bab ii tinjauan pustaka a. biaya 1. pengertian biayarepository.unwira.ac.id/4284/3/bab ii.pdf ·...
Post on 09-Apr-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Biaya
1. Pengertian Biaya
Menurut Sujarweni (2015:9), biaya mempunyai dua pengertian
yaitu pengertian secara luas dan secara sempit. Biaya dalam arti luas
adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang
dalam usahanya untuk mendapatkan sesuatu untuk mencapai tujuan
tertentu baik yang sudah terjadi/baru direncanakan. Biaya dalam arti
sempit adalah pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan uang untuk
memperoleh aktiva.
Daljono (2001:13) mendefinisikan biaya adalah suatu
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan
keuntungan atau manfaat pada saat ini atau masa yang akan datang.
Hansen dan Moven (2006:40) mendefinisikan biaya adalah kas atau nilai
ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi.
Biaya menurut Mulyadi (2010:8) adalah pengorbanan sumber ekonomi,
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan
akan terjadi untuk tujuan tertentu.
12
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya
adalah suatu pengorbanan ekonomi yang memiliki tujuan tertentu dan
memberikan manfaat dimasa sekarang dan dimasa depan.
2. Pengelompokan Biaya
Sujarweni (2010:13) menjelaskan bahwa biaya yang terjadi di
perusahaan perlu ditelusuri berasal dari mana saja biaya tersebut, angka-
angka yang disebut sebagai biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Berdasarkan pengelompokan biaya
a) Biaya pabrikase/ Pabrik/ Manufaktur
(1) Bahan baku
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku
utama yang dipakai untuk memproduksi barang.
Contoh: Biaya pembelian kayu jati.
(2) Tenaga Kerja Langsung
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja
utama yang langsung berhubungan dengan produk yang
diproduksi dari bahan baku mentah menjadi barang jadi.
Contoh: Biaya untuk pembayaran pegawai yang langsung
membuat produk meubel.
(3) Biaya Overhead Pabrik
Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang, selain
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya overhead pabrik terdiri dari :
13
Bahan Tidak Langsung
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk, namun
pemakaiannya sedikit.
Contoh : Biaya untuk membeli baut, mur dan pelitur
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga kerja
namun tenaga kerja tersebut secara tidak langsung
mempengaruhi pembuatan barang jadi.
Contoh: Biaya untuk membayar pengawas produksi.
Biaya Tidak Langsung Lainnya
Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang yang
secara tidak langsung berkaitan dengan produksi barangnya.
Contoh: Ketika membuat satu lemari, dibutuhkan listrik
untuk menghidupkan mesin, dibutuhkan telepon untuk
memesan bahan baku. Jadi biaya listrik, biaya telepon masuk
dalam kategori ini.
b) Biaya Komersial
Biaya komersial terdiri dari 2 yaitu :
1) Biaya Pemasaran
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan malaksanakan
kegiatan pemasaran atau promosi produk.
14
Contohnya: biaya pemasangan iklan papan, iklan televisi, iklan
majalah, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang
pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan
kegiatan pemasaran, biaya untuk membuat contoh (sample).
Contoh: Biaya iklan, Biaya pengiriman barang.
2) Biaya Administrasi
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengkoordinasi dan
mengendalikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh
biaya ini adalah: biaya gaji manager puncak, bagian keuangan,
akuntansi, personalia.
3) Berdasarkan Perilaku Biaya
Klasifikasi biaya berdasarkan perilaku biaya dibagi menjadi 4
yaitu:
a) Biaya Variabel
Biaya yang jumlahnya berubah-ubah, namun perubahannya
sebanding dengan perubahan volume produksi/penjualan.
Contoh: Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung.
b) Biaya Tetap
Biaya yang tidak berubah jumlahnya walaupun jumlah yang
produksi/dijual berubah dalam kapasitas normal.
Contoh: Biaya pembelian mesin.
15
c) Biaya Semi Variabel
Biaya yang jumlahnya ada yang berubah-ubah sesuai dengan
perubahan kuantitas dan ada tarif tetapnya.
Contoh: Biaya telepon dan biaya listrik. Kedua biaya tersebut
terdiri dari biaya langganan yang pasti harus dibayar dan biaya
pemakaian.
d) Biaya Bertingkat
Biaya yang dikeluarkan sifatnya tetap harus dikeluarkan dalam
suatu rentan produksi.
Contohnya: Biaya pembelian mesin pertama jika produksi
terlalu banyak mesin pertama yang dibeli tidak memenuhi
kapasitas, maka perusahaan membeli mesin kedua.
4) Berdasarkan Pengambilan Keputusan
Klasifikasi biaya berdasarkan pengambilan keputusan dibagi
menjadi 2 yaitu :
a) Biaya Relevan
Biaya yang harus direncanakan terlebih dahulu kerena biaya
ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan
masa mendatang.
Contoh biaya relevan: Suatu perusahaan telah berhasil
membeli sebuah ruko yang sangat besar, perusahaan harus
melakukan pengambilan keputusan dimana ruko tersebut lebih
baik dipakai sendiri untuk membuka cabang baru atau ruko
16
tersebut disewakan saja untuk orang lain. Dari kedua alternatif
tersebut perlu dilakukan perhitungan supaya dapat memilih
salah satu alternatif yang menguntungkan untuk perusahaan.
b) Biaya Tidak Relevan
Biaya yang tidak berbeda diantara alternatif tindakan yang
sudah ada. Biaya ini tidak akan mempengaruhi pengambilan
keputusan dan akan tetap sama jumlahnya tanpa
memperhatikan alternatif yang dipilih. Oleh karena itu biaya
tidak relevan tidak harus dipertimbangkan dalam pembuatan
keputusan.
5) Berdasarkan Sesuatu yang Dibiayai
Klasifikasi biaya sesuai dengan sesuatu yang dibiayai dibagi
menjadi 2 yaitu:
a) Biaya Langsung (direct cost) adalah biaya yang manfaatnya
langsung diidentifikasikan pada produk yang dibuat. Biaya
produksi langsung terdiri atas biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.
b) Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang
manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan kepada produk yang
dibuat. Biaya produksi tidak langsung adalah biaya overhead
pabrik.
17
6) Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)
Manfaat yang akan diperoleh jika salah satu alternatif dipilih dari
beberapa alternatif yang ada. Atau dengan kata lain pendapatan
yang tidak jadi diperoleh karena telah memilih salah satu
alternatif dari beb erapa alternatif yang tersedia. Untuk
mengambil keputusan memilih salah satu alternatif seharusnya
mempertimbangkan biaya dan pendapatan yang akan muncul.
B. Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok produksi dalam suatu perusahaan bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan baik pihak manajemen perusahaan maupun
pihak luar perusahaan. Untuk memenuhi tujuan perhitungan harga prokok
produksi tersebut akuntansi biaya mencatat, mengklasifikasi, dan meringkas
biaya-biaya pembuatan produk.
Pengertian menurut Mulyadi (2012:14) yaitu “Harga pokok produksi
adalah sejumlah biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual”.
Sedangkan menurut Bustami dan Nurlela (2010:49), harga pokok
produksi adalah: kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku
langsung, tenaga langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan
produk dalam proses awal dan dikurangi persediaan produk dalam proses
akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga
18
pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada
persediaan produk dalam proses awal dan akhir.
Pengertian-pengertian di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang digunakan selama proses
produksi, dimana biaya-biaya tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
1. Perhitungan Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok produksi adalah untuk mengetahui
besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu
barang. Pada umumnya biaya produksi tersebut meliputi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik. Biaya bahan
baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung disebut juga dengan
biaya utama (prime cost), sedangkan yang lain disebut biaya konversi
(conversion cost). Biaya-biaya ini dikeluarkan untuk mengubah bahan
baku menjadi barang jadi. Yang termasuk ke dalam unsur-unsur harga
pokok adalah sebagai berikut :
a. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah bahan yang merupakan unsur paling
pokok dalam proses produksi, dan dapat langsung dibebankan kepada
harga pokok barang yang diproduksi.
Menurut Mulyadi (2010:275) menjelaskan pengertian bahan
baku adalah sebagai berikut: bahan baku merupakan bahan yang
membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah
19
dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal,
impor, atau dari pengolahan sendiri. Didalam memperoleh bahan
baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga beli
bahan baku saja, tetapi juga mengeluarkan biaya-biaya pembelian,
pergudangan, dan biaya-biaya perolehan lain.
b. Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah usaha fisik atau mental yang digunakan
dalam membuat suatu produk. Biaya tenaga kerja merupakan salah
satu konversi biaya untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi.
Biaya tenaga kerja yang termasuk dalam perhitungan biaya produksi
digolongkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung dan tenaga kerja
tidak langsung.
Menurut Mursyidi (2010:213) mengatakan bahwa biaya
tenaga kerja dapat digolongkan menjadi dua yaitu (1) biaya tenaga
kerja langsung (direct labor), dan (2) biaya tenaga kerja tidak
langsung (indirect labor). Biaya tenaga kerja langsung merupakan
biaya tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses
produksi, misalnya tukang dan pekerja pabrik. Sedangkan biaya
tenaga kerja tidak langsung merupakan biaya tenaga kerja yang tidak
langsung berhubungan dengan produksi, misalnya gaji direktur
produksi, pengawas, dan administrasi produksi.
Sedangakan menurut Bustami dan Nurlela (2010:12), biaya
tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang digunakan dalam
20
merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan
dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa tenaga kerja langsung merupakan faktor penting
berupa sumber daya manusia yang mempengaruhi proses pengolahan
bahan baku menjadi barang jadi pada suatu proses produksi dan biaya
tenaga kerja merupakan upah yang diberikan kepada tenaga kerja dari
usaha tersebut.
c. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah unsur biaya produksi selain biaya
bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dan dikeluarkan
selama proses produksi. Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang
paling kompleks dan tidak dapat didefinisikan pada produk jadi, maka
pengumpulan biaya overhead pabrik baru dapat diketahui setelah
barang pesanan selesai diproduksi.
Biaya overhead pabrik menurut Mulyadi (2012:194) adalah biaya
produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
yang dikelompokan menjadi beberapa golongan berikut :
1. Biaya bahan penolong
2. Biaya reparasi dan pemeliharaan
3. Biaya tenaga kerja tidak langsung
4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
21
6. Biaya overhead lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang.
Menurut Mursyidi (2010:221), biaya overhead pabrik (faktory
overhead cost) disebut factory burden, manufacturing expense,
manufacturing overhead, factory expense dan indirect manufacturing
cost, merupakan biaya yang terjadi atau dibebankan dalam suatu
proses produksi selain bahan baku dan tenaga kerja langsung.
Sedangkan menurut Bustami dan Nurlela (2010:13), biaya
overhead dapat dikelompokan menjadi beberapa elemen, yakni:
a. Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong) adalah
bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk tetapi
pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri
secara langsung kepada produk selesai. Contoh: amplas, pola
kertas, oli dan minyak pelumas, paku, sekrup dan mur.
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja yang
membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi dapat ditelusuri
kepada produk selesai. Contoh: gaji satpam pabrik, gaji pengawas
pabrik, pekerja bagian pemeliharaan, penyimpanan dokumen
pabrik, gaji operator telepon pabrik, pegawai pabrik, pegawai
bagian gudang
pabrik, gaji resepsionis pabrik, dan pegawai yang menangani
barang.
22
c. Biaya tenaga kerja langsung lainnya adalah biaya selain bahan
tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu
dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri
kepada produk selesai.
Contoh: pajak bumi dan bangunan pabrik, listrik pabrik, air, dan
telepon pabrik, sewa pabrik, asuransi pabrik, penyusutan pabrik,
peralatan pabrik, pemeliharaan mesin pabrik, gaji akuntan pabrik,
reparasi mesin dan peralatan pabrik.
2. Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi
Metode perhitungan harga pokok produksi adalah cara
memperhitungkan unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok
produksi terdapat dua pendekatan yaitu metode Full Costing dan metode
Variabel Costing. Perbedaan pokok antara kedua metode tersebut terletak
pada perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap dan akan
berakibat pada perhitungan harga pokok produk dan penyajian laporan
laba rugi. Halim et al (2013:47), menyatakan bahwa metode penentuan
harga pokok produk adalah dengan membebankan semua biaya produksi
(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik) baik
bersifat tetap maupun variabel kepada produk atau jasa. Unsur-unsur biaya
pada harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu metode full
costing dan variabel costing.
23
Sedangkan menurut Widilestariningtyas et al (2012:15), metode
penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-
unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan
unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua metode
yaitu full costing dan variabel costing.
a. Metode Full Costing
Full costing adalah metode untuk menentukan harga pokok
produksi, dengan membebankan semua biaya produksi tetap maupun
variabel pada produk yang dihasilkan. Metode full costing disebut juga
absortion atau conventional costing (Sujarweni, 2015:148).
Menurut R.A Supriyono (2002), menerangkan full costing
method adalah konsep penentuan harga pokok penuh, membebankan
semua elemen biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel,
ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu, elemen biaya produksi
pada konsep penentuan harga pokok penuh meliputi biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Sedangkan mulyadi (2009), mendefinisikan full costing method
merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel
maupun tetap.
24
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur
harga pokok produk menurut metode ini meliputi :
Biaya bahan baku Rp.xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp.xxx.xxx
Biaya overheand pabrik tetap Rp.xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp.xxx.xxx
Harga pokok produksi Rp.xxx.xxx
Penentuan harga pokok produksi berdasarkan full costing pada
umumnya ditujukan untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan
untuk pihak eksternal. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode
ini menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut
hubungan biaya dengan fungsi pokok yang ada di perusahaan, yaitu
fungsi produksi, fungsi pemasaran, serta fungsi administrasi dan umum.
Laporan laba rugi menurut full costing adalah sebagai berikut:
Hasil Penjualan Rp.xxx.xxx
Harga pokok penjualan Rp.xxx.xxx
Laba bruto Rp.xxx.xxx
Biaya administrasi dan umum Rp.xxx.xxx
Biaya pemasaran Rp.xxx.xxx
Laba Bersih Usaha Rp.xxx.xxx
b. Metode variabel costing
Variabel costing adalah metode untuk menentukan harga pokok
produk dengan hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja.
25
Kalkulasi biaya produksi variabel (variabel costing) menurut
Prawironegoro (2009) adalah pengorbanan sumber daya untuk
menghasilkan barang atau jasa di mana hanya diperhitungkan biaya
variabel saja, yang terdiri dari biaya bahan langsung, berhubungan
dengan volume kegiatan produksi, maka disebut kalkulasi biaya produk
langsung (direct costing).
Menurut Samryn (2001) pendekatan variabel costing juga
dikenal sebagai contribution approach adalah suatu format laporan laba
rugi yang mengelompokan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana
biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap
dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, atau administrasi,
dan penjualan. Pendekatan ini juga dikenal sebagai pendekatan biaya
langsung (direct costing approach ) karena biaya variabel yang menjadi
harga pokok dalam perhitungannya terdiri dari biaya-biaya langsung.
Dalam pendekatan ini hanya biaya-biaya produksi yang berubah sejalan
dengan perubahan output yang diperlakukan sebagai elemen harga
pokok produk.
Dalam pendekatan variabel costing, dari semua unsur biaya
produksi hanyalah biaya-biaya produksi variabel yang diperhitungkan
sebagai elemen harga pokok produk. Oleh karena itu, pendekatan
variabel costing bagi manajemen lebih baik digunakan sebagai alat
perencanaan, dan pengambilan keputusan-keputusan jangka pendek
yang tidak mengharuskan pertimbangan tentang biaya-biaya non
26
produksi. Dalam arus biaya variabel costing elemen biaya periodik
terdiri dari biaya overhead tetap ditambah biaya administrasi dan
penjualan. Elemen harga pokok produknya hanya terdiri dari komponen
biaya overhead variabel serta biaya bahan baku dan tenaga kerja
langsung, tidak termasuk biaya overhead tetap.
Biaya produksi yang bersifat tetap pada variabel costing
diperlakukan sebagai biaya periode akuntansi dimana biaya tersebut
terjadi. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur
harga pokok produk menurut metode ini meliputi:
Biaya bahan baku Rp.xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp.xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp.xxx.xxx
Harga pokok produksi Rp.xxx.xxx
Penentuan harga pokok berdasarkan metode ini pada umumnya
ditujukan untuk pihak manajemen dalam rangka pengambilan
keputusan harga. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode ini
menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilaku biaya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Laporan laba
rugi menurut metode variabel costing akan tampak sebagai berikut:
27
Hasil penjualan xxxxxx
Dikurangi Biaya-biaya Variabel:
Biaya produksi variabel xxxxxx
Biaya pemasaran variabel xxxxxx
Biaya administrasi dan umum variabel xxxxxx
xxxxxx
Laba kontribusi xxxxxx
Dikurangi Biaya Tetap:
Biaya produksi tetap xxxxxx
Biaya pemasaran tetap xxxxxx
Biaya administrasi dan umum tetap xxxxxx
xxxxxx
Laba Bersih Usaha xxxxxx
C. Harga Jual
1. Pengertian Harga Jual
Menurut Supriyono (2013:211) “Harga jual merupakan jumlah
moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau
pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa harga jual
merupakan jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada
konsumen atas produk maupun jasa yang dijual, dengan harapan harga jual
yang dibebankan tersebut dapat menutupi biaya penuh yang bersangkutan
28
dengan produk atau jasa tersebut dan dapat menghasilkan laba yang
diinginkan perusahaan tersebut, harga jual yang dibebankan atas produk
yang dijual haruslah tepat, dan harga jual yang tepat haruslah harga jual
yang sesuai dengan kualitas produk yang dijual, serta harga jual tersebut
dapat memberikan kepuasan pada konsumen.
2. Tujuan Penetapan Harga Jual
Di dalam menetukan harga jual, perusahaan harus jelas dalam
menentukan tujuan yang hendak dicapainya, karena tujuan tersebut dapat
memberikan arah dan keselarasan pada kebijakan yang diambil perusahaan.
Menurut Philip (2008:638) Suatu perusahaan dapat mengejar enam
tujuan melalui penetapan harga yaitu :
1) Laba sekarang maksimum
Banyak perusahaan yang menetapkan harga yang memaksimalkan
labanya sekarang. Mereka memperkirakan bahwa permintaan dan biaya
sehubungan sebagai alternatif harga dan memilih harga yang akan
menghasilkan laba, arus kas, atau pengembalian investasi yang
maksimum.
2) Pendapatan sekarang maksimum
Beberapa perusahaan menetapkan harga yang akan memaksimalkan
pendapatan dari penjualan. Maksimalisasi pendapatan hanya
membutuhkan perkiraan fungsi permintaan. Banyak manager percaya
bahwa maksimalisasi pendapatan akan menghasilkan maksimalisasi laba
jangka panjang dan pertumbuhan pangsa pasar.
29
3) Pertumbuhan penjualan maksimum
Perusahaan lainnya ingin memaksimalkan unit penjualan. Mereka
percaya bahwa volume penjualan lebih tinggi akan menghasilkan biaya
per unit lebih rendah dan laba jangka panjang yang lebih tinggi. Mereka
menetapkan harga terendah dengan mengasumsikan bahwa pasar sensitif
terhadap harga. Ini disebut penetapan harga penetrasi pasar.
4) Skimming pasar maksimum
Skimming pasar hanya mungkin dalam kondisi adanya sejumlah pembeli
yang memiliki permintaan tinggi, biaya per unit untuk memproduksi
volume kecil tidaklah sedemikian tinggi, sehingga dapat mengurangi
keuntungan penetapan harga maksimal yang dapat diserap pasar, harga
yang tinggi tidak menarik lebih pesaing harga tinggi menyatakan citra
produk superior.
5) Kepemimpinan mutu produk
Perusahaan mungkin mengarahkan untuk menjadi pemimpin dalam hal
mutu produk di pasar, dengan membuat produk yang bermutu tinggi dan
menetapkan harga yang lebih tinggi dari pesaingnya. Mutu dan harga
yang lebih tinggi akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih
tinggi dari rata-rata industrinya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan Harga Jual
Dalam penentuan harga jual tidak semua faktor dijadikan dasar
dalam penentuan harga jual, tetapi hanya beberapa faktor saja yang perlu
30
dipertimbangkan. Menurut Basu dan Irawan (2005:202) faktor-faktor yang
mempengaruhi harga jual adalah:
a. Keadaan perekonomian
b. Permintaan dan penawaran
c. Elastisitas permintaan
d. Persaingan
e. Biaya
f. Tujuan perusahaan
g. Pengawasan pemerintah.
4. Biaya Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual
Biaya merupakan suatu hal yang penting dalam penentuan harga
jual. Biaya-biaya dalam menghasilkan suatu barang harus dicatat dengan
benar dan harus digolongkan sesuai dengan tingkah laku biaya. Biaya
adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang
telah terjadi atau yang kemungkinannya akan terjadi untuk tujuan tertentu,
Mulyadi (2001:7).
Penggolongan biaya harus dilakukan dengan benar agar tidak
terjadi kesalahan dalam penentuan harga. Menurut Mulyadi (2001:14),
biaya yang terjadi di dalam perusahaan manufaktur dapat digolongkan
menjadi 3, yaitu:
a. Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi. Biaya-biaya produksi ini terdiri dari :
31
1. Biaya bahan baku
Bahan baku adalah semua bahan yang membentuk bagian
menyeluruh produk jadi, dan dapat diidentifikasikan secara langsung
pada produk yang bersangkutan.
2. Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan
pada semua karyawan yang ada dalam proses produksi, baik tenaga
kerja langsung maupun tidak langsung.
3. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya selain biaya bahan baku dan
tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang
paling kompleks, dan tidak dapat diidentifikasi langsung pada
produk, maka pengumpulan biaya ini baru dapat dihitung pada akhir
periode. Dalam menghitung biaya ini, berdasar pada tarif yang
ditentukan dimuka. Unsur-unsur biaya ini antara lain:
a).Biaya bahan penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan agar terselesainya
produk tersebut, dan siap dijual ke konsumen.
b).Biaya listrik dan air
Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik
dan air pabrik.
c).Biaya reparasi dan pemeliharaan
32
Biaya ini meliputi biaya pemeliharaan dan reparasi mesin-mesin
pabrik, peralatan pabrik, dan kendaraan perusahaan.
d).Biaya penyusutan mesin dan alat-alat pabrik
Biaya ini merupakan biaya yang dianggarkan dari mesin-mesin
atau alat-alat yang digunakan dalam proses produksi. Biaya ini
dianggarkan untuk setiap tahun atau bulan.
e).Biaya Pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran, contoh: biaya iklan, biaya promosi, biaya gaji bagian
pemasaran, dan lain-lain.
f).Biaya Administrasi Umum
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengkoordinasi
kegiatan produksi dan pemasaran. Dalam perusahaan manufaktur,
biaya pemasaran dan administrasi umum dapat disebut dengan
biaya non produksi.
5. Metode Penentuan Harga Jual
Charles (2008:350) mengatakan bahwa terdapat empat metode
penentuan harga jual, yaitu :
a. Penentuan Harga Jual Normal (Normal Pricing )
Metode penentuan harga jual normal sering kali disebut dengan istilah
cost-plus pricing, yaitu penentuan harga jual dengan cara
menambahkan laba yang diharapkan di atas biaya penuh masa yang
akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk.
33
b. Penentuan Harga Jual dalam Cost-type Contract (Cost-type Contract
Pricing )
Cost-type Contract adalah kontrak pembuatan produk dan jasa yang
pihak pembeli setuju membeli produk atau jasa pada harga yang
didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh
produsen ditambah dengan laba yang dihitung sebesar presentase
tertentu dari total biaya yang sesungguhnya.
c. Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus (Special Order Pricing)
Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan
diluar pesanan reguler perusahaan.
d. Penentuan Harga Jual Produk yang Dihasilkan Perusahaan yang Diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Penentuan harga jual berdasarkan biaya
penuh masa yang akan datang ditambah dengan laba yang diharapkan.
D. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Judul Metode yang
digunakan
Kesimpulan
Fatmawati
(2013)
Harga Jual
Yang
Ditetapkan
Melalui
Perhitungan
HPP Dengan
Metode Full
Costing
(Studi Kasus:
UKM Tempe
Pak Pur)
Metode
analisis
deskriptif
dengan
pendekatan
kuantitatif
Perhitungan harga pokok
produksi Ukm tempe Pak Pur
dibandingkan dengan metode
full costing didapat hasil harga
jual yang berbeda. Hasil
perhitungan harga pokok
produksi yang didapatkan oleh
Ukm Tempe Pak Pur sebesar
Rp. 21.963.000 dan yang
didapatkan dengan
menggunakan metode full
costing sebesar Rp.23.322.197.
34
Nama Judul Metode yang
digunakan
Kesimpulan
Jadi, selisih perbedaan harga
pokok produksi sebesar Rp.
1.359.197.
Arum
(2013)
Evaluasi
penetapan
harga pokok
produk Roti
pada UKM
Roti
Saudara Di
Banyumanik
Analisis
deskriptif
kualitatif
Menurut hasil analisis dengan
menggunakan metode full
costing dan perhitungan harga
jual, didapatkan hasil yang
berbeda antara metode yang
digunakan UKM Roti Saudara
dengan metode yang
digunakan penulis. Hasil
perhitungan harga jual yang
didapatkan oleh UKM Roti
Saudara sebesar Rp. 8.351.333
dan yang didapat penulis
sebesar Rp.5.794.333. jadi
selisih harga dari metode
tersebut adalah Rp.2.557.000.
Silvania
(2011)
Analisis
perhitungan
harga pokok
dengan
metode Full
Costing
pada
Industri
Kecil (Studi
Kasus
CV.Laksa
Mandiri)
Analisis
deskriptif
kualitatif
Harga pokok produksi yang
dilakukan oleh CV. Laksa
Mandiri untuk tahu putih
adalah Rp.203,50 dan tahu
kunging Rp. 222,94 sedangkan
hasil analisa perhitungan harga
pokok produksi dengan metode
full costing untuk tahu putih
adalah Rp.207,84 dan tahu
kuning adalah Rp.227,57 jadi
selisih antara metode full
costing dengan metode yang
dilakukan perusahaan adalah
tahu putih Rp.4,34 dan tahu
kuning Rp.4,63. Jadi metode
yang paling tepat adalah
metode full costing karena
metode ini memperhitungkan
seluruh biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi.
35
E. Kerangka Pemikiran
Suatu perusahaan yang bergerak dibidang apapun, termasuk bidang
industri atau manufaktur sangat membutuhkan perhitungan harga pokok
produksi yang efisien dan efektif. Perhitungan harga pokok produksi yang
tepat akan berujung pada penentuan harga jual produk yang tepat pula,
sehingga perusahaan memperoleh laba yang telah direncanakan sebelumnya
secara maksimal, dengan menggunakan pendekatan biaya sebagai dasar
penentuan harga jual. Dimana semua biaya-biaya yang dikeluarkan
perusahaan baik itu biaya produksi maupun biaya nonproduksi akan
diperhitungkan sebagai dasar penetapan harga. Metode cost plus pricing
sebagai salah satu metode penetapan harga yang tidak terlepas dari
pendekatan perhitungan harga pokok produksi. Terdapat dua metode
perhitungan harga pokok produksi yaitu full costing dan variabel costing.
Dimana kedua metode tersebut memperhitungkan semua biaya seperti biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Namun pada pendekatan full costing semua biaya overhead pabrik baik
bersifat tetap maupun variabel akan diperhitungkan untuk menentukan harga
pokok produksi. Sehingga pengeluaran biaya dalam proses produksi lebih
mencerminkan kedetailan dalam setiap penentuan biaya produksi.
Secara sederhana kerangka pikir dapat dijelaskan dalam gambar
berikut:
36
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berfikir
CV Patety Meubel
Kupang
Perhitungan HPP
Perhitungan HPP CV
Patety Meubel
Perhitungan HPP
dengan Metode Full
Costing
Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi Perbedaan
Harga Jual Produk
Laba yang
Diharapkan
top related