodohkan karena tokoh
Tanti sudah memiliki pilihan dalam menentukan pasangan hidup. Pengaluran rumitan dalam
novel Pinesthi terjadi ketika tokoh yang berperan sebagai ayah kandung Tanti, yaitu Pak Hadi
Supadmo mengalami kambuh sakit liver dan asma yang sudah lama diderita sehingga
membuat Tanti kebingungan harus berbuat apa. Tanti kemudian membawanya pergi ke
rumah sakit. Klimaks terjadi ketika Tanti berada di Rumah Sakit untuk menjaga bapaknya, ia
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
6
ingin mengajak Pak Hadi bercerita-cerita, kemudian Tanti mendekatinya dan terlihat
bapaknya tidur dengan pulas, ternyata Pak Hadi sudah meninggal dunia.
Pada tahap ketiga/akhir pengaluran cerita Pinesthi adalah terdiri dari leraian dan
selesaian. Leraian terjadi ketika Tanti kemudian dilamar oleh Pak Kus. Tanti dilamar dengan
diberikannya cincin oleh Pak Kus sebagai pertanda bahwa Tanti sudah tidak bisa dilamar oleh
orang lain. sebelum acara pernikahan diselenggarakan, ibu kandung Tanti, Bu Hadi Supadmo,
mengajukan prasyarat yang harus dipenuhi oleh Tanti dan Pak Kus berdua. Tanti terlebih
dahulu harus tinggal bersama Pakdhe dan Budhe selama tiga bulan. Hal ini yang harus
dimengerti dan diterima oleh Pak Kus dan Tanti. Peristiwa selesaian yang terdapat pada novel
Pinesthi ini menjelaskan bahwa setelah Tanti dan Pak Kus menerima syarat pernikahan dari
Bu Hadi Supadmo, Tanti akhirnya dapat menikah dengan Pak Kus walau pernikahannya
dilangsungkan di kediaman Pakde Tanti.
Pengaluran dalam novel Pinesthi bersifat linear, yaitu peristiwa disusun secara
kronologis, dari mulai paparan sampai dengan selesaian. Di dalam pengaluran novel Pinesthi
juga terdapat beberapa sorot balik yang terdapat di tengah-tengah cerita. Sorot balik berfungsi
untuk menambah suasana cerita menjadi tegang (Sudjiman, 1992: 33). Melihat fokus
perhatian yang diberikan terhadap Tanti, berdasarkan urutan peristiwa secara kronologis,
Tanti mempunyai peran yang penting di dalam cerita. Jalannya peristiwa di dalam novel
Pinesthi memberikan suatu petunjuk bahwa Tanti merupakan tokoh yang menggerakkan alur
cerita. Sembilan sub judul yang terdapat di dalam novel Pinesthi juga seluruhnya
memfokuskan pembicaraan pada Tanti. Melalui peristiwa yang terdapat dalam alur
memberikan petunjuk bahwa Tanti hadir sebagai tokoh yang diutamakan penceritaannya.
2. Tokoh Penokohan
Di dalam novel Pinesthi keterlibatan dan lakuan yang paling intens atau sering
dijumpai dalam berbagai peristiwa adalah tokoh Tanti Anggraeni. Tokoh Tanti Anggraeni
dapat dikatakan sebagai tokoh utama karena dia merupakan tokoh yang intensitas kehadiran
dan lakuannya paling banyak diceritakan di setiap subjudul yang ada di novel Pinesthi. Di
dalam setiap alur utama cerita dan disetiap subjudul yang terdapat di dalam novel Pinesthi,
Tanti Anggraeni adalah tokoh yang berperan aktif untuk menjalankan peranannya dan selalu
berhubungan dengan tokoh-tokoh bawahan.
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
7
Tanti Anggraeni di dalam novel Pinesthi dideskripsikan sebagai tokoh utama
protagonis. Tanti memiliki intensitas keterlibatan tokoh di dalam peristiwa yang membangun
keutuhan cerita dengan tokoh-tokoh bawahan lainnya. Kedudukan Tanti Anggraeni menjadi
pusat sorotan. Tanti Anggraeni dideskripsikan memiliki tubuh yang cantik dan badan yang
tinggi semampai. Dia adalah wanita Jawa yang berpendidikan yang duduk dibangku SMA.
Tanti Anggraeni juga dideskripsikan sebagai wanita yang menjaga harga diri kehormatan
wanita supaya tidak telepas jariknya (Kendho Tapihe). Selain itu, dia mudah terserang
penyakit karena ayahnya juga punya penyakit.
Selain Tanti yang berperan sebagai tokoh utama cerita di dalam novel Pinesthi,
adapula tokoh-tokoh bawahan yang kehadirannya diperlukan untuk menunjang atau
mendukung tokoh utama. Tokoh bawahan dalam novel Pinesthi adalah Pak Kusna Atmaja,
Pak Hadi Supadmo, Bu Hadi Supadmo, Mbok Kadem, Marya, Bu Kartilah, Eko, Pakde Sena,
Mas Harno.
Tokoh Pak Kusna Atmaja adalah tokoh yang menjadi tokoh bawahan dan sekaligus
menjadi tokoh andalan dari tokoh utama, Tanti Anggraeni. Pak Kusna Atmaja dideskripsikan
sebagai teman bermain, teman sekelas, tunangan, dan suami sah dari Tanti Anggraeni. Dia
memiliki tubuh kecil, tinggi, dan berkulit kuning. Penokohan Pak Kusna dideskripsikan dalam
cerita Pinesthi sebagai tokoh yang bertanggung jawab, sopan santun, berpikiran dewasa, dan
dapat menyenangkan hati orang lain.
Pak Hadi Supadmo dideskripsikan sebagai ayah tokoh utama, Tanti Anggraeni. Dia
berperan sebagai tokoh bulat yang memiliki lebih dari satu segi watak yang ditampilkan di
dalam cerita Pinesthi. Walaupun dia memaksa Tanti untuk menikah dengan orang yang tidak
dikenal dan dicintainya, dia juga seorang ayah yang menyayangi dan harus melindungi untuk
kebaikannya di masa depan yang lebih baik.
Bu Hadi Supadmo adalah ibu kandung Tanti Anggraeni. Dia adalah seorang guru
sebelum dipindahtugaskan dan diangkat menjadi kepala sekolah di Sekolah Rakyat di daerah
selatan Yogyakarta. Bu Hadi merupakan sosok ibu yang penuh kasih sayang dan pelindung
bagi anak-anaknya. Saat Tanti sedang tidak bisa tidur memikirnya fitnah dari Pak Marya, Bu
Hadi datang menenangkan dan memberikan nasehat. Lalu ketika sedang mengandung Tanti,
Bu Hadi tidak mau anaknya yang masih dalam kandungan dijodohkan dengan saudaranya
sendiri, Eko, anak dari budenya Tanti.
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
8
Mbok kadem adalah tokoh yang sehari-harinya bekerja di rumah Bu Hadi sebagai
pembantu rumah tangga. Dia sudah bekerja selama lebih kurang 24 tahun di rumah Tanti.
Mbok Kadem adalah tokoh yang berada dan tinggal bersama dengan Tanti dan Bu Hadi.
Selama tinggal bersama Tanti dan ibunya, Mbok Kadem yang menyediakan semua
kebutuhan Tanti dan ibunya. Dari memasak makanan, berbelanja ke pasar, sampai
menyediakan air hangat untuk mandi.
Marya adalah tokoh yang mengirimkan kabar palsu kepada Bu Hadi dan ibunya Pak
Kus. Dia mempunyai badan yang tinggi besar dan mempunyai sifat yang kasar dan mudah
emosi. Sehari-hari, dia tidak tinggal bersama orang tuanya, tetapi dititipkan kepada mbahnya
yang kaya harta. Marya adalah tokoh yang mengadukan kabar palsu kepada orangtua Tanti
dan Pak Kus. Marya adalah orang yang menyukai Tanti, tetapi caranya yang salah membuat
Tanti tidak menyukainya, bahkan Marya cemburu kepada Pak Kus sehingga membuat fitnah
kepada mereka berdua.
Bu kartilah adalah istri kedua dari Pak Hadi Supadmo, ayah Tanti. Di dalam novel
Pinesthi Bu Kartilah digambarkan sebagai seorang ibu tiri Tanti yang tidak peduli dengan
suaminya ketika sakit.
Eko adalah anak dari budhenya Tanti. Anak satu-satunya yang segala sesuatunya
dituruti kemauannya. Bude Tanti menginginkan Eko untuk menikah dengan Tanti walaupun
masih dalam kandungan. Karena Eko tidak diterima di hati Tanti, maka ketika ia mengetahui
jika Tanti akan menikah dengan Pak Kus, Eko berniat membuat masalah. Dia akan pergi ke
rumah Pakde Sena untuk bertemu dan berkenalan dengan Pak Kus, setelah itu berniat untuk
membunuh Pak Kus.
Pakde Sena adalah Pamannya Tanti. Pakde Sena tidak memiliki anak, sehingga
menjadikan Tanti sebagai anaknya selama tiga bulan sebelum Tanti menikah.
Mas Harno masih ada hubungan kekerabatan dengan Tanti. Harno adalah anak dari
budenya Tanti, Bude Sonto. Harno adalah tokoh yang juga menyukai Tanti. dia adalah satu-
satunya laki-laki yang menggunakan cara yang baik untuk mencintai Tanti. Walaupun cinta
Harno ditolak, dia tetaplah menjadi tokoh yang baik. Adapun cara dia mencintai Tanti adalah
dengan mengirimi surat kepada Tanti akan tetapi karena suratnya tidak dibalas-balas,
akhirnya Harno memilih tetangganya sendiri untuk dijadikan istri.
Di dalam novel Pinesthi juga terdapat tokoh tambahan yang menurut Sudjiman (1992:
20) dalam Memahami Cerita Rekaan bahwa tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak
memegang peranan di dalam cerita. Tokoh-tokoh tambahan di dalam novel Pinesthi adalah
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
9
Hartono, mulyadi, wasi, dan ari (teman-teman Tanti dan Pak Kus ketika berlibur ke Clereng),
Pak Guru (Guru bahasa Indonesia Tanti), Dewa dan Sri (Mbakyu Tanti dan suaminya), Mbok
Bakul Dhawet (penjual dawet yang menolong Tanti), suster (perawat yang merawat Pak
Hadi), dan Pak Bon (penjaga sekolah yang memukul lonceng). Adapun tokoh datar yang
terdapat dalam novel Pinesthi ini adalah Bu Kartilah karena selain menjadi ibu tiri Tanti
Anggraeni yang kurang baik dia juga tidak perduli dengan kesehatan suami yang sedang
sakit-sakitan. Sedangkan tokoh bulat yang ada di novel Pinesthi ini adalah Pak Hadi Supadmo
karena walaupun dia memaksakan untuk menikah dengan teman kantor yang sudah mapan
dan berpangkat tetapi dia tetaplah seorang ayah bagi anaknya yang harus selalu melidungi dan
memikirkan masa depan anaknya menjadi lebih baik.
Hubungan antara tokoh utama yaitu Tanti dengan tokoh-tokoh bawahan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Hubungan antara Tanti dengan Pak Kus adalah sebagai seorang teman, sahabat, tetapi
pada akhirnya menjadi sepasang kekasih yang disatukan dalam satu tali pernikahan. Pak
Kusna Atmaja adalah lulusan guru dan satu kelas dengan Tanti. Karena di kelas Tanti para
muridnya adalah orang-orang yang kebanyakan sudah bekerja dan menunggu naik jabatan,
maka Tanti dapat mengira-ira apa yang pantas disebut kepada teman sekelasnya. Ketika Tanti
jatuh sakit sampai masuk rumah sakit, Pak Kus selalu ada di sampingnya. Ketika Tanti ingin
berangkat ke sekolah, Pak Kus sering menjemput dan mengantarkan kembali ke rumah Tanti.
Ketika Tanti mendapat ancaman dari Eko, Pak Kus yang bersedia menghadapi semuanya.
Bahkan ketika Tanti sedang bingung, Pak Kus menghiburnya dengan berbagai macam
candaan. Tanti dengan Pak Kus adalah sepasang kekasih yang saling berbagi satu sama lain.
Hubungan Tanti dengan Pak Hadi adalah sebagai seorang anak dan bapak. Pendidikan
Tanti yang masih belajar dibangku sekolah ingin dijodohkan dengan teman kantor ayahnya.
Pak Hadi meminta kepada Tanti untuk tidak bergaul dengan Pak Kus yang tergolong rendah
penghasilannya dan berasal dari desa. Melalui keberanian Tanti yang diimbangi dengan rasa
hormat yang tinggi kepada ayahnya, Tanti menolak untuk dijodohkan dengan pilihan Pak
Hadi.
Hubungan Tanti dengan Bu Hadi Supadmo adalah sebagai seorang ibu dan anak. Tanti
sehari-harinya tinggal bersama Bu Hadi di daerah Gowongan. Setiap ingin pergi ke sekolah
dan setiap kekurangan uang jajan, Tanti meminta kepada Bu Hadi supaya diberikan uang
jajan. Bu Hadi selalu memberi nasihat yang baik kepada Tanti, diantaranya selalu menjaga
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
10
kehormatan dan harga diri perempuan. Ketika Tanti dalam masalah yang memfitnah dirinya,
Bu Hadi hadir untuk memberikan solusi dari permasalahan Tanti. Tanti dan Pak Kus dapat
menikah juga berkat izin dari Bu Hadi Supadmo.
Hubungan Tanti dengan Mbok Kadem adalah sebagai tuan rumah dan pembantu
rumah Tangga. Mbok Kadem selalu menyiapkan segala kebutuhan rumah Tanti, dari
memasak, berbelanja, merawat Tanti, menyiapkan air untuk mandi sampai menjadi teman
mengobrol jika Tanti sedang sendirian di rumah. Mbok Kadem sudah berada di rumah Tanti
dan ibunya sejak Tanti belum lahir. Dia sudah bekerja lebih kurang 24 tahun, sedangkan Tanti
masih berumur 17 tahun.
Hubungan Tanti dengan Pak Marya adalah teman satu sekolah. Tanti di fitmah oleh
Pak Marya tentang hubungan antara Tanti dan Pak Kus. Pak Marya mempunyai rasa suka
kepada Tanti tetapi Tanti tidak menyukainya walau dia adalah cucu orang kaya yang bertubuh
tinggi besar.
Hubungan Tanti dengan Bu Kartilah adalah sebagai seorang anak dan ibu tiri. Bu
kartilah adalah ibu tiri Tanti setelah ayahnya, Pak Hadi, berpisah dengan Bu Hadi dan
menikah kembali dengan Bu Kartilah. Bu kartilah tidak berbuat apa-apa ketika suaminya, Pak
hadi, sedang jatuh sakit. dia cenderung acuh tak acuh merawat suaminya. Tanti tidak
menyukainya.
Hubungan Tanti dengan Eko adalah sebagai saudara sepupu. Eko adalah anak dari
budenya Tanti yang menyukai Tanti. sama halnya dengan Pak Marya, cintanya Eko ditolak
Tanti. Kemudian Eko mengancam Tanti jika dirinya tidak menikah dengan Eko, maka ia akan
datang ke Rumah Pakde Sena untuk bertemu dengan tunangannya, Pak Kus dan mencegatnya
di jalan lalu ingin membunuhnya.
Hubungan Tanti dengan Pakde Sena adalah antara paman dengan keponakannya.
Karena Pakde Sena dan istrinya tidak mempunyai keturunan, maka ia meminta kepada Ibunya
Tanti, Bu Hadi, untuk menjadikan Tanti sebagai anaknya yang tinggal di rumahnya selama
tiga bulan. Tanti menyetujui dan mengerti maksud pesan dari pakdenya yang disampaikan
lewat bu Hadi. Itulah yang menjadi prasyarat pernikahan Tanti dengan Pak Kus.
Hubungan Tanti dengan Mas Harno adalah sebagai saudara sepupu. Harno adalah
anak dari Bude Sonto dan keponakan dari Pakde Sena. Harno menyukai Tanti, Harno adalah
tokoh laki-laki yang menyukai Tanti dengan cara yang baik yaitu dengan mengirimi surat
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
11
kepada Tanti, walaupun cinta Harno ditolak tetapi sebagai seorang saudara, dia masih
melindungi adiknya dari ancaman Eko.
3. Latar
Dari pemaparan latar tempat yang terdapat di dalam novel Pinesthi, penulis
mengambil kesimpulan bahwa latar tempat atau lokasi yang terdapat di dalam cerita pinesthi
berlangsung sebagian besar terjadi di D.I. Yogyakarta dan Brebes. Hal ini terlihat dari nama-
nama tempat yang ada di dalam novel Pinesthi, seperti Stasiun Tugu, Stasiun Ngayogyakarta,
Stasiun Wates, dan Stasiun Ketanggungan Barat. Selain itu, rumah sakit yang ada di daerah
Yogyakarta seperti Bethesda, Panti Rapih, Pugeran merupakan rumah sakit yang berada di
sekitaran yogyakarta. Daerah Gowongan dan Tukangan yang menjadi tempat tinggal Tanti,
Bu Hadi, dan Pak Hadi juga merupakan daerah yang ada di sekitar Yogyakarta. Maka dapat
disimpulkan bahwa latar tempat dalam novel Pinesthi berada di daerah Yogyakarta dan
Brebes.
Kelompok sosial yang ada dalam cerita novel Pinesthi adalah masyarakat Jawa yang
berada di pedesaan. Di dalam teks disebutkan bahwa Tanti duduk di beranda dengan
menyaksikan terangnya bulan yang berada di langit dan Tanti juga mendengar anak-anak
bermain beberapa permainan tradisional budaya Jawa, seperti jethungan, gobag sodor,
cublak-cublak suweng, dan lain-lain. Begitu juga dengan pemandangan yang masih asri,
sejuk, dan enak dipandang mata.
Tanti juga berasal dari keluarga mapan atau bukan keluarga miskin. Hal ini dibuktikan
dengan ayah Tanti, yaitu Pak Hadi bekerja sebagai seorang karyawan di perpustakaan
Universitas Gadjah Mada, begitu juga dengan Bu Hadi, ibunya Tanti, bekerja sebagai guru,
sedangkan Tanti seorang pelajar SMA. Tanti dan Bu Hadi juga memunyai pembantu Rumah
Tangga, yaitu Mbok Kadem yang berasal dari daerah Kebumen.
Dalam latar waktu yang terdapat di dalam novel Pinesthi, Penulis memperkirakan
bahwa latar waktu yang ditampilkan begitu penting. keterangan data yang terdapat di dalam
novel Pinesthi yang mengisyaratkan pada latar waktu. Salah satunya adalah penyebutan angka
tahun 1959, yaitu ketika Pak Hadi Supadmo, ayah kandung dari tokoh utama jatuh sakit,
dibawa ke rumah sakit, dan akhirnya meninggal di rumah sakit.
Keadaan sosial yang terjadi kala itu pada tahun 1959 yang menurut penulis merupakan
sesuatu yang unik adalah panggil Pak dan Mbak untuk sesama teman bermain. Hal demikian
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
12
terjadi karena siswa yang ada di kelas Tanti adalah siswa yang sedang bekerja atau menunggu
pengangkatan pegawai negeri. Begitu juga dengan waktu sekolah yang tidak biasa. Tanti dan
teman-teman sekolah biasa memulai pelajaran pada jam 2 (dua) siang dan berakhir pada jam
delapan malam.
Dalam hal agama dan kepercayaan, walaupun tidak ada penggambaran yang
menceritakan masalah peribadatan, tetapi di dalam menjalani kehidupan yang penuh ujian dan
rintangan, tokoh-tokoh dalam novel Pinesthi memiliki keyakinan/kepercayaan akan adanya
Tuhan. Segala peristiwa dan permasalahan kehidupan yang mereka alami diserahkan
sepenuhnya kepada tuhan, yaitu Gusti, Gusti kang akarya Bawana. Ketika Tanti harus
menerima kepergian ayahnya, Pak Kus yang telah menjadi suami sah Tanti menasihatinya
bahwa segalanya adalah kuasa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan yang Maha Kuasa.
Menerima dengan iklas adalah hal yang harus Tanti lakukan.
4. Tema
Dalam menentukan sebuah tema kadang didukung oleh pelukisan latar, atau tersirat
dalam lakuan tokoh atau di dalam penokohan. Tema juga bahkan menjadi faktor pengikat
peristiwa-peristiwa di dalam satu alur (Sudjiman, 1992: 51). Tema yang terdapat di dalam
novel Pinesthi adalah yang berhubungan dengan lakuan tokoh utama, yaitu Tanti. Tanti di
dalam cerita Pinesthi adalah wanita Jawa yang ingin mandiri, yaitu ingin menentukan sendiri
pilihan hidupnya dan tidak ingin dikekang oleh siapapun.
Cerita yang mendukung tema di atas diantaranya adalah ketika Tanti menolak untuk
dibayarkan ketika membeli geplak sebagai oleh-oleh dari Tanti untuk ibunya di rumah. Ketika
itu Tanti sudah bertunangan dengan Pak Kus tetapi ia bersikeras untuk tidak menerima
pemberiannya.
Dalam hal percintaan, Tanti menolak Pak Marya untuk dijadikan kekasih. Selain Pak
Marya yang ditolak oleh Tanti, Mas Harno juga merasakan hal yang sama. Mas Harno
menyukai Tanti dan sering mengirimkan surat dan menyatakan bahwa dia mencintai Tanti,
namun Tanti menolaknya karena tak ada rasa yang ada di dalam hatinya untuk Mas Harno.
Tanti juga menolak perjodohan yang direncanakan oleh Pak Hadi, ayah kandung Tanti
Anggraeni, karena Tanti mempunyai pilihan sendiri dengan orang yang dicintainya, yaitu
Kusna Atmaja.
Setelah penjelasan tentang Tokoh Tanti dan keterlibatannya dengan tokoh-tokoh yang
lain yang menjadi salah satu cara dalam mengungkap tema yang ada di dalam karya sastra,
maka tema yang ada di dalam novel Pinesthi adalah Tanti, tokoh wanita Jawa yang ingin
mandiri dengan menentukan sendiri pilihan hidupnya dan tidak ingin dikekang oleh siapapun.
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
13
5. Citra Tokoh Utama Cerita dalam novel Pinesthi
Citra adalah kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebab kata,
frase, atau kalimat (Sudjiman, 1986: 16-17). Sedangkan wanita Jawa menurut Prapti Rahayu
dalam Wanita dalam Sastra Jawa Modern:1945-1965 adalah wanita etnik yang menggunakan
bahasa Jawa serta berakar budaya dan cara berpikir Jawa, sehingga yang dimaksud dengan
citra wanita Jawa adalah kensan mental atau bayangan visual wanita Jawa yang menggunakan
bahasa Jawa serta berakar budaya dan cara berpikir Jawa.
Tanti sebagai wanita Jawa yang dapat digambarkan dalam analisis ini adalah tokoh
wanita Jawa yang mempunyai peran aktif dalam membangun sebuah cerita dan intensitas
keterlibatan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh-tokoh wanita selain Tanti yang ada di dalam
cerita Pinesthi seperti Bu Hadi, Bu Kartilah, Mbok Kadem, dll tidak dideskripsikan secara
detail atau dideskripsikan seadanya, sehingga tidak dapat mewakili atau mencirikan wanita
Jawa sesuai dengan yang didefinisikan oleh Sudjiman dan Prapti Rahayu.
Tanti sebagai wanita Jawa dideskripsikan sebagai tokoh utama cerita karena intensitas
dan keterlibatan dengan tokoh-tokoh lain. Sebagaimana wanita Jawa yang didefinisikan oleh
Prapti Rahayu dalam Wanita Dalam Sastra Jawa Modern:1945-1965, Tanti adalah wanita
etnik Jawa yang menggunakan bahasa Jawa serta berakar budaya dan cara berpikir Jawa.
Tanti sebagai wanita Jawa juga bertipe dinamis. Dinamis adalah wanita yang pada
umumnya berperan sebagai tokoh utama dalam sebuah cerita. Wanita dinamis pada umumnya
tidak menjadi pemicu hancurnya rumah tangga atau menjadi perusak hubungan antarsatu
tokoh dengan tokoh yang lain. Menurut KBBI, dinamis adalah penuh semangat dan tenaga
sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Begitu juga dengan
Tanti Anggraeni yang termasuk dalam kelompok yang bertipe dinamis. Hal ini karena Tanti
Anggraeni merupakan tokoh utama cerita yang keterlibatan dengan tokoh-tokoh lain banyak
dan mempunyai intensitas lebih dalam menggerakkan alur cerita dalam novel Pinesthi.
Tanti Anggraeni juga merupakan wanita yang berkarakter wanita modern. Yaitu
wanita Jawa yang mempunyai pendidikan modern yang pada masanya tidak banyak wanita
yang berpendidikan seperti Tanti dan ia juga dapat menentukan pilihan sendiri dalam
hidupnya. Tanti Anggraeni dideskripsikan tidak mengorbankan cintanya kepada Pak Kusna
Atmaja atau menolak untuk menuruti kehendak orangtuanya yang ingin menjodohkan Tanti
dengan masing-masing pilihan ibu dan ayahnya. Tanti bersikukuh ingin supaya orang yang
dicintainyalah yang menjadi pasangan hidup untuk selamanya, walaupun Tanti tidak menolak
secara kasar melainkan secara lembut dan hati-hati karena ayahnya mempunyai penyakit yang
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
14
dapat kambuh sewaktu-waktu. selain pendidikan, cara berpakaian Tanti juga mencirikan
kemodernannya, yaitu dengan menggunakan rok dan kemeja wanita.
Untuk menguatkan citra Tanti Anggraeni dalam novel Pinesthi karya R. Ngt.
Susidiyati Sarmo bahwa Tanti Anggraeni adalah wanita Jawa Modern, penulis juga melihat
pembahasan citra wanita dari buku ImejManusia dalam Sastera yang ditulis oleh A. Wahab
Ali. Dalam pembahasan citra wanita, A. Wahab Ali (1989: 121-124) dalam bukunya Imej
Manusia dalam Sastera menjelaskan tentang wanita dan watak-wataknya kedalam tiga
golongan, pertama, wanita tradisi, kedua, wanita transisi, dan ketiga adalah wanita modern.
Wanita tradisi adalah wanita yang mewarisi sifat nilai dan kepercayaan keturunan yang hidup
dalam masyarakat sebelum meresapnya pengaruh barat dan kemodernan, antara lain tidak
berpelajaran, kurang rasional, statis, terlalu menggantungkan hidup kepada lelaki, tidak bebas
dan terikat oleh adat, kekeluargaan dan nilai keagamaan secara dogma. Wanita modern
adalah wanita yang dapat berpikir secara rasional, mementingkan pelajaran/pendidikan,
dinamis dan ingin maju serta tidak menggantungkan kehidupan kepada lekaki.
E. Kesimpulan
Dari pemaparan yang sudah dilakukan penulis untuk menganalisis cerita rekaan novel
Pinesthi karya R. Ngt. Suisdiyati Sarmo maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Tokoh Tanti adalah sebagai tokoh sentral atau tokoh utama dalam cerita Pinesthi. Hal
ini dapat dilihat dari peranan tokoh Tanti dalam setiap jalinan peristiwa yang membentuk alur.
Tanti sebagai tokoh utama didukung oleh Pak Kusna Atmaja sebagai tokoh bawahan yang
menjadi kepercayaan protagonis atau tokoh andalan. Selain tokoh Pak Kusna Atmaja, tokoh
bawahan lainnya yang mendukung peran tokoh utama adalah Pak Hadi Supadmo, Bu Hadi,
Bu Kartilah, Mbok Kadem, Maryo, Eko, Pakde Sena, dan Mas Harno. Melalui unsur alur dan
pengaluran menunjukkan bahwa novel Pinesthi bersifat linear yaitu peristiwa disusun secara
kronologis, dari mulai paparan sampai dengan selesaian.
Sebagai tokoh utama Tanti Anggraeni ditampilkan sebagai gadis yang memiliki
pilihan sendiri dalam hidupnya. Ia juga seorang yang tidak mudah menyerah dalam menjalani
cobaan dan ujian yang dihadapinya. Tokoh Tanti Anggraeni merupakan tokoh yang
berpendidikan dan mempunyai prinsip hidup yang kuat. Dia mempunyai karakter yang baik
dalam bergaul dan bersikap kepada tokoh-tokoh bawahan lainnya.
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
15
Selanjutnya untuk aspek latar di dalam novel Pinesthi memiliki faktor yang juga
mendukung dan berkaitan satu sama lain dengan alur dan juga tokoh. Latar yang digambarkan
di dalam novel Pinesthi adalah latar waktu tahun 1959an. Aspek latar mempengaruhi alur dan
tokoh pada novel ini. Latar sosial yang digunakan sangat membantu dan lebih menerangkan
mengenai suasana lingkungan yang ada pada tahun tersebut.
Citra Wanita dalam novel Pinesthi mendeskripsikan bahwa Tanti Anggraeni adalah
wanita Jawa yang termasuk dalam golongan wanita dinamis dan juga berkarakter modern.
Tanti Anggraeni yang merupakan tokoh utama cerita, menempuh pendidikan sebagai sesuatu
yang penting untuk mencapai suatu tujuan yang lebih baik kehidupannya di masa mendatang.
Tokoh Tanti juga tidak ingin dikekang dan menuruti semua kemauan laki-laki khususnya jika
ia tidak mencintai lelaki tersebut. Beberapa lelaki ditolak Tanti Anggraeni dan memilih untuk
berpasangan dengan Pak Kusna Atmaja sebagai lelaki idaman yang sangat dicintainya.
Dalam novel yang dikarang oleh R. Ngt. Suisdiyati Sarmo ini, pengarang ingin
mengangkat dan menggambarkan wanita Jawa pada era 1959 yang pada masa itu tidak semua
wanita dapat mengenyam pendidikan dan dapat menentukan sendiri pilihan hidupnya.
Tampaknya Pengarang juga ingin menyampaikan pesan bahwa kisah cinta anak remaja di
sekolah SMA berakhir dengan pernikahan yang bahagia karena mereka percaya bahwa takdir
dari Tuhan benarlah adanya dan kita sebagai manusia juga diharuskan untuk berusaha dan
berdoa baru semuanya kita serahkan kepada Gusti yang menciptakan alam semesta ini.
Saran
Dalam penelitian yang singkat ini penulis ingin memberikan saran-saran yang semoga dapat
memberikan satu manfaat yang konstruktif dalam penelitian selanjutnya. Adapun saran yang
penulis ingin sampaikan adalah; pertama, penulis belum dapat menemukan satu teori untuk
menganalisis karya satra Jawa. Buku yang menjadi acuan dalam menganalisis cerita rekaan
masih serat dengan kesusastraan Indonesia, sehingga penulis berharap ke depannya ada satu
teori yang pure yang memang asli sastra Jawa. Kedua, penelitian ini masih dapat
dikembangkan baik dari sisi citra tokoh utama cerita ataupun unsur-unsur pembangun cerita
rekaan novel Pinesthi. Demikian saran-saran yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
banyak orang.
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
16
Daftar Referensi
Sumber Data
Suisdiyati Sarmo, 2013, Pinesthi, Yogyakarta: Azzagrafika
Kamus
Poerwadarminta, 1939, Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters Uitgevers Maatschappij N. V. Groningen
Sutrisno Sastro Utomo, 2009, Kamus Lengkap Jawa-Indonesia. Yogyakarta
Buku Bacaan
A.Wahab Ali, 1989, Imej Manusia dalam Sastera. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Burhanuddin Nurgyantoro, 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta, Universitas
Yogyakarta.
Franz Magnis Suseno, 1984. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan
Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Luxemburg, Jan van., Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. (1989). Inleidingin de
Literatuurwetwnschap. (terjemahan Dick Hartoko. 1984. Pengantar Ilmu Sastra). Jakarta:
Gramedia
Panuti Sudjiman, 1992, Memahami Cerita Rekaan, Jakarta: Pustaka Jaya
-------------------, 1990, Kamus Istilah Sastra, Jakarta:UIPress
Prapti Rahayu, dkk, 2003, Wanita dalam Sastra Jawa Modern 1945-1965, Jakarta: Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Sumardjo, Jakob dan Saini KM. 1998. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Sedyawati, Edi, dkk. 2001. Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum. Jakarta: Balai Pustaka.
Teeuw.A. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Makalah
Rahyono, November 2011, Kesadaran Pandum dan Laku: Sebuah Solusi Demokratis yang
Mengarifkan Karakter Manusia.
Suwardi, Oktober 2009, Kramanisasi Seks dalam Kehidupan orang Jawa melalui Ungkapan
Tradisional. Vol. 21 no. 3 Humaniora, FIB UGM.
Citra Tokoh ..., Aminuddin Latief, FIB UI, 2016
top related