askep tugas keluarga dengan remaja drug abuse
Post on 24-Jul-2015
887 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyalahgunaan Napza dari tahun ketahun semakin meningkat. Permasalahan
penyalahgunaan Napza mempunyai dimensi yang luas dan komplikasi baik dari sudut
medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya,
kriminalitas, kerusuhan massal dan sebagainya). Penyalahgunaan Napza dipengaruhi
banyak faktor. Keluarga merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyalahgunaan
Napza pada remaja. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adanya hubungan antara fungsi
keluarga yaitu fungsi kebersamaan, fungsi fleksibilitas, fungsi komunikasi dan fungsi
agama dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja. Metodologi Penelitian: Jenis
penelitian ini adalah observasional dengan rancangan case control study (kasus-kontrol),
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner dan focus group discussion (FGD). Subjek kasus dalam
penelitian ini adalah remaja yang menyalahgunakan Napza dan masih berkonsultasi ke
Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru, kontrol diambil yaitu remaja yang tidak
menyalahgunakan Napza dengan besar sampel 32 kasus dan 32 kontrol. Analisis data
dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: Analisis multivariat
menunjukkan proporsi remaja yang menyalahgunakan Napza lebih besar pada remaja
yang mempunyai fungsi kebersamaan yang rendah dalam keluarga (p<0.05 OR=6,04 dan
95% dan CI=1.77-20.5), remaja yang mempunyai fungsi fleksibilitas yang rendah dalam
keluarga (p<0.05. OR=5.31: 95% CI=1.48-18.9) dan fungsi komunikasi yang rendah
dalam keluarga (p<0.05 OR=3.97 dan 95% CI=1.11-14.1). Kesimpulan: Fungsi keluarga
berhubungan dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja. Remaja yang
menyalahgunakan Napza mempunyai fungsi kebersamaan, fungsi fleksibilitas dan fungsi
komunikasi yang rendah dalam keluarga, sedangkan fungsi agama tidak berhubungan
dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja.
1
B. Masalah
1. Apa pengertian dari NAPZA itu sendiri ?
2. Apa penyebab dari penyalahgunaan NAPZA ?
3. Bagaimana
C. Tujuan
Untuk mengetahui Bagaimana cara pendekatan keluarga dalam mengatasi remaja dengan
drug abuse.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian NAPZA
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Narkotika
juga dikenal dengan istilah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya.
Semua istilah ini mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko
kecanduan.
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh terutama saraf pusat/otak sehingga jika disalah gunakan akan
menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi social.
Pada awalnya zat-zat ini digunakan untuk tujuan medis seperti penghilang rasa sakit.
Namun belakangan ini banyak orang yang menggunakan zat-zat ini secara tetap, bukan
untuk tujuan medis atau digunakan tanpa mengukuti dosis yang seharusnya maka disebut
penyalahgunaan NAPZA (Drug Abuse).
Oleh sebab itu pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalah gunaan
narkoba yaitu UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No. 22 Tahun 1997
tentang Narkotika.
B. Kategori NAPZA
Berdasarkan jenisnya NAPZA digolongkan menjadi kategori :
1. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
3
2. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semin sintetis yang menyebabkan pengaruh bagi penggunanya.
Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat,
halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan
bagi pemakainya.
3. Alkohol
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi atau
fermentasi tanpa distilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu
atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun memproses dengan cara
mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang
mengandung etanol.
4. Zat adiktif lain
Zat adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang
penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan.
Jenis – Jenis obat yang dimaksud dalam kategori NAPZA :
1. Narkotika
a. Golongan opiat : Heroin, morfin, madat.
b. Golongan koka : Kokain, crack.
1. Alkohol
Merupakan minuman yang mengandung etanol (Etil alcohol). Alkohol
digolongkan NAPZA karena mempunyai sifat menenangkan saraf pusat,
mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seseorang, mengubah suasana hati
dan perasaan. Alcohol bersifat menenangkan walau juga dapat merangsang. Efek
4
alcohol tidak sama pada semua orang tergantung pada keadaan fisik, mental dan
lingkungan.
2. Psikotropika
Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 meliputi ekstasi, shabu-shabu,
LSD, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi, dan anti psikosis.
3. Zat Adiktif
Zat adiktif lain termasuk inhalasia (aseton, thinner cat, lem, nikotin, kafein).
C. Klasifikasi NAPZA Menurut Efek pada Pemakai
1. Stimulan
Yaitu zat yang merangsang sistem saraf pusat.
2. Depresan
Menekan sistem saraf pusat.
3. Halusinogen
Mengeubah daya persepsi halusinasi.
D. Etiologi Penyalahgunaan Napza
Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas mengapa seseorang menyalahgunakan
Napza dan ketergantungan. Hal ini berarti penyebab seseorang terjebak dalam
perilaku ini merupakan sesuatu yang unik dan tidak dapat disamakan begitu saja
dengan kasus lainnya. Namun beberapa penelitian terdapat beberapa faktor yang
berperan pada penyalahgunaan Napza. Diantaranya :
1. Faktor Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi
Kepolisian Jakarta Tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko
5
tinggi anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat
penyalahgunaan Napza yaitu :
a. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami
ketergantungan Napza.
b. Keluarga dengan managemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari
pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu
(misalnya, ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
c. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian
yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara
ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
d. Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Disini peran orang tua sangat
dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua,
dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa
depan anak itu sendiri tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan
menyatakan ketidak setujuannya.
e. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya
mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam
banyak hal.
f. Keluarga yang neurosis yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan
yang kurang kuat, mudah cemas, dan curiga serta sering berlebihan dalam
menanggapi sesuatu.
1. Faktor Kepribadian
Kepribadian penyalahgunaan Napza juga turut berperan dalam perilaku ini. Para
remaja biasaya penyalahguna Napza memiliki konsep diri yang negative dan harga
diri yang rendah.
Perkembangan emosi yang terhambat dengan ditandai oleh ketidakmampuan
mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cendrung
depresi juga turut mempengaruhi.
Selain itu kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara adekuat
berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan
6
melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan mudahnya menyalahkan lingkungan dan
lebih melihat faktor-faktor diluar dirinya yang menentukan segala sesuatu. Dalam hal
ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan penting dalam
memandang Napza sebagai satu-satunya pemecahan masalah yang dihadapi. Sangat
wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungan sebagai
bagian pencarian identitas dirinya. Namun jika ia memiliki kepribadian yang tidak
mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan, akan
sangat memudahkan kelompok teman sebaya untuk mempengaruhinya
menyalahgunakan Napza. Di sinilah sebenarnya peran keluarga dalam meningkatkan
harga diri dan kemandirian pada anak remajanya.
2. Faktor kelompok teman sebaya (per group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok yaitu cara teman-
teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku
seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya
remaja, karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau
dikucilkan. Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya, seperti
berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih popular, mencapai prestasi dalam
bidang olah raga, social dan akademik, dapat menyebabkan frustasi dan mencari
kelompok lain yang dapat menerimanya. Sebaliknya keberhasilan dari kelompok
teman sebaya yang memiliki perilaku dan norma yang mendukung penyalahgunaan
Napza dapat muncul.
3. Faktor Kesempatan
Ketersediaan Napza dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan
sebagai pemicu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkotika internasional,
menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa
melansir bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-
sekolah, termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum sepenuhnya berhasil
tentunya dengan berbagai kendalanya juga turut menyuburkan usaha penjualan Napza
Indonesia. Akhirnya, dari beberapa faktor yang sudah diuraikan, tidak ada faktor yang
7
satu-satunya berperan dalam setiap kasus penyalahgunaan Napza. Ada faktor yang
memberikan kesempatan dan ada faktor pemicu. Biasanya, semua faktor itu berperan.
Karena itu penanganannya pun harus melibatkan berbagai pihak, termasuk
keterlibatan aktif orang tua.
2. Ciri-Ciri Pengguna Napza
1. Fisik
a. Berat badan turun drastis.
b. Buang air besar dan kecil kurang lancar.
c. Mata cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.
d. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
e. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk
dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit
ditempat bekas suntikan.
2. Emosi
a. Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukan sikap membangkang.
b. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara
kasar terhadap anggota keluarga atau orang disekitarnya.
c. Nafsu makan tidak menentu.
d. Sangat sensitive dan mudah bosan.
3. Perilaku
a. Bicara cedal atau pelo.
b. Jalan sempoyongan.
c. Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya.
d. Mengalami jantung berdebar-debar.
e. Menyalami nyeri kepala.
f. Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.
g. Mengeluarkan air mata berlebihan.
h. Mengeluarkan keringat berlebihan.
i. Menunjukan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
8
j. Selalu kehabisan uang.
k. Sering batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala
“putus zat”.
l. Sering bohong dan ingkar janji dengan berbagai alasan.
m. Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa
pamit dan pulang lewat tengah malam.
n. Sering mengalami mimpi buruk.
o. Sering menguap.
p. Cenderung menarik diri.
q. Mencuri uang.
r. Takut air.
3. Gejala Sakaw
1. Bola mata mengecil.
2. Hidung dan mata berair.
3. Bersin-bersin.
4. Menguap.
5. Banyak keringat.
6. Mual-mual.
7. Muntah.
8. Diare.
9. Nyeri tulang dan persendian.
4. Overdosis
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan
akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak
dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secar bersamaan antara
putaw, pil, heroin digunakan bersama alcohol. Atau menelan obat tidur seperti
golongan barbiturate (luminal) atau obat penenang (valium, xanax, mogadon).
9
Ciri-ciri overdosis :
1. Tidak ada respon.
2. Tidur mendengkur.
3. Bibir dan kuku membiru.
4. Tubuh dingin dan kulit lembab.
5. Kejang-kejang.
6. Adanya riwayat pemakaian morfin/heroin terdapat tanda bekas jarum suntik.
7. Frekuensi pernafasan < 12 kali/menit.
8. Penurunan kesadaran.
5. Akibat Penyalahgunaan Napza
Terdapat 3 aspek akibat langsung penyalahgunaan Napza yang berujung
pada menguatnya ketergantungan. Secara fisik : pengguna Napza akan mengubah
metabolism tubuh seseorang. Hal ini terlihat dari peningkatan dosis yang semakin
lama semakin besar dan gejala putus obat, keduanya menyebabkan seseorang
berusaha terus-menerus mengkonsumsi Napza.
Secara psikis : berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental,
seperti rasa bersalah, malu dan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi
Napza. Cara yang kemudian ditempuh untuk beradaptasi adalah dengan
mengkonsumsi lagi Napza.
Secara social : dampak social yang memperkuat pemakaian Napza. Proses
ini biasanya diawali dengan perpecahan di dalam kelompok social terdekat seperti
keluarga (lihat faktor penyebab keluarga), sehingga muncul konflik dengan orang
tua, teman-teman, pihak sekolah atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak
ini kemudian menyebabkan si penyalahguna bergabung dengan kelompok orang-
orang serupa, yaitu para penyalahguna NAPZA juga. Semua akibat ini berujung
pada meningkatkannya perilaku penyalahgunaan NAPZA.
6. Peran Keluarga dalam Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba
Pencegahan penyalahgunaan Narkoba adalah upaya yang dilakukan
terhadap faktor-faktor yang berpengaruh atau penyebab baik secara langsung atau
10
tidak langsung. Dengan tujuan agar seseorang atau sekelompok masyarakat
mengubah keyakinan, sikap, dan perilakunya sehingga tidak memakai narkoba
atau berhenti memakai narkoba. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama
dalam membentuk dan mempengaruhi keyakinan, sikap dan perilaku seseorang
terhadap pengguna narkoba. Langkah-langkah yang dapat dilakukan diantaranya :
1. Bangun keluarga harmonis.
2. Mendengarkan secara aktif.
3. Orang tua sebagai teladan
Berhentilah merokok, minum minuman beralkohol atau memakai narkoba.
Buang semua peralatan dan persediaan rokok atau minuman beralkohol.
Perlihatkan kemampuan orang tua berkata tidak terhadap hal-hal yang
bertentangan dengan hati nurani. Hormati hak-hak anak dan orang lain. Hidup
secara tertib dan teratur.
4. Kembangkan kemampuan anak tolak narkoba
Beritahu anak mengenai haknya melakukan sesuatu yang cocok bagi dirirnya.
Jika ada teman yang memaksa atau membujuk, ia berhak menolaknya. Bimbing
anak mencari kawan sejati yang tidak menjerumuskannya. Cari peluang untuk
mengajarkan anak mengenai bahaya narkoba dengan menggunakan nalar sehat.
Hindari cara menakut-nakuti dalam member nasehat. Ajarkan anak menolak
tawaran memakai narkoba. Ketahui jadwal kegiatan anak, siapa kawan-kawannya
tetapi jangan bertindak seperti polisi di rumah.
5. Dukung kegiatan anak yang sehat dan kreatif
Dukung kegiatan anak di sekolah, berolahraga, menyalurkan hobi, bermain
music dan sebagainya. Tanpa menuntut prestasi atau harus menang. Libatkan diri
dalam kegiatan anak. Anak menghargai saat orang tua melibatkan diri dalam
kegiatan mereka, tanpa terlalu banyak ikut campur dalam keputusan yang diambil
anak.
11
6. Buat kesepakatan tentang norma dan peraturan
Anak menginginkan kehidupan yang teratur. Ia belajar bertanggung jawab jika
ditetapkan aturan bagi perilaku dan kegiatannya sehari-hari. Tetapkan hal itu
bersama anak secara adil dan tuliskan peraturan-peraturan itu secara singkat dan
jelas.
Yang penting untuk dihindari :
1. Menghakimi atau menuduh .
2. Merasa benar sendiri.
3. Terlalu banyak member nasehat atau ceramah.
4. Sikap seolah-olah mengetahui semua jawaban.
5. Mengkritik atau mencela
6. Menganggap enteng semua persoalan anak. Hindari kata-kata negative ; harus,
jangan, tidak boleh. Gunakan kalimat terbuka seperti contoh :
a. Ayah mengerti bahwa hal ituu tidak…
b. Ibu sangat perhatian tentang….
Orang tua perlu melatih cara mendengar aktif. Ulangi pernyataan sebagai
tanda anda paham apa yang diungkapkan anak. Perhatikan bahasa tubuh anak
(mimic, muka, gerakan tubuh) saat berbicara. Jika bertentangan perhatikan bahasa
tubuh yang menyatakan isi hati yang sebenarnya.
7. Penanggulangan Masalah NAPZA
Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan,
pengobatan sampai pemulihan (rehabilitasi).
1. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan :
a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
b. Deteksi dini perubahan perilaku.
c. Menolak tegas untuk mencoba (“say no to drugs”) atau katakan tidak pada
narkoba”.
12
2. Pengobatan
Terapi pengobatan pada klien NAPZA misalnya detossifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala zat,
dengan dua cara yaitu :
a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan
zat yang mengalami gejala putus zat tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja
sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis
opiate misalnya kodein, bufremorfin dan metadon. Substansi bagi
pengguna sedative-hipnotik dan alcohol dapat dari jenis anti ansietas
misalnya diazepam. Pemberian substitusi asalah dengan cara penurunan
dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian
substitusi dapat juga diberikan obat yang ditimbulkan akibat putus zat
trsebut.
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh
dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, social dan religi
agar pengguna NAPZA yang menderita sindrom ketergantungan dapat
mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya
pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, social dan
spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga
kesehatan sesuai dengan kebutuhan. (Depkes, 2001)
13
E. Prinsip penatalaksanaan Keperawatan
a. Prinsip Biopsikososiospiritual ( Struart Sundeen )
Biologis :
Tindakan biologis dikenal dengan detoksifikasi yang bertujuan untuk
( 1 ) Memberikan asuhan yang aman dalam “ withdrawl “ (proses penghentian)
bagi klien pengguna NAPZA.
( 2 ) Memberikan asuhan yang humanistik dan memelihara martabat klien.
( 3 ) Memberikan terapi yang sesuai. Setelah detoksifikasi tercapai,
mempertahankan kondisi bebas dari zat adiktif, dimana terapi farmakologis harus
diunjang oleh terapi yang lainnya.
Psikologis :
Bersama klien mengevaluasi pengalaman yang lalu dan mengidentifikasikan
aspek positifnya untuk dipakai mengatasi kegagalan.
Sosial :
- Konseling Keluarga
Keluarga sering frustasi menghadapi klien dan tidak mengerti sifat dan proses
adiksi sehingga seringkali melakukan hal yang tidak teraupetik terhadap klien.
Keluarga sering melindungi klien dari dampak adiksi, meminta anggota
keluarga lain untuk memaafkan klien. Menyalahkan diri sendiri, menghindari
konfrontasi yang semuanya menyebabkanklien meneruskan pemakaian zat
adiktif. Masalah yang dihadapi klienmenimbulkan dampak bagi keluarga
seperti rasa tidak aman, malu, rasa bersalah, masalah keuangan, takut dan
merasa diisolasi. Oleh karena itu perawat perlu mendorong keluarga untuk
mengikuti pendidikan kesehatan tentang proses penggunaan dan
ketergantungan, gejala putus zat, gejala relapse, tindakan keperawatan,
lingkungan teraupetik, dan semua hal yang terkait dengan pencegahan relapse
di rumah.
- Terapi Kelompok
Terdiri dari 7-10 orang yang difasilitasi oleh terapist, kegiatan yang dilakukan
adalah tiap anggota bebasa menyampaikan riwayat sampai terjadinya adiksi,
upaya yang dilakukan untuk berhenti memakai zat, kesulitan yang dihadapi
14
dalam melakukan program perawatan, terapist dan anggota kelompok
memberikan umpan balik dengan jujur dan dapat menambah pengalaman
masing-masing.
- Self help group
Self help group adalah kelompok yang anggotanya terdiri dari klien yang
berkeinginan bebas dari zat adiktif, dukungan antara anggota akan memberi
kekuatan dan motivasi untuk bebas dari zat adiktif.
b. Prinsip Community Therapeutik ( Ana Keliat )
Pada tempat ini klien dilatih untuk merubah perilaku kearah yang positif,
sehingga mampu menyesuaikan dengan kehidupan di masyarakat. Hal ini dapat
dilakukan bila klien diberi kesempatan mengungkapkan masalah pribadi dan
lingkungan. community teraupetik melakukan intervensi untuk mengatasinya.
Beberapa metode yang dilakukan :
- Slogan yang berisi norma atau nilai ke arah positif.
- Pertemuan pagi (moorning Meeting) yang diikuti oleh seluruh staf dan klien
untuk membahas masalah individu, interaksi antar klien dan kelompok.
- “Talking to “ : metode yang digunakan untuk saling memperingatkan dengan
cara yang ramah sampai yanng keras.
- Learning experience yaitu pemberian tugas yang bersifat membangun untuk
merubah perilaku negatif.
- Pertemuan kelompok
- Pertemuan Umum ( general meeting ).
15
F. Prinsip Prestasi ( Yosep )
P Prayer ( religious
)
- Pemberian ceramah agama
- Menyediakan bacaan buku-buku agama yang memotivasi
hidup.
- Kolaborasi dalam Psychoreligius terapy.
- Menjelaskan prinsip-prinsip kesuksesan hidup menurut
konsep agama yang diyakini.
- Menjelaskan tanggung jawab yang harus dipukul apabila
melanggar norma agama.
- Menjelaskan kisah-kisah orang saleh yang diridoi tuhan
sebagai suri tauladan.
- Diskusi keagamaan, pengajian, seminar keagamaan.
- Dsb.
R Reconciliation of
family
- Diskusi dengan keluarga
- Mengajarkan komunikasi assertif pada keluarga
- Melibatkan anggota keluarga dalam terapi.
- Penyuluhan tentang proses, dampak dan penatalaksanaan
adiksi.
- Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila
sugestinya datang.
- Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi
sugesti.
- Bantu suasana mendukung keakraban dirumah.
- Identifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah.
- Bantu menerima masalah.
- Identifikasi harapan untuk sembuh total.
- Diskusikan arti kesembuhan
- Identifikasi pola asuh dalam keluarga
- Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang
menghargai dan mendukung klien untuk berhenti.
16
- Bantu menyembunyikan klien dari penggunaan zat.
- Bantu memutuskan hubungan dengan pengguna zat.
- Diskusikan untuk menghargai usaha klien tidak
berhubungan lagi dengan pengguna zat. DSb
E Environment
Condusif
- Menghindari orang yang adiksi.
- Menjauhi tempat-tempat yang berkaitan dengan adiksi.
- Mencari lingkungan pergaulan baru.
- Mencari teman dekat dengan kemampuan prestasi yang
tinggi.
- Hijrah menuju tempat tinggal yang lebih kondusif untuk
maju.
- Bergaul dengan orang-orang yang berprestasi.
- Bantu mengidentifikasikan teman bukan pengguna zat.
- Beri dukungan akan harapan bergaul lebih banyak dengan
bukan pengguna zat. Dsb
S Say No! (don’’t
Try)
- Tidak pernah mencoba ( bagi yang belum terkena )
- Belajar mengungkapkan kata-kata tidak
- Belajar berfikir positif dan bersikap optimis
- Bantu klien menilai faktor negatif bila kontak dengan
sesama pengguna zat.
- Bantu klien mengakhiri hubungan dengan teman pengedar.
- Bantu klien menghindari penggunaan zat lain. Dsb
T Time
Management
- Membuat jadwal kegiatan harian
- Mencatat kegiatan harian
- Melakukan evaluasi kegiatan harian setiap menjelang tidur.
- Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan pasien.
- Memberikan reinforcement prestasi yang dicapai pasien
- Mengikutsertakan klien dalam kegiatan pertemuan
kelompok setiap pagi : diberi tugas membacaberita yang
aktual, serta dibahas bersama klien lain.
17
- Mengikutsertakan dan membuat jadwal pada jam-jam
tertentu.
- Mengikutsertakan klien pada seminar dengan topik-topik
tertentu seperti AIDS, dampak zat adiktif, cara hidup sehat.
Dsb
A Activity of
Dynamic
- Membuat target prestasi ahrian.
- Meniru orang-orang sukses dalam menghabiskan waktu
setiap hari.
- Menjelaskan kiat-kiat mengusir kemalasan
- Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti ingin
menggunakan zat dengan menciptakan sugesti yang lebih
positif
- Identifikasi potensi/hobi/aktivitas yang menyenangkan.
- Diskusikan manfaat aktivitas.
- Bantu merencanakan aktivitas ( susun jadwal )
- Motivasi untuk melakukan aktivitas masalah dengan
memulai segera.
- Motivasi untuk mengatsi bosan dengan selingan istirahat
saat beraktivitas. Dsb.
S Subject for Future - Membuat perencanaan tahunan
- Mencari, mengidentifikasi tokoh idola yang dikagumi klien
- Mempelajari riwayat hidup orang-orang sukses
- Latihan menggunakan kata-kata, “ingin hidup sehat “, masa
depan penting,”masih ada harapan”.Dsb
I Information of
impact drug
abuse
- Menunjukkan angka-angka statistik korban NAPZA.
- Menunjukkan hasil-hasil penelitian pengaruh NAPZA
terhadap timbulnya penyakit kronis.
- Menjelaskan hubungan antara
prestasi,kekayaan,kedudukan,kebahagian dengan perilaku
masa lalu.
- Menjelaskan bahwa banyak prestasi yang dicapai orang lain
18
yang tidak mengggunakan NAPZA.Dsb
KASUS
Anak A berusia 16thn, SMA kelas 1 anak dari Tn. M dan ny. P merupakan anak yang riang,
ceria, sopan terhadap guru. awalnya anak berprestasi sering mendapatkan pengghargaan atas prestasinya.
Tetapi belakangan ini prestasinya menurun drastis, hal ini disebabkan oleh terpengaruh pergaulan bebas
diluar sekolahnya. Selain itu pertengkaran antara kedua orang tuanya menjadi anak tidak betah dirumah.
Sehingga anak tersebut menggunakan napza tanpa sepengetahuan orang tuanya, akhirnya anak itu
menjadi pecandu narkoba. Setelah anak A menggunakan napza jenis ganja, sikap anak A berubah,
menjadi sering bolos sekolah, pemarah, malas serta sering bertengkar sama teman-temannya disekolah.
setalah Tn. M mengetahui anaknya menjadi pecandu narkoba dari teman sebaya dan
mendapatkan narkoba jenis ganja dikamarnya. Maka Tn. M(42 thun) dan Ny. P(39) menyanyakan alasan
anaknya menggunakan napza jenis ganja. Anak itu menyatakan kepada orang tuanya bahwa dia tidak
senang karena orang tuanya sering bertengkar, tidak dapat perhatian dari kedua orang tuanya, terus
disekolahnya tidak memiliki banyak teman, sering di ejek teman-teman disekolahnya dan dibilang kutu
buku. Menyebabkan anak A sering menyendiri dan mencari pergaulan diluar sekolah. Hal ini fisik anak
Tn. A kurus, pucat, lemas, malas makan. Setelah dinasehati kedua orang tuanya, anak A
menyeesaliperbuatnnya, dan mengatakan ingin berubah.
19
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN REMAJA DRUG ABUSE
I. Data umum
1. Nama Kepala Keluarga Tn. M
2. Alamat : Jalan Parit H. Husin
3. Komposisi Kelarga
No NamaJenis
KelaminHubungan dengan KK
Umur Pendidikan
1. Tn. M L Kepala Kelarga 42 thn S1
2. Kk.I L Ayah Kandung Meninggal Sekolah rakyat
3. Nn.S P Ibu Kandng Meninggal Sekolah rakyat
4. Ny.P P Istri 39 thn S1
5. An.A L Anak Kandung 16 thn SMA
6. Kk. B L Ayah Mertua Meninggal Sekolah rakyat
7. Nn. R P Ibu Mertua 60 thn Sekolah rakyat
Genogram
20
Kk.I Nn.S
Tn.M
Kk.B Nn.R
Ny.P
An.A
Ket. genogram :
: Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
4. Tipe keluarga : Nuklear family ( bapak ibu dan 1 anak )
5. Suku bangsa : melayu
6. Agama : islam
7. Status social ekonomi keluarga : Tn.M mengatakan gaji blanan sebesar 7 juta dan
Ny.K 4 juta.
8. Aktivitas rekreasi keluarga : Tn.M mengatakan tidak memiliki banyak waktu luang
untuk mengajak Ny. P dan An.a jalan-jalan.
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
- Tahap perkembangan remaja pada anak An.A yang berumur 16 thn
2. Tahap perkembangan kelarga yang belm terpenuhi
- Tn.M mengatakan sudah cukup dengan satu anak.
3. Riwayat keluarga inti Tn.M : hipertensi
- Ny.P : hipertensi
- An. A : kecanduan NAPZA jenis ganja
4. Riwayat keluarga sebelumnya :keluarga Tn.M tidak ada yang mengkonsumsi NAPZA.
21
III.Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Denah rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Ny.P mengatakan kebanyakan tetangga hanya mengurusi masalah keluarga masing-
masing. Keluarga Tn.M cenderung tertutup dan jarang berinteraksi dikarenakan
kesibukan masing-masing anggota keluarga.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga ini tinggal diperumahan elit, Tn.M mengatakan kenbdaraan yang digunakan
untuk bekerja adalah mobil pribadi, jarak tempat kerja dengan rumah 10 km, jarak
layanan kesehatan 2 km, jarak layanan keamanan 2 km, keluarga tidak pernah
berpindah tempat tinggal.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
22
Ny.P mengatakan tidak ada kebiasaan rutin untuk berkmpul dengan anggota keluarga
selanjutnya.
5. Sistem pendukung keluarga
Ny.P mengatakan pertolongan pertama saat sakit yang dilakukan keluarga adalah ke
dokter pribadi.
IV. Struktur kelarga
1. Pola komnikasi keluarga Tn.M dan Ny.P mengatakan setiap ada masalah selalu
terjadi pertengkaran terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.
2. Struktur kekuatan keluarga Tn.M mengatakan belm pernah terjadi masalah keuangan.
3. Struktur peran Tn.m : Kepala keluarga mencari nafkah,pelindung ,pendidikan,anggota
masyarakat
Ny.P wanita karir,pengasuh,pendidik, anggota masyarakat.
An.A : pelajar,anggota masyarakat
4. Nilai atau norma budaya : Tn.m mengatakan keluarga ini sudah tidak terlalu
mengikuti budaya.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif : Tn.M mengatakan anggota keluarga mereka memiliki kesibukan
masing-masing.
2. Fungsi sosialisasi : Ny,P mengatakan hubungan keluarga dan tetangga lebih bersifat
individualism.
3. Fungsi keperawatan kesehatan Ny.P mengatakan untuk beberapa penyakit keluarga
memanfaatkan dokter pribadi ntuk pertolongan pertama dan jika tidak ada perubahan
penyakit tersebut membawa anggota keluarga ke rumah sakit.
VI. Stress dan koping keluarga
1. Kemampuan kelarga berespon terhadap masalah.
Tn.M mengatakan keluarga mampu merespon masalah pada kelarga untuk
menyelesaikan meskipun sering terjadi pertengkaran antara Tn.M dan Ny.P
2. Strategi koping
Tn.M mengatakan sering bertengkaran dengan Ny.P sering bertengkar untk
menyelesaikan masalah
23
3. Strategi disfungsional
Tidak ada
VII. Harapan keluarga
Tn.M mengatakan harapan keluarga untuk kesehatan adalah keluarga
berharap agar An. A segera pulih dari ketergantungan NAPZZA jenis ganja dan
dapat beraktivitas seperti sediakala.
VIII. Analisa data
Data subjektif
- Tn.M dan Ny.P mengatakan dulunya An.A adalah pribadi yang ceria dan sopan serta
sering mendapatkan penghargaan.
- Tn.M dan Ny.P menyatakan belakangan ini An.A prestasinya menurun dan sering
menyendiri.
- Tn.M mengatakan sering bertengkar dengan Ny,P untuk menyelesaikan masalah
Data Objektif
- An.A mengatakan tidak senang karena orang tua nya sering bertengkar.
- An.A mengatakan kurang perhatian dari kedua orang tuanya.
- An. A mengatakan disekolahn ya tidak memiliki banyak teman
- An.A mengatakan sering diejek teman sekolahnya
- An.A mengatakan sering dikatakan kutu buku.
- An. A menggunakan NAPZA jenis ganja sejak 3 bulan yang lalu.
- Menarik diri pada An.A dari keluarga Tn.M
Perubahan fisik yang tampak pada An.A
- Kurus
- Pucat
- Lemas
- Malas makan
24
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN REMAJA
DRUG ABUSE
Diagnose
Keperawatan
Tujuan / SMART EvaluasiRencana Tindakan
Umum Khusus Kriteria Standar
1. Koping
individu
tidak
efektif
akibat
akibat
pengguna
an
NAPZA
pada
An.A dari
keluarga
Tn.M b/d
kurangnya
perhatian
dari
keluarga
An.A
Setelah
dilakukan
terapi
kesehatan
diharapkan
menaati dan
melaksanakan
terapi.
- Klien menaati terapi
untuk
menghilangkan
ketergantungan
NAPZA ganja.
- Klien
mengurangi/berhent
i menggunakan
NAPZA ganja
Secara
verbal
- Klien
mengatakan
sudah
mengikuti
terapi.
- Klien
mengatakan
akan
berusaha
merubah
pola
hidupnya
1. Bina hubungan
saling percaya,
kontrak dengan
klien.
2. Kaji pengetahuan
klien tentang
NAPZA.
3. Beri penjelasan
klien tentang :
- Dampak NAPZA
bagi kesehatan.
- Anjurkan klien
untuk kooperatif
dalam mengikuti
terapi.
2. Menarik
diri akibat
pengguna
an
NAPZA
Klien tidak
HDR
- Klien mau
berinteraksi dengan
orang lain
- Klien mampu
berkomunikasi
Secara
verbal
- Klien
mengatakan
mau
berkomunik
asi dengan
- Bina hubungan
saling
percaya,kontrak
dengan klien.
- Menjadi pendengar
25
pada
An.A dari
keluarga
Tn.M b/d
harga diri
rendah.
dengan baik pada
orang lain
orang lain
- Klien
mengatakan
ingin
kembali
kesekolah
dan
bertemu
dengan
teman-
teman
sekolah.
yang baik buat
klien.
26
CATATAN ASUHAN KEPERAWTAN KELUARGA
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TANGGAL
DAN WAKTUIMPLEMENTASI/DAR EVALUASI/SOAP
1. Koping individu
tidak efektif
akibat
penggunaan
NAPZA pada
An.A dari
keluarga Tn.M
b/d kurangnya
perhatian dari
keluarga An.A
23 januari 2008
Pukul : 09.00
D :
- Ds : Tn.M
mengatakan sering
bertengkar dengan
Ny,P untuk
menyelesaikan
masalah
- Do : An.A
mengatakan tidak
senang karena orang
tua nya sering
bertengkar.
- An.A mengatakan
kurang perhatian dari
kedua orang tuanya.
A :
- Memberikan
motivasi kepada
keluarga untuk
memberikan support
kepada An.A
- Berikan support
kepada An.A untuk
meningktkan koping
S :
- An.A mengatakan
ingin sembuh dari
ketergantungan
NAPZA ganja.
- Keluarga mengatakan
akan mensupport An.A
untuk sembuh Dario
ketergantungan
NAPZA ganja
O :
- An. A dapat
menentukan dampak
positif dan negative
penggnaan NAPZA.
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
- Dilanjutkan oleh
keluarga.
27
An.A
R :
- Keluarga
mensupport kepada
An.A untuk sembuh
dari ketergantungan
NAPZA ganja.
- Perawat memberikan
spporrt pada An. A
dengan menjadi
teman yang
kooperatif terhadap
An.A dalam
meningkatkkan
koping.
2. Menarik diri
akibat
penggunaan
NAPZA pada
An.A dari
keluarga Tn.M
b/d harga diri
rendah
14 mei 2009
Pukul 07.30
D :
Ds :
- Tn.M dan Ny.P
menyatakan
belakangan ini An.A
prestasinya menurun
dan sering
menyendiri.
Do :
- An.A mengatakan
sering diejek teman
sekolahnya
- An.A mengatakan
sering dikatakan
kutu buku.
S ;
- An.A mengatakan mau
berinteraksi dengan
orang lain.
- Keluarga mengatakan
akan lebih perhatian
dan member dukungan
kepada An.A ntuk
sembuh dari
ketergantngan NAPZA
ganja.
O :
- An. A bias
menjelaskan
pentingnya
28
- An. A menggunakan
NAPZA jenis ganja
sejak 3 bulan yang
lalu.
- Menarik diri pada
An.A dari keluarga
Tn.M
A :
- Beri dukungan pada
An.A untuk
berinteraksi dengan
orang lain
- Motivasi keluarga
untuk memberikan
dukungan kepada
An.A
R :
- Anak mau
berinteraksi dengan
perawat
- Anak merasa
diperhatikan orang
tua dan mendapatkan
dukungan dari orang
tua
berinteraksi dengan
orang lain.
- Keluarga dapat
menjelaskan
pentingnya perhatian
dan dukungan kepada
anak a untuk
mempercepat prooses
penyembuhan.
A :
- Masalah
teratasi
sebagian
P:
Dilanjutkan oleh keluarga.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proporsi penyalahguna NAPZA dikalangan remaja sangat besar. Dimana faktor –
faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyalahgunaan NAPZA dikalangan
remaja terdiri dari karakteristik jenis kelamin dan umur serta pengetahuan ; faktor
lingkungan dalam keluarga yaitu variabel komunikasi ;serta faktor lingkungan di luar
keluarga yaitu variabel pergaulan teman sebaya dan penggunaan waktu luang.
B. Saran
1. Bagi dinas pendidikan perlu ditingkatkan program penyalahgunaan NAPZA
kepada remaja-remaja yang mulai mengenal lingkungan luar dengan melibatkan
departemen kesehatan,kehakiman dan kepolisian.
2. Memberikan informasi kepada orang tua untuk mencari pemecahan dalam
mencegah terjadinya penyalahgunaan NAPZA.
3. Bagi orang tua perlu lebih ditingkakan pengawasan terhadap anak terutama pada
kegiatan diluarnya.
30
DAFTAR PUSTKA
E.Doenges, Marilyn. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran.
http://dinkes-sulsel.go.id, diakses pada tanggal 5 Maret 2011
http://www.dinsos.pemda-diy.go.id, diakses pada tanggal 5 Maret 2011
http://mentalnursingunpad.multiply.com, diakses pada tanggal 5 Maret 2011
http://perawat online.com, diakses pada tanggal 9 Maret 2011
Singgih D. Gunarsa. 2000. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: PT.
BPK Gunung Mulia.
Sumiati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahgunaan dan
Ketergantungan NAPZA. Jakarta : Trans Info Media.
Wirawan Sarwono, Salito. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : CV. Rajawali.
Yatim,D.I. dkk., (eds). 1986. Keperibadian Keluarga dan Narkotika: Tinjauan Sosial. Bandung : Accan.
31
top related