case koas anak
Post on 13-Dec-2015
89 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
CASE REPORT
“Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan - Sedang”
DOKTER PEMBIMBING
dr. Meidy Daniel Posumah, Sp.A
DISUSUN OLEH
Fenni Cokro
030.09.086
RUMAH SAKIT BADAN PENGUSAHAAN BATAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
PERIODE 02 JUNI 2014 – 09 AGUSTUS 2014
LEMBAR PENGESAHAN
Case Report yang berjudul Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan - Sedang
telah diterima dan disetujui pada tanggal 04 Juli 2014
sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
periode 02 Juni 2014 – 09 Agustus 2014 di Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam
Batam, 04 Juli 2014
dr. Meidy Daniel Posumah, Sp.A
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Case Report dengan judul
“Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan - Sedang”. Case report ini diajukan dalam rangka
melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Badan
Pengusahaan Batam periode 02 Juni 2014 – 09 Agustus 2014 dan juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi penulis serta pembaca mengenai Diare Akut. Dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan kerja sama yang telah
diberikan selama penyusunan case report ini, kepada dr. Meidy Daniel Posumah, selaku
pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Badan Pengusahaan
Batam.
Penulis menyadari case report ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak agar case report ini dapat menjadi
lebih baik dan berguna bagi semua pihak yang membacanya. Penulis memohon maaf sebesar-
besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam case report ini.
Batam, Juli 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3
kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. 1,2
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari,
sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan
infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare
infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri dan Parasit.3
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB
( Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu singkat. 4,5
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi
insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5
orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke
praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh
karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella
spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Basillus cereus, Clostridium perfringens
dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC).
Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap
tahun. Di afrika anak-anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara
berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. 6
Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang ke rumah sakit,
penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp,
V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan
Salmonella paratyphi A. 7
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : An. Zhahira Al Jannah
Tempat/Tgl. Lahir : Batam / 10-10-2012
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Taman Teratai Blok E No. 19
Agama : Islam
Masuk Tanggal : 13 Juni 2014
No. Medical Record : 35-09-44
B. Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama Tn. Sofian Ny. Ani
Umur 30 tahun 28 tahun
Alamat Taman Teratai Blok E No.
19
Taman Teratai Blok E No.
19
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga
Hubungan Pasien dengan orang tua : Pasien anak kandung (anak ke 3 dari 3
bersaudara)
ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis kepada Ibu kandung penderita, Ny. Ani pada tanggal 16 Juni
2014 pada pukul 07.30 WIB
Keluhan Utama : muntah sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan Tambahan : mencret, batuk, demam, tidak mau makan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang anak perempuan berusia 2 tahun datang ke RSOB dengan keluhan muntah
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah terjadi ± 3 kali / hari. Muntah berupa air,
lendir (-), darah (-). Muntah terjadi setiap kali pasien diberikan minum. 4 hari sebelum masuk
rumah sakit, pasien masih muntah tetapi juga disertai dengan mencret. Mencret terjadi ± 5
kali / hari berupa air dan sisa ampas, warna kuning, lendir (-), darah (-). Namun mencret telah
berkurang frekuensinya 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Ibu pasien mengeluh selama 4
hari ini, pasien tidak mau makan dan minum susu, hanya ingin diberikan air putih saja
sedikit-sedikit. Ibu pasien juga mengeluh tiba-tiba pasien demam 5 jam sebelum masuk
rumah sakit. Demam tidak terlalu tinggi, menggigil (-), kejang (-). Selain itu pasien juga
sedang batuk dengan dahak (-), sesak napas (-), flu (-). BAK (+), BAB masih mencret dengan
frekuensi 2 kali / hari. Lemas (+). Penurunan BB (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut Ibu pasien, pasien pernah menderita demam saat usia 1 tahun, demam hilang timbul,
dan ibu pasien hanya memberikan parasetamol sirup dan demam hilang. Pasien jarang batuk
dan pilek, pasien juga tidak pernah menderita sesak, alergi makanan, alergi obat, dan ruam di
kulit.
Demam Tifoid (-) Epilepsi (-)
Kejang demam (-) Hepatitis (-)
Demam berdarah (-) Diare (-)
Varicella (-) Infeksi Saluran napas (+)
TBC (-) Difteri (-)
Penyakit Jantung Bawaan (-) Penyakit Jantung Rematik (-)
Riwayat Kelahiran
Tanggal lahir : 10 Oktober 2012
Cara Lahir : Spontan / pervaginam
Ditolong oleh : Bidan
Berat Lahir : ± 3 kg
Keadaan saat lahir : langsung menangis
Riwayat Pemberian Makanan
Sejak lahir, pasien sudah mendapatkan ASI sampai usia 10 bulan. ASI eksklusif sudah
terpenuhi (6 bulan). Susu formula mulai diberikan pada usia 0 bulan. Nasi tim pada usia 5
bulan.
Riwayat Pemberian Imunisasi
IMUNISASI
UMUR PEMBERIAN IMUNISASIBULAN(dasar)
Tahun(ulangan)
Lhr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12BCG
HEP BPOLIO
DTPCAMPAK
HibPCV
ROTAVIRUSINFLUENZAVARICELLA
MMR
TIFOIDHEP AHPV
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Perkembangan Motorik Psikososial
Pertama kali membalik : 5 bulan
Pertama kali tengkurap : 5 bulan
Pertama kali duduk : 6 bulan
Pertama kali merangkak : 7 bulan
Pertama kali berdiri : 10 bulan
Pertama kali berjalan : 13 bulan
Pertama kali tertawa : 3 bulan
Pertama kali berceloteh : 5 bulan
Pertama kali memanggil mama : 8 bulan
Pertama kali memanggil papa : 9 bulan
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Saat ini tidak ada keluarga yang sedang
mengalami sakit seperti pasien. Tidak ada riwayat kejang, asma, batuk lama yang tidak
sembuh, dan batuk darah.
Riwayat Lingkungan dan Perumahan
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Di lingkungan tempat tinggal pasien, ada anak
tetangga yang sedang mengalami diare. Lingkungan, sanitasi dan sirkulasi rumah kurang baik
dengan jumlah jendela 1 buah.
PEMERIKSAAN FISIK
I. Keadaan Umum
a. Kesan Sakit : Tampak Sakit Sedang
b. Kesadaran : Compos Mentis
II. Tanda Vital dan Antropometri
TANDA VITAL HASIL PASIEN
Suhu 38,3oC
Nadi 120x/mnt, reguler, isi cukup
Nafas 25x/mnt
ANTROPOMETRI HASIL PASIEN
Berat Badan 8 kg
Panjang Badan 75 cm
BB/U < -3 SD gizi buruk
PB/U < -3 SD sangat pendek
BB/TB Antara – 2 SD sampai dengan – 1 SD kurus
III. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala Ukuran normosefali, bentuk bulat oval, tidak tampak deformitas, pada perabaan tidak ada nyeri, rambut berwarna hitam beruban, lebat, tidak kering, tidak mudah dicabut
Wajah Tidak tampak sesak, tidak pucat, tidak sianosis, ekspresi wajah simetris, dan tidak tampak facies yang menandai suatu penyakit seperti facies hipocrates, tidak tampak moon face
Mata Alis tebal, hitam, tersebar rata; bulu mata hitam, tersebar rata, tidak mudah rontok; kelopak mata tidak ada edema dan tidak ptosis, pada palpasi tekanan kedua bola mata normal; konjungtiva warna pink, tidak anemis, sklera tidak ikterik, iris warna hitam, pupil bulat isokor, lensa jernih, refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+, gerak bola mata normal ke segala arah, lapang pandang baik. Cekung (+)
Telinga Telinga sepasang, sama tinggi, normotia, tidak ada benjoan atau nyeri tekan di sekitar telinga, CAE lapang, tidak tampak serumen, darah, maupun sekret, tidak hiperemis, dan membrana timpani sulit dinilai.
Hidung Napas cuping hidung (-), bentuk hidung normal, deviasi septum (-), cavum nasi lapang dan sama besar, tidak hiperemis, tidak ada sekret dan darah, konka eutrofi, tidak hiperemis, mukosa licin tidak hiperemis, tidak pucat, tidak livid.
Bibir Bentuk normal, warna merah muda, tidak pucat, tidak sianosis, tampak kering, kulit disekitar bibir normal, trismus (-)
Lidah Ukuran dan bentuk lidah normal (normoglosia), papil atrofi (-), lidah kotor (+), tremor (-)
Mukosa mulut dan palatum
Mukosa mulut warna merah muda, kering, palatum utuh, tanpa bercak, stomatitis apthae (-)
Uvula, faring, tonsil
Uvula di tengah, berwarna merah muda, tidak hiperemis, T1-T1 tenang, detritus (-), kripta tidak melebar, dinding mukosa faring tidak hiperemis, PND (-)
Bau napas Tidak tercium bau napas yang khas
Leher Bentuk dan ukuran normal, gerakan normal, kaku kuduk (-)
KGB Tidak ada pembesaran KGB
Arteri carotis Arteri carotis tidak tampak berdenyut, pada perabaan denyutnya teraba
reguler, sama kuat,simetris kiri-kanan, bruit (-)
Trakea Trakea di tengah, deviasi(-), tidak teraba massa, tracheal tug (-)
IV. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi dada Dari depan: bentuk thorax normal, simetris mengembang saat inspirasi dan mengempis saat ekspirasi, tidak ada yang tertinggal
Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak pucat, tidak sianosis, roseoles spot (-), tidak tampak adanya efloresensi yang bermakna, tidak ada dilatasi vena, spider nervi (-)
Tulang dada normal, mendatar, tidak mencekung dan tidak menonjol
Tulang iga normal, tidak terlalu vertikal dan tidak terlalu horizontal
Sela iga tidak melebar dan menyempit, tidak tampak adanya retraksi dan tidak tampak gerakan otot-otot bantu pernapasan
Tidak tampak pulsasi abnormal, tidak tampak pulsasi ictus cordis
Inspeksi dada saat napas
Gerakan dada pasien simetris kiri-kanan saat bernapas, tidak ada hemithorax yang tertinggal
Inspeksi buah dada
Buah dada simetris sama besar kiri dan kanan, tidak tampak massa / benjolan, areola mamae sepasang, simetris, warna kecoklatan, papila mamae sepasang, simetris, tidak ada retraksi, tidak tampak mengeluarkan sekret, tidak tampak efloresensi bermakna
Jantung Irama teratur, SI dan SII pada keempat katup jantung reguler, murmur (-), gallop (-), suara jantung tambahan (-), tidak terdapat ejection sound, tidak ada spliting.
Paru Suara napas paru kiri-kanan didapatkan suara napas vesikuler. Ronki -/-. Wheezing -/-, slam -/-
V. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi abdomen
Bentuk abdomen datar, Warna kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, spider nervi (-), roseola spot (-), tidak tampak adanya efloresensi yang bermakna, kulit perut tidak keriput, tidak ada dilatasi vena, Shagging of the Flank (-), massa (-).
Auskultasi abdomen
Bising usus pasien dalam batas normal, dalam perhitungan 1 menit terdengar adanya bising usus 3x
Tidak terdengar arterial bruit maupun venous hum.
Perkusi abdomen Pada keempat kuadran abdomen didapatkan suara timpani, shifting dullness (-)
Palpasi abdomen Dinding abdomen supel, tidak teraba massa, defense muscular (-), turgor kulit langsung kembali.
Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Hepar dan lien tidak teraba, Ballotement ginjal bilateral (-), Murphy’s sign (-)
Tidak terasa adanya getaran cairan / undulasi
Hepatojugular refleks (-).
VI. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi ekstremitas atas
Bentuk normal, simetris, tidak ada deformitas, proporsional terhadap bentuk tubuh pasien.
Kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tampak efloresensi berupa hiperpigmentasi pada lengan kiri
Jari-jari: jumlah lengkap, tidak ada deformitas, clubbing finger (-)
Kuku: warna merah muda, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, splinter hemoragik (-)
Telapak tangan warna pink, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak tampak palmar eritema
Tidak tampak oedem pada keempat ekstremitas dan tidak ada pembengkakan sendi, tidak ada atrofi otot, tidak ada gerakan involunter, kordinasi gerak baik, kaku sendi (-)
Palpasi kulit dan otot ekstremitas atas
Akral hangat pada keempat ekstremitas, kelembaban baik dan tidak nyeri tekan, pitting oedema (-), tidak ada atrofi otot, tonus otot statis dan dinamis baik, kekuatan otot baik bernilai 5, tidak ada rigiditas dan spastisitas, flapping tremor (-), intentional tremor (-)
Refleks fisiologis Refleks biseps ++/++, refleks triceps ++/++
Inspeksi Bentuk normal, simetris, tidak ada deformitas, proporsional terhadap
ekstremitas bawah
tubuh.
Kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak tampak efloresensi yang bermakna.
Jari-jari jumlah lengkap, tidak ada deformitas.
Kuku warna merah muda, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis.
Telapak kaki warna pink, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak ada eritem, tidak ada ulkus, tidak ada kalus, tidak ada clavus.
Tidak tampak oedema pada kedua tungkai bawah, tidak ada gerak involunter, tidak ada pembengkakan sendi maupun atrofi.
Kekuatan otot baik, koordinasi gerak baik.
Palpasi kulit dan otot ekstremitas bawah
Suhu teraba hangat, kelembaban baik dan tidak nyeri, pitting oedem(-), tidak ada atrofi otot, tonus stasis dan dinamis baik, tidak ada rigiditas dan spastisitas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Darah Lengkap
Hemoglobin 13,1 11,0 – 16,5 g/dl
Eritosit 5,02 3,8 – 5,8 106/µl
Hematokrit 35,6 35,0 – 50,0 %
MCV 70,9 80,0 – 97,0 fL
MCH 26,1 26,5 – 33,5 Pg
MCHC 36,8 31,5 – 35,0 g/dl
RDW-CV 14,1 10,0 – 15,0 %
Leukosit 15,57 4 – 11 103/µl
Eusinofil 0,1 0 – 5 %
Basofil 0,4 0 – 1 %
Neutrofil 47,6 46 – 75 %
Lymph 40,1 17 – 48 %
Monosit 11,8 4 – 10 %
Platelet 374 150 – 450 103/µl
PDW 10,7 10,0 – 18,0 fL
MPV 10,0 6,5 – 11,0 fL
Elektrolit
Natrium 126 135 - 147 meq/l
Kalium 3,1 3,5 – 5,0 meq/l
Chlor 96 94 – 111 meq/l
Gula Darah
GD Sewaktu 77 70 - 140 mg/dl
Foto Thorax
Interpretasi :
- Jantung kesan tidak tampak membesar
- Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
- Trakea di tengah. Kedua hilus tidak menebal
- Tidak tampak infiltrat di kedua lapang paru
- Hemodiafragma dan sinus kostofrenikus baik
- Jaringan lunak dinding dada baik
Mantoux Test
Dilakukan pemeriksaan mantoux test padatanggal 15 Juni 2014 dan hasilnya (+).
RESUME
Pasien seorang anak perempuan berusia 2 tahun datang ke RSOB dengan keluhan muntah
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah terjadi ± 3 kali / hari. Muntah berupa air,
lendir (-), darah (-). Muntah terjadi setiap kali pasien diberikan minum. 4 hari sebelum masuk
rumah sakit, pasien masih muntah tetapi juga disertai dengan mencret. Mencret terjadi ± 5
kali / hari berupa air dan sisa ampas, lendir (-), darah (-). Namun mencret telah hilang 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Ibu pasien mengeluh selama 4 hari ini, pasien tidak mau makan
dan minum susu, hanya ingin diberikan air putih saja sedikit-sedikit. Ibu pasien juga
mengeluh tiba-tiba pasien demam 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Demam tidak terlalu
tinggi, menggigil (-), kejang (-). Selain itu pasien juga sedang batuk dengan dahak (-). BAB
masih mencret dengan frekuensi 2 kali / hari. Lemas (+). Riwayat lingkungan tempat tinggal
pasien ada anak tetangga sedang menderita diare.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, kesadaran kompos mentis, tampak sakit sedang. Tanda
vital yaitu nadi 120 x / menit, suhu 38,3ºC, dan pernapasan 25 x / menit, berat badan 8 kg.
Mata cekung, bibir kering (+), lidah kotor (+). Turgor kulit segera kembali. Pada pemeriksaan
laboratorium darah didapatkan leukosit 15.570/µL, monosit 11,8%, natrium 126 meq/l, dan
kalium 3,1 meq/l. Pemeriksaan mantoux test (+).
DIAGNOSIS KERJA
Diare Akut dengan dehidrasi ringan - sedang
KEP (Kurang Energi Protein)
Tuberkulosis Paru
PENATALAKSANAAN
Tirah Baring
IVFD RL 500 cc /jam selanjutnya Tridex 27 B 10 tpm makro
Paracetamol syr 3 x ¾ cth
Injeksi Pycin 2 x 500 mg secara iv
Injeksi Primperan 3 x 1,3 mg secara iv
Trolit setiap mencret 1 sachet
Zincare 1 x 20 mg
Rifampisin 1 x 100 mg
INH 50 mg, B6 10 mg
Pirazinamid 2 x 500 mg
PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungtionam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
14 Juni 2014
(perawatan hari pertama)
15 Juni 2014
(perawatan hari kedua)
S
O
Muntah (-), makan (-), minum (+),
kembung (+), BAK (+), BAB 1x
dengan konsistensi encer, darah (-),
lendir (+).
CM, TSS
Nadi : 114 x / menit
Suhu : 37,7 ºc
RR : 25 x / menit
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI -/-, cekung (+)
Cor : S1, SII reguler, murmur (-),
Demam (+), muntah (-), makan (-),
minum (+), kembung (+), BAK (+),
BAB 3x dengan konsistensi encer,
darah (-), lendir (+).
CM, TSS
Nadi : 110 x / menit
Suhu : 38,4 ºc
RR : 24 x / menit
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI -/-
Cor : S1, SII reguler, murmur (-),
A
P
gallop (-)
Pulmo : SN Verkuler +/+, ronkhi
-/-, wheezing -/-
Abdomen : turgor baik, supel, BU
(+)
Ekstremitas : akral hangat (+),
oedem (-)
Diare Akut, dehidrasi ringan-
sedang, KEP
Tridex 27 B 40 tpm makro
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Injeksi Pycin 2 x 500 mg iv
Injeksi Primperan 3 x 1,3 mg iv
Trolit tiap mencret 1 sachet oral
Zincare 1 x 1
gallop (-)
Pulmo : SN Verkuler +/+, ronkhi -/-,
wheezing -/-
Abdomen : turgor baik, supel, BU
(+)
Ekstremitas : akral hangat (+),
oedem (-)
Diare Akut, dehidrasi ringan-sedang,
KEP, Sup TB.
Tridex 27 B 40 tpm makro
Paracetamol syr 3 x ¾ cth
Injeksi Pycin 2 x 500 mg iv
Injeksi Primperan 3 x 1,3 mg iv
Trolit tiap mencret 1 sachet oral
Zincare 1 x 1
Mantoux Test
16 Juni 2014
(perawatan hari ketiga)
17 Juni 2014
(perawatan hari keempat)
S
O
Demam (+), muntah (-), makan (+),
minum (+), BAK (+), BAB 2x
dengan konsistensi encer, darah (-),
ampas (+).
CM, TSS
Nadi : 120 x / menit
Suhu : 38,3 ºc
RR : 25 x / menit
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI -/-
Cor : S1, SII reguler, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : SN Verkuler +/+, ronkhi
-/-, wheezing -/-
Demam (-), muntah (-), makan (+),
minum (+), batuk (+), BAK (+),
BAB 1x dengan konsistensi encer,
darah (-), ampas (+).
CM, TSS
Nadi : 120 x / menit
Suhu : 36,9 ºc
RR : 24 x / menit
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI -/-
Cor : S1, SII reguler, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : SN Verkuler +/+, ronkhi -/-,
wheezing -/-
A
P
Abdomen : turgor baik, supel, BU
(+)
Ekstremitas : akral hangat (+),
oedem (-)
Diare Akut, dehidrasi ringan-
sedang, KEP, sup TB
Tridex 27 B 40 tpm makro
Paracetamol syr 3 x ¾ cth
Injeksi Pycin 2 x 500 mg iv
Injeksi Primperan 3 x 1,3 mg iv
Trolit tiap mencret 1 sachet oral
Zincare 1 x 1
Abdomen : turgor baik, supel, BU
(+)
Ekstremitas : akral hangat (+),
oedem (-)
Mantoux test (+)
Diare Akut, dehidrasi ringan-sedang,
KEP, TB.
Tridex 27 B 40 tpm makro
Paracetamol syr 3 x ¾ cth
Injeksi Pycin 2 x 500 mg iv
Injeksi Primperan 3 x 1,3 mg iv
Trolit tiap mencret 1 sachet oral
Zincare 1 x 1
BAB III
ANALISA KASUS
1. Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
Dasar Diagnosis
Pada kasus ini, didiagnosis sebagai diare akut dengan dehidrasi ringan sedang
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium.
Pada anamnesis didapatkan keluhan muntah sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit. Muntah terjadi ± 3 kali / hari. 4 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien masih
muntah tetapi juga disertai dengan mencret. Mencret terjadi ± 5 kali / hari berupa air
dan sisa ampas, lendir (-), darah (-). Namun mencret telah hilang 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Ibu pasien juga mengeluh tiba-tiba pasien demam 5 jam sebelum
masuk rumah sakit. Demam tidak terlalu tinggi, menggigil (-), kejang (-). Selain itu
pasien juga sedang batuk dengan dahak (-). BAB masih mencret dengan frekuensi 2
kali / hari. Lemas (+). Riwayat lingkungan tempat tinggal pasien ada anak tetangga
sedang menderita diare. Menurut Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi IDAI,
gejala gastrointestinal berupa diare dan muntah merupakan manifestasi klinis dari
infeksi usus tergantung pada penyebabnya. Bila terdapat panas dimungkinkan karena
proses peradangan atau akibat dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita
dengan inflammatory diare. Mual dan muntah adalah symptom yang non spesifik
akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi
saluran cerna bagian atas, seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi
enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi pada non
inflammatory diare. Biasanya penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut
periumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukkan bahwa saluran cerna bagian
atas yang terkena.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, kesadaran kompos mentis, tampak sakit sedang.
Tanda vital yaitu nadi 120 x / menit, suhu 38,3ºC, dan pernapasan 25 x / menit, berat
badan 8 kg. Mata cekung, bibir kering (+), lidah kotor (+). Turgor kulit segera
kembali. Menurut Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi IDAI, pernapasan yang
cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau
tidak ada bila terdapat hipokalemi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi ditentukan dengan kriteria WHO
Yang dinilaiSKOR
1 2 3
Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas, mengantuk hingga syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekungMulut Biasa Kering Sangat keringPernapasan < 30 x/menit 30-40 x/menit > 40 x/menitTurgor Baik Kurang JelekNadi < 120 x/menit 120-140 x/menit > 140 x/menit
Total skor : 10 kategori derajat dehidrasi ringan-sedang
Penatalaksanan
Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana
Pengobatan Diare pada balita yang baru didukung oleh IDAI, dengan merujuk pada
panduan WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare.
Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk
mengobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar
penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang dirawat di rumah maupun
dirawat di rumah sakit, yaitu :8
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan oralit dengan osmolaritas
rendah. Berdasarkan penelitian dengan oralit osmolaritas rendah diberikan
kepada penderita diare akan mengurangi volume tinja hinga 25%, mengurangi
mual muntah hingga 30% dan mengurangi secara bermakna pemberian cairan
melalui intravena sampai 33%.
Oralit Osmoralitas Rendah
(WHO/UNICEF 2004)
NaCl 2,6 g
Na Citrate 2,9 g
KCl 1,5 g
Glukosa 13,5 g
Na + 75 mEq/l
K+ 20 mEq/l
Citrate 10 mmol/l
Cl- 65 mEq/l
Glukosa 75 mmol/l
Osmolaritas 245 mmol/l
Ketentuan pemberian oralit formula baru :
a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk
persediaan 24 jam
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan
sebagai berikut:
Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa
larutan harus dibuang.
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan
napsu makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun
terakhir karena memiliki evidence based yang bagus. Beberapa penelitian telah
membuktikan pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare selama 10 hari
ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih
lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat
menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan.
Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara
kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi
fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan,
perkembangan seksual, kekebalan seluler, pengecapan serta napsu makan. Zinc
juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial
pertahanan tubuh terhadapa infeksi.
Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut berdasarkan
pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran
cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare.
Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh
usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus dan meningkatkan
respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus.
Dosis zinc untuk anak-anak:
Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (½ tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau
oralit. Untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam
air matang atau oralit.
3. ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti
nutrisi yang hilang. Pada diare berdarah napsu makan akan berkurang. Adanya
perbaikan napsu makan menandakan fase kesembuhan
4. Antibiotik selektif. Jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan
memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora
usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit
disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional akan
mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta menambah biaya
pengobatan yang tidak perlu. Pada penelitian multiple ditemukan bahwa telah
terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik yang sering dipakai seperti
ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan trimetoprim sulfametoksazole dalam 15
tahun ini. resistensi terhadap antibiotik terjadi melalui mekanisme berikut :
inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan sturktur
bakteri yang menjadi target antibiotik dan perubahan permeabilitas membrane
terhadap antibiotik.
5. Nasihat kepada orang tua
Kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit,
sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.
Prognosis
Prognosis ad vitam pada pasien ini bonam karena tidak ada kegawatan yang
mengancam jiwa pasien. Prognosis ad functionam pasien ini bonam karena setelah
penyakitnya hilang, fungsi organ dapat normal kembali. Prognosis ad sanationam
pasien ini dubia ad bonam karena masih ada peluang untuk kambuh lagi jika
imunitas pasien menurun dan terdapat faktor-faktor yang meningkatkan transmisi
agen penyebab.
2. Kurang Energi Protein
Dasar Diagnosis
Pada anamnesis ditemukan muntah disertai BAB cair yang mengarah kepada
diagnosis diare akut. Pada pemeriksaan fisik ditemukan status gizi buruk, tampak
dehidrasi ringan-sedang.
Menurut Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, diagnosis KEP ditegakkan
berdasarkan perubahan atau kelainan yang dijumpai pada penyediaan makanan, pola
konsumsi, perubahan metabolik dan fisiologi, keadaan fisik yang ditimbulkan, dan
perubahan yang terjadi pada komposisi cairan tubuh (laboratorium).
Interaksi antara faktor-faktor keberadaan zat gizi (faktor penyebab), cadangan zat gizi
dalam tubuh, penyakit infeksi, infestasi cacing, aktifitas (faktor penjamu), pantangan,
cara pengolahan (faktor lingkungan) sangat penting dipertahankan dalam keadaan
seimbang dan optimal. Bila keseimbangan ini tidak terjaga maka akan terjadi
perubahan dalam tubuh, yakni terjadinya pemakaian cadangan zat gizi yang tersimpan
dalam tubuh.
Bila hal ini berlangsung lama maka berangsur-angsur cadangan tubuh akan berkurang
dan akhirnya akan habis. Maka untuk keperluan metabolisme dalam mempertahankan
metabolisme kehidupan sehari-hari, mulailah terjadi mobilisasi zat-zat gizi yang
berasal dari jaringan tubuh. Sebagai akibat hal tersebut, tubuh akan mengalami
penyusutan jaringan tubuh, kelainan metabolisme oleh karena kekurangan zat-zat gizi,
kelainan fungsional, dan akhirnya kerusakan organ tubuh dengan segala keluhan,
gejala-gejala dan tanda-tanda yang timbul sesuai dengan jenis zat gizi yang menjadi
pangkal penyebabnya, bila protein penyebabnya akan terjadi kwasiorkor, bila energi
penyebabnya akan terjadi marasmus atau keduanya sebagai penyebab akan terjadi
marasmus kwasiorkor.
Dimulai dengan perubahan yang paling ringan sampai berat, dimulai hanya dengan
kekurangan cadangan zat gizi (belum ada perubahan biokemik dan fisiologi), kelainan
gizi potensial (sudah ada perubahan biokemik dan fisiologi), kelainan gizi laten
(gejala, dan tanda klinis masih terbatas dan belum khas) sampai terjadi kelainan gizi
klinik (gejala, dan tanda klinis khas dan jelas).
Penatalaksanan
Pengobatan terhadap KEP adalah ditujukan untuk menambah zat gizi yang kurang,
namun dalam prosesnya memerlukan waktu dan harus secara bertahap, oleh
karenanya harus di rawat inap di rumah sakit. Secara garis besar penanganan KEP
adalah sebagai berikut :
o pada tahap awal harus diberikan cairan intra vena, selanjutnya dengan
parenteral dengan bertahap, dan pada tahap akhir dengan diet tinggi kalori dan
tinggi protein.
o komplikasi penyakit penyerta seperti infeksi, anemia, dehidrasi dan defiseiensi
vitamin diberikan secara bersamaan.
o penanganan terhadap perkembangan mental anak melalui terapi tumbuh
kembang anak.
o penanganan kepada keluarga, melalui petunjuk terapi gizi kepada ibu karena
sangat penting pada saat akan keluar rumah sakit akan mempengaruhi
keberhasilan penanganan KEP di rumah.
3. Tuberkulosis
Dasar Diagnosis
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan gejal klinis tuberkulosis. Pada
pemeriksaan mantoux test hasil (+) dan pada foto thorax.
Menurut buku Hospital Care for Children WHO, diagnosis TB pada anak sulit
sehingga sering terjadi misdiagnosis, baik overdiagnosis maupun underdiagnosis.
Pada anak, batuk bukan merupakan gejala utama. Diagnosis pasti TB ditegakkan
dengan ditemukannya M. Tuberculosis pada pemeriksaan sputum atau bilasan
lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura, atau pada biopsi jaringan. Kesulitan
menegakkan diagnosis pasti pada anak disebabkan oleh 2 hal, yaitu sedikitnya jumlah
kuman (paucibacillary) dan sulitnya pengambulan sputum. Pertimbangan tuberkulosis
anak jika pada anamnesis terdapat berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut
tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh, demam selama 2 minggu tanpa sebab yang
jelas, batuk kronik >3 minggu dengan atau tanpa wheeze, dan riwayat kontak dengan
pasien TB paru dewasa. Pada pemeriksaan fisik terdapat pembesaran kelenjar limfe
leher; aksila; inguinal, pembengkakan progresif atau deformitas, uji tuberkulin dan
pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran berat menurut
panjang/tinggi badan.10
Penatalaksanan
Alur tatalaksana pasien TB anak dapat dilihat pada skema di bawah ini.
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat.
Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan
penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai
keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun
gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap
dihentikan.
Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama) dan
sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam
obat pada fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2 macam obat
pada fase lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB berat). OAT pada anak diberikan setiap
hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan.
Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan dalam
bentuk paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket
OAT anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H),
Pirazinamid (Z); sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid
(H).
Dosis
o INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari
o Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari
o Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2 000 mg/hari
o Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 250 mg/hari
o Streptomisin: 15–40 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 000 mg/hari
Setelah diberi OAT selama 2 bulan, respons pengobatan pasien harus dievaluasi.
Respons pengobatan dikatakan baik apabila gejala klinis berkurang, nafsu makan
meningkat, berat badan meningkat, demam menghilang, dan batuk berkurang.
Apabila respons pengobatan baik maka pemberian OAT dilanjutkan sampai dengan 6
bulan. Sedangkan apabila respons pengobatan kurang atau tidak baik maka
pengobatan TB tetap dilanjutkan sambil mencari penyebabnya. Sistem skoring hanya
digunakan untuk diagnosis, bukan untuk menilai hasil pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In : Wilson WR, Drew WL, Henry NK,
et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York :
Lange Medical Books, 2013.p. 225-68
2. Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the Management of
Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases 2005;32.p. 331-51/
3. Lung E, Acute Diarrheal Disease. In : Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH,
editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd editions. New York
: Lange Medical Books, 2013. p. 131-50.
4. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Mentri Kesehatan Republik Indonesia.
Available at http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf Accessed on June
2014.
5. Manatsathit S, Dupont HL, Farthing MJG, et al. Guideline for the Management of
acute diarrhea in adults. Journal of Gastroenterology and Hepatology 2002. p. 54-71.
6. Jones ACC, Farthing MJG. Management of infectious diarrhea. Gut 2004. p. 296-305.
7. Tjaniadi P, Lesmana M, Subekti D, et al. Antimicrobial Resistance of Bacterial
Pathogens Associated with Diarrheal Patients in Indonesia. 2003. p. 666-70.
8. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Available at
https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/buku-panduan-sosialisasi-tata-
laksana-diare-balita-2011.pdf . Accessed on July 2014
9. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Available at http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2012/05/BUKU-GIZI-BURUK-I-2011.pdf. Accessed on July, 2014
10. International Child Health. Available at http://www.ichrc.org/481-tuberkulosis-
diagnosis. Accessed on July, 2014
top related