case obsesif kompulsif
Post on 28-Oct-2015
89 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SS
Usia : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 05 Juni 2013, pukul
10.00 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan.
Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan untuk kontrol
rutin dan meminta resep karena obat yang dikonsumsi hampir habis.
Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Umum Persahabatan
untuk kontrol rutin dan meminta resep karena obat yang dikonsumsi hampir habis.
Obat yang dikonsumsi hanya tersisa tiga buah obat saja. Pasien mengatakan, saat ini
pasien masih sering mengucapkan “bismillah” secara berulang-ulang ketika setiap
hendak mengambil air wudhu. Bacaan “bismillah” diulang-ulang pasien sebanyak
lebih dari tujuh kali. Pasein mengucapkan “bismillah” berulang-ulang, dikarenakn
pasien ragu-ragu dan kurang yakin kalau bacaannya itu tidak benar dan takut tidak
diterima wudhunya. Setelan bacaan “bismillah” diulang lebih dari tujuh kali, pasien
baru merasa mantap dan yakin. Apabila pasien sedang kesal pasien mengatakan,
pasein lebih banyak lagi mengulang bacaa “bismillah”nya. Karena kebiasaanya ini,
pasien seringkali ditegur oleh suaminya. Suami pasien mengatakan, wudhunya
cukup sekali saja tidak perlu diulang-ulang. Tetapi pasien mengabaikan teguran
suaminya. Selain itu, pasien mengatakan tidak hanya wudhu saja yang diulang-
ulang. Pada saat sholat juga pasien mengulang-ngulang gerakan dan bacaan
“Takbirotul Ikhrom”. Pasien tidak mengingat berapa kali pasien mengulang takbir.
Pasien berhenti mengulang takbir, apabila sudah merasa yakin dan mantap kalau
takbirnya sudah benar dan sempurna. Sebelum pasien merasakan keluhannya ini,
pasien sering mengikuti kegiatan sholat wajib berjama’ah di musholla. Pasien
mengulang gerakan takbir ini, pada saat pasien melakukan sholat wajib saja. Karena
keluhannya ini, pasien sering tertinggal apabila sedang sholat berjama’ah. Pada saat
pasien megerjakan sholat sunnah, pasien tidak terlalu banyak mengulang gerakan
takbir, seperti pada saat tarawih. Pasien mengatakan gerakan yang diulang-ulang
hanya pada saat memulai sholat, untuk gerakan dan bacaan pada rakkat selanjutnya
tidak diulang.
Pasien juga mengungkapkan bahwa pada saat mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan, pasien membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya.
Pasien terus menggosok tangannya saat mencuci tangan sampai pasien merasa yakin
bersih. Begitu pula pada saat mandi, pasien juga mengungkapkan membutuhkan
waktu yang lebih lama. Pasien merasa tubuhnya belum bersih, sehingga pasien terus
menggosok tubuhnya dengan sabun secara berulang-ulang. Pasien menyatakan,
pasien merasa kurang nyaman dengan kondisi pasien yang seperti ini. Tetapi pasien
mengaku pasrah dengan kondisi dirinya yang sekarang.
Awalnya keluhan ini dirasakan sejak tahun 2001. Keluhannya ini muncul
secara tiba-tiba dan terjadi pertama pada saat wudhu. Pasien tidak tahu mengapa
keluhannya ini muncul. Sebelumnya pasien mengatakan tidak sedang dalam masalah
dengan keluarganya. Selain itu juga pasien tidak mengalami gangguan dalam
tidurnya. Akan tetapi pasien sering mengalami ketakutan apabila bepergian sendiri
tanpa ditemani. Pasien megatakan, takut apabila nanti bepergian sendiri pasien jatuh
dan tidak ada yang menolong. Pasien merasa lebih enak setelah minum obat, dan
pengulangan pada saat wudhu maupun sholat sedikit berkurang, yang tadinya
mengulang lebih dari tujuh kali, setelah minum obat berkurang menjadi kurang lebih
sebanyak tiga kali. Selama ini pasien kontrol rutin setiap bulan ke Poliklinik Psikiatri
RSUP Persahabatan. Setiap kontrol pasien tidak berani pergi sendiri sehingga harus
ditemani oleh keluarganya.
Pasien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan – bisikan dimana
pasien tidak dapat melihat sumber wujudnya. Pasien menyangkal pernah melihat
bayangan maupun mencium bau tanpa ada sumbernya. Pasien juga menyangkal
pernah merasakan ada sesuatu yang merayap/berjalan di tubuhnya, tapi saat dilihat,
tidak menemukan apapun. Pasien juga menyangkal ada sensasi mengecap pada
indera pengecapannya tanpa ada makanan di dalam mulutnya. Pasien menyangkal
merasa orang disekitarnya dapat mengetahui apa yang ada dipikirannya, dan juga
merasa pikirannya di ambil orang lain. Pasien menyangkal pernah merasa bahwa
pikirannya dikendalikan orang lain. Pasien tidak pernah merasa orang lain sedang
membicarakan atau menertawakan pasien. Pasien menyangkal adanya kehilangan
mood, kehilangan energi, afek depresif seperti sedih. Selain itu pasien menyangkal
adanya gejala perasan gembira yang berlebihan dan aktivitas mental yang
berlebihan.
Pasien adalah seorang ibu dari tiga orang anak dan sudah memiliki tiga
orang cucu. Pasien merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Ketiga anaknya
sudah menikah dan tinggal terpisah dari pasien. Pasien saat ini tinggal bersama
suaminya di rumahnya sendiri. Suami pasien saat ini adalah seorang pensiunan dari
departeman pertanian dan pasien sendiri adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien
mengatakan hubungan dengan suami maupun anak-anak pasien tidak ada masalah
ataupun konflik. Pasien dan suaminya saling membantu dalam hal mengerjakan
pekerjaan rumah dan mengurus kedua cucu mereka yang dititipkan oleh anak pasien
apabila anak pasien hendak berangkat kerja.
Sebelumnya pasien tidak mempunyai riwayat trauma kepala sehingga tidak
adanya gangguan mental organik. Pasien mengungkapkan bahwa di keluarganya
tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Pasien juga
menyatakan tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan menggunakan zat psikotropik
(NAPZA). Pasien tidak memiliki riwayat mengkonsumsi rokok.
Pasien dilahirkan secara normal, tanpa penyulit persalinan dan cacat
bawaan. Riwayat masa kanak – kanak pasien cukup baik. Masa pendidikan
berlangsung dengan dari SD, SMP. Pasien memiliki banyak teman dan tidak
memiliki masalah dalam bersosialisasi dengan teman-temannya. Hubungan dengan
tetangga pasien baik. Pasien mengatakan terkadang mengikuti kegiatan pengajian di
lingkungan sekitar rumahnya. Pasien juga sering duduk-duduk ngobrol dengan
tetangganya. Aktivitas sehari-hari pasien adalah melakukan pekerjaan rumah dan
mengurus cucunya. Kebutuhan sehari-hari pasien diperoleh dari dana pensiunan
suami yang dahulu bekerja di Departemen Pertanian dan terkadang mendapat
bantuan dari anak-anaknya yang sudah bekerja. Tetapi walaupun sudah mendapat
biaya dari suami dan anak-anaknya, pasien seringkali merasa kurang cukup dalam
hal ekonomi.
Suasana perasaan pasien saat ini adalah biasa saja. Pasien masih dapat
melakukan aktivitas sehari-harinya seperti mandi dan melakukan pekerjaan rumah
seperti mengepel, memasak, mencuci dan lain-lain. Pasien menyatakan, bahwa saat
ini pasien hanya ingin sembuh dari penyakitnya dan pasien ingin dapat bepergian
sendiri tanpa ditemani lagi.
Pada saat anamnesa, terlihat pasien memiliki pengetahuan umum yang
cukup baik, ini terbukti saat ditanya siapa Gubernur DKI Jakarta dan Presiden RI
saat ini, pasien mampu menjawabnya dengan benar. Penilaian terhadap waktu,
tempat, personal dan situasi juga baik. Penilaian terhadap memori jangka pendek,
panjang dan segera juga cukup baik. Ini terbukti pasien masih dapat bercerita pasien
datang ke rumah sakit dengan kendaraan umum, dapat mengingat dimana pasien
dahulu bersekolah dan mengulang nama lima anggota tubuh bagian muka yang
dicontohkan oleh pemeriksa. Pada saat ditanya apa arti dari ‘air susu dibalas air
tuba’, pasien mampu menjawab dengan benar arti paribahasa itu. Kemudian pasien
di diberi pertanyaan untuk menguji daya nilai pasien, pasien mampu berpikir ke arah
normal, karena saat pasien diberikan contoh perumpamaan bila pasien menyeberang
bersama anak kecil yang ketakutan, pasien tahu apa yang seharusnya dilakukan.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
Riwayat Gangguan Medik
Tidak ada riwayat gangguan medik pada pasien.
Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol /Merokok
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alkohol sebelumnya.
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat Pranatal
Pasien lahir secara normal tanpa penyulit persalinan dan tidak terdapat cacat
bawaan.
Riwayat Masa Kanak-Kanak dan Remaja
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya dan tidak ada gangguan
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Pasien pernah mengenyam
pendidikan sampai kelas tiga SLTP. Prestasi pasien selama menjalani pendidikan
tersebut termasuk biasa-biasa saja. Pasien dapat bersosialisasi secara baik dengan
teman-temannya.
Riwayat Pendidikan
Pasien pernah mengenyam pendidikan sampai kelas tiga SLTP. Prestasi pasien
selama menjalani pendidikan tersebut termasuk biasa-biasa saja. Pasien dapat
bersosialisasi secara baik dengan teman-temannya.
Riwayat pekerjaan
Saat ini pasien hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan aktivitas sehari-
hari yaitu mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mengepel, mencuci
dan mengurus cucunya.
Riwayat agama
Pasien beragama Islam, rajin sholat lima waktu dan sering mengikuti kegiatan
pengajian.
Aktivitas sosial
Pasien dapat bergaul dengan para tetangga, mengikuti pengajian di lingkungan
rumahnya. Pasien dapat bersosialisasi dan berinteraksi baik dengan tetangganya.
Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah dan memiliki tiga orang anak.
Hubungan dengan keluarga
Hubungan pasien dengan suami, anak-anak dan cucu-cucunya terjalin
dengan cukup baik, pasien tinggal bersama suami.
Riwayat Keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga pasien yang memiliki gejala serupa dengan pasien.
Riwayat Situasi Sosial Sekarang
Pasien seorang perempuan berusia 58 tahun. Pasien merupakan anak kedua dari enam
bersaudara. Pasien sudah menikah dan memiliki tiga orang anak. Saat ini pasien
tinggal bersama suaminya di rumah pribadi milik pasien. Sedangkan anak-anak
pasien sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dengan pasien. Pasien adalah seorang
ibu rumah tangga. Kebutuhan sehari-hari dan pengobatan dari gaji pensiunan suami
pasien yang dahulu bekerja di Departeman Pertanian. Kadang kala mendapat bantuan
dari anak-anak pasien. Tetapi pasien masih mengeluhkan terdapat kesulitan dalam
ekonomi.
Persepsi Pasien Terhadap Dirinya
Harapan pasien saat ini adalah ingin cepat sembuh dan tidak perlu mengulang pada
saat sholat dan wudhu. Selain itu pasien juga ingin dapat bepergian sendiri tanpa
perasaan takut dan tanpa harus ditemani.
STATUS MENTAL
DESKRIPSI UMUM
Penampilan
Perempuan berusia 58 tahun dengan penampilan tampak sesuai dengan usianya,
berpakaian rapih, mengenakan jilbab, ekspresi tenang, perawatan diri baik.
Proporsi tubuh normal, warna kulit sawo matang.
Kesadaran
Kesadaran umum : Compos Mentis.
Kontak psikis : Baik, dapat dilakukan pasien dan cukup wajar.
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Cara berjalan : Baik.
Aktifitas psikomotor : Pasien kooperatif, kontak mata baik, tidak terdapat
gerakan involunter, pasien masih dapat fokus dan menjawab pertanyaan
pemeriksa dengan baik.
Pembicaraan
Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter dengan
baik dan pasien mampu mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
Kualitas : Bicara spontan, volume bicara cukup, artikulasi jelas,
pembicaraan terarah dan dapat dimengerti.
Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif.
KEADAAN AFEKTIF
1. Mood : Biasa-biasa saja.
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Mood dan afek serasi.
4. Empati : Pemeriksa dapat meraba rasakan perasaan pasien saat ini.
FUNGSI INTELEKTUAL/KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
Taraf pendidikan
Pasien sekolah hanya sampai SLTP. Prestasi pasien biasa-biasa saja selama
menempuh pendidikan.
Pengetahuan umum
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat ketika ditanya tentang presiden
RI dan Gubernur DKI Jakarta saat ini.
2. Daya konsentrasi
Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal sampai dengan
selesai. Akan tetapi pasien hanya dapat menjawab 100-7=93 pasien dapat
menjawab dengan benar.
3. Orientasi
Waktu : Baik, pasien mengetahui keadaan saat wawancara yaitu pagi hari.
Tempat : Baik, pasien dapat mengetahui sedang berada di Poliklinik
Psikiatri RS. Persahabatan.
Orang : Baik, pasien mengetahui bahwa pemeriksa adalah dokter.
Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang berkonsultasi dan
tanya jawab dengan dokter.
4. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat masa-masa tempat dimana pasien
sekolah SD-SLTP.
Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat pasien datang ke RS dengan menggunakan
angkutan umum ditemani suaminya.
Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengulang kembali 5 anggota wajah yang ditanyakan
oleh pemeriksa secara berurutan.
Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien ini.
5. Pikiran abstrak
Baik, pasien mengerti dan mampu menjelaskan dengan benar arti peribahasa ‘ air
susu dibalas dengan air tuba’.
6. Bakat kreatif
Tidak memiliki bakat kreatif.
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien dapat mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan mampu mengurus
dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.
GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi : Tidak ada halusinasi auditorik, visual, olfaktorik,
gustatorik dan taktil.
Ilusi : Tidak terdapat ilusi pada pasien.
2. Depersonalisasi dan derealisasi
Depersonalisasi : tidak terdapat depersonalisasi pada pasien.
Derealisasi : tidak terdapat derealisasi pada pasien.
PROSES PIKIR
1. Arus Pikir
Produktivitas : Baik, dapat menjawab pertanyaan dengan spontan.
Kontinuitas : Baik, pembicaraan sampai tujuan.
Hendaya : Tidak terdapat hendaya berbahasa pada pasien ini.
2. Isi Pikiran
Preokupasi : Tidak ada
Gangguan pikiran : Tidak terdapat waham pada pasien. Terdapat
pikiran yang berulang-ulang tentang mengucapkan kata “bismillah”, bacaan
dan gerakan awal takbir (obsesif), dan kompulsif terhadap kebersihan pada
saat mandi dan cuci tangan.
PENGENDALIAN IMPULS
Baik, pasien dapat mengendalikan dirinya sendiri serta melakukan wawancara dengan
baik.
DAYA NILAI
Daya Nilai Sosial
Baik, pasien dapat besosialisasi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya.
Uji Daya Nilai
Baik, karena ketika diberikan suatu permasalahan apabila pasien menjumpai
seorang anak kecil yang ketakutan ketika menyebrang, pasien akan membantu
untuk meberangkan anak kecil itu.
Penilaian realitas
Baik, tidak terdapat gangguan dalam menilai realita pada pasien ini karena tidak
ditemukan adanya waham dan halusinasi
PERSEPSI PASIEN TERHADAP DIRI DAN KEHIDUPANNYA
Berdasarkan penilaian pemeriksa terhadap pasien yaitu pasien sepenuhnya
menyadari bahwa pasien saat ini sedang sakit dan pasien memiliki keinginan utnuk
sembuh dari penyakitya sehingga pasien rutin kontrol untuk berobat.
TILIKAN / INSIGHT
Tilikan derajat 6, dimana pasien sadar bahwa dirinya sedang sakit dan
pasien ingin sembuh.
TARAF DAPAT DIPERCAYA
Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban pasien
dapat dipercaya, karena pasien dapat menilai realita dan konsisten terhadap setiap
pertanyaan yang diberikan.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda vital
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Frekuensi napas : 18 x/menit
Suhu : afebris
4. Bentuk badan : kesan dalam batas normal
5. Sistem kardiovaskular : kesan dalam batas normal
6. Sistem muskuloskeletal : kesan dalam batas normal
7. Sistem gastrointestinal : kesan dalam batas normal
8. Sistem urogenital : kesan dalam batas normal
9. Gangguan khusus : kesan dalam batas normal
B. Status Neurologis
1. Saraf Craniale :kesan dalam batas normal
2. Saraf Motorik : kesan dalam batas normal
3. Sensibilitas : kesan dalam batas normal
4. Susunan Saraf Vegetatif : kesan dalam batas normal
5. Fungsi Luhur : kesan dalam batas normal
6. Gangguan Khusus : kesan dalam batas normal
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien seorang perempuan, berumur 58 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RS.
Persahabatan untuk kontrol rutin karena obat hampir habis.
Pasien mengeluh masih sering mengucapkan “bismillah” berulang-ulang sampai lebih
dari tujuh kali pada saat mulai wudhu. Pasien merasa tidak mantap dan ragu-ragu
sehingga perlu diulang beberapa kali.
Pasien juga mengatakan mengulang-ngulang bacaan dan gerakan takbir pada saat
awal sholat. Sehingga pasien sering ketinggalan apabila pasien mengikuti sholat
berjamaah.
Pasien juga mengungkapkan bahwa pada saat mandi pasien membutuhkan waktu
yang cukup lama. Pasien merasa belum bersih sehingga pasien harus berkali-kali
menggosok tubuhnya sampai pasien merasa bersih.
Pasien juga mencuci tangan dalam wajtu yang cukup lama sebelum dan sesudah
makan. Pasien terus menggosok tangannya saat mencuci tangannya sampai pasien
merasa bersih.
Pasien mengaku merasa kurang nayaman dengan keadaan pasien sekarang.
Bedasarkan status mentalis, pasien memiliki pikiran yang berulang-ulang tentang
mengucapkan kata “bismillah”, bacaan dan gerakan takbir pada awal sholat, dan
obsesi terhadap kebersihan.
Pasien merasa lebih enak dan keluhan berkurang setelah meminum
obat.
Fungsi kognitif pada pasien masih cukup baik, begitu pula dengan pengendalian
impuls masih baik. Orientasi waktu, tempat, orang, dan situasional masih baik. Daya
ingat jangka pendek, segera, dan panjang masih baik.
Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala.
Tidak terdapat keluarga pasien yang memiliki riwayat keluhan serupa dengan pasien.
Pasien tidak memiliki riwayat mengkonsumsi zat psikotropika (NAPZA), minuman
alkohol dan rokok.
Pasien tidak memiliki halusinasi dan waham.
Pasien menyangkal adanya kehilangan mood, kehilangan energi, afek depresif seperti
sedih. Selain itu pasien menyangkal adanya gejala perasan gembira yang berlebihan
dan aktivitas mental yang berlebihan.
Pasien lahir secara normal. Pasien mengenyam pendidikan sampai lulus perguruan
tinggi dengan prestasi yang cukup. Masa kanak- kanak dan remaja pasien tidak
memiliki hambatan untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya.
Pasien hanya mengenyam pendidikan sampai SLTP.
Keadaan umum dan pemeriksaan fisik baik. Pada pemeriksaan status internus dan
neurologis tidak didapatkan adanya kelainan.
Saat ini pasien tinggal bersama suami di rumah pribadi pasien. Pasien memiliki tiga
orang anak dan ketiganya sudah menikah dan tinggal terpisah dari pasien.
Kebutuhan sehari-hari pasien dan biaya pengobatan menggunakan askes. Saat ini
kebutuhan sehari pasien di tanggung dari pendapatan pasien sebagai pensiunan
Departemen Pertanian dan bantuan dari ketiga anaknya. Tetapi walaupun begitu
pasien masih mengatakan terdapat kesulitan dalam ekonomi sehingga tidak cucukp
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pasien ini didapatkan gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
sosial, pekerjaan, sekolah dll.
FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada pasien
terdapat kelainan pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna sehingga
dapat menyebabkan timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi sehari-hari maka
pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.
Diagnosis Aksis I
Dari autoanamnesis, pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala ataupun penyakit
yang dapat mengakibatkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran,
daya konsentrasi, orientasi, serta fungsi kognitif pasien yang masih baik sehingga pasien
ini bukan penderita gangguan mental organik (F.0).
Berdasarkan anamnesis tidak didapatkan riwayat konsumsi obat psikoaktif (NAPZA)
serta tidak ditemukan riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok. Sehingga pasien ini
bukan menderita gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif atau alkohol
(F.1).
Berdasarkan autoanamnesis pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam
menilai realita yang ditandai dengan adanya halusinasi atau waham sehingga pasien ini
dapat dikatakan bukan menderita gangguan psikotik (F.2).
Karena tidak terdapat halusinasi dan waham yang berlangsung lebih dari 1 bulan,
maka pasien bukan merupakan schizophrenia. Karena gejala halusinasi dan waham tidak
ada maka pasien dikatakan bukan Skizofrenia (F.20).
Berdasarkan autoanamnesis pada pasien ini tidak ditemukan mood yang meningkat, aktivitas
fisik dan pembicaraan yang meningkat, maka pasien saat ini bukan pasien mania. Pasien tidak
mengalami mood yang menurun seperti afek depresif, kehilangan semangat, gairah dan rasa
gembira, penurunan aktivitas fisik, maka pasien ini tidak menderita gangguan depresif, karena
pasien ini tidak menderita gangguan mania atau depresi maka pasien ini bukan termasuk ke
dalam gangguan mood/afektif (suasana perasaan)(F30).
Pasien ini ditemukan adanya pengulanagn dalam mengucapkan kata “bismillah” saat
berwudhu. Pasien merasa takut bahwa kata “bismillah” yang diucapkannya tidak benar
sehingga pasien ragu-ragu tiak mantap. Pengulangan dalam bacaan dan gerakan pada saat
akan memulai sholat. Sehingga pasien sering ketinggalan dalam sholat berjamaah. Pasien
juga mneggosok tubuh berukang kali pada saat mandi serta mencuci tangan . pasien
merasa belum bersih dan terus menggosok tubuhnya secara berulang-ulang. Keluhannya
ini dirasakan sejak tahun 2001, maka opasien ini termasuk dalam gangguan obsesif
kompulsif (F.42).
Pasien ini ditemukan pengulangan dalam pengucapan “bismillah” saat berwudhu,
bacaan dan gerakan takbir pada saat awal sholat, menggosok tubuh saat mandi, mencuci
tangan yang dialami pasien setiap hari. Baik pikiran obsesif serta tindakan kompulsif
sama-sama menonjol oleh karena itu, pasien didiagnosis menderita gangguan obsesif-
kompulsif campuran pikiran dan tindakan (F.42.2).
Diagnosis Aksis II
Tumbuh kembang pasien normal. Sejak masa kanak-kanak hingga dewasa pasien
tumbuh dan berkembang dengan normal sesuai usia. Pasien mampu bersosialisasi dan
berinteraksi dengan orang lain sebagaimana orang normal lainnya. Maka pada pasien ini
tidak didapatkan gangguan kepribadian. Fungsi kognitif baik, pendidikan pasien sampai
SLTP. Maka pada pasien ini tidak ada gangguan retardasi mental. Oleh karena tidak
ditemukan gangguan kepribadian dan gangguan retardasi mental maka pada pasien ini
aksis II tidak ada diagnosis.
Diagnosis Aksis III
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan status neurologis salam batas
normal. Maka pada aksis III tidak ada diagnosis.
Diagnosis Aksis IV
Saat ini pasien seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal di rumahnya sendiri
bersama suaminya yang sudah pensiun. Ketiga anaknya sudah berumah tangga dan
tinggal terpisah dengan pasien. Pasien dan suaminya saling membantu dalam hal
mengerjakan rumah dan megurus cucu yang dititipkan oleh anak pasien saat bekerja.
Kebutuhan sehari-hari dan biaya pengobatan dari gaji pensiunan suami pasien dan hal ini
dirasakan masih kurang cukup menurut pasien. Pergaulan/bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya baik. Hubungan pasien degan suami, cucu dan anak-anaknya
cukup baik. Oleh karena itu maka pada aksis IV terdapat masalah ekonomi.
Diagnosis Aksis V
Pada pasien pasien ini didapatkan gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam sosial, pekerjaan, seoklah dll. Maka pada aksis V didapatkan GAF Scale
80-71.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Obsesif-Kompulsif Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif.
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah ekonomi
Aksis V : GAF Scale 80-71.
DAFTAR PROBLEM
Organobiologik : Tidak ditemukan
Psikologis :Terdapat pengulangan dalam mengucapkan kata
“bismillah” saat wudhu yang lebih dari tujuh kali, bacaan dan gerakan awal sholat
yang diulang-ulang, mencuci tangan lebih lama dari biasanya dan mandi lebih lama.
Sosioekonomi : Terdapat masalah ekonomi pada keluarga
PROGNOSiS
Prognosis ke arah baik
Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh.
Pasien rajin kontrol dan patuh minum obat.
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki gejala serupa seperti pasien.
Mendapat dukungan dari keluarga terhadap kesembuhan pasien.
Respon terhadap pengobatan cukup baik.
Prognosis ke arah buruk
Perjalanan penyakit sudah berlangsung lama sejak tahun 2001.
Apabila sedang kesal pengulangan lebih banyak dari biasanya.
Kesimpulan
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah :
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
TERAPI
Psikofarmaka :
Xanax 1 x 0,5 mg
Haloperidol 3 x 0,5 mg
Anafranil 2 x 25 mg
Psikoterapi :
Pada pasien
Beribadah dan memperbanyak doa kepada Tuhan YME sesuai dengan
kepercayaan pasien agar diberi ketenangan.
Edukasi tentang pentingnya untuk kontrol rutin dan minum
obat secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan pertama. PT.
Nuh Jaya. Jakarta. 2001.
Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT. Nuh
Jaya. Jakarta. 2007.
top related