aplikasi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis...
Post on 07-Jun-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota merupakan perwujudan objek geografis yang akan selalu mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan kota yang bersifat dinamis
berperan penting sebagai pusat aktifitas ekonomi, sosial, maupun budaya. Daerah
perkotaan merupakan daerah yang didominasi oleh kegiatan non pertanian. Hal ini
dicerminkan dengan sebagai tempat untuk permukiman perkotaaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi (Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang).
Daya tarik akan ketersedianan kebutuhan hidup seperti ketersedian fasilitas-
fasilitas yang diimbangi akan kemajuan teknologi, industri, dan trasportasi
berdampak terhadap minat penduduk untuk tinggal dan menetap di kota. Sehingga
daerah perkotaan mengalami laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat di
setiap tahunnya. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk juga diiringi dengan
meningkatnya kebutuhan ruang kota.
Kebutuhan ruang kota tak lepas dari pengaruh eksistensi perkembangan
kota. Menurut Herberst (1973) dalam Yunus (2015) mengemukakan bahwa
eksistensi perkembangan perkotaan dapat ditinjau dari berbagai mantra. Salah satu
diantaranya adalah mantra morfologi perkotaan yang menekankan pada aspek
fisik perkotaan seperti dicerminkan dalam sistem jaringan jalan dan blok-blok
bangunan. Adanya eksistensi kota berkaitan langsung dengan perkembangan fisik
kota, khususnya perubahan penggunaan lahan. Faktor lain adanya hubungan erat
antara pergerakan masyarakat kota, infrastruktur, dan tren ekonomi kota terhadap
perubahan struktur ruang kota terkait dengan aspek tata guna lahan maupun fisik
perkotaan (Chapin, 1985). Pada dasarnya ruang yang memiliki letak yang stategis
dan produktif yang didukung dengan adanya aspek kedekatan, ketersediaan, dan
kemudahan merupakan tempat yang cocok dijadikan pilihan untuk menjalani
aktivitas komersial. Hal menarik lainnya adalah adanya peningkatan peruntukan
lahan industri dan komersial. Ini mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan
alih fungsi lahan dari yang non terbangun menjadi lahan terbangun, serta
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
pemekaran daerah perkotaan ke daerah sekitarnya. Ini memberikan tantangan
yang cukup signifikan bagi pengembangan daerah perkotaan.
Salah satu kota di Indonesia yang merupakan hasil pemekaran yaitu Kota
Batu. Kota Batu terkenal akan komoditas penghasil buah apel dan sentral wisata.
Namun, tak hanya terkenal sebagai kota apel Kota Batu juga terkenal dengan
penghasil berbagai jenis komoditas pertanian lainnya. Maka untuk menunjang
pemerintah menyiapkan program pelayanan publik yaitu smart city. Smart city
merupakan konsep kota cerdas yang memanfaatkan teknologi informasi guna
membantu masyarakat dan pemerintah untuk mengelola sumberdaya alam yang
ada dengan lebih efisien. Program smart city di Kota Batu mengedepankan bidang
pertanian sebagai bentuk upaya dalam membantu meningkatkan kesejahteraan
para petani. Program smart city sudah dilaksanakan di Kota Batu pada awal tahun
2017 dan masih dalam tahap uji coba (humas.batukota.go.id).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2001
tentang Pembentukan Kota Batu bahwasannya Kota Batu sendiri merupakan hasil
pemekaran dari Kabupaten Malang yang sebelumnya merupakan bagian dari Sub
Satuan Wilayah Pengembangan 1 (SSWP 1) Malang Utara. Berada dalam
kesatuan Wilayah Metropolitan Malang, sehingga Kota Batu berperan sebagai
wilayah sub-urban dari Kota Malang. Lantas berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan penduduknya. Perolehan hasil survei berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS) jumlah penduduk Kota Batu mencapai sebesar 200.485 jiwa pada
tahun 2015 dan sebesar 202.319 jiwa pada tahun 2016. Dalam rentang waktu 1
tahun mulai dari tahun 2015 hingga 2016 mengalami peningkatan mencapai
sebesar 1.834 jiwa, dengan pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan
sebesar 0,91 persen. Hal ini dibuktikan dengan informasi mengenai peningkatan
jumlah penduduk yang dapat dilihat pada Gambar 1.1.
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
Gambar 1. 1 Jumlah Penduduk di Kota Batu Tahun 2000 – 2016
Sumber: BPS Kota Batu Tahun 2017
Laju pertumbuhan penduduk Kota Batu yang terus meningkat dengan
didukungan oleh adanya sektor wisata sehingga dapat berpotensi sebagai kota
besar. Berkembangnya pada sektor wisata yang menawarkan berbagai macam
objek wisata dengan nilai edukasi yang berkualitas serta anugerah akan
pemandangan alam yang indah dan udara yang sejuk khas pegunungan menambah
kota ini semakin menarik untuk dikunjungi. Banyaknya objek wisata yang
ditawarkan untuk dikunjungi, maka meningkatkan banyak wisatawan yang datang
ke Kota Batu. Akibatnya banyak penyedian jasa akomonasi yang tersedia mulai
dari hotel berbintang hingga home stay menjadi kebutuhan mutlak guna
menunjang kegiatan wisata selama di Kota Batu. Jumlah hotel dan usaha
akomodasi lainnya yang ada di Kota Batu pada tahun 2016 sebanyak 552 buah.
Dari sejumlah hotel yang ada terdapat hotel bintang sebanyak 14 buah, sedangkan
hotel non bintang sebanyak 538 buah. Selama tahun 2012 hingga tahun 2015
mengalami peningkatan sebanyak 79 buah dengan rentang waktu 4 tahun. Berikut
ini informasi grafik data jumlah hotel di Kota Batu dapat dilihat pada Gambar 1.2.
0
50000
100000
150000
200000
250000
2000 2010 2013 2014 2015 2016
Jiw
a
Tahun
Jumlah Penduduk di Kota Batu
Jumlah Penduduk
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
Gambar 1. 2 Jumlah Hotel di Kota Batu
Sumber: BPS Kota Batu Tahun 2017
Seiring laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, menyebabkan
kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Selain itu berkembangnya sektor
wisata akan penyedian jasa akomodasi yang tidak terkontrol berdampak terhadap
permasalahan lingkungan yang komplek terkait dengan aspek keruangan. Akibat
interaksi antara tekanan penduduk terhadap lahan, dapat menimbulkan terjadinya
konversi penutup/penggunaan lahan.
Melihat potensi Kota Batu terhadap perkembangan kepariwisataan,
sehingga memberikan peluang besar terhadap perkembangan pariwisata sebagai
sentra wisata di Provinsi Jawa Timur. Dampak Kota Batu sebagai sentral wisata
memberikan perubahan visi dan misi Kota Batu untuk menjadikan Kota Batu
sebagai tujuan wisata utama di Provinsi Jawa timur, sehingga semenjak tahun
2012 Kota Batu mengubah visi daerah dari "Kota Sentra Pariwisata" menjadi
"Kota Kepariwisataan Internasional". Perubahan visi Kota Batu tersebut
mengandung makna adanya upaya pengembangan potensi dan perubahan orientasi
pengembangan daerah Kota Batu sebagai sentra pariwisata Jawa Timur dari
bertaraf nasional menjadi bertaraf internasional
Terjadinya konversi penutup/penggunaan lahan dapat berdampak terhadap
pertumbuhan kepadatan bangunan yang ditandai salah satunya adanya proses
ekspansi lahan terbangun (Suharyadi, 2011). Ekspansi lahan terbangun merupakan
420
440
460
480
500
520
540
560
2012 2013 2014 2015 2016
Bu
ah
Tahun
Jumlah Hotel di Kota Batu
Jumlah Hotel
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
proses perubahan lahan non terbangun menjadi lahan terbangun. Ekspansi lahan
terbangun dapat berpengaruh khususnya pada perkembangan fisik daerah
perkotaan, dimana dengan pertambahan kepadatan bangunan secara horizontal
atau yang sering disebut dengan proses densifikasi bangunan. Proses densifikasi
bangunan merupakan salah satu bentuk interaksi adanya pertambahan penduduk
yang cenderung berdampak negatif, sehingga apabila terjadi secara terus menerus
dan tidak terarah akan mengganggu kenyamanan di daerah tersebut. Oleh karena
itu, perlu kajian perkembangan lahan terbangun di daerah perkotaan yang dapat
sebagai acuan dalam melakukan perencanaan, sehingga proses densifikasi
bangunan yang akan terjadi bisa terarah dan tidak mengganggu kenyamanan.
Kepadatan bangunan yang setiap tahun bertambah dan berubah secara dimanik
tentu saja perlu penanganan data secara maksimal, berkelanjutan, murah, dan
cepat untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang pertumbuahan kepadatan
bangunan.
Penginderaan jauh dapat digunakan untuk ekstraksi informasi
perkembangan lahan terbangun melalui analisis citra pada kajian penutup lahan
dengan perekaman dan cakupan wilayah yang berbeda-beda tergantung pada
resolusi spasial. Ekstraksi informasi dapat melalui analisis citra multitemporal,
dimana dibutuhkan adanya citra satelit time series (dengan rentang waktu yang
relatif sama atau sesuai dengan tingkat dan objek analisis perubahan yang akan
dilakukan). Atas dasar tersebut data citra dari satelit berbeda tahun dapat
digunakan dalam analisis perubahan penutup lahan. Selain itu dengan dukungan
periode perekaman dan kualitas citra yang baik, maka analisis perubahan penutup
lahan menunjukkan hasil yang lebih akurat. Oleh karena itu, penelitian ini
menganalisis perubahan perkembangan lahan terbangun berdasarkan informasi
dari citra satelit multitemporal dengan menggunakan Landsat 7 ETM+ dan
Landsat 8 OLI.
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh tidak terlepas dari pemanfaatan
Sistem Informasi Geografis (SIG). Adapun fungsi utama SIG menurut Star dan
Ester (1990) terdiri dari mapping, measurement, monitoring, dan modeling. SIG
mampu mengetahui perkembangan lahan terbangun, diperlukan kajian berupa
mapping dan monitoring mengenai perkembangan lahan terbangun. Salah satu
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
cara dalam mengkajinya perkembangan lahan terbangun dengan melakukan
klasifikasi multispektral yang bertujuan untuk mengkelaskan penutup lahan.
Klasifikasi multispektral adalah pengkelasan tiap objek pada citra berdasarkan
nilai spektralnya, karena tiap objek pada citra memberikan pola respon terhadap
panjang gelombang yang berbeda-beda. Klasifikasi multispektral yang dilakukan
ini didasarkan pada pengambilan sampel piksel murni (region of interest) sesuai
dengan penutup lahan yang terklasifikasi dan sebelum dilakukan klasifikasi
multispektral, citra tersebut harus sudah dikoreksi radiometrik dan geometrik.
Klasifikasi multispektral yang diterapkan hard classification, yaitu klasifikasi
multispektral yang diterapkan pada sebaran piksel, dimana satu piksel diberikan
label satu macam penutup lahan. Metode klasifikasi terselia (supervised) yang
digunakan yaitu maximum likelihood. Maximum likelihood mampu meminimalkan
kesalahan klasifikasi dengan mempertimbangkan nilai rata-rata dan keragaman
antarkelas dan antar saluran (konvariansi) (Lillesand, et. al., 2004).
1.2 Rumusan Masalah
Informasi penutup lahan merupakan salah satu informasi penting dalam
kegiatan perencanaan dan pembangunan suatu kota. Perkembangan zaman dari
waktu ke waktu mengakibatkan informasi kondisi penutup lahan mengalami
perubahan seiring dengan adanya aktifitas manusia. Berbagai upaya dalam
memperoleh informasi kondisi penutup lahan dapat dilakukan, salah satunya
dengan melakukan pemetaan penutup lahan. Proses pemetaan kondisi penutup
lahan perlu dimutakhirkan seiring adanya perubahan dari waktu ke waktu, dimana
dapat mewakili kondisi yang ada dilapangan pada waktu tersebut. Alternatif lain
yang dapat dimanfaatkan dengan memanfaatkan penginderaan jauh untuk
pemetaan penutup lahan dengan menggunkan citra satelit Landsat. Citra Landsat
memiliki potensi dalam ekstraksi penutup lahan sesuai kondisi permukaan bumi,
ketersediaan data citra satelit dalam periode perekaman yang relatif tersedia,
relatif mudah untuk didapatkan dengan mengunduh di situs resmi penyedian data
citra satelit Landsat (USGS) dan tidak dipungut biaya. Sensor yang digunakan
pada citra satelit Landsat dengan resolusi spasial 30 meter memiliki keunggulan
dalam interpretasi penutup lahan dengan skala menengah.
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
Perubahan visi daerah Kota Batu tahun 2012 dari "Kota Sentra Pariwisata"
menjadi "Kota Kepariwisataan Internasional” mengakibatkan semakin
meningkatkan perkembangan lahan terbangun. Perubahan penutup lahan perlu
diketahui luas area perubahan penutup lahan supaya dapat terkontrol dalam
perencanaan perkembangan kota. Perkembangan kota yang semakin pesat dapat
berpengaruh terhadap lingkungan maupun manusia yang menempatinya.
Perembetan perkembangan khususnya fisik kota berdampak terhadap konversi
penutup lahan. Konversi penutup lahan ini maka berdampak terhadap kepadatan
bangunan sehingga menyebabkan terjadinya ekspansi lahan terbangun. Hal ini
mendorong untuk mengetahui luas area perubahan penutup lahan akibat terjadinya
ekspansi lahan terbangun.
Secara keruangan, karakteristik perkembangan lahan terbangun di Kota
Batu dapat diukur distribusi dengan berbagai cara seperti bentuk perkembangan
lahan terbangun, pola perkembangan lahan terbangun, kecepatan perkembangan
lahan terbangun, dan arah perkembangan lahan terbangun. Data karakteristik
perkembangan lahan terbangun sejauh ini direpresentasikan secara deskriptif
seperti dalam bentuk diagram dan tabel. Namu, dalam penelitian ini karakteristik
perkembangan lahan terbangun direpresentasikan dalam bentuk arah. Berdasarkan
hasil analisis karakteristik perkembangan lahan terbangun akhirnya dapat
diketahui persebaran distribusi perkembangan lahan terbangun yang dapat
merunjuk pada arah mana.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut maka dapat disusun pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1) Bagaimana akurasi citra satelit penginderaan jauh resolusi spasial
menengah dalam mengekstraksi perubahan penutup lahan yang terjadi di
Kota Batu?
2) Bagaimana luas perubahan penutup lahan di Kota Batu?
3) Bagaimana arah perkembangan lahan terbangun di Kota Batu?
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1) Mengkaji akurasi citra satelit penginderaan jauh resolusi spasial menengah
untuk ekstraksi informasi penutup lahan mulai dari tahun 2001 hingga
tahun 2016 di Kota Batu.
2) Mengkaji luas perubahan penutup lahan di Kota Batu mulai dari tahun
2001 hingga tahun 2016.
3) Mengkaji arah perkembangan lahan terbangun di Kota Batu tahun 2016
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Memberikan informasi terkait perkembangan lahan terbangun di Kota
Batu.
2) Penerapan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dalam
mengetahui perkembangan lahan terbangun untuk meningkatkan
pemahaman tentang masa lalu dan tren sekarang.
3) Bahan pertimbangan pemerintah dalam perencanaan perkembangan daerah
dan sebagai masukan dalam mengontrol perkembangan lahan terbangun,
4) Bahan pertimbangan pemerintah dalam membuat keputusan jangka
panjang dan mengembangkan strategi untuk mengurangi masalah
perkotaan.
1.6 Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut :
1) Peta perubahan penutup lahan di Kota Batu tahun 2001 sampai dengan
tahun 2016 skala 1:100.000.
2) Tabel luasan perubahan penutup lahan di Kota Batu tahun 2001 sampai
dengan tahun 2016.
3) Peta arah perkembangan lahan terbangun di Kota Batu tahun 2016 skala
1:100.000.
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJIPERUBAHAN PENUTUP LAHAN DANARAH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DI KOTA BATU, PROVINSI JAWA TIMURDESI ARISKA PUTRIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
top related