bab ii teori dan perumusan hipotesis a. tinjauan ...eprints.umm.ac.id/50796/3/bab ii.pdf · dengan...
Post on 23-Jan-2020
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Muhammad dan Isroah (2017) melakukan penelitian Ukuran Perusahaan,
Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham
diperoleh hasil bahwa dengan analisis regresi sederhana pada taraf signifikansi 5%
menunjukkan : (1) Terdapat Pengaruh Positif Ukuran Perusahaan terhadap Harga
Saham, dengan THitung 4,907 > Ttabel 2,014. (2) Terdapat Pengaruh Positif Net
Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham dengan Thitung 4,794 > Ttabel 2,014.
(3) Terdapat Pengaruh Positif Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham
dengan Thitung 2,776 > Ttabel yaitu 2,014. Hasil regresi berganda menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh positif Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin (NPM),
dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham. Ditunjukkan dengan harga
uji F dengan nilai Fhitung sebesar 20,417 lebih besar dari Ftabel sebesar 3,220.
Pangemanan et al. (2017) melakukan penelitian Analisis Pengaruh
Profitabilitas dan Struktur Modal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sub
Sektor Pertambangan Minyak dan Gas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dengan hasil kesimpulan menggunsksn analisis Regresi Linier Berganda, baik
secara parsial maupun simultan menunjukkan bahwa indikator variabel Return On
Asset dan indikator Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan
Minyak dan Gas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
8
Firmana et al. (2018) melakukan penelitian dengan struktur modal dan
profitabilitas terhadap harga saham dengan teknik analisis yang digunakan adalah
regresi linier berganda dapat disimpulkan hasil penelitian bahwa struktur modal
yang diwakili oleh DER, DAR dan profitabilitas yang diwakili oleh ROE, EPS
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. DER secara parsial
berpengaruh negatif terhadap harga saham. DAR dan EPS secara parsial
berpengaruh positif terhadap harga saham. ROE secara parsial tidak berpengaruh
terhadap harga saham. EPS merupakan variabel yang berpengaruh dominan
terhadap harga saham.
Pratiwi dan Topowijono (2018) dalam penelitian pengaruh struktur modal
dan profitabilitas terhadap harga saham diperoleh hasil bahwa variabel Debt to
Equity Ratio (DER) yang mewakili Struktur Modal, Return on Equity (ROE), dan
Earning per Share (EPS) yang mewakili Profitabilitas secara simultan berpengaruh
terhadap harga saham. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity
Ratio (DER), dan variabel Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham, sedangkan variabel Earning per Share (EPS) berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Putranto dan Darmawan (2018) melakukan penelitian dengan variabel
ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan nilai pasar terhadap harga saham
diperoleh hasil bahwa penelitian mendapatkan uji koefisien determinasi (R2) dari
variabel ukuran perusahaan, rasio profitability, rasio leverage, dan nilai pasar
mampu menjabarkan harga penutupan saham sejumlah 75%. Pengujian dari regresi
linier berganda Fhitung sebesar 37,009 dengan probabilitas 0,000. Angka
9
probabilitas lebih kecil daripada angka signifikansi yaitu 5%. Variabel ukuran
perusahaan, rasio profitability, rasio leverage, dan nilai pasar secara bersama-sama
memiliki dampak terhadap harga saham. Uji t menjelaskan bahwa nilai pasar tidak
memiliki dampak terhadap harga saham. Ukuran perusahaan memiliki dampak
terhadap harga saham dengan cara positif. Rasio profitability memiliki dampak
terhadap harga saham dengan cara positif. Rasio leverage memiliki dampak dengan
cara negatif terhadap harga saham.
Purwaningsih (2018) melakukan penelitian dengan Debt to Equity Ratio
(DER), Earning Per Share (EPS) dan Inflasi terhadap harga saham pada perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di BEI diperoleh hasil bahwa bahwa secara
parsial variabel EPS berpengaruh secara simultan terhadap harga saham.
Sedangkan, variabel DER dan inflasi tidak berpengaruh secara simultan terhadap
harga saham. Secara simultan DER, EPS dan inflasi berpengaruh terhadap harga
saham perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016.
Rachmawati (2018) melakukan penelitian dengan inflasi dan suku bunga
terhadap harga saham diperoleh hasil analisis statistik secara parsial bahwa Inflasi
berpengaruh negatif signifikan terhadap haga saham dan variabel suku bunga
berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Sedangkan analisis statistik
secara simultan variabel inflasi dan suku bunga berpengaruh negatif signifikan
terhadap haga saham pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di LQ45 Bursa
Efek Indonesia tahun 2015-2017.
Anati et al. (2019) melakukan penelitian dengan variabel Nilai Tukar,
Inflasi, Suku Bunga SBI, dan Indeks Saham Internasional Terhadap Indeks Harga
10
Saham Gabungan memperoleh kesimpulan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, Inflasi berpengaruh tidak
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, Suku Bunga SBI berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Saham Gabungan, Indeks Nikkei 225
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan, Indeks Dow Jones memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Signalling Theory
Signalling theory (Teori Pesinyalan) menekankan kepada
pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan
investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi
investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini
maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu
perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap,
relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar
modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi (Wijaya
dan Rahardja, 2012).
Berdasarkan teori pesinyalan ini menjelaskan dalam sebuah
perusahaan dapat memberikan informasi yang baik untuk investor melalaui
signal yang baik dengan laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan
dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi
11
yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi.
Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan
mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh
pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan
sehingga dapat melakukan investasi dengan preferensi risiko yang
diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka
perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara
terbuka dan transparan.
2. Saham
Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling
diminati investor karena memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyetaan modal seorang atau
sepihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim
atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan dan berhak hadir
dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Menurut Husnan (2008:29)
pengertian saham adalah sebagai berikut Saham adalah secarik kertas yang
menunjukkan hak pemodal yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut untuk
memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang
menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan
pemodal tersebut menjalankan haknya.
12
Berdasarkan pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan
saham merupakan surat bukti tanda kepemilikan suatu perusahaan yang
didalamnya tercantum nilai nominal, nama perusahaan, dan di ikuti dengan
hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegang sahamnya.
Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal
luas di masyarakat. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:6), ada
beberapa jenis saham yaitu:
a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham
terbagi atas 2 jenis :
1) Saham biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang
menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen,
dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut
di likuidasi.
2) Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga
bisa tidak mendatangkan hasil seperti ini dikehendaki oleh investor.
b. Dilihat dari kinerja perdagangannya, maka saham dapat dikategorikan
menjadi :
1) Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu
perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri
sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam
membayar dividen.
13
2) Saham pendapatan (income stock), yaitu saham biasa dari suatu
emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi
dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
3) Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham-saham
dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi.
Sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
Selain itu terdapat juga growth stock lesser known, yaitu saham dari
emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki
growth stock.
4) Saham spekulatif (spekulative stock), yaitu saham suatu perusahaan
yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan yang tinggi
di masa mendatang, meskipun belum pasti.
5) Saham sklikal (counter cycilical stock), yaitu saham yang tidak
terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara
umum.
3. Harga Saham
Harga saham merupakan harga penutupan pasar saham selama
periode pengamatan untuk tiap-tiap jenis saham yang dijadikan sampel dan
pergerakannya senantiasa diamati oleh para investor. Salah satu konsep
dasar dalam manajemen keuangan adalah bahwa tujuan yang ingin dicapai
manajemen keuangan adalah memaksimalisasi nilai perusahaan. Bagi
perusahaan yang telah go-public, tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara
memaksimalisasi nilai pasar harga saham yang bersangkutan. Dengan
14
demikian pengambilan keputusan selalu didasarkan pada pertimbangan
terhadap maksimalisasi kekayaan para pemegang saham.
Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan dalam
proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau
sekelompok sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu
saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan
keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut company analysis. Data
yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan
mencerminkan keadaan keuangan yang telah lewat dan bukan
mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis
(Husnan, 2008: 303). Company analysis para pemodal (investor) akan
mempelajari laporan keuangan perusahaan yang salah satunya dengan
menggunakan analisis rasio keuangan, mengidentifikasi kecenderungan
atau pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisisensi operasional
dan memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan
tersebut.
Para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham
dimasa datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental
yang mempengaruhi harga saham dimasa datang, dan menempatkan
hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Dalam analisis ini dinyatakan bahwa, saham memiliki nilai intrinsik
15
tertentu. Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsik suatu saham
dengan harga pasarnya ada dengan dua pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan Dividen
Dividen merupakan sebagian laba yang dibagikan kepada
pemegang saham. Pembayaran dividen yang tinggi mencerminkan
prospek tingkat keuntungan yang baik suatu perusahaan, sedangkan
penurunan tingkat pembayaran dividen dapat menjadi informasi yang
kurang menguntungkan bagi perusahaan sebab dividen juga dianggap
sebagai tanda tersedianya pendapatan yang tinggi dalam perusahaan dan
juga mengindikasikan tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa
yang akan datang. Pada akhirnya harga saham akan mengikuti naik turun
besarnya dividen yang dibagikan.
b. Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu
yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham
dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu,
rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah
tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan.
Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data
atau catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran
suatu saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individual
maupun gabungan, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan,
16
2008: 338). Model analisis teknikal lebih menekankan pada pasar modal
dimasa datang berdasarkan kebiasaan dimasa lalu. Analisis ini berupaya
untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati
perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) diwaktu lalu. Para penganut
analisis ini, menyatakan bahwa :
a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.
b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham diwaktu
lalu.
c. Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka
pola tersebut akan berulang.
Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu
dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh
karena itu informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting
bagi pemodal untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual
Menurut Arifin (2004:116) faktor-faktor yang mempengaruhi harga
saham adalah sebagai berikut :
a. Kondisi fundamental emiten
Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung
dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten, maka
semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham begitu juga
sebaliknya. Untuk memastikan apakah kondisi emiten dalam posisi yang
baik atau buruk kita bisa melakukan pendekatan analisis rasio.
17
b. Hukum permintaan dan penawaran
Faktor hukum permintaan dan penawaran berada diurutan kedua
setelah faktor fundamental karena begitu investor tahu kondisi
fundamental perusahaan tentunya mereka akan melakukan transaksi
baik jual maupun beli. Transaksi- transaksi inilah yang akan
mempengaruhi fluktuasi harga saham.
c. Tingkat suku bunga
Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian
hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang
tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor.
Investor produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil
resikonya jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham,
karena investor akan menjual saham dan dananya akan ditempatkan
dibank. Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada
penurunan harga saham secara signifikan.
d. Kurs Valuta asing
Mata uang amerika (Dolar) merupakan mata uang terkuat
diantara mata uang yang lain. Apabila dolar naik maka investor asing
akan menjual sahamnya dan ditempatkan di bank dalam bentuk dolar,
sehingga menyebabkan harga saham akan turun.
18
e. Dana asing dibursa
Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang
penting, karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini
menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang
berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan
merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika
investasi asing berkurang, ada pertimbangan bahwa mereka sedang ragu
atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamanannya.
Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada
kenaikan atau penurunan harga saham.
f. Indeks harga saham
Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu
tertentu, tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian
negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi
sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik atau turunnya
harga saham di pasar bursa.
g. News dan rumors
Yang dimaksud news dan rumors adalah semua berita yang
beredar di masyarakat yang menyangkut beberapa hal baik itu masalah
ekonomi, sosial, politik keamanan, hingga berita seputar reshuffle
kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi
seberapa kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan investasi
19
dapat dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham
di bursa.
Menurut Sartono (2010:9) harga saham terbentuk dipasar modal dan
ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning
per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning
ratio, tingkat bunga bebas risiko yang diukur dari tingkat bunga deposito
pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan.
Selain faktor-faktor di atas, harga saham juga dapat dipengaruhi oleh
kondisi perusahaan. Semakin baik kinerja suatu perusahaan akan
berdampak pada laba yang diperoleh perusahaan dan keuntungan yang
didapat oleh investor, sehingga akan mempengaruhi peningkatan harga
saham.
4. Pasar Modal
Pasar Modal (capital market) adalah suatu pengertian abstrak yang
mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang
kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di satu pihak
dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang
di lain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat bertemunya penawaran
dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang. Dimaksudkan
dengan pemodal adalah perorangan atau lembaga yang menanamkan
dananya dalam efek, sedangkan emiten adalah perusahaan yangmenerbitkan
efek untuk ditawarkan kepada masyarakat (Riyanto, 2010:219).
20
5. Profitabilitas
Hanafi dan Halim (2003) menyatakan bahwa profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) pada
tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Profitabilitas ini
dianggap sebagai salah satu cara untuk menilai efektifitas operasional
perusahaan melalui laba yang diperoleh perusahaan. Selain itu rasio
profitabilitas ini diharapkan dapat menarik minat investor untuk
menanamkan modal pada perusahaan tersebut.
Profitabilitas dapat diukur menggunakan Return on Equity (ROE).
ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan ekuitas yang dimilikinya.
Menurut Darsono dan Ashari (2005) investor akan tertarik dengan ROE
yang tinggi karena ROE dapat menggambarkan return yang akan diberikan
oleh perusahaan untuk setiap modal yang ditanamkan oleh investor.
6. Struktur Modal
Menurut Riyanto (2010:22) struktur modal adalah pembelanjaan
permanen di mana mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah
utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham
preferen dan saham biasa.
Berikut ini dikemukakan beberapa teori struktur modal dengan
harga saham :
21
a. Teori Pendekatan Modigliani- Miller (MM)
Menurut Sartono (2010:230) selama ini teori struktur modal
didasarkan atas perilaku investor dan bukannya studi formal secara
matematis. Franco Modigliani dan Merton Miller (MM)
memperkenalkan model teori struktur modal secara matematis, scientific
dan atas dasar penelitian yang terus menerus. Perlu diperhatikan bahwa
MM memperkenalkan teori struktur modal dengan beberapa asumsi
sebagai berikut :
1) Risiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi laba
sebelum bunga dan pajak dan perusahaan yang memiliki risiko bisnis
sama dikatakan berada dalam kelas yang sama.
2) Semua investor dan investor potensial memiliki estimasi sama
terhadap EBIT perusahaan di masa datang; dengan demikian semua
investor memiliki harapan yang sama atau homogeneous expectations
tentang laba perusahaa dan tingkat risiko perusahaan.
3) Saham dan obligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang
sempurna atau perfect capital market. Adapun kriteria pasar modal
yang efisien adalah :
a) Informasi selalu tersedia bagi semua investor (symmetric
information) dan dapat diperoleh tanpa biaya.
b) Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional
c) Investor dapat melakukan diversifikasi investasi secara sempurna
d) Tidak ada pajak pendapatan perseorangan.
22
b. Teori Pecking Order
Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun
1961, sedangkan penamaan teori pecking order dilakukan oleh Myers
pada tahun 1984. Teori ini disebut teori pecking order karena teori ini
menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber
dana yang paling disukai (Pratiwi dan Topowijono, 2018).
7. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total
aktiva perusahaan pada akhir tahun. Menurut Sartono (2010:249)
perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah
memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.
Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki
fleksibelitas yang lebih besar pula. Total penjualan bersih untuk tahun yang
bersangkutan sampai beberapa tahun juga dapat digunakan untuk mengukur
besarnya perusahaan. Dalam hal ini penjualan lebih besar dari pada biaya
variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum
pajak (Brigham dan Houston, 2003).
8. Inflasi
Inflasi adalah sebuah gejala dimana tingkat harga umum mengalami
kenaikan secara terus menerus (Nanga, 2001:241). Ada tiga komponen yang
harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, komponen tersebut
yaitu: a) Adanya kecenderungan harga‐harga untuk meningkat, yang berarti
23
bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik
dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi yang
meningkat. b) Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara
terus menerus (sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja,
akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya. c) Bahwa tingkat harga yang
dimaksud disini adalah tingkat harga secara umum, yang berarti tingkat
harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa
komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.
Menurut Sukirno (2011:339) adanya gejala inflasi yang tinggi
tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang
terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak
menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan
uangnya untuk tujuan spekulasi. Kenaikan harga-harga menimbulkan efek
yang buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan
barang-barang negara itu tidak dapat bersaing di pasar Internasional. Maka
ekspor akan menurun. Sebaliknya, harga-harga produksi dalam negeri yang
semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor
relatif murah. Maka lebih banyak impor daripada ekspor sehingga
menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing.
Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.
Menurut Latumaerissa (2011:23) inflasi dapat dikelompokkan
dalam beberapa golongan jika berdasarkan atas parah tidaknya inflasi secara
presentase, sebagai berikut:
24
a. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun);
b. Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun);
c. Inflasi berat (antara 30%-100% setahun);
d. Hiperinflasi (diatas 100%).
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori serta penelitian terdahulu yang telah dijelaskan
di atas maka menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen terhadap
variabel dependen yaitu profitabilitas, struktur modal, ukuran perusahaan dan
inflasi terhadap harga saham yang dapat di gambarkan sebagai berikut :
1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
laba, profitabilitas dapat diukur menggunakan indikator Return on Equity
(ROE). Hasil penelitian yang dilakukan Wibowo et al. (2017) bahwa ROE
berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham perusahaan. ROE
merupakan perbandingan dari besaran laba setelah pajak yang diterima dari
setiap modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Sebelum
menanamkan modal pada suatu perusahaan, para investor dapat melihat
H3
H1
H4
H2
Harga Saham (Y)
Profitabilitas (X1)
Struktur Modal (X2)
Ukuran Perusahaan (X3)
Inflasi (X4)
25
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal yang dimiliki
perusahaan tersebut. Semakin tinggi tingkat pengembalian laba atas modal
yang digunakan perusahaan akan semakin menarik minat para investor
untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Hal tersebut dapat
meningkatkan harga saham yang dimiliki perusahaan.
H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham
2. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Harga Saham
Struktur modal adalah perbandingan antara jumlah hutang jangka
panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2010:22). Menurut Ircham (2014)
dalam penelitiannya struktur modal yang diwakili oleh Debt to equity ratio
mengungkapkan bagaimana penggunaan pendanaan perusahaan dari
struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan yang berasal dari utang jangka
panjang dan modal yang berasal dari ekuitas. DER berpengaruh terhadap
harga saham menunjukkan bahwa investor memperhatikan berapa besar
modal yang dibiayai oleh mereka kepada perusahaan untuk menghasilkan
laba bersih untuk mereka. Semakin besar DER menandakan struktur
permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan dana yang disediakan oleh
kreditur untuk menghasilkan laba dan tentunya investor akan menghindari
DER yang besar.
H2 : Struktur Modal berpengaruh terhadap harga saham
26
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham
Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total
aktiva perusahaan pada akhir tahun. Menurut Sartono (2010:249)
perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah
memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.
Hasil penelitian yang dilakukan Mardhiyah et al. (2018) bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap harga saham. Artinya semakin besar
ukuran perusahaan maka harga saham perusahaan juga akan semakin besar
pula.
H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap harga saham
4. Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham
Inflasi adalah sebuah gejala dimana tingkat harga umum mengalami
kenaikan secara terus menerus. Hasil penelitian yang dilakukan Aldina et
al. (2019) bahwa inflasi perusahaan berpengaruh terhadap harga saham.
Terjadinya inflasi akan membuat biaya-biaya yang dikeluarkan
perusahaan semakin besar, sedangkan daya beli masyarakat saat terjadi
inflasi akan cenderung menurun. Hal tersebut akan membuat penurunan
pada keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Penurunan pada
keuntungan perusahaan tersebut bisa mengakibatkan ketidak minatan
investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan sehingga
mengakibatkan harga saham juga akan menalami penurunan.
H4 : Inflasi berpengaruh terhadap harga saham
top related