bab ii kajian teoritik 2.1 pengertian supervisi akademik€¦ · 2.2 tujuan supervisi akademik...
Post on 30-Mar-2021
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1 Pengertian Supervisi Akademik
Secara konseptual, Glickman (Kemendiknas,
2010), merumuskan supervisi akademik adalah
serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
Supervisi akademik menekankan pada penjaminan
kualitas proses belajar mengajar. Esensi supervisi
akademik bukan menilai unjuk kerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran, melainkan
membantu guru mengembangkan kemampuan
profesional. Membantu guru dalam hal: melihat
dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, membimbing
pengalaman belajar, menggunakan sumber-sumber
pengalaman belajar, memenuhi kebutuhan belajar
peserta didik, menggunakan dan memilih metode
dan model mengajar, menilai kemajuan belajar
peserta didik.
Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan di
sekolah, dan pelaksanaan pembelajaran di kelas
yang dilakukan oleh guru ada persinggungan antara
tugas supervisi dengan tugas administrasi,
kurikulum dan pengajaran. Dalam kegiatan supervisi
pendidikan ada persinggungan yang bertumpu pada
proses pengajaran sebagai ujung tombak kualitas
pendidikan. Persinggungan supervisi dengan
2
kurikulum, merupakan dua bidang tugas yang
berkaitan erat sebab supervisi dilaksanakan dalam
rangka implementasi kurikulum. Itulah sebabnya
seorang kepala sekolah perlu menguasai kurikulum
dan metode mengajar karena menjadi modal bagi
kepala sekolah dalam melakukan supervisi. Supervisi
ditujukan untuk membantu guru ketika mengalami
kesulitan/inasalah dalam mengembangkan proses
belajar mengajar di kelasnya. Salah satu jenis
supervisi yang bertujuan untuk membantu guru
dalam mengelola kualitas pembelajaran adalah
supervisi akademik.
Rumusan Glickman didukung pendapat
Arikunto (2004), yang merumuskan supervisi
akademik adalah supervisi yang menitikberatkan
pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada
dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam
proses belajar. Membina guru dalam meningkatkan
mutu proses pembelajaran. Sasaran utama supervisi
akademik meliputi aspek akademik, yang terdiri dan
materi pokok dalam proses pembelajaran,
penyusunan silabus dan RPP, pemilihan
strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan
media dan teknologi informasi dalam pembelajaran,
menilai proses dan hasil pembelajaran, tindakan
guru di kelas serta semua faktor pendukung
pembelajaran lainnya.
Oleh karena itu satu kompetensi dasar kepala
sekolah yang harus dikembangkan adalah
3
meningkatkan kompetensi supervisi akademik yang
meliputi: (1) merencanakan program supervisi
akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme
guru; (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap
guru dengan pendekatan dan teknik supervisi yang
tepat; dan (3) menindaklanjuti hasil supervisi
akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru. Supervisi sebagai salah satu
kompetensi kepala sekolah mencakup perencanaan,
pelaksanaan dan tindak lanjut.
Permendiknas nomor 13 Tahun 2007, tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah, menegaskan
bahwa seorang kepala sekolah/madrasah harus
memiliki 5 (lima) kompetensi, yaitu: Kompetensi
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi
dan sosial. Kepala sekolah adalah guru yang diberi
tugas tambahan sebagai kepala sekolah sehingga
sebagai guru harus memiliki kompetensi guru, yaitu:
kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan
profesional.
Pendapat Glickman (2010) bahwa supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh supervisor (kepala sekolah) untuk
membantu guru dalam mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, dipilih sebagai rumusan supervisi
akademik yang dipakai dalam penelitian.
4
2.2 Tujuan Supervisi Akademik
Glickman (2010), merumuskan tujuan
supervisi adalah membantu guru mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang
dicanangkan bagi siswa-siswanya. Melalui supervisi
akademik diharapkan kualitas akademik yang
dilakukan oleh guru semakin meningkat.
Pengembangan kemampuan dalam konteks ini
bukan ditafsirkan secara sempit, semata-mata
ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan
keterampilan mengajar guru, melainkan juga
peningkatan komitmen (commitment) atau kemauan
(willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab
dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi
kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.
Menurut Glickman (2010), ada 3 (tiga) tujuan
supervisi akademik, yaitu: 1) membantu guru
mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam
penguasaan akademik, kehidupan kelas,
mengembangkan keterampilan mengajarnya dan
menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik
tertentu; 2) untuk memonitor KBM di sekolah yang
bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke
kelas-kelas pada saat guru mengajar, percakapan
pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun
dengan sebagian peserta didiknya; 3) untuk
mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong
guru rnengembangkan kemampuannya sendiri, serta
mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang
5
sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan
tanggung jawabnya, sebagaimana digambarkan pada
gambar berikut :
Gambar 2.1. Glickman Tiga Tujuan Supervisi Akademik
Arikunto (2010) menjabarkan tujuan khusus
supervisi akademik sebagai berikut:
1. Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam
perannya sebagai peserta didik yang belajar
dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai
prestasi belajar secara optimal;
2. Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga
berhasil membantu dan membimbing siswa
mencapai prestasi belajar dan pribadi seba-
gaimana diharapkan;
3. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga
berdaya guna dan terlaksana dengan baik di
dalam proses pembelajaran di sekolah serta
mendukung dimilikinya kemampuan pada diri
lulusan sesuai dengan tujuan lembaga;
a. Meningkatkan kefektifan dan keefisienan sarana
dan prasarana yang ada untuk dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu
mengoptimalkan keberhasilan belajar siswa;
TIGA
TUJUAN
SUPERVISI
Pengembangan
Profesional
Pengawasan
Kualitas
Penumbuhan
Motivasi
6
b. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah,
khususnya dalam mendukung terciptanya
suasana kerja yang optimal, yang selanjutnya
siswa dapat mencapai prestasi belajar
sebagaimana diharapkan. Dalam mensupervisi
pengclolaan ini, supervisor harus mengarahkan
perhatiannya pada bagaimana kinerja kepala
sekolah dan para walinya dalam mengelola
sekolah, meliputi aspek-aspek yang ada
kaitannya dengan faktor penentu keberhasilan
sekolah.
c. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah
sedemikian rupa sehingga tercipta situasi yang
tenang dan terntram serta kondusif bagi
kehidupan sekolah pada umumnya, khususnya
pada kualitas pembelajaran yang menunjukkan
keberhasilan lulusan.
Walaupun penjabaran dilakukan dari
Glickman (2007) dengan 3 (tiga) tujuan menjadi 6
(enam) tujuan, nampak tujuan menuntut dan
motivasi guru belum disentuh, namun tujuan yang
berkaitan dengan siswa dimunculkan.
Arikunto (2004), mengingat fungsi supervisi
ada tiga yaitu: 1) sebagai suatu kegiatan untuk
meningkatkan mutu pendidikan; 2) sebagai pemicu
atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-
unsur yang terkait dengan pendidikan, serta 3)
sebagai kegiatan kegiatan memimpin dan
membimbing.
7
2.3 Prinsip Supervisi Akademik
Prinsip-prinsip supervisi pada dasarnya
merupakan kaidah-kaidah yang hams dipedomani
atau dijadikan landasan di dalam melakukan
supervisi akademik. Arikunto (2004), agar supervisi
dapat memenuhi fungsi yang telah disebutkan di
atas, sebaiknya harus memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Memberikan bimbingan dan bantuan kepada guru
untuk mengatasi masalah dan kesulitan, dan
bukan mencari-cari kesalahan;
2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan
secara langsung, artinya bahwa bimbingan dan
bantuan tersebut tidak diberikan secara langsung
tetapi harus diupayakan agar pihak yang
bersangkutan tanpa dipaksa atau dibukakan
hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan
dengan kemampuan untuk dapat mengatasi
sendiri;
3. Apabila kepala sekolah merencanakan akan
memberikan saran atau tindak lanjut, sebaiknya
disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa;
4. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara
berkala;
5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung
hendaknya mencerminkan adanya hubungan yang
baik antara supervisor dengan yang disupervisi;
6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang
ditemukan tidak hilang atau terlupakan,
sebaiknya supervisor membuat catatan singkat
8
yang berisi hal-hal penting yang diperlukan untuk
membuat laporan.
Sagala (2010), kegiatan supervisi menaruh
perhatian utama pada bantuan yang dapat
meningkatkan kemampuan profesional guru.
Kemampuan profesional ini tercermin pada
kemampuan guru memberikan bantuan belajar
kepada muridnya, sehingga terjadi perubahan
perilaku akademik pada muridnya. Supervisi juga
dilakukan oleh kepala sekolah selaku supervisor
secara konstruktif dan kreatif dengan cara
mendorong inisiatif guru untuk ikut aktif
menciptakan suasana kondusif yang dapat
membangkitkan suasana kreatifitas peserta didik
dalam belajar.
Masaong (2013) menyebutkan bahwa prinsip-
prinsip supervisi yaitu:
1. Prinsip ilmiah (scientific) dengan unsur-unsur
sebagai berikut:
a) Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur,
berencana dan kontinyu;
b) Obyektif, artinya data yan didapat berdasarkan
pada observasi nyata, bukan tafsiran pribadi;
c) Menggunakan alat (instrumen) yang dapat
memberikan informasi sebagai umpan balik
untuk mengadakan penilaian terhadap proses
belajar- mengajar.
2. Demokratis, menjunjung tinggi atas musyawarah;
3. Kooperatif atau kemitraan, seluruh staf/guru
dapat bekerjasama mengembangkan usaha dalam
9
menciptakan situasi pembelajaran dan suasana
kerja yang lebih baik;
4. Konstruktif dan kreatif, membina inisiatif
staf/guru serta mendorong untuk aktif
menciptakan suasana agar setiap orang merasa
aman dan dapat mengembangkan potensi-
potensinya.
2.4 Sasaran Supervisi Akademik
Sasaran supervisi akademik adalah perbaikan
situasi belajar-mengajar dalam arti lugas. Menurut
Oliva (1992), sasaran supervisi akademik meliputi
tiga domain, yaitu: memperbaiki pengajaran,
pengembangan kurikulum dan pengembangan staf.
Sedangkan menurut Arikunto (2004), sasaran
supervisi akademik adalah menitikberatkan pada
pengamatan supervisor pada masalah-masalah
akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada pada
lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa
sedang dalam proses mempelajari sesuatu.
2.5 Teknik-Teknik Supervisi Akademik
Arikunto (2004), teknik supervisi dimaknai
dengan "cara", "strategi", atau "pendekatan”. Jadi
merupakan cara-cara yang dilakukan dalam kegiatan
supervisi.
Teknik supervisi meliputi teknik perseorangan
dan teknik kelompok. Teknik perseorangan yaitu
bantuan yang dilakukan secara sendiri oleh petugas
supervisi balk yang terjadi di dalam kelas maupun di
10
luar kelas. Yang disupervisi mungkin juga
perseorangan, tetapi mungkin juga bukan hanya
seorang meliputi: 1) Mengadakan kunjungan kelas
(classroom visitation); 2) Observasi kelas (classroom
observation); 3) Wawancara perseorangan (individual
interview); 4) Wawancara kelompok (group interview),
dan teknik kelompok yang meliputi: 1) Mengadakan
pertemuan atau rapat (meeting); 2) Diskusi kelompok
(group discussion); 3) Penataran-penataran (in-service
training); dan 4) seminar.
2.6 Substansi Supervisi Akademik
Glickman dalam materi Bintek Penguatan
Pengawas (2010), menyatakan ada 4 (empat)
prototipe guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Prototipe guru yang terbaik, menurut teori ini adalah
guru prototipe profesional. Seorang guru yang
diklasifikasikan ke dalam prototipe profesional
apabila ia memiliki kemampuan yang tinggi (high
level of abstract) dan komitmen kerja tinggi (high level
of commitment). Implikasi khusus pada apa
seharusnya diprograrnkan dalam supervisi
akademik. Supervisi akademik yang balk hams
mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu
guru semakin menguasai kompetensi, baik
kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional
maupun kompetensi sosial. Oleh karena itu,
supervisi akademik harus mampu menyentuh pada
pengembangan seluruh kompetensi guru.
11
Seseorang akan dapat bekerja secara
profesional apabila ia memiliki kompetensi yang
memadai atau hanya memenuhi salah satu
kompetensi di antara sekian kompetensi yang
dipersyaratkan. Kompetensi tersebut merupakan
perpaduan antara kemampuan dan motivasi.
Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak
akan dapat bekerja secara profesional apabila ia
tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam
mengerjakan tugas-tugasnya.
2.7 Peranan Kepala Sekolah sebagai
Pelaksana Supervisi Akademik
Glickman dalam materi Bintek Penguatan
Pengawas (2010), peran supervisor akademik pada
masa sekarang ini adalah membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola bidang
akademik. Dirjen PMPTK (2008), supervisor yang
baik adalah supervisor yang betul-betul mampu
memainkan perannya sebagai supervisor dengan
sebaik-baiknya, yaitu mampu meningkatkan
kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran.
Dalam melaksanakan supervisi akademik, kepala
sekolah hendaknya memiliki peranan khusus
sebagai: 1) patner (mitra) guru dalam meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan
di sekolah; 2) inovator dan pelopor dalam
mengembangkan inovasi pembelajaran dan
bimbingan di sekolah; 3) konsultan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah; 4) konselor bagi guru dan
12
seluruh tenaga kependidikan di sekolah; serta 5)
motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan
semua tenaga kependidikan di sekolah.
Willes dan Bondi dalam materi Bintek
Penguatan Pengawas (2010), supervisor yang baik
adalah supervisor yang betul-betul mampu
memainkan perannya sebagai supervisor dengan
sebaik-baiknya, yaitu marnpu meningkatkan
kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran.
Bidang khusus kompetensi supervisi (special areas to
supervision competence), yaitu: supervisors are
developers of people, curriculum developers,
structional specialist, human relations workers, staf
developers, administrators, manager of change, and
evaluators. Pemberdaya orang, pengembang
kurikulum, pekerja humas, pengembang staf,
administrator, manajer perubahan, dan penilai.
2.8 Pengelolaan Supervisi Akademik
Setelah membahas tugas-tugas bidang garapan
kepala sekolah dan kompetensi profesional guru,
selanjutnya pembahasan difokuskan pada
pelaksanaan supervisi akademik di SMP Negeri 1
Kebonagung. Kegiatan supervisi merupakan usaha
yang sifatnya membantu guru atau melayani guru
agar is dapat memperbaiki, mengembangkan, dan
bahkan meningkatkan pengajarannya, serta dapat
pula menyediakan kondisi belajar siswa yang efektif
dan efisien. Dari alur perkembangan tersebut, maka
13
akan mengarah upaya untuk mencapai tujuan
pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan.
Telah ditandaskan lagi oleh Purwanto (2006)
bahwa bantuan atau pelayanan yang diberikan, yang
dimaksud adalah bantuan yang diberikan dengan
jalan memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada guru untuk dapat mengembangkan
pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang terdiri
dari penyusunan rencana pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian prestasi
belajar. Dari pandangan tersebut, supervisi dapat
juga diartikan sebagai segala bantuan dari para
pemimpin seleolah, yang tertuju pada perkembangan
kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah
lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Berarti
juga bahwa supervisi ini berupa dorongan,
bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan
keahlian serta kecakapan guru-guru.
Bentuk-bentuk kegiatannya seperti bimbingan
dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam
pendidikan dan pembelajaran; pemilihan alat-alat
pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik; cara
penilaian yang sistematis terhadap seluruh fase
proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan supervisi ini
sesuai dengan fungsi dan tujuannya akan memacu
peningkatan kinerja guru. Pemberian bantuan
pembinaan dan pembimbing tersebut dapat bersifat
langsung atau tidak langsung kepada guru yang
bersangkutan.
14
Supervisi akademik merupakan serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
pencapaian tujuan pembelajaran. Hal itu sama sekali
bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran, melainkan membantu guru
mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Pengembangan kemampuan dalam konteks ini perlu
ditafsirkan secara luas. Hal ini bukan semata-mata
ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan
keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada
peningkatan komitmen (commitment) atau kemauan
(willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab
dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi
kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.
Dalam upaya peningkatan kualitas
pembelajaran, diperlukan sumber data supervisi,
yaitu sesuatu yang dituju oleh pelaku supervisi yang
sedang mengumpulkan data. Oleh sebab itu, sumber
data supervisi dikenal dengan istilah sasaran
supervisi. Dalam penyelenggaraan supervisi
akademik dilakukan dengan pemberian diskusi,
pelatihan, dan konsultasi. Proses supervisi akademik
tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu
perencanaan, implementasi, dan tindak lanjut.
Kegiatan ini dilakukan oleh kepala sekolah melalui
konfirmasi guru atau pihak lain yang berkompeten.
2.8.1 Perencanaan Supervisi Akademik
Perencanaan merupakan salah satu syarat
mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga dan
15
bagi setiap kegiatan, baik perseorangan maupun
kelompok. Perencanaan merupakan bekal kegiatan
pelaksanaan. Pelaksanaan supervisi akademik
perlu direncanakan dengan baik, rapi dan
terstruktur. Perencanaan dimulai dari pertemuan
awal, observasi kolas, wawancara hingga diskusi
dan tindak lanjutnya. Berkaitan dengan hal ini
Hartoyo (2006) menyatakan bahwa perencanaan
ini meliputi: tujuan, waktu, tempat, instrumen dan
sebagainya yang diperlukan untuk kelancaran
proses supervisi. Pandangan mengenai
perencanaan itu sangat berpengaruh terhadap
hasil supervisi. Oleh karena itu, perencanaan yang
matang merupakan awal keberhasilan.
Perincian perencanaan di.susun bersama
antara pengawas, kepala sekolah dan guru.
Maksudnya untuk menciptakan koordinasi antara
keduanya, sehingga pelaksanaan supervisi tidak
tumpang tindih. Dalam perencanaan supervisi
pembelajaran kepala sekolah bersama guru
sekaligus menghadirkan pengawas berdiskusi
menyusun rencana kerja untuk kurun waktu
tertentu, yaitu satu tahun yang dibagi menjadi
rencana caturwulan dan bulan.
2.8.2 Pelaksanaan Supervisi Akademik
Kegiatan pelaksanaan supervisi akademik
merupakan implementasi dari perencanaan yang
telah disusun. Bagaimana dapat melaksanakan
dengan baik, tentu saja memerlukan teknik atau
cara yang baik pula. Pelaksanaan supervisi
16
akadernik dapat dilakukan dengan berbagai cara
sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Tempat yang satu kemungkinan berbeda dengan
palaksanaan di tempat yang lain. Fenomena yang
demikian ini dapat menggunakan ketentuan
rambu-rambu pelaksanaan kegiatan supervisi
akademik. Herabudin (2009) memberikan
pandangan sebagai berikut:
Rambu-rambu dalam pelaksaan supervisi akademik
yaitu (1) kunjungan rutin yang terjadwal ke setiap
sekolah, yang dikesani sebagai silaturahmi para
supervisor sehingga terbentuk hubungan dialogis
yang harmonis dalam mendiskusikan berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi sekolah;
(2) melakukan berbagai kegiatan sekolah dengan
melibatkan para guru dan siswa untuk mengenali dan
menerapkan metode dan pendekatan baru dalam
pembelajaran; (3) melaksanakan seminar pendidikan
untuk para guru untuk menambah wawasan kependidikannya; (4) pelaksanaan kurikulum baru
yang lebih menekankan kepada kemandirian siswa;
(5) penilaian terhadap kinerja guru dan reward yang
dijanjikan.
Ada yang menerapkan dengan rambu-
rambu, tetapi ada juga yang mengatakan dengan
teknik. Untuk pelaksanaan kegiatan supervisi
yang baik tentunya dengan teknik yang sesuai
keadaan setempat dan saling menerima. Teknik
supervisi bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu
teknik supervisi individual dan teknik supervisi
kelompok. Klasifikasi ini untuk mernpermudah
menjangkau tujuan. Dalam melaksanakan
kegiatan supervisi perlu rambu-rambu ataupun
teknik-teknik yang mendukung, implementasinya
perlu menyesuaikan kondisi dan situasi setempat.
17
Pengaruh ataupun efek yang muncul sesaat di
lapangan perlu dicatat untuk menemukan
solusinya, sekaligus sebagai perbaikan supervisi
berikutnya.
2.8.3 Tindak lanjut Supervisi Akademik
Setelah memerinci perencanaan, kemudian
melaksanakan kegiatan supervisi akademik maka
yang berikutnya adalah tindak lanjut dari kegiatan
itu sendiri. Pertemuan balikan dilakukan segera
setelah melaksanakan observasi pengajaran.
Namun terlebih dahulu melakukan analisis
terhadap hasil observasi. Pertemuan balikan ini
merupakan tahap yang penting untuk
mengernbangkan perilaku guru dengan cara
memberikan balikan tertentu. Sergiovanni (2002)
menjelaskan bahwa balikan ini harus deskriptif,
spesifik, konkrit, bersifat memotivasi, aktual, dan
akurat, sehingga betul-betul bermanfaat bagi guru.
Pandangan tersebut diperkuat lagi oleh
Goldhammer, Anderson, dan Kraiewski (2001),
yang menyatakan bahwa paling tidak ada lima
manfaat pertemuan balikan bagi guru,
sebagaimana dikemukakan yaitu: (1) guru bisa
diberikan penguatan dan kepuasan, sehingga bisa
termotivasi dalam kerjanya, (2) isu-isu dalam
pengajaran bisa didefinisikan bersama supervisor
dan guru dengan tepat, (3) supervisor bila
mungkin dan perlu, bisa berupaya mengintervensi
secara langsung guru untuk memberikan bantuan
didaktis dan bimbingan, (4) guru bisa dilatih
18
dengan teknik ini untuk melakukan supervisi
terhadap dirinya sendiri, dan (5) guru bisa diberi
pengetahuan tambahan untuk meningkatkan
tingkat analisis profesional diri pada masa yang
akan datang.
Dari pendapat tersebut dapat ditarnbah
bahwa sebelum mengadakan pertemuan balikan
ini kepala sekolah terlebih dahulu menganalisis
hasil observasi dan merencanakan bahan yang
akan dibicarakan dengan guru. Begitu pula
diharapkan guru menilai dirinya sendiri. Setelah
itu dilakukan pertemuan balikan ini. Dalam
pertemuan balikan ini sangat diperlukan adanya
keterbukaan antara kepala sekolah dan guru.
Sebaiknya kepala sekolah menanamkan
kepercayaan pada diri guru bahwa pertemuan
balikan ini bukan untuk menyalahkan guru
melainkan untuk memberikan masukan balikan.
Kepala sekolah dalam setiap pertemuan balikan
adalah rnernberikan penguatan (reinforcement)
terhadap guru. Baru dilanjutkan dengan analisis
bersama setiap aspek pengajaran yang menjadi
perhatian supervisi klinis.
Pada kesempatan ini kepala sekolah
bersama guru mengidentifikasi target keterampilan
sebagai perhatian utama yang telah dicapai dan
yang belum dicapai. Bisa juga pada saat ini kepala
sekolah menunjukkan hasil rekaman kegiatan.
Dengan demikian guru mengetahui apa yang telah
dilakukan dan dicapai. Apabila ada yang belum
19
sesuai dengan target kegiatan dan perhatian
utama guru sebagaimana disepakati pada tahap
pertemuan awal maka guru dapat memperbaiki
diri. Kegiatan ini kepala sekolah bisa juga
merekam proses belajar mengajar dengan alat
elektronik, maka sebaiknya hasil rekaman
dipertontonkan kepada guru sehingga ia dengan
bebas melihat dan menafsirkannya sendiri.
Berikut ini beberapa langkah yang perlu
dilakukan selama pertemuan balikan (Anonim,
2008). Langkah-langkah ini antara lain: a)
menanyakan perasaan guru secara umum atau
kesannya terhadap pengajaran yang dilakukan,
kemudian supervisor berusaha memberikan
penguatan (reinforcement); (b) menganalisis
pencapaian tujuan pengajaran yaitu kepala
sekolah bersama guru mengidentifikasi perbedaan
antara tujuan pengajaran yang direncanakan dan
tujuan pengajaran yang dicapai; (c) menganalisis
target keterampilan dan perhatian utama guru; (d)
kepada sekolah menanyakan perasaannya setelah
enganalisis target keterampilan dan perhatian
utamanya; (e) menyimpulkan hasil dari apa yang
telah diperolehnya selama proses supervisi identik.
Di sini supervisi memberikan kesempatan kepada
guru untuk menyimpulkan target keterampilan
dan perhatian utamanya yang telah dicapai selama
proses supervisi klinis; dan (f) mendorong guru
untuk merencanakan latihan-latihan sekaligus
menetapkan rencana berikutnya.
20
Adapun pemberian tindak lanjut (feed back)
oleh Dharma (2006) dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Pemberian Tindak lanjut Sumber : Manajemen Supervisi (Dharma, 2006)
Penjelasan dari Gambar 2.1 pemberian
tindak lanjut tersebut adalah sebagai berikut:
Kondisi : unsur masukan (input) yaitu semua
masukan yang diperlukan dalam proses
pembelajaran yaitu lingkungan kerja,
media pembelajaran, hubungan antar
pribadi guru, suasana kerja, kebijakan
sekolah.
Proses : semua kegiatan yang dilakukan dalam
pembelajaran yaitu perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, analisis
Umpan Balik
Formatif
Proses Hasil Kondisi
Umpan Balik
Motivasi
21
penilaian hasil pembelajaran, tindak
lanjut hasil penilaian pembelajaran.
Hasil : salah satu parameter basil
pembelajaran adalah perolehan rata-rata
nilai hasil ujian nasional dan prestasi non
akademik yang lain yang diperoleh siswa.
Balikan formatif: diberikan untuk mengubah
kinerja guru dalam memperbaiki kualitas
pembelajaran yang langsung disampaikan
setelah supervisi pembelajaran.
Balikan motivasi: digunakan untuk mendorong
guru agar bekerja lebih baik dengan
memberikan penghargaan bagi yang
berprestasi dalam pembelajaran.
Berdasarkan gambar dan penjelasan
tersebut, fungsi balikan dalam pelaksanaan
supervisi adalah mengkomunikasikan hasil
supervisi kepada guru sebagai feedback (balikan)
untuk memperbaiki kesalahan dengan tindak
lanjutnya. Dengan adanya balikan ini dapat
mempengaruhi pembelajaran yang diinginkan
(tindak lanjut motivasi) dan mempengaruhi bentuk
pembelajaran yang diinginkan (tindak lanjut
formatif). Tindak lanjut tersebut diharapkan ada
perbaikan proses pembelajaran. Harapan lainnya
adalah meningkatnya mutu pembelajaran.
Peningkatan kinerja guru tersebut akan terlihat
dengan adanya peningkatan pelayanan siswa pada
proses pembelajaran dan meningkatnya perolehan
hasil belajar.
22
2.9 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa jurnal sebagai penelitian
terdahulu yang sudah membahas tentang
kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru
profesional, dan sekaligus dengan pelaksanaan
supervisi. Penjelasan dalam jurnal tersebut sudah
merupakan persamaan yang ada pada penelitian ini,
adalah sebagai berikut:
Bloom (2003) dalam Journal of Case Studies in
Education yang berjudul Leadership Effectiveness and
Instructional Supervision: The Case of the Failing Twin
menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai
administrator mempunyai kewajiban dalam
melakukan supervisi dan monitoring secara teratur.
Tujuannya untuk mengurangi benturan sumber daya
manusia yang dikelola baik secara vertikal maupun
horizontal. Dalam jurnal tersebut digambarkan
beberapa fenomena permasalahan pembelajaran,
efektivitas kepemimpinan, dan pengawasan pelatihan
peningkatan kinerja guru. Permasalahan yang
diangkat merupakan fenomena dalam sebuah
instansi pendidikan.
Dijelaskan bahwa penjiwaan kepemimpinan
yang berorientasi pada efektivitas dan etos kerja yang
tinggi akan membawa sebuah keberhasilan yang
cemerlang. Penjiwaan ini adalah proses mengangkat
semangat kinerja tenaga pendidikan yang dilakukan
secara efektif dan profesional. Perlakuan dalam
proses peningkatan tersebut difokuskan pada
peningkatan hasil perolehan keterampilan yang
23
diraih anak. Kecemerlangan hasil yang digenggam
anak merupakan cermin kepemimpinan yang efektif
dan etos kerja yang tinggi.
Jurnal internasional berjudul TAFE Head
Teachers: Discourse Brokers at the Management
Teaching Interface oleh Black (2003), Meadowbank
College of TAPE Northern Sydney Institute
menyatakan bahwa kepala sekolah harus
mempunyai strategi dalam memanajemen guru.
Kepala sekolah mêrupakan kunci dalam pengelolaan
tersebut. Banyak kegiatan guru dipengaruhi oleh
supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Kegiatan supervisi ini untuk meningkatkan kinerja
guru dalam pendidikan. Supervisi ini mampu
mempengaruhi kinerja guru secara berkelanjutan.
Dijelaskan lebih dalam lagi mengenai pengelolaan
guru dan staf, sarana dan prasarana, hubungan
masyarakat dengan sekolahan, pengelolaan
kesiswaan dan kurikulum, hal tersebut dalam
rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal.
Pada intinya adalah pada faktor utama dikelola
dengan baik maka komponen-komponen yang lain
akan terimbas juga. Dengan demikian apabila faktor
semangat guru sudah termotivasi dengan baik maka
semua yang berkaitan dengan tugas guru akan
menghasilkan produk yang optimal.
Journal Effectiveness of the Blended Supervision
Model: A Case Study of Student Teachers Learning to
Teach in High Schools of Zimbabwe oleh Mutandwa,
Muropa dan Gadzirayi (2007) menjelaskan bahwa
24
model supervisi merupakan upaya
mengkolaborasikan atau mencampurkan model
tutorial guru dan murid dalam pembelajaran. Metode
ini banyak memfokuskan pada aktivitas diskusi.
Perbedaannya terletak pada subjek yang melakukan
supervisi, yaitu jika dalam penelitian terdahulu yang
melakukan supervisi adalah guru terhadap siswa,
sedangkan pada penelitian ini adalah kepala sekolah
terhadap guru. Persamaannya adalah penggunaan
metode kualitatif dan pembahasan metode supervisi
dengan cara hubungan kerjasama atau diskusi.
Jurnal internasional berjudul Supervision as
Development: Compatible or Strange Bedfellows in the
Policy Quest for Increased Student Achievement oleh
Rucinski dan Hazi (2007) bahwa supervisi
merupakan usaha evaluasi guru yang berguna untuk
meningkatkan kualifikasi guru sebagai tenaga
pengajar. Prosesnya berlangsung secara berjangka
atau bertahap yang dilakukan dalam rangka
peningkatan pembelajaran siswa di kelas melalui
guru yang disupervisi. Dijelaskan pula bahwa
profesional dikembangkan melalui pengawasan
yang profesional. Melalui pengawasan maka
dedikasi, karakter, semangat, dan sikap akan
terbentuk, dan tugas keprofesionalannya lebih
diakui. Profesional menunjukkan kinerja yang
mumpuni, dimana kebijakan profesi itu dapat
meningkatkan prestasi. Dengan kebijakan profesional
guru maka akan mampu untuk meningkatkan
prestasi siswa.
top related