bab ii tinjauan pustaka - sinta.unud.ac.id ii.pdf · hubungan alami antara otak kanan dan kiri....
Post on 06-Mar-2019
244 Views
Preview:
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Otak
2.1.1 Serebrum
Serebrum adalah wilayah terbesar dari otak, yang terdiri atas hemisfer kanan
dan kiri yang dibagi oleh suatu celah dalam yang disebut fisura
longitudinalis mayor. Bagian luar hemisfer serebri terdiri dari substansia
grisea yang disebut dengan korteks serebri. Dalam serebrum terdapat pusat-
pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik, juga
mengatr proses penalaran, ingatan, dan intelejensia (Muttaqin, 2008:22-23).
Hal penting dalam fungsi otak adalah keterkaitan antara hemisfer kiri dan
kanan. Struktur yang menghubungkan kedua hemisfer dalam corpus
callosum. Struktur ini terbentuk dari ribuan jaringan saraf dan bertindak
sebagai jalan raya yang membawa informasi antara hemisfer otak kiri dan
kanan (Tynan, 2005:139).
Meskipun otak terbagi atas dua hemisfer, namun kedua bagian tersebut tetap
terhubung oleh jalan raya yang mengalirkan informasi dua arah. Oleh karena
itu, untuk mempertajam dan mengembangkan kemampuan, anak-anak harus
mengetahui cara kerja otak. Setelah anak memahami cara kerja otak mereka,
mereka dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk membantu proses
belajar mereka.
12
Pada abad 21, hasil penelitian yang dilakukan para ilmuan saraf
menyimpulkan bahwa pemikir dan pelajar tertentu mampu memaksimalkan
hubungan alami antara otak kanan dan kiri. Ilmuan saraf bernama Norbert
Jausovec melakukan percobaan untuk melihat apakah benar hubungan antar-
kedua belahan otak yang membuat beberapa anak lebih mampu dalam
mengerjakan soal-soal matematika. Hasilnya, beberapa anak yang
mengerjakan dengan cepat telah menggunakan otak kanan dan otak kiri
secara bersamaan (Tynan, 2005:139).
2.1.2 Diensefalon
Diensefalon adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan struktur-
struktur di sekitar ventrikel ketiga dan membentuk inti bagian dalam
serebrum. Diensefalon biasanya dibagi menjadi empat wilayah, yaitu
talamus, subtalamus, epitalamus, dan hipotalamus. Diensefalon memproses
rangsang sensorik dan membantu memulai reaksi tubuh terhadap rangsang-
rangsang tersebut (Muttaqin, 2008:32).
Talamus merupakan stasiun pemancar sensorik utama serabut aferen dari
medula spinalis ke serebrum. Hipotalamus berperan penting dalam
pengendalian aktivitas sistem saraf otak yang melakukan fungsi vegetatif
penting untuk kehidupan, seperti pengaturan frekuensi jantung, tekanan
darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan, dan aktivitas seksual
(Sloane, 2003:171).
13
2.1.3 Batang Otak
Batang otak terdiri dari otak tengah (diansefalon) pons Varoli dan medula
oblongata. Otak tengah merupakan bagian atas batang otak, yang
mengandung pusa-pusat yang mengendalikan keseimbangan dan gerakan-
gerakan mata. Aqueduktus serebri yang menghubungkan ventrikel ketiga
dan keempat melintas melalui otak tengah ini. Otak tengah dapat dibagi
menjadi dua, yaitu atap yang mengandung banyak pusat-pusat refleks yang
penting untuk penglihatan dan pendengaran; serta jalur motorik besar, yang
turun dari kapsula interna melalui bagian dasar otak tengah, menurun terus
melalui pons dan medula oblongata menuju sumsum tulang belakang
(Pearce, 2009:286).
2.1.4 Sistem Limbik
Menurut Muttaqin (2008:37-38), istilah limbik (limbus) berarti batas atau
tepi. Sistem limbik ini mencakup nukleus dan terusan batasan traktus antara
serebri dan diensefalon yang mengelilingi korpus kalosum. Sistem ini
merupakan suatu pengelompokan fungsional bukan pengelompokan
anatomis yang terdiri atas komponen serebrum, diensefalon, dan
mesensefalon. Struktur kortikal utama adalah girus singuli (kingulata) dan
girus hippokampus dan hippokampus. Bagian subkoryikal mencakup
amigdala, traktus olfaktori, dan septum. Beberapa ahli menyertakan
hipotalamus dan bagian-bagian talamus dalam sistem limbik karena
memiliki hubungan fungsional yang erat. Secara fungsional sistem limbik
berkaitan dengan:
14
1. Suatu pendirian atau respons emosional yang mengarahkan pada tingkah
laku individu.
2. Suatu respons sadar terhadap lingkungan.
3. Memberdayakan fungsi intelektual dari korteks serebri secara tidak sadar
dan memfungsikan batang otak secara otomatis untuk merespons
keadaan.
4. Memfasilitasi penyimpanan suatu memori dan menggali kembali
simpanan memori yang diperlukan.
5. Merespons suatu pengalaman dan ekspresi suasana hati, terutama reaksi
takut, marah, dna emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual.
2.1.5 Serebelum
Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang, yang menempati fosa
kranialis posterior dan diatapi tentorium-serebeli, yang merupakan lipatan
dura meter yang memisahkannya dari lobus oksipitalis serebri. Serebelum
mempunyai hubungan dengan berbagai bagian lain sistem persarafan, yang
terutama adalah dengan hemisfer serebri pada sisi yang lain dan dengan
batang otak. Selain itu serebelum juga menerima serabut dari sumsum
tulang belakang dan berhubungan dengan pusat-pusat refleks penglihatan
pada atap otak tengah, dengan talamus, dan dengan serabur-serabut saraf
pendengaran. Fungsi serebelum adalah mengatur sikap dan aktivias sikap
badan, serta berperan penting dalam koordinasi otot dan menjaga
keseimbangan (Pearce, 2009:348).
15
2.1.6 Korteks Serebri
Beberapa area korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi yang spesifik.
Pada tahun 1909, Korbinian Brodmann, seorang ahli neurologis Jerman
membagi korteks serebri menjadi 47 area dan menjelaskan berbagai makna
fungsional dari area-area tersebut. Beberapa diantaranya dijelaskan dalam
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Area Korteks Serebri
Area Nama Fungsi
1, 2, 3 Korteks parietalis area
somestelik primer
(somatosensorik)
Memproses dan mengintegrasikan
informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatannya. Sensasi umum ini
mencakup nyeri, suh, raba, tekan, dan
proproseptor.
4 Korteks frontalis merupakan
area motorik primer
Gerakan-gerakan volunter.
5, 7 Asosiasi somestelik Menerima dan mengintegrasikan
berbagai modalitas sensorik, yaitu
kualitas, bentuk, tekstur, berat, dan suhu.
Kesadaran akan bentuk tubuh, letak
berbagai bagian tubuh, sikap tubuh, dan
kesadaran akan diri sendiri juga
merupakan fungsi area ini.
6 Korteks pramotorik Gerakan terlatih, seperti menulis,
mengemudi, atau mengetik.
8 Lapang pandang frontal Mendeteksi gerakan volunter dan deviasi
konjugat dari mata dan kepala.
9, 12 Korteks prafrontalis Melakukan gerakan intelektual
kompleks, menerima informasi
penglihatan, dan menyadari sensasi
warna.
Sambungan antarsel otak disebut dengan istilah sinapsis. Sinapsis ini akan
terbentuk jika anak mendapatkan rangsangan. Setiap rangsangan secara
otomatis akan menghasilkan sinapsis. Semakin sering dan semakin banyak
16
rangsangan diterima oleh anak, maka sinapsis tersebut akan semakin
banyak dan semakin kuat. Sinapsis inilah yang mendasari memori atau
daya ingat, atau dengan kata lain jika sinapsis kuat, maka daya ingat juga
kuat, dan begitu pula sebaliknya. Hal inilah yang menyebabkan anak akan
lebih mudah menyerap pelajarannya jika ia belajar secara berulang-ulang,
karena sinapsis yang terbentuk semakin banyak dan semakin kuat (Arif,
2004:7).
Kecerdasan merupakan suatu biopsikososial untuk mengolah dan memilih
informasi yang bisa dimanfaatkan pada suatu kebudayaan untuk mengatasi
suatu masalah atau menciptakan sesuatu yang baru yang berhubungan
dengan persyarafan otak. Jadi dengan kata lain, kecerdasan anak sangat
ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan otak (Parti, Gultom, dan
Joewono, 2009:4).
2.2 Memori
2.2.1 Definisi Memori
Memori adalah salah satu elemen utama yang mempengaruhi proses
menyimpan dan menyampaikan informasi. Namun, karena pembentukan
otak, manusia tidak ingat segala sesuatu yang mereka telah dengar atau
baca, yang mungkin terlalu rumit atau tidak diperlukan untuk penggunaan
jangka panjang. Memori jangka pendek hadir tidak hanya sebagai
kebutuhan, tetapi juga sebagai suatu keharusan bagi peserta didik
akademik pada umumnya (Doung, 2006:1).
17
Memori adalah perekam internal kejadian sebelumnya, dimana
pembentukannya adalah proses multilangkah yang mencakup:
memfokuskan perhatian pada kejadian, nama, atau nomor yang dipilih,
sampai pengeluaran kejadian latar belakang; melatih informasi; dan
mengonsolidasi informasi menjadi simpanan zat kimia dalam otak
(Corwin, 2009:229).
2.2.2 Jenis-Jenis Memori
Muncul konsensus bahwa sistem-sistem memori otak yang utama
mencakup beberapa jenis memori yang berbeda. Berdasarkan fungsinya,
memori dibagi menjadi memori jangka panjang (long-term memory) dan
memori jangka pendek (short-term memory). Sebelumnya, memori jangka
pendek dianggap terpisah dari memori jangka panjang, namun sekarang ia
dianggap sebagai bagian dari memori jangka panjang, yang untuk
sementara berada dalam keadaan aktivasi meningkat pada saat tertentu.
Memori jangka pendek berfungsi sebagai pusat kontrol kognitif untuk
perhatian, karena memori jangka pendek menentukan kemana perhatian
periferal diarahkan, bagaimana mengkodekan input baru, dan bagaimana
terlibat dalam proses pengulangan (Given, 2007:224).
1. Memori Jangka Pendek
Memori jangka pendek, atau disebut juga dengan “memori primer”
atau “memori aktif”, merupaka bagian dari memori yang menyimpan
informasi dalam jumlah terbatas untuk waktu yang juga terbatas, yaitu
sekitar 15-30 detik (Duong, 2006:4). Memori jangka pendek dicirikan
18
oleh ingatan seseorang mengenai 7 sampai 10 angka dalam nomor
telepon (atau 7 sampai 10 fakta jelas lainnya) selama beberapa detik
sampai beberapa menit pada saat tersebut, tetapi hanya akan
berlangsung selama seorang terus menerus memikirkan angka-angka
atau fakta tersebut (Guyton dan Hall, 2007:760).
Dalam struktur molekul DNA, memori jangka pendek bisa dibagi
menurut jenis sensori penerima, yaitu visual, auditori, taktual,
kinestetik, dan penciuman. Anak-anak yang lemah dalam memori
auditori jangka pendek atau memori visual jangka pendek biasanya
mengalami kesulitan belajar. Hal ini dikarenakan mereka gagal untuk
mempertahankan informasi cukup lama untuk menyimpan kata-kata
baru yang didengar atau dibaca ke dalam memori jangka panjang
(Given, 2007:224-225).
Memfokuskan perhatian pada satu kejadian atau bagian informasi
memungkinkan informasi tersebut memasuki simpanan memori jangka
pendek. Ini adalah keadaan aktif ketika kejadian baru dibandingkan
dengan pengalaman sebelumnya. Memori jangka pendek dianggap
sebagai memori kerja, dimana memori ini mempunyai kemampuan
yang terbatas dan jika informasi tidak secara terus-menerus dilatih atau
diperhatikan, informasi tersebut akan hilang ketika input yang baru
sampai untuk mengalihkan perhatian. Akan tetapi, jika informasi
dilatih, informasi tersebut akan tetap berada di simpanan jangka
pendek sampai dapat dikonsolidasikan menjadi simpanan jangka
19
panjang. Memori jangka panjang secara teoritis tidak terbatas dan
permanen, yang mana memori ini bergantung pada beberapa
neurotransmiter eksitasi, termasuk asetilkolin, dopamin, norepinefrin,
dan glutamat, serta bergantung pada hormon yang dilepaskan selama
kejadian stres, termasuk hormon adrenokortikotropik (ACTH),
vasopresin, dan epinefrin. Transmiter inhibisi, termasuk GABA, dapat
mengurangi kemungkinan mengonsolidasi memori dari simpanan
jangka pendek ke jangka panjang (Corwin, 2009:229-230).
Banyak ahli fisiologi telah memperkirakan bahwa memori jangka
pendek ini disebabkan oleh aktivitas saraf yang berkesinambungan,
yang merupakan hasil dari sinyal-sinyal saraf yang terus berjalan
berkeliling pada jejak memori sementara di dalam suatu sirkuit neuron
reverberasi, namun teori ini masih belum dapat dibuktikan.
Kemungkinan penjelasan lain mengenai memori jangka pendek ini
adalah fasilitas atau inhibisi prasimpatik. Hal ini terjadi pada sinaps-
sinaps yang terletak pada fibril-fibril saraf terminal segera sebelum
fibril-fibril tersebut bersinaps dengan neuron-neuron berikutnya.
Bahan-bahan neurontrasmiter yang disekresikan pada terminal seperti
itu seringkali menyebabkan fasilitas atau inhibisi yang berlangsung
selama beberapa detik sampai beberapa menit. Lintasan seperti ini
dapat menimbulkan memori jangka pendek (Guyton dan Hall,
2007:760-761).
20
Ketika memori jangka pendek dikonsolidasikan menjadi memori
jangka panjang, ini dilakukan dengan memecahkan informasi untuk
diingat menjadi unit terpisah yang kemudian diproses di area spesifik
otak. Misalnya, pengalaman visual dipecah menjadi atribut warna,
bentuk, dan ukuran yang berbeda, dan atribut ini disimpan secara
terpisah (Corwin, 2009:230).
2. Memori Jangka Panjang
Memori jangka menengah berlangsung bermenit-menit atau bahkan
berminggu-minggu. Memori ini kadang-kadang akan hilang, kecuali
jejak memori memperoleh aktivasi secukupnya sehingga menjadi lebih
permanen, yang kemudian diklasifikasikan menjadi memori jangka
panjang. Percobaan pada hewan primitif telah menunjukkan bahwa
memori jangka menengah ini dapat merupakan hasil dari perubahan
fisik atau kimiawi yang bersifat sementara, atau keduanya, baik pada
terminal sinaps presimpatik atau pada membran sinaps postsimpatik,
perubahan ini dapat menetap selama bermenit-menit sampai
berminggu-minggu (Guyton dan Hall, 2007:761).
Oleh karena itu tidak ada batasan yang jelas antara memori jangka
menengah yang lebih lama dengan memori jangka panjang yang
sesungguhnya. Namun memori jangka panjang pada umumnya
diyakini sebagai hasil perubahan struktural pada saat ini, bukan hanya
perubahan kimiawi, pada sinaps-sinaps, dan hal tersebut menekan atau
memperkuat penghantaran sinyal-sinyal (Guyton dan Hall, 2007:762).
21
Perkembangan kognitif terdiri atas perubahan-perubahan terkait usia
yang terjadi dalam aktivitas mental. Teori yang paling terkenal tentang
cara berpikir anak, dan teori perkembangan yang lebih kompregensif
dibuat oleh psikolog dari Swiss bernama Jean Piaget, dimana ia
menjelaskan bahwa intelegensia memungkinkan individu melakukan
adaptasi terhadap lingkungan sehingga meningkatkan kemungkinan
bertahan hidup, dan melalui perilakunya, individu membentuk dan
mempertahankan keseimbangan dengan lingkungan (Wong,
2008:118).
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Memori
1. Umur
Bayi yang baru dilahirkan memiliki lebih dari 100 milyar neuron dan
sekitar 1 triliun sel glia yang berfungsi sebagai perekat, serta sinaps
yang akan membentuk bertriliun-triliun sambungan antarneuron. Laju
cepat pertumbuhan otak berlangsung sejak dalam kandungan sampai
sekitar umur 2 tahun. Pada usia 5-6 tahun, volume otak anak sudah
mencapai 80% volume otak dewasa (Sumaryanti, Kushartanti, dan
Ambardhini, 2010:32).
Pasca kelahiran, kegiatan otak dipengaruhi dan tergantung pada
kegiatan neuron dan cabang-cabangnya dalam membentuk triliunan
sambungan antarneuron. Melalui persaingan alami, akhirnya
sambungan-sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan
22
mengalami atrofi. Pemantapan sambungan terjadi apabila neuron
mendapatkan informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan
listrik. Letupan tersebut merangsang bertambahnya produksi selubung
saraf (myelin). Semakin banyak myelin yang diproduksi, semakin
banyak bagian saraf yang tumbuh, sehingga semakin banyak pula
sinaps yang terbentuk, hal ini berarti lebih banyak neuron yang
menyatu membentuk unit-unit. Kualitas kemampuan otak dalam
menyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron
yang membentuk unit-unit. Otak manusia bersifat hologram, yang
dapat mencatat, menyerap, menyimpan, memproduksi, dan
merekonstruksi informasi. Kemampuan otak yang dipengaruhi oleh
kegiatan neuron ini tidak bersifat spontan, tetapi dipengaruhi oleh
mutu dan frekuensi stimulasi yang diterima indera (Sumaryanti,
Kushartanti, dan Ambardhini, 2010:33).
Sampai umur 3 tahun, anak sudah dapat menggunakan bahasa dan
mengartikan untuk memperoleh hal-hal yang baru dengan sendirinya.
Saat ini timbul sikap bosan dan tidak sabaran. Sampai umur 6 tahun,
yakni sebelum masa sekolah anak telah dipersiapkan dalam
perkembangan-perkembangan fisik, karakterlogis, intelektual, dan
sosial (Gunarsa, 2003:11).
Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas
rendah dan kelas atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan
tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang terdiri dari kelas
23
empat, lima, dan enam. Di Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada
di antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok
kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun. Anak-anak kelas
rendah adalah kelompok yang baru saja mengalami proses peralihan
dari fase bermain dan bersiap-siap untuk belajar, sedangkan anak-anak
di kelas-kelas atas, otak, emosi, spiritual, dan jiwa sosial mulai
berkembang ke level siap belajar dan berargumentasi yang sederhana.
(Budiman, 2014:1). Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, anak
kelas IV diasumsikan dengan cepat belajar gerakan senam otak dengan
benar serta sudah dapat menilai efek gerakan dan manfaat yang
dirasakan.
2. Genetik
Abnormalitas kromosomal yang menghasilkan abnormalitas kognitif
yang mempengaruhi kemampuan intelektual diharapkan dapat
memberi wawasan terhadap proses biologi fungsi kognirif manusia.
Namun kesuksesan dalam menemukan mutasi yang menyebabkan
retardasi mental belum dapat diimbangi dengan pengertian bagaimana
gen-gen tersebut mempengaruhi kognitif (Putranto, 2009:17).
Para peneliti dari NIH (National Institutes of Health, Amerika Serikat)
menemukan bahwa orang dengan gen met BDNF mempunyai nilai
yang lebih buruk pada tes memori episodik. Selain itu orang dengan
gen tersebut menunjukkan aktivitas hippokampus yang berbeda dari
24
orang yang normal dan mempunyai kesehatan saraf yang lebih buruk
dari orang normal (Asher dan Bock, 2003:1).
3. Nutrisi
Gizi merupakan modal dasar agar anak dapat mengembangkan potensi
genetiknya secara optimal. Bahan dasar zat gizi yang dibutuhkan harus
disediakan secara seimbang, baik dalam aspek kuantitas maupun
kualitasnya. Kesalahan dalam memberikan makan akan mempengaruhi
kualitas manusia di kemudian hari, dimana semakin dini kesalahan
pemberian makanan, maka semakin berat akibat yang ditimbulkan, hal
ini terutama berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
organ vital terutama otak yang semakin besar terjadi sangat cepat pada
masa kehamilan serta bulan-bulan pertama kehidupan (Arif, 2004:20).
Anak yang mengalami kurang nutrisi terutama selama periode kritis
pertumbuhan otak akan mempunyai nilai yang lebih rendah pada tes
pembendaharaan kata, pemahaman bacaan, aritmatika dan
pengetahuan umum serta mengalami gangguan perkembangan motorik
(Setiabudhi dan Hardywinoto, 2003:132).
Kekurangan gizi selama periode pasca natal dini menghasilkan
perlambatan bermakna dari laju pertumbuhan sistem saraf pusat,
dengan berat otak yang lebih rendah, korteks serebri yang lebih tipis,
jumlah neuron yang lebih sedikit, kurangnya mielinisasi dan
percabangan dendrit (Putranto, 2009:20).
25
Diperkirakan 10% dari total besi berada di otak dan berada pada
neuron di hippokampus yang menempati lumen vesikel sinaps yang
berisi glutamat. Zat besi ini ikut berperan dalam neuromodulator pada
glutaminergik sinaps. Telah diteliti juga bahwa bila terjadi difisiensi
zat besi maka akan terjadi gangguan terhadap penghantaran stimulus
yang diterima oleh akson dan badan neuron sehingga dapat terjadi
gangguan memori (Colvin, Davis, Nipper, dan Carter, 2000:1484).
Defisiensi besi merupakan gangguan zat gizi mikro yang sering
dijumpai. Zat besi banyak dijumpai dalam jaringan saraf otak, dan
berfungsi untuk meningkatkan daya ingat (memory) serta keterampilan
berpikir. University of Texas mendapatkan bahwa wanita yang
kekuranan zat besi mengalami kekurangan daya ingat. Cedera pada
kepala cenderung untuk menurunkan kadar besi beberapa minggu
setelah terjadinya kecelakaan dan pemberian zat besi mampu
memperbaiki fungsi kognitif penderita (Setiabudhi dan Hardywinoto,
2003:138-139). Mengingat nutrisi juga dapat mempengaruhi kognitif
anak, maka peneliti hanya memasukan anak dalam kriteria inklusi jika
status gizinya normal.
Indikator status gizi yang digunakan harus peka terhadap perubahan
status gizi penduduk. Peka dalam arti bahwa suatu perubahan yang
kecil pada status gizi masih dapat ditunjukkan dengan nyata oleh
indikator tersebut. Pertumbuhan fisik anak yang bercirikan
pertambahan besar ukuran-ukuran antropometri merupakan indeks
26
yang paling peka untuk menilai status gizi dan kesehatan (Yudesti dan
Prayitno, 2013:3).
IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah salah satu bagian dari indeks
antropometri yang digunakan untuk memantau status gizi seseorang
yang berumur 5-18 tahun, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan (Kepmenkes RI, 2011:4-5).
Berikut merupakan batas ambang IMT di Indonesia menurut Depkes
dalam Asmadi (2008:84).
Tabel 2.2 Batas Ambang Indeks Massa Tubuh (IMT) di Indonesia
Kategori IMT Status gizi
Sangat kurus < 17 Gizi kurang
Kurus 17,0 - 18,5 Gizi kurang
Normal 18,6 - 25,0 Gizi baik
Gemuk > 25,0 - 27,0 Gizi lebih
Obesitas > 27,0 Gizi lebih
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur IMT adalah sebagai
berikut:
IMT = Berat badan (kg)/Tinggi badan2 (m)
Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja, maupun
orang dewasa. Pada anak-anak dan remaja pengukuran IMT sangat
terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi
perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh. Oleh karena itu, pada
anak-anak dan remaja digunakan indikator IMT menurut umur, yang
27
biasanya disimbolkan dengan IMT/U. Pada anak-anak dan remaja usia
5-19 tahun nilai IMT-nya harus dibandingkan dengan dengan referensi
WHO/NCHS 2005 (Kepmenkes RI, 2011:2).
Tabel 2.3 Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) Anak Umur 5-18 Tahun
Kategori Ambang Batas (Z-Score)
Sangat kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk > 1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas > 2 SD
Sumber: Kepmenkes RI tahun 2011. Standard Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak. Hal 5.
4. Hormon Tiroid
Hormon tiroid sangat penting dalam tumbuh kembang otak yang
normal. Defisit atau kelebihan hormon tiroid selama perkembangan
dapat berefek buruk pada fungsi neurologi saat beranjak dewasa
nantinya. Bahkan perubahan kecil kadar hormon tiroid yang
bersirkulasi di dalam ibu hamil dapat mempengaruhi keluaran
neurologik anak (Zoeller, Dowling, Herzig, Iannacone, Gauger, dan
Bansal, 2002:355).
Bila janin tidak mendapat hormon tiroid dalam jumlah cukup, maka
pertumbuhan dan pematangan otak sebelum bayi itu dilahirkan dan
sesudahnya akan sangat terbelakang. Sebaliknya bila hormon tiroid
sangat berlebihan makan lebih cepat terjadi katabolisme daripada
timbulnya sintesis protein (Guyton dan Hall, 2007:237).
28
5. Stimulasi atau Lingkungan
Otak bukanlah organ yang statis, melainkan dinamis yang senantiasa
tumbuh dan berkembang membentuk jaringan antarsel saraf.
Pertumbuhan jaringan antarsel saraf ini dipengaruhi oleh stimulasi
lingkungan, dimana dalam hal ini otak beradaptasi terhadap stimulasi
lingkungan. Semakin banyak dan sering anak diberikan stimulasi,
makin banyak dan kuat jalinan antarsel saraf sehingga anakpun
semakin cerdas. Saat mempelajari hal baru, struktur otak anak akan
berubah secara dramatis, yang berdampak pada hubungan antarneuron
yang menjadi lebih banyak, sel glia yang menyokong fungsi neuron
bertambah, dan kapiler-kapiler darah yang menyuplai darah dan
oksigen ke otak menjadi lebih padat (Sumaryanti, Kushartanti, dan
Ambardhini, 2010:33).
Paparan terhadap lingkungan yang mendukung mempunyai banyak
efek positif pada struktur dan fungsi otak, termasuk menambah jumlah
cabang-cabang dendrit, memperbanyak sinapsis (hubungan antarsel
saraf), meningkatkan jumlah sel penyokong saraf, dan memperbaiki
kinerja dalam tes memori spasial. Paparan terhadap lingkungan yang
mendukung disertai aktivitas fisik dapat meningkatkan kinerja
Hippocampus pada proses belajar (Brown, 2003:2042).
Pengaruh lingkungan tidak dapat dilepaskan dari perkembangan
manusia. Gen yang kita warisi adalah terbatas, sedangkan kemampuan
otak untuk mengembangkan miliaran koneksi baru antarsel-selnya
29
tidak terbatas. Pendidikan, pengetahuan, proses belajar, dan
pengalaman memberikan pengaruh besar terhadap jumlah koneksi baru
yang dibuat oleh otak sepanjang hidup kita (Tynan, 2005:4).
Berdasarkan pengamatan, banyak anak-anak yang ditemukan dalam
keadaan interaksi sosial yang minim. Perkembangan otak anak-anak
ini, termasuk kemampuan bicara dan berbahasa mereka sangat
terbatas. Memberikan pengasuhan, dukungan, dan lingkungan sosial
tidak hanya bermanfaat untuk menumbuhkan kepercayaan diri,
perkembangan emosi, dan pembentukan manusia seutuhnya tetapi juga
penting untuk mengembangkan fungsi otak dan kecerdasan anak
(Tynan, 2005:4).
6. Cidera Otak
Cidera otak pada anak dapat berasal dari trauma kepala atau terjadi
selama masa rawan saat periode pertumbuhan cepat otak janin.
Termasuk trauma prenatal, saat persalinan yang sulit, atau pada masa
pasca natal dari hipoksia, infeksi susunan saraf pusat (menginitis atau
ensefalitis), penyakit serebrovaskular seperti stroke, gangguan
metabolik (seperti fetilketouria), alkohol, berasal dari pengobatan
(operasi atau radioterapi otak) atau dari intoksikasi logam berat
(merkuri, timbal, timah, atau kadmium). Masalah yang mengikuti
kerusakakn otak adalah masalah yang berhubungan dengan fungsi
fisik, perilaku, emosi, dan kognitif termasuk diantaranya adalah fungsi
belajar dan mengingat (Middleton, 2001:257).
30
7. Epilepsi
Epilepsi merupakan masalah pediatrik yang besar dan lebih sering
terjadi pada usia dini dibandingkan usia selanjutnya, namun insiden
yang tepat belum diketahui secara pasti. Secara keseluruhan insidens
tahunan dalam dekade pertama kehidupan diperkirakan mencapai 60
per 100.000 dengan prevalensi 3 per 1000 (Passat dalam Putranto,
2009:29).
Kesulitan mengingat pada individu dengan epilepsi sudah dikenal
dengan baik dan mereka mencari informsai untuk masalah memori
lebih banyak daripada gangguan lain. Epilepsi dapat mengganggu
fungsi memori melalui beberapa jalan, yaitu tumor atau lesi yang
mendasari penyakit, bangkitnya kejang atau aktivitas elektrik otak
yang tidak semenstinya serta berasal dari pengobatan anti epilepsi.
Obat-obat anti epilepsi memang diharapkan akan mengurangi
bangkitnya kejang tetapi di sisi lain dapat mempengaruhi kecepatan
otak dalam memproses informasi (Epilepsy Action, 2008:6).
8. Sters
Ditemukan pada penelitian binatang bahwa stres yang berulang dapat
menyebabkan atrofi dendrit, menekan neurogensis hippokampus serta
mengganggu proses spatial learning dan memori (Koo, et al., 2003:2).
31
Sejumlah neurotransmitter, neuropeptida, dan hormon berhubungan
dengan respons akut psikobiologi terhadap stres dan keluhan psikiatrik
jangka panjang (Charney, 2004:196).
Selama stres, korteks adrenal juga akan mensekresikan kortisol, yang
akan meningkatkan kadar gula darah untuk menyediakan energi yang
dibutuhkan (Hannaford dalam Putranto, 2009:31). Ditemukan pula
peningkatan kortisol yang progresif berhubungan dengan penurunan
volume hippokampus dan penurunan performa tes memori yang
tergantung hippokampus (McEwen, 2007:875).
Selain itu, stres dapat mengaktivasi locus coeruleus (LC) yang
mengakibatkan peningkatan pengeluaran norepinefrin (NE) pada
proyeksi LC termasuk di dalamnya amygdla, korteks prefrontal, dan
hippokampus, peninggian aktivitas sistem LC-NE dapat menghambat
fungsi korteks prefrontal, sehingga lebih menyokong respons
instingtual daripada proses kognititf yang kompleks.
Hiperresponsifitas pada sistem LC-NE juga akan meyumbang pada
ketakutan dan kecemasan kronik, gangguan memori dan peningkatan
resiko hipertensi (Charney, 2004:197).
2.2.4 Penilaian Memori
Untuk mengetahui tingkatan daya ingat, Hilda dalam Swardiani (2012:20)
membagi menjadi tiga kategori, yaitu:
32
Tabel 2.4 Penggolongan dan Batasan Nilai Memori Jangka Pendek
No Kategori Interval Nilai
1 Tinggi X < 12
2 Sedang 8 < X < 12
3 Rendah X < 8
2.3 Senam Otak
2.3.1 Definisi Senam Otak
Menurut Dennison (2009:1), senam otak (Brain Gym) adalah serangkaian
gerakan sederhana yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
belajar dengan menggunakan keseluruhan otak.
Gerak dan latih otak (Brain Movement and Excercise) merupakan
pelatihan fisik sekaligus kognitif yang dirancang untuk meningkatkan
kemampuan kognitif (Kusumoputro dan Sidiarto dalam Dewi, 2010:13).
Prinsip gerakan dalam Gerak dan Latih Otak mudah dan dapat dilakukan
saat sasuduk atau berdiri (Arief dalam Dewi, 2010:13).
Senam merupakan gerak badan dengan gerakan tertentu (Kamus Bahasa
Indonesia, 2008:1308), sedangkan otak merupakan benda putih yang lunak
terdapat di rongga tengkorak yang menjadi pusat saraf (Kamus Bahasa
Indonesia, 2008:1024). Jadi senam otak adalah gerakan tertentu untuk
melatih pusat saraf.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa senam
otak adalah gerakan sederhana untuk melatih pusat saraf dalam
33
meningkatkan kemampuan belajar dan kognitif yang dapat dilakukan saat
duduk atau berdiri.
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Senam Otak
Dennison (2009:1) menyatakan bahwa kegiatan senam otak dibuat untuk
menstimulasi dimensi lateralis (untuk belahan otak kiri dan kanan),
meringankan dimensi pemfokusan (untuk bagian belakang dan bagian
depan otak), serta merelaksasi dimensi pemusatan (untuk sistem limbis
dan otak besar).
Hal tersebut sama dengan pendapat Kusumoputro dan Sidiarto (2006:108)
yang menyatakan bahwa senam otak atau gerak latih otak telah dilakukan
penelitian dan secara bermakna terbukti meningkatkan kemampuan
kognitif (kewaspadaan, pemusatan perhatian, daya ingat, dan fungsi
eksekutif).
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari senam otak adalah meningkatkan kemampuan kognitif dengan
cara menstimulasi, meringankan, dan merelaksasi dimensi dalam otak
manusia, yaitu dimensi lateralis, pemfokusan, dan dimensi pemusatan.
Senam otak merupakan usaha alternatif alami yang sehat dan bermanfaat
dalam menghadapi ketegangan pada diri. Adapun manfaat senam otak ini
adalah memfasilitasi agar beban otak kanan dan otak kiri sama serta
seimbang. Selain itu, akan memperlancar aliran darah dan oksigen serta
merangsang kedua belahan otak untuk bekerja (Dennison, 2009:1).
34
Latihan senam otak yang dianjurkan adalah tiga kali dalam seminggu,
masing-masing sekitar 15-20 menit (Arief dalam Dewi, 2010:14).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartawan (2013:1)
menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan skor tes digit span setelah
perlakuan senam otak 2 kali dalam seminggu selama 2 bulan.
2.3.3 Gerakan Senam Otak
Pedoman gerakan senam otak menurut Dennison dalam Dewi (2010:15-
17) antara lain:
1. Gerakan Menyebrangi Garis Tengah (The Middle Movement)
Gerakan menyebrangi garis tengah berpusat pada keterampilan yang
diperlukan untuk gerakan bagian tubuh kiri dan kanan dengan
melewati bagian tengah tubuh. Gerakan ini membantu
mengintegrasikan penglihatan, pendengaran, serta sisi kiri dan kanan
dari otak dan badan. Jenis gerakan ini antara lain:
a. Gerakan Silang, adalah menggerakkan secara bergantian pasangan
kaki dan tangan yang berlawanan, seperti pada gerak jalan di
tempat. Gerakan ini mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan
merupakan gerakan pemanasan. Gerakan ini bisa dilakukan sambil
duduk.
b. Gerakan Delapan Tidur, adalah angka delapan digambar dalam
posisi tidur dengan titik tengah yang jelas, memisahkan wilayah
lingkaran kiri dan kanan, serta dihubungkan dengan garis yang
tersambung. Gambar angka delapan tidur dapat dilakukan di udara
35
atau di atas permukaan seperti pasir, kertas, atau papan tulis.
Gerakan ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap tangan.
c. Gerakan Putaran Leher, adalah gerakan yang dilakukan dengan
memejamkan mata kemudian tarik nafas dalam-dalam, kemudian
kepala diputar di posisi depan saja, setengah lingkaran dari kiri ke
kanan menghembuskan bernapas. Tidak disarankan memutar
kepala hingga belakang. Ulangi langkah tersebut sebanyak 5 kali.
d. Pernapasan Perut, dilakukan dengan menarik nafas melalui hidung
kemudian hembuskan nafas pendek melalui bibir yang
diruncingkan sambil meletakkan tangan di perut bagian bawah.
Tarik nafas sedalam-dalamnya melaui hidung, tahan selama 3
detik, dan keluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan. Ulangi
sebanyak 5 kali.
e. Coretan Ganda, adalah gerakan yang mengaktifkan kedua sisi otak
dan tubuh pada waktu yang sama, dengan mendukung satu
hemisfer agar memimpin sementara yang lain mengikutinya.
Gerakan ini dilakukan dengan menggunakan kedua tangan secara
bersamaan untuk menggambar.
2. Gerakan Meregangkan Otot (Lengthening Activities)
Gerakan ini dapat membantu mengembangkan dan menguatkan
hubungan-hubungan saraf di otak bagian belakang dan otak bagian
depan. Selain itu, gerakan ini dapat mengendurkan otot dan tendon
36
yang menegang dan memendek karena refleks batang otak. Jenis
gerakan ini antara lain:
a. Gerakan Burung Hantu, adalah gerakan memijat satu bahu untuk
membuat otot menjadi tidak tegang sambil menggerakkan kepala
perlahan ke kiri lalu ke kanan dengan tinggi posisi dagu tetap.
Gerakkan kepala ke arah kanan secara perlahan sambil
menghembuskan nafas, kemudian gerakkan kepala kembali lurus
ke depan sambil menarik nafas (menarik nafas selalu ketika kepala
menghadap ke depan, menghembuskan nafas ketika kepala
digerakkan ke kanan atau ke kiri). Ulangi pada bahu yang lain.
b. Gerakan Mengaktifkan Tangan, dilakukan dengan meluruskan satu
tangan ke atas kemudian tangan yang lain memegang siku tangan
yang diangkat. Gerakan ini bisa dilakukan sambil duduk atau
berdiri.
c. Menguap Berenergi, dilakukan dengan menaruh jari-jari Anda
pada setiap tempat yang kencang pada rahang. Menguaplah dalam-
dalam dengan relaks dan bersuara, sambil dengan lembut memijat
untuk menghilangkan ketegangan.
3. Gerakan Meningkatkan Energi dan Penguatan (Energy Exercise and
Deepening Attitute)
a. Gerakan Sakelar Otak, dilakukan dengan menyentuh pusar dengan
satu tangan, sementara tangan yang lain memijat pada lekukan
selangka dada.
37
b. Gerakan Tombol Bumi, dilakukan dengan ujung jari satu tangan
menyentuh bawah bibir, ujung jari lainnya di pinggir atas tulang
kemaluan (+ 5 cm di bawah pusar). Bayangkan sebuah garis
imajiner yang tegak lurus didepan mata dari lantai ke atap.
Arahkan mata mengikuti garis tersebut dari bawah ke atas sambil
menarik nafas pelan-pelan. Ganti tangan untuk mengaktifkan
kedua sisi otak.
c. Kait Relaks, adalah gerakan yang berfungsi untuk keseimbangan
dan koordinasi. Pertama, letakkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan
tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah,
jari-jari kedua saling menggenggam, kemudian tarik kedua tangan
ke arah pusat dan terus ke depan dada. Tutuplah mata dan pada saat
menarik napas. Lidah ditempelkan pada langit-langit mulut dan
dilepaskan lagi pada saat menghembuskan napas. Tahap kedua,
buka silangan kaki, dan ujung-ujung jari kedua tangan saling
bersentuhan secara halus, di dada atau dipangkuan, sambil
bernapas dalam 1 menit.
d. Gerakan Tombol Imbang, dimana tombol imbang terdapat di
belakang telinga, pada sebuah lekukan di batas rambut antara
tengkorak dan tengkuk (4-5 cm ke kiri dan ke kanan dari garis
tengah tulang belakang) dan persis di bekalang daerah mastoid.
Sentuh daerah ini dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain
38
menyentuh pusar selama + 30 detik dan sebaliknya. Gerakan ini
dapat dilakukan sambil berdiri, duduk, atau berbaring.
2.4 Musik
2.4.1 Definisi Musik
Musik adalah serangkaian suara yang diorganisir sedemikian rupa dengan
dukungan elemen-elemen yang menyertainya, seperti pitch, timre (warna
suara), tempo, dan dinamika (keras lembutnya suara) (Djohan, 2006:50).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:987), musik adalah ilmu
atau seni penyusunan nada atau suara yang mengandung irama, lagu, dan
keharmonisan dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk
menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan
kesinambungan.
Pengertian lain dari musik menurut Schindler dalam Christianti (2010:4)
adalah “either something that simply washes over us or s means of
expression we actively participate in with heart, mind, and soul.” Dalam
pengertian di atas, disebutkan bahwa di dalam musik terdapat perpaduan
hati, jiwa, dan pikiran yang terpadu dalam sebuah karya seni yang
dinikmati oleh pemain dan orang yang mendengarnya.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa musik
adalah rangkaian nada-nada disertai elemen-elemen yang disusun secara
39
teratur dan harmonis sehingga dapat dinikmati oleh semua orang yang
mendengarnya.
2.4.2 Jenis Musik
Secara umum jenis musik dibedakan menjadi 2 yaitu musik vokal dan
instrumental. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1610), vokal
artinya bunyi bahasa yang dihasilkan dengan getaran pita suara, sedangkan
instrumental artinya lagu yang dinyanyikan dengan memakai alat-alat
musik dan tidak dinyanyikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:559).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jika suara
tersebut berasal dari alat musik maka musik tersebut disebut sebagai musik
instrumental. Namun jika dilengkapi dengan vokal manusia maka
dinamakan musik vokal.
Jenis musik yang digunakan sebagai pengiring senam otak adalah musik
instrumental. Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh
O’Hare (2011:1) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara kelompok yang mendapat intervensi musik instrumental dan
kelompok yang mendapat intervensi musik vokal. Tes post hoc
menunjukkan kelompok instrument memiliki skor signifikasi yang lebih
tinggi daripada kelompok kontrol dan kelompok vokal memiliki kinerja
yang jauh lebih buruk daripada kelompok instrumental.
Penelitian yang dilakukan Hyde et al (2009:183) juga menjelaskan bahwa
anak yang diberikan stimulus musik instrumental selama 15 bulan
40
menunjukkan perbaikan perilaku dan menunjukkan perubahan pada voxel
(fungsi koneksi otak) di daerah otak, seperti gyrus precentral kanan (area
motorik tangan) dan corpus callosum.
Namun perlu diingat bahwa kesesuaian terapi musik akan sangat
ditentukan oleh nilai-nilai individu, falsafah yang dianut, pendidikan,
tatanan klinis, dan latar belakang budaya (Djohan, 2006:25). Berdasarkan
hal tersebut adapun musik instrumental yang digunakan dalam penelitian
ini adalah musik instrumental Morning Happiness dari Gus Teja karena
alat-alat musik yang digunakan dalam musik instrumental ini sering
digunakan dalam upacara adat di Bali, sehingga anak-anak yang diberikan
senam otak dengan iringan musik sudah mempunyai latar belakang budaya
yang sama.
Penelitian yang dilakukan oleh Raharja (2009:139) juga menyimpulkan
bahwa efek positif terjadi pada perlakuan mendengarkan musik- musik
yang sudah akrab dengan anak, sedangkan musik yang belum akrab dapat
mengganggu konsentrasi anak dalam mengerjakan tugas. Dan dari ketiga
jenis musik yang diberikan, Lagu anak mempunyai pengaruh positif paling
kuat, Dolanan Jawa mempunyai pengaruh positif agak kuat, dan pengaruh
negatif terjadi pada musik Klasik.
2.4.3 Manfaat Musik
41
Di dalam otak manusia terdapat reseptor (sinyal penerima) yang dapat
mengenali musik. Anak yang terbiasa mendengarkan musik tidak saja
meningkatkan kognisi anak secara optimal, juga membangun kecerdasan
emosional, meningkatkan perkembangan motorik, meningkatkan
kemampuan berbahasa, matematika, bersosialisasi, dan membangun rasa
percaya diri (Wiflihani, 2009:5-6).
Tujuan diberikan terapi musik adalah untuk membantu mengekspresikan
perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap
kondisi suasana hati dan emosi, serta meningkatkan memori (Djohan,
2006:25).
2.4.4 Cara Pemberian Musik
Satuan volume untuk mendengarkan getaran suara adalah decibel (dB).
Untuk mendengarkan musik menggunakan headset, biasanya individu
menggunakan volume 70-90 dB. Volume musik yang dinyatakan
comfortable adalah yang memiliki volume 70 dB, sementara yang
biasanya diperdengarkan pada konser simfoni musik klasik adalah 70-100
dB (Dewi, 2014:31). Berdasarkan hal tersebut peneliti menggunakan
musik dengan volume 70 dB agar anak-anak merasa nyaman saat
mendengarkan musik instrumental yang digunakan untuk mengiringi
senam otak.
42
2.5 Pengaruh Senam Otak yang Diiringi Musik Terhadap Memori Jangka
Pendek
Brain Gym atau Senam Otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang
menyenangkan dan digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar
dengan menggunakan keseluruhan otak, sehingga jika diterapkan pada anak
juga akan membantu optimalisasi perkembangan otaknya. Untuk aplikasi
gerakan senam otak dipakai istilah Dimensi Lateralis untuk belahan otak kiri
dan kanan, Dimensi Pemfokuskan untuk bagian belakang otak (batang otak
atau brainstem) dan bagian depan otak (frontal lobes), serta dimensi
pemusatan untuk sistem limbik (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex)
(Arif, 2004:28).
Pembelajaran berbasis otak bertujuan untuk mengoptimalkan cara belajar
dengan cara mengharmonikan cara belajar visual, auditorik, dan kinestetik,
serta menyeimbangkan fungsi penalaran konkrit pada otak kiri dan penelaran
abstrak pada otak kanan (Kemenkes RI, 2000:2).
Otak yang sehat akan berpengaruh terhadap kondisi fisik, mental, sosial, dan
spiritual. Salah satu upaya untuk memelihara otak agar tetap sehat adalah
dengan melakukan aktivitas fisik. Hal ini dikarenakan aktivitas fisik dapat
meningkatkan kadar molekul aktif di otak yang disebut dengan Brain Derived
Neurotropic Factor (BDNF), yang dapat memperbaiki fungsi kognitif secara
langsung. Aktivitas fisik bukan hanya sekedar mempertahankan dan
memperbesar otot kita, tetapi juga meningkatkan ukuran hipokampus yang
merupakan pusat kognitif dan memori kita (Kemenkes RI, 2000:3).
43
Willis (2008:280), menjelaskan bahwa hippocampus berperan utama dalam
pemrosesan memori, yang mana hippocampus menangkap input sensoris dan
mengintegrasikannya dengan pola-pola terkait dari memori yang sebelumnya
sudah disimpan untuk membentuk informasi baru.
Bagian otak, di lobus frontalis yang terkait dengan pembelajaran adalah cortex
prefrontal. Cortex prefrontal adalah tempat fungsi eksekutif yang
mengorganisasi dan menata informasi, serta mengkoordinasikan pemikiran
yang lebih tinggi dan terkait dengan pemfokusan perhatian (Willis, 2008:284).
Fungsi eksekutif merupakan proses kognitif yang melatih kontrol sadar atas
emosi dan pikiran. Kontrol ini memungkinkan seseorang untuk
mengorganisasi, menganalisis, menyensor, menghubungkan, menilai,
mengabstraksi, menyelesaikan masalah, memfokuskan perhatian, dan
mengaitkan informasi yang masuk dengan tindakan yang tepat (Willis,
2008:258).
Otak perlu dipelihara baik secara strukturan maupun fungsional. Pemilihan
secara struktural dilakukan dengan mengalirkan darah, oksigen, dan energi
yang cukup ke otak. Dengan terpeliharanya struktur otak, fungsi otakpun akan
lebih optimal. Pemeliharaan fungsional otak dapat dilakukan dengan berbagai
proses belajar, diantaranya belajar gerak, belajar mengingat, belajar
merasakan, belajar melihat, dan lain sebagainya (Sumaryanti, Kushartanti, dan
Ambardhini, 2010:34).
44
Pembelajaran gerak yang terstruktur dan terprogram bermanfaat untuk
merangsang berbagai pusat belajar di otak. Gerakan yang menyebabkan fungsi
belahan otak kiri dan kanan bekerjasama akan memperkuat hubungan antara
kedua belahan otak. Gerakan-gerakan menyilang garis tengah tubuh dapat
mengintegrasikan kedua belahan otak sehingga otak mampu mengorganisasi
dirinya sendiri. Saat siswa melakukan gerakan meyilang, aliran darah di
semua bagian otak meningkat, sehingga akan memperkuat proses belajar. Hal
ini dimungkinkan karena dengan aktivitas tersebut akan menyatukan daerah
motorik dan kognitif di otak, yaitu cerebellum, ganglia basalis, dan corpus
callosum yang selanjutnya dapat menstimulasi produksi neurotropin yang
dapat menambah jumlah koneksi sinapsis (Sumaryanti, Kushartanti, dan
Ambardhini, 2010:34).
Gerakan mata yang mengikuti gerakan tangan akan melatih hubungan antara
pusat pengihatan dan pusat gerakan. Latihan keseimbangan akan merangsang
beberapa bagian otak yang mengatur keseimbangan, seperti otak kecil, pusat
gerakan di area dahi (lobus frontalis) di otak besar, pusat rasa sikap dan rasa
gerakan di area ubun-ubun (lobus parietalis), serta latihan fungsi
keseimbangan berpengaruh baik terhadap pengendalian emosi. Di samping itu,
konsentrasi dan fokus mental anak-anak juga meningkat sesudah melakukan
aktivitas fisik yang terstruktur. Latihan-latihan ini mempunyai efek pada lobus
frontalis otak yang berguna untuk konsentrasi mental, pencernaan, dan
pengambilan keputusan (Sumaryanti, Kushartanti, dan Ambardhini, 2010:34-
35).
45
Keuntungan latihan fisik tidak saja mengurangi stres dan lemak, namun juga
membuat kita lebih cerdas. Sebuah tes pada tikus-tikus dilakukan dengan
memberika latihan fisik tiga jam sehari selama lima minggu. Kelompok tikus
yang lain hanya diam dan tidak melakukan olahraga apapun. Hasil penelitian
menunjukkan hubungan erat antara olahraga dan pertumbuhan sel otak pada
tikus-tikus yang berolahraga (Tynan, 2005:170).
Pemeliharaan otak secara struktural memerlukan suplai darah, oksigen, dan
energi yang cukup ke otak hingga diharapkan struktur otak akan terpelihara.
Dengan terpeliharanya struktur otak secara optimal, fungsi otak pun akan
menjadi lebih optimal. Pemeliharaan fungsi otak sebenarnya dapat dilakukan
dengan berbagai proses belajar, di antaranya belajar gerak, belajar mengingat,
belajar merasakan, belajar melihat, dan sebagainya. Semua proses belajar
tersebut akan selalu merangsang pusat-pusat otak (brain learning stimulation).
Pasalnya, di dalam otak terdapat pusat-pusat yang mengurus berbagai fungsi
tubuh, seperti gerakan, arah rasa gerakan, rasa kulit, rasa sikap, rasa gerakan,
berbahasa, baca, tulis, pusat penglihatan, pendengaran, dan lainnya (Markam,
2005:1).
Senam otak dapat merangsang kedua belahan otak untuk bekerja. Gerakan-
gerakan ringan dalam permainan melalui tangan dan kaki dapat memberikan
rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus
inilah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan,
konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah, dan
kreativitas), menyelaraskan kemampuan beraktifitas dan berfikir pada saat
46
yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol
emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja panca indera, menjaga
kelenturan dan keseimbangan tubuh.
Prihastuti (2009:43) meneliti pengaruh braingym terhadap peningkatan
kecakapan berhitung siswa Sekolah Dasar, dan berdasarkan hasil uji
perbedaan nilai rata-rata tes kecakapan berhitung sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan, diperoleh nilai ttes = - 2.2772; sig= .008, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai tes kecakapan berhitung yang
sangat signifikan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (menunjukkan
pengaruh positif).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putranto (2009:16), untuk
membuktikan pengaruh senam otak terhadap memori jangka pendek pada
anak dari keluarga status ekonomi rendah, mendapatkan hasil bahwa terdapat
peningkatan bermakna skor Digit Span (p=0,000), subtes Digit Backward dan
Digit Forward (p=0,003 dan p=0,002). Sedangkan pada kelompok kontrol
tidak terdapat peningkatan bermakna skor Digit Span (0,0457). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang bermakna fungsi memori
jangka pendek setelah pelaksanaan senam otak 3 kali seminggu selama 2
bulan pada anak dari keluarga status ekonomi rendah.
Teori kognitif juga menunjukkan bagaimana musik dirasakan, bagaimana
skema kognitif dapat aktif saat mendengarkan musik, dan bagaimana reaksi
otak terhadap musik setiap orang yang sehat dapat bereaksi terhadap musik
47
baik secara fisik maupun psikis. Diketahui pula separuh dari otak manusia
memiliki tugas untuk memproses berbagai aspek pengalaman musik
(Ngalifah, 2010:15). Kecerdasan intelegensi dari seorang anak yang sejak
kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang, apabila
dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Musik dalam
hal ini adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur
(Ngalifah, 2010:16).
Indikator fisik dan fisiologis yang tidak dapat diabaikan ketika seseorang
diberikan terapi musik adalah detak jantung, tekanan darah, pernapasan, suhu
kulit, aktivitas arus listrik pada permukaan kulit, dan gelombang otak (Djohan,
2006:60). Mekanisme yang kemukakan oleh Wang (2013:20) adalah tentang
aliran dopamine yang meningkat ke korteks prefrontal adalah untuk
memodulasi suasana hati serta meningkatkan memori kerja.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinaga tahun 2004, menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan signifikan terhadap kreativitas verbal (yang diukur dengan
menggunakan Torreance Test of Creative Thinking) pada anak usia 4-5 tahun
yang mendapat perlakuan aktivitas musik menggunakan metode Kodaly
(Sinaga dalam Djohan, 2009:173).
top related