bab ii kajian teori 2.1.1 pengertian buku cerita...
Post on 12-Mar-2018
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar
(Drs, Tri Rama K).Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia .Kata
cerita adalah tuturan yang membentangkan terjadinya suatu hal, karangan yang
menyatakan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang. Sedangkan gambar
artinya adalah dihiasi dengan gambar. Buku cerita bergambar menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah Buku yang mempunyai gambar kartun yang
berisikan kisah atau cerita yang berkisahkan kisah atau cerita dimuat secara
bersambung.
Sedangkan menurut (Murti Bunata,2010) buku cerita bergambar atau
cergam dapat menjadi suatu media dalam menyampaikan pesan melalui cerita
dengan disertai ilustrasi gambar. Buku itu sendiri merupakan suatu media dalam
menyampaikan informasi dan pesan.
Menurut (Sri Kartini,2009) Buku cerita bergambar mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Bersifaat rekaan atau fiksi yang artinya salah satu cerita itu bersifat tidak
nyata atau karangan.
2. Bersifat Naratif artinya suatu karangan itu menceritakan suatu kejadian
atau peristiwa.
3. Mempunyai tema, alur seting, penokohan.
4. Bersifat fantasi atau khayalan. Dengan macam-macam buku cerita
bergambar sebagai berikut:
a. Legenda yaitu cerita asal usul suatu tempat atau daerah.
b. Fabel atau cerita yang diperankan oleh binatang,tentang binatang.
c. Mite yaitu cerita tentang legenda namun lebih menceritakan
tentang dewa – dewi.
7
d. Sage adalah cerita lama yang banyak menceritakan kejadian
mistik.
Uraian diatas dapat dikaji bahwa buku cerita bergambar dapat dijadikan
seperti sumber belajar bagi siswa dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar
yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun cerita
buku bergambar dapat diamplikasikan dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar
bagi peserta didik.
Dapat diambil kesimpulan bahwa buku cerita bergambar adalah Gambar
kartun yang berkisahkan kisah atau cerita dimuat secara bersambung yang dapat
menjadi sumber penyampaian informasi atau pesan dengan ciri-ciri tertentu dapat
di golongkan menjadi beberapa jenis,sehingga buku cerita bergambar sangat
cocok diamplikasikan untuk media belajar membaca bagi peserta didik.
Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk
mengukur kemampuan membaca siswa dengan menggunakan teknik tes dan non
tes, antara lain:
1. Non Tes
Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif
dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek
kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes (Endang Poerwanti, 2008), yaitu:
1. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat
dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen
yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar
siswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa
menggunakan instrumen.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang
diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek
kepribadian siswa.
8
3. Task Analysis (Analisis Tugas)
Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan
menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar
komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.
4. Komposisi dan Presentasi
Siswa menulis dan menyajikan karyanya.
5. Proyek Individu dan Kelompok
Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan
untuk individu maupun kelompok
Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara
pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap. Alat yang
dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan
dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas instrumen butir-butir soal apabila
cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran
dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan
instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala
sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai
alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun
kompetensi yang dimiliki siswa haruslah valid, maksudnya adalah instrumen
tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya skor
siswa yang diperoleh dari skor tes, menyimak, diskusi,kerja lapangan dan
presentasi.
Tabel 2.1
Instrumen Penilaian Proses Membaca
No Nama Siswa Intonasi Lafal Kenyaringan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
9
Kriteria:
1. = Kurang
2. = Cukup
3. = Baik
4. =Baik Sekali
Keterangan = Jumlah perolehan sekor X 100
= 12 x100
12
Jumlah Sekor Maksimal
= 100
Keteranggan
No Aspek Penilaian Rentan Sekor
1. Intonasi
a. Baik sekali
Nada kalimat jelas
b. Baik
Tinggi rendahnya nada
kalimat jelas
c. Cukup
Nada kalimat kurang jelas
d. Kurang
Tinggi rendahnya nada
kalimat kurang jelas
4
3
2
1
10
2 Lafal
a. Baik sekali
Bunyi bahasa lebih jelas
b. Baik
Bunyi bahasa terlihat dengan
jelas
c. Cukup
Bunyi bahasa terlihat kurang
jelas
d. Kurang
Bunyi bahasa tidak jelas
4
3
2
1
3 Kenyaringan
a. Baik sekali
Mempergunaan penekanan
kata lebih jelas
b. Baik
Mempergunakan penekanan
kata elas
c. Cukup
Mempergunakan penekanan
kata kurang jelas
d. Kurang
Mempergunakan kata tidak
jelas
4
3
2
1
11
2.1.2 Manfaat Buku Cerita Bergambar
Guru di sekolah dasar mempunyai tugas yang kompleks. Tugas tersebut
antara lain adalah memahami dengan baik materi yang akan diajarkan,
memahami dan memanfaatkan dengan baik cara peserta didik belajar,memahami
cara mengajarkan Bahasa Indonesia yang efektif,merupakan cara memanfatkan
alat bantu belajar yang diperlukan,menerapkan metode pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan mampu menentukan sistim pembelajaran yang baik.
(Dwi Hastuti,2010) Kenalkan anak-anak dengan buku cerita.dengan buku
cerita tresebut ternyata memiliki potensi yang besar untuk menumbuhkan minat
baca pada anak.Menumbuhkan sikap gemar membaca anak tidak hanya menjadi
tanggng jawab sekolah.Membangkitkan kegemaran akan membaca untuk usia
adik-adik sangatlah penting. Dengan membaca maka anak-ank dapat melihat
dunia dan dapat memperluas pengetahuan.
Berdasarkan dengan buku cerita bergambar berbagai sumber pembelajaran
Bahasa Indonesia ada banyak manfaat yang akan siswa dapatkan:
a. Sebagai penghibur atau pelipur lara.
b. Sebagai penambah wawasan.
c. Menambah Kecerdasan.
d. Sebagai bahan ajar untuk membaca.
e. Membuat anak menjadi kreatif menerka isi cerita.
Cerita bagi anak sangat mempengaruhi pola pikir dan kecerdasan
anak,untuk menyimak dan merekam isi dan tujuan isi cerita Sri Kartini
2009).
Berdasarkan uraian diatas dapat dikaji bahwa buku cerita bergambar
memiliki banyak manfaat untuk siswa misalnya sebagai penambah wawasan
menambah kecerdasan, sebagai bahan ajar yang tepat untuk membaca.
12
Guru perlu memahami dengan baik cara peserta didik belajar,memahami
cara mengajarkan Bahasa Indonesia yang efektif, menerapkan cara memanfaatkan
alat bantu belajar yang diperlukan.Pemanfaatan buku cerita bergambar sangat
tepat untuk meningkatkan ketrampilan membaca pada siswa.
2.1.3.Penggunaan Buku Cerita Bergambar
Trimo (2006) Buku cerita bergambar di perpustakaan sekolah dapat digunakan
sebagai sumber pembelajaran yang menarik bagi siswa. Adapun langkah-langkah
penggunaan buku cerita bergambar diperpustakaan sekolah sebagai sumber
pembelajaran sebagai berikut:
a. Membuat tugas yang relevan sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
b. Menyiapkan ruangan Perpustatakaan.
c. Memastikan bahwa diperpustakaan ada buku cerita bergambar.
d. Menjelaskan materi yang akan diajarkan .
e. Menjelaskan langkah- langkah dalam mengerjakan tugas di perpustakaan.
f. Membuat kelompok belajar.
g. Memberi pengarahan tentang tata cara mencari buku cerita bergambar di
perpustakaan.
h. Menyuruh siswa membaca buku bergambar yang dipilihnya.
i. Memberi evaluasi.
Langkah – Langkah penggunaan buku cerita bergambar menurut Sri Kartini
2009:
a. Memastikan ada buku cerita bergambar di perpustakaan.
b. Menyiapkan materi bahan ajar.
c. Diskusi dalam kelompok belajar 3-4 orang.
d. Kelompok memajangkan hasil diskusi.
e. Praktik membacakan membacakan buku cerita bergambar yang
dipilihnya
f. Memberi evaluasi.
13
Langkah – langkah pengunaan buku cerita bergambar menurut
Lindo,Maysake,2008:
a. Menyiapkan ruang perpustakaan.
b. Menyampaikan tata cara di ruang perpustakaan.
c. Membacakan materi yang akan diajarkan.
d. Membuat kelompok belajar.
e. Memilih buku cerita bergambar yang akan dibaca.
f. Evaluasi.
Kelebihan menggunakan buku cerita bergambar menurut Sudjana,2007:68
a. Peran pokok dari buku cerita bergambar dalam introksional adalah
kemampuanya dalam menciptakan minat peserta didik.
b. Membimbing minat membaca yang menarik pada perserta didik.
c. Melalui bimbingan guru buku cerita bergambar dapat berfungsi sebagai
jembatan untuk menambah minat baca.
d. Buku cerita bergamabar menambah persaudaraan kata-kata pembacanya.
e. Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak.
f. Dapat mengembangkan minat baca anak.
Kelemahan menggunakan buku cerita bergambar menurut
Sudjana,2007:68 :
a. Guru harus menggunakan motivasi potensional dari buku cerita bergambar
apabila minat baca telah dibangkitkan dan buku cerita bergambar harus
dilengkapi.
b. Kemudahan orang membaca buku cerita bergambar.
c. Banyak aksi- aksi yanb menonjolkan kekerasan atau tingkah laku yang
kurang baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikaji bahwa penggunaan buku cerita
bergambar sangat beragam,misalnya penggunaan buku cerita bergambar sebagai
penghantar tidur,sebagai bahan untuk belajar membaca, menggunakan buku cerita
bergambar untuk pembelajaran bahasa bagi anak- anak maupun orang dewasa,dan
14
pengunaan buku cerita bergambar di perpustakaan sekolah sebagai sumber
pembelanjaran yang menarik dengan langkah langkah pembelajaran yang
sesuai.sebagian guru dapat memanfaatkan buku cerita bergambar sebagai sumber
belajar yang menarik agar dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa.
Dapat diambil kesimpulan bahwa banyak cara untuk mengunakn buku cerita
bergambar sesuai kebutuhan,namun bagi seorang guru yang terpenting dari uraian
diatas adalah pemanfaatan buku cerita bergambar diperpustakaan sekolah bagi
sumber pembelajaran yang menarik untuk pembelajaran siswa dengan langkah –
lanmgkah sebagai berikut:
a. Membuat tugas yang relevan sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
b. Menyiapkan ruangan Perpustatakaan.
c. Memastikan bahwa diperpustakaan ada buku cerita bergambar.
d. Menjelaskan materi yang akan diajarkan .
e. Menjelaskan langkah- langkah dalam mengerjakan tugas di perpustakaan.
f. Membuat kelompok belajar.
g. Memberi pengarahan tentang tata cara mencari buku cerita bergambar di
perpustakaan.
h. Menyuruh siswa membaca buku bergambar yang dipilihnya.
i. Memberi evaluasi.
2.1.4. Pengertian Kemampuan Membaca
Farida Rahim (Burns dkk, 1996) mengartikan Kemampuan membaca
merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun anaknak
yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk
belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus, dan anak anak
yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan
lebih giat belajar di bandingkan dengan anak anak yang tidak menemukan
keuntuntungan dari kegiatan membaca.
15
(Liando, Maysake, 2008 Penggunaan Buku Cerita Bergambar dalam
pembelajaran membaca permulaan merupakan salah satu alternatif untuk
pemecahan masalah pembelajaran membaca di Sekolah Dasar.
Masalah yang berhubungan dengan pengaruh struktur kalimat terhadap
proses membaca ada dalam bidang yang sangat khusus, yakni keterbacaan
(Harjasujana dan Damaianti (2003:4). Berbicara tentang keterbacaan, setiap
penyusun wacana atau buku bacaan, baik fiksi maupun nonfiksi, harus
mendasarkan diri pada orientasi teoretis, yakni masalah struktur kalimat dan
kosakata. Seperti dikemukakan oleh Sakri (1993:135), keterbacaan (readability)
bergantung pada kosakata dan bangun kalimat yang dipilih oleh pengarang untuk
tulisannya. Tulisan yang banyak mengandung kata yang tidak umum lebih sulit
dipahami daripada yang menggunakan kosakata sehari-hari. Tentang hal ini telah
dijelaskan pada penjelasan tentang kosakata baca. Demikian pula, bangun kalimat
yang panjang dan kompleks akan menyulitkan pembaca yang tingkat
perkembangan usianya berbeda.
Kemampuan berbahasa ada emapt yaitu kemampuan menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Kemampuan membaca dapat dilihat sebagai
suatu proses dan sebagai hasil.untuk memperoleh pemahaman bacaan seorang
pembaca memerlukan pengetahuan baik kebiasaan maupun non kebiasaan.Sebab
pembaca harus mengenal konsep,dan kosa kata,serta latar yang tepat dari bacaan.
Proses pemahaman bottom up dilakukan dengan memahami kata, fasa, kalimat,
paragraf, dan wacana. Proses pemahaman bottom down dilakukan pemahaman
wawancara secara utuh yang bersifat prediktif kemudiaan ditelaah makna
paragraf, kalimat, fras, dan kata.Sementara proses pemahaman interaktif
merupakan campuran dari proses tersebut. Bum (dalam Haryadi dan
Zamzami,1996).
Guru perlu memahami dengan baik materi yang akan diajarkan,memahami
dan menggunakan dengan baik cara peserta didik belajar,memahami cara
mengajarkan Bahasa Indonesia yang efektif,menerapkan cara menggunakan alat
16
bantu belajar yang diperlukan.menggunakan buku cerita bergambar sangat tepat
untuk meningkatkan ketrampilan membaca.
Dari uraian diatas dapat dikaji bahwa kemampuan membaca adalah berupa
keterampilan penyediaan kembali dan penafsiran sandi.kegiatan dimulai dari
pengenalan huruf,kata,ungkapan,frasa,kalimat,dan wacana serta menghubungkan
dengan bunyi dan maknanya.maka kemampuan membaca sangatlah penting untuk
menunjukkan keberhasilan belajar pada peserta didik.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca adalah ketrampilan
mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang lambang grafis
dan perubahanya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman membaca
secara diam-diam atau keras-keras.
2.1.5. Tahap Kemampuan Membaca
Pada era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang
sangat pesat pada bidang teknologi dan informasi,Kemajuan ini menuntut
dukungan budaya baca tulis yaitu :Perwujudan perilaku, yang mencakup
kemampuan, kebiasaan ,kegemaraan, dan kebutuhan baca tulis. Namun hingga
saat ini budaya baca tulis belum sepenuhnya berkembang dimasyarakat Indonesia
itu karena Bangsa Indonesia akan berhasil dalam pembangunan dimassa
depan.pengembangan budaya baca tulis mutlak diperlukan.
Pendidikan di Sekolah Dasar,Bertujuan memberi bekal kemampuan dasar
„‟baca tulis”, Pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa
sesuai tingkat perkembanganya.Rofi‟uddin,A (2001).
Dikaitkan dengan teori combas (Dalam Rofi‟udin,A,2001)yang
mengatakan,memilah kemampuan membaca menjadi 3 tahap yaitu tahap
persiapan,tahap perkembangan dan tahap transisi.
17
a. Dalam tahap persiapan ,anak mulai menyadari tentang fungsi
barang cetak,konsep tentang cara kerja barang cetak,konsep
tentang huruf.
b. Dalam tahap perkembangan,anak mulai memahami pola bahasa
yang terdapat dalam brang cetak.Anak mulai belajar memasangkan
suatu kata dengan yang lain.
c. Dan dalam tahap transisi,anak mulai mengubah kebiasan membaca
yang bersuara menjadi membaca dalam hati.Anak dapat melakukan
kegiatan membaca dalam hati.
Tale dan Sulaby (Rofi‟udin,A 2001)) mengambarkan potret atau sosok
anak kecil sebagai pelajar keberwacaanan dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Anak sudah mulai belajar membaca dan menulis sejak dini.
2. Anak kecil mempelajari fungsi keberwacaaan melalui observasi
dan peran serta dalam kehidupan nyata yang menggunakan
membaca dan menulis.
3. Kemampuan membaca dan menulis anak berkembang bersamaan
dan berhubungan melalui pengalamanya dalam membaca dan
menulis.
4. Anak belajar melalui perlibatan aktif dan materi,materi wacana
dengan membangun pengertian mereka tentang membaca dan
menulis.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikaji bahwa kemampuan membaca
mempunyai tahpan –tahapan tertentu sesuai usia perkembangan anak.Anak mulai
belajar membaca sejak usia dini, mereka belajar melalui observasi berkembang
bersamaan melalui pengalaman belajar formal sejak kelas 1 SD.Maka dari itu
sekolah dasar memiliki peran penting dalam menunjang kemampuan membaca
oleh anak.
18
Dapat disimpulkan bahwa pemberian bekal kemampuan membaca
sangatlah penting bagi anak-anak.Pengembangan kemampuan membaca dapat
dilaksanakan mulai pemanfaatan sastra anak-anak sebagai sumber pembelajaran
membaca dan menulis.
2.1.6 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Banyak factor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Umumnya,
kemampuan membaca yang dimaksud ditujukan oleh pemahaman seseorang pada
bacaan yang dibacanya dan tingkat kecepatan yang dimiliki.( Lamb dan Arnold)
Factor-faktor itu antara lain :
a) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis,
dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan
bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa ahli
mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak)
dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman
mereka. Guru hendaknya cepat menemukan tanda – tanda yang disebutkan di atas.
Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa
memperlambat kemajuan belajar membaca anak.
Analisis bunyi, misalnya mungkin sukar bagi anak yang mempunyai
masalah pada alat bicara dan alat pendengaran. Guru harus waspada terhadap
beberapa kebiasaan anak, seperti anak sering menggosok – gosok matanya, dan
mengerjap – ngerjapkan matanya ketika membaca. Jika menemukan siswa seperti
di atas, guru harus menyarankan kepada orang tuanya untuk membawa si anak ke
dokter spesialis mata. Dengan kata lain, guru harus sensitif terhadap gangguan
yang dialami oleh seorang anak. Makin cepat guru mengetahuinya, makin cepat
pula masalaha anak dapat diselesaikan. Sebaiknya, anak – anak diperiksa matanya
terlebih dahulu sebelum ia mulai membaca permulaan.
Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya, beberapa
anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum
19
berkembangnya kemampuan mereka dalam membedakan simbol – simbol
cetakan, seperti huruf – huruf, angka – angka, dan kata – kata misalnya anak
belum bisa membedakan b, p, dan d. Perbedaan pendengaran (auditory
discrimination) adalah kemampuan mendengarkan kemiripan dan perbedaan
bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan kesiapan membaca anak.
b) Faktor Intelektual
Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir
yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan
meresponsnya secara tepat. Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster
mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk
bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif
terhadap lingkungan.
Penelitian Ehansky dan Muehl dan Forrell yang dikutip oleh Harris dan
Sipay menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan posirif (tetapi rendah)
antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata – rata peningkatan
remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin
bahwa banyak hasil penelitian memperlihatkan tidak semua siswa yang
mempunyai kemampuan inteligensi tinggi eenjadi pembaca yang baik.
c . Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca siswa.
Faktor lingkungan itu mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa
dirumah, dan (2) sosial ekonomi keluarga siswa.
Latar belakang dan pengalaman anak di rumah, Lingkungan dapat membentuk
pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah
memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu
pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar
membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang
penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak – anaknya, dan
mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak akan
menemukan kendala yang berarti dalam membaca.
20
Rubin (1993) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis,
bisa mengarahkan anak–anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan,
suka menantang anak untuk berfikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri
merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai
persiapan yang baik untuk belajar di sekolah. Di samping itu, komposisi orang
dewasa dalam lingkungan rumah juga berpengaruh pada kemampuan membaca
anak. Anak yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya , orang tua tunggal, seorang
pembantu rumah tangga, atau orang tua angkat akan memengaruhi sikap dan
tingkah laku anak. Anak yang dibesarkan oleh ibu saja berbeda dengan anak yang
dibesarkan oleh seorang ayah saja.
Kematian salah seorang anggota keluarga umumnya akan menyababkan
tekanan pada anak–anak. Perceraian juga merupakan pengalaman yang traumatis
bagi anak–anak. Guru hendaknya memahami tentang lingkungan keluarga anak
dan peka pada perubahan yang tiba –tiba terjadi pada anak.
Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua
yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang
membacakan cerita kepada anak – anak mereka umumnya menghasilkan anak
yang senang membaca. Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap
kegiatan sekolah di mana anak – anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif
anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca.
Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga penting bagi
kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu kegiatan yang
bermakna. Pengalaman masa lalu anak – anak memungkinkan anak – anak untuk
lebih memahami apa yang mereka baca.
d. Faktor sosial ekonomi
Ada kecenderungan orang tua kelas menengah ke atas merasa bahwa anak
– anak mereka siap lebih awal dalam membaca permulaan. Namun, usaha orang
tua hendaknya tidak berhenti hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orang
tua harus melanjutkan kagiatan membaca anak secara terus – menerus. Anak lebih
membutuhkan perhatian daripada uang. Oleh sebab itu orang tua hendaknya
menghabiskan waktu mereka untuk berbicara dengan anak mereka agar anak
21
menyenangi membaca dan berbagi buku cerita dan pengaaman membaca dengan
anak – anak. Sebaliknya, anak – anak yang berasal dari keluarga kelas rendah
yang berusaha mengejar kegiatan – kegiatan tersebut akan memiliki kesempatan
yang lebih baik untuk menjadi pembaca yang baik.
Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan
faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian
memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa mempengaruhi kemampuan
verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa semakin tinggi
kemampuan verbal siswa. Anak – anak yang mendapat contoh bahasa yang baik
dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak – anak
mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan inteligensi anak.
Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak – anak yang berasal dari
rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang
penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan
membaca yang tinggi.
d) Faktor Psikologis
Faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak
adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3)
kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.
i. Motivasi
Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Eanes
mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk
mencapainya. Kuncinya adalah guru harus mendemonstrasikan kepada siswa
praktik pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak sehingga
anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.
Crawley dan Mountain mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu
yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi
belajar memengaruhi minat dan hasil belajar siswa.
Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan
mengoptimalkan kerja otak siswa. Di samping itu, suasana belajar yang kondusif
dan menyenangkan akan lebih memotivasi siswa agar belajar lebih intensif.
22
Seseorang tidak berminat membaca kalau dalam keadaan tertekan. Untuk usia dini
bisa diwujudkan dalam bentuk permainan, sedangkan pada siswa kelas tinggi
bermain dapat dikembangkan melalui eksperimen. Misalnya, setelah membaca
materi bacaan yang menjelaskan tentang petunjuk membuat pesawat terbang dari
kertas, kemudian siswa mencoba memodifikasinya sehingga pesawatnya bisa
terbang lebih jauh.
ii. Minat
Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha – usaha seseorang
untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan
diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian
membacanya atas kesadarannya sendiri.
Seorang guru harus berusaha memotivasi siswanya. Siswa yang
mempunyai motivasi yang tinggi terhadap membaca, akan mempunyai minat yang
tinggi pula terhadap kegiatan membaca.
iii. Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri
Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu.
Anak – anak yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika
mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan
mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya, anak – anak yang
lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya
pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan
memungkinkan kemajuan kemampuan anak – anak dalam memahami bacaan akan
meningkat.
Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak – anak. Anak – anak yang
kurang percaya diri di dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang
diberikan kepadanya walaupun tugas itu sesuai dengan kemampuannya. Mereka
sangat bergantung kepada orang lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan
mandiri dan selalu meminta untuk diperhatikan guru.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikaji banyak sekali faktor faktor yang
mempengaruhi kemampuan membaca,misalnya motivasi dari diri sendiri,faktor
dari lingkungan keluarga,kesesuaian bahan bacaan,pengetahuan tentang tata cara
23
membaca,pengetahuan dan pengalaman seseorang yang dimiliki
sebelumnya.Namun sebagai pendidik harus dapat memilih bahan bacaan yang
sesuai dengan perkembangan anak,untuk dapat digunakan sebagai sumber belajar
agar dapat memotivasi anak untuk membaca,sehingga dapat meningkatkan
kemampuan membaca anak.
Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca anak sangatlah beragam ,mulai fator yang berasal dari diri sendiri
,keluarga, latar belakang sosial, budaya, ekonomi, pengetahuan tentang cara
membaca. Guru hendaaknya dapat memilih bahan bacaan yang sesuai denagn usia
dan menarik minat siswa untuk membaca, untuk dapat digunakan sebagai sumber
pembelajaran agar dapat meningkatkan kemampuan membaca.
2.1.7.Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar
Pendekatan pembelajaran yang ditekankan untuk kelas 1,2 dan 3 SD
adalah pendekatan tematik. Menurut Siskandar (2003) bagi guru SD kelas rendah
(1,2 dan 3) yang siswanya masih berperilaku dan berpikir konkrit, pembelajaran
sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu
kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini maka pembelajaran untuk siswa kelas 1, 2
dan 3 menjadi lebih bermakana, lebih utuh dan sangat kontekstual dengan dunia
anak-anak.
Berdasarkan hal di atas maka akan lebih memahami tentang pembelajaran
dengan pendekatan tematik perlu kiranya diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan
teori mengenai pembelajaran terpadu.
a. Arti pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata
pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemanduan itu siswa
akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga
pembelajaran menjadi bermakana bagi siswa. Bermakana disini memberikan
arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-
konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang
menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
24
pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka
pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
belajar, sehinggga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk
pembuatan keputusan. Hal ini sesuai dengan panduan KBK DEPDIKNAS
(2003) yang menyatakan bahwa pengalaman belajar siswa menempati posisis
penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu guru dituntut
harus mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar
dengan tepat. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar
dapat hidup di masyarakat dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui
pengalaman belajar di sekolah. Oleh sebab itu pengalaman belajar disekolah
sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk
berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya
lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
b. Tujuan pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih
bermakna.
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan
memanfaatkan informasi.
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasan baik, dan nilai-nilai luhur
yang diperlukan dalam kehidupan.
4. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
5. Meningkatkan gairah dalam belajar
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Kompetensi dasar merupakan standar minium yang secara nasional harus
dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap
satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
25
difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk pembelajaran tematik
diitujukan bagi bagi siswa kelas rendah (1, 2, dan 3) melalui tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Tematik Kelas II
Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
BAHASA INDONESIA
8.Memahami ragam wacana tulis dengan
membaca nyaring dan membaca dalam
hati.
PKN
4.Membiasakan hidup bergotong royong
IPS
3. Memahami kedudukan dan peran angota
dalam keluarga dan lingkungan
tetangga.
7.1 Membaca nyaring teks (15-20
kalimat)dengan memperhatikan lafal
dan intonasi yang tepat)
7.2. Menyebutkan isi teks agak panjang
(20-25 kalimat)yang dibaca dalam hati,
4.1 Melaksanakan pemeliharaan
lingkungan alam.
4.2 Mengenal pentingnya hidup
rukun,saling berbagi dan tolong
menolong.
3.2 Menceritakan pengalamanya dalam
melaksanakan peran dalam angota
keluarga.
3.3 Memberi contoh bentuk –bentuk kerja
sama dilingkungan tetangga.
2.2 Hasil Kajian yang Relevan
Penelitian dari Suparni (2008) Dalam pemanfaatan buku cerita
bergambar terhadap kemampuan membaca kelas II di SDN Suroloyo ,yang
peserta didiknya mengalami peningkatan kemampuan membaca dengan hasil
ketuntasan pembelajaran mencapai 89%.
26
Penelitian dari Umi Sadah, 2010 Penggunaan buku cerita bergambar
untuk meningkatkan kemampuan membaca awal anak kelompok B di TK PGRI
Sladi-Kejayan oleh Umi Saadah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dari pra tindakan kurang baik
atau mencapai 47,65%, siklus I cukup baik atau mencapai 69,6%, pada siklus II
menjadi sangat baik atau mencapai 85,1% dari jumlah siswa 20. Sedangkan hasil
belajar siswa meningkat dari pra tindakan terdapat 25% siswa yang tuntas, siklus I
terdapat 75% siswa yang tuntas belajar, dan pada siklus II menjadi 100% siswa
yang tuntas belajar dari jumlah siswa 20.
Penelitian dari Seva Andini Kusnawanto 2010 UPAYA PENINGKATAN
KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS I SD DENGAN
METODE MUELLER hasil evaluasi menunjukkan ada peningkatan kemampuan
membaca siswa kelas I. Hal itu dapat dilihat dari nilai yang diperoleh ketika siswa
membacakan hasil kerjanya. Pencapaian ketuntasan hasil belajar kelas meningkat
dari 78% pada siklus I menjadi 90% pada siklus II.
Penelitian dari alifah 2010 Penggunaan media gambar seri untuk
meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia
siswa kelas III SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: Penerapan pembelajaran dengan
menggunakan media gambar seri tidak hanya dapat meningkatkan aspek kognitif
saja, tetapi juga kelancaran membaca, keberanian dan semua aspek yang
menyangkut perkembangan siswa dalam pembelajaran seperti kemampuan
bekerja sama serta partisipasi siswa dalam pembelajaran itu, selain itu
pembelajaran ini juga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang
serta mengelola pembelajaran secara individual, klasikal maupun berkelompok. 2)
Penerapan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa
kelas III SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan prestasi murid di setiap siklus, pada siklus I mencapai
rata-rata 69,12 dan meningkat menjadi rata-rata 77,15 (100%) pada siklus II.
27
Menurut Theresia ( 2004 ) Mengatakan bahwa terdapat korelasi positif
antara minat membaca di perpustakaan sekolah dengan prestasi belajar bidang
studi IPS di SLTP Negeri 1 Jambu semester I tahun ajaran 2003 – 2004. Ini
merupakan salah satu faktor dari adanya minat baca yang tinggi. Pada prinsipnya
prestasi belajar siswa itu dipengaruhi untuk beberapa faktor, baik faktor dari
dalam maupun faktor dari luar. Maka jika di dukung dengan adanya minat
membaca buku yang tinggi atau keinginan dari dalam diri siswa sendiri untuk
belajar maka prestasi belajar siswa akan mudah di capai. Dari uraian di atas jelas
bahwa antara minat membaca buku ada hubungan yang erat dengan prestasi
belajar
Didukung oleh maysake Lindo (2008),Penggunaan buku cerita bergambar
(BCB) dalam pembelajaran membaca permulaan terbukti evektiv.Evektivitas
tersebut terlihat pada hal berikut. Pertama,pemanfaatan BCB dapat memotivasi
siswa untuk belajar dengan gembira,bebas,aktiv,dan produktiv,sehingga kendala
pisikologis yang sering menghambat siswa seperti rasa enggan,takut, malu dapat
teratasi.Terlihat ketika siswa melaksanakan kegiatan membaca yang semula malu
dan takut untuk membaca menjadi lebih bergairah.,gembira,dan semangat dalam
melaksanakan kegiatan membaca.Kedua hasil membaca permulaan siswa
meningkat,dari kurang mampu mengenal gambar menjadi tertarik untuk
mengenalnya,dari kurang mampu membaca huruf,suku kata,kata,dan kalimat
sederhana menjadi tertarik membacanya sampai bisa menguasai kalimat
sederhana dengan baik.Dari kurang berminat membaca,menjadi tertarik dan
penasaran inggin membaca dan memiliki BCB.Frekuensi baca menjadi meningkat
dibnding ketika masih menggunakan buku paket,Ketiga,siswa terlatih untuk
berani mengemukakan kesan pembelajaran dan berani membaca tanpa bimbingan
guru.
Dari uraian diatas dapat dikaji bahwa penggunaan buku cerita bergambar
untuk belajar membaca terbukti efektif.Efektifitas tersebut terlihat dalam
pengunaan buku cerita bergambar dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan
gembira dan aktif.Buku cerita bergambar dalam pembelajaran memang layak
28
digunakan sebagai salah satu upaya seseorang guru dalam meningkatkan
kemampuan membaca para siswanya dan meningkatkan kemajuan mutu
pembelajaran dalam dunia pendidikan.
Dapat disimpulkan buku cerita bergambar dapat memotivasi siswa untuk
belajar dengan gembira,bebas, aktif,dan produktif,sehingga kendala pisikologis
yang szering menghambat siswa seperti rasa enggan,takut,malu dapat teratasi
sehingga kemampuan membaca dapat meningkat yang berpengaaruh pada hasil
ketuntasan hasil yang meningkat juga
2.3 Kerangka Berpikir
Kemampuan membaca adalah berupa keterampilan penyediaan kembali
dan penafsiran sandi.kegiatan dimulai dari pengenalan
huruf,kata,ungkapan,frasa,kalimat,dan wacana serta menghubungkan dengan
bunyi dan maknanya.maka kemampuan membaca sangatlah penting untuk
menunjukkan keberhasilan belajar pada peserta didik.Kemampuan membaca
diperoleh melalui proses pembelajaran yang menjadi tanggung jawab guru dan
siswa.
Pengetahuan yang diperoleh siswa dari membaca akan diterapkan dalam
Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) sehingga ketika siswa di uji, siswa dapat
menguasai materi dengan baik dan hasil prestasi belajar yang dicapai siswa dapat
memuaskan di bandingkan dengan siswa yang minat bacanya rendah. Oleh karena
itu dibutuhkan minat membaca yang kuat dari siswa agar siswa dengan sendirinya
terdorong untuk membaca.
Berdasarkan hasil tersebut di bawah ini bentuk kerangka pemikiran
perbaikan pembelajaran untuk pemanfaatan buku bergambar di perpustakaan
sekolah untuk meningkatkan kemampuan membaca di kelas II SD Negeri 04
Getas Temanggung.
29
Pembelajaran Tematik Kelas II
Tema Peristiwa
Pembelajaran Konvensional
Berpusat pada guru tanpa
memberi metode ceramah
Siswa
Pasif
Hasil ≤ KKM Pembelajaran Tematik
Pengunaan Buku Cerita
Bergambar
mempersiapkan tugas untuk siswa dengan tema
peristiwa
menyiapkan ruang perpustakaan
Menyiapkan buku cerita bergambar di perpustakaan
perpusperpustakaan
menjelaskan materi dengan tema peristiwa
Menjelaskan langkah-langkah dalam mengerjakan tugas di perpustakaan
Membuat 4 kelompok belajar yang masing-masing terdiri dari 4 orang siswa
memberi pengarahan tentang tata cara mencari buku cerita bergambar di perustakaan
Membacakan buku cerita bergambar yang di pilihnya
ddddddddddddddddipilihnyadipilihnyuadipilihnya Memberi Evaluasi
Penilaian
Hasil
Penilaian
Proses
Kemampuan
membaca ≥ KKM
Sekema Kerangka Berpikir Kemampuan
Membaca Dengan Menggunakan Buku Cerita
Bergambar
Observasi Unjuk Kerja
30
2.4 Hipotesa Tindakan
Berdasarkan uraian dan kajian teori,yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah:‟‟upaya meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas II
pada tema peristiwa dengan menggunakan buku cerita bergambar di perpustakan
SDN 04 Getas Kaloran Temanggung semester 2 tahun 2011/2012‟‟.
top related