bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran...
Post on 01-Jul-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Unilever Indonesia, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
produksi sabun, deterjen margin, minyak sayur makanan yang terbuat dari susu, es krim,
makanan ringan dan minuman dari teh, dan prodik-produk kosmetik. Merek-merek perawatan
pribadi telah dikenal dan di akui diseluruh dunia. Produk produk tersebut membentu para
konsumen menjadi tampak sehat dan merasa sehat dan mendapatkan nilai lebih dalam hidup
ini. Produk tersebut yaitu Axe, citra, pepsodent, Lifebuoy, Clear, Lux, Rexona, Ringso,
Sunsilk, Sunlight, Bango, Blue Band, Royko, Sariwaangi, Taro, Walls.
PT. Unilever Indonesia, Tbk didirikan pada 5 Desember 1933 dengan nama awal
Zeepfebriken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn, A. H Van Ophuijen, di
Batavia. Akta ini disetujui oleh gubernur jendral Van Negerlandsch-Indie dengan surat No.
14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Read Van Justice di Batavia dengan No.302
pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Jevasche Courant pada tanggal 9
Januari 1934 tambahan NO. 3
Pada Tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT.
Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru PT. Anugrah Lever (PT. AL)
yang bergerak dibidang pembuatan, pengembangan, pemasaran, dan penjualan kecap, saus
cabe dan saus-saus lainya dengan merek dagang bango, pariket, dan sakura dan merek merek
lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT. AL.
Pada Tahun 2007, PT. Unilever Indonesia, Tbk. (Unilever) telah menandatangani
perjanjian bersyarat dengan PT. Ultra Jaya Milk Industri & Treading Company Tbk ( Ultra)
sehubungan dengan pengambil alih industri minuman sari buah melalui pengalihan merek
“Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke Unilever.
4.1.2 Visi Dan Misi PT. Unilever Indonesia Tbk.
Visi PT. Unilever Indonesia: “Menjadi pilihan utama bagi konsumen, pelangan dan
komunitas.”
Misi PT. Unilever Indonesia:
“Meningkatkan Vitalitas dan Kehidupan.”
Untuk lebih mendetail misi Unilever diuraikan sebagai berikut:
1. Menjadi yang pertama dan terbaik dikelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi
konsumen.
2. Menjadi rekan yang utama bagi pelangan, konsumen dan komunitas.
3. Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses
4. Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi
5. Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan
imbalan diatas rata-ratta karyawan dan pemegang saham
6. Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan
lingkungan hidup
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Bentuk badan usaha PT. Unilever Indonesia adalah perseroan multi atau trans nasional
(multinational/transnational comparation), dimana operasinya telah melampaui batas-batas
dari negara, dan telah disesuaikan dengan negara tempat ia beroperasi. PT. Unilever
Indonesia, Tbk dipimpin oleh seorang chairman dan memiliki sepuluh direktur (director)
sebagai berikut:
1) Chief Financial Officer
2) Home Care Directur
3) Personal Care Director
4) Ice Cream Director
5) Food Director
6) Supply Chain Director
7) Development Director
8) Customer Care Director
9) Humen Reseources director
10) Corporete Relation Director
Bentuk organisasi PT. Unilever Indonesia, Tbk adalah organisasi garis/ lini, dimana
terdapat departemen-departemen yang secara langsung berhubungan dengan produk dan
penjualan dari setiap produk. Secara imim bagan organisasi PT. Unilever Indinesia, Tbk
dapat dilihat pada lampiran.
Setiap jabatan pada Coldstore, memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Coldstore Master
Coldstore Master memiliki beberapa tanggung jawab atas beberapa kegiatan
didalam Coldstore, diantaranya:
a. Bertanggung jawab untuk semua operational di Coldstore dan NH3 Refrigerator
Utility.
b. Mengatur kebutuhan manpower / manning untuk kebutuhan operasional dan
administrasi
c. Berkoordinasi dengan team lain (Planner, Production, QC, Sales dan Marketing) untuk
mencapai target-target perusahaan (customer order fullfill)
d. Mengatur kebutuhan operasional khususnya untuk MHE /Material Handling
Equipment.
2. Admin supervisor
Admin supervisor memiliki beberapa tanggung jawab atas beberapa kegiatan didalam
Coldstore, diantaranya:
a. Menarik data material/stock secara keseluruhan, dari sistem SAP untuk tiap-tiap
harinya. (Namun aktifitas ini, lebih terfokus dilakukan diawal minggu)
b. Memperbaiki data-data yang tidak akurat, seperti:
- Status suatu stock di Coldstore yang seharusnya Block namun terlewat oleh Bagian
Quality (Quality Dept.), sehingga masih Release. Dalam hal ini, Admin supervisor
harus melepas stock tersebut dari sistem, sehingga tidak terjadi kesalahan pada
Bagian Penjualan di MBAU yang menangani pemesanan (Sales order) untuk GT
dan MT, serta di Head Office (HO) yang menangani pemesanan (Sales order)
untuk export (RSE) dalam memperkirakan material yang tersedia untuk membuat
Delivery plan.
- Barcode/Pallet id pada stock yang berasal dari Palletizing (Bagian Produksi) dan
sudah berupa pallet di Despatch area, tidak dapat di-scan oleh Radio frequency
(RF), sehingga tidak bisa dihasilkan alamat untuk meletakkan stock.
- Transaksi - transaksi seleksi produk, yang berasal dari Bagian Quality dan Bagian
Produksi. Bagian Quality dan Bagian Produksi, akan membuat dan memberikan
BON Permintaan Seleksi kepada Admin supervisor, sehingga stock yang sudah
berada ataupun baru masuk di BOF, diminta dikeluarkan kembali. Situasi
tersebut, mengharuskan Admin supervisor untuk mengurangi stock pada sistem.
c. Berdasarkan permintaan Bagian Quality, yang telah menyeleksi stock-stock apa saja
yang dapat digolongkan pada export (RSE) ataupun local, maka terdapat
kemungkinan untuk stock-stock (berupa pallet-pallet yang telah ditentukan) dari local
dipindahkan ke Export. Otorisasi pemindahan tersebut dimiliki oleh Admin
supervisor.
d. Menarik data-data Sales order, dari Bagian Penjualan (MBAU) untuk tujuan export.
e. Yang menarik data-data yang diperlukan untuk aktivitas Stock Take, sekaligus
sebagai penanggung jawab kegiatan.
f. Menentukan jatah planning transporter, pada dokumen Delivery plan yang telah
dibuat sebelumnya oleh Bagian Penjualan (MBAU) pada tiap-tiap minggu.
3. Operational Supervisor
Operator Supervisor memiliki beberapa tanggung jawab atas beberapa kegiatan
didalam Coldstore, diantaranya:
a. Penanggung jawab, kegiatan operasional mulai dari aktifitas Penerimaan Produksi
sampai Pengeluaran Stock untuk siap dikirim, dan juga apabila terdapat
pengembalian (retur) pada proses Modern trade (MT).
b. Penanggung jawab, pada beberapa aktifitas, pengecekkan stock yang akan dikirim,
diantaranya:
- Pallet id yang tidak dapat discan.
- Pemindahan barang dari High Rack ke Pick face (curah/receh).
- Memastikan terpenuhinya kebutuhan Pick face, untuk memudahkan team
Assembling.
c. Membuat Delivery note untuk Concess.
4. Despatch checker
Despatch checker bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait
dengan aplikasi SAP R/3 khususnya untuk aktifitas Picking General Trade (GT) mulai
dari aktifitas Order Management Processing, Delivery Order Processing, Shipment
Processing, hingga Transfer order Processing.
5. Admin clerk
Admin clerk bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan
aplikasi SAP R/3 khususnya untuk aktifitas Picking General Trade (GT) mulai dari
aktifitas Order Management Processing, Delivery Order Processing, Shipment
Processing, hingga Transfer order Processing.
6. Reach Truck Driver (Forklift Operator)
Reach Truck Driver memiliki beberapa tanggung jawab atas beberapa kegiatan
didalam Coldstore, diantaranya:
a. Menaikkan dan menurunkan stock (berupa pallet) dari Rack, untuk proses Good
Receipt dan Good Issue dengan menggunakan RF.
b. Menarik data produksi di tiap akhir shift, untuk mengecek stock hasil produksi
dengan yang diterima di BOF sama.
7. Coldstore Technition
Coldstore Technition memiliki beberapa tanggung jawab atas beberapa kegiatan didalam
Coldstore, diantaranya: Menangani kerusakkan yang sifatnya teknis dan urgent.
8. Pallet Ridder Operator (Loader)
Pallet Ridder Operator memiliki beberapa tanggung jawab atas beberapa kegiatan
didalam Coldstore, diantaranya: Menarik dan mendekatkkan stock untuk memudahkan
Forklift Operator menaikkan ke High Rack atau menurunkan dari High Rack.
9. Despatch Assembling
Despatch Assembling memiliki dua tanggung jawab atas beberapa kegiatan didalam
Coldstore, diantaranya:
a. Menangani aktifitas pick face.
b. Pemuatan untuk proses Loading.
4.1.4 Produk PT. Unilever Indonesia
Hingga saat ini, PT. Unilever Indonesia, Tbk. telah memproduksi dan
memasarkan kurang lebih sebanyak 43 jenis produk. Dalam memasarkan produkproduknya,
perusahaan membagi dalam 3 divisi, dimana setiap divisi bertanggung jawab untuk
memasarkannya.
1. Divisi Produk Makanan (Food Products)
Dimulai sejak tahun 1937, perusahaan ini mulai memproduksi margarine dengan
merek Blue Band dan memutuskan untuk menjadikannya sebagai produk margarine
nomor satu. Sejak itulah merek tersebut merupakan awal dari usaha perusahaan ini
memproduksi makanan.
2. Divisi Produk Perawatan Pribadi (Persona Care Products)
Usaha divisi personal dimulai dengan pengakuisisian pabrik Colibri di Surabaya,
saat itu perusahaan hanya memproduksi pasta gigi merek Pepsodent dan tidak berminat
untuk memperluas usahanya dengan memproduksi produk - produk toiletries. Selain
karena perusahaan tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk usaha itu, hal ini juga
karena kualitas material baku dan konsumen saat itu lebih tertarik pada produkproduk
import dari Inggris. Sejak tahun 1977, kemampuan daya beli masyarakat Indonesia
meningkat dan perusahaan melihat bahwa produk yang dianggap saat itu masih
terjangkau oleh kemampuan masyarakat, mulai saat itu perusahaan meluncurkan
produk-produk Perawatan Pribadi seperti minyak rambut, deodorant, shampoo, lotion, skin
care, bedak, dan pasta gigi.
3. Divisi Produk Perawatan Rumah Tangga (Household Products)
Hingga saat ini detergent merupakan produk terbesar perusahaan dan telah membuktikan
volume penjualan yang meyakinkan. Pada tahun 1970-an, divisi detergent berhasil
melipatgandakan penjualannya dan sampai saat ini sabun pencuci pertama di Indonesia
yang menggunakan material NSP (Non Soap Detergent) yang berhasil menjadi nomor satu
dipasaran adalah Rinso. Divisi ini juga menghasilkan produk – produk Dishwasher, Fabric
95 softeners, Household cleaner, Mosquito coil, Fabric wash. Adapun jenis dan kategori
produk – produk yang dihasilkan divisi-divisi tersebut:
Tabel 3.1 Jenis - Jenis Produk Unilever
4.1.5 Fasilitas Produksi
PT. Unilever Indonesia, Tbk yang berkantor pusat di Graha Unilever, Jl.
Jenderal Gatot Subroto Kav. 15, Jakarta Selatan, memiliki fasilitas – fasilitas produksi
(pabrik-pabrik) salah satunya terletak di Rungkut, Surabaya yang memproduksi material
perawatan dan kosmetik. Serta di Cikarang, Bekasi. Antara lain: Ice cream, Deterjen cair,
Deterjen bubuk, dan Produk Makanan.
Seluruh produk Unilever diproduksi dengan menggunakan peralatan modern
berteknologi tinggi. Sebagai perwujudan dari komitmen perusahaan untuk menjamin
standard mutu produk bertaraf internasional, pabrik-pabrik Unilever telah Produk-produk
Perawatan Rumah Tangga (Household products) Dishwash (Sunlight) ; Fabric softeners
(Molto) ; Fabric wash (Omo, Rinso, Surf, Superbusa) ; Mosquito coil (Domestos nomos) ;
Household cleaner (Super pell, Vixal, Domestos Wipol). Produk-produk Makanan (Foods
Products) Beverages (Lipton, Sariwangi) Food (Tara Nasiku) Jam (Skippy, Knorr
mayonaise ) Snack (Taro) ; Seasoning (Royco, Bango) ; Margarine (Blue - band) ; Ice
cream (Wall’s products) 97 mendapatkan sertifikat ISO 14001, ISO 9001, dan Safety and
Occupational Health. Selain itu, Unilever Indonesia juga memperoleh penghargaan
Special Award in Total Productive Maintenance.
4.1.6. Nilai – Nilai Perusahaan
PT. Unilever Indonesia mempunyai nilai-nilai dan bangga terhadap nilai-nilai
tersebut serta menjalankannya dalam aktivitas sehari-hari.
a. Fokus kepada pelanggan, konsumen & masyarakat
Kita memusatkan perhatian untuk memenangkan hati para pelanggan (internal dan
eksternal) dan membuat konsumen dan masyarakat merasa senang dengan selalu
memahami dan mengantisipasi kebutuhan mereka serta memberikan jawaban secara
kewirausahaan.
b. Kerjasama
Kita mengakui adanya ketergantungan satu sama lain dan kita bekerja bersama-sama
guna mencapai tujuan yang sama, dengan semangat untuk menang, dan saling
percaya.
c. Integritas
Kita bersikap jujur, berpegang teguh pada prinsip, konsisten, dan terpercaya dalam
semua transaksi yang kita lakukan. Kita percaya diri dalam mempertahankan keyakinan
kita, bahkan dalam situasi sulit. Kita melaksanakan apa yang kita katakan.
d. Membuat sesuatu terjadi
Kita bersikap positif dalam mengambil keputusan yang cepat berdasarkan fakta
yang ada dan dalam membuat sesuatu terjadi. Kita mengadopsi semangat
perusahaan kecil sehingga dapat memberikan fleksibilitas, ketangkasan dan imajinasi
yang ktia perlukan agar berhasil.
e. Berbagi kegembiraan
Kita harus berhasil bersama-sama. Semangat kita yang melimpah menandakan
bahwa kita berbagi penghargaan atas hasil kerja keras kita. Kita melaksanakan
tugas dengan gembira sehingga kita mendapatkan energi dan membantu kita meraih
sukses.
f. Excellence
Kita bersemangat untuk melampaui harapan pelanggan, konsumen dan masyarakat
melalui produk dan cara kerja kita. Kita memiliki kebebasan untuk berkarya di dala
suatu kerangka kerja.
4.2 Deskripsi Trend
4.2.1 Perputaran Modal Kerja (Variabel X)
Perputaran modal kerja merupakan penjualan dibagi dengan rata-rata modal kerja,
perbandingan ini menunjukan efektivitas badan usaha dalam menggunakan modal kerja untuk
memperoleh penerimaan. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Laporan Keuangan
PT. Unilever Indonesia, Tbk, didapatkan informasi Perputaran Modal Kerja Tahun 2008 –
2010 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Data Perputaran Modal Kerja PT. Unilever Indonesia, Tbk
Tahun 2008 – 2010
Tahun Perputaran Modal Kerja
PT. Unilever Indonesia, Tbk
2008 0,11%
2009 0,41%
2010 0,61%
(Sumber : Data diolah)
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, peneliti menampilkannya dalam bentuk grafik 4.2
sebagai berikut:
Grafik 4.1
Perkembangan Perputaran Modal Kerja PT, Unilever Indonesia, Tbk
Dari perkembangan Perputaran Modal Kerja PT. Unilever Indonesia, Tbk selama tiga
tahun, terlihat bahwa pada tahun 2008 perputaran modal kerja PT. Unilever Indonesia, Tbk
sebesar 0,11% yang diperoleh dari peningkatan sebesar 1,03% dari perputaran modal kerja
pada tahun 2007. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,26% dari tahun
sebelumnya menjadi 0,41%. Kemudian di tahun 2010 perputaran modal kerja mengalami
peningkatan sebesar 0,66%, dari tahun sebelumnya menjadi 0,61% di tahun 2010.
Peningkatan perputaran modal kerja diakibatkan peningkatan penjualan dan modal kerja dari
tahun ke tahun.
Namun, dalam penelitian ini diharapkan perputaran modal kerja mengalami penurunan
atau semakin berkurang karena hal ini mengindikasikan bahwa semakin
menurun/berkurangnya perputaran modal kerja maka semakin baik atau semakin cepat rasio
perputaran modal kerja sehingga mempercepat proses perputaran modal kerja menjadi return
atau laba.
4.2.2 Return On Equity (Variabel Y)
-
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
2008 2009 2010
Perputaran Modal Kerja
Perputaran Modal Kerja
Rentabilitas modal sendiri atau sering juga disebut ROE (Return On Equity)
merupakan perbandingan antara laba sesudah pajak dengan ekuitas yang diinvestasikan
pemegang saham pada perusahaan. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Laporan
Keuangan PT. Unilever Indonesia, Tbk, didapatkan informasi Return On Equity Tahun 2008
– 2010 sebagai berikut :
Tabel 4.3
Data Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk
Tahun 2008 – 2010
Tahun Return On Equity
PT. Unilever Indonesia, Tbk
2008 15,27%
2009 81,57%
2010 105,39%
(Sumber : Data diolah)
Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas, peneliti menampilkannya dalam bentuk grafik 4.3
sebagai berikut :
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
2008 2009 2010
Return On Equity
Return On Equity
ŷ = a + bx
Grafik 4.2
Perkembangan Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk
Dari data pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa, pada tahun 2008
Return On Equity sebesar 15,27%. Peningkatan ini seiring dengan peningkatan yang terjadi
pada perputaran modal kerja tahun 2008. Mengalami peningkatan sebesar 0,19% menjadi
81,57% pada tahun 2009 dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 0,77% menjadi 105,39% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan laba bersih mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan yang terjadi pada
rata-rata modal perusahaan. (Sumber : Annual Report PT. Unilever Indonesia, Tbk Tahun
2010).
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
a. Analisis Regresi Linier Sederhana
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Perputaran Modal Kerja
terhadap Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk. Alat analisis yang digunakan adalah
Analisis Regresi Sederhana melalui program SPSS (Statistical Product Service Solution)
versi 16. Dimana persamaan regresinya adalah :
Berikut ini data hasil SPSS (Statistical Product Service Solution) Versi 16, yang
menyatakan hasil persamaan regresi tentang pengaruh perputaran modal kerja terhadap
Return On Equity PT. Unilver Indonesia, Tbk :
Tabel 4.3
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95% Confidence
Interval for B
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
1 (Constant) 1.692 11.957 .142 .000 -153.623 150.238
PMK 183.458 27.868 .989 6.583 .001 -170.636 537.552
a. Dependent Variable: ROE
Berdasarkan tabel 4.3 Coefficientsa di atas, maka persamaan regresi linear sederhana
adalah sebagai berikut :
b. Koefisien Determinasi ( R Square )
Koefisien Determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel independen
dalam menjalankan perubahan pada variabel dependen secara bersama-sama, dengan tujuan
untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang
digunakan. Untuk mengetahui pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity
PT. Unilever Indonesia, Tbk berikut adalah hasil SPSS (Statistical Product Service Solution)
yang menyatakan besarnya hubungan antara variabel x dan variabel y :
Tabel 4.4
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .989a .977 .955 9.91822 .977 43.338 1 1 .096 1.974
a. Predictors: (Constant), PMK
b. Dependent Variable: ROE
Mencermati tabel 4.4 pada halaman sebelumnya, diketahui bahwa pengaruh Perputaran
Modal Kerja terhadap Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk dapat dilihat pada
ŷ = 1,692 + 183,458 X
kolom R Square yakni sebesar 0,977 atau 97,7%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar
97,7%. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependent positif signifikan. Dan sisanya 2,3% dipengaruhi oleh faktor lain diluar
penelitian. Faktor lain berupa net income dan hutang perusahaan.
c. Pengujian Keberartian ( Uji t )
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya yakni untuk
mengetahui pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity PT. Unilever
Indonesia, Tbk, maka peneliti akan melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t.
Uji t dilakukan untuk membandingkan antara t hitung dengan t tabel pada taraf signifikan
() = 5%, berdasarkan uji dua sisi (two tailed test) dengan kriteria sebagai berikut :
Ho = Perputaran Modal Kerja tidak berpengaruh terhadap Return On Equity
PT. Unilever Indonesia, Tbk.
HA = Perputaran Modal Kerja berpengaruh terhadap Return On Equity
PT. Unilever Indonesia , Tbk.
Jika t hitung ≤ t tabel : Ho diterima atau HA ditolak.
Jika t hitung ≥ t tabel : Ho ditolak atau HA diterima.
Berdasarkan pernyataan hipotesis sebelumnya, maka disajikan data hasil olahan SPSS
(Statistical Product Service Solution) yang menyatakan besarnya t hitung pada penelitian
pengaruh perputaran modal kerja terhadap Return On Equity sebagai berikut :
Tabel 4.5
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
95% Confidence
Interval for B
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
1 (Constant) 1.692 11.957 .142 .000 -153.623 150.238
PMK 183.458 27.868 .989 6.583 .001 -170.636 537.552
a. Dependent Variable: ROE
Memperhatikan hasil olahan SPSS di atas, maka untuk mengetahui apakah hipotesis
penelitian (HA) yang menyatakan perputaran modal kerja berpengaruh pada Return On Equity
PT. Unilever Indonesia, Tbk, perlu membandingkan besarnya nilai t hitung dengan besarnya
nilai t tabel. Dimana nilai t tabel dari koefisien (b1) hasil analisis regresi dapat diikhtisarkan
uji dua sisi dan derajat kebebasan (df) 2 = 4,303. Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari
koefisien regresi (b1) dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari koefisien regresi
Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity
PT. Unilever Indonesia, Tbk Tahun 2008 -2010
Koefisien Regresi t hitung t tabel
Variabel X 6,583 4,303
Dari tabel 4.6 di atas diketahui bahwa nilai t hitung variabel X lebih besar dari nilai ttabel
yaitu 6,583 > 4,303. Dengan demikian Ho ditolak dan HA diterima. Hal ini berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity PT.
Unilever Indonesia, Tbk.
4.4 Pembahasan
Menurut Agus Sartono (2008 : 495) Modal Kerja merupakan investasi perusahaan dalam
bentuk aktiva jangka pendek yaitu kas, surat berharga jangka pendek, piutang dan persediaan.
Modal kerja kotor didefinisikan sebagai total aktiva lancar perusahaan. Modal kera bersih
adalah merupakan kelebihan total aktiva lancar diatas utang lancar.
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan. Selama
perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (
working capital turnover period ) dimulai saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-
komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode
tersebut berarti makin cepat perputarannya, atau makin tinggi perputarannya. Berapa lama
periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode perputaran
dari masing-masing komponen modal kerja tersebut.
Modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk uang tunai dan surat
berharga dapat merugikan perusahaan karena menyebabkan berkumpulnya dana yang besar
tanpa penggunaan secara produktif. Kelebihan modal kerja juga akan menimbulkan tidak
efektif dalam operasi perusahaan. Sebaliknya adanya ketidak- cukupan dalam modal kerja
merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahaan.
Komarudin (2005 : 62) menyebutkan lama periode perputaran modal kerjanya tergantung
pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja
tersebut. Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan
dengan jumlah modal kerja rata-rata (working capital turn over). Rasio ini menunjukan
hubungan antara modal kerja dengan penjualan akan menunjukan banyaknya penjualan yang
dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
Ardiyos (2003 : 995) mengemukakan pengertian perputaran modal kerja (working
capital turn over) “Penjualan dibagi dengan rata-rata modal kerja. Perbandingan ini
menunjukan efektivitas badan usaha dalam menggunakan modal kerja untuk memperoleh
penerimaan” jadi dapat dikatakan bahwa perputaran modal kerja menunjukan hubungan
antara penjualan dengan modal kerja yang digunakan untuk menilai keefisienan modal kerja
suatu perusahaan dalam menghasilkan penerimaan atau penjualan. Perputaran modal kerja
dapat dilihat dari perputaran kas (cash turnover), perputaran piutang (receivable turnover),
dan perputaran persediaaan (inventory turnover).
Rentabilitas modal sendiri atau sering juga disebut Return On Equity merupakan
perbandingan antara laba sesudah pajak dengan ekuitas yang diinvestasikan pemegang saham
pada perusahaan. Dimana laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal
sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan
atau income tax (EAT). Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang
bekerja dalam perusahaan. ROE merupakan indikator yang amat penting bagi pemegang
saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
bersih berkaitan dengan pembayaran deviden. Rasio ini memberitahukan kemampuan
menghasilkan laba pada nilai buku investasi pemegang saham dan seringkali digunakan
dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam industri.
Hubungan antara modal kerja dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
dikemukakan oleh Sutarno (2000 : 214) menurutnya modal kerja sangat penting untuk
beberapa alasan. Satu hal yang penting, aktiva lancar dari perusahaan manufaktur jumlahnya
lebih dari setengah jumlah total aktiva. Untuk perusahaan distribusi, jumlahnya lebih besar
lagi. Untuk menjalankan perusahaan secara efisien, piutang dan persediaan harus dimonitor
dan dikembalikan secara sesama. Hal ini penting untuk perusahaan yang berkembang cepat,
karena investasi pada kedua aktiva ini cepat sekali berubah dan sulit dikendalikan, kelebihan
jumlah aktiva lancar bisa berakibat realisasi pengembalian investasi. Namun perusahaan
dengan aktiva lancar yang terlalu sedikit dapat menimbulkan kekurangan dan kesulitan dalam
kelancaran operasi. Modal kerja mendasari dua keputusan penting perusahaan, modal kerja
ini penentu dari tingkat optimal dari investasi pada aktiva lancar dan perpaduan sesuai antara
pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang. Keputusan-keputusan tersebut
mempengaruhi hasil yang diharapkan yaitu laba dalam hal ini disebut Return On Equity.
Dari beberapa teori di atas dapat diketahui bahwa perputaran modal kerja berpengaruh
terhadap Return On Equity. Semakin cepat perputaran modal kerja, semakin baik tingkat
pengembalian dalam bentuk penerimaan (laba) yang disebut Return On Equity.
Dalam pengujian hipotesis, hasilnya menunjukkan bahwa Ho yang diuji ditolak dan
sebaliknya penelitian HA yang diajukan diterima. Hal ini terlihat dari hasil t hitung yang lebih
besar dari t tabel pada taraf signifikan = 5%. Adapun hipotesis yang diajukan adalah
terdapat pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity PT. Unilever
Indonesia, Tbk. Berikut ini data hasil SPSS (Statistical Product Service Solution), yang
menyatakan hasil persamaan regresi tentang pengaruh perputaran modal kerja terhadap
Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk :
Tabel Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
95% Confidence
Interval for B
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
1 (Constant) 1.692 11.957 .142 .000 -153.623 150.238
PMK 183.458 27.868 .989 6.583 .001 -170.636 537.552
a. Dependent Variable: ROE
Berdasarkan tabel Coefficientsa di atas, maka hasil pengujian hipotesis menunjukkan
persamaan ŷ = 1,692 + 183,458 X yang telah teruji keberartiannya pada tingkat signifikan
= 5%. Hal ini menunjukkan nilai constant sebesar 1,692 merupakan nilai dari variabel
Perputaran Modal Kerja. Sedangkan nilai koefisien regresi sebesar 183,458 menunjukkan
bahwa setiap peningkatan satu satuan variabel Perputaran Modal Kerja dapat mempengaruhi
Return On Equity dengan anggapan bahwa variabel bebas lainnya konstan. Memperhatikan
pula hasil olahan SPSS di atas, maka untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian (HA) yang
menyatakan perputaran modal kerja berpengaruh pada Return On Equity PT. Unilever
Indonesia, Tbk, perlu membandingkan besarnya nilai t hitung dengan besarnya nilai t tabel.
Dimana nilai t tabel dari koefisien (b1) hasil analisis regresi dapat diikhtisarkan uji dua sisi
dan derajat kebebasan (df) 2 = 4,303. Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari koefisien
regresi (b1) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel
Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari koefisien regresi
Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity
PT. Unilever Indonesia, Tbk Tahun 2008 -2010
Koefisien Regresi t hitung t tabel
Variabel X 6,583 4,303
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai t hitung variabel X lebih besar dari nilai ttabel yaitu
6,583 > 4,303. Dengan demikian Ho ditolak dan HA diterima. Hal ini berarti terdapat
pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Untuk mengetahui pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity berikut
adalah hasil SPSS (Statistical Product Service Solution) yang menyatakan besarnya
hubungan antara variabel x dan variabel y :
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .989a .977 .955 9.91822 .977 43.338 1 1 .096 1.974
a. Predictors: (Constant), PMK
b. Dependent Variable: ROE
Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan, diperoleh nilai
koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,977. Nilai ini menunjukkan bahwa pengaruh
Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar
97,7%. Hasil ini menunjukkan hubungan positif signifikan antara perputaran modal kerja
terhadap return on equity. Dan sisanya sebesar 2,3% dipengaruhi oleh faktor lain di luar
penelitian seperti net income dan hutang perusahaan. Dalam penelitian ini, penurunan
perputaran modal kerja semakin menurun semakin baik karena mengindikasikan semakin
cepat perputaran modal kerja menjadi return on equity.
Hasil penelitian ini membuktikan teori yang dikemukakan oleh Sutarno (2000) dan Martono
(2002) yang menyatakan hubungan antara modal kerja dan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba, dan konsep yang mendasari manajemen modal kerja yang sehat ada dua
keputusan yang menyatakan persoalan dasar perusahaan, yaitu sebagai berikut : Tingkat
optimal dari investasi pada aktiva lancar dan perpaduan yang sesuai antara pembiayaan
jangka pendek dan jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi pada aktiva
lancar. Untuk menilai keefisiensinya modal kerja dari operasional perusahaan dapat
digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja yang disebut dengan
perputaran modal kerja (working capital turn over). Perbandingan ini menunjukan efektivitas
perusahaan dalam menggunakan modal kerja untuk memperoleh penerimaan dalam hal ini
Return On Equity (ROE). Apabila modal kerja yang terdapat dalam perusahaan digunakan
dengan efektif dan efisien (modal kerja tidak ada yang menganggur dan perputarannya cepat)
maka kesempatan perusahaan untuk mendapatkan laba pun akan semakin besar.
top related