bab iv gambaran umum lokasi penelitian - … · di gugusan bukit barisan mulai sumatera barat,...
Post on 08-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
51
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)
4.1.1. Letak dan Luas TNKS
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) ditetapkan melalui SK Menteri
Pertanian RI No: 736/Mentan/X/1982 dan SK Menteri Kehutanan RI No:
192/Kpts/II/1996 tanggal 1 Mei 1996. TNKS merupakan taman nasional yang
terluas di Sumatera, dengan luas 1.372.000 ha, terbentang di empat Provinsi, yaitu
Jambi 422.190 ha (40%), Bengkulu 310.910 ha (21%), Sumatera Selatan 281.120
ha (14%), dan Sumatera Barat 353.780 ha (25%), yang mencakup 13 daerah
kabupaten/kota, salah satunya adalah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera
Selatan..
Gambar 5. Peta TNKS dan Kabupaten Musi Rawas
Gambar 6. Citra Satelit kawasan TNKS wilayah Kabupaten Musi Rawas
TNKS merupakan gabungan dari beberapa kawasan cagar alam di Pulau
Sumatera. Pada tahun 1926, pemerintah kolonial Belanda menetapkan hutan
Lokasi Studi TNKS
wilayah Musi Rawas
TNKS
Kawasan TNKS
wilayah Musi Rawas
52
yang ada wilayah Sumatera bagian tengah yang berada di sisi barat sebagai
kawasan lindung. Masyarakat setempat mengenalnya sebagai hutan batas
Bosswesen (BW). Sampai setengah abad kemudian, kawasan hutan di pulau
Sumatera digolongkan ke dalam berbagai status. Beberapa Provinsi berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), telah menetapkan kawasan yang berada
di gugusan Bukit Barisan mulai Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan hingga
Bengkulu, mengalokasikan kawasan hutannya dengan berbagai status. Pola
pengelolaan kawasan yang dikembangkan kemudian berbeda satu sama lain,
sesuai status dan peruntukannya.
TNKS merupakan gabungan dari beberapa fungsi hutan, antara lain cagar
alam, suaka margasatwa, hutan wisata, hutan lindung dan hutan produksi, serta
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara ekologis TNKS mempunyai
tipe ekosistem yang lengkap mulai dari hutan hujan dataran rendah, hutan hujan
pegunungan, vegetasi Alpin, sampai vegetasi sub alpin dengan puncak Gunung
Kerinci sebagai titik tertingginya (3805 mdpl).
Diperkirakan terdapat 4000 jenis tumbuhan, baik yang berbentuk pohon,
perdu maupun liana. Selain mempunyai kayu-kayu yang bernilai tinggi, di
beberapa lokasi terdapat tumbuhan khas antara lain kayu sigi, pinus kerinci,
bunga bangkai, dan raflesia. TNKS juga merupakan habitat berkembangbiaknya
satwa termasuk jenis yang endemik seperti harimau sumatera, badak sumatera,
dan gajah sumatera. Selain sebagai kawasan pelestarian alam yang mendukung
kehidupan berbagai jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem, kawasan TNKS juga
memiliki fungsi hidrologis yang sangat penting bagi daerah sekitarnya karena
merupakan daerah tangkapan air seperti: DAS Batang Hari, DAS Indrapura, DAS
Musi, DAS Rawas, dan sungai-sungai lainnya.
4.1.2. Lingkungan Biologi
4.1.2.1. Tipe Ekosistem dan Tipe Vegetasi
Penetapan TNKS sebagai kawasan pelestarian alam terutama didasarkan
atas tingginya keragaman ekosistem serta flora dan fauna yang terkandung
didalamnya. Secara ekologis bentang alam TNKS merupakan kawasan ekosistem
53
asli yang cukup lengkap, mulai dari dataran rendah sampai pegunungan.
Loumonier (1994) mengklasifikasikan hutan TNKS menjadi beberapa bagian:
hutan dataran rendah, hutan bukit, hutan sub-montana, hutan montane rendah,
hutan montane sedang, hutan montane tinggi dan padang rumpu sub-alpine.
Dari klasifikasi hutan itu, Loummonier (1994) menjelaskan potensi keragaman
hayati yang ada didalamnya, yakni seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Tipe Hutan TNKS
-
-
-
-
-
-
-
54
Berdasarkan pembagian wilayah fisiografi; kawasan TNKS terdiri dari 4 (empat)
macam, yaitu: 1) pantai yang sempit di bagian Barat, 2) Bukit Barisan yang memanjang
dari Barat ke laut tenggara dengan sembilan puncak yang tingginya lebih dari 2.400
mdpl, 3) lembah di bagian tengah yang memanjang sejajar dengan Bukit Barisan, dan 4)
daerah kaki bukit di Timur yang melandai ke dataran hampir rata. Dimulai dari kawasan
pantai selebar 5-40 km, kawasan Bukit Barisan yang tinggi muncul dengan ketinggian
rata-rata 2.000 mdpl dan didominasi oleh Gunung Kerinci (3.804 mdpl), Gunung Tujuh
(2.300 mdpl). Danau Gunung Tujuh atau Danau Sagi, dan Gunung Masurai di sebelah
Selatan Lembah Kerinci.
Gambar 7. Keindahan Alam TNKS
4.1.2.2. Jenis Tumbuhan Endemik, Langka dan Unik
Kawasan TNKS memiliki lebih dari 4000 jenis tumbuhan baik yang
berbentuk pohon perdu maupun liana, termasuk 300 spesies anggrek. Di
beberapa lokasi tumbuh jenis-jenis pohon khas yang hanya terdapat di daerah
Kerinci, antara lain: Kayu Sigi atau Pinus Kerinci (Pinus merkusii Strain Kerinci)
dan Kayu Pacar (Harpulia arborea). Jenis-jenis tumbuhan khas lain diantaranya
pembuluh (Histiopteris incisca), Bunga Bangkai (Amorphophalus titanum), dan
Bunga Raflesia (Rafflesia arnoldi). Penelitian Biological Science Club (BScC)
tahun 1993 menemukan di perbatasan TNKS tumbuh setidaknya 115 jenis
tumbuhan obat yang digunakan untuk obat tradisional, kosmetik, bumbu dan obat
anti nyamuk. Gambar 8 menunjukkan beberapa contoh tumbuhan khas dan
langka yang ada di TNKS.
55
Bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldi) Kantong semar (Nepenthes sp) Bunga Bangkai (Amorphopalus titanum)
Gambar 8 Jenis-jenis Karagaman Hayati yang dilindungi
Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) telah terpilih sebagai lokasi untuk
Proyek Konservasi dan Pembangunan Wilayah Terpadu (Integrated Conservation and
Development Program) karena kawasan ini merupakan Taman Nasional terbesar di
Sumatera dan memilki keragaman hayati yang sangat penting. Khusus untuk Kawasan
TNKS Kabupaten Musi Rawas, penelitian tentang identifikasi jenis tumbuhan telah
dilakukan oleh Vauzia et. al. (1993) di sekitar hutan Napal Melintang. Hasil penelitian
yang dilakukan di Napal Melintang didapatkan 56 jenis tumbuhan yang tergolong
kedalam 25 famili. Dari 56 jenis tumbuhan tersebut, 38 jenis adalah kelompok jenis
pohon dan 18 jenis kelompok vegetasi dasar. (Laporan ICDP-TNKS).
4.1.2.3 Satwa Liar
Hutan hujan dataran rendah di TNKS adalah sedikit dari habitat kaya-akan spesies
yang ada di bumi. Dari semua spesies hutan hujan, 60% terdapat di hutan dataran rendah
di bawah 600 m, dengan kekayaan terbesar di bawah 300 m. Hutan dataran rendah
merupakan habitat kunci bagi beberapa spesies langka dan terancam punah, seperti
harimau, badak Sumatera, gajah, dan tapir. Walaupun banyak spesies hutan dataran
rendah juga terdapat di daerah yang lebih tinggi, spesies tersebut sulit
mempertahankan kelangsungan hidupnya di hutan pegunungan.
TNKS memiliki nilai zoologis yang tinggi dan dihuni oleh banyak satwa
endemik, langka dan terancam punah. Jenis-jenis satwa yang juga merupakan
jenis satwa kharismatik atau “flagship” (unggulan) antara lain Harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), dan
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Jenis satwa lain yang juga
dilindungi diantaranya Siamang (Sympalangus syndactylus), Tapir (Tapirus
56
indicus), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kijang (Muntiacus muntjak),
Napu/Kancil (Tragulus napu), Kambing Hutan (Capricornis sumatrensis) dan
Kelinci Sumatera (Nesologus netscheri).
Pentingnya melindungi kawasan hutan dataran rendah yang cukup untuk
pelestarian flora dan fauna Sumatera tidak dapat diabaikan. Populasi minimum
untuk dapat bertahan hidup adalah 500 ekor. Kebanyakan spesies hutan hujan
tergolong jarang dan kerapatannya rendah. Diperkirakan bahwa jika 10.000 ha hutan
dataran rendah di Sumatera ditebang habis untuk perkebunan kelapa sawit, sejumlah
mamalia berikut akan hilang: 30.000 tupai, 5.000 monyet, 15.000 burung enggang, 900
siamang, 600 ekor ungka (gibbon, 20 harimau, 10 tapir, 10 badak, dan 10 gajah) dan
banyak lagi hewan yang terpengaruh oleh gangguan ini. Gambar 9 menunjukkan
beberapa contoh hewan TNKS yang dilindungi.
Harimau Sumatera (Panthera tigris) Gajah Sumatera (Elephas maximus )
Siamang (Symphalangus syndactylus) Tapir (Tapirus indicus)
Gambar 9. Beberapa Jenis Hewan yang dilindungi di TNKS
57
Untuk spesies burung endemik, dijumpai di TNKS sebanyak 8 species dari
11 species endemik Sumatera, termasuk salah satunya adalah ayam pegar
(Lophura inornata). Otus stresemanni adalah merupakan satu-satunya species
burung hantu yang ada di lembah Kerinci. Sejumlah 352 jenis burung dan 144
jenis mamalia, sehingga juga dikenal sebagai sorga atau kerajaan satwa
Sumatera. Jenis burung langka yang hidup dalam kawasan ini antara lain
Rangkong Badak (Buceros rhinoceros), Enggang/kangkareng (Anthrococeros
confexus), Elang hitam (Ictinaetus malayensis) dan kuau (Argusianus argus).
Selain itu juga terdapat jenis burung yang hidup di TNKS, seperti Ayam hutan
perut merah (Arborophylla rubirostris), Burung daun sayap hijau (Chloropsis
venusta), Kokoa Sumatera (Cochoa beccarii), Paok kepala besar (Pitta
schneideri), dan Merak Sumatera (Polypectron chalcurum).
4.1.3. Manfaat Kawasan
Manfaat tidak langsung kawasan TNKS adalah sebagai penyanggah sistem
kehidupan yang akhirnya bermuara kepada pemenuhan kebutuhan hidup
manusia. Contoh manfaat tidak langsung adalah pembangunan PLTA Kerinci
dan PLTA Danau Tes di Rejang Lebong yang sangat membutuhkan jasa air yang
berasal dari kawasan taman. Sedangkan manfaat langsung, yaitu pemanfaatan
secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, tercantum dalam Tabel
11.
Tabel 11. Pemanfaatan Secara Lestari Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
No Jenis pemanfaatan Aktifitas
1 Pemanfaatan kondisi
lingkungan
berupa ekosistem, keadaan iklim, fenomena
alam, kekhasan jenis tumbuhan dan satwa serta
peninggalan budaya;
2 Pemanfaatan jenis
tumbuhan dan satwa
liar
dilakukan dengan memperhatikan
kelangsungan potensial, daya dukung dan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar.
3 Pemanfaatan untuk
pembangunan irigasi
irigasi baik skala besar maupun skala kecil dan
desa
58
Pemanfaatan langsung kawasan TNKS masih dibatasi pemanfaatan yang
bersifat ekstraktif, seperti kepentingan pariwisata dan rekreasi pada zona tertentu.
Potensi wisata di kawasan dan sekitar taman sangat mendukung, mengingat data
Inter Provincial Spatial Plan dalam draft final Report tahun 1999, menunjukkan
bahwa di dalam dan sekitar TNKS terdapat 92 objek wisata, dan diperkirakan
sekitar 46 objek berada di dalam atau di pinggir kawasan dan sangat potensial
untuk dikembangkan menjadi objek ekowisata dan mendukung pelestarian
kawasan TNKS. Berbagai lokasi objek wisata di kawasan TNKS dapat dilihat
pada Tabel 12.
Tabel 12. Objek Wisata dan Atraksinya di Kawasan TNKS
Lokasi Wisata Atraksi Wisata
Gunung Kerinci
(3.805 m dpl)
gunung tertinggi di Sumatera yang masih aktif, dapat didaki sampai puncak
melalui jalan setapak dari Kersik Tuo selama 12 jam.
Danau Gunung Tujuh
(1.996 m dpl)
merupakan kawah mati yang berisi air tawar seluas 1.000 Ha (panjang 4,5 km
dan lebar 3 km), yang dikelilingi oleh 7 gunung dan meruapakn danau air tawar
tertinggi di Asia
Bukit Tapan, padang
satwa Inum Raya
merupakan padang penggembalaan dan habitat berbagai jenis mamalia besar
(gajah, harimau, rusa, tapir) yang langsung dapat dilihat.
Gunung Seblat (2.383
m dpl)
memiliki fenomena alam yang sangat unik dengan adanya padang-padang
penggembalaan yang luas dengan berbagai jenis primata, terdapat bunga
raksasa Raflesia arnoldi
Bukit Gedang Seblat merupakan habitat badak sumatera, gajah dan harimau. Dapat dicapai dari Muko-muko ke lokasi dengan jalan kaki selama 10 jam.
Rawas Ulu Lakitan memiliki potensi berupa air terjun S. Ampar, air terjun S. Keruh, air terjun S. Kerali, air terjun S. Koten dengan dinding-dinding yang terjal dan arus sangat
Goa Napal Licin dan
Jeram Sungai Rawas
Melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit serta arung Jeram
yang sangat unik
Wisata budaya Melihat budaya suku Kubu yang masih tradisionil. Adat istiadat tanah Kerinci,
tanah Minangkabau, tanah Bengkulu/Rejang Lebong, serta aspek seni budaya
seperti pesta adat Kerinci (Kenduri Seko), tari-tarian klasik, pakaian adat, serta
pusaka-pusaka adat. Acara pesta adat dilakukan setiap tahun sekali.
Obyek wisata lain di
sekitar kawasan
diantaranya
Taman Pagar Dewa di Bukit Rantau Bitung (Napal Licin) dianggap sebagai
tempat keramat masyarakat, Danau Depati empat, Rawa Bento, Air Panas
Semurup, Air Panas Ketenong, pengambilan emas secara tradisional di
Ketenong, Goa Napal Licin di Kecamatan Rawas Ulu, Pusat latihan gajah
(PLG) di Ipuh, Pusat Kerajinan Tangan Rotan di Sungai Tutung, Kerajinan Batu
Akik di Bengkulu dan Bangko, Pakaian Tradisional di sungai Penuh dan daerah
pesisir. Terdapat kepercayaan masyarakat bahwa di dalam kawasan Taman
Nasional Kerinci Seblat terdapat makhluk dengan ciri-ciri pemalu, berjalan
tegak, tidak berekor dan penuh misteri yang sering disebut sebagai "orang
pendek" dan "sigung" sebagai penguasa hutan.
Sumber: Laporan Study Ekowisata TNKS, 2007
59
4.1.4. Pengelolaan TNKS
Kawasan Taman dikelola oleh unit konservasi di bawah Direktur Jendral PHPA
Departemen Kehutanan. Untuk pengelolaan Taman yang sebenarnya, ditunjuk seorang
Kepala Taman oleh Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata, yang pada kenyataan
lebih mementingkan perbatasan Taman, misalnya perambahan dan pemukiman, yang
berkaitan dengan pemerintah propinsi, kabupaten dan lokal. Kenyataan bahwa
perbatasan Taman belum sepenuhnya dikukuhkan, dan dalam sejumlah lokasi masih
diperdebatkan, merupakan faktor yang kompleks.
Sejak Taman diusulkan pada tahun 1982, PHPA mengusulkan kegiatan proyek
Taman dengan dana terbatas, sedikit karyawan dan sumber daya. Pada tahun 1983,
kantor proyek TNKS dibangun di Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi ntuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan tersebut. Sekarang ini, staf BKSDA yang berada
di lapang berjumlah 67 penjaga terbagi pada 32 pos jaga; karyawan kantor yang jumlah
begitu banyak sampai 325 orang. Berhubung kebanyakan pos jaga berada jauh dari
kantor Taman dan sulit dicapai dengan kendaraaan, patroli, dan kegiatan pengamanan
jarang dilaksanakan. Untuk penegakan hukum, penjaga lapangan sangat bergantung pada
bantuan pemerintah daerah; mobilisasi bantuan ini merupakan proses yang lamban dan
biasanya kerusakan telah parah sebelum ada tindakan . Kepala Taman dibantu oleh
empat wakil yang berkantor di Sub-Balai KSDA di bawah pengawasan Kantor Wilayah
Kehut, sebagai berikut (Lihat Juga Gambar 12.
- 1 (satu) Kepala Balai Besar TNKS di Sungai Penuh
- 1 (satu) Kepala Bagian Tata Usaha dengan 3 (tiga) Sub Tata Usaha ( Umum,
Perencanaan dan kerjasama, Data Evaluasi pelaporan dan Humas)
- 4 (empat) bidang (Teknis Konservasi TNKS di Sungai Penuh, Pengelolaan
Balai TNKS Wilayah I Jambi di Bangko, Pengelolaan TNKS Wilayah II
Sumatera Barat di Solok, Pengelolaan TNKS Wilayah III Sumsel dan
Bengkulu di Curup)
- 8 (delapan) seksi (Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan di Sungai Penuh, Seksi
Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan di Sungai Penuh, Seksi Pengelolaan
Wilayah I di Kayu Aro, Seksi Pengelolaan Wilayah II di Muara Bungo, Seksi
Pengelolaan Wilayah III di Painan, Seksi Pengelolaan wilayah IV di Sangir,
Seksi Pengelolaan Wilayah V di Lubuk Linggau dan Seksi Pengelolaan TNKS
wilayah VI di Arga Makmur)
60
- Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Polisi Kehutanan (Jagawana),
Teknisi Kehutanan Bidang Konservasi Jenis dan Sumberdaya Alam Hayati,
dan Teknisi Kehutanan Bidang Bina Wisata Alam.
Gambar 10. Struktur Organisasi Pengelola TNKS
Dari berbagai informasi teridentifikasi beberapa kelemahan dalam
pengelolaan, yang selanjutnya menimbulkan permasalahan-permasalahan dan
kerusakan di dalam kawasan TNKS seperti perambahan hutan, penebangan liar,
penyerobotan hutan, perburuan liar, dan penambangan emas. Kelemahan-
kelemahan tersebut meliputi: 1) bentuk bentang alam kawasan TNKS yang
memanjang (Narrow Elongated Shape), keadaan kawasan dengan garis dan
daerah batas yang panjang dan luas membuka kemungkinan dan kesempatan
yang luas bagi terjadinya tekanan dan gangguan dari luar kawasan ke pusat-pusat
hutan yang merupakan zona inti; 2) terjadi gangguan dan tekanan dari
masyarakat sekitar kawasan yang didorong oleh kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya mereka, terlebih pada kondisi krisis saat ini; 3) adanya aktivitas
pertambangan di dalam kawasan TNKS; 4) kerusakan hutan lindung dan hutan
produksi yang merupakan daerah penyangga perluasan habitat dan sosial dari
61
Taman Nasional; 5) masih lemahnya koordinasi dengan pihak dan instansi
terkait, terutama di tingkat daerah yang mendorong terjadinya benturan
kebijaksanaan; dan 6) pemekaran wilayah, terutama daerah kabupaten yang
memiliki sumberdaya alam terbatas menjadi ancaman dan potensi dilakukannya
eksploitasi TNKS.
4.2. Karakteristik Perdesaan Lokasi Penelitian
4.2.1. Fisik Geografis dan Lingkungan Perumahan
4.2.1.1. Keadaan Tanah
Berdasarkan hasil observasi lapangan pada bulan Januari 2009, desa dengan
wilayah paling luas adalah Napal Licin dengan jenis tanahnya podsolik merah
kuning dengan kelembaban yang tinggi, sedangkan keadaaan tanah desa lainnya
dapat di lihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Keadaan Tanah
No Desa Luas Wilayah
(km2)
Keadaan tanah
Jenis Kondisi
1 Pasenan 28 Lempung Lembab, subur untuk semua jenis tanaman
2 Batu Gane 21 Lempung berpasir hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh subur
3 Napal Melintang
20 Lempung berpasir tanahnya subur,dikelilingi perbukitan
4 Napal Licin 38,73 Podsolik merah kuning
kelembanban tinggi,daerah subur, menarik daerah lain untuk datang dan berkebun
Sumber: Profil Desa, 2009
4.2.1.2. Tataguna Tanah
Berdasarkan hasil penggunaan teknik tataguna tanah, Desa yang memiliki
tata guna tanah paling banyak adalah Desa Pasenan. Desa Pasenan merupakan
desa terluas kedua setelah desa Napal Licin. Desa Pasenan dilalui oleh kawasan
perkebunan dan hutan yang luas. Sedangkan desa dengan sedikit tata guna
lahan adalah desa Napal Licin walaupun desa ini termasuk desa terluas diantara
3 desa lainnya.
Berdasarkan hasil penggunaan teknik tataguna tanah, luas wilayah Desa
Pasenan yaitu 28 kilometer persegi yang terdiri dari tanah perumahan 10 ha,
62
tanah sawah 2 ha, perkebunan rakyat 4.500 ha, tegalan 500 ha, hutan desa
6.500 ha, danau/rawa 300 ha, tanah tandus 300 ha, alang-alang 232 ha, Empang
450 ha, kolam/tebat 2 ha, dan perkuburan 2 ha, dan lapangan 2 ha. Sedangkan
tata guna tanah untuk ke tiga desa lainnya dapat di lihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Penggunaan Lahan di Desa
No Desa Luas
(km2)
Lahan
Permukiman
Sawah/Ladang
/Tegalan
Perkebunan Hutan
Desa
Danau,Kol
am,
Dan lain-
lain
1
2
3
4
Pasenan
Batu Gane
Napal Licin
Napal Melintang
28
21
20
38,73
0,36
0,50
10
0,77
17,87
0
0
7,74
160,7
27
67
16,78
232
0
22,5
0
27,14
0
0
0
10,07
72,5
7
74,65
Sumber: Profile Desa 2009
4.2.1.3. Keadaan Perumahan dan Sanitasi
Keadaan rumah penduduk masih memerlukan peningkatan dihampir seluruh
desa, dengan empat kriteria yaitu rumah panggung, semi permanen, permanen dan
rumah kayu/pondok. Secara keseluruhan jumlah terbesar adalah rumah panggung
yang besarnya mencapai 42,36%, kemudian disusul oleh rumah Gubuk (35,56%),
semi permanen (11,11%) dan terakhir rumah kayu/pondok (10,97%). Seperti pada
dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Perumahan Penduduk
Tingkat kesadaran penduduk terhadap kebersihan lingkungan masih sangat
kurang, hal ini terbukti dengan sedikitnya masyarakat menggunakan dan memiliki
WC. Desa yang sama sekali tidak memiliki fasilitas MCK adalah desa Batu gane dan
Napal Melintang. Sedangkan desa Pasenan hanya memiliki fasilitas MCK sebesar
2,39% sedangkan desa Napal Licin sebesar 4,5%. Masyarakat masih menggunakan
Sungai sebagai MCK, seperti Nampak pada Gambar 12.
63
Gambar 12. Aktifitas MCK Masyarakat masih menggunakan Sungai
4.2.1.4. Prasarana dan Sarana
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tehnik Peta Pelayanan Sosial yang
dilaksanakan pada bulan Januari 2009, maka sarana dan prasarana yang ada di
empat desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Sarana dan Prasarana
Infrastruktur Desa
Pasenan Batu Gane Napal Melintang Napal Licin
Sarana Transportasi
Darat
Mobil, sepeda, motor
sepeda motor, mobil angkutan hanya 1
mobil dan sepeda sepeda, motor
Transportasi Air
Perahu Ketek perahu(musim hujan) perahu ketek perahu ketek
Pendidikan 1 unit gedung SD 1 unit gedung SD, 1 unit gedung SD 1 unit gedung SD
Olah Raga 1 Lap volly,1 Lap Bulutangkis
1 Lap Volly 1 Lap Volly(di SD) 1 lap Volly
Kesehatan 1 polindes, 1 puskesmas pembantu 1 buah rumah bidan
1 buah rumah bidan desa,
Ibadah 1 masjid,1 musholla
1 masjid ,1 musholla 1 masjid 2 masjid
Penerangan Listrik
4 unit diesel, 13 PLTS, Teplok, lampu petromak
3 diesel,lampu teplok/petromak,Aki,PLTA
2 unit diesel, lampu teplok dan petromak
9 unit diesel, lampu teplok, petromak
Fasilitas Lain 2 mesin penggilingan, 13, warung,balaidesa pasar kalangan
3 mesin penggilingan padi,4 warung,kantor kepala desa
6 mesin penggilingan padi/kopi, kantor Hades, pos kehutanan, balai desa
6 mesin penggilingan padi/kopi, , pos kamling, balai desa
Sumber : Profile Desa 2009
4.2.2. Kondisi Sosial Masyarakat
4.2.2.1. Keadaan Penduduk
Berdasarkan buku profil desa tahun 2009, kelompok umur anak-anak dan
remaja terdapat paling banyak Desa Pasenan dibandingkan 3 desa lainnya,
sedangkan kelompok umur usia kerja terdapat paling banyak Desa Napal Licin. Hal
ini penting bagi pembangunan sumberdaya manusia dalam usaha mempercepat
64
laju pertumbuhan dan perkembangan desa di masa yang akan datang . Untuk
kelompok Lanjut usia hampir merata jumlahnya baik di Desa Pasenan maupun
Napal Licin. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada kelompok usia 56-60
tahun, dimana Desa Napal melintang menduduki posisi tertinggi sebagai desa
dengan jumlah kelompok usia lanjut terbanyak. Desa Batu Gane mendapatkan porsi
paling sedikit di hampir semua kelompok usia, seperti pada Gambar 13.
Gambar 13. Diagram Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur
4.2.2.2. Pendidikan
Masyarakat desa sekitar kawasan TNKS, umumnya berpendidikan rendah.
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 14. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti keterbatasan sarana pendidikan, jarak antara permukiman dengan
fasilitas pendidikan relatif jauh, serta kurangnya kesadaran masyarakat akan
manfaat dan pentingnya pendidikan. Tingkat pendidikan masyarakat ini
selanjutnya dapat dijadikan indikator kualitas sumberdaya manusia di desa sekitar
TNKS atau lebih spesifik lagi dapat menduga tingkat keberdayaan masyarakat di
kawasan ini.
Pada Grafik berikut ini, terlihat bahwa status pendidikan penduduk usia
kerja (15-65 tahun), terbanyak berada pada golongan tidak tamat SD dan tamat SD,
hal ini merupakan kondisi yang buruk. Untuk golongan tidak tamat SD terbanyak
terdapat pada Desa Napal Licin, sedangkan untuk golongan tamat SD terbanyak
terdapat pada Desa Pasenan. Sedangkan status pendidikan tamat S1 merupakan
status pendidikan yang sangat jarang dimiliki oleh ke empat desa tersebut, hanya
65
Desa Napal Licin yang memiliki penduduk berstatus tamat S1 dan itu hanya 1
orang. Kondisi ini dapat menjadi kajian lebih lanjut, betapa masih rendahnya
pendidikan di keempat desa ini. Diagram tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Gambar 14.
Gambar 14. Diagram Tingkat Pendidikan
Gambar 15. Diagram Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun Menurut Keadaan Bersekolah
Kemudian jika kita melihat status pendidikan pada golongan usia sekolah (7-
15 tahun), ternyata seluruh desa memiliki porsi tertinggi pada status pendidikan
sedang SD, dengan jumlah terbanyak terdapat pada Desa Pasenan yang tidak
berbeda jauh dengan Desa Napal Licin, lalu disusul oleh Desa Batu gane dan Napal
66
Melintang. Selanjutnya status kedua tertinggi ada pada golongan yang di drop out
(keluar dari sekolah). Secara umum kodisi pendidikan untuk penduduk usia
sekolah cukup memprihatinkan, hal ini dapat di lihat pada Gambar 15.
4.2.2.3. Kesehatan
4.2.2.3.1. Usia Kawin Pertama
Hasil peta sensus yang dilakukan pada bulan Januari 2009 menunjukkan
bahwa hampir seluruh penduduk pada masing-masing desa, rata-rata memiliki usia
kawin pertama 20 tahun. Berdasarkan Tabel 16 ke empat desa tersebut juga
berpenduduk dengan status belum kawin (53,85%) dan sudah kawin (43,62%),
serta jarang yang menjanda (1,99%) atau duda (0,55%). Desa dengan status
penduduk sudah kawin tertinggi adalah Desa Napal licin dan terendah Desa Batu
Gane. Sedangkan desa dengan status penduduk belum kawin tertinggi terdapat
pada Desa Pasenan disusul oleh Desa Napal Licin, Napal Melintang dan terakhir
Batu Gane. Secara umum dapat dikatakan keadaan status penduduk di tiap-tiap
desa hampir homogen seperti terlihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Status Perkawinan Penduduk
Status Pasenan Batu Gane
Napal Melintang
Napal Licin
Total %
Kawin 522 261 303 672 1758 43,62
Belum Kawin 710 374 439 647 2170 53,85
Janda 31 20 13 16 80 1,99
Duda 7 1 5 9 22 0,55
4.2.2.3.2. Partisipasi Masyarakat dalam Program Keluarga Berencana
Dari diagram batang dibawah ini, terlihat bahwa untuk pengguna suntik, Pil
dan Susuk terbanyak adalah wanita di desa Pasenan, untuk pengguna implant
terbanyak adalah wanita di desa Napal melintang. Sedangkan pengguna spiral
dan yang steril sangat jarang di masing-masing desa. Hal ini berarti kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pengaturan kelahiran agar kesehatan ibu maupun
anak menjadi lebih baik sudah cukup tinggi. Secara total penggunaan pil
menduduki peringkat terbanyak untuk sebagai alat kontrasepsi yang digunakan
67
oleh wanita di keempat desa tersebut. Selanjutnya disusul oleh penggunaan
implant (28,29%), suntik (20,39%), susuk (15,79%) dan terakhir spiral (3,29%).
Sedangkan masyarakat yang tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah sebesar
2,3%. Hal ini sudah menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan kesadaran
masyarakat dalam pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi sudah cukup
tinggi, seperti pada terlihat pada Gambar 16.
Gambar 17. Jenis Kontrasepsi dalam Keluarga Berencana
4.2.2.3.3. Angka Kelahiran dan Kematian Bayi
Berdasarakan Data Profil Desa 2009 menunjukkan bahwa Angka
Kematian Bayi di keempat desa masih sangat tinggi. Dari total 80 jiwa kelahiran
, yang terdiri dari 47 laki-laki dan 33 perempuan. Jika dilihat tiap desa, desa
dengan jumlah bayi lahir terbanyak adalah Pasenan yang mendapatkan porsi 40%
dari jumlah kelahiran total, disusul oleh Desa Batu Gane (30%), Napal Melintang
(20%) dan terakhir Napal Licin (10%). Dari 80 jiwa kelahiran sebanyak 23,75 %
ditolong oleh medis, yaitu bidan desa dan 75,25 % ditolong oleh dukun. Angka
kematian bayi masih relatif tinggi, yaitu sebesar 104 per 1000 kelahiran. Desa
yang memiliki persentase kematian bayi terbesar adalah Desa Batu Gane dan
Napal Melintang, kemudian disusul oleh Desa Pasenan dan Napal Licin. Seperti
terlihat pada Tabel 17
68
Tabel 17 Perbandingan Anagka Kelahiran dan Kematian Bayi
Desa Kelahiran Kematian
Lahir Penolong
LK Pr Total Medis Dukun
Total Lk Pr Total
Pasenan 19 13 32 9 23 32 3 - 3
Batu Gane 13 11 24 4 20 24 3 1 4
Napal Melintang
10 6 16 3 13 16 3 1 4
Napal Licin 5 3 8 3 5 8 2 - 2
Total 47 33 80 19 61 80 11 2 13
Persentase 58,75
41,25
100 23,75 76,25 100 84,6 15,4 100
Sumber : Profil desa 2009
Gambar 17. Jumlah Bayi Lahir dan Bayi Meninggal
4.2.2.4. Penyakit Umum yang diderita Masyarakat
Penyakit yang umum berjangkit di ke empat desa ini hampir sama, dengan
keragaman jenis penyakit paling banyak di desa Napal Licin. Umumnya penyakit
kolera biasanya berjangkit pada musim kemarau. Penyakit disentri biasanya
terjadi pada musim hujan karena bersamaan musim buah-buahan yang dikonsumsi
secara berlebihan. Penyakit influenza sangat berkaitan dengan pergantian dari
musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Dan detailnya dapat dilihat pada
Tabel 18.
69
Tabel 18. Jenis Penyakit Umum Pada Setiap Desa
Desa Jenis Penyakit umum Waktu berjangkitnya Penyakit
Pasenan muntaber(kolera),disentri, influenza saat musim kemarau,hujan, pergantian musim
Batu Gane muntaber,thypes,demam panas saat musim kemarau,musim buah, pergantian
musim
Napal Melintang Kolera,disentri,demam,flu saat musim kemarau,musim buah, pergantian
musim
Napal Licin kolera (muntaber), demam pansa (influenza),
demam berdarah, cacar, batuk, dan disentri
saat musim kemarau,musim buah, pergantian
musim
4.2.2.5. Alokasi Waktu
Pada umumnya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pada keempat desa
ini adalah sama. Baik untuk masyarakat yang masuk ke dalam kategori wanita dan
laki-laki dewasa maupun yang termasuk dalam kategori anak-anak. Mereka akan
memulai aktivitas paling pagi dari pukul 04.00 dan akan mengakhiri aktivitasnya
jika waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Jenis aktivitas yang dilakukan oleh
mereka pun tidak jauh berbeda, wanita dewasa akan membantu suami mereka
yang kebanyakan bekerja di ladang atau kebun serta bagi anak-anak setelah pulang
sekolah akan membantu orang tuanya. Anak laki-laki akan membantu orang tuanya
di kebun atau di ladang, sedangkan anak perempuan akan membantu orang tuanya
di rumah. Aktifitas masyarakat dan anak-anak disore hari dapat dilihat pada
Gambar 18.
Gambar 18. Aktivitas Masyarakat dan Anak-anak
70
4.2.3. Kondisi Perekonomian
4.2.3.1. Mata Pencaharian
Pola hidup masyarakat sekitar kawasan TNKS masih sangat dipengaruhi oleh
kondisi alam setempat dan merupakan masyarakat agraris dengan sektor
pertanian utama adalah perkebunan dan peladang. Di samping itu, masih ada
masyarakat yang mengumpulkan hasil hutan dari dalam kawasan. Mayoritas
penduduk 4 Desa penelitian bekerja di sektor pertanian, yaitu sebesar 91,21%, baik
sebagai pemilik lahan, buruh tani maupun penggarap.
Sistem pengolahan lahan pertanian pada umumnya masih dilakukan dengan
sangat sederhana dan para petani memanen hasil pertaniannya hanya sekali
setahun, kecuali tanaman karet dapat dipanen dalam waktu sepanjang tahun
khususnya dimusim kemarau. Pada waktu menunggu menunggu panen, para petani
mengambil hasil hutan sebagai sampingan. Terlihat dari Tabel 19, desa dengan
persentase terbesar yang penduduknya memiliki pekerjaan pokok sebagai Petani
/Buruh Tani adalah Desa Napal Licin, disusul oleh Napal Melintang, kemudian
Pasenan dan terendah Desa Batu Gane.
Tabel 19. Kepala Keluarga menurut Jenis Pekerjaan Pokok
Jenis Pekerjaan Pokok Pasenan Batu Gane
Napal Melintang
Napal Licin
Total
Petani/Buruh Tani 245 147 301 348 1041
PNS/ Kades/karyawan 2 5 0 3 10
Dagang 11 5 11 10 37
Sopir mobil 3 0 0 0 3
Ojek perahu 1 0 0 0 1
Buruh kayu/ bangunan 8 0 3 0 11
Sumber : Profil desa 2009
Selain itu penduduk desa juga mempunyai pekerjaan sampingan, persentase
terbesar pekerjaan sampingan penduduk adalah menjadi buruh sadap sebesar
40,95%. Persentase jenis pekerjaan penduduk dapat dilihat pada Tabel 20.
71
Tabel 20. Kepala Keluarga menurut Jenis Pekerjaan Sampingan
Jenis Pekerjaan Sampingan
Pasenan Napal Melintang
Batu Gane
Napal Licin
Total
Dagang 16 15 0 5 36
Buruh kayu 18 0 4 0 22
P3N 1 0 0 0 1
Tukang bangunan 11 2 0 4 17
Sopir mobil 1 0 3 9 13
Petani 14 0 0 0 14
Ojek ketek 1 0 0 0 1
Perangkat desa 4 0 0 0 4
Pengrajin anyaman 0 1 0 0 1
Buruh sadap 0 60 0 35 95
Dukun bayi 0 3 2 0 5
Guru 0 0 1 0 1
Ternak 0 0 21 0 21
guru Mengaji 0 0 0 1 1
Sumber : Profil desa 2009
4.2.3.2. Status dan Luas Lahan yang dimiliki oleh Masyarakat
Status garapan lahan pada masyarakat keempat desa tersebut sebagian
besar hak milik pribadi atau warisan dari orang tua. Kepemilikan lahan tersebut
berkisar antara 0,12 ha sampai lebih dari 5 ha. Sebagian besar ditanami padi,
kopi, dan karet. Jumlah rumah tangga petani gurem dengan pemilikan lahan
kurang dari 0,2 ha meningkat dari 10,8% pada tahun 1999 menjadi 33% pada
tahun 2009. Oleh karena itu, dalam kurun waktu sepuluh tahun terjadi
peningkatan persentase rumah tangga tani gurem dari 52,1% menjadi 56,2%.
Masalah tersebut bertambah buruk dengan struktur penguasaan lahan yang
timpang karena sebagian besar petani gurem tidak secara formal menguasai
lahan sebagai hak milik. Masalah lain adalah kurang adanya pengakuan dan
perlindungan terhadap penguasaan tanah yang dikelola oleh para petani.
72
4.2.3.3. Jenis Komoditi yang Diusahakan dan Kalender Kegiatan Pertanian
Desa Pasenan, Batu Gane, Napal Melintang dan Napal Licin merupakan
daerah pertanian. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang
pertanian, berdasarkan diagram batang di bawah ini terlihat bahwa komoditi
terbanyak adalah karet (34,34%) disusul oleh produk kopi (31,59%) dan padi
(23,45%). Desa Napal Licin merupakan desa produsen terbesar untuk ketiga
komoditi ini. Untuk karet produsen terbesar kedua adalah desa Pasenan kemudian
desa Napal Melintang dan terakhir desa Batu Gane. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 21.
Tabel 21. Jumlah Kepala Keluarga menurut jenis Budidaya Tanaman
Sumber : Profil desa 2009
Gambar 19. Hasil Pertanian di Kawasan TNKS
73
Kegiatan pertanian masyarakat pada keempat desa ini pada umumnya
hampir seragam, dengan tahapan-tahapan yang hamper sama, diawali oleh
pembukaan lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Kalender Pertanian Masyarakat
Jenis Kegiatan Rincian
Tanaman Padi Ladang, Kopi atau Karet
Empat bulan pembukaan lahan, penyiangan lahan, September sampai November dilakukan penugalan dan dilanjutkan dengan penanaman tanaman padi dan kopi atau padi dan karet. Sistem penanamannya gotong royong/sambatan (upah), pemeliharaan seperti pembersihan gulma, hama dan penyakit bulan November, dan panen pada bulan maret dengan sistem sambatan, dimana panen sekali dlm setahun.
Penyadapan Karet Dilakukan sepanjang tahun, termasuk di musim hujan, asalkan pukul 6.00-12.00 tidak hujan.
Pembasmian Hama/Gulma
Pembasmian hama dan penyakit tanaman, pemupukan dilakukan dari bulan November sampai mendekati panen.
Sumber: Profil Desa, 2009
4.2.3.4. Jenis Ternak yang dimiliki Masyarakat
Masyarakat umumnya memelihara ternak sebagai kegiatan rumah tangga.
Pada diagram dibawah ini, menunjukkan ternak yang terbanyak dipelihara
masyarakat adalah ayam. Desa dengan jumlah ternak ayam terbanyak adalah Desa
Napal Licin, kemudian Desa Pasenan, seperti terlihat pada Tabel 23
Tabel 23. Ternak pada setiap Desa
Jenis Ternak
Pasenan Napal Licin Batu Gane Napal Melintang
Jumlah Ternak
Jumlah KK
Jumlah Ternak
Jumlah KK
Jumlah Ternak
Jumlah KK
Jumlah Ternak
Jumlah KK
Ayam 565 200 276 77 276 77 850 125
Itik 94 26 28 4 28 4 20 4
Entok 15 5 0 0 0 0 15 6
Kambing 29 15 124 27 124 27 50 28
Kerbau 17 10 3 1 3 1 23 19
Sapi 0 0 21 7 21 7 80 34
Sumber : Profil desa 2009
74
4.2.3.5. Tingkat Kemakmuran Masyarakat
Berasarkan hasil diskusi dengan tokoh kunci masyarakat di keempat desa
yang dijadikan objek penelitian, didapatkan empat kriteria dalam menentukan
tingkat kesejahteraan yang ada di desa tersebut. Empat kriteria tersebut meliputi:
1. Kaya, dengan kriteria : Memiliki rumah permanen, kebun karet lebih dari 5 ha,
memiliki mobil/truk, mesin diesel, kulkas, televisi, radio tape, pembangkit
listrik tenaga surya (PLTS), pada umumnya pedagang karet dan memiliki
usaha lebih dari satu.
2. Sedang, dengan kriteria: memiliki rumah permanen/semi permanen, memiliki
kebun karet 2-5 ha, memiliki motor, toko kebutuhan sehari-hari (manisan),
televisi, radio tape/radio, mesin chainsaw (mesin kayu), pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS), serta mobil angkutan (angdes).
3. Miskin, dengan kriteria mempunyai rumah panggung, memiliki kebun karet
lebih kurang 1 ha, radio, sepeda, sebagian mempunyai ternak ayam atau
kambing.
4. Sangat Miskin, dengan kriteria: memiliki rumah kayu (pondok)/panggung atau
menumpang pada orangtua atau orang lain, tidak mempunyai lahan, pada
umumnya buruh tani, mata pencarian tidak tetap serta tidak mempunyai harta
benda.
Berdasarkan kriteria yang ada, maka masyarakat dalam keempat desa
tersebut dideskripsikan seperti pada Tabel 24.
Tabel 24. Tingkat kemakmuran masyarakat
Desa Tingkatan (%)
Kaya Sedang Miskin Sangat Miskin
Pasenan 3,35 31,58 23,88 42,19
Batu Gane 4,40 7,89 23,28 64,43 Napal
Melintang 2,61 9,15 31,98 56,25
Napal Licin 2,00 9,76 13,00 75,24 Sumber: Profil Desa, 2009
top related