bab ii landasan teori · 2.1.1. pengertian kualitas pelayanan kualitas pelayanan (service quality)...
Post on 01-Nov-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pelayanan
Pelayanan merupakan hal utama dan terpenting dari sebuah perusahaan. Jika
perusahaan memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggannya maka citra
bagus akan menghampiri perusahaan tersebut. Berikut ini adalah beberapa pendapat
dari para ahli tentang pelayanan yaitu:
Menurut Gronroos dalam (Islami, 2018), pelayanan adalah suatu aktivitas
atau serangkai aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan
karyawan atau hal-hal yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.
Menurut Kasmir dalam (Oktiani & Apriyanti, 2018), pengertian pelayanan
yang baik adalah “kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang telah ditetapkan”.
Menurut (Melyani, 2016) menyimpulkan bahwa : Pelayanan merupakan penilaian konsumen terhadap inti pelayanan tersebut,
pemberi layanan atau keseluruhan organisasi pelayanan yang mencakup
reliability dari suatu pelayanan yang dapat dipercaya dan akurat, assurance
yang merupakan jaminan terhadap kemampuannya dalam menciptakan rasa
percaya diri dan kepercayaan konsumen dan empathy yang merupakan
kepedulian dan perhatian yang diterima oleh konsumen.
2.1.1. Pengertian Kualitas Pelayanan
Kualitas Pelayanan (Service Quality) menurut Lupiyoadi dalam (Islami,
2018) merupakan ”seberapa jauh perbedaan antara harapan dan kenyataan para
pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peroleh”.
Sedangkan menurut Kotler dalam (Panjaitan & Yuliati, 2016)
mengungkapkan bahwa kualitas pelayanan adalah “suatu cara kerja perusahaan yang
7
8
berusaha mengadakan perbaikan mutu secara terus menerus terhadap proses,
produk dan servis yang dihasilkan perusahaan”.
Selain itu (Dewa, 2018), mengemukakan bahwa terdapat dua faktor utama
yang berpengaruh kepada kualitas pelayanan yaitu harapan pelanggan
(expectation) dan kinerja perusahaan yang dapat dirasakan oleh konsumen
(performance). Kualitas layanan perusahaan dianggap baik dan memuaskan
jika perusahaan dapat memberikan jasa melampaui harapan konsumen, jika
jasa yang diberikan lebih rendah daripada harapan konsumen, maka kualitas
pelayanan perusahaan dianggap buruk.
Menurut Tjiptono dalam (Panjaitan & Yuliati, 2016), kualitas pelayanan
merupakan “upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan
penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen”.
Menurut Lovelock-Wright yang diterjemahkan oleh Tjiptono yang dikutip
dari (Rohaeni & Marwa, 2018) mengemukakan bahwa “kualitas pelayanan adalah
tingkat keunggulan produk maupun jasa yang diharapkan atas tingkat keunggulan
tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen”.
Menurut Duffy dan Ketchand dalam (Melyani, 2016), kualitas pelayanan
meliputi penilaian konsumen terhadap inti pelayanan tersebut, pemberi
layanan atau keseluruhan organisasi pelayanan. Sedangkan kualitas adalah
pertimbangan umum yang berhubungan dengan produk secara umum dan
diakui bahwa kualitas pelayanan menentukan kepuasan konsumen. Pada saat
ini semakin banyak perhatian konsumen pada kualitas pelayanan yang
diberikan perusahaan.
2.1.2. Dimensi Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan baik berupa produk maupun jasa pada umumnya tidak
dilihat dalam konstruk yang terpisah sehingga perlu ditentukan dimensi-dimensi
individual dimasukkan untuk mendapatkan kualitas pelayanan secara keseluruhan.
Dalam perkembangannya, dimensi kualitas yang semula berjumlah sepuluh di
rangkum menjadi lima dimensi pokok sesuai urutan derajat kepentingan relatifnya
seperti yang dikutip dari (Tjiptono, 2014) adalah sebagai berikut :
9
1. Tangibles (Bukti Langsung)
meliputi penampilan fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.
2. Reliability (Kehandalan)
yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat,
dan memuaskan.
3. Responsiveness (Daya Tanggap)
yaitu keinginan para staf untuk membentuk para pelanggan dan memberikan
pelayanan dengan tanggap.
4. Assurance (Jaminan)
mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang
dimiliki para staf bebas dari bahaya, resiko, atau keragu-raguan.
5. Emphaty (Empati)
meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,
perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan.
2.2. Kepuasan Pelanggan
2.2.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan adalah suatu kondisi di mana keinginan atau harapan dipenuhi.
Maka dari itu, setiap layanan yang diberikan dinilai memuaskan apabila layanan
tersebut dapat memenuhi keinginan seseorang. Meningkatkan kepuasan merupakan
faktor yang penting dalam mengembangkan suatu sistem layanan yang disediakan.
Menurut Sangadji dalam (Rohaeni & Marwa, 2018) memaparkan bahwa
“kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang dalam
perbandingan antara kesannya konsumen terhadap tingkatan kinerja produk dan jasa
ril atau aktual dengan kinerja sesuai harapan”.
10
Menurut Kasmir seperti yang dikutip dari (Islami, 2018), bahwa Kepuasan
pelanggan adalah tingkat kepuasan konsumen setelah membandingkan antara
apa yang dia terima dan harapan. Seorang pelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar
kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.
Menurut Oliver dalam (Oktiani & Apriyanti, 2018) Kepuasan pelanggan
adalah “tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang
dirasakannya dengan harapannya”.
Pengertian kepuasan konsumen menurut Alma yang dikutip dari (Susanti &
Ichsan, 2017) adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan dengan harapannya. Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang
merasa mendapat value dari pemasok, produsen atau penyedia jasa. Value ini berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi.
Tjiptono dalam (Oktiani & Apriyanti, 2018), mengungkapkan kepuasan
pelanggan juga berpotensi memberikan sejumlah manfaat spesifik, diantaranya:
1. Berdampak positif terhadap loyalitas pelanggan
2. Berpotensi menjadi sumber pendapatan masa depan, terutama melalui pembelian
ulang, cross-selling dan up-selling.
3. Menekan biaya transaksi pelanggan dimasa depan, terutama biaya-biaya
komunikasi pemasaran, penjualan, dan layanan pelanggan.
4. Menekan validitas dan risiko berkenaan dengan prediksi aliran kas masa depan.
5. Meningkatkan toleransi harga, terutama kesediaan pelanggan untuk membayar
harga premium dan pelanggan cenderung tidak mudah tergoda untuk beralih
pemasok.
2.2.2. Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Pengukuran kepuasan pelanggan seperti yang telah dikutip dalam (Oktiani &
Apriyanti, 2018) dilakukan dengan berbagai macam tujuan diantaranya:
11
1. Mengidentifikasi keperluan (requirement) pelanggan (importance ratings),
yakni aspek-aspek yang dinilai penting oleh pelanggan dan memengaruhi
apakah ia puas atau tidak.
2. Menentukan tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja organisasi pada aspek-
aspek penting.
3. Membandingkan tingkat kepuasan pelanggan terhadap perusahaan dengan
tingkat kepuasan pelanggan terhadap organisasi lain, baik pesaing langsung
maupun tidak langsung.
4. Mengidentifikasi PFI (Priorities For Improvement) melalui analisis gap antara
skor tingkat kepentingan (importance) dan kepuasan.
5. Mengukur indeks kepuasan pelanggan yang bisa menjadi indikator andal dalam
memantau kemajuan perkembangan dari waktu ke waktu.
Selain itu, menurut (Tjiptono, 2014), perusahaan juga dapat menggunakan
metode-metode dibawah ini sebagai pengukuran kepuasan pelanggan antara lain
sebagai berikut:
1. Sistem Keluhan dan Saran
Organisasi yang berwawasan pelanggan akan memudahkan pelanggannya
memberikan saran dan keluhan. Dalam perusahaan hendaknya disediakan
formulir yang isinya tentang apa yang disukai dan tidak disukai pelanggan.
Dapat juga dengan menyediakan kotak saran atau bahkan nomor telepon bebas
pulsa yang nantinya akan dapat menampung segala keluhan dari pelanggan.
Arus informasi ini memberikan banyak gagasan dan memungkinkan perusahaan
untuk bertindak cepat guna menyelesaikan masalah yang terjadi.
12
2. Survei Kepuasan Konsumen
Perusahaan yang responsif mengukur kepuasan konsumen dengan mengadakan
survei berkala. Perusahaan mengirimkan daftar pertanyaan atau menelpon
sekelompok sampel acak dari pembeli terbaru mereka untuk mengetahui
penilaian mereka terhadap berbagai aspek kinerja perusahaan, misalnya:
Menanyakan puas dan tidak puas, harapan pelanggan tentang suatu atribut,
masalah- masalah yang dihadapi pelanggan, saran dari pelanggan untuk seberapa
baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen.
3. Belanja Siluman (Ghost Shopping)
Cara ini untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan pelanggan dan
melaporkan hal-hal yang positif (kekuatan) maupun hal-hal yang negatif
(kelemahan) yang mereka alami waktu membeli produk perusahaan dan produk
pesaing. Pembeli bayangan (ghost shopper) ini dapat juga berpura-pura
membuat masalah tertentu untuk menguji apakah karyawan atau perusahaan
dapat menangani masalah tersebut dengan baik atau tidak.
4. Analisis Kehilangan Pelanggan (Lost Customer Analysis)
Perusahaan harus menghubungi para pelanggan yang salah tidak membeli lagi
atau yang telah ganti pemasok untuk mengetahui penyebabnya.
(Tjiptono, 2014), menyatakan bahwa metode yang paling banyak digunakan
dalam pengukuran kepuasan konsumen adalah metode bertanya. Metode bertanya
kepuasan konsumen dapat menggunakan tekhnik pengukuran sebagai berikut:
1. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan seperti
“ungkapan seberapa puas saudara terhadap pelayanan PT Chandra pada skala
13
berikut: sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas , sangat puas” (directly
reported satisfaction)
2. Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan
suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakan (derived
dissatisfaction).
3. Responden diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi
berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan juga diminta untuk menuliskan
perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan (problem analysis).
4. Responden dapat meminta untuk meranking beberapa elemen atribut dari
penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik
kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen (importance performance
analysis).
2.2.3. Dimensi Kepuasan Pelanggan
Menurut Garvin dalam (Ariani, 2014), dimensi kualitas pada industri jasa
antara lain:
1. Communication, yaitu komunikasi atau hubungan antara penerima jasa dengan
pemberi jasa.
2. Credibility, yaitu kepercayaan pihak penerima jasa terhadap pemberi jasa.
3. Security, yaitu keamanan terhadap jasa yang ditawarkan.
4. Knowing the customer, yaitu pengertian dari pihak pemberi jasa pada penerima
jasa atau pemahaman pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan pemakai
jasa.
5. Tangibles, yaitu bahwa dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan harus
dapat diukur atau dibuat standarnya.
14
6. Reliability, yaitu konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa
dalam memenuhi janji para penerima jasa.
7. Responsiveness, yaitu tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan
penerima jasa.
8. Competence, yaitu kemampuan atau keterampilan pemberi jasa yang dibutuhkan
setiap orang dalam perusahaan untuk memberikan jasanya kepada penerima jasa.
9. Access, yaitu kemudahan pemberi jasa untuk dihubungi oleh pihak atau
pelanggan atau penerima jasa.
10. Courtesy, yaitu kesopanan, respek, perhatian, dan kesamaan dalam hubungan
personil.
2.2.4. Hubungan Antara Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pelanggan
Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin
ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan yang mana memungkinkan
perusahaan untuk memahami harapan serta kebutuhan pelanggan dan diharapkan
dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara memaksimalkan pengalaman
pelanggan yang menyenangkan dan meminimalisir pengalaman pelanggan yang
kurang menyenangkan.
Hubungan antara kepuasan pelanggan dengan kualitas pelanggan, menurut
Parasuraman dalam (Oktiani & Apriyanti, 2018), mengdefinisikan bahwa
konsep dari kualitas pelayanan dalam suatu pendapat atau pemikiran
konsumen adalah tentang bagaimana produk ataupun pelayanan yang
didasarkan pada keunggulan atau mutu serta evaluasi kinerja pelayanan
tersebut dimana dalam evaluasi yang dilakukan oleh pelanggan dapat
memberikan dampak yang positif ataupun negatif bagi tingkah laku
konsumen ke depannya.
Menurut Solomon dalam (Oktiani & Apriyanti, 2018) menganggap bahwa kepuasan konsumen dapat didefinisikan dari bentuk penilaian mereka selama menggunakan ataupun mengkonsumsi produk dan pelayanan yang diberikan
15
dimana disana akan memberikan suatu reaksi dan perasaan tentang harapan, hasil dari evaluasi dari pengunaan produk dan jasa tersebut.
Hoofman dan Bateson yang dikutip dalam (Tjiptono, 2014), menuliskan dasar
pemikirannya tentang hubungan kualitas jasa dan kepuasan konsumen antara lain :
1. Bila konsumen tidak memiliki pengalaman sebelumnya dengan suatu
perusahaan, maka persepsinya terhadap kualitas jasa perusahaan tersebut akan
didasarkan pada ekspektasinya.
2. Interaksi (service encounter) berikutnya dengan perusahaan tersebut akan
menyebabkan konsumen memasuki proses dikonfirmasi dan merevisi
persepsinya terhadap kualitas jasa.
3. Setiap interaksi tambahan dengan perusahaan itu akan memperkuat atau
sebaliknya malah mengubah persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa.
4. Persepsi terhadap kualitas jasa yang telah direvisi memodifikasi minat beli
konsumen terhadap pembelian di masa datang.
2.3. Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1. Kisi-Kisi Operasional Variabel
Di dalam penelitian ini terdap[at dua variabel, yaitu :
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel ini sering juga disebut variabel stimulus, predictor variabel bebas/X
adalah variabel yang menjadi sebab perubahan yang akan menjelaskan atau
mempengaruhi secara positif maupun negatif variabel tidak bebas di dalam pola
hubungannya. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian berupa :
X = Kualitas Pelayanan
16
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat/Y adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah :
Y = Kepuasan Konsumen
Kisi-kisi operasional variabel yang penulis gunakan untuk dimensi dan
indikator variabel Kualitas Pelayanan bersumber dari (Tjiptono, 2014) sedangkan
dimensi dan indikator variabel Kepuasan Pelanggan bersumber dari (Ariani, 2014).
Tabel II.1
Kisi-Kisi Operasional Variabel X
Variabel Skala
Dimensi Indikator No. Item
Penelitian Pengukuran
Tangibles (Bukti Fasilitas fisik
1,2
Skala Likert
Langsung)
Peralatan 3,4
Kemampuan
Kualitas Reliability memberikan 5,6 Skala Likert
Pelayanan (Kehandalan) pelayanan dengan
segera, akurat, dan
memuaskan
Responsiveness Respon dan
7 Skala Likert
(Daya Tanggap) kesiapan karyawan
17
Jaminan keamanan 8
Assurance dan keselamatan
(Jaminan) Skala Likert
Pengetahuan dan 9
kemampuan SDM
Emphaty Perhatian
10 Skala Likert
(Empati) Perusahaan
terhadap pelanggan
Sumber : (Tjiptono, 2014)
Tabel II.2
Kisi-Kisi Operasional Variabel Y
Variabel Skala
Dimensi Indikator No. Item
Penelitian Pengukuran
Fasilitas fisik
1,2
Tangibles (Bukti Skala Likert
Langsung) 3
Peralatan
Kepuasan
Pelanggan
Kemampuan
Reliability memberikan
4 Skala Likert
(Kehandalan) pelayanan kepada
pelanggan dengan
18
handal. cepat, rapi,
akurat, serta
memuaskan
Responsiveness Respon dan
5 Skala Likert
(Daya Tanggap) kesiapan karyawan
Competence Pengetahuan dan
6 Skala Likert
(Kemampuan) kemampuan SDM
Sikap atau attitude
yang diberikan
Courtesy
karyawan saat 7 Skala Likert
(Kesopanan)
melayani
pelanggan
Pemahaman
Knowing The
Perusahaan tentang
Customer
hal-hal yang 8,9,10 Skala Likert (Memahami
diinginkan oleh
Konsumen)
pelanggan
Sumber : (Ariani, 2014)
19
2.3.2. Uji Instrumen Penelitian
Uji instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Uji Validitas
Menurut Sujianto dalam (Yuliantari & Ulfa, 2016), Validitas bertujuan untuk
menguji apakah tiap item atau instrumen benar- benar mampu mengungkap
faktor yang akan diukur atau konsisten internal tiap item alat ukur alat ukur
dalam mengukur suatu faktor. Metode yang sering digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap validitas kuesioner adalah korelasi antara skor tiap butir
pertanyaan dengan skor total, sehingga sering disebut dengan inter-item total
correlation. Nilai korelasi yang diperoleh lalu dibandingkan dengan tabel nilai
korelasi (r). Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS
versi 21.
Kriteria penilaian uji validitas yang dapat dikatakan valid atau tidaknya, yaitu :
a. Apabila r hitung > r tabel (pada signifikan 5%) maka dapat dikatakan item
kuesioner tersebut valid.
b. Apabila r hitung < r tabel (pada signifikan 5%) maka dapat dikatakan item
kuesioner tersebut tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Sujianto yang dikutip dari (Yuliantari & Ulfa, 2016), Reabilitas
instrument diperlukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan
pengukuran. Instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang
sama. Kriteria penilaian uji reliabilitas yang dapat dikatakan reliabel atau
tidaknya, yaitu :
20
a. Apabila nilai Alpha Cronbach’s yang didapatkan lebih dari 0,60 maka dapat
dikatakan variabel X atau variabel Y tersebut reliabel.
b. Apabila nilai Alpha Cronbach’s yang didapatkan kurang dari 0,60 maka
dapat dikatakan variabel X atau variabel Y tersebut tidak reliabel.
Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan
metode Alpha Cronbach’s berdasarkan skala Alpha Cronbach’s 0 sampai 1.
Berikut ini adalah Tabel Skala Alpha Cronbach’s
Tabel II.3
Skala Alpha Cronbach’s
Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan
0,00-0,20 Kurang reliabel
0,21-0,40 Agak reliabel
0,41-0,60 Cukup reliabel
0,61-0,80 Reliabel
0,81-1,00 Sangat reliabel
Sumber : Triton dalam (Yuliantari & Ulfa, 2016)
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir, penulis menggunakan beberapa teknik
konsep dasar perhitungan antara lain sebagai berikut :
1. Penentuan Populasi dan Sampel
Menurut (Sugiyono, 2017), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas : objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya.
21
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu.
Pada tahap penentuan sampel, penulis menentukan sampel dengan teknik
Insidental Sampling. Menurut (Sugiyono, 2017), Sampling Insidental adalah
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling insidental dengan
syarat pelanggan yang akan dijadikan sampel adalah pelanggan yang telah
berbelanja di Tip Top Rawamangun sebanyak 3 kali atau lebih.
2. Skala Likert
Menurut (Sugiyono, 2017), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik
oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Jawaban
setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain :
22
Tabel II.4
Klasifikasi Jawaban dan Besarnya Skor
Alternatif Jawaban Kode Nilai
Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Ragu-Ragu R 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setuju STS 1
Sumber : (Sugiyono, 2017)
3. Uji Koefisien Kolerasi
Teknik Korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan memberi
interpretasi terhadap kuatnya hubungan dua variabel itu yaitu hubungan antara
disiplin terhadap kinerja. Berikut ini adalah rumus untuk mencari koefisien
korelasi menurut (Sugiyono, 2017):
Keterangan :
r = koefisien kolerasi
n = jumlah responden
x = jumlah variabel bebas yaitu kualitas pelayanan
y = jumlah variabel terikat yaitu kepuasan pelanggan
Untuk mengetahui hasil perhitungan dapat diketahui menggunakan tabel
pedoman pada Tabel II.5 untuk mendapatkan interprestasi sebagai berikut :
23
Tabel II.5
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Kolerasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono dalam (Yuliantari & Ulfa, 2016)
4. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi di gunakan untuk mengetahui kesesuaian atau ketepatan
antara nilai dugaan dengan data sampel. Koefisien Determinasi (KD) dihitung
dengan mengkuadratkan Koefisien Korelasi yang telah ditemukan sebelumnya
dan selanjutkan dikalikan 100%, dengan demikian rumusnya adalah:
KD = r2.100%
Keterangan :
KD : Koefisien determinasi
r2 : Koefisien korelasi
5. Uji Persamaan Regresi
Manfaat dari hasil analisis regresi adalah untuk membuat keputusan apakah naik
dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui peningkatan
24
variabel independent atau tidak. Secara umum persamaan regresi sederhana
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y =a +bX
Dimana untuk melihat hubungan antara variabel dengan menggunakan
persamaan regresi tersebut, maka nilai a dan b harus dicari terlebih dahulu
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
Y = Subyek/nilai dalam variabel dependen yang
diprediksikan a = Konstanta atau bila harga Y jika X = 0
b = angka arah/koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel dependent yang didasarkan pada variabel independent. Bila b
(+) maka naik, dan bila b (-) maka terjadi penurunan
X = Subyek pada variabel independent yang mempunyai nilai
tertentu n = jumlah sampel
top related