bab ii tinjauan pustaka 2.1 bakteri aeromonas hydrophilarepository.ump.ac.id/6452/3/amalia ratnasari...
Post on 04-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri Aeromonas hydrophila
2.1.1 Klasifikasi Bakteri A. hydrophila
Menurut Holt et al. (1998), A. hydrophila diklasifikasikan sebagai berikut:
Phylum : Protophyta
Classis : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Familia : Vibrionaceae
Genus : Aeromonas
Species : Aeromonas hydrophila
2.1.2 Morfologi Bakteri A. hydrophila
Bakteri Aeromonas termasuk ke dalam famili Pseudomonadaceae dan
terdiri dari tiga spesies utama, yaitu A. punctata, A. hydrophila, dan A.
liquiefacieus yang bersifat pathogen (Afrianto & Liviawaty, 2009). Bakteri A.
hydrophila umumnya hidup di air tawar yang mengandung bahan organik tinggi.
Bakteri A. hydrophila mempunyai bentuk seperti batang dengan ukuran 1-4 x 0,4-
1 mikron, bersifat Gram negatif, fakultatif aerobik (dapat hidup dengan atau tanpa
oksigen) yang mengubah karbohidrat menjadi asam dan gas, tidak berspora,
bersifat motil (bergerak aktif) karena mempunyai satu flagel pada salah satu
kutubnya, suhu untuk pertumbuhan A. hydrophila adalah 15-30o
C dan pH 5,5-9
(Kordi, 2004).
5
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
6
2.1.3 Serangan Bakteri A. hydrophila pada Ikan
Bakteri A. hydrophila dapat menyerang semua jenis ikan air tawar dan
jenis penyakitnya disebut Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau sering juga
disebut Hemorrhage Septicemia (Afrianto & Liviawaty, 2009). A. hydrophila
juga dapat menyerang amphibian, reptil, dan manusia (Newman, 1982 dalam
Mulia, 2012). A. hydrophila merupakan organisme oportunistik karena penyakit
yang disebabkan mewabah pada ikan-ikan yang mengalami stres atau
pemeliharaan dengan padat tebar tinggi (Irianto, 2005). Serangan bakteri ini
bersifat laten (berkepanjangan), jadi tidak memperlihatkan gejala penyakit
meskipun telah dijumpai pada tubuh ikan. Serangan bakteri ini baru terlihat
apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat stres yang disebabkan oleh
penurunan kualitas air, kekurangan pakan, atau penanganan yang kurang baik
(Kordi, 2004).
Tanda-tanda klinis infeksi A. hydrophila bervariasi, tetapi pada umumnya
ditunjukkan dengan adanya hemoragik pada kulit, insang, rongga mulut, dan
borok pada kulit yang dapat meluas ke jaringan otot. Sering pula tanda-tanda
klinis ditunjukkan dengan terjadinya eksoptalmia, ascites, pembengkakan limpa,
dan ginjal. Secara hispatologis tampak terjadinya nekrosis pada limpa, hati, ginjal,
dan jantung (Irianto, 2005).
Selain itu, ikan yang terserang bakteri A. hydrophila juga menunjukkan
gejala-gejala berupa: warna tubuh ikan menjadi gelap, menurunnya kemampuan
berenang ikan, mata ikan rusak dan agak menonjol, sisik terkelupas, seluruh
siripnya rusak, insang berwarna merah keputihan, ikan terlihat megap-megap di
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
7
permukaan air, insang ikan rusak sehingga kesulitan bernapas, kulit menjadi kesat,
dan timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok, perut
ikan kembung, dan jika dilakukan pembedahan maka akan kelihatan pada hati,
ginjal, dan limfa (Kordi, 2010).
Infeksi Penyakit MAS yang disebabkan oleh A. hydrophila dapat terjadi
melalui permukaan tubuh ikan yang luka, melalui insang, atau saluran pencernaan.
Penyebarannya berlangsung sangat cepat pada tubuh ikan. Penularan bakteri A.
hydrophila dapat berlangsung melalui air, kontak badan, kontak dengan peralatan
yang telah tercemar, atau dengan pemindahan ikan yang telah terinfeksi A.
hydrophila dari satu tempat ke tempat lain (Afrianto & Liviawaty, 2009). Pada
ikan lele, tingkat kematian dapat mencapai 80-100% dalam waktu sekitar satu
minggu. Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini sangat luas, cepat
sejalan dengan meluasnya usaha budidaya, meluasnya penyebaran benih, dan ikan
yang akan dikonsumsi (Mulia, 2007).
2.2 Antibiotik
Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan oleh
suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah sangat kecil bersifat
merusak/menghambat mikroorganisme lain. Dengan kata lain, antibiotik
merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang
menghambat mikroorganisme lain (Pelczar & Chan, 1988).
Antibiotik lazim digunakan untuk pengobatan, tetapi dapat dijadikan
sebagai kemoterapi, gizi tambahan pertumbuhan budidaya udang dan budidaya
perikanan. Antibiotik pertama yang ditemukan adalah penisilin pada tahun 1928
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
8
oleh Alexander Fleming, tetapi baru dikembangkan pada tahun 1942 oleh dokter
Florey. Kemudian menyusul ditemukan jenis-jenis antibiotik lain seperti
streptomisin, tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol (Kordi, 2004).
Menurut Mariyono & Sundana (2002) kloramfenikol dapat menghambat
pertumbuhan bakteri A. hydrophila dengan baik dibandingkan tetrasiklin,
novobiosin, trimetipsinin, dan eritrosin. Kloramfenikol merupakan suatu
antibiotika spektrum luas yang berasal dari beberapa jenis Streptomyces
venezuelae (Tira, 2002). Antibiotik ini aktif terhadap banyak bakteri Gram positif
dan Gram negatif (Pelczar & Chan, 1988).
Kloramfenikol bersifat bakteriostatik bekerjanya menghambat
pertumbuhan dan perkembangan bakteri, misalnya menghambat sintesis protein
bakteri. Antibiotik ini telah digunakan dalam budidaya ikan dan udang, baik saat
pembenihan maupun pembesaran (Kordi, 2004). Namun demikian, pemakaian
kloramfenikol harus hati-hati karena jika penyalahgunaan atau penggunaan dosis
yang tidak tepat mempunyai efek samping terhadap organ tubuh seperti ginjal,
menimbulkan resistensi, dan residu pada ikan (Mariyono & Sundana, 2002).
2.3 Tanaman Kemangi
2.3.1 Klasifikasi Tanaman Kemangi
Klasifikasi tanaman kemangi menurut Cronquist (1981) adalah sebagai
berikut:
Klasifikasi Tanaman kemangi
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
9
Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Species : Ocimum x africanum Lour.
2.3.2 Deskripsi Tanaman Kemangi
Tanaman kemangi merupakan tanaman herba tegak, dengan ketinggian
antara 0,3-0,6 m, dan baunya sangat harum. Batang tanaman kemangi sering
berwarna keunguan dengan caranya berambut berubah-ubah. Panjang tangkai
daun sekitar 0,5-2 cm, helaian daun kemangi berbentuk bulat telur elips, elips,
atau memanjang dengan ujung daun runcing, berbintik-bintik serupa kelenjar,
pada sebelah menyebelah ibu tulang 3-6 tulang cabang, 3,5 – 7 kali 1,5 – 2,5 cm.
karangan semu berbunga 6, berkumpul menjadi tandan ujung. daun pelindung
kemangi berbentuk bulat telur atau elips dengan panjang sekitar 0,5-1 cm (van
Steenis, 2008).
Tanaman kemangi mempunyai kelopak sisi luar yang berambut, kelopak
sisi dalam bagian bawah dalam tabung berambut rapat dengan panjang ± 0,5 cm,
gigi belakang jorong sampai bulat telur terbalik, dengan tepi mengecil sepanjang
tabung, gigi samping runcing dan kecil, serta kedua gigi bawah berlekatan
menjadi bibir bawah dan bercelah 2. Bunga kemangi berbibir 2, mempunyai
panjang 8-9 mm, dari luar berambut, bibir atas bertaju 4, bibir bawah rata (van
Steenis, 2008).
Buah tanaman kemangi keras berwarna cokelat tua, gundul, waktu
dibasahi membengkak sekali dan sering ditanam, atau dibudidaya. Tangkai dari
kelopak buah tegak dan tertekan pada sumbu karangan bunga, dengan ujung
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
10
bentuk kait melingkar, seolah-olah duduk, dan dengan mulut yang terarah miring
merendah dengan panjang 6 – 9 mm (van Steenis, 2008).
Gambar 2.1 Tanaman Kemangi
2.3.3 Manfaat Tanaman Kemangi
Tanaman kemangi mengandung senyawa metabolit sekunder yang
berfungsi sebagai antibakteri. Menurut Maryati et al. (2007) Minyak atsiri daun
kemangi mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aereus dan
Escherichia coli. Menurut Kadorahman et al. (2011) minyak atsiri daun kemangi
efektif menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella enteritidis dengan antibiotik
pembanding tetrasiklin dan tiamfenikol. Minyak atsiri daun kemangi juga
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans, Lactobacillus
casei, dan Candida albicans (Thaweboon, 2009 dalam Kadorahman et al. 2011).
Biji kemangi yang mengandung triterpenoid mampu menghambat bakteri Bacillus
subtilis, Staphylococcus aereus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa
(Nurcahyanti, 2011).
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
11
2.3.4 Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Kemangi
Pada tumbuhan terdapat dua senyawa organik antara lain metabolit primer
dan metabolit sekunder. Metabolit primer merupakan senyawa utama yang
dibutuhkan untuk proses perkembangan dan pertumbuhan meliputi karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan lain-lain. Metabolit sekunder merupakan senyawa
yang dihasilkan oleh tumbuhan dan tidak diperlukan secara langsung tetapi tetap
diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidupnya (Salisbury & Ross, 1992).
Kemangi mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder. Kemangi
mengandung flavonoid, saponin, tanin, dan triterpenoid/ steroid. Selain senyawa-
senyawa tersebut kemangi juga mengandung minyak atsiri (Medica et al. 2004).
2.3.4.1 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu senyawa golongan fenol yang sering
terdapat glikosida. Golongan besar flavonoid mempunyai ciri adanya cincin piran
yang menghubungkan rantai tiga-karbon dengan salah satu dari cincin benzena.
Flavonoid mempunyai banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada
seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungi sampai angiospermai. pada tumbuhan
tingkat tinggi, flavonoid terdapat dalam bagian maupun dalam bunga (Robinson,
1995).
Flavonoid dikelompokkan menjadi tiga, yaitu antosianin, flavonol, dan
flavon (Salisbury & Ross, 1992). Antosianin merupakan pewarna yang paling
penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan
larut dalam air ini merupakan penyebab hampir semua warna merah jambu, merah
marak, merah, merah senduduk, ungu dan biru dalam daun dan buah pada
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
12
tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu
struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin. Flavonol sangat tersebar luas dalam
tumbuhan, baik sebagai kopigmen antosianin dalam daun bunga maupun dalam
daun tumbuhan tinggi, umumnya hanya ada tiga jenis yaitu kemferol, kuersetin
dan mirisetin. Flanol terdapat juga sebagai glikosida tetapi jenis glikosidanya
lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol (Harborne, 1987).
Menurut Batari (2007), daun kemangi mempunyai kandungan flavonol
dan flavone berupa luteolin, quercetin, apigenin, dan kaempferol. Flavonoid
berfungsi sebagai pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, antimikroba dan
antivirus. Fungsi flavonoid sebagai antimikroba dapat merusak membran plasma,
menyebabkan kebocoran sel dan merusak susunan perubahan permeabilitas
dinding sel bakteri pada konsentrasi rendah, dapat berkoagulasi dengan protein
seluler sehingga menyebabkan kematian pada konsentrasi tinggi (Robinson,
1995).
2.3.4.2 Saponin
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat yang
menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi rendah sering
menyebabkan hemolisis sel darah merah (peristiwa rusak atau pecahnya eritrosit).
Senyawa tersebut meskipun dalam dosis yang sangat rendah dapat bersifat toksin
pada ikan. Beberapa saponin juga dapat digunakan sebagain juga dapat digunakan
sebagai senyawa antimikroba (Robinson, 1995).
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
13
2.3.4.3 Tanin
Tanin merupakan golongan senyawa tumbuhan bersifat fenol yang
mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Berdasarkan
perbedaan struktur molekulnya tanin dibedakan menjadi dua yaitu tanin
terkondensasi atau tanin katekin dan tanin terhidrolisis (Robinson, 1995). Tanin
terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan
cara kondensasi kinetin tunggal (atau galokatekin) yang membentuk senyawa
dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Sedangkan tanin terhidrolisis
terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana adalah depsida galoilglukosa. Pada
senyawa ini inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau
lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat yaitu
heksahidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa (Harborne, 1987). Beberapa
tanin terbukti mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor,
menghambat enzim seperti „reverse‟ transcriptase, dan DNA topoisomerase yang
merupakan enzim yang dalam replikasi pada bakteri (Robinson, 1995).
2.3.4.4 Triterpenoid/Streroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,
yaitu skualena. Triterpenoid dapat dipilah menjadi empat golongan senyawa
antara lain triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung.
Triterpena tertentu terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya (Harborne,
1987).
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
14
2.3.4.5 Minyak Atsiri
Minyak atsiri sebagian besar tergolong senyawa terpena, yaitu senyawa
yang dibentuk dari satuan rumus bangun lima-karbon (unit isopren). Zat inilah
yang menyebabkan wangi, harum, atau bau yang khas paada banyak tumbuhan.
Secara ekonomi senyawa tersebut penting sebagai dasar wewangian alam dan juga
untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan.
Berdasarkan sifat kimiawinya, terpena minyak atsiri dikelompokkan menjadi 2
golongan, yaitu monoterpen dan seskuiterpen, berupa isoprenoid C10 dan C15.
Kedua senyawa tersebut memiliki titik didih yang berbeda-beda. Titik didih
monoterpen antara 140-180°C, sedangkan untuk sesquiterpen mempunyai titik
didih lebih dari 200°C. Isolasi minyak atsiri dari jaringan tumbuhan, mono-, dan
seskuiterpena dipisahkan dengan ekstraksi memakai eter, eter minyak bumi, atau
aseton (Harborne, 1987).
Tumbuhan kemangi mengandung minyak atsiri seperti eugenol, sineol,
methyl chavicol, protein, kalsium, fosfor, belerang, vitamin A, dan vitamin C.
Minyak atsiri mengandung campuran dari bahan hayati termasuk didalamnya
aldehide, alkohol, ester, keton, dan terpen (Sesella, 2010), sedangkan menurut
Gunardi & Dewi (2010) kandungan minyak atsiri daun kemangi mengandung
linalool, 1-8 sineol, terpineol, geraniol yang merupakan senyawa golongan terpen,
eugenol dan methylchavicol (estragol).
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat digolongkan ke dalam
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
15
golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang
berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa
tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman.
Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstrasi yang tepat (Depkes RI, 2000).
Menurut Depkes RI (2000), metode ekstrasi dengan menggunakan pelarut
ada dua cara yaitu cara dingin yang terdiri dari maserasi dan perkolasi, sedangkan
cara panas yang terdiri dari refluks, soxhlet, digesti, infuse, dan dekok.
2.4.1 Maserasi
Maserasi merupakan ekstraksi yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel,maka larutan yang terpekat didesak
ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan diluar sel dan di dalam sel (Depkes, 1986).
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, strirak, dan lain-
lain. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau
pelarut lain. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana dan mudah, sedangkan kerugiannya adalah
pengerjaan lama dan penyarian yang kurang sempurna (Depkes, 1986).
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
16
2.4.2 Perkolasi
Perkolasi merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru hingga sempurna, umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini
terdiri dari pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh
perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes RI, 2000).
Prinsip perkolasi yaitu menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif
sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh (Depkes, 1986).
2.4.3 Refluks
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas relatif konstan dengan
adanya pendinginan balik. Ada pengulangan proses pada residu pertama 3-5 kali
sehingga didapat proses ekstraksi yang sempurna (Depkes RI, 2000).
2.4.4 Soxhlet
Soxhlet merupakan ekstraksi menggunakan pelarut yang umumnya sampel
dibungkus dengan kertas saring sehingga ekstraksi dapat terus menerus terjadi dan
jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).
2.4.5 Digesti
Digesti merupakan maserasi kinetik tetapi pada temperature lebih tinggi
dari suhu ruangan (kamar), yaitu pada suhu 40-50 0C (Depkes RI, 2000). Cara ini
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
17
hanya dapat digunakan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap
pemanasan (Depkes RI, 1986).
2.4.6 Infus
Infus merupakan sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia
dengan air pada suhu 900 selama 15 menit. Infundasi merupakan proses penyarian
yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air
dari bahan-bahan nabati. Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh
perusahaan obat tradisional (Depkes RI, 1986).
2.4.7 Dekok
Dekok merupakan ekstraksi dengan cara infus dengan waktu yang lebih
lama dan temperatur sampai titik didihnya air (100 0C) (Depkes RI, 2000).
3.5 Penyulingan (Destilasi) Minyak Atsiri
Pembuatan minyak atsiri dengan penyulingan atau destilasi dipengaruhi
oleh 3 faktor, antara lain: besarnya tekanan uap yang digunakan, bobot molekul
masing-masing komponen dalam minyak, dan kecepatan keluarnya minyak atsiri
dari simplisia. Penyulingan untuk minyak atsiri ada 3.
3.5.1 Penyulingan dengan Air
Pada metode ini simplisia akan mengalami kontak langsung dengan air
mendidih. Simplisia yang sudah dipotong-potong, digiling kasar, atau digerus
halus dididihkan dengan air, uap air dialirkan melalui pendingin, sulingan berupa
minyak yang belum murni ditampung. Penyulingan ini sesuai untuk simplisia
kering yang tidak rusak dengan pendidihan (Depkes RI, 1985).
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
18
3.5.2 Penyulingan dengan Air dan Uap
Pada metode ini menggunakan alat semacam dandang. Simplisia diletakkan
di atas bagian yang berlubang-lubang sedangkan air di lapisan bawah. Uap
dialirkan melalui pendingin dan sulingan ditampung, minyak yang diperoleh
belum murni. Metode ini baik untuk simplisia basah atau kering yang rusak pada
pendidihan (Depkes RI, 1985).
3.5.3 Penyulingan dengan Uap
Pada metode ini tidak menggunakan air, uap yang digunakan adalah uap
kelewat panas/jenuh pada tekanan lebih dari 1 atmosfer yang dialirkan melalui
suatu pipa uap. Peralatan yang dipakai tidak berdeda dengan penyulingan dengan
air dan uap, hanya diperlukan alat tambahan untuk pemeriksaan suhu dan tekanan.
Jika pemeriksaan dilakukan dengan baik, metode ini akan memperoleh minyak
yang lebih banyak (Depkes RI, 1985).
Uji Efektivitas Minyak..., Amalia Ratnasari, FKIP UMP 2014
top related