bab ii kajian teori a. deskripsi konseptual 1.repository.ump.ac.id/1173/3/bab ii_dyah ratna...
Post on 03-Jul-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual
1. Metakognitif
Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan
bahwa metakognisi merujuk pada kesadaran pengetahuan seseorang yang
berkaitan dengan proses kognitifnya. Pendapat lain dari Flavell (1979) yang
dikutip dari Hacker (2009) tentang definisi metakognisi yang menyatakan
bahwa “konsep dasar metakognisi adalah sebuah pemikiran tentang
pikirannya sendiri, berfikir bisa menjadi apa yang diketahui (pengetahuan
metakognitif), apa yang sedang dilakukannya (keterampilan metakognitif),
atau apa yang membedakan pemikiran seseorang tentang proses
berfikirnya”. Oleh karena itu, metakognisi dapat dikatakan sebagai berfikir
tentang berfikir, pengetahuan tentang pengetahuan atau bagaimana
menggunakannya.
Yahaya (2005) mengemukakan bahwa, “metakognisi menjelaskan
mengapa seseorang dalam berbagai tingkatan umur menyelesaikan tugas
mereka dalam berbagai cara”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap
individu mempunyai cara dan kemampuan berfikir yang berbeda-beda
dalam menyelesaikan sebuah tugas. Pemikiran seseorang dalam
menyelesaikan masalah dapat membantu mereka dalam mengontrol setiap
aktivitas penyelesaian tugas. Pendapat lain dari Mitchell yang dikutip dalam
9
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
10
Lynch Dan Knight (2011), mengatakan bahwa metakognisi berkaitan
dengan pembelajaran seseorang yang dapat membuat apa yang seseorang
pelajari, bagaimana seseorang belajar dan mengapa seseorang belajar akan
menjadi masuk akal. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Desmita (2009)
yang menjelaskan bahwa metakognitif merupakan suatu kemampuan
dimana individu dapat berdiri di luar kepalanya dan mencoba untuk
memamahami cara berfikirnya yang dilakukan dengan melibatkan
komponen-komponen perencanaan (fungsional planning), pengontrolan
(self- monitoring), dan evaluasi (self-evaluation).
Mevarech (2012) mengatakan bahwa definisi metakognisi dari para
ahli menjelaskan tentang komponen-komponen dari metakognisi yang dapat
dilihat dari beberapa model utama metakognisi berikut.
a. Flavell’s model of cognitive monitoring
Pada model ini terdapat 4 komponen yaitu pengetahuan
metakognitif (metacognitive knowledge), pengalaman metakognitif
(metacognitive experiences), tujuan (goals or tasks), dan pengembangan
tindakan atau strategi (action or strategies). Pengetahuan metakognitif
(metacognitive knowledge) didefinisikan oleh Flavell sebagai salah satu
pengetahuan atau kemampuan tentang faktor yang berkaitan dengan
aktivitas kognitif. Terdapat tiga kategori pengetahuan metakognitif yaitu
individu, tugas dan strategi.
Komponen kedua yaitu pengalaman metakognitif (metacognitive
experiences). Pengalaman metakognitif (metacognitive experiences)
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
11
mengacu pada proses sadar atau tidak sadar yang menyertai setiap
keberhasilan maupun kegagalan dalam belajar atau aktivitas kognitif.
Komponen ketiga adalah tujuan kognitif, komponen ini merujuk pada
tujuan yang sebenarnya dari sebuah usaha kognitif. Komponen yang
terakhir pengembangan tindakan atau strategi (action or strategies),
komponen ini mengacu pada penggunaan teknik-teknik khusus yang
dapat membantu dalam mencapai tujuan-tujuan tindakan. Keempat
komponen di atas saling berpengaruh satu sama lain secara langsung atau
tidak langsung yang dapat memantau dan mengontrol fungsi kognitif
seseorang.
b. Brown’s model of metacognitive knowledge and regulation
Brown (1987) membagi metakognisi menjadi dua kategori yaitu:
pengetahuan kognitif (knowledge of cognition) dan regulasi kognitif
(regulation of cognition). Pengetahuan kognitif (knowledge of cognition)
didefinikan sebagai aktivitas yang melibatkan refleksi sadar pada
kemampuan kognitif seseorang. Pengetahuan kognitif juga menunjukkan
informasi tentang seseorang yang berkaitan dengan proses kognitif
mereka sendiri. Regulasi kognitif (regulation of cognition) terdiri dari
kegiatan yang digunakan untuk mengatur dan mengawasi sebuah
pembelajaran, proses-proses ini meliputi kegiatan perencanaan,
pemantauan selama kegiatan dan memeriksa solusi dengan mengevaluasi
hasil dari tindakan. Dalam hal ini regulasi kognitif (regulation of
cognition) sering dikenal dengan keterampilan metakognitif.
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
12
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa metakognitif
adalah sebuah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau
pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya. Metakognitif merupakan
suatu proses yang dapat menggugah rasa ingin tahu karena kita
menggunakan proses kognisi kita untuk merenungkan proses kognisi kita
sendiri (Desmita, 2009). Oleh karena itu, kemampuan metakognitif ini
mempunyai peran penting terhadap setiap aktivitas kognisi kita, karena
pengetahuan tentang proses kognitif kita sendiri dapat memandu kita dalam
menata suasana dan menyeleksi strategi untuk meningkatkan kemampuan
kognitif kita.
Baker (Desmita, 2009), menyatakan bahwa bahwa aktivitas kognisi
merupakan suatu aspek yang mencakup usaha-usaha siswa memonitor,
mengontrol atau menyesuaikan proses kognitifnya dan merespon tuntutan
sebuah tugas. Aktivitas kognisi juga dapat dikatakan sebagai upaya untuk
meregulasi proses kognisi yang mencakup perencanaan (planning) tentang
bagaimana menyeleksi suatu tugas, menyeleksi strategi kognitif yang akan
digunakan, memonitor keefektifan strategi yang telah dipilih, dan mengubah
strategi yang telah dipilih ketika menemui masalah (Pintrich 2000, dikutip
dalam Desmita 2009). Jika siswa sudah mempunyai kesadaran akan setiap
aktivitas kognisinya dapat dikatakan siswa tersebut memiliki keterampilan
metakognitif.
Belakangan ini, perbedaan paling umum dari metakognisi adalah
memisahkan pengetahuan metakognitif (metacognitive knowladge) dengan
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
13
keterampilan metakognitif (metacognitive skillful). Dimana pengetahuan
metakognitif (metacognitive knowladge) mengacu pada pengetahuan
deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional seseorang
dalam memecahkan masalah. Sedangkan keterampilan metakognitif
mengacu pada keterampilan perencanaan (planning skills), keterampilan
monitoring (monitoring skills), keterampilan evaluasi (evaluation skills) dan
keterampilan prediksi (prediction skills) (Urena, 2008).
Dalam Zohar (2012), keterampilan metakognitif merupakan sebuah
keterampilan yang berkaitan dengan kemampuan yang diperoleh dari
kegiatan pemantauan, membimbing, mengontrol, dan mengendalikan
proses belajar serta perilaku seseorang dalam memecahkan sebuah masalah.
Pendapat tersebut sejalan dengan salah satu ide dalam Yzerbyt (1998) yang
menyatakan bahwa keterampilan metakognitif dapat memantau dan
mengontrol atau mengendalikan sebuah kegiatan kognitif lainnya.
Keterampilan metakognitif dapat dilihat dari cara seseorang dalam
melaksanakan sebuah tugas atau kegiatan yang meliputi kegiatan pada awal
pengerjaan tugas, selama pengerjaan tugas dan pada akhir pengerjaan tugas.
Pada awal pengerjaan tugas, salah satu kegiatan yang mungkin dilakukan
adalah menemukan kegiatan seperti memahami dan menganalisis tugas atau
masalah, mengaktifkan pengetahuan sebelumnya, menetapkan tujuan, dan
membuat sebuah perencanaan. Keterampilan metakognitif yang muncul
selama pengerjaan tugas adalah melakukan kegiatan pemantauan atau
pengecekan, pencatatan, serta memanajemen waktu dan sumber daya yang
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
14
dibutuhkan, dimana pada kegiatan ini bertujuan untuk membimbing dan
mengontrol sebuah pelaksanaan pengerjaan tugas. Sedangkan pada akhir
kegiatan pengerjaan tugas ada beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu
meliputi mengevaluasi kinerja berdasarkan tujuan, rekapitulasi dan refleksi
pada proses pembelajaran yang diamati. Fungsi dari kegiatan ini adalah
untuk mengevaluasi dan menafsirkan hasil, dan belajar dari pengalaman
tindakan untuk kegiatan selanjutnya.
A Nort Central Regional Educational Laboratory (NCREL, 1995)
yang dikutip dari Lynch Dan Knight (2011), menyatakan bahwa dalam
sebuah keterampilan metakognitif terdiri dari tiga unsur yaitu
mengembangkan rencana aksi atau merencanakan penyelesaian, menjaga
dan memantau rencana penyelesaian, serta mengevaluasi rencana
penyelesaian.
a. Mengembangkan rencana aksi atau merencanakan penyelesaian.
Pada tahap ini siswa didorong untuk bertanya pada diri sendiri tentang
pengetahuan apa yang sudah diperoleh sebelumnya yang dapat
digunakan untuk membantu dalam menyelesaikan suatu tugas atau
masalah tertentu, mengarahkan pemikiran sendiri untuk membawa pada
penyelesaian tugas.
b. Menjaga dan memantau rencana penyelesaian
Pada tahap ini siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dalam
pikirannya seperti:
- apakah cara yang digunakan benar?
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
15
- informasi apa yang penting untuk diingat?
- apa yang harus saya lakukan jika saya tidak mengerti?
c. Mengevaluasi rencana penyelesaian
Pada tahap ini, siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dalam
pikirannya tentang seberapa baik langkah yang telah dilakukan, cara lain
yang dapat dilakukan secara berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
keterampilan metakognitif adalah sebuah keterampilan seseorang dalam
belajarnya yang mencakup bagaimana sebaiknya belajar dilakukan, apa
yang sudah dan belum diketahui, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu
perencanaan, pemantauan dalam proses belajar yang sedang dia lakukan,
serta evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan, dilakukan, serta hasil
dari proses tersebut. Sehingga dalam penelitian ini peneliti akan melihat
gambaran keterampilan metakognitif siswa yang terdiri dari tiga tahapan
yaitu:
a. Perencanaan
b. Pemantauan
c. Evaluasi.
Pernyataan di atas dapat digambarkan dalam diagram berikut.
Gambar 2.1
Keterampilan Metakognitif
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
16
2. Pemecahan Masalah Matematika
Masalah pada umumnya merupakan sesuatu yang harus diselesaikan
atau dipecahkan. Namun, tidak semua persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari dapat dikatakan sebagai sebuah masalah. Menurut
Shadiq (2004), sebuah pertanyaan akan menjadi sebuah masalah hanya jika
pertanyaan tersebut menunjukkan adanya sebuah tantangan (challenge)
yang tidak dapat dipecahkan atau diselesaikan oleh suatu prosedur rutin
(routine procedure) yang sudah diketahui sebelumnya. Oleh karena itu,
dalam menyelesaikan sebuah masalah diperlukan waktu yang relatif lebih
lama dibandingkan dengan proses pemecahan soal biasa.
Adjie (2007) mengemukakan bahwa permasalahan yang kita hadapi
dapat dikatakan sebagai sebuah masalah jika permasalahan tersebut tidak
dapat diselesaikan atau dijawab secara langsung dikarenakan harus
menyeleksi informasi atau data, dan tentunya jawaban yang diperoleh
bukanlah kategori masalah yang rutin. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
sebuah pertanyaan atau kondisi yang dihadapi seseorang dapat dikatakan
sebagai sebuah masalah jika orang tersebut tidak bisa menemukan secara
langsung prosedur atau langkah untuk mendapatkan jawaban atas masalah
tersebut.
Setiap masalah tentu menuntut adanya suatu solusi. Untuk mencapai
solusi dari sebuah masalah diperlukan adanya proses pemecahan masalah.
Polya (1985) dan Santrock (2010), mengartikan pemecahan masalah
sebagai suatu usaha mencari jalan keluar untuk mencapai suatu tujuan yang
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
17
tidak dapat segera dicapai. Sedangkan Lenchner (Wardhani, 2010)
menyatakan bahwa memecahkan masalah matematika adalah sebuah proses
penerapan pengetahuan matematika yang telah diperoleh sebelumnya ke
dalam situasi yang belum dikenal.
Menurut Polya (1973) langkah-langkah dalam pemecahan masalah
matematika terdiri dari empat langkah, yaitu:
a. Memahami masalah (Understanding the Problem)
Memahami masalah dilakukan dengan meminta siswa untuk
menjelaskan bagian terpenting dari pertanyaan tersebut meliputi: apa
yang ditanyakan, apa yang diketahui, bagaimana syaratnya, dan sudah
cukup untuk menentukan hal-hal yang belum diketahui.
b. Merencanakan penyelesaian (Devising a Plan)
Merencanakan penyelesaian ditandai dengan siswa mencoba mencari
hubungan antara hal-hal yang diketahui dengan hal-hal yang ditanyakan.
Soal yang pernah diselesaikan, konsep dan prinsip yang sudah pernah
dimiliki sangat besar manfaatnya dalam menentukan hubungan yang
terjadi antara yang diketahui dengan yang ditanyakan. Dengan hubungan
tersebut maka disusunlah hal-hal atau rencana apa yang akan dilakukan
untuk menyelesaikan masalah atau soal tersebut.
c. Menyelesaikan rencana (Carrying Out the Plan)
Rencana pemecahan diselesaikan sesuai dengan rencana atau langkah-
langkah yang telah dibuat dengan membuktikannya secara jelas.
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
18
d. Melihat kembali (Looking Back)
Melihat kembali jawaban/ hasil yang diperoleh dapat menguatkan
pengetahuan dan mengembangkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal, siswa harus mempunyai alasan yang tepat dan yakin
jawabannya benar dan kesalahan akan mungkin terjadi sehingga
pemeriksaan kembali diperlukan.
Dari beberapa pengertian pemecahan masalah di atas, dapat
disimpulkan bahwa pemecahan masalah merupakan usaha nyata dalam
rangka mencari jalan keluar atau suatu ide yang berkenaan dengan tujuan
yang ingin dicapai. Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan tahapan
proses pemecahan masalah matematika sebagai berikut.
a. Memahami masalah
b. Membuat rencana penyelesaian
c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana
d. Memeriksa kembali hasil.
B. Alat Ukur Keterampilan Metakognitif dalam Memecahkan Masalah
Matematika
Untuk mengetahui keterampilan metakognitif yang dimiliki siswa dalam
memecahkan masalah matematika, peneliti menggunakan soal tes pemecahan
masalah matematika yang diberikan kepada subyek penelitian. Tes pemecahan
masalah matematika ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keterampilan
metakognitif siswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
19
tahapan pada proses pemecahan masalah menurut Polya. Untuk mengetahui
keterampilan metakognitif siswa, dari hasil tes pemecahan masalah akan
dianalisis berdasarkan indikator keterampilan metakognitif pada setiap tahapan
proses pemecahan masalah.
Berdasarkan deskripsi tentang keterampilan metakognitif dan
pemecahan masalah matematika, peneliti menyimpulkan indikator yang akan
digunakan dalam penelitian untuk mengetahui gambaran keterampilan
metakognitif siswa dalam memecahkan masalah matematika pada setiap
tahapan proses pemecahan masalah, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1
Indikator Keterampilan Metakognitif Siswa dalam Memecahkan
Masalah Matematika pada setiap Tahapan Proses Pemecahan Masalah
Tahapan Proses
Pemecahan
Masalah
Aktivitas
Keterampilan
Metakognitif
Langkah Penyelesaian
Memahami
Masalah
Perencanaan - Menjelaskan apa yang diketahui.
- Menjelaskan apa yang ditanyakan.
Membuat
Rencana
Penyelesaian
Perencanaan
- Memikirkan dan membuat rencana alur
pemecahan masalah dengan cara
menentukan rumus yang akan digunakan
dalam memecahkan masalah.
Pemantauan - Memeriksa kesesuaian rumus yang akan
digunakan dalam memecahan masalah.
Menyelesaikan
Masalah Sesuai
Rencana
Perencanaan
- Memikirkan dan mengungkapkan/
menuliskan dari apa yang dipikirkan
ketika melaksanakan pemecahan masalah
dengan membuat langkah penyelesaian
sesuai dengan rencana penyelesaian..
Pemantauan - Memeriksa pelaksanaan pemecahan
masalah.
Memeriksa
Kembali Hasil
Perencanaan - Memikirkan dan mengungkapkan/
menuliskan cara yang digunakan untuk
memeriksa kebenaran hasil.
Pemantauan - Mengecek apakah yang dilakukan dalam
memeriksa kebenaran hasil sudah benar.
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
20
Evaluasi - Membuat kesimpulan sesuai dengan
tujuan masalah.
C. Materi
Pokok bahasan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah materi
lingkaran pada kelas VIII. Silabus yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada silabus yang digunakan di SMP Negeri 1 Bukateja, yaitu dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 2.2
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator
4. Menentukan
unsur, bagian
lingkaran serta
ukurannya.
4.2 Menghitung
keliling dan
luas
lingkaran.
1.2.1 Menyelesaikan permasalah yang
berkaitan dengan keliling
lingkaran.
1.2.2 Menyelesaikan permasalah yang
berkaitan dengan luas lingkaran.
D. Penelitian Relevan
Di bawah ini adalah beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan
dengan masalah yang diteliti:
Sudia (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Profil Metakognisi
Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Open-Ended Ditinjau dari Tingkat
Kemampuan Siswa”, menyimpulkan bahwa pada saat memecahkan masalah
matematika subyek yang memiliki kemampuan matematis tinggi melibatkan
ketiga aktivitas metakognisinya (perencanaan, monitoring dan evaluasi) untuk
setiap pertahapan pemecahan masalah menurut Polya. Subyek yang memiliki
tingkat kemampuan matematika sedang, hanya melibatkan dua aktivitas
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
21
metakognisinya yaitu aktivitas perencanaan dan evaluasi. Sedangkan siswa
dengan kemampuan matematika rendah, hanya melibatkan satu aktivitas
metakognisinya yaitu aktivitas perencanaan untuk setiap pertahapan
pemecahan masalah menurut Polya.
Putri (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Keterampilan
Metakognitif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berbasis
Polya Subpokok Bahasan Garis Singgung dan Sudut Kelas VII-C di SMP
Negeri 1 Genteng Banyuwangi”, menyimpulkan bahwa keterampilan
metakognitif siswa dengan kemampuan matematika tinggi mampu memenuhi
hampir semua indikator pada keterampilan perencanaan, pemantauan, dan
evaluasi. Siswa hanya kurang mampu dalam memprediksi waktu yang
digunakan dengan baik pada soal. Siswa dengan kemampuan matematika
sedang mampu memenuhi semua indikator keterampilan perencanaan,
pemantauan, dan evaluasi. Siswa tersebut kurang mampu menguasai indikator
memikirkan penyelesaian dengan cara lain, memprediksi konsep yang
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan, dan melaksanakan dengan cara
lain. Dan pada siswa berkemampuan matematika rendah belum dapat
memenuhi sebagian besar indikator pada semua keterampilan.
E. Kerangka Pikir
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang tak lepas dari
sebuah masalah. Untuk dapat memecahkan sebuah masalah matematika,
seorang siswa akan menggunakan pengetahuan-pengetahuan yang sudah
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
22
pernah diperoleh sebelumnya yang dapat digunakan untuk membantu mereka
dalam memecahkan masalah matematika. Siswa akan memikirkan cara yang
tepat, langkah, dan juga strategi apa yang harus dilakukan dalam memecahkan
masalah matematika. Setelah selesai memecahkan masalah, siswa masih perlu
memikirkan tentang seberapa baik langkah yang telah digunakan, serta
memikirkan apakah jawaban yang diperoleh sudah benar atau belum.
Aktivitas-aktivitas tersebut menggambarkan sebuah aktivitas dari keterampilan
metakognitif.
Flavell (Hacker, 2009) menyatakan bahwa konsep dasar metakognisi
adalah sebuah pemikiran tentang pikirannya sendiri, berfikir bisa menjadi apa
yang diketahui (pengetahuan metakognitif), apa yang sedang dilakukannya
(keterampilan metakognitif), atau apa yang membedakan pemikiran seseorang
tentang proses berfikirnya. Oleh karena itu, metakognisi dapat dikatakan
sebagai berfikir tentang berfikir, pengetahuan tentang pengetahuan atau
bagaimana menggunakannya. Pengetahuan metakognitif mengacu pada
pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional
seseorang dalam memecahkan masalah. Sedangkan keterampilan metakognitif
dapat dilihat dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa dalam memecahkan
masalah matematika yang tercantum di atas.
Berdasarkan uraian tersebut, mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian terhadap keterampilan metakognitif yang dimiliki siswa dalam
memecahkan masalah matematika. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan gambaran keterampilan metakognitif siswa dalam
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
23
memecahkan masalah matematika. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Bukateja pada siswa kelas VIII H. Sebelum melakukan penelitian,
terlebih dahulu peneliti mengelompokkan siswa menjadi 3 kelompok
kemampuan berdasarkan prestasi, yaitu kelompok kemampuan prestasi tinggi,
kelompok prestasi sedang, dan kelompok prestasi rendah yang diperoleh dari
nilai UAS pada semester gasal tahun ajaran 2015/ 2016.
Selanjutnya peneliti melakukan pengumpulan atau pengambilan data
dengan pemberian tes pemecahan masalah matematika kepada seluruh siswa
kelas VIII H yang berjumlah 34 siswa. Kemudian akan dilanjutkan dengan
dilaksanakannya wawancara dari hasil tes pemecahan masalah matematika
untuk mengetahui gambaran keterampilan metakognitif siswa dalam
memecahkan masalah matematika. Wawancara hanya dilaksanakan kepada 6
siswa yang dipilih sebagai responden atau sampel penelitian. Keenam siswa
tersebut dipilih berdasarkan nilai UAS matematika semester gasal tahun ajaran
2015/ 2016 dan jawaban tes pemecahan masalah matematika yang diantaranya
2 siswa dari kelompok prestasi tinggi, 2 siswa dari kelompok prestasi tinggi
sedang, dan 2 siswa dari kelompok prestasi tinggi rendah. Setelah data
terkumpul, kemudian data tersebut direduksi, dalam proses reduksi data akan
dipilih mana data yang akan digunakan dan mana data yang tidak digunakan.
Kemudian setelah itu disimpulkan bagaimana deskripsi keterampilan
metakognitif siswa dalam memecahkan masalah matematika.
Deskripsi Keterampilan Metakognitif …, Dyah Ratna Purnandari, FKIP UMP, 2016
top related