“analisis pengaruh informasi keuangan dan informasi...
Post on 18-Jan-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
“ANALISIS PENGARUH INFORMASI KEUANGAN DAN INFORMASI
NON KEUANGAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING SAHAM
(Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009)”
Skripsi
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
ASLINTANIA DEVI
F1207077
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
“ANALISIS PENGARUH INFORMASI KEUANGAN DAN INFORMASI
NON KEUANGAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING SAHAM
(Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009)”
Surakarta, 15 Maret 2011
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Surakarta, April 2011
Tim Penguji Skripsi
1. Drs. Bambang Hadinugroho, M.Si Sebagai Ketua NIP. 19590508 198601 1 001
2. Deny Dwi Hartomo, SE, M.Sc Sebagai Sekretaris NIP. 19831210 200812 1 002
3. Drs. Atmadji, MM Sebagai Pembimbing NIP. 19590531 198503 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu”
( Al Baqoroh : 45 )
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan sekiranya kamu tidak
mengetahui”
( QS. An Nahl : 43 )
Saat aku telah lelah menulis dan membaca
Di atas buku-buku kuletakkan kepala dan saat pipiku menyentuh sampulnya
Hatiku tersengat
Kewajibanku masih berjebah,bagaimana mungkin aku bisa beristirahat?
(Imam An Nawawi)
“Mampu mengatasi sesuatu yang terburuk, memungkinkan memperoleh sesuatu yang
terbaik”
( Donald Trump)
Pengalaman bukanlah apa yang terjadi pada kita tapi apa yang kita lakukan dengan apa
yang terjadi pada kita.
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kebahagiaan dan kebanggaan yang tak terkira setelah perjuangan penuh
kesabaran, semangat dan doa yang senantiasa mengiringi sehingga terciptalah
suatu karya kecil yang dengan tulus ikhlas dan penuh cinta kasih penulis
persembahkan kepada:
Orang tuaku tercinta
Kakek dan nenek tersayang
My special one
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH INFORMASI
KEUANGAN DAN INFORMASI NON KEUANGAN TERHADAP
TINGKAT UNDERPRICING SAHAM (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang
Melakukan Initial Public Offering Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-
2009)”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program S1
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang memberikan banyak limpahan rahmat dan semangat
di dalam kehidupanku.
2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dra. Endang Suhari, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Djoko Purwanto, MBA selaku Pembimbing Akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Drs. Atmadji, MM selaku pembimbing skripsi atas bimbingan dan
arahannya dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dosen dan seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalaman berharga
untuk dapat menyelesaikan studi di program S1 Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Staf administrasi dan tata usaha Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah banyak membantu saya selama
menyelesaikan studi di program S1 Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
8. Ibu, Bapak, Kakek, dan Nenek tercinta yang selalu memberikan doa,
kasih sayang, dan segalanya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Kalian adalah kekuatan dan semangat dalam
setiap langkahku.
9. My Special One, Diapinar Reza Rizaldi yang selalu memberikan
semangat dan kasihnya dengan tulus.
10. Sahabat-sahabatku Kos Nusa Indah, terimakasih atas setiap kenangan
indah dan semangatnya selama ini. Semoga persahabatan ini tetap
terjaga. I’ll Miss U All..
11. Teman-teman seperjuangan Manajemen 2007 terima kasih atas
bantuan, kerjasama dan kebersamaannya selama ini. Semoga sukses.
12. Mbak Emi dan Mas Andiyas terima kasih buat bantuan dan infonya.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, masukan, saran, dan kritik dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk perbaikan penelitian ini. Akhir kata penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................... iii
MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................... xiii
ABTRAK... .................................................................................... xv
ABSTRACT ..................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 7
C. Batasan Masalah .................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian ................................................................. 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pasar Modal……........................................................ 11
2. Go Public.................................... .............................. 12
3. Informasi Keuangan Dan Informasi Non Keuangan.. 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
4. Initial Public Offering (IPO) ........................................ 16
5. Mekanisme Initial Public Offering (IPO)................... 16
6. Tingkat Underpricing................................................. 20
7. Initial Return............................................................... 22
B. Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham
1. Debt to Equity Ratio (DER)........................................ 23
2. Return on Equity (ROE)............................................. 23
3. Earning per Share ( EPS ).......................................... 24
4. Umur Perusahaan.......................................................... 25
5. Reputasi Underwriter................................................. 26
6. Fractional Holding..................................................... 28
C. Penelitian Terdahulu .............................................................. 29
D. Kerangka Berpikir ................................................................. 34
E. Hipotesis ................................................................................ 38
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel .............................................................. 40
B. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 40
C. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Dependen .................................................... 41
2. Variabel Independen.................................................. 42
D. Metode Analisis Data
1. Uji Normalitas Data ................................................... 46
2. Uji Asumsi Klasik ...................................................... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
3. Pengujian Hipotesis ................................................... 49
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pemilihan Sampel .................................................................. 52
B. Deskripsi Data ........................................................................ 53
C. Pengolahan Data
1. Uji Normalitas Data ................................................... 56
2. Uji Asumsi Klasik ...................................................... 57
3. Pengujian Hipotesis ................................................... 60
D. Interpretasi dan Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hasil Uji F .................................................................. 66
2. Variabel DER ............................................................ 67
3. Variabel ROE ........................................................... 68
4. Variabel EPS ............................................................. 69
5. Variabel Umur Perusahaan ....................................... 70
6. Variabel Reputasi Underwriter................................. 72
7. Variabel Fractional Holding .................................... 73
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................ 75
B. Keterbatasan........................................................................... 76
C. Saran……............................................................................... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar I.1 Kerangka Berpikir ................................................... 38
Gambar IV.1 Uji Heteroskedastisitas ............................................ 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Tabel IV.1 Pemilihan Sampel Perusahaan .............................. 53
Tabel IV.2 Deskripsi Statistik Data Penelitian......................... 53
Tabel IV.3 Uji Normalitas Data Sebelum Transformasi.......... 56
Tabel IV.4 Uji Normalitas Data Setelah Transformasi ........... 57
Tabel IV.7 Uji Autokorelasi .................................................... 58
Tabel IV.6 Uji Multikolinearitas .............................................. 59
Tabel IV.7 Uji Regresi ............................................................. 63
Tabel IV.8 Uji Simultan/F ....................................................... 64
Tabel IV.9 Koefisien Determinasi ........................................... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan
Lampiran 2 Debt To Equity Ratio Sampel Perusahaan
Lampiran 3 Return On Equity Sampel Perusahaan
Lampiran 4 Earning per Share Sampel Perusahaan
Lampiran 5 Umur Perusahaan Sampel Perusahaan
Lampiran 6 Pengelompokan Underwriter
Lampiran 7 Reputasi Underwriter Sampel Perusahaan
Lampiran 8 Fractional Holding Sampel Perusahaan
Lampiran 9 Output SPSS 16 for windows
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
“ANALISIS PENGARUH INFORMASI KEUANGAN DAN INFORMASI NON KEUANGAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING SAHAM (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009)”.
Aslintania Devi NIM. F1207077
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh informasi keuangan dan informasi non keuangan terhadap tingkat underpricing saham perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009. Variabel keuangan diwakili oleh Debt to Equity Ratio, Return on Equity, dan Earning per Share. Sedangkan variabel non keuangan yang digunakan adalah umur perusahaan, reputasi underwriter dan Fractional Holding.
Pengujian dilakukan terhadap 60 sampel perusahaan yang mengalami underpricing saham. Hipotesis dalam penelitian diuji menggunakan uji regresi berganda dengan uji F dan uji t untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen baik secara simultan maupun parsial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada informasi keuangan hanya Debt to Equity Ratio dan Return on Equity yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham. Sedangkan pada informasi non keuangan hanya umur perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham. Selanjutnya, penulis menyarankan kepada peneliti berikutnya untuk memperpanjang periode penelitian dan menambah variabel pada penelitian berikutnya agar diperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam.
Kata Kunci : Initial Public Offering, Underpricing, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Earning per Share, Umur Perusahaan, Reputasi Underwriter, Fractional Holding.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
“ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF FINANCIAL INFORMATION
AND NON FINANCIAL INFORMATION ON SHARES UNDERPRICING LEVEL (Case Study on Companies Performing Initial Public Offering in
Indonesia Stock Exchange During 2005-2009)”
Aslintania Devi NIM. F1207077
ABSTRACT
This research aims to provide empirical evidence about the effect of financial and non-financial information on the underpricing’s level of shares in company conducting the initial public offering in Indonesia Stock Exchange in 2005-2009. Financial variables are represented by the Debt to Equity Ratio, Return on Equity, and Earning per Share. While non-financial variables used are age of company, underwriter reputation and Fractional Holding.
The test is carried out on 60 samples of companies that have underpricing shares. The hypothesis in this research tested using multiple regression test with F test and t test to determine the effect of independent variables on the dependent variable either simultaneously or partially.
The results showed that in financial information, the underpricing’s level of shares is only affected by Debt to Equity Ratio and Return on Equity. While in non-financial information company, it’s only affected by age of company. Furthermore, the authors suggest to the next researcher to extend the period of research and add variables to the next research in order to obtain more in-depth research.
Keywords: Underpricing, Initial Public Offering, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Earning per Share, Age of Company, Underwriter Reputation, Fractional Holding.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dunia bisnis yang pesat menjadikan suatu perusahaan terus
bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan yang
semakin tajam dalam pasar global seperti sekarang ini akan selalu dilakukan baik
perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Dengan kondisi tersebut, perusahaan
dihadapkan pada tuntutan agar mempunyai keunggulan bersaing baik itu dalam
teknologi, produk yang dihasilkan maupun sumber daya manusianya. Namun,
untuk memiliki keunggulan itu, perusahaan juga memerlukan investasi besar
untuk mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.
Kebutuhan akan pembiayaan tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber, yaitu
dengan pendanaan dari modal sendiri, hutang dari bank, atau pengeluaran surat
hutang.
Jika manajemen memutuskan untuk menambah jumlah kepemilikan
saham maka dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain menjual kepada
pemegang saham yang sudah ada, menjual langsung kepada pemilik tunggal
secara privat (private placement), menjual kepada karyawan melalui ESOP
(employee stock ownership plan), menambah saham melalui dividen yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dibagi (dividen reinvestment plan), atau menawarkan kepada publik (Jogiyanto,
2008). Salah satu alternatif pembiayaan yang dapat digunakan oleh perusahaan
yang membutuhkan dana dengan cepat yaitu dengan penerbitan saham baru
untuk dijual kepada masyarakat (go public).
Dalam proses go public, sebelum saham diperdagangkan di pasar
sekunder (secondary market) terlebih dahulu saham perusahaan yang go public
dijual di pasar perdana (primary market) yang biasa disebut Initial Public
Offering (IPO). Harga saham yang dijual di pasar perdana (saat IPO) telah
ditentukan terlebih dahulu, sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh
mekanisme pasar (penawaran dan permintaan). Dalam dua mekanisme penentuan
harga tersebut sering terjadi perbedaan harga terhadap saham yang sama antara di
pasar perdana dan di pasar sekunder. Apabila penentuan harga saham saat IPO
secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar
sekunder pada hari pertama, maka terjadi apa yang disebut dengan underpricing.
Sebaliknya, apabila harga saat IPO secara signifikan lebih tinggi dibandingkan
dengan harga yang terjadi di pasar sekunder pada hari pertama, gejala ini disebut
dengan overpricing (Jogiyanto, 2008).
Kondisi ini dapat terjadi karena perusahaan calon emiten dan penjamin
emisi (underwriter) secara bersama-sama mengadakan kesepakatan dalam
menentukan harga perdana saham namun mereka mempunyai kepentingan yang
berbeda. Sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perdana yang tinggi karena dengan harga perdana yang tinggi maka emiten dapat
memperoleh dana sebesar yang diharapkan, namun tidak demikian halnya
dengan underwriter. Underwriter berusaha meminimalkan resiko penjaminan
yang menjadi tanggung jawabnya dengan menentukan harga yang dapat diterima
oleh para investor. Dengan menentukan harga yang relatif dapat diterima investor
maka underwriter berharap akan dapat menjual semua saham yang dijaminnya
(Jogiyanto, 2008).
Kondisi underpricing merugikan untuk perusahaan yang melakukan go
public, karena dana yang diperoleh dari publik tidak maksimum. Sebaliknya jika
terjadi overpricing, maka investor akan merugi, karena mereka tidak menerima
initial return (return awal). Initial return adalah keuntungan yang didapat
pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana
dengan harga jual saham yang bersangkutan di pasar sekunder (Jogiyanto, 2008).
Para pemilik perusahaan menginginkan agar meminimalisasikan situasi
underpricing, karena terjadinya underpricing akan menyebabkan transfer
kemakmuran dari pemilik kepada para investor (Beatty, 1989).
Ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan IPO maka perusahaan
harus memberikan informasi kepada masyarakat dengan membuat prospektus.
Menurut Jogiyanto (2008) prospektus adalah dokumen yang berisi informasi
tentang perusahaan penerbit sekuritas dan lainnya yang berkaitan dengan
sekuritas yang ditawarkan. Dalam prospektus terdapat banyak informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
berhubungan dengan keadaan perusahaan yang melakukan penawaran umum.
Penyusunan prospektus harus mengacu kepada hal-hal antara lain prospektus
harus memuat semua rincian dan fakta material mengenai penawaran umum dari
emiten, prospektus harus dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan komunikatif,
fakta-fakta dan pertimbangan yang paling penting harus dibuat ringkasannya dan
diungkapkan pada bagian awal prospektus, emiten, penjamin pelaksana emisi,
lembaga penunjang serta profesi penunjang pasar modal bertanggungjawab untuk
menentukan dan mengungkapkan fakta secara jelas dan mudah dibaca. Informasi
dalam prospektus ini dapat membantu investor dalam membuat keputusan yang
rasional mengenai resiko dan nilai saham yang ditawarkan perusahaan (Kim dkk,
1995).
Sumber informasi lain yang digunakan investor dan underwriter dalam
memilih perusahaan yang go public adalah laporan keuangan perusahaan.
Persyaratan dalam proses go public adalah laporan keuangan perusahaan harus
telah di audit oleh kantor akuntan publik (Keputusan Menteri Keuangan RI No.
859/KMK.01/1987). Persyaratan tersebut dapat memberikan keuntungan bagi
emiten karena tingkat kepercayaan akan lebih besar, investor membutuhkan
laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor berkualifikasi (Rosyati dan
Sabeni, 2003). Balver et al (1988) menyatakan bahwa Underwriter dan auditor
yang memiliki reputasi akan mengurangi underpricing (Balver et al., 1988).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada saat IPO terdapat
dua informasi penting yang mempengaruhi underpricing yaitu informasi
keuangan dan non keuangan. Informasi keuangan merupakan informasi yang
berasal dari laporan keuangan sedangkan informasi dari aspek non keuangan
adalah informasi yang tidak terdapat dalam laporan keuangan. Informasi
keuangan meliputi rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, rasio
aktivitas, dan rasio pasar modal. Sedangkan informasi non keuangan meliputi
reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, ukuran perusahaan,
fractional holding, jenis industri dan informasi kualitatif lainnya (Nasirwan,
2000).
Penelitian ini mencoba untuk mereplikasi dari penelitian sebelumnya
untuk menentukan variabel-variabel yang digunakan. Variabel-variabel
independen keuangan yang digunakan dalam penelitian ini diambil karena
terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu, sehingga masih perlu
dilakukan penelitian kembali terhadap variabel-variabel tersebut. Pada variabel
keuangan terdapat ketidakkonsistenan hasil yang terjadi, hasil penelitian yang
dilakukan oleh Durukan (2002) menyatakan bahwa variabel Debt to Equity Ratio
(DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Sementara hasil
penelitian Rasheed dan Datta (1997), variabel DER berpengaruh signifikan
negatif terhadap perubahan harga saham yang terjadi. Penelitian yang dilakukan
oleh Kurniawan (2007) menyatakan bahwa Return on Equity (ROE) berpengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
signifikan terhadap return awal saham di pasar perdana. Sedangkan hasil
penelitian Kusumawati dan Sudento (2005) menyatakan bahwa ROE tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham terutama initial return. Pada
variabel Earning Per Share (EPS), hasil penelitian Ardiansyah (2004)
menemukan terdapatnya pengaruh signifikan yang negatif antara rasio EPS
dengan return awal saham yang melakukan IPO. Sedangkan hasil penelitian
Rajangam dan Sundarasen (2006) menyatakan bahwa EPS tidak berpengaruh
signifikan terhadap initial return. Mengacu dari ketidakkonsistenan hasil
penelitian terdahulu, maka variabel independen dari informasi keuangan yang
digunakan penulis adalah rasio profitabilitas (ROE), rasio leverage (DER), dan
rasio pasar modal (EPS).
Variabel independen dari informasi non keuangan yang digunakan
meliputi umur perusahaan, reputasi underwriter, dan fractional holding.
Pemilihan variabel tersebut dilakukan juga berdasarkan ketidakkonsistenan hasil
penelitian terdahulu. Hasil penelitian Trisnawati (1999) menunjukkan bahwa
variabel umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap return awal dan
variabel reputasi penjamin emisi tidak berpengaruh signifikan terhadap return
awal sedangkan hasil penelitian Daljono (2000) menyatakan bahwa variabel
umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap initial return dan variabel reputasi
penjamin emisi berpengaruh signifikan terhadap initial return. Untuk variabel
fractional holding hasil temuan Rachmawati (2007) dan Sulistio (2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
menyatakan bahwa proporsi saham yang ditahan oleh pemegang saham lama
tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Ritter (1984) dalam
Rachmawati (2007), mengemukakan bahwa besarnya saham yang ditahan
(fractional holding) oleh pemilik berpengaruh signifikan positif dengan
underpricing.
Mengingat akan arti penting tingkat underpricing saham, baik bagi
perusahaan yang membutuhkan dana untuk melakukan ekspansi maupun bagi
investor yang mengharapkan adanya initial return dari saham yang dibelinya
maka penelitian tentang faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan penentuan tingkat underpricing saham memang perlu dilakukan
baik dilihat dari informasi keuangan maupun informasi non keuangan. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pengaruh Informasi Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Tingkat
Underpricing (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public
Offering Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah DER, ROE, EPS, umur perusahaan, reputasi underwriter, dan
fractional holding berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
saham perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-
2009?
2. Apakah DER berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham perusahaan
yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009?
3. Apakah ROE berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham perusahaan
yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009?
4. Apakah EPS berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham perusahaan
yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009?
5. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009?
6. Apakah reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat underpricing
saham perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-
2009?
7. Apakah fractional holding berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009?
C. Batasan Masalah
Penelitian hanya meliputi perusahaan yang melakukan IPO di BEI tahun
2005-2009. Perusahaan yang melakukan penawaran perdana menurut penulis
menjadi objek yang relevan untuk diteliti karena perusahaan yang tergabung di
dalamnya merupakan perusahaan yang kemungkinan akan mengalami
underpricing pada saat penawaran perdana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh DER, ROE, EPS, umur perusahaan, reputasi
underwriter dan fractional holding secara simultan terhadap tingkat
underpricing saham perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia
tahun 2005-2009.
2. Untuk mengetahui pengaruh DER terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009.
3. Untuk mengetahui pengaruh ROE terhadap underpricing tingkat saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009.
4. Untuk mengetahui pengaruh EPS terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009.
5. Untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan terhadap tingkat underpricing
saham perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-
2009.
6. Untuk mengetahui pengaruh reputasi underwriter terhadap tingkat
underpricing saham perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia
tahun 2005-2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
7. Untuk mengetahui pengaruh fractional holding terhadap tingkat underpricing
saham perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-
2009.
E. Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan kepada perusahaan dalam membuat kebijakan go
public (IPO) di masa yang akan datang.
b. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan investor
dalam melakukan investasi di pasar modal khususnya pada perusahaan yang
melakukan IPO.
c. Bagi Penulis
Menambah serta memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan penulis
dalam bidang keuangan, khususnya berhubungan dengan IPO.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai literatur
bagi peneliti selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
underpricing saham saat IPO.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pasar Modal
Pengertian pasar modal menurut UU No. 8 Tahun 1995 Bab I Pasal 1
Butir 13 Tentang Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.
Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar tempat
terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang atau long term financial
seperti obligasi, saham preferen, dan saham biasa (Sartono, 2001). Setiap
instrumen pasar modal tersebut merupakan bukti kepemilikan modal dari
lembaga yang mengeluarkannya yang dapat diperjualbelikan.
Dari beberapa pengertian pasar modal tersebut dapat dijelaskan
bahwa pasar modal merupakan pasar dalam bentuk konkritnya adalah bursa
saham efek yang merupakan tempat melakukan kegiatan perdagangan efek.
Efek dapat berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas efek, dan sebagainya (www.idx.com).
2. Go Public
Go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang
dilakukan oleh emiten untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat
berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang-Undang Pasar Modal dan
peraturan pelaksanaannya (Tjiptono dan Hendy, 2001). Adapun manfaat dari
melakukan go public menurut Ang (1997) adalah :
a. Perusahaan memperoleh dana dengan biaya murah dari basis modal yang
sangat luas untuk keperluan penambahan modal yang dapat dimanfaatkan
perusahaan untuk keperluan pengembangan usaha.
b. Membiayai berbagai rencana investasi termasuk proyek yang memiliki
resiko tinggi, mengangkat pandangan masyarakat umum terhadap
perusahaan sehingga menjadi incaran para profesional sebagai tempat
untuk bekerja.
c. Pemegang saham khususnya individu akan cenderung menjadi konsumen
yang setia pada produk perusahaan karena adanya rasa ikut memiliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d. Perusahaan publik menikmati promosi secara cuma-cuma melalui media
massa, terutama perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan, likuid,
pemilik sahamnya tersebar luas serta mempunyai kapitalisasi yang besar.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan melakukan go public
menurut Brigham dan Houston (2006) yaitu:
a. Perusahaan go public dapat melakukan diversifikasi kepemilikan
sahamnya sehingga dapat mengurangi resiko yang ditanggung oleh pendiri
perusahaan (diversification).
b. Dengan go public memungkinkan pendiri yang ingin menjual sebagian
sahamnya untuk menambah kas dapat dengan mudah terlaksana.
c. Keterbukaan informasi (disclosure information) mengakibatkan
perusahaan yang go public dapat lebih mudah menambah modal
perusahaan karena masyarakat lebih tertarik untuk berinvestasi pada
perusahaan tersebut.
d. Go public dapat mengurangi masalah yang berkaitan dengan para penilai
pajak, memungkinkan perusahaan memberikan insentif opsi saham kepada
karyawan kunci jika diinginkan dan karyawan lebih menyukai memiliki
saham di perusahaan go public karena public trading meningkatkan
likuiditas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Selain keuntungan yang akan diperoleh perusahaan melalui go
public, Brigham dan Houston (2006) menguraikan beberapa kerugian go
public, yaitu :
a. Perusahaan diharuskan mengeluarkan laporan triwulan dan laporan
tahunan tentang perusahaan, laporan-laporan ini menimbulkan biaya
pelaporan.
b. Adanya keterbukaan (disclosure) manajemen perusahaan yang berkaitan
dengan operasi dan permodalan. Akibatnya, para pesaing dan pihak luar
dapat dengan mudah mengetahui kondisi perusahaan.
c. Pada perusahaan go public, kepentingan pribadi sudah tidak berlaku lagi.
d. Pada perusahaan go public, mungkin terjadi keadaan dimana saham
tidak aktif diperdagangkan, pasar lesu dan harga yang rendah. Jika
sahamnya terlalu aktif diperdagangkan maka saham tidak cukup likuid dan
harga pasar saham tidak mencerminkan nilai saham sebenarnya.
3. Informasi Keuangan Dan Informasi Non Keuangan
Informasi Keuangan (informasi akuntansi keuangan) merupakan salah
satu dari informasi kuantitatif. Informasi keuangan pada dasarnya ditujukan
kepada pihak luar organisasi yang meliputi pemegang saham, bank, kreditur
lainnya, investor dan lembaga pemerintah, para pelanggan maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
masyarakat umum, namun diperlukan pula oleh pihak manajemen. Pihak-
pihak yang berkepentingan yang merupakan pihak luar, membutuhkan
informasi akuntansi keuangan untuk dasar pengambilan yang berkaitan
dengan perusahaan tersebut. Mereka membutuhkan informasi, antara lain,
tentang (Munawir, 2008):
a. Likuiditas perusahaan atau short term liquidity
b. Aliran dana atau fund flows
c. Struktur modal atau capital structure
d. Solvabilitas atau long term solvency
e. Tingkat pengembalian atau return on investment
f. Efisiensi dalam penggunaan aktiva atau assets utilization
Nasirwan (2000) mengatakan informasi dapat dibagi menjadi dua
informasi yaitu terdiri dari informasi keuangan dan informasi non keuangan.
Informasi keuangan adalah laporan keuangan yang menggambarkan tentang
keuangan perusahaan terdiri atas neraca, perhitungan laba/rugi, laporan arus
kas, dan penjelasan laporan keuangan. Informasi non keuangan adalah
informasi selain laporan keuangan seperti underwriter, auditor independen,
konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham dan lain
sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
4. Initial Public Offering (IPO)
Penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) atau
yang lebih dikenal dengan istilah go public adalah penawaran saham
perusahaan untuk pertama kalinya (Jogiyanto, 2008). Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
mendefinisikan bahwa :
“ Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh
Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang
diatur dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya.”
Dengan melakukan IPO maka perusahaan tersebut dapat
menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya dana itu digunakan untuk
membiayai kegiatan perusahaan dalam hal pendanaan, kegiatan operasional,
ekspansi serta memperbaiki struktur modal perusahaan saat ini (Husnan,
2001). Penawaran Umum Perdana (IPO) merupakan suatu persyaratan yang
harus dilakukan bagi emiten yang baru pertama kali menjual sahamnya di
Bursa Efek (Jogiyanto, 2008).
5. Mekanisme Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang melakukan IPO harus melewati beberapa tahapan
(Ang, 1997), yaitu sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a. Tahap persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum mengajukan
pernyataan pendaftaran ke BAPEPAM-LK seperti persetujuan
pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
pemenuhan persyaratan anggaran perusahaan publik, dan penunjukan
penjamin pelaksana emisi (lead underwriter) serta lembaga dan profesi
pasar modal yang dibutuhkan seperti akuntan publik, konsultan hukum,
penilai, notaris dan lainnya. Kegiatan terakhir dalam tahap persiapan
adalah perusahaan mengadakan perjanjian pendahuluan dengan bursa
efek untuk mencatatkan saham perseroan guna diperdagangkan di pasar
sekunder dan perjanjian pendahuluan dengan penjamin emisi efek.
b. Tahap Pemasaran
Pada tahap ini, BAPEPAM-LK akan melakukan penelitian
tentang keabsahan dokumen, keterbukaan seluruh aspek legal,
akuntansi, keuangan dan manajemen. Langkah selanjutnya adalah
pernyataan pendaftaran yang diajukan ke BAPEPAM-LK sampai
pernyataan pendaftaran yang efektif, maka langkah-langkah lain yang
harus dilakukan adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1) Due diligence meeting
Due diligence meeting adalah pertemuan dengar pendapat
antara calon emiten dengan underwriter, baik lead underwriter
maupun underwriter. Dalam hal ini juga mengandung unsur
pendidikan, yaitu mendidik emiten untuk dapat menghadapi
pertanyaan yang nantinya diajukan oleh calon investor.
2) Public expose dan roadshow
Public expose merupakan tindakan pemasaran kepada
masyarakat pemodal dengan mengadakan pertemuan untuk
mempresentasikan kinerja perusahaan, prospek usaha, resiko, dan
sebagainya sehingga timbul daya tarik dari para pemodal untuk
membeli saham yang ditawarkan. Rangkaian public expose yang
diadakan berkesinambungan dari satu lokasi ke lokasi yang lain
disebut roadshow, khususnya penawaran saham kepada investor
asing. didalam public expose/roadshow ini calon emiten dapat
menyebarkan info memo dan prospektus awal.
3) Book building
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Dalam proses roadshow, para pemodal akan menyatakan
minat mereka atas saham yang ditawarkan. Didalam roadshow /
public expose dinyatakan suatu kisaran harga saham sehingga para
pemodal akan menyatakan kesediaan mereka untuk membelinya.
Proses mengumpulkan jumlah-jumlah saham yang diminati oleh
pemodal inilah yang disebut book building.
4) Penentuan harga perdana
Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah penentuan
harga final harga perdana saham, yang dilakukan antara lead
underwriter dan calon emiten.
c. Tahap Penawaran umum
Pada tahap ini calon emiten menerbitkan prospektus ringkas di
dua media cetak yang berbahasa Indonesia, yang dilanjutkan dengan
penyebaran prospektus lengkap final, penyebaran FPPS (Formulir
Pemesanan Pembeli Saham), menerima pembayaran, melakukan
penjatahan saham untuk investor dan akhirnya penyerahan Surat
Kolektif Saham (SKS) bagi yang mendapat jatahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d. Tahap Perdagangan Sekunder
Tahap ini meliputi tahapan melakukan pendaftaran ke bursa efek
untuk mencatatkan sahamnya sesuai dengan ketentuan. First issue
adalah pencatatan sejumlah saham yang ditawarkan kepada publik pada
saat IPO sedangkan sisa saham perusahaan yang tidak ditawarkan saat
IPO belum dapat diperdagangkan sampai perusahaan melakukan
pencatatan saham tersebut di bursa efek. Terdapat dua cara pencatatan
sisa saham tersebut agar dapat diperdagangkan di bursa efek atau pasar
sekunder yaitu, partial listing, dimana perusahaan melakukan
pencatatan sahamnya secara sebagian dan company listing, dimana
perusahaan mencatatkan seluruh sisa saham yang dimilikinya sehingga
seluruh saham dapat diperdagangkan di pasar saham.
6. Tingkat Underpricing
Menurut Jogiyanto (2008), underpricing merupakan fenomena yang
sering dijumpai dalam IPO. Ada kecenderungan bahwa harga penawaran di
pasar perdana selalu lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan
pada hari pertama perdagangan. Menurut Brigham dan Houston (2006),
definisi underpricing adalah “stock are underpriced if they begin at the
public market at a price that is higher than the offering price”. Berdasarkan
definisi tersebut, maka underpricing dapat dikatakan sebagai keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dimana saham memberikan return positif pada transaksi pasar sekunder
setelah penawaran perdana.
Fenomena underpricing terjadi karena adanya mispriced di pasar
perdana sebagai akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak
underwriter dengan pihak emiten, biasanya disebut asymetry information
(Beatty & Ritter, 1986 dalam Rosyati & Sabeni, 2001). Sebagai pihak yang
membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana yang tinggi, dilain
pihak, underwriter sebagai penjamin emisi menginginkan harga yang rendah
demi meminimalkan resiko yang ditanggungnya. Pihak underwriter
kemungkinan mempunyai informasi lebih banyak dibanding pihak emiten.
Kondisi asymetry information inilah yang menyebabkan terjadinya
underpricing, dimana underwriter merupakan pihak yang memiliki banyak
informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil
resiko. Jadi, para emiten perlu mengetahui situasi pasar sebenarnya agar pada
saat IPO, harga saham perusahaan tidak mengalami underpricing.
Ukuran underpricing dalam penelitian ini adalah initial return karena
underpricing hanya dilihat dari besarnya capital gains yang dinikmati oleh
pemodal pada hari pertama saham tersebut diperdagangkan di bursa tanpa
dibandingkan dengan return pasar atau memperhatikan perbedaan faktor
resiko (Rachmawati, 2007). Underpricing diukur dengan menggunakan
rumus dari Kuntz dan Aggrawal dalam Dianingsih (2003) yaitu persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
selisih antara harga penutupan hari pertama di pasar sekunder dan harga
penawaran perdana (offering price) dibagi harga penawaran perdana.
7. Initial Return
Harga penawaran saham di pasar perdana adalah hasil kesepakatan
antara emiten dengan underwriter, setelah melakukan penawaran perdana,
saham diperjualbelikan di pasar sekunder dimana harga saham ditentukan
oleh demand dan supply. Selisih harga saham di pasar perdana dibandingkan
dengan harga saham di pasar sekunder inilah yang disebut initial return
(Sulistio, 2005). Apabila harga saham di pasar sekunder pada hari pertama
perdagangan sahamnya secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
harga penawaran di pasar perdana maka saham akan mengalami
underpricing. Sebaliknya, apabila harga saham di pasar sekunder pada hari
pertama perdagangan sahamnya secara signifikan lebih rendah dibandingkan
dengan harga penawaran di pasar perdana maka saham akan mengalami
overpricing (Jogiyanto, 2008).
B. Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham
Telah dijelaskan bahwa ketika suatu perusahaan melakukan IPO maka
secara rata-rata biasanya harga saham yang ditawarkan cenderung mengalami
underpricing. Fenomena terjadinya underpricing dijumpai hampir pada semua
pasar modal yang ada di dunia. Setidaknya ada beberapa faktor yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mempengaruhi underpricing saham dari sisi keuangan dan non keuangan yang
akan diteliti:
1. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio merupakan salah satu dari rasio leverage. DER
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang (Munawir, 2008). DER menunjukkan
imbangan antara tingkat leverage (penggunaan hutang) dibandingkan modal
sendiri perusahaan. Semakin besar nilai DER menandakan struktur
permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif
terhadap ekuitas. Semakin besar DER mencerminkan resiko perusahaan yang
relatif tinggi, akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham
yang memiliki nilai DER yang tinggi (Ang, 1997). Dengan demikian,
semakin tinggi DER maka semakin besar pula tingkat underpricing-nya
(Daljono, 2000).
2. Return on Equity (ROE)
Return on Equity atau ROE mengukur kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba bagi pemegang saham perusahaan (Sartono, 2001).
Investor tentunya ingin mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan
untuk memberikan laba atas investasi yang telah ditanamkan di perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Tingkat return on equity (ROE) terhadap kemampuan perusahaan untuk
mengembalikan investasi dihitung dengan perbandingan laba setelah pajak
dengan modal sendiri (Munawir, 2008 ).
Nilai ROE yang semakin tinggi akan menunjukkan bahwa
perusahaan mampu menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba
merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam
menanamkan modalnya. Profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan
akan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga akan menurunkan
tingkat underpricing (Kim, dkk, 1995).
3. Earning per Share ( EPS )
Earning per Share (laba per saham) yang dibagikan merupakan
salah satu informasi penting bagi investor di pasar modal untuk
pengambilan keputusan investasinya. EPS merupakan jumlah laba yang
didapat oleh setiap lembar saham umum selama satu periode akuntansi
(Munawir, 2008 ). Jadi, EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh
untuk setiap lembar saham biasa atau laba bersih per lembar saham biasa.
Menurut Ang (1997), EPS merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang
diterbitkan (Outstanding Shares). Variabel EPS merupakan proksi laba per
lembar saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam
suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Hasil penelitian
Ardiansyah (2004) menyatakan bahwa EPS berpengaruh signifikan negatif
terhadap initial return.
4. Umur Perusahaan
Umur perusahaan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan
investor dalam menanamkan modalnya. Bagi perusahaan yang sudah lama
berdiri, keikutsertaannya dalam pasar modal merupakan salah satu jalan
untuk mengembangkan usahanya. Kepercayaan investor lebih besar pada
perusahaan yang memiliki banyak pengalaman dan dikenal oleh publik.
Perusahaan yang beroperasi lebih lama mempunyai kenaikan yang lebih
besar untuk menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas
daripada yang baru saja berdiri (Nurhidayati dan Indriantoro, 1998). Selain
itu, perusahaan yang sudah lama berdiri pastinya telah memiliki banyak
informasi mengenai bagaimana memilih underwriter yang berkompeten
dibidangnya, dan investor yang berpotensi terhadap penanaman modal
sehingga menghasilkan return. Dengan demikian, akan mengurangi adanya
informasi asimetri dan memperkecil ketidakpastian pasar yang pada
akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
5. Reputasi Underwriter
Penjamin emisi atau sering disebut dengan underwriter adalah
perantara antara perusahaan yang membutuhkan modal dan investor sebagai
pemodalnya. Dalam prakteknya underwriter membeli saham yang
ditawarkan oleh perusahaan di pasar perdana dan kemudian menjualnya
kembali kepada investor di pasar sekunder. Apabila saham tersebut dijual
dengan harga rendah maka semakin banyak saham tersebut terjual, dan
sebaliknya bila harga saham tinggi maka investor yang tertarik akan lebih
sedikit. Saham yang tidak terjual tersebut akan dibeli sendiri oleh
underwriter, resiko inilah yang harus ditanggung sendiri oleh underwriter
(Jogiyanto, 2008).
Perusahaan yang go public biasanya belum mengetahui pangsa pasar
saham di pasar bursa. Ketidaktahuan inilah yang membuat perusahaan
menggunakan underwriter sebagai penjamin sahamnya di bursa efek.
Pengaruh underwriter menyebabkan tinggi rendahnya harga saham
perusahaan pada publik, dalam hal ini dikarenakan proses tawar menawar
yang terjadi pada pasar sekunder dengan investor. Dalam prakteknya,
underwriter ada 4 macam yaitu (Sitompul, 2000) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
a. Kesanggupan Penuh (Full/Firm Commitment)
Underwiter tidak bertanggung jawab atas sisa efek yang tidak
terjual, tetapi underwriter akan berusaha dengan sebaik-baiknya untuk
menjual efek emiten. Dengan metode ini, perusahaan sekuritas bertindak
hanya sebagai agen penjual (tidak membeli saham), pada harga
penawaran tertentu, dan memperoleh komisi untuk saham yang terjual.
Jika ada saham yang tidak terjual, saham tersebut akan ditarik oleh
perusahaan.
b. Kesanggupan Terbaik (Best Effort Commitment)
Underwriter bertanggung jawab penuh terhadap penjualan efek.
Dengan metode ini, underwriter membeli saham yang dijual oleh emiten
dengan harga yang lebih rendah dari harga penawaran. Selisih antara
harga penawaran dengan harga pembelian disebut sebagai spread atau
discount. Spread tersebut merupakan keuntungan yang diperoleh oleh
penjamin emisi.
c. Kesanggupan Siaga (Standby Commitment)
Tanggung jawab underwriter disini hampir sama dengan full
commitment, hanya saja bedanya underwriter bertanggung jawab
mengambil sisa saham yang tidak terserap di masyarakat pada harga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
lebih murah dibawah harga pada penawaran perdana yang telah
disepakati sebelumnya.
d. Kesanggupan Semua atau Tidak Sama Sekali (All of None Commitment)
Apabila minat di masyarakat terhadap saham yang ditawarkan
tidak memenuhi target yang telah ditetapkan, maka underwriter tidak
akan melanjutkan proses emisi.
Pada dasarnya underwriter mempunyai 2 fungsi di IPO, yaitu
menjamin terjualnya saham dan menentukan harga penawaran yang tepat
bersama-sama dengan emiten (Sunariyah, 2004). Underwriter dinilai
berdasarkan kemampuannya untuk memberikan penawaran dengan initial
return yang tinggi bagi para investor. Underwriter dengan reputasi tinggi
lebih memiliki kepercayaan diri terhadap kesuksesan penawaran saham
yang diserap oleh pasar. Dengan demikian, ada kecenderungan mereka
menetapkan diskon rendah dan akibatnya underpricing-pun rendah.
6. Fractional Holding
Ritter (1984) dalam Rachmawati (2007) mengemukakan bahwa
besarnya saham yang ditahan (fractional holding) oleh pemilik berpengaruh
signifikan positif dengan underpricing. Hal ini disebabkan karena emiten
memiliki informasi yang baik mengenai saham yang akan terjual, sehingga
emiten akan menahan sebagian sahamnya dengan harapan pada pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
sekunder nanti nilai sahamnya akan meningkat. Sehingga diduga semakin
besar persentase saham yang ditahan maka semakin besar tingkat
underpricing.
Allan dan Faulhaber (1989) menyatakan perusahaan yang menahan
sebagian besar sahamnya memiliki informasi mengenai nilai sahamnya di
masa yang akan datang. Semakin besar tingkat underpricing yang dilakukan
oleh perusahaan maka semakin besar jumlah saham yang ditahan oleh
perusahaan pada penawaran perdana, perusahaan akan cenderung menjual
sahamnya pada pasar sekunder dengan harga yang lebih diinginkan. Selain
itu, dengan menahan sebagian besar sahamnya maka perusahaan akan
terhindar dari biaya yang terlalu besar dalam melakukan underpricing.
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
underpricing telah banyak dilakukan diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan Rajangam and Sundarasen (2006) meneliti pengaruh P/E, EPS, NTA,
umur perusahaan, lag, kepemilikan saham, firm size, volatilitas return terhadap
underpricing saham perusahaan yang melakukan IPO di Malaysia pada tahun
2001-2005. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hanya P/E, NTA, dan
volatilitas return berpengaruh signifikan terhadap underpricing saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Kurniawan (2007) meneliti pengaruh variabel keuangan dan non
keuangan terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO perusahaan non
keuangan yang terdaftar di BEJ periode 2002-2006. Hasil analisis regresi
terhadap initial return menunjukkan bahwa secara parsial variabel total assets
turnover, persentase penawaran saham, ROE berpengaruh signifikan terhadap
return awal sedangkan variabel lain yaitu Current ratio, Debt To Equity Ratio,
Earning Per Share, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap Initial Return. Hasil analisis regresi terhadap return 7 hari
setelah IPO menunjukkan bahwa secara parsial variabel total assets turnover dan
persentase penawaran saham yang berpengaruh signifikan. Variabel lain yaitu
Current ratio, Debt To Equity Ratio, Return On Equity, Earning Per Share,
umur perusahaan, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
return 7 hari setelah IPO.
Trisnawati (1999) meneliti tentang pengaruh variabel independen yang
terdiri dari reputasi auditor, reputasi penjamin emisi, umur perusahaan,
persentase penawaran saham, ROA dan finacial leverage terhadap initial return
dan return 15 hari setelah IPO perusahaan yang terdaftar di BEJ periode 1994-
1997 dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel umur perusahaan berasosiasi positif terhadap
return awal dan variabel financial leverage berasosiasi positif terhadap return 15
hari setalah IPO.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Daljono (2000) meneliti tentang pengaruh variabel independen reputasi
auditor, reputasi penjamin emisi, umur perusahaan, persentase saham yang
ditawarkan kepada publik, ROA, financial leverage dan solvability ratio
terhadap variabel dependen initial return dengan teknik analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya variabel reputasi
penjamin emisi dan finansial leverage saja yang berpengaruh signifikan terhadap
initial return.
Sulistio (2005) meneliti pengaruh informasi akuntansi yang diwakili oleh
ukuran perusahaan, EPS, PER dan tingkat leverage serta pengaruh
informasi non akuntansi yang diwakili persentase pemegang saham lama,
reputasi auditor dan reputasi underwriter pada perusahaan non keuangan yang
melaksanakan IPO di BEJ tahun 1998-2003. Hasil analisis regresi menunjukkan
bahwa untuk informasi akuntansi hanya tingkat leverage yang berpengaruh
signifikan terhadap initial return sedangkan untuk informasi non akuntansi
hanya variabel persentase pemegang saham lama yang berpengaruh signifikan
terhadap intial return.
Yolana dan Martani (2005) meneliti pengaruh variabel independen
kualitas underwriter, ukuran perusahaan, rata-rata kurs, ROE dan jenis industri
terhadap underpricing pada penawaran saham perdana di BEJ tahun 1994-2001.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kurs dan ROE berpengaruh
signifikan positif terhadap initial return, sedangkan variabel jenis industri dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return dan
variabel kualitas underwriter tidak berpengaruh signifikan.
Nasirwan (2000) meneliti variabel independen reputasi auditor, reputasi
penjamin emisi, umur perusahaan, ukuran perusahaan, persentase penawaran
saham, nilai penawaran saham dan deviasi standar return terhadap variabel
dependen initial return, return 15 hari setelah IPO dan return 1 tahun setelah
IPO dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan reputasi penjamin emisi berasosiasi positif signifikan terhadap
return awal dan return 1 tahun setelah IPO, deviasi standar return berasosiasi
signifikan positif terhadap return awal dan return 15 hari setelah IPO, persentase
penawaran saham berasosiasi signifikan negatif terhadap return 15 hari setelah
IPO, nilai penawaran saham berasosiasi signifikan negatif terhadap return dan 1
tahun setelah IPO.
Durukan (2002) meneliti variabel metode penawaran, jumlah penawaran,
persentase penawaran saham, ukuran perusahaan, umur perusahaan, DER, PER,
tipe investor dan privatisasi terhadap return saat IPO di Istanbul pada tahun
1990-1997 dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan metode penawaran
saham berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return sedangkan variabel
umur perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap initial return.
Sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Rachmawati (2007) meneliti variabel reputasi underwriter, umur
perusahaan, ukuran perusahaan, financial leverage, fractional holding dan nilai
penawaran terhadap tingkat underpricing saham pada penawaran perdana di BEJ
tahun 2000-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur perusahaan, ukuran
perusahaan, dan fractional holding tidak berpengaruh signifikan terhadap initial
return sedangkan variabel reputasi underwriter, financial leverage dan nilai
penawaran berpengaruh signifikan terhadap initial return.
Ardiansyah (2004) meneliti variabel independen ROA, financial
leverage, EPS, Proceed, pertumbuhan laba, CR, besaran perusahaan, reputasi
penjamin emisi, reputasi auditor, umur perusahaan, jenis industri dan kondisi
perekonomian terhadap variabel dependen initial return dan return 15 hari
setelah IPO pada perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 1995-2000. Hasil
penelitian pengaruh variabel keuangan dan non keuangan terhadap initial return
ini menunjukkan bahwa hanya EPS dan kondisi perekonomian yang berpengaruh
signifikan terhadap initial return sedangkan variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap return 15 hari setelah IPO adalah variabel financial leverage
dan Earning per Share.
D. Kerangka Berpikir
Fenomena underpricing yang banyak terjadi pada penawaran saham
perdana dipengaruhi oleh beberapa faktor baik keuangan dan non keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Beberapa penelitian telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang beragam.
Informasi keuangan dan non keuangan yang terkandung dalam prospektus
merupakan ketentuan yang harus dimiliki perusahaan go public. Dengan adanya
informasi dalam prospektus tersebut diharapkan akan dapat mempengaruhi
keputusan investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan yang akan
go public, sehingga perusahaan sebagai emiten di bursa akan mendapatkan
return yang maksimal untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Informasi keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Debt to
Equity Ratio, Return on Equity, dan Earning Per Share. Sedangkan informasi
non keuangan yang digunakan dalam penelitan ini adalah umur perusahaan,
reputasi underwriter, dan fractional holding. Informasi keuangan dan non
keuangan tersebut diperkirakan memiliki pengaruh tehadap tingkat underpricing
saham.
Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Munawir, 2008). Semakin
besar nilai DER menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak
memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin besar DER
mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para investor
cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai DER yang tinggi
(Ang,1997). Dengan demikian, semakin tinggi DER maka semakin besar pula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
tingkat underpricing-nya atau terdapat hubungan positif antara DER dengan
tingkat underpricing (Daljono, 2000).
Return on Equity merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bagi pemegang saham
perusahaan (Sartono, 2001). Semakin tinggi nilai ROE semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk memberikan return dari ekuitasnya sehingga
ketidakpastian return saham yang nantinya akan diterima investor berkurang.
Oleh karena itu, investor cenderung memilih saham-saham yang memiliki ROE
tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (2000), yang menyatakan
adanya hubungan negatif dan signifikan antara ROE dengan tingkat underpricing
saham. Hal ini mengakibatkan semakin tinggi nilai ROE maka semakin rendah
tingkat underpricing saham.
Variabel Earning Per Share merupakan proksi laba per lembar saham
perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor
mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu
dengan memiliki suatu saham. Semakin mapan perusahaan, semakin tinggi
EPS perusahaan tersebut sehingga semakin rendah resiko perusahaan. Hasil
penelitian Ardiansyah (2004) menunjukkan EPS berpengaruh signifikan negatif
terhadap initial return. Dengan demikian, semakin besar EPS maka semakin
kecil tingkat underpricing saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Umur perusahaan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan
investor dalam menanamkan modalnya (Christy et al, 1996). Umur perusahaan
emiten menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan dan menjadi
bukti perusahaan mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang
ada dalam perekonomian. Semakin tinggi umur perusahaan maka semakin
rendah tingkat ketidakpastian perusahaan dimasa yang akan datang. Penelitian
yang dilakukan Beatty (1989) menyatakan bahwa umur perusahaan mempunyai
hubungan negatif dengan initial return. Demikian pula menurut penelitian
Rosyati dan Sabeni (2002) bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan
negatif terhadap underpricing yang diproksikan dengan initial return. Sehingga
diduga bahwa umur perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap tingkat
underpricing.
Reputasi underwriter adalah ukuran sejauh mana underwriter dapat
mengurangi tingkat ketidakpastian pada penawaran IPO. Penelitian yang
dilakukan oleh Balver et al (1989) dan Christy et al (1996) mengatakan bahwa
emiten yang menggunakan underwriter yang berkualitas akan mengurangi
tingkat ketidakpastian yang tidak dapat diungkapkan oleh informasi yang
terdapat dalam prospektus. Semakin tinggi reputasi underwriter akan
mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai perusahaan di masa yang akan
datang sehingga tingkat underpricing saham akan semakin kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Ritter (1984) dalam Rachmawati (2007) mengemukakan bahwa besarnya
fractional holding (saham yang ditahan) oleh pemilik berpengaruh signifikan
positif dengan underpricing. Hal ini disebabkan karena emiten memiliki
informasi yang baik mengenai saham yang akan terjual, sehingga emiten akan
menahan sebagian sahamnya dengan harapan pada pasar sekunder nanti nilai
sahamnya akan meningkat. Sehingga diduga semakin besar persentase saham
yang ditahan maka semakin besar tingkat underpricing.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan suatu kerangka
berpikir teoritis mengenai pengaruh dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terhadap besarnya tingkat underpricing saham yang terjadi pada
penawaran saham perdana atau IPO suatu perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Informasi Keuangan
Informasi Non Keuangan
Gambar II.1 Kerangka Berpikir Analisis Pengaruh Informasi Keuangan dan Non
Keuangan Terhadap Tingkat Underpricing Saham
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka berpikir di atas
maka hipotesis yag diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : DER, ROE, EPS, Umur perusahaan, Reputasi underwriter, dan fractional
holding berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing
saham perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun
2005-2009.
DER
ROE
EPS
Umur Perusahaan
Reputasi Underwriter
Fractional Holding
UNDERPRICING
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
H2 : DER perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-
2009.
H3 : ROE perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-
2009.
H4 : EPS perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-
2009.
H5 : Umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-
2009.
H6 : Reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-
2009.
H7 : Fractional holding berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-
2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan
IPO di BEI periode 2005-2009. Pengambilan sampel penelitian ini berdasarkan
metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampling dengan
pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
representatif sesuai dengan penelitian (Sugiyono, 1999). Kualifikasi sampel yang
digunakan sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2005-2009.
2. Perusahaan mengalami underpricing pada saat IPO periode 2005-2009.
3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan selama tahun pengamatan
dan menampilkan data-data yang dibutuhkan.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu
data yang dinyatakan dalam angka-angka serta menunjukkan nilai dari variabel
yang diwakilinya. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian berasal
dari data sekunder yaitu jenis data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh
pihak lain (Setianingrum, 2006). Dalam melakukan penelitian ini penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
memperoleh data sekunder yaitu dari BEI, Indonesia Capital Market Directory
(ICMD), Fact Book, jurnal, literatur, dan internet.
Data yang digunakan meliputi :
1. Laporan keuangan perusahaan pada tahun perusahaan melakukan IPO pada
periode 2005-2009.
2. Listing History dan Corporate Information perusahaan yang melakukan IPO
pada periode 2005-2009.
C. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan variabel dependen dan variabel independen
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah
underpricing. Underpricing dinilai dengan initial return yang merupakan
return awal yang diterima oleh investor. Underpricing diukur dengan
menggunakan rumus dari Kuntz dan Aggrawal dalam Dianingsih (2003)
yaitu persentase selisih antara harga penutupan hari pertama di pasar
sekunder (P1) dan harga penawaran perdana (Po) dibagi harga penawaran
perdana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Initial Return %1000
01 ´-
=P
PP
2. Variabel Independen
a. Debt Equity to Ratio ( DER)
Debt Equity to Ratio merupakan salah satu dari rasio leverage yang
menunjukkan imbangan antara tingkat leverage (penggunaan hutang)
dibandingkan modal sendiri perusahaan. Semakin besar nilai DER
menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan
hutang-hutang relatif terhadap ekuitas (Munawir, 2008).
DER %100Equity sr'Shareholde Total sliabilitie Total
´=
b. Return on Equity ( ROE )
Return on Equity atau ROE mengukur kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba bagi pemegang saham perusahaan Tingkat
return on equity (ROE) dihitung dengan perbandingan laba setelah pajak
(Earning Before Interest and Taxes) dengan modal sendiri (Munawir,
2008 ).
ROE %100Equity sr'Shareholde Total
EBIT´=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Earning per Share ( EPS )
Earning per Share (laba per saham) merupakan jumlah laba yang
didapat oleh setiap lembar saham umum selama satu periode akuntansi
(Munawir, 2008). Jadi, EPS menggambarkan jumlah rupiah yang
diperoleh untuk setiap lembar saham biasa atau laba bersih per lembar
saham biasa.
EPS %100beredar yang sahamlembar Jumlah
bersih Laba´=
d. Umur Perusahaan
Umur perusahaan dihitung dari lamanya perusahaan berdiri,
berdasarkan akta pendirian sampai dengan perusahaan tersebut
melakukan penawaran saham. Pengukuran umur perusahaan dihitung
dengan menggunakan skala tahunan seperti penelitian yang dilakukan
Daljono (2000).
Age = Tahun Perusahaan IPO – Tahun Pendirian Perusahaan
e. Reputasi Underwriter
Hingga saat ini belum ada standar baku untuk mengkategorikan
underwriter bereputasi baik atau buruk. Pengukuran reputasi underwriter
pada tiap penelitian mungkin berbeda, salah satunya adalah pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
yang dilakukan oleh Ernyan dan Husnan (2002) dengan menggunakan
jumlah emiten yang dijamin oleh underwriter selama periode
pengamatan. Semakin banyak jumlah emiten yang dijamin oleh
underwriter menunjukkan bahwa underwriter memiliki reputasi yang
baik, dikarenakan dengan jumlah emiten yang banyak menunjukkan
bahwa underwriter sanggup untuk menanggung resiko tuntutan hukum
dari emiten atas tidak terjualnya saham yang dijaminkan. Rata-rata
jumlah emiten yang dijamin oleh underwriter digunakan sebagai nilai cut
off untuk membedakan underwriter bereputasi baik dengan underwriter
bereputasi buruk (Ernyan dan Husnan, 2002).
Reputasi underwriter merupakan variabel independen yang
berukuran kategori atau berskala non-parametrik yang dinyatakan sebagai
variabel dummy dengan memberi nilai 0 dan 1. Kelompok dengan nilai
dummy 0 disebut excluded group, sedangkan kelompok dengan nilai 1
disebut included group (Mirrer, 1990 dalam Ghozali, 2005).
f. Fractional holding
Fractional holding diukur berdasarkan persentase saham yang
masih dimiliki emiten pada saat penawaran perdana dari keseluruhan
saham yang terdaftar (listed share) yang dapat dijual sewaktu-waktu
yaitu berupa jumlah saham dengan tipe company listing dengan tanggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
yang sama dengan first issue. Company listing adalah selisih antara
jumlah saham yang telah terdaftar dengan jumlah saham yang dijual
melalui penawaran umum perdana dan sewaktu-waktu dapat dijual
(Usman, 1991 dalam Sumarso, 2003).
FH %100´=shareslistedtotal
listingcompany
D. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa regresi
berganda dan diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.00
for windows. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Model persamaan regresi
adalah sebagai berikut.
Y = α0 + β1X1 - β2X2+ β3 X3 -β4 X4 - β5 X5 + β6 X6 + e
Keterangan :
Y :Initial return (Underpricing)
X1 : DER
X2 : ROE
X3 : EPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
X4 : Umur perusahaan
X5 : Reputasi underwriter
X6 : Fractional Holding
α0 : Konstanta
e : Nilai residual / penggangu
β : Koefisien Regresi
Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis.
Hal ini berarti jika koefisien β bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi
pengaruh searah antara variabel independen dengan variabel dependen, demikian
pula sebaliknya, bila koefisien nilai β bernilai negatif (-) hal ini menunjukkan
adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel independen akan
mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual (e) di dalam suatu persamaan memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak berlaku. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari
residualnya. Dasar pengambilan keputusan :
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Cara lain untuk mengetahui normalitas adalah dengan melakukan uji
statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) terhadap nilai residual
persamaan regresi, dengan hipotesis pada tingkat signifikansi 0,05 dimana:
H0 : p > 0,05 Data residual berdistribusi normal
Ha : p < 0,05 Data residual tidak berdistribusi normal
2. Uji Asumsi Klasik
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, maka
untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa
asumsi klasik yang mendasari model regresi. Pengujian asumsi klasik yang
digunakan pada penelitian ini meliputi uji autokorelasi, multikolinearitas, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
heteroskedastisitas. Masing-masing pengujian asumsi klasik secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mendeteksi adanya korelasi
internal diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang
tersusun dalam rangkaian ruang dan waktu. Untuk mendeteksi adanya
autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson. Panduan mengenai
angka Durbin-Watson (D-W) untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat
dalam tabel D-W. Untuk menguji keberadaan autocorelation dalam
penelitian ini maka digunakan metode Durbin Watson Test dengan du < d
< 4 – du (Ghozali, 2005).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
variabel independen. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai
tolerance serta dari Varian Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan sikap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau
sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali 2005).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara variabel dependen dan residualnya dimana sumbu Y
adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di studentized (Ghozali, 2005). Dasar analisis:
1) Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Simultan / Uji F
Digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen benar-
benar berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
dependen .
Ho : βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh X1, X2, X3, X4, X5, dan X6
secara bersama-sama terhadap Y.
Ha : βi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 secara
bersama-sama terhadap Y.
Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan angka
signifikansi. Apabila angka signifikansi > 0,05, maka H0 diterima.
Sebaliknya jika angka signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak atau Ha
diterima (Ghozali, 2005).
b. Uji Parsial / Uji t
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara terpisah (parsial).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Ho : βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh X1, X2, X3, X4, X5, dan X6
secara individual terhadap Y.
Ha : βi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 secara
individual terhadap Y.
Dasar pengambilan keputusan menggunakan angka signifikansi
masing-masing variabel bebas. Bila angka signifikansi > 0,05 maka H0
diterima. Sebaliknya jika angka signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak atau
Ha diterima (Ghozali, 2005).
c. Koefisien Determinasi
Analisis ini pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat menggunakan
koefisien determinan (R²). Nilai R² berkisar antara 0 sampai dengan 1, bila
R² kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi
variabel terikat amat terbatas, sedangkan nilai R² yang mendekati 1 berarti
variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel terikat (Ghozali, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pemilihan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan
IPO di Bursa Efek Indonesia berdasarkan data yang diperoleh dari Fact Book
periode 2005-2009. Untuk mendapatkan sampel perusahaan yang akan diteliti,
penulis menggunakan metode purposive sampling. Kualifikasi sampel yang
digunakan sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
4. Perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2005-2009.
5. Perusahaan mengalami underpricing pada saat IPO periode 2005-2009.
6. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan selama tahun pengamatan
dan menampilkan data-data yang dibutuhkan.
Proses pemilihan sampel dapat dilihat dalam tabel IV.1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel IV.1 Pemilihan Sampel Perusahaan
Kriteria Sampel 2005 2006 2007 2008 2009 Perusahaan melakukan IPO 8 12 22 19 23 Perusahaan tidak mengalami Underpricing pada saat IPO 1 1 3 3 16 Perusahaan mengalami Underpricing pada saat IPO 7 11 19 16 7 Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan dan data yang dibutuhkan 0 0 0 0 0 Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dan data yang dibutuhkan 7 11 19 16 7
Sampel Perusahaan 7 11 19 16 7
Jumlah Sampel Perusahaan 60 Sumber : Fact Book
B. Deskripsi Data
Deskripsi data menjelaskan gambaran secara umum mengenai nilai rata-
rata, median, serta nilai maksimum dan minimum data variabel dependen
(Underpricing) dan variabel independen keuangan maupun non keuangan (Debt
to Equity Ratio, Return on Equity, Earning per Share, umur perusahaan, reputasi
Underwriter, dan Fractional Holding).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel IV.2 Statistik Deskriptif Data Penelitian
Descriptive Statistics
60 ,018 8,397 ,47587 1,073263
60 ,15 10,14 2,0985 2,42531
60 -19,85 27,49 8,5363 8,78466
60 -32 465 43,73 79,529
60 2 59 16,40 11,342
60 0 1 ,63 ,486
60 ,33 ,99 ,7352 ,10916
60
undpr
der
roe
eps
umur
underwriter
fh
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sumber : Hasil olahan data (Terlampir)
Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tabel IV.2 dapat diketahui
jumlah sampel yang digunakan selama periode pengamatan 2005-2009 adalah 60
perusahaan. Adapun rata-rata tingkat underpricing saham perusahaan yang
diwakili oleh initial return sebesar 0,47587 atau 47,587%. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan melakukan estimasi harga saham perdana yang terlalu rendah
mencapai 47,587%. dibandingkan harga yang dijual pada pasar sekunder. Nilai
minimum underpricing saham sebesar 0,018 pada perusahaan Bumi Serpong
Damai Tbk sedangkan nilai maksimumnya sebesar 8,397 pada perusahaan Bayan
Resources Tbk.
Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan yang mengalami
underpricing saham memiliki rata-rata DER sebesar 2,0985 atau 209,85%. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki total hutang mencapai 209,85%
dibandingkan dengan modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan. Kondisi
demikian menggambarkan bahwa perusahaan dalam mengambil kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pendanaan perusahaan cenderung menggunakan dana dari pihak ketiga
dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Nilai DER terendah sebesar
0,15 yang dimiliki oleh Bukit Darmo Properti Tbk sedangkan DER tertinggi
dimiliki oleh Bank Ekonomi Raharja Tbk yaitu sebesar 10,14.
Rasio profitabilitas ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba. Berdasarkan data dari 60 sampel perusahaan yang mengalami
underpricing saham, diperoleh rata-rata ROE sebesar 8,5363 atau 853,63%. Hal
ini menunjukkan bahwa rata-rata emiten mendapatkan laba bersih sebesar
853,63% dibanding dengan total modal sendiri. ROE terendah adalah sebesar -
19,05 pada perusahaan Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk sedangkan ROE
tertinggi sebesar 27,49 pada perusahaan Malindo Feedmil Tbk.
Earning Per Share (EPS) yang menunjukkan laba per lembar saham
perusahaan. Dari 60 perusahaan sampel, rata-rata EPS sebesar 43,73. Nilai rata-
rata tersebut menunjukkan bahwa secara rata-rata perusahaan yang melakukan
IPO pada tahun 2005-2009 mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 43,73 untuk
setiap lembar sahamnya. Nilai EPS minimum sebesar -Rp 32,00 pada
Excelcomindo Pratama Tbk. Nilai maksimum EPS sebesar Rp. 465,00 pada Indo
Tambangraya Megah Tbk.
Deskripsi variabel umur dari 60 perusahaan sampel diperoleh rata-rata
sebesar 16,40 tahun. Dengan demikian, rata-rata perusahaan yang melakukan IPO
berumur 16,40 tahun. Umur terkecil sebesar 2 tahun yaitu Inovisi Infracom Tbk
dan umur terbanyak sebesar 59 tahun yaitu Bank Tabungan Negara Tbk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Variabel reputasi underwriter merupakan variabel dummy dimana nilai
minimumnya adalah 0 yang berarti perusahaan menggunakan underwriter yang
memiliki reputasi buruk yaitu sebanyak 22 perusahaan. Nilai maksimum sebesar
1 yang berarti perusahaan menggunakan underwriter yang memiliki reputasi baik
sebanyak 38 perusahaan.
Fractional Holding atau besarnya saham yang ditahan perusahaan
berdasarkan tabel diatas memiliki rata-rata 0,7352 atau 73,52%. Nilai tersebut
menunjukkan rata-rata perusahaan menahan 73,52% sahamnya untuk dijual di
pasar sekunder. Nilai fractional holding terkecil adalah sebesar 0,33 pada
perusahaan Bukit Darmo Properti Tbk dan nilai fractional holding terbesar adalah
sebesar 0,99 pada perusahaan Trikomsel Oke Tbk.
C. Pengolahan Data
1. Uji Normalitas Data
Uji ini digunakan untuk membuktikan bahwa data dalam penelitian ini
berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusannya, bila pada Uji
Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansi lebih besar dari derajat kepercayaan
0,05 maka data berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel IV.3 Uji Normalitas Data
Sebelum Transformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
60
,00000001,03030807
,297
,297-,231
2,300,000
NMean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
PositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Sumber : Hasil olahan data (Terlampir)
Dari tabel IV.3 diketahui bahwa tingkat signifikansi variabel
underpricing sebesar 0,000 atau kurang dari 5% sehingga data tersebut tidak
berdistribusi normal. Untuk menormalkan distribusi data, variabel yang tidak
normal perlu ditransformasikan. Transformasi dilakukan dengan mengubah
variabel ke bentuk logaritma natural (ln).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel IV.4 Uji Normalitas Data
Setelah Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
60
,00000001,01318316
,043
,043
-,034,334
1,000
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Sumber : Hasil olahan data (Terlampir)
Dari output setelah transformasi, dapat dilihat bahwa hasil Uji
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikansi 1,000 (p > 0,05) artinya
data terdistribusi secara normal.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan unuk mengetahui ada tidaknya gejala
autokolerasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas diantara variabel-
variabel independen.
a. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Adapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dasar pengambilan keputusan dalam uji Durbin-Watson ini, yaitu jika nilai
du < d < 4 – du, maka tidak terdapat autokorelasi positif atau negatif pada
model regresi. Uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.5 Uji Autokorelasi
Nilai d
Hitung Nilai du Tabel Nilai 4 – du
1,947 1,808 2,192
Sumber : Hasil olahan data (Terlampir)
Tabel IV.5 menjelaskan bahwa nilai d hitung lebih besar dari du
tabel dan kurang dari 4 – du. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
autokorelasi dalam model regresi tersebut.
b. Uji Multikolinearitas
Suatu variabel menunjukkan gejala multikolinearitas bisa dilihat
dari Tolerance Value dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) pada
variabel-variabel independen suatu model regresi. Jika nilai Tolerance
Value > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka multikolinearitas tidak terjadi dalam
model regresi. Hasil uji multikolinearitas pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel IV.6 Uji Multikolinearitas
Coefficients a
,867 1,153
,799 1,251,821 1,218
,807 1,240
,885 1,130
,856 1,168
der
roe
eps
umurunderwriter
fh
Model1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: lnundpra.
Sumber : Hasil olahan data (Terlampir)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel yang
menunjukkan Tolerance Value yang lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF
yang lebih besar dari 10. Hal ini berarti bahwa model variabel independen
yang digunakan pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya gejala
multikolinearitas dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini untuk mengetahui ada tidaknya gejala ketidaksamaan varian
dari model regresi. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZSPRED dimana sumbu X adalah variabel
yang diprediksi dan sumbu Y adalah residual. Berikut gambar grafik
scatterplot dari hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar IV.1 Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil olahan data (terlampir)
Dari gambar diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak terlihat pola yang jelas (tidak
ada plot tertentu dalam scatterplot). Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa tidak ada gejala heteroskedastisitas dalam model regresi ini.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model regresi
berganda untuk mengetahui pengaruh variabel DER, ROE, EPS, umur
perusahaan, reputasi underwriter dan fractional holding sebagai informasi
keuangan dan informasi non keuangan terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di BEI tahun 2005-2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Persamaan regresi yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel
DER, ROE, EPS, umur perusahaan, reputasi underwriter dan fractional
holding terhadap tingkat underpricing saham adalah sebagai berikut:
lnY = – 0,032 + 0,144X1 – 0,43X2 + 0,002X3 – 0,29 X4 + 0,068 X5 –1,395X6 + e
Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien
konstanta –0,032 memiliki makna apabila semua variabel independen
diasumsikan sama dengan nol (0), maka Y adalah –0,032. Hal ini berarti
bahwa jika DER (X1), ROE (X2), EPS (X3), umur perusahaan (X4), reputasi
underwriter (X5), dan fractional holding (X6) nilainya nol, maka saham
perusahaan akan mengalami penurunan underpricing sebesar 0,032 atau 3,2%.
Semakin besar nilai koefisien regresi dari variabel independen keuangan dan
non keuangan penelitian menunjukkan semakin besar pengaruh dari variabel
independen penelitian terhadap variabel dependen.
Koefisien 0,144 memiliki makna DER (X1) mempunyai hubungan
positif terhadap tingkat underpricing saham yang artinya apabila DER
meningkat sebesar 1 satuan maka tingkat underpricing saham akan naik
sebesar 0,144 dengan asumsi bahwa variabel independen yang lain konstan.
Dengan demikian, semakin tinggi DER maka akan semakin tinggi tingkat
underpricing saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Koefisien -0,43 memiliki makna ROE (X2) mempunyai hubungan
negatif terhadap tingkat underpricing saham yang artinya apabila ROE
meningkat sebesar 1 satuan maka tingkat underpricing saham akan turun
sebesar 0,43 dengan asumsi bahwa variabel independen yang lain konstan.
Dengan demikian, semakin tinggi ROE maka akan semakin rendah tingkat
underpricing saham.
Koefisien 0,002 memiliki makna EPS (X3) mempunyai hubungan
positif terhadap tingkat underpricing saham yang artinya apabila EPS
meningkat sebesar 1 satuan maka tingkat underpricing saham akan naik
sebesar 0,002 dengan asumsi bahwa variabel independen yang lain konstan.
Dengan demikian, semakin tinggi EPS maka akan semakin tinggi tingkat
underpricing saham.
Koefisien -0,29 memiliki makna umur perusahaan (X4), mempunyai
hubungan negatif terhadap tingkat underpricing saham yang artinya apabila
umur perusahaan meningkat sebesar 1 satuan maka tingkat underpricing
saham akan turun sebesar 0,29 dengan asumsi bahwa variabel independen
yang lain konstan. Dengan demikian, semakin banyak umur perusahaan maka
akan semakin rendah tingkat underpricing saham.
Koefisien 0,068 memiliki makna reputasi underwriter (X5)
mempunyai hubungan positif terhadap tingkat underpricing saham yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
artinya apabila reputasi underwriter meningkat sebesar 1 satuan maka
tingkat underpricing saham akan naik sebesar 0,068 dengan asumsi bahwa
variabel independen yang lain konstan. Dengan demikian, semakin baik
reputasi underwriter maka akan semakin tinggi tingkat underpricing saham.
Koefisien -1,395 memiliki makna fractional holding (X6) mempunyai
hubungan negatif terhadap tingkat underpricing saham yang artinya apabila
fractional holding meningkat sebesar 1 satuan maka tingkat underpricing
saham akan turun sebesar 1,395 dengan asumsi bahwa variabel independen
yang lain konstan. Dengan demikian, semakin tinggi fractional holding maka
akan semakin rendah tingkat underpricing saham.
Hasil analisis regresi untuk pengujian dapat dilihat dalam tabel berikut
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel IV.8 Uji Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.032 .974 -.033 .974
Der .144 .062 .298 2.331 .024
Roe -.043 .018 -.324 -2.436 .018
Eps .002 .002 .150 1.141 .259
Umur -.029 .014 -.278 -2.096 .041
Underwriter .068 .304 .028 .224 .824
Fh -1.395 1.378 -.130 -1.013 .316
a. Dependent Variable: lnundpr
Sumber : Hasil olahan data (Terlampir)
a. Uji Simultan / Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen keuangan dan non keuangan (DER, ROE, EPS, umur
perusahaan, reputasi underwriter, dan fractional holding) secara
simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen (tingkat
underpricing saham) pada penawaran saham perdana di BEI periode
2005–2009 secara simultan. Hasil Uji F dapat dilihat pada tabel berikut
IV.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel IV.7 Uji F
ANOVAb
20,250 6 3,375 2,953 ,015a
60,566 53 1,143
80,815 59
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), fh, underwriter, der, eps, umur, roea.
Dependent Variable: lnundprb.
Sumber : Hasil olahan data (Terlampir)
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Fhitung sebesar 2,953
dengan nilai signifikansi sebesar 0,015. Nilai tersebut jauh lebih kecil dari
derajat kepercayaan 0,05 maka model ini layak memprediksi tingkat
underpricing saham. Hal ini berarti terdapat pengaruh antara variabel
independen keuangan dan non keuangan (DER, ROE, EPS, umur
perusahaan, reputasi underwriter, dan fractional holding) terhadap
variabel dependen (tingkat underpricing saham) secara simultan.
b. Uji Parsial / Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen keuangan dan non keuangan (DER, ROE, EPS, umur
perusahaan, reputasi underwriter, dan fractional holding) terhadap
variabel dependen (underpricing saham) pada penawaran saham perdana
di BEI periode 2005–2009 secara parsial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berdasarkan hasil uji t pada tabel IV.8, diketahui variabel Debt to
Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), dan umur perusahaan, nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), dan umur
perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap tingkat underpricing
saham yang diwakili oleh initial return. Sedangkan variabel Earning per
Share (EPS), reputasi underwriter, dan fractional holding signifikansinya
lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel Earning per Share (EPS), reputasi underwriter, dan fractional
holding secara parsial tidak berpengaruh terhadap terhadap tingkat
underpricing saham yang diwakili oleh initial return.
c. Koefisien Determinasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan variabel
bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat dengan melihat nilai
Adjusted R2 (koefisien determinasi secara simultan). Berikut hasil analisis
dari data 60 sampel perusahaan yang mengalami underpricing saham.
Tabel IV.9 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
,501a ,251 ,166 1,06900 1,947Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), fh, underwriter, der, eps, umur, roea.
Dependent Variable: lnundprb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Sumber : Hasil olahan data (Terlampir)
Besarnya nilai Adjusted R2 yang didapat dari nilai Adjusted R
Square pada tabel diatas adalah 0,166. Hal ini menunjukkan bahwa
16,6% variasi variabel dependen (underpricing) yang dapat dijelaskan
oleh variabel independen (DER, ROE, EPS, umur perusahaan, reputasi
underwriter, dan fractional holding), sedangkan sisa 83,4 % dijelaskan
oleh faktor lain diluar model.
D. Interpretasi dan Pembahasan Hasil Penelitian
Adapun interpretasi hasil uji t untuk setiap variabel independen dan uji F
adalah sebagai berikut:
1. Hasil Uji F
H1 : DER, ROE, EPS, Umur perusahaan, Reputasi underwriter, dan
fractional holding berpengaruh secara simultan terhadap tingkat
underpricing saham perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia tahun 2005-2009.
Dari hasil uji F diketahui nilai signifikansi sebesar 0,015, lebih kecil
dari derajat kepercayaan 0,05. Dengan demikian, H1 yang diajukan pada
penelitian ini dimana variabel DER, ROE, EPS, umur perusahaan, reputasi
underwriter, dan fractional holding secara simultan berpengaruh terhadap
variabel dependen (tingkat underpricing saham) perusahaan yang melakukan
IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009 diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2. Variabel DER
H2 : DER berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham perusahaan
yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009.
Hasil pengujian DER diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,024
yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap tingkat
underpricing saham. Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Daljono (2000), yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan
antara DER dengan underpricing saham.
Tanda koefisien regresi variabel DER (X1) pada persamaan
menunjukkan hubungan positif antara DER terhadap tingkat underpricing
saham. Variabel DER memiliki hubungan positif terhadap tingkat
underpricing saham karena rasio ini mencerminkan resiko perusahaan
terhadap hutang, semakin tinggi DER maka semakin tinggi pula resiko
perusahaan. Resiko yang tinggi akan meningkatkan ketidakpastian investor
dan akan menurunkan tingkat return saham sehingga kemungkinan return
yang akan diterima investor semakin kecil di masa mendatang. Hal ini
dikarenakan perusahaan akan berusaha memenuhi kewajiban hutangnya
dahulu sebelum memberikan return pada investor. Oleh karena itu, investor
cenderung menghindari saham-saham yang memiliki DER tinggi akibatnya
tingkat underpricing saham juga semakin tinggi. Dengan demikian, H2 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
diajukan pada penelitian ini dimana DER berpengaruh terhadap tingkat
underpricing saham pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2005-2009
di BEI diterima.
3. Variabel ROE
H3 : ROE perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun
2005-2009.
Hasil pengujian ROE diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,018
yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap tingkat
underpricing saham. Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Yolana dan Martani (2005), yang menyatakan adanya hubungan negatif
dan signifikan antara ROE dengan underpricing saham.
Tanda koefisien regresi variabel ROE (X2) pada persamaan regresi
menunjukkan hubungan negatif antara ROE terhadap tingkat underpricing
saham. Semakin tinggi nilai ROE semakin tinggi kemampuan perusahaan
untuk memberikan return dari ekuitasnya sehingga ketidakpastian return
saham yang nantinya akan diterima investor berkurang. Oleh karena itu,
investor cenderung memilih saham-saham yang memiliki ROE tinggi. Hal ini
mengakibatkan semakin tinggi nilai ROE maka semakin rendah tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
underpricing saham. Dengan demikian, H3 yang pada diajukan penelitian ini
dimana ROE berpengaruh terhadap besarnya tingkat underpricing saham
pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2005-2009 di BEI diterima.
4. Variabel EPS
H4 : EPS perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun
2005-2009.
Hasil pengujian variabel EPS diperoleh tingkat signifikansi sebesar
0,259 yang lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
underpricing saham. Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rajangam dan Sundarasen (2006) yang menyatakan bahwa EPS tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing saham.
Tanda koefisien regresi variabel EPS (X3) dalam persamaan regresi
menunjukkan hubungan positif antara EPS terhadap tingkat underpricing
saham tetapi berdasarkan hasil penelitian ini tidak ada pengaruh yang
signifikan antara EPS terhadap tingkat underpricing saham. Hasil ini
bertolakbelakang dengan penelitian Ardiansyah (2004) yang menyatakan
bahwa variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap terhadap initial return.
Perbedaan hasil ini dikarenakan beberapa investor beranggapan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
perusahaan yang melakukan IPO hanya untuk kepentingan internal (earnings
management) sehingga rasio EPS yang ada dalam laporan keuangan
dianggap tidak dapat menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut
dalam pemberian return terhadap pemegang saham. Hal ini didukung oleh
penelitian Gumanti (2000) dengan obyek penelitian perusahaan yang
melakukan IPO tahun 1995-1997 menemukan bahwa earnings management
dilakukan pada periode 2 tahun sebelum go public untuk mendapatkan
laporan keuangan yang diharapkan perusahaan. Penelitian Setiawati (2002)
juga menemukan bahwa earnings management dilakukan perusahaan satu
periode sebelum IPO. Dengan demikian, H4 yang diajukan pada penelitian
ini dimana EPS berpengaruh terhadap besarnya tingkat underpricing saham
pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2005-2009 di BEI ditolak.
5. Variabel Umur Perusahaan
H5 : Umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun
2005-2009.
Hasil pengujian variabel umur perusahaan diperoleh tingkat
signifikansi sebesar 0,041 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Dari
hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel umur perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham. Temuan ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rajangam dan Sundarasen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
(2006) yang menemukan hubungan negatif antara umur perusahaan dengan
tingkat underpricing saham. Carter dan Manaster (1990) menjelaskan bahwa
umur perusahaan yang tinggi dapat mengurangi tingkat ketidakpastian dan
resiko yang dihadapi oleh investor.
Tanda koefisien regresi variabel umur perusahaan (X4) dalam
persamaan regresi menunjukkan hubungan negatif antara umur perusahaan
terhadap tingkat underpricing saham. Hasil penelitian ini signifikan
disebabkan karena bagi investor, umur perusahaan dapat mempengaruhi
keputusan investasi mereka. Kepercayaan investor lebih besar pada
perusahaan yang memiliki banyak pengalaman dan dikenal oleh publik. Hal
tersebut akan memperkecil ketidakpastian pasar yang pada akhirnya akan
menurunkan tingkat underpricing saham. Dengan demikian, H5 yang
diajukan pada penelitian ini dimana variabel umur perusahaan berpengaruh
terhadap tingkat underpricing saham pada perusahaan yang melakukan IPO
tahun 2005-2009 di BEI diterima.
6. Variabel Reputasi Underwriter
H6 : Reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat underpricing
saham perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun
2005-2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Hasil pengujian variabel reputasi underwriter diperoleh tingkat
signifikansi sebesar 0,824 yang lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Dari
hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel reputasi underwriter tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham. Temuan ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur dan Mohd (2004) yang
menyatakan bahwa reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap tingkat
underpricing.
Tanda koefisien regresi variabel reputasi underwriter (X5) dalam
persamaan regresi menunjukkan hubungan positif antara reputasi underwriter
terhadap tingkat underpricing saham tetapi berdasarkan hasil penelitian ini
tidak ada pengaruh yang signifikan antara reputasi underwriter terhadap
ingkat underpricing saham. Hasil yang tidak signifikan tersebut karena dari
seluruh perusahaan sampel, perusahaan yang dijamin oleh underwriter yang
bereputasi buruk (36,67%) lebih kecil dibandingkan perusahaan emiten yang
dijamin oleh underwriter yang bereputasi baik (63,33%). Ini membuktikan
bahwa sebagian besar emiten sudah menggunakan underwriter yang memiliki
reputasi baik sehingga variabel ini tidak dijadikan pertimbangan bagi investor
untuk melakukan investasi. Hasil penelitian ini mungkin berbeda apabila
proporsi jumlah perusahaan yang dijamin oleh underwriter bereputasi baik
dan perusahaan emiten yang dijamin oleh underwriter yang bereputasi buruk
berimbang. Dengan demikian, H6 yang diajukan pada penelitian ini dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
variabel reputasi underwriter berpengaruh terhadap tingkat underpricing
saham pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2005-2009 di BEI ditolak.
7. Variabel Fractional Holding
H7 : Fractional holding berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-
2009.
Hasil pengujian variabel fractional holding diperoleh tingkat
signifikansi sebesar 0,316 yang lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Dari
hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel fractional holding tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham. Tidak
signifikannya hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
Rachmawati (2007) yang menyatakan fractional holding tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat underpricing saham.
Tanda koefisien regresi variabel fractional holding (X6) dalam
persamaan regresi menunjukkan hubungan negatif antara fractional holding
terhadap tingkat underpricing saham tetapi berdasarkan hasil penelitian ini
tidak ada pengaruh yang signifikan antara fractional holding terhadap tingkat
underpricing saham. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa rata-
rata perusahaan memang cenderung menahan sahamnya untuk dijual di pasar
sekunder. Hal inilah yang mengakibatkan investor tidak lagi menjadikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
fractional holding sebagai pertimbangan untuk investasinya. Dengan
demikian, H7 yang diajukan pada penelitian ini dimana fractional holding
berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham pada perusahaan yang
melakukan IPO tahun 2005-2009 di BEI ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh informasi keuangan dan
non keuangan terhadap tingkat underpricing saham pada perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009 dengan menggunakan
DER, ROE, EPS, umur perusahaan, reputasi underwriter dan fractional holding
sebagai variabel independen, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar 2,953 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,015 berarti secara simultan variabel independen (DER, ROE, EPS,
umur perusahaan, reputasi underwriter dan fractional holding) dalam
penelitian ini berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu tingkat
underpricing saham yang diwakili oleh initial return.
2. Dari hasil uji t, hanya DER, ROE dari informasi keuangan dan umur
perusahaan dari informasi non keuangan yang berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat underpricing saham dengan nilai signifikansi kurang dari
0,05. DER memiliki hubungan signifikan positif terhadap tingkat
underpricing saham, ROE memiliki hubungan signifikan negatif terhadap
tingkat underpricing saham, dan umur perusahaan memiliki hubungan
signifikan negatif terhadap tingkat underpricing saham. Sedangkan variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
lainnya, EPS, reputasi underwriter dan fractional holding tidak memiliki
pengaruh yang signifikan karena nilai signifikansi lebih dari 0,05.
3. Berdasarkan koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,166
yang berarti bahwa 16,6% variasi tingkat underpricing saham dapat dijelaskan
oleh keenam variabel independen. Sedangkan sisanya sebesar 83,4%
dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
B. Keterbatasan
Penelitian mengenai pengaruh informasi keuangan dan non keuangan
terhadap tingkat underpricing saham ini menggunakan DER, ROE, EPS,
umur perusahaan, reputasi underwriter dan fractional holding sebagai
variabel independen dan tingkat underpricing saham yang diwakili initial
return sebagai variabel dependen pada perusahaan yang melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009. Sampel perusahaan yang digunakan
pada penelitian sangat umum yaitu seluruh perusahaan yang mengalami
underpricing saham saat IPO di BEI sehingga perlu dilakukan penelitian
terhadap sampel secara lebih mendalam dengan menetapkan sampel secara
lebih khusus pada sektor tertentu misalnya menggunakan sampel perusahaan
keuangan dan perusahaan non keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
C. Saran
1. Bagi perusahaan dapat menggunakan faktor DER, ROE, umur perusahaan
yang terbukti berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham
sebagai pertimbangan ketika melakukan IPO. Perusahaan sebagai emiten
diharapkan mampu menunjukkan kualitas kinerjanya dengan
meminimalkan resiko untuk mengurangi tingkat ketidakpastian return
yang akan diperoleh investor berdasarkan faktor DER dan ROE tersebut.
Nilai DER yang rendah dan nilai ROE yang tinggi pada perusahaan akan
menunjukkan ketidakpastian yang rendah sehingga investor akan
cenderung memilih saham perusahaan tersebut.
2. Bagi investor yang ingin menanamkan modal di pasar modal, khususnya
dalam membeli saham pada pasar perdana hendaknya lebih
mempertimbangkan faktor DER, ROE dan umur perusahaan karena
faktor-faktor tersebut terbukti memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat underpricing saham, sehingga dapat terhindar dari
kerugian akibat jatuhnya harga saham pada pasar sekunder. Dalam hal ini,
sebaiknya investor membeli saham perusahaan yang yang sudah lama
berdiri dan mampu memberikan informasi yang banyak kepada investor,
memilih saham perusahaan dengan nilai DER yang rendah serta memilih
saham perusahaan dengan nilai ROE yang tinggi untuk memperkecil
ketidakpastian return yang diperoleh investor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
3. Pada penelitian selanjutnya yang sejenis diharapkan lebih memperpanjang
periode pengamatan untuk mendapatkan sampel yang lebih banyak
sehingga data berdistribusi lebih baik serta mengambil sampel secara lebih
spesifik misalnya meneliti perusahaan keuangan dan perusahaan non
keuangan untuk memperdalam penelitian. Selain itu, peneliti selanjutnya
dapat mengembangkan penelitian dengan memasukkan faktor-faktor
keuangan maupun non keuangan lain seperti firm size dan reputasi auditor
ataupun menambahkan faktor-faktor makro diluar perusahaan yang
diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat underpricing saham yang tidak
diteliti pada penelitian ini seperti tingkat inflasi dan tingkat suku bunga
bank.
top related