analisis nilai tambah dan risiko rantai pasok ...eprints.ums.ac.id/76729/11/naskah...
Post on 06-Nov-2020
30 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK KERIPIK BAYAM
(Studi Kasus: UKM Khasanah)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Oleh:
RINA AMBARWATI
D 600 150 079
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK KERIPIK
BAYAM
(Studi Kasus: UKM Khasanah)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
RINA AMBARWATI
D 600 150 079
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Munajat Tri Nugroho, S.T., M.T., Ph.D.
NIK. 810
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK KERIPIK
BAYAM
(Studi Kasus: UKM Khasanah)
OLEH
RINA AMBARWATI
D 600 150 079
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Rabu, 07 Agustus 2019
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1 Munajat Tri Nugroho, S.T., M.T., Ph.D.
(Ketua Dewan Penguji) (………………….)
2 Ir. Much. Djunaidi, S.T., M.T.
(Anggota 1 Dewan Penguji) (………………….)
3 Dr. Ir. Indah Pratiwi, S.T., M.T.
(Anggota 2 Dewan Penguji) (………………….)
Dekan Fakultas Teknik,
(Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D.)
NIK. 628
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 07 Agustus 2019
RINA AMBARWATI
NIM. D 600 150 079
1
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK KERIPIK BAYAM
(Studi Kasus: UKM Khasanah)
Abstrak
UKM Khasanah merupakan salah satu UKM di Kabupaten Boyolali yang
mengolah bayam menjadi keripik bayam. Pengolahan bayam tersebut merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah bayam. Dalam pengolahan dan
pemasaran keripik bayam juga memiliki beberapa risiko yang harus dihadapi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu analisis nilai tambah dan risiko rantai
pasok keripik bayam. Metode yang digunakan untuk pengukuran nilai tambah
rantai pasok adalah metode Hayami. Sedangkan, metode yang digunakan untuk
menganalisis risiko rantai pasok keripik bayam adalah House of Risk (HOR).
Berdasarkan hasil pengolahan dengan metode Hayami, nilai tambah terbesar
dihasilkan oleh mata rantai supplier yaitu sebesar 62,43% dan nilai tambah
terendah dihasilkan oleh mata rantai retailer yaitu sebesar 2,47%. Berdasarkan
hasil pengolahan dengan metode House of Risk fase 1 dapat diidentifikasi bahwa
terdapat 20 risiko pada mata rantai supplier, 29 risiko pada mata rantai produsen
dan 10 risiko pada mata rantai retailer. Pada house of risk fase 2 didapatkan hasil
bahwa strategi mitigasi risiko pada mata rantai supplier berjumlah 9, strategi
mitigasi risiko pada mata rantai produsen berjumlah 13, strategi mitigasi risiko
pada mata rantai retailer berjumlah 6.
Kata Kunci: Keripik Bayam, Nilai Tambah, Metode Hayami, Analisis Risiko, House of Risk
Abstract
UKM Khasanah is one of the UKM in Boyolali Regency which processes spinach
into spinach chips. Processing of spinach is one way to increase the added value
of spinach. In processing and marketing spinach chips also have several risks that
must be faced. Therefore, it is necessary to do an analysis of value added and the
risk of supply chain spinach chips. The method used to measure supply chain
value added is Hayami’s method. Meanwhile, the method used to analyze the risk
of supply chain spinach chips is House of Risk (HOR). Based on the results of
processing by Hayami method, the biggest added value is produced by the
supplier chain, which is 62.43% and the lowest added value is generated by the
retailer chain, which is 2.47%. Based on the results of processing with the House
of Risk phase 1 method, it can be identified that there are 20 risks in the supplier
chain, 29 risks in the producer chain and 10 risks in the chain of retailers. In house
of risk phase 2, it was found that the risk mitigation strategies in the supplier chain
amounted to 9, the risk mitigation strategies in the producer chain amounted to 13,
the risk mitigation strategies in the retailer chain amounted to 6.
Keywords: Spinach Chips, Added Value, Hayami’s Method, Risk Analysis, House of Risk
2
1. PENDAHULUAN
Bayam dikategorikan sebagai salah satu jenis sayuran dengan harga jual
rendah, oleh karena itu diperlukan suatu cara pengolahan bayam untuk
meningkatkan nilai tambahnya. Pengolahan bayam menjadi keripik bayam
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah bayam. Boyolali
merupakan salah satu kota yang terkenal sebagai pembuat keripik bayam.
Boyolali sendiri merupakan kota penghasil bayam terbesar kedua di Jawa
Tengah dengan angka produksi sebesar 216.869 kuintal pada tahun 2016 (BPS
JATENG, 2017).
Salah satu merk keripik bayam yang terkenal di Boyolali adalah keripik
Khasanah. Keripik bayam Khasanah diproduksi oleh UKM Khasanah di
Dukuh Sumber RT 12/RW 02, Kelurahan Sumber, Kecamatan Simo,
Kabupaten Boyolali. UKM Khasanah mendapatkan bayam dari petani secara
langsung dan mengolahnya dengan teknik yang masih manual yaitu dimulai
dari proses pencucian bayam, dilanjutkan dengan pemisahan daun bayam dari
batangnya, penggorengan daun bayam dengan tepung hingga proses
pengemasan.
UKM Khasanah dalam pengolahan dan pemasaran keripik bayam juga
memiliki beberapa risiko yang harus dihadapi diantaranya yaitu kelangkaan
bayam, bayam mudah layu dan keripik bayam mudah hancur. Risiko-risiko
yang terjadi dapat menghambat proses produksi dan mengurangi nilai tambah
yang diperoleh tiap rantai pasok.
Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan maka perlu dilakukan suatu
analisis nilai tambah dan risiko rantai pasok keripik bayam. Metode yang
digunakan untuk pengukuran nilai tambah rantai pasok adalah metode
Hayami. Sedangkan, metode yang digunakan untuk menganalisis risiko rantai
pasok keripik bayam adalah House of Risk (HOR).
2. METODE
Dilakukan penelitian pada mata rantai supplier, produsen dan retailer. Metode
yang digunakan untuk pengukuran nilai tambah rantai pasok adalah metode
Hayami. Dengan metode ini, dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai
output dan produktivitas. Sedangkan, metode yang digunakan untuk
3
menganalisis risiko rantai pasok keripik bayam adalah House of Risk (HOR).
Metode HOR dapat mengidentifikasi kejadian risiko yang muncul, penyebab
risiko yang diprioritaskan dan menentukan strategi pengelolaan risiko.
2.1 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan menyebarkan
kuesioner kepada pihak terkait. Data keuangan, data kendala yang terjadi
pada masing-masing jaringan rantai pasok keripik bayam serta
penyebabnya diperoleh dari observasi dan wawancara kepada pihak
terkait. Untuk data mengenai nilai severity, occurrence dan correlation
dari setiap dampak risiko dan penyebab risiko diperoleh dari menyebarkan
kuesioner kepada pihak terkait.
2.2 Perhitungan Nilai Tambah
Analisis nilai tambah metode Hayami merupakan metode yang
memperkirakan perubahan nilai bahan baku setelah mendapatkan
perlakuan. Hayami dkk, (1987) menjelaskan langkah-langkah perhitungan
nilai tambah dalam tabel 1.
Tabel 1. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami
No Variabel Nilai
Output, Input dan Harga
1 Output (kg/hari) A
2 Input bahan baku (kg/hari) B
3 Input tenaga kerja (jam/hari) C
4 Faktor konversi (1)/(2) D = A/B
5 Koefisien tenaga kerja (3)/(2) E = C/B
6 Harga produk (Rp/kg) F
7 Upah rata-rata (Rp/jam) G
Penerimaan dan Keuntungan
8 Input bahan baku (Rp/kg) H
9 Input lain (Rp/kg) I
10 Nilai produk (Rp/kg) J = D x F
11 a. Nilai tambah (Rp/kg) K = J – H – I
b. Rasio nilai tambah (%) L = (K/J) x 100%
12 a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) M = E x G
b. Bagian pendapatan tenaga kerja (%) N = M/K x 100%
13 a. Keuntungan pemrosesan (Rp/kg) O = K - M
b. Tingkat Keuntungan (%) P = (O/J) x 100%
4
2.3 Perhitungan House of Risk (HOR)
Metode House of Risk (HOR) terbagi kedalam 2 fase. HOR fase 1
merupakan bagian mengidentifikasi risk event (kejadian risiko) dan risk
agent (penyebab risiko). HOR fase 2 merupakan bagian merumuskan
strategi mitigasi risiko dan menentukan derajat kesulitan serta total
keefektifan penerapan mitigasi risiko (Pujawan dan Geraldin, 2009).
Tahapan-tahapan dalam metode HOR dapat dilihat pada gambar 1.
Menentukan Aktivitas Proses Supply
Chain Pada Perusahaan Berdasarkan
Metode Supply Chain Operations
Reference (SCOR)
Melakukan Identifikasi Risiko Dan
Penyebab Risiko
Menentukan Severity
Risk Event
Menentukan Occurance
Risk Agent
Menentukan Korelasi
Risk Event & Risk Agent
Menghitung Nilai Aggregate Risk
Potential (ARP)
Menentukan Prioritas Risk Agent dari
Nilai ARP Tertinggi dengan Diagram
Pareto
Menentukan Strategi Mitigasi Risiko
Menentukan Korelasi Antara Strategi
Mitigasi Risiko dengan Penyebab
Risiko
Menentukan
Keefektifan
Menentukan Derajat
Kesulitan Penetapan
Mitigasi Risiko
Menentukan
Keefektifan Derajat
Kesulitan
Menentukan Ranking Prioritas Strategi
Mitigasi Risiko
Hou
se of R
isk F
ase 1
H
ou
se of R
isk F
ase 2
Gambar 1. Tahapan-Tahapan Metode HOR
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jaringan rantai pasok keripik bayam UKM Khasanah terdiri terdiri
dari supplier, produsen dan retailer atau pedagang kecil. Jaringan rantai
3.1 Identifikasi Model Rantai Pasok Keripik Bayam
5
pasok keripik bayam UKM Khasanah termasuk cukup sederhana, dapat
dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Model Rantai Pasok Keripik Bayam
Supplier rantai pasok keripik bayam UKM Kasanah adalah Pak
Ngatimin selaku petani bayam yang berasal Desa Ngampon, Kecamatan
Ampel, Kabupaten Boyolali. Bayam raja sebagai bahan baku utama hanya
bisa didapatkan di tempat tersebut. UKM Khasanah adalah produsen yang
fokus mengolah bayam menjadi keripik bayam. Retailer UKM Khasanah
adalah toko-toko dan pedagang kecil. Retailer yang bekerja sama secara
tetap dengan UKM Khasanah adalah toko Lany Snack dan toko Tiga
Saudara. Pada model rantai pasok keripik bayam, konsumen merupakan
jaringan akhir.
3.2 Identifikasi Aliran Produk, Informasi & Keuangan Rantai Pasok Keripik
Bayam
Hasil penelitian mengenai aliran produk, informasi dan keuangan
rantai pasok keripik bayam dapat dilihat pada gambar 3.
Keterangan : Aliran Produk
Aliran Informasi
Aliran Keuangan
Gambar 3. Aliran Produk, Informasi & Keuangan Rantai Pasok Keripik
Bayam
Aliran produk, aliran informasi & aliran keuangan rantai pasok
keripik bayam berjalan dengan baik. Aliran barang terjadi dari hulu ke
hilir. UKM khasanah selaku produsen mengambil bayam langsung ke
petani dan mengirimkan produk jadi berupa keripik bayam ke retailer.
Proses return barang hanya dilakukan antara retailer dan produsen. Aliran
informasi terjadi dari hulu ke hilir dan dari hilir ke hulu. Aliran informasi
meliputi informasi harga barang, jumlah barang yang dibeli, waktu
pengambilan/pengiriman, informasi jumlah produk yang di-return serta
Produsen
Keripik Bayam
Retailer Keripik
Bayam
Supplier
Bayam Konsumen
Produsen
Keripik Bayam
Retailer
Keripik Bayam Konsumen Supplier
Bayam
6
menyampaikan keluhan konsumen mengenai produk. Aliran keuangan
terjadi dari hilir ke hulu, semua sistem pembayaran dilakukan secara
langsung lunas. Hal tersebut menguntungkan bagi semua pihak.
3.3 Analisis Nilai Tambah Rantai Pasok
Analisis nilai tambah rantai pasok keripik bayam dilakukan dengan
metode Hayami. Analisis dilakukan pada masing-masing rantai pasok
yang terdiri dari satu petani bayam, satu pengolah bayam dan dua retailer.
Berikut merupakan hasil analisis nilai tambah masing masing rantai pasok.
Hasil analisis nilai tambah dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Analisis Nilai Tambah Terbesar
No Mata Rantai Nilai Tambah (Rp) Rasio
1 Supplier Rp 7.392.000,00 62,43%
2 Produsen Rp 17.826,23 45,13%
3 Retailer Rp 666,67 2,47%
Nilai tambah terbesar dihasilkan oleh mata rantai supplier yaitu
sebesar 62,43%. Hal ini terjadi karena pada proses penanaman bayam,
petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan baku, proses
penanaman bayam tergolong mudah dan hasil panen yang melimpah. Nilai
tambah terbesar kedua dihasilkan oleh mata rantai produsen yaitu sebesar
45,13%. Sedangkan, nilai tambah terendah dihasilkan oleh mata rantai
retailer yaitu sebesar 2,47%. Hal tersebut terjadi karena retailer langsung
menjual kembali keripik bayam dari mata rantai sebelumnya tanpa
melakukan pengolahan produk kembali. Cara yang dapat dilakukan oleh
mata rantai retailer supaya dapat meningkatkan nilai tambah produk serta
keuntungan adalah dengan melakukan penambahan jumlah penjualan
produk keripik bayam.
3.4 Analisis House of Risk (HOR)
Analisis risiko rantai pasok keripik bayam dilakukan dengan
metode House of Risk (HOR). Analisis dilakukan pada masing-masing
rantai pasok yang terdiri dari satu petani bayam, satu pengolah bayam dan
dua retailer. Berikut merupakan hasil analisis nilai tambah masing masing
rantai pasok.
7
3.4.1 Analisis risiko mata rantai supplier
Berdasarkan pemetaan aktivitas menggunakan konsep SCOR
dapat diidentifikasi bahwa terdapat 20 risiko serta 18 penyebab
risiko pada mata rantai supplier. Setelah dilakukan penilaian melalui
kuesioner, selanjutnya diidentifikasi tingkat hubungan/correlation
(Rij) antara risk event (i) dan risk agent (j) untuk mengetahui
seberapa kuat pengaruh penyebab risiko terhadap dampak risiko,
kemudian dilakukan perhitungan ARP.
Pada house of risk fase 1 didapatkan hasil bahwa penyebab
risiko dominan pada mata rantai supplier berjumlah 7. Dilakukan
penyusunan strategi mitigasi risiko yang bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya risiko. Penyusunan strategi mitigasi risiko
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Strategi Mitigasi Risiko Mata Rantai Supplier
Simbol
Risk
Agents
Keterangan Deskripsi Strategi Mitigasi Risiko
Simbol
Strategi
Mitigasi
A2 Tidak melakukan pendataan terhadap
jumlah stock dan pemakaian bahan
baku
Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan kesalahan penentuan
jumlah bahan baku dan bahan-baku
habis sebelum waktunya
Melakukan pendataan terhadap jumlah stock dan pemakaian bahan
baku
PA1
A3 Cuaca buruk Merupakan agen risiko yang dapat
menyebabkan bahan baku langka, Ph
tanah tidak seimbang, pupuk serta obat
cepat habis dan kualitas bayam buruk
Menerapkan safety stock bahan baku PA2
Penyiangan rutin PA3
Meningkatkan wawasan dengan cara
rajin mengikuti penyuluhan pertanian
PA4
A8 Bayam terserang
hama
Merupakan agen risiko yang dapat
menyebabkan kualitas bayam buruk
Penyiangan rutin PA3
Pemberian obat secara sistematik PA5
A10 Tempat penyimpanan
terlalu lembab
Merupakan agen risiko yang dapat
menyebabkan bibit bayam busuk
Menyimpan bibit dalam toples PA6
A7 Kurangnya keahlian
sumber daya manusia
Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan kesalahan perencanaan
perawatan peralatan produksi, kesalahan
pemilihan indukan bayam dan kesalahan
pemilihan bibit bayam
Meningkatkan wawasan dengan cara
rajin mengikuti penyuluhan pertanian
PA4
A11 Penyimpanan terlalu
lama
Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan bibit bayam busuk dan
bayam hasil panen layu
Menyimpan bibit bayam pada tempat
yang sejuk dan kering
PA7
Melakukan penyiraman air pada
bayam
PA8
A14 Pembangunan irigasi
oleh pemerintah
Merupakan agen risiko yang dapat
menyebabkan sawah kekurangan air
Pembangunan irigasi dilakukan waktu
intensitas hujan turun sedang
PA9
Dari 7 penyebab risiko, telah disusun 9 strategi mitigasi. Pada
House of Risk fase 2 dilakukan identifikasi tingkat korelasi antara
strategi mitigasi risiko dengan penyebab risiko (Ejk), selanjutnya
dilakukan perhitungan keefektifan strategi mitigasi (TEk),
8
kemudian menentukan skala drajat kesulitan (Dk) dan melakukan uji
keefektifan derajat kesulitan (ETDk). Setelah semua langkah selesai,
langkah terakhir adalah melakukan perankingan seperti pada tabel 4.
Tabel 4. House of Risk Fase 2 Mata Rantai Supplier
Risk
Agents
(Ai)
Keterangan
Strategi Mitigasi Risiko
ARPj PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9
A2 Tidak melakukan
pendataan terhadap
jumlah stock dan
pemakaian bahan baku
9 360
A3 Cuaca buruk 3 3 3 144
A8 Bayam terserang hama 9 9 144
A10 Tempat penyimpanan
terlalu lembab 9 90
A7 Kurangnya keahlian
sumber daya manusia 9 84
A11 Penyimpanan terlalu lama 9 9 84
A14 Pembangunan irigasi oleh
pemerintah 9 54
Total effectiveness of proactive action
k (TEk) 3240 432 1728 1188 1296 810 756 756 486
Difficulty of performing action k (Dk) 3 4 3 3 3 3 3 3 4
Effectiveness to difficulty ratio of
action k (ETDk) 1080 108 576 396 432 270 252 252 121,5
Rank of proactive action k 1 9 2 4 3 5 6 6 8
Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui strategi mitigasi risiko
dengan nilai tertinggi hingga terendah. Strategi mitigasi risiko
dengan nilai tertinggi merupakan strategi mitigasi risiko yang paling
utama untuk diimplementasikan. Urutan strategi mitigasi risiko dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Strategi Mitigasi Risiko Dominan Mata Rantai Supplier
Simbol Strategi Mitigasi Risiko Deskripsi Pelaksanaan Strategi
PA1 Melakukan pendataan terhadap
jumlah stock dan pemakaian
bahan baku
Dilakukan pendataan mengenai jumlah bahan baku yang
diperlukan dalam setiapkali produksi dan dilakukan
pencatatan setiap penggunaan bahan baku sehingga petani
tidak mengalami kekurangan atau kelebihan bahan baku
PA3 Penyiangan rutin Dilakukan penyiangan secara rutin setiap seminggu sekali
sehingga sawah terbebas dari gulma dan tanah tetap
gembur
PA5 Pemberian obat secara sistematik Dilakukan pemberian obat secara rutin setiap seminggu
sekali sehingga bayam terbebas dari hama
PA4 Meningkatkan wawasan dengan
cara rajin mengikuti penyuluhan
pertanian
Untuk menambah wawasan petani mengenai cara
menanam dan cara merawat bayam dengan baik sehingga
dihasilkan bayam yang sehat dan panen yang melimpah
maka petani sebaiknya rajin mengikuti penyuluhan
pertanian
9
Simbol Strategi Mitigasi Risiko Deskripsi Pelaksanaan Strategi
PA6 Menyimpan bibit dalam toples Bibit bayam sebaiknya disimpan dalam toples supaya
kelembaban udara terjaga
PA7 Menyimpan bibit bayam pada
tempat yang sejuk dan kering
Supaya bibit bayam dapat bertahan lama bibit bayam
perlu disimpan dalam tempat sejuk dan kering
PA8 Melakukan penyiraman air pada
bayam
Dilakukan penyiraman air pada bayam yang telah dipetik
supaya bayam tetap segar dan tidak mudah layu
PA9 Pembangunan irigasi dilakukan
waktu intensitas hujan turun
sedang
Jika terdapat rencana pembangunan irigasi maka
sebaiknya pembangunan tersebut dilakukan pada bulan
dimana hujan turun dalam intensitas sedang, contohnya
pada bulan maret. Sehingga bayam tetap mendapatkan air
dan proses pembangunan juga tidak terhambat.
PA2 Menerapkan safety stock bahan
baku
Tanaman membutuhkan lebih bayak pupuk dan obat saat
musim penghujan, oleh karena itu perlu adanya bahan
baku cadangan supaya petani tidak kehabisan bahan baku
3.4.2 Analisis risiko mata rantai produsen
Berdasarkan pemetaan aktivitas menggunakan konsep SCOR
dapat diidentifikasi bahwa terdapat 29 risiko dan 25 penyebab risiko
pada mata rantai produsen. Setelah dilakukan penilaian melalui
kuesioner, selanjutnya diidentifikasi tingkat hubungan/correlation
(Rij) antara risk event (i) dan risk agent (j) untuk mengetahui
seberapa kuat pengaruh penyebab risiko terhadap dampak risiko,
kemudian dilkukan perhitungan ARP.
Pada house of risk fase 1 didapatkan hasil bahwa penyebab
risiko dominan pada mata rantai produsen berjumlah 13. Dilakukan
penyusunan strategi mitigasi risiko yang bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya risiko. Penyusunan strategi mitigasi risiko
dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Strategi Mitigasi Risiko Mata Rantai Produsen
Simbol
Risk
Agents
Keterangan Deskripsi Strategi Mitigasi Risiko
Simbol
Strategi
Mitigasi
A11 Kurangnya keahlian
sumber daya manusia
pada UKM
Merupakan agen risiko yang dapat
menyebabkan kesalahan perencanaan
perawatan peralatan produksi, daun bayam banyak terbuang saat pemisahaan
daun dari batang, adonan tidak enak,
keripik bayam kurang matang saat
digoreng dan keripik bayam gosong
Merekrut tenaga kerja yang
benar-benar ahli ahli PA1
Melakukan training secara rutin
mengenai prosedur kerja
PA2
Briefing setiap pagi dengan
karyawan
PA3
A12 Human error Merupakan agen risiko yang dapat
menyebabkan jumlah bahan baku yang
diterima tidak sesuai dengan yang dipesan, timbangan produk keripik
bayam dalam kemasan tidak sesuai, keripik bayam hancur saat dimasukan
kedalam mobil dan terjadi kecelakaan
saat pengiriman produk
Melakukan training secara rutin
mengenai prosedur kerja PA2
Briefing setiap pagi dengan
karyawan
PA3
10
Simbol
Risk
Agents
Keterangan Deskripsi Strategi Mitigasi Risiko
Simbol
Strategi
Mitigasi
A2 Tidak melakukan pendataan terhadap
jumlah stock dan
pemakaian bahan baku
Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan kesalahan penentuan
jumlah bahan baku dan bahan-baku
habis sebelum waktunya
Melakukan pendataan terhadap jumlah stock dan pemakaian
bahan baku
PA4
A10 Peralatan produksi
rusak
Merupakan agen risiko yang dapat
menyebabkan rencana produksi
berubah, gas meledak dan timbangan
tidak sesuai
Melakukan perawatan alat
produksi secara rutin PA5
A1 Permintaan produk
tiba-tiba bertambah
Merupakan agen risiko yang dapat
menyebabkan kesalahan penentuan jumlah bahan baku, kesalahan
penentuan jumlah target produksi dan
menyebabkan rencana produksi berubah
Melakukan perjanjian dengan
retailer mengenai permintaan
produk dadakan
PA6
A9 Bahan baku langka Merupakan agen risiko yang dapat
menyebabkan jumlah bahan-baku tidak
terpenuhi sehingga pengiriman produk
ke retailer terlambat
Menerapkan safety stock bahan
baku PA7
A22 Target produksi tidak
terpenuhi
Merupakan agen risiko yang dapat
menyebabkan keterlambatan pengirimaan produk ke retailer dan
proses return juga terlambat
Menerapkan metode peramalan PA8
A3 Cuaca buruk Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan bahan baku langka dan
kualitas bahan baku tidak sesuai standar
Menerapkan safety stock bahan
baku
PA7
A18 Terlalu lama didinginkan di ruangan
terbuka
Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan produk kotor, basah dan
melempem
Mempersingkat waktu
pendinginan produk
PA9
A14 Metode penyimpanan
bahan baku salah
Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan bahan baku rusak saat
disimpan
Menyimpan bahan baku dalam
tempat yang sejuk dan lembab
PA10
A25 Tidak melakukan maintenance pada alat
transportasi
Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan alat transportasi rusak
saat digunakan
Melakukan maintenace alat
transportasi secara rutin
PA11
A13 Rendahnya kemampuan supplier
memenuhi permintaan
kualitas bahan baku
Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan kualitas bahan baku tidak
sesuai standar dan daun bayam mudah
tergulung saat digoreng
Memilih supplier dengan kualitas
bahan baku terbaik
PA12
A23 Tidak menerapkan
safety stock produk
jadi
Merupakan agen risiko yang dapat
menyebabkan keterlambatan pengiriman produk dan keterlambatan proses
penggantian produk ke retailer
Menerapkan safety stock produk
jadi
PA13
Dari 13 penyebab risiko, telah disusun 13 strategi mitigasi. Pada
House of Risk fase 2 dilakukan identifikasi tingkat korelasi antara
strategi mitigasi risiko dengan penyebab risiko (Ejk), selanjutnya
dilakukan perhitungan keefektifan strategi mitigasi (TEk),
kemudian menentukan skala drajat kesulitan (Dk) dan melakukan uji
keefektifan derajat kesulitan (ETDk). Setelah semua langkah selesai,
langkah terakhir adalah melakukan perankingan seperti pada tabel 7.
11
Tabel 7. House of Risk Fase 2 Mata Rantai Produsen
Risk Agents
(Ai) Keterangan
Strategi Mitigasi Risiko ARPj
PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9 PA10 PA11 PA12 PA13
A11 Kurangnya keahlian sumber
daya manusia pada UKM 9 9 3 192
A12 Human error 3 3 158
A2 Tidak melakukan pendataan
terhadap jumlah stock dan
pemakaian bahan baku
9 156
A10 Peralatan produksi rusak 9 132
A1 Permintaan produk tiba-tiba
bertambah 9 114
A9 Bahan baku langka 9 114
A22 Target produksi tidak terpenuhi 9 114
A3 Cuaca buruk 9 108
A18 Terlalu lama didinginkan di
ruangan terbuka 9 102
A14 Metode penyimpanan bahan
baku salah 3 72
A25 Tidak melakukan maintenance
pada alat transportasi 9 72
A13 Rendahnya kemampuan supplier
memenuhi permintaan kualitas
bahan baku
9 60
A23 Tidak menerapkan safety stock
produk jadi jadi 9 54
Total effectiveness of proactive action k (TEk) 1728 2202 1050 1404 1188 1026 1998 1026 918 216 648 540 486
Difficulty of performing action k (Dk) 3 4 3 3 3 5 5 4 3 4 3 4 3
Effectiveness to difficulty ratio of action k (ETDk) 576 550,5 350 468 396 205,2 399,6 256,5 306 54 216 135 162
Rank of proactive action k 1 2 6 3 5 10 4 8 7 13 9 12 11
12
Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui strategi mitigasi risiko
dengan nilai tertinggi hingga terendah. Strategi mitigasi risiko
dengan nilai tertinggi merupakan strategi mitigasi risiko yang paling
utama untuk diimplementasikan. Urutan strategi mitigasi risiko dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Strategi Mitigasi Risiko Dominan Mata Rantai Produsen
Simbol Strategi Mitigasi Risiko Deskripsi Pelaksanaan Strategi
PA1 Merekrut tenaga kerja yang benar-
benar ahli
Supaya proses produksi berjalan secara efektif dan produk yang
dihasilkan baik, maka sebaiknya UKM Khasanah merekrut
tenaga kerja yang sudah ahli dalam bidang masing-masing
PA2 Melakukan training secara rutin
mengenai prosedur kerja
Dilakukan training secara rutin setiap sebulan sekali supaya
tenaga kerja semakin ahli dan menghindari human error
PA4 Melakukan pendataan terhadap jumlah
stock dan pemakaian bahan baku
Dilakukan pendataan mengenai jumlah bahan baku yang
diperlukan dalam setiapkali produksi dan dilakukan pencatatan
setiap penggunaan bahan baku sehingga produsen tidak
mengalami kekurangan atau kelebihan bahan baku
PA7 Menerapkan safety stock bahan baku Bayam akan mengalami penurunan hasil panen saat musim
penghujan, oleh karena itu perlu adanya bahan baku cadangan
supaya produsen tidak kehabisan bahan baku
PA5 Melakukan perawatan alat produksi
secara rutin
UKM Khasanah perlu merawatan alat produksi secara rutin
setiap seminggu sekali yaitu pada hari Minggu sehingga alat
produksi bekerja dengan baik, bersih dan tidak mudah rusak
PA3 Briefing setiap pagi dengan karyawan Karyawan dibriefing setiap pagi guna mengingatkan tugas
masing-masing karyawan, menjelaskan target produksi pada
hari tersebut dan mendekatkan hubungan antara karyawan
dengan pemilik UKM.
PA9 Mempersingkat waktu pendinginan
produk
Setelah bayam digoreng, lama waktu penirisan dan
pendinginan keripik bayam diruangan terbuka adalah maksimal
15 menit, hal tersebut dapat mencegah produk kotor serta
melempem
PA8 Menerapkan metode peramalan Peramalan merupakan salah satu metode yang efektif untuk
memperkirakan jumlah permintaan produk dan jumlah bahan
baku yang dibutuhkan beberapa bulan kedepan. Dengaan
menerapkan metode peramalan, maka produsen dapat membeli
bahan baku yang dibutuhkan secara tepat
PA11 Melakukan maintenace alat
transportasi secara rutin
UKM Khasanah perlu merawatan alat transportasi secara rutin
setiap seminggu sekali yaitu pada hari Minggu sehingga alat
transpotasi aman dan tidak rusak saat dihunakan
PA6 Melakukan perjanjian dengan retailer
mengenai permintaan produk dadakan
Dibuat perjanjian antara retailer dengan UKM Khasanah
mengenai permintaan produk dadakan. Perjanjian tersebut
meliputi maksimal jumlah permintaan produk, proses
pengiriman dan harga produk, sehingga kedua belah pihak
diuntungkan
PA13 Menerapkan safety stock produk jadi Dilakukan penambahan jumlah produksi supaya produsen
memiliki produk cadangan saat bahan baku langka dan saat
retailer tiba-tiba meminta produk tambahan
PA12 Memilih supplier dengan kualitas
bahan baku terbaik
Dilakukan penyeleksian terhadap supplier supaya UKM
Khasanah mendapatkan bahan baku bayam dengan kualitas
baik
PA10 Menyimpan bahan baku dalam tempat
yang sejuk dan lembab
Bahan baku disimpan dalam tempat yang sejuk dan lembab
yang merupakan tempat yang ideal untuk menyimpan bahan
baku supaya awet
13
3.4.3 Analisis risiko mata rantai retailer
Berdasarkan pemetaan aktivitas menggunakan konsep SCOR
dapat diidentifikasi bahwa terdapat 10 risiko dan 13 penyebab risiko
pada mata rantai retailer. Setelah dilakukan penilaian melalui
kuesioner, selanjutnya diidentifikasi tingkat hubungan/correlation
(Rij) antara risk event (i) dan risk agent (j) untuk mengetahui
seberapa kuat pengaruh penyebab risiko terhadap dampak risiko,
kemudian dilakukan perhitungan ARP retailer 1 dengan retailer 2.
Pada house of risk fase 1 dilakukan perhitungan rata-rata nilai
ARP antara retailer 1 dengan retailer 2 dan didapatkan hasil bahwa
penyebab risiko dominan pada mata rantai retailer berjumlah 7.
Dilakukan penyusunan strategi mitigasi risiko yang bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya risiko. Penyusunan strategi mitigasi risiko
dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Strategi Mitigasi Risiko Mata Rantai Retailer
Simbol
Risk
Agents
Keterangan Deskripsi Strategi Mitigasi Risiko
Simbol
Strategi
Mitigasi
A3 Bahan baku langka Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan jumlah produk keripik bayam tidak terpenuhi
sehingga produk terbatas dan harga produk naik
Menerapkan safety stock produk PA1
Melakukan koordinasi secara
rutin dengan produsen melalui
telepon
PA2
A6 Harga produk tiba-
tiba naik
Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan
biaya pembelian bahan baku melebihi anggaran
Menerapkan safety stock produk PA1
Melakukan koordinasi secara
rutin dengan produsen melalui
telepon
PA2
A13 Tidak hati-hati dalam
menata produk
Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan
produk hancur Membuat rak PA3
Selalu melakukan pengecekan
produk yang diterima PA4
Briefing setiap pagi dengan
karyawan
PA5
A8 Human error Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan jumlah produk yang diterima tidak sesuai dengan
yang dipesan dan keripik bayam hancur karena
kurang hati-hati saat penataan produk
Briefing setiap pagi dengan
karyawan
PA5
A2 Tidak melakukan pendataan terhadap
jumlah stock dan
pemakaian produk
Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan kesalahan penentuan jumlah produk yang akan
dibeli dan produk terjual habis sebelum waktunya
Melakukan pendataan terhadap jumlah stock dan pemakaian
produk
PA6
A10 Bahan baku jelek Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan
kualitas produk tidak sesuai standar
Selalu melakukan pengecekan
produk yang diterima
PA4
Melakukan koordinasi secara rutin dengan produsen melalui
telepon
PA2
A11 Pengemasan kurang
rapat
Merupakan agen risiko yang dapat menyebabkan
kualitas produk menurun selama proses
penyimpanan
Selalu melakukan pengecekan
produk yang diterima
PA4
14
Dari 7 penyebab risiko, telah disusun 6 strategi mitigasi. Pada
House of Risk fase 2 dilakukan identifikasi tingkat korelasi antara
strategi mitigasi risiko dengan penyebab risiko (Ejk), selanjutnya
dilakukan perhitungan keefektifan strategi mitigasi (TEk),
kemudian menentukan skala drajat kesulitan (Dk) dan melakukan uji
keefektifan derajat kesulitan (ETDk). Setelah semua langkah selesai,
langkah terakhir adalah melakukan perankingan seperti pada tabel 10
dan tabel 11.
Tabel 10. House of Risk Fase 2 Mata Rantai Retailer 1
Risk
Agents
(Ai)
Keterangan Strategi Mitigasi Risiko
ARPj PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6
A3 Bahan baku langka 9 3 126
A6 Harga produk tiba-tiba naik 3 9 90
A13 Tidak hati-hati dalam menata produk 1 1 9 72
A8 Human error 9 69
A2 Tidak melakukan pendataan terhadap
jumlah stock dan pemakaian produk 9 48
A10 Bahan baku jelek 1 3 36
A11 Pengemasan kurang rapat 9 36
Total effectiveness of proactive action k (TEk) 1404 1224 72 504 1269 432
Difficulty of performing action k (Dk) 4 3 5 3 3 4
Effectiveness to difficulty ratio of action k (ETDk) 351 408 14,4 168 423 108
Tabel 11. House of Risk Fase 2 Mata Rantai Retailer 2
Risk
Agents
(Ai)
Keterangan Strategi Mitigasi Risiko
ARPj PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6
A3 Bahan baku langka 9 1 126
A6 Harga produk tiba-tiba naik 9 9 90
A13 Tidak hati-hati dalam menata produk 1 3 9 72
A8 Human error 9 69
A2 Tidak melakukan pendataan terhadap
jumlah stock dan pemakaian produk 9 48
A10 Bahan baku jelek 1 3 36
A11 Pengemasan kurang rapat 9 36
Total effectiveness of proactive action k (TEk) 1944 972 72 648 1269 432
Difficulty of performing action k (Dk) 4 3 4 3 3 3
Effectiveness to difficulty ratio of action k (ETDk) 486 324 18 216 423 144
Dilakukan perhitungan rata-rata nilai ETD antara retailer 1
dengan retailer 2 dan dapat diketahui strategi mitigasi risiko dengan
nilai tertinggi hingga terendah. Strategi mitigasi risiko dengan nilai
tertinggi merupakan strategi mitigasi risiko yang paling utama untuk
15
diimplementasikan. Urutan strategi mitigasi risiko dapat dilihat pada
tabel 12.
Tabel 12. Strategi Mitigasi Risiko Dominan Mata Rantai Retailer
Simbol Strategi Mitigasi Risiko Deskripsi Pelaksanaan Strategi
PA5
Briefing setiap pagi dengan
karyawan
Karyawan dibriefing setiap pagi guna
mengingatkan tugas masing-masing karyawan,
menjelaskan target penjualan pada hari tersebut
dan mendekatkan hubungan antara karyawan
dengan pemilik toko
PA1
Menerapkan safety stock produk Dilakukan penambahan jumlah pembelian produk
supaya produsen memiliki produk cadangan saat
bahan baku langka
PA2
Melakukan koordinasi secara rutin
dengan produsen melalui telepon
Selalu koordinasi dengan produsen mengenai
harga produk jumlah, produk yang dibeli dan
waktu pengiriman produk sehingga dalam
penjulan retailer tidak mengalami kerugian
PA4
Selalu melakukan pengecekan
produk yang diterima
Dilakukan pengecekan kualitas dan jumlah pada
setiap produk yang diterima dari produsen. Hal
tersebut dapat meminimalisir produk yang
diterima tidak sesuai standar, hancur dan
jumlahnya tidak sesuai
PA6
Melakukan pendataan terhadap
jumlah stock dan pemakaian
produk
Dilakukan pendataan mengenai jumlah produk
yang diterima dan dilakukan pencatatan setiap
produk yang terjual sehingga retailer tidak
mengalami kekurangan produk
PA3
Membuat rak Retailer membuat rak yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan produk. Rak membuat
tumpukan produk lebih rapi sehingga produk
keripik bayam tidak mudah hancur dan kemasan
tidak mudah rusak
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian analisis nilai tambah dan risiko rantai pasok
keripik bayam yang telah dilakukan pada mata rantai supplier, produsen, dan
retailer dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
a. Rantai pasok keripik bayam terdiri dari 3 jaringan yaitu petani bayam yang
bertindak sebagai supplier, UKM Khasanah bertindak sebagai produsen
pengolah bayam menjadi keripik bayam dan retailer atau pedagang kecil yang
bertindak sebagai penyalur produk kepada konsumen.
b. Aliran produk, aliran informasi & aliran keuangan rantai pasok keripik bayam
berjalan dengan baik. Aliran barang terjadi dari hulu ke hilir. Aliran informasi
terjadi dari hulu ke hilir dan dari hilir ke hulu. Aliran keuangan terjadi dari
hilir ke hulu, semua sistem pembayaran dilakukan secara langsung lunas. Hal
tersebut menguntungkan bagi semua pihak.
16
c. Nilai tambah terbesar dihasilkan oleh mata rantai supplier yaitu sebesar
62,43%. Sedangkan, nilai tambah terendah dihasilkan oleh mata rantai retailer
yaitu sebesar 2,47%. Hal tersebut terjadi karena retailer langsung menjual
kembali keripik bayam dari mata rantai sebelumnya tanpa melakukan
pengolahan produk kembali. Cara yang dapat dilakukan oleh mata rantai
retailer supaya dapat meningkatkan nilai tambah produk serta keuntungan
adalah dengan melakukan penambahan produk.
d. Berdasarkan pemetaan aktivitas menggunakan konsep SCOR dapat
diidentifikasi bahwa terdapat 20 risiko serta 18 penyebab risiko pada mata
rantai supplier, 29 risiko serta 25 penyebab risiko pada mata rantai produsen
dan 10 risiko serta 13 penyebab risiko pada mata rantai retailer. Pada house of
risk fase 1 didapatkan hasil bahwa penyebab risiko dominan pada mata rantai
supplier berjumlah 7, penyebab risiko dominan pada mata rantai produsen
berjumlah 13 dan penyebab risiko dominan pada mata rantai retailer
berjumlah 7.
e. Pada house of risk fase 2 didapatkan hasil bahwa strategi mitigasi risiko pada
mata rantai supplier berjumlah 9, strategi mitigasi risiko pada mata rantai
produsen berjumlah 13, strategi mitigasi risiko pada mata rantai retailer
berjumlah 6.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Jateng. 2017. Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-buahan
Semusim Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, 2015–2016.
(https://jateng.bps.go.id/, diakses diakses 2 Desember 2018).
Hayami ,Y; Kawagoe, T; Morooka, Y dan Siregar, M. 1987 . Agricultural
Marketing and Processing in Upland Java. A Perspective from a Sunda
Village. Bogor: The CPGRT Centre.
Pujawan, I Nyoman dan Geraldin, Laudine H. 2009. “House of Risk: a Model for
Proactive Supply Chain Risk Management”. Business Process
Management Journal, Vol. 15 (6), pp: 953-967.
top related