buletin ii edisi 1 tahun 2007
Post on 12-Jun-2015
1.014 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Daftar Isi
I
Cover : uyutjangkung@yahoo.co.id
Foto : Kegiatan Paska Banjir dan
Terbakarnya KM. Levina
Kata Pengantar 1
Sekelumit tentang Teknologi Semakin Canggih 2
Terkini
Aplikasi dan Formulasi Insektisida 4
Laporan Penanganan dan Pengendalian Penyakit Menular
Paska Banjir 10
Pentingnya Pengetahuan tentang Penanganan P3K 19
Hasil Kajian Air Pantai Pelabuhan Tanjung Priok Tahun
2006 23
Pengetahuan Umum
The Man Without Border 1
IHR 3
DACILGALTAS 3
Air Untuk Kesehatan 43
Banjir 49
Ilustrasi Belakang
Pemercikan, Fogging, PM Trap,Pelayanan UKP Pasca
Banjir,Sosialisasi AI di Pelabuhan
Terbitan Info Kesehatan Pelabuhan Vol. 2 No. 2…..
Laporan Pelatihan Fumigasi
& Pelatihan Peng. Vektor 2007
Tip Mencetak poto 3x4
Diterbitkan oleh :
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I
TANJUNG PRIOK
Ditjen PP & PL DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.
Pelindung / Penasehat: Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok
Raissekki, SKM, MM
Dewan Redaksi :
Ketua, RBA. Widjonarko, SKM, MKes
Anggota Redaktur: Ikron, SKM, MM
Agus Syah, SKM
Sugeng Retyono, SKM
Sulistyono Wahyudi,SH
Arik Arumawati
Editor : Nana Mulyana, SKM
Lussie Soraya
Dewi Dyah Palupi, SKM
Sekretariat : Agus Sudarman,SKM
1
Alamat Redaksi : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok | Jl. Raya Pelabuhan No. 17
Tanjung Priok - Jakarta Utara | Telp. 021 – 43931045, 4373265 | Fax. 021 – 4373265 | E-Mail :
kkpkls1tanjungpriok@yahoo.com | Desain grafis oleh N.M
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
IINNFFOO KKEESSEEHHAATTAANN PPEELLAABBUUHHAANN
Pengantar Redaksi
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan ini merupakan buletin Volum II nomor 1 yang
diterbitkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok. Buletin ini
merupakan wahana informasi bagi insan pelabuhan dalam mengembangkan potensi
diri guna mendukung pelaksanaan program kesehatan, khususnya bagi para pegawai
Kantor Kesehatan Pelabuhan di seluruh Indonesia.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan berisi informasi hasil pelaksanaan program,
kajian – kajian, pengembangan teknologi, peningkatan sumber daya manusia melalui
pelatihan, naskah – naskah ilmiah dan karya – karya seni serta peristiwa – peristiwa
terkini lainya, bahkan informasi pengobatan tradisional.
Redaksi menerima sumbangan artikel, laporan, reportase, saduran, karikatur,
sajak – sajak ataupun karya sastra lain dan foto – foto yang berkaitan dengan program
kesehatan pelabuhan. Walaupun sumbangan naskah dari KKP lain belum pernah
muncul pada volume I, namun Redaksi tetap menawarkan kesempatan ini pada para
kolega KKP di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam penulisan Buletin Info
Kesehatan.
Dewan redaksi mengajak para pembaca buletin ini untuk melaju dengan
kecepatan optimal dalam meningkatkan jejaring informasi guna mencapai kinerja
yang kita inginkan.
Selamat bekerja dan sukses selalu
Dewan Redaksi
THE MAN WITHOUT BORDER
Manusia tanpa batas, wah . . . . . . betapa banyaknya manusia yang sombong pada akhir – akhir ini.
Menjadi pemimpin harus mampu berinvestasi secara terus menerus untuk meningkatkan “asset” pertumbuhan sesuai
berjalannya waktu. Pertumbuhan dalam hal ini, bukanlah pertumbuhan “asset” dana non budgeter yang santer
dibicarakan dalam media masa pada akhir – akhir ini; namun pertumbuhan kepemimpinan(secara fisik),
pertumbuhan rohani dan social. Kita masih harus mengingat pengertian sehat yang dikemukakan oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) bahwa sehat merupakan kondisi prima secara fisik, rohani dan social.
Seorang pemimpin yang mengambil langkah – langkah untuk menjadi pemimpin yang lebih baik, tidak ada hubungan
yang signifikan dengan usianya, status sosialnya, dan lahiriahnya, bahkan ia akan lebih efektif dalam seluruh bidang
kehidupannya. Banyak contoh – contoh dongeng kepemimpinan yang membuktikan hal ini.
Nah, . . . anda menganggap diri anda sebagai pemimpin yang kuat atau tidak? (bersambung ………...ke halaman 23 )
2
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
TEKNOLOGI YANG SEMAKIN CANGGIH
Oleh : RAISSEKKI, SKM, MM
Penyediaan perangkat teknologi canggih sangat diperlukan oleh seluruh sektor, termasuk
sektor kesehatan. Penyiapan perangkat tersebut memiliki konsekuensi tersedianya dana
pemeliharaan bagi perangkat tersebut dan diikuti oleh kapabiliti sumberdaya manusia. Nah, oleh
karena itu para pengambil kebijakan harus memiliki visi yang jauh ke depan dalam mensiasati
suatu perencanaan penganggaran, termasuk rencana pelatihan sumberdaya manusianya.
Komputerisasi
Jumlah KKP dan wilayah kerjanya semakin bertambah pada tahun 2007 ini, namun
apakah sudah dilengkapi dengan komputerisasi yang canggih? Seberapa tinggikah kecepatan
(RAM) computer yang dimiliki oleh KKP? Jangan sampai KKP hanya memiliki komputer
kecepatan (RAM)nya seperti “kecepatan keong”.
Selanjutnya, bagaimanakah pengolahan dan analisis datanya? Sudah siapkah kita?
Nah, setelah kita memiliki komputer yang canggih, maka sumberdaya manusianya juga harus
kapabel, termasuk penyiapan tenaga maintenance untuk perbaikan peralatan tersebut.
Globalisasi Teknologi
Tersedianya peralatan yang semakin canggih akan menghasilkan dua akibat baik dan
buruk ”bagai dua sisi mata pisau” dengan sudut pandang yang berbeda dan dapat
menghasilkan pendapat yang berbeda pula. Untuk menjatukan arah pandang “dua sisi mata
pisau” tersebut perlu dilakukan adanya suatu kesepatan bekerja untuk mengimbangi
perkembangan teknologi yang semakin melejit cepat.
Walau telah diselenggarakannya pelatihan – pelatihan bagi tenaga KKP, namun
dirasakan masih belum cukup tanpa adanya kesepakatan bekerja dan belajar. Terciptanya
kesepakatan sumberdaya manusia untuk bekerja dan belajar guna mengimbangi kecepatan
arus teknologi, maka KKP optimis selalu prima.
Perangkat teknologi caggih merupakan suatu kebutuhan institusi yang harus segera
didapat, dikuasai dan digunakan dengan benar, termasuk institusi Kantor Kesehatan Pelabuhan
yang kita cintai ini. (jangan lagi berpikir seperti katak dalam tempurung, mari sadarkan diri dan
mengarah ke masa depan yang penuh harapan – red).
Selanjutnya, semoga . . . . jaringan internet pada seluruh KKP tidak lagi ”on” . . . “off” . . .
”on” . . . “off” . . . ”on” . . . “off” . . . ”on” . . . “off” . . . ”on” . . . “off” . . . ”on” . . . “off” . . . ”on” .
. . “off” . . . kemudian . . . “off” . . . “off” . . “off” . . “off” . . good bye.
3
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
INTERNATIONAL HEALTH REGULATION 2005
Kapan berlakunya ?????
Berlakunya pada tanggal 15 Juni 2007 bagi semua Negara anggota WHO kecuali mereka
yang menolak atau mengajukan keberatan
Apa tujuannya ????????
Mencegah, melindungi dan menanggulangi penyebaran penyakit antar negara tanpa
adanya pembatasan yang tidak perlu terhadap penyelenggaraan perjalanan dan
perdagangan
Apa PHEIC ???????????
PHEIC atau public health emergency of international concern atau kedaruratan kesehatan
masyarakat yang meresahkan dunia merupakan kejadian luar biasa yang dapat
merupakan ancaman bagi Negara lain dan pasti membutuhkan adanya koordinasi
internasional dalam penanggulangannya.
Kewajiban Negara anggota, termasuk Indonesia ????
Menunjuk focal point yang dapat dihubungi setiap saat
Meneliti PHEIC di wilayahnya dan melapor ke WHO
Verifikasi kemungkinan adanya PHEIC
Menanggulangi resiko kesehatan yang mungkin menjalar ke negara lain
Membangun core capacities (kemampuan utama pada berbagai tingkatan administrasi
termasuk KKP) dalam hal surveilens
Inspeksi rutin termasuk ke KKP untuk mencegah penularan penyakit ke negara lain
Memberikan justifikasi ilmiah apabila harus mengambil tindakan tambahan yang dapat
menghambat perjalanan dan perdagangan secara signifikan
DACILGALTAS
Visi pembangunan kesehatan, “Indonesia sehat 2010” menuntut daya manusia kesehatan
untuk meningkatkan kinerjanya. Kantor Kesehatan Pelabuhan harus memiliki SDM yang mampu
memberikan pelayanan efektif, bermutu dan mampu mendorong “stake holder” dalam
melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Oleh karena itu, KKP harus SDM
yang memadai dari segi jumlah, kualits dan distribusinya.
Tidak perlu dipungkiri bahwa beberapa Kantor Kesehatan Pelabuhan dan wilayah
kerjanya berada pada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, rawan konflik dan rawan
bencana yang tidak diminati oleh para tenaga kesehatan. (Bersambung …………………ke halaman 10)
4
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
APLIKASI & FORMULASI INSEKTISIDA
OLEH : AGUS SYAH FH,SKM
(Kepala Seksi Pengendalian Vektor Dan
Binatang Penular Penyakit)
I. Aplikator
Aplikator adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan atau menerapkan
pestisida pada hama sasaran, ada 3 ( tiga
) hal yang perlu di perhatikan yaitu :
1. Kondisi lingkungan
Penerapan insektisida di daerah urban (
kota ), pertokoan dan hutan, apakah
penggunaan aplikator cocok atau
tidak.
2. Aktivitas Vektor
Dalam pengaplikasian Pestcontrol
dilakukan pada waktu pagi, siang atau
malam, hal ini tergantung dari
Biomobilitas ( Aktivitas ) dari hama
sasaran.
3. Area ( Wilayah )
Pengaplikasian Pestcontrol dilakukan
pada daerah luas atau sempit.
Adapun jenis aplikator dapat di bagi
menjadi 7 ( tujuh ) macam aplikasi yaitu:
1. Sprayer ( spraying )
Aplikator Spraying adalah sprayer
bentuk formulasinya yaitu EC ( Emulsi
Consentrate ) besifat cair bila di
campur dengan air akan membentuk
larutan susu.
- SP ( Soluble Powder ) bentuk bubuk bila
di campur air larutannya jenuh larut.
- WP ( Wetable Powder ) Bentuk bubuk
larutannya tak jenuh, bila dicampur air
larutannya ada endapan.
Aplikasi ini digunakan cocok untuk
pengendalian herbisida, fungisida dan
crowding insek ( serangga yang
merayap dan melata )
2. Foging ( pengkabutan/pengasapan )
Aplikatornya adalah termal fog (
Swingfog,Dyna fog,Puls fog dll ), bentuk
konsentrasi yang di gunakan adalah
soluble powder dan wetable powder
atau emulsi consentrate. Dalam
Pengoperasiannya ada hal-hal yang
perlu diperhatikan antara lain :
- Kecepatan angin maximal 16
Km/Jam
- Sistem kerja adalah hembusan asap
- Metodanya adalah Low Volume (
LV) dan Ultra low volume ( ULV )
Operasinal Puls Fog :
- Kecepatan angin 12 km/jam
- Sistim kerjanya dengan semburan
busa tekanan rendah pada bagian
yang dingin
- Metodanya adalah Ultra Low
volume
3. Dusting ( pendebuan )
Aplikatornya adalah Dust sampler
Sasaran adalah pada insekta yang
merayap dan hinggap di permukaan (
5
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
insektisida, nematisida, termitisida ), hal -
hal yang perlu diperhatikan adalah :
- diarahkan pada temperatur yang
cukup panas, tanah kering,
kelembaban sedang.
- Tidak memberikan residu secara
merata ( tergantung operator )
- Bersifat kontak dan stomach ( perut )
- Kelebihan cara ini adalah : relatif
aman bagi manusia, melekat pada
daerah kering dan efektif pada
tanaman lipofilik seperti kaktus.
4. Spreding ( penaburan )
Alat tidak spesifik hanya dengan sarung
tangan, sendok dll
Formulasi : granule
Aplikasi : evektif pada stadium larva
dan rodentisida ( hewan pengerat )
5. Drencing ( pengeboran )
Aplikatornya adalah : Bottler
Formulasinya : Wetable Powder dan
Soluble Powder serta EC
Hal-hal yang perlu diperhatikan
- tekstur tanah, porositas tanah
- Send granule butiran – butiran
tanah
- Nozel yang digunakan adalah
kurang lebih 1,2 – 1,6 cm.
6. Injecting
Aplikator yang digunakan Mekanik (
hamer drill / Manual ), Elektrik Injektor
Grill ( dengan mesin ).
Formulasi yang digunakan : EC( emulsi
consentrat ) dan SP
Aplikasi :
- membuat hole ( lubang ) untuk
dapat memasukan insektisida
- Setiap hole kurang lebih jaraknya 60
cm , kedalaman kurang lebih 50 cm
dari basement pondasi.
7. Biting ( pengumpanan )
Aplikator : Baittrap sny trap (
rodentisida)
Sifat : Bukan eradikasi tapi
pengendalian ( Kronis dan Akut )
Formulasi : WP, AKG ( anti koagulan )
Keterangan tambahan :
a. High Volume : Suatu aplikasi yang
diterapkan dengan kapasitas (
volume ) yang besar dan tekanan
pada aplikator tersebut relatif cukup
besar.
Contoh : Sprayer minimal 22 atm ( 25
kali pompa )
b. Low Volume : Suatu aplikasi
penyemprotan dengan kapasitas
volume sedang untuk hasil bukan
dengan tekanan tetapi dengan
pembakaran semburan berpulsa
Contoh : Termal fog dan puls fog.
II. Formulasi
Formulasi
Formulasi dalam kegiatan operasional
pengendalian hama / pest suatu zat kimia
yang dipergunakan satu jenis pestisida
secara terus menerus akan menimbulkan
6
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
resistensi dan hal ini akan menimbulkan
permasalahan dalam kegiatan
pengendalian hama, untuk mengantisipasi
hal tersebut salah satunya adalah dengan
cara sistematis dan analisis pencampuran 2
( dua ) atau lebih zat kimia yang
menimbulkan perbedaan ( daya bunuh )
yang bermakna ( Adiktif, sinergis atau
kompatibilitif ).
Umumnya formulasi dilakukan pada lebih
dari 1 ( satu ) jenis insektisida untuk tidak
menimbulkan resistensi dan formulasi akan
sangat efektif bila sudah melalui uji
laboratorium ( Suceptibility test, Bioesayy
test, dan pengamatan aplikator ).
Formulasi Aplikasi
Tujuannya :
1. Mengetahui asam dan basa ( dengan
kertas lakmus
2. Tingkat koligatif, untuk mengetahui
ukuran nozzle
3. Mengetahui jenis hasil pencampuran
aditif, sinergi dan koligatif
Contoh : zat kimia dengan kondisi Asam
bila ditambah Basa akan membentuk
garam cenderung membentuk WP (
wetable Powder ) sehingga nozel yang
digunakan hendaknya berukuran > 0,8
dan alat aplikatornya harus terbuat dari
plastik supaya tidak lengket karena
pelastik bersifat elastis.
Bentuk Formulasi
Bentuk Formulasi dapat dibagi dalam 2 (
dua ) katagori yaitu :
1. Cair ( Liquid formulation ) antara lain :
a. EC ( Emulsifiable Consentrate )
- Suatu bentuk formulasi berbentuk
cair
- Bila dicampur dengan air akan
membentuk emulsi seperti susu
- Umumnya EC dapat larut secara
efektif dalam solar dan minyak
akan tetapi bila EC tercampur
dengan yang mengandung
minyak dapt menimbulkan
kekeruhan ( endapan kecil di
permukaan ).
b. WSC ( Weatable Soluble
Consentrate )
- Bila dicampur dengan air akan
membentuk keruh dan larut
menyeluruh
- Ada enamel yang berbentuk
cincin di tengah larutan
- Bentuk formulasi WSC lebih efektif
menggunakan pelarut solar atau
kerosen.
c. SCO ( Soluable Consentrate Oil )
- Bentuk formulasi cair tetapi
mengandung minyak sehingga
bila dicampur dengan air akan
membentuk suatu larutan yang
7
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
keruh dan endapannya dibagian
atas seperti cincin.
- Sangat efektif dengan pelarut
kerosen atau solar.
d. SP ( Soluable Powder )
Larutan jernih dimana bentuk
tepung dilarutkandalam air
sehingga pelarutan menyeluruh
tanpa ada endapan.
e. WP ( Weatable Powder )
Formulasi tidak jenuh dimana
tepung dibasahi dengan air
sehingga terjadi kekeruhan yang
menyeluruh dan dalam selang
waktu 20 – 30 menit timbul endapan
di bagian bawah permukaan.
2. Kering ( Dried formulation )
a. Dust
- Formulasi yang sifatnya tepung
- Digunakan khusus di daerah
kering / jarang air
- Digunakan terutama pada
media yang menjadi tempat
lintasan hama
- Jika bentuk dust larut dalam air
maka larutannya akan keruh
dan kembali bening.
b. Granula
- Bentuk formulasi yang melarut
dalam butiran
- Jika pelarutnya air maka butuh
waktu tetentu untuk larut
- Jika pelarutan umumnya akan
melekat pada setiap dinding
media ruangan.
- Bentuk ini merupakan aplikasi
dari eksternal goal / tujuan pada
lingkungan hama sasaran.
c. Tablet
- Sifat formulasi diberikan melalui
oral
- Jika larut dalam air akan terjadi
proses peluruhan berbentuk gas
yang kemudian melarut, timbul
keruh lagi yang kemudian
menjadi bening
- Bentuk formulasi tablet untuk
stomach poison dengan sasaran
gastrointestinal.
Fungsi solven :
1. Untuk memudahkan penanganan
aplikator
2. Untuk Keamanan pemakaian dan
lingkungan
3. Meningkatkan efektifitas bahan aktif
4. Media pembawa bahan aktif ke
sasaran
III. Formula Analitis
1. Padat-padat
B.
Antara : SP – WP
WP – Dust
Tablet – SP / WP
Rumus pencampuran :
C
ASQ
.
8
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Q = Volume yang di butuhkan
S = Konsentrasi pestisida yang
akan diaplikasikan ( la )
A = Volume pelarut ( Lh )
C = Konsentrasi pencampur ( Lb )
1. Padat – Cair
WP – EC/WSC
SP – EC/ WSC
D - EC/WSC
T - EC/WSC
P= Masa jenis la dan lb ( lA + lB )
2. Cair – cair
EC - WSC
WSC - SCO
SCO - EC
CM = Konsentrasi murni
W = Bj Pelarut
Pada konsentrasi murni biasanya
digunakan dalam kondisi atau berkaitan
dengan cost dan provit.
Lt = Jml Volume pelarut yang dibutuhkan
LR= Luas area yang akandiaplikasikan
INSEKTISIDA YANG DIGUNAKAN DALAM
PROGRAM P2DBD
a) Malathion 95%
Digunakan untuk pelaksanaan
pengasapandengan menggunakan
mesin Fogging dan mesin ULV pada
kegiatan penanggulangan fokus dan
fogging masal di Propinsi luar Jawa dan
Kalimantan.
Dengan Mesin Fog
Dosis : 1 liter Malathion 95% dicampur
dengan 19 Liter solar dengan target
seluas 1 Ha (20 rumah) untuk 2 siklus.
Dengan mesin ULV
Dosis : 1 liter (Malathion murni) per Ha
(20 rumah) untuk 2 siklus
b) Cynoff 25 UL (bahan aktif Cypermethrin
25 g
Digunakanuntukpelaksanaanpengasap
andenganmenggunakanmesinFogging
dan mesin ULV pada kegiatan
penanggulangan fokus dan fogging
masal di Propinsi Jawa dan Kalimantan.
Dengan Mesin Fog
Dosis : 800 ml Cynoff 25 ULV dicampur
dengan 19,2 Liter solar dengan target
seluas 1 Ha (20 rumah) untuk 2 siklus.
Dengan mesin ULV
Dosis : 800 ml Cynoff 25 ULV murni) per
Ha (20 rumah) untuk 2 siklus
c) Insektisida lain (Icon 25 EC, Lorsban 480
EC*), Solfac 50 EC, Fendona 30 EC)
Rumus pencampuran : WCm
pASQ
.
..
Rumus pencampuran : C
pASQ
..
LR
LtVo.
Rumus pencampuran : C
pASQ
..
9
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Khusus digunakan untuk pengasapan
dengan mesin fog.
Dosis yang digunakan masing-masing :
(1) Icon 25 EC : 150 ml + 19,85 Lt per Ha
(20 rumah) 2 siklus
(2) Lorsban 480 EC : 300 ml + 19,7 Lt per
Ha (20 rumah) 2 siklus
(3) Solfac 50 EC : 150 ml + 19,85 Lt per
Ha (20 rumah) 2 siklus
(4) Fendona 30 EC : 150 ml + 19,85 Lt
per Ha (20 rumah) 2 siklus
(5) Resigen 1,5 O/S : 150 ml + 19,85 Lt
per Ha (20 rumah) 2 siklus
Masing-masing dosis tersebut diatas
dalam pengasapan dengan mesin fog
dilarutkan dalam 20 liter.
d) Larvasida :
(1) Abate 1 G, dosis 10 gram per 100 liter
air
(2) Altosid 1,3 G, dosis 2,5 gram per 100
liter air
(3) Sumilarv 0,5 G, dosis 0,5 gram per
200 liter air
Lanjutan halaman 4. DACILGALTAS
Secara otomatis tenaga yang ada
pada KKP tersebut, tidak akan memadai dalam
hal jumlah dan kualitasnya.
Kenapa demikian ???
Salah satu faktor yang dianggap berpengaruh
terhadap motivasi SDM untuk bekerja adalah
daya tarik finansial: gaji, tunjangan, peluang
untuk mendapatkan penghasilkan tambahan
dan insentif finasial.
Insentif atau system penghargaan diharapkan
dapat memotivasi tenaga KKP dalam
meningkatkan kinerjannya. Namun ingat
bahwa insentif yang diberikan secara tidak
proporsional atau tidak memenuhi rasa
keadilan dapat bersifat kontraproduktif.
Oleh karena itu, diperlukan sutu
instrumen atau alat yang yang dipakai sebagai
dasar dalam pemberiaan penghargaan dan
sangsi terhadap petugas KKP untuk
meningkatkan kinerjamya.
Nah, guna pengembangan kinerja KKP pada
masa mendatang, sudah adakah konsep dasar
instrument tersebut??
Itulah harapan para petugas KKP pada daerah
terpencil, tertinggal dan perbatasan.
BIASAKAN HIDUP SEHAT ? Jangan kalah
oleh Gajah dan anak Kecil !!!
Buang Air Besar (BAB) di Kloset
Buang Air Kecil di kloset
10
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
A. Pendahuluan
Penanganan dan
pengendalian penyakit menular paska
banjir perlu dilakukan secara dini agar tidak
menimbulkan masalah kesehatan
masyarakat lebih luas, khususnya pada
paska banjir yang biasanya akan selalu
diikuti dengan peningkatan kasus penyakit
menular seperti Diare, ISPA, Kulit,
Leptospirosis. Berdasarkan data RSUD Koja
sampai tanggal 15 Februari 2007, tercatat
1071 kasus diare yang dirawat akibat
pasca banjir dengan penderita paling
banyak pada kelompok usia balita.
Setelah banjir surut lingkungan Jakarta
menjadi kurang nyaman dan tidak saniter.
Jakarta terlihat kumuh, antara lain
disebabkan karena banyak tumpukan
sampah dibeberapa tempat dalam jumlah
besar yang belum ditangani dan dikelola
oleh Dinas Kebersihan Propinsi DKI Jakarta
dan atau Sudin Kebersihan Kotamadya
Jakarta Utara, khususnya seperti di
lingkungan pemukiman, di pinggir jalan
maupun di sudut kota, disamping itu
dibeberapa wilayah airnya masih
menggenang dan warnanya mulai
kelihatan hitam pekat dan berbau tidak
sedap.
Persoalan sanitasi tidak kalah pentingnya,
seperti minimnya air bersih dari segi kualitas
dan kuantitas, fasilitas MCK yang kurang
saniter, ditambah perilaku masyarakat
yang belum hygienis seperti membuang
sampah disembarang tempat, tidak
mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan, minum air sebelum dimasak, dll,
sehingga cenderung terjadinya
peningkatan penyakit menular seperti
Penyakit Diare, ISPA, Penyakit Kulit serta
munculnya Penyakit Leptospirosis.
Dalam rangka penanganan dan
pengendalian penyakit menular pasca
banjir di Propinsi DKI Jakarta, Gubernur
L A P O R A N
PENANGANAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR PASKA BANJIR DALAM RANGKA ”
BERSIH JAKARTA” DI KOTAMADYA JAKARTA UTARA
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
TANGGAL 10 S/D 16 PEBRUARI 2007
Oleh : Ikron, SKM, MKM
KKP Kelas I Tanjung Priok bersama-sama dengan Suku Dinas Kesehatan
Masyarakat Kotamadya Jakarta Utara melakukan penanganan dan
pengendalian penyakit menular pasca banjir dengan kegiatan yang dilakukan
seperti pengobatan massal, clorinasi, lisolisasi, pemercikan lalat (spraying) dan
SE penyakit dan faktor risiko
11
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Propinsi DKI Jakarta mencanangkan
program “Bersih Kota” di seluruh wilayah,
termasuk di Wilayah Kotamadya Jakarta
Utara. Karena KKP Kelas I Tanjung Priok
berada di Kotamadya Jakarta Utara dan
sesuai SK DirJen PPM & PL tentang
Penetapan UPT Direktorat Jenderal PPM &
PL Sebagai Sentra Regional PPM – PL
Dalam Kesiap-siagaan Dan
Penanggulangan Bencana Dan
Penanganan Pengungsi Bidang Kesehatan.
KKP Kelas I Tanjung Priok bersama-sama
dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat
Kotamadya Jakarta Utara melakukan
penanganan dan pengendalian penyakit
menular pasca banjir dengan kegiatan
yang dilakukan seperti pengobatan
massal, chlorinasi, lisolisasi, pemercikan lalat
(spraying) dan surveilans epidemiologi
penyakit serta faktor resikonya.
B. Tujuan
Penanganan dan pengendalian
penyakit menular pasca banjir dalam
rangka ” Bersih Jakarta” di Wilayah
Kotamadya Jakarta Utara, melalui
pengobatan massal, pemercikan lalat,
chlorinasi, lisolisasi, dan surveilans
epidemiologi penyakit dan faktor risiko.
C. Gambaran Umum
Wilayah Kotamadya Jakarta Utara
mempunyai luas 7.133,51 Km2 terdiri dari
luas lautan 6.979,4 Km2 dan luas daratan
154,11 Km2. Daratan Jakarta Utara
membentang dari barat ke timur
sepanjang kurang lebih 35 km, menjorok ke
darat antara 4 s/d 10 km dengan
ketinggian dari permukaan laut antara 0
s/d 20 meter, dari tempat tertentu ada
yang di bawah permukaan laut yang
sebagian besar terdiri dari rawa-
rawa/empang air payau. Wilayah
Kotamadya Jakarta Utara merupakan
pantai beriklim panas, dengan suhu rata-
rata 270 C, curah hujan setiap tahun rata-
rata 142,54 mm dengan maksimal curah
hujan pada Bulan September. Kondisi
wilayah yang merupakan daerah pantai
dan tempat bermuaranya 9 (sembilan)
sungai dan 2 (dua) banjir kanal,
menyebabkan wilayah ini merupakan
daerah rawan banjir, karena kiriman air
sungai maupun banjir karena air pasang
laut.
Jumlah penduduk Kotamadya
Jakarta Utara menurut proyeksi penduduk
pada Tahun 2001 berdasarkan sensus
penduduk pada Tahun 2000 adalah
1.435.207 jiwa proyeksi penduduk ini di
hitung menurut laju petumbuhan
penduduk DKI Jakarta sebesar 2,55%
dengan jumlah rata-rata jiwa per KK
adalah 4.51 Jiwa, dengan jumlah desa
tertinggal berada di Kecamatan
Penjaringan yaitu sebanyak 2 desa (40%)
12
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
dan Kecamatan Cilincing sebanyak 2 desa
(28.57%).
D. Kegiatan
1. Jenis Kegiatan
Penanganan dan pengendalian penyakit
menular paska banjir dalam rangka ” Bersih
Jakarta” di Wilayah Kotamadya Jakarta
Utara Tahun 2007 terdiri dari :
a. Pengobatan massal
b. Pemercikan lalat (spraying)
c. Chlorinasi (pemberian kaporit)
d. Lisolisasi
e. Surveilans Epidemiologi penyakit dan
faktor risiko
2. Waktu
a. Penanganan dan pengendalian
penyakit menular pasca banjir dalam
rangka ”Bersih Jakarta” di Wilayah
Kotamadya Jakarta Utara melalui
kegiatan pemercikan lalat (spraying),
chlorinasi, lisolisasi, Surveilans
Epidemiologi penyakit dan faktor resiko
dilaksanakan dari tanggal 11 s/d 16
Februari 2007.
b. Penanganan dan pengendalian
penyakit menular paska banjir melalui
kegiatan pengobatan massal
dilaksanakan mulai tanggal 10 – 15
Februari 2007.
3. Tempat
Tempat penanganan dan pengendalian
penyakit menular pasca banjir dalam
rangka ”Bersih Jakarta” di Kotamadya
Jakarta Utara yaitu :
a. Pengobatan Massal :
1) RT.07/02, Kelurahan Semper Barat,
Kecamatan Cilincing, Jakarta
Utara
2) RT 06/03, Kelurahan Cilincing,
Kecamatan Cilincing, Jakarta
Utara
3) RT. 14/05, Kelurahan Sukapura,
Kecamatan Cilincing, Jakarta
Utara
4) RT 14/05, Kelurahan Warakas,
Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta
Utara
5) RW.03, Kelurahan Sukapura,
Kecamatan Cilincing, Jakarta
Utara
6) Kelurahan Papanggo,
Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta
Utara
b. Pemercikan lalat (spraying) :
1) RW.04, 02, 01, 01, Kelurahan
Rawa Badak Selatan,
Kecamatan Koja, Jakarta Utara
2) RW.01, 17, 04, 03, 02, 09,
Kelurahan Semper Barat,
Kecamatan Cilincing, Jakarta
Utara
3) RW 14, Kelurahan Pejagalan,
Kecamatan Penjaringan,
Jakarta Utara
13
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
4) RW. 02, 09, 19, 07, 08, 10, 12,
Kelurahan Kelapa Gading Timur,
Kecamatan Kelapa Gading,
Jakarta Utara
5) RW 13, 14, 15, Kelurahan Tanjung
Priok, Kecamatan Tanjung Priok.
c. Chlorinasi
1) RW.04, 02, 01, 01, Kelurahan Rawa
Badak Selatan, Kecamatan Koja,
Jakarta Utara
2) RW.01, 17, 04, 03, 02, 09, Kelurahan
Semper Barat, Kecamatan
Cilincing, Jakarta Utara
3) RW 14, Kelurahan Pejagalan,
Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara
4) RW. 02, 09, 19, 07, 08, 10, 12,
Kelurahan Kelapa Gading Timur,
Kecamatan Kelapa Gading,
Jakarta Utara
5) RW 13, 14, 15, Kelurahan Tanjung
Priok, Kecamatan Tanjung Priok.
d. Lisolisasi
1. RW.04, 02, 01, 01, Kelurahan Rawa
Badak Selatan, Kecamatan Koja,
Jakarta Utara
2. RW.01, 17, 04, 03, 02, 09, Kelurahan
Semper Barat, Kecamatan Cilincing,
Jakarta Utara
3. RW 14, Kelurahan Pejagalan,
Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara
4. RW. 02, 09, 19, 07, 08, 10, 12,
Kelurahan Kelapa Gading Timur,
Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta
Utara
5. RW 13, 14, 15, Kelurahan Tanjung
Priok, Kecamatan Tanjung Priok.
e. Surveilans Epidemiologi Penyakit dan
Faktor Resiko
1. RW.04, 02, 01, 01, Kelurahan Rawa
Badak Selatan, Kecamatan Koja,
Jakarta Utara
2. RW.01, 17, 04, 03, 02, 09, Kelurahan
Semper Barat, Kecamatan Cilincing,
Jakarta Utara
3. RW 14, Kelurahan Pejagalan,
Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara
4. RW. 02, 09, 19, 07, 08, 10, 12,
Kelurahan Kelapa Gading Timur,
Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta
Utara
5. RW 13, 14, 15, Kelurahan Tanjung
Priok, Kecamatan Tanjung Priok.
6. Tenaga yang dikerahkan dalam
penanganan dan pengendalian
penyakit menular pasca banjir di
Kotamadya Jakarta Utara adalah :
a. Dokter : 6 orang
b. Perawat : 7 orang
c. Tenaga Farmasi : 4 orang
d. Sanitarian : 6 orang
e. Epidemiologi : 6 orang
f. Sopir : 3 orang
14
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
F. Hasil Kegiatan.
1. Pemercikan Lalat (Spraying) :
Grafik 1
Distribusi Pemercikan Lalat Menurut Luas Wilayah
Pada Penanganan Dan Pengendalian Penyakit Menular Paska Banir Di Jakarta Utara Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok
Tanggal 11 S/D 15 Pebruari 2007
Rawa Badak selatan,
45
Semper Barat, 45 Pejagalan, 50
Kelapa Gading
Timur, 19
Tanjung Priok, 20
* Rawa Badak Selatan :
RW 04, 02, 01
* Semper Barat :
RW 01, 14
* Pejagalan : RW 14
* Kelapa Gading Timur :
Dari grafik 1 di atas terlihat bahwa pemercikan lalat (spraying) terluas di
Wilayah Kelurahan Pejagalan seluas 50 Ha (28 %), dan terkecil di Kelurahan
Kelapa Gading Timur seluas 19 Ha (10,6%) dengan luas wilayah seluruhnya seluas
179 Ha. Luasnya wilayah pemercikan lalat di Kelurahan Pejagalan, dikarenakan
masih ada area yang tergenang air yang hitam dan pekat, ditambah dengan
volume sampah yang cukup banyak sebagai faktor risiko kesehatan masyarakat.
Grafik 2 Distribusi Pemercikan Lalat Menurut Tumpukan Sampah
Pada Penanganan Dan Pengendalian Penyakit Menular Paska Banir Di Jakarta Utara
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok
Tanggal 11 S/D 15 Pebruari 2007
Rawa Badak
selatan, 59
Semper Barat, 49 Pejagalan, 50
Kelapa Gading
Timur, 20
Tanjung Priok, 20
* Rawa Badak Selatan :
RW 04, 02, 01
* Semper Barat :
RW 01, 14
* Pejagalan : RW 14
* Kelapa Gading Timur :
RW 02, 9, 19, 7, 8, 10, 12
* Tanjung Priok :
RW 13, 14, 15
15
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
2. Clorinasi (Pemberian kaporit)
Grafik 3
Distribusi Pemberian Clorinasi Pada Penanganan Dan Pengendalian Penyakit Menular Paska Banjir Di Jakarta Utara
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok Tanggal 11 S/D 15 Pebruari 2007
Rawa Badak selatan, 11
Semper Barat, 95
Pejagalan, 20
Kelapa Gading Timur, 21
* Rawa Badak Selatan : RW 04, 02, 01 * Semper Barat : RW 01, 14 * Pejagalan : RW 14 * Kelapa Gading Timur : RW 02, 9, 19, 7, 8, 10, 12 * Tanjung Priok : RW 13, 14, 15
Berdasarkan grafik 3 di atas, dapat dijelaskan bahwa pemberian clorinasi di 5
(lima) Kelurahan terbanyak di Kelurahan Semper Barat (RW 01, 14) sebanyak 95
titik (64,62%) dan terendah terdapat di Kelurahan Rawa Badak Selatan (RW.04, 02,
01) sebanyak 11 m3 (7,48%) dari pemberian clorinasi seluruhnya sebanyak 147 titik.
3. Desinfeksi /oiling / lisolisasi
Grafik 4
Distribusi Pemberian Desinfektan /Oiling/Lisolisasi)
Pada Penanganan Dan Pengendalian Penyakit Menular Paska Banjir Di Jakarta Utara
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok
Tanggal 11 S/D 15 Pebruari 2007
Tanjung Priok, 480
Semper Barat, 750
Rawa Badak
selatan, 295
Pejagalan, 600 Kelapa Gading Timur, 952
* Rawa Badak Selatan :
RW 04, 02, 01
* Semper Barat :
RW 01, 14
* Pejagalan : RW 14
* Kelapa Gading Timur :
RW 02, 9, 19, 7, 8, 10, 12
16
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Berdasarkan grafik 4 di atas, dapat diinformasikan bahwa pemberian desinfektan /
oiling / lisolisasi di 5 kelurahan di Kotamadya Jakarta Utara terbanyak di Kelurahan
Kelapa Gading Timur (RW 02, 9, 19, 7, 8, 10, 12) sebanyak 952 titik (30,93%) dan
terendah terdapat di Kelurahan Rawa Badak Selatan (RW.04, 02, 01) sebanyak 295
titik (9,58%) dari pemberian lisolisasi seluruhnya sebanyak 3077 titik.
4. Pengobatan Massal
Selain kegiatan pemercikan lalat, clorinasi, lisolisasi KKP Kelas I Tanjung Priok juga
melakukan pengobatan gratis pada masyarakat yang terkena banjir di 5 lokasi
pengobatan yaitu Kelurahan Semper Barat, Keluarahan Cilincing RT 06/03,
Kelurahan Sukapura RT 14/05, Kelurahan Warakas RW 09, Kelurahan Sukapura RW
03 dan Kelurahan Paparanggo.
a. Pengobatan massal berdasarkan jenis penyakit
Grafik 5
Distribusi Jenis Penyakit Menurut Tempat Pada Penanganan Dan Pengendalian Penyakit Menular Paska Banjir di Kotamadya Jakarta Utara
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok Tanggal 10 - 15 Februari 2007
0
20
40
60
80
100
Semper Barat RT.07/02 10 16 27 24
Cincing RT06/03 91 33 29 34
Sukapura RT14/05 25 23 20 19
Warakas RW 09 62 32 36 23
Sukapura RW 03 60 15 22 29
Papanggo 93 51 24 63
ISPA DIARE DERMATITIS LAIN-LAIN Jml
77 187 87 153 126 231
Jumlah : 341 170 158 192 861
Berdasarkan grafik 5 di atas, dapat diketahui bahwa distribusi jenis Penyakit ISPA
terbesar di Kelurahan Papanggo sebesar 93 kasus ( 40,26%) dan terendah di
Kelurahan Semper Barat (RT07/02) sebesar 10 kasus (4,33%) dari total kasus Penyakit
ISPA sebesar 331 kasus.
Untuk Penyakit Diare dari 5 kelurahan yang dilakukan pengobatan massal terbanyak
di Kelurahan Papanggo sebesar 51 kasus (30%) dan terendah di Kelurahan Sukapura
(RW 03) sebesar 15 kasus (8,82%) dari total Penyakit Diare sebesar 170 kasus.
17
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Pada grafik 6 dapat diinformasikan juga bahwa Penyakit Dermatitis pada
pengobatan massal paska banjir terbanyak terdapat di Kelurahan Warakas (RW 09)
sebesar 36 kasus (22,78%) dan terendah di Kelurahan Sukapura (RT14/05) seluruhnya
sebanyak 158 kasus.
Grafik 10
Distribusi Pengobatan Massal Menurut Kelompok Umur
Penanganan Dan Pengendalian Penyakit Menular Paska Bajir Di Jakarta Utara
10 - 15 Februari 2007
0
20
40
60
80
100
120
? 5 Tahunn 42 10 27 26 48
6 - 17 Tahunn 51 12 41 18 47
18 - 59 Tahunn 81 61 78 79 118
? 60 Tahun 13 4 7 3 18
CILINCING RT06/03 SUKAPURA RT 14/05 WARAKAS RW 09 SUKAPURA RW 03 PAPANGO
TOTAL : 784
Berdasarkan grafik 10 di atas, dapat dijelaskan bahwa hasil pengobatan massal
berdasarkan kelompok umur tertinggi adalah kelompok umur 18 – 59 tahun sebesar
417 orang (53,19%) dan terendah pada kelompok umur ≥ 60 tahun sebesar 45 orang
(5,74%) dari total pengobatan massal sebesar 784 orang.
5. Surveilans epidemiologi penyakit dan faktor risiko :
a) Penderita diare dari 5 kelurahan yang dilakukan observasi, tertinggi di Kelurahan
Tanjung Priok, sebanyak 9 kasus.
b) Penderita diare dari 5 kelurahan yang dilakukan observasi, tertinggi pada kelompok
umur < 5 tahun.
c) Kasus kematian berdasarkan informasi Sudin Kesmas Jakarta Utara terbesar
terdapat di Kelurahan Semper Barat sebesar 4 orang.
d) Tumpukan Sampah, dari 5 kelurahan yang dilakukan survai, seluruhnya masih ada
tumpukan sampah yang menumpuk di pinggir jalan ataupun di sudut-sudut rumah
penduduk. Tumpukkan sampah yang menutupi Kota Jakarta, khususnya di Wilayah
Kotamadya Jakarta Utara merupakan sumber penularan kuman
18
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
penyakit yang dapat ditularkan
dengan perantara vektor seperti lalat,
kecoa, tikus dan lainnya.
Penumpukkan sampah juga
merupakan tempat yang disukai tikus
untuk mencari makan, sehingga bibit
penyakit yang dibawa oleh tikus dapat
menyebar dengan cepat dan luas,
yang berisiko sebagai perantara
penular penyakit lepotosperosis.
e) Genangan Air, Banjir yang terjadi di 5
kelurahan Wilayah Kotamadya Jakarta
Utara, menyebabkan masih adanya
genangan-genangan air di wilayah
tersebut. Genangan air tersebut
merupakan tempat perindukkan yang
sangat disukai oleh nyamuk Aaedes
aegypti penyebab Penyakit Demam
Berdarah. Begitu pula dengan Penyakit
Leptosperosis. Air yang tergenang
akibat banjir bisa mengandung kuman
leptosperosis yang berasal dari urine
tikus. Penularan kepada manusia
terjadi melalui selaput lendir atau luka
di kulit. Selain Penyakit Demam
Berdarah dan Penyakit Leptosperosis,
penyakit lain yang dapat ditimbulkan
oleh genangan air adalah Penyakit
Kulit, Diare, dan penyakit menular
lainnya.
f) Sumur Gali,sumur gali yang merupakan
sumber air bersih warga masyarakat
untuk kehidupan sehari-harinya juga
mengalami pencemaran akibat banjir.
Tinggi bibir sumur gali serta kedalaman
sumur yang rendah menyebabkan
sumur gali kemasukan air akibat banjir.
Pencemaran yang telah terjadi pada
sumber air bersih mengakibatkan air
dapat menjadi media penyebaran
penyakit, yang disebabkan oleh air
(water borne diseases) seperti Penyakit
Kulit, Penyakit Diare, Penyakit Demam
Berdarah, Penyakit Kaki Gajah,
Leptospirosis, dan penyakit menular
lainnya.
g) MCK tergenang, jamban
keluarga/MCK yang tergenang akibat
banjir dapat juga dijadikan tempat
perindukkan yang disukai oleh kuman
penyebab penyakit menular.
h) Perilaku warga yang tidak sehat,
perilaku warga yang tidak sehat
merupakan salah satu faktor risiko
penyebaran penyakit menular. Perilaku
seperti membuang sampah
sembarangan, tidak mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan, minum
air yang tidak dimasak dengan
matang, mencuci pakaian ataupun
peralatan makan dengan air yang
tidak bersih, dll.
G. KESIMPULAN
1. Kegiatan pengobatan massal
tertinggi dilakukan di Kelurahan
Papanggo, Kecamatan Tanjung
priok.
19
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
2. Kegiatan pemercikan lalat (spraying)
terluas dilakukan di Kelurahan
Pejagalan, Kecamatan Penjaringan
3. Kegiatan desinfektan/oiling/lisolisasi
terbesar di Kelurahan Kelapa Gading
Timur, Kecamatan Kelapa Gading
4. Kegiatan clorinasi terbesar di
Kelurahan Rawa Badak Selatan,
Kecamatan Koja
5. Faktor risiko potensial penyakit
menular yang ditemukan antara lain
tumpukan sampah, genangan air,
sumur gali yang terendam banjir, MCK
yang tergenang dan terendam banjir
serta perilaku masyarakat yang
kurang hygienis
6. Penyakit yang didapatkan adalah
Penyakit Diare, Penyakit ISPA, dan
Penyakit Kulit.
PENTINGNYA PENGETAHUAN TENTANG
PENANGANAN PERTAMA
PADA KORBAN KECELAKAAN BAGI
MASYARAKAT PELABUHAN
Oleh : dr. Kripti Hartini
Kamis dini hari tgl 22 februari 2007,
sekitar pukul 05.20 WIB, terjadi kebakaran
KM Levina I jurusan Tanjung Priok - Pulau
Bangka di perairan Penira Kepulauan
Seribu. Kebakaran KM. Levina I tersebut
menelan banyak korban. Dari data terakhir
tercatat korban luka ringan sebanyak 66
orang, luka berat 18 orang dan 50 orang
meninggal dunia.
Ternyata korban-korban tersebut
pertama kali ditemukan oleh kapal
nelayan. Oleh para nelayan korban-korban
tersebut diangkut dengan kapal mereka,
sebelum akhirnya dijemput oleh Tim
Penanggulangan Bencana Pelabuhan
Tanjung Priok.
Dari kasus terbakarnya kapal Levina I
diatas, kita dapat mengambil pelajaran
bahwa musibah kecelakaan di laut dapat
terjadi sewaktu-waktu. Sebagai negara
yang berada pada posisi silang dunia,
wajar jika frekuensi musibah penerbangan
dan pelayaran di Indonesia selama ini
cukup tinggi. Posisi data lima tahun terakhir
(1998-2002), terjadi 46 kecelakaan lalu lintas
penerbangan dan 131 kasus kecelakaan
pelayaran, dengan angka korban
meninggal dan hilang sebanyak 111 orang,
selamat 386 (musibah penerbangan),
sementara itu korban meninggal/hilang
sebanyak 3290 orang dan korban selamat
sebanyak 12668 orang (musibah
pelayaran).
Pada kenyataanya, kebanyakkan
kasus-kasus kecelakaan yang terjadi,
orang- orang yang ada di sekitar korban
adalah orang-orang awam. Orang-orang
inilah yang biasanya pertamakali
memberikan pertolongan kepada para
korban. Padahal penanganan pertama
pada korban sangat menentukan
20
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
keselamatan jiwa mereka. Kesalahan
dalam penanganan pertama dapat
memberikan akibat yang sangat fatal
pada korban. Oleh karena itulah sebaiknya
masyarakat awam juga mendapat
pengetahuan tentang penanganan
pertama pada korban kecelakaan.
Ketrampilan masyarakat awam dalam
memberikan pertolongan pertama pada
korban kecelakaan,sangat membantu
menyelamatkan jiwa korban.
Penanganan Pertama Kasus-Kasus
Kecelakaan di Pelabuhan
Berikut ini adalah cara-cara praktis
memberikan pertolongan pada korban
kecelakaan yang sering terjadi di
pelabuhan :
A. BHD ( Bantuan Hidup Dasar )
Pada saat anda menemukan
seseorang dalam keadaan tidak sadar,
segera telepon bantuan medis atau
minta seseorang untuk melakukanya.
Langkah selanjutnya adalah lakukan
DRABC . Penilaian DRABC tersebut
meliputi :
D : Danger (Adanya bahaya di tempat
kejadian)
R : Response (Tingkat kesadaran
korban)
A : Airway (Jalan napas korban)
B : Breathing (Pernapasan korban)
C : Circulation (Sirkulasi darah korban)
Prioritas utama dalam penanganan
korban adalah menngidentifikasi
adanya BAHAYA terhadap anda, orang
di sekitar lokasi kejadian dan terhadap
korban. Ingat! bahwa keselamatan
penolong adalah yang utama. Anda
tidak dapat menolong orang lain bila
anda sendiri dalam keadaan bahaya.
Prinsip dasar, jangan memindahkan
korban kecuali korban dalam keadaan
bahaya, contohnya api, uap beracun,
atau bangunan yang tidak stabil. Bila
terdapat keadaan yang
membahayakan, coba pindahkan
korban secepat mungkin tanpa banyak
manipulasi pada tubuh korban. Setelah
lokasi kejadian dipastikan aman dan
bahaya tidak ada lagi, lakukan langkah
berikutnya.
Goyang bahu korban secara
lembut dan ajak korban berbicara
”apakah anda baik-baik saja ?” Lihat
reaksi korban.Reaksi yang diberikan
dapat berupa gerakkan tubuh, suara
atau menjawab pertanyaan.
Jika korban memberikan reaksi
maka :
- Tenangkan korban, tinggalkan pada
posisi semula dan cari pertolongan
- Periksa secara teratur pernafasan
dan denyut nadi korban
B. TENGGELAM
Kasus tenggelam sangat sering
terjadi di pelabuhan. Tindakkan
21
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
terpenting dalam setiap peristiwa
tenggelam adalah mengembalikan
fungsi pernapasan dan fungsi jantung
dengan resusitasi (lihat bab BHD).
Langkah-langkah yang harus
diperhatikan dalam kasus tenggelam
adalah :
- Resusitasi harus secepat mungkin
dilakukan, sekalipun korban masih
dalam air (lihat bab resusitasi)
- Jangan berusaha mengeluarkan air
dari paru atau lambung
- Setelah korban sadar dan
pernapasan pulih, penderita
diletakkan miring dengan kepala
lebih rendah
- Pada tenggelam di air laut,
pernapasan buatan masih
diteruskan beberapa saat, meskipun
korban sudah bernapas spontan
(bernapas normal)
- Segera cari bantuan medis
C. PINGSAN
Pingsan adalah hilangnya
kesadaran dalam waktu singkat, yang
disebabkan menurunnya aliran darah
ke otak yang bersifat sementara. Ketika
seseorang pingsan, nadi menjadi
sangat lambat, walaupun denyut akan
segera meningkat dan kembali normal
.Penanganan yang harus dilakukan :
- Saat korban mulai merasa pusing
dan berkunang – kunang (sebelum
pingsan) anjurkan korban untuk
berbaring.tinggikan dan topang
kedua kaki,untuk memperbaiki aliran
darah ke otak
- Pastikan korban berada di udara
terbuka dan pastikan orang-orang
untuk tidak mengerumuninya
- Saat korban sudah pulih, tenangkan
korban dan bantu berdiri secara
bertahap. Jika korban merasa akan
pingsan lagi, anjurkan untuk
berbaring kembali dan tinggikan
kedua kakinya sampai pulih dengan
sempurna.
D. LUKA BAKAR
Apabila kita menemukan korban
luka bakar, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
- Segera menghentikan terjadinya
kebakaran
- Segera singkirkan korban dari
tempat yang bahaya (bila aman
untuk melakukannya)
- Segera lepaskan baju yang terbakar
atau yang panas
- Jangan melepaskan benda-benda
yang menempel pada kulit
- Setelah semua keadaan
aman,lakukan DRABC (lihat bab
BHD)
- Segera dinginkan korban dengan air
mengalir selama 10 menit
22
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
- Jangan pecahkan gelembung air
sebab akan mengakibatkan infeksi
- Jangan memberikan krem , pasta
gigi ,minyak, pelembab (zat yang
tidak larut air)
- Segera balut luka bakar dengan
kain bersih
- Segera cari bantuan medis dalam
waktu kurang dari 30 menit
E. KERACUNAN
Kasus keracunan di pelabuhan bisa
terjadi melalui makanan,
inhalasi(dihirup), dapat juga melalui kulit
dan bola mata. Tanda dan gejala
keracunan tergantung dari penyebab
atau bahan beracun yang masuk ke
dalam tubuh. Gejala tersebut dapat
berupa : nyeri perut, mual muntah,
ngantuk, rasa terbakar pada mulut dan
lambung, sesak napas, sakit kepala,
pandangan kabur, kebiruan pada bibir,
sampai tidak sadar.
(Sambungan hal. 2 : The man . . .)
Untuk mengawalinya, anda harus mampu
menginvestasikan sedikit waktu untuk
setiap haninya.
Nah marilah kita teliti sedikit saja ”aset”
kepemimpinan anda :
Setiap tahunnya, berapa banyak staf
anda yang penghasilannya
meningkat??? (kinerja staf tidak akan
bisa meningkat jikalau mereka belum
sejahtera)
Setiap tahunnya, berapa jumlah produk
karya tulis anda ??? (tanpa karya tulis,
otomatis anda tidak akan mampu
bicara secara konseptual)
Setiap tahunnya, berapa kali anda
membawakan materi dalam seminar –
seminar, pelatihan ataupun pertemuan
– pertemuan regional / nasional ???
(kalau hanya sebagai pendengar atau
penyanggah ataupun sejenisnya, anda
tak ubahnya sebagai seorang extrimis
yang bertopeng sebagai seorang
pemimpin)
Setiap tahunnya, berapakah jumlah
penghasilan anda ??? (semakin besar
penghasilan anda setiap tahunnya,
anda bak raksasa yang haus darah
stafnya).
(bersambung…………ke hal. 48)
Pojok Anekdot
Sesama burung aja takut tertular flu burung
( AVI )apalagi manusia yah....
23
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
HASIL KAJIAN AIR PANTAI
DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK TAHUN 2006
Oleh : MAMAN SUDIRMAN,ST,Mkes
( Kepala Seksi Sanitasi Lingkungan KKP Kelas I Tanjung Priok)
Keadaan lingkungan di Indonesia sampai saat ini masih menunjukan kualitas yang rendah. Pencemaran air pantai
pelabuhan oleh limbah-limbah baik limbah padat maupun cair yang dibuang kapal-kapal yang sandar, tidak
diasadari telah memperburuk kualitas air pantai di suatu pelabuhan. Penurunan kualitas lingkungan akibat
pencemaran yang terjadi terhadap air pantai , selain akan berdampak buruk terhadap kualitas kesehatan
masyarakat, juga secara estetika, yang pada akhirnya membawa citra yang kurang baik bagi negara.
I. LATAR BELAKANG
Dalam ilmu kesehatan telah diketahui
berbagai upaya kesehatan mulai dari
pemantauan, pencegahan, pengendalian
dan penanggulangan atau lebih dikenal
dengan surveilans epidemiologi. Terhadap
masalah pencemaran, kegiatan
pemantauan, pencegahan dan
penanggulangan dapat dilakukan pada
sepanjang jalur, mulai dari sumber pencemar
(simpul I) sampai kepada efek yang sudah
mempengaruhi kesehatan manusia (simpul
IV). Sementara itu sektor kesehatan akan
menangani upaya-upaya yang bertujuan
mencegah lebih lanjut dampak negatif
pencemaran terhadap kesehatan
lingkungan (ambien) dan kesehatan
masyarakat. Untuk menunjang kegiatan
tersebut diperlukan pengawasan kualitas
lingkungan melalui kegiatan-kegiatan
pemantauan tingkat pencemaran
lingkungan fisik (misal : Udara, air dan tanah)
yang disebabkan dari aktivitas manusia.
Keadaan lingkungan di Indonesia sampai
saat ini masih menunjukan kualitas yang
rendah. Pencemaran air pantai pelabuhan
oleh limbah – l imbah baik limbah padat
cair yang dibuang kapal-kapal yang sandar,
tidak diasadari telah memperburuk kualitas
air pantai di suatu pelabuhan. Penurunan
kualitas lingkungan akibat pencemaran yang
terjadi terhadap air pantai , selain akan
berdampak buruk terhadap kualitas
kesehatan masyarakat, juga secara estetika,
yang pada akhirnya membawa citra yang
kurang baik bagi negara.
Pelabuhan Tanjung Priok merupakan
pelabuhan terbesar di Indonesia, yang
mampu melayani rata-rata 60-70 unit kapal
perhari. Terletak di Ibukota Jakarta dengan
fasilitas terlengkap dan modern berbasis
teknologi informasi yang memiliki peran
penting dalam mendukung pertumbuhan
perekonomian dan perdagangan di
Indonesia.
Melihat aktivitas Pelabuhan Tanjung Priok
yang begitu besar, dampak logis yang terjadi
adalah timbulnya pencemaran lingkungan
baik udara maupun air pantai. Pencemaran
air pantai dapat terjadi dari kegiatan
bongkar muat barang, kapal yang berlabuh
maupun sandar, industri maupun aktivitas lain
dari masyarakat Pelabuhan. Selain itu 3 (tiga)
sungai bermuara di wilayah kerja Pelabuhan.
24
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Salah satu upaya yang dilakukan dalam
rangka pengawasan kualitas lingkungan
khususnya air pantai perlu dilakukan suatu
kajian guna mengidentifikasi parameter
pencemar air pantai Pelabuhan Tanjung
Priok serta pemetaannya. Selanjutnya
diharapkan kajian ini akan menjadi acuan
dalam mengambil kebijakan bagi
pengelola pelabuhan.
2. TUJUAN
Tujuan dari kajian ini adalah untuk
mengetahui kualitas air pantai pada
perairan Pelabuhan Tanjung Priok yang
dinyatakan oleh hasil pengukuran
beberapa parameter penting berdasarkan
Kepmen LH No. 51 Tahun2004. Hasil dari
pengukuran ini
dapat mengidentifikasi parameter
pencemar yang selanjutnya dapat
dibuatkan pemetaan wilayah untuk
parameter pencemar tertinggi
berdasarkan lokasi titik pengambilan
sampel.
3. METODOLOGI
3.1. Lokasi
Dalam kajian ini lokasi yang dijadikan
objek adalah perairan (pantai/kolam
pelabuhan) dalam wilayah Kerja
Pelabuhan Tanjung Priok. Lokasi ini
terbagi dalam beberapa titik
pengambilan sampel dengan
karakteristik lingkungan berdasarkan
aktivitas yang ada. (tabel 1 & gambar
1).
Tabel 1
Lokasi, Titik Pengambilan dan Karakteristik Lingkungan
NO LOKASI
PENGAMBILAN TITIK PENGAMBILAN
KARAKTERISTIK
LINGKUNGAN
1 Kolam
Pelabuhan
Nusantara 1
1) Ujung Utara Muara Kali Japat
2) Ujung Selatan Muara K. Japat
3) Samping KBN
4) Dermaga Gudang 001 Ujung
5) Dermaga Gudang 004 Utara
6) Dermaga Gudang 003
7) Dermaga Gudang 002
- Pergudangan
- Tambat Kapal
- Industri
- Bongkar Muat
2 Kolam
Pelabuhan
Nusantara II
8) Depan Pondok Dayung
9) Utara Pondok Dayung
10) Depan Dok I
- Asrama
- Perbengkelan kapal/
Industri
3 Pintu masuk
kolam
pelabuhan
1) Depan pintu masuk kolam
Pelabuhan
12) Luar pintu masuk kolam
pelabuhan
- Arus keluar masuk
kapal dan pasang
surut
4 Kolam
Pelabuhan I
13) Dermaga Terminal Penumpang
14) Kolam Pelabuhan Bagian Depan
- Terminal
Penumpang
- Bongkar Muat
- Tambat Kapal
25
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
NO LOKASI
PENGAMBILAN TITIK PENGAMBILAN
KARAKTERISTIK
LINGKUNGAN
5 Kolam
Pelabuhan II
15) Dermaga UTC II
16) Depan Kepanduan
- Perkantoran
- Bongkar Muat
- Tambat Kapal
6 Kolam
Pelabuhan III
17) Kolam Pelabuhan Bagian
Depan
18) Dermaga Gudang 303
- Tambat Kapal
- Bongkar Muat
7 Kolam
Pelabuhan
minyak
19) Dermaga PMB I
20) Dermaga PMB I
21) Dermaga PMB III
22) Dermaga PMB IV
23) Dermaga Bogasari
24) Ujung Muara Kali Kresek
- Tambat Kapal
- Bongkar Muat
Minyak
- Industri Tapioka
- Muara Sungai
8 UTPK Kodja 25) Samping Dermaga UTPK
Kodja (III)
- Tambat kapal
- Bongkar Muat
- Penumpukan Peti
Kemas
9 Dermaga Khusus
PT. ISM Bogasari
26) Samping Dermaga Sarpindo
27) Depan DOK III
28) Depan DOK IV
- Tambat kapal
- Bongkar Muat
- Perbengkelan kapal
- Industri tepung
tapioka
10 DKP 29) Samping dermaga DKP - Tambat kapal
- Bongkar muat
minyak & gas
- Perkantoran
11 B TIMUR 30) Luar Dam (kolam Pelabuhan) - Arus keluar masuk
kapal dan pasang
surut
Gambar 1.
Lokasi Titik pengambilan Sampel
26
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
3.2. Jenis dan Jumlah Sampel
Sampel dalam kajian ini adalah air
pantai yang berasal dari air pantai
dalam wilayah Pelabuhan Tanjung
Priok. Jenis sampel adalah sampel
tunggal (grab sample) yaitu sampel
diambil pada waktu dan tempat
tertentu, sehingga komposisinya
hanya menggambarkan kondisi
sesaat berdasarkan lokasi pada waktu
sampel diambil. Sedangkan jumlah
sampel ditentukan dengan
menggunakan prinsip – prinsip dalam
pengambilan sampel lingkungan.
Dimana sampel diambil pada titik-titik
tertentu dengan pertimbangan :
a. Besar masalah yang dihadapi
b. Tujuan dari kajian
3.3. Parameter dan Jenis/Metoda
Pengukuran
Dengan mengacu pada Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku
Mutu Air Laut Untuk Perairan
Pelabuhan, maka parameter yang
akan di ukur adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Jenis Parameter Dan Metoda Pengukuran
NO PARAMETER SATUAN Jenis/Metoda
Pengukuran
A FISIKA
1) Bau
2) Kecerahan
3) Zat Padat Tersuspensi
4) Suhu
5) Lapisan Lemak
6) Sampah
-
Meter
Mg/l
OC
-
-
Insitu
Insitu
Laboratorium
Insitu
Insitu
Insitu
B KIMIA
1) pH
2) Salinitas
3) Amonia Total (NH3-N)
4) Sulfida (H2S)
5) Hidrokarbon Total
6) PCB (poliklor bifenil)
7) Senyawa fenol total
8) Surfaktan (detergen)
9) Minyak dan lemak
10) TBT (tri butil tin)
-
%0
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
µg/l
mg/l MBAS
mg/l
µg/l
Insitu
Insitu
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
C BIOLOGI
1) Coliform (total)
MPN/100 ml
Laboratorium
27
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
3.4. Peralatan dan Bahan Pengambil
Sampel
Pengambilan sampel dalam kajian ini
akan dilakukan oleh anggota tim
peneliti pada Kantor Kesehatan
3.5. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kajian direncanakan
selama 18 hari kerja dengan
Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok,
sedangkan bahan dan peralatan yang
digunakan dalam pengambilan
sampel adalah sebagai berikut :
pembagian waktu berdasarkan jenis
kegiatan
Tabel 2
Jumlah dan Kegunaan Peralatan dan Bahan Yang digunakan Dalam
Pengambilan Sampel
NO NAMA ALAT KEGUNAAN JUMLA
H
KETERANGA
N
1. Formulir
Pengambilan sampel
Merekam data
pengambilan sampel
45 shet
2 Botol Sampel Tempat penyimpanan
sampel dari lokasi
pengambilan ke
laboratorium
30 Buah
3 Botol sampel dengan
pemberat
Untuk mengambil sampel
dibawah permukaan air
(tenggelam)
2 buah
4. Troll 5000 pro Mengukur beberapa
parameter secara insitu
(lapangan)
1
Tabel 3
Jadwal Pelaksanaan Kajian
NO
KEGIATAN
NOPEMBER DESEMBER
7 8 9 10 13 14 15 16 17 20 21 22 23 24 5 6 7 8
1 Pertemuan
persiapan
kajian
2 Survey
Persiapan
Lokasi
3 Pelaksanaan
Penelitian
4 Pertemua
Analisis hasil
kajian
28
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
3.6. Analisa Data
Entri data menggunakan komputer yang
dianalisis secara deskriptif & analitik. Kadar
parameter pencemar air pantai yang
terukur akan dibandingkan dengan baku
mutu yang ditetapkan. Dari tiap titik
pengambilan sampel tidak dibedakan
berdasarkan waktu pengambilan. Semua
data hasil pengukuran dalam bentuk
numerik dari 18 parameter dijadikan
sebagai data individual, sehingga untuk
setiap parameter terkumpul 30 data yang
ditabulasi dengan menggunakan program
Exel ( tabel ,........). Selanjutnya Untuk
melihat fluktuasi kadar tiap-tiap parameter
pencemar digunakan control chart
dengan Upper Control Limit dan Lower
Control Limit masing-masing diset pada 3
SD dari garis pusat (rata-rata).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pencemaran laut merupakan masalah
yang semakin penting untuk diselesaikan
bersama, karena menyangkut
keselamatan, kesehatan dan kehidupan.
Untuk menyelesaikan masalah
pencemaran laut , harus diketahui sumber
pencemar, bagaimana proses
pencemaran itu terjadi, dan bagaimana
langkah penyelesaiannya.
Untuk menyelesaikan masalah
pencemaran laut, pemerintah telah
mengeluarkan Peratuaran Pemerintah (PP)
Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran dan /
Perusakan Laut. Sementara untuk baku
mutu laut diatur dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun
2004 tentang Baku Mutu Laut, meliputi Baku
Mutu Air Laut untuk Perairan Pelabuhan,
Wisata Bahari dan Biota Laut.
Berdasarkan uraian diatas, serta untuk
mengetahui kadar pencemar perairan
Pelabuhan Tanjung Priok, Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok telah
mengadakan pemeriksaan kualitas air
perairan (pantai). Dalam kegiatan ini baku
mutu dan parameter yang diperiksa
mengacu pada Kepmen LH tersebut.
Pemeriksaan kualitas perairan Pelabuhan
Tanjung Priok dilakukan dengan metoda
pengambilan sample pada lokasi yang
telah ditentukan dan terbagi dalam
beberapa titik. Pemeriksaan sample
dilakukan baik secara insitu (langsung
dilokasi) maupun di laboratorium.
Parameter yang diperiksa dalam kegiatan
ini adalah berjumlah 16 parameter.
Dimana 15 parameter sesuai dengan yang
tercantum dalam KepMen LH No 51/2004,
dan 1 parameter berdasarkan kebutuhan
(BOD).
Hasil dari pengukuran parameter baku
mutu tersebut seperti terurai dibawah ini
29
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Kandungan pH menunjukan tingkat asam
dan basa air. Makin tinggi pH makin
bersifat basa, dan makin rendah pH makin
bersifat asam air tersebut. Gambar diatas
memperlihatkan fluktuasi kadar pH
berdasarkan lokasi/titik pengambilan. Dari
30 titik sampel yang diperiksa, keseluruhan
lokasi titik sampel memenuhi baku mutu
yang dipersyaratkan dalam Kepmen LH No.
51/2004 sebesar 6,5-8,5.
1. SUHU
Hasil pengukuran suhu tidak menunjukan
perubahan yang ekstem, dan dapat
dikatakan konstan. Hal ini disebabkan
karena waktu pengukuran dilakukan pada
saat dan waktu yang sama. Sehingga hasil
pengukuran adalah alami sesuai dengan
temperatur udara pada saat dilakukan
pengukuran. Hasil lengkap terlihat pada
gambar dibawah ini.
LOKASI TITIK SAMPEL
HASI
L PE
NGUK
URAN
302928272625242322212019181716151413121110987654321
35.0
32.5
30.0
27.5
25.0
_X=30
UCL=30
LCL=30
FLUKTUASI KADAR SUHU
1. pH
LOKASI TITIK SAMPEL
HA
SIL
PEN
GU
KU
RA
N
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10987654321
8.25
8.00
7.75
7.50
7.25
7.00
6.75
6.50
_X=7.71
UCL=8.203
LCL=7.217
1
FLUKTUASI KADAR pH
Keterangan : Titik sampel 17 adalah lokasi air pantai di depan kolam pelabuhan III
.
30
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
3. SALINITAS
Salinitas menunjukan kadar kandungan
garam yang terdapat dalam air laut.
Bersifat alami dan terjadi perubahan
bervariasi setiap saat. Perubahan dapat
terjadi karena pasang surut, maupun tinggi
dan rendahnya curah hujan. Dalam
Kepmen LH No. 51/2004 baku mutu
salinitas adalah alami (kondisi normal suatu
lingkungan, bervariasi setiap saat) dan
diperbolehkan terjadi perubahan sampai
dengan <5% dari salinitas rata-rata
musiman. Karena tidak didapatinya kadar
rata-rata salinitas musiman perairan
Pelabuhan Tanjung Priok, maka nilai UCL
(22,92 %0) dalam Control Chart dibawah ini
dapat dijadikan alternatif baku mutu
parameter
salinitas pada perairan Pelabuhan Tanjung
Priok. Sehingga hasil pengukuran kadar
salinitas dapat diterjemahkan
4. DO (Dissolved Oxygen)
DO adalah jumlah oksigen yang terlarut
dalam air. Sering digunakan untuk
menentukan banyaknya/besarnya
pencemaran zat organik dalam larutan.
Makin rendah DO suatu larutan, makin
tinggi kandungan zat organiknya. Hasil
pengukuran DO didapat dari 30 sampel
diperiksa rata-rata kandungan DO nya
3.243 mg/l, dengan nilai tertinggi terdapat
pada titik 24 (kolam PMB III) dan jika
dibandingkan dengan baku mutu air laut
hal ini menunjukan masih dibawah baku
mutu yang dipersyaratkan yaitu
kandungan DO harus >5.
LOKASI TITIK SAMPEL
HA
SIL
PEN
GU
KU
RA
N
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10987654321
30.0
27.5
25.0
22.5
20.0
17.5
15.0
_X=21.11
UCL=22.92
LCL=19.31
1111
1
11
1
1
1
1111
1
11
1
1
1
FLUKTUASI KADAR SALINITAS
31
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
5. BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroba untuk
merombak/dekomposisi zat organik
menjadi senyawa-senyawa yang lebih
stabil. Dari hasil pengukuran yang dilakukan
pada 30 lokasi, 20 lokasi menunjukan kadar
BOD masih dibawah baku mutu, dan 10
lokasi diatas baku mutu BOD sebesar 10.
BOD merupakan indikator umum bagi
pencemaran, makin tinggi kadar BOD
menunjukan adanya pencemaran.
6. Senyawa Fenol Total
LOKASI TITIK SAMPEL
HA
SIL
PENG
UKUR
AN
302928272625242322212019181716151413121110987654321
40
30
20
10
0
-10
_X=8.37
UCL=25.08
LCL=-8.35
1
1
FLUKTUASI KADAR BOD
TITIK LOKASI SAMPEL
HA
SIL
PEN
GU
KU
RA
N
302928272625242322212019181716151413121110987654321
7
6
5
4
3
2
1
0
_X=3.243
UCL=6.462
LCL=0.024
FLUKTUASI KADAR DO
32
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Berdasarkan Kepmen LH No. 51/2004,
kandungan senyawa fenol total adalah
0.01µg/l. Hasil pengukuran didapat dari
keseluruhan sampel yang diperiksa kadar
senyawa fenol total jauh melebihi baku
mutu yang ditentukan. Dari control chart di
bawah terlihat kadar rata-rata seyawa
fenol total 0,1051 µg/l dengan UCL 0,1498
µg/l dan LCL 0,0605 µg/l. Tinginya kadar
senyawa fenol total pada perairan
Pelabuhan Tanjung Priok dapat berasal
dari limbah industri, masuk melalui aliran
sungai yang bermuara pada kolam
pelabuhan.
LOKASI TITIK SAMPEL
HA
SIL
PENG
UKUR
AN
302928272625242322212019181716151413121110987654321
0.150
0.125
0.100
0.075
0.050
_X=0.1051
UCL=0.1498
LCL=0.0605
1
FLUKTUASI KADAR FENOL
7. Minyak dan Lemak
LOKASI TITIK SAMPEL
HA
SIL
PENG
UKUR
AN
302928272625242322212019181716151413121110987654321
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
_X=0.3495
UCL=0.7855
LCL=-0.0865
FLUKTUASI KADAR MINYAK & LEMAK
33
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Hasil pengukuran terhadap parameter
minyak dan lemak pada 30 titik didapat
hasil jauh lebih rendah dari baku mutu
yang dipersyaratkan dalam Kepmen LH No.
51/2004 sebesar 5 mg/l. Gambar control
chart diatas juga menunjukan kandungan
lemak pada perairan Pelabuhan Tanjung
Priok menunjukan hasil dibawah baku
mutu. Nilai rata-rata kandungan lemak di
perairan Pelabuhan Tanjung Priok adalah
0,3495 mg/l dengan dengan nilai tertinggi
konsentrasi yang dapat ditolerir adalah
0,7855 mg/l.
8. Zn
Hasil pengukuran terhadap parameter Zn
didapat 10 titik lokasi sampel tidak dapat di
deteksi. Sementara hasil pengukuran
terhadap 19 titik sampel masih dibawah
baku. mutu sesuai dengan Kepmen LH No,
15 /2004 sebesar 0,1 mg/l. Sementara satu
titik (titik 22/Bouy Timur) kadar Zn
melampaui baku mutu yang
dipersyaratkan. Ke 10 titik lokasi yang tidak
terdeteksi adalah titik 7 (kd gd. 002), titik 12
(luar dam), titik15 (UTC II), titik 17, 18, 19, 20
(depan pel III, gd 303, UTC III dan muara
kali kresek), titik 25 (PMB IV), titik 27 (depan
sarpindo) dan titik 30 (DKP). Hasil lengkap
fluktuasi kadar Zn seperti dibawah ini.
8. Cr6+
Dari 30 titik sample yang diambil, hasil
pengukuran didapati tidak terdeteksinya
kandungan Cr6+ dalam sample.
9. Cd
Dari 30 titik sample yang diambil, hasil
pengukuran didapati tidak terdeteksinya
kandungan Cd dalam sample.
TITIK LOKASI SAMPEL
HA
SIL
PEN
GU
KU
RA
N
2928272625242322212019181716151413121110987654321
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
-0.05
_X=0.0362
UCL=0.1199
LCL=-0.0475
1
FLUKTUASI KADAR Zn
34
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
10. Cu
Dari 30 titik sample yang diambil, hasil
pengukuran didapati tidak terdeteksinya
kandungan Cu dalam sample.
11. Pb
Dari 30 titik sample yang diambil, hasil
pengukuran didapati tidak terdeteksinya
kandungan Pb dalam sample.
13. TSS (Total Suspended Solid)
TSS atau biasa disebut padatan tersuspensi
total biasanya terdiri dari zat organik,
anorganik dan gas terlarut, dengan ukuran
lebih besar dari molekul/ion yang terlarut.
Baku mutu TSS berdasarkan Kepmen LH No.
51/2004 sebesar 80 mg/l. hasil pengukuran
terhadap 30 titik lokasi sample kesemuanya
diatas baku mutu yang
dipersyaratkan. Nilai rata-rata TSS pada
perairan Pelabuhan Tanjung Priok
mencapai 208,1 mg/l. Nilai tertinggi
terdapat pada titik lokasi 2 (ujung selatan
muara Kali Japat) sebesar 312 mg/l. Hal ini
mengingat pada lokasi titik sampel tersebut
adalah muara sungai, dimana terjadi
pertemuan antara air laut dengan air
tawar (sungai). Akibat pasang surut terjadi
pengendapan lumpur yang
mengakibatkan pendangkalan.
Sedangkan hasil pengukuran dengan nilai
terendah terjadi pada titik 12 (luar dam)
sebesar 108,5 mg/l. Hal ini dimungkinkan
karena pada titik lokasi tersebut memliki
tingkat kedalaman dan gelombang yang
lebih besar. Hasil lengkap pengukuran
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
14. NH3-N
TITIK LOKASI SAMPEL
HA
SIL
PEN
GU
KU
RA
N
302928272625242322212019181716151413121110987654321
400
350
300
250
200
150
100
50
_X=208.1
UCL=362.3
LCL=53.9
FLUKTUASI KADAR TSS
35
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Amoniak dapat berasal dari produk
manusia dan alami. Merupakan gas tak
berwarna dan mudah larut dalam air. Hasil
pengukuran terhadap 30 titik didapat 27
titik memenuhi baku mutu sesuai dengan
Kepmen LH No 51/2004
15. H2S
Dari 30 titik sample yang diambil, hasil
pengukuran didapati tidak terdeteksinya
kandungan H2S dalam sample.
16. Detergen
Detergen mudah larut dan menyebar di
perairan dan dapat mempertinggi toxisitas
racun. Dalam Kepmen LH No. 51/2004 baku
mutu detergen adalah 1 mg/l MBAS. Dari
hasil pengukuran
sebesar 0,3 ppm, sementara 2 titik melebihi
baku mutu yaitu pada titik 2 ( Ujung selatan
muara kali japat) sebesar 0,398 ppm, titik
13(Terminal penumpang) sebesar 0,325
ppm. Sedangkan nilai NH3-N terendah
terdapat pada titik 23 (PMB II) sebesar 0,01
ppm.
terhadap 30 titik sampel di dapat 28 titik
masih dibawah baku mutu dan 2 titik diatas
baku mutu. Titik yang melebihi baku mutu
adalah titik 25 (PMB IV) sebesar 1,02 mg/l
MBAS dan titik 27 (depan sarpindo) sebesar
1,15 mg/l MBAS. Hal ini dapat terjadi karena
pada titik 25 adalah dermaga khusus
kapal-kapal tanker, dimana kandungan
detergen dapat berasal dari pencucian
bagian tertentu kapal dengan
menggunakan detergen, selain pada titik
lokasi ini juga merupakan muara dari Kali
TITIK LOKASI SAMPEL
HA
SIL
PEN
GU
KU
RA
N
302928272625242322212019181716151413121110987654321
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
-0.1
-0.2
-0.3
_X=0.1127
UCL=0.4614
LCL=-0.2360
FLUKTUASI KADAR NH3-N
36
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Kresek yang banyak menampung limbah
domestik yang mengandung detergen.
Demikian pula pada titik lokasi 27)
PESTISIDA DAN PENCEGAHAN KERACUNAN
Agus Syah
I Pendahuluan
Serangga dan binatang lainnya
banyak yang memberikan keuntungan
dalam kehidupan manusia, namun
disamping itu ada pula yang merugikan
kehidupan manusia, kerugian yang
ditimbulkan antara lain :
1. Dapat menularkan peyakit ( Malaria,
Diare, Filariasis, Yellow fever, dll. )
2. Dapat merusak pertanian
detergen dapat berasal dari hasil
pencucian kapal (karena berdekatan
dengan DOK IV
1. Dapat mennganggu kenyamanan
dll.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, perlu
diperhatikan cara penanggulangan yang
tepat dan tidak mencemari lingkungan.
II Pengendalian
Pengendalian serangga dan
binatang penular penyakit adalah upaya
pemberantasan dengan melakukan
usaha-usaha yang tepat sehingga tidak
menjadi masalah bagi
kesehatan/kehidupan manusia. Ada
beberapa cara penanggulangan/
Pemberantasan serangga dan binatang
penular ( hama ) penyakit yaitu :
LOKASI TITIK SAMPEL
HA
SIL
PEN
GU
KU
RA
N
302928272625242322212019181716151413121110987654321
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
_X=0.498
UCL=0.859
LCL=0.138
1
1
FLUKTUASI KADAR DETERGEN
37
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
1. Cara Biologi yaitu pengendalian
hama dengan menggunakan
binatang predator, misalnya untuk
memberantas jentik nyamuk Aedes
Aegipty dan Anopeles sp.
Menggunakan ikan cupang, ikan
kepala timah dsb.
2. Pengelolaan Lingkungan (
environmental Managemen )
adalah dengan merobah
lingkungan , misalnya dengan
penimbunan genangan-genangan
air, pengeringan, manipulasi
lingkungan dengan memberikan
kadar air yang berbeda terhadap
perindukan nyamuk anopheles,
sehingga menjadi perindukan ang
tidak sesuai dengan habitat
alaminya, dsb.
3. Mekanis yaitu dengan cara
memukul, perangkap dsb
4. Cara Kimiawi ( Chemical Control )
yaitu menggunakan bahan-bahan
kimia yang disemprotkan,
difumigasikan, atau menjadi umpan
beracun.
Dari beberapa cara pengendalia diatas
hal yang akan di uraikan pada
kesempatan kali ini adalah pengendalian
hama ( serangga dan binatang penular
Penyakit ) dengan mengunakan cara
kimiawi ( Pestisida ) dan cara
pencegahan keracunannya.
A. Pengertian Pestisida
Sesuai dengan PP No 7 tahun 1973
yang dimaksud dengan Pestisida
adalah Semua zak kimia dan bahan
lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah
hama-hama dan penyakit yang
merusak tanaman, bagian-
bagian tanaman atau hasil-hasil
pertanian
2. Memberantas hama air
3. Memberantas atau mencegah
binatang-binatang atau jasad
renik dalam rumah , bangunan
dan alat-alat pengangkutan.
4. Memberantas atau mencegah
binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada
manusia dan binatang yang
perlu dilindungi dengan
menggunakan pada tanah, air
dan tanaman.
B. Klasifikasi Pestisida
Menurut jenisnya pestisida dapat
dibedakan, antara lain yaitu :
1. Akarisida untuk mengendalikan
tungau
2. Bakterisida untuk mengendalikan
bakteri
3. Fungisida untuk mengendalikan
cendawan
4. Herbisida untuk mengendalikan
gulma/tumbuhan pengganggu
38
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
5. Insektisida untuk mengendalikan
serangga
6. Moluskisida untuk mengendalikan
7. Nematisida untuk
mengendalikan Cacing
8. Pisisida untuk mengendalikan
ikan pengganggu/ yang tidak
dikehendaki.
9. Rodentisida untuk
mengendalikan tikus
10. Repelen untuk mengusir
serangga
11. Atraktan untuk menarik serangga
C. Formulasi pestisida
Bentuk formulasi pestisida adalah
wujud fisik yang sesuai dengan
wujud dari suatu formulasi dan
mempunyai sifat-sifat yang sesuai
dengan tujuan penggunaanya,
adapun beberapa bentuk formulasi
sbb :
1. WP ( Wettebel Powder ) tepung
yang dapat disuspensikan
2. SP ( Solubel Powder ), tepung
yang dapat larut dalam air
3. D ( Dust ) Debu
4. G ( Granular ) Butiran
5. AS ( Aqueous Solution ) Larutan
dalam Air
6. EC ( Emulsifiable Consentrate )
Pekatan yang dapat diemulsikan
7. WSC ( Water Souble Consentrate
) pekatan yang dapat larut
dalam air
8. OC ( Oil Concentrate ) Larutan
dalam Minyak
9. SC ( Suspencion Concentrate )
Pekatan Konsentrate
10. S ( Suspention ) Suspensi
11. E ( Emulsion ) Emulsi.
12. KT ( kertas tissue ) dsb.
D. Insektisida pada pengendalian lalat
Prinsip pengendalian lalat adalah
usaha sanitasi, membatasi tempat
perindukan, dan melindungai
makanan dari keterjangkauan lalat,
adapun dengan pestisida yaitu :
1. Pemberantasa tingkat larva
Saat ini yang paling banyak
digunakan adalah pestisida
golongan Organofosfat, sintetik
peritroid, golongan IGR. Untuk
anti larva digunakan diazinon
dengan dosis 0,3-1,0 gr/m2 .
2. Pemberantasan tingkat dewasa
Tekhnik yang digunakan adalah
dengan cara residual sprey dan
insektisida berbentuk WP (
wetebel Powder ) Karena
mempunyai masa residu yang
lebih lama di bandingkan
dengan bentuk EC ( emulsifier
concentrate ). Namun
39
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
sebelumnya perlu dilakukan
survey evektifitas pestisida
terhadap lalat dosisi yang pas
dan tidak mencemari
lingkungan. Selain itu dengan
menggunakan cara inpregneted
strip yaitu mencelupkan pita
pada insektisida, serta dipasang
dimana lalat suka beristirahat,
atau mengunakan umpan
dengan mencampur bahan
makanan kesuakaan lalat ( gula ,
susu dsb. ) dengan racun (
formaldehidyde ) sangat efektif
membunuh lalat.
E. Insektisida pada pengendalian
Kecoa
Pemberantasan kecoa dapat
dilakukan dengan cara
memanaskan ruangan sampai 49
derajat celcius atau mendinginkan
sampai 0 derajat celcius slama 60
menit. Sementara jika
menggunakan bahan kimia yaitu
menggunakan cara residual sprey
1. cara menyeluruh ke permukaan
ruangan yang di anggap banyak
kecoanya
2. Spot penyemprotan dilakukan
pada tempat-tempat tertentu.
Adapun jenis bahan racunnya
yaitu : Bendiocarb, chlorfirifos,
diazinon, dichlorfos, propoxur, dll.
F. Insektisida pada pengendalian
nyamuk
Dari kebiasaan nyamuk mencari
makan dapat ditentukan jenis
penyemprotan yang tepat sehingga
memperoleh hasil yang optimal,
adapun cara penyemprotannya
antara lain :
1. Untuk nyamuk yang hinggap
di permukaan dinding
sebelum dan sesudah
menghisap darah, residual
spreying merupakan tindakan
yang tepat. Semua
permukaan dinding bagian
dalam rumah/bangunan
harus disemprot dengan
insektisida dengan dosis
tertentu misalnya dengan
golongan sintetik peritroid,
golongan OP atau golongan
karbamat. Siklus
penyemprotan
dipertimbangkan dengan
musim kepadatan nyamuk
dan lama residu dari
insektisida yang digunakan.
2. Impregneted bed net
Pemberantasan nyamuk
dewasa bisa juga dengan
cara
mengoleskan/merendam
kelambu dengan insektisida
golongan sintetik piretroid,
40
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
misalnya dengan insektisida
permetrin dosis 0,5 gr/m2.
3. Penyemprotan ruang ( space
spreying )
Penyemprotan ruang ( space
spreying )dilakukan terhadap
nyamuk anopheles yang
mempunyai kebiasaan
menghisap darah/istirahat di
luar rumah. Penyemprotan
ruang dapat dilakukan
dengan cold fog atau
thermal fog. Juga dalam
pemberantasan nyamuk
Aedes sp. Penyemprotan
ruang merupakan tindakan
yang biasanya dilakukan,
karena kebiasaan nyamuk
yang kurang suka
hinggap/istirahat pada
permukaan dinding. Adapun
insektisida yang di gunakan
yaitu Chlorfirifos,
fenthio,propoxur,neled,fenthi
o, malation, Dichlorfos dll.
4. Untuk Pemberantasan Larva
nyamuk dapat di gunakan
jenis larvasida methoda
kontak yaitu dengan bahan
kimia themofos, Bacilus
thuringiensis, H-14 dll.
G. Insektisida pada pengendalian Tikus
Tikus disamping dapat membawa
penyakit juga dapat menimbulkan
kerugian ekonomi yang cukup besar
terhadap kehidupan manusia,
sebagai penular penyakit tikus
melalui pinjal ( Xynopsila cheopis
yang akan menularkan penyakit
pes, juga penyakit murine thypus
yang disebabkan oleh riketsia,
penyakit lain adalah rat bit fever,
salmonilosis dll. Adapun
penanganan tikus dengan
menggunakan bahan kimia dapat
dilakukan dengan :
1. Umpan ( bait )
Ada beberapa keuntungan dengan
menggunakan umpan yaitu:
Biasanya yang digunakan sudah
dalam bentuk siap pakai
Tidak mencakup semua permukaan
daerah sasaran
Bila menggunakan rodentisida anti
koagulan tidak menimbulkan bait
shyness.
2. Traking powder
Adalah racun tikus dalam bentuk
butiran halus yang ditempatkan
pada jalan-jalan tikus antara lobang
dengan tempat makanan,
rodentisida tersebut akan menempel
pada kaki, bulu-bulu dan menelan
pada saat tikus menelan pada waktu
melakukan aktifitasnya ( mengerat ).
41
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Jenis racun anti koagulan yaitu Pival,
zing fosfat, Warfarin dll.
3. Fumigasi
Adalah kegiatan menebarkan bahan
pestisida bentuk gas secara cepat ke
seluruh tempat sasaran yang
tertutup, fumigasi dapat membunuh
semua hama yang ada dalam
ruangan yang di fumigasi. Bahan
yang digunakan untuk fumigasi
adalah : HCN, Methil bromide, Sulfur
dll.
III. Keamanan / penanggulangan
keracunan Ketika bekerja dengan
pestisida, hal yang paling penting adalah
pertimbangan keamanan, meliputi
keamanan terhadap penggunaan, orang
lain dan binatang piaraan maupun juga
lingkungan secara umum. Toksisitas dan
daya racun Pestisida adalah racun yang
membahayakan, secara umum toksisitas
dapat diukur dengan menggunakan LD50 (
letal dose 50 ) yaitu bahan kimia yang
dapat mematikan 50% hewan uji (
biasanya tikus ) semakin kecil nilai LD50
maka bahan kimia tersebut semakin
beracun Jalan pestisida masuk ke dalam
tubuh dapat melalui :
A. Keracunan melalui kulit ( dermal )
Keracunan melalui kulit ini dapat
melalui percikan atau rembesan ke
dalam kulit saat pencampuran atau
saat menggunakan baju yang
sudah terkontaminasi oleh racun.
Bahaya keracunan seperti ini dapat
dikurangi dengan cara :
1. Penanganan pesticida
secara hati-hati untuk
menghindari rembesan atau
tumpahan.
2. Gunakan pakaian pelindung
yang memadai
3. cuci secara langsung jika
terjadi kontaminasi
4. Hindari pemaparan saat
menyemprot
5. Ganti dan cuci semua
pakaian pelindung ketika
selesai melakukan
penyemprotan.
B. Keracunan melalui Oral
Walaupun jarang terjadi Namun
akibat yang ditimbulkan akan lebih
parah, hal ini bisa terjadi makanan
yang tidak sengaja terkontaminasi
dengan racun, hal ini dapat
dihindari dengan cara :
1. jangan menyimpan pestisida
dekat dengan makanan dan
minuman
2. jangan mengangkut pestisida
dicampur dengan bahan
makannan
3. apabila terjadi keracunan
maka upayakan
dimuntahkan, atau segera
bawa ke rumah sakit.
42
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
C. Keracunan secara inhalasi
Bahan kimia yang mudah menguap
biasanya penyabab utama dari
keracunan yang di sebabkan
melalui inhalasi ( pernafasan ),
sebagai tambahan perhatikan
ventilasi pada saat melakukan
pekerjaan yang berhubungan
dengn pestisida, keracunan melalui
inhalasi dapat dihindari dengan
tindakan pencegahan sebagai
berikut :
1. Meminimumkan drift ( percikan
pestisida ), gunakan tekanan spray
yang tepat
2. Gunakan alat pelindung diri ( Masker
dll )
3. Saat bekerja perhatikan dan pastikan
ventilasi baik
4. apabila terjadi terhirup segera hindari
sumber pencemar dan segera berobat
ke rumah sakit atau balai pengobatan
terdekat.
D. Gejala –gejala umum keracunan
Gejala keracunan dapat timbul
secara sendiri atau gabungan,
adala sebagai berikut :
1. Umum – emah atau kelelahan
2. Kulit – iritasi, terbakar,
berkeringat.
3. Mata - iritasi, mata merah,
penglihatan Kabur, mata berair,
pupil melebar atau menyempit.
4. Sistem pencernaan – mulut atau
kerongkongan terbakar, keluar
air ludah, muntah, sakit atau
kram perut, diare.
5. Sistem pernafasan - sul;it
bernafas, batuk-batuk, sakit
dada dll.
Air untuk Kesehatan
Lusi Soraya
Ada satu pertanyaan yang sering
saya dengar, yaitu "Mengapa harus minum
air putih banyak-banyaknya?" Well,
sebenarnya jawabannya cukup
"mengerikan" tetapi karena sebuah
pertanyaan jujur harus dijawab dengan
jujur, maka topik tersebut saya tampilkan
dalam artikel ini.
Kira-kira 80% tubuh manusia terdiri
dari air. Malah ada beberapa bagian
tubuh kita yang memiliki kadar air di atas
80%. Dua organ paling penting dengan
kadar air di atas 80% adalah : Otak dan
Darah. Otak memiliki komponen air
sebanyak 90%, sementara darah memiliki
Komponen air 95%.
Jatah minum manusia normal
sedikitnya adalah 2 liter sehari atau 8
gelas sehari. Jumlah di atas harus
43
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
ditambah bila anda seorang perokok. air
sebanyak itu diperlukan untuk mengganti
cairan yang keluar dari tubuh kita lewat air
seni, keringat, pernapasan, dan sekresi.
Apa yang terjadi bila kita
mengkonsumsi kurang dari 2 liter sehari?
Tentu tubuh akan menyeimbangkan diri.
Caranya? Dengan jalan "menyedot" air
dari komponen tubuh sendiri. Dari otak?
Belum sampai segitunya (wihh...bayangkan
otak kering gimana jadinya...), melainkan
dari sumber terdekat : Darah. Darah yang
disedot airnya akan menjadi kental.
Akibat pengentalan darah ini, maka
perjalanannya akan kurang lancar
ketimbang yang encer. Saat melewati
ginjal (tempat menyaring racun dari darah)
Ginjal akan bekerja extra keras menyaring
darah. Dan karena saringan dalam ginjal
halus, tidak jarang darah yang kental bisa
menyebabkan perobekan pada
glomerulus ginjal. Akibatnya, air seni anda
berwarna kemerahan, tanda mulai
bocornya saringan ginjal. Bila dibiarkan
terus menerus, anda mungkin suatu saat
harus menghabiskan 400.000 rupiah
seminggu untuk cuci darah. Eh, tadi saya
sudah bicara tentang otak kan...? Nah saat
darah kental mengalir lewat otak,
perjalanannya agak terhambat. Otak tidak
lagi "encer", dan karena sel-sel otak adalah
yang paling boros mengkonsumsi makanan
dan oksigen.
Lambatnya aliran darah ini bisa
menyebabkan sel-sel otak cepat mati atau
tidak berfungsi sebagaimana mestinya..(ya
wajarlah namanya juga kurang makan...).
Bila ini ditambah dengan penyakit jantung
(yang juga kerjanya tambah berat bila
darah mengental..., maka serangan stroke
bisa lebih lekas datang. Sekarang tinggal
anda minum sedikitnya 8 gelas sehari.
Pojok Puisi
Sang Pemburu
Jikalau burung disana tersenyum
Maka artiku inilah dadaku menantimu
Jikalau tupai meloncat indah menawan
Maka artiku cepatlah bidik senapanmu
Jikalau daun bergoyang mesra
Maka artiku siapakan peluru perakmu
Apapun itu disana yang tinggal .....
Bukan masalah bukan rintangan yang ada
Yang ada kepuasan adalah membidik
Menembak dan mengena......sasaran
Kepuasan tak terkira mengalir dalam dada
Hari demi hari kumenanti tiada henti
Tapi semua tidak kunjung tiba entah apa
Kuyakinkan jiwa tentramkan gulandah
Yang selalu datang dan pergi......
Kini bukan lagi senapan angin sejataku
Tapi tangan bermain dalam kyboard dan
Deretan angka huruf membidik target
Target RKAL,Nominatif, TOR dan lainnya
Namun resah kembali datang tiada henti
Jenuh berkelut kusut dalam seharianku
Kapankan kubidik sasaran yang nyata
Inikah harapan terakhir ?, ku tak tahu !
44
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Bencana alam banjir yang melanda
Wilayah Indonesia, khususnya Propinsi DKI
Jakarta telah menimbulkan berbagai
masalah kesehatan masyarakat, seperti
meningkatnya angka kesakitan
yang disebabkan penyebaran penyakit
menular bawaan banjir, dan beberapa
kasus telah berakhir dengan kematian,
disamping dampak social dan ekonomi.
Bencana banjir menyisakan masalah
besar di masyarakat. Genangan airnya
memang sudah surut, namun sampah dan
sisa lumpurnya sulit dihilangkan. Sampah
sisa banjir diduga menjadi pencetus
penyakit pasca banjir.
Penanganan dan pengendalian penyakit
menular paska
banjir perlu dilakukan secara dini agar tidak
menimbulkan masalah kesehatan
masyarakat lebih luas khususnya pada
paska banjir yang bisaanya akan selalu
diikuti dengan peningkatan kasus penyakit
menular seperti Diare, ISPA, Kulit,
Leptosperosis.
Sanitasi yang buruk, kondisi lingkungan
yang masih kotor serta kekurangan
pahaman masyarakat pada gejala
penyakit, membuat kekhawatiran makin
bertambah. Ada baiknya kita semua
mengetahui seluk-beluk penyakit yang
disebut di atas. Selain untuk melindungi diri,
tentu juga menjauhkan hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi pada keluarga. Berikut
paparan apa dan bagaimana penyakit di
atas bisa cepat menular.
I S P A
ISPA adalah penyakit infeksi pada saluran
pernafasan atas maupun bawah, yang
disebabkan masuknya kuman
mikroorganisme ke dalam organ saluran
pernafasan yang berlangsung selama 14
BANJIR Dewi Palupi, SKM
Abstrak
Musim hujan, apalagi diikuti dengan musibah banjir seperti saat ini, merupakan ancaman
serius buat kesehatan. Musibah yang katanya bfenomena alam 5 tahunan ini telah
menenggelamkan sebagian besar wilayah DKI Jakarta. Kondisi ini memungkinkan bakteri
dan virus bertebaran di lingkungan sekitar kita. Akibatnya berbagai penyakit bisa
menjakiti tubuh seperti influenza, diare, demam berdarah, Penyakit kulit, ISPA sampai
dengan leptosperosis. . Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengatahui dan
melakukan pencegahan agar terhindar dari berbagai penyakit selama musim
hujan.Seperti kita ketahui, dalam musim hujan kali ini wabah demi wabah penyakit
bertubi-tubi menghantam kita, yang mana flu burung dan demam berdarah sangat
berpotensi memperburuk suasana dengan jatuhnya korban karena terlambat dirawat di
rumah sakit
45
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
hari. Proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru disebut pnemonia.
Penyebab
Bakteri penyebab ISPA antara lain jenis
streptococcus, stafilococcus,
pneumococcus, hemofilus, bordetella,
dan korinebakterium. Sedangkan virus
penyebab ISPA antara lain golongan
mikrosovirus, edenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikroplasma, herpesvirus.
Deteksi dini masyarakat
Bila masyarakat menemukan balita
dalam keadaan batuk, sukar bernafas,
harap segera dilarikan ke puskesmas
atau rumah sakit terdekat untuk
mendapat penanganan tim medis.
Pengobatan
Semua penderita pneumonia diberi
antibiotik
D I A R E
Kondisi dimana seseorang buang-
buang air secara berlebihan. Tinja yang
encer dan keinginan untuk muntah
menjadi gejala lainnya. Keluarnya cairan
dari tubuh yang mengakibatkan
penderitanya lemas, membuat penyakit ini
dikategorikan sebagai penyakit
mematikan. Penularan diare dapat terjadi
melalui tinja yang mengandung kuman
penyebab diare. Tinja bisa saja tercemar
melalui air sumur, tanah, dll.
Macam-macam penyebab diare
1. Peradangan usus yang disebabkan
kolera disentri, virus, bakteri
2. Malnutrisi atau kekurangan gizi,
misalnya karena kelaparan
3. Keracunan makanan
4. Tak tahan terhadap makanan
tertentu, misal makanan pedas
Cara Pengobatan
Minum oralit untuk mengatasi
kekurangan cairan dan mencegah
dehidrasi. Oralit bisa juga digantikan
campuran air putih dengan garam dan
gula
Mencegah
Rajin cuci tangan sebelum makan atau
selesai melakukan aktivitas baik di luar
maupun dalam rumah, hindari minum
air yang belum masak, buang air lebih
baik di WC.
D E M A M B E R D A R A H
Demam berdarah merupakan penyakit
yang disebabkan virus yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty.
Virus yang masuk ke dalam tubuh dapat
menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan sistem pembekuan
darah, sehingga dapat mengakibat
pendarahan, bahkan kematian.
Cara penularan dan ciri-ciri nyamuk
demam berdarah
Penyakit ditularkan melalui gigitan
nyamuk pada siang hari. Ada pun
nyamuk yang patut di waspapadai
46
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
berwarna hitam dan belang. Nyamuk
demam berdarah berkembang biak di
tempat penampungan air atau
genangan air dalam drum, vas, kaleng,
dll. Nyamuk Aedes aegypti mampu
terbang sekitar 100 meter dan gigitan
pada penderita penyakit akan
mempercepat penularan penyakit di
satu bangunan.
Gejala DBD
1. Panas badan yang tak kunjung
menurun selama kurun waktu 2-7
hari. Suhu tubuh mencapai 38 – 40
derajat celcius.
2. Bintik-bintik merah di permukaan kulit
3. Gelisah dan sangat mungkin
mengalami pendarahan dan
muntah darah
4. Tes darah menunjukkan trombosit di
bawah 100.000 per mm3
Pencegahan dan Pengobatan
1. Pengasapan (foging)
2. Pemberantasan sarang-nyamuk
dengan cara menguras, menutup,
dan mengubur barang bekas yang
berpotensi menjadi sarang nyamuk
3. Abatisasi yakni memasukkan sejenis
bubuk ke dalam air yang ada di
sekitar rumah, agar tidak ditumbuhi
jentik-jentik
4. Kalau anda sudah dinyatakan positif
demam berdarah segera upayakan
cairan infus. Dan atasi demam
dengan cara mengompres.
L E P T O S P E R O S I S
Leptosperosis penyakit yang disebabkan
oleh infeksi bakteri leptospira yang
berbentuk spiral, yang menyerang manusia
dan hewan. Bakteri jenis ini dapat hidup di
air tawar selama kurang lebih 30 hari. Akan
tetapi tidak ada di air laut, selokan atau air
kemih yang tak dapat diencerkan
Cara penularan
Sumber penularan utama adalah
hewan jenis rodent atau tikus. Tapi
bakteri bisa juga ditularkan melalui
babi, kambing, domba, kucing,
serangga, burung atau tupai. Biasanya
manusia terinfeksi penyakit ini melalui
kontak dengan air ataupun benda
yang telah tercemar kencing hewan
yang menderita leptosperosis. Kuman
masuk ke dalam tahun melalui selaput
lendir, hidung, kulit yang lecet, atau pun
makanan yang tercemar. Adapun
masa inkubasi sekitar 4 – 19 hari
Gejala
1. Stadium pertama : demam, sakit
kepala, muntah, rasa nyeri pada
otot betis dan punggung, mata
merah
2. Stadium kedua : lebih bervariasi,
demamdan suhu badan yang tinggi
bisa juga menyebabkan terjadinya
meningitis atau radang selaput otak.
Stadium ini terjadi antara minggu
kedua hingga keempat
47
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
3. Kalau sudah teramat parah akan
terjadi berbagai komplikasi, antara
lain pada hati yang menyebabkan
tubuh kuning. Gagal ginjal, nyeri
dada serta sesak nafas juga akan
dialami.
Pencegahan
1. Rajin mencuci tangan tiap ada
kesempatan, terutama sebelum
makan dan baru berpergian dari
luar rumah (lihat gambar 1)
2. Menyimpan baik-baik makanan dan
minuman, termasuk makanan
kalengan
3. Menjaga kebersihan lingkungan,
menghindari adanya tikus
dilingkungan sekitar rumah
4. Melakukan desinfektan pada
tempat-tempat yang dicurigai telah
tercemar kotoran tikus dan hewan
lain.
Pengobatan
Sesungguhnya pengobatan
leptosperosis tak sesulit yang
dibayangkan. Bakteri leptospira mudah
mati dengan pengobatan antibiotik.
Untuk itu segeralah berobat jika
ditemukan gejala-gejala seperti di atas.
Komplikasi yang terjadi dapat
meningkatkan angka kematian hingga
20 persen.*(Dewi DP/Berbagai sumber)
Gambar 1
(Sambungan hal. 23 The man . . .)
Setiap tahunnya, berapa kali dan
berapa banyak anda menolong staf
anda, dengan cara merogoh kantong
anda sendiri ??? (Kalau bukan dari
kantong anda sendiri, anda sama
dengan preman Pelabuhan)
Setiap tahunnya, berapa jam anda
belajar secara mandiri guna
meningkatkan kapabilitas anda
sebagai seorang pemimpin ???
(tanpa belajar, anda bukan semakin
maju tetapi statis dan semakin mundur)
Dimanapun posisi anda saat ini, anda
memiliki peluang untuk mencapai tingkat
kepemimpinan baru yang lebih tinggi
melalui perwujudan beberapa hal tersebut
diatas.
Nah, inikah manusia tanpa batas itu ??
Semoga sukses. (RBA)
48
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
Kegalauan
ehidupan bangsa kita pada
masa lalu yang tampak
kokoh, akhirnya tumbang
pada saat terjadinya krisis pada tahun
1998. Tatanan mulai bergeser oleh
munculnya era reformasi, dengan harapan
adanya suatu perubahan positif, namun
tampaknya berlangsung semakin tidak
terkendali dan tanpa arah.
Kajian demi kajian dari para pakar,
ilmuwan dan par tokoh politik mulai
bermunculan tanpa arah, bahkan para
badut dan tukang klenikpun ikut nimbrung
berbicara tentang konsep negara
demokratis. Mereka saling menyalahkan,
saling menuding tanpa sopan santun
bangsa yang selama ini terkenal ramah.
Tampaknya ada sesuatu yang
kurang dari perjalanan bangsa kita paeda
masa lalu dan ada sesuatu yang
kelewatan dalam perjalanan era reformasi
ini. Masyarakat akar rumput ikut berceloteh
bahwa hal ini kesalahan era reformasi
sehingga keamanan tidak terjamin lagi,
mencari uang semakin susah, BBM susah
diperoleh bahkan harganya melambung
tinggi, belum lagi para teroris yang semakin
senang tinggal di pelosok nusantara ini.
Yang semakin dirasakan oleh
masyarakat pada saat ini yakni kemiskinan,
kebodohan, ketergantungan,
pengangguran, gap ekonomi, busung
lapar dan sejenisnya mengakibatkan
masyarakat semakin beringas dan
menghalalkan segala cara. Hal ini
mengakibatkan keamanan yang semakin
tidak terjamin, rampok bermunculan di
segala lapisan masyarakat, masyarakat
miskin memilih jadi teroris, dan segala
instabilitas lainnya.
Para pejabat pengambil
keputusanpun juga mulai mencari konsep
aturan dan mengembangkan alternatif –
alternatif agar keputusannya syah alias
legal secara administratif. Bagi yang kuat
dan beringas cenderung mengalahkan
yang lemah, yang jujur akan hancur oleh
dana non budgeter, oposan tidak pernah
lelah memasang perangkap.
Nah, tak ubahnya MALING teriak MALING
Mungkin kesalahan kolektif dan
mungkin juga kesalahan sistemik sebagai
dampak era sebelumnya dan masa kini.
Mari kita lihat prahara LAPINDO yang tidak
pernah tuntas secara teknis maupun sosial.
Bagaimana pandangan para ahli tentang
proses pengeboran LAPINDO ini???
Kebodohan teknologi ??? Apakah bangsa
K
PROFESIONALISME PNS TERHIMPIT Sebuah ilustrasi
49
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
kita ini semakin bodoh?? Akhirnya dukun
santet dan tukang klenik turut berceloteh,
prasangka – prasangka buruk mulai
bermunculan tanpa arah. Sebagian
masyarakat terpuruk, sebagian masyarakat
mengail di air yang keruh, para politisi,
pejabat public dan yang sejenisnya tidak
pernah ketinggalan mengail keuntungan
dalam keterpurukan masyarakat. Adakah
solusi yang mereka tawarkan?
PNS ditengah kegalauan
Ditengah kegalaun masyarakat dan
keganasan pejabat, para Pegawai Negeri
Sipil sebagai aparatur negara dituntut
untuk lebih profesional. Belum kokohnya
lembaga eksekutif yang bersih dan bebas
dari KKN, belum terciptanya kepastian dan
penegakan aturan perundang – undangan
secara konsisten dan adil, maka upaya
peningkatkan profesionalisme PNS butuh
strategi yang jitu (jangan sampai muncul
pepatah “wong seket kok njaluk slamet”).
Aspek – aspek peningkatan PNS
sebagai aparatur negara, meliputi :
Perencanaan PNS; harus berorientasi
jauh kedepan
Pengadaan PNS; harus melalui seleksi
ketat dan bebas KKN
Penempatan dalam jabatan; harus
sesuai peruntukan (pejabat fungsional
ataukah struktural) tanpa unsur KKN
sehingga bersih dari anekdot “pangkat
jenderal tapi otak kopral”
Pengembangan PNS
Pengelolaan kinerja PNS
Pengembangan kualitas PNS; melalui
pelatihan – pelatihan dan sejenisnya
Penerapan disiplin PNS; pemberian
sangsi tegas atas kesalahan
Remunerasi
Pemberhentian / pemensiunan; jangan
sampai sudah SK pensiun tiba
bersamaan dengan munculnya
kenaikan jabatan.
Heuristik
Semoga upaya peningkatan
profesionalisme PNS dapat tercapai mulus
walaupun gaji PNS masih amat sangat
rendah sekali. Untunglah PNS di Jakarta ini
“super sakti” walau gaji golongan III awal
berkisar 1(satu) juta rupiah, namun mereka
bisa menghidupi istri dan anak yang masih
sekolah.
Mari kita renungkan, mungkinkah
seorang PNS mampu memiliki sebuah
rumah tanpa melalui pinjaman KPR –
Bank???
Kenapa banyak PNS memiliki Villa, mobil
pribadi, dll, dari mana sumbernya???
Ebiet G. Ade bilang : “Coba kita tanya
pada rumput yang bergoyang”.
Bukan hanya itu, tunjangan
jabatannyapun rendah namun mereka
bisa berkacak pinggang di depan staffnya.
(RBA)
50
Bulletin Info Kesehatan Pelabuhan – Volume 2 No. 1 TAHUN 2007
top related