bab ii pembahasan struktur cerita limateori yang digunakan dalam analisis struktural ini adalah...
Post on 25-Dec-2019
48 Views
Preview:
TRANSCRIPT
30
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Cerita Lima Cerkak Karya Nono warnono
Bab ini memaparkan sebuah analisis struktural kelima cerkak karya Nono
Warnono yang dimuat dalam Antologi CerkakMalaikat Jubah Putih (2014). Analisis
struktural dalam karya sastra sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui
kandungan isi cerita yang dapat dicapai dengan memahami unsur-unsur yang
membangun struktur ceritanya. Teori yang digunakan dalam analisis struktural ini
adalah analisis cerkak yang dikemukakan oleh Stanton dalam bukunya yang berjudul
Teori Fiksi (2007).
Menurut Stanton struktur cerita dibangun oleh unsur-unsurnya, yaitu fakta-fakta
cerita (alur, latar,tema,dan penokohan/karakter) dan sarana-sarana sastar (judul, sudut
pandang, ironi, gaya dan tone, dan simbolisme).Kelima cerkak karya Nono warnono
yang menjadi objek penelitian akan diberikan nomer urut satu hingga lima, sehingga
berturut-turut diberikan kode “cerkak 1” hingga “cerkak 5”, tanda urut ini
merupakan singkatan yang berlaku di dalam keseluruhan penelitian, tutjuannya untuk
mempermudah analisis ini.
Cerkak 1 berjudul Malaikat Jubah Putih
Cerkak 2 berjudul Tanggapan Ing Cungkup Dhompoh
Cerkak 3 berjudul Dhemit gunung Pegat Mantu
Cerkak 4 berjudul Tendha Sanga Wolu
Cerkak 5 berjudul Ula Memba-Memba
1. Fakta Cerita
Fakta-fakta cerita atau unsur faktual terdiri dari alur/plot, karakter, dan latar. Ketiga
unsur tersebut menjelaskan berbagai bentuk peristiwa/kejadian yang menjadi bagian
31
penting dari masing-masing cerita.Berikut ini disajikan deskripsi unsur-unsur cerita
sebagaimana dimaksud.
A. Alur
Alur merupakan tulang punggung cerita, sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya
dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang
mempertautkan alur. Sama halnya dengan elemen-elemen lain alur memeiliki hukum-
hukum sendiri, alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang
memunculkan sekaligus mengalhiri ketegangan-ketegangan(Stanton, 2077:28).
Alur memiliki beberapa tahapan dalam sebuah karya sastra.Tahap alur merupakan
rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita.Terdapat tiga jenis alur, yaitu alur progresif
atau kronologi atau disebut juga alur maju, regresif atau flashback atau disebut juga
alur mundur, yang terakhir alur campuran. Alur dibagi menjadi lima bagian yaitu,
tahap awal, tahap tengah (konflik dan klimaks) dan akhir.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, kelima cerkak karya Nono Warnono ini
memiliki alur yang beraneka ragam. Tidak semua cerkak menggunakan jenis alur yang
sama. Ada beberapa cerkak yang menggunakan jenis alur maju, beberapa
menggunakan jenis alur mundur, dan juga alur campuran.
a) Awal
Cerkak 1Malaikat Jubah putih
Cerkak 1 memiliki alur progresif atau alur maju.Di awal menceritakan tentang
seorang tokoh “aku” yang sedang menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Dikatakan
alur maju karena di awal cerita ini, dijelaskan mulai dari kedatangan tokoh “aku” di
kota madinah, yang lalu melaksanakan beberapa rangkaian ibadah haji secara
berurutan di kota tersebut, bersama istri dan romobongannya dari Indonesia.
32
Cerkak 2Tanggapan Ing cungkup dhompoh
Cerkak 2 menggunakan alur campuran, menceritakan tentang Joko Karim atau
orang-orang biasa memanggilnya Joko Tarub, karena profesinya sebagai Pegawai
Negeri Sipil, dan juga menyewakan tarup atau terop. Dikatakan alur campuran karena
di awal cerita diceritakan tentang sejarah Joko Karim mendirikan usaha sewa tarup
yang sudah lama sekali, jauh sebelum ia menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil. Dulu
usahanya sangat kecil dan seiring berjalannya waktu menjadi usahanya terus
berkembang menjadi besar, ini merupakan alur regresif atau mundur, setelah itu alur
kembali ke progresif di tengah hingga akhir cerita.
Cerkak 3Dhemit Gunung Pegat Mantu
Cerkak 3 menggunakan alur maju atau progresif, alur ini menceritakan tentang
seorang tokoh yang bernama Nono yang berprofesi sebagai MC (Master Of
Ceremony) atau pembawa acara di acara pernikahan. Malam itu Nono akan
memimpin sebuah acara pernikahan, namun Nono merasa aneh ia merasa malam itu
berbeda, padahal sudah hampir sepuluhtahun lebih ia menekuni profesi tersebut,
namun baru kali ini ia merasa tidak tenang, hatinya merasa khawatir dan berdebar-
debar. Kegelisahannya bertambah ketika waktu mulai beranjak malam namun,
jemputan dari tuan rumah seperti yang dijanjikan belum juga datang.Terlihat pada
kutipan berikut.
“Wengi iki beda karo adate. Ati tidha-tidha.Awak sakojur krasa gemeter.Ana rasa
aneh rumasuk. Embuh daya kekuatan apa sing nyawabi. Kamangka luwih saka
sepuluh taun mrangguli panggung pranatacara.”(Nono,2014:68)
Terjemahan :
“Malamini berbeda dengan biasanya.Hati terasa gelisah.Seluruh badan terasa
gemetar.Ada rasa aneh yang merasuk. Entah kekuatan apa yang menghampiri.
Padahal lebih dari sepuluh tahun menggeluti panggung pembawa acara.”
33
Cerkak 4 Tendha Sanga Wolu
Cerkak 4 menggunakan alur maju, pada bagian awal diceritakan tokoh “aku”
dijadikan sebagi ketua panitia kegiatan perjusami di tempat kerjanya yang baru.
Tokoh “aku” merasa keberatan dan khawatir, karena ia belum begitu mengenal
bagaimana cara kerja teman-teman barunya di sana, walaupun sebenarnya sudah
lama terjun di dalam duina Pramuka. Sehubungan dengan hal tersebut dapat
dibuktikan pada kutipan teks berikut.
“Satemene aku rumangsa kabotan ketiban tugas dadi ketua panitia.
Senadyan wis lawas ambyur ing donyaning pramuka, nanging ing papan
nyambutgawe anyar iki aku durung ngaweruhi kanthi gamblang cara
nyambutgawene kanca-kanca satemene.”(Nono, 2014:30)
Terjemahan :
“Sebenarnya aku merasa keberatan diberikan tugas sebagai ketua panitia.
Walaupun sudah lama terjun di dunia pramuka, tapi bekerja di tempat baru
ini aku belum tahu bagaimana cara kerja teman-teman yang sebenarnya.
Cerkak 5
1. Anisa Rahmatika S (C0314004)
2. Melsiana Shera RR (C0314025)
3. Ridha Adiati (C0314037)
Ula Memba-Memba
Cerkak 5 menggunakan alur campuran, di awal cerita menceritakan tentang roda
kehidupan yang dialami oleh tokoh utama yang bernama Sasmita. Bagian awal
diceritakan tentang sejarah hidup Sasmita sebelum ia menjadi pengusaha sukses
seperti sekarang, di sinilah terdapat letak alur flasbback, cerita kembali ke masa lalu,
34
dan selanjutnya alur cerita kembali pada alur maju yaitu menceritakan tentang masa
sekarang dan masa depan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks sebagai berikut.
“Lelakon uripe Sasmita kena kanggo tepa tuladha. Bungah susah ngaurip wis
dadi sega jangan. Yen ditimbang, isih akeh susahe tinimbang rasa bungah.
Senajan ngono ora tau ngresula nampa pandume Pangeran. Kabeh disengguh
kadidene panodhi kesabaran sing klebu pangibadah.”(Nono,2014:144)
Terejmahan :
“Jalan hidup Sasmita bisa dijadikan contoh.Susah senang dalam kehidupan sudah
biasa baginya.Jika ditimbang lebih banyak susahnya daripada rasa
senang.Walaupun begitu tidak pernah mengeluh menerima takdir dari
Tuhan.Semua dierima dengan sabar dan dijadikan sebagai ibadah.”
b) Tengah
Di tahap tengah cerita dibagi menjadi dua bagian lagi, yaitu konflik dan klimaks,
dimana di dalam sebuah cerita konflik terjadi pada tahap tengah cerita, sedangkan
klimaks merupakan penyelesaian dari konflik yang ada.
Cerkak IMalaikat Jubah putih
a. Konflik
Di tengah cerita terdapat konflik yang di alami oleh tokoh. Konflik dalam
cerkak 1ini bermula ketika tokoh” aku” dan bersama rombongan haji sampai di kota
madinah dan akan melanjutkan perjalanan ke hotel, di sana semua jama’ah haji
dipersilahkan mencari koper barangnya masing-masing. Pekerjaan tersebut
bukanlah pekerjaan yang mudah, sangat butuh ketelitian dan kesabaran karena
terdapat ribuan koper yang bertiumpukan disana. Dapat dibuktikan pada kutipan
sebagai berikut .
“Rampung dipriksa kelengkapan dokumen paspor, lan visa, kabeh banjur
goleki kopere dhewe-dhewe. Wektu goleki koper sing ewon gungunge, klebu
pakaryan sing abot. Akeh nguras tenaga lan pikiran. Luwih-luwih mungguhe
jama’ah sing yuswa sepuh krasa ribet lan abot banget.”(Nono, 2014:95)
Terjemahan :
35
“Selesai diperiksa kelengkapan dokumen paspor, dan visa, semua lalu mencari
kopernya sendiri-sendir.Saat mencari koper yang ribuan banyaknya, merupakan
pekerjaan yang berat.Banyak menguras tenaga dan pikiran.Lebih-lebih untuk
jama’ah yang sudah tua usianya terasa ribet dan berat sekali.
b. Klimaks
Analisis klimaks pada cerkak 1 adalah ketika semua rangkaian ibadah haji telah
terselesaikan oleh tokoh aku beserta istri dan rombongan jama’ah haji
lainnya.Terdapat kutipan sebagai berikut.
“kanthi tinengeran tawaf wada’. Jama’ah kudu enggal ninggalake
pamondhokan.Tumuju Jedah kadidene papan transit kanggo mabur mulih
menyang Indonesia.”(Nono,2014:102)
Terjemahan :
“dengan tanda tawaf wada’. Jama’ah harus segera meninggalkan pondhokan.
Menuju Jedah seperti tempat transit untuk terbang pulang ke Indonesia.”
Cerkak 2 Tanggapan Ing cungkup dhompoh
a. Konflik
Ditengah cerita terdapat konflik yang dialami oleh tokoh. Konflik pada cerkak 2
bermula ketika datang seorang tamu ke rumah Joko Karim, tamu tersebut
bermaksut ingin menyewa terop miliknya, namun yang menjadi masalah adalah
waktu persewaannya yaitu pada malam itu juga. Hal ini membuat Joko Karim
kebingungan karena selain aneh, tenaga pemasang terop juga sulit didapat secara
cepat.Terlihat pada kutipan berikut.
“Krungu tembunge tamu sing durung ditakoni jeneng lan papan panggone
kuwi, sepisan maneh Pak joko njomblak. Adat saben wong yen arep nduwe
gawe pesen terop adoh sadurunge dina dhenge gawe. Anehe wong iki pesen
ndadak kanggo acara bengine.”(Nono,2014:75)
Terjemahan :
“mendengar ucapan tamu yang belum ditanya nama dan tempat tinggalnya itu,
sekali lagi pak Joko terkejut. Biasanya orang jika akan punya hajat pesan terop
jauh-jauh dari hari pelaksanaan. Anehnya orang ini pesan mendadak untuk acara
malamnya.
36
b. Klimaks
Analisis klimaks pada cerkak 2 adalah ketika Joko karim memutuskan untuk
menerima pesanan penyewaan terop dari tamu misteriusnya tersebut.Terlihat pada
kutipan berikut.
“Bubar mikir-mikir terus nyaguhi pesenan, sabanjure aba marang anake gelis
goleki pekerja sing ajeg ngopeni terop yen pinuju ana pesenan.”
(Nono,2014:76)
Terjemahan :
“Setelah berfikir cukup lama lalu menyetujui pesanan, selanjutnya menyuruh
anaknya untuk cepat mencari pekerja yang biasa mengurusi terop saat ada
pesanan.”
Cerkak 3Dhemit Gunung Pegat Mantu
a. Konflik
Ditengah cerita terdapat konflik yang dialami oleh tokoh. Konflik pada cerkak 3
bermula ketika hal aneh yang dirasakan oleh Nono, tidak biasanya ia menjadi
pembawa acara di pernikahan yang dilaksanakan pada pukul sepuluh malam, dan
pesan dari yang punya hajat bahwa Nono dilarang untuk membawa peralatan
sendiri, karena telah disediakan. Terlihat pada kutipan Berikut.
“Ujare resepsine jam sepuluh bengi. Panggone ora disebut jalaran arep
dipapag.Ancer-ancere lokasi cedhak gunung pegat.Uga dipesen ora usah
nggawa beskap dhewe.Ing kana wis disedhiyakake.”(Nono,2014:68)
Terjemahan :
“katanya resepsinya jam sepuluh malam. Tempatnya tidak disebut karena mau
dijemput.Perkiraan lokasi dekat gunung pegat.Juga dipesan tidak usah
membawa beskap sendiri.Di sana sudah disediakan.”
37
b. Klimaks
Analisis klimaks pada cerkak 3 adalah ketika kekawatiran yang Nono rasakan
mulai menghilang, seuma keganjalan yang dirasa pada acara yang akan ia pimpin
telah terjawab, istrinyalah yang membantu menenangkan hatinya. Terlihat pada
kutipan berikut.
“Aja gampang sujana ta, Mas. Genah njenengan ya nate dadi pranatacara jam
sepuluh bengi ngono kok. Mbiyen kae nalika resepsi ing Tuban bareng karo
wayangan sewengi natas. Bab dicepaki penganggo takkira ora aneh kanggone
wong sugih bandha. Kareben katon seragam kabeh lan nngresepake yen
disawang.”(Nono,2014:69)
Terjemahan :
“Jangan mudah curiga ta, Mas.Dulu kamu kan juga pernah membawakan acara
pernikahan waktunya jam sepuluh malam. Dulu saat resepsi di Tuban
bersamaan dengan acara wayang semalam suntuk.Masalah pakaian sudah
disediakan itu tidah aneh bagi orang kaya.Supaya terlihat seragam dan indah
dilihat.”
Cerkak 4Tendha Sanga Wolu
Cerkak 4 memiliki beberapa konflik di tengah cerita, sebagai berikut
penjelasannya.
a. Konflik pertama
Konflik pertamaterjadi pada hari pertama perkemahan dilaksanakan, di tengah
malam terjadi keributan di salah satu tenda, di karenakan ada salah satu
anggotanya yang hilang.
Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan teks berikut.
“Tengah wengi nalika pesertane kabeh wis padha turu angler,dumadakan
ana swara umyeg rame ing tendha putri nomer kode DD. Sumbere perkara
jalaran ana salah sijine anggotaregu sing ilang tanpa dikawruhi
pembinane.” (Nono, 2014:33)
Terjemahan :
38
“Tengah malam ketika semua peserta sudah tidur pulas, tiba-tiba ada suara
ramai di tenda putri dengan kode DD. Masalahnya karena ada salah satu
anggota regu yang hilang tanpa diketahui pembinanya.”
b. Konflik kedua
Konflik kedua terjadi ketika aku sebagai ketua panitia, dikagetkan dengan tenda
misterius yang tiba-tiba ada di sebelah tenda nomor sembilah puluh tujuh,
padahal seingatnya saat memeriksa data peserta di sana hanya tertulis ada
Sembilan puluh tujuh tenda.
Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan teks sebagai berikut.
“Cedhak ringin kidule tendha sangangpuluh pitu aku jengkirat kaget. Lha
kok, sakidule ana tendha maneh kanthi nomer sangangpuluh wolu.
Saelingku nalika maca gunggunge peserta sing dicathet ing sekertariat
mung mung sangangpuluh pitu tendha putra lan sangangpuluh lima tendha
putri.” (Nono, :2014:34)
Terjemahan :
Dekat pohon ringin sebelah selatan tenda Sembilan puluh tjuh aku
terkejut.Kok sebelah selatannya ada tenda lagi dengan nomor Sembilan
puluh delapan.Seingatku ketika membaca daftar peserta ayang tercatat di
sekertariat hanya sembilahapuluh tujuh tenda putra dan sembilanpuluh lima
tendha putri.”
Cerkak 5Ula Memba-Memba
a. Konflik
Konflik yang terdapat pada cerkak 5 adalah kedatangan ular banyu pada
Sasmita yang dianggapnya sebagai sebuah pertanda. Setiap kali Sasmita akan
mendapat sebuah keberuntungan maka ular tersebut datang seolah-olah membawa
kabar bahagia, namun jika ular tersebut dibunuh maka keberuntungan yang
hendak mendatanginya berubah menjadi sebuah petaka besar bagi Sasmita.
hal tersebut dapat dinuktikan pada kutipan teks sebagai berikut.
“Kawitan ora nyana yen ana ula ing njero omah ndayani laku panguripane.
Saben-saben arep nampa kanugrahan, ula banyu sing ngaton njero omah.
Wiwitane mung dianggep kapinujon.”(Nono,2014:145)
39
Terjemahan :
“Awalnya tidak disangka jika ada ular di dalam rumah memiliki pengaruh
dalam hidupnya.Setiap akan mendapat kebahagiaan, ular banyu yang datang
ke dalam rumah. Awalnya hanya dianggap sebuah kebetulan.”
b. Klimaks
Analisis klimaks pada cerkak 5 adalah ketika Sasmita memutuskan untuk
menjelaskan kepada semua orang agar tidak sembarangan membunuh ular yang
datang, hal itu bertujuan untuk menjauhi petaka yang tidak diinginkan karena
kematian ular banyu tersebut.
hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
“Kanggo ngawekani kadadeyan sing ora dikarepake, Sasmita aba marang
kabeh karyawan ing perusahaan supaya tresna marang sato kewan. Aja
nganti ana sing dipateni yen ana njero kantor apa ing perusahaan.
Nanging yen kewan-kewan mau ing njaba ruangan dipateni ora dadi apa.”
(Nono,2014:146)
Terjemahan :
“Untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan Samita memerintahkan
kepada semua karyawan agar mencintai kepada semua hewan. Jangan
sampai ada yang dibunuh jika berada di dalam kantor atau perusahaan. Tapi
jika hewan-hewan tadi di luar ruangan di bunuh tidak apa-apa.”
c) Akhir
Cerkak 1Malaikat Jubah putih
cerkak 1 ini memiliki akhir cerita ketika tokoh “aku” mulai meninggalkan tanah
suci menuju tanah air. Setelah ia selesai bercerita kepada istrinya tentang sosok jubah
putih yang selama ini menolong mereka selama ibadah haji berlangsung. Terdapat
kutipan sebagai berikut .
40
”Rampung omongan bis enggal berangkat.Ninggal pelataran hotel Maryam.Atiku
krasa abot banget. Nanging kepriye maneh jadual kepulangan jama’ah wis
ngancik wektune. Ora krasa eluh tumetes.”(Nono,2014;102)
Terjemahan :
“Selesai mengobrol bis segera berangkat. Meninggalkan halaman hotel
Maryam.Hatiku terasa berat sekali.Tapi mau bagaimana lagi jadwal kepulangan
jama’ah sudah tiba waktunya. Tidak terasa air mata jatuh.”
Cerkak 2Tanggapan Ing cungkup dhompoh
Akhir cerita tokoh Joko Karim ini mengalami hal yang sangat menyeramkan,
ketika setelah menyaksikan pesta pernikahan yang serba aneh dan misterius, ia
tertidur, dan setelah bangun betapa kagetnya ternyata ia sedang tidur di sebuah tempat
yang disebut Cungkup Dhompoh, dan diyakini angker oleh orang-orang sekitar,
ternyata orang yang telah menyewa teropnya, dan memiliki hajat pernikahan semalam
adalah sosok Dhemit atau penunggu tempat tersebut. Terlihat pada kutipan berikut.
“ Pak Joko lagi tangi nalika, digugah salah sawijine pawongan sing kebeneran
liwat. Dheweke molet terus ngeluk bangkekane ngiwa nengen. Karo ngucek-ucek
mripate sing isih krasa sepet, terus nyawang kahanan sakupenge. Lagi sadar
dheweke turu dhewekan ana ing sandinge cungkup.”(Nono,2014:80)
Terjemahan :
“Pak Joko baru bangun ketika, dibangunkan oleh salah satu seseorang yang
kebetulan lewat. Dia lalu meregangkan otot-otot dan melemaskan pinggang ke kiri
dan ke kanan.Lalu mengucek-ucek matanya yang masih terasa berat, lalu
memandangi keadaan sekitarnya. Baru sadar dia tidur sendiri di dekat cungkup.
Cerkak 3Dhemit Gunung Pegat Mantu
Akhir cerita tokoh Nono mengalami sebuah kejadian yang sangat menyeramkan, di
mana kecurigaannya terhadap acara resepsi pernikahan semalam yang dianggapnya
aneh, memang benar adanya. Setelah mengalami kejadian-kejadian aneh selama acara
berlangsung, Nono juga mendapatkan benda yang mengerikan yang diberikan oleh Pak
Dibyo si tuan rumah, hal-hal aneh tersebut membuat Nono penasaran dan memutuskan
41
untuk menyelidiki tempat resepsi semalam dengan istrinya Darwati, betapa kagetnya
ternyata semalam di sana tidak ada acara apapun, setelah dijelaskan oleh seorang
penduduk sekitar Gunung Pegat kini Nono tahu bahwa yang punya hajat adalah dhemit
Gunung Pegat yang sedang punya hajat atau mantu. Terlihat pada kutipan berikut.
“Aku karo Darwati pathing plenggong.Setengah ora percaya yen mau bengi
disraya dadi pranatacara ingalaming lelembut. Jebul Bramantya karo sing wadon
dipahargya dadi keluarga dhemit Gunung Pegat. Kedadean sing krasa mokal lan
ngayawara.”(Nono,2014;73)
Terjemahan :
“Aku dan Darwati tercengang.Setengah tidak percaya jika semalam dimintai tolong
menjadi pembawa acara di alam ghaib.Ternyata Bramantya dan istrinya di jadikan
keluarga dhemit Gunung Pegat. Kejadian yang terasa tidak masuk akal dan tidak
mungkin.
Cerkak 4Tendha Sanga Wolu
Akhir cerita cerkak 4 menceritakan tokoh “aku”, mencoba masuk ke dalam tenda
misterius dengan nomor Sembilan puluh delapan. Di dalamnya terdapat dua peserta
laki-laki dan perempuan yang tidur di satu tenda tanpa rasa bersalah, mereka mengaku
kakak adik, yang sedang ketakutan, lalu tiba-tiba rasa iba menyelimuti hati tokoh
“aku”, sehingga ia yang awalnya emosi melihat keadaan tersebut tiba-tiba menjadi
kasihan lalu ikut masuk ke dalam tenda untuk menenangkan mereka. Ketika masuk
dan tertidur di sana, waktu subuh kejadian yang mengejutkan terjadi, para panitia dan
peserta kemah merasa tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Tokoh “aku”
sedang bergelantungan di antara pohon ringin, kedua tangannya terikat akar-akar
pohon ringin tersebut.Tokoh aku bercerita kepada mereka tentang tenda nomor
Sembilan puluh delapan, namun mereka hanya tercengang dengan rasa tidak
percaya,karena tenda dengan nomor Sembilan puluh delapan memang tidak pernah
ada.Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan teks sebagai berikut.
42
“Wektu shubuh ngerti-ngerti aku wis dadi layatan wong sapirang –pirang.
Tanganku sraweyan karo cekelan oyot ringin catur.Bareng eling aku takon bocah
loro ning tendha sanga wolu.Kabeh padha pathing plenggong semu
gumun.”(Nono,2014:35)
Terjemahan :
“Saat shubuh tahu-tahu aku sudah menjadi bahan kerumunan banyak
orang.Tanganku terikat sambil berpegangan akar pohon ringin catur.Setelah ingat
aku bertanya tentang keberadaan dua anak di tenda Sembilan puluh
delapan.Semua kaget tercengang penuh dengan rasa tidak percaya.”
Cerkak 5Ula Memba-Memba
Bagian akhir dari cerita cerkak 5 adalah ketika ular banyu yang biasa datang
secara nyata kepada Sasmita, malam itu ular banyu datang ke dalam mimpi Sasmita,
namun tujuan kedatangan ular ini tetap sama yaitu membawa kabar bahagia kepada
Sasmita.Benar saja kedatangan ular di dalam mimpinya tersebut membawa kabar
kabahagiaan tentang anak perempuannya bernama Hapsariyang akan dilamar oleh
seorang pemuda dari Jakarta, namun pada akhirnya kebahagiaan tersebut berubah
menjadi sebuah kesedihan. Ketika keesokan harinya ularbanyu tersebut datang di
alam nyata. Ulabanyutersebut berada di atas meja makan keluarga tanpa sengaja
lampu di atas meja makan jatuh mengenai ulabanyu hingga mati. Hal ini sebagai
pertana buruk bagi keluarga Samita. Kejadian buruk yang ia alami setelah kematian
ular tersebut adalah gagalnya pernikahan Hapsari dengan pemuda dari Jakarta yang
telah melamarnya.
Hal tersebut dapat dibuktikan melalui kutipan teks sebagai berikut.
“Wengi nalika Sasmita ngimpi kaya kedadeyan nyata. Rumangsanae ana aula
banyu sing mlaku nlusur karo ngirit jejaka bagus ing mburine. Sing diparani
Putri Hapsari anake sing nembe lungguh anteng.”
(Nono,2014:147)
Terejmahan :
“Malam ketika Sasmita bermimpi seperti kejadian nyata. Dalam mimpinya
seperti ada ular banyu yang berjalan mengiringi seorang pemuda tampan di
43
belakangnya.Yang dihampiri Putri Hapsarianak perempuannya yang sedang
duduk tenang.”
B. Karakter
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita.Dapat dikatakan tokoh dalam sebuah cerita
merupakan aktor dalam cerita tersebut dan penokohan adalah watak atau karakter yang
dimiliki oleh masing-masing aktor.Karakter sendiri dibagi menjadi dua yaitu karakter
mayor atau karakter utama, dan karakter minor atau karakter bawahan.
1) Klasifikasi
Klasifikasi karakter atau tokoh adalah pengelompokan tokoh-tokoh dari masing-
masing cerita dalam lima cerkak karya Nono warnono.
a. Analisis karakter utama atau mayor
Cerkak 1Malaikat Jubah putih
Tokoh Aku
Tokoh “aku” merupakan tokoh utama dalam cerkak yang berjudul Malaikat Jubah
Putih. “Aku” merupakan tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menggambarkan karakter
seseorang yang baik. Karena kebaikannya tersebut, diceritakan tokoh “aku” selalu
mendapat bantuan secara misterius oleh makhluk misterius yang mengenakan jubah
putih ketika ia dan istri menunaikan ibadah haji ke tanah suci, sosok tersebut
dianggapnya sebagai malaikat kiriman Allah yang ditugaskan membantu segala
kesulitannya.
Cerkak 2Tanggapan Ing cungkup dhompoh
Tokoh Joko Karim
Joko Karim merupakan tokoh utama dalam cerkak yang berjudul Tanggapan Ing
Cungkup Dhompoh, dalam cerkak Joko Karim digambarkan sebagai sosok yang
44
penolong, suka membantu terhadap sesama, ia juga seorang yang gemar
berwirausaha, serta ulet dalam bekerja, karena keuletannya dalam bekerja serta
sifatnya yang suka menolong ia tidak bisa menolak pesanan terop yang harus
didirikan pada malam hari, dan dikatakan mendadak.
Cerkak 3Dhemit Gunung Pegat Mantu
Tokoh Nono
Nono merupakan tokoh utama dalam cerkak yang berjudul Dhemit Gunung Pegat
Mantu. Nono adalah seseorang yang selain bekerja di kantoran ia juga berprofesi
sebagai MC atau pembawaacara di acara pernikahan.Terlihat pada kutipan berikut.
“Kamangka luwih salka sepuluh taun munggah panggung dadi
panatacara.”(Nono,2014:68)
Terjemahan :
“Padahal lebih dari sepuluh taun naik panggung dadi pembawa acara.”
Cerkak 4Tendha Sanga Wolu
Tokoh Aku
“Aku” merupakan tokoh utama dalam cerkak Tendha Sanga Wolu, di dalam cerita
“aku” ini berperan sebagai ketua panitia dalam kegiatan perjusami atau Perkemahan
Jumat Sabtu Minggu yang dilaksakan dalam kegiatan pramuka di tempatnya
bekerja.Terlihat pada kutipan berikut.
“Satemene aku rumangsa kabotan ketiban tugas dadi katua panitia.”
(Nono,2014:30)
Terjemahan :
“Sebenarnya aku merasa keberatan diberikan tugas sebagai kerua panitia.”
Cerkak 5Ula Memba-Memba
Tokoh Sasmita
45
Sasmita merupakan tokoh utama dalam cerkak yang berjudul Ula Memba-Memba,
di dalam carita sosok Sasmita digambarkan sebagai tokoh yang sangat mencintai
semua makhluk Tuhan salah satunya adalah binatang, selain itu Sasmita adalah
seorang suami yang sabar, dan mudah mengalah.
b. Analisis karakter bawahan atau minor
Cerkak 1Malaikat Jubah putih
Istri tokoh “Aku”
Istri dari tokoh “aku” ini merupakan tokoh bawahan dalam cerkakMalaikat
Jubah Putih.Istri tokoh “Aku” ini digambarkan sebagai tokoh patuh terhadap
perintah suami, rendah hati dan lemah lembut.Istri tokoh “aku” ini selalu setia
mendampingi suami ketika melaksanakan ibadah haji, bisa dikatakan mereka
adalah pasangan yang setia karena kemana pun berdua.Terlihat pada kutipan
sebagai berikut.
“Bojoku manthuk. Banjur runtung-runtung ngajak anggota regu sing wadon
tumuju lokasi jama’ah putri.”(Nono,2014:97)
Terjemahan :
“Istriku mengangguk.Lalu mengajak anggota regu perempuan menuju lokasi
jama’ah putri.”
Cerkak 2Tanggapan Ing cungkup dhompoh
Tamu Misterius
Tokoh misterius ini merupakan karakter bawahan dalam cerkak yang berjudul
Tanggapan Ing Cungkup Dhompoh, di dalam cerita tamu mestirus ini digambarkan
sebagai tokoh yang misterius, tidak diketahui namanya, dia pun juga tidak mau
46
menunjukkan wajahnya dihadapan orang, bersifat agak memaksa orang lain
dengan keinginannya. Hal ini terlihat pada kutipan sebagai berikut.
“Pikirane Pak Joko kagubel maneka pitakon ngenani tamu sing diwawas
nganeh-anehi. Yagene wanci bengi kok nagnggo caping, sing adat saben
dienggo kanca tani nalika nyemplung sawah. Ketambahan etika mertamu sing
kurang genep, ketitik marak mertamu kok caping ora dicepot.”(Nono,2014:75)
Terjemahan :
“Pikirannya Pak Joko dipenuhi dengan berbagai pertanyaan mengenai tamu
yang menurutnya aneh.Mengapa malam hari kok menggunakan caping yang
biasa dipakai oleh petani saat di sawah.Ditambah dengan etika bertamu yang
kurang baik, terlihat dengan bertamu kok caping tidak dilepas.”
Cerkak 3Dhemit Gunung Pegat Mantu
Darwati
Darwati adalah tokoh bawahan di cerkak yang berjudul Dhemit Gunung Pegat
Mantu, Darwati tak lain adalah istri dari tokoh Nono. Di dalam cerita Darwati
digambarkan sebagai tokoh yang menurut dan patuh kepada suami, dan
bisamenjadi penenang hati suami. Terlihat pada kutipan sabagai berikut.
“Aja gampang sujana ta, Mas. Genah njenengan ya nate dadi pranatacara jam
sepuluh bengi ngono kok. Mbiyen kae nalika resepsi ing Tuban bareng karo
wayangan sewengi natas.”(Nono,2014:69)
Terjemahan :
“Jangan mudah curiga, Mas. Dulu kamu kan juga pernah membawakan acara
pernikahan waktunya jam sepuluh malam. Dulu saat resepsi di Tuban bersamaan
dengan acara wayang semalam suntuk.”
Cerkak 4Tendha Sanga Wolu
Tokoh Bu Vivin
Bu Vivin merupakan tokoh bawahan dalam cerkakTendha Sanga Wolu, tokoh
ini berperan sebagai seksi kegiatan dalam kegiatan Perjusami.Bu Vivin
digambarkan sebagai tokoh yang cekatan, dan bertanggungjawab terhadap tugas
yang diterimanya.Terlihat pada kutipan berikut.
47
“Mboten masalah Pak. Kegiyatan ingkang mboten saget mlampah sampun
dipun gantos kegiyatan lintunipun.”(Nono,2014:32)
Terjemahan :
“Tidak masalah Pak. Kegiatan yang tidak bisa berjalan diganti saja dengan
kegiatan lainnya.”
Cerkak 5Ula Memba-Memba
a) Tokoh Budiarti
Budiarti merupakan tokoh bawahan dalam cerkakUla Memba-Memba, di dalam
cerita budiarti digambarkan sebagai tokoh yang tidak mudah percaya terhadap
perkataan suaminya, namun ketika ia merasa salah maka ia adalah sosoerang yang
mudah untuk mengucapkan maaf. Terlihat pada kutipan berikut.
“Sepurane, ya, Pak. Selawase iki aku ora percaya marang kabeh kadadeyan
sing kita prangguli.Nanging saiki aku percaya marang kabeh kadadeyan mau
inangka purba wasesane Pangeran Sing Maha Kuasa.”(Nono,2014:150)
Terjemahan :
“Maaf, ya, Pak. Selama ini aku tidak percaya kepada semua kejadian yang kita
alami.Tapi sekarang aku percaya kepada semua kejadian tadi merupakan tanda
kekuasaan Tuhan.”
b) Tokoh Pak Karji
Pak Karji merupakan tokoh bawahan dalam cerkakUla memba-Memba, di
dalam cerita Pak Karji berperan sebagai seorang pembantu, yang penurut terhadap
majikan.Terlihat pada kutipan berikut.
“Pak, ngapunten, wonten rombongan tamu saking tebih”(Nono,2014:148)
Terjemahan :
“Pak, maaf, ada rombongan tamu dari jauh.”
48
2) Karakterisasi
Karakterisassi adalah pengelompokan karakter atau watak yang dimiliki oleh para
tokoh dalam setiap cerita lima cerkak karya Nono Warnono.
Cerkak 1Malaikat Jubah putih
Aku
“Aku” digambarkan menjadi seseorang yang selalu mengutamakan agama,
penyabar, memiliki iman dan takwa yang kuat, dan memiliki rasa peduli terhadap
sesama yang tinggi.
Terlihat pada kutipan sebagai berikut.
“Aku sakloron trima lungguh kursi ing lobi ngiras ndedonga muga-muga Gusti
allah paring pitulungan.”(Nono,2014:96)
Terjemahan:
“Aku berdua hanya duduk di kursi lobi, sambil berdoa semoga Gusti Allah
memberi pertolongan.”
“Kanggo menehi kalodhangan jama’ah liya sing kebak ndedel antri ngibadah ing
karpet ijo, aku enggal mingsed mundur terus mandeg jumangkah ing sela-
selaning barisan.”(Nono,2014:98)
Terjemahan :
“memberikan kesempatan kepada jama’ah lain yang sudah banyak mengantri
untuk beribadah di karpet ijo, aku segera mundur lalu berhenti dan melangkah di
sela-sela barisan.”
Cerkak 2Tanggapan Ing cungkup dhompoh
Joko Karim
Joko Karim digambarkan sebagai sosok yang penolong, suka membantu terhadap
sesama, ia juga seorang yang gemar berwirausaha, serta ulet dalam bekerja.
Terlihat pada kutipan berikut.
“Diceluk ngono merga saliyane profesi dadi pegawai negeri sipil, dheweke uga
nyambi dadi juragan sewan terop, utawa tarup.”(Nono,2014:74)
49
Terjemahan ;
“dipanggil begitu kaarena selain berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, dia juga
menyambi menjadi juragan persewaan terop atau tarup.
Cerkak 3Dhemit Gunung Pegat Mantu
Nono
Dalam cerkak 3 tokoh Nono digambarkan sebagai seseorang yang sangat
professional dalam bekerja, ia juga sangat mencintai pekerjaannya, rasa cinta tersebut
dapat dibuktikan bahwa Nono sudah menekuni pekerjaannya sebagai MC atau pembawa
acara di sebuah acara pesta selama lebih sepuluh tahun.
Terlihat pada kutipan berikut.
“Kamangka luwih saka sepuluh taun munggah panggung pranatacara, aku durung
nate mrangguli kahanan kaya sing takalami.”(Nono, 2014:68)
Terjemahan :
“Padahal lebih dari sepuluh tahun naik panggung MC, aku kok belum pernah
mengalami hal seperti ini.”
Cerkak 4Tendha Sanga Wolu
Aku
“Aku” dalam cerkak 4 digambarkan sebagai tokoh yang bijaksana, tegas, dan selalu
mengutamakan musyawarah dalam mengambil segala keputusan.
Terlihat pada kutipan berikut.
“Nadyan ati iki sejatine condhong marang musyawarah sing nengenake swasana
demokratis.”(Nono,2014:31)
Terjemahan :
“Walaupun hati ini sebenarnya lebih mengutamakan musyawarah yang
mengutamakan suasana demokratis.”
50
Cerkak 5Ula Memba-Memba
Sasmita
Sasmita digambarkan sebagai tokoh yang sangat mencintai semua makhluk Tuhan
salah satunya adalah binatang, selain itu Sasmita adalah seorang suami yang sabar, dan
mudah mengalah.
Terlihat pada kutipan berikut.
“Ula kuwi ya makhluke Pangeran, Buk.Aja dipulasara gedhene nganti mati.
Mengko lak ngilang dhewe sawise karepe ketekan.”(Nono,2014:146)
Terjemahan :
“Ular itu juga makhluk Tuhan, Buk.Jangan disiksa apalagi sampai mati.Nanti juga
menghilang sendiri setelah apa yang diinginkan terlaksana.”
C. Latar
Latar atau setting adalah tempat dan waktu (di mana dan kapan) suatu cerita
terjadi.Latar sebenarnya memberikan informasi yang penting tentang keadaan
masyarakat di mana cerita itu terjadi pada waktu itu. Menurut Robert Stanton, dalam
teori fiksi, latar terdiri dari latar dekor, dan latar waktu-waktu tertentu.
1) Dekor
Latar dekor atau tempat adalah tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya sastra. Latar tempat yang diceritakan cerkak ini adalah
berbagai macam lokasi, dimana itu akan berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat
lainnya.
Analisis Dekor atau Tempat
Cerkak 1Malaikat Jubah putih
a. Bandara King Abdul Aziz
51
Pada awal cerita tokoh aku menceritakan kedatangannya di bandara King Abdul
aziz.Terlihat pada kutipan berikut.
“Mudhun pesawat terbang Arabian Airlines ing bandara King Abdul Aziz terus
melbu kantor pemeriksaan imigrasi.”(Nono,2014:95)
Terjemahan :
“Turun dari pesawat terbang Arabian Airlines di bandara King Abdul Aziz lalu
masuk kantor pemeriksaan imigrasi.”
b. Kota Madinah
di kota Madinah para jama’ah haji yang baru saja datang sedang repot mencari
kopernya masing-masing.Terlihat pada kutipan berikut.
“Kurang luwih jam sanga bengi wektu Madinah, rikala umyeg padha nggoleki
dununge koper, aku malah mung ngadeg ngejejer karo nyekeli tangane bojo ing
tengah suk-sukan jama’ah.”(Nono, 2014:95)
Terjemahan :
“Kurang lebih jam Sembilan malam waktu madinah, di saat sedang ribut-
ributnya mencari keberadaan koper, aku hanya berdiri diam sambil memegangi
tangan istri di tengah kerumunan jama’ah.”
c. Hotel Ovenpick
Hotel Ovenpick adalah hotel yang digunakan para jama’ah haji untuk menginap,
selama menunaikan ibadah di kota Madinah. Terlihat pada kutipan berikut.
“mudhun saka bis ngarephotel Ovenpick, koper sing mau diangkut angkutan
barang idhep-idhep wis dadi tumpukan kaya gunung anakan ing sanding lobi
hotel.”(Nono, 2014:96)
Terjemahan :
“Turun dari bis di depan Hoten Ovenpick, koper yang tadi diangkut oleh
angkutan barang, tiba-tiba sudah menjadi tumpukan seperti gunung anakan di
dekat lobi hotel.”
d. Masjid Nabawi
52
Di masjid Nabawi para jama’ah haji, melakukan sholat Arba’in, dan melakukan
beberapa wisata religi.Terlihat pada kutipan berikut.
“Genep patangpuluh raka’at sholat arba’in ing masjid Nabawilan wisata religi
ing maneka papan sing dibiji nduweni sejarah perkembangan
islam.(Nono,2014:98)
Terjemahan :
“Genap empat puluh raka’at sholat arba’in di masjid Nabawi dan wisata religi
dibeberapa tempat yang dinilai memiliki sejarah perkembangan islam.”
e. Masjid Bir Ali
Di masjid Bir ali tokoh “aku” dan para jama’ah haji melaksanan sholat sunah
sebagai miqat umrah wajib. Terlihat pada kutiban berikut.
“Rampung sholating masjid Bir Ali kadidene miqat umrah wajib, kabeh padha
nindakake ora ana sing absen.”(Nono,2014:98)
Terjemahan :
“Selesai sholat di masjid Bir Aliseperti miqat umrah wajib, semua melaksanakan
tidak ada yang absen.”
f. Hotel Bendaut
Hotel Bendaut merupakan tempat yang digunakan tokoh aku dan para jama’ah
haji menginap selama melaksanakan ibadah di kota mekah.Terlihat pada kutipan
berikut.
“Saka kadohan katon pucuk jam raksasa ijo ing ndhuwur hotel Bendaut
wewengkon Masjidil Haram Mekah.”(Nono,2014:100)
Terjemahan :
“Dari kejauhan terlihat pucuk jam raksasa hijau di atas hotel Bendaut di daerah
Masjidil Haram Mekah.”
g. Masjidil Haram
Di lingkungan Masjidil Haram, aku dan para jama’ah haji meneruskan ibadah
umrah.Terlihat pada kutipan berikut.
53
“Lumantar bis Sparco minangka kendharaan jemputan, jama’ah sida neruske
ibadah umroh ing lingkungan Masjidil Haram.” (Nono,2014:100)
Terjemahan :
“Dengan bis Sparco sebagai kendaraan jemputan, jama’ah melanjutkan ibadah
umrah di lingkungan Masjidil haram”
h. Ka’bah
Di Ka’bah, “aku” dan para jama’ah haji melanjutkan ibadah, memutari ka’bah
tujuh kali. Terlihat seperti kutipan berikurt.
“Manyukbangunan Ka’bah, ndadak padha akeh sing kami tenggengen.
”(Nono,2014:100)
Terjemahan :
“Baru datang di bangunan ka’bah, secara tiba-tiba banyak yang kagum.”
Cerkak 2 Tanggapan Ing cungkup dhompoh
a. Di depan pintu pagar
Di depan pintu pagar rumah Joko Karim tamu misterius tersebut, datang
bermaksud ingin menyewa terop. Terlihat dalam kutipan berikut.
“Enggal menyat saka lungguhan terus bukak lawang pager. Sawise diprepegi
tamu sing anyar katon mau tetep ngadeg nggejejer ana ing ngarep lawang
pager.”(Nono,2014:75)
Terjemahan :
“Segera berdiri dari tempat duduk lalu membuka pintu pagar. Setelah ditemui
tamu yang baru dilihat tadi tetap berdiri di depan pintu pagar.”
b. Sepanjang jalan
Sepanjang jalan menuju rumah tamu yang menyewa terop, pak Joko merasakan
keanehan karena jalannya terasa sepi tak ada satupun orang yang terlihat. Terlihat
pada kutipan berikut.
“Sadalan-dalaning diliwati kahanan tansaya sepi. Anehe ora papagan wong
siji-sijia.”(Nono,2014:76)
54
Terjemahan :
“Sepanjang jalan yang diliwati keadaan semakin sepi.Anehnya tidak bertemu
dengan orang satupun.”
c. Di rumah tamu misterius
Setelahmelewati jalan yang cukup jauh, sampailah Joko Karim di rumah tamu
misterius tersebut. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
“Tekan omah sing katon gedhe magrong-magrong warna putih kanthi lampu
sing pathing klencar.”(Nono,2014:77)
Terjemahan :
“Sampai rumah yang terlihat besar dan mewah, warna putih dengan dihiasi
lampu berkelip-kelip.”
d. Di halaman rumah
Terop yang telah dipesan dipasang oleh pegawai Pak Joko di halaman rumah
tamu misterius tersebut. Hal itu terlihat pada kutipan beriku.
“Suwe-suwe Pak joko ora maelu kahanan apa sing lumaku ing jero kono. Sing
baku dheweke aba pekerja sing iwut ngedhunke terop terus masang ana ing
plataran ngarep omah.”(Nono,2014:77)
Terjemahan :
“lama-lama Pak Joko tidak memperdulikan keadaan apa yang terjadi di dalam
sana. Yang penting dia menyuruh pekerja yang sibuk menurunkan terop lalu
dipasang di halaman rumah.”
e. Kursi Dhampar Kencana
Setelah pengantin ditemukan lalu duduk di kursi gadhing dhampar kencana,
untuk diperlihatkan kepada para tamu.Terlihat pada kutipan berikut.
“Mantene wis lungguh ana ing kursi dhampar kencana, adicara resepsi
kawiwitan.”(Nono,2014:78)
Terjemahan :
“Pengantinnya sudah duduk di kursi gadhing dhampar kencana, acara resepsi
dimulai.”
f. Kamar Ganti Busana
55
Saat acara kirab pengantin berdua berganti busana di kamar ganti
busana.Terlihat pada kutioan berikut.
“Aba pranata adicara ngacarani murih pengantin sarimbit mlebu kamar
busana saperlu ganti penganggo.(Nono,2014:79)
Terjemahan :
“Perintah dari penata acara lalu pengantin berdua masuk kamar ganti untuk ganti
busana.
Cerkak 3Dhemit Gunung Pegat Mantu
a. Di Depan Rumah
Tepat di depan rumah mobil jemputan datang menjemput Nono menuju
lokasi resepsi pernikahan. Terlihat pada kutipan berikut.
“Ora suwe ana kijang ijo lumut mandheg ing ngarep omah.”
(Nono,2014:69)
Terjemahan :
“Tidak lama ada mobil kijang hijau tua berhenti di depan.”
b. Ruang rias
Ditempat khusus rias, Nono mempersiapkan diri dengan berdandan dan
ganti busana.Terlihat pada kutipan berikut.
“Ora gantalan suwe aku dipapanake ing panggonan papan mligi
paes.”(Nono,2014:70)
Terjemahan :
“Tidak lama kemudian aku ditempatkan di sebuah tempat khusus untuk
rias.”
c. Rumah
Setelah mengikuti acara resepsi pernikahan, Nono pulang ke rumah dengan
diantar oleh mobil kijang hijau tua lagi.Terlihat pada kutipan berikut.
56
“Tekan omah sing ngeterake enggal bali. Manyuk lawang pager Darwati
wis mbukak lawang omah.”(Nono,2014:72)
Terjemahan :
“Sampai rumah yang mengantar langsung pulang.Baru saja sampai pagar
ternyata Darwati sudah membukakan pintu rumah.”
d. Pertigaan Gunung Pegat
Keesokan harinya Nono dan istrinya mendatangi pertigaan Gunung Pegat
untuk mencari lokasi resepsi pernikahan semalam. Hal ini terlihat pada kutipan
berikut.
“Sing takjujug dalan pertelon gunung pegat menggok ngulon.”
(Nono,2014:73)
Terjemahan :
“Aku langsung ke jalan pertigaan gunung pegat belok ke barat.”
e. Jalan Gunung Pegat
Kecelakaan yang terjadi di jalan gunung pegat seminggu yang lalu, yang
menyebabkan banyak korban meninggal dunia.Terlihat padakutipan berikut.
“Jum’at kepengker teng radosan Gunung pegat ngriku wonten kecelakaan.
Rombongan nganten keluarga saking Gudo Jombang. Kathah sing pejah
sanalika.”(Nono,2014:73)
Terjemahan :
“Jum’at lalu di jalan Gunung Pegat situ ada kecelakaan. Rombongan
pengantin keluarga dari Gudo Jombang.Banyak yang meninggal seketika.”
Cerkak 4Tendha Sanga Wolu
a. Ringin Catur
Kegiatan perjusami dilaksanakan di tempat perkemahan Ringin Catur, di mana
tempat tersebut dipercaya angker.Terlihat pada kutipan berikut.
57
“Sidane Perjusami dianakake ing bumi perkemahan Ringin Catur kanthi
panyengkuyung kabeh panitia.”(Nono,2014;31)
Terjemahan :
“Jadinya Perjusami diadakan di tempat perkemahan Ringin Catur dengan
dukungan para panitia.
b. Di bawah pohon ringin
Anggota pramuka yang hilang menghebohkan, ditemukan pagi harinya tertidur
di bawah pohon ringin yang dipercaya angker itu. Hal ini terlihat pada kutipan
berikut.
“Jebul anggota penggalang sing akhire dingerteni jenenge Marpu’ah, esuk
kuwi lagi turu angler ing sela-selaning wit ringin gedhe ngrembuyung.”
(Nono,2014:33)
Terjemahan :
“Ternyata anggota penggalang yang akhirnya diketahui namanya Marpu’ah,
pagi itu sedang tidur nyenyak di sela-sela pohon ringin besar yang lebat.”
c. Sebelah selatan tenda sembilan puluh tujuh
Tokoh aku kaget ketiga ada tenda setelah tenda sembilan puluh tujuh yang
berada tepat di selatannya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Cedhak ringin kidule tendha sangangpuluh pitu aku njenggirat
kaget.”(Nono,2104:34)
Terjemahan :
“Di dekat pohon ringin selatannya tenda sembilan puluh tujuh aku terkejut
kaget.”
Cerkak 5Ula Memba-Memba
a. Di kantor perusahaan
Kejadian misteri juga sering dialami Sasmita di kantor perusahaan miliknya. Hal
ini terlihat pada kutipan berikut.
58
“kapitayane saya manteb ngenani ula banyu sing ajeg ngaton ing wektu-wektu
mligi, tinengeran maneh kanthi anane kedadeyan misteri ing kantor
perusahaan.”(Nono,2014:145)
Terjemahan :
“Kepercayaannya semakin kuat mengenai ular banyu yang pasti terlihat pada
waktu-waktu tertentu, ditandai dengan adanya kejadian misteri di kantor
perusahaan.
b. Di bawah meja
Ular yang sering menampakkan diri, tiba-tiba muncul di bawah meja security.
Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Nalika semana salah sawijining security sing jaga kantor mrangguli ula banyu
ing ngisor meja banjur dipateni lan dibuwang semprung ing pawuhan.”
(Nono,2014:145)
Terjemahan :
“Ketika itu salah satu security yang menjaga kantor menemui ular banyu di
bawah meja lalu di bunuh dan dibuang di tempat sampah.”
c. Ruang tamu
Tamu yang datang dari Jakarta sejumlah duapuluh lima orang dipersilahkan
duduk di ruang tamu. Terlihat kutipan berikut.
“Untunge ruang tamune jembar lan meja kursi cukup kanggo wong
selawe.”(Nono,2014:149)
Terjemahan :
“Untungnya ruang tamunya luas dan meja kursi cukup untuk duapuluh lima
orang.”
d. Diatas meja makan
Ketika di rumah ular misterius tersebut juga sering menampakan diri, ular
tersebut sering menampakan diri di atas meja makan.Hal ini terlihat pada kutipan
berikut.
59
“Nalika ing ngomah bojone jerit-jerit krana ing dhuwur meja makan ana aula
banyu gedhe mlungker,”(Nono,2014:146)
Terjemahan :
“Ketika di rumah istrinya berteriak karena si atas meja makan ada ular banyu
yang besar yang sedang melingkar,”
e. Jakarta
Lelaki yang melamar anak Sasmita adalah kenalannya saat kuliah di Jakarta. Hal
ini terlihat pada kutipan berikut.
“jebul bocah lanang sing dirembug mau tepungane Hapsari nalika kuliah ing
Jakarta.”(Nono,2014:149)
Terjemahan :
“Ternyata laki-laki yang di bahas tadi adalah kenalannya Hapsari ketika kuliah
di Jakarta”.
2) Latar waktu
Latar waktu adalah waktu (masa) tertentu ketika peristiwa dalam cerita itu
terjadi.
Analisis Latar waktu
Cerkak 1Malaikat Jubah putih
a. Jam 9 malam
Kurang lebih jam 9 waktu Madinah aku dan para jama’ah haji baru saja
datang dari Indonesia.Terlihat pada kutipan berikut.
“Kurang luwih jam sanga bengi wektu Madinah, rikala umyeg padha
nggoleki dununge koper, aku malah mung ngadeg ngejejer karo nyekeli
tangane bojo ing tengah suk-sukan jama’ah.”(Nono, 2014:95)
Terjemahan :
“Kurang lebih jam Sembilan malam waktu madinah, di saat sedang rebut-
ributnya mencari keberadaan koper, aku hanya berdiri diam sambil
memegangi tangan istri di tengah kerumunan jama’ah.”
60
Cerkak 2Tanggapan Ing cungkup dhompoh
a. Jam 8 malam
Jam 8 malam Pak Joko Karim sedang bersantai sambil membaca buku dan
majalah kesukaannya. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Wengi kuwi ngancik jam wolu. Pak Joko nembe ngenggar-enggar ati
sinambi maca buku lan majalah kelangenane.(Nono,2014:74)
Terjemahan :
“Malam itu pukul delapan malam, Pak Joko sedang bersantai sambil
membaca buku dan majalah kesukaannya.“
b. Esuk hari
Esuk hari setelah resepsi pernikahan, Pak Joko dibangunkan oleh seseorang
yang kebetulan lewat di tempat itu. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Ngancik wayah esuk sunare srengenge katon sumambirat padhang
nroiobos gegodhongan.Swara manuk-manuk pathing cruet mapag tekane
esuk.Wayah ketiga dawa wong-wong dhusun padha budhal menyang
sawah. Pak Joko lagi tangi nalika digugah salah sawijine pawongan sing
kebeneran liwat.”(Nono,2014:80)
Terjemahan :
“Memasuki waktu pagisinar mentari terlihat menyinari daun-daun.Suara
burung-burung berkicau menjemput datangnya pagi.Saat kemarau panjang
orang dusun pergi ke sawah bersama-sama.Pak Joko baru terbangun ketika
dibangunkan oleh salah seseorang yang kebetulan lewat.”
c. Malem Jum’at legi
Tepat malam Jum’at Legi tamu misterius tersebut menyewa terop, untuk
pernikahan anaknya, hal ini dirasa aneh oleh Pak Joko karim.Terlihatpada
kutipan berikut.
“Pak Joko kelingan yen wengi iki malem Jum’at legi.”(Nono,2014;77)
61
Terjemahan :
“Pak Joko teringan, jika mala mini adaalah malam jum’at legi.”
d. Hampir jam dua
Pak Joko merasa semakin aneh, ketika melihat kea rah jarum jam yang
menunjukkan waktu hampir jam dua pagi, karena baru kali ini acara pesta
pernikahan sampai hampir pagi belum selesai. Hal ini terlihat pada kutipan
berikut.
“Pandom cendhak wis cedhak angka loro.Terus tumungkul ngenam
lamunan. Lagi sepisan iku nemoni mantenan nganti ngancik parak
esuk.”(Nono,2014:79)
Terjemahan :
“Jarum jam sudah menunjukkan dekat dengan angka dua. Lalu timbul
berbagai pertanyaan. Baru kali ini menemui mantenan sampai waktu
hampir pagi.”
e. Jam setengah tiga
Pernikahan yang dianggap aneh tersebut, akhirnya selesai pada pukul
setengah tiga pagi. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Ndungkap jam setengah telu acara lagi paripurna.”(Nono.2014:79)
Terjemahan :
“sampai jam setengah tiga acara baru selesai.”
f. Jam tiga pagi
Jam tiga pagi rumah tamu misterius tersebut masih terlihat ada beberapa
orang yang berlalu-lalang. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Pranyata ngancik jam telu esuk. Kahanan njaba katon isih peteng. Tamu-
tamu wis ora ana. Kari katon semliwere pawongan mligi sing kapatah
rewang mrantasi kabeh panggawean”(Nono,2014:80)
62
Terjemahan :
“Nyatanya sampai jam tiga pagi. Keadaan luar masih terlihat gelap.Tamu-
tamu sudah tidaki ada.Tersisa lalu-lalang orang-orang khusus yang
ditugaskan untuk membantu menyelesaikan semua pekerjaan.”
Cerkak 3Dhemit Gunung Pegat Mantu
a. Malam hari
Malam hari, saat Nono merasakan kegelisahan yang sangat dahsyat
mengenai jobnya malam itu yang dirasa aneh. Hal ini terlihat pada kutipan
berikut.
“Wengi iki beda karo adate. Ati tidha-tidha.Awak sakojur krasa
gemeter.Ana rasa aneh rumasuk.”(Nono,2014:68)
Terjemahan :
“Malam ini berbeda dengan biasanya.Hati terasa tidak tenang.Seluruh
tubuh terasa gemetar.Ada rasa aneh masuk.
b. Sasi Sura
Pesta pernikahan tempatnya bekerja dilaksanakan pada bulan sura hal itu
dirasakan Nono aneh. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Milih sasi sura pisan. Ah! Kaya ana sing ora beres.”(Nono,2014:69)
Terjemahan :
“Pilih bulan sura juga. Ah! Seperti ada yang tidak beres.”
c. Jam sepuluh bengi
Resepsi pernikahan yang dilaksanakan pada pukul sepuluh malam,
membuat Nono semakin berfikir negative.Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Dhik rasane kok nganeh-anehi. Resepsi jam sepuluh bengi.”
(Nono.2014:69)
63
Terjemahan :
“Dhik rasanya kok aneh. Resepsi jam sepuluh malam.”
d. Subuh
Sepulang dari resepsi pernikahan, sampai rumah Nono sekitar shubuh. Hal
ini terlihat pada kutipan berikut.
“Saka kadohan keprungu swara adzan subuh.”(Nono,2014:72)
Terjemahan :
“Dari kejauhan terdengar suara adzan subuh.”
e. Siang Hari
Karena di rundung rasa penasaran, siang harinya Nono dan istrinya Darwati
pergi ke tempat tinggal Pak Dibyo. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Ora sranta awan iku uga aku ngajak Darwati nglacak papan dununge
Pak Dibyo.”(Nono,2014:73)
Terjemahan :
“Siang harinya itu juga,aku mengajak Darwati melacak tempat tinggal Pak
Dibyo.”
Cerkak 4Tendha Sanga Wolu
a. Jumat sore
Acara pembukaan Perjusami dilaksanakan pada hari Jum’at
sore.Terlihat pada kutipan berikut.
“Jumat sore bocah-bocah kanthi seragam pramuka lengkap kanthi
umur-umuran penggalang.wis padha teka ndlidir lan banjur sengkud
adeg tendha manut kaplingan sing wis ditata panitia sedina
sdurunge.”(Nono,2014:31)
64
Terjemahan :
“Jumat sore anak-anak dengan seragam pramuka lengkap dengan umur-
umuran penggalang , sudah pada datang lalu mendirikan tenda sesuai
tempat yang ditentukan oleh panitia.
b. Malam hari
Sebagian kegiatan Perjusami dilakukan pada waktu malam hari.Terlihat
pada kutipan berikut.
“Bocah-bocah sing wis siap ngrampungke kegiyatan bengi, malih
buyar semburat nuju tendhane dhewe-dhewe.“(Nono,2014:32)
Terjemahan :
“Anak-anak yang siap menyelesaikan kegiatan malam, jadi bubar
tersebar menuju tendanya masing-masing.”
c. Tengah malam
Kehebohan akan hilangnya salah satu anggota pramuka, membuat ribut
tengah malam. Terlihat pada kutipan berikut.
“Tengah wengi nalika kabeh peserta wis padha turu angler,
dumadakan ana swara umyeg rame ing tenda putri nomer kode
DD.”(Nono,2014:33)
Terjemahan :
“Tengah malam saat semua peserta sudah pada tidur pulas, tiba-tiba ada
suara ribut di tenda putri dengan nomor kode DD.”
d. Pagi hari
Anggota yang hilang ditemukan pagi harinya di bawah pohon beringin.
Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Esuke ana kedadeyan rame ing ngisor wit ringin.”(Nono,2014:33)
Terjemahan :
65
“Pagi harinya ada kejadian ramai di bawah pohon beringin.”
e. Shubuh
Masuk waktu shubuh suasana di perkemahan menjadi hebih, ketika
“Aku” ditemukan sedang bergelantungan di pohon beringin yang dipercaya
angker. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Waktu shubuh ngerti-ngerti aku dadi layatan wong sapirang-
pirang.”(Nono,2014:35)
Terjemahan :
“Waktu shubuh tahu-tahu aku menjadi bahan rumunan orang banyak.”
D. Tema
Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman
manusia sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Tema merupakan
aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia, sesuatu yang
menjadikan suatu pengalaman begitu diingat.Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan, tema yang diangkat oleh pengarang pada keseluruhan cerita kelima
cerkaknya adalah pengalaman misteri yang dialami oleh seorang tokoh yang berperan
di dalam cerita.Dengan tema tersebut dapat diketahui bahwa di sekitar kita masih
banyak sekali kejadian misteri, terutama pada kehidupan masyarakat Jawa yang
memang masih kental terhadap keberadaan kehidupan dunia mistik.
Kelima cerkak ini ditulis dalam satu buku menjadi sebuah kumpulan atau disebut
antologi, yang diterbitkan pada tahun 2014, di tahun yang sudah hampir
ditenggelamkan oleh globalisasi dan modernisasi, namun nyatanya tema misteri masih
digunakan, hal ini membuktikan bahwa tema misteri, mistik masih sangat eksis seiring
berjalannya waktu dan generasi.
66
cerkak 1 tema misteri yang ada, dibalut dengan tema keagamaan di dalamnya, jadi
pada cerkak Malaikat Jubah putih ini dapat dikatakan menggunakan tema misteri
keagamaan. Diceritakan perjalanan haji tokoh aku yang penuh dengan kejadian
misteri, adanya sosok jubah putih yang selalu datang membantu saat “aku” dan istrinya
mengalami kesulitan. Siapa sosok jubah putih serta kedatangan dan kepergian sosok
jubah putih tersebut yang menjadi misteri dalam cerkak 1 ini. Hal tersebut dapat dilihat
pada kutipan teks sebagai beirkut.
“Aku kaget nalika idhep-idhep kaya ana pawongan jubah putih nggotong koper
loro kanthi tenger banner foto lan tali hasdhuk pramuka. Ora samar genah kuwi
koperku wong sakloron. Embuh sapa sing ngakon aku dhewe banjur mlaku nuju
jemputan bis tumuju hotel. Ndilalah pawongan jubah putih mau terus nggotong
koper loro ngetut nyedhaki bis lan angkutan barang. Bareng ditampani petugas
diunggahake kendharaan khusus angkutan barang, pawongan jubah putih ndadak
gelis ilangkumeplas kaya mabur ngakasa diuntal petenge wengi.”(Nono,2014:95)
Terjemahan :
“Aku kaget ketika tiba-tiba seperti ada sosok jubah putih yang membawa dua
koper, dengan tanda banner foto dan tali hasduk pramuka. Tidak ragu lagi, jelas itu
koperku berdua. Entah siapa yang menyuruh aku sendiri lalu berjalanan menuju
jemputan bis menuju hotel. Kebetulan sosok jubah putih tadi terus membawa dua
koper tersebut berjalanan mengikuti, mendekati bis dan angkutan barang. Setelah
diterima oleh petugas dinaikkan kendaraan khusus angkutan barang, sosok jubah
putih tiba-tiba hilang seperti terbang dimakan gelapnya malam.”
Pada cerkak 2Tanggapan Ing cungkup dhompoh, bertemakan misteri bercerita tentang
pengalaman misteri yang dialami oleh seorang tokoh yang bernama Joko Karim atau
juga dipanggil Joko Tarub, karena profesinya selain sebagi pegawai negeri sipil ia
juga memiliki persewaan tarup atau terop. Dalam cerita cerkak 2 ini diceritakan Joko
Karim di datangi seorang tamu msiterius yang ingin menyewa tarupnya malam itu
juga untuk acara resepsi pernikahan anaknya. Hal ini yang dianggap Joko karim aneh
dan msiterius orang memesan terop secara mendadak dan orang tersebut memiliki
hajat pada saat bulan sura.Hal tersebut dapat dibuktikan melalui kutipan teks sebagai
berikut.
67
“Krungu tembunge tamu sing durung ditakoni jeneng lan papan panggonane
kuwi, sepisan maneh Pak Joko njomblak. Adat saben wong yen arep duwe gawe
pesen terop adoh sakdurunge dina dhenge gawe. Anehe wong iki pesen ndadak
kanggo acara bengine.”(Nono,2014:74)
Terjemahan :
“Mendengar ucapan tamu yang belum diketahui nama dan tempat tinggalnya itu
sekali lagi Pak Joko terkejut. Biasanya setiap orang yang akan memiliki hajat
pesen terop jauh-jauh hari sebelum hari pelaksanaan. Anehnya orang ini pesan
mendadak untuk acara malam itu juga.”
Pada cerkak 3Dhemit Gunung Pegat Mantu bertemakan misteri yaitu pengalaman
misteri yang dialami oleh seorang tokoh yang bernama Nono berprofesi sebagai MC
(Master Of Ceremony)atau pembawa acara dalam sebuah pesta. Malam itu Nono
diundang untuk memandu sebuah acara pesta pernikahan di dekat Gunung Pegat.
Mulai dari awal acara hingga akhir acara banyak hal aneh yang ia saksikan di sana,
keesokan harinya ketika ia pulang oleh tuan rumah ia diberikan bingkisan misterius,
sesampainya di rumah bingkisan tersebut dibuka oleh istrinya, ternyata isi dari
bingkisan tersebut adalah benda-benda yang menakutkan, karena penasaran akhirnya
ia dan istrinya menelusuri alamat tempatnya memandu acara semalam dan benar saja
di sana rupanya tidak ada orang punyahajat semalam, ternyata semalam ia telah
memandu peseta pernikahan yang diadakan oleh dhemit penunggu Gunung Pegat.Hal
tersebut dapat dibuktikan melalui kutipan teks sebagai berikut.
“Aku karo Darwati pating plenggong.Setengah ora percaya yen mau bengi disraya
dadi panatacara ing alaming lelembut. Jebul Bramantya karo sing wadon
dipahargya dadi keluarga dhemit Gunung Pegat. Kadadeyan sing krasa mokal lan
ngayawara.”(Nono, 2014:73)
Terjemahan :
“Aku dan Darwati tercengang setengah tidak percaya semalam dimintai tolong
untuk menjadi pembawa acara di alam lelembut.Ternyata Bramantya dan yang
perempuan dijadikan keluarga penguasa yang menguasai lelembut Gunung
pegat.Kejadian yang terasa tidak masuk akal.”
Pada cerkak 4 Tendha Sanga Wolubertemakan misteri yaitu pengalaman misteri
yang dialami oleh tokoh “Aku” yang diajadikan ketua panitia pada kegiatan perjusami
68
atau perkemahan Jum’at Sabtu Minggu. Berdasarkan musyawarah tempat yang akan
digunakan untuk kegiatan tersebut adalah bumi perkemahan Ringin Catur, banyak
yang bilang bahwa tempat tersebut angker. Benar adanya ketika kegiatan perjusami
dilaksanakan banyak sekali terjadi kejadian-kejadian aneh dan menakutkan yang
menimpa peserta bahkan dialami sendiri oleh tokoh “Aku” ini.Tenda peserta yang
awalnya hanya ada sembilan puluh tujuh tiba-tiba bertambah menjadi sembilan puluh
delapan, tenda tersebut bertambah dengan misterius.Hal tersebut dapat dibuktikan
melalui kutipan teks sebagai berikut.
“Cedhak ringin kidule tendha sangangpuluh pitu aku njenggirat kaget.Lha kok
sakidule ana tendha maneh kanthi nomor sangangpuluh wolu. Saelingku nalika
maca gunggunge peserta sing dicathet ing secretariat kok mung sangangpuluh pitu
tendha putra lan sangangpuluh lima tendha putri.”(Nono,2014:34)
Terjemahan :
“Dekat ringin sebelah selatan tenda nomor Sembilan puluh tujuh aku terkejut. Kok
sebelah selatannya ada tenda lagi dengan nomor sembilan puluh delapan.
Seingatku ketika membaca jumlah peserta yang ditulis disekretariat kok hanya
Sembilan puluh tujuh tenda putra dan Sembilan puluh lima tenda putri.”
Pada cerkak 5Ula Memba-Membabertemakan misteri yaitu pengalaman misteri
yang dialami oleh seorang tokoh yang bernama Sasmita. Pengalaman misteri ini
dialaminya dalam sepanjang hidupnya, kedatangan seekor ular seperti menjadi sebuah
pertanda bahwa akan datang keburuntungan kepadanya. Hal tersebut juga diungkapan
oleh seorang paranormal, bahwa sebenarnya Sasmita ini memiliki saudara dari alam
ghaib yang berwujud ular. Yang menjadi pantangan bagi Sasmita adalah membunuh
ular tersebut jika ular tersbut dibunuh maka keberuntungan yang akan datang
menghampirinya akan berubah menjadi mala petaka. Hal tersebut dapat dibuktikan
melalui kutipan teks sebagai berikut.
“Ing sawijining kalodhangan, nalika Sasmita wawan pangandikan karo salah
saiwjining paranormal dheweke nate diramal garis nasibe. Diarani duwe dulur
69
sinarawadi sing ora wujud bangsa manungsa. Nanging wujud ula banyu sing setya
ngancani uripe.”(Nono,2014:147)
Terjemahan :
“Di sebuah kesempatan, ketika Sasmita mengobrol dengan salah seorang
paranormal dia pernah diramal garis nasibnya. Dikatakan mempunyai saudara
yang bukan berwujud bangsa manusia.Tapi berwujud ular banyu yang selalu setia
menemani hidupnya.”
E. Sarana Sastra
a. Judul
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, secara keseluruhan judul dalam
kelima cerkak karya Nono Warnono relevan dengan cerita yang ada di
dalamnya.Tidak ada penyimpangan judul terhadap isinya. Baru Membaca kelima
judul cerkak ketika kita dengan mudah mengetahui apa pokok permasalahan yang
disajikan dalam cerita tersebut.
1. Malaikat Jubah Putih (Nono,2014, Hal. 95-103)
Malaikat Jubah Putihmerupakan salah satu judul cerkak dalam penelitian
ini.Diceritakan pengalaman seorang tokoh “Aku” yang sedang pergi beribadah
haji bersama istrinya ke tanah suci, di sana setiap mereka menemui sebuah
kesulitan pasti sosok jubah putih akan datang dengan misterius untuk
membantunya. Bantuan sosok misterius berjubah putih ini membuat ibadah
yang ia laksanakan menjadi lancar, anehnya setiap selesai memberikan bantuan
sosok tersebut lalu hilang secara tiba-tiba sama seperti saat ia mendatanginya,
maka dari itu tokoh “Aku” ini menyebutnya sebagai malaikat yang dikirimkan
oleh Tuhan untuk membantunya.
2. Tanggapan Ing Cungkup Dhompoh (Nono, 2014, hal.74-81)
70
Tanggapan Ing Cungkup Dhompohmerupakan cerkak yang menceritakan
tentang pengalaman misteri yang dialami oleh seorang tokoh yang bernama
Joko Karim atau juga dipanggil Joko Tarub, karena profesinya selain sebagai
pegawai negeri sipil ia juga memiliki persewaan tarup atau terop. Dalam cerita
cerkak 2 ini diceritakan Joko Karim di datangi seorang tamu msiterius yang
ingin menyewa tarupnya malam itu juga untuk acara resepsi pernikahan
anaknya.Hal ini yang dianggap Joko karim aneh dan msiterius orang memesan
terop secara mendadak dan orang tersebut memiliki hajat pada saat bualn sura.
3. Dhemit Gunung Pegat Mantu (Nono, 2014: Hal. 68-73)
Dhemit Gunung Pegat Mantu menceritakan tentangpengalaman misteri yang
dialami oleh seorang tokoh yang bernama Nono berprofesi sebagai MC
(Master Of Ceremony) atau pembawa acara dalam sebuah pesta. Malam itu
Nono diundang untuk memandu sebuah acara pesta pernikahan di dekat
Gunung Pegat. Mulai dari awal acara hingga akhir banyak hal aneh yang ia
saksikan di sana, keesokan harinya ketika ia pulang oleh tuan rumah ia
diberikan bingkisan misterius, sesampainya di rumah bingkisan tersebut dibuka
oleh istrinya, ternyata isi dari bingkisan tersebut adalah benda-benda yang
menakutkan, karena penasaran akhirnya ia dan istrinya menelusuri alamat
tempatnya memandu acara semalam dan benar saja di sana rupanya tidak ada
orang punyahajat semalam, ternyata semalam ia telah memandu pesta
pernikahan yang diadakan oleh dhemit penunggu Gunung Pegat.
4. Tendha Sanga Wolu(Nono, 2014: Hal. 30-35)
Tendha Sanga Wolupengalaman misteri yang dialami oleh tokoh “Aku”
yang diajadikan ketua panitia pada kegiatan perjusami atau perkemahan Jum’at
Sabtu Minggu. Berdasarkan musyawarah tempat yang akan digunakan untuk
71
kegiatan tersebut adalah bumi perkemahan Ringin Catur, banyak yang bilang
bahwa tempat tersebut angker. Benar adanya ketika kegiatan perjusami
dilaksanakan banyak sekali terjadai kejadian-kejadian aneh dan menakutkan
ynga menimpa peserta bahkan dialami sendiri oleh tokoh “Aku” ini.Tenda
peserta yang awalnya hanya ada Sembilan puluh tujuh tiba-tiba bertambah
menjadi Sembilan puluh delapan, tenda tersebut bertambah dengan misterius.
5. Ula Memba-Memba (Nono, 2014, Hal. 144-150)
Ula Memba-Memba menceritakan pengalaman misteri yang dialami oleh
seorang tokoh yang bernama Sasmita. Cerita misteri ini dialaminya dalam
sepanjang hidupnya, kedatangan seekor ular seperti menjadi sebuah bahwa akan
datang keburuntungan kepadanya. Hal tersebut juga diungkapan oleh seorang
paranormal, bahwa sebenarnya Sasmita ini memiliki saudara dari alam ghaib
yang berwujud ular. Yang menjadi pantangan bagi Sasmita adalah membunuh
ular tersebut jika ular tersebut dibunuh maka keberuntungan yang tadinya akan
datang menghampirinya berubah menjadi malapetaka
b. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang dalam
menyampaikan isi cerita, tokoh tindakan, latar, dan berbagai urutan peristiwa
dalam cerita fiksi.
Analisis sudut pandang pada cerkak 1Malaikat Jubah putih
Cerkakini menggunakan sudut pandang orang pertama, dimana tokoh yang
digunakan adalah “aku”, menceritakan kisah yang dialaminya sendiri.Terdapat
dalam kutipan berikut.
72
“Aku kaget nalika idhep-idhep kaya ana pawongan jubah putih nggotong koper
loro kanthi tenger banner foto lan tali hasdhuk pramuka. Ora samar genah
kuwi koperku wong sakloron. Embuh sapa sing ngakon aku dhewe banjur mlaku
nuju jemputan bis tumuju hotel.”(Nono,2014;95)
Terjemahan
“Aku kaget ketika tiba-tiba seperti ada sosok jubah putih yang membawa dua
koper, dengan tanda banner foto dan tali hasduk pramuka.Tidak ragu lagi, jelas
itu koperku berdua. Entah siapa yang menyuruh aku sendiri lalu berjalanan
menuju jemputan bis menuju hotel.
Analisis sudut pandang cerkak 2Tanggapan Ing cungkup dhompoh
Cerkakini pengarang menggunakan sudut pandang orang kedua, di mana
pengarang menceritakan pengalaman orang lain, yang di dalam cerita disebut
dengan tokoh yang bernama Joko karim.Terlihat pada kutipan berikut.
”Jenenge Joko Karim.Wong-wong yen ngundang utawa nyeluk dheweke Joko
Tarup.Diceluk ngno merga saliyane profesi dadi pegawai negeri sipil, dheweke
uga nyambi dadi juragan sewan terop utawa tarup.”(Nono,2014:74)
Terjemahan :
“Namanya Joko Karim. Banyak orang memanggilnya Joko Tarup.Dipanggil
begitu karena selain berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, ia juga menjadi
juragan persewaan terop.”
Analisis sudut pandang cerkak 3Dhemit Gunung Pegat Mantu
Cerkak ini menggunakan sudut pandang orang pertama, karena tokoh yang
digunakan adalah “aku”, menceritakan kisah yang dialaminya sendiri.Terdapat
dalam kutipan berikut.
“Mudhun saka mobil aku kamitenggengen.Sasuwene dadi pranatacara manten,
nembe iki mrangguli kahanan ngedab-edabi.”(Nono,2014:70)
Terjemahan :
“Turun dari mobil aku terkejut. Selama menjadi pembawa acara pengantin.
Baru ini menemui keadaan yang mengagumkan.”
Analisis sudut pandang cerkak 4Tendha Sanga Wolu
73
Cerkak ini menggunakan sudut pandang orang pertama, dimana tokoh yang
digunakan adalah “aku”, menceritakan kisah yang dialaminya sendiri.Terdapat
dalam kutipan berikut.
“Satemene aku rumangsa kabotan ketiban tugas dadi katua panitia.”
(Nono,2014:30)
Terjemahan :
“Sebenarnya aku merasa keberatan diberikan tugas sebagai kerua panitia.”
Analisis sudut pandang cerkak 4Tendha Sanga Wolu
Cerkak ini menggunakan sudut pandang orang pertama, dimana tokoh yang
digunakan adalah “aku”, menceritakan kisah yang dialaminya sendiri.Terdapat
dalam kutipan berikut.
“Waktu shubuh ngerti-ngerti aku dadi layatan wong sapirang-pirang.
Tanganku sraweyan karo cekelan oyot ringin catur. Bareng eling, aku takon
bocah loro ing tendha sanag wolu. Kabeh padha pathing plengong semu
gumun.”(Nono,2014:35)
Terjemahan :
“Waktu shubuh tahu-tahu aku jadi bahan kerumunan orang banyak.Tanganku
terlentang sambil pegangan akar pohon ringin catur.Setelah ingat, aku
menanyakan tentang keberadaan dua anak di tenda sembilan puluh
delapan.Semua pada tercengang penuh rasa bingung.”
Analisis sudut pandang cerkak 5Ula Memba-Memba
Cerkakini pengarang menggunakan sudut pandang orang kedua, di mana
pengarang menceritakan pengalaman orang lain, yang diperankan oleh para tokoh,
baik tokoh utama maupun bawahan.Terdapat dalam kutipan berikut.
“Sadurunge dadi pengusaha sukses, Sasmita sing lair ing desa kepencil ora
nate nggaita yen tembe bisa nampa nasib becik.”(Nono,2014:144)
Terjemahan :
“Sebelum menjadi pengusaha sukses, Sasmita yang lahir di desa terpencil tidak
pernah mengira jika suatu saat nanti bisa bernasib baik.”
c. Gaya dan Tone
74
Gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Gaya bisa berkaitan
dengan maksud dan tujuan cerita. Nono warnono selaku pengarang kelima cerkak
dalam antologi “Malaikat Jubah Putih” yang bersettingkan masyrakat Jawa yang
masih memiliki kepercayaam atas hal-hal misteri yang ada di sekitarnya. Gaya
bahasa yang digunakan oleh pengarang mampu membangun atmosfer misteri yang
mampu membuat pembaca berimajiansi dengan mudah, lalu membawa para
pembaca ke suasana horor, karena terbawa oleh isi cerita.
Tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan di dalam cerita.
Dalam lima cerkak karya Nono Warnono dalam antologi “Malaikat Jubah Putih”,
Nono ingin menggambarkan bagaimana menakutkan sebuah pengalaman misteri
yang di alami oleh para tokoh di dalam cerkak karyanya. Keberanian Nono dalam
bercerita dikarenakan sebagian cerkak yang ditulisnya merupakan pengalaman
yang dialaminya sendiri.
d. Simbolisme
Simbol merupakan sesuatu yang memiliki keuatan memunculkan gagasan dan
emosidalam pikiran pembaca. Sehingga sesuatu yang awalnya tidak tampak akan
menjadi tampak dan terlihat. Dalam kelima cerkak karya Nono Warnono terdapat
tiga cerkak yang memiliki simbol, sebagai contoh yang paling terlihat adalah
sebagai berikut :
1. Malaikat Jubah Putih
Simbol jubah yang berarti sebuah pakaian panjang hingga sampai bawah
lutut, hingga mampu menutup aurat. Putih merupakan warna yang biasanya
digunakan untuk melambangkan kesucian dan kebersihan. Jadi dapat
disimpulkan jubah putih adalah sebuah pakaian suci yang hanya orang-orang
75
suci yang menggunakannya, di dalam cerkak ini digambarkan dengan sosok
malaikat.
2. Tendha Sanga Wolu
Simbol angka sembilan puluh delapan dalam kitab primbon diartikan
sebagai simbol celaka atau malapetaka, jadi nomor sembilan puluh delapan
dalam cerita cerkak ini merupakan tanda bahwa tenda yang bernomor sembilan
puluh delapan adalah tenda yang membawa petaka. Kebenaran tersebut
diceritakan dalam cerkak ini ketika tokoh aku memasuki tenda sembilan puluh
delapan dan tidur di sana, ternyata pada pagi harinya ia bergelantungan di atas
pohon ringin dengan tangan terikat akar pohon ringin catur tersebut.
3. Ula Memba-Memba
Simbol ula/ular merupakan hewan yang dipercaya sebagai hewan pembawa
berita atau kabar, juga dapat diartikan sebagai pertanda atau sebuah firasat, jadi
jika seseorang didatangi oleh seekor ular secara tiba-tiba, atau bertemu seekor
ular secara tiba-tiba, maka pasti ular tersebut membawa kabar atau merupakan
sebuah tanda bagi orang tersebut akan kejadian yang akan menghampiri
seseorang tersebut.
e. Ironi
Analisis ironi dalam cerkak 1Malaikat Jubah putih
Saat “aku” dan para jama’ah haji lainnya sedang beribadah memutari ka’bah,
tokoh “aku” melihat si istri tersenggol oleh jama’ah lain sehingga terpisah dengan
“aku”. Di situ ia ingin sekali menolong istrinya, namun itu adalah hal yang
mustahil karena bisa menjaga diri sendiri saja sudah sangat beruntung. Terlihat
pada kutipan berikut.
76
“Putaran kaping lima, nalika nyedhaki makom Ibrahim taklirik bojoku
keponthal saka barisan.Atiku pasrah mung bisa ndedonga jero ati. Muga-
muga allah ngreksa. Mokal yen aku kudu nggoleki.Genah nggawa awak ijen
wae susahe ora karuwan.”(Nono.2014;101)
Terjemahan :
“Putaran kelima, saat mendekati makam Ibrahim kulirik istriku tersenggol dari
barisan.Hatiku pasrah hanya bisa berdoa di dalam hati.Semoga Allah
melindungi.Mustahil jika aku harus mencari.Membawa badan sendiri saja
sulitnya minta ampun.”
Analisis ironi pada cerkak 2Tanggapan Ing cungkup dhompoh
Ironi pada cerkak 2 terletak saat tamu misterius tersebut memohon kepada Pak
Joko untuk mengusahakan menerima persewaan terop yang harus didirikan pada
malam itu juga. Di sini kebingungan yang terjadi dialami oleh Pak Joko Karim,
karena ia tidak yakin bisa mendirikan terop dengan waktu yang sangat mendadak,
dan tenaga kerja yang mengerjakan juga tidak bisa di ajak secara mendadak, tapi di
sisi lain ia juga kasihan dan sangat ingin menolong tamunya tersebut. Terlihat pada
kutipan berikut.
“Pak Joko katon mikir jero sinambi nyedhot udud kebal-kebul.Tegesan enggal
diremet ing jero asbak.Pikiran isih uleng antaraning ngiyani apa nolak
pesenan.”(Nono,2014:76)
Terjemahan :
“Pak Joko terlihat berfikir sangat dalam sambil meniimati rokok.Puntung
rokok segera dimatikan di atas asbak.Pikirannya masih bingung antara
menerima atau menolak pesanan tersebut.”
Analisis ironi pada cerkak 3Dhemit Gunung Pegat Mantu
Ironi pada cerkak 3 terletak pada bagian ketika Nono dan Mbak siti halimah
berada dalam perjalanan menuju Gunung Pegat, mereka berdua merasa kaget
setengah heran karena seingat mereka di sana tidak ada pertigaan, namun mereka
77
hanya saling pandang rasa heran dan seribu pertanyaan tersebut tidak terjawab.
Terlihat pada kutipan berikut.
“Nalika menggok ngulon ing protelon aku noleh Mbak Siti Halimah sing
lungguh ing tengenku pandeng-pandengan ngemu pitakon sing tanpa
wangsulan. Saelingku dalan ing Gunung pegat iki ora ana
protelone.”(Nono,2014:70)
Terjemahan :
“Ketika belok ke barat di pertigaan aku menengok ke arah Mbak Siti Halimah
yang duduk di samping kananku saling berpandangan penuh dengan
pertanyaan yang tidak mendapat jawaban. Seingatku jalan di Gunung Pegat ini
tidak ada pertigaannya.”
Analisis ironi pada cerkak 4Tendha Sanga Wolu
Ironi pada cerkak 4 terletak pada, ketika tokoh aku mengetahui ada dua
anggota pramuka yang berlain jenis tidur bersama dan berselimut sama, dia tidak
bisa menyalahkan hal tersebut, justru dia malah menyuruh dua anak tersebut untuk
segera tidur, karena rasa kasihan yang memenuhi hatinya, padahal sebenarnya dia
tahu bahwa hal tersebut adalah hal yang salah. Terlihat pada kutipan berikut.
“Suwe anggonku nyawang bocah loro sing kemulan dadi siji kaya tanpa
rumangsa salah. Embuh daya apa sing mrambat ing awakku. Ana rasa
trenyuh lan welas tumpuk-tumpuk sajrone ati.”(Nono,2014:34)
Terjemahan :
“Lama ku melihat dua anak yang berselimut menjadi satu seperti tanpa dosa.
Entah kekuatan apa yang merambat padaku. Ada rasa kasihan dan iba yang
bertumpuk-tumpuk dalam hati.”
Analisis ironi pada cerkak 5Ula Memba-Memba
Ironi pada cerkak 5 ketika Sasmita menasehati istrinya tentang kebenaran
siapa ular yang menjadi-jadi yang sering datang ke rumahnya tersebut, aka tetapi
istrinya tidak pernah mempercayai ceritanya, hingga akhirmnya Sasmita memilih
78
untuk mengalah daripada hanya akan menyebabkan pertengkaran. Terlihat pada
kutipan berikut.
“Sidane Sasmita ngalah tinimbang dadi rame ing keluarga .ora becik
kanggone anak-anake sing butuh pendhidhikane becik sajroning
omah.”(Nono,2014:146)
Terjemahan :
“Akhirnya Sasmita mengalah daripada menjadi pertengkaran dalam
keluarga.Tidak baik untuk anak-anaknya yang butuh pendidikan baik di dalam
rumah.”
79
B. Analisis Strukturalisme Kelima Cerkak dalam Antologi Cerkak “Malaikat
Jubah Putih” Karya Nono Warnono
Berdasarkan pola struktur kelima cerkak karya Nono Warnono di atas dapat
menghasilkan sebuah kesimpulanmengenai analisis sturkturalisme Robert Stanton (2007),
yaitu adanya keterkaitan unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut. Unsur
struktural atau unsur intrinsik dalam cerkak meliputi alur/plot, karakter, latar, tema, dan
sarana-sarana sastra (Judul, sudut pandang,ironi, gaya dan tone, simbolisme). Berdasarkan
analisis struktural kelima cerkak karya Nono Warnono menggunakan teori structural Robert
Stanton, pengarang dalam menyajikan karyanya ridak lepas antara unsur satu dengan unsur
yang lain yang membangun karya tersebut. Dari tema yang diangkat oleh pengarang pada
keseluruhan cerita pada lima cerkaknya, tema yang digunakan adalah tema misteri atau lebih
tepatnya bercerita tentang sebuah pengalaman misteri yang dialami oleh para tokoh yang
berperan di dalamnya. Latar/setting sangat mempengaruhi bagaimana misteri atau mistik
yang di sampaikan di dalam cerita cerkak tersebut, di mana tokoh-tokoh berada di lingkungan
masyarakat, mulai dari rumah, kantor, masjid, pegunungan, dan jalan. Latar waktu juga
mempengaruhi cerita atau menggambarkan bagaimana keadaan tokoh pada waktui itu,
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada cerita adalah malam hari, esuk hari, siang hari, tengah
malam, bulan Sura, dan subuh.
Cerkak karya Nono Warnono menampilkan tokoh-tokoh yang dapat menggambarkan
suasana misteri yang terjadi di dalam cerita. Berdasarkan data, secara umum dalam cerkak
tokoh-tokoh yang ditampilkan, baik tokoh mayor ataupun tokoh minor merupakan tokoh
80
yang komplek yaitu yang mengalami perkembanagn perwatakan sejalan dengan
perkembangan alur cerita.Para tokoh dalam kelima cerkak karya Nono warnono ini
diharapkan dapat menjadi cermninan bagi para pembaca di masyarakat luas. Selain itu
penggamabarn misteri juga dapat di lihat dari simbol-simbol yang berada pada kelima cerkak
karya Nono Warnono melalui unsur simbolisme, namun kelima cerkak karya Nono warnono
ini tidak semua memiliki unsur simbolisme, hanya ada tiga cerkak yaitu Jubah Putih pada
cerkak Malaikat Jubah Putih, 98 pada cerkak TendhaSanga Wolu, dan Ula pada cerkak Ula
Memba-Memba.
Secara keseluruhan unsur struktural yang meliputi karakter, alur, latar, tema, sudut
pandang, ironi, gaya dan tone, dan simbolisme memiliki ketrerkaitan serta hubungan antara
unsur satu dengan unsur yang lainnya. Keterkaitan antar unsur tersebut menjadikan satu
kesatuan yang utuh membuat kelima cerkak ini lebih menarik.
81
C. Bentuk Mistik Kejawen Dalam Lima Cerkak Karya Nono Warnono
Mistik kejawen adalah sebuah paham yang dimiliki oleh seorang atau kelompok orang
Jawa, akan adanya kehidupan diluar alam nyata manusia. Berdasarkan analisis yang
dilakukan mistik kejawen pada kelima cerkak karya Nono Warnono ini berbentuk mitos atau
biasa disebut gugoh tuhon. Gugon tuhon sendiri memiliki pengertian perilaku-perilaku yang
kurang pantas dilakukan dan dipercaya akan mendatangkan kesialan jika dilakukan.
Berdasarkan analisis yang dilakukan gugon tuhon pada kelima cerkak karya Nono
Warnono ini dapat dilihat dari kata atau kalimat yang terdapat di dalam teks cerita, yang lalu
dijadikan unsur dari mistik kejawen tersebut.
Mistik Kejawen Kekayaan dalam lima cerkak karya nono warnono dapat dilihat pada
kutipan teks cerkak berikut :
Cerkak 1Malaikat Jubah putih
“Malah kanggone wong sing ngandel gugon tuhon, zam-zam dialap barokahe kanggo
penglarisan,”(Nono,2014:98)
Terjemahan :
“Malah untuk orang yang percaya tentang gugon tuhon, zam-zam dipercaya
barokahnya untuk penglarisan.”
Berdasarkan kutipan di atas dapat di jelaskan bahwa orang yang percaya akan kekuatan
air zam-zam dapat dijadikan sebagai penglaris. Penglaris yang dimaksud di sini adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan kekayaan, karena hal yang dilariskan pasti
berhubungan dengan mata pencaharian atau penghasilan dari pekerjaan seseorang.
Sedangkan dari kata gugon tuhon atau biasa juga di sebut dengan klenik dapat diartikan
82
bahwa seseorang percaya jika air zam-zam tersebut mampu membantu memperlaris usaha
atau pekerjaannya, jika benar usahanya laris seseorang tersebut percaya bahwa kelarisan
tersebut di dapat melalui ari zam-zam tersebut tapi tetap percaya bahwa kuasa Tuhanlah
yang utama.
Cerkak 2Tanggapan Ing cungkup dhompoh
“Lakar adate wong Jawa yen arep kagungan kersa nyiriki wulan sura.”
(Nono,2014:75)
Terjemahan :
“Biasanya orang jawa jika mau memiliki hajat menjauhi bulan sura.”
Berdasarkan kutipan teks serta analisis yang telah dilakukan mistik kejawen terletak
pada kepercayaan tokoh Joko Karim terhadap bulan sura. Bulan sura adalah bulan di mana
turunnya roh dan ilmu, maka bulan sura hanya digunakan untuk tirakatan, beribadah dan
mencari ilmu, bulan sura bagi orang Jawa dianggap bulan yang suci. Orang jawa juga
percaya jika orang yang berani melaksanakan acara atau hajat di saat bulan sura, maka
akan menemui petaka.
Cerkak 2 tokoh Joko Karim merasa heran akan acara pernikahan yang dilaksanakan
pada bulan tersebut, ia heran bahwasanya orang jawa selalu menghindari bulan sura atau
mengadakan acara pada bulan sura, tapi tamu misteriusnya tersebut malah melaksanakan
acara pernikahan anaknya pada bulan sura. Dari sini dapat di lihat bahwa apa yang Joko
karim rasakan dan apa yang ia yakinkan merupakan mistik kejawen, dan ia merupakan
pelaku mistik kejawen.
Mistik kejawen pada cerkak 2 ini merupakan mistik kejawen kolektif, keyakinan
tentang adanya suatu hal di luar akal manusia yang di dalam cerkak 2 ini disebutkan
tentang pantangan memiliki hajat pada bulan sura, mampu mempengaruhi pikiran banyak
orang Jawa bahkan rasa yakin akan kebenaran hal tersebut, sehingga hampir seluruh
83
masyarakat Jawa pasti menghindari bulan sura jika akan melaksanakan acara, selain hal ini
sebagai bukti rasa yakin yang dimiliki oleh masyarakat Jawa.
Cerkak 3Dhemit Gunung Pegat Mantu
“Kabeh barang-barange Pak Dibyo, tokoh sing mbaureksa lelembut ing Gunung
Pegat daksimpen primpen. Idhep-idhep kena kanggo jimat.Sapa ngerti paweweh mau
ing tembene nggawa kabegjan.”(Nono,2014:73)
Terjemahan :
“Semua barang-barang Pak Dibyo, tokoh penunggu di Gunung pegat ku simpan rapi.
Bisa ku jadikan jimat. Siapa tahu barang pemberian tadi bisa mendatangkan
keberuntungan nantinya.”
Berdasarkan analisis yang dilakukan, mistik kejawen dalam cerkak 3 terdapat pada
kata jimat, di mana jimat adalah sebuah benda yang dikeramatkan atau di dianggap
memiliki kekuatan ghaib, jimat juga diyakini mampu melindungi seseorang atau si
pemakai dari berbagai masalah, selain itu jimat juga memiliki fungsi lain. Sehingga sering
orang memperlakukan jimat dengan perlakuan khusus, Menurut orang-orang Jawa jimat
berasal dari kata Jimat=siji sing dirumat. Benda yang dalam bahasa melayu disebut azimat
ini umumnya memiliki pantangan tertentu yang harus ditaati oleh pemiliknya, yang mana
jika pantangan tersebut dilanggar maka akan menyebabkan keampuhan atau kuasa dari
jimat tersebut akan menghilang.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa tokoh Nono
dalam cerkak 3 merupakan pelaku mistik kejawen, ia meyakini kekuatan dari sebuah
jimat, yang menurut keyakinannya jimat yang ia simpan akan mampu mendatangkan
keberuntungan bagi dirinya. Tokoh Nono percaya jika ia menyimpan jimat yang diberikan
oleh Pak Dibyo dan suatu hari nanti ia benar-benar akan mendapatkan keberuntungan di
dalam hidupnya, maka itu semua datang melalui jimat yang telah ia simpan, namun Nono
84
juga yakin bahwa jimat tersebut hanya berperan sebagai perantara dan pemberi
keberuntungan yang sesungguhnya adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Cerkak 4Tendha Sanga Wolu
“Ana sing kandha yen bumi perkemahan Ringin catur kuwi wingit, angker, gawat.
Ajeg gawa bawon lan maneka crita sing tlonjonge nggathuk-nggathuke sawiji
kedadean karo pangamuke sing mbaureksa Ringin Catur ing alaming
lelembut.”(Nono,2014:30)
Terjemahan :
“Ada yang bilang jika bumi perkemahan Ringin catur itu wingit, angker, gawat, selalu
membawa korban dan beraneka macam cerita yang selalu di kaitkan dengan kejadian
marahnya yang menunggu Ringin catur di alam lelembut.”
Berdasarkan analisis, mistik kejawen pada kutipan teks cerkak 4 di atas terdapat pada
frase sing mbaureksa, atau dalam bahasa indonesia berarti yang menunggu/menguasai.
Orang Jawa sebagai pelaku mistik kejawen meyakini bahwa pada tempat-tempat tertentu
seperti pohon, rumah kuna, pemakaman, dan lain sebagainya memiliki penunggu atau
penguasa. Pada cerkak 4 diceritakan pohon ringin catur yang dijadikan tempat berkemah
tersebut memiliki penunggu, penunggu yang dimaksud adalah sosok makhluk gaib yang
menempati tempat tersebut sebagai rumah atau bisa dikatakan sebagai penguasa tempat
tersebut.
Para pelaku mistik kejawen pasti mempercayai jika sebuah tempat memiliki penunggu
maka tempat tersebut harus senantiasa terjaga, tidak boleh bertindak sembarangan disana,
harus selalu menjaga ucapan dan tingkah laku, bahkan jika hal tersebut dilanggar maka
dipercayai sosok gaib yang menunggu tempat tersebut akan marah, dan mengakibatkan
petaka.
Mistik kejawen yang terdapat pada cerkak 4 ini, termasuk mistik kejawen kolektif,
karena kepercayaan akan adanya penunggu pohon ringin catur tersebut dimiliki oleh
85
sekelompok orang, maka di sini pelaku mistik kejawennya pun juga kolektif, yaitu
sekelompok masyarakat Jawa yang percaya akan adanya penunggu pohon ringin catur.
Cerkak 5Ula Memba-Memba
“Ing sawijining kalodhangan, nalika Sasmita wawan pangandikan karo sawijining
paranormal dheweke nate diramal garis nasibe.”(Nono,2014:147)
Terjemahan :
“Suatu kesempatan, saat Sasamita mengobrol dengan salah seorang paranormal dia
pernah diramal garis nasibnya.”
Berdasarkan analisis mistik kejawen dalam kutipan teks cerkak 5 adalah ketika tokoh
Sasmita percaya dengaan ramalan seorang paranormal. Paranormal di sini adalah
seseorang yang mempunyai kekuatan atau kemampuan melibihi kewajaran atau orang
yang mampu melakukan sesuatu di luar batas kemampuan manusia normal. Misalnya
mampu memasuki alam dimensi lain, ataupun mampu berkomunikasi dengan makhluk
gaib seperti jin. Paranormal sangat dekat dengan dunia msitis karena kita hidup di dunia
tidak hanya berdampingan dengan makhluk kasat mata saja, namun kita hidup
berdampingan dengan makhluk dunia lain atau biasa disebut dengan makhluk astral.
Paranormal tersebut mengungkapkan bahwa sebenarnya sasmita memiliki saudara
dari alam gaibyang berwujud ular. Ular tersebut akan selalu datang padanya untuk
memberikan kabar bahwa ia akan mendapat keberuntungan, dan sasmita percaya akan hal
tersebut. Terlihat pada kutipan teks berikut.
“Nampa ramalan kaya ngono,Sasmita banjur nggathuk-nggathukake apa-apa sing
wis klakon dialami. Kanyatan-kanyatan aeng sing nyalawadi sing tansah nyertani
lelakon urip lan panguripan. Mula ramalan mau banjur nambah keyakinan yen ula
banyu mau ndayani marang nasibe sing bakal teka.”(Nono,2014:147)
Terjemahan :
“Menerima ramalan seperti itu, Sasmita lalu menghubung-hubungkan sengan apa-apa
yang sudah dialaminya. Kenyataan-kenyataan aneh yang misterius yang selalu
86
meneyertai perjalanan hidupnya, maka ramalan tadi lalu menambah keyakinan jika
ular tersebut memiliki daya kekuatan dalam nasibnya yang akan datang.
Paranormal tersebut juga berpesan kepada Sasmita, agar sebisa mungkin tidak membunuh
ulabanyu yang datang memabwa berita abhagia kepadanya, karena jika dibunuh akan
mengakibatkan petaka. Berdasarkan penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa Nono adalah
pelaku mistik kejawen yang mempercayai akan ungkapan yang di sampaikan oleh seorang
paranormal, karena jika seseorang bukanlah seorang pelaku mistik kejawen ia tidak akan
pernah percaya akan hal-hal tahyul seperti itu.
87
D. Bentuk Ritual Kejawen dalam Lima Cerkak Karya Nono Warnono
Ritual merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk tujuan
simbolis.Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga berdasarkan tradisi
dari suatu komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah diatur dan
ditentukan dan tidak bisa dilaksanakan dengan sembarangan. Dalam lima cerkak karya
Nono Warnono yang tergabung dalam antologi cerkak Malaikat Jubah Putih ini
mengandung ritual kejawen yang seiring sejalan dengan adanya mistik kejawen di
dalamnya. Dikatakan seiring sejalan karena sebuah ritual kejawen dilakukan oleh seorang
pelaku mistik kejawen itu sendiri, jadi di mana terdapat pelaku mistik kejawen pasti juga
akan dilaksanakan ritual kejawen di sana. Ritual kejawen pada lima cerkak karya Nono
Warnono dapat dilihat pada kutipan teks yang dapat membantu menjelaskan.
“Spontan ngucap tahmid terus jumangkah tumuju papan banyu zam-zam. Banyu sing
ora salumrahe banyu, jalaran saliyane kanggo ngilangi rasa ngelak pranyata bisa
ndadekake wareg lan kena kanggo tetamba sakehing penyakit.”(Nono,2014:98)
Terjemahan :
“Langsung mengucap tahmid lalu melangkah menuju tempat air zam-zam.Air yang
bukan sewajarnya air, karena selain untuk menghilangkan rasa haus ternyata juga bisa
membuat kenyang dan juga bisa untuk mengobati banyak penyakit.
Berdasarkan kutipan cerkak 1Malaikat Jubah Putih diatas dapat disimpulkan bahwa ritual
kejawen yang dilakukan tokoh aku adalah meminum air zam-zam atas dasar rasa yakin
bahwa air zam-zam bukan sekedar air biasa, melainkan air tersebut mampu mendatangkan
berkah, kekayaan, menyembuhkan penyakit, dan mendatangkan jodoh, rasa percaya akan
kekuatan air zam-zam adalah bentuk dari mistik kejawen sedangkan, tindakan meminum
air zam-zam yang dilakukan tokoh aku tersebut merupakan ritual kejawen.
88
Selanjutnya pada cerkak 2Tanggapan Ing Cungkup Dhompoh ritual kejawen yang
dilakukan oleh tokoh Joko Karim yaitu sesuai dengan keyakinannya bahwa pada bulan
sura masyarakat Jawa selalu menghindari atau istilah jawanya nyirikiuntuk melakukan
atau mengadakan acara di bulan tersebut. Di sini ritual kejawen yang dilakukan oleh Joko
karim adalah dengan tidak melakukan atau mengadakan acara pada bulan itu, ritual ini
dilakukannya dikhusukan untuk dirinya pribadi, namun hal ini berdasarkan rasa yakin dan
percaya yang telah tertanam secara turun temurun.
Rasa percaya dan yakinnya terhadap mistik kejawen tersebut ia wujudkan melalui
tindakan atau ritual dengan tidak melakukan atau mengandakan acara selama bulan sura,
melainkan pada ulan sura ia gunakan untuk melakukan tirakat seperti masyarakt Jawa pada
umumnya. Hal ini ia lakukan karena ia sadar sebagai masyaraskat Jawa, yang tinggal dan
hidup di tanah Jawa dan mau tidak mau ia harus selalu patuh akan adat istiadat yang
berlaku sebagaimana ia mematuhi peraturan-peraturan pada agama yang dianutnya. Selain
itu Joko Karim percaya bahwa apa yang ia lakukan pasti akan mendapat balasan, jika ia
berlaku baik pasti akan mendapat balasan baik, begitu pula sebaliknya.
Pada cerkak 3 Dhemit Gunung Pegat Mantu ritual kejawen ditunjukan pada saat
setelah Nono berniat menyimpan benda-benda misterius yang ia dapatkan dari pak dibyo
sosok penguasa gunung Pegat. Nono menyimpan benda tersebut dan akan dijadiakannya
sebagai jimat, yang ia percaya mampu mendatangkan keberuntungan di dalam hidupnya.
Jimat atau aziamt sendiri merupakan benda yang bersifat sakral dan disakralkan oleh
pemiliknya, benda ini juga membutuhkan perawatan khusus dari pemiliknya. Dari sinilah
dapat diketahui ritual yang dilakukan oleh Nono adalah perawatan terhadap jimat yang ia
simpan. Perawatan terhadap jimat sudah pasti dilakukan oleh pemiliknya, perawatan ini
dilakukan bertujuan untuk menjaga kesaktian atau kekuatan yang ada di dalam jimat
tersebutagar tetap ada dan tidak berkurang bahkan hilang.
89
Ritual merawat jimat tersebut biasanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan
dengan cara-cara teretntu, seperti misalnya jamas/jamasan, ritual ini delakukan dengan
caramemandikan jimat menggunakan air yang berasal dari tujuh sumber, dicampur dengan
bunga tujuh rupa, umumnya para pemilik jimat melakukan jamasan pada waktu bulan
sura. Ritual lain misalnya dengan puasa, cara ini dilakukan ini dimana si pemilik jimat
berpuasa untuk jimatnya, umunya puasa tersebut dilakukan pada hari kapan jimat tersebut
datang atau diperoleh. Bisa juga dengan ritual memberikan sesajen kepada jimat yang di
simpan, sejajen tersebut umumnya berisi kembang setaman (bunga tujuh rupa), ingkung
(ayam panggang), pisang raja, kopi hitam tanpa gula, dupa, menyan, telur ayam Jawa,
beras, dan masih banyak lagi.
Pada cerkak 4Tendha Sanga Wolu ritual kejawen dilakukan oleh para masyarakat
yang mempercayaitentang adanya sosok penunggu di tempat Ringin Catur. Mistik kejawen
yang adadi sini adalah msitik kejawen yang berbentuk kolektif, di mana rasa percaya akan
hal-hal msitik tersebut dimiliki oleh sekelompok masyarakat. Berdasarkan rasa yakin dan
percaya ini sekelompok masayrakat tersebut pasti akan melakukan ritual untuk
menghormati sosok penunggu ringin catur tersebut. Penghormatan tersebut dilakukan
dengan berbagai cara missal salah satunya dalah jika salah satu warga masyarakat desa
setempat akan melakukan sebuah kegiatan yang bertempat di lingkup Ringin catur maka ia
harus melakukan izin secara ritual.
Selain penghormatan ritual yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang
meyakini bahwa adanya sosok penunggu di ringin catur adalah dengan menjauhi
pantanagn-pantangan yang ada di sana. Bumi perkemahan Ringin catur ini dianggap
angker, dan jarang yang berani melakukan atau mengadakan kegiatan di sana, namun
tokoh “Aku” yang berperan sebagai ketua panitia dalam acara perjusami pada cerkak 4 ini
menentang segala pendapat tentang kewingitanbumi perkemahan Ringin Catur. Benar saja
90
banyak terjadi kejadian aneh dan menakutkan pada saat acara perjusami dilaksanakan.hal
ini pula yang membuat para masyarakat semakin meyakini bahwa sebagai rasa hormat
tidak boleh sembarangan melakukan kegiatan di sana. Masyarakat desa juga sering
memberikan sesaji dengan tujuan agar lingkungan di sekitar Ringin catur tersebut aman,
hal ini lah yang merupakan ritual mistik kejawen.
Pada cerkak 5Ula Memba-Memba
Ritual kejawen dalam cerkak 5 dilakukan oleh tokoh Sasmita yang tak lain sebagai
pelaku mistik kejawen dalam cerita cerkak 5 ini. Sasmita melakukan ritual kejawen setelah
ia mendapatkan ramalan dari seorang paranormal, yang meramalkan bahwa dirinya
sebenarnya memiliki saudara yang berasal dari alam gaib, saudaranya tersebut berwuwjud
seekor ular banyu. Saudaranya yang memba-memba atau menjelma menjadi seekor ular
tersebut akan selalu datang padanya untuk membawa kabar berita tentang kebahagiaan
atau keberuntungan yang akan ia dapatkan.
“Ing sawijining kalodhangan, nalika Sasmita wawan pangandikan karo sawijining
paranormal dheweke nate diramal garis nasibe. Diarani duwe dulur sinarawadi sing
ora awujud bangsa manungsa. Nanging wujud ula banyu sing setya ngancani uripe.
Kayadene ula daden-daden saka bangsa gaib.Aweh kabar maneka kabagyan apadene
tengara arep antuk kanugrahan wujud apa wae ing dina-dina candhake.”
(Nono,2014:147)
Terjemahan :
“Pada suatu kesempatan,ketika Sasmita sedang berbincang-bincang dengan salah
seorang paranormal dia pernah diramal garis nasibnya. Dikatakan mempunyai saudara
yang berwujud bukan manusia.Tapi berwujud ular banyu yang setia menemani
hidupnya.Seperti halnya ular yang menjelma dadi bangsa gaib. Memberikan kabar
berbagai kebahagiaan atau pertanda akan mendapat anugrah yang berwujud apa saja
di hari yang akan datang.”
Sasmita meyakini akan ramalan seorang paranormal ini, karena selama ini hal-hal yang ia
alami sesuai dengan apa yang dikatakan oleh paranormal tersebut. Kedatangan ular
tersebut seolah-olah menjadi bertanda baginya, bahwa akanada kebahagiaan yang akan
datang. Paranormal tersebut berpesan kepada Sasmita agar jika ular tersebut datang secara
91
tiba-tiba, maka pantang hukumnya bagi dirinya untuk mebunuh ular tersebut, karena jika
ular tersebut dibunuh maka akan ada mala petaka yang datang padanya. Setelah
mendengar ungkapan dari paranormal ini Sasmita lalu membiarkan ular tersebut ketika
datang secara tiba-tiba, ia tidak pernah mengusir, bahkan mebunuhnya, inilah wujud dari
ritual yang dilakukan Sasmita, ia meyakini bahwa jika sampai menentang hal tersebut
maka keberuntungan yang akan datang padanya berubah menjadi sebuah peataka. Benar
saja suatu ketika ular tersbut datang padanya dan di bunuh oleh securitydiperusahaan
tempatnya bekerja, lalu malam harinya terjadi kebakaran besar di sana yang
merugikannya.
“Nalika semana salah sawijining security sing njaga kantor mrangguli ula banyu ing
ngisor meja banjur dipateni lan dibuwang semprung ing pawuhan. Bengine
saperangan gedhung perusahaan kobongan. Ora ngerti saka ngendi asale
geni.“(Nono,2014:145)
Terjemahan :
“Ketika itu salah satu security yang menjaga kantor melihat ular banyu di bawah meja
lalu dibunuh dan dibuang di tempat sampah. Malamnya sebagian gedhung perusahaan
kebakaran.Tidak tahu dari mana api berasal.”
Dengan adanya kejadian tersebut Sasmita semakin lebih berhati-hati, ia juga berpesan
kepada siapa saja di perusahaan jika ular yang sama datang lagi ia berpesan untuk tidak
membunuhnya. Hal ini juga termasuk ritual yang dilakukan Samita berdasarkan mistik
kejawen yang ia yakini.
92
E. Realisasi Mistik Kejawen dalam lima cerkak karya Nono Warnono terhadap
kehidupan masyarakat Jawa.
Karya sastra adalah hasil pemikiran seorang pengarang yang dituangkan
melalui tulisan. Hasil pemikiran pengarang tersebut sedikit banyak diambil dari potret
kehidupan masyarakat. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh status pengarang sebagai
anggota masyarakat dari lingkungan di mana ia berada. Dengan begitu hubungan
antara masyrakat dengan karya sastra adalah masyarakat berperan sebagai pengaruh
dalam terciptanya sebuah karya sastra.
Begitu pula sebaliknya karya sastra sendiri memiliki pengaruh terhadap
kehidupan masyarakat, karena pengarang menciptakan sebuah karya sastra tidak
mungkin tanpa tujuan. Tujuan utama yang ingin diwujudkan tentunya berupa
pengaruh baik itu sendiri terhadap pembaca atau masyarakat. Pengaruh tersebut
terdapat pada apa yang tergambar pada karya sastra tersebut utamanya hal-hal positif
yang akan terekam dalam pemikiran masyarakat dan nantinya akan berusaha
diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Karya sastra sendiri memiliki dua fungsi yaitu fungsi estetik dan fungsi sosial.
Fungsi estetik berhubungan dengan nilai keindahan yang terkandung di dalam sebuah
karya, misalna dari sisi gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang. Fungsi sosial
berkaitan erat dengan masyarkat, utamanya pembaca. Fungsi sosial muncul ketika
sebuah karya sastra mempunyai makna dan nilai yang khas serta berbeda dengan yang
lainnya. Makna dan nilai tidak jauh dari unsur moral dalam kehidupan sosial.
Kelima cerkak karya Nono Warnono dalam ACMJP merupakan salah satu
bentuk karya sastra. Dilihat dari segi bahasa cerkak ini menggunakan bahasa Jawa
93
yang lazim dan wajar digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penggunaan
ragam bahasa ini tentunya mempermudah pembaca memahami fakta cerita, tema,
sarana-sarana sastra. Tema yang diangkat adalah mistik, utamanya mistik kejawen,
sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat Jawa. Selain tema, pembaca
juga dapat menarik kesimpulan terkait dengan amanat yang terdapat dalam karya
tersebut. Amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang memang tidak tersurat
secara jelas, namun dengan kejelasan pengarang menyampaikannya melalui alur
cerita pembaca dapat menyimpulkan sendiri amanat yang terdapat di dalam cerkak
ini. Dengan berbagai permasalahan yang ada maka cerkak ini juga mempunyai daya
nilai lebih dibanding karya sastra pada umumnya.
Masalah yang diangkat oleh pengarang dalam kelima cerkak dalam ACMJP
adalah pengalaman misteri yang dialami oleh para tokoh di dalam masing-masing
cerita cerkak. Dengan adanya pengalaman misteri tersebut membuktikan bahwa
keberadaan mistik kejawen dalam kehidupan masyarakat Jawa masih sangat tinggi.
Dalam mistiki kejawen berisi pula tentang bagaimana kita berinteraksi dengan sesame
makhluk ciptaan Tuhan di alam nyata maupun di alam ghaib. Interaksi yang
menimbulkan hubungan timbal balik, baik dan buruk sekalipun antara manusia dan
makhluk ghaib, hal ini juga dapat diartikan sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang
tealah meberikan kehidupan di dunia.
Dalam mistik kejawen juga memiliki nilai-nilai yang berlaku dan ditaati oleh
para pelaku mistik kejawen, nilai-nilai tersebut juga termasuk ke dalam nilai sosial
yang berwujud nilai adat atau biasa disebut dengan gugon tuhon. Dalam sebagian
besar masyarakat jawa sangat menjunjung tinggi nilai sosial yang berisi tentang
larangan dan perintah ini, masyarakat Jawa juga meyakini ada sanksi tersendiri jika
melanggar nilai ada yang berlaku ini.
94
Penggambaran waktu kelima cerkak karya Nono Warnono sebagai
penggambaran tahun 1998-2000 yang dimana pada masa itu masih sedikit adanya
modernisasi sehingga pemikiran masyarakat pada umumnya masih dapat dikatakan
bepemikiran kuna, akibatnya keyakinan terhadap hal-hal diluar kehidupan nyata
masih sangat kental adanya.
Nono Warnono sabagai pengarang kelima cerkak dalam ACMJP menyoroti
bahwa mistik kejawen yang terkandung di dalam kelima cerkaknya adalah adanya dua
sisi kehidupan yaitu realita kehidupan manusia dan kehidupan diluar manusia. Dalam
dua sisi kehidupan ini sebenarnya selalu berinteraksi adanya hubungan timbal balik
dari keduanya. Layaknya hubungan timbal balik sesama makhluk Tuhan pasti
terdapat komunikasi di dalamnya, komunikasi tersebut diwujudkan dengan adanya
kerjasama dari kedua sisi kehidupan tersebut. Nono dalam kelima cerkaknya juga
menyampaikan bahwa berbuat amal baik, saling tolong dilakukan tidak hanya dengan
sesama manusia saja, dengan makhluk ghaib pun kita mampu melakukannya, dan
mereka pun juga akan membalas kebaikan sebagaimana yang kita lakukan.
Mistik kejawen di dalam kelima cerkak karya Nono Warnono berhubungan
dengan kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya baik di dalam karya sastra itu
sendiri maupundalam kehidupan nyata. Dengan adanya mistik kejawen tersebut
masyarakat Jawa akan menambah kedekakatan dengan sesamanya sebagai penganut
atau pelaku mistik kejawen. Masyarakat Jawa selaku penganut mistik kejawen akan
senantiasa menjunjung tinggi nilai dan norma kejawen. Dalam gugon tuhon bahwa
sebuah pohon beringi atau orang Jawa menyebutnya ringin pasti memiliki penunggu
atau penguasa penganut kejawen menyebutnya sing mbaureksa, maka sekelompok
masyarakat yang menganut gugon tuhon tersebut akan senantiasa bekerjasama
menjaga sikap danperilaku saat berada di lingkungan pohon ringin tersebut,untuk
95
menjaga keamanan agar penunggu pohon tersebut tidak marah dan menimbulkan
mala petaka, di sinikerukunan yang terjalin mereka akan selalu mengingatkan satu
sama lain tentang pantangan yang harus selalu dijaga saat berada di lingkungan pohon
beringin tersebut.
top related