cbd febrile seizure
Post on 02-Jan-2016
50 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
CASE BASED DISCUSSION
KEJANG DEMAM
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Pembimbing :
dr. Azizah, Sp. A
disusun oleh:
Angelita Cesariani Susanti
01.208.5596
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kejang demam didefinsikan sebagai bangkitan kejang yang disebabkan oleh
demam di atas suhu 38 C per rektal tanpa disertai infeksi pada sistem saraf pusat
gangguan keseimbangan elektrolit akut pada anak berumur lebih dari 1 bulan tanpa
ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Pendapat para ahli tentang usia penderita saat terjadi bangkitan kejang
demam tidak saa. Pendapat para hali terbanyak kejang demam terjadi pada waktu
anak berusia 3 bulan samapi 5 tahun. Menurut The American Academy of
Pediatrics (AAP) usia termuda bangkitan kejang demam 6 bulan sedang menurut
IDAI, 2-5% kejang demam terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 4 tahun. Kejang
demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak, sekitar 2-5% anak
dibawah umur 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. Lebih dari 90%
penderita kejang demam terjadi pada naka berusia antara usia 6 bulan sampai 22
bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18 bulan.
Di berbagai negara insiden dan prevalensi kejang demam berbeda. Di
amerika serikat dan eropa prevalensi kejang demam bekisar 2-5%. Di Asia
prevalensi kejang demam meningkat dua kali bila dibandingkan Eropa dan
Amerika. Di Jepang kejadian kejang demam bekisar 8,3% - 9,9%. Bahkan di
kepulauan Mariana telah dilaporkan insidensi kejang demam yang lebih besar
sampai 14%.
Prognosis kejang demam baik, kejang demam bersifat benigna. Angka
kematian hanya 0,64% -0,75%. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh
sempurna, sebagian kecil berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. 4%
pendderita kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah laku dan
penurunan tingkat intelegensi.
2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
• IDENTITAS PENDERITA
• Nama Penderita : An. N
• Umur/ tanggal lahir : 1 tahun
• Jenis Kelamin : Laki- laki
• Alamat : Bangetayuwetan rt4/rw1 genuk semarang
• Nama Ayah : Bp. Y
• Umur : 43 tahun
• Pendidikan : SLTA
• Agama : Islam
• Pekerjaan : SWASTA
• Alamat : Bangetayuwetan rt4/rw1 genuk semarang
• Nama Ibu : Ibu. T
• Umur : 38 tahun
• Pendidikan : SLTA
• Agama : Islam
• Pekerjaan : swasta
• Alamat : Bangetayuwetan rt4/rw1 genuk semarang
B. DATA DASAR
Alloanamnesis dengan Ibu penderita dilakukan pada tanggal 20 Juni 2013
pukul 07.00 WIB di ruang ITH lantai 3 Anak dan didukung dengan catatan medis.
KELUHAN UTAMA
Kejang
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan kejang. Kejang terjadi atu jam yang lalu sebanyak 1x
selama 3 menit, kejang pada seluruh anggota tubuh, anak tidak sadar waktu
kejang, sedangkan sebelum kejang anak sadar dan setelah kejang anak lemas dan
diam, kejang tidak berulang kembali. Sehari sebelumnya anak demam. Demam
dirasa tinggi. Orangtua anak mengaku sudah memberikan obat penurun panas, panas
turun sesaat tetapi panas naik lagi. Anak terlihat lemas (+), muntah (-), perdarahan
3
kulit (-), epistaksis (-), sesak nafas (-), nyeri perut (-), makan dan minum kurang dari
biasanya, BAB (+) Normal, BAK (+) Normal, kemudian di bawa ke IGD Rumah
Sakit Sultan Agung.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Anak belum pernah mengalami kejang sebelumnya. Anak pernah menderita panas
tetapi tidak sampai menimbulkan kejang.
Penyakit lain yang pernah diderita anak
Faringitis : diakui Enteritis : diakui
Bronkitis : disangkal Disentri basiler : disangkal
Pneumonia : disangkal Disentri amoeba : disangkal
Morbili : disangkal Thyp. Abdominalis : disangkal
Pertusis : disangkal Cacingan : disangkal
Varicella : disangkal Operasi : disangkal
Difteri : disangkal Trauma : disangkal
Malaria : disangkal Reaksi obat/ alergi : disangkal
Polio : disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini dan tidak ada kelurga yang mempunyai
riwayat kejang..
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Ayah bekerja sebagai wiraswasta dan Ibunya adalah ibu rumah tangga. Biaya
pengobatan ditanggung umum
Kesan ekonomi: cukup.
C. DATA KHUSUS
1. Riwayat kehamilan
Pasien merupakan anak kelima. Ibu memeriksakan kehamilan di bidan secara
teratur, sejak mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan kurang lebih 36
minggu. Pemeriksaan dilakukan 1x sebulan. pernah menderita penyakit selama
kehamilan (sakit pada pada hidung: amoxilin, metilprednisolon). Riwayat
perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil disangkal. Riwayat
minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu disangkal. Obat-obat yang
diminum selama kehamilan adalah vitamin dan tablet tambah darah.
4
2. Riwayat kelahiran
Lahir spontan, aterm (36 minggu), dengan SC a/i fetal distress (-), Berat Badan
3400 gram, Panjang Badan 50 cm, langsung menangis dan kemerahan.
3. Riwayat Makan – Minum
Minum ASI sampai usia 6 bulan. Makanan pendamping ASI :bubur sun mulai
umur 6 bulan, (nasi lumat) mulai usia 8 bulan. Umur 8bulan di berikan
makanan keluarga ( nasi, sayur, telur, tempe/ tahu) jarang diberikan. Buah
(pepaya, pisang)sejak 8bulan.
Kesan: Kualitas dan kuantitas cukup.
4. Riwayat Imunisasi Dasar dan Ulang
No Imunisasi Berapa Kali Umur
1. BCG 1x 1 bulan
2. DPT 3x 2,4,6 bulan;
3. Polio 5x 0,2,4,6,
4. Hepatitis B 3x 0,1,6 bulan
5. Campak 1x 9 bulan;
Kesan imunisasi: lengkap
5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Riwayat pertumbuhan : pada KMS garis selalu terlihat normal/ diatas garis
merah.
Riwayat Perkembangan: Senyum (usia 1 bulan), miring (usia 3 bulan),
tengkurap (usia 4 bulan), duduk (usia 6 bulan), merangkak (usia 8 bulan),
berdiri (usia 12 bulan).
Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan Sesuai Umur
6. Riwayat KB Orang Tua
Ibu memakai KB suntik 8 tahun, sekarang dilepas
Pemeriksaan Status Gizi (Z score):
Diketahui:
Umur : 1 tahun 2 bulan
BB : 8,9 kg
TB : 82 cm
WAZ = BB/U = ( 8,9 - 10,7 ) =- 1,636 (Normal)
1,10
5
HAZ = TB/U = ( 8 2 - 78.3 ) = 0,374 (normal )
2.80
WHZ = BB/TB = (8,9 - 1 1,3 ) = 0,875 (Normal)
0,9
Kesan : Gizi Baik
D. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 20 Juni 2013 pukul 07.00 WIB
Umur : 1 tahun
Berat badan : 8,9 kg
Panjang badan : 82 cm
Suhu badan : 39’1C (axilla)
Nadi : 124 kali/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup,
teraba kuat
Frekuensi nafas : 36 kali/menit
KESAN UMUM
Keadaan Umum: Composmentis,tampak lemas, dan gizi baik,tidak sesak.
Keadaan Tubuh :
Keadaan Tubuh :
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Kepala : 46cm, mesocephale, ubun-ubun besar, menutup
Kulit : tidak sianosis, Ptechie (-), Turgor baik
Mata : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (-), epistaksis (-)
Telinga : discharge (-)
Mulut : gusi berdarah (-), lidah kotor (-), sianotik (-), tonsil membesar (-), bibir
kering (-)
Leher : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku kuduk (-)
Tenggorokan : hiperemis (+),
Thorax
Paru-paru :
Inspeksi : Hemithorax dextra sama dengan sinistra
Auskultasi : SD Vesikuler, Wheezing (-),Ronkhi (-)
Palpasi : Strem femitus dextra dan sinistra simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
6
Jantung:
Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
Perut
Inspeksi : bentuk datar, simetris
Auskultasi : peristaltik (+), Normal
Perkusi : tyimpani
Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Alat kelamin : laki-laki, tidak ada kelainan
Anggota Gerak : Atas (ka/ki) Bawah (ka/ki)
Capilary refill: < 2” < 2”
Akral dingin : -/- -/-
R. Fisiologis : +/+ +/+
R. Patologis : -/- -/-
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium saat di RSISA tanggal 20 juni 2013:
DARAH
Hb :10,1 gr/dl
Hematokrit : 31,1 gr/dl
Leukosit : 26,2 ribu/uL (H)
Trombosit : 538 ribu/Ul
Eosinofil : 0,1%
Basofil : 0,3 %
Netrofil : 79,4 % (L)
Limfosit : 13,2% (H)
Monosit : 6,9 % (H)
Golongan darah : B Rh (+)
Kesan :Leukositosis
7
ASSESMENT :
Kejang Demam
Gizi Baik
INITIAL PLANS
DD : Kejang demam sederhana
Kejang demam kompleks
Assessment: Kejang Demam Sederhana
Initial:
IP Dx : S : -
O : Pemeriksaan Tanda Rangsang Meningeal (Brudzinski I-II),
lumbal pungsi
IP Tx : o Kebutuhan cairan sehari : (10kg x 100cc)
: 1000 cc
: 1000 cc / 24 jam
: 41cc / jam 10tpm
o RL 10 tpm
o Diazepam 1,5 mg
o Vit B complex ½ tab
o Vit A 1/3 tab
IP Mx : - Kesadaran
- Kejang berulang
- TTV
IP Ex : Jika kejang beri diazepam per rektal dosis 0,5-0,75 mg/kg, bila
tetap kejang segera bawa ke Rumah sakit.
Saat pasien kejang :
o Tetap tenang, awasi penderita selama kejang, bila perlu
catat berapa lama kejang terjadi
o Semua pakaian ketat dilonggarkan
o Memposisikan kepala penderita agar miring, mencegah
aspirasi isi lambung.
Mengusahakan jalan napas agar bebas
8
1. Assesment : Gizi Baik
DD : Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk
Initial Plans:
Assessment: Gizi Baik
IPDx : S : Kualitas dan kuantitas makan sehari-hari
O : -
IP Rx : Kebutuhan kalori umur 1 tahun , BB 8,9 kg
Kebutuhan kalori
60,9 x 8,9 kg)- 54 = 488.01
Jumlah = 488,01 kkal/ hari
Yang terdiri dari :
- Karbohidrat: 60% x 488.01=292,81kkal
- Lemak : 30% x 488.01= 146,40 kkal
- Protein : 10% x 488.01= 48,80 kkal
IP Mx : - Penimbangan BB secara rutin dan teratur
- Pengukuran TB secara rutin
IP Ex : Makan teratur
Asupan makanan yang bergizi seimbang
Jangan mengkonsumsi makanan di sembarang tempat
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Olah raga yang teratur
Menimbang berat badan secara rutin
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.DEFINISI
Kejang demam ( Febrile Seizure ) adalah bangkitan kejang yang terjadi
karena kenaikan suhu tubuh per rektal diatas 38 C. Yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium. Kejng demam merupakan kejang yang terjadi pada saat
seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang
demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa
saat kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk
beberapa waktu, nafas akan terganggu dan kulit akan tampak lebih gelap daripada
biasanya. Setelah kejang anak bisa segera normal kembali.
2.2. ETIOLOGI
KD adalah kejang yang timbul pada suhu badan yang tinggi dimana
demamnya sendiri adalah sebagai penyebabnya, terutama infeksi. Pada tingkat
pengetahuan kita saat ini dapatlah dikatakan bahwa peranan infeksi pada sebagian
besar KD adalah tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama didasarkan atas
reaksi demam yang terjadi seperti:
Demam itu sendiri
Efek toksik dari mikroorganisme terhadap otak
Respons alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
Ensefalitis viral yang ringan yang tidak diketahui
Gabungan semua faktor diatas
10
Menurut penelitian, imunissi juga dapat diikuti oleh kejang demam
meskipun insidennya sangat jarang. Hasil penelitian yang dilakukan
memperlihatkan risiko kejang demam pada beberapa jenis imunisasi seperti pada
DPT (6-9 per 100.000 imunisasi) dan MMR (25-34 per 100.000 imunisasi).
Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang
lebih besar daripada kejang demam pada umunya dan kejang demam pasca
imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi
kejang demam bukan merupakan kontraindikasi imunisasi.
2.3. KLASIFIKASI
Kejang demam dibagi atas 2 jenis. Kejang demam sederhana (simple febrile
seizure) yaitu kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan
umunya akan berhenti sendiri. Kejang bersifat umum tonik atau klonik tanpa
gerakan fikal dan tidak berulang dalam 24 jam.
Yang kedua adalah kejang demam kompleks (complex febrile seizure) yaitu
kejang dengan salah satu ciri kejang lama >15 menit, bersifat fokal atau parsial
satu sisi atau kejang umum yang ddahului kejaang parsial. Berulang atau lebih
dari satu kali dalam 24 jam.
Sedangkan menurut Livingston, membedakan kejang demam menjadi dua golongan
yaitu :
1. Kejang demam sedeerhana
Bila memenuhi keadaan seperti di bawah ini:
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
Kejang hanya berlangsung kurang dari 15 menit
Kejang bersifat umum
Kejang terjadi dalam 16 jam pertama setelah timbul demam
Pemeriksan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
Pemeriksaan EEG setelah kejang normal
Frekuensi kejang tidak lebih dari empat kali dalam satu tahun
2. Epilepsi yang diprovokasi demam11
Bila tidak memenuhi dari salah satu kriteria diatas.
2.4. PATOGENESIS
Kejang merupakan manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan muatan
listrik yang berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron
tersebut baik berupa fisiologi, biokimiawi dan anatomi. Sel saraf memiliki potensial
membran ( selisih potensial intrasel dan ekstrasel). Potensial intrasel lebih negatif
dari ekstrasel. Potensial membran terjadi akibat perbedaan letak dan jumlah ion –
ion terutama K+, Na+, dan Ca++. Bila sel saraf mengalami stimulasi maka potensial
membran menurun yang menyebabkan permiabilitas membran terhadap ion Na+
meningkat sehingga Na+ masuk lebih banyak masuk ke intrasel. Jika serangan
lemah maka perubahan potensial membran dapat dikompensasi oleh transport aktif
ion Na+ dan ion K+ sehingga selisih potensial membran masih ke keadaan istirahat
namun jika rangsangan cukup kuat perubahan potensial dapat mencapai ambang
tetap maka permiabilitas membran terhadap Na+ akan eningkat secara besar-
besaran pula sehingga timbul potensial aksi yang akan dihantarkan ke sel saraf
berikutnya melalui sinap dengan perantara zat kimia yang dikenal dengan
neurotransmiter maka permiabilitas membran kembali ke keadaan istirahat dengan
cara Na+ kembali ke ekstrasel dan K+ masuk ke intrasel melalui mekanisme pompa
Na-K yang membutuhkan ATP dari sintesa glukosa dan oksigen.
Mekanisme terjadinya kejang demam ada beberapa teori:
Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K misalnya
pada hipoksemia, iskemia dan hipoglikemia. Sedangkan pada kejang sendiri
dapat terjadi pengurangan ATP dan terjadi hipoksemia.
Perubahan permiabilitas membran sel saraf misalnya hipokalsemia dan
hipomagnesemia.
Perubahan relatif neurotransmiter yang bersifat eksitasi dibandingkan dengan
neurotransmitter inhibisi dapat menyebabkan depolarisasi yang berlebihan.
Misalnya ketidakseimbangan antara GABA (gamma-aminobutyric acid)atau
glutamat akan menimbulkan kejang.
Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui namun para ahli
memperkirakan bahwa pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia
tubuh yang mengakibatkan reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan oksigen akan
lebih cepat habis sehingga terjadi hipoksia. Transport aktif yang memerlukan
ATP terganggu sehingga Na intrasel dan K ekstrasel meningkat yang akan
menyebabkan potensial membran cenderung turun atau kepekaan sel saraf
meningkat.
2.5. GEJALA KLINIS12
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi atau anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di
luar susunan saraf pusat. Berikut ini beberapa gejala dan tanda dari kejang demam:
Demam tiba – tiba
Kejang tonik klonik / umum
Kulit kebiruan
Menangis
Tidak sadar
Kekakuan otot
Susah nafas
Inkontinensia ( tidak sadar mengelurkan air kemih dan tinja )
2.6. DIAGNOSIS
Secara klinis umumnya tidak sulit untuk menegakan diagnosis kejang demam.
Terdapat gejala kejang pada suhu badan yang tinggi dan tidak didapatkan gejala
neurologis lain dan anak segera sadar setelah kejang berlalu. Namun perlu diingat
bahwa kejang dengan suhu badan tinggi dapat pula terjadi pada kelinan lain
misalnya meningitis dan ensefalitis.
2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium rutin dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam atau keadaan lain yang dapat menjadi penyebab kejang, misalnya:
• Pemeriksaan darah perifer13
• Elektrolit
• Gula darah
• Pungsi lumbal (dibawah 1 tahun sangat dianjurkan, 12 bulan-18 bulan
dianjurkan, >18 bulan boleh tapi tidak rutin)
• EEG tidak direkomendasikan karena tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang atau memperkirakan risiko epilepsi di kemudian hari. EEG dapat
dilakuakan pada kejang demam yang tidak khas misalnya pada anak usia >6
tahun atau kejang demam fokal.
2.8. KOMPLIKASI
• Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya karena
bersifat jinak ( benigna ) dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tapi pada kejang
yang berlangsung lama lebih dari 15 menit biasanya dpat menimbulkan
komplikasi.
• Disamping itu bila ditemukan gejala kerusakan otak setelah kejang demam
maka biasanya par pakar menganggapnya disebabkan oleh penyebab demam
dan bukan disebabkan oleh kejang itu sendiri.
• Contoh yang dianggap sebagai komplikasi KD adalah epilepsi, apneu,
hipoksia, asidosis laktat (meningkatnya anaerob metabolism) dan hipotensi
arterial.
2.9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan:
1. Fase akut
o tujuan pengelolaan pada fase ini adalah untuk mepertahankan oksigenasi
otak yang adekuat, mengakhiri kejang sesegera mungkin, mencegah
kejang berulang, dan mencari penyebab
o Pengelolaan umum yaitu menjaga fungsi vital tetap baik agar oksigenasi
otak tetap adekuat dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi.
o Pengobatan khusus menghentikan kejang dan mencegah timbulnya
kembali kejang berulang, koreksi kelainan elektrolit dan metabolit,
mencari dan mengobati penyakit yang mendasari dan mencegah
komplikasi
14
2. Pemberian Obat saat demam
o Saat demam diberikan paarsetamol dosis 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4
kali sehari, tidak lebih 5 kali sehari. Obat lain ibuprofen dosis 5-
10mg/kgBB/kali,3-4 kali sehari
3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.
o Diberikan jika kejang lebih dari 15 menit, ada kelainan neurologis
sebelum atau setelah kejang dan adanya kejang fokal.
o Dipertimbangkan jika ada kejang berulang lebih dari dua kali atau lebih
dalam 24 jam, terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, kejang demam lebih
dari sama dengan 4 kali per tahun.
o Pilihan pertama ialah asam valproat 15-40mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
atau fenobarbital 3-4 mg?kgBB/hari dibagi dalam 1-2 dosis.
2.10. KOMPLIKASI
Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya karena
bersifat jinak ( benigna ) dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tapi pada kejang
yang berlangsung lama lebih dari 15 menit biasanya dpat menimbulkan
komplikasi. Disamping itu bila ditemukan gejala kerusakan otak setelah kejang
demam maka biasanya par pakar menganggapnya disebabkan oleh penyebab
demam dan bukan disebabkan oleh kejang itu sendiri. Contoh yang dianggap
sebagai komplikasi KD adalah epilepsi, apneu, hipoksia, asidosis laktat
(meningkatnya anaerob metabolism) dan hipotensi arterial.
15
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien anak An. IF yang berusia 1 tahun 2 bulan didiagnosa kejang demam
simpleks adalah tepat, karena dari anamnesa awal ditemukan data-data yang dapat
mengarah pada diagnosa kejang demam simpleks , antara lain : Satu jam yang lalu
kejang (+) 1x selama 3 menit, kejang seluruh tubuh, anak tidak sadar waktu kejang,
sedangkan sebelum kejang anak sadar dan setelah kejang anak lemas dan diam, kejang
tidak berulang kembali dalam 24 jam. Sehari sebelumnya anak demam. Orangtua anak
mengaku sudah memberikan obat penurun panas, panas turun sesaat tetapi panas naik
lagi. Badan lemas (+), pusing (-), mual (-), muntah (-), perdarahan kulit (-), epistaksis
(-), sesak nafas (-), nyeri perut (-), makan dan minum kurang dari biasanya, tidak ada
nyeri telan tenggorok, nyeri ketok belakang telinga (-), benjolan di daerah leher (-),
BAB (+) Normal, BAK (+) Normal, nyeri saat berkemih (-) kemudian di bawa ke IGD
Rumah Sakit Sultan Agung.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan, frekuensi nadi 124 kali per menit, laju pernafasan 36
kali per menit, temperature 38,1’C. Pada pemeriksaan penunjang, pemeriksaan darah rutin hasil
yang didapat pada tanggal 17 Juni 2013 yaitu didaptakan hasil yang abnormal pada jumlah
leukosit yaitu 26,2 ribu/uL. Pada pasien ini terjadi peningkatan kadar jumlah leukosit yang
menunjukan adanya proses infeksi atau radang akut.
Penatalaksanaan yang diberikan berupa cairan, dietetik, dan medikamentosa sudah
sesuai teori yang ada. Selama pasien dirumah sakit, yang perlu dimonitoring keadaan umum,
tanda-tanda vital, dan kejang berulang.
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Pada pasien anak N, umur 1 tahun didiagnosa kejang demam simpleks , karena
dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratoris terdapat tanda-tanda
yang termasuk kriteria kejang demam simplek .Terapi yang meliputi aspek cairan, aspek
dietetik dan medikamentosa sudah sesuai.
SARAN
Orang tua pasien selalu siap sedia obat penurun panas dan obat anti kejang serta
termometer untuk mengetahui ambang batas kejang demam anaknya.
17
top related