bahan dan metode - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40562/bab...
Post on 13-Feb-2018
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
22
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 5 lokasi, yaitu : (1) Lokasi pemeliharaan bandikut
(Echymipera sp.) untuk pengamatan morfometri, tingkah laku dan percobaan pakan
dilakukan di Taman Ternak FPPK Unipa dan dilanjutkan dengan pengujian
organoleptik warna, bau dan rasa daging bandikut di laboratorium Teknologi Hasil
Ternak, Jurusan Produksi Ternak, FPPK Unipa, Manokwari, (2) Analisis fisik daging
bandikut di laboratorium Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Besar Fapet IPB, (3)
Analisis proksimat pakan di Laboratorium Fisiologi Nutrisi Balitnak Bogor, (4)
Analisis kimia daging bandikut di Laboratorium Pengujian, Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Cimanggu Bogor, dan (5) Identifikasi
spesimen bandikut di Laboratorium Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2005 sampai dengan Maret 2007.
Bahan Penelitian
Materi hewan yang digunakan dalam penelitian adalah bandikut dewasa dari
jenis Echymipera sp., diperoleh dari hutan di daerah Manokwari Papua Barat,
sebanyak 68 ekor, terdiri dari 38 ekor jantan dan 30 ekor betina. Untuk pengamatan
karakteristik eksternal dan morfometri bandikut digunakan 30 ekor (16 jantan dan 14
betina), pengamatan tingkah laku digunakan 8 ekor (6 jantan 2 betina), percobaan
pakan digunakan 6 ekor (3 jantan dan 3 betina), pengamatan karakteristik karkas dan
daging digunakan 20 ekor (10 jantan dan 10 betina), untuk pengujian organoleptik
daging digunakan 2 ekor jantan, dan 2 ekor (1 jantan dan 1 betina) untuk keperluan
identifikasi spesimen jenis bandikut.
Pengamatan tingkah laku serta preferensi dan konsumsi pakan bandikut
menggunakan sebuah bangunan kandang besar yang disekat menjadi 8 petak
kandang, masing-masing berukuran 2 x 1.8 meter, tinggi sekat 1.5 meter. Dinding
dan alas kandang terbuat dari semen dan sekat menggunakan papan triplek. Alas
23
kandang diberi tanah dan serasah rumput. Semua kandang yang digunakan dilengkapi
tempat pakan dan tempat air minum dari plastik serta tempat sarang bandikut. Setiap
kandang diisi seekor bandikut (sistem individual) yang ditempatkan secara acak.
Model kandang dan perlengkapannya ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 4 Kandang besar yang disekat dan perlengkapannya
Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan yang disesuaikan
dengan kebiasaan makan bandikut dihabitatnya, yaitu berupa pisang, kelapa, serangga
(belalang), cacing tanah, jambu biji masak, papaya, ikan, daging cincang dan
konsentrat sebagai pakan percobaan selanjutnya. Perlengkapan lain yang disiapkan di
kandang antara lain timbangan merek Ohaus Triple Beam kapasitas 1 620 g dengan
ketelitian 0.1 g, timbangan gantung kapasitas 10 kg dengan ketelitian 0.5 g,
hygrometer, kamera digital, stop watch, dissecting set, pisau, kaliper, penggaris, jam
dinding, obat-obatan, tali meter, planimeter, warner bratzer shear, termometer
24
bimetal, peralatan masak serta seperangkat alat untuk analisis proksimat, asam amino,
asam lemak dan trapper (alat perangkap).
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksploratif dan teknik
observasi. Teknik pengambilan sampel bandikut ditentukan secara purposif
berdasarkan informasi penduduk setempat tentang keberadaan bandikut. Data yang
terkumpul di analisis secara deskriptif dan secara statistik. Perhitungan analisis data
dibantu dengan menggunakan program perangkat lunak SAS release 6.12.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap kajian. Kajian yang dilakukan
meliputi karakteristik eksternal dan morfometri bandikut; tingkah laku dan konsumsi
pakan; karakteristik dan distribusi karkas dan daging; sifat fisik dan kimia daging dan
uji organoleptik daging bandikut.
Tahap I : Persiapan
Bandikut yang terkumpul, secara acak ditempatkan dengan sistem individual di
dalam kandang percobaan. Jumlah sampel yang digunakan adalah 8 ekor bandikut
dewasa, terdiri dari 6 ekor jantan dan 2 ekor betina. Tahap persiapan ini merupakan
masa adaptasi untuk membiasakan bandikut dalam lingkungan baru di dalam kandang,
dan untuk mengetahui jenis pakan alami yang paling disukai dan selanjutnya
ditentukan sebagai pakan alami yang akan digunakan untuk percobaan pakan pada
percobaan selanjutnya. Jenis pakan yang diberikan adalah pakan yang biasa
dikonsumsi bandikut sesuai keterangan dari masyarakat setempat yang mengenal
bandikut, yaitu serangga (belalang), invertebrata (cacing tanah), buah-buahan (pisang,
jambu biji masak, papaya, kelapa muda dan tua), dan sebagai pakan tambahan adalah
kacang tanah, ikan, daging cincang dan pakan konsentrat. Selama pemeliharaan
pakan dan air minum diberikan secara kafetaria dan tak terbatas (ad libitum).
Pada tahap persiapan (selama 2 minggu) dilakukan identifikasi jenis bandikut
berdasarkan identifikasi untuk bandikut dan bilbis Australasia (Seebeck et al., 1990;
25
Menzies, 1991; Flannerry, 1995a,b). Pembuatan model specimen jenis bandikut
berupa specimen kering.
Tahap II : Karakteristik Eksternal dan Morfometri Bandikut
Penelitian tentang karakteristik eksternal dan morfometri bandikut ini
menggunakan sampel sebanyak 30 ekor bandikut dewasa , terdiri dari 16 ekor jantan
dan 14 ekor betina yang di pilih secara acak. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh data dasar tentang karakteristik eksternal dan morfometri tubuh bandikut
dan ukuran-ukuran beberapa organ visceral berdasarkan jenis kelamin dan spesies.
Pengamatan identifikasi karakteristik eksternal tubuh bandikut menurut jenis kelamin
maupun jenis spesies dan pengukuran morfometri dilakukan pada bandikut yang telah
mati karena tidak memungkinkan dilaksanakan pada keadaan masih hidup.
Identifikasi karakteristik eksternal dilakukan secara deskriptif dan teknik pengukuran
bagian tubuh menurut panduan Payne (2000) dan Suyanto (2006)
Peubah yang diamati dan teknik pengukuran adalah
1. Karakteristik eksternal, meliputi pengamatan terhadap ciri-ciri dan bentuk
tubuh serta warna bulu, berdasarkan jenis kelamin dan spesies.
2. Morfometri, mencakup :
- Berat badan (BB) dilakukan dengan penimbangan (g).
- Panjang badan dan kepala (BK) : jarak anus sampai ujung hidung (cm).
- Panjang badan (B) : Jarak anus sampai atlas (cm).
- Panjang kepala (K) : jarak ujung hidung sampai atlas (cm).
- Panjang moncong (M) : jarak ujung hidung sampai sudut celah mulut (cm).
- Lingkar leher (L) : tali meter dililitkan rapat melingkar dibagian tengah leher
(cm).
- Lingkar dada (D) : tali meter dililitkan rapat melingkar dibagian tepat di
belakang benjolan tulang bahu (cm).
- Lebar dada (LD) : jarak antara benjolan tulang rusuk kiri dan kanan, diukur
dengan kaliper (cm).
26
- Dalam dada (DD) : jarak antara bagian tertinggi pundak dan bagian dada tepat
di belakang kaki depan (cm).
- Panjang telinga (T) : diukur dari pangkal telinga ke titik terjauh di daun
telinga (cm)
- Lebar telingan (LT) : jarak antara kedua titik terjauh dari lebar daun telinga
(cm)
- Tinggi bahu (B) : jarak tegak lurus antara ujung kaki depan sampai tepat di
depan benjolan tertinggi tulang bahu (cm).
- Tinggi pinggul (P) : jarak tegak lurus antara ujung kaki belakang sampai tepat
di belakang benjolan tertinggi tulang pinggul (cm).
- Lingkar paha kaki depan (PD) : tali ukur dililitkan melingkari bagian pangkal
paha depan (cm).
- Lingkar paha kaki belakang (PB) : tali ukur dililitkan melingkari bagian
pangkal paha belakang (cm).
- Lingkar perut (LP) : tali ukur dililitkan melingkari bagian perut di depan kaki
belakang (cm).
- Panjang ekor (E) : diukur dari pangkal sampai ke ujung ekor (cm).
- Panjang telapak kaki depan (TD) : diukur dari ujung tumit sampai ujung jari
kaki depan (cm).
- Lebar telapak kaki depan (LTD) : Jarak antara titik terjauh dari lebar telapak
kaki depan (cm)
- Panjang telapak kaki belakang (TB) : diukur dari ujung tumit sampai ujung
jari kaki belakang (cm).
- Lebar telapak kaki belakang (LTB) : Jarak antara titik terjauh dari lebar
telapak kaki belakang (cm)
- Panjang kuku kaki depan (KD) : diukur dari pangkal sampai ke ujung kuku
kaki depan (cm).
- Panjang kuku kaki belakang (KB) : diukur dari pangkal sampai ke ujung kuku
kaki belakang (cm).
27
- Ukuran organ visceral seperti berat jantung, paru-paru, hati, ginjal dan limfa
diukur dengan penimbangan (g)
- Panjang oesophagus (O) : diukur dari pangkal tenggorokan (larynx) sampai
ujung oesophagus dekat ventrikulus (cm).
- Panjang usus halus (intestinum tenue) (UH) : diukur dari pangkal duodenum
(profundus) sampai ujung terminal ileum (osteum ileale) (cm).
- Panjang kolon (intestinum crasum) (K) : diukur dari bagian pangkal kolon
(osteum ileale) sampai anus.
- Panjang caecum (C) : diukur dari pangkal sampai ke ujung caecum (cm).
Semua data yang terkumpul ditabulasi. Analisis varians (GLM) digunakan ntuk
melihat pengaruh jenis kelamin atau jenis warna dada bandikut. Uji-t (LSD)
dilakukan untuk membandingkan ukuran-ukuran tubuh antara bandikut jantan dan
betina, dan ukuran-ukuran tubuh antara jenis bandikut. Keeratan hubungan antara
ukuran-ukuran tubuh terhadap berat badan bandikut dilakukan analisis korelasi
Pearson. Perhitungan analisis data dibantu dengan menggunakan program perangkat
lunak SAS release 6.12.
Tahap III: Tingkah Laku dan Konsumsi Pakan Bandikut
Pada penelitian tahap ini ada dua percobaan, yaitu percobaan pertama
pengamatan tentang tingkah laku dan konsumsi pakan segar bandikut, dan percobaan
kedua yaitu pengamatan konsumsi bahan kering dan zat gizi pakan konsentrat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkah laku bandikut di dalam lingkungan
kandang (ex situ), konsumsi segardan preferensi pakan pada keadaan kandang
diterangi lampu maupun gelap tanpa penerangan lampu serta untuk mengetahui
konsumsi bahan kering dan zat gizi pakan konsentrat.
Materi bandikut yang digunakan untuk penelitian tingkah laku (percobaan
pertama) merupakan kelanjutan dari materi bandikut yang digunakan pada penelitian
pendahuluan, yaitu menggunakan bandikut 8 ekor, terdiri dari 6 ekor jantan dan 2
ekor betina. Bandikut ditempatkan secara acak didalam kandang individu berukuran
panjang, lebar dan tinggi 2x1,8x1,5 m. Setiap petak kandang dilengkapi tempat pakan
28
dan air minum serta tempat sarang. Pakan yang digunakan adalah pakan alami yang
paling disukai waktu penelitian pendahuluan, yaitu pisang dan sebagai pakan
tambahan adalah pakan konsentrat terdiri dari bahan-bahan dengan komposisi nutrisi
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi bahan dan nutrisi pakan konsentrat
Bahan Jumlah (%)*)
Jagung kuning
Tepung biji kedele
Dedak padi halus
Tepung ikan
Minyak kelapa
Tepung ketela rambat
Tepung ketela pohon
Tepung daging kelapa
CaCO3
Premix
Total
28.51
26.81
10.00
10.00
10.68
4.00
3.00
3.00
2.00
2.00
100.00
Nutrisi **)
Bahan kering (%)
Protein kasar (%)
Serat kasar (%)
Lemak (%)
Calsium (%)
Posphor (%)
Abu (%)
Energi kasar (kal/g)
77.54
25.56
16.46
5.25
1.49
0.53
6.36
4 047
*) Formulasi menggunakan program Feed Mania versi 6 dan disusun di lab. Industri Makanan
Ternak, Fapet IPB.
**) Hasil anlisis lab. Fisiologi Nutrisi Balitnak Bogor.
Pakan konsentrat yang digunakan merupakan ransum standar kebutuhan hewan
percobaan untuk tikus (NRC, 1984). Selama penelitian, pakan dan air minum
diberikan secara ad libitum pada keadaan kandang diterangi lampu dan gelap.
Pemberian jenis pakan dilakukan secara bergantian antara pakan tunggal (pakan
alami atau konsentrat) dan campuran (pakan alami + konsentrat). Pengumpulan data
pengamatan tingkah laku dilkukan secara periodik, yaitu pada jam 18.00 – 22.00, jam
22.00 – 02.00 dan jam 02.00 – 06.00, pengamatan setiap kandang diulang 3 kali.
Penelitian berlangsung selama 3 minggu.
29
Peubah yang diamati dan cara pengukuran pada percobaan pertama :
1. Sifat kualitatif yaitu tingkah laku makan, minum, grooming (membersihkan
tubuh), foraging (mencari makanan), bersembunyi atau berlindung (shelter
seeking) dan berkelahi (aggression) mulai dari waktu keluar sarang sampai
kembali lagi ke sarang selama waktu periode pengamatan dilakukan
pencatatan seluruh aktifitasnya.
2. Sifat kuantitatif yaitu pengukuran lama waktu (durasi) dan frekuensi setiap
bandikut melakukan aktifitas makan, minum dan grooming, termasuk lama
foraging dan selther seeking pada setiap waktu periode pengamatan.
3. Konsumsi pakan alami segar, pakan alami + konsentrat dan konsentrat pada
keadaan kandang terang dan gelap. Cara pengukuran dengan menimbang
selisih pakan yang diberikan dengan sisa pakan (g/ekor/hari)
4. Tingkat preferensi bandikut pada pakan konsentrat terhadap pakan alami
berupa pisang (%).
Pada percobaan kedua, yaitu percobaan pengamatan konsumsi bahan kering dan
dan zat gizi pakan konsentrat, digunakan 6 ekor bandikut dewasa, terdiri atas 3 ekor
jantan dengan bobot awal rata-rata 1 223,36266,3g dan 3 ekor betina dengan bobot
awal rata-rata 1 263,3615,27g. Setiap bandikut ditempatkan secara acak di dalam 6
buah kandang berukuran panjang lebar dan tinggi 2x1,8x1,5m. Tiap petak kandang
dilengkapi tempat pakan dan air minum serta tempat sarang. Masa preliminary
dilakukan selama tiga hari sebagai masa penyesuaian terhadap kandang dan pakan.
Pakan yang digunakan adalah pakan konsentrat dengan komposisi jenis bahan dan
nilai gizi seperti pada Tabel 1. Selama penelitian, pakan dan air minum diberikan
secara ad libitum. Penelitian ini berlangsung selama 6 minggu.
Peubah yang diamati dan teknik pengukuran :
1. Konsumsi bahan kering dan konsumsi zat gizi pakan konsentrat. Penentuan
konsumsi bahan kering (KBK) dan zat gizi pakan konsentrat (KZG) diperoleh
dengan perhitungan menggunakan formula :
KBK atau KZG = (BK atau ZG hasil analisa / 100 x konsumsi ransum
30
2. Pertambahan berat badan dihitung dari selisih berat awal dan berat akhir
(g/ekor/hari).
Semua data yang terkumpul dianalisis secara tabulasi dan disederhanakan dalam
bentuk tabel dan grafik, berdasarkan jenis kelamin yang berbeda, kemudian dilakukan
analisis deskriptif (Martin & Bateson, 1999).
Tahap IV: Karakteristik Karkas dan Distribusi Daging Bandikut
Penelitian tentang karakteristik karkas dan distribusi daging bandikut ini
menggunakan sampel sebanyak 20 ekor bandikut dewasa dengan bobot rata-rata 1100
6 340.7g, terdiri dari 10 ekor jantan dengan bobot rata-rata 1 252 6 384.59g dan 10
ekor betina dengan bobot rata-rata 948 6 214g yang di pilih secara acak dan
selanjutnya dilakukan penyembelihan terhadap bandikut tersebut. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui karakteristik karkas dan distribusi daging berdasarkan
jenis kelamin dan warna dada bandikut.
Penyembelihan dilakukan dengan pemotongan bagian leher dekat rahang bawah
sehingga kulit, otot, vena jugolaris, arteri karotis komunis, oeshopagus dan trachea
terpotong sempurna. Kepala dipotong pada sendi occipito-atlantis. Pengulitan
(skinning) dilakukan dengan membuat irisan dari leher ke anus, kemudian buat irisan
dari distal pada ke empat kaki menuju arah irisan tadi. Kulit di lepas dari arah ventral
perut dan dada ke arah dorsal kemudian menuju posterior. Selanjutnya pengeluaran
isi rongga perut dan rongga dada dilakukan dengan menyayat dinding abdomen
sampai dada.
Karkas segar yang diperoleh kemudian dipotong menjadi 4 potongan utama
karkas setelah pembuangan bulu, darah, organ internal, kepala, ekor dan keempat
kaki batas meta tarsal/meta carpal sesuai petunjuk Blasco et al. (1993) untuk
potongan karkas kelinci. Potongan utama karkas tersebut adalah (1) bagian kaki
depan (shank dan shoulder) batas os atlas sampai thorac vertebre 7/8, (2) bagian
dada (rack dan breast) batas thorac vertebre 7/8 sampai thorac vertebre 12/13 , (3)
bagian pinggang (loin dan flank) batas thorac vertebre 12/13 sampai lumbar vertebre
31
ke 7 dan (4) bagian kaki belakang (hind leg) batas lumbar vertebre ke 7 sampai os
ichii, seperti pada Gambar 5. Penelitian ini berlangsung selama 12 minggu.
Potongan karkas kaki
depan
Os atlas Potongan karkas dada
Thorac vertebre 12/13 Thorac vertebre 7/8
Lumbar vertebre 7th
Potongan karkas pinggang Os Ichii Potongan karkas kaki
belakang
Gambar 5 Potongan karkas bandikut.
Peubah yang diamati dan teknik pengukuran :
1. Berat badan : berat hasil penimbangan sebelum penyembelihan (g)
2. Berat karkas panas : berat badan dikurangi berat darah, bulu/kulit, organ
internal, kepala, ekor dan keempat kaki batas meta tarsal/meta carpal (g).
3. Persentase karkas panas : perbandingan antara berat karkas panas dengan
berat badan dikalikan seratus persen (%).
4. Berat karkas dingin : berat karkas setelah dilakukan chilling (g).
5. Persentase karkas dingin : perbandingan antara berat karkas dingin dengan
berat badan dikalikan seratus persen (%).
32
6. Berat potongan karkas utama : berat dari masing-masing potongan karkas,
yaitu berat potongan karkas bagian kaki depan (shank dan shoulder), dada
(rack dan breast), pinggang (loin dan flank) dan kaki belakang (hind leg) (g).
7. Persentase potongan karkas utama : perbandinagan antara berat dari masing-
masing potongan karkas dengan berat karkas dingin dikalikan seratus persen
(%).
8. Meat bone ratio : perbandingan antara berat jumlah daging dengan berat
jumlah tulang.
9. Luas mata rusuk : luas penampang melintang otot mata rusuk (longissimus
dorsi) pada irisan karkas antara tulang rusuk ke 12 dan 13 (inch2).
10. Distribusi berat potongan karkas utama atau berat daging potongan karkas
utama terhadap berat karkas atau berat total daging bandikut pada jenis
kelamin dan warna dada yang berbeda.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan
beberapa prosedur statistik. Untuk melihat pengaruh jenis kelamin atau jenis warna
dada bandikut digunakan analisis kovarians (GLM). Sedangkan untuk
membandingkan nilai tengah komponen karakteristik karkas antara bandikut jantan
dan betina atau antara warna dada bandikut dilakukan uji-t (LSD). Perhitungan
analisis dibantu dengan menggunakan program perangkat lunak SAS release 6.12.
Tahap V: Karakteristik Fisik dan Kimia Daging Bandikut
Penelitian terhadap karakteristik fisik dan kimia daging bandikut ini merupakan
kelanjutan dari penelitian tahap III yaitu menggunakan sampel sebanyak 20 buah
karkas bandikut yang diambil secara acak. Tujuan penelitian ini antara lain untuk
mengetahui karakteristik fisik daging mencakup pH, keempukan, susut masak dan
daya mengikat air, serta karakteristik kimia daging meliputi kadar air, protein, lemak,
abu, asam amino dan asam lemak yang terkandung di dalam daging bandikut.
Penelitian ini berlangsung selama 12 minggu.
33
Peubah yang diamati dan teknik pengukuran:
1. pH daging : 10 g sampel daging di ambil dari otot longissimus dorsi dari
bagian sentrum digiling, ditampung ke dalam gelas piala ditambahkan 10 ml
air aquades dan di aduk dengan alat mixer selama 5 menit. Selanjutnya larutan
daging tersebut di ukur pHnya dengan menggunakan pH meter digital.
2. Susut Masak Daging (Cooking loose) : potongan daging sebanyak 100 gram
ditusukkan diujung thermometer bimetal kemudian direbus bersama air 1 liter
selama sekitar 45 menit sampai thermometer menunjukkan suhu 810C.
Selanjutnya daging didinginkan sampai mencapai berat konstan. Perhitungan
susut masak daging mengikuti formulasi (Swatland, 1984) :
Berat sebelum Berat konstan
dimasak _ setelah dimasak
% Susut Masak = ------------------------------------------- X100 %
Berat sebelum dimasak
3. Keempukan daging : sample daging bagian paha ditusukkan pada ujung
thermometer bimetal dan direbus dengan 1 liter air sampai suhu daging
mencapai 810C, kemudian didinginkan sekitar 1 jam dan dicetak dengan corer.
Selanjutnya cetakan daging sample tersebut diukur keempukkannya dengan
menggunakan alat gunting Warner-Bratzler.
4. Daya mengikat air daging : pengukuran air daging dilakukan dengan metode
Hanum (Swatland, 1984) :
Area basah (Cm2)
Mg H2O = --------------------- - 8,0
0,0948
Pengepresan 0,3 gram sampel daging pada kertas saring wheatman-42 di
antara dua plat besi dengan beban 35 kg selama 5 menit. Setelah itu luas area
yang tertutup daging dan luas area basah disekelilingnya pada kertas saring
diberi tanda dan diukur. Luas area basah diperoleh dari hasil pengurangan luas
total area basah dengan luas area yang tertutup daging dengan menggunakan
alat plani-meter.
34
5. Kadar Protein : penetapan kadar protein daging dilakukan dengan metode
Kjeldahl-Mikro. Perhitungan protein digunakan rumus :
% Protein daging = % N sample X 6,25
dimana :
(ml HCl –ml Blangko) x Normalitas x 14,007
% N Sampel = ------------------------------------------------------- X100 %
mg Sampel
6. Kadar lemak daging : ditentukan dengan metode Ekstraksi-Soxhlet. Prinsip
perhitungannya, sample yang akan diekstraksi lemaknya terlebih dahulu
dikeringkan dalam oven vakum dan dihaluskan dengan blender menjadi
tepung. Lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C untuk
menghilangkan pelarutnya (dietil eter) kemudian dikeluarkan, didinginkan
dalam desikator dan ditimbang berat lemaknya. Perhitungan kadar lemak
daging mengikuti rumus :
Berat lemak hasil ekstraksi
% Lemak = --------------------------------- X 100 %
mg Sampel
7. Kadar air dan abu menggunakan metode gravimetri.
8. Energi daging menggunakan metode Bomb-calorimeter.
9. Komposisi asam-asam amino daging : prosedur analisis dilakukan dengan
bantuan instrument HPLC (High Performance Liquid Chromatography).
10. Komposisi asam-asam lemak daging : Prosedur analisis asam-asam lemak
dilakukan dengan bantuan instrument GC (Gas Chromatography).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan
beberapa prosedur statistik. Analisis ragam (GLM) digunakan untuk melihat
pengaruh jenis kelamin atau jenis warna dada bandikut. Uji-t (LSD) digunakan untuk
membandingkan nilai tengah komponen karakteristik karkas antara bandikut jantan
dan betina atau antara warna dada bandikut. Peubah karakteristik kimia daging
dianalisis secara deskriptif terhadap beberapa ternak domestik dan satwa liar lain.
35
Tahap IV: Uji Organoleptik terhadap Daging Bandikut
Penelitian organoleptik ini menggunakan daging bandikut, daging sapi, daging
babi dan daging ayam potong yang di ambil secara acak. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat papua pada khususnya terhadap
flavor (warna, bau dan rasa) daging bandikut dibandingkan dengan flavor daging
ternak konvensional (daging sapi, babi dan ayam potong).
Pengujian organoleptik yang dilakukan adalah uji tingkat kesukaan atau uji
hedonik (Soekarto, 1985). Uji ini merupakan salah satu uji penerimaan. Jumlah
panelis yang digunakan adalah sebanyak 85 orang panelis tidak terlatih. Sampel
daging dibuat sate tanpa bumbu, setelah dibakar disajikan secara acak dan dilakukan
secara spontan (Gambar 6).
Sistem pembakaran Sistem penyajian
uji organoleptik oleh panelis
Gambar 6 Uji organoleptik.
36
Panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
sebaliknya ketidak sukaan. Penilaian skala hedonik ditransformasikan menjadi skala
numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan yaitu nilai 1 = tidak suka,
2 = biasa/netral, 3 = agak suka, 4 = suka dan 5 = sangat suka. Penilaian meliputi
warna, bau dan rasa dari masing-masing jenis daging tersebut
Data yang diperoleh di analisis secara tabulasi kemudian dilanjutkan dengan uji
Kruskal Wallis (Gibbons, 1975). Apabila terdapat perbedaan yang signifikan di antara
nilai tengahnya maka akan dilakukan uji lanjut median test.
top related