bab i- dftar pustaka neuor
Post on 06-Jul-2018
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
1/28
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan tulang belakang merupakan masalah kesehatan yang nyata,
tingginya kekerapan penyakit tulang belakang dan banyaknya kerugian yang
disebabkan oleh kelainan tersebut. Kelainan dan gangguan pada tulang belakang
dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah infeksi.(1)
Spondilitis mengacu pada rasa sakit punggung kronis dan kekakuan yang
disebabkan oleh infeksi parah atau peradangan pada sendi tulang belakang. Ada
dua tipe yaitu Spondilitis ankilosis dan spondilitis T. Spondilitis ankilosis
dianggap sebagai penyakit rematik yang relatif jarang terjadi. Sedangkan infeksi
pada tulang belakang yang sering di temukan adalah infeksi bakterial T.(!)
Spondilitis tuberkulosa merupakan "#$ dari seluruh tuberkulosis tulang dan
sendi. %ada negara yang sedang berkembang, sekitar $ kasus terjadi pada usia
diba'ah usia !# tahun sedangkan pada negara maju, lebih sering mengenai pada
usia yang lebih tua.(1)
i negara yang sedang berkembang penyakit ini merupakan penyebab
paling sering untuk kondisi paraplegia non traumatik. Sejak hadirnya anti
tuberkulosis dan meningkatnya angka kesehatan masyarakat, tuberkulosis spinal
sudah jarang ditemukan pada negara maju.(1)
efisit neurologis muncul pada 1#*+$ kasus pasien dengan spondilitis
tuberkulosa. mumnya penderita spondilitis T datang dengan keluhan nyeri
spinal atau radikular -+$, kelainan defisit neurologi "#$, penurunan berat badan
*$, demam / 02 01$ dan keringat malam 1$. (0)
1
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
2/28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Spondilitis tuberkulosis atau Pott’s disease adalah infeksi tuberkulosis (T)
ekstrapulmonal yang mengenai satu atau lebih ruas tulang belakang. Spondilitis
tuberkulosis disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis.(0)
2.2 Epidemiologi
3nsidensi spondilitis tuberkulosa ber4ariasi di seluruh dunia dan biasanya
berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang
tersedia serta kondisi sosial di negara tersebut.
(*)
%erlu dicermati bah'a di Amerika dan 3nggris insidensi penyakit ini
mengalami peningkatan pada populasi imigran, tuna'isma lanjut usia dan pada
orang dengan tahap lanjut infeksi 536. Selain itu dari penelitian juga diketahui
bah'a peminum alkohol dan pengguna obatobatan terlarang adalah kelompok
beresiko besar terkena penyakit ini.(*)
3ndonesia adalah kontributor pasien tuberkulosa nomor 0 di dunia setelah
3ndia dan 2ina. iperkirakan 1*#.### orang meninggal akibat tuberkulosa setiap
tahun atau setiap * menit ada satu penderita yang meninggal di negaranegara
tersebut dan setiap ! detik terjadi penularan . 5ampir 1#$ dari seluruh penderita
tuberkulosa memiliki keterlibatan dengan muskuloskeletal. Setengahnya
mempunyai lesi di tulang belakang.(1)
%ada kasuskasus pasien dengan tuberkulosa, keterlibatan tulang dan sendi
terjadi pada kurang lebih 1#$ kasus. 7alaupun setiap tulang atau sendi dapat
terkena, akan tetapi tulang yang mempunyai fungsi untuk menahan beban (weight
bearing ) dan mempunyai pergerakan yang cukup besar (mobile) lebih sering
terkena dibandingkan dengan bagian yang lain. ari seluruh kasus tersebut, tulang
belakang merupakan tempat yang paling sering terkena tuberkulosa tulang
(kurang lebih "#$ kasus diikuti kemudian oleh tulang panggul, lutut dan tulang
tulang lain di kaki, sedangkan tulang di lengan dan tangan jarang terkena. Area
torakolumbal terutama torakal bagian ba'ah (umumnya T1#) dan lumbal bagian
atas merupakan tempat yang paling sering terlibat karena pada area ini pergerakan
2
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
3/28
dan tekanan dari weight bearing mencapai maksimum, lalu dikuti dengan area
ser4ikal dan sakral.(!)
2.3 Etiologi
Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberculosis
di tempat lain di tubuh, -#-"$ disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang yg bersifat
acid-fastnon-motile ( tahan terhadap asam pada pe'arnaan, sehingga sering
disebut juga sebagai asil8bakteri Tahan Asam (TA) ) dan tidak dapat di'arnai
dengan baik melalui cara yg kon4ensional. 9okalisasi tuberkulosa terutama pada
daerah 4ertebra torakal ba'ah dan lumbal atas setinggi T90 dan paling jarang
pada 4ertebra 212! , sehingga diduga adanya infeksi sekunder dari suatu
tuberculosis traktus urinarius, yang penyebarannya melalui pleksus atson pada
4ena para4ertebralis. Spondilitis T biasanya mengenai korpus 4ertebra, tapi
jarang menyerang arkus 4ertebra.(1)
Spondilitis tuberkulosa merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di
tempat lain di tubuh(1)
-" $ disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik ( !80 dari tipe
human dan 180 dari tipe bo4in ) dan
• 1# $ oleh mikobakterium tuberkulosa atipik.
2. P!togenesis
%aru merupakan port d’entree lebih dari -$ kasus infeksi T, karena
ukuran bakteri sangat kecil 1" :, kuman T yang terhirup mencapai al4eolus dan
segera diatasi oleh mekanisme imunologis nonspesifik. ;akrofag al4eolus akan
memfagosit kuman T dan sanggup menghancurkan sebagian besar kuman T.
%ada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman T dan
kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman T dalam makrofag yang terus
berkembangbiak, akhirnya akan menyebabkan makrofag mengalami lisis, dan
kuman T membentuk koloni di tempat tersebut. 9okasi pertama koloni kuman
T di jaringan paru disebut fokus primer
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
4/28
ia'ali dari fokus primer kuman T menyebar melalui saluran limfe
menuju ke kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran
limfe ke lokasi fokus primer. %enyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di
saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. =ika
fokus primer terletak di lobus ba'ah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat
adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks
paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan
gabungan antara fokus primer, kelenjar limfe regional yang membesar
(limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis). ;asa inkubasi T
biasanya berlangsung dalam 'aktu * minggu dengan rentang 'aktu antara !1!
minggu. alam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah
1#* yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas selular. %ada
saat terbentuk kompleks primer, infeksi T primer dinyatakan telah terjadi. 5al
tersebut ditandai oleh terbentuk hipersensiti4itas terhadap protein tuberkulosis,
yaitu timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin. Selama masa inkubasi, uji
tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas selular
tubuh terhadap T telah terbentuk. %ada sebagian besar indi4idu dengan sistem
imun yang berfungsi baik, begitu sistem imun selular berkembang, proliferasi
kuman T terhenti. >amun, sejumlah kecil kuman T dapat tetap hidup dalam
granuloma. ila imunitas selular telah terbentuk, kuman T baru yang masuk ke
dalam al4eoli akan segera dimusnahkan.(!,0)
Setelah imunitas selular terbentuk fokus primer di jaringan paru biasanya
mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah
mengalami nekrosis perkejuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan
mengalami fibrosis dan enkapsulasi tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman T dapat tetap hidup dan
menetap selama bertahuntahun dalam kelenjar tersebut.(!,0)
i dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi
pertumbuhannya oleh imunitas selular, kuman tetap hidup dalam bentuk dorman.
?okus tersebut umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi
berpotensi untuk menjadi fokus reakti4asi, disebut sebagai fokus Simon.
ertahuntahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun, fokus Simon
4
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
5/28
ini dapat mengalami reakti4asi dan menjadi penyakit T di organ terkait,
misalnya meningitis, T tulang dan lainlain.(!,0)
Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas selular, dapat terjadi
penyebaran limfogen dan hematogen. %ada penyebaran limfogen, kuman
menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer sedangkan
pada penyebaran hematogen kuman T masuk ke dalam sirkulasi darah dan
menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang
menyebabkan T disebut sebagai penyakit sistemik.(!,0)
%enyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk
penyebaran hematogenik tersamar (occult hematogenic spread ), kuman T
menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan
gejala klinis. Kuman T kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh
tubuh. @rgan yang dituju adalah organ yang mempunyai 4askularisasi baik,
misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks paru atau lobus atas
paru. agian pada tulang belakang yang sering terserang adalah peridiskal terjadi
pada 00$ kasus spondilitis T dan dimulai dari bagian metafisis tulang, dengan
penyebaran melalui ligamentum longitudinal. Anterior terjadi sekitar !,1$ kasus
spondilitis T. %enyakit dimulai dan menyebar dari ligamentum anterior
longitudinal. adiologi menunjukkan adanya skaloping 4ertebra anterior, sentral
terjadi sekitar 11,&$ kasus spondilitis T. %enyakit terbatas pada bagian tengah
dari badan 4ertebra tunggal, sehingga dapat menyebabkan kolap 4ertebra yang
menghasilkan deformitas kiposis. i berbagai lokasi tersebut, kuman T akan
bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas selular
yang akan membatasi pertumbuhan.(10)
%erjalanan penyakit ini dibagi dalam " stadium yaitu B
a. Stadium implantasi.
Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita
menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung
selama & minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan
pada anakanak umumnya pada daerah sentral 4ertebra.(1)
b. Stadium destruksi a'al.
5
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
6/28
Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus 4ertebra serta
penyempitan yang ringan pada diskus. %roses ini berlangsung selama 0&
minggu.(1)
c. Stadium destruksi lanjut.
%ada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps 4ertebra dan terbentuk
massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses , yang tejadi !0 bulan
setelah stadium destruksi a'al. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta
kerusakan diskus inter4ertebralis. %ada saat ini terbentuk tulang baji terutama
di sebelah depan ('edging anterior) akibat kerusakan korpus 4ertebra, yang
menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.(1)
d. Stadium gangguan neurologis.
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
7/28
kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang progresif dari
jaringan granulasi tuberkulosa. Tuberkulosis paraplegia terjadi secara perlahan
dan dapat terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan 4askuler
4ertebra.
e. Stadium deformitas residual
Stadium ini terjadi kurang lebih 0" tahun setelah timbulnya stadium
implantasi. Kifosis atau gibbus bersifat permanen oleh karena kerusakan
4ertebra yang masif di sebelah depan.(1)
2." #!nifest!si Klinis
yeri spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal.
Kelainan neurologis terjadi pada sekitar "#$ kasus karena proses destruksi lanjut
berupaB
a. %araplegia, paraparesis, ataupun nyeri radiD saraf, akibat penekanan medulla
spinalis yang menyebabkan kekakuan pada gerakan berjalan dan nyeri,
b. dan adanya batas
deficit sensorik setinggi tempat gibus8lokalisasi nyeri interkostal
%emeriksaan fisik (1)
7
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
8/28
• Adanya gibus dan nyeri setempat
• Spastisitas
• 5iperreflesia tendon lutut8Achilles dan refleD patologik pada kedua belah
sisi
• atas defisit sensorik akibat mielitis trans4ersa dan gangguan miksi jarang
dijumpai
Spondilitis corpus 4ertebra dibagi menjadi tiga bentukB(1)
1. %ada bentuk sentral.
etruksi a'al terletak di sentral corpus 4ertebra, bentuk ini sering
ditemukan pada anak.entuk paradikus.
!. entuk paradikus.
Terletak di bagian corpus 4ertebra yang bersebelahan dengan discus
inter4ertebral, bentuk ini sering ditemukan pada orang de'asa.
0. entuk anterior.
engan lokus a'al di corpus 4ertebra bagian anterior, merupakan penjalaran
per kontinuitatum dari 4ertebra di atasnya.
2.$ Di!gnosis
A. Anamnesis dan inspeksi(1,0)B
1. yeri terlokalisir pada satu regio tulang belakang atau berupa nyeri yang
menjalar. 3nfeksi yang mengenai tulang ser4ikal akan tampak sebagai nyeri
di daerah telingan atau nyeri yang menjalar ke tangan. 9esi di torakal atas
akan menampakkan nyeri yang terasa di dada dan intercostal. %ada lesi di
bagian torakal ba'ah maka nyeri dapat berupa nyeri menjalar ke bagian
8
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
9/28
perut. asa nyeri ini hanya menghilang dengan beristirahat. ntuk
mengurangi nyeri pasien akan menahan punggungnya menjadi kaku.
0. %ola jalan merefleksikan rigiditas protektif dari tulang belakang. 9angkah
kaki pendek, karena mencoba menghindari nyeri di punggung.*. ila infeksi melibatkan area ser4ikal maka pasien tidak dapat menolehkan
kepalanya, mempertahankan kepala dalam posisi ekstensi dan duduk dalam
posisi dagu disangga oleh satu tangannya, sementara tangan lainnya di
oksipital. igiditas pada leher dapat bersifat asimetris sehingga
menyebabkan timbulnya gejala klinis torticollis. %asien juga mungkin
mengeluhkan rasa nyeri di leher atau bahunya. =ika terdapat abses, maka
tampak pembengkakan di kedua sisi leher. Abses yang besar, terutama pada
anak, akan mendorong trakhea ke sternal notch sehingga akan
menyebabkan kesulitan menelan dan adanya stridor respiratoar, sementara
kompresi medulla spinalis pada orang de'asa akan menyebabkan
tetraparesis. islokasi atlantoaksial karena tuberkulosa jarang terjadi dan
merupakan salah satu penyebab kompresi cervicomedullary di negara yang
sedang berkembang. 5al ini perlu diperhatikan karena gambaran klinisnya
serupa dengan tuberkulosa di regio ser4ikal.
". 3nfeksi di regio torakal akan menyebabkan punggung tampak menjadi kaku.
ila berbalik ia menggerakkan kakinya, bukan mengayunkan dari sendi
panggulnya. Saat mengambil sesuatu dari lantai ia menekuk lututnya
sementara tetap mempertahankan punggungnya tetap kaku (coin test) =ika
terdapat abses, maka abses dapat berjalan di bagian kiri atau kanan
mengelilingi rongga dada dan tampak sebagai pembengkakan lunak dinding
dada. =ika menekan abses ini berjalan ke bagian belakang maka dapat
menekan korda spinalis dan menyebabkan paralisis.&. i regio lumbar B abses akan tampak sebagai suatu pembengkakan lunak
yang terjadi di atas atau di ba'ah lipat paha. =arang sekali pus dapat keluar
melalui fistel dalam pel4is dan mencapai permukaan di belakang sendi
panggul. %asien tampak berjalan dengan lutut dan hip dalam posisi fleksi
dan menyokong tulang belakangnya dengan meletakkan tangannya diatas
paha. Adanya kontraktur otot psoas akan menimbulkan deformitas fleksi
sendi panggul.
9
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
10/28
+. Tampak adanya deformitas, dapat berupa B kifosis (gibbus8angulasi tulang
belakang)
. Adanya gejala dan tanda dari kompresi medula spinalis (defisit neurologis).
Terjadi pada kurang lebih 1#*+$ kasus. 3nsidensi paraplegia pada
spondilitis lebih banyak di temukan pada infeksi di area torakal dan
ser4ikal. =ika timbul paraplegia akan tampak spastisitas dari alat gerak
ba'ah dengan refleks tendon dalam yang hiperaktif, pola jalan yang spastik
dengan kelemahan motorik yang ber4ariasi. apat pula terjadi gangguan
fungsi kandung kemih dan anorektal.
-. %embengkakan di sendi yang berjalan lambat tanpa disertai panas dan nyeri
akut seperti pada infeksi septik. @nset yang lambat dari pembengkakan
tulang ataupun sendi mendukung bah'a hal tersebut disebabkan karena
tuberkulosa.
. %alpasi(1,0)
1. ila terdapat abses maka akan teraba massa yang berfluktuasi dan kulit
diatasnya terasa sedikit hangat (disebut cold abcess, yang membedakan
dengan abses piogenik yang teraba panas). apat dipalpasi di daerah lipat
paha, fossa iliaka, retropharynD, atau di sisi leher (di belakang otot
sternokleidomastoideus), tergantung dari le4el lesi. apat juga teraba di
sekitar dinding dada. %erlu diingat bah'a tidak ada hubungan antara ukuran
lesi destruktif dan kuantitas pus dalam cold abscess.
!. Spasme otot protektif disertai keterbatasan pergerakan di segmen yang
terkena.
2. %erkusi
%ada perkusi secara halus atau pemberian tekanan diatas prosesus spinosus
4ertebrae yang terkena, sering tenderness.
. %emeriksaan %enunjang(*)
9aboratoriumB
1) 9aju endap darah meningkat (tidak spesifik), dari !# sampai lebih dari
1##mm8jam.
!) Tuberculin sin test 8 Mantoux test 8 Tuberculine Purified Protein !erivative
(%%) positif. 5asil yang positif dapat timbul pada kondisi pemaparan
dahulu maupun yang baru terjadi oleh mycobacterium. Tuberculin sin test
10
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
11/28
ini dikatakan positif jika tampak area berindurasi, kemerahan dengan
diameter F 1#mm di sekitar tempat suntikan *+! jam setelah suntikan.
0) Kultur urin pagi (membantu bila terlihat adanya keterlibatan ginjal), sputum
dan bilas lambung (hasil positif bila terdapat keterlibatan paruparu yang
aktif)
*) Apus darah tepi menunjukkan leukositosis dengan limfositosis yang bersifat
relatif.
") 2airan serebrospinal dapat abnormal (pada kasus dengan meningitis
tuberkulosa). >ormalnya cairan serebrospinal tidak mengeksklusikan
kemungkinan infeksi %emeriksaan cairan serebrospinal secara serial akan
memberikan hasil yang lebih baik. 2airan serebrospinal akan tampak
adiologisB (")
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
12/28
bagian kaudal gibbus sehingga 4ertebra menjadi lebih tinggi. Kondisi ini
banyak terlihat pada kasus tuberkulosa dengan pusat pertumbuhan korpus
4ertebra yang belum menutup saat terkena penyakit tuberkulosa yang
melibatkan 4ertebra torakal.
h. apat terlihat keterlibatan jaringan lunak, seperti abses para4ertebral dan
psoas. Tampak bentuk fusiform atau pembengkakan berbentuk globular
dengan kalsifikasi. Abses psoas akan tampak sebagai bayangan jaringan
lunak yang mengalami peningkatan densitas dengan atau tanpa kalsifikasi
pada saat penyembuhan. eteksi (e4aluasi) adanya abses epidural sangatlah
penting, oleh karena merupakan salah satu indikasi tindakan operasi
(tergantung ukuran abses).
%!m&!' 2. 1 (oto )*+!, T-o'!ol/m&!l L!te'!l . (1)
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
13/28
%!m&!' 2. 2 (oto 0T s!n Ai!l e'te&'!. (1)
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
14/28
iagnosis juga dapat dikonfirmasi dengan melakukan aspirasi pus.
%ara4ertebral yang diperiksa secara mikroskopis untuk mencari basil tuberkulosa
dan granuloma, lalu kemudian dapat diinokulasi di dalam guinea babi.(&)
iagnosis dari penyakit ini dapat kita ambil melalui bebertapa tanda khas diba'ah
ini,
%enyakit ini berkembang lambat, tanda dan gejalanya dapat berupaB (&)
a. >yeri punggung yang terlokalisir
b. engkak pada daerah para4ertebral
c. Tanda dan gejala sistemik dari T
d. Tanda defisit neurologis, terutama paraplegia
2.5 Pet!l!s!n!!n
%enatalaksanaan spondilitis tuberkulosis ditujukan untuk eradikasi infeksi,
memberikan stabilitas pada tulang belakang dan menghentikan atau memperbaiki
kifosis. Kriteria kesembuhan sebagian besar ditekankan pada tercapainya
favourable status yang didefenisikan sebagai pasien dapat beraktifitas penuh
tanpa membutuhkan kemoterapi atau tindakan bedah lanjutan, tidak adanya
keterlibatan system saraf pusat , focus infeksi yang tenang secara klinis maupun
secara radiologis.(1)
%ada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan
sesegera mungkin untuk menghentikan progresi4itas penyakit serta mencegah
paraplegia.
%rinsip pengobatan paraplegia %ott sebagai berikutB(1,+)
1. %emberian obat antituberkulosis
!. ekompresi medulla spinalis
0. ;enghilangkan8 menyingkirkan produk infeksi*. Stabilisasi 4ertebra dengan graft tulang (bone graft)
%engobatan terdiri atas B
1. Terapi konser4atif berupaB (+)
a. Tirah baring (bed rest)
b. ;emberi korset yang mencegah gerakan 4ertebra 8membatasi gerak 4ertebra
c. ;emperbaiki keadaan umum penderita
14
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
15/28
d. %engobatan antituberkulosa
!. Terapi operatif
edah Kostotrans4ersektomi yang dilakukan berupa debrideman dan
penggantian korpus 4ertebra yang rusak dengan tulang spongiosa8kortiko G
spongiosa.()
%ottHs paraplegia sendiri selalu merupakan indikasi perlunya suatu tindakan
operasi (5odgson) akan tetapi
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
16/28
• #pinal tumor syndrome
• %aralisis berat sekunder terhadap penyakit ser4ikal
• %aralisis berat karena sindrom kauda ekuina
%ada abses yang kecil (abses dingin) tidak memerlukan tindakan operatif
oleh karena dapat terjadi resorbsi spontan dengan pemberian tuberkulostatik. %ada
abses yang besar dilakukan drainase bedah. Ada tiga cara menghilangkan lesi
tuberkulosa, yaituB ()
a. ebrideman fokal
b. Kostotrans4eresektomi
c. ebrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan.%araplegia
%enanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaituB
a. %engobatan dengan kemoterapi sematamata
b. 9aminektomi
c. Kostotrans4eresektomi
d. @perasi radikal
e. @steotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang
@perasi kifosis
@perasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat, Kifosis
mempunyai tendensi untuk bertambah berat terutama pada anakanak. Tindakan
operatif dapat berupa fusi posterior atau melalui operasi radikal.()
2.6 Di!gnosis B!nding(1)
1. @steitis %iogen B khasnya demam lebih cepat timbul
!. %oliomielitis B paresis8paralisis tungkai, skoliosis dan bukan kifosis
0. Skoliosis idiopatik B tanpa gimus dan tanda paralisis
*. %enyakit paru dengan bekas empiema B tulang belakang bebas penyakit
". ;etastasis tulang belakang B tidak mengenai diskus, adanya karsinoma
prostat
&. Kifosis senilis B kifosis tidak local, osteoporosis seluruh kerangka
16
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
17/28
2.7 Kompli!si(1)
a. 2edera corda spinalis ( spinal cord in$ury). apat terjadi karena adanya
tekanan ekstradural sekunder karena pus tuberkulosa, sekuestra tulang,
sekuester dari diskus inter4ertebralis (contoh B %ottHs paraplegia G prognosa
baik) atau dapat juga langsung karena keterlibatan korda spinalis oleh
jaringan granulasi tuberkulosa (contoh B menigomyelitis G prognosa
buruk). =ika cepat diterapi sering berespon baik (berbeda dengan kondisi
paralisis pada tumor). ;3 dan mielografi dapat membantu membedakan
paraplegi karena tekanan atau karena in4asi dura dan corda spinalis.
b. Impyema tuberkulosa karena rupturnya abses para4ertebral di torakal ke
dalam pleura.
2.18 P'ognosis
%rognosa dari penyakit ini bergantung dari cepatnya dilakukan terapi dan
ada tidaknya komplikasi neurologic, unutk paraplegia a'al, prognosis untuk
kesembuhan sarafnya lebih baik, sedangkan spondilitis dengan paraplegia akhir,
prognosisnya biasanya kurang baik. ila paraplegia disebabkan oleh mielitis
tuberkulosa proggnosisnya ad functionam juga buruk.(1)
17
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
18/28
BAB III
LAP9+AN KASUS
3.1 Identit!s p!sien
>ama B >y. Sul4ia
mur B 0! tahun
=enis Kelamin B %erempuan
Suku B Aceh
Agama B 3slam
Alamat B esa usun Salak, Kel. %adang, ;anggeng, AJA
>o 2; B 1#+--01
Tanggal %emeriksaan B 1! ?ebruari !#1&
3.2 An!mnes!
Keluhan tama B kelemahan kedua anggota gerak ba'ah
Keluhan Tambahan B kaki kiri bengkak
i'ayat %enyakit Sekarang B pasien datang dengan keluhan tidak bisa bangun
dari tidur karena kedua kaki tidak bisa digerakkan
yang terjadi secara tiba G tiba * hari sebelum
masuk umah Sakit. Keluhan ini disertai dengan
kebas G kebas dan rasa sakit pada tulang belakang
bagian punggung. %asien pernah mengalami jatuh
dari sepeda motor lalu masuk ke jurang pada
tahun !#10. %osisi jatuh tulang belakang
terhempas dengan posisi telentang. Tidak ada
keluhan yang berarti bagi pasien setelah kejadian
tersebut. i'ayat batuk G batuk lama tidak bisa
18
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
19/28
dikonfirmasi, karena pasien mengatakan ada
batuk kering agak lama selama dira'at di S
ji'a, namun tidak menggunakan obat apapun.
%enurunan berat badan ada sekitar " kg dalam
beberapa bulan ini. erkeringat malam tidak ada.
>amun badan sering terasa hangat.
i'ayat %enyakit ahulu B pasien mengalami skiEofrenia 0 bulan yang lalu
i'ayat %enyakit Keluarga Bkeponakan pasien ada yang mengidap
pembesaran kelenjar getah bening di leher.
Keluarga yang mengalami keluhan yang sama
tidak ada.
i'ayat %emakaian @bat B%asien memiliki ri'ayat mengkonsumsi obat G
obatan selama ra'atan di rumah sakit ji'a
i'ayat Sosial B belum menikah dan tidak memiliki pekerjaan
3.3 Peme'is!!n(isi
3.3.1 St!t/s P'esent
Keadaan mum B Sedang
Kesadaran B 2ompos mentis
Tekanan arah B 11#8# mm5g
>adi B -#D8 menit
%ernapasan B !#D8 menit
Suhu B 0+,! 2
3.3.2 St!t/s %ene'!l
A. K/lit
7arna B kuning langsat
Turgor B Kembali cepat3kterik B Tidak ada
%ucat B Tidak ada
B. Kep!l!
ambut B 5itam, skar bekas operasi a.r parietal sinistra
;ata B Konjungti4a pucat (8), sklera ikterik (8), mata cekung
(8) pupil isokor, reflek cahaya (8), keruh (8)
Telinga B Serumen (8)
5idung B Sekret (8), >25 (8)
0. #/l/t
19
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
20/28
ibir B %ucat (), Sianosis () Kering ()
9idah B eslag ()
D. Le-e'
3nspeksi B Simetris
%alpasi B %embesaran K
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
21/28
I. Est'emit!s B
Tabel 0.! %emeriksaan ekstremitas
S/pe'io' Infe'io'
K!n!n Ki'i K!n!n Ki'i
%ucat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Idema Tidak ada Tidak ada Tidak adaAda (non
pitting)
Akral ingin Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3.3.3 St!t/s Ne/'ologis
A. % 0 S B I*;&6"
%upil B isokor (0 mm80 mm)
eflek 2ahaya 9angsung B (8)
eflek 2ahaya Tidak 9angsung B (8)
Tanda angsang ;eningeal
Kaku kuduk B tidak diperiksa
9aseLueB tidak diperiksa
Kernig B tidak diperiksa
abinski B tidak diperiksa
rudEinski 3 B tidak diperiksa
rudEinski 33 B tidak diperiksa
B. Ne':/s 0'!ni!les
Ne':/s III ;otonom< =
1. kuran pupil
!. entuk pupil
0. efleks cahaya langsung
*. efleks cahaya tidak langsung
". >istagmus
&. Strabismus
+. Iksoftalmus
. ;elihat kembar
K!n!n
0 mm
bulat
Ki'i
0 mm
bulat
21
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
22/28
Ne':/s III> I> I ;ge'!!n o/le'<
%ergerakan bola mata B
1. 9ateral
!. Atas
0. a'ah
*. ;edial
". iplopia
K!n!n
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Ki'i
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Kelompo #oto'i
Ne':/s ;f/ngsi moto'i<
1. ;embuka mulut!. ;enggigit dan
mengunyah
Tidak diperiksaTidak diperiksa
Ne':/s II ;f/ngsi moto'i<
1. ;engerutkan dahi
!. ;enutup mata
0. ;enggembungkan pipi
*. ;emperlihatkan gigi
". Sudut bibir
K!n!n
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
simetris
Ki'i
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
simetrisNe':/s )I ;f/ngsi moto'i<
1. ;engangkat bahu
!. ;emutar kepala
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Ne':/s )II ;f/ngsi moto'i<
1. Artikulasi lingualis
!. ;enjulurkan lidah
normal.
Tidak diperiksa
Kelompo Senso'is
1. >er4us 3 (fungsi penciuman)
!. >er4us 6 (fungsi sensasi 'ajah)
0. >er4us 633 (fungsi pengecapan)
*. >er4us 6333 (fungsi pendengaran)
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
0. B!d!n
#oto'i
1.
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
23/28
Sensi&ilit!s
1. asa suhu B tidak diperiksa
!. asa nyeri B tidak diperiksa
0. asa raba B tidak diperiksa
D. Anggot! %e'!
#oto'i
1. %ergerakan atas8ba'ah B ( 8)8(8)
!. Kekuatan atas8ba'ah B """"8""""8111181111
0. Tonus atas8ba'ah B >8>8M8M
+efles
1. iceps8triceps B (8)
!. %atela B (N8sdn)
0. abinski B 8
Sensi&ilit!s
Sensi&ilit!s K!n!n Ki'i
asa suhu Tidak diperiksa Tidak diperiksa
asa nyeri Tidak diperiksa Tidak diperiksa
asa raba Tidak diperiksa Tidak diperiksa
3. Peme'is!!n Pen/n?!ng
3..1 Peme'is!!n L!&o'!to'i/m
Tanggal & ?ebruari !#1& (hari pasien masuk)
5emaglobin B 1#,1 gr8d9
5ematokrit B 01$
Iritrosit B 0,- D 1#&8mm0
9eukosit B !",0 D 1#08mm0
Trombosit B 0+1 D 1#0
8mm0
Iosinofil B #$
asofil B #$
netrofil batang B #$
netrofil segmen B -$
limfosit B "$
monosit B &$
'aktu perdarahan B ! menit
23
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
24/28
'aktu pembekuan B + menit
natrium B 10" mmol89
kalium B *,1 mmol89
klorida B 1## mmol89
gula darah se'aktu B 1+& mg8dl
ureum B 11- mg8dl
kreatinin B *,-& mg8dl
3..2 +!diologi
1. ?oto Thorakolumbal A%89atB tidak tampak kelainan
!. foto ;3 Torakolumbal
3." Di!gnos!=
%araparese 3nferior et causa Spondilitis T pada 6ertebra Thorakalis 333
3.$ Te'!pi ,!ng di&e'i!n=
36? 9 !# gtt8i
i4. ceftriaDon ! gr81! jam
i4. mecobalamin 8 jam
imstar 1D0 tab
24
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
25/28
BAB I
PE#BAHASAN
%ada anamnesis didapatkan beberapa informasi yang mengarahkan diagnosa
penyakit pasien berupa spondilitis T, namun sebagian tidak dapat dipastikan
mengingat pasien tidak berada di dekat keluarga saat pasien dira'at di umah
Sakit =i'a Abdya. =a'aban pasien yang dapat mengarahkan adanya spondilitis T
adalah keluhan kelemahan anggota gerak ba'ah yang dirasakan tiba G tiba saat
bangun pagi dengan diikuti rasa kebas di kedua kaki terutama kaki sebelah kiri.
%asien juga mengeluhkan adanya nyeri lokal di tulang belakang di belakang dada.
Selain itu pasien mengatakan adanya penurunan berat badan " kg dalam beberapa
bulan dan disertai badan terasa hangat. =a'aban yang tidak bisa dikonfirmasi
adalah mengenai adanya ri'ayat batuk kering selama pasien dira'at inap,
terutama mengenai obat apa yang diberikan oleh dokter yang mera'at pasien
selama di S= Abdya. %adahal, jika dapat dipastikan bah'a pasien memiliki
ri'ayat terkena T %aru, maka kemungkinan diagnosa spondilitis T menjadi
tinggi.
%ada pemeriksaan fisik pasien didapatkan adanya keterbatas gerak, adanya
paraparese inferior, hipoesthesi ekstremitas ba'ah kanan dan kiri dan lebih berat
pada kiri, peningkatan tonus otot pada ektremitas ba'ah kiri. 5al ini termasuk
dalam temuan fisik pada spondilitis T. Seharusnya keadaan tulang belakang
pasien juga harus di inspeksi dan dipalpasi apakah terdapat deformitas dan nyeri
pada penekanan untuk lebih memastikan kebenaran abnormalitas dari tulang
belakang.
5asil laboratorium yang mencolok adalah hasil leukosit yang cukup tinggiyaitu !".0##8mm0 yang lebih dicurigai terjadinya infeksi bakteri daripada infeksi
4irus dan mikroorganisme lainnya. Kadar ureum pasien juga meningkat.. sesuai
dengan keluhan pasien bah'a selama menderita kelemahan kaki tersebut, pasien
tidak bisa mengeluarkan kencing. Temuan ini meningkatkan kecurigaan
spondilitis T pada pasien ini. 9ainnya didapatkan adanya anemia ringan.
%ada foto radiologis Oay Thorakolumbal tidak didapatkan abnormalitas.
%emeriksaan ini dikerjakan pada a'al masuk pasien. erbeda dengan ;3
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
26/28
torakolumbal non G kontras dikerjakan setelah beberapa hari pasien dira'at inap
dan ditemukan suatu abnormalitas. 5al ini mungkin berhubungan dengan
peningkatan stadium penyakit yang mungkin menjadi lebih cepat sesuai dengan
keadaan umum pasien dan sistem kekebalan tubuh pasien.
anyak pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan terhadap pasien ini.
>amun tidak dapat dikerjakan karena pasien pulang atas permintaan sendiri.
%emeriksaan laboratorium yang bermakna contohnya adalah pe'arnaan gram
TA pada pengambilan 0 kali sputum se'aktu pagi dan se'aktu. ;eskipun
demikian, pasien diberi obat pulang berupa obat antituberkulosis mengingat
gambar ;3 torakolumbal menampakkan kecurigaan tinggi untuk spondilitis T
juga mengingat udara 3ndonesia tidak bebas dari infeksi T.
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
27/28
BAB
KESI#PULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalahB
1. %enderita T paru yang tidak tuntas berobat dapat mengalami komplikasi
berupa penyebaran T ke tulang yaitu spondilitis T
!. Terapi paling penting untuk mengatasi spondilitis T adalah konser4atif
untuk menjaga kualitas hidup pasien, mencegah pemburukan dan pemberian
@AT
DA(TA+ PUSTAKA
-
8/17/2019 Bab I- Dftar Pustaka Neuor
28/28
1. asouli ;, ;irkoohi ;, 6accaro A, Jarandi K, dan ;ofaghar. #pinal
Tuberculosis% !iagnosis and Management . 9ast pdate ?eb 1*th !#1*.
A4ailable atB httpB88emedicine.medscape.com8article8!!&1*1o4er4ie' .
!. =eong S, 2hoi S., Joum =, Kim 5, , 5a 5, and Ji =S. Microbiology and
&pidemiology of nfectious #pinal !isease. = Korean >eurosurg Soc. !#1*
=ulC"&(1)B!1!+.
0. achdi 3, aLud ?, Aydi P, aili 9, auhou . *+, .linical
.haracteristics of Tuberculous #pondylitis% bout /, .ases. nn 0heum
!is !#1"C+*B1!1!
*. Jong K, Tae >a, Kee S, and Kim J. Tuberculosis of the #pine% new
1nderstanding of an 2ld !isease. = Korean Soc Spine Surg. !#1*;arC!1(1)B*1*+.
". 2heung 7J, Keith K. .linical and radiological outcomes after
conservative treatment of T spondylitis% is the / years’ follow-up in
the M0. study long enough@ Ann heum is . !#1"C+*B1!1!
&. 2heung K, Kenneth ;2. #urgical treatment of acute T spondylitis%
indications and outcomes. Iuropean Spine =ournal. !#10C !! pp &11
+. %radhan K, %andey K, Sharma S, 9akhey S, ;anadhar , ijal K%, %rasaiT. .onservative treatment of T #pondylitis in !orsolumbar and 3umbar
spine. >@A=. !#10C0B!,p000+
. 7ang O, %ang O, 7u %,9uo 2,Shen O. 2ne-stage anterior debridement4
bone grafting and posterior instrumentation vs5 single posterior
debridement4 bone grafting4 and instrumentation for the treatment of
thoracic and lumbar spinal tuberculosis. Iuropean Spine =ournal. !#1*C
!0B*B pp 0#0+
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Rasouli%20MR%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Rasouli%20MR%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Mirkoohi%20M%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Vaccaro%20AR%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Yarandi%20KK%5Bauth%5Dhttp://emedicine.medscape.com/article/226141-overviewhttp://link.springer.com/journal/586mailto:xiaoyangpang@163.comhttp://link.springer.com/journal/586http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Mirkoohi%20M%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Vaccaro%20AR%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Yarandi%20KK%5Bauth%5Dhttp://emedicine.medscape.com/article/226141-overviewhttp://link.springer.com/journal/586mailto:xiaoyangpang@163.comhttp://link.springer.com/journal/586http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Rasouli%20MR%5Bauth%5D
top related