bab ii tinjauan pustaka -...
Post on 10-Mar-2018
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KECACINGAN
a. Definisi Kecacingan
Kecacingan secara umum merupakan infeksi cacing ( Soil Transmitted
Helminthes) yang disebabkan oleh cacing gelang, cacing cambuk,cacing
tambang, bersifat parasit dan merugikan. Daur hidup berkaitan dengan
perilaku hidup bersih dan kondisi sanitasi lingkungan.10
b. Penyebab
Helmint (cacing) adalah salah satu kelompok parasit yang dapat
merugikan manusia. Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Nemathelminthes (cacing gilik)
2. Plathyhelminthes (cacing pipih)
Cacing yang termasuk Nemathelminthes yaitu kelas Nemotoda yang
terdiri dari Nematode usus dan Nematoda jaringan. Sedangkan yang
termasuk Plathyhelminthes adalah kelas Trematoda dan Cestoda. Namun
yang akan dibahas di bawah ini adalah kelompok Nematoda usus. Sebab
sebagian besar dari Nematoda usus ini merupakan penyebab kecacingan
yang sering dijumpai pada masyarakat Indonesia khususnya pada usia
Sekolah Dasar.
Diantara Nematoda usus ini yang sering menginfeksi manusia
ditularkan melalui tanah atau disebut ”soil transmitted helminths” yakni :
1. Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
a. Batasan
Cacing ini berukuran 20-25 cm tinggal dan menyebar di usus
kecil Telur cacing yang keluar bersama tinja dapat mencemari
tanah sekitar dan sayuran yang tidak dimasak. Bila telur tertelan
setelah melalui berbagai tahap perkembangan di dalam tubuh anak,
cacing dewasa akan timbul di usus kecil. Manusia adalah satu-
9
satunya hospes cacing gelang. Penyakit yang disebabkan oleh
cacing ini disebut Askariasis.11
b. Biografi
Tersebar diman-mana / kosmopolit teritama terdapat di Negara-
negara tropis.
c. Bentuk umum / morfologi
Cacing gelang berbentuk gilik dan bergaris-garis melintang
pada kutikula berwarna abu-abu agak kemerahan. Cacing jantan
berukuran 10-30 cm, sedangkan yang betina 22-33 cm.Seekor
cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir telur
sehari yang terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi.
Panjang dari cacing gelang ini 25-40 cm.11
d. Telur
Bentuk oval mempunyai 3 lapisan dinding :
1. Membran vitellina yaitu lapisan tipis bagian dalam
2. Glikoid yaitu lapisan tengah berwarna kuning/coklat.
3. Albumin yaitu lapisan bagian luar berwarna cokelat dan tidak
rata yang di dalamnya berisi sel telur dan bila masak akan
berisi larva.
Telur invertil berbentuk lonjong hamper segiempat dindingnya 2
lapis yaitu lapisan luar dan tengah yang sangat tipis sinya suatu
masa yang berwarna mengkilat disebut granula-granula refraktil.
Ukuran telur yang dibuahi 60x45 mikron dan yang tidak dibuahi
90x40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi
dapat berbentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.11
e. Siklus hidup
Telur yang infektif, bila tertelan oleh manusia, akan menetas di
usus halus. Larvanya akan menembus dinding usus halus menuju
pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung,
kemudian mengikuti aliran darah ke paru menembus dinding
pembuluh darah, lalu dinding alveoli dan kemudian naik ke trachea
10
melalui bronchioles dan bronchus. Dari trachea larva ini menuju
faring yang menimbulkan rangsangan dan terakhir menuju ke usus
halus. Di usus halus larva akan tumbuh menjadi cacing dewasa,
sedangkan cacing yang betina akan bertelur dan telur akan keluar
kea lam luar bersama tinja, apabila jatuh pada tanah dan
lingkungan yang sesuai maka telur akan menjadi masak dan siap
menginfeksi hospes.11
f. Cara penularan
Cara penularan askariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan
yaitu masuknya telur yang infektif kedalam mulut bersama
makanan atau minuman yang tercemar atau telur tertelan melalui
tangan yang kotor misalnya pada anak-anak maupun telur yang
terhirup bersama debu udara. Pada keadaan yang terakhir ini larva
cacing akan menetas di mukosa jalan napas bagian atas kemudian
masuk dengan menembus pembuluh darah dan memasuki aliran
darah.11
2. Trichuris trichiura (cacing cambuk)
Dalam bahasa Indonesia cacing ini dinamakan cacing cambuk
karena secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Hospes
defenitifnya adalah manusia. Cacing ini lebih sering ditemukan
bersama-sama dengan cacing Ascaris lumbricoides. Cacing dewasa
hidup di dalam usus besar manusia terutama di daerah sekum dan
kolon. Penyakit yang disebabkannya disebut trikuriasis.
Telur Trichuris trichiura berbentuk bulat panjang dan memiliki
“sumbat” yang menonjol di kedua ujungnya, dan dilengkapi dengan
tutup (operkulum) dari bahan mucus yang jernih. Telur berukuran 50-
54 x 32 mikron. Kulit luar telur berwarna kuning tengguli dan bagian
dalam jernih. Cacing jantan panjangnya ± 4 cm, dan cacing betina
penjangnya ± 5 cm.11
11
a. Batasan
Manusia merupakan hospes satu-satunya, bila manusia
terinfeksi cacing cambuk penyakitnya disebut trichuriasis.
b. Morfologi
Cacing cambuk berbentuk seperti cambuk yaitu 3/5 bagian
atas mengecil sedangkan 2/3 bagian bawah lebih besar, cacing
betina panjangnya mencapai 35 sampai 50 mm dengan ekor yang
lurus, seddangkan cacing yang jantan mempunyai panjang 30-40
mm dengan ekor melintang.Telur cacing cambuk berbentuk oval
mempunyai semacam tutup pada kedua ujungnya yang sering
disebut dengan tong anggur.11
c. Daur hidup
Manusia terinfeksi cacing ini melalui makanan yang
terkontaminasi telur cacing yang telah berembrio. Telur yang
tertelan akan menetas di duodenum dan larva yang keluar akan
melekat di villi usus. Untuk perkembangan larvanya cacing ini
tidak mempunyai siklus paru-paru. Larva ini akan tetap tinggal di
villi usus selama 20-30 hari untuk kemudian bergerak ke coecum
dan kolon bagian proximal. Pada infeksi yang berat, cacing dapat
pula ditemukan di ileum, appendix, bahkan seluruh usus besar.
Cacing dewasa membenamkan bagian anteriornya di mukosa usus
dan mulai memproduksi telur sebanyak 2000-7000 telur perhari.
Telur yang dihasilkan cacing ini akan keluar dari tubuh bersama
tinja. Di luar tubuh, di tempat yang lembab dan hangat, telur ini
akan mengalami pematangan dalam waktu 2- 4 minggu dan siap
menginfeksi host lain. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan
mulai dari telur sampai menjadi dewasa adalah ± 1-3 bulan.12
d. Cara infeksi
Cara menginfeksi langsung dengan menelan telur melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi telur serta tangan
yang kotor cara lain terhirup bersama debu di udara. Pada keadaan
12
yang terakhir ini larva cacing akan menetas di usus besar dan
melalui kepala dan ekornya masih tetap di rongga usus / di luar
rongga usus, keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya
sondroma kerusakan otot usus. Infeksi tidak langsung terjadi telur
infektif melekat badan oleh kaki kecoa, lalat, tikusyang
terkontaminasi tinja manusia yang mengandung telur matang
selama itu bisa terbawa angin, air dan terselip di kuku.11,12
3. Necator americanus / Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
a. Batasan
Disebut cacing tambang karena pertama kali ditemukan di
daerah pertambangan, yang fasilitas sanitasinya kurang memadai.
Hospes cacing tambang adalah manusia dan akan menyebabkan
Nekatoriasis dan Ankilostomiasis.11
Pada manusia terdapat 2 spesies :
1. Ancylostoma duodenal
2. Necator amiricanus
a. Morfologi
Cacing tambang mempunyai 3 stadium yaitu :
1. Stadium telur
2. Stadium larva
3. Cacing dewasa
Cacing betina Ancylostoma duodenal tiap hari mampu bertelur
10.000 butir, sedangkan cacing betina Necator amiricanus
mengeluarkan telur sekitar 9000 butir, telur keluar bersama tinja
berbentuk oval, besarnya 20-50 mikron. Di dalam sel telur dapat
terlihat seperti ada sel-sel berjajar. Telur yang keluar bersama tinja
akan menetas dalam waktu 1-1,5 hari sampai keluar larva pada hari
ke tiga. Larva rhabditoid akan tumbuh menjadi larva filaform yang
dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7-8 minggu di
tanah.12
Ada beberapa spesies cacing tambang yang penting dalam
13
bidang medik, namun yang sering menginfeksi manusia ialah
cacing Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Hospes
dari kedua cacing ini adalah manusia. Dan kedua cacing ini
menyebabkan penyakit Nekatoriasis dan Ankilostomiasis.
b. Daur Hidup
Cacing jantan dan betina dewasa berhabitat di usus kecil terutama
jejenum, tetapi pada infeksi yang berat, cacing ini dapat pula
ditemukan di lambung. Telur yang dihasilkan betinanya akan
dikeluarkan bersama-sama tinja, 2-3 hari kemudian menetas dan
keluar larva rhabditiform, selama 2 hari larva rhabditiform tumbuh
menjadi larva filariform (infektif) yang tahan terhadap perubahan
iklim dan dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah lembab. Larva
filariform menembus kulit, masuk ke pembuluh darah kapiler dan
mengikuti peredaran darah masuk ke jantung kanan, kemudian
paru-paru, lalu ke pharynx, kemudian ke usus halus dan di sana
menjadi dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus
kulit. Infeksi Ancylostoma duodenale juga mungkin dengan
menelan larva filariform.12
c. Cara Penularan
Perilaku anak BAB tidak dijamban atau di sembarang tempat
menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan oleh tija yang
berisi telur cacing. Penyebaran infeksi kecacingan tergantung dari
lingkungan yang tercemar tinja yang mengandung telur cacing.
Infeksi pada anak sering terjadi karena menelan tanah yang
tercemar telur cacing atau melalui tangan yang terkontaminasi telur
cacing. Penularan melalui air sungai juga dapat terjadi, karena air
sungai sering digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari,
perilaku anak jajan di sembarang tempat yang kebersihannya tidak
dapat dikontrol oleh orang tua dan tidak terlindung dan dapat
tercemar oleh debu dan kotoran yang mengandung telur cacing, hal
ini dapat menjadi penularan kecacingan pada anak.
14
4. Oxyuris Vermicularis (cacing kremi)
a. Batasan
Enterobius Vermicularis (cacing kremi) dengan biografi
kosmopolitan, manusia merupakan satu-satunya hospes.
b. Morfologi
Cacing betina berukuran 8-13 mm, sedangkan yang jantan
berukuran lebih kecil yaitu 2-5 mm dengan ciri-ciri :
1. Cacing jantan mempunyai lipatan kutikula pada bagian lateral
tubuhnya terutama pada bagian kepalanya.
2. Pada esophagusnya terdapat penebalan otor yang disebut
bulbus osophagus.
3. Cacing betina pada bagian posterior tubuh berwarna transparan
yang berisi penuh dengan telur.
c. Telur
Telur cacing kremi berbentuk oval asimetris berisi larva dengan
ukuran 60x20 mikron.
d. Siklus hidup
Cacing dewasa hidup di rongga usus besar terutama bagian bawah,
sesudah kopulasi cacing betina turun ke bawah sampai ke anus dan
meletakkan telurnya di kulit sekitar anus. Sesudah bertelur cacing
betina akan mati, telur ini dengan zat perekat pada kulitnya dapat
melekat pada kulit perional dan juga ada pula yang jatuh terlepas,
karena ringannya dapat tersebar kemana-mana.12
e. Cara Penularan
Cara penularan pada manusia :
1) Auto Infeksi
Telur masuk ke tubuh manusia melalui tangan yang menyentuh
tinja yang tercemar telur cacing kremi, kemudian masuk ke
dalam mulut
15
2) Hetero Infeksi
Telur tertelan oleh manusia lain sampai diusus menetas sampai
jadi cacing dewasa.
3) Retregrad Infeksi
Telur pada anus penderita menetas dan larva-larvanya masuk
melalui anus ke usus besar kemudian menetas menjadi cacing
dewasa.
f. Gejala
Cacing kremi pada anak terlihat perutnya buncit, gatal disekitar
anus, terutama pada malam hari, kulit disekitar anus meradang dan
lecet-lecet.
c. Pencegahan dan Penanggulangan Kecacingan
Upaya pencegahan cacingan dapat dilakukan melalui upaya kebersihan
perorangan ataupun kebersihan lingkungan. Kegiatan tersebut dapat dirinci
sebagai berikut.13
1) Menjaga Kebersihan Perorangan
1. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar
dengan menggunakan air dan sabun.
2. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan
mandi
3. Memasak air untuk minum
4. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan
5. Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari
6. Memotong dan membersihkan kuku
7. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung
tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah
8. Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan
lalat mencemari makanan tersebut
2) Menjaga Kebersihan Lingkungan
a. Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.
b. Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai.
16
c. Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.
d. Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan
lipas.
e. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.
3) Pengobatan
1. Tujuan
a. Memutuskan mata rantai penularan.
b. Menurunkan prevalensi dan intensitas infeksi.
c. Meningkatkan kesehatan dan produktivitas.
2. Prinsip Pengobatan
Prinsip pengobatan infeksi Cacingan adalah membunuh cacing
yang ada dalam tubuh manusia yaitu dengan dengan menggunakan
obat yang aman berspektrum luas, efektif untuk jenis cacing yang
ditularkan melalui tanah. Menurut berbagai pengalaman frekuensi
pengobatan dilakukan 2 kali dalam setahun.
3. Jenis Pengobatan
Jenis pengobatan penyakit Cacingan ada dua macam yaitu
pengobatan massal dan pengobatan selektif.
1. Pengobatan Massal (Blanket Treatment)
a. Blanket Mass Treatment
Suatu jenis pengobatan yang dilakukan secara menyeluruh
kepada seluruh penduduk yang menjadi sasaran program.
Blanket Treatment dilakukan bila sarana dan prasarana
laboratorium tidak ada/tidak memadai atau ada sarana
laboratorium tapi kondisi geografis menyulitkan
pengumpulan sampel tinja, pengobatan massal ini dapat
dilakukan sampai 3 tahun tanpa survei evaluasi. Daerah
yang melaksanakan sistem Blanket, agar diikuti dengan
kegiatan penyuluhan tentang hidup bersih dan memperbaiki
sanitasi lingkungan di wilayah tersebut. Disamping itu agar
diupayakan meningkatkan SDM dan sarana laboratorium
17
untuk menunjang kemampuan pemeriksaan tinja, dengan
harapan suatu saat mampu melaksanakan pengobatan
selektif di wilayahnya. Selain itu pengobatan massal
dilakukan apabila di daerah sasaran pernah mempunyai
prevalensi 30 % atau lebih.13
b. Selective Mass Treatment
Pengobatan yang dilakukan terhadap penduduk yang
menjadi sasaran program, tetapi hanya kepada penduduk
yang hasil pemeriksaan tinjanya positif. Hal ini dilakukan
pada daerah yang mempunyai sarana dan prasarana
laboratorium yang memadai, karena pemeriksaan tinja
harus dilakukan pada seluruh sasaran. Di samping itu
kondisi geografis memungkinkan untuk pengumpulan
sediaan tinja secara berkala. Pengobatan dilakukan secara
berurutan (satu per satu) dan harus diminum didepan
petugas (tidak boleh dibawa pulang).13
2. Pengobatan Selektif (Selective Treatment)
Pengobatan dilakukan di sarana kesehatan bagi penderita yang
datang berobat sendiri dan hasil pemeriksaan mikroskopik tinja
positif atau hasil pemeriksaan klinis dinyatakan positif
menderita Cacingan.
Jenis Obat
Pemilihan obat cacing dengan kriteria dan spesifikasi sebagai
berikut :
1. Aman (efek samping minimal)
2. Efektif untuk beberapa jenis cacing
3. Harga terjangkau baik oleh pemerintah maupun
masyarakat. Sebaiknya dipilih satu macam obat dengan
dosis tunggal, hal ini untuk mempermudah pelaksanaan
pengobatan. Program P2 Cacingan menganjurkan Pyrantel
18
pamoate dengan dosis 10 mg/kg berat badan (dosis
tunggal), untuk pengobatan pertama pada pengobatan
massal. Untuk pengobatan kedua dapat menggunakan
Albendazole. Jika infeksi cacing gelang rendah dan infeksi
cacing cambuk menjadi masalah, dianjurkan memakai
Mebendazole atau Albendazole. Untuk pengobatan massal
dosis Mebendazole 500 mg (dosis tunggal) dan Albendazole
400 mg (dosis tunggal). Untuk pengobatan selektif
Mebendazole dosisnya 100 mg x 2 kali selama 3 hari.13
B. Penyuluhan Kesehatan
a. Definisi Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.21
b. Tujuan Penyuluhan Kesehatan
Berdasarkan WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah
perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku
sehat.14
c. Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan di Indonesia, berdasarkan kepada program
pembangunan Indonesia adalah :
a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.
b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja.
Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok lembaga
pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama
swasta maupun negeri.
c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.14
19
d. Peran penyuluhan kesehatan dalam kesehatan masyarakat
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor
eksternal terdiri dari faktor sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik,
politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Secara garis besar faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik,
ekonomi.
b. Perilaku
c. Pelayanan kesehatan
d. Hereditas (keturunan)
C. Media
a. Pengertian media
Semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan atau pendapat yang
dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.15
b. Fungsi media
Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan
atau media. Berkaitan dengan hal tersebut, media pembelajaran memiliki
beberapa fungsi, antara lain:
a. Sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran dalam Menyampaikan
pesan kepada anak didik.
b. Untuk menyederhanakan tingkat kesukaran dalam pembelajaran.
c. Untuk mengurangi kebosanan dan kelelahan dalam pembelajaran
d. Untuk mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para
peserta didik.
e. Penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan ruang kelas, seperti
(a). Obyek terlalu besar
(b). Obyek terlalu kecil
(c). Obyek yang bergerak terlalu lambat
(d). Obyek yang bergerak terlalu cepat
20
(e). Obyek yang terlalu kompleks
f. Dengan menggunakan media pembelajaran memungkinkan adanya
interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
g. Untuk menghasilkan keseragaman peserta didik dalam pengamatan
h. Untuk memberikan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
i. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru bagi peserta didik.
j. Untuk membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk
belajar.
c. Macam-macam media
a. Media Visual; antara lain berupa grafik, diagram, chart, bagan, poster,
kartun, komik,cerita bergambar.
b. Media Audial; antara lain berupa: radio, tape recorder, laboratorium
bahasa, dan sebagainya.
c. Projected still media antara lain: slide; over head projektor (OHP), in
focus dan sejenisnya.
d. Projected motion media;seperti: film, televisi, video (VCD, DVD,
VTR), computer dan sejenisnya.16
D. Cerita Bergambar
a. Pengertian Cerita Bergambar
Cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-
gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk jalinan cerita. Gambar adalah suatu bentuk ekspresi
komunikasi universal yang dikenal khayalak luas. Melalui cerita
bergambar diharapkan pembaca dapat dengan mudah menerima informasi
dan diskripsi cerita yang hendak disampaikan .15
b. Kelebihan cerita bergambar
Sebagai salah satu media visual media komik tentunya memiliki kelebihan
tersendiri jika dimanfaatkan dalam kegiatan pendidikan kesehatan.
Kelebihan media cerita bergambar dalam kegiatan penyuluhan kesehatan
adalah :
a. Komik menambah pembendaharaan kata-kata pembacanya
21
b. Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang
abstrak
c. Dapat mengembangkan minat baca anak dan salah satu bidang studi
yang lain
d. seluruh jalan cerita komik pada menuju satu hal yakni kebaikan atau
studi yang lain
c. Kelemahan media cerita bergambar
Kemudahan orang membaca komik membuat malas membaca sehingga
menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar
E. Ceramah
Ceramah merupakan metode pembelajaran yang paling tua. Metode ini paling
sering dipergunakan dalam bidang pendidikan, mulai dari tingkat pendidikan
dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Metode ceramah adalah cara mengajar
melalui penyajian fakta dan ide secara lisan, baik dengan atau tanpa media,
adapun para siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang dianggap
penting. Metode ceramah didalam pelaksanaannya memerlukan beberapa
faktor penting, yaitu ruangan yang bisa ditempati sekelompok orang,
pembicara yang menguasai masalah yang akan diberikan, pembicara yang bisa
memikat dan menarik perhatian sasaran.
F. Perilaku
Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang
merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor
internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah
kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Seorang ahli psikologi
pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain, ranah atau
kawasan yakni : a) kognitif (Cognitive) b) afektif (affective) c) psikomotor
(psychomotor). Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu17
:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
22
pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).17
1. Edukasi (Education)
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan
masyarakat, pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat
dibandingkan dengan pendekatan koersi. Dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang
ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk
kesehatan. Pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku
individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Sesuai dengan 3
faktor penyebab terbentuknya perilaku (Green, 1980), maka kegiatan
pendidikan kesehatan juga ditujukan kepada 3 faktor berikut :
1. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi
Dalam hal ini pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah
kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik
bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Bentuk
pendidikan kesehatan adalah penyuluhan kesehatan, pelatihan,
pameran kesehatan dan sebagainya.
2. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor enabling
Karena faktor pemungkin (enabling) ini berupa fasilitas atau sarana
dan prasarana kesehatan bagi mereka mampu mengadakan sarana
dan prasarana kesehatan bagi mereka. Hal ini bukan berarti
memberikan sarana dan prasarana kesehatan dengan Cuma-Cuma
tetapi memberikan kemampuan dengan bantuan teknik,
memberikan arahan, dan mencari dana untuk pengadaan sarana dan
prasarana.
3. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor reinforcing
23
Karena faktor ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat
(toma) dan tokoh agama (toga), serta petugas termasuk petugas
kesehatan, maka pendidikan kesehatan yang paling tepat adalah
dalam bentuk pelatihan dan penyuluhan bagi toma, toga dan
petugas kesehatan.17
2. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku
baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yakni :
1. Awarenes ( kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
4. Trial, orang telah mencoba perilaku baru.
Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini didasari oleh penegtahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.17
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya
24
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
1. Komponen pokok sikap
Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : a) kepercayaan
(keyakinan), ide dan konsep suatu objek, b) kehidupan emosional atau
evaluasi terhadap suatu objek, c) kecenderungan untuk bertindak (tend
to behave)
2. Berbagai tingkatan sikap
Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
a. Menerima (Receiving) menerima diartikan bahwa orang mau dan
memperhatikan stimulus yanng diberikan.
b. Merespon (Responding) memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap.
c. Menghargai (Valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat
tiga.
d. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan
sikap yang paling tinggi.
Hubungan antara perilaku dan sikap, tidak sepenuhnya dipengaruhi
namun bukti adanya hubungan tersebut cukup banyak. Analisis akan
memperhatikan misalnya bahwa sikap sampai tingkat tertentu
merupakan penentu komponen dari akibat perilaku. Hal tersebut
merupakan alasan yang cukup untuk memberikan perhatian terhadap
sikap, keyakinan dan nilai sebagai faktor.
3. Praktik atau tindakan (praktice)
Praktik merupakan salah satu dari tiga jenis perilaku yang berbentuk
perbuatan (action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Perbuatan
atau praktik tidak sama dengan perilaku. Perwujudan dari perilaku yang
lain dapat melalui pengetahuan dan sikap. Perwujudan suatu sikap agar
25
menjadi suatu perbuatan nyata perlu adanya kondisi tertentu yang
memungkinkan antara lain adanya fasilitas dan dukungan. Perbuatan nyata
atau praktik mempunyai beberapa tingkatan antara lain:
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat dua.
3. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka
dia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
4. Adopsi (adaption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikan tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
G. Perkembangan anak (Perkembangan fisik, perkembangan motorik,
perkembangan kognitif, perkembangan psikososial)
Periode ini merupakan kelanjutan dari masa bayi (lahir – usia 4 th) yang
ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik dan kognitif
(perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta diikuti oleh
perubahan – perubahan yang lain.
1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan
berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan
berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem
rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
26
2. PerkembanganMotorik
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih
cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga
keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan
motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang
terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak
– anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang
bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
3. Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara
berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih
bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak
sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya
ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada
stadiumbelajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut
pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya
aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau
konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi
terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena
ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak
oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya.
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut
dengan operasi – operasi, yaitu:
1. Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami
hubungan – hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda
atau keadaan yang lain.
2. Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui
hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
27
3. Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-
benda yang ada. Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula
untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut
ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif
yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan,
tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
a. Perkembangan Memori (usia 5 – 7 tahun)
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang
dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak
peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk
mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan
strategi memori (memory strategy), yaitu merupakan perilaku
disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. 4 macam
strategi memori yang penting, yaitu :
Rehearsal (Pengulangan): Suatu strategi meningkatkan memori dengan
cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
Organization (Organisasi): Pengelompokan dan pengkategorian
sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak
SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan
dimana mereka duduk dalam satu kelas.
Imagery (Perbandingan): Membandingkan sesuatu dengan tipe dari
karakteristik pembayangan dari seseorang. Retrieval (Pemunculan
Kembali): Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari
tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat
membantu memunculkan kembali sebuah meori, mereka akan
menggunakannya secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang
mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk
sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak
sebelumnya.
28
b. Perkembangan Pemikiran Kritis ( usia 7 – 9 tahun)
Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi
terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran
agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi
yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif
dan evuatalif.
c. Perkembangan Kreatifitas ( usia 9 – 11 tahun)
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi
oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
d. PerkembanganBahasa(usia11–12tahun)
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut.
Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah
kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-
kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai
menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat
menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.24
4. PerkembanganPsikosial
Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau
perbuatan yang dapat membuahkan hasil, sehingga dunia psikosial anak
menjadi semakin kompleks. Anak sudah siap untuk meninggalkan rumah
dan orang tuanya dalam waktu terbatas, yaitu pada saat anak berada di
sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar untuk bersaing
(kompetitif), kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima,
setia kawan dan belajar peraturan – peraturan yang berlaku. Dalam hal ini
proses sosialisasi banyak terpengaruh oleh guru dan teman sebaya.
Identifikasi bukan lagi terhadap orang tua, melainkan terhadap guru.
Selain itu, anak tidak lagi bersifat egosentris, ia telah mempunyai jiwa
kompetitif sehingga dapat memilah apa yang baik bagi dirinya, mampu
memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi
terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya.24
29
H. Kerangka Teori
Dari teori yang telah dipaparkan dalam tinjauan pustaka dapat dibuat kerangka
teori sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Teori 16
Reinforcing factor
Dukungan dan sikap
dari keluarga, dan
petugas kesehatan
Enabling factor
Ketersediaan sarana
dan prasarana
Predisposing factor
Perilaku :
1. pengetahuan
2. sikap
Training Pemberdayaan
masyarakat
Komunikasi Informasi
dan Edukasi (KIE)
Promosi Kesehatan
Pendidikan Kesehatan
Perubahan perilaku
terhadap kecacingan
30
I. Kerangka Konsep
Mengacu pada kerangka teori yang telah dipaparkan, kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.2 Kerangka konsep
J. Hipotesis
1. Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan
dengan media cerita bergambar tentang kecacingan.
2. Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan
dengan ceramah tentang kecacingan.
3. Ada perbedaan peningkatan pengetahuan setelah diberi penyuluhan
kesehatan dengan media cerita bergambar dan ceramah.
4. Ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan dengan
media cerita bergambar tentang kecacingan.
5. Ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan dengan
ceramah tentang kecacingan.
6. Ada perbedaan peningkatan sikap setelah diberi penyuluhan kesehatan
dengan media cerita bergambar dan ceramah.
Perilaku terhadap
kecacingan :
- Pengetahuan terhadap
kecacingan
- Sikap terhadap kecacingan
Penyuluhan kesehatan :
- Cerita bergambar
-Ceramah
top related