bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 ......57 bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1...
Post on 22-Dec-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Subyek Penelitian
SMP Negeri 2 Boja berdiri sejak 1 Juli 1986,
menempati lahan seluas 11.450 m2 yang berlokasi di
jalan Raya Tampingan Boja. Sekolah ini mempunyai
lahan yang cukup strategis untuk mengembangkan
diri, terbukti pemerintah telah menetapkan SMP 2 Boja
sebagai salah satu Sekolah Standar Nasional (SSN)
berdasarkan surat Dirjen Menejemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Depdiknas No. 968/03/KU/2009. Sejak
tahun 2010 SMP Negeri 2 Boja terakreditasi A. Adapun
Tenaga pendidik di SMP Negeri 2 Boja sebanyak 41
orang dan tenaga kependidikan (karyawan) sebanyak
13 orang. Sedangkan jumlah siswa sebanyak 746 siswa
dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 24 kelas
dengan rincian kelas VII sebanyak 8 rombel, kelas VIII
sebanyak 8 rombel dan kelas IX sebanyak 8 rombel.
Visi SMP Negeri 2 Boja Kecamatan Boja
Kabupaten Kendal adalah “Luhur Budi Pekerti Unggul
Dalam Prestasi “
Adapun misi SMP Negeri 2 Boja Kecamatan Boja
Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut :
a. Mewujudkan pengembangan prestasi akademik
dan non akademik.
b. Mewujudkan pengembangan inovasi model
pembelajaran.
c. Melaksanakan pengembangan proses pembelajaran.
d. Melaksanakan pengembangan tenaga pendidik dan
kependidikan yang kompeten dan profesional.
58
e. Mewujudkan kelembagaan dan manajemen sekolah
yang handal.
f. Mewujudkan program penggalian pembiayaan
sekolah yang memadai.
g. Mewujudkan sistem penilaian yang akurat dan
adil.
h. Mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif,
bersih, indah, nyaman, rindang dan asri.
i. Melaksanakan budaya sekolah untuk membentuk
kepribadian dan karakter building.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2014
sampai dengan 18 Januari 2015. Data diperoleh
melalui wawancara, observasi dan studi dokumen. Data
tahap persiapan dimulai dari pengajuan judul dan
proposal, mencari kajian teori yang sesuai, menyusun
metode penelitian, ujian proposal, mengurus surat ijin
penelitian, observasi lokasi penelitian, pemilihan
sumber data, menyusun jadwal penelitian dan
menyiapkan instrumen penelitian. Data pelaksanaan
kegiatan supervisi diperoleh melalui wawancara,
observasi dan studi dokumen, data tahap pengamatan
diperoleh melalui observasi di dalam kelas, data tahap
akhir kunjungan dan tahap tindak lanjut melalui
interview/wawancara dan dokumentasi.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Permasalahan
Penentuan masalah yang dihadapi guru perlu
diketahui kepala sekolah sebagai tahap awal
59
perencanaan tindakan selanjutnya. Penentuan masalah
ini diperoleh dari pelaksanaan supervisi tahap awal
dengan melihat lembar pemeriksaan dokumen RPP dan
pelaksanaan pembelajaran didalam kelas.
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Dokumen RPP
Tahap 1
No Aspek yang
diamati
Skor Penilaian
Guru Mapel Jml Rt
1 2 3 4
1 Identitas mata
pelajaran/tema 5 4 5 5 19 4,75
2 Kompetensi inti 5 3 5 5 18 4,5
3 Kompetensi dasar 5 3 5 5 18 4,5
4 Indikator
pencapaian
kompetensi
3 3 3 3 12 3
5 Tujuan
pembelajaran 3 3 3 4 13 3,25
6 Materi ajar 3 3 3 4 13 3,25
7 Alokasi waktu 4 3 4 4 15 3,75
8 Metode
pembelajaran 3 3 4 4 14 3,5
9 Kegiatan
pembelajaran
(pendahuluan,
inti, penutup)
3 3 4 4 14 3,5
10 Penilaian hasil
belajar 3 2 3 3 11 2,75
11 Sumber belajar 3 4 4 4 15 3,75
Jumlah skor riil 40 34 43 45 162
Jumlah skor
ideal 55 55 55 55 220
Nilai 72,7 61,8 78,2 81,8 73,6
Sumber: data diolah
Kategori: A: Baik Sekali : 91-100, B: Baik : 75-90, C: Cukup :
55-75, Kurang : <55.
60
Dari tabel 4.1 pemeriksaan dokumen RPP dapat
diketahui bahwa nilai tertinggi 81,8 dan terendah 61,8
dengan rata-rata nilai adalah 73,6 sehingga masuk
dalam kategori C (Cukup).
Berdasarkan pemaparan data tabel 4.1 diatas
tentang hasil pemeriksaan RPP terlihat ada 11
komponen penilaian dalam dokumen pemeriksaan RPP
dan komponen yang masih dalam kategori cukup
terutama pada indikator pencapaian kompetensi
dengan rata-rata skor 3 atau 60%, tujuan pembelajaran
dengan rata-rata skor 3,25 atau 65%, materi ajar
dengan rata-rata skor 3,25 atau 65%, metode
pembelajaran dengan rata-rata skor 3,5 atau 70%,
kegiatan pembelajaran dengan rata-rata skor 3,5 atau
70%, penilaian hasil belajar dengan rata-rata skor 2,75
atau 55%, sedangkan komponen lain sudah diatas skor
3,75 atau 75% artinya dalam kategori baik.
Selanjutnya hasil pengamatan pelaksanaan
pembelajaran tahap 1 dapat dilihat pada tabel 4.2
sebagai berikut:
Tabel. 4.2 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap 1
No Indikator Skor penilaian Guru Mapel
Jml Rt 1 2 3 4
I Pendahuluan
1 Memeriksa kesiapan
siswa
4 3 4 4 15 3,75
2 Melakukan kegiatan
apersepsi
4 4 4 4 16 4
61
No Indikator Skor penilaian Guru Mapel
Jml Rt 1 2 3 4
II KEGIATAN INTI
PEMBELAJARAN
A Penguasaan materi
pelajaran
3 Menunjukkan
penguasaan materi
pembelajaran
4 4 4 4 16 4
4 Mengaitkan materi
dengan pengetahuan
lain yang relevan
3 4 4 4 15 3,75
5 Menyampaikan materi
dengan jelas dan
sesuai dengan hierarki
belajar
4 4 4 4 16 4
6 Mengaitkan materi
dengan realitas
kehidupan
4 3 4 4 15 3,75
B Pendekatan/strategi
pembelajaran
7 Melaksanakan
pembelajaran sesuai
dengan kompetensi
(tujuan) yang akan
dicapai
4 4 4 4 16 4
8 Melaksanakan
pembelajaran secara
runtut
3 4 4 4 15 3,75
9 Menguasai kelas 3 3 3 3 12 3
10 Melaksanakan
pembelajaran yang
bersifat kontekstual
4 4 4 4 16 4
11 Melaksanakan
pembelajaran yang
memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan
positif
4 4 4 4 16 4
12 Melaksanakan
pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu
yang direncanakan
4 4 4 4 16 4
62
No Indikator Skor penilaian Guru Mapel
Jml Rt 1 2 3 4
C Pemanfaatan sumber
belajar/media PBM
13 Menggunakan media
secara efektif /efisien 4 3 4 3 14 3,5
14 Menghasilkan pesan
yang menarik 4 3 4 4 15 3,75
15 Melibatkan siswa dlam
pemanfaatan media 4 3 3 3 13 3,25
D Pembelajaran yang
memicu dan
memelihara
keterlibatan siswa
16 Menumbuhkan
partisipasi aktif siswa
dalam pembelajaran
3 4 4 4 15 3,75
17 Menunjukkan sikap
terbuka terhadap
respons siswa
4 4 4 4 16 4
18 Menumbuhkan
keceriaan dan
antusisme siswa
dalam belajar
3 4 4 4 15 3,75
E Penilaian proses dan
hasil belajar
19 Memantau kemajuan
belajar selama proses 3 3 3 4 13 3,25
20 Melakukan penilaian
akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan)
3 3 3 3 12 3
F Penggunaan bahasa
21 Menggunakan bahasa
lisan dan tulis secara
jelas, baik, dan benar
4 4 4 4 16 4
22 Menyampaikan pesan
dgn gaya yg sesuai 3 4 4 4 15 3,75
III
PENUTUP
23 Melakukan refleksi
atau membuat
rangkuman dengan
melibatkan siswa
3 4 3 4 15 3,75
63
No Indikator Skor penilaian Guru Mapel
Jml Rt 1 2 3 4
24 Melaksanakan tindak
lanjut dengan
memberikan arahan,
atau kegiatan, atau
tugas sebagai bagian
remidi/pengayaan
4 4 4 4 16 4
Jumlah skor 87 88 91 92 358
Nilai 72,5 73,3 75,8 76,7 74,5
Sumber: data diolah
Kategori: A: Baik Sekali: 91-100, B: Baik: 75-90, C: Cukup: 55-75,
Kurang: <55
Dari tabel pelaksanaan pembelajaran tahap 1
dapat dituliskan nilai tertinggi 76,7 dan terendah 73,5,
dengan rata-rata nilai adalah 74,5 sehingga memiliki
kategori C (Cukup).
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dipaparkan
komponen yang masih dalam kategori cukup adalah
menguasai kelas dengan rata-rata skor 3 atau 60%,
melibatkan siswa dalam pemanfaatan media dengan
rata-rata skor 3,25 ata 65%, memantau kemajuan
belajar selama proses pembelajaran dengan rata-rata
skor 3,25 atau 65%, melakukan penilaian akhir sesuai
kompetensi dengan rata-rata skor 3 atau 60%.
Berdasarkan tabel hasil pemeriksaan dokumen
RPP tahap 1 oleh kepala sekolah pada 4 guru IPA
diperoleh skor total guru A sebesar 40 atau nilai 72,7,
guru B sebesar 34 atau nilai 61,8, guru C sebesar 43
atau nilai 78,2, guru D sebesar 45 atau nilai 81,8, dan
secara keseluruhan diperoleh skor total 162 atau nilai
rata-rata 73,6. Berdasarkan data pemeriksaan
dokumen RPP tersebut dapat diketahui bahwa nilai
64
tertinggi 81,8 dan terendah 61,8 dengan rata-rata nilai
adalah 73,6 sehingga masuk dalam kategori C (cukup).
Berdasarkan hasil pengamatan penyusunan RPP
tahap 1, ditinjau dari aspek penyusunan RPP secara
keseluruhan diketahui terdapat 4 aspek yang masih
cukup rendah yaitu indikator pencapaian kompetensi
dengan rata-rata perolehan 3, aspek materi ajar dan
tujuan pembelajaran dengan rata-rata 3,25, dan aspek
penyusunan penilaian hasil belajar dengan rata-rata
2,75.
Berkaitan dengan hal ini, informan 1
mengemukakan sebagai berikut:
Pada prinsipnya saya sebagai guru IPA telah berusaha
menyusun RPP sebagaimana yang diharapkan, hanya saja karena keterbatasan kemampuan hasilnya
mungkin belum seperti yang diharapkan terlebih
untuk penilaian masih sedikit memahaminya
(Wawancara tanggal 8 Desember 2014.)
Selanjutnya informan 2 mengatakan sebagai
berikut:
Saya mengakui masih banyak aspek yang kurang
dikuasai dalam penyusunan RPP sehingga pembuatan RPP dilakukan untuk memenuhi kewajiban sebagai
guru dan mengenai isinya terkadang masih dirasa
membingungkan (Wawancara tanggal 10 Desember
2014).
Dari hasil pemeriksaan RPP dan pelaksanaan
pembelajaran pada supervisi kunjungan kelas tahap 1
aspek aspek yang masih kurang dari guru perlu
mendapatkan tindakan agar meningkat lebih baik lagi
4.3.2 Hasil Tahap Persiapan
Persiapan sebagai tahap perencanaan (planning)
merupakan hal pokok dalam tahap supervisi akademik.
65
Persiapan yang matang akan memudahkan kepala
sekolah dalam pelaksanaan supervisi.
Sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah
sebagai berikut:
Menurut saya persiapan dilakukan lebih awal agar
pelaksanaan supervisi bisa terprogram dengan baik.
Perencanaan program supervisi akademik mengacu pada aturan kedinasan untuk memberikan supervisi
pada guru secara rutin guna peningkatan kualitas
sebagai guru yang profesional, saya menyiapkan
lembar observasi pemeriksaan dokumen RPP dengan
maksud memudahkan penilaian aspek-aspek pada
RPP, menyiapkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran yang dimaksudkan untuk memudahkan
dalam menilai aspek pembelajaran yang harus
dikuasai oleh guru (Wawancara tanggal 5 Desember
2014).
Sebagaimana dikemukakan Informan 1 yang
merupakan guru mapel yang akan disupervisi sebagai
berikut:
Iya, kepala sekolah mempersiapkan program supervisi
kunjungan kelas jauh hari sebelum pelaksanaan yang
didukung dengan instrumen supervisi berupa lembar
observasi penilaian RPP dan pelaksanaan
pembelajaran dalam kelas (Wawancara tanggal 5 Desember 2014).
Hal ini juga dikemukakan oleh informan 2
sebagai berikut
Menurut saya kepala sekolah sudah rutin
memberikan supervisi akademik, hanya saja
sasarannya yang bergantian dan saat ini difokuskan
pada guru IPA yang berjumlah 4 guru. Dalam tahap persiapan ini kepala sekolah menyusun instrumen
lembar observasi penilaian RPP dan kunjungan kelas
untuk mengetahui kemampuan guru dalam
penyusunan RPP dan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran di kelas (Wawancara
tanggal 6 Desember 2014).
66
Berdasarkan beberapa pendapat-pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah perlu
melakukan penyusunan instrumen penelitian sebelum
supervisi akademik dilakukan, hal ini dimaksudkan
agar persiapan supervisi lebih matang sehingga
memudahkan kepala sekolah dalam pelaksanaannya.
Kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah
pada tahap ini meliputi 3 hal yaitu:
1. Menyusun instrumen penelitian, yang terdiri dari :
1). Rencana Kepengawasan Akademik.
2). Lembar observasi pemeriksaan dokumen RPP.
3). Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran.
2. Mengadakan pertemuan dengan guru
Pada tahap ini kepala sekolah mengadakan
pertemuan dengan guru yang akan disupervisi untuk
melaksanakan pemantauan terhadap penyusunan RPP
serta melaksanakan pembinaan sesuai standar proses
dengan dibantu guru pendamping agar penyusunan
dokumen lebih terfokus .
Kepala sekolah bertemu dalam rapat kecil dengan
guru yang akan disupervisi untuk memberitahukan
pelaksanaan pemantauan terhadap penyusunan RPP
serta melaksanakan pembinaan sesuai standar proses.
Pendampingan dilakukan dengan metode individual
agar lebih mengena dan mengetahui kesulitan-
kesulitan yang dihadapi tiap guru.
Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Sekolah
sebagai berikut:
Iya, Saya bertemu dengan guru untuk memberikan
pemberitahuan dan pengarahan lebih awal sebelum
diadakan supervisi, yang dimaksudkan agar ada
kesiapan dari para guru yang akan disupervisi baik
67
penyusunan RPP maupun saat pengelolaan pembelajaran (Wawancara tanggal 5 Desember 2014).
Hal ini juga ditegaskan oleh informan1 “Iya,
kepala sekolah memberitahukan kepada para guru
dalam pertemuan yang dikhususkan pada guru yang
akan menjadi obyek supervisi akademik kunjungan
kelas, agar memiliki kesiapan lebih awal” (Wawancara
tanggal 8 Desember 2014).
Sejalan dengan hal tersebut informan 2
mengatakan “Kepala sekolah memberikan pengarahan
dan pembinaan sebelum diadakan supervisi tindak
lanjut dan menunjuk guru pendamping agar dapat
membantu kesulitan guru dalam penyusunan dokumen
RPP” (Wawancara tanggal 8 Desember 2014).
Dalam penelitian supervisi akademik kunjungan
kelas oleh kepala sekolah ini difokuskan pada 4 guru
IPA, yaitu: Sugiyanta, S.Pd pengampu kelas VII F, Ida
Rosida, S.Pd pengampu kelas VIII B, Tri Indratwari,
S.Pd pengampu kelas VIII G, Sri Winda Agustina W,
S.Pd pengampu kelas VII E. Pada tahap ini, kepala
sekolah merencanakan waktu, sasaran, dan cara
mengobservasi selama kunjungan kelas.
Sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah
”Iya, semua guru yang akan disupervisi hendaknya
mengetahui waktu, sasaran dan teknik supervisi
kunjungan kelas yang akan dilakukan sehingga
pelaksanaan supervisi kunjungan kelas lebih efektif
dan efisien” (Wawancara tanggal 5 Desember 2014).
Hal ini juga ditegaskan oleh informan 1 “Iya
benar, memang semua guru IPA diberitahu tentang
68
waktu dan sasaran pelaksanaan supervisi kunjungan
kelas” (Wawancara tanggal 8 Desember 2014).
Lebih lanjut dijelaskan oleh informan 3, sebagai
berikut
Menurut saya pada tahap pertemuan awal semua
guru IPA memperoleh pengarahan tentang program
supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah berkaitan dengan waktu, sasaran dan cara
pelaksanaan. Waktu supervisi sebagaimana jadwal
yang telah ditentukan selama 2 minggu, dan
sasarannya adalah kemampuan 4 guru IPA dalam
penyusunan RPP dan pengelolaan kelas, teknik yang
dilakukan oleh kepala sekolah berupa kunjungan kelas (Wawancara tanggal 8 Desember 2014).
3. Menyusun jadwal supervisi
Penyusunan jadwal pelaksanaan supervisi
kunjungan kelas penting dilakukan agar untuk
memudahkan guru dalam pengaturan waktu supervisi,
selain itu agar guru IPA memiliki persiapan waktu.
Jadwal pelaksanaan supervisi kunjungan kelas
dilaksanakan 2 kali yaitu tahap awal dan tahap tindak
lanjut. Tahap awal digunakan untuk melihat
permasalahan atau kesulitan yang dialami tiap guru.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana hasil
dokumentasi peneliti pada tabel 4.1 berikut:
69
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Supervisi
Kunjungan Kelas pada Guru Mata Pelajaran IPA
No
Nama Guru
Kelas
Waktu Pelaksanaan
Ket Supervisi
Awal
Supervisi
Tindak
Lanjut
1. Sugiyanta, S.Pd VII F Senin, 10 Nov 2014
Senin, 17 Nov 2014
Jam 4-5
2. Ida Rosida, S.Pd VIIIB Rabu,
12 Nov 2014
Rabu,
19 Nov 2014
Jam
3-4
3. Tri Indratwari,
S.Pd
VIIIG Jum’at,
14 Nov 2014
Jum’at,
21 Nov 2014
Jam
4-5
4, Sri Winda A. W,
S.Pd
VIIE Jum’at,
14 Nov 2014
Jum’at,
21 Nov 2014
Jam
1-2
Berdasarkan hasil dokumentasi mengenai jadwal
pelaksanaan supervisi kunjungan kelas diperoleh
informasi bahwa pelaksanaan supervisi kunjungan
kelas dijadwalkan 2 (dua) tahap yaitu tahap 1 (awal)
yang dimulai Senin, 10 Nov 2014 hingga Jum’at, 14
Nov 2014 dan tahap 2 (tindak lanjut) yang dimulai
Senin, 17 Nov 2014 hingga Jum’at, 21 Nov 2014.
Sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah
sebagai berikut:
Untuk penjadwalan supervisi akademik dilaksanakan
berdasarkan kalender akademik dan dan program kepala sekolah. Hal ini juga disesuaikan dengan
waktu pembelajaran yang tidak berbenturan dengan
kegiatan pokok sekolah (Wawancara tanggal 5
Desember 2014).
Sebagaimana dikemukakan oleh informan 1
sebagai berikut “Iya, waktu pelaksanaan supervisi
disesuaikan dengan waktu pembelajaran sebagaimana
biasanya sehingga hal ini tidak mengganggu jadwal
pembelajaran yang lainnya”. (Wawancara tanggal 8
Desember 2014).
70
Lebih lanjut diperjelas oleh informan 4 “Iya,
semua guru IPA mengetahui adanya jadwal
pelaksanaan supervisi kunjungan kelas yang akan
dilaksanakan oleh kepala sekolah selama 2 tahap”.
(Wawancara tanggal 9 Desember 2014)
Berdasarkan hasil dokumentasi dan wawancara
pada tahap persiapan ini dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah melakukan 3 kegiatan pokok yaitu: 1)
penyusunan instrumen penelitian, meliputi: a) rencana
kepengawasan akademik, b) lembar observasi
pemeriksaan dokumen RPP, dan c) lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran, 2) mengadakan pertemuan
dengan guru, 3) menyusun jadwal supervisi.
4.3.3 Hasil Tahap Observasi (Pengamatan)
Hasil pengamatan supervisi kunjungan kelas ini
yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dapat dilihat
pada lembar observasi pemeriksaan dokumen RPP dan
lembar observasi pelaksanaan pembelajaran sebagai
dasar penilaian profesionalisme guru dalam
pembelajaran dengan membandingkan hasil
pelaksanaan supervisi tahap awal dengan hasil
pelaksanaan supervisi setelah diadakan tindakan
1. Observasi penyusunan RPP
Observasi awal yang dilakukan oleh kepala
sekolah adalah pengamatan terhadap penyusunan RPP
pada keempat guru IPA di SMPN 2 Boja yang mengacu
pada lembar observasi. Aspek-aspek dalam RPP yang
menjadi sasaran observasi kepala sekolah meliputi 11
aspek yaitu: 1) aspek identitas mata pelajaran/tema, 2)
aspek kompetensi inti, 3) aspek kompetensi dasar, 4)
71
aspek indikator pencapaian kompetensi, 5) aspek
tujuan pembelajaran, 6) aspek materi ajar, 7) aspek
alokasi waktu, 8) aspek metode pembelajaran, 9) aspek
kegiatan pembelajaran (pendahuluan, inti, penutup),
10) aspek penilaian hasil belajar, 11) aspek sumber
belajar.
2. Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap ini, kepala sekolah mengamati
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
IPA di kelas. Kepala sekolah mengamati dengan
menggunakan lembar observasi dengan berbagai aspek
yang telah disusun sebelumnya dan diketahui oleh
semua guru IPA.
Hasil observasi kunjungan kelas pada
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh 4
guru IPA difokuskan pada 24 aspek sebagai berikut 1)
aspek memeriksa kesiapan siswa, 2) aspek melakukan
kegiatan apersepsi, 3) aspek menunjukkan penguasaan
materi pembelajaran, 4) aspek mengaitkan materi
dengan pengetahuan lain yang relevan, 5) aspek
menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan
hierarki belajar, 6) aspek mengaitkan materi dengan
realitas kehidupan, 7) aspek melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang
akan dicapai, 8) aspek melaksanakan pembelajaran
secara runtut, 9) aspek menguasai kelas, 10) aspek
melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual,
11) aspek melaksanakan pembelajaran yang
memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, 12)
aspek melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
72
alokasi waktu yang direncanakan, 13) aspek
menggunakan media secara efektif /efisien, 14) aspek
menghasilkan pesan yang menarik, 15) aspek
melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, 16) aspek
menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran, 17) aspek menunjukkan sikap terbuka
terhadap respons siswa, 18) aspek menumbuhkan
keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, 19)
aspek memantau kemajuan belajar selama proses, 20)
aspek melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan), 21) aspek menggunakan bahasa
lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar, 22) aspek
menyampaikan pesan dgn gaya yg sesuai, 23) aspek
melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa, 24) aspek melaksanakan tindak
lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau
tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
Hasil penilaian pemeriksaan dokumen RPP tahap
2 (tindak lanjut) dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Pemeriksaan Dokumen RPP
Tahap 2 (Tindak Lanjut).
No Aspek yang diamati
Skor Penilaian
Guru Mapel Jml Rt
1 2 3 4
1 Identitas mata
pelajaran/tema
5 5 5 5 20 5
2 Kompetensi inti 5 4 5 5 19 4,75
3 Kompetensi dasar 5 4 5 5 19 4,75
4 Indikator pencapaian
kompetensi
4 4 4 4 16 4
5 Tujuan pembelajaran 4 3 4 5 16 4
73
6 Materi ajar 4 3 4 5 16 4
7 Alokasi waktu 4 4 5 5 18 4,5
8 Metode pembelajaran 3 3 4 4 14 3,5
9 Kegiatan pembelajaran
(pendahuluan, inti,
penutup)
4 4 4 4 16 4
10 Penilaian hasil belajar 3 4 4 3 14 3,5
11 Sumber belajar 4 4 4 4 16 4
Jumlah skor riil 45 42 48 43 178
Jumlah skor ideal 55 55 55 55 220
Nilai 81,8 76,3 87,3 78,2 80,9
Sumber: data diolah
Kategori: A: Baik Sekali: 91-100, B: Baik: 75-90, C: Cukup: 55-75,
Kurang: <55
Dari tabel 4.4 pemeriksaan dokumen RPP dapat
dituliskan nilai tertinggi 87,3 dan terendah 76,3,
dengan rata-rata nilai persentase adalah 80,9 sehingga
memiliki kategori Baik (B).
Pada pemeriksaan dokumen RPP tahap 2 ini
semua komponen sudah memperoleh rata-rata skor
diatas 3,5 atau 75% sehingga termasuk dalam kategori
Baik.
Selanjutnya hasil penilaian pengamatan
pelaksanaan pembelajaran tahap 2 dapat dilihat pada
tabel 4.5 dibawah ini sebagai berikut:
74
Tabel. 4.5 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap 2
No Indikator
Skor penilaian Guru
Mapel Jml
Rata
-
Rata 1 2 3 4
I Pendahuluan
1 Memeriksa kesiapan siswa 5 4 4 4 17 4,25
2 Melakukan kegiatan apersepsi 5 4 4 4 17 4,25
II KEGIATAN INTI
PEMBELAJARAN
A Penguasaan materi pelajaran
3 Menunjukkan penguasaan
materi pembelajaran
5 4 4 5 18 4,5
4 Mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan
4 4 4 4 16 4
5 Menyampaikan materi dengan
jelas dan sesuai dengan hierarki
belajar
4 4 4 4 16 4
6 Mengaitkan materi dengan
realitas kehidupan
5 4 4 5 18 4,5
B Pendekatan/strategi
pembelajaran
7 Melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai
5 4 5 4 18 4,5
8 Melaksanakan pembelajaran
secara runtut
4 4 4 4 16 4
9 Menguasai kelas
4 4 4 5 17 4,25
10 Melaksanakan pembelajaran
yang bersifat kontekstual
5 4 4 4 17 4,25
11 Melaksanakan pembelajaran
yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif
4 4 4 4 16 4
12 Melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan
4 4 4 4 16 4
75
C Pemanfaatan sumber
belajar/media PBM
13 Menggunakan media secara
efektif /efisien
5 4 4 4 17 4,25
14 Menghasilkan pesan yang
menarik
5 4 4 4 17 4,25
15 Melibatkan siswa dlam
pemanfaatan media
4 4 5 4 17 4,25
D Pembelajaran yang memicu
dan memelihara keterlibatan
siswa
16 Menumbuhkan partisipasi aktif
siswa dalam pembelajaran
5 4 4 4 17 4,25
17 Menunjukkan sikap terbuka
terhadap respons siswa
4 4 4 4 16 4
18 Menumbuhkan keceriaan dan
antusisme siswa dalam belajar
4 4 4 4 16 4
E Penilaian proses dan hasil
belajar
19 Memantau kemajuan belajar
selama proses
4 4 5 4 17 4,25
20 Melakukan penilaian akhir
sesuai dengan kompetensi
(tujuan)
5 5 4 4 18 4,5
F Penggunaan bahasa
21 Menggunakan bahasa lisan dan
tulis secara jelas, baik, dan
benar
4 4 4 4 16 4
22 Menyampaikan pesan dgn gaya
yg sesuai
4 5 4 4 17 4,25
III PENUTUP
23 Melakukan refleksi atau
membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa
5 4 4 4 17 4,25
24 Melaksanakan tindak lanjut
dengan memberikan arahan,
atau kegiatan, atau tugas
sebagai bagian
remidi/pengayaan
5 4 5 4 18 4,5
76
Sumber: data diolah
Kategori: A: Baik Sekali: 91-100, B: Baik: 75-90, C: Cukup:
55-75, K: Kurang: <55.
Dari tabel 4.5 tentang pengamatan pelaksanaan
pembelajaran dapat dituliskan nilai tertinggi 90 dan
terendah 81,7, dengan rata-rata nilai adalah 84,4
sehingga memiliki kategori Baik (B), artinya tiap
komponen dalam pelaksanaan pembelajaran sudah
memperoleh rata rata skor 4 dan diatas 4 atau dalam
prosentase 80% sehingga masuk dalam kategori baik.
Adapun hasil pengamatan penyusunan RPP
tahap 2 sebagai tahap tindak lanjut oleh kepala sekolah
pada 4 guru IPA diperoleh skor total guru A sebesar 45
atau nilai 81,8, guru B sebesar 41 atau nilai 76,3, guru
C sebesar 48 atau nilai 87,3, guru D sebesar 43 atau
nilai 78,2, dan secara keseluruhan diperoleh skor total
keempat guru yaitu 178 atau nilai rata-rata 80,9.
Sehingga pemeriksaan dokumen RPP dapat dituliskan
nilai tertinggi 87,3 dan terendah 76,3, dengan rata-rata
nilai adalah 80,9 sehingga memiliki kategori Baik (B),
dan bisa disimpulkan mengalami peningkatan dari
pelaksanaan supervisi tahap 1.
Ditinjau dari aspek penyusunan RPP tahap 2,
secara keseluruhan pada 11 aspek RPP sudah
termasuk dalam kategori baik.
Pada tahap awal pengamatan pelaksanaan
pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut. Guru A
memperoleh skor 87 atau nilai 72,5, Guru B
Jumlah skor 108 98 100 99 405
Nilai 90 81,7 83,3 82,5 84,4
77
memperoleh skor 88 atau nilai 73,3, Guru C
memperoleh skor 91 atau nilai 75,8, Guru D
memperoleh skor 92 atau nilai 76,7, dan secara
keseluruhan diperoleh skor total 358 atau nilai 74,5.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut
pelaksanaan pembelajaran tahap 1 dapat dituliskan
nilai tertinggi 76,7 dan terendah 73,5, dengan rata-rata
nilai adalah 74,5 sehingga memiliki kategori C (cukup).
Ditinjau dari aspek/indikator pelaksanaan
pembelajaran hasil pengamatan tahap 1, secara
keseluruhan diketahui terdapat 2 aspek yang masih
cukup rendah yaitu indikator penguasaan kelas dan
penilaian hasil belajar dengan rata-rata 3, sedangkan
aspek lainnya sudah dalam kondisi cukup dengan rata-
rata di atas 3.
Sebagaimana diungkapkan kepala sekolah
“Memang benar untuk supervisi tahap awal ini saya
lihat masih banyak guru yang kesulitan dalam
penguasaan kelas dan pada tahap penilaian hasil
belajar, hal ini penyebabnya untuk masing-masing
guru berbeda“ (Wawancara tanggal 5 Desember 2014).
Lebih lanjut ditegaskan informan1 sebagai
berikut
Iya, saya menyadari masih banyak anak yang belum
bisa belajar dengan baik di kelas sehingga saya
rasakan pembelajaran belum maksimal, ditambah lagi
saya belum begitu menguasai penilaian karena
menurut saya terlalu rumit dan membutuhkan waktu tersendiri (Wawancara tanggal 8 Desember 2014).
Adapun tahap ke 2 sebagai tahap tindak lanjut
pengamatan pelaksanaan pembelajaran diperoleh hasil
sebagai berikut Guru A memperoleh skor 108 atau nilai
78
90, Guru B memperoleh skor 98 atau nilai 81,7, Guru
C memperoleh skor 100 atau nilai 83,3, Guru D
memperoleh skor 99 atau nilai 82,5, dan secara
keseluruhan diperoleh skor total 405 atau nilai 84,4.
Sebagaimana diungkapkan kepala sekolah
“Memang benar untuk supervisi tahap kedua ini saya
lihat sudah banyak guru sudah melaksanakan
pembelajaran dengan baik, hanya untuk penilaian
dalam pembelajaran perlu ditingkatkan efektifitasnya”.
(Wawancara tanggal 5 Desember 2014)
Lebih lanjut ditegaskan informan1 ”Iya, saya
bersyukur sudah bisa melaksanakan pembelajaran
dengan baik meskipun saya menyadari masih agak
kesulitan untuk melaksanakan penilaian yang sesuai
standar kurikulum di kelas mengingat keterbatasan
waktu”. (Wawancara tanggal 8 Desember 2014)
Ditinjau dari masing-masing aspek diketahui
bahwa semua aspek sudah mengalami perbaikan
dengan nilai masing-masing aspek rata-rata minimal
sebesar 4.
4.3.4 Hasil Tahap Akhir Kunjungan atau Refleksi
Kepala sekolah memberikan refleksi setelah
pelaksanaan supervisi akademik kunjungan kelas
selesai. Setelah melaksanakan supervisi akademik
kunjungan kelas, guru dan kepala sekolah
mengadakan diskusi untuk menyampaikan kelebihan
dan kelemahan-kelemahan yang terjadi saat mengajar.
Kelebihan-kelebihan yang terjadi supaya dipertahankan
dan ditingkatkan lebih baik lagi sementara kelemahan -
kelemahannya diperlukan pemecahan dan solusi
79
sehingga kelemahan-kelemahan itu tidak terjadi dan
terulang pada kegiatan pembelajaran pada waktu yang
lain.
Sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah
“Menurut saya refleksi dimaksudkan untuk
mempertemukan permasalahan yang ditemukan,
Kepala sekolah memberikan kesempatan pada guru
mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan harus
diperbaiki” (Wawancara tanggal 5 Desember 2014).
Hal ini juga dikemukakan oleh informan 1 ”Iya,
semua guru IPA masing-masing diberi kesempatan
untuk mendiskusikan kelebihan dan kekurangan yang
ada pada masing-masing guru untuk dicarikan
solusinya”. (Wawancara tanggal 8 Desember 2014).
Lebih lanjut informan 3 mengatakan “Menurut
saya tahap refleksi dilakukan oleh kepala sekolah
untuk menyelesaikan keluhan yang dihadapi oleh guru,
baik keluhan dan kesulitan guru saat penyusunan RPP
maupun pengelolaan pembelajaran dalam kelas”.
(Wawancara 9 Desember 2014).
Hal ini juga dipertegas oleh informan 4 “Memang
benar bahwa semua guru merespon baik pada kepala
sekolah yang segera memberikan refleksi pasca
pelaksanaan supervisi kunjungan kelas, sehingga
problem guru IPA diketahui pasti oleh kepala sekolah”.
(Wawancara tanggal 9 Desember 2014).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada tahap akhir kunjungan atau
refleksi, kepala sekolah dan guru mengadakan diskusi
untuk menyampaikan kelebihan dan kelemahan-
80
kelemahan yang terjadi saat mengajar untuk
dipecahkan secara bersama.
4.3.5 Tahap Tindak lanjut
Kepala sekolah memberikan tahap tindak lanjut
setelah pemberian supervisi kunjungan kelas selesai.
Tahap tindak lanjut ini dimaksudkan untuk
melanjutkan pembinaan dalam rangka perbaikan
perilaku guru yang masih lemah untuk supervisi
berikutnya. Pembinaan difokuskan pada 2 hal, yaitu: 1)
pembinaan penyusunan RPP yang baik dan benar
sesuai dengan aturan yang berlaku, 2) pembinaan
pengelolaan pembelajaran di kelas secara profesional.
Pembinaan diberikan pada semua guru IPA dan
khususnya guru yang memiliki nilai pengamatan paling
rendah, namun tidak membatasi pada guru IPA yang
sudah memiliki nilai pengamatan cukup baik.
Pembinaan diprioritaskan pada aspek
penyusunan RPP dan pengelolaan kelas yang dirasa
masih rendah. Pembinaan ini diberikan dalam bentuk
kongkrit seperti cara penyusunan aspek RPP yang
benar, dan kepala sekolah membetulkan kekurangan
dari guru. Demikian pula kekurangan pada aspek
pengelolaan pembelajaran baik secara pribadi maupun
keseluruhan. Kepala sekolah juga menunjuk guru yang
sudah melaksanakan pelatihan kurikulum 2013 untuk
mendampingi guru dalam menyusun dokumen
pembelajarannya dan mengintensifkan pertemuan
individualnya.
Sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah
“Pembinaan sengaja diberikan khususnya pada aspek
81
yang masih dirasa sulit baik kesulitan dalam RPP
maupun pengelolaan kelas”. (Wawancara tanggal 5
Desember 2014).
Hal ini ditegaskan informan 2 yang mengatakan
”Iya, pada dasarnya semua guru IPA mengapresiasi
positif pada kepala sekolah yang berlaku bijak dalam
pemberian pembinaan secara kongkrit baik tahap
perbaikan aspek RPP maupun tata cara penguasaan
kelas agar tetap kondusif” (Wawancara tanggal 8
Desember 2014).
Lebih lanjut menurut informan 3 mengatakan
“Pembinaan dilakukan agar semua guru tetap optimis
dalam perbaikan penyusunan RPP dan pengelolaan
kelas agar tetap kondusif”. (Wawancara tanggal 9
Desember 2014).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat
disimpulkan bahwa tahap tindak lanjut supervisi
kunjungan kelas berupa pembinaan dalam rangka
perbaikan perilaku guru yang masih lemah agar lebih
profesional, khususnya pada 2 komponen yaitu: 1)
pembinaan penyusunan RPP, 2) pembinaan
pengelolaan pembelajaran.
4.3.5 Hasil penelitian profesionalisme guru
Hasil pemeriksaan dokumen RPP tahap awal
diperoleh nilai untuk guru A yaitu 72,7, guru B yaitu
61,8, guru C yaitu 78,2 dan guru D yaitu 81,8,
sehingga terdapat 2 guru yang masih dalam kategori
cukup, sedangkan pada tahap 2 diperoleh nilai untuk
guru A yaitu 81,8, guru B yaitu 76,3, guru C yaitu 87,3
82
dan guru D yaitu 78,2, artinya semua guru sudah
dalam kategori baik pada pemeriksaan dokumen RPP
ini.
Pada pelaksanaan pembelajaran tahap awal
diperoleh nilai untuk guru A yaitu 72,7, guru B yaitu
73,3, guru C yaitu 75,8 dan guru D yaitu 76,7,
sehingga terdapat 2 guru yang masih dalam kategori
cukup. Sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran
tahap 2 setelah tindak lanjut diperoleh nilai untuk guru
A yaitu 90, guru B yaitu 81,7, guru C yaitu 83,3 dan
guru D yaitu 82,5, sehingga semua guru sudah
memperoleh nilai dalam kategori baik. Berdasarkan
data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa setelah
diadakan tindakan semua guru mengalami peningkatan
kemampuan profesionalismenya dengan nilai rata-rata
pemeriksaan RPP dari 73,6 menjadi 80,9 dan pada
pelaksanaan pembelajaran memperoleh nilai rata-rata
dari 74,5 menjadi 84,4 sehingga semua guru sudah
masuk dalam kategori baik. Hal ini berarti penelitian
tindakan yang dilakukan dengan mengefektifkan tindak
lanjut supervisi akademik kunjungan kelas berhasil
meningkatkan profesionalisme guru dalam
pembelajaran.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Permasalahan
Pada penelitian ini supervisi awal ditujukan
untuk mencari permasalahan profesionalisme guru
dalam pembelajaran dengan melihat hasil pemeriksaan
dokumen RPP dan observasi pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini dijadikan pedoman untuk
83
melakukan solusi tindakan yang akan dilaksanakan.
Penentuan permasalahan ini berbeda dengan penelitian
Hasan (2011) dan Dalawi (2013), karena mereka
menentukan permasalahan melalui studi dokumen
administrasi yang dimiliki guru dan melalui
wawancara.
4.4.2 Tahap Persiapan
Untuk mengefektifkan program supervisi
kunjungan kelas, maka diperlukan tahap persiapan
sebagai bentuk perencanaan awal oleh kepala sekolah.
Persiapan sebagai tahap perencanaan (planning)
merupakan hal pokok dalam tahap supervisi akademik
kunjungan kelas. secara logis hal ini diasumsikan
bahwa persiapan yang maksimal akan memudahkan
kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi kunjungan
kelas.
Ada 3 hal pokok yang dilakukan oleh kepala
sekolah pada tahap persiapan yaitu: 1) Penyusunan
instrumen penelitian, 2) Mengadakan pertemuan
dengan guru, dan 3) menyusun jadwal pelaksanaan
supervisi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Imron (2011: 60)
bahwa tahap persiapan menjadi penting setelah kepala
sekolah memperoleh data untuk penyusunan rencana
supervisi, mengenai apa yang perlu menjadi sasaran
supervisi, apa pendekatan dan teknik yang akan
digunakan, dan bagaimana pembagian alokasi waktu
dan perhatiannya.
84
Sejalan dengan pemikiran Imron, Hasan (2011:
15) dalam penelitian juga menegaskan bahwa tahap
persiapan perlu dilakukan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan tindakan. Persiapan tersebut
meliputi membuat panduan supervisi akademik,
mempersiapkan dokumen-dokumen pendukung
pelaksanaan supervisi akademik, dan menyusun
instrumen penelitian.
Penyusunan instrumen penelitian pada penelitian
ini terdiri dari: 1). Rencana kepengawasan akademik,
2). Lembar observasi pemeriksaan dokumen RPP, 3).
Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran. Persiapan
dilakukan lebih awal agar pelaksanaan supervisi bisa
terprogram dengan baik. Dalam perencanaan ini kepala
sekolah merencanakan program supervisi akademik
mengacu pada aturan kedinasan sebagai kepala
sekolah untuk memberikan supervisi pada guru secara
rutin guna peningkatan kualitas sebagai guru yang
profesional, kepala sekolah menyiapkan lembar
observasi pemeriksaan dokumen RPP dengan maksud
memudahkan penilaian aspek-aspek pada RPP, kepala
sekolah menyiapkan lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran yang dimaksudkan untuk memudahkan
kepala sekolah dalam menilai aspek pembelajaran yang
harus dikuasai oleh guru.
Pada tahap selanjutnya kepala sekolah
mengadakan pertemuan dengan guru, hal ini
dimaksudkan untuk memberitahukan pengarahan
lebih awal sebelum diadakan supervisi, yang
dimaksudkan agar ada kesiapan dari para guru yang
85
akan disupervisi baik penyusunan RPP maupun saat
pengelolaan pembelajaran.
Penyusunan jadwal pelaksanaan supervisi
kunjungan kelas dilakukan untuk memudahkan kepala
sekolah dalam pengaturan waktu supervisi, selain itu
agar guru IPA memiliki persiapan waktu. Penjadwalan
supervisi akademik dilaksanakan berdasarkan kalender
akademik dan dan program kepala sekolah. Hal ini juga
disesuaikan dengan waktu pembelajaran yang tidak
berbenturan dengan kegiatan pokok sekolah.
4.4.3 Tahap Pengamatan/Observasi
Berdasarkan hasil penelitian tindak lanjut
supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah pada 4
guru IPA di SMP N 2 Boja dapat dinyatakan bahwa
telah berlangsung dengan efektif. Keefektifan ini
dibuktikan dengan kelancaran proses supervisi dari
persiapan awal, pelaksanaan hingga tindak lanjut oleh
kepala sekolah yang diamati oleh peneliti sebagai
observer. Dampak dari tindak lanjut supervisi ini
berupa profesionalisme guru IPA yang mengalami
peningkatan yang ditandai dengan kemampuannya
dalam mengelola pembelajaran. Hal ini senada dengan
ungkapan Bordman (dalam Sahertian, 2004: 17) bahwa
supervisi adalah usaha menstimulasi, koordinasi dan
membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru
di sekolah baik secara individu maupun kelompok/
kolektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.
Kepala sekolah melakukan supervisi kunjungan
kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
86
dengan mengacu pada instrumen yang telah
dipersiapkan di awal. Kegiatan awal penelitian ini
dimulai dengan pengamatan perangkat pembelajaran
berupa pengamatan RPP yang disusun oleh masing-
masing guru IPA melalui wawancara maupun observasi
langsung.
Kepala sekolah memantau dengan seksama
seluruh kegiatan yang dilakukan guru dengan disertai
membuat catatan-catatan kecil. Setelah pelaksanaan di
dalam kelas guru diberi waktu untuk berbincang -
bincang mengenai pembelajaran yang sudah dilakukan.
Pelaksanaan supervisi akademik kunjungan kelas
dilaksanakan 2 kali pertemuan, setelah pelaksanaan
supervisi awal kepala sekolah mengadakan tanya jawab
mengenai kesulitan guru dalam pembelajaran,
kemudian kepala sekolah memberi saran, masukan
dan pembinaan individual guna perbaikan lebih lanjut.
Untuk mengecek keberlanjutan supervisi ini kepala
sekolah kembali melaksanakan supervisi terhadap guru
yang bersangkutan untuk mengecek ada tidaknya
perubahan peningkatan kualitas profesionalisme guru
dalam pembelajaran.
Dari pelaksanaan itu ada beberapa temuan dalam
supervisi kunjungan kelas di SMP Negeri 2 Boja yaitu
adanya peningkatan pada profesionalisme guru IPA
dalam pembelajaran. Supervisi yang dilakukan dengan
disertai tindak lanjut ini membuat guru merasa
diperhatikan dan menjadi lebih termotivasi untuk
menyiapkan segala keperluan dalam pembelajaran
sehingga kondisi pembelajaran di dalam kelas menjadi
lebih kondusif.
87
Hasil supervisi kunjungan kelas dapat dilihat dari
hasil observasi pada 2 komponen yaitu hasil observasi
penyusunan RPP dan hasil observasi pelaksanaan
pembelajaran. Supervisi kunjungan kelas yang
dilakukan oleh kepala sekolah ini memberikan
gambaran riil mengenai kompetensi guru IPA di SMPN
2 Boja dalam penyusunan RPP dan pengelolaan kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan
observer pada supervisi kunjungan kelas oleh kepala
sekolah pada 4 guru IPA diperoleh perbandingan hasil
nilai sebagaimana tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6. Perbandingan hasil studi dokumentasi
tahap awal (1) dan tahap setelah tindak lanjut (2)
No Komponen Guru
A
Guru
B
Guru
C
Guru
D
Total
1 Penyusunan
RPP I
72,7 61,8 78,2 81,8 73,6
2 Penyusunan
RPP II
81,8 76,3 87,3 78,2 80,5
3 Pelaks
Pemb. I
72,5 73,3 75,8 76,7 74,5
4 Pelaks
Pemb. II 90 81,7 83,3 82,5 84,4
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut diketahui bahwa
hasil pengamatan tahap I penyusunan RPP secara
keseluruhan masih berada dalam kategori cukup
dengan nilai sebesar 73,6, dan mengalami peningkatan
pada tahap II sebesar 80,9 atau berada dalam kategori
baik.
88
Ditinjau dari aspek penyusunan RPP tahap 1,
secara keseluruhan diketahui terdapat 4 aspek yang
masih cukup rendah yaitu indikator pencapaian
kompetensi dengan skor rata-rata perolehan 3 atau
dengan prosentase 60%, aspek materi ajar dan tujuan
pembelajaran memperoleh skor rata-rata 3,25 atau
dengan prosentase 65%, dan aspek penyusunan
penilaian hasil belajar dengan skor rata-rata 2,75 atau
dengan prosentase 50%. Ditinjau dari aspek
penyusunan RPP tahap 2, secara keseluruhan sudah
mengalami peningkatan pada 11 aspek RPP yang dinilai
sehingga termasuk dalam kategori baik.
Berdasarkan fenomena ini maka diperlukan
upaya oleh kepala sekolah dalam memperbaiki aspek
penyusunan penilaian hasil belajar dengan adanya
supervisi akademik kunjungan kelas. Hal ini senada
dengan Pidarta (2009: 25) menyebutkan supervisi
merupakan segala bantuan dari para pimpinan
sekolah, yang tertuju kepada perkembangan
kepemimpinan guru-guru personel sekolah lainnya di
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut juga diketahui
bahwa hasil pengamatan tahap I pelaksanaan
pembelajaran secara keseluruhan masih berada dalam
kategori cukup dengan nilai sebesar 74,5, dan
mengalami peningkatan pada tahap II sebesar 84,4
atau berada pada kategori baik .
Ditinjau dari aspek/indikator pelaksanaan
pembelajaran hasil pengamatan tahap 1, secara
keseluruhan diketahui terdapat 2 aspek yang masih
cukup rendah yaitu indikator penguasaan kelas dan
89
penilaian hasil belajar dengan skor rata-rata 3 atau
dengan prosentase 60%, sedangkan aspek lainnya
sudah dalam kondisi cukup dengan rata-rata di atas 3.
Adapun tahap ke 2 sebagai tahap tindak lanjut
pengamatan pelaksanaan pembelajaran, ditinjau dari
masing-masing aspek diketahui bahwa semua aspek
sudah mengalami perbaikan dengan nilai masing-
masing aspek rata-rata minimal sebesar 4 atau 80%
sudah tercapai.
Berdasarkan fenomena tersebut maka
pelaksanaan supervisi tahap 2 dinilai sudah mampu
mengkondisikan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran. Hal ini mengandung arti bahwa
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
sudah dinilai baik. Hal ini juga menunjukkan tingkat
profesionalisme guru IPA di SMP Negeri 2 Boja dapat
terpenuhi sehingga pembelajaran lebih kondusif.
Sebagaimana dikemukakan oleh Usman (2006: 19),
kompetensi profesional secara spesifik dapat dilihat
dari indikator-indikator antara lain berupa: 1)
Menguasai landasan pendidikan, yaitu mengenal
tujuan pendidikan, mengenal fungsi sekolah dan
masyarakat, serta mengenal prinsip-prinsip psikologi
pendidikan. 2) Menguasai bahan pengajaran, yaitu
menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan
dasar dan menengah, menguasai bahan penghayatan.
3) menyusun program pengajaran, yaitu menetapkan
tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan
bahan pengajaran, memilih dan mengembangkan
strategi belajar mengajar, memilih media
90
pembelajaran yang sesuai, memilih dan
memanfaatkan sumber belajar, melaksanakan program
pengajaran, menciptakan iklim belajar mengajar yang
tepat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi
belajar mengajar. Lebih lanjut hal ini dikemukakan
oleh Usman (2006: 19), kompetensi profesional secara
spesifik dapat dilihat dari indikator-indikator antara
lain berupa penilaian hasil dan proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Pada penelitian yang dilakukan Hasan (2011: 17)
dinyatakan bahwa observasi/pengamatan dilakukan
untuk melihat seberapa besar peningkatan yang terjadi
setelah tindakan dilakukan dengan melihat kondisi riil
di lapangan.
4.4.4 Tahap Akhir Kunjungan
Kepala sekolah memberikan refleksi setelah
pelaksanaan supervisi akademik kunjungan kelas
selesai. Setelah melaksanakan supervisi akademik
kunjungan kelas, guru dan kepala sekolah
mengadakan diskusi untuk menyampaikan kelebihan
dan kelemahan-kelemahan yang terjadi saat mengajar.
Kelebihan-kelebihan yang terjadi supaya dipertahankan
dan ditingkatkan lebih baik lagi sementara kelemahan-
kelemahannya diperlukan pemecahan dan solusi
sehingga kelemahan-kelemahan itu tidak terjadi dan
terulang pada kegiatan pembelajaran pada waktu yang
lain. Hal ini ditegaskan dalam Muslim (2013: 74), pada
tahap akhir kunjungan supervisor bersama guru
mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-
hasil observasi. Hal ini sejalan pula dengan penelitian
91
Dalawi (2013) yang menyatakan pada tahap akhir
kunjungan pengawas sebagai supervisor mengadakan
pertemuan dengan guru untuk bersama-sama
membicarakan hasil temuan hasil observasi.
Sedangkan pada penelitian Hasan (2011) tahap akhir
kunjungan berupa refleksi untuk menganalisis hasil
penyusunan RPP, dari hasil itu dapat ditentukan
tindakan yang akan dilakukan untuk penyempurnaan/
perbaikan pada aspek yang kurang.
Jadi tahap akhir kunjungan/ refleksi ini sebagai
bahan pertimbangan pelaksanaan tindak lanjut
berikutnya.
4.4.5 Tahap Tindak lanjut
Tahap tindak lanjut dalam supervisi kunjungan
kelas sangatlah penting sebagai bentuk perhatian
kepala sekolah dalam memberikan follow up pada
permasalahan supervisi. Tahap tindak lanjut
dimaksudkan untuk melanjutkan pembinaan dalam
rangka perbaikan perilaku guru yang masih lemah
untuk supervisi berikutnya.
Tindak lanjut diberikan oleh kepala sekolah
dalam bentuk pembinaan pada guru IPA yang
difokuskan pada 2 hal, yaitu: 1) pembinaan
penyusunan RPP yang baik dan benar, dan 2)
pembinaan pengelolaan pembelajaran di kelas secara
profesional.
Pembinaan diberikan pada guru IPA sesuai
dengan kebutuhannya dan khususnya guru IPA yang
memiliki kompetensi paling rendah, namun juga
92
berlaku bagi guru IPA yang sudah memiliki kompetensi
cukup baik sehingga menjadi lebih baik.
Pembinaan diberikan oleh kepala sekolah secara
individual, dengan tujuan perbaikan kompetensi guru
pada masing-masing aspek yang masih rendah.
Pembinaan diprioritaskan pada aspek penyusunan RPP
dan pengelolaan kelas yang dirasa masih rendah.
Pembinaan ini diberikan dalam bentuk kongkrit seperti
cara penyusunan aspek RPP yang benar dengan
bantuan guru pendamping yang sudah mengikuti
pelatihan kurikulum 2013 atau guru yang menjadi
instruktur dalam pelatihan kurikulum 2013,
memberikan masukan solusi permasalahan yang
dihadapi masing-masing guru dalam pelaksanaan
pembelajaran dan kepala sekolah membetulkan
kekurangan dari guru.
Pembinaan dilakukan agar semua guru lebih
optimis dalam perbaikan penyusunan RPP dan
pengelolaan kelas agar lebih kondusif. Tahap tindak
lanjut ini dinilai penting untuk keberlanjutan program
supervisi, sebagaimana dikemukakan Muslim (2013:
68) bahwa seorang supervisor harus memiliki
kompetensi teknis khususnya bidang akademik
berkaitan dengan pekerjaan orang-orang yang
disupervisi, karena sasaran utama dari kegiatan
supervisi adalah guru dengan tugas utamanya
melaksanakan KBM.
Penelitian Hasan (2011) dan Dalawi (2013)
memfokuskan tindak lanjut pada pembinaan guru
secara umum dalam penyusunan RPP yang mengacu
pada standar proses dan disesuaikan dengan kondisi
93
sekolah serta karakteristik peserta didik. Lebih lanjut
pada penyusunan RPP tidak diperkenankan guru
mengadopsi RPP buatan sekolah lain tanpa disesuaikan
dengan kondisi sekolah dan peserta didik. Hal ini juga
dilakukan pada penelitian ini hanya saja selain
pembinaan umum yang dilakukan kepala sekolah, guru
juga dibantu guru pendamping dalam penyusunan RPP
maupun dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga
kemampuan profesionalisme guru yang diharapkan
dapat tercapai lebih mendalam.
4.5 Implikasi
Pada dasarnya pelaksanaan penelitian supervisi
kunjungan kelas yang dilakukan dengan
mengefektifkan kegiatan supervisi telah memperoleh
hasil yang lebih baik dibanding sebelumnya, artinya
dengan adanya supervisi kunjungan kelas yang
dilakukan kepala sekolah dapat meningkatkan
profesionalisme guru dalam pembelajaran yang
dilaksanakan. Supervisi yang dilakukan dengan disertai
tindak lanjut ini membuat guru merasa diperhatikan
dan menjadi lebih termotivasi untuk menyiapkan segala
keperluan dalam pembelajaran sehingga kondisi
pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih kondusif.
Hal senada juga terjadi pada penelitian yang
dilakukan Iskandar Hasan (2011) yang menyimpulkan
bahwa kegiatan supervisi akademik dapat
meningkatkan kompetensi guru MIPA dalam menyusun
RPP. Demikian juga pada penelitian yang dilakukan
94
oleh Dalawi, Amrazi Zakso, dan Usman Radiana (2013)
yang menyimpulkan bahwa kompetensi profesional
guru mengalami peningkatan setelah dilaksanakan
supervisi akademik. Peningkatan kompetensi
professional guru mempengaruhi efektivitas proses
pembelajaran yang terlihat dari peningkatan
pencapaian kurikulum.
4.6 Faktor yang mempengaruhi Supervisi
Kunjungan Kelas
Hal-hal yang menjadi faktor pendukung
pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dengan tindak
lanjut ini adalah semua guru yang disupervisi telah
memperoleh sertifikat pendidik sehingga paling tidak
mereka sudah mengerti aspek aspek kompetensi
profesional yang harus dikuasai seorang guru, selain
itu mereka pernah mengikuti IHT di sekolah tentang
kurikulum 2013.
Kendala yang ditemukan pada pelaksanaan
supervisi kunjungan kelas ini antara lain sebagai
berikut
1. Kurangnya waktu yang dimiliki oleh kepala sekolah
untuk melakukan supervisi secara efektif berkaitan
dengan kegiatan kepala sekolah diluar urusan
internal sekolah.
2. Mengingat rangkaian pelaksanaan supervisi yang
berkesinambungan untuk tiap guru maka
diperlukan waktu lebih banyak dalam
pelaksanaannya untuk sekolah yang memiliki
personil pendidik yang banyak seperti di SMP Negeri
2 Boja ini yang memiliki 41 guru dengan berbagai
95
permasalahannya dalam pembelajaran yang tidak
mungkin terselesaikan dalam waktu singkat.
3. Kesulitan yang dialami kepala sekolah ketika
melaksanakan supervisi pada guru mapel yang
bukan menjadi latar belakang pendidikan kepala
sekolah. Kesulitan dapat diatasi yaitu dengan
memberikan kesempatan kepada para guru untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan kurikulum
dan kegiatan-kegiatan workshop yang dilaksanakan
dalam MGMP kabupaten.
4. Kurangnya motivasi guru ketika melaksanakan
supervisi, karena mereka menganggap supervisi
ditujukan untuk menilai guru.
5. Kurangnya sarana dan prasarana di sekolah.
96
top related