bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/bab ii_punan dewi...
Post on 07-Mar-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tekanan Darah
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur
yaitu tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS
adalah kekuatan tekanan darah tertinggi terhadap dinding arteri sewaktu
jantung berkontraksi, sedangkan TDD adalah tekanan darah terendah
terhadap pembuluh darah arteri sewaktu jantung istirahat diantara dua denyut
yang diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi (Anonim, 2006).
TDS lebih tinggi daripada TDD karena tensi selalu bervariasi tinggi rendah
sesuai detak jantung (Tjay dan Rahardja, 2007).
Tekanan darah dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu curah jantung dan
resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi
sekuncup. Besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard
dan alir balik vena.Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada
pembuluh darah (arteri dan arteriole) dan viskositas darah. Resistensi
pembuluh darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan arteriole, dan
elastisitas dinding pembuluh darah (Nafrialdi, 2007).
B. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi.
American Society of Hypertention (ASH) mendefinisikan hipertensi
sebagai suatu sindrom kardiovaskular yang progresif, sebagai akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
6
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal 120 80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
Hipertensi Stage 2 ≥ 160 ≥ 100
[Sumber: Chobanian et al, 2003]
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal
Normal
Normal tinggi
< 120
< 130
130-139
< 80
< 85
85-89
Hipertensi Stage 1
(ringan)
Sub-grup
perbatasan
140-159
140-149
90-99
90-94
Hipertensi Stage 2
(sedang)
160-179 100-109
Hipertensi Stage 3
(berat)
≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistolik
terisolasi
Sub-grup
perbatasan
> 140
140-149
< 90
< 90
[Sumber: Sani, 2008]
2. Etiologi Hipertensi
a. Hipertensi primer atau hipertensi essensial
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi
essensial (hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi
essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Penyebab
hipertensi essensial adalah multifaktorial meliputi faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik ini dapat berupa adanya riwayat penyakit
kardiovaskuler, sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stres,
peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap vasokonstriksi), dan
resistensi insulin. Sedangkan faktor lingkungan dapat berupa makan
garam (natrium) berlebihan, stres psikis, dan obesitas (Nafrialdi,
2007).
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
7
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari
penyakit komorbid atau obat obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder
yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun
tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi
dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada
tabel 3. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan
menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi
kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama
dalam penanganan hipertensi sekunder.
Tabel 3. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi
Penyakit Obat
Penyakit ginjal kronis
Hiperaldosteronisme
primer
Sindroma Cushing
Pneochromocytoma
Koarktasi aorta
Penyakit tiroid atau
paratiroid
Kortikosteroid, ACTH
Estrogen (biasanya pil KB dengan kadar
estrogen tinggi)
NSAID, cox-2-inhibitor
Fenilpropanolamine dan analog
Cyclosporin dan tacrolimus
Eritropoetin
Sibutramin
Antidepresan (terutama venlafaxine)
[Sumber: Gusmirah, 2010]
3. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah, yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
8
dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldostreron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldostreron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
kompleks. Faktor-faktor tersebut mengubah fungsi tekanan darah terhadap
perfusi jaringan yang adekuat meliputi: mediator hormon, aktivitas
vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah
jantung, elastisitas pembuluh darah, dan stimulasi neural. Patogenesis
hipertensi esensial dapat dipacu oleh beberapa faktor meliputi faktor
genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stres dapat berinteraksi untuk
memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial
berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang muncul menjadi
hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama,
hipertensi yangnpersisten berkembang menjadi hipertensi dengan
komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil,
jantung, ginjal, retina, dan susunan saraf pusat.
Progesifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur
10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi
hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer
meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
9
akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada umur 40-60 tahun
(Sharma., et, al., 2008).
4. Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan
darah adalah faktor risiko seperti diet dan asupan garam, stres, ras,
obesitas, merokok, genetis, sistem saraf simpatis (tonus simpatis dan
variasi diurnal), keseimbangan modulator vasodilatasi dan vasokontriksi,
serta pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin,
angiotensin dan aldosteron. Pasien pre-hipertensi beresiko mengalami
peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi; mereka yang tekanan
darahnya berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya
akan memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit
kardiovaskular daripada yang tekanan darahnya lebih rendah. Pada orang
yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik >140 mmHg yang
merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit
kardiovaskular dari pada tekanan darah diastolik. Risiko penyakit
kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, meningkat dua
kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg. Risiko penyakit kardiovaskular ini
bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor risiko lainnya,
serta individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami
hipertensi (Yogiantoro, 2014).
Tabel 4. Faktor Resiko Kardiovaskular
Dapat Dimodifikasi Tidak dapat Dimodifikasi
Hipertensi
Merokok
Obesitas (BMI ≥30)
Physical Inactivity
Dislipidemia
Diabetes mellitus
Mikroalbuminemia atau GFR <60
ml/min
Umur (pria > 55 tahun, wanita > 65 tahun)
Riwayat keluarga dengan penyakit
kardiovaskuler prematur (pria < 55 tahun,
wanita < 65 tahun)
[Sumber: Yogiantoro, 2014]
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
10
5. Diagnosis Hipertensi
Pemeriksaan pada hipertensi menurut PERKI (Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia) (2003), terdiri atas:
1. Riwayat penyakit
a. Lama dan klasifikasi hipertensi
b. Pola hidup
c. Faktor-faktor risiko kelainan kardiovaskular
d. Riwayat penyakit kardiovaskular
e. Gejala-gejala yang menyertai hipertensi
f. Target organ yang rusak
g. Obat-obatan yang sedang atau pernah digunakan
2. Pemeriksaan fisik
a. Tekanan darah minimal 2 kali selang dua menit
b. Periksa tekanan darah lengan kontra lateral
c. Tinggi badan dan berat badan
d. Pemeriksaan funduskopi
e. Pemeriksaan leher, jantung, abdomen dan ekstemitas
f. Refleks saraf
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Urinalisa
b. Darah : platelet, fibrinogen
c. Biokimia : potassium, sodium, creatinin, GDS, lipid profil,
asam urat
4. Pemeriksaan tambahan
a. Foto rontgen dada
b. EKG 12 lead
c. Mikroalbuminuria
d. Ekokardiografi
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
11
6. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencapai tekanan darah
kurang dari 140/90 mmHg dan mengendalikan setiap faktor risiko
kardiovaskular. Terapi antihipertensi pada berbagai uji klinis berhubungan
erat dengan penurunan kejadian strok 35-40%, infark miokard 20-25, dan
gagal jantung >50% (Feldman dkk, 2009).
a. Terapi Non-Medikamentosa
Terapi nonmedikamentosa adalah terapi perubahan gaya hidup,
seperti diet rendah garam, aktivitas fisik yang teratur, menurunkan
berat badan, pembatasan minum alkohol dan tidak merokok. Bila
perubahan gaya hidup tidak cukup memadai naka dimulai terapi
medikamentosa (National Heart, Lung and Blood Institue, 2004).
b. Terapi Non-Farmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting
untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang
penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan pre-
hipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.
Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat
terlihat pada tabel 5 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII.
c. Terapi Farmakologi
Pengobatan hipertensi tiap individu berbeda, tergantung level
tekanan darahnya, adanya kerusakan organ, respon terapi dan
toleransi pasien terhadap efek obat. Karakteristik demografi
mempengaruhi pilihan obat.Orang Afro Amerika lebih berespon
terhadap diuretic dan calcium channel blocker daripada beta blocker
dan ACE imhibitor. Biaya obat juga mempengaruhi kepatuhan pasien
minum obat. Diuretik merupakan obat yang paling murah (National
Heart, Lung and Blood Institue, 2004).
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
12
Tabel 5. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi*
Modifikasi Rekomendasi Kira-kira penurunan tekanan
darah, range
Penurunan
berat badan
(BB)
Pelihara berat badan normal
(BMI 18,8-24,9)
5-20 mmHg/10kg penurunan
BB
Adopsi pola
makan
DASH
Diet kaya dengan buah, sayur,
dan produk susu rendah lemak
8-14 mmHg
Diet rendah
sodium
Mengurangi diet sodium, tidak
lebih dari 100meq/L (2,4 g
sodium atau 6 g sodium
klorida)
2-8 mmHg
Aktivitas
fisik
Regular aktifitas fisik aerobik
seperti jalan kaki 30
menit/hari, beberapa
hari/minggu
4-9 mmHg
Minum
alkohol
sedikit saja
Limit minum alkohol tidak
lebih dari 2/hari (30 ml etanol
mis.720 ml beer, 300ml wine
untuk laki-laki dan 1/hari
untuk perempuan)
2-4 mmHg
Singkatan: BMI, body mass index; BB, berat badan; DASH, Dietary
Approach to stop Hypertension
*berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara
keseluruhan
[Sumber: Gusmirah, 2010]
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
13
Gambar 1. Algoritma pengobatan hipertensi menurut JNC 8
[Sumber: JNC 8, 2014]
Usia > 18 tahun
Merubah Gaya Hidup
Mengatur TD goal dan memulai dengan obat penurunan tekanan darah
berdasarkan usia,diabetes dan CKD
Umur ≥60 tahun Umur <60 tahun Semua umur
dengan
diabetes non
CKD
CKD
dengan
atau tidak
diabetes TD goal:
SBP < 150 mmHg
DBP <90 mmHg
TD goal:
SBP <140 mmHg
DBP <90 mmHg
TD goal:
SBP <140
mmHg
DBP <90
mmHg
TD goal:
SBP <140
mmHg
DBP <90
mmHg
Non Blok:
Memulai dengan diuretik
thiazid atau ACEI atau dengan
ARB atau CCB dengan
pemberiantunggal atau
kombinasi
Blok:
Memulai dengan diuretik
thiazid atau CCB dengan
pemberian tunggal atau
kombinasi
Semua Ras:
Memulai dengan ACEI atau dengan
ARB dengan pemberian tunggal atau
kombinasi
Memilih strategi titrasi terapi obat:
1. Memaksimalkan obat pertama sebelum menambahkan obat ke-2
2. Menambahkan obat ke-2 sebelum mencapai dosis maksimal obt pertama
3. Memulai dengan 2 obat yang berbeda gol atau sebagai kombinasi dosis
tetap
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
14
Tabel 6. Obat antihipertensi
Golongan obat Nama obat Dosis mg/hari Frekuensi
harian
Diuretik tiazid Chlorothiazide
Chlorthalidone
Hydrochhlorothiazide
Plythiazide
Indapamide
Metolazone
Metolazone
125-500
12,5-25
12,5-50
2-4
1,25-2,5
0,5-1
2,5-5
1-2
1
1
1
1
1
1
Loop diuretic Bumetanide
Furosemide
Torsemide
0,5-2
20-80
2,5-10
2
2
1
Diuretik hemat
kalium
Amiloride
Triamterene
5-10
50-100
1-2
1-2
Penghambat
reseptor
aldosterone
Eplerenone
Spironolaktone
50-100
25-50
1
1
Beta-bloker Atenolol
Butaxolol
Bisoprolol
Metoprolol
Metoprolol extended
release
Nadolol
Propanolol
Propanolol long-acting
Timolol
25-100
5-20
2,5-10
50-100
50-100
40-120
40-160
60-180
20-40
1
1
1
1-2
1
1
2
1
2
Beta-bloker
dengan aktivitas
simpatomimetik
Acebutolol
Penbutolol
Pindolol
200-800
10-40
10-40
2
1
2
Kombinasi alfa-
beta bloker
Carvedilol
Labetalol
12,5-50
200-800
2
2
Penghambat
ACE
Benazepril
Captopril
Enalapril
Fosinopril
Lisinopril
Moexipril
Perindopril
Quinapril
Ramupril
Trandolapril
10-40
25-100
5-40
10-40
10-40
7,5-30
4-8
10-80
2,5-20
1-4
1
2
1-2
1
1
1
1
1
1
1
Antagonis
angiotensin II
Candesartan
Eprosartan
Irbesartan
Losartan
Olmesartan
Telmisartan
Valsartan
8-32
400-800
150-300
25-100
20-40
20-80
80-320
1
1-2
1
1-2
1
1
1-2
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
15
Tabel 6. Obat antihipertensi (Lanjutan)
Calcium Channel
bloker
nondihidropiridin
Diltiazem extended
release (Cardezem CD,
Dilacor XR, Tiazact)
Diltiazem extended
release (Cardizem LA)
Verapamil immediate
release (Calan SR,
Isoptin SR)
Verapamil long acting
(Calan SR, Isoptin SR)
Verapamil (Coer,
Covera HS, Verelan
PM)
180-420
120-540
80-320
120-480
120-360
1
1
2
1-2
1
Calcium Channel
bloker
dihidropiridin
Amlodipine
Felodipine
Isradipine
Nicardipine sustained
release
Nifedipine long-acting
Nisoldipine
2,5-10
2,5-20
2,5-10
60-120
30-60
10-40
1
1
2
2
1
1
Alfa-1 bloker Doxazosin
Prazosin
Terazosin
1-16
2-20
1-20
1
2-3
1-2
Agonis alfa-2
sentral dan obat
lain yang bekerja
sentral
Clonidine
Slonidine patch
Methyldopa
Reserpine
Guanfacine
0,1-0,8
0,1-1,3/minggu
250-1000
0,1-0,25
0,5-2
2
2
1
1
Vasodilator
langsung
Hydralazine
Minoxidil
25-100 2
2,5-80 1-2
2
2
[Sumber: Gusmirah, 2010]
7. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi dengan Bahan Alam
Obat bahan alam dikelompokkan menjadi obat tradisional, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka. Menurut keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor:
HK.00.05.4.2411 tentang ketentuan pokok pengelompokan dan
penandaan obat bahan alam Indonesia Obat dikatakan obat tradisioanal
bila memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,
klaim khasiat dibuktikan data empiris dan memenuhi persyaratan mutu
yang berlaku.
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
16
Bahan-bahan alam yang dapat menurunkan tekanan darah, antara
lain;
a. Alpukat (Persea gratissima)
Khasiat: Berkhasiat sebagai obat sariawan, sedangkan daunnya
berkhasiat sebagai diuretik.
Kandungan kimia: Buah dan daunnya mengandung alkaloida,
saponin, dan flavonoida, buahnya mengandung tanin dan daunnya
mengandung polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2001).
b. Bawang putih (Allium sativum L.)
Khasiat: Berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, obat pusing dan
antibiotika. Umbi ini berkhasiat sebagai ekspektoran dan sedatif,
profilaksis atrosklerosis dan mengobati infeksi saluran napas atas.
Kandungan kimia: Umbi yang segar mengandung aliin 0,2-1,0 %.
Aliin atau S-alil-l-sisteina adalah senyawa mudah larut dalam air, yang
dapat erhodrolisis melalui aktivitas enzim aliinliase membentuk alisin,
amoniak, dan asam ketoasetat.umbi lapis Allium sativum juga
mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000).
c. Belimbing manis (Averrhoa carambola L.)
Khasiat: Berkhasiat sebagai obat batuk dan obat hipertensi. Bunganya
berkhasiat sebagai obat batuk, obat masuk angin dan obat sakit gigi.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung alkaloida, saponin dan
flavonoid (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001).
d. Belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L.)
Khasiat: Daunnya digunakan sebagai antibakteri, obat sariawan,
antipiretik, antidiabetes, obat gatal, obat batuk dan obat jerawat.
Buahnya dapat digunakan sebagai antihipertensi, obat kolik, dan obat
batuk.Bunganya dapat digunakan sebagai obat batuk dan obat sakit
perut.
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
17
Kandungan kimia: Daun, buah, batang mengandung saponin,
flavonoida. Daunnya juga mengandung tannin dan batangnya
mengandung alkaloida dan polifenol (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2001).
e. Ceplukan (Physalis angulata L.)
Khasiat: Berkhasiat sebagai antioksidan, antihipertensi, obat bisul,
kencing manis.
Kandungan kimia: Polifenol, asam sitrat, fisalin sterol/terpen, saponin,
flavonoid, alkaloid (Djubaedah, 1995).
f. Jati belanda (Guazuma ulmifolia lamk)
Khasiat: Berkhasiat sebagai antihipertensi dan obat ulkus peptik.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung alkaloida dan flavonida,
saponin, tanin, triterpen, pilofenol, kardenolin dan bufadienol (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000)
g. Kumis kucing (Orthosiphon spicatus B.B.S.)
Khasiat: Daunnya berkhasiat sebagai peluruh air seni, obat batu ginjal,
obat kencing manis, obat antihipertensi.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung flavonoid dengan komponen
utama sinensetin < 1,1% eupatorin dan ortosifonin; asam fenolat;
saponin (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001)
h. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Khasiat: Buah dan daunnya berkhasiat sebagai obat batuk dan obat
radang usus, daunnya berkasiat sebagai oabt kencing manis.
Kandungan kimia: Ekstrak kental buah mengkudu mengandung
minyak atsiri < 0,4 % dan skopolektin < 0,4 %. Kandungan kimia lain
adalah asam oktoanoat, kalium, vitamin C, iridoid, rubiadin (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000).
i. Labu siem (Sechium edule Sw.)
Khasiat: Sebagai antihipertensi, antiinflamasi, antimikroba,
antioksidan, antitumor, obat batu ginjal dan arteriosklerosis.
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
18
Kandungan kimia: Alkaloida nonfenolik, saponin, sterol, triterpen,
flavonoid glikosida (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2000)
j. Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)
Khasiat: Bijinya berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, obat
encok, obat eksim dan obat masuk angin.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung saponin, flavonoida dan
polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000)
k. Mentimun (Cucumis sativus L.)
Khasiat: Buahnya berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi,
penyegar badan dan bahan kosmetika. Bijinya sebagai obat cacing.
Kandungan kimia: Daun dan buah mengandung saponin, flavonoida
dan polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001)
l. Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)
Khasiat: Herba sambiloto berkhasiat sebagai obat demam, obat
penyakit kulit, obat kencing manis, obat masuk angin, obat rdang
telinga, penawar racun, diuretik dan obat tifoid.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung saponin, falvonoida dan
tannin (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000)
m. Seledri (Apium graveolens L.)
Khasiat: Herba seledri berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi,
obat masuk angin, penghilang rasa mual, dan menurunkan kolesterol
darah.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung saponin, favonoida dan
polifenol. Buahnya mengandung 2-3% minyak atsiri yang mengandung
terpena, yang terdiri dari limonene 60% dan salinena 10% (komponen
utama), sedangkan yang lainnya adalah p-simena, β-terpinol, β-pinena,
β-kariofilena, α-santanol, dihidrokarvoa, dan butilftalida yang
menimbulkan bau dan memiliki daya kerja sedatif. Komponen yang
lain adalah anhidrida asam sedanonat, lakton asam sedanonat, dan
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
19
fenol. Buahnya mengandung furanokumarin dan glikosiada kumarin
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001)
n. Daun tempuyung (Sonchus arvensis L.)
Khasiat: Rebusan daunnya digunakan sebagai diuretik dan peluruh batu
ginjal.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung senyawa golongan
flavonoida, termasuk flavon apigenin-7-glikosida, luteolin-7-glikosida,
luteolin-7-glikuronida, dan luteolin-7-rutenosid, serta senyawa kumarin
aeskuletin. Ditemukan senyawa lipid diasilgalaktosilgliserol,
monogalaktosilgliserol, diasilgalaktosilgliserol. Senyawa lain adalah
lupeilasetat, b-amirin, lupeol, sitosterol dalam bentuk aglikon dan
pinoresinol (Wiryowidagdo, 2007)
o. Buah buni (Juniperus communis L.)
Khasiat: Simplisia ini digunakan sebagai diuretik, penambah nafsu
makan, dan menghilangkan dyspepsia, sedangakan obat luar untuk
mengobati neuralgia dan rematik.
Kandungan kimia: Simplisia mengandung minyak atsiri tidak kurang
dari 1,0%. Minyak atsiri mengandung 60 macam senyawa terpena
dengan kadar 40-70%, terutama campuran α-pinena dan β-pinena.
Komponen lain adalah kardinena, terpinena-4-ol, kariofilena,
epoksidihidrokariofilena, terpenil asetat dan kamfer. Buahnya juga
mengandung glikosida flavon, zat warna, gula dan resin
(Wiryowidagdo, 2007)
C. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai
kesatuan personal terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud
yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
20
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo berlokasi di Jl. Dr. Angka No.2
Purwokerto. Fungsionalisasi lokasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto diresmikan secara keseluruhan pada tanggal 12 November 1995.
Dalam Peraturan Daerah (perda) No. 8 tahun 2008 tersebut disebutkan bahwa
Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut RSUD adalah lembaga
teknis daerah yang merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah Daerah
dibidang pelayanan rumah sakit yang masing-masing dipimpin oleh seorang
direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah. Untuk menunjang pengelola RSUD dapat
dibentuk komite-komite, instalasi dan satuan pengawas intern yang
pengaturannya ditetapkan dengan keputusan Direktur. Berdasarkan survei
yang dilakukan peneliti, selama periode tahun ini, total pasien hipertensi yang
berada di Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo
sebanyak 4922 pasien, dengan jumlah pasien laki-laki sebanyak 2105 pasien,
dan jumlah pasien perempuan sebanyak 2817 pasien, di mana kebanyakan
pasien tersebut merupakan lansia atau di atas 60 tahun. Di rumah sakit
tersebut hipertensi berada di peringkat ke-4 dalam 5 besar penyakit prevalensi
tertinggi, setelah CHF, CA mamae, dan Hipertensi dengan komplikasi ginjal.
Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016
top related