bab ii landasan teori a. penelitian yang relevanrepository.ump.ac.id/6234/3/moch. arifudin bab...
Post on 14-Nov-2020
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai penamaan ini bukanlah penelitian yang pertama. Banyak
penelitian lain yang membahas mengenai penamaan yang telah dilakukan oleh
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penulis akan mencantumkan
beberapa mahasiswa yang telah melakukan penelitian mengenai penamaan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang
sudah ada sebelumnya.
1. Kajian Semantik Penamaan Diri Pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar
Brebes, oleh Dian Setyarini, 2006.
Dalam mengkaji penelitiannya, penulis menggunakan teori makna, penamaan,
bahasa nama diri, dan bentuk-bentuk penamaan yang menyangkut pemilihan kata
untuk nama diri, arti nama diri, jumlah kata nama diri, dan susunan kata nama diri.
Data yang digunakan adalah nama dari para pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar
Brebes yang meliputi data lisan dan data tertulis. Sedangkan sumber datanya adalah
Pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes. Metode penyediaan data yang
digunakan adalah metode wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul,
kemudian data dianalisis menggunakan metode padan dan teori yang sudah ada.
Dengan demikian, berdasarkan analisis “Kajian Semantik Penamaan Diri
Pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes”, dapat disimpulkan bahwa penelitian
yang sekarang mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah pada
penggunaan teori makna dan penamaan, Metode penyediaan data yang digunakan
5
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
6
adalah metode wawancara. Kemudian metode analisis data menggunakan metode
padan. Perbedaan antara penelitian yang dulu dengan yang sekarang adalah pada
teori, penelitian sebelumnya menggunakan teori nama diri, sedangkan pada data dan
sumber data juga banyak ditemukan perbedaan. Penelitian sebelumnya menggunakan
data nama-nama pedagang yang ada di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes dimana
sumber datanya adalah para pedagang yang ada di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes,
sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan nama-nama kendaraan dan suku
cadang yang digunakan di Lingkungan Kacamatan Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa
Tengah. Sumber data di peroleh dari para montir dan penyalur kendaraan bermotor
yang ada di lingkungan Kecamatan Moga.
2. Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos Di
Purwokerto, Oleh Emi Herowati, 2005.
Teori yang digunakan dalam menganalisis skripsi yang berjudul Makna
Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos Di Purwokerto, Oleh Emi
Herowati adalah mengenai makna, jenis makna yang meliputi makna sempit, makna
meluas, makna kognitif, makna konotatif, makna emotif, makna konstruksi, makna
leksikal, makna gramatikal, makna ideasional, makna proposisi, makna pusat, makna
piktorial, makna idiomatik, makna peribahasa, makna denotatif, makna
konseptual,makna asosiatif, dan makna kiasan. Selain itu juga penelitian tersebut
menggunakan teori penamaan seperti peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan
sifat dan ciri khusus, penemu dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, bentuk
kependekan, penamaan baru, dan bentuk yang diplesetkan. Data yang digunakan
adalah nama mahasiswa yang berada di kota Purwokerto, yaitu di Kelurahan
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
7
Dukuhwaluh, Karangalam, Karangwangkal, dan Kelurahan Grendeng. Sumber
datanya adalah mahasiswa kos atau tempat kos di Kelurahan Dukuhwaluh,
Karangsalam, Karangwangkal, dan Grendeng. Dalam mengumpulkan data
menggunakan teknik wawancara, teknik simak dan teknik catat. Data kemudian
dianalisis menggunakan metode padan kemudian disajikan dalam pemaparan hasil
menggunakan metode penyajian informal.
Dengan demikian, berdasarkan analisis “Makna Referensial Pemakaian Nama
Panggilan Mahasiswa Kos Di Purwokerto”, Oleh Emi Herowati dapat disimpulkan
bahwa penelitian yang sekarang mempunyai persamaan dan perbedaan.
Persamaannya adalah pada penggunaan teori makna dan Penamaan, Metode
penyediaan data yang digunakan adalah metode wawancara, simak dan catat.
Kemudian metode analisis data menggunakan metode padan. Perbedaan antara
penelitian yang dulu dengan yang sekarang adalah pada teori, penelitian sebelumnya
pada data dan sumber data juga banyak ditemukan perbedaan. Penelitian sebelumnya
menggunakan data nama-nama panggilan mahasiswa kos di Purwokerto dimana
sumber datanya adalah mahasiswa kos di Kelurahan Dukuhwaluh, Karangsalam,
Karangwangkal, dan Grendeng. Sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan
nama-nama kendaraan dan suku cadang yang digunakan di Lingkungan Kacamatan
Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Sumber data di peroleh dari para montir
dan penyalur kendaraan bermotor yang ada di lingkungan Kecamatan Moga.
3. Analisis Semantik Penamaan Tempat Pemberhentian Bus Mini Jurusan
Magelang Yogyakarta, Oleh Rurun Kuntarti, 2006.
Teori yang digunakan dalam menganalisis skripsi yang berjudul “Analisis
Semantik Penamaan Tempat Pemberhentian Bus Mini Jurusan Magelang
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
8
Yogyakarta,” adalah mengenai penamaan dan jenisnya yang terdiri dari (1)
berdasarkan peniruan bunyi, (2) berdasarkan parsprototo. (3) berdasarkan totem pro
parte, (4) berdasarkan penyebutan sifat khas, (5) berdasarkan penemu dan pembuat,
(6) berdasarkan tempat asal, (7) berdasarkan bahan, (8) berdasarkan keserupaan, (9)
berdasarkan singkatan atau akronim, dan (10) berdasarkan penggalan. Penulis juga
menggunakan teori jenis makna seperti (1) makna leksikal, (2) makna gramatikal, (3)
makna sempit, (4) makna meluas, (5) makna kognitif, (6) makna kontatif, (7) makna
denotatif, (8) makna emotif, (9) makna referensial, (10) makna konstruksi, (11)makna
indensional, (12) makna preposisi, (13) makna pusat, (14) makna piktorial, (15)
makna idiomatik, (16) makna konseptual, dan (17) makna kiasan. Data yang
digunakan adalah nama-nama tempat pemberhentian bus mini jurusan Magelang-
Yogyakarta, berupa data yang diucapkan oleh kernet maupun sopir serta penumpang
atau warga yang menjadi informan. Pada tahap pengumpulan data, penulis
menggunakan metode simak, kemudian dianalisis menggunakan metode padan yang
selanjutnya diterapkan menggunakan teori yang sudah ada.
Dengan demikian, berdasarkan analisis “Analisis Semantik Penamaan Tempat
Pemberhentian Bus Mini Jurusan Magelang Yogyakarta,”, dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang sekarang mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya
adalah pada penggunaan teori Makna dan Penamaan, Metode penyediaan data yang
digunakan adalah metode simak. Kemudian metode analisis data menggunakan
metode padan. Perbedaan antara penelitian yang dulu dengan yang sekarang adalah
pada teori, penelitian sebelumnya pada data dan sumber data juga banyak ditemukan
perbedaan. Penelitian sebelumnya menggunakan data nama-nama tempat
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
9
pemberhentian bus mini jurusan Magelang-Yogyakarta, berupa data yang diucapkan
oleh kernet maupun sopir serta penumpang atau warga yang menjadi informan atau
sumber data. Sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan nama-nama
kendaraan dan suku cadang yang digunakan di Lingkungan Kacamatan Moga,
Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Sumber data di peroleh dari para montir dan
penyalur kendaraan bermotor yang ada di lingkungan Kecamatan Moga.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Bahasa dan Fungsi Bahasa
a. Pengertian Bahasa
Kridalaksana (1994: 32) mengungkapkan pengertian bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Wibowo juga
(2001:3), berpendapat bahwa bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang
dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan
perasaan dan pikiran.
Selain pendapat dari para ahli, penulis juga mengambil sumber lain sebagai
referen tambahan yang bersumber dari website yaitu Wikipedia (2005). Dalam
Wikipedia disebutkan bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan
manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan atau
kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Setelah memahami pengertian-
pengertian yang telah disebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem
simbol bunyi atau lambang bunyi yang arbitrer dan konvensinal yang dipakai sebagai
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
10
alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran
sebagai perwujudan budaya, baik lewat lisan, tulisan atau kemauan kepada lawan
bicaranya atau orang lain.
Setiap ilmu pengetahuan lazim dibagi atas bidang-bidang bawahan atau
cabang. Misalnya, ilmu kimia dibagi atas kimia organik dan kimia anorganik, ilmu
psikologi dibagi atas psikologi klinis dengan psikologi sosial. Hal tersebut
dikarenakan oleh luasnya bahan ilmu pengetahuan, dan demi alasan praktis para ahli
suka untuk membagi ilmunya menjadi berbagai bidang bawahan atau cabang. Sama
halnya dengan ilmu bahasa, pada dasarnya ilmu bahasa dibagi atas lima macam yaitu
fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam penelitian kali ini
penulis membatasi pada semantik.
b. Fungsi Bahasa
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan
berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai (1) alat untuk mengekspresikan diri,
(2) sebagai alat untuk berkomunikasi, (3) sebagai alat untuk mengadakan integrasi
dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan (4) sebagai alat
untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3). Sedangkan Goffrey (1997: 74)
menjelaskan bahwa bahasa paling sedikit memiliki lima fungsi di dalam masyarakat:
(1) membawa informasi (informasional), (2) mengungkapkan perasaan atau sikap
penutur (ekspresif), (3) mengarahkan atau mempengaruhi perilaku (direktif), (4)
menciptakan efek artistik (estetik), (5) memelihara ikatan sosial (phatik).
Warga Masyarakat Pemalang, khususnya di Kecamatan Moga seringkali
menyebut dan menamai kendaraan, baik kendaraan sepeda motor, mobil penumpang,
mobil barang, dan suku cadang dengan nama yang baru dan tidak sesuai dengan nama
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
11
yang telah diberikan oleh pabrik, tentunya di balik semua itu terdapat satu maksud
dan tujuan tertentu. Hal tersebut sangat sesuai dengan fungsi bahasa yang disebutkan
oleh para ahli bahasa; yaitu:
1) sebagai alat untuk berkomunikasi. Kaitannya dengan penamaan adalah bahwa
pembentukan penamaan baru pada kendaraan dan suku cadang di daerah Moga
membawa informasi bagi penuturnya, bahwa ujaran yang disampaikan oleh
masyarakat mempunyai makna dan maksud tertentu. Yaitu tentang nama-nama
kendaraan dan suku cadang yang digunakan oleh masyarakat akan membentuk
satu komunikasi yang sudah disepakati sebelumnya;
2) alat untuk mengekspresikan diri, yaitu dapat dipakai untuk mengungkapkan
perasaan dan sikap penuturnya. Pembentukan penamaan yang baru dan berbeda
dengan pabrik pada nama kendaraan dan suku cadang yang kemudian
ekspresikan dengan benda yang lain merupakan salah satu contoh fungsi bahasa
sebagai alat untuk mengekspresikan diri;
3) sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan
atau situasi tertentu atau memelihara ikatan sosial, yaitu, fungsi untuk menjaga
hubungan sosial secara baik. Penamaan kendaraan beserta suku cadangnya yang
diberikan oleh pabrik ternyata tidak dapat diterima dengan mudah oleh
masyarakat Moga, sehingga terjadi kesulitan komunikasi, akhirnya masyarakat
membentuk atau memberikan istilah lain untuk menamai kendaraan dan suku
cadang dengan tujuan untuk menjaga agar garis komunikasi tetap terbuka.
2. Semantik: Pengertian, Jenis, dan Penamaan
a. Pengertian Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari
bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti „tanda atau lambang‟. Kata kerjanya
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
12
adalah semaino yang berarti „menandai‟ atau „melambangkan‟. Verhaar (1999: 13)
mendefinisikan pengertian semantik bahwa semantik adalah cabang linguistik yang
membahas arti atau makna. Subroto (2011: 1) juga menyebutkan bahwa semantik
adalah salah satu bidang kajian atau cabang linguistik yang mengkaji arti bahasa atau
arti linguistik (lingual meaning atau linguistic meaning) secara ilmiah. Setelah
melihat pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semantik merupakan
cabang linguistik yang membahas atau mengkaji mengenai makna secara ilmiah.
b. Jenis-Jenis Semantik
Subroto (2011: 31), menyatakan bahwa jenis-jenis semantik dapat dibagi
menjadi dua, yaitu semantik leksikal dan gramatikal, semantik leksikal berkaitan
dengan arti leksikal. Arti leksikal adalah arti yang terkandung dalam kata-kata sebuah
bahasa yang lebih kurang bersifat tetap. Sedangkan semantik gramatikal berkaitan
dengan arti struktural atau arti yang timbul karena relasi satuan gramatikal baik dalam
konstruksi morfologi, frase, klausa/kalimat. Data penelitian ini adalah nama-nama
kendaraan dan suku cadang yang diambil di Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang,
Jawa Tengah. Nama-nama dari kendaraan dan suku cadangnya secara keseluruhan
berupa kata. Jadi dalam penelitian ini menggunakan semantik leksikal.
c. Penamaan
Djajasudarma (2009: 35) mengungkapkan bahwa unsur semantik dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu menyangkut (1) tanda dan lambang, (2) makna leksikal dan
hubungan referensial, (3) penamaan. Dalam hal ini akan dibatasi pada hal penamaan.
Menurut Chaer (2009: 43), penamaan adalah buah proses pelambangan suatu konsep
untuk mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa. Chaer (2009: 44)
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
13
juga mengungkapkan mengenai peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya sistem
penamaan yang meliputi: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan
sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8)
pemendekan, dan (9) penamaan baru.
Penelitian ini membatasi teori peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya
sistem penamaan hanya enam, yaitu: (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3)
penyebutan sifat khas, (4) tempat asal, (5) bahan, (6) pemendekan, (7), keserupaan,
dan (8) penamaan baru. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikam dengan data yang
hendak dianalisis, yaitu mengenai nama kendaraan dan suku cadang di Kecamatan
Moga, Kabupaten Pemalang. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan penjelasannya
sebagai berikut.
1) Peniruan Bunyi
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil
peniruan bunyi, maksudnya, nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk
berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda
tersebut. Misalnya kata knalpot, pada kendaraan sepeda motor terdapat dua jenis
knalpot, yaitu knalpot standar dan knalpot dor. Dikatakan knalpot dor karena
suaranya yang terkesan seperti bunyi “dor”.
2) Penyebutan Bagian
Penyebutan bagian merupakan penyebutan bagian dari suatu benda atau hal,
akan tetapi menyangkut keseluruhannya. Maksudnya, bagian suatu benda atau hal,
bisa dari tubuh yang disebutkan mempunyai arti secara keseluruhan dari benda
tersebut. Misalnyakata ekor yang menyebutkan bagian keseluruhan daripada suatu
bagian keseluruhan dari tubuh suatu hewan, padahal ekor merupakan bagian dari
tubuh binatang yang paling belakang.
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
14
3) Penyebutan Sifat Khas
Penyebutan sifat khas merupakan penamaan suatu benda berdasarkan sifat
yang khas dari benda itu. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam
peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan kata sifat
menjadi kata benda. Akibatnya terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang
disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat
menonjol itu; sehingga, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya. Contoh
orang yang sangat kikir disebut si kikir atau si bakhil.
4) Tempat Asal
Sejumlah benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda tersebut.
maksudnya bahwa suatu benda memperoleh sebutan atau nama berdasarkan atas
tempat benda tersebut pertama kali ditemukan atau berasal. Misalnya kata magnet
berasal dari nama tempat Magnesia. Contoh lain yang sering kali kita dengar adalah
pada kata kenari. Kenari merupakan nama jenis burung yang berasal dari Pulau
Kenari di Afrika.
5) Bahan
Sejumlah benda dapat ditelusuri berdasarkan bahan dasar dari benda tersebut.
maksudnya bahwa suatu benda memperoleh sebutan atau nama berdasarkan atas
bahan pokok yang ada dari benda itu. Misalnya, kata kaca adalah bahan. Barang-
barang lain yang dibuat dari kaca disebut juga kaca seperti kaca mata, kaca jendela,
kaca spion, dan kaca mobil. Contoh lain adalah karet. Barang-barang lain yang dibuat
dari karet disebut juga karet seperti karet kopling, karet gear dsb.
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
15
6) Keserupaan
Kata digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau
diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu. Misalnya kata raja pada frasa
raja jalanan. Raja adalah orang yang paling berkuasa atau paling tinggi
kedudukannya di sebuah negara kerajaan. Oleh karena itu, raja jalanan dapat
diartikan sebagai „orang yang paling cepat dan berani dalam hal berkendara di
jalanan.‟ Contoh lain adalah kata kaki pada frase kaki meja dan kaki kursi yang ciri-
cirinya sama-sama berada dibawah.
7) Pemendekan
Pemendekan merupakan pembentukan sebuah nama akibat dari penggabungan
unsur-unsur awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu.
Misalnya adalah kata rudal untuk peluru kendali, iptek untuk ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan tipikor untuk tindak pidana korupsi. Kata-kata yang terbentuk sebagai
hasil penyingkatan ini lazim disebut akronim. Kata-kata yang berupa berupa akronim
ini didapati hampir dalam semua bidang kegiatan, termasuk dalam hal penamaan
kendaraan bermotor.
8) Penamaan Baru
Penamaan baru disebabkan karena ada kata-kata yang kurang tepat sehingga
digantikan dengan kata baru. misalnya kata suku cadang untuk menggantikan kata
onderdil. Penggantian kata-kata baru atau sebutan baru bisa disebabkan karena
masyarakat menganggap kurang tepat, tidak rasional, tidak halus, atau kurang ilmiah
sehingga masyarakat memilih untuk mengganti kata yang baru karena alasan-alasan
itu.
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
16
3. Makna: Pengertian, Jenis, dan Perubahan Makna
a. Pengertian Makna
Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai
konsep dalam bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistik. Ada tiga hal yang
dicobajelaskan oleh para filusuf dan para linguis sehubungan dengan usaha
menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu, yakni (1) menjelaskan makna kata secara
alamiah, (2) mendeskripsikan kalimat secara alamiah, dan (3) menjelaskan makna
dalam proses komunikasi. (Kempson dalam Pateda 2010: 79).
Verhaar (1992: 127) mengungkapkan bahwa makna adalah sesuatu yang
berada di dalam ujaran itu sendiri, atau makna adalah gejala-gejala ujaran (utterance-
internal phenomenon, Inggrisnya). Ogden dan Richard dalam Pateda (2010: 82) juga
menyimpulkan bahwa makna adalah: (1) konotasi kata, (2) suatu aktivitas yang
diproyeksikan ke dalam objek, (3) sesuatu yang secara aktual dihubungkan dengan
suatu lambang oleh hubungan yang telah dipilih. Dengan demikian makna adalah
gejala-gejala ujaran yang diproyeksikan ke dalam objek yang secara aktual
dihubungkan dengan suatu lambang oleh hubungan yang telah dipilih dalam proses
komunikasi.
b. Jenis Makna
Pateda (2010: 96), mengungkapkan bahwa jenis makna meliputi: (1) makna
afektif, (2) makna denotatif, (3) makna deskriptif, (4) makna ekstensi, (5) makna
emotif, (6) makna gereflekter, (7) makna gramatikal, (8) makna idesional, (9) makna
intensi, (10) makna khusus, (11) makna kiasan, (12) makna kognitif, (13) makna
kolokasi, (14) makna konotatif, (15) makna konseptual, (16) makna konstruksi, (17)
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
17
makna kontekstual, (18) makna leksikal, (19) makna lokusi, (20) makna luas, (21)
makna piktorial, (22) makna proposisional, (23) makna pusat, (24) makna referensial,
(25) makna stilistika, (26) makna tekstual, (27) makna tematis, (28) makna umum,
dan (29) makna sempit. Sedangkan Djajasudarma (2009: 8) mengungkapkan bahwa
jenis makna meliputi: (1) makna sempit, (2) makna luas, (3) makna kognitif, (4)
makna konotatif dan emotif, (5) makna referensial, (6) makna konstruksi, (7) makna
leksikal dan makna gramatikal, (8) makna idesional, (9) makna proposisi, (10) makna
pusat, (11) makna piktorial, dan (12) makna idiomatik.
Penelitian ini membatasi teori jenis makna hanya tujuh, yaitu: (1) makna
umum, (2) makna kognitif, (3) makna konotatif, (4) makna emotif, (5) makna
referensial, (6) makna khusus, dan (7) makna sempit. Hal ini dikarenakan untuk
menyesuaikam dengan data yang hendak dianalisis, yaitu mengenai nama kendaraan
beserta suku cadangnya di Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang. Untuk lebih
jelasnya akan diuraikan penjelasannya sebagai berikut.
1) Makna Umum
Makna umum (general meaning) adalah makna yang menyangkut keseluruhan
atau semuanya, tidak menyangkut yang khusus atau tertentu. Makna unun dapat juga
dikatakan makna luas, makna yang luas pengertiannya. Makna umum bisa digunakan
untuk menyatakan gagasan atau ide yang lebih khusus. Misalnya kata kendaraan
dengan kata motor. Kata kendaraan dikatakan sebabagai makna umum karena masih
ada makna khususnya yaitu motor.
2) Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara
konsep dengan dunia kenyataan yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
18
bahasa, objek, atau gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya.
Sebagai contoh adalah apabila seseorang mengatakan pohon maka yang ada dalam
pikiran mereka adalah tumbuhan yang memiliki batang dan daun dengan bentuk
tinggi, besar, dan kokoh.
3) Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah
beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Biasanya makna
konotatif sangat berhubungan dengan nilai rasa pemakai bahasa. contohnya adalah
kata buaya yang biasanya dijadikan lambang kejahatan. Padahal binatang buaya itu
sendiri tidak tahu menahu kalau dunia manusia Indonesia menjadikan mereka
lambang yang tidak baik.
4) Makna Emotif
Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau
sikap pembicara mengenai/terhadap apa yang diperkirakan atau dirasakan. Misalkan
kata kerbau dalam kalimat “engkau kerbau”. Kata itu tentunya menimbulkan perasaan
tidak enak bagi pendengarnya, dengan kata lain kerbau tersebut dihubungkan dengan
sikap atau perilaku malas, lamban, dan dianggap sebagai penghinaan. Orang yang
dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak
nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan
kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan.
5) Makna Referensial
Menurut Chaer (2007: 291) sebuah kata atau leksem disebut bermakna
referensial kalau ada referensnya, atau acuannya. Sedangkan menurut Pateda (2010:
125) makna referensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
19
ditunjuk oleh kata. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses
atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna
referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu,
baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses Jadi makna referensial adalah
makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata.
6) Makna Khusus
Makna khusus adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas
pada bidang tertentu. Sebagai misal adalah kata operasi. Bagi dokter kata operasi
berarti „upaya menyelamatkan nyawa orang dengan jalan mengoperasi sebagian
anggota tubuh pasien‟. Bagi kepolisian, kata operasi artinya „menertibkan warga
masyarakat dengan cara terjun kemasyarakat‟. Jadi makna khusus adalah makna yang
pemakaiannya terbatas hanya pada bidang tertentu saja.
7) Makna Sempit
Makna sempit berbeda dengan makna luas. Makna sempit (specialized
meaning) merupakan makna yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran.
Maksudnya makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang
diperkirakan. Misalnya kata kendaraan, untuk mempersempit maknanya harus
ditambah kata sebagai pembatas yaitu menjadi kendaraan umum, kendaraan roda dua,
kendaraan roda empat dsb.
c. Perubahan Makna
1) Jenis-Jenis Perubahan Makna
Pateda (2010: 168) mengungkapkan bahwa jenis perubahan makna dibagi atas
(a) perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia, (b), perubahan makna
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
20
akibat perubahan lingkungan, (c) perubahan makna akibat pertukaran indra, (d)
perubahan makna akibat gabungan leksem atau kata, (e) perubahan makna akibat
tanggapan pemakai bahasa, (f) perubahan makna akibat asosiasi, (g) perubahan
makna akibat perubahan bentuk, (h) perluasan makna, (i) melemahkan makna, (j)
kekaburan makna, (k) lambang tetap, acuan berubah, dan (l) makna tetap, lambang
berubah. Sedangkan Djajasudarma (2009: 79), mengungkap bahwa ada enam jenis
perubahan makna, yaitu: (a) perubahan makna dari bahasa Daerah ke dalam bahasa
Indonesia, (b), perubahan makna akibat lingkungan, (c) perubahan makna akibat
pertukaran tanggapan indera, (d) perubahan makna akibat gabungan kata, (e)
perubahan makna akibat tanggapan pemakai bahasa, dan (f) perubahan makna akibat
asosiasi.
Penelitian ini membatasi teori jenis perubahan makna hanya sembilan, yaitu:
(a) perubahan makna dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia, (b), perubahan
makna akibat lingkungan, (c) perubahan makna akibat pertukaran tanggapan indera,
(d) perubahan makna akibat gabungan kata, (e) perubahan makna akibat tanggapan
pemakai bahasa, (f) perubahan makna akibat asosiasi, (g) perubahan makna akibat
perubahan bentuk, (h) perluasan makna, dan (i) melemahkan makna. Hal ini
dikarenakan untuk menyesuaikam dengan data yang hendak dianalisis yaitu mengenai
nama kendaraan dan suku cadang di Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang. Jenis
perubahan makna tersebut agar lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut.
a) Perubahan Makna dari Bahasa Daerah ke Bahasa Indonesia
Kosakata bahasa daerah tertentu yang masuk ke dalam bahasa Indonesia
dirasakan tidak layak diucapkan bagi daerahnya, tetapi di dalam bahasa maknanya
menjadi layak dan dipakai oleh masyarakat bahasa Indonesia yang berasal dari
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
21
bahasa daerah lain. (Djajasudarma, 2009: 79). Jadi, yang dimaksud di sini adalah kata
yang diserap dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia. Di dalam bahasa daerah,
kata tersebut dirasa tidak layak diucapkan, akan tetapi jika dipakai dalam bahasa
Indonesia kata tersebut dirasa layak untuk dipakai. Misalnya kata tele. Kata tele bagi
masyarakat Gorontalo berarti alat kelamin perempuan; di dalam, bahasa Indonesia
terdapat atau dipakai kata bertele-tele (Chaer, 2010: 169)
b) Perubahan Makna Akibat Perubahan Lingkungan
Pateda (2010: 171) berpendapat bahwa lingkungan masyarakat dapat
menyebabkan perubahan makna. Bahasa atau kata yang dipakai pada lingkungan
masyarakat tertentu belum tentu sama maknanya dengan kata yang dipakai di
lingkungan lain. Misalnya kata podium, bagi para pembalap berarti „mendapatkan
peringkat juara‟, akan tetapi jika didalam lingkungan tertentu podium berarti „tempat
yang disediakan untuk berpidato‟.
c) Perubahan Makna Akibat Pertukaran Tanggapan Indra
Perubahan makna akibat pertukaran indra, disebut juga sinestesi (kata
Yunani: sun = sama dan aesthetikos = tampak). Pertukaran indra dimaksud, misalnya
indra pendengaran dengan indra pengelihatan, indra perasa ke indra pengelihatan.
(Pateda 2010: 174). Misalnya kata manis yang berhubungan dengan indra perasa,
akan tetapi kalau orang mengatakan “Mobil itu manis” maka hal itu berhubungan
dengan indera pengelihatan.
d) Perubahan Makna Akibat Gabungan Leksem atau Kata
Menurut Djajasudarma (2009: 82), perubahan makna dapat terjadi
akibatgabungan kata. Perubahan makna akibat gabungan kata merupakan kata atau
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
22
leksem yang digabungkan yang maknanya akan berubah. Misalnya dari kata surat
(kata umum): (1) kertas yang bertulis; (2) secarik kertas sebagai tanda atau
keterangan; (3) tulisan, dapat bergabung dengan kata lain dan maknanya berbeda,
seperti pada surat jalan, surat perintah, surat keterangan dan surat kaleng. Contoh
lain adalah pada paduan leksem turun mesin, leksem turun mempunyai arti „bergerak
ke arah yang lebih rendah‟, dan karena telah digabungkan dengan mesin sehingga
menjadi turun mesin, maka maknanya menjadi menurunkan mesin untuk diperbaiki
bagian-bagiannya yang rusak.
e) Perubahan Makna Akibat Tanggapan Pemakai Bahasa
Pateda mengungkapkan (2010: 176) makna kata kadang-kadang berubah
akibat tanggapan pemakaian bahasa. Perubahan makna ini menjurus kepada hal-hal
yang menyenangkan amelioratif atau ke hal-hal yang tidak menyenangkan peioratif.
Kata cuci tangan, dahulu dihubungkan dengan kegiatan cuci tangan setelah bekerja
atau makan. Sekarang kata tersebut dihubungkan dengan makna tidak bertanggung
jawab di dalam suatu persoalan atau tidak mau ikut campur karena kegiatannya
membahayakan diri sendiri.
f) Perubahan Makna Akibat Asosiasi
Slametmuljana dalam Pateda (2010: 178) menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan asosiasi adalah hubungan antara makna asli, makna di dalam lingkungan
tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan dengan makna yang baru; yakni
makna di dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa.
Makna asosiasi dapat dihubungkan dengan waktu atau peristiwa. Contoh tanggal 17
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
23
Agustus adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Namun, kadang-kadang kita
berkata, “Mari kita bertujuh belasan di Bandung.” Di sini yang dimaksud bukan
peristiwanya, tetapi bergembira, merayakan peristiwa tersebut.
g) Perubahan Makna Akibat Perubahan Bentuk
Perubahan bentuk suatu kata atau leksem dapat menyebabkan perubahan
makna, misalnya kata lompat. Dari leksem lompat dapat diturunkan kata:
berlompatan, berlompat-lompat, melompat, pelompat, terlompat. Bentuk kata
berlompatan tidak sama dengan bentuk kata melompat. Akibat perubahan bentuk
terjadi perubahan makna (Pateda, 2010: 183). Contoh lain adalah pada kata
pukulsetelah mengalami proses afiksasi akan berubah menjadi memukul, pemukulan,
dan terpukul. Contoh kalimatnya “tiba-tiba ia memukul lenganku”, pada kata
memukul bermakna mengenakan benda yang keras dengan kekuatan. Pada kata
pemukulan bermakna proses.
h) Perluasan Makna
Contoh kata kunci yang biasanya dihubungkan dengan alat untuk mengunci
rumah, peti. Kini muncul urutan kata jurukunci, kunci perdamaian, kunci
keberhasilan. Urutan kata mengunci rumah mengacu kepada kegiatan menutup dan
membuka rumah dengan kunci. Kunci keberhasilan mengacu kepada kegiatan utama,
kegiatan membuka agar kita berhasil didalam suatu usaha. Tampak di sini hubungan
maknanya tetap ada, meskipun makna kata kunci telah meluas (Pateda, 2010: 187).
i) Melemahkan Makna
Pateda (2010: 193) mengungkapkan bahwa melemahkan makna disebabkan
oleh beberapa hal yaitu (a) pertimbangan psikologis, maksudnya agar orang tidak
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
24
tersinggung perasaannya; (b) pertimbangan secara politis, maksudnya agar
masyarakat tidak terganggu ketenteramannya; (c) pertimbangan sosiologis,
maksudnya agar masyarakat tidak resah; (d) pertimbangan religius, maksudnya agar
orang tidak tertekan imannya; dan (e) pertimbangan kemanusiaan, manusia
mempunyai hak asasi manusia. Misalnya kata pelayan toko dilemahkan dengan kata
pramuniaga (Pateda, 2010:193).
2) Faktor-Faktor Perubahan Makna
Bahasa berkembang berkembang terus sesuai dengan perkembangan
pemikiran pemakai bahasa. Pemakaian bahasa juga diwujudkan di dalam bentuk kata-
kata dan kalimat. Manusialah yang menggunakan kata dan kalimat itu dan manusia
pula yang menambahkan kosakata yang sesuai dengan kebutuhannya. (Pateda: 2010:
158). Dengan demikian, perubahan bahasa dalam lingkungan masyarakat dapat
terjadi, dan banyak faktor yang dapat menyebabkan perubahan makna kata atau
kalimat.
Djajasudarma (2009: 76), mengungkapkan bahwa perubahan makna terjadi
sebagai akibat (a) faktor kebahasaan, (b) faktor kesejarahan, (c) faktor sosial, (d)
faktor psikologis, (e) pengaruh bahasa asing, dan (f) kebutuhan akan kata-kata baru.
Ullmann dalam Pateda (2010: 163) menyebutkan beberapa hal sebagai penyebabnya
yaitu, (a) faktor kebahasaan, (b) faktor kesejarahan, (c) faktor sosial, (d) faktor
psikologis, (e) pengaruh bahasa asing, (f) karena kebutuhan kata yang baru. Penelitian
ini menggunakan enam perubahan makna, yakni terjadi sebagai akibat (a) faktor
kebahasaan, (b) faktor kesejarahan, (c) faktor sosial, (d) faktor psikologis, (e)
pengaruh bahasa asing, dan (f) kebutuhan akan kata-kata baru.
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
25
a) Faktor Kebahasaan
Pateda (2010: 163) mengungkapkan perubahan makna karena kebahasaan
berhubungan dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis.misalnya kata sahaya yang
semula bermakna hamba, abdi, budak, akan tetapi karena berubah menjadi saya
(gejala sinkope atau penghilangan fonem ditengah kata) artinya berubah menjadi
orang pertama yang hormat. Kata sah yang berarti berlaku atau diakui kebenarannya
oleh pihak resmi sering dihafalkan dan ditulis syah (gejala hiperkorek) padahal syah
berarti raja.
b) Faktor Kesejarahan
Mengenai faktor kesejarahan, Pateda (2010: 164) dan Djajasudarma (2009:
76) mengungkapkan bahwa faktor kesejarahan atau historis adalah hal-hal yang
berhubungan dengan faktor kesejarahan yang dapat diuraikan atas; objek, institusi,
ide, dan konsep ilmiah. Hal yang berhubungan dengan objek, misalnya kata wanita
yang sebenarnya dari kata bertina. Kata betina selalu dihubungkan dengan hewan,
misalnya ayam betina. Kata betina dalam perkembangannya menjadi batina, lalu
fenem /b/ berubah menjadi /w/ menjadi wanita. Hal yang berhubungan dengan
institusi, misalnya dalam Bahasa Indonesia terdapat kata rukun, seperti dalam urutan
kata Rukun Tetangga dan Rukun Warga. Dahulu kata tersebut dihubungkan dengan
kerukunan antar warga, baik antara tetangga dengan tetangga maupun warga dengan
warga selingkuhan dalam satu desa. Kini pengertian tersebut sudah menjadi institusi
resmi, maknanya bukan lagi mengenai soal kerukunan, tetapi sudah lebih luas dari
itu.
Hal yang berhubungan dengan ide, misalnya kata simposium. Dahulu kata
simposium idenya untuk bergembira, yakni duduk-duduk di restoran sambil minum,
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
26
makan roti, dan berdansa. Kini ide itu berubah, yakni menjadi pertemuan ilmiah
untuk membicarakan sesuatu dalam disiplin ilmu tertentu yang dibahas dari berbagai
segi. Hal yang berhubungan dengan konsep ilmiah, misalnya makna kata volt. Dahulu
kata volt dikaitkan dengan nama penemunya, yaitu Allessandri Voltas. Kini makna
tersebut lebih ditekankan kepada satuan potensial listrik yang diperlukan untuk
mengalirkan satu ampere listrik melalui satu ohm.
c) Faktor Sosial
Perubahan yang disebabkan oleh faktor sosial dihubungkan dengan
perkembangan makna kata dalam masyarakat. Misalnya kata gerombolan yang pada
mulanya bermakna orang yang berkumpul, tetapi kini kata itu tidak disukai lagi sebab
selalu dihubungkan dengan pemberontak atau pengacau Pateda (2010: 165).
Sedangkan menurut Parera (2004: 112), dua gejala yang perlu dicatat dalam
hubungan dengan pengaruh sosial terhadap pergeseran dan perubahan makna, ialah
generalisasi dan spesifikasi.
Generalisasi muncul berdasarkan pengalaman masyarakat ketika mereka
hendak mengidentifikasi yang berlaku di mana saja dan kapan saja. Misal kata virus
yang hanya berhubungan dengan penyakit, sekarang menjadi kata umum untuk
mengartikan semua yang menganggu dan menghambat kelancaran pengerjaan
sesuatu, misalnya virus komputer, dan virus masyarakat. Spesifikasi makna dilakukan
masyarakat berdasarkan pengalaman awal pemakai bahasa.
d) Faktor Psikologis
Menurut Pateda (2010: 165) perubahan makna karena faktor psikologis bisa
berhubungan dengan emosi dan lainnya, misalnya penggunaan kata bangsat. Dahulu
kata tersebut mempunyai makna binatang kecil yang biasa hidup di sela-sela anyaman
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
27
rotan yang suka menggigit. Kini didalam lingkungan masyarakat kata tersebut
berubah makna menjadi manusia yang malas yang kelakuannya dan suka
menyakitkan hati.
e) Pengaruh Bahasa Asing
Pateda (2010: 165) mengungkapkan bahwa perubahan bahasa yang satu
terhadap bahasa yang lain tidak dapat dihindari, hal tersebut terjadi karena adanya
interaksi antar bangsa. Perubahan makna karena pengaruh bahasa asing, misalnya
kata keran yang pada awalnya berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata crunk yang
kemudian dalam bahasa Indonesia bermakna keran, pancuran air ledeng yang dapat
dibuka dan ditutup.
f) Karena Kebutuhan Kata Baru
Perubahan makna karena faktor kebutuhan terhadap kata baru merupakan
manusia berhadapan dengan ketiadaan kata atau istilah baru yang mendukung
pemikirannya. Kebutuhan tersebut bukan saja kata atau istilah tersebut belum ada,
tetapi juga orang merasa bahwa perlu untuk menciptakan kata atau istilah baru untuk
suatu konsep hasil penemuan manusia. Misalnya, karena bangsa Indonesia merasa
kurang enak menggunakan kata saudara, kemudian diganti menggunakan kata anda
Pateda (2010: 167). Kebutuhan akan kata baru sebagai akibat perkembangan pikiran
manusia. kebutuhan tersebut bukan saja kata atau istilah itu belum ada, tetapi orang
merasa perlu menciptakan istilah baru untuk suatu konsep. (Djajasudarma: 2009: 78).
4. Relasi Makna
Relasi makna berkaitan dengan relasi makna leksikal, satuan-satuan leksem
dalam sebuah bahasa juga berelasi dalam hal maknanya. Maksudnya relasi dalam hal
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
28
maknanya antara leksem bahasa itu sendiri. Relasi makna itu diantaranya adalah
sinonim, antonim, homonim/homograf, polisemi, dan hiponim yang akan lebih
terperinci dengan penjelasan sebagai berikut.
a. Sinonim
Sinonim (Inggris: synonymy berasal dari bahasa Yunani Kuno; onoma = nama
dan syn = dengan). Makna harfiahnya adalah nama lain untuk benda yang sama.
(Pateda, 2010: 222). Sinonim dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bentuk
bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain (Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 1464). Keraf (1980: 34) juga mengungkap,
sinonim adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai, (1) telaah mengenai
bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama; (2) keadaan di mana dua
kata atau lebih memiliki makna yang sama.
Sedangkan menurut Verhaar (1995: 5) mendefinisikan sinonim sebagai
ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat), yang maknanya kurang lebih sama
dengan makna ungkapan lain. Jadi, sinonim adalah bentuk bahasa atau ungkapan
(bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan
makna ungkapan lain. Contoh kata meninggal dengan kata mati. Kata meninggal dan
kata mati sama-sama menunjukkan kesamaan makna, yaitu tak lagi bernyawa,
bergerak, dsb. Jadi, antonim adalah
b. Antonim
Menurut Pateda (2010: 206), istilah antonim (Inggris: antonymy berasal dari
bahasa Yunani Kuno onma = nama dan anti = melawan). Makna harfiahnya, nama
yang lain untuk benda yang lain. Sedangkan Keraf (1998: 39) menyatakan bahwa
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
29
antonim adalah relasi antar makna yang wujud logisnya sangat berbeda atau
bertentangan. Jadi, antonim adalah nama lain untuk benda lain yang wujudnya
berbeda atau bertentangan. Contoh kata benci dengan cinta, panas dengan dingin.
c. Homonim
Menurut Pateda (2010: 211), istilah homonim (Inggris: homonymy) berasal
dari bahasa Yunani kuno, onoma = nama dan homos = sama). Secara harfiah,
homonim adalah nama sama untuk benda yang berlainan. Verhaar (1983: 135)
mengatakan, homonim adalah ungkapan (kata atau frasa atau kalimat) yang
bentuknya sama dengan suatu ungkapan lain, tetapi dengan perbedaan makna diantara
kedua ungkapan tersebut. Dengan kata lain, bentuknya sama tetapi berbeda
maknanya.
Sedangkan Subroto (2011: 81) homonim adalah dua leksem atau lebih yang
wujud lahirnya (pelafalan atau penulisan) sama namun arti leksikalnya berbeda. Jadi,
homonimi adalah dua leksem atau lebih (kata, frasa, atau kalimat) yang wujud atau
bentuknya sama dengan ungkapan lain, tetapi arti leksikalnya berbeda. Di samping
homonim ada pula istilah homofon dan homograf. Istilah homonim dilihat dari segi
bentuk satuan bahasanya, homofon dilihat dari segi bunyi (homo = sama, fon =
bunyi). Sedangkan menurut Chaer, (2009: 97).homografi dilihat dari segi tulisan dan
ejaan (homo = sama, grafi = tulisan).
d. Polisemi
Menurut Pateda (2010: 2011), polisemi adalah kata yang mengandung lebih
dari satu atau ganda. Sedangkan Keraf (1998: 36) menyatakan bahwa polisemi
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
30
mempunyai arti satu bentuk mempunyai beberapa makna. Jadi polisemi adalah kata
yang mempunyai beberapa makna. Contoh kata kepala yang dapat diartikan
bermacam-macam seperti kata kepala surat, kepala sekolah, kepala keluarga dsb.
walaupun arti utama kepala adalah bagian kepala yang berada diatas leher.
e. Hiponim
Menurut Pateda (2010: 211), istilah hiponim (Ing: hyponymy berasal dari
bahasa Yunani Kuno onoma = nama, dan hypo = di bawah). Secara harfiah istilah
hiponim bermakna nama yang termasuk di bawah nama lain. Verhaar dalam pateda
(1983: 131) mengatakan,: hiponim ialah ungkapan (kata, biasanya atau kiranya dapat
juga frasa atau kalimat) yang makna suatu ungkapan lain. Istilah hiponim dalam
bahasa Indonesia boleh digunakan sebagai nomina, boleh juga sebagai adjektifa.
Keraf (1998: 38) mengungkap, hiponim adalah semacam relasi antar kata
yang berwujud atas-bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen
yang lain. Sedangkan Subroto (2011: 78) hiponimi adalah relasi antar leksem (kata)
yang bersifat atas dan bawah. Jadi, hiponim adalah ungkapan (kata, biasanya atau
kiranya dapat juga frasa atau kalimat) yang bersifat atas dan bawah atau dalam suatu
makna terkandung sejumlah komponen yang lain
5. Kendaraan
Kendaraan menurut Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2012 adalah suatu
sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak
bermotor. kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
31
Sedangkan kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh
tenaga manusia dan atau hewan. Penelitian ini akan dibatasi pada kendaraan bermotor
karena data dalam penelitian ini adalah nama dari kendaraan bermotor dan suku
cadangnya. Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a
berdasarkan jenis dikelompokkan ke dalam: (a) sepeda motor, (b) mobil penumpang,
(c) mobil bus, (d) mobil barang, (e) kendaraan khusus.
a. Sepeda Motor
Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan atau tanpa
rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping, atau kendaraan bermotor beroda
tiga tanpa rumah-rumah. Jadi kendaraan sepeda motor adalah kendaraan yang
mempunyai jumlah roda sekurang-kurangnya dua dan paling banyak tiga dengan atau
tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping, atau kendaraan bermotor
beroda tiga tanpa rumah-rumah.
b. Mobil Penumpang
Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki
tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang
beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram. Jadi mobil penumpang
merupakan alat transportasi atau satu kendaraan bermotor yang digunakan untuk
mengangkut orang dengan syarat jumlah tempat duduk maksimal delapan orang
termasuk pengemudi atau supir.
c. Mobil Bus
Mobil bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat
duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
32
lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram. Jadi mobil bus adalah kendaraan Jadi
mobil penumpang merupakan alat transportasi atau satu kendaraan bermotor yang
digunakan untuk mengangkut orang dengan jumlah besar yaitu jumlah tempat duduk
lebih dari delapan orang termasuk pengemudi atau supir.
d. Mobil Barang
Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang sebagian atau
seluruhnya untuk mengangkut barang. Jadi mobil barang adalah kendaraan bermotor
yang berfungsi atau dirancang sebagian atau seluruhnya khusus untuk mengangkut
barang atau benda mati lainnya yang biasanya untuk jumlah sumbu roda pada
kendaraan tidak dibatasi, baik itu berjumlah empat sumbu roda atau lebih dari empat
sumbu roda.
e. Kendaraan Khusus.
Kendaraan Bermotor jenis Kendaraan khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat 1 huruf e meliputi kendaraan yang dirancang bangun untuk fungsi
tertentu. Fungsi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 5 meliputi: (a) militer, (b)
ketertiban dan keamanan masyarakat, (c) alat produksi, dan (d) mobilitas penyandang
cacat. Jadi kendaraan khusus adalah kendaraan yang diciptakan untuk kepentingan
tertentu dan khusus.
6. Suku Cadang
Suku cadang atau onderdil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat
Bahasa Depdiknas, 2008: 1023) adalah bagian dari sesuatu (tentang mobil, sepeda,
dsb); suku mesin atau perabot lainnya. Sedangkan dalam buku Pola Pembiayaan
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
33
Usaha Kecil (2008: 1) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan judul
Perdagangan Suku Cadang Mobil, suku cadang (spare part/onderdil) memiliki arti
bagian dari alat, mesin, atau kendaraan yang disediakan untuk penggantian. Jadi, suku
cadang adalah bagian dari sesuatu pada mesin atau kendaraan yang disediakan untuk
penggantian.
Kajian Semantik Penamaan..., Moch. Arifudin, FKIP UMP, 2013
top related