bab ii tinjauan pustaka a. teori medis 1. persalinan
Post on 18-Nov-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia
kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan
ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi
dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri. Hampir sebagian
besar persalinan merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja
(12-15%) merupakan persalinan patologik (Saifuddin, 2009).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010).
b. Tanda-tanda Persalinan
Menurut Sofian (2012), tanda dan gejala persalinan antara lain:
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (blood show) yang lebih banyak
karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
c. Kala Persalinan
1) Kala I
Kala pertama adalah dilatasi serviks untuk menyiapkan jalan
lahir bagi janin. Kala ini lebih lanjut dibagi lagi menjadi beberapa
fase berdasarkan tingkat dilatasi serviks. Fase laten normal adalah <
20 jam pada nulipara dan < 14 jam pada multipara. Pada fase aktif,
serviks harus mengalami dilatasi >1,2 cm/jam pada nulipara (>1.5
cm/jam pada multipara) (Norwitz, 2008).
2) Kala II
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan kelahiran bayi. Pada saat ini ibu merasa ingin
meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi dan merasakan
makin meningkatnya tekanan pada rectum dan vagina. Perineum
menonjol. Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka serta
makin banyaknya pengeluaran lendir darah. Tanda pasti kala II
dapat dilakukan melalui pemeriksaan dalam dimana pembukaan
serviks telah lengkap atau terlihat bagian kepala bayi pada introitus
vagina (Wiknjosastro dkk, 2008).
3) Kala III
Kala tiga adalah dilahirkannya plasenta dan selaput janin dan
biasanya berlangsung selama ≤ 10 menit. Dalam keadaan tidak
adanya perdarahan berlebihan, maka kala tiga dapat dibiarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
berjalan dengan sendirinya tanpa intervensi sampai batas waktu 30
menit (Norwitz, 2008).
4) Kala IV
Segera setelah kelahiran plasenta, sejumlah perubahan
maternal terjadi pada saat stres fisik dan emosional akibat
persalinan dan kelahiran mereda dan ibu memasuki penyembuhan
pascapartum dan bonding (ikatan). Meskipun intrapartum sudah
selesai, istilah kala empat persalinan mengidentifikasi jam pertama
pascapartum ini perlu diamati dan dikaji dengan ketat (Varney,
2007).
2. Kehamilan Postdate
a. Pengertian
Kehamilan postdate adalah suatu kehamilan yang berakhir
antara 40 dan 42 minggu (Julie, et.al, 2010).
Berikut merupakan definisi menurut World Health Organization
(WHO) (2006). Terdapat perluasan penggunaan istilah-istilah ini yang
bergantian dalam komunitas medis, dalam penelitian dan buku-buku
pelajaran.
1) Kehamilan postterm adalah suatu kehamilan yang berlangsung
pada atau melebihi 42 minggu atau 294 hari. Akhir-akhir ini istilah
ini digunakan untuk menunjukkan kehamilan yang berlangsung
melebihi 41 minggu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2) Kehamilan postdate adalah suatu kehamilan yang berlangsung
melebihi 40 minggu ditambah satu atau lebih hari (setiap waktu
yang melebihi tanggal perkiraan lahir)
3) Prolonged pregnancy adalah semua kehamilan yang melebihi 42
minggu, merupakan sinonim dari postterm.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa antara
kehamilan postterm, postdate maupun prolonged pregnancy memiliki
definisi yang hampir sama yaitu kehamilan yang melebihi hari
perkiraan persalinan. Dapat disimpulkan pula bahwa pentatalaksanaan
yang diberikan untuk mengakhiri kehamilan ini sama tergantung dari
umur kehamilan ibu.
b. Etiologi
Menurut Saifuddin (2014), seperti halnya teori bagaimana
terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan
postdate belum jelas. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai
berikut :
1) Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam
memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan
sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis
menduga bahwa terjadinya kehamilan postdate adalah karena
masih berlangsungnya pengaruh progesteron.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan
postdate memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara
fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan
persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu
faktor penyebab kehamilan postdate.
3) Teori kortisol/ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda”
untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat
peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin
akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada
cacat bawaan janin seperti anencephalus, hipoplasia adrenal janin
dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan
kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan
dapat berlangsung lewat waktu.
4) Syaraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari Pleksus
Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada
keadaaan di mana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada
kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan
postdate.
5) Herediter
Seorang ibu yang mengalami kehamilan postdate mempunyai
kecenderungan untuk melahirkan lewat waktu pada kehamilan
berikutnya. Morgen (1999) seperti dikutip Cunningham,
menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan
postdate saat melahirkan anak perempuan, maka besar
kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan
postdate.
c. Patofisiologi
Serviks yang akan mengalami persalinan normal secara bertahap
akan melunak, menipis, mudah berdilatasi, dan bergerak ke arah
anterior mendekati waktu persalinan. Serviks pada wanita multipara
lebih cepat matang dibandingkan nulipara, dan pemahaman mengenai
paritas penting dalam menentukan saat yang tepat untuk melakukan
pemeriksaan serviks pada kehamilan lanjut (Varney, 2007).
Kehamilan lewat waktu yang disebabkan karena faktor
hormonal, kurangnya produksi oksitosin akan menghambat kontraksi
otot uterus secara alami dan adekuat, sehingga mengurangi respons
serviks untuk menipis dan membuka. Akibatnya kehamilan bertahan
lebih lama dan tidak ada kecenderungan untuk persalinan pervaginam
(Varney, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gambar 2.1 Bagan Patofisiologi Kehamilan Postdate
Sumber: Varney (2007)
d. Faktor predisposisi
Seseorang ibu yang mengalami kehamilan postdate mempunyai
kecenderungan untuk melahirkan lewat waktu pada kehamilan
berikutnya (Saifuddin, 2014). Sebuah kecenderungan genetik
kehamilan postdate telah didemonstrasikan. Seorang wanita yang lahir
lewat waktu memiliki 49 % peningkatan risiko melahirkan anak
melampaui usia kehamilan 42 minggu, risikonya adalah 23% jika ayah
dari anak tersebut lahir lewat waktu sedangkan anencephaly janin dan
kekurangan surfaktan plasenta adalah penyebab langka kehamilan
yang melebihi taksiran persalinan (Wang, et.al, 2014).
kehamilan
aterm (normal)
progesteron turun, oksitosin naik
terjadi kontraksi uterus
penipisan dan pembukaan serviks
persalinan pervaginam
Postterm (patologis)
progesteron tidak turun, oksitosin tidak
naik
tidak ada kontraksi uterus
tidak ada penipisan dan pembukaan
tidak ada tanda-tanda persalinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
e. Faktor Risiko
Faktor risiko yang diketahui untuk kehamilan postdate adalah
kehamilan postdate sebelumnya, nuliparitas, usia ibu yang lebih tua
dari 30 tahun, dan obesitas (Wang, et al, 2014). Dibandingkan dengan
wanita berat badan normal, risiko dari kehamilan postdate pada wanita
dengan obesitas hampir dua kali lipatnya. Risiko sectio caesarea
maupun induksi persalinan pada kehamilan ini, meningkat bersama
dengan umur ibu dan BMI serta lebih dari dua kali lipatnya pada
wanita berumur ≥35 tahun. Risiko lima kali lipat terlihat pada wanita
primigravida. Dengan kata lain, nuliparitas, peningkatan umur ibu dan
obesitas merupakan faktor risiko terkuat untuk kehamilan postdate dan
sectio caesarea maupun induksi persalinan (Roos, et.al, 2010).
f. Keluhan Subjektif
Keluhan subjektif yang sering dikeluhkan ibu antara lain ibu
merasa cemas bilamana kehamilan terus berlangsung melewati taksiran
persalinan (Saifuddin, 2014).
g. Tanda Klinis / Laboratoris
Menurut Saifuddin (2014), kehamilan dapat dinyatakan sebagai
kehamilan lewat waktu bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil
pemeriksaan sebagai berikut.
1) Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif.
2) Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan
doppler.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3) Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali.
4) Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan
stetoskop leannec.
Tanda klinis / laboratoris untuk kehamilan postdate, antara lain
sebagai berikut.
1) Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/20 menit atau
secara obyektif dengan kardiotopografi kurang dari 10 kali/20
menit (Nugroho, 2012).
2) Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi
menjadi:
a) Stadium I : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi
maserasi sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah
mengelupas.
b) Stadium II : seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) di kulit.
c) Stadium III : seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan
pada kuku, kulit, dan tali pusat (Nugroho, 2012).
h. Prognosis
Kematian janin pada kehamilan postdate meningkat; apabila
pada kehamilan normal (37-41 minggu) angka kematiannya 1,1% pada
kehamilan 43 minggu, angka kematian bayi menjadi 3,3% dan pada
kehamilan 44 minggu menjadi 6,6%. Pada beberapa kasus, fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
plasenta tetap baik meskipun usia kehamilan mencapai di atas 42
minggu, sehingga anak menjadi besar (>4000 gram) dan mempersulit
persalinan. Morbiditas ibu meningkat karena kejadian partus buatan
dan sectio caesarea meningkat (Martaadisubrata, 2013). Berikut
merupakan komplikasi yang terjadi pada kehamilan postdate.
1) Perubahan pada plasenta
Menurut Fadlun (2011) disfungsi plasenta merupakan faktor
penyebab terjadinya komplikasi pada kehamilan kehamilan lewat
waktu dan meningkatnya risiko pada janin. Perubahan yang terjadi
pada plasenta adalah sebagai berikut.
a) Terjadi peningkatan penimbunan kalsium, hal ini dapat
menyebabkan gawat janin dan bahkan kematian janin
intrauterin yang dapat meningkat sampai 2-4 kali lipat.
Timbunan kalsium plasenta meningkat sesuai dengan
progresivitas degenerasi plasenta, namun beberapa vili
mungkin mengalami degenerasi tanpa mengalami kalsifikasi.
b) Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya
berkurang, keadaan ini dapat menurunkan mekanisme
transport dari plasenta.
c) Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema,
timbunan fibrinoid, fibrosis, thrombosis intervili, dan infark
vili.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
d) Perubahan biokimia, adanya insufisiensi plasenta
menyebabkan protein plasenta dan kadar DNA
(deoxyribonucleid Acid) dibawah normal, sedangkan
konsentrasi RNA (Ribonucleid Acid) meningkat. Transport
kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium, dan glukosa
menurun. Pengangkutan bahan dengan berat molekul tinggi
seperti asam amino, lemak, dan gama globulin biasanya
mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan janin intrauterin .
2) Pengaruh pada janin
Menurut Saifuddin (2014), pengaruh kehamilan postdate
terhadap janin sampai saat ini antara lain:
a) Berat janin
Bila terjadi perubahan anatomi yang besar pada plasenta,
maka terjadi penurunan berat janin. Sesudah umur kehamilan
36 minggu, grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan
tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun, sering
kali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga
berat janin bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur
kehamilan.
b) Sindrom postmaturitas
Dapat dikenali pada neonatus melalui beberapa tanda
seperti, gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
seperti kertas (hilangnya lemak sub kutan), kuku tangan dan
kaki panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks
kaseosa dan lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha
dan genital luar, warna coklat kehijauan atau kekuningan pada
kulit dan tali pusat, serta muka tampak menderita dan rambut
kepala banyak atau tebal. Tidak seluruh neonatus dari
kehamilan postdate menunjukkan postmaturitas, tergantung
dengan fungsi plasenta.
c) Gawat janin atau kematian perinatal menunjukkan angka
meningkat sebagian besar terjadi intrapartum. Keadaan ini
umumnya disebabkan karena makrosomia yang dapat
menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan serta
insufisiensi plasenta dapat berakibat pertumbuhan janin
terhambat, oligohidramnion (terjadi kompresi tali pusat, keluar
mekonium yang kental), hipoksia janin, aspirasi mekonium
oleh janin, serta cacat bawaan, terutama akibat hipoplasia
adrenal dan anensefalus.
3) Pengaruh pada ibu
a) Morbiditas / mortalitas ibu : dapat meningkat sebagai akibat
dari makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih
keras sehingga menyebabkan terjadi distosia persalinan,
incoordinate uterine action, partus lama, meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
tindakan obstetric dan persalinan traumatis/perdarahan
postpartum akibat bayi besar.
b) Aspek emosi : ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana
kehamilan terus berlangsung melewati taksiran persalinan.
(Saifuddin, 2014).
i. Penatalaksanaan Postdate dalam Persalinan
Menurut Saifuddin (2014), sampai saat ini masih terdapat
perbedaan pendapat dalam pengelolaan kehamilan postdate. Beberapa
kontroversi dalam pengelolaan kehamilan ini, antara lain adalah :
1) Apakah sebaiknya dilakukan pengelolaan secara aktif yaitu
dilakukan induksi setelah ditegakkan diagnosis ataukah sebaiknya
dilakukan pengelolaan secara ekspektatif atau menunggu.
2) Bila dilakukan pengelolaan aktif, apakah kehamilan sebaiknya
diakhiri pada usia kehamilan 41 atau 42 minggu.
Pengelolaan secara aktif yaitu dengan melakukan persalinan
anjuran pada usia kehamilan 41 atau 42 minggu untuk memperkecil
risiko terhadap janin, sedangkan pengelolaan pasif atau ekspektatif
didasarkan pada pandangan bahwa persalinan anjuran yang dilakukan
semata-mata atas dasar postdate mempunyai risiko atau komplikasi
cukup besar terutama risiko persalinan operatif sehingga menganjurkan
untuk dilakukan pengawasan secara terus menerus terhadap
kesejahteraan janin, baik secara biofisik maupun biokimia sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
persalinan berlangsung dengan sendirinya atau timbul indikasi untuk
mengakhiri kehamilannya (Saifuddin, 2014).
Penatalaksanaan postdate dalam persalinan antara lain adalah
sebagai berikut.
1) Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
2) Pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah
matang dapat dilakukan induksi persalinan. Cara objektif untuk
menilai kematangan serviks menggunakan sistem penilaian bishop.
Tabel 2.1 Sistem Penilaian Bishop
Sumber: Varney (2007)
Nilai Komponen
0 1 2 3
Dilatasi (cm) 0 1-2 3-4 >5 Penipisan (%) 0-30 40-50 60-70 >80 Stasiun/penurunan kepala
-3 -2 -1/0 +1/+2
Konsistensi Keras Sedang Lunak Posisi Posterior Tengah Anterior
3) Pada persalinan pervaginam diperhatikan bahwa partus lama sangat
merugikan bayi. Janin postmatur kadang-kadang besar dan
kemungkinan disproporsi sefalo pelvis serta distosia janin perlu
dipertimbangkan (Sofian, 2011).
4) Pasien tidur miring sebelah kiri.
5) Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin
6) Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal.
7) Perhatikan jalannya persalinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
8) Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap
kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermia, dan polisitemi
(Saifuddin, 2009).
9) Pemantauan yang baik terhadap ibu (aktivitas uterus) dan
kesejahteraan janin.
10) Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama
persalinan.
11) Persiapan oksigen dan sectio caesarea bila sewaktu-waktu terjadi
kegawatan janin.
12) Cegah terjadinya aspirasi mekonium dengan segera mengusap wajah
neonatus dan dilanjutkan resusitasi sesuai dengan prosedur pada
janin dengan cairan ketuban bercampur mekonium.
13) Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda-tanda
postmaturitas (Saifuddin, 2014).
3. Induksi Persalinan
a. Pengertian
Induksi persalinan adalah suatu upaya agar persalinan mulai
berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan
jalan merangsang timbulnya his (Sofian, 2011).
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin
menjelang aterm dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
persalinan atau belum inpartu, dengan kemungkinan janin dapat hidup
di luar kandungan (umur di atas 28 minggu) (Manuaba, 2010).
b. Indikasi
Menurut Nugroho (2012), indikasi untuk dilakukan induksi
persalinan antara lain sebagai berikut.
1) Faktor ibu tergantung derajat penyakit
a) Preeklamsia berat/eklamsia yang tidak membaik dengan
terapi obat-obatan
b) Diabetes mellitus
2) Faktor janin
a) Janin mati dalam kandungan (IUFD : Intra Uterine Fetal
Death)
b) Pertumbuhan janin terhambat/PJT (IUGR : Intra Uterin
Growth Retardation)
c) Inkompatibilitas rhesus
3) Keadaan kehamilan
a) Prolonged pregnancy (usia kehamilan ≥ 41 minggu)
b) Ketuban pecah dini (KPD), usia kehamilan ≥ 34 minggu)
c) Amnionitis atau khorioamnionitis
d) Solusio plasenta
e) Partus tak maju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
c. Kontraindikasi
Kontraindikasi induksi serupa dengan kontraindikasi untuk
menghindarkan persalinan dan pelahiran spontan. Faktor janin
meliputi makrosomia yang besar, gestasi janin lebih dari satu,
hidrosefalus berat, malpresentasi, atau status janin yang meresahkan.
Beberapa kontraindikasi ibu berkaitan dengan tipe insisi uterus
sebelumnya, anatomi panggul yang terdistorsi atau sempit, plasentasi
abnormal, dan kondisi seperti infeksi herpes genital aktif atau kanker
serviks (Cunningham, 2013).
d. Persyaratan Induksi
Menurut Oxorn (2010), persyaratan induksi antara lain adalah
sebagai berikut.
1) Presentasi
Presentasi harus kepala. Induksi persalinan tidak boleh
dilakukan bila ada letak lintang, presentasi majemuk dan sikap
ekstensi pada janin, dan hampir tidak boleh dilakukan kalau
bayinya presentasi bokong.
2) Stadium kehamilan
Semakin kehamilannya mendekati masa aterm, semakin
mudah pelaksanaan induksi.
3) Stasiun
Kepala janin harus sudah masuk panggul. Semakin rendah
kepala bayi, semakin mudah dan semakin aman prosedur tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4) Kematangan serviks
Serviks harus sudah mendatar, panjangnya kurang dari 1,3
cm (0,5 inci), lunak, bisa dilebarkan dan sudah membuka untuk
dimasuki sedikitnya satu jari tangan dan sebaiknya dua jari
tangan. Cincin ostium internum tidak boleh kaku. Keadaan yang
lebih menguntungkan adalah bilamana serviks berada dalam garis
pusat jalan lahir atau di sebelah anteriornya. Kalau serviks di
sebelah posterior, kondisi untuk induksi kurang menguntungkan.
5) Paritas
Induksi pada multipara jauh lebih mudah dan lebih aman
dari pada primigravida, angka keberhasilan meningkat bersama-
sama paritas.
6) Maturitas janin
Umumnya semakin kehamilan mendekati 40 minggu,
semakin baik hasilnya bagi janin. Kalau kehamilan harus diakhiri
sebelum aterm, pengujian maturitas janin harus dilakukan untuk
menetapkan sejauh mungkin apakah janin akan dapat hidup di luar
kandungan.
e. Metode Induksi
Salah satu metode yang paling umum dilakukan adalah metode
infus oksitosin. Menurut teori ”See-Saw”, profesor Scapo dari
Universitas Washington menyatakan bahwa prostaglandin banyak
dijumpai dalam jaringan tubuh, progesteron mungkin menghalangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kerja prostaglandin sehingga tidak terdapat kontraksi otot rahim,
oksitosin dianggap merangsang pengeluaran prostaglandin sehingga
terjadi kontraksi otot rahim. Pemberian prostaglandin langsung secara
langsung dapat meningkatkan kontraksi otot rahim. Prostaglandin
merupakan obat yang cukup mahal, sedangkan induksi persalinan
dengan oksitosin murah dan efektif (Manuaba 2010).
Dosis, interval penambahan, dan lama pemberian masih banyak
diperdebatkan dan kemungkinan bervariasi menurut usia kehamilan,
paritas, dan skor serviks. Setiap klinik mempunyai protokol pemberian
oksitosin yang berbeda-beda untuk dipatuhi (Varney, 2007).
Menurut Manuaba (2007), metode drip oksitosin dapat
dilakukan sebagai berikut.
1) Sebaiknya dilakukan pada malam harinya ibu masuk rumah sakit
2) Dapat diberikan laksan/ enema
3) Dipasang infus dekstros 5% atau ringer laktat dengan 5 unit
oksitosin.
4) Tetesan pertama antara 8 – 12 tetes per menit dengan perhitungan
setiap tetesan mengandung 0,0005 unit sehingga dengan
pemberian 12 tetes/menit terdapat oksitosin sebanyak 0,006
unit/menit.
5) Setiap 15 menit dilakukan penilaian, jika tidak terdapat his yang
adekuat, jumlah tetesan ditambah 4 tetes, sampai maksimal
mencapai 40 tetes per menit atau 0,02 unit oksitosin/menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
6) Tetesan maksimal dipertahankan dalam 2 kali pemberian 500 cc
dekstros 5%.
7) Jika sebelum tetesan ke-40, sudah timbul kontraksi otot rahim
yang adekuat, tetesan terakhir dipertahankan, sampai persalinan
berlangsung.
8) Dalam literatur dikemukakan juga, bahwa pemberian oksitosin
maksimal setiap menit adalah sekitar 30-40 mIU atau tetesan
sebanyak 40 tetes per menit dengan oksitosin sebanyak 10 IU.
Komplikasi pada induksi persalinan dengan oksitosin antara lain
adalah sebagai berikut.
1) Pecahnya vasa previa dengan tanda perdarahan dan diikuti fetal
distress, darah merah segar.
2) Prolapsus bagian kecil janin terutama tali pusat.
3) Gejala terjadinya ruptur uteri immenens atau ruptur uteri.
4) Terjadinya fetal distress karena gangguan sirkulasi retro-plasenta
pada tetani uteri atau solusio plasenta (Manuaba 2007).
Oksitosin merupakan obat yang kuat yang dapat mengakibatkan
ruptur uteri yang berkaitan dengan cedera ibu dan janin ataupun
kematian. Namun dilaporkan saat ini ruptur uteri yang berkaitan
dengan pemakaian oksitosin jarang dijumpai bahkan pada wanita para,
kecuali bila terdapat jaringan parut di uterus (Cunningham, 2013).
Induksi persalinan untuk kehamilan antara 41 dan 42 minggu
kehamilan telah terbukti mengurangi tingkat sectio caesarea dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
penurunan kematian perinatal dan morbiditas bila dibandingkan
dengan manajemen kehamilan (Delaney, M., Roggensack, A, 2008).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Penerapan Tujuh Langkah Varney
Ketujuh langkah ini mewakili seluruh lingkup kerja yang bersifat
perencanaan mandiri dan terdiri dari :
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Dalam pengumpulan data dasar ada dua tipe:
1) Data Subjektif
Data subjektif ini berisi biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas,
biopsikososiospiritual, dan pengetahuan klien.
a) Biodata atau identitas
Nama untuk mengetahui nama klien dan suami. Umur
untuk mengetahui faktor risiko kehamilan. Agama untuk
memberikan motivasi sesuai agama yang dianut. Suku/bangsa
untuk mengetahui faktor ras. Pendidikan untuk menyerasikan
dalam pemberian KIE. Pekerjaan untuk mengetahui tingkat
ekonomi. Alamat untuk mendapatkan gambaran tempat tinggal.
b) Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui alasan utama klien datang,
apakah untuk memeriksakan kehamilan atau untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
memeriksakan keluhan lain. Biasanya keluhan utama pasien
dengan postdate adalah belum merasakan tanda-tanda
persalinan dan kehamilannya melebihi tanggal perkiraan
(Mufdlilah, 2009).
c) Riwayat Kebidanan
Menurut Varney (2007) yang perlu dikaji antara lain :
(1) Riwayat menstruasi: umur saat menarche, frekuensi:
rentang jika tidak teratur, lama, jumlah darah yang keluar,
karakteristik darah yang keluar, hari pertama menstruasi
terakhir (HPMT) untuk menentukan hari perkiraan lahir
(HPL)
(2) Riwayat kehamilan sekarang: meliputi antenatal care
(ANC) yaitu tempat dan frekuensi, keluhan, gerakan janin,
penatalaksanaan dan terapi yang diberikan.
(3) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu: berapa
kali hamil, melahirkan, berapa umur dari setiap
kehamilannya, apakah pernah mengalami kehamilan
postdate atau tidak, bagaimana cara persalinannya, dimana
dan ditolong oleh siapa, apakah ada penyulit dalam
persalinan terdahulu.
d) Data Biopsikososiospiritual
Data psikologi perlu dikaji untuk mengetahui respon
ibu terhadap kehamilan lewat waktu yang ia alami, apakah ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mengeluh cemas terhadap persalinan dan janin, hubungan
sosial antara pasien dalam keluarga perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dalam keluarga tersebut, dukungan
keluarga akan meningkatkan rasa nyaman serta menumbuhkan
rasa percaya diri pada pasien.
2) Data Objektif
Pada kasus kehamilan postdate ditemukan gerakan janin
yang kurang dan tidak adanya his.
a) Pemeriksaan Umum
Dilakukan untuk mengetahui keadaan umum, kesadaran,
tinggi badan, berat badan, pengukuran vital sign yang meliputi
tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (Varney, 2007).
b) Pemeriksaan Khusus (Fisik)
Pengkajian lainnya adalah pemeriksaan fisik, yang
bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya,
serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Hasil yang didapat
dari pemeriksaan fisik dan anamnesis dianalisis untuk membuat
keputusan klinis, menegakkan diagnosis, dan mengembangkan
rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai dengan
kondisi ibu (Sondakh, 2013). Jenis pemeriksaan khusus pada
kehamilan postdate meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(1) Palpasi
Pada pasien hamil postdate dilakukan palpasi
abdomen meliputi pemeriksaan Leopold dan kontraksi
Leopold I : diraba berapakah tinggi fundus uterus
dan bagian apakah yang terdapat di
fundus.
Leopold II : menentukan batas samping uterus, diraba
bagian-bagian yang berada disebelah kanan
dan kiri untuk menentukan letak punggung
dan bagian kecil janin.
Leopold III : menentukan bagian terbawah janin.
Leopold IV : meraba seberapa dalam bagian bawah janin
sudah masuk pintu atas panggul.
Kontraksi : menghitung jumlah, lama dan intensitas
his dalam waktu tertentu.
(2) Auskultasi
Pada kasus postdate, denyut jantung janin akan
terdengar teratur apabila kondisi janin baik atau tidak
teratur jika terjadi gawat janin saat pemeriksaan secara
auskultasi dengan doppler atau leanec (Sofian, 2011).
3) Data Penunjang
Ketetapan usia gestasi sebaiknya mengacu pada hasil
pemeriksaan ultrasonografi (USG) pada trimester pertama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kesalahan perhitungan dengan rumus Naegele dapat mencapai
20%. Bila telah dilakukan pemeriksaan USG serial terutama sejak
trimester pertama, hampir dapat dipastikan usia kehamilan.
Pemeriksaan sesaat setelah kehamilan trimester III dapat dipakai
untuk menentukan berat janin, keadaan air ketuban, ataupun
keadaan plasenta yang sering berkaitan dengan kehamilan
postdate, tetapi sukar untuk memastikan usia kehamilan
(Saifuddin, 2014).
b. Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Diagnosa kebidanan pada pasien bersalin dengan postdate:
Ny.X GxPxAx umur x tahun, hamil x minggu, janin tunggal, hidup
intrauterin, letak janin memanjang, punggung kanan/kiri, presentasi
kepala, bagian terbawah masuk x bagian, belum dalam persalinan
dengan postdate.
Masalah yang mungkin timbul pada ibu bersalin dengan
postdate adalah cemas karena kecemasan terhadap kehamilan yang
dialaminya, keadaan janinnya dan tentang proses persalinan yang akan
dihadapinya (Fadlun, 2011).
Kebutuhan dalam menghadapi rasa cemas pada ibu bersalin
dengan postdate adalah memberikan konseling mengenai rasa cemas
sebagai cara untuk mengatasi rasa takut dan memberikan dukungan
emosional (Varney, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya
Pada kasus ibu bersalin dengan induksi atas indikasi kehamilan
postdate diagnosa potensialnya adalah:
1) Pada ibu : partus lama, ruptur uteri, distosia, perdarahan
postpartum
2) Pada janin : Intra Uterin Fetal Death (IUFD), gawat janin,
distosia bahu.
Antisipasi penanganannya adalah dengan mengobservasi
kemajuan persalinan, his, DJJ, gerak janin (Sofian, 2012).
d. Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Pada langkah ini bidan menetapakan kebutuhan terhadap
tindakan segera, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien. Tindakan langsung pada ibu dengan
kehamilan postdate adalah kolaborasi dengan dokter Sp.OG dalam
pemberian terapi (induksi) dan mempercepat persalinan dengan sectio
caesarea apabila induksi gagal, terjadi gawat janin, atau partus lama
(Sofian, 2012).
e. Langkah V: Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Rencana asuhan pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi
postdate antara lain:
1) Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
2) Observasi keadaan umum dan vital sign ibu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3) Observasi DJJ (denyut jantung janin) dan his tiap 30 menit atau
apabila ada indikasi.
4) Observasi pengeluaran pervaginam.
5) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks dan
kemajuan persalinan.
6) Berikan asupan nutrisi.
7) Lakukan informed consent dengan keluarga untuk tindakan induksi
persalinan.
8) Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian induksi atau
tindakan SC apabila induksi gagal, gawat janin atau partus lama.
9) Anjurkan ibu tidur miring ke kiri.
10) Berikan KIE dan support mental.
f. Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan
Aman
Penatalaksanaan asuhan ibu bersalin dengan induksi atas
indikasi postdate dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
dan menerapkan prinsip-prinsip Asuhan Sayang Ibu dan Bayi seperti
memberikan support mental pada ibu, mengijinkan keluarga
mendampingi ibu selama persalinan, mempersilakan ibu memilih
sendiri posisi bersalin senyaman mungkin, rawat gabung antara ibu
dan bayi, serta mengajarkan ibu cara pemberian ASI yang benar pada
bayi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
g. Langkah VII : Evaluasi
Hasil evaluasi yang diharapkan pada ibu bersalin dengan induksi
atas indikasi postdate adalah terjadi kemajuan persalinan, proses
persalinan berjalan dengan lancar, ibu serta bayi sehat dan selamat.
2. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Pasien
Tujuh Langkah Varney disarikan menjadi 4 langkah yaitu SOAP
(Subjektif, Objektif, Analisis, Penatalaksanaan). SOAP disarikan dari
proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan
catatan kemajuan keadaan klien.
a. S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa sebagai langkah I Varney, meliputi identitas, keluhan
utama, riwayat kebidanan, serta data psikososial. Data subjektif untuk
kehamilan postdate, antara lain:
1) Belum merasakan tanda-tanda persalinan dan kehamilannya
melebihi tanggal perkiraan (Mufdlilah, 2009).
2) Ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus
berlangsung melewati taksiran persalinan (Fadlun, 2011).
b. O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien, hasil
laboratorium, dan tes diagnostik berupa pemeriksaan USG yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
langkah I Varney. Data objektif untuk pasien bersalin dengan postdate,
antara lain:
1) Hamil postdate bisa didapatkan berat badan yang bertambah dan
ada pula yang mengalami penurunan berat badan (Nugroho,
2012).
2) Pergerakan janin, pada kasus postdate ditemukan gerak janin yang
jarang, secara subyektif kurang dari 7 kali / 20 menit atau secara
obyektif dengan kardiotopografi kurang dari 10 kali / 20 menit
(Nugroho, 2012).
c. A : Analisis
Analisis kebidanan pada pasien bersalin dengan postdate: Ny.X
GxPxAx umur x tahun, hamil x minggu, janin tunggal, hidup
intrauterin, letak memanjang, punggung kanan/kiri, presentasi belakang
kepala, bagian terbawah masuk x bagian, inpartu kala x dengan
postdate.
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam identifikasi kasus ibu bersalin dengan
induksi atas indikasi postdate:
1. Diagnosa/masalah : pada ibu dapat terjadi partus lama, perdarahan,
ruptur uteri, sedangkan pada bayi mungkin terjadi IUFD, gawat
janin maupun distosia bahu.
2. Antisipasi diagnosa/masalah dengan mengobservasi kemajuan
persalinan, his, DJJ.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi/kolaborasi untuk pemberian induksi dan atau rujukan
sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
d. P : Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan
implementasi dan evaluasi pada kasus ibu bersalin dengan postdate
berdasarkan analisis sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney.
(KepMenKes RI No : 938/MENKES/SK/VII/2007)
top related