benda asing di saluran napas
Post on 04-Aug-2015
637 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen
(berasal dari luar tubuh) dan benda asing endogen (berasal dari dalam tubuh) yang
dalam keadaan normal seharusnya benda tersebut tidak ada. Benda asing eksogen
dapat berupa padat, cair, atau gas. Benda asing eksogen terdiri dari zat organik
seperti kacang-kacangan, tulang, dan zat anorganik seperti peniti, jarum, batu dan
lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,
seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda
asing endogen contohnya sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
perkijuan, membrane difteri, bronkolit, cairan amnion, dan mekonium.1,2,3
Peristiwa tertelannya benda asing merupakan masalah utama pada anak
usia 6 bulan sampai 6 tahun, tampak dari 70% banyaknya yang mengalami
tertelan benda asing adalah anak-anak, meskipun dapat terjadi pada semua umur
karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya, bahkan sering
bermain atau menangis pada waktu makan5. Secara statistik, persentase aspirasi
benda asing berdasarkan letaknya masing-masing adalah; hipofaring 5%,
laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi benda
asing terjadi pada anak usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi
pada anak usia 1–3 tahun.2,3
Benda asing di saluran napas dapat menjadi penyebab berbagai macam
penyakit paru, baik akut maupun kronis. Sumbatan total saluran nafas atas yang
berlangsung lebih dari lima menit pada dewasa akan mengakibatkan kerusakan
jaringan otak dan henti jantung.3 Mengingat pentingnya penanganan obstruksi
benda asing di jalan napas ini, maka kami membawanya dalam diskusi kelompok
ini.
1
BAB II
2.1 Anatomi Sistem Pernapasan
Pernapasan atau respirasi merupakan suatu proses pengambilan oksigen
dan pengeluaran karbon dioksida di dalam tubuh. Sistem pernapasan terdiri
dari alat-alat pernapasan yang berfungsi memasukkan udara yang
mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon
dioksida dan uap air (gambar 1).4
Gambar 1. Sistem Pernapasan Manusia.
a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar
minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).
Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat
saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang
berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga 2
terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi
menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung
terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput
lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga
hidung. 4
b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian
depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada
bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. 4
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke
saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang
terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa
menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan. 4
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang
keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan,
faring juga menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara
percakapan. 4
c. Trakea
Trakea berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di
leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding trakea tipis dan kaku,
dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga
bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk
ke saluran pernapasan. 4
3
Trakea terletak di sebelah depan kerongkongan (faring). Di dalam
rongga dada, trakea bercabang menjadi dua cabang bronkus. Di dalam
paru-paru, bronkus bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat
kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang
disebut gelembung paru-paru (alveolus). 4
d. Laring
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang
rawan. Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring.
Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di
ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa
yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk
menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah
menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara. 4
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang
membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal
tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut
menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katup membuka.
Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada
udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara. 4
e. Bronkus
Trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya
tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus
yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan
sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. 4
Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga
bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri
bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil
masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus
4
mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus
inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus
adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru. 4
f. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru
kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo
sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput
yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput
yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus,
alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak
mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian
ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap
bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi,
kemudian menjadi duktus alveolaris. Pada dinding duktus alveolaris
mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus. 4
2.2 Benda Asing di Jalan Napas
Benda asing (corpus alienum) adalah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dengan demikian
benda asing di jalan napas adalah benda yang terdapat pada alat-alat pernapasan
yang normalnya tidak ada. Benda asing tersebut dapat terhisap mulai dari hidung
hingga traktus trakeo-bronkial.3,4,5
Benda asing terbagi menjadi benda asing eksogen dan endogen. Benda
asing eksogen adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh, dan sebaliknya
dengan benda asing endogen. Benda asing eksogen biasanya masuk dari melalui
hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari bentuk padat, cair, atau gas.
5
Benda asing eksogen padat terdiri dari organik, seperti kacang-kacangan, tulang,
dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-lain. Benda asing
eksogen cair dibagi menjadi benda yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan
non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. 3,4,5
Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah,
nanah, krusta, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium yang masuk
ke dalam saluran pernapasan. 3,4,5
2.2.1 Etiologi dan Faktor Predisposisi
Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya benda asing ke
dalam saluran pernapasan, yaitu sebagai berikut:4,5
a. Faktor personal, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial,
tempat tinggal.
b. Faktor kegagalan mekanisme proteksi yang normal, misal keadaan tidur,
kesadaran menurun, alkoholisme, dan epilepsi.
c. Faktor fisik, yaiutu kelainan dan penyakit neurologik.
d. Proses menelan yang bel surgikal, misal pada tindakan bedah, ekstraksi
gigi, dan gigi molar yang belum tumbuh pada anak umur < 4 tahun.
e. Faktor kejiwaan, misal emosi dan gangguan psikis.
f. Faktor ukuran dan bentuk serta sifat benda asing.
g. Faktor kecerobohan, seperti meletakkan benda asing di mulut, persiapan
makan yang kurang baik, makan dan minum yang tergesa-gesa, makan
sambil bermain pada anak-anak, dan memberikan kacang atau permen
pada anak yang gigi molarnya belum lengkap.
2.2.2 Epidemiologi
Dari semua kasus benda asing yang masuk ke saluran pernapasan dan
saluran cerna, sepertiga dari benda asing yang teraspirasi tersangkut di saluran
napas. Kejadian aspirasi benda asing di saluran pernapasan paling sering dialami
oleh anak-anak. Lima puluh lima persen (55%) dari kasus benda asing di saluran
napas terjadi pada anak berumur kurang dari 4 tahun dengan insiden kematian
6
mendadak akibat aspirasi tinggi pada usia tersebut. Kacang atau biji tumbuhan
sering teraspirasi pada anak berumur 2-4 tahun, karena belum memiliki gigi molar
yang lengkap dan belum dapat mengunyah dengan baik. Enam sampai delapan
persen benda asing yang teraspirasi berupa plastik yang sukar didiagnosis secara
radiologik, karena bersifat non-iritatif dan radiolusen, sehingga dapat menetap
ditraktus trakeobronkial untuk periode yang lama. Benda asing di laring dan
trakea lebih sering terjadi pada anak kurang dari 1 tahun. Benda asing hidung
lebih sering terjadi pada anak-anak, karena anak usia 2-4 tahun cenderung
memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dijangkaunya ke dalam lubang
hidung, mulut, atau dimasukkan oleh anak lain.4,5
Benda asing bronkus paling sering berada di bronkus kanan, karena
bronkus utama kanan lebih besar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea
dibandingkan dengan bronkus kiri. 4,5
2.2.3 Patogenesis
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus sering ditemukan
pada anak di bawah usia 2 tahun, dengan riwayat yang khas yaitu pada saat benda
atau makanan ada di dalam mulut, anak sedang tertawa atau menjerit, sehingga
saat inspirasi, laring terbuka dan makanan atau benda asing masuk ke dalam
laring. Pada saat benda asing terjepit di sfingter laring, paenderita batuk berulang-
ulang (paroksismal). Bila benda asing masuk ke dalam trakea atau bronkus,
kadang terjadi fase asimptomatik selama 24 jam atau lebih, kemudian diikuti oleh
fase pulmonum dengan gejala tergantung pada derajat sumbatan bronkus. 4,5
Kerusakan yang terjadi akibat aspirasi benda asing di saluran napas
ditentukan oleh jenis benda yang terhisap. Benda asing mati (inanimate foreign
bodies) di hidup cenderung menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung,
ulserasi, epistaksis, dan jaringan granulasi. Sedangkan benda asing hidup
(animate foreign bodies) dapat menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat
bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang
hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau, seperti pada
kasus aspirasi cacing askaris atau serangga. 4,5
7
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan mempunyai sifat
higroskopis, mudah menjadi lunak dan mengembang dengan air, serta
menyebabkan iritasi pada mukosa, dan timbul jaringan granulasi di sekitar benda
asing sehingga memperberat gejala sumbatan saluran pernapasan. Benda asing
anorganik menimbulkan rekasi jaringan yang lebihringan dan lebih mudah
didiagnosis karena umumnya benda asing anorganik bersifat radioopak. 4,5
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Anamnesis yang cermat pelu
ditegakkan tentang adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul rasa tercekik
(chocking), waktu terjadinya, dan jenis benda yang teraspirasi. Tanda dan gejala
lainnya akan dijelaskan pada bab berikutnya. Pemeriksaan fisik dengan auskultasi
dan palpasi perlu dilakukan. Serta pemeriksaan penunjang radiologik dan
endoskopi dapat dilakukan atas indikasi diagnostik dan terapi. 4,5
2.2.5 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat aspirasi benda asing di jalan napas dapat
bersifat akut dan kronik. Komplikasi akut yang dapat terjadi antara lain: sesak
napas dan hipoksia sampai henti jalan napas. Sedangkan komplikasi kronik yang
dapat terjadi antara lain: pneumonia yang berlanjut dengan pembentukan abses
paru dan kavitas, bronkiektasis, fistel bronkopleura, pembentukan jaringan
granulasi atau polip akibat inflamasi pada mukosa, pneumomediastinum dan
pneumotoraks. Sedangkan bila terjadi keterlambatan diagnosis lebih dari tiga hari
dapat mengakibatkan timbulnya emfisema obstruktif, pergeseran mediastinum,
pneumonia, dan atelektasis. 4,5
8
BAB III
DISKUSI
3.1 Apakah benda asing di jalan napas merupakan kasus kegawatan di
bidang THT?
Kedokteran gawat darurat mencakup diagnosis dan tindakan terhadap
semua pasien yang memerlukan perawatan yang tidak direncanakan dan
mendadak, atau terhadap pasien dengan penyakit atau cedera akut.1 Kasus
kegawatan merupakan keadaan yang dapat mengancam jiwa. Dalam hal ini
keadaan yang mengganggu jalan napas, pernapasan, dan atau sirkulasi dapat
menyebabkan kegawatan yang mengancam jiwa.2 Adanya benda asing di saluran
napas dapat menyebabkan obstruksi jalan napas, sehingga dapat mengganggu
fisiologi sistem pernapasan. Oleh karena itu, benda asing di saluran napas
merupakan salah satu kasus kegawatan di bidang THT sehingga diperlukan
diagnosis dan tindakan yang cepat dan tepat.
3.2.1 Bagaimana gejala dan tandanya?
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada
lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan
ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di
hidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut
dapat terhenti di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus priformis,
esofagus dan dapat juga tersedak masuk ke laring, trakea dan bronkus.3
Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala sampai kematian sebelum
diberi pertolongan, akibat sumbatan total. Gejala-gejala ini penting untuk
diketahui agar diagnosis dapat ditegakkan secepatnya untuk mencegah kerusakan
saluran napas yang lebih parah. Terdapat lima tanda klinis yang penting yaitu:4
9
1. Wheezy bronchitis (asma)
Batuk-batuk, wheeze dan demam adalah gejala yang umum pada
penderita terinhalasi benda asing. Diagnosis wheezy bronchitis
haruslah dipertanyakan lebih dalam pada anak-anak, bila hal ini terjadi
tiba-tiba tanpa didahului oleh gejala selesma, atau bila sebelumnya
tidak ada serangan seperti ini, atau tidak terdapat riwayat alergi serta
bila rhonkhi pada inspirasi dan ekspirasi yang tidak menyeluruh pada
kedua paru.
2. Resolusi yang gagal dari infeksi akut
Apabila benda asing tidak segera diambil, maka infeksi saluran napas
yang akut terjadi di bagian distal dari obstruksi. Infeksi ini
manifestasinya seperti pneumonia, tetapi pada beberapa kasus dapat
sebagai infeksi saluran napas yang tidak spesifik. Resolusi yang lama
dan tidak sempurna dari suatu pneumonia, lebih-lebih bila disertai
dengan atelektasis paru, harus dicurigai disebabkan oleh benda asing.
3. Batuk kronis yang disertai dengan hemoptisis
Batuk kronis atau berulang dengan disertai hemoptisis pada anak-anak
tanpa penyakit paru suppurativa yang khronis, sangat mungkin
disebabkan oleh benda asing, lebih-lebih bila terdapat juga atelektasis
pada segmen atau lobus. Biji rumput-rumputan adalah penyebab
utama dari gambaran klinis ini dan biasanya biji-biji ini masuk ke
bronchial tree, sehingga tidak terlihat sewaktu pemeriksaan
bronkhoskopi.
4. Batuk kronis disertai dengan gambaran atelektasis
Pada anak-anak dengan batuk khronis yang disertai gambaran
atelektasis segmen atau lobar, haruslah waspada terhadap adanya
benda asing. Bila perbaikan secara klinis maupun radiologis tidak
10
nyata sesudah pengobatan dengan antibiotika dan drainase postural,
maka pemeriksaan bronkhoskopi harus dilakukan.
5. Kegagalan pernapasan
Beberapa penderita keadaan penyakitnya berlanjut menyebabkan
kegagalan pernapasan akut. Secara anamnestis diperoleh keterangan
tentang kegagalan pengobatan infeksi saluran napas yang akut, di
mana terdapat juga benda asing di dalamnya. Pada pemeriksaan
radiologis tampak gambaran atelektasis dari salah satu lobus dan
adanya hiperinflasi pada paru lainnya. Kegagalan pernapasan terjadi
karena berkurangnya ventilasi secara akut.
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing akan mengalami 3
stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan, yaitu batuk-batuk hebat
secara tiba-tiba (violent paroxysms if coughing), rasa tercekik (choking), rasa
tersumbat di tenggorokan (gagging), bicara gagap (sputtering) dan obstruksi jalan
napas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala stadium permulaan
diikuti interval asimtomatik. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut,
refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini
berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung
mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda tidak
jelas. Pada stadium tiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi
atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-
batuk, hemoptisis, dan abses paru.3
Bila seorang pasien, terutama anak, diketahui mengalami rasa tercekik
atau manifestasi lainnya, rasa tersumbat di tenggorokan, batuk-batuk sedang
makan, maka keadaan ini haruslah dianggap sebagai gejala aspirasi benda asing.3
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut diantara pita suara
atau berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk
dan letak (posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan
keadaan yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam
11
waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala
antara lain disfonia sampe afonia, apne, dan sianosis. Sumbatan tidak total di
laring dapat menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia, bentuk yang
disertai sesak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa
subyektif dari benda asing (pasien akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak
benda asing itu tersangkut) dan dispne dengan derajat bervariasi. Gejala dan tanda
ini jelas bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah
turun ke trakea, tetapi masih meninggalkan reaksi laring oleh karena edema
laring.3
Beberapa benda asing bersifat radio-apaque, tetapi banyak yang tidak.
Pada penderita obstruksi bronkus dapat terlihat adanya gambaran hiper-inflasi
atau atelektasis. Walaupun pada pemeriksaan radiologis terdapat gambaran yang
normal, tetapi bila terdapat riwayat adanya inhalasi benda asing, maka
pemeriksaan brokhoskopi harus dilakukan. Manifestasi terdapatnya benda asing di
saluran napas dapat berbeda-beda seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.4
Gambar 2. Obstruksi saluran napas akibat benda asing.
12
3.3 Apa saja jenis benda asing tersebut?
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen,
biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam
tubuh, disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat,
cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-
kacangan (yang berasal dari tumbuh-tumbuhan), tulang (yang berasal dari
kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-
lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,
seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda
asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
pengkijuan, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium dapat masuk ke
dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.
3.4 Bagaimana cara menanggulanginya?
Pada penderita gawat darurat menjaga jalan napas tetap bebas merupakan
prioritas utama. Kegagalan oksigenasi merupakan pembunuh tercepat. Kematian
dini karena masalah jalan napas disebabkan:
- Gagal mengetahui kebutuhan jalan napas tetap bebas
- Gagal membuka jalan napas
- Kekeliruan memasang alat bantu napas atau posisi berubah
- Aspirasi isi lambung
Kompetensi dalam mengelola jalan napas memerlukan :
- Pengetahuan anatomi dan fisiologi jalan napas
- Kemampuan menilai jalan napas pasien dari gambaran anatomi yang
berkorelasi dengan kesulitan mengelola jalan napas.
- Ketrampilan bermacam macam cara mengelola jalan napas. Untuk
menilai hambatan jalan napas harus menggunakan indra yang kita
miliki.
13
Kita lihat (look), kita dengar (listen) dan kita raba (feel).
- Look:
• Lihat gerak dada dan perut , ada tertinggal , paradoksal ?
• Lihat tanda tanda distress pernapasan
• Lihat warna kulit /mukosa : pucat , sianosis , kemerahan ?
• Lihat tingkat kesadaran penderita dengan skala GCS atau AVPU
- Listen:
• Dengarkan gerak udara napas dengan telinga
- Feel:
• Rasakan gerak udara dengan pipi
Gambar 3. Look - Listen – Feel
Secara klinis dapat dikenali tanda tanda adanya hambatan jalan napas.
Suara mendengkur (snoring) disebabkan obstruksi lidah, suara berkumur
(gargling) menunjukkan adanya sumbatan berupa cairan di faring, stridor karena
odem di pita suara atau laring.3
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan
tepat perlu diketahui dengan sebaik-baiknya gejala di tiap lokasi tersangkutnya
benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing di saluran napas diatasi dengan
pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang apling aman, dengan
14
trauma yang minimum. Kebanyakan pasien dengan aspirasi benda asing yang
datang ke ahli THT telah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara
endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun
personal yang telah terlatih.3
Benda asing di hidung. Benda asing di hidung dapat berupa benda
hidup/organik atau benda mati/anorganik. Benda asing organik dapat disebabkan
oleh lalat dan lalat botol hijau yang bertelur di dalam kavum nasi. Gejala yang
terjadi mirip dengan gejala sinusitis akut dengan sekret mukopurulen, unilateral,
dan berbau busuk. Obstruksi hidung seringkali total pada sisi yang terkena. Larva
atau ulat atau lintah dapat ditemukan melekat erat pada jaringan, dan pada kasus
berat terjadi destruksi mukosa dan kartilago. Benda asing anorganik di hidung
adalah segala jenis substansi yang tidak bergerak yang cukup kecil dan dapat
masuk ke dalam rongga hidung. Benda asing di hidung dapat dikeluarkan lewat
nares anterior dengan atau tanpa anestesi umum. Cara mengeluarkan benda asing
dari dalam hidung ialah dengan memakai pengait (haak) yang dimasukkan ke
dalam hidung di bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai menyentuh
nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan. Dengan
cara ini benda asing itu akan ikut terbawa ke luar. Dapat pula menggunakan
cunam Nortman atau “wire loop”.3
Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung ke arah
nasofaring dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda
asing dapat terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah, yang
menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan keadan yang gawat. 3
Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada
kasus benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus. 3
Pada kasus benda asing organik seperti lintah dapat dilakukan dengan
meneteskan air tembakau ke dalam lubang hidung dan dibiarkan selama 3-5
menit. Lintah akan terlepas dari mukosa hidung kemudian ditarik dengan pinset
atau aligator.
15
Benda asing di tonsil dapat diambil dengan memakai pinset atau cunam.
Biasanya yang tersangkut di tonsil ialah benda tajam, seperti tulang ikan, jarum
atau kail. 3
Benda asing di dasar lidah, dapat dilihat dengan kaca tenggorok yang
besar. Pasien diminta menarik lidahnya sendiri dan pemeriksa memegang kaca
tenggorok dengan tangan kiri, sedangkan tangan kasnan memegang cunam untuk
mengambil bemnda tersebut. Bila pasien sangat perasa sehingga menyukarkan
tindakan, sebelumnya dapat bdisemprotkan obat pelali (anastetikum), seperti
xylocain atau pantocain. 3
Benda asing di valekula dan sinus piriformis. Kadang-kadang untuk
mengeluarkannya dilakukan dengan cara laringoskopi langsung. 3
Benda asing di laring. Pasien dengan benda asing di laring harus diberi
pertolongan dengan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya
beberapa menit. Paada anak dengan sumbatan tiotal pada laring, dapat dicoba
menolongnya dengan memegang anak dengan posisi terbalik, kepala ke bawah,
kemudian daerah punggung/tengkuk dipukul, sehingga diharapkan benda asing
dapat dibatukkan ke luar.3
Cara lain untuk menngeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara
total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat
dilakukan pada anak maupun orang dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing
masuk ke dalam laring ialah pada waktu inspirasi. Dengan demikian paru penuh
oleh udara, diibaratkan sebagai botol plastic yang tertutup, dengan menekan botol
itu, maka sumbatannya akan terlempar ke luar.3
Dengan perasat Heimlich, dilakukan penekanan pada paru. Caranya ialah,
bila pasien masih dapat berdiri, maka penolong berdiri di belakang pasien,
kepalan tangan kanan penolong diletakkan di atas prisesus xifoid, sedangkan
tangan kirinya diletakkan di atasnya. Kemudian dilakukan penekanan ke belakan
ke atas dan ke arah paaru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan
terlempar ke luar dari mulut pasien.3
Bila pasien sudah terbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu
pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan tangan diletakkan di bawah prosesus
16
xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan ke arah paru pasien
beberapa kali, sehingga benda asing akan terlempar ke luar mulut. Pada tindakan
ini posisi muka harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping, supaya jalsn napas
merupakan garis lurus.3
Gambar 4. Perasat Heilmich pada pasien yang masih sadar
17
Gambar 5. Perasat Heilmich pada pasien yang tidak sadar
Bila pasien sudah terbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu
pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan tangan diletakkan di bawah prosesus
xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan ke arah paru pasien
beberapa kali, sehingga benda asing akan terlempar ke luar mulut. Pada tindakan
ini posisi muka harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping, supaya jalan napas
merupakan garis lurus.3
Komplikasi perasat Heimlich ialah kemungkinan terjadi rupture lambung
atau hati dan fraktur iga. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya
18
tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari kiri
dan kanan.3
Pada sumbatan benda asing tidask total di laring, perasat Heimlich tidak
dapat digunakan. Dalam hal ini pasien masih dapat di bawa ke rumah sakit
terdekat untuk diberi pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau
bronkoskop, atasu kalau alat-alat itu tidak ada, dilakukan trakeostomi ssebelum
merujuk. Pada waktu tindakan trakeostomi, pasien tidur dengan posisi
Trendelenburg, kepasla lebih rendah dari badan, supaya benda asing tiudak turun
ke trakea. Kemudian pasien dapat dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai
fasilitas laringoskopi atau bronkoskopi untuk mengeluarkan benda asing itu
dengan cunam. Tindakan ini dapat dilakukan dengan anastesi (umum) atau
analgesia (lokal).3
Benda asing di trakea. Benda asing di trakea dikeluarkan dengan
bronkoskopi. Tindakan ini merupakan tindakan yang harus segera dilakukan,
dengan pasien tidur terlentang posisi Tendelenburg, supaya benda asing tidak
turun ke dalam bronkus. Pada waktu bronkoskopi, benda asing dipegang dengan
cunam yang sesuai dengan benda asing itu, dan ketika dikeluarkan melalui laring
diusahakan sumbu panjang benda asing segaris dengan sumbu panjang trakea,
jadi pada sumbu vertical, untuk memudahkan pengeluaran benda asing itu melalui
rima glottis.3
Bila fasilitas untuk melakukan bronkoskopi tidak ada, maka pada kasus
benda asing di trakea dapat dilakukan trakeostomi, dan bila mungkin benda asing
itu dikeluarkan dengan memakai cunam atau alat penghisap melalui trakeostomi.
Bila tidak berhasil pasien dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi, ahli
dan personal yang tersedia optimal. 3
Benda asing di bronkus. Untuk mengeluarkan benda asing dari bronkus
dilakukan dengan bronkoskopi, menggunakan bronkoskop kaku atau serat optic
dengan memakai cunam yang sesuai dengan benda asing itu. Tindakan
bronkoskopi harus segera dilakukan, apalagi bila benda asing bersifat organik. 3
19
Benda asing yang tidak dapat di keluarkan dengan cara bronkoskopi,
seperti benda asing tajam, tidak rata dan tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan
servikotomi atau torakotomi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. 3
Antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah tindakan
endoskopi pada ekstraksi benda asing. Fisioterapi dada dilakukan pada kasus
pneumonia, bronchitis purulenta dan atelektasis. 3
Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan, jika paru bersih dan tidak
demam. Foto toraks pasca bronkoskopi dibuat hanya bila gejala pulmonum tidak
menghilang. Gejala-gejala persisten seperti batuk, demam, kongesti paru,
obstruksi jalan napas ataunodinofagia memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan
pengobatan yang tepat dan adekuat. 3
20
3.5 Bagaimana algoritma penanggulangannya?
Alur 1. Penilaian Awal Pasien Obstruksi Jalan Napas
21
Penilaian
Tanda obstruksi jalan napas ringan
Respon terhadap pertanyaan “apakah kamu tersedak?”Pasien berbicara dan menjawab “Ya”
Tanda lainPasien masih dapat:berbicarabatukbernapas
Tanda obstruksi jalan napas berat
Respon terhadap pertanyaan “apakah kamu tersedak?”
Pasien tidak dapat berbicaraPasien mungkin berespon dengan menganggukkan kepala
Tanda lain:Pasien tidak dapat bernapasPernapasan terdengarwheezingBatuk tanpa bersuaraPasien tidak sadar
Minta pasien untuk tetap batukPantau dengan hati-hati, segera bawa ke rumah sakit
Pasien sadar:5 back blows5 abdominal thrust (perasat Heilmich)
Pasien tidak sadar:RJP
DI TRAKEATANDA DAN GEJALA BENDA ASINGBatuk hilang timbulMengi asmatisTerdengar hentakan di trakeaTeraba hentakan di trakeaDispneaRetraksi otot pernapasanStridor inspirasiGelisahSianosis
Pemeriksaan radiologik leher toraksBenda asing metal foto polos PA-LateralBenda asing densitas rendah foto teknik jaringan lunakBenda asing radioluscen foto pada inspirasi dan ekspirasiFluoroskopi dua sisi (biplane fluoroscopy)Fluoroskopi video (
DI BRONKUSTANDA DAN GEJALA BENDA ASINGBatuk tidak produktifMengiPerkusi : normal/redup/hipersonor sisi ipsilateralAuskultasi: vesikuler melemah/hipersonor sisi ipsilateral
JIKA SALAH SATU/LEBIH DARI TAHAPAN DI ATAS MENUNJUKKAN HASIL POSITIF
Pemeriksaan EndoskopiLaringkoskopiBronkoskopi kaku/ fleksibel
Anamnesis:Gejala sesaat setelah aspirasi (fase awal): batuk tiba-tiba (coughing), rasa tercekik (chocking), rasa tersumbat (gasping), menahan napas (gagging), mendehem
Pemerikasan Fisik:Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurangatau menghilang (fase asimptomatik)Gejala dan tanda sesuai dengan lokasi tersangkutnya benda asing(fase komplikasi)
Alur 2. Diagnosis Benda Asing di Traktus Trakeo-Bronkial
22
Anamnesis:
Gejala sesaat setelah aspirasi (fase awal): batuk tiba-tiba (coughing), rasa tercekik (chocking), rasa tersumbat (gasping), menahan napas (gagging), mendehem
Pemerikasan Fisik:
- Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurangatau menghilang (fase asimptomatik)
- Gejala dan tanda sesuai dengan lokasi tersangkutnya benda asing(fase komplikasi)
Alur 3. Penatalaksanaan Benda Asing di Trakeo-Bronkial
23
PENATALAKSANAAN BENDA ASING DI TRAKTUS TRAKEOBRONKIAL
GAS
NON-IRITATIF
IRITATIF
Bebaskan dari gas
Oksigen
Kortikosteroid
Antibiotika
CAIR
Bebaskan dari gas oksigen
PADAT
BRONKUSBersihkan jalan napas
Kortikosteroid
antibiotik
LARING
Fisioterapi
NON-IRITATIF
IRITATIF
TRAKEA
Bersihkan jalan napas
Oksigen
Kortikosteroid
antibiotik
LIHAT ALUR 4
LIHAT ALUR 5Lavase bronkus
Alur 4. Benda asing padat di trakea
24
BENDA ASING PADAT DI TRAKEA
Sumbatan berat
Non-organikOrganik
Tidak tajam Tajam
Trakeostomi
Bronkoskopi segera
Bronkoskopi Darurat
Bronkoskopi segera
Tidak tajam
Sumbatan parsial
Non-organikOrganik
Tidak tajam Tajam
Bronkoskopi segera
Bronkoskopi Darurat
Bronkoskopi segera
Tidak tajam
Gagal
Trakeostomi
Gagal
Trakeostomi
Gagal
Bronkoskopi segera
Kortikosteroid
Bronkoskopi segera
Kortikosteroid
Bronkoskopi segera
Kortikosteroid
Servikotomi
Torakotomi
Servikotomi
Torakotomi
Gagal
Alur 5. Benda Asing Padat di Bronkus
25
BENDA ASING PADAT DI BRONKUS
Sumbatan berat
Non-organikOrganik
Tidak tajam Tajam
Fisioterapi
Bronkoskopi segera
Kortikosteroid
Antibiotika
Bronkoskopi Darurat
Kortikosteroid
Antibiotika
Bronkoskopi segera
Kortikosteroid
Antibiotika
Tidak tajam
Torakotomi
Sumbatan parsial
Non-organikOrganik
Tidak tajam Tajam
Bronkoskopi segera
Kortikosteroid
Bronkoskopi Darurat
Kortikosteroid
Antibiotika
Bronkoskopi segera
Tidak tajam
Torakotomi
GagalGagal
DAFTAR PUSTAKA
1. Falsafah: Saanin, Syaiful. 2011. Falsafah Dasar Kegawatdaruratan. RS
Dr. M. Djamil. Padang.
2. Dinkes Jatim. 2010. Slide Presentasi Pengenalan Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat. Surabaya.
3. Soepardi, Efianty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
4. Sugito, HMM Tarigan, LS Soeroso. 1992. Benda Asing di Saluran Napas.
Bagian Ilmu Penyakit Paru FK USU/RS Dr. Pringadi. Medan.
5. Rakhma, Kurnia Hendra. 2010. Corpus Alienum. Fakultas Kesehatan
Universitas Gresik.
26
top related