analisis tegangan balok prategang
Post on 14-Dec-2014
163 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Proyek Mal Puri Village (bangunan podium) yang merupakan bagian dari
The St. Moritz memiliki luas area yang sangat besar. Bangunan megastruktur ini
juga membutuhkan ruang-ruang yang secara struktural memiliki bentangan lebar.
Karena kebutuhan akan estetika arsitektural pada interior mal, maka keberadaan
kolom tertentu di tengah – tengah ruangan berbentang lebar perlu ditiadakan.
Untuk itulah beton prategang dijadikan satu solusi dalam mengatasi ruangan
dengan bentang lebar tersebut, di samping efisiensi penggunaan material beton.
Dengan mengaplikasikan beton prategang maka keberadaan kolom – kolom
untuk menunjang balok bentang lebar dapat ditiadakan dan penampang balok
dapat bekerja lebih efektif terhadap gaya-gaya luar.
Pada proyek Mal The St. Moritz ini, balok yang ditinjau adalah balok
struktur di lantai UG (Upper Ground) dengan kode PC6-UG-P2 dengan lokasi
seperti terlihat pada gambar 4.1.
60
Gambar 4.1 Lokasi Balok Prategang yang Ditinjau
Dengan bentang selebar 24 m (3 kali lebar modul), maka direncanakan
sebuah balok dengan dimensi lebar 80 cm dan tinggi 120 cm. Berikut adalah
gambar penampang dari balok yang dimaksud.
Gambar 4.2 Penampang Balok PC6-UG-P2
61
Beton merupakan material yang tahan terhadap tekanan, namun tidak
tahan terhadap tarikan. Sedangkan baja merupakan material yang sangat tahan
terhadap tarikan. Dengan mengkombinasikan keduanya, beton dan baja ini akan
menjadi material yang tahan terhadap tekanan dan tarikan dan disebut beton
bertulang (reinforced concrete). Hal ini yang menyebabkan beton pada beton
bertulang hanya menerima tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik diterima
oleh baja. Akibatnya penampang beton tidak digunakan secara efektif 100%,
karena ada bagian yang mengalami tegangan tarik.
Gambar 4.3 Sketsa Penampang Beton Bertulang
Pada Gambar 4.3 terlihat sebuah penampang beton bertulang dimana
penampang beton yang diperhitungkan untuk memikul tegangan tekan adalah
bagian di atas garis netral yaitu bagian yang diarsir, sedangkan bagian di
bawahnya adalah bagian tarik yang tidak dapat diperhitungkan karena beton
tidak tahan terhadap tegangan tarik.
Kondisi ini semakin tidak efektif dimana beton memiliki berat jenis yang
sangat besar yaitu sekitar 2.400 kg/m3, sehingga bagian yang tidak memikul
62
tegangan tekan juga memiliki berat yang sangat besar dan cukup membebani
struktur.
Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya tekanan pada beton sebelum
beban-beban bekerja sehingga penampang beton dalam kondisi tertekan
seluruhnya. Inilah yang mendasari konsep beton prategang atau prestressed
concrete.
Berikut adalah beberapa keuntungan beton prategang dibandingkan beton
bertulang biasa :
a. Resiko terjadinya lendutan akan sangat minimum karena adanya gaya
pratekan sebelum gaya-gaya dan beban bekerja yang melawan arah
lendutan.
b. Penampang struktur lebih kecil karena luas seluruh penampang digunakan
secara efektif.
c. Volume beton dan jumlah baja tulangan akan lebih sedikit sehingga lebih
ekonomis.
d. Secara berat akan lebih ringan karena volumenya lebih sedikit
dibandingkan beton bertulang biasa sehingga dapat dipergunakan untuk
bentangan-bentangan yang lebar (secara otomatis menghemat kolom dan
menambah nilai estetika bangunan).
Untuk menjelaskan mengenai beton prategang, ada 3 konsep yang dipergunakan
antara lain :
a) Sistem pratekan/prategang untuk mengubah beton yang getas
menjadi bahan yang elastis.
63
Eugene Freyssiinett menggambarkan bahwa dengan memberikan tekanan
terlebih dahulu (pratekan) pada beton yang pada dasarnya getas akan
membuatnya menjadi bahan yang elastis. Dengan memberikan tekanan
(menarik baja mutu tinggi), beton yang bersifat getas dan kuat memikul
tekanan dapat memikul tegangan tarik akibat beban eksternal dengan
adanya tekanan internal ini.
Gambar 4.4 Skema Konsep Beton Elastis
Pada gambar 4.4 terlihat bahwa akibat diberi gaya tekan (gaya
prategang) F yang bekerja pada pusat berat penampang beton akan
memberikan tegangan tekan yang merata di seluruh penampang beton
sebesar F/A, dimana A adalah luas penampang beton tsb.
Akibat beban merata (termasuk berat sendiri beton) akan
memberikan tegangan tarik di bawah garis netral dan tegangan tekan di
atas garis netral yang besarnya pada serat terluar penampang adalah :
Tegangan lentur :
64
dimana : M : momen lentur pada penampang yang ditinjau
c : jarak garis netral ke serat terluar penampang
I : momen inersia penampang.
Jika kedua tegangan akibat gaya prategang dan tegangan akibat
momen lentur ini dijumlahkan, maka tegangan maksimum pada serat
terluar penampang adalah :
Di atas garis netral
Di bawah garis netral
b) Sistem Prategang untuk Kombinasi Baja Mutu Tinggi dengan Beton
Mutu Tinggi.
Konsep ini hampir sama dengan konsep beton bertulang biasa, yaitu
beton prategang merupakan kombinasi kerja sama antara baja prategang
dan beton, dimana beton menahan beban tekan dan baja prategang
menahan beban tarik.
Gambar 4.5 Skema Kombinasi Baja dan Beton
65
Pada beton prategang, baja prategang ditarik dengan gaya
prategang T yang mana membentuk suatu kopel momen dengan gaya
tekan pada beton C untuk melawan momen akibat beban luar. Sedangkan
pada beton bertulang biasa, besi penulangan menahan gaya tarik T akibat
beban luar, yang juga membentuk kopel momen dengan gaya tekan pada
beton C untuk melawan momen luar akibat beban luar.
c) Sistem Prategang untuk Mencapai Keseimbangan Beban (Load
Balancing)
Konsep ini menggunakan gaya prategang sebagai suatu usaha untuk
membuat keseimbangan gaya-gaya pada suatu balok. Saat mendesain
struktur beton prategang, pengaruh dari gaya prategang dianggap sebagai
keseimbangan berat sendiri, sehingga batang yang mengalami lendutan
seperti plat, balok dan gelagar tidak akan mengalami tegangan lentur pada
kondisi pembebanan yang terjadi.
Gambar 4.6 Skema Keseimbangan Beban dengan Prategang
66
Pada gambar 4.6 terlihat bahwa suatu balok beton di atas dua perletakan
(simple beam) yang diberi gaya prategang F melalui suatu kabel
prategang dengan lintasan parabola. Beban akibat gaya prategang yang
terdistribusi secara merata ke arah atas dinyatakan :
Dimana : wb : beban merata ke arah atas, akibat gaya prategang F
h : tinggi parabola lintasan kabel prategang.
L : bentangan balok.
F : gaya prategang.
Jadi beban merata akibat beban (mengarah ke bawah) diimbangi oleh
gaya merata akibat prategang wb yang mengarah ke atas.
Dalam pengaplikasiannya, ada 2 metode yang digunakan untuk pemberian gaya
prategang pada beton, yaitu :
a) Pratarik (Pre-Tension Method)
Pada metode ini, baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum
beton dicor, oleh karena itu disebut pratarik/pretension method.
67
Gambar 4.7 Metode Prategang Pratarik
b) Pasca Tarik (Post Tension Method)
Pada methode ini, beton dicor lebih dahulu, namun sebelumnya telah
disiapkan saluran (selongsong) kabel atau tendon yang disebut duct.
Gambar 4.8 Metode Prategang Pasca Tarik
68
Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal
berikut :
a. Kondisi pada saat transfer gaya prategang awal dengan beban terbatas
(dead load dan beban konstruksi).
b. Kehilangan gaya prategang. Untuk perhitungan awal kehilangan gaya
prategang ini biasanya ditentukan 25 % untuk sistem pratarik (pre-tension)
dan 20 % untuk sistem pascatarik (post-tension).
c. Pada kondisi servis dengan gaya prategang efektif (sudah diperhitungkan
kehilangan gaya prategangnya) dan beban maksimum (beban mati, beban
hidup dan pengaruh-pengaruh lain).
d. Perlu diperhitungkan pengaruh-pengaruh lain yang mempengaruhi struktur
beton prategang seperti adanya pengaruh sekunder pada struktur statis tak
tentu, pengaruh P delta pada gedung bertingkat tinggi, serta perilaku
struktur dari awal sampai waktu yang ditentukan.
Tegangan izin beton untuk struktur lentur sesuai SNI 03 – 2874 – 2002 yaitu :
a. Tegangan sesaat setelah penyaluran gaya prategang dan sebelum terjadinya
kehilangan gaya prategang sebagai fungsi waktu, tidak boleh melampaui :
Tegangan tekan serat terluar : 0,60 ’ci
Tegangan tarik serat terluar ( kecuali item 1 dan 3 ) : 0,25 √
Tegangan tarik serat terluar diujung struktur diatas tumpuan : 0,50 √
Apabila tegangan melampaui nilai-nilai tersebut diatas, maka harus dipasang
tulangan tambahan (non prategang atau prategang) untuk memikul gaya tarik
total beton yang dihitung berdasarkan asumsi penampang penuh sebelum retak.
69
b. Tegangan pada saat kondisi beban layan ( sesudah memperhitungkan
semua kehilangan gaya prategang yang mungkin terjadi ), tidak boleh
melampaui :
Tegangan tekan serat terluar akibat gaya prategang, beban mati dan
beban hidup tetap : 0,45 ’c
Tegangan tekan serat terluar akibat gaya prategang, beban mati dan
beban hidup total : 0,60 ’c
Tegangan tarik serat terluar dalam daerah tarik yang pada awalnya
mengalami tekanan : 0,50 √
Data – data yang perlu diketahui sebelum menganalisis tegangan beton prategang
adalah sebagai berikut:
a. Dimensi dari balok prategang yang akan ditinjau
b. Gaya pratekan melalui tendon yang diaplikasikan kepada beton
c. Cross section area atau luas penampang dari beton prategang yang ditinjau
d. Momen inersia penampang balok prategang
e. Momen yang bekerja pada beton (akibat berat sendiri, beban mati, dan beban
hidup)
f. Ekstentrisitas yaitu jarak lengkungan terendah tendon terhadap center gravity
of concrete (c.g.c.) balok
Pada studi kasus ini, balok yang akan dianalisis adalah balok PC6-UG-P2
(gambar detail terlampir) yang terletak di lantai Upper Ground pada gedung Mal
70
The St. Moritz, Jakarta. Secara khusus balok ini dinotasikan sebagai B7118
(ETABS ID) oleh konsultan struktur.
Data – data balok prategang B7118 adalah sebagai berikut:
Dimensi balok prategang
Gambar 4.9 Penampang Memanjang Balok B7118
Gambar 4.10 Penampang Melintang Titik A Balok B7118
Berdasarkan Peraturan Beton Indonesia 1971, kuat tekan beton mutu tinggi
pada umur 14 hari adalah 0,9 ’c. Maka :
’ci = 0,9 x 35 MPa = 31,5 MPa
Gaya pratekan (P) = 600.000 kg = 6000 kN = 6.000.000 N
A
71
Gambar 4.11 Sketsa Gaya yang Bekerja pada Balok Saat Transfer
Momen inersia penampang balok prategang
Di ujung bentang (Titik M43 dan M46)
Gambar 4.12 Penampang Melintang di Titik M43 dan M46 Saat Transfer
72
Tabel 4.1 Perhitungan Titik Berat Penampang di Ujung Bentang
Dimensi No Area Titik Berat (yi) A.yi
Titik
Berat
(𝑦
800x1200 1 960000,000 600,000 576000000,000
604,988
5-19 2 13860,615 863,000 11961710,585
5-10 3 7296,228 443,000 3232228,844
5-10 4 7296,228 443,000 3232228,844
5-19 5 13860,615 863,000 11961710,585
Σ 1002313,685
606387878,857
Luas area balok total = 917686,315 mm2
Titik berat tendon = ( )
mm
Tabel 4.2 Perhitungan Momen Inersia Penampang di Ujung Bentang
δyi yi - 𝑦 Ai.δyi2 Ixi
800x1200 -4,988 23886154,145 115200000000,000
5-19 258,012 922702883,348 1488451526,323
5-10 -161,988 191454131,563 412445218,274
5-10 -161,988 191454131,563 412445218,274
5-19 258,012 922702883,348 1488451526,323
Σ 2252200183,967 119001793489,193
Momen inersia di ujung bentang setelah transfer :
I = 2252200183,967 + 119001793489,193 = 121253993673,160 mm4
73
Di tengah bentang (Titik A)
Gambar 4.13 Penampang Melintang di Titik A Saat Transfer
Tabel 4.3 Perhitungan Titik Berat Penampang di Tengah Bentang
Dimensi No AREA Titik Berat (yi) A.yi Titik Berat
(𝑦
800x1200 1 960000,000 600,000 576000000,000
579,736
5-19 2 13860,615 120,000 1663273,778
5-10 3 7296,228 120,000 875547,317
5-10 4 7296,228 120,000 875547,317
5-19 5 13860,615 120,000 1663273,778
Σ 1002313,685
581077642,189
Luas area balok total = 917686,315 mm2
Titik berat tendon = ( )
mm
Tabel 4.4 Perhitungan Momen Inersia Penampang di Tengah Bentang
Dimensi δyi yi - 𝑦 Ai.δyi2 Ixi
800x1200 20,264 394192251,510 115200000000,000
5-19 -459,736 2929544609,449 1488451526,323
5-10 -459,736 1542112282,414 412445218,274
5-10 -459,736 1542112282,414 412445218,274
5-19 -459,736 2929544609,449 1488451526,323
Σ 9337506035,235 119001793489,193
74
Momen inersia di tengah bentang setelah transfer :
I = 9337506035,235 + 119001793489,193 = 128339299524,428 mm4
ya dan yb
Di ujung bentang (Titik M43 dan M46)
ya = 1200 - 604,988 = 595,012 mm
yb = 604,988 mm
Di tengah bentang (Titik A)
ya = 1200 - 579,736 = 620,264 mm
yb = 579,736 mm
Eksentrisitas
Di ujung bentang (Titik M43 dan M46)
e = 718,157 - 604,988 = 113,169 mm
Di tengah bentang (Titik A)
e = 579,736 – 120 = 459,736 mm
Tegangan ijin beton pada kondisi transfer:
√
√
MPa (tarik)
maka, ftt = 1,403 MPa
(tekan)
maka, fct = 18,9 MPa
75
Momen akibat beban sendiri :
Penampang kiri = 266819.676 kg-m = 2268196760 N-mm
Penampang tengah = 146240.324 kg-m = 1462403240 N-mm
Penampang kanan = 225161.833 kg-m = 2251618330 N-mm
Tegangan di serat atas
fatas = f1a + f2a
-
-
Tegangan di serat bawah
fbawah = f1b + f2b
Dimana : P = Gaya prategang yang diberikan
A = Luas penampang beton
e = Eksentrisitas tendon terhadap garis normal
I = Momen inersia penampang
Msw = Momen yang bekerja pada beton (berat sendiri)
ya, yb = Jarak serat terluar atas dan bawah ke titik berat
Penampang kiri (Titik M43)
Serat atas (tarik)
-
-
= -6,538 - 3,332 + 11,130
= 1,260 MPa ftt = 1,403 MPa
Maka : 1,260 MPa ≤ 1,403 MPa AMAN
76
Serat bawah (tekan)
-
-
= -6,538 + 3,388 - 11,130
= - 14,467 MPa fct = -18,900 MPa
Maka : -14,467 MPa -18,900 MPa AMAN
Gambar 4.14 Diagram tegangan penampang kiri (Titik M43)
Penampang tengah (Titik A)
Serat atas (tarik)
-
-
= -6,538 + 14,331 - 7,068
= 0,725 MPa ftt = 1,403 MPa
Maka : 0,725 MPa ≤ AMAN
Serat bawah (tekan)
-
-
= -6,538 - 12,460 + 6,606
= -12,392 MPa fct = -18,9 Mpa
77
Maka : -12,392 MPa ≥ -18,9 MPa AMAN
Gambar 4.15 Diagram tegangan penampang tengah (Titik A)
Penampang kanan (Titik M46)
Serat atas (tarik)
-
-
= -6,538 - 3,332 + 11,317
= 1,179 MPa ftt = 1,403 MPa
Maka : 1,179 MPa ≤ 1,403 MPa AMAN
Serat bawah (tekan)
-
-
= -6,538 + 3,388 - 11,234
= - 14,384 MPa fct = -18,900 MPa
Maka : -14,384 MPa -18,900 MPa AMAN
78
Gambar 4.16 Diagram tegangan penampang kanan (Titik M46)
Gambar 4.17 Sketsa Gaya yang Bekerja pada Balok Saat Kondisi Layan
Pada kondisi layan, artinya balok sudah menerima beban luar, maka akan ada
kehilangan gaya pratekan. Diasumsikan telah terjadi kehilangan gaya pratekan
sebesar 25%, sehingga:
Tegangan di serat atas
fatas = f1a + f2a
𝑦
𝑦
𝑦
79
Tegangan di serat bawah
fbawah = f1b + f2b
𝑦
𝑦
𝑦
Dimana : Mg = Momen akibat beban mati
Mq = Momen akibat beban hidup
Msw = Momen akibat beban sendiri
-
1 – 0,25 = 0,75
Momen akibat beban mati (Mg) :
Penampang kiri = 37996,954 kg-m = 379969540 N-mm
Penampang tengah = 25179,667 kg-m = 251796670 N-mm
Penampang kanan = 38225,596 kg-m = 382255960 N-mm
Momen akibat beban hidup (Mq) :
Penampang kiri = 115791,377 kg-m = 1157913770 N-mm
Penampang tengah = 76580,123 kg-m = 765801230 N-mm
Penampang kanan = 116850,223 kg-m = 1168502230 N-mm
Tegangan ijin beton pada kondisi layan:
maka, fcs = -17,5 MPa (tekan)
MPa
maka, fts = 15,75 Mpa (tarik)
80
Momen inersia penampang balok prategang
Di ujung bentang (Titik M43 dan M46)
Gambar 4.18 Penampang Melintang di Titik M43 dan M46 Kondisi Layan
Tabel 4.5 Perhitungan Titik Berat Penampang di Ujung Bentang
Dimensi No Area Titik Berat (yi) A.yi
Titik
Berat
(𝑦
800x1187 1 949600,000 593,500 563587600,000
745,743
5-19 2 13860,615 863,000 11961710,585
5-10 3 7296,228 443,000 3232228,844
5-10 4 7296,228 443,000 3232228,844
5-19 5 13860,615 863,000 11961710,585
2880x130 6 374400,000 1135,000 424944000,000
Σ 1366313,685
1018919478,857
Luas area balok total = 1281686,315 mm2
Titik berat tendon = ( )
mm
81
Tabel 4.6 Perhitungan Momen Inersia Penampang di Ujung Bentang
Dimensi δyi yi - 𝑦 Ai.δyi2 Ixi
800x1187 -152,243 22009892949,205 111496413533,333
5-19 117,257 190570964,086 1488451526,323
5-10 -302,743 668725496,598 412445218,274
5-10 -302,743 668725496,598 412445218,274
5-19 117,257 190570964,086 1488451526,323
2880x130 389,257 56729336239,199 527280000,000
Σ 80457822109,772 115825487022,527
Momen inersia di ujung bentang setelah kondisi layan :
I = 80457822109,772 + 115825487022,527 = 196283309132,299 mm4
Di tengah bentang (Titik A)
Gambar 4.19 Penampang Melintang di Titik A Kondisi Layan
Tabel 4.7 Perhitungan Titik Berat di Tengah Bentang
Dimensi No Area Titik Berat (yi) A.yi
Titik
Berat
(𝑦
800x1187 1 949600,000 593,500 563587600,000
727,219
5-19 2 13860,615 120,000 1663273,778
5-10 3 7296,228 120,000 875547,317
5-10 4 7296,228 120,000 875547,317
5-19 5 13860,615 120,000 1663273,778
2880x130 6 374400,000 1135,000 424944000,000
Σ 1366313,685
993609242,189
82
Luas area balok total = 1281686,315 mm2
Titik berat tendon = ( )
mm
Tabel 4.8 Perhitungan Momen Inersia Penampang di Tengah Bentang
Dimensi δyi = yi - 𝑦 Ai.δyi2 Ixi
800x1187 -133,719 16979574633,571 111496413533,333
5-19 -607,219 5110615036,046 1488451526,323
5-10 -607,219 2690227754,975 412445218,274
5-10 -607,219 2690227754,975 412445218,274
5-19 -607,219 5110615036,046 1488451526,323
2880x130 407,781 62257239357,021 527280000,000
Σ 94838499572,634 115825487022,527
Momen inersia di tengah bentang setelah kondisi layan :
I = 94838499572,634 + 115825487022,527 = 210663986595,161 mm4
Eksentrisitas
Di ujung bentang (Titik M43 dan M46)
e = 745,743- 718,157 = 27,586 mm
Di tengah bentang (Titik A)
e = 727,219 – 120 = 607,219 mm
Penampang Kiri (Titik M43)
Serat atas (tarik)
-
-
= -3,511 – 0,287 + 5,249 + 0,879 + 2,680
= 5,010 MPa fts = 15,75 MPa
Maka : 5,010 MPa ≤ 15,75 MPa AMAN
83
Serat bawah (tekan)
-
-
-
-
= -3,511 + 0,287 - 5,249 - 0,879 - 2,680
= -17,500 MPa fcs = -17,5 MPa
Maka : -17,500 MPa -17,5 MPa AMAN
Gambar 4.20 Diagram tegangan penampang kiri (Titik M43)
Penampang tengah (Titik A)
Serat atas (tekan)
-
-
-
-
= -3,511 + 6,132- 3,282 - 0,565 – 1,719
= -2,944 MPa fcs = -17,5 MPa
Maka : -2,944 MPa -17,5 MPa AMAN
Serat bawah (tekan)
-
-
84
= -3,511 - 9,433 + 5,048 + 0,869 + 2,644
= -4,383 MPa fcs = -17,5 MPa
Maka : -4,383 MPa -17,5 MPa AMAN
Gambar 4.21 Diagram tegangan penampang tengah (Titik A)
Penampang kanan (Titik M46)
Serat atas (tarik)
-
-
= -3,511 – 0,287 + 5,211 + 0,885 + 2,704
= 5,002 MPa fts = 15,75 MPa
Maka : 5,002 MPa ≤ 15,75 MPa AMAN
Serat bawah (tekan)
-
-
-
-
85
= -3,511 + 0,472 – 8,555 – 1,452 – 4,440
= -17,486 MPa fcs = 17,5 MPa
Maka : -17,486 MPa -17,5 MPa AMAN
Gambar 4.22 Diagram tegangan penampang kanan (Titik M46)
Berdasarkan hasil perhitungan tegangan pada balok B7118, didapat hasil sebagai
berikut :
Saat transfer gaya pratekan :
a) Pada penampang kiri (Titik M43), tegangan di serat atasnya adalah 1,260
MPa (tegangan izin = 1,403 MPa) dan tegangan di serat bawahnya adalah –
14,467 (tegangan izin = -18,9 MPa).
b) Pada penampang tengah (Titik A), tegangan di serat atasnya adalah 0,725
MPa (tegangan izin = 1,403 MPa) dan tegangan di serat bawahnya adalah -
12,392 MPa (tegangan izin = -18,9 MPa).
c) Pada penampang kanan (Titik M46), tegangan di serat atasnya adalah 1,179
MPa (tegangan izin = 1,403 MPa) dan tegangan di serat bawahnya adalah -
14,384 MPa (tegangan izin = -18,9 MPa).
Saat kondisi beban layan :
86
a) Pada penampang kiri (Titik M43), tegangan di serat atasnya adalah 5,010
MPa (tegangan izin = 15,75 MPa) dan tegangan di serat bawahnya adalah -
17,500 Mpa (tegangan izin = -17,5 MPa).
b) Pada penampang tengah (Titik A), tegangan di serat atasnya adalah -2,944
MPa (tegangan izin = 15,75 MPa) dan tegangan di serat bawahnya adalah -
4,383 MPa (tegangan izin = -17,5 MPa).
c) Pada penampang kanan (Titik M46), tegangan di serat atasnya adalah 5,002
MPa (tegangan izin = 15,75 MPa) dan tegangan di serat bawahnya adalah -
17,486 MPa (tegangan izin = -17,5 MPa).
Mengacu kepada hasil perhitungan tegangan di 3 penampang balok, maka :
a) Sesaat setelah transfer gaya pratekan, pada penampang kiri (Titik M43),
penampang tengah (Titik A), maupun penampang kanan (Titik M46),
tegangan serat atas dan serat bawahnya masih memenuhi tegangan izin
beton.
b) Setelah dalam kondisi layan (ada momen akibat beban luar), pada
penampang kiri (Titik M43), penampang tengah (Titik A), maupun
penampang kanan (Titik M46), tegangan serat atas dan serat bawahnya
masih memenuhi tegangan izin beton.
top related