bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/44317/2/jiptummpp-gdl-renihadiek-50796... ·...
Post on 01-Dec-2020
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perempuan Indonesia memiliki peran penting dalam proses
pembangunan, meskipun sering kita ketahui perempuan selalu berada di bawah
kekuasaan laki-laki. Peranan perempuan sangatlah besar dalam berbagai bidang.
Baik dalam peran pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, bahkan peranan
perempuan telah kita rasakan diranah publik, seperti contohnya politik, artinya
perempuan Indonesia dapat memajukan bangsa dan negara melalui SDM yang
berkualitas.
Masyarakat masih berfikir bahwa yang bekerja pada sektor publik adalah
laki-laki sedangkan perempuan bekerja di sektor domestik sehingga adanya
pandangan tersebut membuat perempuan masih belum bisa memiliki kedudukan
yang sama dengan laki-laki. perempuan dikenal lemah lembut, kasih sayang,
anggun, cantik, sopan, emosional atau keibuan, dan perlu perlindungan.
Sementara laki-laki dianggap kuat, keras, rasional, jantan, perkasa, galak, dan
melindungi. Padahal sifat-sifat tersebut merupakan sifat yang dapat dipertukarkan.
Berangkat dari pendapat inilah kemudian muncul berbagai ketimpangan diantara
laki-laki dan perempuan.
Peran perempuan pada era modern saat ini dinilai sangat penting karena
haruslah menjadi perempuan yang tangguh, cerdas, pintar, dan tanggung jawab
serta peka terhadap lingkungan. Yang itu akan menjadikan suatu perubahan yang
diusung dalam jiwa seorang perempuan. Serta perempuan tugasnya harusnya
sadar akan sebuah tanggung jawab yang dipikulnya, tidak hanya menjadi
2
perempuan yang manja, perempuan kantoran yang lupa akan tugas yang dijalani
di rumahnya. Tetapi, perempuan yang masih bisa mengurus keluarganya ketika
memiliki pekerjaan di sektor publik.
Mengikutsertakan perempuan dalam proses pembangunan bukanlah
berarti hanya sebagai suatu tindakan perikemanusiaan yang adil belaka. Tindakan
berupa mengajak, mendorong perempuan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan merupakan suatu tindakan yang adil bagi masyarakat. Sering kita
ketahui bahwa perempuan yang tinggal di desa tidak bisa mengakses ruang publik
yang dimiliki oleh kaum laki-laki. Pembangunan yang terjadi di pedesaan tidak
hanya meliputi proses-proses yang sifatnya ekonomis dan teknlogis saja
melainkan mempunyai berbagai dimensi, yaitu, ekologis, sosial dan kebudayaan,
ekonomis dan politis yang mampu membawa perubahan sosial pada masyarakat
pedesaan secara menyeluruh.
Perempuan memiliki potensi yang ada di dalam dirinya untuk
dikembangkan dan adanya keinginan untuk mengubah keadaan yang datang dari
diri mereka sendiri. Mereka membutuhkan pemberdayaan dari seseorang yang
memiliki pengetahuan dan keahlian. Dimana pemberdayaan itu sendiri merupakan
upaya pemberian kesempatan dan atau memfasilitasi kelompok miskin agar
mereka memiliki aksebilitas terhadap sumber daya yang berupa: modal, teknologi,
informasi, jaminan pemasaran. Sehingga mereka mampu memajukan dan
mengembangkan usahanya kemudian memperoleh perbaikan pendapatan serta
perluasan kesempatan kerja demi perbaikan kehidupan dan kesejahteraannya.
(Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, 2013:33)
3
Penduduk yang tinggal di Lumajang, khususnya ibu rumah tangga masih
belum bisa sepenuhnya memiliki akses untuk bekerja di sektor publik, pada
umumnya mereka hanya sebagai ibu rumah tangga yang mengurus suami dan
anaknya. Desa Yosowilangun Lor umumnya memiliki penduduk yang bekerja
sebagai petani dan buruh tani sehingga sedikit yang memiliki pekerjaan di instansi
pemerintahan karena tingkat pendidikan yang di dapatkan umumnya hanya
ditingat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Terkait dengan persoalan diatas, peran pemerintah sangat dibutuhkan.
Pemerintah tidak hanya memiliki fungsi membangun wilayahnya tetapi juga
membangun sumber daya manusia-nya juga. Strategi yang digunakan pemerintah
juga harus tepat agar perempuan yang ada di wilayahnya bisa berpartisipasi dalam
proses pembangunan melalui pemberdayaan. Kota Lumajang saat ini sedang aktif
memperkenalkan batik tulis asal Lumajang melalui industri rumah tangga.
Industri rumah tangga batik tulis tersebut rata-rata memiliki pekerja perempuan,
itu artinya pemerintah sudah berhasil mengajak, mendorong perempuan ikut
berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Lumajang memiliki sumber daya yang cukup melimpah dan melalui
batik tulis khas Lumajang diharapkan masyarakat yang berasal dari luar kota
Lumajang mngetahui bahwa Lumajang juga memiliki sumber daya alam yang di
bungkus dengan sebuah batik tulis khas Lumajang. Lumajang memiliki 10 sentra
industri batik tulis Lumajang yang tersebar di beberapa wilayah yang ada di
Lumajang. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lumajang telah
mencatat pada tahun 2015 terdapat 28 industri batik dengan 156 tenaga pekerja.
Pada tahun selanjutnya yaitu 2016 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 35
4
indutri batik dengan 242 tenaga pekerja (BPS Lumajang, 2016:251). Sehingga
dapat dikatakan bahwa usaha batik di Lumajang mengalami peningkatan baik
jumlah industri maupun jumlah pekerjanya.
Bertahannya suatu produk agar dapat diterima di masyarakat harus
membutuhkan inovasi yang tinggi, agar masyarakat tertarik memiliki produk
tersebut. Setiap Industri batik tulis Lumajang memiliki ciri khas masing-masing
dan selalu berinovasi menciptakan hal baru misalnya, perpaduan motif dan warna
batik yang bervariasi. Inovasi dibutuhkan dalam menciptakan produk baru yang
memiliki nilai jual ekonomi. Inovasi adalah suatu proses untuk mengubah
kesempatan menjadi ide yang dapat dipasarkan. Inovasi lebih dari sekedar ide
baik. Suatu gagasan murni memegang peranan penting, dan pikiran yang kreatif
mengembangkannya menjadi gagasan berharga (Mas’ud dan Mahmud, 2004:19).
Pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa dibutuhkan
bukan hanya sebagai menambah ilmu saja tetapi bisa mengasah kreatifitas
sehingga memiliki inovasi bagaimana cara menciptakan peluang usaha dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya. Inovasi merupakan fungsi
utama dalam proses kewirausahaan. Peter F.Drucker dalam bukunya Innovation
and Entrepreneurship mengatakan inovasi memiliki fungsi yang khas bagi
wirausahawan. Dengan inovasi wirausahawan menciptakan baik sumber daya
produksi baru mapun pengolahan sumber daya yang ada dengan peningkatan nilai
potensi untuk menciptakan modal (Peter Drucker, 1985:20)
Pemerintah Lumajang mulai tahun 2011 sering mengadakan sosialisasi
tentang batik tulis dan beberapa kegiatan yang mengajarkan proses pembuatan
batik tulis hingga menjadi produk yang memiliki nilai jual di masyarakat. Fokus
5
dari beberapa kegiatan tersebut ditujukan untuk memandirikan perempuan
Lumajang agar bisa berpartisipasi dalam pembangunan melalui batik tulis
Lumajang. Beberapa kelebihan dari industri batik di Lumajang, sebagai berikut:
a) Antusiasme tinggi dari kaum perempuan
Kegiatan pelatihan membatik yang diadakan selama 4 hari di halaman
perpustakaan Lumajang diikuti oleh 3-4 anggota PKK tiap Kecamatan. Total
peserta pelatihan ada sekitar 84 peserta dari seluruh wilayah di Lumajang.
Adapun beberapa kegiatan tentang membatik, keseluruhannya dihadiri oleh
kaum perempuan.
b) Siswa-siswi ikut berpartisipasi dalam kegiatan
Pelatihan membatik juga ditujukan kepada siswa-siswi sekolah dasar.
Pelatihan tersebut sering diadakan di balai desa atau di industri rumah tangga
tersebut. Cukup dengan membayar 10 ribu rupiah anak-anak bisa memperoleh
ilmu membatik dan membawa batik kreasinya dengan ukuran kecil.
c) Innovasi terus meningkat
Batik Lumajang memiliki banyak variasi warna dan motif, setiap industri
rumah tangga memiliki ciri khas-nya masing-masing dan dari waktu ke waktu
semakin bermunculan karya-karya batik khas Lumajang.
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Strategi Pemberdayaan Perempuan melalui
Pengembangan Industri Batik Tulis (studi pada usaha batik tulis di Desa
Yosowilangun Lor, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang).”
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalahnya adalah :“
Bagaimana strategi pemberdayaan perempuan dalam industri rumah tangga
Batik Tulis di Desa Yosowilangun Lor?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitiannya adalah untuk
mengetahui Strategi Pemberdayaan Perempuan melalui Pengembangan
Industri Rumah Tangga Batik Tulis di Desa Yosowilangun Lor.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan Sosiologi Pembangunan khususnya konsep Strategi
pemberdayaan perempuan melalui pengembangan industri rumah tangga.
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Jurusan Sosiologi
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan tambahan referensi
dalam bidang sosiologi khususnya dalam penelitian tentang industri
rumah tangga berkaitan dengan pemberdayaan perempuan.
2) Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan untuk mengambil
langkah-langkah kebijakan dalam meningkatkan industri rumah
tangga.
7
1.5 Definisi Konsep
1.5.1 Strategi Pemberdayaan
Strategi pemberdayaan adalah suatu rencana pemberdayaan dengan
memperhatikan banyak faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan kurun waktu tertentu
(Martina, 2016:2)
Strategi dalam pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dalam
aktivitas-aktivitas sebagai berikut (Moeljarto, 1996:141).
1. Pembentukan kelompok Pembentukan kelompok merupakan
fase awal dari pemberdayaan. Artinya masyarakat miskin atau
masyarakat lemah diberi kebebasan untuk membentuk dan
beraktivitas dalam kelompok yang diinginkannya.
Pembentukan kelompok menyediakan suatu dasar bagi
terciptanya kohesi sosial anggota kelompok.
2. Pendampingan
Fungsi pendampingan sangat krusial dalam membina aktivitas
kelompok. Pendamping bertugas menyertai proses
pembentukan dan penyelenggaraan kelompok sebagai
fasilitator (pemandu), komunikator (penghubung), ataupun
dinamisator (penggerak). Melalui pendampingan, kelompok
diharapkan tidak tergantung pada pihak luar namun dapat
dibantuk untuk tumbuh dan berfungsi sebagai suatu kelompok
kegiatan yang mandiri.
3. Perencanaan Kegiatan
8
Tahap perencanaan kegiatan melengkapi tahap-tahap
sebelumnya yang mementingkan peran aktif anggota kelompok
untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya melalui
kemampuanya. Prinsip-prinsip penting dalam tahap
perencanaan kegiatan ini adalah
(1) prinsip keterpaduan, dalam prinsip ini berarti suatu kegiatan
pemberdayaan harus terkait dengan kegiatan-kegiatan lain
dalam lingkup daerah tersebut.
(2) prinsip kepercayaan, merupakan hakekat yang harus ada
dalam partisipasi dan pemberdayaan.
(3) prinsip kebersamaan dan kegotongroyongan, kegiatan
pemberdayaan yang dilakukan harus mampu menumbuhkan
semangat kebersamaan, kegotongroyongan, kesetiakawanan
dan kemitraan antar anggota kelompok.
(4) prinsip kemandirian, prinsip ini menekankan bahwa
kegiatan atau program harus dapat menumbuhkan rasa percaya
diri bahwa masyarakat miskin mampu menolong dirinya
sendiri dan bermanfaat dalam meningkatkan taraf hidup
anggota kelompok serta harus dapat berkembang secara
berkesinambungan (Darmayanti, 2015:3).
1.5.2 Pemberdayaan Perempuan
Pengertian pemberdayaan perempuan menurut Prijono, S. Onny
dan Pranarka, A.M.W (1996:55), pemberdayaan adalah proses kepada
masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu
9
agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan
hidupnya dan pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan
masyarakat yang tertinggal.
Dalam konteks pemberdayaan bagi perempuan, menurut
Nursahbani Katjasungkana dalam diskusi Tim Perumus Strategi
Pembangunan Nasional (Riant Nugroho, 2008) mengemukakan, ada empat
indikator pemberdayaan:
1). Akses, dalam arti kesamaan hak dalam mengakses sumber daya-
sumber daya produktif di dalam lingkungan.
2).Partisipasi, yaitu keikutsertaan dalam mendayagunakan asset atau
sumber daya yang terbatas tersebut.
3). Kontrol, yaitu bahwa lelaki dan perempuan mempunyai kesempatan
yang sama untuk melakukan kontrol atas pemanfaatan sumber daya-
sumber daya tersebut.
4).Manfaat, yaitu bahwa lelaki dan perempuan harus sama-sama
menikmati hasil-hasil pemanfaatan sumber daya atau pembangunan
secara bersama dan setara (Gagan, 2014:5).
1.5.3 Industri Rumah Tangga
Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha
yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau
jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai
catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta
ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.
10
Industri Kecil adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya antara 5-9
orang dan Industri Mikro adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya
antara 1-4 orang (Badan Pusat Statistik).
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis,
dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang diteliti (Taylor dan
Bogdan, 1985:5). (Bagong Suyanto dan Sutinah,2007:166).
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena metode ini
tepat digunakan untuk mengetahui suatu pemberdayaan yang terjadi pada
masyarakat yang tinggal di pedesaan. Sehingga nantinya akan muncul
berbagai aktifitas dalam proses pemberdayaan tersebut. Pendekatan
penelitian kualitatif digunakan karena data yang akan dihasilkan dalam
bentuk deskriptif sehingga mampu menguraikan segala aktifitas yang
terdapat dalam usaha batik marem di Desa Yosowilangun Lor, Kecamatan
Yosowilangun, Kabupaten Lumajang. Usaha batik marem bukan hanya
sebagai usaha menghasilkan produk tetapi terdapat proses aktifitas
pemberdayaan perempuan di dalamnya sehingga peneliti memilih
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini.
1.6.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dalam
bentu penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan mencari
11
deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai situasi-situasi atau
kejadian-kejadian (Burhan, 2007:68).
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi karena
pendekatan ini digunakan untuk memahami makna secara utuh di dalam
diri seseorang maupun kelompok. Fenomenologi merupakan sebuah studi
tetang bagaimana memahami suatu obyek atau peristiwa yang telah terjadi.
Selain itu fenomenologi merupakan gagasan mengenai bagaimana
seharusnya peneliti dalam memandang realitas sosial, fakta sosial atau
fenomena sosial yang menjadi masalah penelitian (Moeloeng, 2004:8).
Fenomenologi menawarkan model pertanyaan yang deskriptif,
reflektif, interpretatif untuk memperoleh esensi pengalaman. Deskriptif
dari fenomenologi berdasarkan Husserl seorang filosofis Jerman dan
Hedegger yang menyatakan bahwa struktur dasar dari dunia kehidupan
tertuju pada pengalaman (lifed experience) pengalaman dianggap sebagai
persepsi individu terhadap kehadirannya di dunia (Donny, 2010:42).
Penelitian dengan berlandaskan fenomenologi melihat objek
penelitian dalam suatu konteks naturalnya. Artinya seorang peneliti
kualitatif yang menggunakan dasar fenomenologi melihat suatu peristiwa
tidak secara parsial, lepas dari konteks sosialnya karena suatu fenomena
yang sama dalam situasi yang berbeda akan pula memiliki makna yang
berbeda pula. Untuk itu, dalam mengobservasi data di lapangan, seorang
peneliti tidak dapat melepas konteks atau situasi yang menyertainya.
Dengan kalimat lain, Muhajir (1990) mengungkapkan bahwa penelitian
dengan model fenomenologi menuntut bersatunya subjek penelitian
12
dengan subjek pendukung objek penelitian. Dengan demikian, metode
penelitia berlandaskan fenomenologi mengakui adanya empat kebenaran,
yaitu: kebenaran empiris yang terindra, kebenaran empiris logis,
kebenaran empiris etik, dan kebenaran transendental (Idrus, 2009: 59).
1.6.3 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada usaha batik tulis yang berada di Desa
Yosowilangun Lor, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang,
Jawa Timur. Hal ini dikarenakan terdapat pemberdayaan perempuan yang
sukses dan memiliki tempat yang strategis dalam memperoleh informasi
sesuai judul penelitian ini.
1.6.4 Subjek Penelitian
Penentuan subjek penelitian ini menggunakan purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan oleh peneliti
jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan
sampelnya. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu (Arikunto, 2010:183).
Beberapa subjek penelitian yang dipilih dengan menggunakan
teknik purposive sampling dalam penelitian ini adalah:
1. Tokoh yang memberdayakan perempuan yakni ketua
dari kelompok industri tersebut. Pemilihan subjek
tersebut dikarenakan karena beliau yang menjadi ketua
paguyuban batik Lumajang dan sebagai salah satu
penggagas keikutsertaan kaum perempuan dalam usaha
batik tulis di Desa Yosowilangun Lor.
13
2. Ibu rumah tangga yang bekerja dalam kelompok usaha
tersebut. Pemilihan ini dipilih karena keseluruhan
anggota dari kelompok tersebut adalah ibu rumah
tangga yang memiliki keahlian dalam membatik.
3. Pemilik usaha batik tulis yang gulung tikar di
Lumajang. Pemilihan ini dipilih karena tidak
sepenuhnya usaha batik tulis berhasil, terdapat satu
usaha batik tulis yang gulung tikar.
Alasan dipilihnya subjek tersebut karena subjek tersebut memiliki
informasi data penelitian secara komprehensif yang berkaitan dengan
penelitian yang diangkat, yaitu strategi pemberdayaan perempuan melalui
usaha batik tulis.
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala yang diteliti. Observasi tenik penelitian yang sesuai
dengan tujuan penelitian, direncanakan, dan dicatat secara
sistematis.(Husaini,Usman dan Purnomo, 2000:53) Mereka yang
diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas
penelitian. Penulis memperhatikan bagaimana pemberdayaan
perempuan yang ada di Desa Yosowilangun Lor.
Dalam melaksanakan observasi, ada empat pola yang dapat
dilaukan, yaitu pola:
1. Pengamatan Secara Lengkap
14
Maksudnya adalah pengamat (observer) menjadi anggota
masyarakat yang diamati secara penuh.
2. Pemeran Serta Sebagai Pengamat
Pada proses pengamatan ini peneliti tidak sepenuhnya
sebagai pemeran serta (tidak menjadi anggota), namun masih
tetap melaksanakan proses pengamatan.
3. Pengamatan Sebagai Pemeran Serta
Peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh seluruh
subjek, bahan mungkin pula pengamat diduung oleh subjek.
4. Pengamatan Penuh
Dalam proses ini peneliti dengan bebas melaksanakan
proses pengamatan tanpa diketahui oleh subjek yang sedang
diamatinya. Peneliti akan menjaga jarak agar identitas dirinya
sebagai peneliti tidak diketahui oleh subek yang sedangan
diamatinya (Idrus, 2009:103).
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dari
kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat,
perasaan dan pengetahuannya. (Bagong, Suyanto dan
Sutimah,2005:186) Wawancara yang dilakukan adalah wawancara
yang bebas dengan metode wawancara yang mendalam kepada
anggota yang tergabung dalam industri rumah tangga batik tulis
dengan teknik wawancara yang tidak terstruktur dan pertanyaan
mengalir sesuai dengan topik pembicaraan yang dilakukan.
15
Model wawancara yang dapat dilakukan meliputi wawancara tak
berencana yang berfokus dan wawancara sambil lalu. Wawancara tak
berencana berfokus adalah pertanyaan yang diajukan secara tidak
terstruktur, namun selalu berpusat pada satu pokok masalah tertentu.
Wawancara sambil lalu adalah wawancara yang tertuju kepada orang-
orang yang dipilih tanpa melalui seleksi terlebih dahulu secara diteliti,
tetapi dijumpai secara kebetulan (Koenjaraningrat, 1986; Danandjaja,
1988).
Adapun jenis wawancara dalam penelitian, yaitu: (a)
Wawancara Terstruktur, (b) Wawancara tidak Terstruktur, (c)
Wawancara Kelompok, (d) Wawancara Bergender, (e) Wawancara
Berbingkai (Framing), (f) Wawancara Interpreting (Idrus Muhammad,
2009:107-109). Penelitian yang dilakukan pada Usaha Batik Tulis di
Desa Yosowilangun Lor, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten
Lumajang menggunakan wawancara tidak terstruktur. Jenis
wawancara ini memberi peluang kepada peneliti untuk
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Meski disebut
wawancara tidak terstruktur, bukan berarti dialog-dialog yang ada
lepas begitu saja dari konteks.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, catatan harian, gambar foto dan
sejarah kehidupan (Sugiyono, 2012:193). Dalam penelitian
dokumentasi diperoleh dari hasil berupa foto interview dan rekaman
16
suara yang didapatkan dari penelitian indutri rumah tangga batik tulis
di Desa Yosowilangun Lor.
1.6.6 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang di gunakan peneliti
adalah teknik analisa data secara kualitatif, yaitu dengan cara
mengumpulkan berbagai sumber informasi dalam data kemudian
dibuktikan dengan kesimpulan. Menurut Miles dan Huberman, terdapat
empat teknik analisisi data kualitatif yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-
menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar
terkumpul.
a. Pengumpulan Data
Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang
diperoleh dari subyek penelitian yang ada relevansinya dengan
perumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data
ini peneliti mengumpulkan data yang terkait dengan judul penelitian.
Pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen
atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan
proses pengumpulan data dapat dilakukan.
b. Reduksi Data
Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, keabstrakan dan transformasi data awal yang muncul
dari catatan dilapangan (Sugiyono, 2010:30). Peneliti mengedit data
dengan cara memilih bagian data untuk dikode, dipakai dan yang
17
diringkas serta dimasukkan dalam kategori yang diteliti. Reduksi data
dilakukan secara terus menerus selama penelitian dilakukan.
c. Data Display / Penyajian Data
Sekumpulan data yang terorganisir sehingga dapat memberi
deskripsi menuji penarikan kesimpulan. Penyajian data harus
mempunyai relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara
keseluruhan dan disajikan secara sistematis.
d. Kesimpulan / Verifikasi
Proses penarikan kesimpulan adalah bagian dari kegiatan
penelitian karena merupakan kesimpulan dari penelitian tersebut.
Proses penarikan kesimpulan ini bermaksud untuk proses analisa data
dan mencari makna dari data yang ada yang sudah terkumpul sehingga
dapat ditemukan permasalahan apa yang ada dalam penelitian yang
telah dilakukan.
Gambar 1.Komponen-komponen Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman
Sumber: Miles dan Huberman, 1992, (Muhammad Idrus, 2009:148)
Pengumpulan Data Penyajian Data /
Display Data
Penarikan
Kesimpulan Reduksi Data
top related