bab iv hasil dan pembahasan a. gambaran umum kota …repository.ub.ac.id/8559/5/5. bab iv.pdf ·...
Post on 09-Oct-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kota Madiun
1. Gambaran Wilayah
Kota Madiun merupakan salah satu wilayah pemerintahan Provinsi Jawa
Timur bagian barat yang mempunyai letak strategis. Kota Madiun menjadi
perlintasan transportasi darat utama antar Provinsi di pulau Jawa, diantaranya
dilewati jalur Surabaya – Madiun – Solo – Jakarta, Surabaya – Madiun – Solo –
Bandung. Kota Madiun juga merupakan kota transit yang cukup strategis karena
menjadi pilihan jalur yang mudah dilalui oleh transportasi bus maupun kereta api
serta mendukung daerah hinterland yang mempunyai potensi budaya dan
pariwisata yang cukup terkenal.
Secara geografis, Kota Madiun terletak pada 111° s.d 112° Bujur Timur
dan 7° s.d 8° Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Madiun kurang lebih 33,23 km2
yang terbagi dalam 3 (tiga) kecamatan dan 27 Kelurahan. Batas wilayah Kota
Madiun yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Madiun Kabupaten
Madiun, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun,
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun dan
Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan, serta sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun.
58
Gambar 3. Peta Kota Madiun
Sumber: RPJMD Kota Madiun 2014-2019
Kota Madiun berada pada daratan dengan ketinggian 63 hingga 67 meter
dari permukaan laut. Daratan dengan ketinggian 63 meter dari permukaan air laut
terletak di tengah, sedangkan daratan dengan ketinggian 67 meter dari permukaan
air laut terletak di sebelah selatan. Rentang temperatur udara di Kota Madiun
antara 200C hingga 350C.
Ditinjau dari kondisi topografi wilayahnya, Kota Madiun terletak di
lembah sungai Madiun yaitu sekitar 30 km di sebelah selatan pertemuan antara
sungai Madiun dan Sungai Bengawan Solo dan berada pada ketinggian rata-rata
65 m diatas permukaan laut. Keadaan topografi di Kota Madiun di bagian selatan
mempunyai ketinggian 67 m di atas permukaan laut dan di bagian utara 64 m,
sedangkan di bagian tengah ketinggiannya 63 m di atas permukaan laut.
59
Perbedaan ketinggian antara bagian wilayah yang satu dengan wilayah yang
lainnya sangat kecil dengan kemiringan rata-rata 0-2% atau dapat dikatakan relatif
datar. Kondisi tersebut merupakan potensi besar untuk pengembangan fisik kota.
Berdasarkan aspek geologi, struktur dan karakteristik lahan dan potensi
kandungan di Kota Madiun sebagian besar terdiri dari Aluvium dan jenis
tanahnya termasuk alluvial yang mempunyai kadar mineral dan organisme yang
cukup tinggi. Hal ini disebabkan jenis tanah tersebut merupakan campuran dari
tanah liat dengan pasir halus yang berwarna hitam kelabu dengan daya penahanan
air yang cukup baik dan dapat menyerap air. Kedalaman efektif tanah di Kota
Madiun sebagian besar mempunyai kedalaman di atas 90 cm dengan kemiringan
lahan yang relatif datar maka kondisi lahan di kota ini relatif tidak mengalami
erosi.
Hidrologi Kota Madiun terdiri dari air tanah dan air permukaan tanah.
Sumber air tanah dan air permukaan tanah selain dari dasar tanah dan permukaan
tanah juga berasal dari 2 (dua) sungai yang melewati Kota Madiun yaitu Sungai
Catur dan Sungai Madiun. Selain itu terdapat pula anak-anak Sungai Madiun
yaitu: Sungai Sono dan Sungai Piring yang merupakan saluran irigasi lahan
pertanian di wilayah kota.
Kondisi klimatologis Kota Madiun dipengaruhi oleh faktor keadaan iklim,
kondisi geografis dan perputaran arus udara. Dilihat dari rata-rata curah hujan
yang terjadi sejak 5 (lima) tahun terakhir dapat dikatakan bahwa musim
penghujan di Kota Madiun terjadi antara bulan Desember sampai dengan Mei,
sedangkan kemarau terjadi antara bulan Juni sampai dengan bulan November.
60
Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir curah hujan yang terjadi di Kota
Madiun termasuk kategori menengah yaitu antara 101 – 300 mm/bulan. Kondisi
tersebut dapat mempengaruhi jumlah air di permukaan tanah dan ketersediaan air
di dalam tanah serta sangat potensial untuk kegiatan pertanian.
2. Pengembangan Wilayah
Kota yang secara geografis memiliki nilai strategis sebagai salah satu urat
nadi untuk mendukung perekonomian di Provinsi Jawa Timur yang tumbuh pesat
dari waktu ke waktu, perlu dilakukan penataan kawasan secara berkelanjutan baik
untuk jangka menengah maupun untuk jangka panjang. Pengelolaan kawasan-
kawasan yang dilakukan secara pararel, telah memberi dampak positif terhadap
pertumbuhan perekonomian Kota Madiun. Oleh karena itu, dalam 5 (lima) tahun
kedepan penanganan pengelolaan kawasan potensial tersebut akan dilakukan,
dengan titik fokus pada pengembangan kawasan-kawasan yang selama ini
berkontribusi pada penerimaan pendapatan Pemerintah Kota Madiun. Penyiapan
kawasan-kawasan tertentu dalam kaitannya dengan pertumbuhan Kota Madiun
yang pesat dimasa depan meliputi, antara lain :
a. Kawasan untuk Pengembangan Pertanian
Pengembangan pertanian diarahkan dalam rangka untuk terwujudnya
kedaulatan pangan di Kota Madiun khususnya, mewujudkan kedaulatan
pangan di Provinsi Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional.
Pengembangan pertanian yang dimaksud meliputi pengembangan tanaman
padi dan palawija. Dalam 5 (lima) tahun kedepan lahan yang dipertahankan
61
untuk lahan persawahan seluas 1.007 Ha yang berada pada Kecamatan
Manguharjo, Kecamatan Taman dan Kecamatan Kartoharjo.
b. Kawasan untuk Pengembangan Perikanan
Pengembangan bidang perikanan terfokus pada pengembangan ikan air
tawar, yaitu ikan lele. Berdasarkan analisis data 5 (lima) tahun yang lalu,
produksi ikan lele telah mencapai produksi rata-rata sekitar 30.874 ton sampai
dengan 32.380 ton per tahun. Hal ini telah memberi kontribusi yang signifikan
terhadap upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat
yang belum memiliki pekerjaan tetap. Oleh karena itu, pengelolaan bidang
perikanan akan terus didorong, sehingga diakhir periodesasi RPJMD ini
produksi ikan air tawar dapat ditingkatkan menjadi sekitar 8.500 ton sampai
dengan 10.000 ton.
c. Kawasan untuk Pengembangan Peternakan
Pengembangan peternakan merupakan salah satu bidang yang mempunyai
peluang untuk terus dikembangkan dalam 5 (lima) tahun kedepan. Tujuan dari
pengembangan bidang peternakan adalah agar peningkatan tambahan
pendapatan masyarakat, terutama para petani mengingat jenis ternak yang
diternak dan dikembangkan dari jenis ternak yang terbiasa dipelihara seperti
ternak sapi, kerbau, kambing, ayam dan bebek.
d. Kawasan untuk Pengembangan Perkebunan
Memperhatikan data dan informasi perkembangan bidang urusan
perkebunan periode 5 (lima) tahun yang lalu, maka pengelolaan bidang urusan
perkebunan untuk 5 (lima) tahun kedepan akan menjadi salah satu fokus yang
62
akan didorong untuk terus dikembangkan. Terkait dengan hal tersebut, maka
Pemerintah Kota Madiun akan terus mewujudkan bidang ini yang diharapkan
bisa menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, lahan
yang dipertahankan untuk kegiatan dimaksud relatif cukup luas yaitu 120 Ha
di wilayah Kecamatan Manguharjo, Kecamatan Taman dan Kecamatan
Kartoharjo. Dengan langkah ini, diharapkan masyarakat terpacu untuk
mengembangkan bidang urusan perkebunan sebagai salah satu alternatif usaha
dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.
e. Kawasan untuk Pengembangan Industri
Bidang urusan industri, merupakan salah satu bidang yang terus
berkembang dari waktu ke waktu. Data dan informasi dalam 5 (lima) tahun
yang lalu menunjukan bahwa bidang urusan industri telah memberi kontribusi
yang relatif cukup signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan daerah. Oleh
karena itu, untuk pengembangan industri kedepan Pemerintahan Kota Madiun
sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah, telah menyiapkan pula lahan untuk bidang urusan industri
seluas 22,7 Ha di Wilayah Kecamatan Manguharjo dan Kecamatan Taman.
f. Kawasan untuk Pengembangan Pariwisata
Pariwisata dalam 5 (lima) tahun yang lalu belum mendapatkan dukungan
sarana dan prasarana yang memadai sesuai kebutuhan, padahal potensi dan
jenis wisata yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Madiun yang dapat
dikembangkan untuk menarik kunjungan wisatawan nusantara (wisnus)
maupun wisatawan mancanegara (wisman) perlu terus dikembangkan dalam
63
upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Ada beberapa lokasi wisata yang memiliki nilai jual yang dapat terus
dipromosikan, antara lain yaitu kawasan wisata spritual, kawasan wisata
kuliner, kawasan wisata cagar budaya dan kawasan wisata belanja/shoping
centre. Dengan pengembangan potensi kawasan wisata yang dimaksud,
diharapkan memberikan dampak ganda dalam rangka mempercepat
pembangunan Kota Madiun.
g. Kawasan untuk Permukiman
Berdasarkan hasil registrasi data yang dilakukan oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil lima tahun terakhir, bahwa sampai
dengan akhir tahun 2013 jumlah penduduk Kota Madiun berjumlah 207.381
jiwa yang tersebar di 3 (tiga) kecamatan. Sebagai salah satu kota strategis di
Provinsi Jawa Timur yang terus membangun dan berkembang seiring dengan
dinamika masyarakat Madiun dan sekitarnya, maka pertumbuhan penduduk
Kota Madiun dari tahun ke tahun ikut berkembang dengan pesat, sehingga jika
tidak dikendalikan akan menjadi problem tersendiri, terutama masalah yang
terkait dengan ruang lingkup sosial, ekonomi dan politik pada satu sisi. Pada
sisi lain pertumbuhan penduduk juga secara pararel memerlukan tersedianya
lahan yang memadai untuk berbagai aktivitas, seperti perumahan, fasilitas
sosial, fasilitas umum, pasar, rumah sakit dan terminal.
h. Kawasan untuk Pengembangan Aktivitas Lainnya
Untuk memenuhi berbagai aktivitas sebagaimana telah diuraikan pada
huruf a sampai g diatas, Pemerintah Kota Madiun juga telah menyiapkan
64
lahan untuk permukiman penduduk dan berbagai aktivitas lainnya terdiri dari
kawasan untuk perdagangan dan jasa, yang meliputi: perdagangan dan jasa
seluas 132,70 ha, jalur perlintasan kereta api seluas 56 km2, kawasan untuk
peningkatan pertahanan dan keamanan seluas 39,37 ha.
3. Visi Misi Kota Madiun
a. Visi
Visi merupakan keadaan masa depan yang diharapkan dan berbagai
upaya yang akan dilakukan melalui program-program pembangunan yang
disalurkan melalui program-program pembangunan yang ditawarkan oleh
Kepala Daerah yang terpilih. Visi dapat juga dimaknai sebagai pernyataan
cita-cita atau keinginan atau impian sebuah kondisi yang ingin dicapai di masa
depan. Kondisi yang dicita-citakan atau diimpikan tersebut adalah kondisi
yang di akhir periode dapat diukur capaiannya melalui berbagai usaha
pembangunan. Visi Kota Madiun yang ingin diwujudkan untuk periode 5
(lima) tahun ke depan menggambarkan tujuan utama penyelenggaraan
pemerintah, yang dapat terwujud melalui upaya pemerintah, ialah:
“TERWUJUDNYA KOTA MADIUN YANG LEBIH MAJU DAN
SEJAHTERA”
Visi tersebut diatas, memiliki makna yang sangat dalam dan mendasar
serta strategis, sebagai landasan bagi seluruh masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan di Kota Madiun pada satu sisi. Disisi lain merupakan target
capaian yang menjadi keinginan dan cita-cita serta impian yang akan
65
diwujdukan oleh Walikota dan Wakil Walikota Madiun dalam 5 (lima) tahun
kedepan. Lebih tepatnya, Makna dalam visi tersebut adalah:
- Lebih Maju, menunjukkan bahwa Kota Madiun senantiasa
meningkatkan kualitas pembangunan di segala bidang untuk
mewujudkan diri sebagai daerah yang modern menurut ukuran dan
tuntutan nilai-nilai universal yang tidak menyimpang dan atau
bertentangan dengan nilai-nilai agama, tidak bertentangan dengan adat
istiadat dan tidak berseberangan dengan nilai-nilai budaya dan kearifan
lokal yang berkembang di masyarakat.
- Lebih Sejahtera, bermakna Kota Madiun memiliki kondisi dimana
seluruh kehidupan masyarakat berdimensikan nilai sosial, budaya,
ekonomi, politik yang diarahkan untuk semata-mata pada terwujudnya
masyarakat terpenuhinya segala kebutuhan dasarnya. Sehingga
diharapkan akan memiliki kemampuan individu yang terampil dalam
rangka mendorong terwujudnya daya saing pemerintahan daerah, dan
kemandirian secara sosial ekonomi. Dengan pemahaman makna
tersebut, maka inti dari kesejahteraan adalah kondisi masyarakat yang
relatif terpenuhi kebutuhan hidupnya baik spiritual maupun material
secara layak dan berkeadilan sesuai dengan perannya dalam
kehidupan.
b. Misi
Misi adalah komitmen untuk melaksanakan agenda-agenda utama
yang menjadi penentu keberhasilan pencapaian visi pembangunan daerah.
66
Misi juga dapat diartikan sebagai rumusan umum mengenai upaya-upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Oleh karena itu, dengan rumusan
misi yang baik akan dapat membantu memberi gambaran tentang visi yang
ingin dicapai dan menjelaskankan langkah-langkah upaya yang perlu
dilakukan untuk mencapai visi. Rumusan misi menjadi penting untuk
memberikan kerangka berfikir dan kerangka bertindak untuk mencapai tujuan,
sasaran dan arah kebijakan yang ingin dicapai dan merumuskan peta jalan
yang akan dilalui untuk mencapai visi yang dimaksud. Upaya untuk
mewujudkan visi tersebut, maka dijabarkan menjadi 4 (empat) misi
pembangunan kota, yaitu:
1) Mewujudkan pembangunan berbasis pada partisipasi masyarakat;
2) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan
berwibawa;
3) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik;
4) Meningkatkan dan memeratakan tingkat kesejahteraan masyarakat.
4. Makna Lambang
67
Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Madiun
Nomor 4 Tahun 1970:
a. Makna Lambang
1) Perisai sebagai dasar lambang dasar warna hijau tua, bermakna
sebagai penjagaan dan perlindungan, dalam arti luas ialah
pembinaan, keselamatan dan kesejahteraan penduduk dan
pemerintah;
2) Dua Gunung dan Sungai warna baru dan putih, langit cerah warna
kuning serta tanah subur warna hijau muda, bermakna letak Kota
Madiun di daerah yang subur, diatara Gunung Lawu dan Gunung
Wilis dimana mengalir Bengawan Madiun;
3) Fondamen terdiri atas 5 (lima) batu utama warna merah, bermakna
dasar Pemerintah Daerah yang demokratis bersendi pada Pancasila;
4) Tugu warna putih, bermakna persatuan dan pengabdian yang
dijiwai semangat Proklamasi 17 Agustus 1945;
5) Keris Pusaka Tundung Madiun warna hitam, bermakna kejayaan,
kepribadian dan sebagai penolak bahaya.
6) Padi dan Kapas warna kuning emas, setangkai padi terdiri dari atas
17 (tujuh belas) butir, setangkai kapas terdiri dari atas 8 (delapan)
bunga dan 9 (sembilan) daun bermakna kemakmuran dan
kesejahteraan sesuai dengan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945.
68
b. Makna Warna
1) Hijau tua dan hijau muda berarti kesuburan, kemakmuran dan
kesejahteraan;
2) Kuning dan kuning emas berarti kebesaran dan kekayaan;
3) Biru berarti ketentraman dan kesetiaan;
4) Putih berarti kesucian;
5) Merah berarti keberanian;
6) Hitam berarti keabadian.
Secara keseluruhan, lambang daerah Kota Madiun adalah Pemerintah
Daerah yang demokratis dengan penuh kesetiaan, keberanian dan kesucian,
sebagai pelindung rakyat, mengabdi dan berjuang atas dasar jiwa proklamasi
17 Agustus 1945 menuju terciptanya masyarakat adil makmur dan sejahtera
berlandaskan Pancasila.
B. Gambaran Umum PG. Rejo Agung Baru
1. Sejarah Perusahaan
PG. Rejo Agung Baru Madiun semula didirikan pada tahun 1894 oleh NV
Handel Mykian Gwan yang kemudian berubah menjadi Oci Tiong Ham Concern
sebagai induk perusahaannya dengan status kepemilikan 100% dipegang swasta.
Berdasarkan keputusan Pengadilan Ekonomi Semarang No. 32/1961 tanggal 10
Juli 1961 Pemerintah RI mengambil alih perusahaan milik Oci Tiong Ham
Concern. Kegiatan produksi tetap berjalan di bawah penguasaan Menteri/Jaksa
Agung.
69
Tanggal 20 Juli 1963 pengelolaan atas perusahaan eks Oci Tiong Ham
Concern diserahterimakan dari Menteri/Jaksa Agung kepada Menteri Urusan
Pendapatan Pembiayaan dan Pengawasan (P3) yang sekarang dinamakan
departemen keuangan RI. Pada tahun 1964, permerintah RI membentuk suatu
perseroan terbatas yang diberi nama PT. Perusahaan Perkembangan Ekonomi
Nasional (PPEN) Rajawali Nusantara Industri (PT. Rajawali Nusindo) yang
berpusat di Jakarta yang bidang kegiatannya meliputi dua bidang, yaitu:
a. Bidang Komersial, misalnya ekspor impor obat-obatan
b. Bidang industri, yaitu pabrik gula atau industri gula’
Pada tahun 1974, PT PPEN RNI disesuaikan bentuk badan hukumnya
menjadi perusahaan PERSERO menjadi BUMN. Tahun berikutnya dibuat
ketetapan bahwa seluruh saham PG. Rejo Agung Baru Madiun adalah milik PT.
Rajawali Nusantara Indonesia. Bentuk badan hukumnya adalah PG. Rejo Agung
Baru dengan status kepemilikan BUMN. Hingga tahun 1997 terjadi perubahan
terhadap PG. Rejo Agung Baru menjadi PT. Rajawali I Unit PG. Rejo Agung
Baru Madiun.
2. Visi Misi Perusahaan
a. Visi
Visi dari PG Rejo Agung Baru Madiun selama ini adalah:
- Menjadi industri berbasis tebu yang unggul dalam persaingan
global dan berwawasan lingkungan berlandaskan tata kelola
perusahaan yang baik.
70
b. Misi
Misi untuk mewujudkan visi tersebut, maka dijabarkan menjadi 2 (dua)
misi, yaitu:
- Meningkatkan kinerja terbaik melalui pencapaian produktivitas dan
efektivitas, berorientasi kualitas produk, pelayanan pelanggan
prima serta menjadi perusahaan yang memiliki komitmen tinggi
terhadap kelestarian lingkungan
- Melakukan langkah-langkah inovasi, diversifikasi dan ekspansi
untuk tumbuh berkembang berkelanjutan.
3. Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 4. Struktur Organisasi PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Bagian SDM & Umum PG. Rejo Agung Baru Madiun
71
PG. Rejo Agung Baru Madiun dipimpin oleh seorang General Manager
yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi. General Manager juga
bertanggung jawab dalam memimpin, mengendalikan dan mengarahkan
perusahaan. Selain tugas dan tanggung jawab diatas, tugas seorang General
Manager adalah:
a. Bidang Intern
- Melakukan pengawasan untuk kelancaran produksi agar tidak terjadi
kebocoroan di bidang keuangan;
- Memberi petunjuk dan pengarahan kepada kepala bagian sehingga
tercipta kelancaran dan kedisiplinan kerja yang baik bagi semua
karyawan; dan
- Membuat kebijakan-kebijakan perusahaan untuk menunjang rancangan
kerja yang telah ditetapkan oleh direksi.
b. Bidang Ekstern
- Memanfaatkan dan menggali potensi sumber usaha; dan
- Sebagai sumber bahan informasi yang nantinya dapat memberikan
acuan pada seluruh pengambilan langkah-langkah kebijakan untuk
perusahaan.
c. Bidang Hubungan dan Direksi
- Memberikan laporan yang telah ditetapkan direksi;
- Memberikan usulan/gagasan yang menambah kelancaran produksi;
- Menyampaikan anggaran tiap tahun.
72
Ketika menjalani beberapa tugasnya, seorang General Manager akan
dibantu oleh beberapa kepala bagian, yaitu:
a. Kepala Bagian Tanaman
Tugas Kepala Bagian Tanaman adalah melaksanakan kebijakan direksi
dan ketentuan Direktur dalam bidang pembudidayaan tebu dan penyediaan
tebu, rencana tebang dan angkut serta kegiatan lain yang menyangkut
penyediaan bahan baku tebu, diantaranya adalah:
1) Bertanggung jawab kepada Direktur dalam hal tanaman;
2) Menyusun rencana kebutuhan awal tanaman untuk waktu yang akan
datang;
3) Menyusun komposisi tanaman mengenai letak, luas, masa tanam dan
jenis tebu, guna mengusahakan peningkatan produksi dan menaikkan
rendemen;
4) Menyusun rencana anggaran belanja dalam bidang tanaman, tebang
dan pengangkutan; dan
5) Membuat laporan berkala maupun incidental mengenai pelaksanaan
pekerjaan tanaman.
Bagian Tanaman bertugas untuk mengkoordinasi, menyusun dan
bertanggung jawab mengenai produksi tanaman tebu, pengukuhan teknisi
tanaman, rencana tebang serta pengangkutannya, dan kegiatan lain yang
berhubungan dengan tebu sebagai bahan baku pabrik gula. Selain itu Kepala
bagian ini juga bertanggung jawab mengawasi beberapa seksi yang ada di
bawahnya, yaitu:
73
1) SKK (Sinder Kebun Kepala)
Sinder Kebun Kepala memimpin rayon atau wilayahnya untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Setiap rayon memiliki
beberapa SKW (Sinder Kebun Wilayah). Selain itu, tugas dari SKK
(Sinder Kebun Kepala) adalah:
a) Melakukan koordinasi kegiatan sinder-sinder wilayah (SKW) di
setiap wilayah atau rayonnya, baik secara teknis maupun non
teknis;
b) Menetapkan taksasi produksi pada tebu giling maupun tebu bibit;
dan
c) Membantu mengawasi masalah mengenai kebun yang ada di areal
rayon atau wilayahnya.
2) SKW (Sinder Kepala Wilayah)
Sinder Kebun Wilayah yang ada di PG. Rejo Agung Baru sama seperti
asisten kebun di tempat perkebunan karet dan kelapa sawit. Seluruh
pekerjaan yang bertanggungjawab adalah sinder kebun wilayah.
Merencanakan semua kegiatan pekerjaan baik budidaya, tebang muang
angkut dan biaya yang ada di kebun wilayahnya. Selain itu, tugas dari
SKW (Sinder Kepala Wilayah) adalah:
a) Mengkoordinasikan kegiatan para karyawan yang ada dalam
wilayahnya;
b) Mengelola kebun bibit dan kebun tebu giling; dan
74
c) Melakukan pemantauan perkembangan tanaman sejak pendaftaran
area sampai masa tebang.
3) Kasie BST (Kepala Seksi Bina Sarana Tani)
Kepala Seksie Bina Sarana Tani adalah kepala yang mengatur semua
data administrasi kebun mulai dari data curah hujan, data tebang angkut,
kebutuhan bibit, dan data-data tentang budidaya yang ada di kebun serta
kegiatan mekanisasi. Tugas lain dari Kepala Seksie Bina Sarana Tani,
diantaranya adalah:
a) Membuat data laporan tanaman;
b) Mengelola kebun bibit yang meliputi KBP, KBN, KBI, dan KBD;
c) Melakukan percobaan di bidang tanaman;
d) Melakukan pengawasan hama dan penyakit;
e) Melayani kebutuhan bibit, pupuk dan herbisida di kebun tebu
sendiri; dan
f) Pelatihan untuk SDM bagian tanaman.
4) Kasie T & A (Kepala Seksie Tebang dan Angkut)
Kepala Seksie dari semua kegiatan tebang muat dan angkut dari awal
dilaksanakannya kegiatan tebang hingga tebu masuk ke dalam
Emplasemen Pabrik Gula Rejo Agung Baru. Selain itu, tugas dari Kasie.
T & A adalah:
a) Melaksanakan pengawasan kegiatan operasional loko dan lori di
emplasemen;
b) Melaksanakan pengaturan tebang dan angkut;
75
c) Melaksanakan kegiatan FIFO (First In First Out); dan
d) Mengatur jalur khusus untuk jalur tertentu.
5) PLPG (Petugas Lapangan Pabrik Gula)
Petugas lapangan di Pabrik Gula Rejo Agung Baru sama dengan
Mandor Kebun di tempat perkebunan karet atau kelapa sawit. Hampir
seluruh pelaksanaan di lapangan merupakan tugas dan tanggung jawab
atas pelaksanaan kegiatan budidaya di lapangan, dan semua hal yang
berhubungan dengan petani ditangani oleh petugas lapangan. Selain itu,
tugas dari PLPG adalah sebagai berikut:
a) Memenuhi jumlah pasokan bahan baku tebu dari wilayah kerja
sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Sinder Kebun Wilayah;
b) Melakukan kegiatan penyuluhan kepada petani; dan
c) Melakukan anjuran penggunaan pupuk dengan jumlah dan dosis
yang dianjurkan sampai dengan kegiatan pembongkaran lahan.
6) PTA (Petugas Tebang Angkut)
Merupakan petugas kegiatan tebang muat dan angkut dari awal
dilaksanakannya penebangan hingga akhir kegiatan tebang muat dan
angkut. Selain itu, tugas dari PTA adalah:
a) Melaksanakan kegiatan penebangan dan pengangkutan tebu;
b) Mengusahakan tercapainya penebangan tebu sesuai rencana; dan
c) Mengawasi hasil mutu tebangan.
76
b. Kepala Bagian Instalasi
Kepala bagian ini adalah seorang ahli mesin dan bertugas mengatur serta
mengawasi rencana dan pemeliharaan atau perawatan pabrik. Dalam tugasnya,
Kepala Instalasi membawahi beberapa seksie, antara lain:
1) Seksie Gilingan
Mempunyai tugas dalam hal pemeliharaan dan perbaikan di stasiun
gilingan untuk persipan musim giling.
2) Seksie Ketel
Staf ketel bertugas untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan ketel
untuk persiapan musim giling.
3) Seksie Listrik
Staf listrik mempunyai tugas dalam hal pemeliharaan dan perbaikan di
stasiun listrik dan powerhouse untuk persiapan musim giling.
4) Seksie Instrumen
Hampir sama dengan yang lainnya, staf instrumen memiliki tugas
pemeliharaan dan perbaikan peralatan otomatisasi dan instrumen pabrik
untuk persiapan musim giling.
5) Seksie Besali dan Bangunan
Tugas dari Staf Besali dan Bangunan adalah mengawasi dan
memonitor pelaksanaan operasional di Besali dalam melayani perbaikan,
modifikasi dan pembuatan sebagian peralatan mesin pabrik dalam rangka
mendukung kegiatan maintenance pabrik.
77
c. Kepala Bagian Pabrikasi
Kepala bagian ini bertanggung jawab atas pengelolaan tebu sampai
menjadi gula. Adapun Kepala Pabrikasi membawahi beberapa seksie, antara
lain:
1) Seksie Puteran
Tugas dari seksie puteran adalah dalam pemeliharaan dan perbaikan
peralatan dan mesin di St. Puteran dan Pengering untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan perusahaan.
2) Seksie Penguapan
Tugas dari seksie penguapan adalah pemeliharaan dan perbaikan
peralatan dan mesin di St. Penguapan dan Kondensasi untuk mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan perusahaan.
3) Seksie Pemurnian
Tugas seksie pemurnian adalah pemeliharaan dan perbaikan peralatan
dan mesin di St. Pemurnian untuk mencapai tujuan dan sasaran yang sudah
ditetapkan.
4) Seksie Pemasakan
Tugas seksie pemasakan yaitu dalam hal pemeliharaan dan perbaikan
peralatan dan mesin di St. Masakan dan Pendingin untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan.
78
d. Kepala Bagian Akuntansi & Keuangan
Kepala bagian ini bertugas untuk memimpin dan bertanggung jawab atas
semua administrasi kantor. Kepala Bagian Akuntansi & Keuangan dalam
melakukan tugasnya dibantu oleh:
1) Staf Akuntansi dan EDP
Tugas dari Staf Akuntansi dan EDP adalah melaksanakan kebijakan
Kabag Akuntansi dan Keuangan dalam bidang akuntasi, keuangan dan
anggaran meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengawasan lingkup Akuntansi/Anggaran/EDP untuk mencapai tujuan
dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.
2) Staf Administrasi Tebu Rakyat
Melaksanakan kebijakan Kabag Akuntansi dan Keuangan dalam
bidang akuntasi, keuangan dan anggaran meliputi aspek perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan lingkup Administrasi
Tebu Rakyat untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah
ditetapkan.
3) Staf Timbangan
Mengkoordinir pelaksanaan penimbangan dan perawatan sarana unit
timbangan dan kelengkapannya.
4) Staf Keuangan
Melaksanakan kebijakan Kabag Akuntansi dan Keuangan dalam
bidang akuntasi, keuangan dan anggaran meliputi aspek perencanaan,
79
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan lingkup keuangan
untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.
5) Staf Gudang Gula
Merupakan tugas yang melaksanakan kebijakan Kabag Akuntansi dan
Keuangan dalam bidang akuntasi, keuangan dan anggaran meliputi aspek
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan lingkup
Gudang Gula untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah
ditetapkan.
6) Staf APK & PKBL
Melaksanakan kebijakan Kabag Akuntansi dan Keuangan dalam
bidang akuntasi, keuangan dan anggaran meliputi aspek perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan lingkup APK untuk
mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.
7) Gudang Material
Merupakan tugas yang melaksanakan kebijakan Kabag Akuntansi dan
Keuangan dalam bidang akuntasi, keuangan dan anggaran meliputi aspek
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan lingkup
Gudang Material untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang
telah ditetapkan.
e. Kepala Bagian SDM dan Umum
Tugas Kepala Bagian SDM dan Umum adalah melaksanakan
kebijakansanaan direksi dan ketentuan Direktur di bidang rekrutmen, umum
dan sumber manusia dalam:
80
1) Mengkoordinasikan perumusan dan pemberdayaan pegawai (man
power planning), sesuai kebutuhan perusahaan;
2) Mengkoordinasikan perumusan sistem pengadaan, penempatan, dan
pengembangan pegawai;
3) Mengkoordinasikan perumusan sistem dan kebijakan imbal jasa
pegawai dengan mempertimbangkan internal/external equity;
4) Merumuskan pola pengembangan organisasi perusahaan;
5) Menyelenggarakan sistem informasi SDM dalam suatu data base
kepegawaian;
6) Menyelenggarakan kegiatan rapat kerja, kunjungan kerja perjalanan
dinas dan penerimaan tamu perusahaan; dan
7) Menyiapkan laporan kegiatan divisi secara benar dan tepat waktu.
Kepala Bagian SDM dan Umum dalam melakukan tugasnya dibantu oleh:
1) Seksie Pengadaan
Seksie pengadaan melaksanakan kebijakan Kabag SDM & Umum
dalam menjalankan kegiatan pengadaan meliputi aspek perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan serta membina
hubungan industrial yang harmonis di dalam unit usaha.
2) Seksie Umum
Melaksanakan kebijakan Kabag SDM & Umum dalam menjalankan
kegiatan perusahaan yang bersifat umum dan kerumahtanggaan, meliputi
aspek perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan.
81
f. Kepala Bagian Quality Control
Tugas dari Kepala Bagian Quality Control adalah mengawasi serta
melaporkan kinerja dari seluruh kegiatan di PG. Rejo Agung Baru pada setiap
bagian kerja serta mengawasi proses produksi yang ada di pabrik baik dari
pengawasan on farm maupun pengawasan off farm. Kepala Bagian Quality
Control dalam melakukan tugasnya dibantu oleh Staf Quality Control.
4. Fasilitas Perusahaan
Pabrik Gula Rejo Agung Baru memberikan beberapa fasilitas diantaranya
adalah:
a. Guest House
Guess House berada di sekitar kawasan perusahaan PG. Rejo Agung
Baru. Fungsi dari guess house ini sebagai tempat tinggal yang disediakan
oleh perusahaan bagi karyawan yang belum menempati rumah dinas yang
telah disediakan oleh perusahaan.
Gambar 5. Guest House PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Dokumentasi Peneliti
82
b. Masjid Al Kautsar
Masjid terletak di seberang PG. Rejo Agung Baru dan disediakan
untuk karyawan atau karyawati bagi yang beragama islam. Masjid Al
Kautsar masih termasuk dalam satu komplek kawasan industri pabrik gula
yang tidak jauh untuk dijangkau. Masjid PG. Rejo Agung tidak hanya
dipergunakan untuk karyawannya saja, melainkan untuk masyarakat yang
hendak beribadah.
Gambar 6. Masjid Al Kautsar PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Dokumentasi Peneliti
c. Poliklinik
Terletak di seberang PG. Rejo Agung Baru yang memiliki fungsi
sebagai tempat berobat bagi karyawan dan karyawati yang ingin
memeriksakan kesehatan mereka. Ada seorang dokter yang siap
membantu karyawan atau karyawati yang sedang berobat di klinik PG.
Rejo Agung dalam menangani berbagai keluhan yang disampaikan. Selain
83
itu, poliklinik sebagai tempat rujukan bagi karyawan dan karyawati yang
nantinya dirujuk ke rumah sakit mitra perusahaan.
Gambar 7. Poliklinik PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Dokumentasi Peneliti
d. Koperasi Harapan Jaya
Koperasi ini terletak di seberang PG. Rejo Agung dan berada sebelah
apotek Nusindo Farma. Koperasi ini didirikan agar meningkatkan kualitas
kehidupan karyawan. Kegiatan simpan pinjam bagi anggota koperasi juga
dapat dilakukan di Koperasi Harapan Jaya.
84
Gambar 8. Koperasi Harapan Jaya PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Dokumentasi Peneliti
e. Rumah Pintar
Rumah pintar digunakan sebagai tempat untuk bersantai di jam
istirahat bagi karyawan atau karyawati bahkan masyarakat diperbolehkan
menggunakan tempat ini. Tidak hanya itu, setiap bulan ada agenda
pelatihan mulai dari pelatihan masak hingga membuat kerajinan.
Gambar 9. Rumah Pintar PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Dokumentasi Peneliti
85
f. Gedung Pertemuan
Graha Rajawali terletak di seberang kantor PG. Rejo Agung Baru.
Adapun fungsi gedung ini adalah sebagai tempat pertemuan ataupun acara
besar yang diselenggarakan oleh PG. Rejo Agung Baru. Selain itu, gedung
ini juga dapat disewa masyarakat untuk membuat acara seperti acara
pernikahan atau acara lainnya.
Gambar 10. Gedung Pertemuan PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Dokumentasi Peneliti
g. Ruang Pertemuan
Ruang pertemuan digunakaan untuk rapat koordinasi antar bagian
maupun sesama bagian. Berada di kawasan kantor PG. Rejo Agung,
seringkali digunakan untuk merencanakan apa yang harus dicapai
kedepannya, masalah yang terjadi dan apa yang menjadi solusi atas
permasalahan tersebut.
86
Gambar 11. Ruang Pertemuan PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Dokumentasi Peneliti
h. Lapangan Tenis
Lapangan tenis berada di sekitar wilayah kantor PG. Rejo Agung Baru.
Adapun lapangan tenis ini dimaksudkan agar karyawan atau karyawati
menjadikan tempat ini sebagai sarana olahraga. Tujuan lainnya adalah agar
setiap karyawan dan karyawati perusahaan tetap menjaga kesehatan.
Gambar 12. Lapangan Tenis PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Dokumentasi Peneliti
87
i. Kantin
Kantin di PG. Rejo Agung Baru menyediakan makanan dan minuman
bagi karyawan dan karyawati yang sedang lapar. Kantin ini terletak di
dalam kantor PG. Rejo Agung Baru. Sehingga karyawan tidak perlu repot-
repot keluar terlalu jauh untuk membeli makanan atau minuman.
Gambar 13. Kantin PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Dokumentasi Pribadi
j. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditempatkan beberapa wilayah di dalam
pabrik ataupun di sepanjang jalan yg berdekatan dengan kawasan industri
pabrik gula. Adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dibuat membuat
dampak positif bagi setiap karyawan bahkan hingga masyarakat,
mengingat betapa sangat penting adanya Ruang Terbuka Hijau terutama
untuk kawasan industri pabrik gula di Kota Madiun. Ruang Terbuka Hijau
88
mampu membuat udara menjadi lebih segar dan nyaman. Sehingga
karyawan yang bekerja di PG. Rejo Agung Baru bisa menghirup udara
yang sehat setiap harinya dan mampu mengurangi menghirup polusi
berlebihan karena adanya optimalisasi Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Gambar 14. RTH di Kawasan PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Dokumentasi Peneliti
89
C. Penyajian Data
1. Strategi Pengembangan PG. Rejo Agung Baru Madiun dalam
Meningkatkan Produktivitas Gula Nasional Melalui Perspektif Good
Corporate Governance
Pabrik Gula Rejo Agung Baru merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak di bidang agroindustri. Bersamaan dengan PG.
Krebet Baru, PG. Rejo Agung tergabung dalam satu manajemen PT. PG. Rajawali
I dengan kantor direksi yang berpusat di Kota Surabaya yang tergabung dalam
PT. RNI Group. Pabrik Gula Rejo Agung Baru adalah anak perusahaan yang
diberikan wewenang untuk mengelola, mengendalikan dan mengawasi proses
produksi terkait dengan pengolahan gula. Proses produksi setiap pabrik gula
berawal dari sebuah produksi tebu. Sangat berpengaruh produksi tebu terhadap
kelangsungan produksi gula nantinya. Sementara itu, posisi Indonesia dalam
sentra produksi tebu masih kalah jika dibanding dengan negara ASEAN lainnya.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan Kepala Bagian
Tanaman berikut ini:
“Jika dilihat secara komprehensif, maka Indonesia masih jauh dari
beberapa negara tetangga kita, bahkan mungkin bisa dikatakan bahwa
pabrik gula di Indonesia memang terbilang banyak. Namun sistem
operasional tidak bisa diwujudkan sesuai harapan yang ada. Sehingga ada
beberapa pabrik gula yang tidak mampu berdiri dan bangkrut karena
operasional nya tidak berjalan dengan baik. Tidak mampu mengatasi
kendala yang ada di tengah persaingan global.” (Bapak Yordan Sofian,
Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, 19 April 2017).
Pernyataan dari Kepala Bagian Tanaman tersebut diperkuat lagi dengan
adanya data dari Sekretariat Jenderal Kementrian Pertanian yang menunjukkan
90
Indonesia masih berada diposisi ketiga. Berada dibawah beberapa negara ASEAN
seperti Thailand dan Filipina, Indonesia masih unggul hingga berada di posisi
ketiga. Berdasarkan statistik memang produksi tebu Indonesia jauh dibawah
negara Thailand dan tidak jauh dengan negara Filipina. Lebih jelasnya mengenai
produksi tebu negara anggota ASEAN, dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Sentra Produksi Tebu Negara Anggota ASEAN Tahun 2013
No. Negara Produksi (Ton) Persentase (%)
1. Thailand 100,096,000 49.51
2. Filipina 31,874,000 17.77
3. Indonesia 28,700,000 16.05
4. Vietnam 20,131,089 10.19
5. Myanmar 9,650,000 5.54
6. Laos 1,180,000 0.54
7. Kamboja 600,000 0.27
8. Malaysia 213,987 0.13
TOTAL 197,445,067 100
Sumber: Sekretariat Jenderal Kementrian Pertanian, 2016
Dapat disimpulkan bahwa produksi tebu di Indonesia jauh jika
dibandingkan dengan negara Thailand. Produksi tebu di Indonesia hampir 3 (tiga)
kali lipat dari negara Thailand. Sedangkan produksi gula dilakukan setiap tahun
oleh pabrik gula yang tersebar di beberapa pulau di Indonesia, namun sampai saat
ini produksi pabrik gula Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
karena tidak sebanding dengan produksi gula yang dihasilkan. Hal tersebut dapat
dilihat melalui tabel 8 yang tersaji berikut ini.
Tabel 8. Kebutuhan dan Produksi Gula Per Wilayah Tahun 2013
No. Pulau Jumlah
Penduduk (Jiwa)
Kebutuhan
GKP (Ton)
Produksi Gula
(Ton)
1. Sumatera 52,909,161 634,909 837,134
2. Jawa 142,757,343 1,610,372 1,483,830
3. Bali dan Nusa
Tenggara
13,757,343 163,957 -
91
No. Pulau Jumlah
Penduduk (Jiwa)
Kebutuhan
GKP (Ton)
Produksi Gula
(Ton)
4. Kalimantan 14,408,239 172,899 -
5. Sulawesi 18,153,457 217,841 69,036
6. Maluku dan Papua 6,442,819 77,316 -
JUMLAH 248,334,139 2,877,294 2,390,000
Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2014
Berdasarkan tabel kebutuhan dan produksi gula diatas, dapat disimpulkan
bahwa kebutuhan gula di pulau Jawa menempati posisi pertama, yang artinya
penduduk pulau jawa paling banyak membutuhkan gula sebagai salah satu
kebutuhan bahan pokok rumah tangga. Namun, Pulau Jawa juga tidak mampu
memenuhi semua kebutuhan akan Gula Kristal Putih (GKP), karena produksi di
Pulau Jawa dibawah angka kebutuhan GKP. Sama halnya dengan pulau-pulau lain
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan akan gula, bahkan untuk Pulau Bali,
Nusa Tenggara, Kalimantan, Maluku, dan Papua tidak ada Pabrik Gula yang
berdiri di daerah tersebut.
Kebutuhan akan gula diiringi dengan konsumsi masyarakat yang
mengalami dinamika dari tahun ke tahun. Dimana dari hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) tersebut, data yang diperoleh hanya data konsumsi
langsung rumah tangga di Indonesia sementara data permintaan dari sektor
industri dan lainnya tidak diuraikan dalam tabel 8. Komoditas gula di Indonesia
51,20% digunakan sebagai bahan makanan dan minuman rumah tangga. Sektor
industri, rumah makan dan jasa menggunakan 46,98% gula di Indonesia dan 1,82
sisanya merupakan perubahan stok atau hal lainnya (Sekretariat Jenderal
Kementrian Pertanian).
92
Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya menjadikan beberapa
wilayah di Indonesia memiliki pabrik gula. Sekitar 44 pabrik gula dibawah
naungan BUMN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Banyaknya jumlah
pabrik gula di Indonesia masih belum bisa meningkatkan produktivitas selama
beberapa tahun berturut-turut. Berikut tabel yang menyajikan produktivitas gula
nasional dari pabrik gula yang dikelola BUMN.
Tabel 9. Kontribusi Pabrik Gula Terhadap Produktivitas Gula Tahun 2017
No. Pabrik Gula Produktivitas
(ton/ha)
Persentase
(%)
Peringkat
A. PTPN II
1. PG. Kwalamadu 2.05 0.94 44
B. PTPN VII
2. PG. Bunga Mayang 4.82 2.15 29
3. PG. Cinta Manis 4.67 2.22 26
C. PTPN IX
4. PG. Jatibarang 2.81 1.29 41
5. PG. Pangka 4.06 1.87 33
6. PG. Rendeng 3.91 1.80 36
7. PG. Mojo 3.70 1.70 39
8. PG. Tasikmadu 3.99 1.83 35
D. PTPN X
9. PG. Watoetoelis 5.64 2.59 10
10. PG. Kremboong 4.78 2.20 28
11. PG. Gempolkrep 6.03 2.77 8
12. PG. Djombang Baru 5.48 2.52 13
13. PG. Tjoekir 6.63 3.05 5
14. PG. Lestari 5.05 2.32 23
15. PG. Meritjan 5.62 2.58 11
16. PG. Pesantren Baru 7.09 3.26 3
17. PG. Ngadiredjo 7.54 3.47 1
18. PG. Modjopanggong 6.17 2.84 7
19. PG. Takalar 2.14 0.98 43
20. PG. Bone 3.87 1.78 37
21. PG. Camming 3.85 1.77 38
93
No. Pabrik Gula Produktivitas
(ton/ha)
Persentase
(%)
Peringkat
E. PTPN XI
22. PG. Soedhono 4.67 2.15 30
23. PG. Poerwodadie 4.54 2.09 31
24. PG. Redjosarie 5.06 2.33 22
25. PG. Pagottan 5.17 2.38 20
26. PG. Kedawoeng 4.94 2.27 25
27. PG. Wonolangan 5.58 2.56 12
28. PG. Gending 4.80 2.21 27
29. PG. Padjarakan 4.41 2.03 32
30. PG. Djatiroto 5.42 2.49 15
31. PG. Semboro 5.09 2.34 21
32. PG. Wringinanom 5.90 2.71 9
33. PG. Olean 5.40 2.48 16
34. PG. Pandjie 5.47 2.51 14
35. PG. Asembagoes 7.37 3.39 2
36. PG. Pradjekan 5.32 2.45 17
F. PTPN XII
37. PG. Glenmore 2.30 1.06 42
G. PT. RNI (Persero)
38. PG. Krebet Baru I
6.82 3.13 4 PG. Krebet Baru II
39. PG. Rejo Agung Baru 5.28 2.43 18
40. PG. Sindanglaut 5.03 2.31 24
41. PG. Tersana Baru 5.20 2.39 19
42. PG. Jatitujuh 3.70 1.70 40
43. PG. Subang 4.02 1.85 34
44. PG. Candi Baru (PT) 6.18 2.84 6
JUMLAH 217.57 100
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2017
Diantara pabrik gula lainnya, sumbangsih terbesar jatuh kepada PG.
Ngadiredjo yang mencapai 3,47% dari total produktivitas di Indonesia. Kemudian
peringkat kedua diduduki oleh PG. Assembagoes dengan tingkat produktivitas
sebesar 3.39% dari total keseluruhan pabrik gula. Sedangkan PG. Rejo Agung
Baru menempati posisi ke-18 dengan produktivitas sebesar 2.43%. Tingkat
94
produktivitas yang bisa dibilang masih rendah, harus ditingkatkan agar mampu
memberikan sumbangsih yang besar terhadap produktivitas gula nasional.
Gula memang merupakan kebutuhan pokok penduduk, fakta ini membawa
konsekuensi kewajiban pemerintah untuk menjamin ketersediaan gula di pasar
domestik. Selain itu, industri gula merupakan sumber penghidupan lebih dari satu
juta petani di Jawa dan mampu menyediakan lapangan pekerjaan lebih dari
setengah juta buruh tani di pedesaan, tertuma di Jawa dan Sumatera. Mengingat
pentingnya komoditi tersebut, maka pemerintah membuat Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035. Dalam dokumen tersebut
terdapat isi yang salah satunya memuat bahwa komoditas gula pasir termasuk di
dalam industri prioritas bersama industri pengolahan ikan, susu, dan tepung.
Dengan menjadikan industri gula yang berbasis tebu menjadi salah satu bagian
dari industri prioritas maka rencana tersebut dilegalkan menjadi Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035.
Terdapat poin penting yang menjelaskan betapa pentingnya merumuskan
sebuah strategi bagi sebuah industri yang termasuk dalam industri prioritas,
industri pendukung, dan industri hulu. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015, ada beberapa strategi yang
dirumuskan untuk industri yang ada di Indonesia, salah satunya adalah PG. Rejo
Agung Baru Madiun. Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi strategi
pengembangan PG. Rejo Agung Baru Madiun dalam meningkatkan produktivitas
gula nasional melalui perspektif Good Corporate Governance yang mengacu pada
95
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 adalah sebagai
berikut.
a. Ketersediaan Bahan Baku (Kualitas, Kuantitas)
Bahan baku merupakan salah satu komponen yang harus dipenuhi dalam
pabrik gula agar operasinal produksi mampu berjalan hingga waktu yang lama.
Selama ini, PG. Rejo Agung Baru Madiun mendapatkan bahan baku dari beberapa
cara, hal ini diperkuat dengan adanya hasil wawancara dengan Kepala Bagian
Tanaman dibawah ini:
“Mungkin semua pabrik gula cara untuk mendapatkan bahan baku hampir
sama dengan disini. PG. Rejo Agung Baru Madiun selama ini
mendapatkan bahan baku dengan menggunakan 3 (tiga) macam cara, ada
yang tebu tanam sendiri, tebu milik rakyat dengan bantuan sistem kredit,
dan tebu rakyat yang dikelola secara mandiri dan tidak memerlukan
bantuan sistem kredit pabrik.” (Bapak Yordan Sofian, Kepala Bagian
Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, 19 April 2017).
Penjelasan lebih rinci bagaimana cara PG. Rejo Agung mendapatkan
bahan baku diperkuat dengan data yang diperoleh di Bagian Tanaman. Setidaknya
dapat melakukan 3 (tiga) cara untuk mendapatkan bahan baku agar operasional
pabrik tetap berjalan, diantaranya:
1) Tebu Sendiri (TS)
Tebu ini dihasilkan dari lahan yang dikelola sendiri oleh pabrik. Tebu
ini memiliki kualitas yang lebih baik daripada tebu rakyat. Rendemen bisa
mencapai 8-10%.
96
2) Tebu Rakyat Kemitraan (TRK)
Tebu jenis ini merupakan tebu milik rakyat dan pengelola dari tebu
rakyat ini mendapatkan bimbingan. Selain itu, tebu rakyat kemitraan
mendapatkan bantuan kredit dari PG. Rejo Agung Baru Madiun.
3) Tebu Rakyat Mandiri (TRM)
Tebu jenis ini disebut juga tebu rakyat yang pengelolaannya
sepenuhnya dilakukan oleh para petani. Tidak ada intervensi dari pihak
pabrik. Namun tentu saja tebu yang masuk harus memenuhi standar yang
telah ditentukan.
Ketiga cara untuk mendapatkan bahan baku tersebut jika dilihat dari luas
area maka tebu rakyat kemitraan menempati posisi pertama. Jumlah tebu rakyat
kemitraan mendominasi bahan baku yang diperoleh PG. Rejo Agung Baru
Madiun. Data secara lengkap tersaji dalam tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Luas Area Tanaman Tebu Menurut Jenis yang didapatkan (Ha)
No. Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1. Tebu
Sendiri 2,352.540 2,115.263 1,860.512 2,151.736 1,167.522
2. Tebu
Rakyat
Kemitraan
4,382.458 5,484.157 6,196.188 5,976.029 7,263.724
3. Tebu
Rakyat
Mandiri
1,492.038 2,163.427 2,219.842 772.756 560.984
JUMLAH 8,227.036 9,762.847 10,276.542 8,900.521 8,992.230
Sumber: Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun
97
Tampak bahwa tebu rakyat kemitraan paling unggul diantara yang lainnya,
walaupun dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan luas area. Namun,
dengan semakin luasnya area, maka besar pula kemungkinan hasil panen tebu
nantinya. Selanjutnya, bahan baku yang diperoleh dengan melihat aspek produksi
tebu, hasilnya sama dengan sebelumnya, tebu rakyat kemitraan berada diposisi
pertama. Pernyataan tersebut diperkuat dengan data yang tersaji di tabel 11
berikut ini.
Tabel 11. Produksi Tebu Menurut Jenis yang didapatkan (Ku)
No. Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1. Tebu
Sendiri
1,589,849 1,585,487 1,191,381 1,399,809 1,028,773
2. Tebu Rakyat
Kemitraan
3,671,461 4,649,514 4,573,845 4,310,095 5,470,061
3. Tebu Rakyat
Mandiri
1,253,296 1,668,357 1,647,691 614,074 422,160
JUMLAH 6,514,606 7,903,358 7,412,917 6,323,978 6,920,994
Sumber: Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun
Pada tabel 11, terlihat bahwa terjadi fluktuasi luas lahan dari ketiga
tiganya. Untuk memperkuat data yang sebelumnya tersaji diatas, maka hasil
wawancara peneliti dengan Kepala Bagian Tanaman berikut telah serupa dengan
data di tabel 10 dan tabel 11, yaitu:
“Bisa dikatakan bahwa PG. Rejo Agung mendapatkan banyak pasokan
bahan baku dari TRK (Tebu Rakyat Kemitraan). Kita sudah berupaya
untuk meningkatkan TS (Tebu Sendiri), namun rencana tersebut belum
bisa terealisasi dengan sempurna, semua juga butuh proses kan mbak.
Tidak serta merta kita bisa mewujudkan apa yang kita rencanakan. Baik
TRK (Tebu Rakyat Kemitraan), TS (Tebu Sendiri) ataupun TRM (Tebu
Rakyat Mandiri) kami berupaya untuk tetap menjaga ketersediaan bahan
baku yang notabene sebagai modal utama di pabrik ini dalam pembuatan
98
gula pasir.” (Bapak Yordan Sofian, Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo
Agung Baru Madiun, 19 April 2017).
Jika berdasarkan pada data yang ada maka urutan dari pasokan bahan baku
yang didapatkan adalah TRK (Tebu Rakyat Kemitraan), TS (Tebu Sendiri), dan
TRM (Tebu Rakyat Mandiri). Prosentase cukup jauh antara TRK (Tebu Rakyat
Kemitraan), TS (Tebu Sendiri), dan TRM (Tebu Rakyat Mandiri). Jika dibuat
dalam bentuk diagram berdasarkan hasil rata-rata maka hasilnya adalah sebagai
berikut.
Gambar 15. Diagram Prosentase Bahan Baku yang didapatkan
Sumber: Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, diolah
Luas area pertanian yang menurun selama ini dikarenakan beberapa faktor.
Kita tahu bahwa semakin tahun, lahan perkotaan yang semula sebagai lahan
pertanian akan berubah menjadi sebuah bangunan hunian atau bangunan
pertokoan yang marak terjadi. Pertumbuhan penduduk di Kota Madiun juga
99
meningkat dari tahun ke tahun. Berikut perkembangan pertumbuhan penduduk di
Kota Madiun yang tersaji dalam tabel 12 berikut ini.
Tabel 12. Pertumbuhan Penduduk Kota Madiun
No. Kecamatan Tahun/Jiwa
2011 2012 2013 2014 2015
1. Kartoharjo 55,332 55,970 57,090 58,125 59,777
2. Manguharjo 60,804 60,712 62,086 63,007 65,276
3. Taman 85,951 86,575 88,205 89,867 90,195
JUMLAH 202,087 203,257 207,381 210,999 215,248
Sumber: RPJMD Kota Madiun Tahun 2014-2019
Bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun tidak menutup kemungkinan
bahwa pembangunan akan terus berjalan, termasuk di Kota Madiun.
Bertambahnya penduduk, membuat konsekuensi baru terjadinya pembangunan
dan harus ada lahan yang dikorbankan. Tabel 13 akan menunjukkan penggunaan
lahan di Kota Madiun selama 5 tahun terakhir, berikut data penggunaan lahan
tersebut.
Tabel 13. Penggunaan Lahan Kota Madiun Tahun 2011-2015
No. Penggunaan
Lahan
Tahun (Ha)
2011 2012 2013 2014 2015
Kawasan Tidak Terbangun
1. Irigasi Teknis 1.098 1.064 1.061 1.055 1.041
2. Perkebunan 215 182 146 146 146
3. Pekarangan/Tegal 100 114 148 148 148
4. Kolam/empang 5 5 5 6 6
Kawasan Terbangun
1. Permukiman
Beserta
Penduduknya
1.905 1.959 1.962 1.968 1.982
Luas Lahan
Keseluruhan
3.323 3.323 3.323 3.323 3.323
Sumber: RPJMD Kota Madiun Tahun 2014-2019
100
Dapat disimpulkan bahwa kawasan permukiman terus meningkat dari
tahun 2011 sampai 2015. Seiring dengan meningkatnya penggunaan lahan untuk
permukiman, kawasan perkebunan ataupun kawasan lainnya mengalami
penurunan. Penurunan luas area lahan pertanian juga disampaikan oleh Kepala
Bagian Tanaman dari hasil wawancara berikut ini:
“…….kalau dari dulu ya sejarahnya yang didirikan dari pabrik gula ini
kan kaitannya dengan lahan bagus, air cukup. Dengan perkembangan
seperti ini memang kedepan diharapkan kebijakan dari pemerintah juga
harus ada jangan sampai lahan subur menjadi perumahan sehingga
mengurangi lahan pertanian yang ada. Sehingga dengan adanya
perkembangan peduduk yang begitu meningkat juga membuat biaya sewa
lahan ataupun pembebasan lahan menjadi meningkat.” (Bapak Yordan
Sofian, Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, 19 April
2017).
Selain luas area, jika dilihat dari perspektif kuantitas (jumlah) maka dapat
dikatakan penurunan tidak hanya disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk
selama ini. Banyak diantara petani tebu yang berkurang karena beberapa alasan.
Berkurangnya petani akan mempengaruhi ketersediaan bahan baku di PG. Rejo
Agung Baru. Permasalahan tersebut diungkapkan oleh Kepala Bagian Tanaman
berikut ini:
“……yang sering terjadi saat ini petani tebu, terutama petani tebu rakyat
kemitraan dalam masalah perkreditan yang persyaratannya cukup banyak.
Dengan persyaratan tersebut membuat para petani tidak bisa mencairkan
uangnya dengan cepat. Tidak hanya itu saja, petani juga dibebaskan
memilih kemana mereka akan membawa bahan baku. Sehingga ada
persaingan antara pabrik gula di wilayah madiun mengingat jumlah pabrik
gula cukup banyak. Jika kita tidak pintar-pintar memberi pelayanan maka
petani bisa dengan mudahnya dan tidak memasok bahan baku ke pabrik
ini. Pelayanan juga perlu ditekankan di dalam menarik minat petani untuk
memasok bahan baku ke pabrik gula ini mbak.” (Bapak Yordan Sofian,
Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, 19 April 2017).
101
Solusi untuk menarik minat petani agar tetap memasok titik beratnya
mengacu pada pelayanan. Pelayanan yang dimaksud ketika PG. Rejo Agung Baru
memberikan pembinaan terhadap petani binaannya. Adapun tujuan lain dari
pembinaan terhadap petani diungkapkan oleh Kepala Bagian Tanaman berikut ini.
“Kita melakukan koordinasi dalam bentuk pembinaan, karena di pabrik ini
kan punya petugas lapangan yang turun tangan dalam melakukan
pembinaan terhadap petani. Harapannya petani yang dibina agar mampu
bertahan dalam usahanya. Bentuk pelayanan kita terhadap petani seperti
itu mbak. Baik pelayanan dalam bentuk informasi dan sarana produksi
sehingga usaha petani mendapatkan tuntunan atau bimbingan dari pabrik
gula. Mengarahkan petani karena harapannya petani terus berusaha dan
agar setiap petani memiliki sikap konsistensi dalam diri mereka sendiri.
Terus terang bahan baku kita paling besar juga dari petani.” (Bapak
Yordan Sofian, Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun,
19 April 2017).
Berikut beberapa dokumentasi foto pembinaan terhadap petani yang
dilakukan oleh PG. Rejo Agung Baru Madiun.
102
Gambar 16. Kegiatan Pembinaan Petani Oleh PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun
Tidak berhenti sampai disitu, ada permasalahan jika dilihat dari aspek
kuantitas, salah satunya adalah aspek ketenagakerjaan pekerja tebang. Seringkali
pabrik gula memiliki masalah kekurangan pekerja tebangan sehingga harus
mencari pilihan alternatif lainnya. Pernyataan tersebut didasarkan dengan hasil
wawancara terhadap Kepala Bagian Tanaman berikut ini.
“……kemudian pekerja tebangan jika tiba-tiba tidak bisa bekerja juga bisa
mempengaruhi ketersediaan bahan baku. Harusnya dalam satu lahan tebu
dikerjakan oleh 10 orang hingga bisa lebih, namun jika pekerja tebangan
tidak ada maka satu lahan tersebut tidak bisa segera dipanen dan tidak bisa
segera diproduksi di pabrik. Selain itu, tebu jika sudah masanya dipanen,
kalau tidak segera dipanen juga akan mempengaruhi kualitas dari tebu
tersebut.” (Bapak Yordan Sofian, Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo
Agung Baru Madiun, 19 April 2017).
Adapun dari segi kuantitas sudah dijelaskan apa saja yang menjadi
penyebab yang diperkuat dengan hasil wawancara maupun data yang didapatkan.
Jika dilihat dari cara mendapatkan bahan baku yang berkualitas, Kepala Bagian
Tanaman menjelaskan sebagai berikut.
“Untuk memperoleh bahan baku yang berkualitas jadi kita ini tidak serta
103
merta seperti kita ini punya uang beli baju milih yang bagus tapi kita ini di
bagian tanaman ya memang harus diawali dari bibit/benihnya yang benar-
benar berkualitas, bersertifikat. Kemudian nanti kita di budidaya tanaman
itu sendiri harus bagus, dilaksanakan dengan benar. Semua ada SOP nya
termasuk baku teknis untuk perawatan tanaman, kemudian pasca panennya
juga demikian. Jadi ada 3 komponen ya yang kaitannya di bibit, budidaya
dan pasca panen itu yang harus kita laksanakan.” (Bapak Yordan Sofian,
Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, 19 April 2017).
Bahan baku yang berkualitas melalui beberapa proses untuk mendapatkan
yang diharapkan. Faktor cuaca juga bisa mempengaruhi kualitas dari tebu yang
dihasilkan Berikut yang disampaikan Kepala Bagian Tanaman terkait yang bisa
menurunkan kualitas tebu.
“…..kaitannya dengan kondisi alam misalnya tebu ini sudah berdiri dan
dikerjakan dengan baik namun terjadi hujan angin yang berturut-turut.
Bisa saja tebu roboh dan mempengaruhi mutu karena intensitas hujan yang
begitu tinggi. Kita juga tidak bisa memprediksi adanya hujan, karena iklim
akhir-akhir ini tidak menentu. Hujan yang terlalu sering mampu
menurunkan kualitas dari tebu itu sendiri. (Bapak Yordan Sofian, Kepala
Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, 19 April 2017).
Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan adanya data yang menyatakan
musim hujan di Kota Madiun selama 5 tahun terakhir.
Tabel 14. Curah Hujan Kota Madiun Tahun 2010-2016
No. Tahun Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hh)
1. 2010 3,379 124
2. 2011 1,729 99
3. 2012 1,645 107
4. 2013 1,686 110
5. 2014 1,081 73
6. 2015 1,626 100
7. 2016 1,820 109
Sumber: Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun
104
Curah hujan di Kota Madiun tertinggi dterjadi pada tahun 2010 hingga
mencapai 3,379 mm. Akhir-akhir ini kondisi iklim sudah tidak mampu diprediksi
lagi. Jika digambarkan dalam bentuk grafik maka perkembangannya adalah
sebagai berikut.
Gambar 17. Grafik Perkembangan Curah Hujan Kota Madiun
Sumber: Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Madiun
Kondisi iklim yang dapat mempengaruhi kualitas tebu, yang diukur
melalui pada kualitas rendemennya. Semakin tinggi kualitas rendemen, maka
semakin bagus kualitas suatu tebu. Adapun rendemen tebu tersaji dalam grafik
berikut ini.
105
Gambar 18. Perkembangan Rendemen Gula Tahun 2012-2016
Sumber: Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, diolah
Menurunnya persentase rendemen dari tahun 2012 sampai 2016, berarti
kualitas juga menurun. Penurunan rendemen tebu bisa diatasi dengan beberapa
cara. Cara tersebut diungkapkan oleh Kepala Bagian Tanaman berikut ini:
“……nah contohnya sekarang ini kita ini juga selalu mengembangkan
varietas-varietas yang mempunyai potensi rendemen yang cukup tinggi
selalu diupayakan. Selain itu varietas yang dikembangkan diupayakan agar
mampu dan cocok di kondisi atau di topografi tertentu. Varietas ini lebih
tepatnya dikembangkan dengan menyesuaikan wilayahnya. Kita juga
sedang mengembangkan wilayah kering bahkan yang terakhir ini kita
menjalin kerjasama dengan beberapa pihak.” (Bapak Yordan Sofian,
Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, 19 April 2017).
Berdasarkan pernyataan tersebut, beberapa varietas yang dikembangkan
selama beberapa tahun terakhir. Tabel 15 akan menyajikan varietas apa yang
dikembangkan agar tebu mampu bertahan di wilayah tertentu. Berikut data
varietas tanaman tebu tersebut.
106
Tabel 15. Varietas Tebu yang dikembangkan di PG. Rejo Agung Baru
No. Jenis Produksi
(ku/ha)
Rendemen Sifat Dominan
1, PS 881 241-949 1.64-10.22 • Pertumbuhan Cepat
• Potensi rendemen yang
tinggi dengan kategori
kemasakan awal giling
• Wilayah pengembangan
untuk lahan ringan sampai
agak berat
• Pertumbuhan sedang
• Kadar sabut sekitar 13-14%
• Sifat lepas pelepah mudah
2. PS 862 175-883 1.21-10.87 • Respon terhadap pupuk
sangat tinggi
• Memerlukan pengairan yang
cukup
• Masa tanam dari giling awal
(Bulan Mei-Juni)
• Cocok dikembangkan pada
tanah ringan
• Tanaman tegak dan memiliki
potensi rendemen tinggi
3. PS 864 228-1221 0.60-8.35 • Kadar sabut 14-15%
• Tipe kemasakan kelompok
tengah lambat
• Pada lahan berstektur sampai
berat, masih cocok baik
pertumbuhannya
4. PSBM 901 162-704 1.02-9.93 • Toleran terhadap kekeringan
• Sifat kemasakan awal sampai
tengah
• Wilayah pengembangan
lahan berat sampai agak
ringan
5. PS 921 101-1,391 1.9-8.53 • Daya Adaptasi yang cukup
baik terhadap lahan sawah
yang berdrainase kurang baik
• Kemasakan cenderung
tengahan
• Cocok dikembangkan di
daerah yang memiliki
masalah drainase yang
kurang baik.
107
No. Jenis Produksi
(ku/ha)
Rendemen Sifat Dominan
6. PS 865 112-804 1.41-9.38 • Kemasakan awal-tengah
• Cocok untuk wilayah
pengembangan lahan ringan
sampai geluhan
7. PSJK 922 150-1400 1-9 • Pertumbuhan cepat
• Tipe kemasakan awal-tengah
• Memiliki kadar sabut 11-
13%
8. VMC 7616 182-1105 0.52-10.02 • Tipe kemasakan awal-tengah
• Pertumbuhan sedang
• Kadar sabut mencapai
15.04%
• Toleran terhadap gangguan
drainasi ≤ 3 hari genangan
dan toleran terhadap
kekeringan.
Sumber: Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, diolah.
Setidaknya ada 8 (delapan) jenis varietas yang dikembangkan di PG. Rejo
Agung dari 20 jenis yang ada di Indonesia. Bahkan ketika musim giling setiap
tahunnya ada target yang harus dicapai. Pernyataan tersebut didapat setelah
mewawancari Kepala Bagian Tanaman berikut ini:
“Jadi untuk memperoleh bahan baku kita tidak menentukan target setiap
harinya, namun target ditentukan dalam satu musim giling. Kita memiliki
target misalnya tahun ini harus mendapatkan bahan baku sebesar
7.541.000 kwintal, yang juga dijadwalkan hari giling hanya 133 hari,
sehingga hasil pembagian tersebut adalah target setiap harinya yang harus
dipenuhi. Selama ini, setiap tahunnya, Alhamdulillah kita mencapai target,
walaupun terkadang ada hari-hari dimana kita tidak mampu mencapai
target. Ketidakmampuan tersebut kita kejar di hari berikutnya dengan
mengarahkan tenaga kerja di bagian tanaman untuk mencari petani yang
mampu memasok bahan baku lebih dari yang sudah disepakati.” (Bapak
Yordan Sofian, Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun,
19 April 2017).
108
Berikut data yang menunjukan target dan realisasi produksi di PG. Rejo
Agung Baru yang sesuai dengan pernyataan sebelumnya.
Tabel 16. Target dan Realisasi Produksi Tebu (Ton) Tahun 2012-2016
No. Tahun Target Realisasi Persentase
1. 2012 700,500.8 651,460.6 93%
2. 2013 665,875.5 790,335.8 119%
3. 2014 690,455.7 741,291.7 107%
4. 2015 705,575.4 632,397.8 90%
5. 2016 680,650.6 692,099.4 102%
Sumber: Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, diolah
Bisa dilihat dari tabel 16, bahwa ada beberapa tahun yang belum bisa
mencapai target 100%. Namun, ada yang mampu melebihi target yang telah
ditentukan. Tidak hanya itu, untuk PG. Rejo Agung jika berdasarkan data dan
hasil wawancara kepada Kepala Bagian Tanaman, maka bisa dikatakan masih
tercukupi kebutuhan bahan baku untuk diproduksi. Mengingat di wilayah
karesidenan Madiun terdapat 7 pabrik gula yang dikelola berbagai perusahan
BUMN yang bergerak di bidang agroindustri.
Beberapa pernyataan dari Kepala Bagian Tanaman dan data yang sudah
terlampir membuktikan bahwa sampai sejauh ini PG. Rejo Agung Baru Madiun
memperoleh bahan baku yang sebagian besar merupakan tebu rakyat. Melalui
koordinasi dengan petani tebu, karena sebagian besar bahan baku diperoleh dari
tebu rakyat maka sinergitas antara pegawai pabrik dengan petani terjalin secara
baik. Selain itu berbagai upaya terus dilakukan terkeit dengan penyediaan bahan
baku demi berlangsungnya kegiatan produksi di PG. Rejo Agung.
109
b. Pengembangan SDM
Sebuah kegiatan industri, terutama agroindustri pasti memiliki banyak
pegawai untuk menjalankan tujuan perusahaan yang ingin dicapai. Termasuk PG.
Rejo Agung Baru juga memiliki pegawai yang begitu banyak dan dibedakan
menjadi beberapa macam. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian
SDM dan Umum, macam pegawai di PG. Rejo Agung Baru dibedakan
berdasarkan.
“Pegawai atau tenaga kerja di PG. Rejo Agung Baru Madiun ini dibagi
menjadi 2 jenis. Pertama tenaga kerja tetap yang dibagi lagi menjadi
karyawan staf dan karyawan non staf. Sedangkan yang kedua adalah
tenaga kerja tidak tetap. Tenaga kerja tidak tetap dibedakan menjadi 2
(dua) macam yaitu tenaga kerja kampanye dan tenaga kerja borongan.”
(Bapak Ferdy Widarto, Kepala Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung
Baru Madiun, 20 April 2017).
Hal tersebut diperkuat juga dengan data yang diberikan oleh bagian SDM
dan Umum terkait dengan jumlah karyawan yang ada di PG. Rejo Agung Baru
Madiun. Tabel 17 akan menunjukkan jumlah karyawan PG. Rejo Agung selama 6
tahun terkahir.
Tabel 17. Jumlah Karyawan Tahun 2011-2016
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Karyawan Staf 44 45 43 40 41 43
2. Karyawan Non Staf 374 342 312 288 263 258
3. PKWT 746 687 674 640 580 503
4. Borong 428 493 491 452 482 476
Sumber: Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung Baru Madiun
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap tahunnya PG.
Rejo Agung mengurangi tenaga kerja yang terlihat dari tabel 17 bahwa dari tahun
110
2011 sampai dengan 2016 jumlah tenaga kerja terus menurun. Secara grafis,
jumlah karyawan PG. Rejo Agung dapat dilihat pada gambar 19 berikut ini.
Gambar 19. Perkembangan Tenaga Kerja PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung Baru, diolah.
Berdasarkan grafik tersebut, maka dapat dilihat jumlah tenaga kerja terus
menurun. Dikarenakan setiap tahunnya PG. Rejo Agung Baru tidak serta merta
melihat dari sisi jumlah tenaga kerja, namun dilihat berdasarkan kebutuhan agar
terjadi efisiensi. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Bagian SDM dan Umum
terkait dengan jumlah tenaga kerja yang ada di PG. Rejo Agung Baru:
“…..terkadang kita juga tidak selalu mengutamakan jumlah, tapi lebih ke
kualitas. Karena percuma jika pegawai banyak namun mereka tidak
berkompeten. Akan jauh lebih baik jika memiliki jumlah pegawai yang
tidak terlalu banyak namun berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan oleh
PG. Rejo Agung Baru. Jadi mengapa terkadang kita tidak membutuhkan
pegawai baru, karena dirasa masih bisa ditangani oleh pegawai yang ada.
Kalau situasinya tidak memungkinkan, maka rekrutmen pegawai
dilaksanakan dengan syarat dan ketentuan yang dianjurkan.” (Bapak Ferdy
Widarto, Kepala Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung Baru Madiun,
20 April 2017).
111
Efisiensi perusahaan diawali dengan tenaga kerja di PG. Rejo Agung Baru
Madiun. Hasil wawancara dengan Kepala Bagian SDM dan Umum, membuktikan
bahwa tidak harus berorientasi pada kuantitas, akan jauh lebih penting
berorientasi pada kualitas sumber daya manusia di PG. Rejo Agung Baru.
Berdasarkan pernyataan tersebut, berikut data jumlah pegawai berdasarkan
pendidikan terakhir yang ditempuh.
Gambar 20. Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pendidikan (%)
Sumber: Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung Baru Madiun, diolah
Berdasarakan grafik pada gambar 20, dapat diketahui bahwa untuk tingkat
pendidikan terakhir paling banyak SMA. Namun tidak serta merta tenaga kerja di
PG. Rejo Agung Baru diukur berdasarkan tingkat pendidikannya saja. Tenaga
kerja juga bisa dilihat dari pengalaman yang dimiliki. Semakin matang usia, maka
semakin banyak pula pengalaman yang didapatkan. Hal tersebut juga tidak
berbeda dari hasil wawancara dengan Kepala Bagian SDM dan Umum PG. Rejo
Agung Madiun berikut ini:
112
.”….memang tidak semua tenaga kerja di PG. Rejo Agung memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi. Namun, pendidikan yang tinggi tidak
cukup diterapkan disini tanpa adanya pengalaman mbak. Pengalaman
sangat diperlukaan karena biasanya pegawai yang pengalaman ini
mengerti pengambilan keputusan yang bagaimana yang diharapkan.
Memang untuk pegawai yang baru masuk di PG. Rejo Agung setidaknya
mereka memiliki gelar diploma atau sarjana. Namun, banyak diantara
pegawai memiliki latar belakang pendidikan terakhir SMA, namun
pengalaman mereka jauh diatas pegawai yang memiliki gelar sarjana.”
(Bapak Ferdy Widarto, Kepala Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung
Baru Madiun, 20 April 2017).
Berikut data yang menunjukkan pegawai PG. Rejo Agung dilihat
berdasarkan usia.
Gambar 21. Tenaga Kerja Berdasarkan Lama Bekerja
Sumber: Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung Baru Madiun, diolah
Diagram tersebut menunjukkan bahwa banyak tenaga kerja di PG. Rejo
Agung rata-rata lama bekerja paling banyak pada range ≥ 20 tahun, Hal tersebut
membuktikan bahwa banyak tenaga kerja yang memiliki pengalaman lebih dari 10
tahun. Namun, menurut Kepala Bagian SDM dan Umum, tidak semua pegawai
memiliki kompetensi yang diharapkan. Berikut hasil wawancara dengan Kepala
Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung Baru:
113
“…..belum 100% kompetensi sesuai yang diharapkan. Misalnya saya
sebagai Kabag SDM namun background saya dari akuntansi. Hanya
berdasarkan pada pengalaman, saya bisa menjadi Kabag SDM disini.
Pengalaman juga dibutuhkan tidak selalu harus berpendidikan tinggi.
Karena dengan pengalaman seseorang mampu menganalisis keadaan dan
melihat kondisi terbaik dari sebelumnya. Jika seseorang belum memiliki
pengalaman yang matang, maka analisis yang dilakukan juga masih abu-
abu. Tidak ada pertimbangan alternatif yang dipilih dan hanya berdasar
pada sepengetahuan tanpa merujuk sesuatu yang didapatkan sebelumnya.”
(Bapak Ferdy Widarto, Kepala Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung
Baru Madiun, 20 April 2017).
Namun, pihak PG. Rejo Agung telah mengadakan kegiatan pendidikan
dan pelatihan kepada karyawan yang membutuhkannya. Berikut hasil wawancara
dengan Kepala Bagian SDM dan Umum:
“…..diklat sangat membantu para pegawai untuk lebih mengasah skill
mereka. Pembelajaran terus dilakukan melalui diklat salah satunya. Setiap
tahunnya pasti melakukan diklat, entah dari pihak direksi maupun dari
lembaga/pabrik lainnya. Jadi diklat sangat diperlukan untuk
mengembangkan potensi pegawai agar memilki pengetahuan yang baru.”
(Bapak Ferdy Widarto, Kepala Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung
Baru Madiun, 20 April 2017).
Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya data dari Bagian SDM dan
Umum yang tersaji dalam bentuk tabel berikut ini.
Tabel 18. Banyaknya Diklat dalam 1 Tahun
No. Tahun Jumlah
1. 2012 20
2. 2013 27
3. 2014 38
4. 2015 31
5. 2016 38
Sumber: Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung Baru Madiun
114
Berdasarkan tabel dari banyaknya diklat yang diadakan, dapat disimpulkan
bahwa dari tahun ke tahun diklat yang diadakan dan diikuti oleh PG. Rejo Agung
Baru meningkat. Dengan meningkatnya diklat yang diadakan dan diikuti, maka
semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan oleh para
karyawan. Berikut salah satu dokumentasi diklat yang diadakan oleh PG. Rejo
Agung Baru Madiun.
Gambar 22. Diklat yang diadakan Oleh PG. Rejo Agung Baru Madiun
Sumber: Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung Baru
c. Kemampuan Penguasaan dan Pengembangan Teknologi
Peralatan mesin yang dipakai di PG. Rejo Agung Baru merupakan
teknologi canggih yang dibutuhkan untuk memproses produksi. Beberapa alat
yang digunakan sudah berumur lama. Peralatan atau mesin yang digunakan dalam
proses produksi didapatkan bahwasanya teknologi yang digunakan merupakan
teknologi lebih modern. Alasannya karena selama proses produksi menggunakan
alat secara merata. Alat-alat yang digunakan selama proses produksi juga berasal
115
dari luar negeri. Selain itu, PG. Rejo Agung Baru juga berupaya untuk
meningkatkan pengembangan teknologi yang ada. Sesuai dengan hasil wawancara
dengan Kepala Bagian Instalasi PG. Rejo Agung Baru berikut ini.
“……jadi kalau untuk masalah kemajuan atau perkembangan teknologi,
kita selalu mengikuti perkembangan yang ada. Ada beberapa pembaruan
dan penggantian untuk mesin yang lama agar proses produksi bisa berjalan
secara efektif. Jika dulu kita memakai mesin uap model lama, kali ini kita
menggantinya dengan turbin uap. Kemudian ada beberapa mesin yang
menggunakan motor listrik yang sudah bervariabel speed. Ada inovasi
yang terjadi karena mesin pabrik juga memerluka perubahan, diantaranya
adalah tahun ini kita sudah memasang sistem hidrolic motor yang
termasuk alat modern untuk digunakan di pabrik gula.” (Bapak Ari
Setyawan, Kepala Bagian Instalasi PG. Rejo Agung Baru Madiun, 5 Mei
2017).
Penggunaan teknologi juga terlihat jelas pada proses pengolahan limbah
melalui daur ulang. Digunakan kembali menjadi barang yang multifungsi dan
mampu menekan angka pengeluaran justru mampu meningkatkan pemasukan.
Sesuai dengan hasil wawancara berikut ini, seksie gilingan Bagian Pabrikasi
menjelaskan mengenai teknologi yang digunakan untuk mendaur ulang sebuah
limbah.
“….limbah yang dihasilkan diolah menjadi barang yang berguna dengan
teknologi yang mampu memberi nilai tambah bagi pabrik gula.
Pengolahan tidak hanya dari tebu menjadi gula pasir, namun limbah yang
dihasilkan juga diolah kedalam bentuk yang lebih berguna melui teknologi
dan mesin yang canggih. Teknologi tersebutlah yang menjadikan sebuah
limbah untuk media tanam (pupuk), yang digunakan untuk membantu para
petani dalam proses pembibitan tanaman tebu agar menuai hasil yang
memuaskan. (Bapak Hasfi Maulana, Seksie Gilingan Bagian Pabrikasi PG.
Rejo Agung Baru Madiun, 13 Mei 2017).
Berdasarkan pernyataan tersebut juga diperkuat dengan adanya data yang
menunjukkan bahwa teknologi mesin yang digunakan di PG. Rejo Agung
116
merupakan teknologi yang sudah modern. Baik pemanfaatan teknologi untuk
proses pengolahan dan penanganan limbah menjadi sebuah nilai tambah. Berikut
data yang terlampir dalam tabel 19 tentang kecepatan mesin PG. Rejo Agung
Baru Madiun.
Tabel 19. Kecepatan Mesin
Mesin Kecepatan Putar
I 4107-4130 rpm (Revolutions Per Menit)
II 4138-4188 rpm (Revolutions Per Menit)
III 4193-4195 rpm (Revolutions Per Menit)
IV 4362-4371 rpm (Revolutions Per Menit)
Sumber: Bagian Pabrikasi PG. Rejo Agung Baru Madiun
d. Proses Pengolahan dan Penjaminan Mutu Produk
Proses produksi tentu menggunakan teknologi dan membutuhkan
pengembangan setiap waktu. Ada beberapa proses tahapan yang harus dilewati
untuk mengolah dari tebu menjadi gula pasir. Proses teknologi diperlukan pada
saat melakukan proses produksi tersebut. Berikut hasil wawancara dengan Seksie
Gilingan di Bagian Pabrikasi terkait proses pengolahan gula:
“Ada beberapa tahapan yang harus dilewati. Secara singkatnya, prosesnya
itu berawal dari tebu. Pertama, tebu kita giling, kita ambil niranya. Nira
tersebut kita pisah dengan kotorannya, dan hanya kita ambil nira yang
jernih. Nira jernih tersebut kita uapkan dan kita ambil airnya dan nanti
akan menjadi nira yang kental. Nah dari nira tersebut kita pakai untuk
dimasak dan dijadikan gula yang proses terakhir adalah pengemasan.”
(Bapak Hasfi Maulana, Seksie Gilingan Bagian Pabrikasi PG. Rejo Agung
Baru Madiun, 13 Mei 2017).
117
Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembuatan gula
dilalui beberapa tahap. Secara lebih jelas, proses produksi di PG. Rejo Agung
Baru berdasarkan data dari Bagian Pabrikasi melewati 7 (tujuh) stasiun yaitu:
1) Stasiun Persiapan (Emplasemen)
Pada stasiun ini sebenarnya tujuannya adalah mempersiapkan tebu
yang akan masuk pada penggilingan di stasiun serta menyeleksi kelayakan
tebu dari kebun dan juga memperoleh berat bruto maupun neto tebu. Pada
stasiun ini juga melewati beberapa tahapan lagi yaitu:
a) Pos Gawang, bertujuan untuk mencatat asal tebu (asal, jenis,
pemilik) serta untuk menyeleksi kelayakan tebu yang dilihat dari:
(1) Manis: kadar gula (brix), di dalam tebu harus lebih dari 15%.
(2) Bersih: tebu harus bersih dari daduk (daun), tebu pucukan
bersih dari akar tanah serta tidak menerima tebu lidi (tebu
kecil).
(3) Segar, masa rentang dari tebang sampai masuk produksi kurang
dari 36 jam.
b) Timbangan I
Pada timbangan I yang ditimbang adalah berat truk dan tebu
(bruto). Setelah tebu ditimbang, tebu dipindahkan ke lori da nada
juga yang langsung menuju ke meja tebu. Tebu yang berada di lori
kemudian diangkut ke penampungan dan diatur oleh mandor
menurut datangnya tebu.
118
c) Timbangan II
Pada timbangan II, yang ditimbang adalah berat truk (tarra).
Sehingga berat tebu (neto) merupakan hasil pengurangan berat
bruto dengan berat tarra.
2) Stasiun Gilingan
Gula yang ada dalam tebu diambil semaksimal mungkin melalui alat
pendahuluan (Cane Preparation: Cane Cutter dan Unigator) dan alat
penggiling (gilingan) dengan menambah air (imbisisi).
3) Stasiun Pemurnian
Pada stasiun ini tujuannya adalah untuk memperoleh nira bersih dari
zat-zat non gula yang terlarut dalam nira mentah dihilangkan sebanyak
mungkin.
4) Stasiun Penguapan
Nira kental dengan kandungan air 40% (brix 60%) diperoleh dengan
menguapkan sebagian besar air yang terkandung dalam nira encer (brix
13%).
5) Stasiun Kristalisasi
Stasiun ini merupakan stasiun yang bertujuan untuk mengkristalisasi
gula monoklin dibentuk dengan ukuran besar butir 0.8-1.2 mm.
119
6) Stasiun Puteran
Pada stasiun ini dilakukan penyaringan untuk memisahkan kristal gula
dari cairan (stroop) dilakukan dengan gaya sentrifugal sampai diperoleh
Kristal gula yang bersih.
7) Stasiun Penyelesaian
Tahap terakhir yang merupakan kegiatan mengeringkan gula,
menyeleksi ukuran Kristal (gula normal 0.8-1.2 mm, gula halus dan gula
kerikil) dan pengemasan ½ kg, 1 kg, 5 kg, dan 50 kg.
Beberapa proses pengolahan tersebut, membuktikan bahwa pengolahan
tebu menjadi gula tidak semudah apa yang dibayangkan. Membutuhkan proses
yang panjang dan melewati beberapa tahapan. Tidak cukup sampai disitu saja,
penjaminan mutu juga sangat diupayakan oleh PG. Rejo Agung Baru Madiun.
Berikut cara penjaminan mutu di PG. Rejo Agung menurut staf Quality Control
berikut ini:
“Dalam proses penjaminan mutu produk kita melakukan analisa setiap
jam. Lebih tepatnya analisa kualitas produk yang diantaranya menghitung
jumlah dengan timbangan yang ada dan kita juga mengambil sample yang
kemudian kita analisa. Dari hasil analisa tersebut, apakah sudah memenuhi
SNI atau belum. Jika dilakukan analisa setiap jamnya ada permasalahan,
maka kita lakukan reject atau dikembalikan untuk diproses ulang. Tidak
hanya dianalisa, namun prosesnya juga ada pemantauan agar tidak ada
yang berada di bawah standar.” (Bapak Nur Cahyadi, Staf Quality Control
PG. Rejo Agung Baru Madiun, 26 April 2017).
Berikut data mengenai mutu produk yang diambil oleh Laboratorium
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia tahun 2015 dan 2016. Berikut hasil
dari tahun 2015 dan 2016 yang tersaji dalam tabel 20 dan tabel 21 berikut ini.
120
Tabel 20. Laporan Hasil Pengujian Tahun 2015
Parameter Satuan Hasil
Polarisasi (°Z, 20°C) °Z° 99.81
Susut Pengeringan (b/b) % 0.02
Warna Larutan (ICUMSA) IU 145
Warna Kristal CU 6.55
Abu Konduktiviti (b/b) % 0.022
Kotoran Kasar grade 3
Besar Jenis Butir Mm 0.95
Belerang Dioksida (SO₂) mg/kg 2.15
Sumber: Bagian Quality Control PG. Rejo Agung Baru Madiun
Tabel 21. Laporan Hasil Pegujian Tahun 2016
Parameter Satuan Hasil
Polarisasi (°Z, 20°C) °Z° 99.89
Susut Pengeringan (b/b) % 0.03
Warna Larutan (ICUMSA) IU 183
Warna Kristal CU 7.33
Abu Konduktiviti (b/b) % 0.02
Kotoran Kasar grade 3
Besar Jenis Butir Mm 0.83
Belerang Dioksida (SO₂) mg/kg 3.26
Cemaran Logam
• Timbal (Pb)
• Tembaga (Cu)
mg/kg
mg/kg
0.5
0.15
Sumber: Bagian Quality Control PG. Rejo Agung Baru Madiun
Beberapa hasil tersebut menunjukkan bahwa ada yang sudah memenuhi
SNI dan ada satu point yang belum sesuai dengan SNI. Secara keseluruhan mutu
produk terus dipantau karena dari data tersebut menunjukkan bahwa hampir
semua telah memenuhi dengan kualifikasi SNI. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Staf Quality Control yang menyatakan bahwa pemantauan juga dimulai
dari bahan baku yang berkualitas agar produk yang dihasilkan juga berkualitas.
Berikut hasil wawancara tersebut:
121
“……mengacu pada Pergub 17 Tahun 2012 dimana ada standar bahan
baku dimana menyebutkan di dalamnya itu salah satunya adalah tebu
harus MSB (Manis Segar Bersih). Sebenarnya yang harus diperhatikan
adalah tebu tidak boleh lebih dari 12 jam dari mulai ditebang sampai
diolah agar mutu produk juga baik.” (Bapak Nur Cahyadi, Staf Quality
Control PG. Rejo Agung Baru Madiun, 26 April 2017).
Namun, dari pernyataan tersebut terkadang tidak bisa dilakukan secara
benar. Karena pada dasarnya pabrik juga tidak dapat memprediksi apakan tebu
mampu diolah dalam waktu kurang dari 12 jam. Terkadang truk yang membawa
tebu juga harus mengantri karena ada beberapa permasalahan pada mesin
pengolahan. Sehingga terjadi antrian truk tebu, yang mungkin saja tebu tersebut
bisa sampai lebih dari 12 jam, sehingga mutu tebu menurun yang juga akan
mempengaruhi penurunan pada mutu produk gula.
Gambar 23. Antrian Truk Tebu
Sumber: Dokumentasi Peneliti
122
Selain itu, ada beberapa analisa yang mampu mengganggu kualitas mutu
produk. Analisa kualitas mutu produk dilihat dari 3 faktor. Berikut data yang
menunjukan mengenai hal-hal yang mengganggu kualitas mutu produk di tahun
2015 dan tahun 2016.
Tabel 22. Analisa Trash PG. Rejo Agung Baru Tahun 2015
No. Kate-
gori
Berat
Tebu (kg)
Daduk Pucuk Sogolan Jumlah
kg % kg % kg % kg %
1. TS 513 10.4 2.03 13 2.53 4.3 0.84 27.7 5.4
2. TS 502 8.7 1.73 4.5 0.9 7 1.39 20.2 4.2
3. TS 518 10.2 1.97 7.7 1.49 6.5 1.25 24.4 4.71
Sumber: Bagian Quality Control PG. Rejo Agung Baru Madiun
Tabel 23. Analisa Trash PG. Rejo Agung Baru Tahun 2016
No. Kate-
gori
Berat
Tebu (kg)
Daduk Pucuk Sogolan Jumlah
kg % kg % kg % kg %
1. TS 512 9 1.76 5.1 1 19.5 3.81 33.6 6.56
2. TRK 502 5.9 1.18 5.7 1.14 14.6 2.91 26.2 5.22
3. TRK 510 8.4 1.65 4.7 0.92 12.8 2.51 25.9 5.08
Sumber: Bagian Quality Control PG. Rejo Agung Baru Madiun
Dari tahun 2015 ke 2016 terjadi peningkatan analisa trash yang mampu
mempengaruhi kualitas mutu produk. Karena pada dasarnya, setiap 1% trash
mampu menurunkan 0.125-0.25% rendemen tebu. Dengan menurunnya rendemen
tebu, hal tersebut juga berdampak pada hasil produk yang kualitasnya tentu juga
menurun.
e. Pengembangan Sistem Logistik
Pada umumnya PG. Rejo Agung Baru Madiun dalam memasarkan produk
gula pasir hingga sampai ke tangan konsumen menerapkan saluran distribusi 3
123
(tiga) tingkat yang terdiri dari produsen ke pedagang besar, pemborong, pengecer,
dan yang terakhir adalah konsumen. Dalam prakteknya, penjualan gula pasir dari
PG. Rejo Agung Baru Madiun dilakukan oleh pihak kantor pusat PT. Rajawali I
Surabaya. Penjualan dilakukan dengan cara pelelangan yang diselenggarakan di
kantor pusat PT. Rajawali I Surabaya. Sistem pelelangan dilakukan dengan cara
mencari para peserta lelang yang menawar nilai tertinggi diatas nilai minimal
yang telah ditentukan oleh PT. Rajawali I Surabaya. Hasil tersebut didapatkan
ketika peneliti melakukan wawancara dengan Staf Bagian Akuntansi dan
Keuangan berikut ini:
“Sebenarnya penjualan dilakukan oleh pihak Direksi Surabaya (PT.
Rajawali I). Sistem penjualan gula itu dilakukan secara lelang. Hampir
semua sistemnya begitu. Kemudian peserta lelang yang menang, berhak
memasarkan produk yang nantinya bisa hingga sampai dikonsumsi oleh
masyarakat.” (Bapak Sulung, Staf Bagian Akuntansi dan Keuangan, 16
Mei 2017).
Pihak PG. Rejo Agung Baru Madiun hanya menerima surat penerimaan
barang (SPPB) dari PT. Rajawali I. Setelah pihak PT. Rajawali I memberikan
SPPB kepada PG. Rejo Agung Baru Madiun, barang baru dapat diambil sesuai
permintaan dari pemenang lelang. Berkaitan dengan pemenang lelang tersebut
yang berperan sebagai pedagang besar, karena hasil dari pembelian gula pasir oleh
pedagang besar akan dijual kembali kepada pemborong atau bisa langsung ke
masyarakat. Dari penjelasan tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara
berikut ini:
“Alur distribusi sebenarnya kita tidak bisa serta merta ikut campur. Karena
bisa saja pedagang besar langsung ke konsumen, bisa juga melalui
pemborong sebelum sampai ke konsumen. Semua diserahkan langsung
124
kepada pemenang lelang bagaimana alur gula pasir hingga bisa sampai ke
masyarakat. (Bapak Sulung, Staf Bagian Akuntansi dan Keuangan, 16 Mei
2017).
Sedangkan untuk penyimpanan gula, diletakkan di gudang penyimpanan.
PG. Rejo Agung memiliki beberapa gudang penyimpanan. Dibawah ini terdapat
tabel 24 yang menyajikan beberapa gudang penyimpanan yang ada di PG. Rejo
Agung Baru Madiun.
Tabel 24. Gudang Penyimpanan PG. Rejo Agung Baru
No. Gudang Kapasitas (ku)
1. A 60,000
2. B 40,000
3. C 20,000
4. D 125,000
5. E 90,000
JUMLAH 335,000
Sumber: Bagian Pabrikasi PG. Rejo Agung Baru Madiun
Dari gudang penyimpanan tersebut, gula juga mempunyai batas maksimal
penyimpanan. Gula yang disimpan terlalu lama tidak baik karena mampu merusak
kualitas dari gula itu sendiri. Serupa dengan hasil wawancara yang dilakukan
kepada Staf Administrasi dan Kuangan PG. Rejo Agung Baru Madiun berikut ini:
“Penyimpanan gula memang memiliki batas maksimal agar gula layak
dikonsumsi masyarakat. Setidaknya, jangka waktu penyimpanan gula itu
antara 1-2 tahun. Cara penyimpanan yang bagus juga nantinya
mempengaruhi dari segi produknya. Sangat disayangkan jika produk tidak
bagus hingga ke tangan masyarakat.” (Bapak Sulung, Staf Bagian
Akuntansi dan Keuangan, 16 Mei 2017).
Dengan proses penyimpanan antara 1-2 tahun, maka dapat dipastikan
bahwa gula pasir yang diterima masyarakat layak untuk dikonsumsi. Sistem
125
penjualan yang dipegang penuh oleh kantor pusat tidak mempengaruhi stok gula
di Kota Madiun. Akan sangat disayangkan jika terdapat pabrik gula di Kota
Madiun, namun stok gula di Kota Madiun menipis.
f. Pengembangan Sarana dan Prasarana
Secara umum, semua sarana prasarana yang disediakan pada kawasan
industri PG. Rejo Agung Baru Madiun sudah memadai. Sebenarnya, memadai
atau tidaknya dilihat dari sudah memiliki sarana yang penting atau belum.
Misalnya saja instalasi pengolahan limbah, sangat dibutuhkan bagi suatu industri
untuk memiliki instalasi pengolahan limbah sendiri. Berikut prasarana dan sarana
yang terdapat di PG. Rejo Agung Baru Madiun.
1) Instalasi Pengolahan Limbah (Waste Water Treatment Plant)
Salah satu prasarana yang wajib disediakan oleh perusahaan industri dan
sangat penting untuk kawasan industri adalah instalasi pengelolaan limbah
industri dimana semua limbah cair dari industri ditampung dan diolah sesuai
dengan standar influent yang diijinkan pengelola dan diolah. Jika sesuai dengan
standar kualitas effluent yang ditentukan pemerintah, maka limbah dibuang ke
saluran kota. Instalasi Pengelohan Limbah telah dimiliki oleh PG. Rejo Agung
Baru Madiun. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peniliti
kepada Seksie Gilingan Bagian Pabrikasi berikut ini.
“…disini kita punya 2 instalasi pengolahan limbah. Fungsi instalasi
pengolahan limbah yang pertama untuk air limbah sendiri. Prosesnya
adalah air limbah nanti masuk ke instalasi pengolahan limbah dan diolah
di denerator. Kemudian, kita memakai bakteri air yang disedimentasi lagi.
Air tersebut kita overflow dan di cek apakah sudah sesuai dengan baku
mutu apa belum. Sedangkan instalasi pengolahan limbah kedua untuk
126
limbah dari air injeksi/air jatuhan. Air dari injeksi tersebut kita recycle
kembali, sekitar 80% dari kebutuhan air yang ada. Jadi, dapat disimpulkan
kalau tidak banyak air yang keluar melalui saluran kota.” (Bapak Hasfi
Maulana, Seksie Gilingan Bagian Pabrikasi PG. Rejo Agung Baru
Madiun, 13 Mei 2017).
Dari pernyataan tersebut, bisa diketahui bahwa air limbah yang keluar ke
lingkungan masyarakat tidak terlalu banyak, karena adanya proses recycle yang
hampir 80%. Beberapa limbah yang dihasilkan dan penanganannya oleh PG. Rejo
Agung Baru Madiun diantaranya ada di tabel 25 berikut ini.
Tabel 25. Jenis dan Penanganan Limbah
No. Jenis Limbah Penanganan Limbah
1. Limbah Udara Pengangan limbah udara dengan memasang dust
collector multi cyclone untuk menangkap partikel
debu yang selanjutnya partikel debu tersebut
dicampur dengan air. Hasil akhir menjadi campuran
untuk pupuk organik.
2. Limbah Cair Pengelolaan limbah memakai sistem active sludge
menggunakan bakteri INOLA 121 dari P3GI
Pasuruan. Dan effluent air limbah selalu dibawah
Baku Mutu Limbah Menurut SK Gubernur No.
136/1995.
3. Limbah Padat Ada beberapa manfaat dari limbah padat, yaitu:
- Blotong, limbah tersebut dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik sebagai pupuk organik
yang berfungsi meningkatkan kesehatan dan
kesuburan tanah sekaligus dikomposer pupuk
anorganik.
- Abu ketel, limbah tersebut dapat digunakan
sebagai bahan baku industri particle board.
Sumber: PT. PG. Rajawali I
Selain itu, limbah yang ada juga dimanfaatkan kembali menjadi beberapa
produk yang berguna. Berikut pernyataan dari Kepala Bagian Instalasi mengenai
daur ulang limbah yang mampu dimanfaatkan dan memiliki nilai jual:
127
“…..sebenarnya pabrik gula yang sehat dilihat dari bagaimana cara recycle
limbah. Dan di kita itu, memanfaatkan kembali limbah dr proses produksi
untuk dijadikan sebagai bahan bakar untuk proses produksi sampai
dijadikan sebagai barang lain yang bermanfaat. Contohnya, dari hasil
perahan tebu itu kan nantinya keluar ampas. Ampas tersebut bisa
digunakan kembali menjadi sesuatu yang berguna. Selain kita
memanfaatkan kembali limbah yng sudah tidak terpakai, ampas
merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan.” (Bapak Ari Setyawan,
Kepala Bagian Instalasi PG. Rejo Agung Baru Madiun, 5 Mei 2017).
Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan adanya data tentang hasil
limbah yang dimanfaatkan kembali menjadi produk sampingan. Berikut tabel 26
tentang data pemanfaatan limbah yang dijadikan produk sampingan oleh PG. Rejo
Agung Baru Madiun.
Tabel 26. Produk Samping PG. Rejo Agung Baru
No. Produk Manfaat
1. Tetes Sebagai bahan baku penyedap masakan,
alkohol dan lain-lain
2. Blotong Dimanfaatkan sebagai pupuk organk yang
berfungsi untuk meningkatkan kesehatan
dan kesuburan tanah sekaligus dikomposer
pupuk organic
3. Ampas Sebagai bahan bakar ketel, bahan baku
pabrik particle board dan pabrik kertas
Sumber: PT. PG. Rajawali I
2) Tenaga Listrik
Sistem jaringan listrik merupakan alat penerangan dan termasuk dalam
kebutuhan dasar bagi masyarakat. Penyediaan sumber daya atau energi listrik
yang tersedia untuk pelayanan perumahan, industri dan kegiatan lainnya
dilakukan oleh PLN. Pelanggan listrik terbesar di Kota Madiun berada di
Kecamatan Taman yaitu 23,207 tahun 2015.
128
Tabel 27. Jumlah Pelanggan Listrik di Kota Madiun Tahun 2011-2015
No. Tahun Kecamatan
Manguharjo Taman Kartoharjo
1. 2011 13,273 21,460 14,014
2. 2012 14,463 22,179 14,394
3. 2013 14,587 22,813 14,914
4. 2014 14,617 23,800 23,207
5. 2015 15,274 23,207 13,952
Sumber: Kota Madiun Dalam Angka Tahun 2016
3) Jalan
Kemajuan ekonomi sebuah wilayah sangat tergantung oleh sistem
transportasi yang mendukung segala aktivitas di dalamnya. Tanpa dukungan
sarana prasarana yang memadai, sistem transportasi tidak akan bisa berjalan
lancar. Salah satu prasarana yang penting untuk memperlancar kegiatan
perekonomian suatu daerah adalah jalan. Jalan raya di Kota Madiun tahun 2015
mencapai 435.70 km yang terbagi atas jalan negara sepanjang 15.98 km, jalan
provinsi 0.58 km, dan jalan kota 419.14 km.
Tabel 28. Panjang Jalan Menurut Pemerintahan Kota Madiun (km)
No. Tahun Jenis Jalan
Jumlah Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kota
1. 2011 15.98 0.58 387.94 404.50
2. 2012 15.98 0.58 393.25 409.81
3. 2013 15.98 0.58 403.89 420.45
4. 2014 15.98 0.58 407.68 424.24
5. 2015 15.98 0.58 419.14 435.70
Sumber: Kota Madiun Dalam Angka Tahun 2016
129
4) Air Bersih
Seiring dengan berkembangnya industri di Kota Madiun, identik dengan
tingkat kehidupan yang lebih baik. Sehingga diharapkan kemajuan industri
berdampak positif terhadap lingkungan hidup. Air bersih merupakan kebutuhan
essensial bagi masyarakat. Pelanggan air bersih di Kota Madiun pada tahun 2015
sebanyak 37,193 pelanggan. Kelompok pelanggan terbesar adalah rumah tangga
yang mencapai 94.21%. Sedangkan jumlah air yang disalurkan sebesar
81,850,387 m3 dengan nilai pendapatan Rp 28,634,215,520. Berikut adalah
jumlah pelanggan air bersih berdasarkan golongannya.
Tabel 29. Jumlah Pelanggan Air Bersih dan Pemakaian Air Kota Madiun
No. Jenis Pelanggan Pelanggan Air yang disalurkan (m3)
1. Sosial 54 22,532
2. Rumah Tangga 35,041 80,966,610
3. Instasi Pemerintah 221 280,490
4. Niaga 1,261 351,906
5. Industri 4 1,835
6. Khusus 612 227,014
JUMLAH 37,193 81,850,387
Sumber: Kota Madiun Dalam Angka Tahun 2016
5) Telekomunikasi
Kebutuhan telekomunikasi penduduk Kota Madiun dilayani PT. Telkom
melalui gardu distribusi yang dilanjutkan melalui Sentra Telepon Otomatis untuk
disalurkan kepada pelanggan. Jumlah pelanggan telepon pada tahun 2015
sebanyak 6,882 pelanggan. Jumlah pelanggan terbanyak berasal dari jenis rumah
tangga sebanyak 5,632 pelanggan.
130
Tabel 30. Penyediaan Jasa Telekomunikasi di Kota Madiun Tahun 2015
No. Jenis Kecamatan
Jumlah Manguharjo Taman Kartoharjo
1. Umum Coin 9 9 6 24
2. Pemerintah 8 9 9 26
3. Rumah Tangga 2,763 1,319 1,550 5,632
4. Bisnis 320 407 351 1,078
6. Wartel 27 49 46 122
Sumber: Kota Madiun Dalam Angka Tahun 2016
6) Permukiman penduduk di kawasan industri
Berdirinya kawasan industri di Kota Madiun merangsang pertumbuhan
permukiman di sekitarnya. Selain penduduk asli daerah setempat banyak warga
baru yang berstatus sebagai pekerja atau karyawan dari perusahaan. Berdasarkan
hal tersebut, bagi karyawan staf disediakan rumah dinas oleh PG. Rejo Agung
Baru. Untuk karyawan non staf tinggal di daerah sekitar yang dekat dengan
perusahaan. Terdapat 3 (tiga) kecamatan di Kota Madiun, dan dari ketiga
kecamatan tersebut yang paling dekat adalah kecamatan Manguharjo. Secara lebih
jelasnya, jumlah rumah tinggal yang ada di Kota Madiun berdasarkan kecamatan
tersaji di tabel 31 berikut ini.
Tabel 31. Prosentase Rumah Tinggal Kota Madiun Tahun 2015
No. Kecamatan Jumlah Rumah Persentase (%)
1. Manguharjo 11,988 27.8
2. Taman 18,216 42.24
3. Kartoharjo 12,920 29.96
JUMLAH 43,124 100
Sumber: RPJMD Kota Madiun Tahun 2014-2019, diolah
131
7) Drainase
Pertumbuhan kota dengan disertai bertambahnya penduduk menimbulkan
dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi. Sehingga berpengaruh besar
terhadap sistem drainase kota. Saluran drainase di Kota Madiun pada umumnya
dalam kondisi baik, namun ada jalan yang belum terfasilitasi saluran drainase.
Tabel 32. Panjang Jalan yang Memiliki Trotoar dan Drainase (km)
Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Panjang jalan memiliki trotoar 45,760 48,970 51,960 80,010 81,619
Panjang jalan memiliki drainase 393.25 403,33 407.52 403.33 407.52
Sumber: RPJMD Kota Madiun Tahun 2014-2019
g. Peningkatan Investasi dan Kerjasama Industri
Kerjasama dan investasi merupakan salah satu hal yang penting dalam
menjalankan suatu perusahaan. Investasi diperlukan mengingat tanpa investasi
perusahaan akan mengalami keterbatasan dalam kegiatan operasionalnya.
Perkembangan investasi dapat dilihat pada tabel 33 berikut ini.
Tabel 33. Perkembangan Investasi PG. Rejo Agung Baru
Tahun Investasi
2012 26,271,600,000
2013 9,534,000,000
2014 21,888,600,000
2015 29,100,000,000
Sumber: RKAP PT. Rajawali Nusantara Indonesia, 2016
Berdasarkan tabel perkembangan investasi, dapat dilihat bahwa
perkembangan investasi di PG. Rejo Agung Baru Madiun mengalami fluktuasi
132
dengan jumlah investasi terbesar ada di tahun 2015. Jika dilihat dalam bentuk
grafik, maka akan menjadi seperti berikut ini.
Gambar 24. Grafik Perkembangan Investasi
Sumber: PT. Rajawali Nusantara Indonesia, diolah
Peningkatan investasi akan mempengaruhi pembangunan perusahaan.
Dengan berkembangnya perusahaan, maka perusahaan mampu memproduksi
secara maksimal. Pada tahun 2018 akan terjadi pembangunan hilirisasi di PG.
Rejo Agung untuk memperlancar kegiatan operasional setiap harinya.
Tabel 34. Hilirisasi Gula Lingkungan RNI
No. Pabrik Gula Kapasitas Tahun Pembangunan Investasi
1. PG. Subang 4 MW 2017 US$ 2 juta/MW
2. PG. Jati Tujuh 6 MW 2017 US$ 2 juta/MW
3. PG. Rejo Agung 5 MW 2018 US$ 2 juta/MW
Sumber: PT. Rajawali Nusantara Indonesia
Secara umum, perusahaan harus memiliki dasar industri yang kuat sebagai
industri pendukung. Dengan demikian, hilirisasi merupakan strategi yang tepat
133
untuk negara-negara yang mempunyai sumber daya alam yang berlimpah dan
dapat menjadikan bahan-bahan mentah sebagai input bagi proses industrialisasi.
Bukan perkara mudah untuk menumbuhkembangkan program hilirisasi industri.
Butuh dana yang besar untuk melakukan hilirisasi dengan tingkat investasi yang
terus meningkat di setiap tahunnya.
Tidak hanya itu, dibutuhkan kerjasama antar berbagai pemangku
kepentingan baik sektor publik, swasta, maupun stakeholder lainnya. Ada
beberapa kerjasama yang dilakukan PG. Rejo Agung Baru dengan beberapa
pihak, misalnya dengan perbankan dan beberapa lembaga penelitian yaitu
Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta dan Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Sedangkan kerjasama dengan instansi
pemerintah terjadi di tahun 2011 oleh Kementrian Perindustrian terkait revitalisasi
pabrik gula. Selain itu, PG. Rejo Agung Baru juga melakukan kerjasama dengan
PT. KAI terkait pembuatan dan penyempurnaan lori untuk proses sebelum
produksi pengolahan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara berikut ini.
“Ada beberapa kerjasama dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan PG.
Rejo Agung Baru. Misalnya dengan perbankan, lembaga penelitian, PT.
KAI, instansi pemerintah pusat maupun daerah. Tetapi bantuan yang
diterima tidak semuanya setiap tahun. Kerjasama dilakukan dengan baik
dan tentunya dalam pengawasan kantor direksi.” (Bapak Ari Setyawan,
Kepala Bagian Instalasi PG. Rejo Agung Baru Madiun, 5 Mei 2017).
Tingkat investasi dan kerjasama jika semakin banyak maka perusahaan
akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan pengembangan dan menjadikan
industri yang lebih tangguh. Kerjasama diperlukan, mengingat dibutuhkannya
134
sebuah bantuan dari beberapa pihak agar industri di bidang agro bertahan dan
berdaya saing tinggi.
2. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pengembangan
PG. Rejo Agung Baru Madiun dalam Meningkatkan Produktivitas
Gula Nasional Melalui Perspektif Good Corporate Governance.
a. Faktor Internal
1) Kualitas SDM pegawai PG. Rejo Agung Baru Madiun
Jika dilihat dari IPM, Kota Madiun mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Jika dibandingkan dengan kabupaten sekitar, prosentase
pembangunan manusia di Kota Madiun cenderung lebih baik dibandingkan
dengan Kabupaten sekitar maupun tingkat provinsi. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel 35 berikut ini.
Tabel 35. Perbandingan IPM Kota Madiun Tahun 2011-2015
No. Kota/Kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015
1. Kab. Pacitan 62.03 62.94 63.38 63.81 64.92
2. Kab. Ponorogo 65.28 66.16 67.03 67.4 68.16
3. Kab. Madiun 65.98 67.32 68.07 68.6 69.39
4. Kab. Magetan 68.52 69.56 69.86 70.29 91.39
5. Kab. Ngawi 65.84 66.72 67.25 67.78 68.32
6. Kota Madiun 76.48 77.21 78.41 78.81 79.48
7. Jawa Timur 66.06 66.74 67.55 68.14 68.95
Sumber: RPJMD Kota Madiun Tahun 2014-2019
Kemajuan IPM Kota Madiun terlihat dari peningkatan semua
komponen penyusun IPM yang terdiri dari angka harapan hidup, tingkat
pendidikan dan kemampuan daya beli. Kemajuan pembangunan manusia di
135
Kota Madiun dapat diartikan bahwa capaian pembangunan yang telah
dilaksanakan sudah cukup baik, perlu dipertahankan dan ditingkatkan di masa
yang akan datang.
Seiring dengan meningkatnya IPM Kota Madiun, maka menandakan
bahwa sumber daya manusia di PG. Rejo Agung juga cukup baik. Jika dilihat
berdasarkan tingkat pendidikan, maka sebagian besar pegawai PG. Rejo
Agung Baru sebagian besar lulusan SMA sederajat. Berikut tabel 36 yang
menyajikan data mengenai tingkat pendidikan pegawai PG. Rejo Agung Baru
Madiun.
Tabel 36. Tingkat Pendidikan Pegawai PG. Rejo Agung Baru
No. Tingkat Pendidikan Persentase (%)
1. SD Sederajat 4.91
2. SMP Sederajat 10.18
3. SMA Sederajat 70.88
4. Diploma 3.51
5. Sarjana 10.54
Sumber: Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung Baru Madiun
Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pegawai
PG. Rejo Agung Baru memiliki kualitas SDM yang cukup baik, walaupun
tingkat pendidikan terakhir paling banyak berada di tingkat SMA sederajat.
Seiring dengan perkembangan, pegawai yang direkrut telah menempuh gelar
diploma. Jika dinilai berdasarkan tingkat pendidikannya, maka sumberdaya
manusia PG. Rejo Agung Baru masih kurang. Dengan mayoritas tingkat
pendidikannya adalah SMA sederajat, maka terapan ilmu yang diketahui juga
belum sebanyak yang dimiliki oleh para sarjana.
136
2) Budaya Organisasi PG. Rejo Agung Baru Madiun
Setiap organisasi, baik organisasi pemerintah dan swasta pasti
memiliki budaya yang diyakini secara bersama sebagai identitas organisasi
atau perusahaan. Sama halnya dengan organisasi lain, PG. Rejo Agung juga
memiliki budaya organisasi sendiri. Ada beberapa pemahaman dan cara
berfikir yang dimiliki oleh anggota organisasi. Contohnya adalah budaya
organisasi tentang kedisiplinan. Setiap pegawai dituntut untuk disiplin,
terutama disiplin waktu. Sama halnya dengan PG. Rejo Agung Baru Madiun
juga harus menerapkan kedisiplinan terkait urusan waktu. Berikut hasil
wawancara dengan Kepala Bagian SDM dan Umum terkait kedisiplinan yang
diterapkan di PG. Rejo Agung Baru Madiun.
“Perusahaan memiliki peraturan tersendiri, ya..karena itu setiap
pegawai harus menaati peraturan. Peraturan yang ada harus dijalankan
karena agar setiap pegawai memiliki batasan-batasan dalam bertindak
di lingkungan perusahaan. Misalnya aturan tentang kedisiplinan jam
kerja yaitu masuk kerja jam 07.00 dan pulang jam 16.00, dan setiap
karyawan menggunakan absensi sidik jari. Kan lebih mudah untuk
direkap datanya. Sehingga bisa menjadi bahan evaluasi jika ada yang
terlalu sering datang terlambat dan tanpa konfirmasi. Selain itu jika
ada karyawan yang tidak bekerja selama 1 minggu secara berturut-
turut tanpa izin, maka akan diberika SP 1. Nah itu gambaran bentuk
kedisiplinan disini. (Bapak Ferdy Widarto, Kepala Bagian SDM dan
Umum PG. Rejo Agung Baru Madiun, 20 April 2017).
Budaya organisasi yang diterapkan dalam suatu organisasi diharapkan
sebagai sarana untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan luar organisasi.
Oleh karena itu, kedisiplinan juga diperlukan dalam organisasi, karena disiplin
juga merupakan bagian dari budaya organisasi. Bagaimana setiap karyawan
137
diajarkan untuk disiplin dalam pekerjaannya agar tidak membuang waktu
yang ada.
Namun dengan adanya absensi karyawan yang menggunakan sidik
jari, membuat tidak optimalnya dalam merekap dan mengevaluasi kehadiran
setiap karyawan. Karena tidak hanya ada satu pintu masuk dalam kantor PG.
Rejo Agung Baru Madiun, hal tersebut yang membuat setiap karyawan lupa
melakukan absensi datang dan pulang. Berikut pernyataan dari Kepala Bagian
SDM dan Umum PG. Rejo Agung Baru Madiun.
“…..seringkali karyawan lupa untuk absen menggunakan sidik jari
sebelum bekerja dan sesudah bekerja. Hal tersebutlah yang membuat
hasil rekap tidak bisa maksimal. Untuk mengevaluasi kinerja karyawan
juga sedikit membingungkan karena tidak semua karyawan rajin absen
sebelum dan sesudah bekerja.” (Bapak Ferdy Widarto, Kepala Bagian
SDM dan Umum PG. Rejo Agung Baru Madiun, 20 April 2017).
Kurang optimalnya sistem absensi membuat kinerja karyawan
dipertanyakan. Percuma jika karyawan telah menerapkan budaya organisasi
tentang kedisiplinan namun sistemnya tidak mendukung. Perlunya untuk
dibenahi kembali sistem yang ada agar budaya organisasi mampu diterapkan
sesuai dengan peraturan perusahaan. Akan tetapi, secara keseluruhan budaya
organisasi yang diterapkan berjalan dengan sangat baik, misalnya tidak ada
batasan dalam menyampaikan pendapat dan tersedianya fasilitas pada setiap
karyawan untuk menyampaikan pemikiran yang dimiliki.
138
3) Alur Distribusi Produk
Alur pendistribusian produk atau barang yang berupa gula pasir
merupakan alur dengan sistem saluran distribusi tidak langsung. Jika dalam
prakteknya penjualan gula pasir dari PG. Rejo Agung Baru Madiun dilakukan
oleh pihak kantor pusat PT. PG. Rajawali I. Penjualan tersebut dilakukan
dengan cara pelelangan yang diselenggarakan di kantor pusat di Surabaya. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Staff Bagian Akuntansi dan Keuangan
berikut ini.
“Sebenarnya penjualan dilakukan oleh pihak Direksi Surabaya (PT.
Rajawali I). Sistem penjualan gula itu dilakukan secara lelang. Hampir
semua sistemnya begitu. Kemudian peserta lelang yang menang,
berhak memasarkan produk yang nantinya bisa hingga sampai
dikonsumsi oleh masyarakat. Alur distribusi sebenarnya kita tidak bisa
serta merta ikut campur. Karena bisa saja pedagang besar langsung ke
konsumen, bisa juga melalui pemborong sebelum sampai ke
konsumen. Semua diserahkan langsung kepada pemenang lelang
bagaimana alur gula pasir hingga bisa sampai ke masyarakat.” (Bapak
Sulung, Staf Bagian Akuntansi dan Keuangan, 16 Mei 2017).
Berdasarkan pernyataan tersebut, alur distribusi diserahkan
sepenuhnya oleh pihak direksi ataupun kepada pemenang lelang. Pabrik gula
Rejo Agung Baru Madiun hanya memproduksi dan menerima surat perintah
penerimaan barang dari PT. PG. Rajawali I. Setelah pihak direksi PT. PG.
Rajawali I memberikan surat perintah kepada PG. Rejo Agung Baru Madiun
maka barang dapat diambil sesuai permintaan dari pemenang lelang. Alur
distribusi yang tidak langsung memberikan keuntungan, salah satunya adalah
dengan adanya sistem pelelangan dan PG Rejo Agung hanya mengeluarkan
barang jika ada surat perintah dan lebih dimudahkan karena hanya berfokus
139
pada produksi dan tidak memikirkan sistem distribusi produk ke masyarakat.
Tugas tersebut sudah diserahkan kepada direksi untuk mencari pemenang
lelang dan selebihnya sistematika pendistribusian diserahkan kepada
pemenang lelang untuk sampai ke masyarakat.
4) Kapasitas mesin produksi yang besar
Setiap pabrik gula memiliki kapasitas produksi masing-masing. Pabrik
gula Rejo Agung salah satu pabrik gula yang memiliki kapasitas produksi
besar, yaitu mencapai 6.000 TCD (Ton Cane Per Day). Kapasitas produksi
yang besar tersebut merupakan salah satu keunggulan tersendiri. Karena masih
banyak pabrik gula yang memiliki kapasitas dibawah 6.000 TCD (Ton Cane
Per Day). Berikut penjelasan dari Kepala Bagian Instalasi PG. Rejo Agung
Baru Madiun.
“…..kapasitas disini memang cukup besar jika dibanding dengan
pabrik lainnya yang ada di sekitaran Madiun. Kapasitas 6000 TCD
mampu memproduksi gula lebih optimal, itupun jika tidak terjadi
permasalahan pada mesinnya ya. Kapasitas yang besar mempermudah
dalam memproduksi gula pasir setiap harinya. Target jauh lebih mudah
dicapai jika kapasitas mesin besar. Namun, untuk saat ini memang
dirasa kapasitas mesin yang 6000 TCD kurang, karena ada pabrik yang
mampu memiliki kapasitas diatas 10,000 TCD.” (Bapak Ari Setyawan,
Kepala Bagian Instalasi PG. Rejo Agung Baru Madiun, 5 Mei 2017).
Berdasarkan hal tersebut, kapasitas pabrik gula yang terus diperbaiki
dalam beberapa kurun waktu tertentu, membuktikan bahwa kapasitas mesin
produksi harus mengalami perubahan yang juga mempengaruhi produktivitas.
PG. Rejo Agung memang pabrik gula terbesar di karesidenan Madiun. Berikut
kapasitas pabrik gula yang ada di sekitar wilayah Madiun.
140
Tabel 37. Kapasitas Pabrik Gula Karesidenan Madiun
No. Pabrik Gula Tempat Kapasitas
1. PG. Soedhono Kab. Ngawi 2,700 TCD
2. PG. Pagotan Kab. Madiun 3,200 TCD
3. PG. Kanigoro Kab. Madiun 1,950 TCD
4. PG. Redjosarie Kab. Madiun 2,650 TCD
5. PG. Poerwodadie Madiun 2,300 TCD
6. PG. Rejo Agung
Baru
Kota Madiun 6,000 TCD
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2017
Kelima pabrik gula lainnya terbukti memiliki kapasitas dibawah PG.
Rejo Agung Baru Madiun. Oleh karena itu, PG. Rejo Agung memiliki potensi
dalam meningkatkan produktivitas gula nasional di masa yang akan datang,
jika mesin produksi benar-benar dimanfaatkan secara optimal. Kapasitas yang
saat ini sudah besar, tidak menutup kemungkinan bahwa mesin pabrik gula
perlu direvitalisasi menjadi lebih besar sehingga produksi gula nasional juga
meningkat.
5) Akses dan persaingan dalam mendapatkan bahan baku
Salah satu faktor untuk menentukan lokasi industri adalah seberapa
dekat jarak lokasi pabrik dengan bahan baku utamanya. Jika jarak tersebut
terlalu jauh untuk dicapai, maka industri tersebut bisa dikatakan tidak efektif.
Pada umumnya, PG. Rejo Agung mendapatkan bahan baku dari para petani
yang berada di beberapa daerah Jawa Timur.
141
Tabel 38. Pabrik Gula RNI dan Sumber Bahan Baku
No. Pabrik Gula Kapasitas (TCD) Sumber Bahan Baku
1. PG. Krebet Baru 12,000 Malang, Blitar
2. PG. Rejo Agung
Baru 6,000
Madiun, Ngawi,
Magetan, Ponorogo,
Nganjuk, Kediri,
Mojokerto
3. PG. Candi Baru 2,750 Sidoarjo, Mojokerto,
Malang, Kediri
4. PG. Tersana
Baru 2,800
Cirebon, Brebes
5. PG. Sindang
Laut 1,900
Cirebon
6. PG. Madukismo 3,500
Bantul, Gunungkidul,
Sleman, Kulonprogo,
Temanggung, Purworejo,
Kebumen
7. PG. Subang 2,700 Subang
8. PG. Jatitujuh 3,900 Majalengka
Sumber: Outlook RNI, 2017
Bahan baku yang didapat dari berbagai wilayah sudah dipetakan sesuai
dari jarak terdekat dengan lokasi pabrik. Jika dilihat, Jawa Timur menempati
posisi pertama dari provinsi lain di Indonesia untuk luas area tebu. Berikut
luas area perkebunan tebu di Provinsi Jawa.
Tabel 39. Luas Areal Tebu Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2016
No. Provinsi
Jenis Perkebunan
Perkebunan
Rakyat
Perkebunan
Negara
Perkebunan
Swasta
1. DKI. Jakarta - - -
2. Jawa Barat 9,546 12,057 -
3. Banten - - -
4. Jawa Tengah 63,041 560 1,792
5. D.I. Yogyakarta 3,485 - -
6. Jawa Timur 197,440 25,000 407
JUMLAH 273,512 37,617 2,199
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015
142
Berdasarkan tabel luas areal tebu di Pulau Jawa, dapat diketahui bahwa
Provinsi Jawa Timur memiliki area perkebunan tebu terluas diantara provinsi
di Pulau Jawa lainnya. Akan tetapi, dengan besarnya luas area perkebunan di
Jawa Timur sebanding dengan jumlah pabrik yang tersebar. Persaingan yang
sangat ketat antara pabrik gula terjadi untuk mendapatkan bahan baku di
wilayah Jawa Timur. Dapat dikatakan bahwa daerah yang memiliki potensial
untuk dijadikan kota agropolitan adalah Provinsi Jawa Timur dan Jawa
Tengah karena dari kedua provinsi tersebut menempati posisi tertinggi
diantara provinsi lainnya.
Namun dengan ketersediaan bahan baku yang begitu melimpah juga
diimbangi dengan banyaknya jumlah pabrik gula. Bahkan pabrik gula di Jawa
Timur telah mendominasi jumlah pabrik gula di Indonesia. Persaingan untuk
mendapatkan bahan baku terjadi antar pabrik gula di Jawa Timur. Karena
bahan baku merupakan faktor penentu untuk produksi, maka tidak heran jika
perebutan untuk memperoleh bahan baku antar pabrik gula terjadi sampai saat
ini. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Kasie. Bina Sarana Tani PG. Rejo
Agung Baru Madiun.
“Permasalahannya memang dalam mendapatkan bahan baku ya
begitu..harus bersaing dengan pabrik gula lain. Apalagi di Jawa Timur
banyak pabrik gula, jangankan di Jawa Timur, bahkan di wilayah
karesidenan Madiun saja ada 6 pabrik gula yang harus saling bersaing.
Kita bahkan mencoba bagaimana solusinya jika bahan baku tidak
tercapai sesuai target.” (Bapak Panca, Kasie BST PG. Rejo Agung
Baru Madiun, 21 April 2017).
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka diketahui untuk mendapatkan
bahan baku membutuhkan strategi agar petani bersedia memberikan tebu
143
kepada pabrik gula Rejo Agung Baru dan bukan pada pabrik lain. Jika di
wilayah karesidenan Madiun terdapat 6 pabrik gula yang sama, maka dapat
dipastikan jika dalam memperoleh bahan baku, PG. Rejo Agung Baru harus
mendapatkan alternatif bahan baku dari wilayah lain selain Madiun, Ngawi,
Magetan, Ponorogo, Nganjuk, Kediri, Mojokerto. Tidak menutup
kemungkinan bahwa kelima pabrik gula lainnya mendapatkan bahan baku dari
daerah-daerah tersebut.
6) Kurangnya varietas tanaman tebu yang dikembangkan
Varietas merupakan sekelompok tanaman dari suatu jenis yang
ditandai oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman dengan adanya kombinasi
yang dapat membedakan dengan jenis atau spesies yang sama. Pengembangan
varietas dilakukan dengan beberapa alasan. Berikut hasil wawancara dengan
Kasie BST terkait pengembangan varietas.
“……memang selalu dilakukan pengembangan varietas disini.
Beberapa varietas dikembangkan dengan tujuan supaya tanaman tebu
lebih cocok dengan kondisi tanah, pengairan, musim yang terjadi di
wilayah Madiun. Sehingga dari pengembangan tersebut dicari varietas
mana yang paling cocok dengan kondisi yang ada dan tebu dapat
dipanen dengan jumlah yang besar.” (Bapak Panca, Kasie BST PG.
Rejo Agung Baru Madiun, 21 April 2017).
Pengembangan varietas yang dilakukan memiliki maksud untuk
meningkatkan produksi. Jumlah varietas yang dikembangkan harus memiliki
identitas yang membedakan dengan varietas lainnya. Berikut beberapa
varietas tebu yang telah dipakai oleh PG. Rejo Agung Baru.
144
Tabel 40. Komposisi Varietas PG. Rejo Agung Baru Tahun 2014-2017
No. Tahun Jumlah Varietas Luas (Ha)
1. 2014 8 101,922
2. 2015 6 74,597
3. 2016 6 69,234
4. 2017 6 53,755
Sumber: Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun
Varietas dari tahun ke tahun mengalami penurunan, sehingga
pengembangan belum optimal dengan jumlah varirtas yang dinilai sangat
rendah. Beberapa pertimbangan mungkin dilakukan karena tidak semua
varietas cocok untuk ditanam di wilayah Madiun. Namun, pengembangan
sampai saat ini masih dilakukan, karena pabrik gula Rejo Agung memiliki
laboratorium khusus untuk mengembangkan varietas maupun media tanam
yang digunakan. Berikut beberapa foto varietas tebu yang dikembangkan di
PG. Rejo Agung Baru maupun di pabrik gula Pulau Jawa lainnya.
145
Gambar 25. Beberapa Varietas Tebu yang dikembangkan PG. Rejo
Agung Baru Madiun
Sumber: Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun
Beberapa foto tersebut menunjukkan bahwa laboratorium
menggunakan sampel varietas dan melihat perkembangannya sebelum
ditanam pada area pertanian. Sampel hanya ditanam di dalam wadah media
tanam dan diteliti seberapa cocok nantinya varietas tersebut jika ditanam pada
lahan pertanian. Jika memang varietas tersebut sudah dirasa sesuai dengan
keadaan iklim, tanah, pengairan, maka PG. Rejo Agung Madiun menyarankan
kepada para petani yang menjadi mitra kerjanya untuk menggunakan bibit
yang sudah dikembangkan dan sudah teruji di laboratorium tersebut. Sehingga
hasil yang dipanen sesuai dengan apa yang diharapkan, walaupun kondisi
iklim, pengairan tidak menentu, akan tetapi bibit tebu yang sudah diuji mampu
bertahan dan dapat dipanen dengan jumlah yang cukup besar.
Hanya saja berdasarkan data diatas, PG. Rejo Agung Baru hanya
melakukan pengembangan 6-8 varietas dari tahun 2014-2017 dari total
keseluruhan 20 varietas yang dikembangkan di Pulau Jawa. Tidak optimalnya
pengembangan yang dilakukan menjadi salah satu penanda masih lemahnya
penelitian yang dilakukan. Pabrik gula Rejo Agung juga berkesempatan
146
membuat varietas baru dan tidak perlu untuk melakukan pengembangan pada
varietas yang sudah ditemukan. Tidak hanya itu, jika varietas baru ditemukan
maka varietas tersebut mampu dijadikan contoh untuk wilayah yang
kondisinya hampir sama dengan wilayah Madiun.
b. Faktor Eksternal
1) Dominasi sektor industri di Jawa Timur
Sektor industri memegang peranan penting dalam memajukan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sektor industri juga memegang peranan
penting di Provinsi Jawa Timur. Tidak hanya itu, hampir 80% Provinsi Jawa
Timur didominasi oleh sektor industri. Agroindustri merupakan perpaduan
antara sektor industri dan sektor pertanian. Jika sektor industri telah
mendominasi pertumbuhan, maka sektor pertanian hanya kecil dari sebuah
diagram. Sektor pertanian menjadi kurang diminati oleh sebagian orang,
sehingga hanya memberi sedikit kontribusi pada pertumbuhan ekonomi, jika
dibandingkan sektor lainnya. Terlebih lagi, pabrik gula di Jawa Timur cukup
banyak yang berada dibawah pengawasan BUMN. Berikut diagram presentase
sektor yang menjadi unggulan di Provinsi Jawa Timur.
147
Gambar 26. Diagram Dominasi Sektor di Provinsi Jawa Timur
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Timur
Adanya dominasi pada sektor industri dan tidak seimbangnya dengan
sektor lainnya membuat agroindustri berada diantara kedua sektor. Disatu sisi
sektor industri telah mendominasi, di sisi lain sektor pertanian jauh dari apa
yang diharapkan. Sektor pertanian memang dirasa kurang memuaskan karena
beberapa permasalahan yang timbul pada sektor tersebut. Apalagi, di era
seperti sekarang, industri menjadi tolak ukur ketangguhan suatu negara. Tidak
dapat dipungkiri jika sektor industri merupakan sektor yang mampu
mendominasi di Provinsi Jawa Timur.
2) Kota Madiun merupakan kawasan agropolitan regional
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur 2011-
2031, Kota Madiun termasuk di dalam kawasan strategis nasional dalam
148
kategori kawasan agropolitan regional. Tidak hanya Kota madiun yang
menjadi kawasan agropolitan regional, ada beberapa kabupaten seperti
Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten
Pacitan, dan beberapa daerah lainnya. Kota Madiun dan beberapa daerah yang
sebelumnya dijelaskan termasuk dalam sistem agropolitan wilis. Dalam
pengembangan sistem agropolitan wilis, Kota Madiun termasuk di dalam
penghasil/pengumpul bahan baku dan pusat koleksi regional karena di Kota
Madiun terdapat industri gula. Dalam RTRW Provinsi Jawa Timur, Kota
Madiun telah memiliki sarana dan prasarana berupa terminal kargo dan
adanya pengembangan baru untuk jalan tol yang pusat distribusinya berada di
Kota Surabaya.
Gambar 27. Kawasan Strategis Agropolitan Provinsi Jawa Timur
Sumber: RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031
Berdasarkan peta tersebut, seluruh daerah yang termasuk dalam
kawasan agropolitan regional distribusinya berpusat di Pelabuhan Tanjung
Perak Surabaya. Artinya, semua sektor unggulan setiap daerah yang berada di
149
Jawa Timur akan didistribusikan ke luar pulau bahkan skala internasional
melalui Pelabuhan Tanjung Perak. Kota Madiun yang terdapat industri gula
pusat distribusi produk berada di Kota Surabaya. Tidak dipungkiri bahwa
Kota Madiun merupakan salah satu kota agropolitan yang melakukan kegiatan
pembangunan pertanian.
3) Pendidikan dan pelatihan untuk karyawan
Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan dalam rangka untuk
mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan dan pelatihan dapat
menambah pengetahuan serta ketrampilan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi produktivitas kerja. Pendidikan dan pelatihan untuk pabrik
gula diadakan oleh Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP). Beberapa
pelatihan yang diberikan oleh LPP untuk PG. Rejo Agung Baru Madiun
adalah sebagai berikut.
Tabel 41. Program Pelatihan Lembaga Pendidikan Perkebunan
No. Bidang Deskripsi Pelatihan
1. SDM dan
Organisasi
• Pelatihan Peningkatan Kompetensi Staf
Hubungan Antar Karyawan
• Pelatihan Untuk Serikat Kerja
• Pelatihan Peningkatan Etos Kerja Karyawan
• Pelatihan Coaching, Counseling, Monitoring
• Pelatihan Analisis Beban Kerja & Manpower
Planning
• Pelatihan Sdm Untuk Non Manajer Sdm
• Pelatihan Executive Skill
• Taining For Trainers
• Pelatihan Dynamic Leadership
• Training Management
• Pelatihan Career Management
• Value Based Leadership
• Pelatihan TNA
150
No. Bidang Deskripsi Pelatihan
• Pelatihan Team Building
• Pelatihan Manajemen Konflik
2.
Manajemen
Keuangan dan
Umum
• Manajemen Strategik untuk Senior Manager
• Semiloka Persiapan Menuju IPO dan Corparate
Action
• Kursus Akuntansi Manajemen untuk
Pengambilan Keputusan
• Pelatihan Corporate Finance
• Kursus Manajemen Keuangan untuk Manajer
Non Keuangan
• Akselerasi Kompetensi Calon Kepala TUK
• Pelatihan Analisis Laporan Keuangan
• Pelatihan Satuan Pengawas Intern Kebun
• Pelatihan Perpajakan
• Semloka Menuju Corporate Secretary yang
Efektif
• Kursus Peningkatan Ketrampilan Bisnis &
Organisasi
• Kursus Manajemen Risiko Perusahaan
• Kursus Sertifikasi Asset Appraisal
3. CSR Bina
Lingkungan
• Pelatihan Perkoperasian
• Workshop Penyusunan Program “Corporate
Social Responsibility (CSR)”
• Pelatihan Kewirausahaan untuk Persiapan
Pensiun
• Studi Banding UMKM Mitra Binaan dan
Petugas Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan Badan Usaha Milik Negara
• Pelatihan Pengembangan Bisnis UKM untuk
Para Petugas PKBL dan Mitra Binaan
• Intrapreneurship Development Program untuk
Manajer Perkebunan
4.
Pemasaran dan
Teknologi
informatika
• Workshop Analisis Teknikal
• Pelatihan Innovative, Creative and Critical
Thinking For Agribussiness Product Marketing
• Workshop Initial Public Offering (IPO)
• Benchmark TI
• Penyusunan Master Plan TI
• Pelatihan Audit dan Assessment TI
• Lokarya Riset Pemasaran
5.
Manajemen
Produksi
Tanaman
• Peningkatan Kompetensi Asisten Kebun
• Pelatihan Peningkatan Kompetensi Mandor
Kebun
151
No. Bidang Deskripsi Pelatihan
• Pelatihan Peningkatan Kompetensi Mandor
Panen Kelapa Sawit
• Kursus Geographical Information System (GIS)
• Kursus Global Positioning System (GPS)
• Kursus Pemberdayaan Kelembagaan Petani
• Kursus Kemitraan untuk Asisten Baru Bidang
Tanaman Tebu
• Pelatihan Petugas Penilai Usaha Perkebunan
6.
Teknologi
Pengolahan dan
Lingkungan
• Kursus Laboran Gula (KLG)
• Pelatihan Operasional Instalasi Pengelohan
Limbah Cair Khusus untuk Operator
• Kursus Operator Kristalisasi
• Kursus Peningkatan Kompetensi Chemiker
Senior
• Kursus Peningkatan Peringkat Proper
• Kursus Pabrikasi Gula Bagi Calon Chemiker
Pabrik Gula
• Operator Kristalisasi
7. Keteknikan
• Kursus Pembekalan Masinis Yunior Pabrik
Gula
• Kursus Gilingan untuk Masinis Pabrik Gula
• Kursus Boiler untuk Masinis Pabrik Gula
• Kursus Mandor/Operator Gilingan Pabrik Gula
• Kursus Mandor/Operator Boiler Pabrik Gula
• Kursus Mandor/Operator Listrik Pabrik Gula
• Kursus Turbin Uap dan Speed Governor untuk
Mandor dan Operator Pabrik Gula
• Kursus Peningkatan Kompetensi Masinis Senior
• Kursus Sistem Proteksi Peralatan Listrik
• Kursus Automatisasi Pabrik Gula
• Kursus Manajemen Proyek Berbasis MS Project
• Kursus Dasar Peralatan Hidrolik untuk Industri
• Kursus Sistem Instrumentasi Pabrik Gula
• Kursus Pembangkit Programmable Logic
Controller (PLC)
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2012
Terdapat 7 bidang pelatihan yang disediakan oleh Lembaga
Pendidikan Perkebunan untuk setiap pabrik gula yang membutuhkan program
pelatihan terhadap karyawannya. Dari seluruh program tersebut, tidak semua
152
pabrik gula membutuhkannya. Pelatihan diberikan kepada karyawan untuk
dijadikan sebagai penentu kualitas SDM agar nantinya mampu bersaing dan
tetap bertahan di tengah kondisi yang tidak pasti.
4) Kondisi Iklim Yang Tidak Menentu
Akhir-akhir ini, iklim di Indonesia tidak bisa diprediksi dan sering
dilanda hujan berkepanjangan. Salah satunya adalah Kota Madiun dan
sebagian kota yang ada di Jawa Timur. Hal ini dapat membuat kualitas bahan
baku menurun. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Bagian Tanaman PG.
Rejo Agung Baru Madiun.
“…..namun terjadi hujan angin yang berturut-turut. Bisa saja tebu
roboh dan mempengaruhi mutu karena intensitas hujan yang begitu
tinggi. Kita juga tidak bisa memprediksi adanya hujan, karena iklim
akhir-akhir ini tidak menentu. Hujan yang terlalu sering mampu
menurunkan kualitas dari tebu itu sendiri. (Bapak Yordan Sofian,
Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, 19 April
2017).
Kondisi iklim memang tidak mampu diprediksi, sehingga terkadang
hujan deras membuat kualitas tebu menjadi turun. Curah hujan yang tidak
dapat diprediksi hampir terjadi di sebagian kota/kabupaten Provinsi Jawa
Timur. Berikut tabel 42 kondisi iklim di provinsi Jawa Timur beberapa tahun
terakhir bercdasarkan data BPS.
Tabel 42. Keadaan Curah Hujan Bulanan Tahun 2014-2015
No. Bulan Curah Hujan Tahun
2014 (mm)
Curah Hujan Tahun
2015 (mm)
1. Januari 258.77 464.7
2. Februari 247.1 437.4
153
No. Bulan Curah Hujan Tahun
2014 (mm)
Curah Hujan Tahun
2015 (mm)
3. Maret 455.1 479.8
4. April 273 259.2
5. Mei 104.7 181.6
6. Juni 201.8 -
7. Juli 47.8 1.6
8. Agustus - 17.9
9. September - -
10. Oktober - -
11. November 72.4 52.6
12. Desember 319.6 129.9
Sumber: Provinsi Jawa Timur Dalam Angka, 2016
Berdasarkan data dari BPS tersebut, dapat dilihat bahwa dari tahun
2014 ke 2015 mengalami peningkatan yang cukup signifikan mulai dari bulan
Januari sampai dengan Maret. Kondisi iklim yang tidak menentu tersebutlah
yang membuat beberapa kendala terjadi dan mampu mempengaruhi
keberlangsungan proses produksi. Bahkan kondisi iklim tersebut tidak hanya
terjadi di Provinsi Jawa Timur, iklim tidak dapat diprediksi terjadi hampir
terjadi di seluruh provinsi di Indonesia.
5) Teknologi dan peralatan mesin yang dipakai oleh PG. Rejo Agung
Baru Madiun
Teknologi sangat diperlukan dalam setiap industri terutama industri
besar. Beberapa teknologi perlu diperbarui seiring dengan perkembangan
zaman. Tidak terkecuali PG. Rejo Agung Baru juga memerlukan inovasi di
bidang teknologi. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bagian Instalasi
berikut ini.
154
“……jadi kalau untuk masalah kemajuan atau perkembangan
teknologi, kita selalu mengikuti perkembangan yang ada. Ada
beberapa pembaruan dan penggantian untuk mesin yang lama agar
proses produksi bisa berjalan secara efektif. Jika dulu kita memakai
mesin uap model lama, kali ini kita menggantinya dengan turbin uap.
Kemudian ada beberapa mesin yang menggunakan motor listrik yang
sudah bervariabel speed. Ada inovasi yang terjadi karena mesin pabrik
juga memerluka perubahan, diantaranya adalah tahun ini kita sudah
memasang sistem hidrolic motor yang termasuk alat modern untuk
digunakan di pabrik gula.” (Bapak Ari Setyawan, Kepala Bagian
Instalasi PG. Rejo Agung Baru Madiun, 5 Mei 2017).
Adanya pengembangan teknologi membuat suatu industri berjalan
dengan baik. Beberapa teknologi diciptakan untuk mempermudah manusia
dalam menjalankan sistem operasional perusahaan. Pemanfaatan dan
penggunaan teknologi dalam dunia industri sangat dibutuhkan terutama pada
industri yang memang membutuhkan tenaga mesin untuk mempercepat proses
produksi.
Teknologi yang digunakan merupakan teknologi canggih karena
proses pengolahan tebu menjadi gula tidak bisa dilakukan dengan sistem
manual atau tradisional, sehingga membutuhkan teknologi canggih yang
mampu mempermudah proses produksi. Berikut bebrapa gambar teknologi
yang digunakan oleh PG. Rejo Agung Baru Madiun
155
Gambar 28. Peralatan (Mesin) yang digunakan di PG. Rejo Agung Baru
Madiun
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Beberapa mesin yang digunakan oleh pabrik gula Rejo Agung Baru
Madiun hampir sama dengan pabrik gula lainnya. Hanya yang membedakan
pada kapasitas produksi gula setiap harinya. Namun, ada beberapa kelemahan
dalam penggunaan teknologi yang ada di PG. Rejo Agung. Berikut beberapa
kelemahan dari teknologi PG. Rejo Agung Baru Madiun yang disampaikan
oleh Kepala Bagian Instalasi.
“……teknologi dan peralatan pabrik gula hampir seluruhnya yang
tersebar di Indonesia masih didominasi dengan teknologi yang relatif
sudah berumur tua. Optimalisasi kapasitas giling pabrik gula sangat
diperlukan, apalagi yang terkait dengan tingkat teknologi. Untuk PG.
Rejo Agung memliki kapasitas 6000 TCD, dengan optimalisasi yang
tidak akan memaksa pabrik gula berada pada kapasitas tertinggi.”
(Bapak Ari Setyawan, Kepala Bagian Instalasi PG. Rejo Agung Baru
Madiun, 5 Mei 2017).
Permasalahan dalam pemanfaatan teknologi di PG. Rejo Agung Baru
adalah terkait perawatan. Mengingat umur pabrik gula sudah tua, sehingga
beberapa mesin membutuhkan perawatan bahkan perlu diganti karena tidak
bisa melakukan produksi secara optimal. Berikut pernyataan Kepala Bagian
Instalasi untuk memperkuat pernyataan sebelumnya.
156
“Kalau permasalahan sebenarnya selama ini itu dimulai dari persiapan
dan perawatan mesin. Sebenarnya kendala bisa dihindari, akan tetapi
ada kesulitan tersendiri untuk menghindarinya. Karena, pabrik gula di
Indonesia memang sebagian besar sudah tua, termasuk juga disini.
Dengan umur pabrik yang tua, maka dibutuhkan beberapa peralatan
mesin yang harus diganti. Untuk alat-alat yang masih bisa diperbaiki,
kendalanya itu terkait alat-alat yang tiap saat bergerak. Ada beberapa
faktor eksternal yang membuat mesin menjadi rusak dan kemudian
harus diperbaiki. Sedangkan waktu untuk perawatan yang kita miliki
berkisar antara 6 bulan untuk menata ulang mesin-mesin dirasa terlalu
singkat. (Bapak Ari Setyawan, Kepala Bagian Instalasi PG. Rejo
Agung Baru Madiun, 5 Mei 2017).
Tidak mudah mengganti peralatan pabrik gula yang tidak mampu lagi
beroperasi dengan mesin yang baru, karena dibutuhkan dana yang tidak
sedikit. Peralatan pabrik gula diimpor dari negara-negara maju salah satunya
seperti negara Swedia. Bahkan jika membeli peralatan baru, tidak hanya
mengeluarkan biaya untuk membeli peralatannya saja, namun perusahaan juga
harus mengeluarkan dana untuk biaya impor mesin karena jarak yang begitu
jauh. Keterbatasan tersebutlah yang menjadi salah satu permasalahan pada
pabrik gula di Indonesia, termasuk PG. Rejo Agung Baru Madiun. Tidak
heran jika produktivitas gula Indonesia jalan di tempat yang diiringi tren
konsumsi gula masyarakat yang terus meningkat.
6) Persaingan Antar Pabrik Gula Yang Ketat
Indonesia memiliki banyak pabrik gula yang tersebar dalam beberapa
pulau dan provinsi. Beberapa pabrik gula di Indonesia dikelola oleh beberapa
perusahaan yang berbeda. Berikut tabel 43 yang menyajikan daftar pabrik gula
di Indonesia.
157
Tabel 43. Daftar Pabrik Gula di Indonesia
No. Pengelola Jumlah Pabrik Gula
1. PTPN II 1
1. PTPN VII 2
2. PTPN IX 5
3. PTPN X 10
4. PTPN XI 15
5. PTPN XII 1
6. PTPN XIV 1
5. PT. PG. RAJAWALI I 2
6. PT. PG. RAJAWALI II 4
7. PG. CANDI BARU 1
JUMLAH 42
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2017
Pabrik gula di Indonesia mencapai 42 yang berada dalam status
pemodalan BUMN, selebihnya masih ada beberapa pabrik gula swasta yang
tersebar di seluruh Indonesia. Pulau Jawa merupakan pulau dengan mayoritas
jumlah pabrik gula yang tersebar di beberapa kota/kabupaten. Lebih dari 90%
pabrik gula di Indonesia tersebar di Pulau Jawa. Begitu banyak pabrik gula di
Pulau Jawa, sehingga persaingan mendapatkan bahan baku meningkat. Pada
dasarnya Pulau Jawa merupakan pulau yang subur untuk ditanami tebu yang
merupakan bahan baku utama untuk menngolah menjadi gula. Berikut daftar
pabrik gula yang tersebar berdasarkan provinsi di Pulau Jawa.
Tabel 44. Daftar Pabrik Gula di Pulau Jawa
No. Provinsi Jumlah
1. Jawa Barat 4
2. Jawa Tengah 5
3. Jawa Timur 29
JUMLAH 38
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2017
158
Berdasarkan tabel daftar pabrik gula diatas, dapat disimpulkan bahwa
lebih dari 70% pabrik gula berada di Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur
memang terdapat pabrik gula yang begitu banyak, sehingga antar pabrik gula
bersaing untuk mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan masing-masing
pabrik gula. Begitu banyaknya persaingan di wilayah karesidenan Madiun
juga menjadi pertimbangan untuk memperebutkan bahan baku yang ada.
Berikut beberapa pabrik gula yang ada di wilayah karesidenan Madiun.
Tabel 45. Daftar Pabrik Gula di Karesidenan Madiun
No. Pabrik Gula Pengelola Tempat
1. PG. Soedhono PTPN XI Kab. Ngawi
2. PG. Pagotan PTPN XI Kab. Madiun
3. PG. Kanigoro PTPN XI Kab. Madiun
4. PG. Redjosarie PTPN XI Kab. Madiun
5. PG. Poerwodadie PTPN XI Madiun
6. PG. Rejo Agung Baru RAJAWALI I Kota Madiun
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan Tahun 2017
Berdasarkan data pada tabel pabrik gula yang ada di karesidenan
Madiun, persaingan untuk mendapatkan bahan baku juga meningkat. Dari
keenam pabrik gula di karesidenan Madiun, PG. Rejo Agung Baru
mendapatkan saingan yang cukup berat. Namun, pabrik gula terbesar
sekaresidenan Madiun adalah PG. Rejo Agung Baru. Pencapaian tersebut
tidak cukup, karena untuk mendapatkan bahan baku perlu bersaing dengan
kelima pabrik gula lainnya. Hal tersebut juga diungkapakan oleh Kepala
Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru berikut ini.
“Tidak hanya itu saja, petani juga dibebaskan memilih kemana mereka
akan membawa bahan baku. Sehingga ada persaingan antara pabrik
159
gula di wilayah madiun mengingat jumlah pabrik gula cukup banyak.
Petani tidak bisa dituntut untuk selalu mensupply bahan baku ke kita
(PG. Rejo Agung Baru). Petani berhak memilih kemana bahan baku
akan disetor ke pabrik gula yang menurut mereka layak diajak berkerja
sama.” (Bapak Yordan Sofian, Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo
Agung Baru Madiun, 19 April 2017).
Pernyataan tersebut membuktikan bahwa persaingan antar pabrik gula
di Jawa Timur banyak sekali dikarenakan Provinsi Jawa Timur menduduki
posisi terbanyak atas berdirinya pabrik gula di Indonesia. Sumbangsih terbesar
atas berdirinya pabrik gula dapat dibuktikan bahwa Jawa Timur merupakan
provinsi yang memiliki kesuburun tanah yang tinggi dan alasan-alasan lain
yang menjadi pertimbangan kenapa pabrik gula sebagian besar didirikan di
Jawa Timur.
7) Sikap masyarakat sekitar
Adanya suatu industri yang berdekatan dengan pemukiman warga
membuat beberapa hal atau argumen yang bermacam-macam. Pasti ada
dampak yang ditimbulkan oleh suatu industri jika lokasinya berdekatan
dengan pabrik/industri besar. Berikut hasil wawancara dengan salah satu
warga yang lokasi rumahnya berdekatan dengan pabrik gula Rejo Agung
Baru.
“…..ya kadang mbak, apalagi kalau musim giling polusi sering terjadi,
terutama polusi udara. Beberapa debu berterbangan dibawa angin,
sehingga kadang untuk lewat sekitar pabrik harus lebih berhati-hati.
Karena angin kadang membawa debu sehingga kalau tidak hati-hati
bisa terkena mata. Tidak hanya itu, kadang rumah yang cukup dekat
dengan pabrik jadi lebih kotor karena debu tersebut yang bisa
menempel di lantai rumah.” (Ibu Nur, Masyarakat sekitar, 17 Mei
2017).
160
Akan tetapi, sampai saat ini tidak ada penolakan keras dari masyarakat
terkait limbah atau polusi yang ditimbulkan dari pabrik gula Rejo Agung Baru
Madiun. Hanya berupa keluhan yang diungkapkan masyarakat seperti hasil
wawancara sebelumnya. Hal tersebut sama halnya dengan apa yang
diungkapkan oleh Lurah di Kelurahan Patihan berikut ini.
“Protes keras masyarakat terkait dengan limbah dan sebagainya belum
ada. Jika ada, mungkin pabrik gula sudah ditutup dan tidak beroperasi
sampai sekarang. Namun, dari dulu sampai sekarang pabrik tersebut
tetap berdiri dan beroperasional. Apa yang disampaikan masyarakat
mungkin hanya sebatas omongan dan tidak sampai pada batas protes
aksi demo. Karena apa, pabrik gula Rejo Agung berhubungan baik
dengan masyarakat. Masyarakat patihan ini selalu dilibatkan dalam
acara-acara yang bersifat sosial. Misalnya kegiatan rutin yang pasti
dilakukan adalah bakti sosial yang dilakukan pada masyarakat yang
kurang mampu di sekitar Patihan ini berupa bantuang uang tunai dan
beberapa bingkisan. Ada lagi kegiatan sosial seperti bazar gula murah
yang diadakan di area pabrik gula, jadi masyarakat sekitar pabrik dan
lainnya dapat menikmati harga gula lebih murah dibanding harga
pasar.” (Bapak Djoko Slamet Hardjana, Lurah Kelurahan Patihan, 23
Mei 2017).
Berdasarkan pernyataan tersebut, pabrik gula melakukan kegiatan
sosial untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat yang terkena
dampak secara langsung maupun tidak langsung dari PG. Rejo Agung Baru
Madiun. Kegiatan sosial yang diadakan ada berbagai cara dan tidak hanya di
Kelurahan Patihan. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Bagian Tanaman
terkait kegiatan sosial yang diadakan oleh PG. Rejo Agung Baru Madiun.
“…..jika untuk lingkungan kita ada beberapa kegiatan, terutama
kegiatan sosial. Tujuannya untuk masyarakat sekitar dan lebih peduli
kepada lingkungan sekitar ya. Ada acara sunat masal yang dilakukan
di beberapa wilayah tidak hanya di Kota Madiun. Bazar gula murah
161
dan kegiatan bakti sosial yang dilakukan oleh ibu-ibu IIKK. Ada juga
pasar malam menyambut buka giling yang diadakan setiap tahunnya
dengan rangkaian acara yang cukup padat mulai dari jalan santai,
hiburan wayangan di puncak acara. Semua kegiatan tersebut dilakukan
menjelang buka giling pabrik gula dan merupakan kegiatan rutin setiap
tahunnya pasti diadakan untuk masyarakat.” (Bapak Yordan Sofian,
Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, 19 April
2017).
Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara masyarakat sekitar pabrik
dengan pihak PG. Rejo Agung Baru baik-baik saja. Sikap masyarakat juga
tidak menolak keras keberadaan pabrik yang sudah berdiri sangat lama. Sikap
masyarakat juga dipengaruhi dari upaya pabrik gula Rejo Agung yang
menjalin erat hubungannya dengan masyarakat sekitar pabrik maupun
masyarakat Kota Madiun.
8) Ketersediaan sarana dan prasarana bagi industri
Beberapa sarana dan prasarana mampu menunjang dan membantu
keberlangsungan suatu kegiatan. Adapun kelengkapan fasilitas atau
perlengkapan yang menunjang keamanan dan kenyamanan PG. Rejo Agung
Baru Madiun ada beberapa contoh, misalnya kelayakan jalan, instalasi
pengolahan limbah, ketersediaan sumber air, dan sebagainya. Berikut
beberapa utilitas yang ada untuk menunjang kegiatan operasional PG. Rejo
Agung Baru Madiun.
Tabel 46. Sarana dan Prasarana PG. Rejo Agung Baru
No. Prasarana/Sarana Pengelola
1. Instalasi Pengolah Limbah PG. Rejo Agung Baru
2. Jalan Dinas PU
3. Air Bersih PDAM
4. Telekomunikasi PT. Telkom
162
No. Prasarana/Sarana Pengelola
5. Tenaga Listrik PT. PLN
6. Drainase Dinas PU
Sumber: Bagian SDM dan Umum PG. Rejo Agung Baru Madiun
Beberapa sarana dan prasarana tersebut ditujukan untuk memberi
kelancaran bagi industri. Selain untuk menunjang kegiatan industri, sarana
prasarana PG. Rejo Agung Baru juga ditujukan bagi karyawan maupun
stakeholders lainnya untuk memeberi rasa kenyamanan. Berikut hasil
wawanca peneliti dengan Kepala Bagian SDM dan Umum terkait sarana dan
prasarana.
“……iya Bagian SDM dan Umum bertugas untk menyediakan sarana
dan prasarana. Banyak sekali tugasnya mulai dari hubungan yang
terkait dengan PLN, PDAM, Telkom, dan beberapa instansi
pemerintah atau swasta untuk menyediakan sarana dan prasarana.
Sarana dan prasarana harus dijamin ketersediaannya dan
kelayakannya.” (Bapak Ferdy Widarto, Kepala Bagian SDM dan
Umum PG. Rejo Agung Baru Madiun, 20 April 2017).
Pernyataan tersebut membuktikan bahwa ketersediaan sarana dan
prasarana memadai, diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kinerja.
Apalagi ada beberapa sarana dan prasarana yang bersifat krusial dalam
kegiatan industri. Hingga sampai saat ini, PG. Rejo Agung Baru Madiun
memiliki sarana dan prasarana yang terjamin dan nantinya mampu untuk
meningkatkan kinerja karyawan.
Selain sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh beberapa pihak
dari pemerintah, ada salah satu sarana yang disediakan oleh pabrik gula Rejo
Agung yaitu Instalasi Pengolahan Air Limbah. Setiap pabrik gula dalam
163
prosesnya akan mengeluarkan limbah padat, cair, dan gas. Tujuan dari
pengolahan air limbah, terutama pada limbah cair adalah untuk
menghilangkan atau menyisihkan kontaminan. Berikut penjelasan dari
karyawan Seksie Gilingan tertkait IPAL di PG. Rejo Agung Baru Madiun.
“….limbah dari PG. Rejo Agung dikeluarkan atau dibuang di Sungai
Sono sesuai dengan izin yang kita punya. Sedangkan kita
memaksimalkan kinerja dari colling tower dengan jumlah sebanyak 3
unit. Untuk pengelolaan limbah cair sendiri, PG. Rejo Agung punya
IPAL dengan kapasitas 90 meter kubik per jam. (Bapak Hasfi
Maulana, Seksie Gilingan Bagian Pabrikasi PG. Rejo Agung Baru
Madiun, 13 Mei 2017).
Pabrik gula Rejo Agung telah memiliki instalasi pengolahan limbah
sendiri sehingga air limbah yang terbuang tidak tercampur dengan instalasi
pengolah limbah miliki pemerintah. Adanya IPAL pada setiap industri
ditujukan agar mampu mengendalikan lingkungan dan meminimalisir dampak
dari limbah industri. Semakin banyaknya jumlah industri di Indonesia
membuat Pemerintah Pusat yaitu Kementrian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia memberikan peran untuk perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
terhadap nilai tambah bagi pemeliharaan sumber daya alam, konservasi
energi, dan pengembangan masyarakat. Sehingga Kementrian Lingkungan
Hidup melaksanakan program lingkungan yang dinamakan Proper. Proper
merupakan penilaian kinerja pengelolaan lingkungan terhadap suatu
perusahaan atau industri yang indikatornya sudah ditetapkan dan mampu
diukur sesuai pedoman yang telah ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup.
164
Beberapa kriteria penilaian untuk kinerja perusahaan terutama dalam
pengelolaan limbah bertujuan agar setiap pelaku usaha dapat
mempertanggungjawabkan sesuai dengan pedoman yang telah dibuat oleh
pemerintah. Setidaknya, setiap perusahaan mendapatkan kriteria proper warna
biru jika izin usaha atau sanksi lainnya diberikan pada perusahaan yang tidak
mampu menangani pengelolaan limbah dengan baik. Berikut nilai Proper
industri gula di Indonesia berdasarkan kinerja perusahaan dalam mengelola
limbah industri.
Tabel 47. Daftar Peringkat Proper Industri Gula Tahun 2014-2015
No. Proper Jumlah Nama Perusahan
1. Hijau 3 PG. Bungamayang Lampung (PTPN VII), PT.
Indo Lampung , PT. Sweet Indo Lampung
2. Biru 50
PG. Tolangohula Gorontalo, PG. Karang Suwung
(PT. PG Rajawali II), PG. Sindang Laut (PT. PG
Rajawali II), PG. Tersana Baru (PT. PG Rajawali
II), PG. Jatitujuh (PT. PG Rajawali II), PG.
Subang Pasir Bungur (PT. PG Rajawali II), PG.
Tasikmadu (PTPN IX), PG. Jatibarang (PTPN
IX), PT. Industri Gula Nusantara Kab. Brebes,
PG. Gondang Baru (PTPN IX), PG. Rendeng
(PTPN IX), PG.Trangkil (PT. Kebon Agung),
PG. Sragi (PTPN IX), PG. Mojo (PTPN IX), PG.
Pangka (PTPN IX), PG. Pradjekan (PTPN XI),
PG. Panji (PTPN XI), PG. Semboro (PTPN XI),
PG. Tjoekir (PTPN X), PG. Djombang Baru
(PTPN X), PG. Mrican (PTPN X), PG. Ngadirejo
(PTPN X), PG. Kanigoro (PTPN XI), PG.
Pagottan (PTPN XI), PG. Poerwodadie (PTPN
XI), PG. Rejosarie (PTPN XI), PT. PG. Kebon
Agung, PG. Krebet Baru I (PT. PG Rajawali I),
PG. Krebet Baru II (PT. PG Rajawali I), PG.
Gempolkrep (PTPN X), PG. Lestarie (PTPN X),
PG. Soedhono (PTPN XI), PG. Padjarakan
(PTPN XI), PG. Wonolangan (PTPN XI), PG.
Gending (PTPN XI), PG. Toelangan (PTPN X),
165
No. Proper Jumlah Nama Perusahan
PG. Kremboong (PTPN X), PG. Watoetoelis
(PTPN X), PG. Assembagoes (PTPN XI), PT.
PG. Candi Baru, PG. Olean (PTPN XI), PG.
Wringinenom (PTPN XI), PG. Kedawoeng
(PTPN XI), PG. Mojopanggung (PTPN X), PG.
Pesantren (PTPN X), PG. Rejo Agung Baru (PT.
PG Rajawali I), PG. Jatiroto (PTPN XI), PT.
Gula Putih Mataram, PG. Bone (PTPN XIV),
PG. Camming (PTPN XIV), PG. Takalar (PTPN
XIV)
3. Merah 2 PT. Pemuka Sakti Manis Indah Lampung, PG.
Kwala Madu (PTPN II)
Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor SK.557/Menlhk-Setjen/2015
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, industri gula dominan berada
pada warna proper biru dan hanya ada 3 industri gula yang mendapatkan
proper hijau. Sedangkan untuk meraih proper emas masih belum ada pabrik
gula yang mendapatkan gelar tersebut. Untuk mendapatkan nilai proper hijau
dibutuhkan kerja keras dan kegigihan untuk berada di kriteria tersebut. Hal
tersebut sesuai dengan hasil wawancara bersama karyawan Seksie Gilingan
PG. Rejo Agung Baru.
“…..memang sampai saat ini kita masih mendapatkan hasil proper
biru. Kalau proper hijau masih belum, untuk mendapatkan hasil
tersebut membutuhkan dana yang besar. Rencana untuk mengarah
kesana sudah pasti ada namun realistis juga karena dana yang
dipersiapkan tidak sedikit. Dengan dana yang ada dan kebutuhan yang
bermacam-macam, masih harus menunggu untuk membuat program
yang ramah lingkungan sehingga kita bisa mendapatkan proper hijau.”
(Bapak Hasfi Maulana, Seksie Gilingan Bagian Pabrikasi PG. Rejo
Agung Baru Madiun, 13 Mei 2017).
Pengelolaan dan pengendalian terhadap limbah pada setiap industri
memiliki tingkat prioritas yang berbeda antara satu perusahaan dengan yang
166
lainnya. Meminimalisir limbah dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya dengan cara recycle. Tidak Semua industri melakukan recycle
terhadap limbah yang ada. Jika setiap industri melakukan recycle secara
maksimal pada limbah, maka keberadaan limbah tidak perlu dikhawatirkan
dan mampu mengurangi jumlah limbah yang ada yang menganggu
masyarakat.
9) Pemanfaatan energi
Penggunaan energi merupakan pemanfaatan sumber daya yang
digunakan oleh manusia untuk melakukan suatu kegiatan dengan tujuan
tertentu. Adanya energi dapat dimanfaatkan untuk proses produksi suatu
industri. Industri gula sebagai salah satu industri yang padat akan kebutuhan
energi dan merupakan industri yang sangat besar ketergantungannya terhadap
ketersediaan energi. Pabrik gula merupakan salah satu dari 10 jenis industri
yang paling banyak menggunakan energi. Pemanfaatan energi seefisien
mungkin dapat mengurangi penggunaan dan penghematan terhadap energi
tanpa mengurangi produktivitas produksi. Peningkatan efisiensi energi pada
produksi gula dapat dibagi menjadi dua sektor yaitu penggunaan energi yang
berupa bahan bakar dan energi listrik. Terkait penggunaan energi berupa
bahan bakar di PG. Rejo Agung Baru Madiun, berikut hasil wawancara
dengan Kepala Bagian Instalasi.
“…..untuk sumber energi yang kaitannya dengan proses pengolahan
tebu, sebelumnya pabrik gula hampir sebagian besar masih ada yang
menggunakan minyak bumi residu IDO (Industrial Diesel Oil). Namun
bahan bakar tersebut mencemari lingkunan, jadi ada beberpa pabrik
167
gula yang sudah menggunakan bahan bakar dengan energi yang baru.”
(Bapak Ari Setyawan, Kepala Bagian Instalasi PG. Rejo Agung Baru
Madiun, 5 Mei 2017).
Penggunaan energi IDO (Industrial Diesel Oil) pada pabrik gula yang
berlebihan mampu mencemari lingkungan dan membuat kerusakan
lingkungan karena penggunaan bahan bakar yang tidak ramah lingkungan.
Bahan bakar IDO (Industrial Diesel Oil) digunakan pada ketel uap untuk
membangkitkan tenaga uap yang merupakan tenaga utama pada proses
produksi gula. Penggunaan IDO (Industrial Diesel Oil) menjadi perhatian
karena biaya bahan bakar yang dikeluarkan lebih besar daripada biaya bakar
lainnya. Berikut penjelasan dari Kepala Bagian Instalasi PG. Rejo Agung Baru
Madiun terkait penggunaan energi terbarukan.
“Pabrik gula yang sehat, tentunya menggunakan bahan baku yang
benar sehingga dalam prosesnya itu benar. Seharusnya pabrik gula
juga tidak membutuhkan tambahan energi dari luar. Ada energi
terbarukan berupa ampas tebu yang berasal dari hasil perahan tebu
yang sudah diperas. Ampas tebu itu energi terbarukan dan ramah
lingkungan jika dibandingkan dengan IDO. Namun, tidak semua
pabrik gula, termasuk disini kelebihan ampas tebu dalam proses masa
giling. Kualitas dari tebu itu sendiri juga mempengaruhi atas tidak
terpenuhinya ampas tebu yang banyak.” (Bapak Ari Setyawan, Kepala
Bagian Instalasi PG. Rejo Agung Baru Madiun, 5 Mei 2017).
Kekurangan yang dirasakan pabrik gula yang mengggunakan sumber
energi terbarukan yaitu ampas tebu yang tidak mencukupi kebutuhan yang
diperlukan. Perlunya disediakan bahan bakar lain dalam jumlah yang cukup
atau dibuat perencanaan yang baik untuk menghindari terhentinya
penggilingan karena kekeurangan bahan bakar. Penggunaan energi yang
optimal mampu membuat proses produksi lebih produktif dan menekan biaya
168
untuk penggunaan energi yang berlebihan sehingga tidak mempengaruhi
produktivitas gula.
10) Hubungan dengan Para Petani
Petani adalah mitra kerja yang hubungannya harus tetap dijaga, karena
hubungan yang seperti simbiosis mutualisme harus tetap terjalin dengan baik.
Sebuah hubungan antara mitra kerja jika berakhir begitu saja juga merugikan
pihak pabrik gula karena salah satu mitranya tidak lagi bekerja sama dan
berdampak pada kurangnya bahan baku tebu yang disetor. Berikut hasil
wawancara dengan Kepala Bagian Tanaman untuk memperkuat pernyataan
sebelumnya.
“Karena kita sebagian besar disupply oleh petani atau tebu rakyat
kemitraan, maka kita juga harus memberikan kualitas pelayanan yang
terbaik agar hubungan tetap terjaga antara pabrik gula dan para petani.
Dengan hubungan yang baik, maka dapat dipastikan kalau kerjasama
oleh para petani berjalan tanpa ada suatu hambatan.” (Bapak Yordan
Sofian, Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun, 19
April 2017).
Upaya tersebut dilakukan agar pabrik gula dapat memperoleh bahan
baku dari para petani tebu. Jika upaya tersebut tidak terpenuhi, maka dapat
dipastikan bahwa pabrik gula akan kekurangan bahan baku dari para petani.
Jika berdasarkan sudut pandang dari seorang petani, maka berikut ini hasil
wawancara dengan salah satu petani tebu di Madiun.
“……sampai saat ini, saya masih mengirimkan tebu ke rejo agung,
bahkan bisa dibilang ya saya selalu mengirimkan tebu saya kesini.
Karena selama ini, tidak ada masalah dengan pabrik gula rejo agung.
Memang ada proses yang tidak bisa cepat dilakukan, karena ada
169
prosedur yang selama ini harus dilewati. Untuk kenapa saya memilih
disini ya…karena saya bahkan petani tebu lain mengerti kalau pabrik
gula rejo agung, pabrik gula yang paling besar di kawasan Madiun,
sehingga ada jaminannya lah istilahnya.” (Bapak H. Mulyono, Petani
Tebu Magetan, 23 Oktober 2017).
Berikut daftar petani yang tersebar berdasarkan Kota/Kabupaten di
Jawa Timur.
Tabel 48. Jumlah Petani Provinsi Jawa Timur Tahun 2015
No. Kota/Kabupaten Jumlah Petani Persentase (%)
1. Kabupaten Gresik 4,686 0.71
2. Kabupaten Sidoarjo 7,968 1.20
3. Kabupaten Mojokerto 17,443 2.63
4. Kabupaten Jombang 12,475 1.88
5. Kabupaten Bojonegoro 8,487 1.28
6. Kabupaten Tuban 9,871 1.49
7. Kabupaten Lamongan 21,104 3.18
8. Kabupaten Madiun 11,436 1.72
9. Kabupaten Magetan 42,848 6.46
10. Kabupaten Ngawi 45,962 6.93
11. Kabupaten Ponorogo 3,588 0.54
12. Kabupaten Kediri 96,692 14.57
13. Kabupaten Nganjuk 18,722 2.82
14. Kabupaten Blitar 18,515 2.79
15. Kabupaten Tulungagung 20,815 3.14
16. Kabupaten Trenggalek 1,713 0.26
17. Kabupaten Malang 188,191 28.36
18. Kabupaten Pasuruan 13,412 2.02
19. Kabupaten Probolinggo 18,169 2.74
20. Kabupaten Lumajang 24,342 3.67
21. Kabupaten Bondowoso 19,746 2.98
22. Kabupaten Situbondo 22,901 3.45
23. Kabupaten Jember 25,342 3.82
24. Kabupaten Banyuwangi 1,034 0.16
25. Kabupaten Bangkalan 1,004 0.15
26. Kabupaten Sampang 898 0.14
27. Kabupaten Sumenep 16 0.002
28. Kota Madiun 494 0.07
29. Kota Malang 3,721 0.56
30. Kota Probolinggo 160 0.02
170
No. Kota/Kabupaten Jumlah Petani Persentase (%)
31. Kota Pasuruan 146 0.02
32. Kota Kediri 758 0.11
33. Kota Batu 91 0.01
34. Kota Mojokerto 895 0.13
JUMLAH 663,645 100
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia 2015, diolah.
Berdasarkan tabel dari jumlah petani di Provinsi Jawa Timur, dapat
dijelaskan bahwa jumlah petani di Jawa Timur begitu banyak. Banyaknya
jumlah petani tersebut berkaitan dengan ketersediaan bahan baku selama ini.
Karena pada dasarnya setiap pabrik telah bergantung pada para petani untuk
menyediakan bahan baku agar pabrik gula tetap beroperasi. Namun ada
beberapa kendala yang dihadapi oleh para petani, berikut hasil wawancara dari
Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun.
“…….terletak pada sistem perkreditan untuk para petani. Sistem
perkreditan ini biasanya digunakan untuk para petani yang kekurangan
dari segi modal. Tidak semua petani memiliki modal yang begitu
besar. Terkadang juga ada saja hambatan yang didapatkan oleh petani
terkait modal untuk pembibitan, pupuk, dan lain sebagainya. (Bapak
Yordan Sofian, Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung Baru
Madiun, 19 April 2017).
Permodalan yang tidak cukup banyak menjadi hambatan dari setiap
petani untuk melanjutkan bisnisnya. Para petani juga tidak selalu mengalami
keuntungan dalam menjalaskan usahanya. Untuk itu, dibutuhkan modal yang
terus mengalir agar usaha tetap berjalan sehingga dapat menyediakan bahan
baku bagi pabrik gula. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Bagian
Tanaman PG. Rejo Agung Baru Madiun.
171
“…..sekarang ini, tidak ada perjanjian kesepakatan petani akan
membawa tebunya kemana. Semua dibebaskan dan diserahkan kepada
petani mana yang menurutnya layak. Oleh sebab itu lah kita diminta
untuk memberi pelayanan terbaik. Salah satu dari pelayanan tersebut
adalah membantu memberikan bantuan permodalan untuk para petani.
Kita hanya sebagai penyalur atau perantara, selebihnya ada yang lebih
berhak atas pemberian bantuan permodalan kepada petani, yaitu pihak
perbankan. Kita melakukan kerjasama dengan salah satu bank, yaitu
Bank BRI untuk memberikan kredit kepada para petani yang
membutuhkan modal usaha. Sebagai perantara, kita sudah memberikan
apa yang seharusnya diterima oleh petani. Petani dan pihak bank yang
akan melanjutkan bagaimana proses pencairan perkreditan dapat
dijalankan.” (Bapak Yordan Sofian, Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo
Agung Baru Madiun, 19 April 2017).
Adanya bantuan sistem permodalan untuk para petani merupakan suatu
pelayanan pabrik gula terhadap petani agar tetap terjaganya suatu hubungan
baik. Pelayanan terbaiklah yang akan diterima oleh para petani dan mereka
juga akan merasa terbantu dengan adanya bantuan sistem permodalan yang
diberikan oleh pihak bank dengan bantuan pabrik gula Rejo Agung Baru
Madiun.
11) Kebijakan Wilayah
Peraturan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) menyebutkan bahwa
pabrik gula Rejo Agung Baru Madiun yang berada di Jalan Yos Sudarso
termasuk dalam kawasan cagar budaya, wisata sejarah, dan kawasan strategis
di Kota Madiun. Dalam peraturan RTRW Kota Madiun, telah diakui bahwa
pabrik gula merupakan salah satu tempat yang mampu memberikan edukasi,
sehingga dicantumkan juga bahwa pabrik gula Rejo Agung merupakan
kawasan strategis untuk bisa dilestarikan dan dianggap sebagai salah satu
cagar budaya. Selanjutnya, pabrik gula Rejo Agung juga diaggap mampu
172
meningkatkan fungsi industri untuk wisata pendidikan dan teknologi.
Kebijakan wilayah di Kota Madiun juga mencantumkan bahwa pabrik gula
Rejo Agung juga menjadi kawasan strategis ekonomi yang merupakan
kawasan industri besar sebagaimana yang dimaksudkan dalam dokumen
RTRW.
Kebijakan wilayah Kota Madiun diturunkan kedalam program
pembangunan utama yang salah satunya adalah pengolahan limbah industri
terpadu yang berada di kawasan industri di Jalan Yos Sudarso. Selain itu,
kebijakan lainnya adalah mengenai penanaman pohon pelindung di sekitar
jalan primer kawasan industri Jalan Yos Sudarso. Adanya program
peningkatan untuk penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan
jalan pejalan kaki dengan pertimbangan utama kenyamanan dan keselamatan
bagi penggunanya khususnya pada kawasan fungsional, yaitu pendidikan,
industri, kesehatan di sekitar Jalan Yos Sudarso juga dicantumkan di dalam
RTRW Kota Madiun. Kebijakan-kebijakan tersebut terkait dengan peraturan
wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Madiun.
Selain dari aturan Rencana Tata Ruang Wilayah yang memberikan
ruang bagi PG. Rejo Agung Baru untuk mendirikan lokasi di kawasan Jalan
Yos Sudarso, dukungan lainnya adalah berasal dari Dinas Pertanian Kota
Madiun terkait dengan kebijakan wilayah yang bersangkutan dengan
kebijakan lahan pertanian di Kota Madiun. Kebijakan tersebut sudah
dipertahankan dari beberapa tahun lalu agar tidak semua lahan di Kota
Madiun beralih menjadi bangunan yang bersifat komersil. Berikut hasil
173
wawancara dengan Kasie Budidaya Tanaman dan Perkebunan Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kota Madiun.
“……sampai sejauh ini Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
berusaha mempertahankan kebijakan wilayah atas lahan pertanian di
Kota Madiun yang setidaknya harus dipenuhi. Lahan pertanian harus
tetap dipertahankan sedikitnya 10% dari luas wilayah di Kota Madiun.
Hingga sampai saat ini kita masih mampu mempertahankan 444 ha
dari luas wilayah Kota Madiun. Hal tersebut tetap kita upayakan agar
nantinya konversi lahan pertanian disini tidak terjadi secara besar-
besaran. Setiap lahan dibagi atau dibatasi dengan penggunaannya dan
porsinya masing-masing.” (Bapak Victorianus B.W.P., Kasie
Budidaya Tanaman dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kota Madiun, 24 Mei 2017).
Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kebijakan
wilayah Kota Madiun mampu mempertahankan lahan pertanian sebesar 444
ha dari total luas Kota Madiun. Luas lahan pertanian di Kota Madiun yang
mencapai 3.323 ha, menandakan bahwa lahan pertanian di Kota Madiun yang
dipertahankan masih sekitar 13% dari total luas wilayah. Memepertahankan
luas lahan pertanian selama 3 tahun terakhir, tidak setiap wilayah berani
melakukannya, apalagi mempertahankan lahan pertanian yang sudah jarang
diminati yang tidak menarik perhatian oleh sebagian masyarakat. Kebutuhan
akan perumahan, pertokoan bahkan tempat hiburan lebih diperhatikan bagi
sebagian masyarakat, tanpa melihat konsekuensi terhadap pembangunan
pertanian yang berpotensi membawa suatu wilayah menjadi kota agropolitan
dan mampu mempertahankan ketahanan pangan.
174
12) Kurangnya peran antar stakeholders
Peran antar stakeholders sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan
bersama yaitu meningkatkan produktivitas gula nasional untuk menjaga
ketahanan pangan Indonesia. Sinergitas peran sangat dibutuhkan terutama
dalam hal pemberdayaan seluruh stakeholders yang melakukan revitalisasi
industri gula. Adapun stakeholders yang berperan penting dalam memajukan
industri gula yaitu pemerintah pusat maupun daerah, swasta sebagai faktor
pendukung akselerasi pembangunan industri gula nasional, pelaku industri,
akademisi, serta masyarakat sebagai ujung tombak pangsa pasar gula. Pabrik
gula Rejo Agung Baru Madiun memeliki hubungan antar pemangku
kepentingan lainnya seperti pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat.
Berikut hasil wawancara dengan Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung
Baru Madiun.
“……adalah peranan pihak dari luar pabrik gula seperti pemerintah
pusat dan daerah yang berkaitan dengan regulasi. Aturan-aturan terkait
kebijakan perwilayahan atau keijakan mengenai standar produk. Tahun
ini PT. RNI juga melakukan kerjasama di bidang penelitian dengan
UGM. Peran dari akademisi sudah dapat dibuktikan melalui kerjasama
tersebut. Tentunya masyarakat juga membantu berperan dalam upaya
ini.” (Bapak Yordan Sofian, Kepala Bagian Tanaman PG. Rejo Agung
Baru Madiun, 19 April 2017).
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa peran dari stakeholders sudah
memiliki batasan-batasan tersendiri. Termasuk peran dari Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Madiun terkait dengan pemberdayaan terhadap petani
dan berbagai regulasi atau kebijakan yang berhubungan dengan petani tebu
sampai pada mengawasi kondisi pangan terutama stok gula yang ada di
175
pasaran. Berikut hasil wawancara dengan Kasie Budidaya Tanaman dan
Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Madiun.
“…..perannya tidak secara langsung ya mbak. Karena semua urusan
terkait bahan baku dan lain sebagainya kita serahkan sepenuhnya
kepada pabrik gulanya. Dinas ini hanya berkomunikasi dan membantu
para petani, istilahnya hanya melakukan pemberdayaan pada petani
untuk sosialisasi dan kegiatan bantuan lainnya. Selain itu, kami
berusaha mempertahankan luas lahan yang ditanami tebu oleh petani
selama 3 tahun terakhir. Untuk ketersediaan bahan baku kami tidak
ada intervensi yang bagaimana-bagaimana.” (Bapak Victorianus
B.W.P., Kasie Budidaya Tanaman dan Perkebunan Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kota Madiun, 24 Mei 2017).
Keterbatasan peran dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Madiun, membuat kurangnya sinergitas antar stakeholders yang ada. Jika
pemerintah hanya sekedar membuat regulasi tanpa turut campur dengan
pabrik gula maka dirasa sangat kurang. Karena memang tidak semua harus
diintervensi oleh pemerintah. Akan tetapi jika ada proses intervensi secara
bersama-sama maka pabrik gula Rejo Agung mampu berkontribusi untuk
melakukan perubahan terhadap industri gula nasional.
13) Kebijakan Pemerintah
Indonesia pernah mengalami era kejayaan dalam industri gula pada
tahun 1930-an dengan prestasi tertinggi sebagai negara pengekspor gula
sebanyak 2,4 juta ton. Kondisi gula yang saat ini sedang terpuruk dengan
berbagai sektor yang berkaitan dan slaing membutuhkan solusi. Hal ini yang
mengakibatkan kemunduran yang dialami selama 86 tahun belakangan ini.
Salah satu indikasi yang sangat menonjol adalah kecenderungan volume
176
impor gula yang terus bertambah. Berikut data mengenai impor gula beberapa
tahun terakhir yang dilakukan oleh Indonesia.
Tabel 49. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Gula Indonesia
No. Tahun Impor Gula Hablur
Volume (Ton) Nilai (000 US $)
1. 2006 1,405,942 537,130
2. 2007 2,972,788 1,040,194
3. 2008 983,944 352,385
4. 2009 1,373,546 567,034
5. 2010 1,382,525 803,113
6. 2011 2,371,249 1,638,728
7. 2012 2,769,239 1,634,804
8. 2013 3,344,304 1,730,657
9. 2014 2,965,801 1,328,928
10. 2015 2,637,020 1,079,790
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, 2015
Berdasarkan data dari tabel perkembangan volume dan nilai impor
gula di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa selama 10 tahun terakhir
Indonesia mengimpor gula diatas 900.000 ton gula dari negara belahan dunia.
Selama 10 tahun terakhir, Indonesia telah mengimpor gula sebanyak 22 juta
ton. Berikut, grafik trend impor gula dari tahun 1980-2015 yang dilakukan
oleh Indonesia.
177
Gambar 29. Tren Volume Impor Gula di Indonesia
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia 2015
Pada tren grafik diatas, impor gula di Indonesia terjadi secara besar-
besaran dimulai pada tahun 1995 yang mencapai pertumbuhan 3.479,27% dari
tahun sebelumnya yaitu tahun 1994. Sedangkan pada tahun 2013, impor gula
mencapai 3.344.304 ton yang merupakan volume impor gula terbesar selama
35 tahun terakhir. Namun, impor gula dari tahun 2013 mengalami penurunan
sampai pada 2 tahun berikutnya.
Kebijakan terhadap adanya impor gula yang dilakukan oleh
pemerintah terjadi karena adanya anggapan bahwa produksi gula tidak mampu
memenuhi konsumsi masyarakat atas gula. Akan tetapi, 5 tahun terakhir tidak
diperlukan impor gula karena produksi gula melebihi konsumsi gula untuk
rumah tangga. Berikut proporsi konsumsi rumah tangga terhadap produksi
gula Indonesia selama 5 tahun terakhir.
178
Tabel 50. Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Produksi Gula Indonesia
No. Tahun
Konsumsi
(Kg/Kapita
/Tahun)
Jumlah
Penduduk
(000 orang)
Permintaan
Rumah
Tangga
(Ton)
Produksi
(Ton)
1. 2011 7.38 241,991 1,786,721 2,267,887
2. 2012 6.48 245,425 1,589,409 2,591,687
3. 2013 6.65 248,818 1,654,196 2,551,026
4. 2014 6.41 252,165 1,616,238 2,579,173
5. 2015 6.18 255,462 1,578,481 2,623,931
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, 2015
Berdasarkan tabel konsumsi gula rumah tangga di Indonesia, dapat
dilihat bahwa produksi gula melebihi dari permintaan rumah tangga untuk
gula. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan impor gula yang dikeluarkan
pemerintah membuat polemik tersendiri terhadap harga gula di pasar dalam
negeri. Beberapa peraturan dirasa tidak tepat untuk upaya peningkatan
produktivitas gula dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Adapun bentuk kebijakan atau regulasi yang dibuat oleh pemerintah terkait
dengan industri gula adalah sebagai berikut.
Tabel 51. Perkembangan Kebijakan Pergulaan Nasional
No. Nomor
SK.Keppres/Kepmen Perihal Tujuan
1. Keppres No. 43/1971,
14 Juli 1971
Pengadaan,
penyaluran, dan
pemasaran gula
Menjaga kestabilan
pasokan gula sebagai
bahan pokok
2. Surat Mensekneg No.
B.136/ABN
SEKNEG/3/74, 27
Maret 1974
Penguasaan,
pengawasan,
dan penyaluran
gula pasir non
PNP
Penjelasan mengenai
Keppres No. 43/1971 yang
meliputi gula PNP
3. Inpres No. 9/1975, 22
April 1975
Intensifikasi
tebu rakyat
(TRI)
Peningkatan produksi gula
serta peningkatan petani
tebu
179
No. Nomor
SK.Keppres/Kepmen Perihal Tujuan
4. Kepmen Perdagangan
dan Koperasi No.
122/Kp/II/81, 12
Maret 1981
Tataniaga gula
pasir dalam
negeri
Menjamin kelancaran
pengadaan dan penyaluran
gula pasir serta
peningkatan pendapatan
petani
5. Kepmenkeu
No.342/KMK.011/19
87
Penetapan harga
gula pasir
produksi dalam
negeri dan
impor
Menjamin stabilitas harga,
devisa, serta kesesuaian
pendapatan petani dan
pabrik
6. UU No. 12/1992 Budidaya
tanaman
Memberikan kebebasan
pada petani untuk memilih
komoditas
7. Inpres No. 5/1998, 21
Januari 1998
Program
pengembangan
tebu rakyat
Pemberian peranan kepada
pelaku bisnis untuk
perdagangan bebas
8. Kepmen perindag
No.25/MPP/Kep/1/19
98
Komoditas yang
diatur tataniaga
impornya
Mendorong efisiensi dan
kelancaran arus barang
9. Kepmenhutbun
No.282/Kpts-IX/1999,
7 Mei 1999
Penetapan harga
provenue gula
pasir produksi
petani
Menghindari kerugian
petani dan mendorong
peningkatan produksi
10. Kepmenperindag
No.363/MPP/Kep/8/
1999, 5 Agustus 1999
Tataniaga impor
gula
Pengurangan beban
anggaran pemerintah
melalui impor gula oleh
produsen
11. Kepmenperindag No.
230/MPP/Kep/6/1999,
5 Juni 1999
Mencabut
Kepmenperinda
g
No.363/MPP/K
ep/8/ 1999
Pembebanan tariff impor
gula untuk melindungi
industri dalam negeri
12. Kepmenkeu
No.324/KMK.01/200
2
Perubahan bea
masuk
Peningkatan efektivitas bea
masuk
13. Kepmenperindag
No.643/MPP/Kep/9/
2002, 23 September
2002
Tataniaga impor
gula
Pembatasan pelaku impor
gula hanya menjadi
importer gula produsen dan
importer gula terdaftar
14. SK
522/MPP/Kep/9/2004
Ketentuan
Impor Gula
Revisi dan mempertegas
esensi Kepmenperindag
No. 643/MPP/Kep/9/2002
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2013
180
Beberapa keijakan diatas terutama di tahun 2003/2004 merupakan
pengembangan program akselerasi peningkatan produksi dan produktivitas
gula nasional. Namun dari kebijakan diatas dengan implementasi dari hasil
impor gula tidak sejalan dengan apa yang diharapkan. Karena impor gula tetap
diberlakukan dengan alasan bahwa pabrik gula yang tersar di Indonesia tidak
mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga untuk konsumsi gula. Justru,
berdasarkan hasil survei dari Statistik Perkebunan Indonesia diperoleh data
yang menunjukkan bahwa Indonesia mampu memenuhi permintaan gula
masyarakat nasional tanpa harus mengimpor dari negara lain.
Program revitalisasi pabrik gula sudah berjalan lebih dari 10 tahun dan
restrukturisasi merupakan strategi revitalisasi yang menata kembali suatu
organisasi. Akan tetapi, berbagai kebijakan pemerintah terkait kepentingan
produksi pangan sampai dengan pembatasan harga jual gula sangat
menghambat gerak pabrik gula di tengah proses revitalisasi.
3. Perkembangan Produktivitas Gula Nasional
Perkembangan produktivitas gula nasional dapat dilihat melalui beberapa
tahun agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Tidak hanya itu,
produktivitas gula dilihat dari jumlah produksi gula dan luas lahannya.
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 mengenai
rencana induk suatu industri yang didalamnya juga diperuntukan bagi
agroindustri. Namun, produktivitas gula di Indonesia mengalami fluktuasi dari
tahun ke tahun. Berikut produktivitas gula nasional yang digambarkan dalam
181
bentuk diagram sebelum ditetapkannya Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional tahun 2015.
Gambar 30. Produktivitas Gula Nasional Tahun 2013
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, diolah.
Gambar 31. Produktivitas Gula Nasional Tahun 2014
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, diolah
182
Berdasarkan diagram tersebut, produktivitas dari tahun 2013 ke 2014
menurun dan jumlah pabrik gula yang produktivitasnya dibawah rata-rata
meningkat di tahun 2014. Prosentase produktivitas yang menurun disebabkan oleh
beberapa pabrik gula yang produksinya menurun dan tidak mampu mencapai
target giling dalam setahun. Ketika produktivitas gula nasional dirasa menurun,
maka perlu strategi yang tepat, agar industri gula mulai bangkit untuk
meningkatkan produktivitasnya. Jika pada tahun 2015, muncul Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional, maka seharusnya produktivitas gula nasional
diiringi dengan peningkatan produktivitas. Berikut perkembangan produktivitas
gula nasional yang disajikan dalam bentuk diagram berikut ini.
Gambar 32. Produktivitas Gula Nasional Tahun 2015
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, diolah
41,67%
58,33%
Prosentase Produktivitas Tahun 2015
Produktivitas diatas Rata-rata
Produktivitas dibawah Rata-rata
Rata-rata Produktivitas 5.22
183
Gambar 33. Produktivitas Gula Nasional Tahun 2016
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, diolah
Gambar 34. Produktivitas Gula Nasional Tahun 2017
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, diolah
Setelah adanya Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional di Tahun
2015, produktivitas gula di tahun 2015 meningkat dari 2 tahun sebelumnya.
56,52%
43,48%
Prosentase Produktivitas Tahun 2016
Produktivitas diatas Rata-rata
Produktivitas dibawah Rata-rata
Rata-rata produktivitas 4.45
184
Namun, di tahun berikutnya, produktivitas gula nasional justru menurun.
Kemudian di tahun 2017 meningkat kembali menjadi 4.73 dari 4.45. Jika
digambarkan dalam bentuk grafik, maka produktivitas gula nasional dari tahun
2013-2017 seperti berikut ini.
Gambar 35. Perkembangan Prosentase Produktivitas Gula Nasional
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, diolah
Gambar 36. Perkembangan Produktivitas Gula Nasional Tahun 2013-2017
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, diolah
185
Dari grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa tahun 2015, merupakan
tingkat produktivitas paling tinggi diantara tahun-tahun yang lainnya. Dengan
adanya RIPIN, produktivitas gula nasional masih mengalami fluktuasi yang
diketahui bahwa di tahun 2015 merupakan puncak keberhasilan diantara tahun
sbelum dan sesudah. Jika RIPIN dikeluarkan pada tahun 2015, maka hasil puncak
dari produktivitas di tahun yang sama, belum dikatakan sebagai hasil dari rencana
tersebut. Karena dapat dilihat, di tahun 2016, produktivitas menurun di tahun
2016 dan meningkat kembali di tahun 2017.
Secara umum memang produktivitas gula nasional dari tahun ke tahun
mengalami naik turun. Sedangkan untuk pabrik gula Rejo Agung, jika dilihat dari
posisinya berdasarkan skala nasional, Pulau Jawa, dan di Provinsi Jawa Timur
maka bisa dilihat dalam data berikut ini.
Tabel 52. Peringkat PG. Rejo Agung dalam Skala Nasional, Pulau Jawa, dan
Provinsi Jawa Timur
No. Skala Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
1. Nasional 9 21 17 12 18
2. Pulau Jawa 8 20 17 12 18
3. Provinsi Jawa Timur 8 20 17 12 18
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, diolah
Berdasarkan dari tabel peringkat dari skala nasional, Pulau Jawa, dan
Provinsi Jawa Timur, pabrik gula Rejo Agung Baru mengalami peringkat yang
tidak stabil dan cenderung mengalami penurunan. Tahun 2013 merupakan tahun
terbaik dengan posisi peringkat ke 9 dari seluruh pabrik gula yang ada di
186
Indonesia. Lebih jelas, berikut grafik yang menggambarkan perkembangan posisi
PG. Rejo Agung dari beberapa skala.
Gambar 37. Perkembangan PG. Rejo Agung Baru Berdasarkan Peringkat
Sumber: Lembaga Pendidikan Perkebunan, diolah
C. Pembahasan
1. Strategi Pengembangan PG. Rejo Agung Baru dalam Meningkatkan
Produktivitas Gula Nasional Melalui Perspektif Good Corporate
Governance
Strategi diartikan sebagai rencana yang berskala besar dan berorientasi
kepada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna
mencapai sasaran perusahaan (Pearce dkk, 1997). Berbicara mengenai strategi
yang berorientasi masa depan dapat diterapkan pada berbagai organisasi, mulai
lembaga publik, organisasi nirlaba, seluruh komunitas di bidang-bidang seperti
kesehatan, transportasi dan seterusnya. Bahkan seluruh lembaga pemerintah telah
merencanakan strategi dalam bentuk dokumen yang dibuat setiap 5 tahun sekali
187
yang disebut dengan Rencana Strategis. Memang pada hakikatnya, strategi
merupakan cerminan atas sebuah organisasi mengenai bagaimana, kapan, dan
dimana ia harus bertahan dalam persaingan melawan siapa dan untuk maksud apa
(Pearce dkk, 1997).
Dalam meningkatkan produktivitas, komoditas gula yang termasuk dalam
sektor unggulan telah dimuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2015, yang tujuannya bagaimana meningkatkan pembangunan
industri tangguh terutama untuk agroindustri yang berbasis komoditas gula.
Perlunya perencanaan strategi dilakukan dalam upaya meningkatkan produktivitas
gula agar Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk nasional dan
tentunya bersaing dengan negara di belahan dunia lainnya. Menurut data
Sekretariat Jenderal Kementrian Pertanian, Indonesia telah menduduki posisi
ketiga setelah negara Thailand dan Filiphina.
Beberapa industri gula menjadi bagian dari BUMN dengan sistem
pengelolaan yang berorientasi pada keuntungan. Setiap perusahaan yang berada
dibawah BUMN dituntut untuk meningkatkan kinerja setiap karyawannya. Karena
pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan
untuk menilai seberapa produktivitas yang dikerjakan. Kinerja perusahaan
ditentukan dengan pengadaan dan penerapan Good Corporate Governance pada
setiap perusahaan. Pemerintah dalam hal ini Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dalam Peraturan Menteri Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan
Usaha Milik Negara mendefinisikan good corporate governance adalah prinsip-
188
prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.
Berdasarkan hal tersebut jika dari posisi negara Indonesia saat ini,
diperlukan pengembangan organisasi pada setiap pemangku kepentingan agar
terlaksananya tata kelola industri yang makmur bersama masyarakat yang ada di
dalamnya. Bahkan mengingat pentingnya pengembangan industri di Indonesia,
pemerintah pusat telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2015 yang berisikan pedoman dan apa saja langkah yang harus
diambil agar setiap industri mampu berjaya di dalam negeri bahkan jika bisa
sampai luar negeri. Berdasarkan komparasi tersebutlah maka dari strategi yang
dimuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015
dan kondisi di lapangan, ditemukan strategi yang telah dilakukan oleh PG. Rejo
Agung Baru Madiun, antara lain:
a. Ketersediaan Bahan Baku (Kualitas, Kuantitas)
Berdasarkan dokumen RPJMD 2014-2019, Kota Madiun termasuk salah
satu kota yang yang karakteristik lahannya sebagian besar terdiri dari aluvium dan
termasuk dalam jenis tanah alluvial yang mempunyai kadar mineral dan
organisme yang cukup tinggi. Keberadaan bahan baku dinilai sangat vital bagi
suatu industri karena sebagai modal awal dalam memproduksi produk. Menurut
Effendi (2009), bahan baku ada tiga kelas yang umum dijumpai dalam proses
industri, yaitu: (1) Pure materials, material yang termasuk sebagai bahan baku di
dalam proses manufacturing yang secara nyata tidak akan kehilangan prosentase
berat/volume pada akhir proses berlangsung; (2) Weight-lossing materials,
189
material yang sebagai dari berat atau volumenya akan tetap tinggal pada saat akhir
proses produksi berlangsung; (3) Ubiquities, material yang dapat secara mudah
diketemukan pada setiap tempat. Dari ketiga jenis bahan baku yang telah
dikemukakan oleh Effendi (2009), pabrik gula Rejo Agung Baru Madiun
termasuk dalam industri yang menggunakan bahan baku jenis weight-lossing
materials, dimana yang dimaksud adalah bilamana bahan baku kehilangan berat
atau volume secara nyata pada akhir produksi, maka lokasi pabrik dapat dan
seharusnya diletakkan sedekat mungkin dengan lokasi sumber bahan baku yang
diperoleh.
Termasuk kedalam jenis bahan baku weight-lossing materials telah
membuat pabrik gula Rejo Agung Baru mencari bahan baku dengan jarak yang
dapat ditempuh dengan mudah dan cepat dari jarak lokasi pabrik. Oleh karena itu,
berdasarkan hasil temuan dilapangan oleh peneliti, PG. Rejo Agung Baru
mendapatkan bahan baku yang berasal dari Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo,
Nganjuk, Kediri, dan Mojokerto. Dari ketujuh sumber bahan baku tersebut,
maksimal waktu dari mulai tebu ditebang sampai digiling tidak boleh lebih dari 24
jam. Sebab menurut Effendi (2009), kriteria tebu yang layak giling adalah: (1)
Bersih, kadar kotoran <5%; (2) Segar, antara tebu ditebang dengan digiling tidak
lebih dari 24 jam; (3) Manis, memiliki potensi rendemen kebun tinggi. Ketiga
kriteria tersebut, merupakan pedoman bagi setiap pabrik gula di Indonesia untuk
menentukan standar kualitas bahan baku, selain memnuhi target dari jumlah
(kuantitas) bahan baku.
190
Dalam mendapatkan bahan baku untuk produksi, PG. Rejo Agung Baru
menggunakan 3 (tiga) sistem yaitu bahan baku yang ditanam sendiri oleh pabrik,
bahan baku yang berasal dari petani tebu yang termasuk dalam mitra kerjanya,
dan bahan baku dari petani yang mandiri atau dapat dikatakan tanpa ada intervensi
dan binaan dari pabrik. Berdasarkan 3 (tiga) sistem bahan baku yang didapatkan,
PG. Rejo Agung Baru Madiun prosentase sumbangsih tertinggi diraih oleh bahan
baku yang berasal dari petani yang menjadi mitra kerja yang sering disebut
sebagai Tebu Rakyat Kemitraan (TRK). Hampir 64% sumber bahan baku
ditempati oleh sistem Tebu Rakyat Kemitraan (TRK), dan 19% berasal dari tebu
yang ditanam oleh pabrik, serta sisanya dari tebu rakyat mandiri.
Produksi dari bahan baku ditentukan dari luas lahan perkotaan yang bisa
ditanami oleh tebu. Menurut Von Thunen (dalam Sutarto, 2007) produktivitas
suatu jenis tanaman akan berkurang atau menurun dengan bertambahnya jarak
dari pasar dan juga diukur dari segi input pertanian, Faktor yang mempengaruhi
penggunaan lahan pertanian tersebut salah satunya adalah kebijakan pemerintah.
Kebijakan pemerintah Kota Madiun adalah berusaha mempertahankan lahan
pertanian selama 3 tahun berturut-turut. Upaya tersebut membantu para petani
yang berada di sekitar wilayah Madiun dan PG. Rejo Agung Baru dalam
kesempatan untuk memperoleh bahan baku lebih besar. Nantinya, upaya tersebut
diharapkan menjadi bahan pertimbangan oleh kota/kabupaten lainnya untuk bisa
mepertahankan lahan pertanian agar tidak beralih menjadi sebuah bangunan
perumahan atau pertokoan.
191
Bahkan di kawasan Asia Tenggara dalam pertambahan jumlah penduduk
yang pesat dan kepadatan penduduk yang tinggi telah mengakibatkan tekanan
penduduk terhadap lahan pertanian. Karena menurut teori yang dikemukakan oleh
Von Thunen (dalam Sutarto, 2007), orang yang tinggal dalam suatu wilayah
perkotaan cenderung untuk memilih lahan sebagai tempat tinggalnya sesuai
dengan kondisi ekonomi yang dimilikinya. Memang Kota Madiun mampu
mempertahankan lahan pertanian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, namun pada
kenyataannya luas lahan pertanian menjadi tergeser dan tergantikan oleh lahan
permukiman, perkantoran maupun pertokoan. Menurut data dari Badan Pusat
Statistik Kota Madiun, perkembangan global telah membuat lahan perkebunan
menurun di tahun 2013. Penurunan tersebut telah dipastikan dengan semakin
meningkatnya kawasan terbangun di Kota Madiun.
Ketersediaan bahan baku dari segi kuantitas pada tahun 2015 tidak dapat
terpenuhi dari target yang ditetapkan. Salah satu cara untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut adalah dengan cara melakukan intensifikasi pembinaan
kepada petani tebu rakyat kemitraan yang menjadi penyetor mayoritas bahan baku
di PG. Rejo Agung Baru Madiun. Sebab, sektor pertanian mempunyai peranan
strategis terutama sebagai penyedia pangan rakyat yang berkontribusi dalam
penyediaan bahan pangan, bahan baku industri dan sebagainya (Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia).
Beralih pada segi kualitas, bahan baku yang didapatkan PG. Rejo Agung
Baru Madiun memiliki tingkat kualitas yang bisa dibilang tidak baik. Karena
kualitas tebu dilihat berdasarkan peningkatan dengan bertambahnya umur,
192
kemudian setelah melewati puncaknya akan mengalami penurunan mutu tebu
(Effendi, 2009). Sejak saat ditebang, tebu cepat mengalami penurunan kualitas
sejak dari kebun sampai ke pabrik, tebu akan mengalami kehilangan berat dan
gula yang terkandung di dalamnya. Jika sebelum ditebang, kemunduran tebu
dapat disebabkan oleh penyakit atau hama, kerusakan karena cuaca dan lain-lain.
Jika membahas masalah kualitas bahan baku, maka tidak akan lepas dari
suatu sistem yang saling terkait antara tanaman, tanah dan iklim. Ketiga faktor
tersebut yang menentukan keberhasilan usaha tani, disamping faktor manajemen
itu sendiri. Dalam menghadapi keadaan iklim, sangat dibutuhkan perhatian
perilaku iklim suatu daerah. Hal ini memerlukan rekomendasi kesesuaian iklim
suatu tempat untuk satu jenis komoditi dalam perencanaan startegis dan perkiraan
curah hujan baik bulanan maupun musim untuk perencanaan taktis dan mampu
digunakan sebagai pedoman bagi industri untuk mengembangkan agroindustri.
Bahkan analisis data iklim secara klimatis memberikan informasi dalam
perencanaan strategis jangka panjang dan dipadu dengan informasi prakiraan
musim sebagi alat bantu dalam perencanaan taktis setiap akan melakukan musim
tanam, sehingga mampu memberikan sumbangan yang besar terhadap pabrik
gula. (Effendi, 2009).
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki curah
hujan berkisar antara 1.000-1.300 mm per tahun dengan sekurang-kurangnya 3
bulan kering (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).
Berdasarkan temuan di lapangan yang dimuat oleh Badan Pusat Statistik Kota
Madiun, bahwa rata-rata curah hujan di Kota Madiun 1852 mm dari tahun 2010
193
sampai dengan 2016. Artinya, curah hujan yang tidak dapat diprediksi
menyebabkan tanaman tebu tidak bisa tumbuh dengan baik dengan alasan
memiliki curah hujan melebihi standar budidaya tebu menurut ketentuan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Selain dari kondisi iklim, pemilihan varietas harus memperhatikan sifat-
sifat varietas unggul yaitu memiliki potensi produksi yang tinggi melalui bobot
tebu dan rendemen yang tinggi; memiliki produktivitas yang stabil dan mantap;
memiliki ketahanan yang tinggi untuk keprasan dan kekeringan; serta tahan
terhadap hama dan penyakit (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,
2010). Pabrik gula Rejo Agung Baru Madiun memiliki 8 (delapan) varietas yang
dikembangkan dan hanya ada 4 (empat) varietas yang tergolong dalam varietas
unggul. Berikut beberapa daftar varietas unggul tebu dalam tabel 53.
Tabel 53. Varietas Unggul Tanaman Tebu
Varietas Sifat
Masak
Produksi
SK. Menteri
Pertanian
Lahan Sawah Lahan Tegalan
Tebu
(ku/ha)
Rend
(%)
Tebu
(ku/ha)
Rend
(%)
PS 865 Awal-
tengah
804 ±
112
9.38 ±
1.41
342/Kpts/SR.
120/3/2008
Kdg
Kencana
Tengah-
lambat
1,125 ±
325
10.99 ±
1.65
992 ±
238
9.51 ±
0.88
334/Kpts/SR.
120/3/2008
PS 864 Tengah-
lambat
1,221 ±
228
8.34 ±
0.60
888 ±
230
9.19 ±
0.64
56/Kpts/SR.
120/1/2004
PS 891 Tengah-
lambat
1,106 ±
271
9.33 ±
1.19
844 ±
329
10.19 ±
1.35
55/Kpts/SR.
120/1/2004
PSBM
901
Awal
Tengah
704 ±
162
9.93 ±
1.02
54/Kpts/SR.
120/1/2004
PS 951 Lambat 1,461 ±
304
9.87 ±
0.86
52/Kpts/SR.
120/1/2004
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010
194
Dalam kerangka ekonomi pertanian nasional, gula yang merupakan salah
satu komoditas strategis karena pentingnya komoditas tersebut untuk memenuhi
kebutuhan pokok dan kalori bagi masyarakat maupun industri dan sebagai sumber
pendapatan satu juta petani maupun kehidupan dua juta tenaga kerja yang terlibat
dalam sistem industri tersebut. Menjadi salah satu komoditas strategis
membutuhkan sebuah perencanaan yang matang apalagi menyangkut bahan baku
yang merupakan modal awal bagi sebuah industri. Perencanaan pembangunan
menurut Tjokroamidjojo (1984) sendiri diartikan sebagai suatu pengarahan
penggunaan sumber-sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi)
yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu berdasarkan keadaan
sosial ekonomi yang lebih baik secara efektif dan efisien. Ketersediaan bahan
baku untuk pabrik gula Rejo Agung Baru juga membutuhkan suatu perencanaan
pembangunan yang melibatkan koordinasi antar stakeholder yang saling sinergis.
Perlunya menentukan pengambilan alternatif yang dianggap alternatif paling baik
dengan apa yang tersedia secara tepat mampu menjadi strategi dari PG. Rejo
Agung Baru Madiun.
Selain dibutuhkannya perencanaan pembangunan pada agroindustri,
dibutuhkan pula perencanaan yang lebih spesifik, yaitu perencanaan strategis yang
menggunakan konsep sistem stakeholder untuk menyeleksi berbagai isu berkaitan
dengan pemilihan pihak-pihak yang terlibat dalam proses perencanaan strategis:
waktunya, alasannya, dan caranya. Tidak hanya PG. Rejo Agung Baru Madiun
yang berperan dalam upaya peningkatan produktivitas gula nasional, melainkan
stakeholder lain juga berkewajiban berperan andil dalam upaya tersebut. Sangat
195
diperlukan koordinasi antar stakeholder yang sama-sama berperan penting karena
pada dasarnya konsep stakeholder menurut Freeman dalam Susanto dan Tarigan
(2013) adalah kelompok atau individu yang dapat mempengauhi atau dipengaruhi
oleh pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan pabrik gula memiliki lingkaran
hubungan dengan stakeholder mulai dari masyarakat, pemerintah, hingga pihak
swasta. Untuk mendukung keberlangsungan dari kemajuan agroindustri
dibutuhkan semua peran terlibat didalamnya, baik yang dapat mempengaruhi dan
dipengaruhi.
Sangat disayangkan pada hasil temuan di lapangan, koordinasi PG. Rejo
Agung Baru Madiun dengan pemerintah, terutama Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan sangat minim. Keterbatasan tersebut didasarkan pada tidak adanya
intervensi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Madiun secara langsung
kepada PG. Rejo Agung Baru. Misalnya contoh di lapangan adalah ketika PG.
Rejo Agung Baru kekurangan bahan baku, sehingga pabrik gula tersebut mencari
pilahan lain untuk memenuhi target pasokan bahan baku. Jika Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Madiun melakukan control terhadap PG. Rejo Agung
Baru akan lebih efisien, sehingga pabrik gula tersebut mendapatkan masukan dan
bagaimana solusi untuk memecahkan masalah kurangnya bahan baku secara
bersama-sama. Namun, koordinasi antara Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Madiun dengan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesi (APTRI) lebih baik,
karena pemerintah sejauh ini hanya berkoordinasi kepada petani tebu terkait
sosialisasi, pembibitan, pupuk, dan lain sebainya.
196
Berbeda dengan minimnya peran Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Madiun, koordinasi PG. Rejo Agung Baru Madiun dengan Asosiasi Petani
Tebu Rakyat Indonesi (APTRI) sangat maksimal. Integrasi antar kedua
stakeholder tersebut dapat dilihat ketika bahan baku yang disetor memiliki
kualitas dibawah standar, maka APTRI berkewajiban memberikan informasi
kepada anggotanya bahwa bahan baku tebu yang dikirim tidak mampu mencapai
standar yang ditentukan. Koordinasi dari APTRI dan pabrik gula sangat intens,
sehingga intergrasi dari kedua belah pihak juga sampai saat ini terbilang baik.
b. Pengembangan SDM
Pengembangan sumber daya manusia dalam buku Hasibuan (2014)
mengatakan bahwa suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan jabatan
melalui pendidikan dan pelatihan. Berdasarkaan keadaan di lapangan, PG. Rejo
Agung Baru Madiun berupaya untuk meningkatkan kemampuan karyawannya
melalui pendidikan dan pelatihan. Dengan adanya pendidikan dan pelatihan,
setiap karyawan mampu meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang diperlukan
dalam pekerjaan yang sedang dijalankan dan difokuskan untuk jangka panjang.
Bahkan untuk menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas,
memerlukan perencanaan yang menitikberatkan pada faktor produksi manusia
dengan segala kegiatannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya
manusia yang ada di PG. Rejo Agung Baru Madiun merupakan investasi sebagai
peranan penting bagi perusahaan agar mampu menjadi industri yang terus
berkembang. Tingkat kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh motivasi
197
setiap karyawan. Setiap karyawan tidak hanya berbeda dalam kemampuan
melakukan sesuatu tetapi juga berbeda dalam motivasi mereka dalam melakukan
setiap tindakan. Motivasi orang bergantung pada kuat lemahnya motif yang ada
yang berarti suatu keadaan di dalam diri seseorang yang mendorong
mengaktifkan, menggerakkan dan menyalurkan perilaku kearah tujuan.
Motivasi dari setiap karyawan di PG. Rejo Agung Baru Madiun juga
berbeda-beda. Menurut Werther, William B. dan Devis, Keith (1989) motivasi
dapat ditentukan berdasarkan 2 (dua) faktor, yaitu faktor eksternal berupa
kelayakan upah gaji, kondisi kerja, dan sebagainya. Sedangkan motivasi internal
berasal dari kesesuaian dalam pekerjaan, ketertarikan pekerjaan dan tantangan apa
saja yang ada dalam pekerjaannya.
Setiap karyawan PG. Rejo Agung Baru Madiun akan termotivasi untuk
melakukan hal-hal tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa
tindakan mereka mengarah pada pencapaian yang ingin dicapai. Kuatnya sebuah
motivasi juga akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia PG. Rejo Agung
Baru Madiun untuk meningkatkan produktivitas kinerja sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai. Jadi, proses pengembangan sumber daya manusia
dalam konteks perusahaan sangatlah berpengaruh pada kinerja dan tingkat
produktivitas karyawan.
Menurut Hasibuan (2014) pengembangan karyawan yang mampu
meningkatkan produktivitas kinerja terbagi dalam 2 (dua) macam. Pertama,
pengembangan secara informal yaitu karyawan atas dasar keinginan dan usaha
sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku
198
literatur yang terkait dengan pekerjaan yang sedang dijalani. Kedua,
pengembangan secara formal yaitu karyawan ditugaskan perusahaan untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan, baik dilakukan perusahaan maupun yang
dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan. Dari kedua sistem
tersebut, karyawan PG. Rejo Agung Baru Madiun mayoritas melakukan
pengembangan secara formal yaitu pengembangan dengan cara pendidikan dan
pelatihan.
Berdasarkan data maupun kondisi yang ada di lapangan, PG. Rejo Agung
Baru Madiun setiap tahunnya mengirimkan karyawan untuk melakukan diklat
yang diadakan oleh lembaga maupun perusahaan sendiri. Pengembangan
kapasitas karyawan secara informal jarang dilakukan karena tidak adanya niatan
pada setiap karyawan untuk membaca literatur buku dan kegiatan untuk melatih
dan mengembangkan dirinya sendiri. Pengembangan kualitas sumber daya
manusia mayoritas berdasarkan pengembangan formal dengan pendidikan dan
pelatihan yang diadakan setiap tahunnya oleh PG. Rejo Agung Baru Madiun.
Jika dilihat pada kondisi sebenarnya, pengembangan kualitas sumber daya
manusia secara formal memang melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan
dalam suatu organisasi merupakan proses pengembangan kemampuan kearah
yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan. Sedangkan pelatihan
merupakan bagian dari proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan
kemampuan atau ketrampilan khusus seseorang atau sekelompok orang.
Pendidikan dan pelatihan juga dapat dipandang sebagai salah satu bentuk
investasi, karena itu setiap organisasi yang ingin berkembang, pendidikan dan
199
pelatihan bagi karyawan harus dijadikan sebuah perhatian. Pengembangan
kualitas sumber daya manusia berdasarkan teori dapat dibedakan seperti berikut
ini.
Tabel 54. Perbedaan Pengembangan Sumber Daya Manusia
No. Karakteristik Pendidikan Pelatihan
1. Pengembangan kemampuan Menyeluruh Spesifik
2. Area kemampuan
(penekanan) Kognitif, efektif Psikomotor
3. Jangka waktu pelaksanaan Panjang Pendek
4. Materi yang diberikan Lebih umum Lebih khusus
5. Penekanan penggunaan
metode belajar mengajar Konventional Inconventional
6. Penghargaan akhir Gelar Sertifikat
Sumber: Pengembangan Sumber Daya Manusia (Notoatmodjo, 2009)
Ada beberapa alasan mengapa pendidikan dan pelatihan dipandang
sebagai suatu bentuk investasi dalam perusahaan. Pertama, sumber daya manusia
atau karyawan yang menduduki suatu jabatan tertentu dalam organisasi, belum
tentu mempunyai kemampuan yang sesuai dengan persyaratan yang diperlukan
dalam jabatan tersebut. Kedua, seiring berjalannya kemajuan ilmu dan teknologi
akan mengubah organisasi dalam upaya penambahan ataupun peningkatan
kemampuan yang diperlukan oleh jabatan tersebut. Ketiga, adanya promosi dalam
organisasi menjadi keharusan apabila organisasi tersebut ingin berkembang dan
hal tersebut merupakan salah satu penghargaan bagi karyawan yang mendapatkan
promosi untuk lebih mampu meningkatkan kualitas dan kemampuannya sendiri.
Keempat, untuk mendapatkan efektivitas dan efisiensi kerja di masa
pembangunan, para karyawan diikutsertakan dalam sebuah pelatihan-pelatihan.
200
Pendidikan dan pelatihan juga tidak diperuntukkan bagi karyawan saja,
melainkan bagi perusahaan akan mendapatkan keuntungan. Semakin rutin
pendidikan dan pelatihan diadakan bagi karyawan, organisasi dapat meningkatkan
produktivitas kinerja karyawannya. Dengan meningkatnya produktivitas kinerja
karyawan, maka akan membawa keuntungan bagi organisasi dalam mencapai
target dan tujuan dari organisas tersebut. Oleh karena itu, pabrik gula Rejo Agung
Baru Madiun juga memberikan kesempatan bagi setiap karyawan untuk mengikuti
diklat dengan harapan bahwa nantinya setelah mengikuti diklat, tingkat motivasi,
pengetahuan, cara pandang karyawan lebih terarah dan mampu mencapai tujuan
organisasi dengan baik.
c. Kemampuan Penguasaan dan Pengembangan Teknologi
Teknologi merupakan suatu kesatuan material dan non material sebagai
sumber daya dalam mencapai nilai tertentu. Menurut Departemen Perdagangan
(2008), ada 3 (tiga) modal sumber utama dalam membangun ekonomi yang
meliputi kemampuan sumber daya manusia, teknologi dan hubungan sosial. Basis
teknologi lebih diarahkan untuk upaya kepemilikan kapasitas penguasaan
teknologi dan meningkatkan investasi dalam pembangunan industri. Peningkatan
pada teknologi industri menjadi sebuah perkembangan dan basis kekuatan utama
suatu industri.
Menurut Rosenberg dan Weight (dalam Wiratmo, 2003), menjelaskan
bahwa banyak yang meyakini arah pengembangan teknologi hampir pasti tidak
dapat ditentukan. Hal ini karena beberapa alasan: (1) Para penemu teknologi tidak
dapat meramalkan seberapa jauh perbaikan teknologi di masa depan; (2) Cakupan
201
aplikasi suatu penemuan teknologi baru tergantung pada perkembangan teknologi
pelengkap yang tidak dapat diprediksi; (3) Penggunaan penemuan teknologi
tersebut di masa depan merupakan bagian yang kompleks suatu sistem yang
saling tergantung yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Karena arah
pengembangan teknologi yang tidak dapat ditentukan, Gavin Wright (dalam
Wiratmo, 2003) menjelaskan bahwa aturan main dalam perubahan teknologi
adalah “bounded rationality”. Ketidakjelasan arah perubahan teknologi
menimbulkan resiko dan berkurangnya riset untuk menemukan teknologi yang
baru.
Dalam mewujudkan sebuah strategi revitalisasi terhadap pabrik gula selalu
berhubungan dengan perubahan struktur dan teknologi agar dalam jangka panjang
lebih diterima oleh lingkungannya. Pemerintah telah lama memberikan sejumlah
dukungan dan proteksi, tetapi sekedar menghilangkan rasa sakit sementara, dan
tidak menyembuhkan penyakit parah pada industri gula. Revitalisasi pabrik gula
milik BUMN dengan perbaikan kapasitas dan teknologi hampir semuanya
berjalan di tempat. Sama seperti kondisi di lapangan terkait dengan
pengembangan teknologi di PG. Rejo Agung Baru Madiun memang sangat tidak
dapat diprediksi. Pemanfaatan teknologi, terutama teknologi dalam sistem
produksi tidak dapat diramalkan kepastiannya.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka ada beberapa tahap yang harus
ditempuh dalam peningkatan kinerja terkait pengembangan teknologi PG. Rejo
Agung Baru Madiun yaitu teknologi yang diterapkan harus diaudit kembali dan
perbaikan teknologi melalui revitalisasi baik secara finansial dan ekonomis.
202
Bahkan PG. Rejo Agung Baru Madiun dapat bekerjasama dengan lembaga
penelitian untuk mengaplikasikan teknologi tepat guna yang relevan sehingga
efektif dalam meningkatkan produksi dan produktivitas gula.
Perlunya tahapan untuk melakukan pengembangan teknologi dan
meningkatkan sumber daya manusia untuk menguasai teknologi produksi yang
ada. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa karyawan mampu menjalankan
proses produksi dengan teknologi yang terdapat di PG. Rejo Agung Baru Madiun.
Jika setiap karyawan mampu menguasai teknologi pada industri, maka dapat
meminimalisir kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh karyawan.
Teknologi dalam suatu industri merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dan berhubungan terhadap sistem industri. Pada dasarnya
teknologi membantu industri dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi.
Tanpa adanya teknologi, maka agroindustri tidak bisa memproses dari tebu
menjadi gula yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat maupun gula yang
diproduksi untuk industri makanan.
Kemajuan dan teknik industri dapat meningkatkan kemampuan industri
yang bersangkutan untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang cukup
sehingga akhirnya dapat dijual dengan harga yang lebih bersaing. Bahkan jenis
peralatan yang dibutuhkan bagi setiap industri sangat beraneka ragam, sesuai
dengan bidang industri yang dijalankan. Mesin yang semakin canggih pada
umumnya menunjukkan produktivitas yang semakin tinggi. Sangat disayangkan
mesin membutuhkan keahlian yang semakin khusus untuk mengoperasikan
ataupun perawatan.
203
Tentunya untuk teknologi yang digunakan PG. Rejo Agung Baru Madiun
berjenis teknologi modern. Temuan di lapangan, teknologi/peralatan yang
digunakan pada PG. Rejo Agung Baru Madiun dibedakan menjadi 2 (dua) macam
yaitu teknologi untuk tenaga kerja biasa dan teknologi untuk tenaga kerja ahli.
Beberapa peralatan yang digunakan sudah diperbarui, mengingat permasalahan
pabrik gula BUMN di Indonesia telah berumur tua dan peralatan mesin perlu
diganti agar proses produksi meningkat sehingga produktivitas gula tinggi. Tidak
semua peralatan di PG. Rejo Agung Baru Madiun diganti, karena masih
mengalami kendala terkait mahalnya harga mesin produksi gula.
d. Proses Pengolahan dan Penjaminan Mutu Produk
Proses pengolahan gula merupakan proses yang dilakukan setelah pasca
panen. Pada tahap ini ada kontribusi yang diakibatkan faktor-faktor yang berasal
dari internal pabrik tehadap penurunan kualitas rendemen hingga 30%. Kondisi
ini disebabkan beberapa faktor salah satunya adalah pabrik gula yang ada di Jawa
memiliki fasilitas produksi yang terlampau tua sehingga inefisiensi tidak bisa
dihindarkan. Dari jumlah pabrik gula milik negara, hanya 36% yang memiliki
produktivitas gula di atas 7 ton/hektar. Sedangkan sisanya tidak mencapai
persyaratan efisiensi teknis dan ekonomis. Upaya untuk meningkatkan efisiensi
telah dilakukan dengan memperbaiki atau memperbarui peralatan, tetapi
terkendala oleh teknologi sehingga mempengaruhi efisiensi peroses pengolahan
(Krisnamurthi, 2012).
Berbeda dengan perusahaan ditangani dengan manajemen yang
profesional, dan proses produksi gula dikelola dengan orientasi bisnis secara
204
murni yang merupakan pabrik gula swasta besar yang ada di Indonesia. Pabrik
gula swasta beroperasi memanfaatkan lahan hak guna usaha (HGU) sehingga
perusahaan tidak berurusan dengan petani pemilik lahan. Pengelohan lahan
dilakukan secara maksimal, pabriknya baru dan tidak berumur tua. Sehingga
produktivitas sangat ideal dengan biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin
karena pabrik relatif baru berdiri (Krisnamurthi, 2012).
Penerapan pilihan proses untuk meningkatkan produksi gula di setiap
pabrik gula berbeda. Karena telah berkembangnya inovasi teknologi proses
pengolahan gula yang dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas gula yang
diproduksi. Dari semua inovasi yang ada, terdapat perbedaan biaya, kelebihan,
dan kekurangan sehingga perlu dipilih inovasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan yang tersedia. Berdasarkan kondisi di lapangan, PG. Rejo Agung
Baru Madiun melakukan inovasi dalam proses produksi, terutama melakukan
perubahan apa saja yang menjadi kebutuhan untuk produksi pabrik gula.
Sesuai dengan bagan di atas, proses pengolahan tebu menjadi gula di PG.
Rejo Agung Baru Madiun melalui beberapa tahapan hingga bisa sampai ke tangan
masyarakat. Selain itu, dibandingkan negara penghasil gula lainnya, Indonesia
termasuk yang terbelakang. Pabrik-pabrik gula yang ada di berbagai negara, selain
Indonesia lebih efisien daripada pabrik gula lokal. Negara Thailand sebagai
produsen gula sangat kompetitif di pasar gula internasional. Dari 45 pabrik gula
yang ada di Thailand, rata-rata kapasitas produksi mencapai 7.200 ton tebu sehari.
Sedangkan sebagian besar pabrik gula di Pulau Jawa hanya berskala produksi
1.000-3.000 ton tebu per sehari (Krisnamurthi, 2012).
205
Tidak hanya pada proses produksi, mutu produk ditentukan berdasarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk membuat Gula Kristal Putih yang
berkualitas. Tujuan adanya standar ini adalah untuk meningkatkan perlindungan
dan acuan bagi pelaku usaha, konsumen, dan masyarakat secara luas untuk
menghasilkan produk yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Bahkan gula
diklasifikasikan 2 (dua) kelas mutu, yaitu GKP 1 dan GKP 2. Berikut syarat mutu
gula berdasarkan Badan Standarisasi Nasional.
Tabel 55. Syarat Mutu Gula Kristal Putih (GKP)
No. Parameter Uji Satuan Persyaratan
GKP 1 GKP 2
1. Warna Kristal CT 4.0-7.5 7.6-10.0
2. Warna larutan (ICUMSA) IU 81-200 201-300
3. Besar jenis butir mm 0.8-1.2 0.8-1.2
4. Susut pengeringan (b/b) % Maks 0.1 Maks 0.1
5. Polarisasi (°Z, 20°C) °Z° Min 99.6 Min 99.5
6. Abu konduktiviti (b/b) % Maks 0.10 Maks 0.15
7. Belerang dioksida (SO2) mg/kg Maks 30 Maks 30
8. Cemaran Logam
• Timbal (Pb)
• Tembaga (Cu)
mg/kg
mg/kg
Maks 2
Maks 2
Maks 2
Maks 2
Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2010
Parameter uji yang menentukan kualitas produk ditetapkan oleh Badan
Standarisasi Nasional. Jika dibandingkan dengan standar dari SNI, mutu produk
yang diukur berdasarkan beberapa parameter uji, PG. Rejo Agung Baru Madiun
parameter polarisasi terlalu tinggi dibanding dengan ketentuan yang ada. Untuk
uji parameter lainnya PG. Rejo Agung Baru Madiun telah memenuhi kualifikasi
yang ditetapkan sehingga mutu produk tahun 2015 dan 2016 telah terjamin.
206
e. Pengembangan Sistem Logistik
Pihak perusahaan selain berusaha dalam meningkatkan pendapatan juga
mempertimbangkan sistem logistik terutama dalam saluran distribusi. Saluran
distribusi yang akan diterapkan pada suatu perusahaan adalah pendistribusian
yang paling efisien yang mampu menghasilkan pendapatan sebanyak-banyaknya
dengan pengeluaran biaya seminimal mungkin. Akan sangat diragukan jika
produk gula pasir menggunakan distribusi langsung. Sangat tepat jika industri
gula pasir menerapkan sistem pendistribusian secara tidak langsung yang
menggunakan beberapa perantara. Oleh karena itu, perusahaan di bidang
agroindustri akan memilih suatu saluran distribusi yang paling efisien dalam
memasarkan produknya.
Berdasarkan penjelasan di atas dan keadaan di lapangan, penerapan
saluran distribusi di PG. Rejo Agung Baru Madiun juga menggunakan saluran
distribusi tidak langsung. Jika ada yang menggunakan saluran distribusi langsung
akan memerlukan biaya yang besar untuk melakukan kebijakan saluran distribusi
tersebut. Berikut tahapan dari saluran distribusi yang terdiri dari beberapa
tingkatan agar suatu produk bisa sampai ke tangan masyarakat.
207
Gambar 38. Tingkat Saluran Distribusi
Sumber: Kotler, 2002
Menurut Kotler (2002), saluran terbagi dalam beberapa tingkatan yang
memiliki makna tersendiri. Saluran nol tingkat atau saluran langsung terdiri dari
seorang produsen yang langsung menjual ke pelanggan akhir. Selanjutnya saluran
1 tingkat sampai saluran 3 tingkat memiliki tingkatan yang harus dilalui sebelum
produk sampai ke masyarakat yang sebagai konsumen. Pada umumnya, PG. Rejo
Agung Baru Madiun memasarkan produk gula pasir sampai ke tangan masyarakat
(konsumen) menerapkan saluran distribusi tiga tingkat yang terdiri dari produsen,
pedagang besar, prmborong, pengecer, dan konsumen.
Praktik penjualan gula pasir di PG. Rejo Agung Baru Madiun dilakukan
oleh pihak kantor pusat PT. PG. Rajawali I. Dilakukan dengan proses lelang yang
diadakan di kantor pusat PT. PG. Rajawali I dan dihadiri oleh para peserta lelang
dari perusahaan yang akan membeli produk gula pasir. Pemenang lelang
berdasarkan harga penawaran tertinggi dari harga minimal yang telah ditentukan
oleh pihak PT. PG. Rajawali I. Sedangkan pihak PG. Rejo Agung hanya akan
208
mengeluarkan barang sesuai permintaan pemenang lelang saat menerima surat
perintah penerimaan barang dari PT. PG. Rajawali I.
Berkaitan dengan pemenang lelang yang memiliki peran sebagai pedagang
besar, dari hasil pembelian gula pasir oleh pedagang besar akan dijual kembali
kepada pemborong. Selain itu, alasan utama dari PT. PG. Rajawali I untuk
menjual produk gula pasir kepada pihak pedagang besar dikarenakan oleh faktor
likuiditas dimana PT. PG. Rajawali I memerlukan dana segar dalam waktu yang
cepat untuk mencukupi kebutuhan seluruh jajaran karyawan yang bekerja di PT.
PG. Rajawali I maupun PG. Rejo Agung Baru Madiun. Oleh karena itu, PT. PG.
Rajawali I melakukan suatu kebijakan untuk menjual produk gula pasir dengan
jumlah yang banyak kepada peserta lelang yang disebut sebagai distributor 1 atau
pedagang besar.
Distributor 2 atau dengan nama lainnya pemborong membeli produk gula
pasir dari distributor 1 untuk dijual kepada para pengecer. Pemborong pada
umumnya terdapat di pinggiran kota atau daerah-daerah sehingga lebih mudah
bagi pemborong untuk membeli produk gula pasir tanpa harus membeli ke kantor
pusat PT. PG. Rajawali I mengingat biaya yang dikeluarkan untuk transportasi
dan jarak lokasi yang belum diperhitungkan. Akan lebih mudah bagi pemborong
jika langsung membeli gula pada pedagang besar.
Pengecer akan menjual kembali produk gula pasir yang dibeli dari
pemborong yang akan dipasarkan secara langsung pada konsumen akhir setiap
kilogramnya. Pada umumnya pengecer melakukan pembelian produk gula dengan
209
jumlah yang tidak terlalu banyak, oleh karena itu pengecekan lebih mudah
melakukan pembelian gula pasir di pemborong terdekat.
Sistem logistik melalui saluran distribusi tidak langsung yang dilakukan
oleh PG. Rejo Agung Baru Madiun dirasa paling efisien. Karena pabrik gula tidak
lagi memikirkan proses pelelangan dan keluarnya barang yang nantinya untuk
pemenang lelang. Dengan sistem logistik yang efisien inilah akan membuat pabrik
gula lebih bisa fokus kepada apa yang ingin dicapai, yaitu memproduksi gula
dengan tingkat produktivitas yang tinggi.
f. Pengembangan Sarana dan Prasarana
Selain melihat aspek pengembangan sarana dan prasarana industri,
keberadaan pabrik gula juga harus ditinjau kembali sebelum mengembangkan
sarana dan prasarana. Berdirinya pabrik gula Rejo Agung Baru merupakan salah
satu industri dengan jenis atau klasifikasi Kawasan Peruntukan Industri (KPI).
Kawasan Peruntukan Industri (KPI) merupakan bentangan lahan yang
diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan RTRW yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berikut beberapa ketentuan
bagi Kawasan Peruntukan Industri (KPI).
Tabel 56. Kriteria Penetapan Kawasan Peruntukan Industri
No. Ketentuan Umum Ketentuan Teknis
1. Jenis industri yang dikembangkan
harus memiliki hubungan
keterkaitan yang kuat dengan
karakteristik lokasi setempat.
Harus memperhatikan kelestarian
lingkungan
2. Harus memiliki kajian Amdal yang
diijinkan beroperasi di kawasan
tersebut
Harus dilengkapai dengan unit
pengolahan limbah
210
No. Ketentuan Umum Ketentuan Teknis
3. Dalam kawasan peruntukan industri
dapat dibentuk suatu perusahaan
kawasan industri yang mengelola
kawasan industri
Harus memperhatikan suplai air
bersih
4. Lahan area cukup luas Jenis industri yang dikembangkan
adalah industri ramah lingkungan
dan memenuhi kriteria ambang
limbah yang ditetapkan KLH
5. Geologi dapat menunjang
konstruksi bangunan
Pengelolaan limbah untuk industri
yang berkumpul di lokasi berdekatan
sebaiknya dikelola secara terpadu
6. Tidak berada di daerah rawan
bencana longsor
Pembatasan pembangunan
perumahan baru di kawasa
peruntukan industri
7. Berada pada tanah marginal untuk
pertanian
Harus memenuhi syarat AMDAL
sesuai dengan ketentuan peraturan
dan perundang-undangan yang
berlaku
8. Hidrologi bebas genangan dan
drainase baik sampai sedang
Memperhatikan penataan kawasan
perumahan di sekitar kawasan
industri
9. Karakteristik tanah bertekstur
sedang sampai kasar
Pembangunan kawasan industri
minimal berjarak 2 km dari
permukiman dan berjarak 10 km dari
pusat kota
10. Karakteristik lokasi dan kesesuaian
lahan kawasan peruntukan industri
yang berorientasi bahan baku
Kawasan industri minimal berjarak
±5 km dari sungai tipe C dan D
11. Dapat dikembangkan kegiatan
industri dengan perbaikan kontur
Penggunaan lahan pada kawasan
industri terdiri dari penggunaan
kaveling industri, jalan, saluran,
RTH, dan fasilitas penunjang
12. Peruntukan lahan bukan untuk
pertanian, permukiman dan
konservasi
Harus menyediakan fasilitas fisik
dan pelayanan umum
Sumber: Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan, 2008
Kriteria penetapan kawasan peruntukan industri sebagai arahan dalam
pengembangan sarana dan prasarana industri yang dimuat oleh Direktorat
Jenderal Penataan Ruang. Dari penetapan tersebut, jika dilihat dengan keadaan
yang sesungguhnya maka ada beberapa kriteria yang tidak sesuai. Misalnya saja
211
pada pembangunan kawasan peruntukan industri minimal harus 2 km dari
permukiman. Sedangkan lokasi PG. Rejo Agung Baru Madiun dengan
permukiman penduduk kurang dari 1 km dan lokasi pabrik dengan pusat kota
yang seharusnya minimal 10 km, namun lokasinya berjarak ≤10 km dari pusat
kota. Selebihnya, kriteria peruntukan kawasan industri sesuai dengan keberadaan
dari PG. Rejo Agung Baru Madiun.
Setelah ketentuan yang diberikan dalam penetapan kawasan peruntukan
industri, pengembangan sarana dan prasarana baru bisa dilakukan pembangunan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri, sarana adalah segala sesuatu yang
dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses. Dalam rangka mewujudkan pembangunan industri
nasional yang berdaya saing, perlu didukung melalui penyediaan sarana dan
prasarana industri yang memadai baik bersifat fisik maupun non fisik. Upaya
untuk menyelenggarakan standarisasi industri melalui perencanaan, penerapan,
pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan sebagimana yang diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang berguna untuk
meningkatkan daya saing industri nasional dan menjamin mutu hasil industri
sehingga mampu menciptakan persaingan usaha yang sehat dan adil dan didukung
oleh penyediaan maupun pembangunan sarana prasarana industri.
Dalam konteks persaingan global, dimana pembangunan industri dalam
negeri harus dipercepat, peran pengembangan sarana dan prasarana industri
212
menjadi semakin krusial. Untuk mendukung peran pengembangan sarana dan
prasarana industri tersebut, dibutuhkan campur tangan Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah yang salah satu bentuknya adalah pemberian akses
kemudahan usaha industri. Dalam praktiknya, kemudahan-kemudahan tersebut
seringkali teridentifikasi sebagai Fasilitas Nonfiskal. Sebagai contoh dari fasilitas
nonfiskal adalah keamanan, lokasi, pelayanan dan infrastruktur.
Setelah mengetahui kondisi di lapangan, dapat disampaikan bahwa PG.
Rejo Agung Baru Madiun kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah meliputi
fasilitas energi atau kelistrikan, telekomunikasi, jaringan sumber daya air, jaringan
transportasi dan jalan. Dari beberapa fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah
merupakan pemberian bagi PG. Rejo Agung Baru untuk lebih mudah dalam
melakukan usaha industri dan mendukung agar industri tersebut mampu berdaya
saing secara adil dengan pabrik gula lainnya. Karena kebijakan dalam
pembangunan industri diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi
dunia serta mampu mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat sehingga
fokus dari strategi sebuah industri ditujukan untuk membangun daya saing
industri yang berkelanjutan dalam negeri maupun luar negeri.
Pengembangan sarana dan prasarana merupakan suatu kebutuhan dan
bagian dari pengembangan organisasi bagi PG. Rejo Agung Baru Madiun. Karena
menurut Pareek (1984), pengembangan organisasi adalah suatu usaha yang
direncanakan, yaitu dimulai oleh para ahli proses untuk membantu sebuah
organisasi mengembangkan ketrampilan diagnostiknya, kemampuan
penguasaannya, strategi hubungannya dalam bentuk sistem-sistem sementara atau
213
setengah tetap, dan persamaan budaya. Selanjutnya, dapat membantu organisasi
dalam mengembangkan ketrampilan dan kemampuan strategi dari usaha
pengembangan yang merupakan salah satu faktor dengan peran yang penting
memiliki maksud untuk meningkatkan produktivitas industri.
g. Peningkatan Investasi dan Kerjasama Industri
Peranan dan kontribusi investasi sangat diharapkan untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan, meningkatkan pendapatan
pemerintah dan menciptakan lapangan kerja. Selain itu, investasi juga diharapkan
dapat memperluas peranannya di dalam kerangka kerja kebijakan pembangunan
negara dengan mempertimbangkan stabilitas makro ekonomi, keseimbangan
ekonomi antar daerah, antar sektor dan antar kelompok-kelompok sosial, selagi
melengkapi peranan proyek-proyek domestik dan memenuhi persyaratan
pelaksanaannya dengan baik. Faktor penting bagi perbaikan iklim investasi dalam
negeri adalah kenyataan bahwa “negara ini telah gagal dalam mengembangkan
infrastruktur institusional untuk menarik investasi asing karena memiliki
kepercayaan yang terlalu besar pada potensi pasar dan sumber daya alamnya yang
berlimpah” sebagaimana yang dikritik oleh berbagai pihak. Berdasarkan Peraturan
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 64/M-IND/PER/7/2016 tentang
Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Investasi untuk Klasifikasi Usaha Industri,
besaran jumlah tenaga kerja dan nilai investasi untuk klasifikasi usaha industri
adalah sebagai berikut.
214
Tabel 57. Klasifikasi Usaha Industri (dalam 000 rupiah)
Nilai Investasi
Tenaga Kerja
< Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 – Rp
15.000.000 > Rp 15.000.000
1-19 orang
Industri Kecil
(tidak termasuk
tanah dan
bangunan tempat
usaha)
Industri Menengah Industri
Menengah
≥ 20 orang Industri
Menengah Industri Menengah Industri Besar
Sumber: Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 64/M-IND
/PER/7/2016
Sesuai klasifikasi di atas, PG. Rejo Agung Baru salah satu industri besar
yang bergerak di bidang agropolitan. Sesuai data yang tersaji pada bagian
penyajian data, pada tahun 2013 investasi mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya bahkan bisa dikatakan nilai investasi di tahun 2013 paling sedikit
diantara tahun 2012 sampai 2015. Penurunan investasi pada tahun 2013
merupakan penurunan paling signifikan karena nilai investasi jauh dibawah rata-
rata tahun 2012-2015.
Investasi juga bisa dalam bentuk peralatan pabrik yang merupakan alat
paling diprioritaskan. Investasi peralatan pabrik ditujukan pada peralatan yang
berkaitan dan berpengaruh besar terhadap ekstraksi gilingan, efisiensi proses dan
peningkatan kualitas gula. Selain itu, peralatan yang berkaitan dan berpengaruh
besar terhadap pencapaian penilaian proper lingkungan hidup perlu ditingkatkan
melaui investasi peralatan. Sebenarnya investasi pengembangan diprioritaskan
untuk mendukung peningkatan usaha yang dapat memberikan nilai tambah
dengan mempertimbangkan kemampuan pendanaan.
215
Perkembangan dan pembangunan industri merupakan bagian yang penting
dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tidak luput dari perhatian, bahwa
sektor industri memiliki kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik
Regional Bruto. Investasi pun dibedakan berdasarkan sumber modalnya yaitu
PMDN dan PMA. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
suatu daerah baik langsung maupun tidak langsung melalui multiplier effect.
Teori ekonomi mengartikan investasi sebagai pengeluaran untuk membeli
barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk
mengganti dan terutama menambah barang modal dalam perekonomian yang akan
digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan. Bahkan
pengertian investasi lebih spesifik disampaikan oleh Boediono (1982) adalah
pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk
menambah stok yang digunakan untuk perluasan pabrik. Sama halnya dengan
pabrik gula Rejo Agung Baru Madiun, hasil investasi digunakan untuk membeli
peralatan mesin maupun barang-barang yang mampu memberikan dampak bagi
pabrik gula dalam rangka pengembangan industri.
Beralih dari investasi, pengembangan industri bisa dilakukan melalui
kerjasama antar industri lain maupun antar stakeholder lainnya. Pada dasarnya
manusia tidak dapat hidup dapat bantuan orang lain. Dalam menjalani
kehidupannya manusia akan dihadapkan pada suatu dilema sosial. Pihak yang
bekerjasama memberikan kontribusi kepada pihak yang lain dan demikian juga
sebaliknya, lebih bersifat komplementer. Kontribusi ini menjadi suatu syarat agar
216
terjadi sebuah kerjasama, karena terjadi proses pertukaran nilai antara masing-
masing pihak.
Berdasarkan kondisi di lapangan, PG. Rejo Agung Baru Madiun menjalin
kerjasama dengan berbagai stakeholder, misalnya dengan lembaga pendidikan
dan pelatihan yaitu Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta dan Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Kerjasama dengan industri lain
diantaranya adalah dengan PT. INKA yang berderak di bidang kereta api untuk
membuat dan menyempurnakan lori dari pos timbangan sebelum produksi
pengolahan. Sedangkan untuk kerjasama dengan instansi pemerintah pusat adalah
dengan Kementrian BUMN, Kementrian Pertanian, dan dalam lingkup regional
terdapat Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Madiun, tentunya kerjasama
yang paling sering dilakukan dengan para petani tebu yang termasuk dalam
kelompok APTRI. Kepercayaan diri masing-masing pihak yang melakukan
kerjasama merupakan suatu hal yang sangat penting karena akan diketahui sejauh
mana masing-masing pihak dapat memberikan nilai yang diharapkan dari
hubungan kerjasama tersebut.
2. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pengembangan
PG. Rejo Agung Baru dalam Meningkatkan Produktivitas Gula
Nasional Melalui Perspektif Good Corporate Governance
Industri pergulaan nasional saat ini menghadapi permasalahan yang
kompleks. Indonesia pernah menjadi negara pengekspor gula terbesar kedua dunia
pada tahun 1930 hingga terjadi penurunan secara terus-menerus dan berubah
217
menjadi negara importir terbesar pertama di Asia dan terbesar kedua dunia setelah
Rusia (Nainggolan, 2007). Masalah pokok dalam pergulaan nasional adalah
rendahnya produksi akibat rendahnya produktivitas dan efisiensi industri gula
nasional secara keseluruhan dimulai dari on farm maupun off farm. Semakin
menurunnya luas areal dan produktivitas tebu yang dihasilkan petani serta
rendahnya produktivitas pabrik gula serta manajemen pabrik gula yang tidak
efisien, adalah pemicu rendahnya produksi gula nasional. Menurunnya produksi
gula nasional bukan hanya disebabkan masalah on farm dan off farm, tetapi juga
sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar global yang tidak adil, yang mengakibatkan
tidak adanya insentif untuk berproduktif.
Rendahnya harga dunia akibat dari surplus pasokan serta distorsi
kebijakan dari negara-negara eksportir, telah menarik pelaku usaha di dalam
negeri untuk lebih memilih gula impor dibanding dengan gula produksi domestik.
Harga gula dunia yang murah memang menciptakan permasalah yang kompleks,
karena dengan membanjirnya gula impor yang murah menyebabkan industri gula
domestik menjadi semakin tidak berdaya menghadapi gula impor. Ketergantungan
pada impor semakin menurunkan pertumbuhan industri gula di dalam negeri, juga
merupakaan salah satu ancaman terhadap kemandirian pangan Indonesia.
Kemandirian pangan mensyaratkan agar pemenuhan kebutuhan pangan pokok
semaksimal mungkin dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
Untuk itu, dibutuhkan sebuah perencanaan yang mampu mengelola
kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi di masa yang akan datang.
Sehingga, dengan adanya strategi mampu digunakan sebagai petunjuk oleh
218
organisasi dalam jangka beberapa tahun kedepan. Bahkan perencanaan strategis
merupakan langkah awal dalam proses pengembangan kesepakatan awal tentang
seluruh upaya perencanaan strategis dan langkah utama dari sebuah perencanaan
(Bryson, 2005).
Kondisi-kondisi yang telah diuraikan di atas dapat dianggap sebagai isu
strategis yang dapat dijadikan bahan tinjauan oleh beberapa pihak. Isu strategis
merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam
perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi entitas
(daerah/masyarakat) di masa yang akan datang. Isu strategis juga diartikan
sebagai suatu kondisi yang apabila tidak diantisipasi dapat menimbulkan kerugian
yang besar atau dapat menghilangkan peluang yang ada apabila tidak
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Menurut Bryson (2005), mengidentifikasi isu
strategis merupakan salah satu langkah yang paling diperhatikan bagi peserta
dalam perencanaan strategis. Hampir setiap isu strategis melibatkan konflik: apa
yang akan dilakukan, mengapa hal itu akan dilakukan, siapa yang akan
melakukannya, dan siapa yang akan diuntungkan atau dirugikan olehnya.
Beberapa permasalahan yang menjadi isu strategis, kemudian dijadikan
sebagai formula untuk menilai lingkungan internal dan eksternal. Faktor
lingkungan internal adalah semua faktor yang dalam waktu singkat bisa diadakan
perubahan atau dikelola (manageable, controllable) di PG. Rejo Agung Baru
Madiun yang termasuk di dalam lingkungan internal mencakup kekuatan dan
kelemahan. Sedangkan lingkungan eksternal merupakan faktor-faktor yang dalam
219
waktu singkat tidak dapat dikelola dan dikendalikan, yang meliputi peluang dan
ancaman.
a. Faktor Internal
Lingkungan internal adalah faktor yang berasal dari dalam organisasi yang
terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Kekuatan adalah potensi dan sumber daya
yang dimiliki oleh suatu organisasi termasuk didalamnya ketrampilan dan
keunggulan relatif terhadap pesaing dan klien yang ingin dilayani organisasi.
Sedangkan kelemahan adalah keterbatasan sumber daya, potensi, dan kapabilitas
organissi yang dapat menghambat perkembangan organisasi. Menurut Bryson
(2005), dalam mengenali kekuatan dan kelemahan internal organisasi maka harus
dapat memantau sumberdaya (inputs), strategi sekarang (process) dan kinerja
(outputs).
Berdasarkan hasil temuan penulis di lapangan, yang menjadi kekuatan
dalam pengembangan PG. Rejo Agung Baru Madiun yaitu: (1) Budaya organisasi
yang disiplin dan kondusif di PG. Rejo Agung; (2) Penggunaan sistem distribusi
produk gula yang tidak langsung ke masyarakat; dan (3) Kapasitas mesin yang
dimiliki PG. Rejo Agung Baru dengan jumlah kapasitas 6.000 TCD. Sedangkan
kelemahan yang dimiliki PG. Rejo Agung Baru Madiun adalah: (1) Masih
rendahnya kualitas SDM di PG. Rejo Agung Baru dilihat berdasarkan tingkat
pendidikannya; (2) Akses dan persaingan dalam mendapatkan bahan baku; dan (3)
Varietas tanaman tebu yang dikembangkan kurang variatif untuk diterapkan
dalam topologi maupun di berbagai kondisi.
220
Perencanaan strategis merupakan pengambilan keputusan terhadap
alternatif yang dirasa paling efektif untuk memformulasikan rencana di masa yang
akan datang dengan melihat kondisi sekarang. Oleh karena itu, dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan berdasarkan lingkungan internal, dapat
dijadikan acuan sebagai bahan pertimbangan strategi untuk pengembangan
industri gula terutama untuk PG. Rejo Agung Baru Madiun. Perlunya menentukan
langkah-langkah strategis apa yang akan digunakan untuk mengoptimalkan
kekuatan dan meminimalisir kelemahan organisasi dalam mewujudkan strategi
yang tepat untuk pengembangan pabrik gula yang ada di Kota Madiun. Hal ini
sejalan dengan pendapat Bryson yang mngatakan bahwa dalam mengenali
kekuatan dan kelemahan internal suatu organisasi, maka organisasi harus dapat
memantau sumberdaya (inputs), strategis sekarang (process) dan kinerja (outputs).
Didukung dengan pendapat Sjafrizal (2014) mengatakan bahwa perencanaan
pembangunan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan pembangunan secara
tepat, terarah, dan efisien sesuai dengan kondisi negara atau daerah yang
bersangkutan.
b. Faktor Eksternal
Menurut Bryson (2005) Tim perencanaan harus mengeksplorasi
lingkungan yang ada di luar organisasi untuk mengidentifikasi apa saja peluang
dan ancaman yang dihadapi organisasi. Pada dasarnya, faktor eksternal
merupakan faktor yang tidak berada di bawah kendali organisasi. Faktor eksternal
biasanya berupa peluang dan ancaman yang tujuan utama penggunaan
perencanaan strategis adalah untuk menyiagakan suatu organisasi terhadap
221
berbagai ancaman dan peluang eksternal yang mungkin membutuhkan tanggapan
di masa mendatang yang tidak dapat diduga (Bryson, 2005). Peluang dan
ancaman mengacu pada ekonomi, sosial, budaya, demografi lingkungan,
pemerintahan, hukum serta tren kompetisi dan kejadian yang secara signifikan
dapat membahayakan organisasi di masa depan.
Berdasarkan hasil temuan penulis di lapangan, yang menjadi peluang
dalam pengembangan PG. Rejo Agung Baru Madiun yaitu: (1) Sektor industri
mendominasi di Provinsi Jawa Timur; (2) Kota Madiun sebagai salah satu
kawasan agropolitan berdasarkan RTRW Provinsi; (3) Kebijakan wilayah terkait
pengaturan RTRW dan regulasi untuk mempertahankan lahan pertanian; (4)
Dukungan dari masyarakat setempat; (5) Ketersediaan sarana dan prasarana; (6)
Hubungan baik yang terjalin antara PG. Rejo Agung Baru dengan para petani; (7)
Pendidikan dan pelatihan yang ditujukan untuk karyawan; dan (8) Pemanfaatan
energi untuk efisiensi produktivitas. Adapun ancaman yang dihadapi PG. Rejo
Agung Baru Madiun adalah: (1) Teknologi dan peralatan mesin yang dipakai oleh
PG. Rejo Agung Baru Madiun telah berumur tua; (2) Kondisi iklim cuaca yang
tidak dapat diprediksi; (3) Persaingan yang ketat antar pabrik gula di Jawa Timur
terutama di wilayah Karesidenan Madiun; (4) Minimnya peran dari stakeholder
terutama Pemerintah Daerah; dan (5) Kebijakan pemerintah mengenai impor gula
di negeri sendiri.
Menurut Bryson (2005), strategi didefinisikan sebagai pola tujuan,
kebijakan, program, dan alokasi sumber daya yang menegaskan bagaimana
organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, mengapa organisasi harus
222
mengerjakan hal tersebut. Strategi dapat dibedakan karena tingkat, fungsi dan
kerangka waktu. Pada tahapan merumuskan strategi atau mengelola isu dapat
diketahui dengan matrik analisis SWOT yaitu berupa perumusan strategi
pengembangan PG. Rejo Agung Baru Madiun untuk meningkatkan produktivitas
gula nasional. Analisis SWOT merupakan suatu metode yang efektif yang dapat
digunakan dalam suatu organisasi dalam mengidentifikasi lingkungan internal dan
eksternal untuk menciptakan visi mencapai strategi pembangunan.
Tujuan dari analaisis SWOT adalah untuk mengevaluasi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang terlibat dalam sebuah proyek atau dalam
situasi lain dari sebuah organisasi yang memerlukan keputusan dalam mencapai
tujuan. Berdasarkan pernyataan Rangkuti (2002) mengatakan bahwa analisis
SWOT adalah identifikasi faktor-faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan, peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Analisis SWOT yang merupakan hasil olahan dari penulis diharapkan
nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dan
merumuskan strategi sehingga pembangunan PG. Rejo Agung Baru melalui
pengembangan industri dapat dilakukan secara optimal. Adapun matrik analisis
SWOT yang telah diolah penulis agar menghasilkan strategi, dapat dilihat di
bawah ini.
223
Tabel 58. Matriks Analisis SWOT
INT.
Strenght (S) Weakness (W)
• Budaya organisasi yang disiplin dan
kondusif di PG. Rejo Agung
• Penggunaan sistem distribusi produk
gula yang tidak langsung ke
masyarakat
• Kapasitas mesin yang dimiliki PG.
Rejo Agung Baru dengan jumlah
kapasitas 6.000 TCD
• Masih rendahnya kualitas SDM di
PG. Rejo Agung Baru
• Akses dan persaingan dalam
mendapatkan bahan baku
• Varietas tanaman tebu yang
dikembangkan kurang variatif
EKS. Opportunity (O) SO WO
• Sektor industri mendominasi di
Provinsi Jawa Timur
• Kota Madiun sebagai salah satu
kawasan agropolitan
• Kebijakan wilayah yang sudah
ditentukan melalui RTRW
• Dukungan dari masyarakat setempat
• Ketersediaan sarana dan prasarana
yang menunjang
• Hubungan baik yang terjalin antara
PG. Rejo Agung Baru dengan para
petani
• Adanya pendidikan dan pelatihan bagi
pegawai
• Agar budaya organisasi semakin kuat,
akan lebih mudah dalam melakukan
pengembangan SDM dengan cara
pelaksanaan program pendidikan dan
pelatihan
• Untuk meningkatkan produktivitas
dilihat dari sisi off farm/ besarnya
kapasitas mesin dapat mendukung
peran provinsi dalam mendominasi
sektor industri di Jatim
• Adanya sistem distribusi tidak
langsung membuat PG. Rejo Agung
Baru lebih fokus dan mampu
mendukung dan mempertahankan
• Agar produktivitas kinerja karyawan
semakin meningkat, maka dapat
dikembangkan dan diberi fasilitas
yang mampu membuat nyaman para
karyawan melalui penyediaan sarana
dan prasarana yang baik
• Agar dapat meningkatkan kualitas
SDM yang masih rendah, maka
dapat dioptimalkan diklat yang
dilaksanakan oleh pihak eksternal
yaitu lembaga pendidikan di
Indonesia maupun dari pihak
internal
• Sebagai salah satu kota yang dapat
224
Opportunity (O) SO WO
• Pemanfaatan dan penggunaan energi
terbarukan
Kota Madiun sebagai kawasan
agropolitan
• Adanya pabrik gula Rejo Agung Baru
akan mempengaruhi pandangan
masyarakat sekitar untuk tidak
memandang buruk keberadaan suatu
industri. Hal tersebut disebabkan
karena perekonomian masyarakat
sekitar turut meningkat
• Dengan perkembangan zaman yang
semakin maju dapat dikembangkan
teknologi di bidang energi yang
mampu menghemat energi agar biaya
produksi tidak terlalu besar, sehingga
produktivitas pabrik mampu mengolah
gula secara efektif
dijadikan sebagai kawasan
agropolitan dengan memanfaatkan
SDM yang tersedia, sehingga
varietas yang dikembangkan harus
lebih bervariasi
• Agar hubungan dengan petani
semakin erat, maka pabrik gula Rejo
Agung harus memberikan
sumbangsih atau peran dalam hal
penelitian dan pengembangan
varietas tebu supaya para petani tebu
mampu memberikan kualitas yang
terbaik sehingga mampu
meningkatkan produktivitas gula
Threats (T) ST WT
• Teknologi dan peralatan mesin yang
dipaki terlalu berumur tua
• Tidak menentunya kondisi iklim yang
mampu berpengaruh pada bahan baku
• Banyaknya pabrik gula di wilayah
Madiun
• Kurang sinergitas antar stakeholder
• Kebijakan Pemerintah dinilai tidak
menguntungkan bagi industri gula
• Kapasitas mesin yang besar yang
dimiliki PG. Rejo Agung akan
meningkatkan produktivitas gula
sehingga mengurangi ketidakefektivan
dari penggunaan peralatan mesin yang
sudah tua
• Dengan kapasitas mesin yang besar
6000 TCD agar dapat merubah
kebijakan yang tidak menguntungkan
baik kebijakan impor gula maupun
• Jika varietas yang dikembangkan
bervariasi dan sesuai dengan
keadaan maka akan mampu bertahan
pada kondisi iklim yang tidak
menentu
• Peran antar stakeholder yang
sinergis baik dari intervensi
langsung dan tidak langsung akan
berpengaruh pada pengembangan
industri
225
kebijakan lain agar produktivitas gula
nasional dapat terwujud sehingga
Indonesia sukses dalam pembangunan
ketahanan pangan dan menuju pada
negara yang mendiri atas komoditas
pangannya sendiri
• Agar dapat bersaing antar pabrik gula
di Prov Jatim maupun di wilayah
madiun, maka dapat dioptimalkan
sistem logistik dengan alur distribusi
tidak langsung
• Dengan kapasitas mesin yang besar,
dapat menghadapi persaingan antar
pabrik gula di Madiun. Karena
besarnya kapasitas menjadi faktor
penentu produktivitas gula di PG. Rejo
Agung Baru Madiun
Sumber: Olahan Penulis
226
Sebagai yang terlihat pada tabel matriks analisis SWOT, terdapat 4
kelompok strategi berdasarkan analisis SWOT yang masing-masing kelompok
berisikan strategi-strategi. Pertama adalah strategi SO yaitu strategi yang
menggunakan kekuatan untuk meraih peluang. Dalam strategi yang pertama ini
mencakup: (1) Agar budaya organisasi semakin kuat, akan lebih mudah dalam
melakukan pengembangan SDM dengan cara pelaksanaan program pendidikan
dan pelatihan; (2) Untuk meningkatkan produktivitas dilihat dari sisi off farm/
besarnya kapasitas mesin dapat mendukung peran provinsi dalam mendominasi
sektor industri di Jatim; (3) Adanya sistem distribusi tidak langsung membuat PG.
Rejo Agung Baru lebih fokus dan mampu mendukung dan mempertahankan Kota
Madiun sebagai kawasan agropolitan; (4) Adanya pabrik gula Rejo Agung Baru
akan mempengaruhi pandangan masyarakat sekitar untuk tidak memandang buruk
keberadaan suatu industri. Hal tersebut disebabkan karena perekonomian
masyarakat sekitar turut meningkat; dan (5) Dengan perkembangan zaman yang
semakin maju dapat dikembangkan teknologi di bidang energi yang mampu
menghemat energi agar biaya produksi tidak terlalu besar, sehingga produktivitas
pabrik mampu mengolah gula secara efektif.
Kedua adalah strategi WO yaitu strategi yang menekan kelemahan untuk
meraih peluang. Dalam strategi yang kedua ini mencakup: (1) Agar produktivitas
kinerja karyawan semakin meningkat, maka dapat dikembangkan dan diberi
fasilitasi yang mampu membuat nyaman para karyawan melalui penyediaan
sarana dan prasarana yang baik; (2) Agar dapat meningkatkan kualitas SDM yang
masih rendah, maka dapat dioptimalkan diklat yang dilaksanakan oleh pihak
227
eksternal yaitu lembaga pendidikan di Indonesia maupun dari pihak internal; (3)
Sebagai salah satu kota yang dapat dijadikan sebagai kawasan agropolitan dengan
memanfaatkan SDM yang tersedia, sehingga varietas yang dikembangkan harus
lebih bervariasi; dan (4) Agar hubungan dengan petani semakin erat, maka pabrik
gula Rejo Agung harus memberikan sumbangsih atau peran dalam hal penelitian
dan pengembangan varietas tebu supaya para petani tebu mampu memberikan
kualitas yang terbaik sehingga mampu meningkatkan produktivitas gula.
Ketiga, adalah strategi ST yaitu strategi yang menggunakan kekuatan
untuk menghadapi atau menaklukkan tantangan atau ancaman. Dalam strategi
tersebut mencakup: (1) Kapasitas mesin yang besar yang dimiliki PG. Rejo Agung
akan meningkatkan produktivitas gula sehingga mengurangi ketidakefektivan dari
penggunaan peralatan mesin yang sudah tua; (2) Dengan kapasitas mesin yang
besar 6000 TCD agar dapat merubah kebijakan yang tidak menguntungkan baik
kebijakan impor gula maupun kebijakan lain agar produktivitas gula nasional
dapat terwujud sehingga Indonesia sukses dalam pembangunan ketahanan pangan
dan menuju pada negara yang mendiri atas komoditas pangannya sendiri; (3) Agar
dapat bersaing antar pabrik gula di Prov Jatim maupun di wilayah Madiun, maka
dapat dioptimalkan sistem logistik dengan alur distribusi tidak langsung; dan (4)
Dengan kapasitas mesin yang besar, dapat menghadapi persaingan antar pabrik
gula di madiun. Karena besarnya kapasitas menjadi faktor penentu produktivitas
gula di PG. Rejo Agung Baru Madiun.
Keempat strategi WT yaitu strategi menekan kelemahan untuk mengatasi
tantangan. Dalam strategi ini mencakup: (1) Jika varietas yang dikembangkan
228
bervariasi dan sesuai dengan keadaan maka akan mampu bertahan pada kondisi
iklim yang tidak menentu; dan (2) Peran antar stakeholder yang sinergis baik dari
intervensi langsung dan tidak langsung akan berpengaruh pada pengembangan
industri.
Bahkan good corporate governanace merupakan praktik terbaik yang
biasa dilakukan oleh suatu perusahaan yang berhasil mengacu pada alat,
mekanisme, dan struktur yang menyediakan kontrol dan akuntabilitas yang dapat
meningkatkan kinerja perusahaan. Perusahaan dengan praktik GCG yang baik
akan dapat meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham karena visi, misi
dan strategi perusahaan dinyatakan dengan jelas, nilai-nilai perusahaan serta kode
etik yang disusun untuk memastikan adanya kepatuhan seluruh jajaran
perusahaan. Terdapat kebijakan untuk menghindari benturan kepentingan,
pengelolaan perusahaan dengan baik, dan sistem pengendalian dan monitoring
yang baik.
Untuk melihat strategi manakah yang menjadi prioritas dalam
pengembangan pabrik gula Rejo Agung Baru agar produktivitas meningkat
sehingga memiliki kontribusi terhadap gula nasional yang dilihat dari kacamata
Good Corporate Governance, maka berikut skala dari Guttman untuk menentukan
strategi prioritas yang dapat dijadikan sebagai pedoman.
229
Tabel 59. Kriteria Good Corporate Governance
Strategi Keterbu
kaan
Akunta
bilitas
Responsi
bilitas
Indepen
densi
Keseta
raan Skor
Strategi SO
• Agar budaya organisasi semakin kuat, akan lebih mudah dalam
melakukan pengembangan SDM dengan cara pelaksanaan
program pendidikan dan pelatihan
- √ √ - - 2
• Untuk meningkatkan produktivitas dilihat dari sisi off farm/
besarnya kapasitas mesin dapat mendukung peran provinsi
dalam mendominasi sektor industri di Jatim
- - √ √ √ 3
• Adanya sistem distribusi tidak langsung membuat PG. Rejo
Agung Baru lebih fokus dan mampu mendukung dan memberi
sumbangsih kepada Kota Madiun
- √ √ - √ 3
• Adanya pabrik gula Rejo Agung Baru akan mempengaruhi
pandangan masyarakat sekitar untuk tidak memandang buruk
keberadaan suatu industri. Hal tersebut disebabkan karena
perekonomian masyarakat sekitar turut meningkat
- √ √ - √ 3
• Dengan perkembangan zaman yang semakin maju dapat
dikembangkan teknologi dibidang energi yang mampu
menghemat energi agar biaya produksi tidak terlalu besar,
sehingga produktivitas pabrik mampu mengolah gula secara
efektif
√ √ √ √ √ 5
Strategi WO
• Agar produktivitas kinerja karyawan semakin meningkat, maka
dapat dikembangkan dan diberi fasilitas yang mampu membuat
nyaman para karyawan melalui penyediaan sarana dan
prasarana yang baik
√ - - - √ 2
230
Strategi Keterbu
kaan
Akunta
bilitas
Responsi
bilitas
Indepen
densi
Keseta
raan Skor
• Agar dapat meningkatkan kualitas SDM yang masih rendah,
maka dapat dioptimalkan diklat yang dilaksanakan oleh pihak
eksternal yaitu lembaga pendidikan di Indonesia maupun dari
pihak internal
√ √ √ √ √ 5
• Sebagai salah satu kota yang dapat dijadikan sebagai kawasan
agropolitan dengan memanfaatkan SDM yang tersedia,
sehingga varietas yang dikembangkan harus lebih bervariasi
- - √ √ √ 3
• Agar hubungan dengan petani semakin erat, maka pabrik gula
Rejo Agung harus memberikan sumbangsih atau peran dalam
hal penelitian dan pengembangan varietas tebu supaya para
petani tebu mampu memberikan kualitas yang terbaik sehingga
mampu meningkatkan produktivitas gula
√ √ √ √ √ 5
Strategi ST
• Kapasitas mesin besar yang dimiliki PG. Rejo Agung akan
meningkatkan produktivitas gula sehingga mengurangi
ketidakefektivan dari penggunaan peralatan mesin yang sudah
tua
- √ - √ √ 3
• Dengan kapasitas mesin yang besar 6000 TCD supaya mampu
merubah kebijakan yang tidak menguntungkan baik dari
kebijakan impor gula maupun kebijakan lain, agar nantinya
produktivitas gula nasional dapat terwujud sehingga Indonesia
sukses dalam pembangunan ketahanan pangan dan menuju pada
negara yang mendiri atas komoditas pangannya sendiri
- √ √ - - 2
• Agar dapat bersaing antar pabrik gula di Prov Jatim maupun di
wilayah madiun, maka dapat dioptimalkan sistem logistik
dengan alur distribusi tidak langsung
- √ - √ √ 3
231
Strategi Keterbu
kaan
Akunta
bilitas
Responsi
bilitas
Indepen
densi
Keseta
raan Skor
• Dengan kapasitas mesin yang besar, dapat menghadapi
persaingan antar pabrik gula di madiun. Karena besarnya
kapasitas menjadi faktor penentu produktivitas gula di PG. Rejo
Agung Baru Madiun
√ √ √ √ √ 5
Strategi WT
• Jika varietas yang dikembangkan bervariasi dan sesuai dengan
keadaan maka akan mampu bertahan pada kondisi iklim yang
tidak menentu
√ - √ - √ 3
• Peran antar stakeholder yang sinergis baik dari intervensi
langsung dan tidak langsung akan berpengaruh pada
pengembangan industry
- √ √ √ √ 4
Keterangan: (√) skor 1, (-) skor 0
Sumber: Olahan Penulis
232
Berdasarkan pembobotan kriteria Good Corporate Governance di atas,
maka yang menjadi strategi prioritas adalah sebagai berikut.
1. Dengan perkembangan zaman yang semakin maju dapat
dikembangkan teknologi di bidang energi yang mampu menghemat
energi agar biaya produksi tidak terlalu besar, sehingga produktivitas
pabrik mampu mengolah gula secara efektif (Skor 5).
2. Agar dapat meningkatkan kualitas SDM yang masih rendah, maka
dapat dioptimalkan diklat yang dilaksanakan oleh pihak eksternal yaitu
lembaga pendidikan di Indonesia maupun dari pihak internal (Skor 5).
3. Agar hubungan dengan petani semakin erat, maka pabrik gula Rejo
Agung harus memberikan sumbangsih atau peran dalam hal penelitian
dan pengembangan varietas tebu supaya para petani tebu mampu
memberikan kualitas yang terbaik sehingga mampu meningkatkan
produktivitas gula (Skor 5).
4. Dengan kapasitas mesin yang besar, dapat menghadapi persaingan
antar pabrik gula di Madiun. Karena besarnya kapasitas menjadi faktor
penentu produktivitas gula di PG. Rejo Agung Baru Madiun (Skor 5).
5. Peran antar stakeholder yang sinergis baik dari intervensi langsung dan
tidak langsung akan berpengaruh pada pengembangan industri (Skor
4).
Adanya strategi prioritas dapat menjadi bahan pertimbangan strategi apa
yang lebih diutamakan oleh PG. Rejo Agung untuk menerapkan good corporate
governance demi meningkatkan produktivitas. Strategi di atas merupakan hasil
233
pembobotan dengan skala Guttman yang terdiri dari skala 0-1. Berdasarkan
kriteria GCG yang dikomparasikan dengan analisis SWOT, maka ditemukan 5
strategi prioritas untuk PG. Rejo Agung Baru. Kelima strategi tersebut dapat
dikatakan menjadi strategi dengan nilai tertinggi jika dilihat dari perspektif
komponen GCG.
3. Perkembangan Produktivitas Gula Nasional
Tahun 2017 merupakan tahun dimana Indonesia masih melakukan impor
gula. Impor gula dilakukan oleh Kementerian Perdagangan sebanyak 1 juta ton
yang dengan alasan bahwa pabrik gula tidak mampu mencukupi kebutuhan
konsumsi gula di Indonesia. Menurut pemerintah, produksi gula di Indonesia tidak
mampu memenuhi konsumsi masyarakat atas gula, sehingga dilakukan impor gula
untuk menutupi kekurangan konsumsi masyarakat. Berbeda pendapat, Asosiasi
Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menyatakan bahwa pemerintah perlu
menghitung kembali kebutuhan impor yang dilakukan Indonesia. Karena adanya
impor merupakan sistem yang tidak menguntungkan bagi para petani di
Indonesia.
Namun, rendahnya produksi gula nasional antara lain juga disebabkan
tidak efisiennya pabrik-pabrik gula yang ada. Pada masa kejayaan industri gula di
tahun 1930, Indonesia memiliki 179 pabrik gula. Bahkan jumlah pabrik gula di
Indonesia semakin menurun 5 tahun terakhir karena alasan ekonomis yang tidak
menguntungkan. Jumlah pabrik gula sampai tahun 2017 terdapat 44 unit PG milik
BUMN. Bahkan sebagian besar pabrik gula memiliki kapasitas giling yang kecil
234
(<3.000 TCD) karena mesin yang telah berumur lebih dari 75 tahun dan
perawatan tidak memadai sehingga produksi tidak maksimal, justru mengeluarkan
biaya produksi yang tinggi.
Menurut Mitchell dalam Nainggolan (2007), gula adalah komoditas yang
kebijakannya paling terdistorsi. Kebijakan yang rapuh salah satu langkah
penghambat untuk Indonesia terutama industri gula dalam meningkatkan
produktivitas gula. Uni Eropa, Jepang dan Amerika Serikat adalah negara paling
mendistorsi pasar, dimana produsen di negara-negara tersebut mendapat harga 2
(dua) kali lipat dari harga pasar dunia. Bahkan karena menerima jaminan harga,
impor dapat dikendalikan dan penetapan kuota produksi oleh pemerintah. Proteksi
tersebut telah mengubah negara-negara kelompok OECD dari negara net-importer
menjadi net-exporter dalam kurun 30 tahun ini.
Bahkan Brazil memberikan dukungan untuk usahatani tebu berupa
penyediaan infrastruktur pendukung, kredit dengan bunga rendah, teknologi
budidaya modern dan tersedianya varietas tebu unggul yang terjangkau. Begitu
pula dengan kebijakan protektif berupa pemberlakuan harga minimum, peran
pemerintah sebagai badan penyangga dan kebijakan perkreditan. Berbeda dengan
Brazil, di Thailand kebijakan industri gula dijalankan Sugar Board yang terdiri
dari petani, pabrik gula, dan pemerintah. Dalam melaksanakan usaha tani, para
petani tebu mendapatkan bantuan kredit dari bank dengan bunga dibawah harga
pasar. Besarnya kredit sesuai dengan nilai kontrak penyerahan tebu ke pabrik
gula, untuk petani mendapat 70 persen pendapatan dari penjualan gula di pasar
domestik dan internasional, sementara pabrik gula menerima 30 persen.
235
Sedangkan produktivitas gula yang dihasilkan oleh pabrik gula di
Indonesia mengalami fluktuasi yan kadang meningkat tetapi juga menurun
kembali. Adanya Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional tidak membuat
peningkatan yang stabil, namun masih berfluktuasi dari tahun ke tahun.
Pengembangan yang ditujukan bagi setiap industri gula di Indonesia melalui
RIPIN dinilai belum berhasil karena produktivitas Indonesia yang tidak stabil.
Pada Dasrnya, produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk
menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara
produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien dengan menjaga
kualitas yang tinggi.
Indonesia perlu mengadopsi sistem yang diterapkan di Thailand yang
berupa Sugar Board dengan melibatkan petani, pabrik gula, dan pemerintah.
Memiliki ranah-ranah pengaruh tanpa adanya benturan dari ketiga pihak tersebut.
Bahkan dalam prinsip Good Corporate Governance, terdapat prinsip tersebut
yang mengatur bahwa setiap perseroan harus dikelola secara professional, tanpa
benturan dan tekanan dari pihak manapun. Ketika Good Corporate Governance
telah dilaksanakan kelima prinsipnya, maka sebuah perusahaan terutama industri
gula milik BUMN mampu meningkatkan produktivitas gula. Karena dengan
sistem yang pasti dan pelaksanaannya benar-benar diterapkan, maka tujuan dapat
diwujudkan, terutama kaitannya dengan usaha peningkatan produktivitas gula
nasional.
Bahkan, pabrik gula Rejo Agung Baru jika dilihat dari perspektif nasional
posisi keberadaannya masih berfluktuasi yang didominasi oleh penurunan dari
236
tahun 2013-2017. Tidak dipungkiri bahwa dari peringkat yang menurun, PG. Rejo
Agung Baru memiliki masalah terutama dalam hal produksi gula, sehingga
produktivitas gula di PG. Rejo Agung Baru mengalami peringkat yang bisa
dibilang tidak terlalu baik. Belum konsistennya sebuah sistem serta kesiapan
setiap karyawan dalam menghadapi masalah internal dan eksternal merupakan hal
yang mendasari dari adanya posisi PG. Rejo Agung Baru yang belum stabil dalam
skala nasional, Pulau Jawa, dan Provinsi Jawa Timur. Dibutuhkan penerapan
GCG yang optimal serta adanya strategi yang tepat sasaran dengan analisis
internal dan eksternal yang sesuai, maka sebuah perusahaan mampu mengahadapi
persaingan antar industri gula di Indonesia.
Good Corporate Governance menurut komite Cadbury (dalam Surya,
dkk., 2008) adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perseroan
dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang
diperlukan oleh perseroan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan
pertanggungjawaban kepada stakeholders. Namun, industri gula di Indonesia
belum sepenuhnya menjalankan dari kelima prinsip GCG. Industri gula jika
menggunakan sistem GCG, maka jauh lebih tertata dan lebih sistematis untuk
mencapai tujuan untuk meningkatkan produktivitas gula nasional. Sehingga
masyarakat bisa mengkonsumsi gula domestik tanpa harus mengimpor dari negara
tetangga.
Untuk itu, industri gula perlu menerapkan GCG dalam penerapan sistem
tersebut. Tata kelola perusahaan yang efektif bertujuan untuk mengendalikan
perusahaan sehingga mengurangi kemungkinan kesalahan dalam menciptakan
237
struktur yang baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ketika sistem sudah
berjalan dengan sesuai, maka tujuan dari peningkatan produktivitas akan tercapai
yang juga diiringi dengan perumusan strategi yang paling tepat sesuai dengan
kondisi di lapangan. Sehingga dengan adanya strategi-strategi yang telah
dirumuskan, maka setiap industri gula lebih mampu mengenali lingkungan
internal dan eksternal serta menjadikannya sebagai acuan dalam pengambilan
keputusan.
top related