bab 2 landasan teori 2.1 konsep dasar sistem 2.1.1...
Post on 03-Apr-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Sistem
2.1.1 Pengertian Sistem
Prahasta (2005) mendefinisikan sistem sebagai suatu sekumpulan obyek, ide,
berikut saling keterhubungannya (inter-relasi) dalam mencapai tujuan atau sasaran
bersama.
Menurut Ladjamudin (2005) Sistem adalah kumpulan komponen yang saling
berkaitan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem terdiri dari komponen -
komponen yang saling berinteraksi satu sama lain, dalam menerima masukan,
pemrosesan serta menampilkan keluaran yang dimaksud untuk mencapai tujuan sistem
itu.
Menurut Ladjamudin (2005) suatu sistem mempunyai karkteristik atau sifat-sifat
tertentu, yaitu:
1. Komponen sistem, sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi
dan bekerjasama membentuk suatu sistem kesatuan.
2. Batasan sistem, daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang
lainnya atau dengan lingkungan luarnya.
8
3. Lingkungan luar sistem, apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi
operasi sistem.
4. Penghubung sistem, media yang menghubungkan antara suatu subsistem dengan
subsistem yang lainnya.
5. Masukan sistem, adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem.
6. Keluaran sistem, merupakan energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi
keluran yang berguna.
7. Pengolahan sistem, sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau sistem itu
sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah akan merubah masukan menjadi keluaran.
8. Sasaran atau tujuan sistem, merupakan apa yang harus dicapai sebuah sistem.
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut O’Brien (2003, p13) informasi adalah data yang telah diubah menjadi
bentuk yang memiliki arti dan berguna dalam konteks tertentu bagi pemakainya.
Menurut McLeod (2001, p12) adalah data yang telah diproses, atau data yang
telah memiliki arti.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan
hasil dari pengolahan data dalam suatu sistem, yang bermanfaat bagi penerimanya,
9
sehingga dapat digunakan untuk bertindak atau mengambil keputusan, sesuai dengan
konteks informasi yang diterima dan tujuan sistem.
Menurut McLeod (2001, p148) nilai suatu informasi ditentukan oleh :
1. Relevansi
Informasi harus bermanfaat bagi pemakainya dan berkaitan langsung dengan
permasalahan yang ada.
2. Keakuratan
Informasi harus bebas dari kesalahan yang menyesatkan dan harus mencerminkan
maksud yang dikandungnya. Idealnya semua informasi harus akurat.
3. Ketepatan Waktu
Informasi yang dibuat harus sesuai dengan saat kebutuhannya. Informasi tidak
boleh terlambat diterima, bahkan informasi harus tersedia bagi pemecahan masalah
sebelum situasi yang kritis menjadi tidak terkendali.
4. Kelengkapan
Informasi yang disampaikan pada penerima harus menyajikan gambaran lengkap
dari suatu permasalahan.
10
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2003, p7), Sistem Informasi adalah kombinasi yang terhubung
antara pengguna, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber
data yang mengumpulkan, mentransformasi, dan menyebarkan informasi dalam suatu
organisasi.
Menurut Laundon (2002, p7), sistem informasi adalah komponen yang saling
berhubungan, yang mengumpulkan atau menampilkan, memproses, menyimpan dan
mendistribusikan informasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan,
koordinasi dan kontrol di dalam organisasi.
Adapun menurut Prahasta (2002) sistem informasi adalah kesatuan formal yang
terdiri dari berbagai sumberdaya fisik maupun logika.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah
sistem yang berguna untuk menghasilkan informasi dari data yang tersedia untuk
mendukung tindakan dan pengambilan keputusan dalam organisasi.
2.2 Geografi
2.2.1 Pengertian Geografi
Geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu geos dan graphein. Geos berarti bumi
atau permukaan bumi, sedangkan graphein menceritakan atau melukiskan. Berdasarkan
asal katanya, geografi dapat diartikan pencitraan bumi.
11
Dalam arti yang lebih luas, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang permukaan bumi, penduduk, serta hubungan timbal balik antara
keduanya. Permukaan bumi ialah tempat makhluk hidup yang meliputi daratan, air atau
perairan, dan udara atau lapisan udara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1997, secara harfiah geografis adalah
ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh
dari bumi. Sedangkan kata geografis artinya adalah segala sesuatu yang bersangkut paut
dengan geografi.
2.2.2 Pengertian Peta
Peta adalah suatu alat peraga untuk menyampaikan suatu ide berupa sebuah
gambar mengenai tinggi rendahnya suatu daerah (topografi), penyebaran penduduk,
jaringan jalan, dan hal lainnya yang berhubungan dengan kedudukan dalam ruang. Peta
dilukiskan dengan skala tertentu, dengan tulisan atau simbol sebagai keterangan yang
dapat dilihat dari atas. Peta dapat meliputi wilayah yang luas, dapat juga hanya
mencakup wilayah yang sempit. Ilmu pengetahuan yang mempelajari peta disebut
kartografi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peta adalah gambar atau lukisan pada
kertas dan sebagainya yang menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan
sebagainya; representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat-sifat
seperti batas daerah yang menyatakan sifat-sifat seperti batas daerah, sifat permukaan.
12
2.2.3 Jenis Peta
Ada beberapa jenis peta menurut kegunaannya yang terdapat dalam The World
Encyclopedia (1991):
1. General Reference Map (Peta Referensi Umum)
Peta ini digunakan untuk mengidentifikasi dan verifikasi macam-macam bentuk
geografi termasuk fitur tanah badan air, perkotaan, jalan, dan sebagainya.
2. Mobility Map (Peta Mobilitas)
Peta ini bermanfaat dalam membantu masyarakat dalam menentukan jalur dari
suatu tempat ke tempat lainnya, digunakan untuk perjalanan di darat, laut, dan
udara.
3. Thematic Map (Peta Tematik)
Peta ini menunjukkan penyebaran dari objek tertentu seperti populasi, curah
hujan, sumber daya alam.
4. Inventory Map (Peta Inventaris)
Peta ini menunjukkan lokasi dari fitur khusus, misalnya: posisi semua gedung di
wilayah Jakarta Barat.
13
Jenis-jenis peta berdasarkan isi:
1. Peta Umum
Melukiskan semua kenampakan pada suatu wilayah secara umum.
Kenampakan adalah keadaan alam atau daerah dengan berbagai bentuk
permukaan bumi, yaitu gunung, dataran, lembah, sungai, dan sebagainya yang
merupakan suatu kesatuan. Contoh: Peta Indonesia, Peta Asia, Peta Dunia.
2. Peta Tematik atau Peta Khusus
Melukiskan kenampakan tertentu atau menonjolkan satu macam data saja
pada wilayah yang dipetakan. Contoh: peta iklim, peta perhubungan.
Jenis-jenis peta berdasarkan skala:
1. Peta Kadaster/teknik: berskala antara 1 : 100 – 1 : 5.000
2. Peta Skala Besar: berskala antara 1 : 5.000 – 1 : 250.000
3. Peta Skala Sedang: berskala antara 1 : 250.000 – 1 : 500.000
4. Peta Skala Kecil: berskala antara 1 : 500.000 – 1 : 1.000.000
5. Peta Geografi: berskala lebih dari 1 : 1.000.000
14
Jenis-jenis peta berdasarkan keadaan objek:
1. Peta Stasioner
Menggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan tetap atau stabil. Contoh:
peta persebaran gunung berapi.
2. Peta Dinamis
Menggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan mudah berubah. Contoh:
peta urbanisasi, peta arah angin, peta ketinggian aliran sungai.
2.2.4 Bentuk Peta
Bentuk peta dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Peta timbul (relief), yang dibuat sesuai dengan kenampakan relief (tinggi-
rendahnya) permukaan bumi. Contoh: Maket.
2. Peta datar yang dilukis dalam suatu bidang datar. Contoh: Atlas.
2.2.5 Penggunaan Peta
Pada umumnya peta dapat digunakan untuk mengetahui berbagai kenampakan
pada suatu wilayah yang dipetakan, yakni:
1. Memperlihatkan posisi suatu tempat di permukaan bumi;
2. Mengukur luas dan jarak suatu daerah di permukaan bumi berdasarkan skala dan
ukuran peta;
15
3. Memperlihatkan bentuk suatu daerah yang sesungguhnya dalam skala tertentu;
4. Menghimpun data suatu daerah yang disajikan dalam bentuk peta.
Adapun peta khusus digunakan untuk tujuan tertentu yang menonjolkan satu
jenis data saja. Misalnya, peta iklim, peta curah hujan, peta penyebaran penduduk, dan
sebagainya.
2.2.6 Syarat-syarat Peta
Peta yang ideal mempunyai luas, bentuk, arah, dan jarak yang benar. Peta yang
baik dan lengkap harus mencantumkan judul peta, tahun pembuatan, skala, petunjuk
arah, legenda, dan garis astronomis, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Judul Peta
Judul suatu peta harus memuat jenis peta dan daerah yang dipetakan.
Termasuk jenis peta, misalnya, peta pertambangan, peta iklim, peta
perhubungan. Daerah yang akan dipetakan, misalnya, peta Indonesia, peta dunia.
Contoh: Peta hasil tambang di Indonesia. Judul peta diletakkan di tengah atas.
2. Tahun pembuatan
Tahun pembuatan diletakkan di kanan bawah atau kiri bawah.
Pencatuman tahun pembuatan ini penting karena dapat dipakai untuk
memastikan bahwa peta tersebut masih baik digunakan saat itu.
16
3. Skala Peta
Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di
permukaan bumi. Ada tiga macam skala, yaitu skala angka, skala inci, dan skala
garis.
a. Skala angka adalah skala pada peta yang dinyatakan dengan angka atau
numerik. Contoh: 1 : 500.000, artinya 1 cm dipeta = 500.000 di permukaan
bumi.
b. Skala inci adalah skala pada peta yang dinyatakan dalam satuan inici
(biasanya digunakan di luar negeri). Satu inci = 2,539 cm
c. Skala garis adalah skala pada peta berupa garis yang menunjukkan jarak yang
sesungguhnya pada permukaan bumi.
4. Petunjuk Arah (Orientasi)
Pada setiap pembuatan peta perlu dicantumkan orientasi atau arah mata
angin sebagai petunjuk arah dari daerah atau wilayah yang dipetakan. Pembuatan
orientasi atau petujuk arah perlu memperhatikan pedoman berikut:
a. Indonesia menggunakan orientasi utara
b. Petunjuk arah ditempatkan pada bagian kosong agar tidak mengganggu peta
induk.
17
5. Legenda
Peta memuat informasi yang padat, namun tidak mungkin semua data
diberi keterangan rinci. Oleh karena itu, keterangan tentang simbol-simbol pada
suatu peta disebut legenda. Ada dua macam simbol dalam peta, yaitu simbol
kualitatif, dan simbol kuantitatif.
a. Simbol kualitatif digunakan untuk melukiskan bentuk-bentuk dipermukaan
bumi. Simbol kualitatif meliputi simbol titik, simbol garis, dan simbol warna.
b. Simbol kuantitatif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang diwakili,
misalnya untuk menggambarkan jumlah peduduk di daerah tertentu:
: 1.000 jiwa
: 2.000 jiwa
: 3.000 jiwa
6. Garis Astronomis
Setiap peta harus mencantumkan garis astronomis, yaitu garis lintang dan
garis bujur. Garis lintang adalah garis khayal yang melintangi permukaan bumi.
Sedangkan garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan Kutub Utara
dan Kutub Selatan, serta digambarkan membujur. Karena merupakan garis
khayal, kedua garis itu sesungguhnya tidak ada dan hanya ada dalam peta. Garis-
garis itu berfungsi meperjelas kita dalam membaca peta.
18
Ditinjau dari sifat-sifat asli yang akan dipertahankan, penggambaran dari
peta ke bidang datar, berupa proyeksi meiliki syarat sebagai berikut:
a. Peta harus konform, artinya bentuk peta yang tergambar harus sebangun
dengan keadaan sebenarnya, meskipun gambar itu kecil, tidak boleh merubah
bangun-bangun kenampakan yang ada.
b. Peta harus ekuidistan, artinya setiap jarak-jarak yang tergambar pada peta
harus sesuai dengan keadaan sebenarnya, seperti menggambarkan jarak dari
satu kota ke kota lain, disesuaikan dengan jarak sebenarnya dibagi dengan
skala peta.
c. Peta harus ekuivalen, artinya harus sesuai dengan skala yang sudah
dicantumkan didalamnya.
2.3 Sistem Informasi Geografi (SIG)
2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menurut Rice (2002) (dikutip dalam Prahasta 2002, hal 54) Sistem Informasi
Geografis (SIG) adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan,
menyimpan, dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di
permukaan bumi.
Sedangkan menurut Gistut (1994) (dikutip dalam Prahasta 2002, hal 55) SIG
adalah sistem yang mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu
19
mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena
yang ditemukan di lokasi tersebut.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan Sistem Informasi Geografis (SIG)
adalah sistem yang memasukkan, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi,
menganalisis, dan menampilkan keluaran informasi geografis berikut data-data
atributnya sehingga dapat menghasilkan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk
pengambilan keputusan.
2.3.2 Komponen SIG
Komponen – komponen dalam SIS adalah sebagai berikut :
1. Perangkat Keras
Dalam SIG, perangkat keras digunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan data melalui proses digitasi peta, menyimpan, memproses data
dan peta, serta menampilkan hasil analisa. Perangkat keras terdiri dari :
a. Perangkat untuk mengumpulkan data, berguna untuk mengkoversi data
analog dalam peta menjadi data digital yang digunakan dalam SIG. Jenis
perangkat tersebut antara lain :
1. Digitizer : Alat yang mengkombinasikan cara memposisikan secara
manual dengan penginderaan secara elektromagnetik pada permukaan
bidang datar, yang berisi kabel-kabel tipis bermuatan arus listrik.
Pengkonversian koordinat pada peta analog menjadi peta digitaldapat
20
dilakukan digitizer melalui sebuah sensor kecil yang mendeteksi medan
elektromagnetik pada permukaan bidang datar.
2. Scanner : Sistem elektromekanis yang dapat mengubah suatu gambar ke
bentuk titik-titik raster.
3. Pendeteksi garis otomatis : Digitizer otomatis, yang bekerja dengan
menggunakan sensor pintar otomatis untuk mengikuti garis pada
peta/layer.
b. Perangkat penyimpanan, berguna untuk menyimpan data peta dan atribut,
program, hasil masukan atau proses, dan lain-lain. Sifat penyimpanannya
ada yang permanen dan tidak permanen. Contoh perangkat penyimpanan
yang tidak permanen adalah memori komputer, cache memory, dan register.
Sedangkan contoh perangkat penyimpan yang permanen adalah disket, hard
disk, pita magnetik, dan optical disc.
c. Perangkat pemroses, berfungsi untuk mengartikan dan mengeksekusi
instruksi program, manipulasi data dan peta, dan mengontrol peralatan
keluaran dan masukan.
d. Perangkat untuk menampilkan hasil pemrosesan dalam bentuk visual atau
cetakan dapat berupa layar/monitor, plotter dan printer.
21
2. Perangkat Lunak
Perangkat lunak membantu perangkat keras untuk memasukkan,
memanipulasi, menyimpan serta mengatur data geografi. Menurut Burrough
(1987, p8), terdapat lima modul utama dalam perangkat lunak SIG :
a. Masukan dan pengecekan data, meliputi pengubahan data konvensional
dalam bentuk peta analog hasil pengamatan lapangan, sensor satelit, dan foto
udara menjadi data digital.
b. Menyimpan dan mengatur data, berhubungan dengan struktur dan aturan data
posisi/topologi dan atribut elemen geografi, dapat berupa titik, garis, dan area
yang menggambarkan objek-objek di dunia nyata.
c. Mengatur cara menampilkan data dan pelaporan hasil analisa ke pengguna
dalam bentuk peta, tabel, laporan, dan sebagainya.
d. Memproses data, mencakup kegiatan mengurangi kesalahan akibat
pemasukan data atau hasil proses yang kurang baik, menganalisa data,
mengatur data, misalnya perubahan skala peta, menghubungkan data
geometris dengan atribut, melaksanakan logika untuk memproses data
geometridengan data atribut, menampilkannya, dan lain-lain.
e. Melakukan interaksi dengan pengguna untuk menentukan apakah perangkat
lunak SIG itu dapat diterima atau tidak. Dapat dilakukan melalui penggunaan
menu, format perintah, window, query, dan lain-lain.
22
Sebuah software SIG haruslah menyediakan fungsi dan tools yang mampu
melakukan penyimpanan data, analisis, dan menampilkan informasi geografis.
Elemen-elemen yang harus terdapat dalam software GIS adalah :
a. Tools untuk melakukan input dan transformasi data geografis
b. Sistem manajemen basis data (DBMS)
c. Tools yang mendukung query geografis, analisis, dan visualisasi
d. Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tools
geografis.
3. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia berfungsi untuk mendefinisikan proses produksi,
menentukan sistem berkas/file, mendeskripsikan data, menentukan aliran data,
komunikasi antar proses, otorisasi pengguna, menentukan cara pemrosesan dan
pemeliharaan data.
4. Data
Merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam SIG. Data ini
diperoleh dengan mengintegrasikan data spasial dengan sumber-sumber data
lainnya (data non spasial).
23
2.3.3 Sumber Data SIG
Data SIG didapat melalui berbagai sumber yang dikutip dalam Gumelar (2007),
yaitu:
1. Citra satelit, data ini menggunakan satelit sebagai wahananya. Kelebihannya
adalah kemampuan merekam cakupan wilayah yang luas dan tingkat resolusi
dalam merekam obyek yang sangat tinggi.
2. Peta analog, merupakan bentuk tradisional dari data spasial, data ditampilkan
dalam bentuk kertas atau film. Peta analog dapat di scan menjadi format digital
dan disimpan di basisdata.
3. Foto udara, merupakan sumber data yang banyak digunakan untuk
menghasilkan data spasial selain dari citra satelit.
4. Data tabular, data ini berfungsi sebagai atribut bagi data spasial, data ini
umumnya berbentuk tabel.
5. Data survei, data ini dihasilkan dari hasil survei atau pengamatan di lapangan
2.3.4 Jenis Data
Menurut Prahasta (2002) data yang digunakan dalam SIG dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu:
24
A
B
C D
E
1. Data Atribut
Data yang mendeskripsikan karakteristik atau fenomena yang dikandung
pada satu objek data dalam peta dan tidak mempunyai hubungan dengan posisi
geografis. Contohnya, data atribut sebuah lautan berupa kedalaman, kualitas air,
habitat, komposisi kimia, konfigurasi biologis, dan lain-lain.
2. Data Spasial
Merupakan data sistem informasi yang terpaut pada dimensi ruang. Data
spasial memiliki komponen-komponen sebagai berikut:
a. Titik, merupakan penggambaran yang sederhana untuk suatu obyek.
Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasi diatas
peta dan dapat ditampilkan diatas layar monitor dengan menggunakan
simbol-simbol.
Gambar 2.1 Data Spasial berupa titik
b. Garis, merupakan bentuk linier yang menghubungkan paling sedikit dua
titik dan digunakan untuk merepresentasikan obyek satu dimensi.
25
Jl. Panjang
Jakarta
Bogor
Tanggerang
Gambar 2.2 Data Spasial berupa garis
c. Poligon, digunakan untuk merepresentasikan obyek-obyek dua dimensi.
Gambar 2.3 Data Spasial berupa polygon
2.3.5 Fungsi Analisis Spasial SIG
Fungsi analisis spasial SIG terdiri dari :
1. Klasifikasi (reclassify)
Fungsi ini mengklasifikasikan atau mengklasifikasikan kembali suatu data
spasial atau atribut menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan
kriteria tertentu.
2. Overlay
Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang
jadi masukkannya.
26
3. Buffering
Fungsi ini akan menghasilkan data spasial baru yang berbentuk poligon
dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukkannya.
2.3.6 Model Data Spasial / Keruangan
Menurut Prahasta (2002) ada dua model data spasial yaitu:
1. Model Raster
Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang
membentuk grid. Setiap piksel atau sel ini memiliki atribut tersendiri,
termasuk koordinatnya yang unik (di sudut grid (pojok), di pusat grid, atau
ditempat yang lainnya).
Model raster memberikan informasi spasial apa yang terjadi dimana
saja dalam bentuk gambaran yang digeneralisir. Dengan model ini, dunia
nyata disajikan sebagai elemen matriks atau sel-sel grid yang homogen.
Dengan model data raster, data geografi ditandai oleh nilai-nilai (bilangan)
elemen matriks persegi panjang dari suatu objek. Dengan demikian, secara
konseptual, model data raster merupakan model data spasial yang paling
sederhana.
27
2. Model Vektor
Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan titik, garis-garis, atau poligon beserta atribut-
atributnya. Model ini didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua
dimensi (x,y).
2.4 Basis Data
2.4.1 Pengertian Basis Data
Menurut Connolly (2005, p15) basis data adalah kumpulan bersama dari data-
data logikal yang saling terkait, dan deskripsi dari data tersebut, dibuat untuk memenuhi
kebutuhan informasi dari suatu organisasi. (Basis Data, menurut McLeod, adalah
kumpulan data komputer yang terintegrasi, diatur dan disimpan berdasarkan suatu cara
yang memudahkan pengambilan kembali. Basis Data merupakan sebuah gudang data
tunggal dan besar yang di-sharing dan dapat digunakan secara simultan oleh banyak
departemen dan banyak user).
2.4.2 Pengertian Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)
Menurut Connolly (2005, p16) DBMS adalah sebuah sistem perangkat lunak
yang memungkinkan user untuk menentukan, menciptakan, memelihara dan mengontrol
akses ke basis data. Sebuah DBMS menyediakan fasilitas-fasilitas berupa:
28
1. Data Definition Language (DDL) yang memungkinkan user menentukan basis
data, misalnya jenis data, struktur data, dan batasan-batasan pada data yang
hendak disimpan dalam basis data.
2. Data Manipulation Language (DML) yang memungkinkan user untuk
memungkinkan, meng-update, menghapus dan me-retrieve data dari basis data.
3. Akses terkontrol ke basis data, contohnya:
a. Sistem keamanan yang mana mencegah user yang tidak berhak untuk akses
ke basis data.
b. Sistem terintegrasi yang mana memelihara konsistensi data yang disimpan
c. Sistem kontrol konkuren yang mana memperbolehkan akses bersama
terhadap basis data
d. Sistem kontrol pengembalian data yang mana dapat mengembalikan data
keadaan sebelumnya apabila terjadi kegagalan perangkat keras atau
perangkat lunak
e. Katalog yang dapat diakses user yang mana berisi deskripsi data dalam basis
data
2.4.3 Perancangan Basis Data
Menurut Fathansyah (1999) (dikutip dari Prahasta 2002, hal 190) sistem
basisdata merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan file (tabel) yang saling
berhubungan dan sekumpulan program yang memungkinkan beberapa pemakai dan
program lain untuk mengakses dan memanipulasi file-file tersebut.
29
Data dalam sebuah basisdata disusun berdasarkan hierarki data, yaitu:
1. Basisdata, merupakan kumpulan file yang saling terkait satu sama lain misalnya file
karyawan, file jabatan, dan lain-lain.
2. File dan Tabel, file adalah kumpulan semua kejadian dan struktur record yang
ditentukan record, sedangkan tabel adalah ekuivalen database relasional dari
sebuah file. Beberapa tipe dan tabel konfensional antara lain:
a. Master file, tabel yang terdiri dari record-record permanen.
b. Transaction file, sebuah tabel yang terdiri dari record-record yang
mendeskripsikan kejadian-kejadian bisnis.
c. Document file, tabel yang terdiri dari data histories.
d. Archival file, tabel yang berisi record-record file master dan transaksi yang
telah dihapus dari penyimpanan online.
e. Table look-up file, tabel yang berisi data statis yang dapat dipakai bersama.
f. Audit file, tabel yang berisi record-record pembaruan untuk file-file lain.
3. Record, merupakan kumpulan field yang disusun dalam format yang telah
ditetapkan sebelumnya.
4. Field, merupakan unit terkecil dari data yang berarti untuk disimpan pada sebuah
file atau basisdata. Field memiliki 4 tipe, yaitu:
a. Primary key, field yang secara unik mengidentifikasi record pada file.
b. Secondary key, sebuah field yang mengidentifikasi record tunggal atau sebuah
subset dari record-record yang terkait.
30
c. Foreign key, field yang menunjuk kepada record pada file lain pada sebuah
database.
d. Description key, field nonkey.
2.4.4 Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram (ERD) adalah model data yang menggunakan
beberapa notasi untuk menggambarkan data dalam konteks entitas dan hubungan yang
dideskripsikan oleh data tersebut (Whitten et al. 2004).
Komponen-komponen ERD adalah:
1. Entitas
Adalah kelompok orang, tempat, kejadian, atau konsep tentang apa yang kita
perlukan untuk menangkap dan menyimpan data.
2. Atribut
Adalah sifat atau karakteristik suatu entitas. Contoh atribut dari entitas Pelanggan
seperti ID_Pelanggan, Nama_Pelanggan, dan lain-lain.
3. Relasi (Relationship)
Relasi adalah hubungan alami yang ada diantara satu atau lebih entitas.
31
4. Kardinalitas (Cardinality)
Kardinalitas adalah jumlah maksimum dan minimum kemunculan satu entitas yang
mungkin dihubungkan dengan kemunculan tunggal dari entitas lain.
Jenis-jenis hubungan entity atau multiplicity menurut Connoly dan Begg (2002,
p345), yaitu :
1. One to One (1..1)
Sebuah entity A hanya bisa diasosiasikan dengan maksimal satu entity di B atau
sebaliknya.
Gambar 2.4 One to One Relationship
2. One to Many (1..*)
Sebuah entity di A diasosiasikan dengan nol atau lebih entity di B, namun entity
di B hanya bisa diasosiasikan dengan maksimal satu entity di A.
1 11 1Relate to
A B
Multiplicit
32
Gambar 2.5 One to Many Relationship
3. Many to One (*..1)
Sebuah entity di A hanya diasosiasikan dengan maksimal satu entity di B,
sedangkan entity di B bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih entity di A.
Gambar 2.6 Many to One Relationship
4. Many to Many (*..*)
Sebuah entity di A bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih entity di B dan
sebuah entity di B juga bisa diasosiasikan dengan nol atau lebih entity di A.
Gambar 2.7 Many to Many Relationship
0..* 1..1 Relate to ►
A B
Multiplicity
1..1 0..* Relate to ►
A B
Multiplicity
1..* 0..* Relate to ►
A B
Multiplicity
33
2.5 Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) adalah alat yang menggambarkan aliran data melalui
sistem atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem tersebut (Whitten et al. 2004).
2.5.1 Komponen DFD
DFD mempunyai 4 komponen, yaitu external entity, data flow, process, dan data
store.
1. External Entity (Kesatuan Luar)
Merupakan entity di lingkungan luar sistem yang dapat berupa orang,
organisasi, atau sistem lain yang berada di lingkungan luarnya yang akan
memberikan masukan (input) atau menerima keluaran (output) dari sistem. External
entity disimbolkan dengan suatu kotak.
2. Aliran data
Aliran data adalah data yang menjadi masukan (input) atau keluaran (output)
menuju atau dari proses. Arus data diberi simbol dengan suatu panah.
34
3. Proses
Proses adalah kerja yang dilakukan oleh sistem sebagai respon terhadap aliran
data masuk. Suatu proses ditunjukkan dengan simbol lingkaran atau empat persegi
panjang tegak dengan sudut-sudutnya tumpul.
4. Data store (penyimpanan data)
Penyimpanan data merupakan simpanan dari data yang dapat berupa file,
database, arsip, tabel, suatu legenda atau buku.
Simpanan data disimbolkan dengan sepasang garis horizontal paralel yang tertutup
disalahsatunya.
2.5.2 Levelisasi DFD
Untuk memudahkan pembacaan DFD, maka penggambaran DFD disusun
berdasarkan level dari atas ke bawah, yaitu:
1. Diagram konteks
Merupakan diagram paling atas yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan
lingkup proses. Diagram konteks menggambarkan input dan output dari sistem
secara global.
35
2. Diagram 0
Merupakan diagram yang berada diantara diagram konteks dan diagram detail serta
menggambarkan proses utama dari DFD. Diagram Nol memberikan pandangan
secara menyeluruh mengenai sistem yang ditangani.
3. Diagram detail
Merupakan penguraian dalam proses yang ada dalam Diagram 0. Diagram yang
paling rendah dan tidak dapat diuraikan lagi.
2.6 State Transition Diagram (STD)
Menurut Pressman (2002) State Transition Diagram (STD) merupakan suatu alat
pemodelan yang menggambarkan sifat ketergantungan dari suatu sistem. State adalah
suatu kumpulan dari tingkah laku yang dapat diobservasi. STD mewakili suatu tingkah
laku dari suatu sistem dengan menggambarkan state dan kejadian yang menyebabkan
sistem ke state yang lain.
STD menggambarkan sifat suatu sistem informasi, menjelaskan cara sistem
melakukan suatu tindakan untuk setiap kejadian dan bagaimana kejadian mengubah state
suatu sistem (Yourdon, 1989, p260).
STD memiliki komponen-komponen utama yaitu state dan arrow yang mewakili
sebuah perubahan state. Setiap gambar persegi panjang mewakili sebuah state dimana
sistem tersebut berada. Sebuah state didefinisikan sebagai suatu atribut-atribut atau
keadaan suatu sistem pada suatu saat tertentu.
36
Tujuan dari STD adalah mewakili sistem dengan sejumlah state dan serangkaian
aktivitas yang berhubungan, menggambarkan hubungan antar state, menunjukkan
bagaimana sistem bergerak dari suatu state ke state yang lain dan mendokumentasikan
urutan dan prioritas dari state.
2.7 Shortest Path Finding
Penggunaaan shortest path finding adalah untuk menentukan lintasan terpendek
dan termurah yang mungkin dari verteks awal ke verteks akhir. Jika edge tidak memiliki
nilai, maka shortest path adalah path dengan jumlah edge yang paling sedikit. Jika edge
memiliki nilai, maka shortest path merupakan path dengan nilai akumulasi minimum
dari semua edge pada path.
Shortest path problem berbeda dengan minimum spanning tree problem.
Minimum spanning tree problem bertujuan untuk mencari tree termurah yang
menghubungkan semua verteks dalam tree. Sedangkan, shortest path problem bertujuan
untuk mencari lintasan termurah diantara beberapa verteks. Permasalahan yang terjadi
pada network dapat ditransformasikan ke dalam shortest path problem, seperti
permasalahan transportasi dan komunikasi di dalam network.
Secara umum algoritma shortest path finding dapat digolongkan menjadi dua
jenis yaitu:
37
1. Algoritma uniformed search
Merupakan algoritma yang tidak memiliki keterangan tentanng jarak atau biaya dari
path dan tidak memiliki pertimbangan akan path mana yang lebih baik. Yang termasuk
dalam algoritma ini antara lain algoritma breath-first search.
2. Algoritma informed search
Merupakan algoritma yang memiliki keterangan tentang jarak atau biaya dari path
dan memiliki pertimbangan berdasarkan pengetahuan akan path mana yang lebih baik.
Yang termasuk algoritma ini antara lain algoritma Djikstra dan A Star.
2.8 Algoritma Djikstra
Menurut Wiitala (1987, p240), Algoritma Djikstra pertama kali ditemukan oleh
E.Djikstra pada tahun 1959, dan merepresentasikan sebuah shortpath. Ide dibalik
algoritma Djikstra ini cukup pintar. Algoritma ini membuat dua track yang berisi
verteks, yang satu berisi verteks yang memiliki path terpendek dari verteks awal/verteks
yang diberikan, dan track ke dua berisi sisa verteks yang lainnya. Saat algoritma
dimulai, track pertama hanya berisi verteks awal, kemudian dengan proses iterasi dalam
algoritma, sebuah verteks akhir yang diharapkan masuk ke dalam track kedua maka
proses berhenti.
2.8.1 Cara Kerja Algoritma Djikstra
Algoritma Djikstra merupakan algoritma untuk menemukan path terpendek dari
verteks awal s, ke semua verteks dalam graph (V-1). V adalah semua verteks yang
38
terdapat dalam graph. Algoritma djikstra membagi verteks-verteks yang pernah
ditelusuri menjadi S dan F. S terdiri dari verteks-verteks yang telah didapatkan rute
terpendeknya, sedangkan F terdiri dari verteks-verteks yang path terpendeknya belum
ditemukan. Verteks-verteks yang tidak termasuk S dan F adalah verteks yang belum
pernah ditelusuri (V-(S+F)).
Algoritma djikstra terus meng-update d, yang berisi jarak terpendek yang terbaru
dari s ke mas ing-masing verteks. Jika sebuah verteks V termasuk dalam S, maka d[v]
sudah pasti merupakan jarak terpendek (masih bisa berubah). Selain itu, jika v tidak
termasuk S maupun F maka d[v] belum bernilai.
Dibawah ini diberikan pseudocode dari algoritma Djikstra. L(u, v) adalah
panjang edge dari u ke v.
Prosedur Djikstra:
S = {s};
F = OUT(s);
For v in OUT(s) {d[v] = length (s,v);}
While F is not empty {
V = u such that d[u] is minimum among u in F;
F = F – {v};
S = S + {v};
For w in OUT(v) {
If w is not in S {
New_dist = d[v] + L(v,w);
39
If w is in F {d[w] = min (d[w], New_dist);}
Else {
D[w] = New_dist;
F = F + {w};
}
}
}
}
2.9 Listrik
2.9.1 Pengertian Listrik
Pengertian listrik itu sendiri adalah kondisi dari partikel sub-atomik tertentu,
seperti elektron dan proton, yang menyebabkan penarikan dan penolakan gaya di
antaranya. Atau dengan kata lain pengertian listrik adalah sumber energi yang disalurkan
melalui kabel. Arus listrik timbul karena muatan listrik mengalir dari saluran positif ke
saluran negatif.
Bersama dengan magnetisme, listrik membentuk interaksi fundamental yang
dikenal sebagai elektromagnetisme. Listrik memungkinkan terjadinya banyak fenomena
fisika yang dikenal luas, seperti petir, medan listrik, dan arus listrik. Listrik digunakan
dengan luas di dalam aplikasi-aplikasi industri seperti elektronik dan tenaga listrik.
40
Listrik secara harfiah dapat dikatakan dengan bahan isolator yang masih
berkaitan dengan konsep listrik, karena pada prinsipnya semua atom adalah bergerak,
bergetar dan mempunyai sifat kelistrikan.
2.9.2 Jaringan Listrik
Jaringan adalah keseluruhan rangkaian yang terdiri dari hantaran atau saluran
(bawah tanah dan udara) berikut gardu-gardunya. Berikut adalah macam-macam
saluran:
1. Saluran keluar adalah saluran distribusi yang keluar dari gardu induk menuju ke
rangkaian gardu-gardu distribusi.
2. Saluran masuk adalah saluran yang menuju ke rel distribusi di gardu induk.
3. Saluran udara adalah saluran yang menggunakan hantaran yang melalui udara
terbuka / melalui tiang.
4. Saluran bawah tanah adalah saluran dengan hantaran kabel berada di dalam
tanah.
2.9.3 Komponen-komponen Listrik
1. Gardu Listrik
Gardu adalah tempat atau bangunan dimana dilakukan transformasi
tegangan (dengan trafo), atau pekerjaan-pekerjaan manufer (dengan
41
menggunakan peralatan pemisah atau pemutus), selain sebagai penurun dan
penaik tegangan gardu juga berguna sebagai pendistribusian tegangan.
Gardu Induk Distribusi dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Gardu Induk (GI)
Gardu induk berfungsi menerima daya listrik dari jaringan subtransmisi
dan menurunkan tegangannya menjadi tegangan jaringan distribusi
primer (Jaringan Tegangan Menengah/ JTM). Jadi pada bagian ini terjadi
penurunan tegangan dari tegangan tinggi ataupun tegangan extra tinggi ke
tegangan menengah 20 kv.
b. Gardu Hubung (GH)
Gardu hubung berfungsi menerima daya listrik dari gardu induk yang
telah diturunkan menjadi tegangan menengah dan menyalurkan atau
membagi daya listrik tanpa merubah tegangannya melalui jaringan
distribusi primer (JTM) menuju gardu atau transformator distribusi.
2. Tiang Listrik
Tiang Listrik terbuat dari pipa besi / plate, biasa digunakan untuk
menyangga antar kabel listrik satu dengan kabel listrik lainnya dan juga
merupakan tempat terhubungnya saluran-saluran listrik dari berbagai macam
bangunan pelanggan.
42
3. Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Jaringan Tegangan Menengah berfungsi menyalurkan daya listrik,
menjelajahi daerah asuhan ke gardu / transformator distribusi. Jaringan ini
dilayani oleh gardu hubung atau langsung dari gardu induk atau dari pusat
pembangkit.
4. Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Jaringan Tegangan Rendah berfungsi untuk menyalurkan/
menghubungkan sisi tegangan rendah transformator distribusi ke konsumen
mengunakan jaringan hantaran udara 3 fasa 4 kawat dengan tegangan 127/
220 Volt atau 220/ 380 Volt. Kecuali untuk daerah-daerah khusus dengan
pertimbangan keindahan, keselamatan dan keandalan yang tinggi
dipergunakan sistem kabel bawah tanah.
5. Sambungan Rumah (SR)
Pada sambungan rumah, biasanya tegangan yang diterima sebesar
110-400 volt, yaitu tegangan saluran beban menghubung kepada peralatan.
Pada sambungan rumah, tegangan yang diterima disesuaikan antara 220/380
volt.
top related